Upload
others
View
25
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
SKRIPSI
POLA KOMUNIKASI ORGANISASI DI KANTOR KECAMATAN TALLO KOTA MAKASSAR
INDRIYANTI Nomor Stambuk : 105650003315
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
ii
POLA KOMUNIKASI ORGANISASI DI KANTOR KECAMATAN TALLO
KOTA MAKASSAR
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi dan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.Kom)
Disusun dan Diajukan Oleh
INDRIYANTI Nomor Stambuk : 105650003315
Kepada
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITASMUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
iii
iv
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertandatangan di bawah ini :
Nama Mahasiswa : Indriyanti
Nomor Stambuk : 105650003315
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Menyatakan bahwa Skripsi ini dengan judul : Pola Komunikasi
Organisasi di Kantor Camat Tallo Kota Makassar adalah sepenuhnya merupakan
karya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya
orang lain, tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang
tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada
saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan
dalam karya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya ini.
Makassar, 2020
Yang menyatakan
Indriyanti
vi
ABSTRAK
Indriyanti. Pola Komunikasi Organisasi di Kantor Camat Tallo Kota Makassar (dibimbing oleh Ihyani Malik dan Syukri).
Komunikasi organisasi merupakan penyampaian dari berbagai pesan/informasi organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi. Pola komunikasi organisasi adalah suatu cara berkomunikasi yang berupa penyampaian atau pengiriman informasi dari pengirim kepada penerima dan dapat dipahami. Fakta yang terjadi dalam proses pola komunikasi organisasi di Kantor Camat Tallo Kota Makassar terdapat berbagai macam pola dan pendapat yang ada di dalam organisasi. Mengenai pendapat yang terjadi di organisasi terdapat dua perbedaan sisi positif dan negatif. Pendapat mengenai sisi positif di Kantor Camat Tallo Kota Makassar, yaitu sikap saling keterbukaan dalam semua kegiatan yang terjadi di dalam perusahaan. Antara lain, pengekspresian ide-ide dengan melalui keputusan bersama dalam organisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Pola Komunikasi Organisasi di Kantor Camat Tallo Kota Makassar dan apa saja faktor pendukung dan penghambat didalam prosesnya. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif yakni suatu bentuk penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran umum dari berbagai data lapangan yang dikumpul secara objektif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara terhadap sejumlah informan dan dokumentasi Analisis data yang digunakan menggunakan model analisa interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pola komunikasi yang digunakan di Kantor Camat Tallo yaitu Pola Lingkaran, Pola Roda, dan Pola Y. Pada Kantor Camat Tallo menggunakan pola komunikasi lingkaran disaat melakukan rapat koordinasi guna untuk mencapai tujuan organisasi yang disepakati bersama setiap bidang agar pekerjaan dapat terselesaikan tanpa adanya kesalahan. Faktor yang menjadi pendukung ialah (1) Hubungan yang personal, (2) Media Komunikasi, (3) Waktu dan (4) Fasilitas. Sedangkan yang menjadi faktor yang menjadi penghambat pola komunikasi organisasi lebih mengarah kepada hal (1) Hirarki dalam organisasi, (2) Kurang optimalnya fasilitas pendukung dan (3) Hubungan yan tidak terlalu personal
Kata Kunci : Pola Komunikasi, Organisasi
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Pola Komunikasi Organisasi di Kantor Camat Tallo
Kota Makassar”. Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk
memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Komunikasi pada
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud
tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat Orang Tua tercinta beserta segenap keluarga yang rela berkorban tanpa
pamrih dalam membesarkan, mendidik serta mendoakan keberhasilan penulis,
yang tiada hentinya memberi dukungan disertai segala pengorbanan yang tulus
dan ikhlas. Ibu Dr.Hj.Ihyani Malik,S.Sos.,M.Si selaku Pembimbing I dan Bapak
Syukri, S.Sos.,M.Si selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya
membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Bapak Prof. Dr. H. Abd. Rahman Rahim, S.E., M.M selaku Rektor
Universitas Muhammadiyah Makassar, Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si.
selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah
Makassar. Bapak Dr. H. Muh. Tahir, M.Si. selaku Ketua Jurusan Program Studi
Ilmu Komunikasi dan Dian Muhtadiah Hamna, S.IP M.I.Kom., selaku Sekretaris
Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Muhammadiyah Makassar. Segenap Dosen dan seluruh jajaran Staf Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah banyak
viii
memberikan pengetahuan di mulai dari semester awal hingga semester akhir.
Teman seperjuangan di Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2015, terkhusus
Untuk sahabat perjuangan selama pembuatan skripsi, Yuyun Asmaningsih, A.
Nilakanti Nur, Nurfahmi, Riveni Wajdi, Susilawati, Dini Iryani Hakim, Sumarni,
Selviana, Jusmianti yang selalu sabar dan memberikan motivasi dan saran kepada
penulis. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya tak ada gading yang tak retak, tak ada ilmu yang memiliki
kebenaran mutlak, tak ada kekuatan dan kesempurnaan, semuanya hanyalah milik
Allah Subhanahu Wa Ta’ala, karena itu kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna penyempurnaan dan perbaikan Skripsi ini senantiasa dinantikan
dengan penuh keterbukaan
Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun
sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat
memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.
Makassar, 2020
Indriyanti
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. ii HALAMAN PENERIMAAN TIM ..................................................................... iii HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. iv ABSTRAK .............................................................................................................. v KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 5 C. Tujuan Penelitian ............................................................................................... 6 D. Manfaat Penelitian ............................................................................................. 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu .......................................................................................... 7 B. Pengertian Konsep dan Teori ............................................................................. 9
1. Komunikasi Organisasi ................................................................................ 9 2. Fungsi Tujuan dan Ciri Organisasi ............................................................ 13 3. Pola Komunikasi Organisasi ...................................................................... 14 4. Faktor Dukungan dan Hambatan Komunikasi Organisasi ......................... 20
C. Kerangka Pikir ................................................................................................. 27 D. Fokus Peneliian ................................................................................................ 28 E. Definisi Fokus Penilitian .................................................................................. 29
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian ........................................................................... 31 B. Jenis dan Tipe Penelitian .................................................................................. 31 C. Sumber Data ..................................................................................................... 32 D. Informan Penelitian .......................................................................................... 32 E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................... 33 F. Teknik Analisis Data ........................................................................................ 34 G. Keabsahan Data ................................................................................................ 35 H. Teknik Analisis Data ........................................................................................ 37
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................................ 38 B. Hasil Penelitian ................................................................................................ 46
1. Pola Komunikasi Organisasi ...................................................................... 46 2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pola Komunikasi Organisasi ............ 58
C. Pembahasan ...................................................................................................... 75
x
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 79 B. Saran ................................................................................................................. 80
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 81
xi
DAFTAR TABEL
A. Tabel 3.1 Data Informan Penelitian ............................................................. 33 B. Tabel 4.1 Wilayah Luas Area Kecamatan Tallo .......................................... 39 C. Tabel 4.2 Jumlah Pegawai Kecamatan Tallo ............................................... 42
xii
DAFTAR GAMBAR
A. Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir ................................................................. 29 B. Gambar 4.1 Struktur Organisasi Kecamatan Tallo ......................................... 43
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk sosial memerlukan komunikasi dalam
kehidupannya, artinya memerlukan orang lain atau kelompok untuk saling
berinteraksi. Ia selalu hidup dengan manusia lainnya, selalu berkomunikasi untuk
mengatur dan mengorganisasi kehidupannya. Hal ini menunjukkan proses
komunikasi sebagai proses interaksi sosial antara individu dengan lainnya dengan
kelompok masyarakat. Proses interaksi melahirkan berbagai komponen individu,
kelompok masyarakat, dan organisasi dengan sistem kepemimpinan. Seorang
pimpinan secara rutin berkomunikasi dengan staffnya untuk menyampaikan
berbagai informasi yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan. Dalam hal ini,
seorang pimpinan dituntut untuk dapat berkomunikasi lebih baik daripada staffnya
agar informasi yang disampaikan lebih jelas dan akhirnya berdampak pada
keefektifan lingkungan kerja.
Pentingnya komunikasi bagi kehidupan manusia harus dipelajari dan
dikembangkan guna meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan yang
lainnya dan dapat berkomunikasi secara efektif untuk mencapai tujuan.
Penggunaan komunikasi terus mengalami perkembangan seiring dengan
perkembangan teknologi komunikasi. Melalui perkembangan teknologi
komunikasi akan lebih memudahkan pencapaian tujuan, baik tujuan individu
maupun tujuan perusahaan dan masyarakat. Pentingnya komunikasi bagi
kehidupan manusia harus dipelajari dan dikembangkan guna meningkatkan k
2
mampuan berkomunikasi dengan yang lainnya dan dapat berkomunikasi secara
efektif untuk mencapai tujuan. Penggunaan komunikasi terus mengalami
perkembangan seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi. Melalui
perkembangan teknologi komunikasi akan lebih memudahkan pencapaian tujuan,
baik tujuan individu maupun tujuan perusahaan dan masyarakat dapat
mengakibatkan macet atau berantakannya suatu perusahaan. Komunikasi menjadi
sangat penting dalam kehidupan manusia. Bukan saja komunikasi dijadikan
sebagai alat penyalur pesan, ide, gagasan atau buah pikirannya saja, tetapi
komunikasi digunakan sebagai alat untuk memengaruhi orang lain atau sebagai
alat interaksi menyamakan persepsi dan untuk mencapai berbagai tujuan individu,
kelompok, perusahaan maupun masyarakat.
Komunikasi adalah pertukaran pesan verbal maupun nonverbal antara si
pengirim dengan si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku. Si pengirim
pesan dapat berupa seorang individu, kelompok, atau organisasi. Begitu juga
halnya dengan si penerima pesan dapat berupa seorang anggota organisasi,
seorang kepala bagian, pimpinan, kelompok orang dalam organisasi atau
organisasi secara keseluruhan. Istilah proses maksudnya bahwa komunikasi itu
berlangsung melalui tahap-tahap tertentu secara terus-menerus, berubah-ubah, dan
tidak henti-hentinya. Proses komunikasi merupakan proses yang timbal balik
karena antara si pengirim dan si penerima saling memengaruhi satu sama lain.
Perubahan tingkah laku maksudnya perubahan yang terjadi didalam diri individu
mungkin dalam hal kognitif, afektif, atau psikomotorik.
3
Keberhasilan organisasi mencapai tujuan bukan saja karena masalah
keuangan yang memadai, sarana dan prasarana semata tetapi sangat bergantung
pada komunikasi yang digunakan dalam kepemimpinan perusahaan guna
menghimpun aktivitas hubungan di antara yang terlibat dalam perusahaan.
Organisasi jelas membutuhkan adanya suatu komunikasi yang baik antar individu
di dalam organisasi tersebut maupun antara organisasi satu dengan yang lainnya.
Kita tahu pentingnya komunikasi organisasi yang baik akan sangat mempengaruhi
kinerja dalam suatu organisasi tersebut. Komunikasi dalam suatu organisasi
sendiri terbagi atas dua jenis, yaitu komunikasi diluar organisasi (eksternal) dan
komunikasi di dalam organisasi (internal). Komunikasi eksternal adalah
merupakan komunikasi yang berkaitan dengan kegiatan di luar organisasi seperti
komunikasi yang terjadi antara organisasi dengan organisasib lain, organisasi
dengan stekholder di luar organasasi, organisasi dengan pemerintah, dan lain
sebagainya.
Berbeda halnya dengan komunikasi internal yang merupakan komunikasi
yang terjadi di dalam organisasi, atasan dengan bawahan, dan kadang komunikasi
internal inilah yang sangat dibutuhkan untuk membangun organisasi tersebut
menjadi kompak dalam menjalankan tujuan organisasi. Kantor Kecamatan Tallo
Kota Makassar merupakan salah satu organisasi pemerintahan yang masing-
masing pegawai terdiri atas bidang-bidang teretentu dan memiliki tugas dan
tanggung jajwab yang berbeda. Berdasarkan hasil observasi awal peneliti, di
Kantor Camat Tallo Kota Makassar komunikasi yang digunakan yakni
menggunakan komuniksi formal dan nonformal. Tergantung dalam situasi yang
4
ada di kantor Camat Tallo Kota Makassar. Dalam kegiatan sehari-hari
menggunakan komunikasi nonformal kepada para staff, sebaliknya jika ada
kegiatan menggunakan komunikasi formal. Hal ini yang mengakibatkan
terbentuknya hubungan emosional di Kantor Camat Tallo. Pimpinan dalam suatu
organisasi seharusnya membangun komunikasi yang efektif dengan.bawahannya
agar tercipta komunikasi yang efisien. Karena dalam suatu organisasi komunikasi
yang efektif sangat dibutuhkan. Jika dalam organisasi komunikasinya tidak efektif
dan tidak berjalan dengan mulus akan menjadi awal terhambatnya manajemen
organisasi.
Komunikasi yang efektif sudah sepatutnya sangat dibutuhkan di dalam
proses pemerintahan, namun terdapat sebuah problematika yang muncul dengan
diupayakannya kondisi tersebut agar berlangsung dengan baik. Seperti halnya di
kantor Kecamatan Tallo Kota Makassar dimana proses penyampaian informasi
yang berlangsung dengan hirarki top down kurang tersampaikan secara
terstruktur, dalam hal ini penyampaian informasinya yang dimaksudkan terkadang
tidak secara formal. Kepemimpinan dalam instansi pemerintahan akan berjalan
dengan baik melalui peran komunikasi yang efektif, menghubungkan dan
menyatukan anggota orgasinasi ke dalam mekanisme kerjasama dalam instansi
pemerintahan tidak dapat tercapai tanpa keberadaan komunikasi yang mampu
menciptakan interaksi di antara pimpinan dengan bawahan dan antara bawahan
dengan pimpinan. Terdapat beberapa hambatan dalam pola komunikasi yang
berlangsung dimana peran Camat sebagai pimpinan tertinggi masih dibutuhkan
intensitas yang lebih aktif dalam memberikan teguran arahan hingga motivasi
5
untuk meningkatkan motivasi kerja pegawai hingga kedisiplinan karena tidak
bisa dipungkiri bahwa masih ada pegawai yang belum bekerja sesuai ketentuan
jam kerja yang ada, seperti jam masuk dan pulang kantor tidak tepat pada
waktunya, keterlambatan dalam masuk jam kerja dan cepatnya pulang pada saat
masih dalam jam kantor sehingga sering memperlambat pekerjaan dalam
memberikan pelayanan. Maka akan sangat disayangkan karena jika peran setiap
ihak terkhusus seorang pimpinan dalam menjaga pola komunikasi organisasi
untuk meningkatkan motivasi kerja pegawainya yang kenyataannya pemanfaatan
tenaga kerja para pegawai selaku sumber daya manusia yang belum optimal.
Berdasarkan uraian diatas, dengan melihat begitu pentingnya proses
komunikasi dalam sebuah organisasi, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian guna mengetahui bagaimana pola komunikasi antara pimpinan dan staff
dalam sebuah organisasi, khususnya di Kantor Camat Tallo Kota Makassar
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas, maka penulis merumuskan
masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pola komunikasi organisasi yang berlangsung di Kecamatan
Tallo Kota Makassar ?
2. Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan pola
komunikasi organisasi di Kecamatan Tallo Kota Makassar ?
6
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui pola komunikasi organisasi yang berlangsung di
Kantor Kecamatan Tallo Kota Makassar.
b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pola
komunikasi organisasi di Kantor Kecamatan Tallo Kota Makassar.
D. Manfaat Penelitian
a. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu wacana
untuk menambah dan meningkatkan pengetahuan dalam segi keilmuan
khususnya komunikasi dan kepemimpinan organisasi.
b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah
penelitian untuk menambah ilmu pengetahuan khususnya komunikasi
organisasi, serta penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian
sejenisnya.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang digunakan penulis adalah sebagai dasar
dalam penyusunan penelitian. Tujuannya adalah untuk mengetahui hasil yang
telah dilakukan oleh peneliti terdahulu, sekaligus sebagai perbandingan dan
gambaran yang dapat mendukung kegiatan penelitian berikutnya yang sejenis.
Kajian yang digunakan yaitu mengenai mutasi/pemindahan tugas, yang
diharapkan dapat menjadi solusi dalam evaluasi kinerja suatu organisasi. Berikut
ini adalah rincian terkait dengan penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan
dengan penelitian penulis saat ini :
1) Penelitian dilakukan oleh Mariana Fajarwati (2017), dengan Judul skripsi
“Pola Komuniksi Organisasi Pada Komunitas Oi (Penggemar Iwan
Fals)” (Studi Deskriptif tentang Pola Komunikasi Organisasi pada
Komunitas Oi (Penggemar Iwan Fals) di Kota Bandung). Hasil penelitian
menunjukan bahwa arus pesan komunikasi organisasi berjalan sesuai
dengan yang diharapkan. Hambatan yang dialami oleh Komunitas Oi di
Kota Bandung berupa bahasa dan minimnya penggunaan teknologi.
Selain itu pola komunikasi organisasi yang terjadi meski rumit tetapi
berjalan dengan baik.
2) Penelitian dilakukan oleh Lucy Pujasari Supratman (2018) dengan judul
Skripsi Pola Komunikasi Organisasi Kepemimpinan Strategis di PT
Telkomsel. Hasil penelitian menunjukan bahwa komunikasi manager
8
menjadi acuan bagi para supervisor divisi dalam mensinergikan pesan pada
staf divisi yang mengeksekusi keputusan pimpinan di lapangan. Atmosfir
keselarasan pesan dibentuk manager melalui keterbukaan komunikasi untuk
tetap mencapai keselarasan visi misi sesuai bentuk penugasan setiap anggota
organisasi.
3) Penelitian dilakukan oleh Eko Noviyanto (2018), dengan judul skripsi Pola
Komunikasi Organisasi PT. Sri Rejeki Isman Tbk. Antara Karyawan Office
dan Karyawan Produksi Dalam Penyampaian Informasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Pola komunikasi yang terbentuk aliran informasi yang
terjadi antara karyawan office dan karyawan produksi PT. Sri Rejeki Isman
Tbk./ PT. SRITEX adalah pola komunikasi Y dan pola komunikasi Rantai.
4) Penelitian dilakukan oleh Hildayani (2017), dengan judul skripsi Pola
komunikasi organisasi perpustakaan UNMUL dalam menjaga muti
pelayanan prima. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan yang kuat
antara komunikasi efektif pustakawan dan kepuasan pemustaka, maka
semakin baik komunikasi efektif dari pustakawan semakin tinggi tingkat
kepuasan pemustaka di Pepustakaan Universitas Mulawarman.
5) Penelitian dilakukan oleh Aditya Tri Saputra (2016), dengan judul skripsi
Pola Komunikasi Suporter Sepak Bola (Studi Deskriptif Kualitatif Pola
Komunikasi Arsenal Indonesia Suporter Solo). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pola komunikasi kelompok supporter AIS Solo yang
terjadi dua komunikasi yaitu komunikasi internal dan eksternal. Komunikasi
yang terjadi hamper seluruhnya menggunakan komunikasi non formal.
9
B. Pengertian, Konsep Dan Teori
1. Komunikasi Organisasi
R. Wayne Pace dan Don F. Faules yang dialihbahasakan oleh Mulyana
(2001: 31-32) mengemukakan definisi fungsional komunikasi organisasi sebagai
pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan
bagian dari suatu organisasi tertentu. Unit komunikasi organisasi adalah hubungan
antara orang-orang dalam jabatan-jabatan (posisi-posisi) yang berada dalam
organisasi tersebut. Unit dasar dalam komunikasi organisasi adalah seseorang
dalam suatu jabatan. Komunikasi organisasi adalah proses komunikasi di dalam
latar kepentingan organisasi. Organisasi adalah kegiatan-kegiatan sejumlah orang
yang di koordinasi kea rah pencapaian tujusn bersama, yang merupakan kekuatan
sosial yang khas dari masyarakat industry dan pasca-industri. (Andre
Hardjana:2016). Komunikasi organisasi merupakan pengirim dan penerimaan
berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu
organisasi. Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi
itu sendiri dan sifatnya berorientasi terhadap kepentingan organisasi yang berisi
cara kerja di dalam organisasi. Misalnya : Memo, kebijakan, pernyataan, jumpa
pers, dan surat-surat resmi. Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang
disetujui secara sosial, dimana orientasinya buksn pada organisasi tetapi lebih
kepada anggotanya secara individual.
Goldhaber dalam buku Komunikasi Organisasi Lengkap, memberikan
definisi komunikasi organisasi sebagai Organizational communication is the
process of creating and exchanging messages with a network of interdependent
relationship to cope with environmental uncertainty. Terjemahannya: komunikasi
10
organisasi adalah proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam rangkaian
hubungan yang selalu berubah-ubah. Menurut Keith Davis (dalam Muhammad
Arni, 2014) suatu organisasi tidak akan eksis tanpa adanya komunikasi. Tidak
akan memungkinkan terjadinya koordinasi kerja yang diharapkan, kerja sama
yang baik antara pimpinan dan bwahan tidak mungkin tercipta sebab mereka tidak
mengomunikasikan kebutuhan dan perasaanya satu sama lain. Perilaku organisasi
berkaitan dengan bagaimana orang yang bertindak dan bereaksi dalam semua
jenis organisasi. Dalam kehidupan organisasi, orang dipekerjakan, dididik dan
dilatih, diberi informasi, dilindungi, dan dikembangkan. Dengan kata lain, maka
perilaku organisasi adalah bagaimana orang berperilaku di dalam suatu organisasi.
(Wibowo,2015).
Menurut Taylor sebagaimana dikutip (Alo, Liliwery,2014) membahas
komunikasi organisasi mengikuti teori saintifik manajemen, dimana jika
organisasi ingin meningkatkan produktifitasnya, setiap pekerja harus bekerja
sesuai dengan jenis pekerjaan. Disamping itu, setiap pekerja harus memulai dan
menghentikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Menurutnya, baik
kalau setiap pekerja menekuni pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya, juga
bekerja sesuai dengan jadwal inilah metode pekerjaan yang baik, dan hanya
dengan metode ini organisasi akan menghasilkan pekerjaan yang baik pula.
Adapun prinsip-prinsip dan teori saintifik manajemen adalah sebagai berikut (Alo
Liliwery,2014)
a. Kesatuan komando
b. Rantai scalar
c. Divisi pekerjaan
11
d. Tanggung jawab dan otoritas
e. Disiplin
f. Mengutamakan kepentingan umum dari kepentingan individu.
Adapun definisi komunikasi organisasi yaitu sebagai pertunjukan dan
penafsiran pesan diantara unit-unti komunikasi yang merupakan bagian dari suatu
organisasi dalam hubungan-hubunga Hirarki antara yang satu dengan lainnya dan
berfungsi dalam suatu lingkungan. Komunikasi adalah salah satu dari aktivitas
manusia yang dikenali oleh semua orang namun sangat sedikit yang dapat
mendefinisikannya secara memuaskan. Komunikasi memiliki variasi definisi yang
tidak terhingga seperti; saling berbicara satu sama lain, televisi, penyebaran
informasi, gaya rambut kita, kritik sastra, dan masih banyak lagi.(Poppy
Ruliana,2016). Dalam komunikasi organisasi cenderung menggunakan
komunikasi verbal dan komunikasi non verbal:
a) Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal adalah bentuk komunikasi yang disampaikan
komunikator kepada komunikan dengan cara tertulis maupun lisan. Karena
kenyataannya ide-ide pemikiran atau keputusan lebih mudah disampaikan
secara verbal dibandingkan dengan non verbal sehingga komunikan dapat
lebih mudah memahami pesan-pesan yang disampaikan oleh komunikator.
Contoh komunikasi verbal secara lisan, dapat melalui media seperti
seseorang yang sedang bercakap melalui telepon. Sedangkan secara tertulis
melalui media berupa surat, lukisan, grafik, Dll.
12
b) Komunikasi Non Verbal
Komunikasi Non Verbal merupakan penciptaan dan pertukaran pesan
dengan tidak menggunakan kata-kata seperti komunikasi menggunakan
gerakan tubuh, sikap tubuh, vocal yang bukan kata-kata, kontak mata,
ekspresi muka, kedekatan jarak dan sentuhan. Komunikasi verbal tidak akan
efektif hanya karena komunikasinya tidak menggunakan komunikasi non
verbal dalam waktu yang bersamaan. Melalui komunikasi non verbal orang
bias menarik suatu kesimpulan tentang berbagai macam perasaan orang,
baik rasa senang, benci, cinta, kangen tanpa harus mengatakannya. (Ita
Aprini,2014).
Dalam sebuah komunikasi organisasi terdapat jaringan komunikasi
diantaranya (Andre Hardjana,2016).
a) Komunikasi Formal
Komunikasi formal berlangsung mengikuti jenjang kewenangan Hirarkis
yang abdsah dan terkait dengan tugas. Komunikasi formal terpusat pada
keputusan pimpinan dan berfungsi untuk pemberian perintah, koordinasi,
dan control atas kegiatan-kegiatan bawahan. Hal ini sesuai dengan konsep
kewenangan yang pada dasarnya berarti kekuasaan membuat keputusan-
keputusan yang menuntun dan mengarahkan tidakan-tindakan orang lain.
b) Komunikasi Informal
Komunikasi informal muncul dari hubungan sosial antar anggota
organisasi dalam bentuk pertemuan individual. Komunikasi informal praktis
dapat melibatkan semua anggota organisasi dari mereka yang menduduki
13
jabatan paling tinggi sampai pelaksana paling bawah Karena tidak
melibatkan pesan tugas. Komunikasi informal semula juga disebut
organisasi informal (informal organization).
2. Fungsi, Tujuan dan Ciri Organisasi
Terdapat beberapa fungsi tujuan organisasi, antara lain :
a) Pedoman bagi kegiatan. Ini dilakukan melalui penggambaran hasil-hasil di
waktu yang akan datang. Fungsi tujuan memberikan arah dan pemutusan
kegiatan organisasi mengenai apa yang harus dan tidak harus dilakukan.
b) Sumber Legitimasi. Ini akan meningkatkan kemampuan organisasi untuk
mendapatkan sumber daya dan dukungan dari lingkungan di sekitarnya.
c) Standar pelaksanaan. Bila tujuan dilaksanakan secara jelas dan dipahami, ini
dapat memberikan standar langsung bagi penilaian pelaksanaan kegiatan
(prestasi) organisasi.
d) Standar motivasi. Ini berfungsi sebagai motivasi dan identifikasi karyawan
yang penting. Pada kenyataannya, tujuan organisasi sering memberikan
insentif
e) Dasar rasional pengorganisasian. Tujuan organisasi merupakan suatu dasar
perancangan organisasi.
Adapun ciri-ciri suatu organisasi adalah sebagai berikut (Muhammad
Jauhan,2013)
a) Lembaga social yang terdiri atas kumpulan orang dengan berbagai pola
interaksi yang ditetapkan.
b) Dikembangkan untuk mencapai tujuan.
14
c) Secara sadar dikoordinasikan dan, dengan sengaja, disusun.
d) Instrument social yang mempunyai batasan yang secara relatif dapat
diidentifikasi.
3. Pola Komunikasi Organisasi
Menurut Effendy (dalam Gunawan 2013) pola komunikasi adalah suatu
proses yang dirancang untuk mewakili kenyataan keterpautannya unsur—unsur
yang dicakup beserta keberlangsungannya guna memudahkan pemikiran secara
sistematik dan logis. Pola komunikasi dapat diartikan sebagai pola hubungan
antara dua orang atau lebih dalam pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara
yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Pola komunikasi dan
aktivitas organisasi sangat tergantung pada tujuan, gaya manajemen, dan iklim
organisasi yang bersangkutan, artinya bahwa komunikasi itu tergantung pada
kekuatan-kekuatan yang bekerja dalam organisasi tersebut, yang ditujukan oleh
mereka yang melakukan pengiriman dan penerimaan pesan.
Studi tentang pola komunikasi dilakukan dalam usaha untuk menemukan
cara terbaik dalam berkomunikasi. Walaupun sebenarnya tidak ada cara yang
benar-benar baik secara universal dibidang komunikasi dikarenakan informasi
dapat dikirimkan dengan tujuan yang berbeda-beda. Selain itu dalam sebuah
komunikasi tentu berbicara tentang bagaimana komunikasi itu tersalurkan,
Berikut implementasi pola komunikasi organisasi yang ditetapkan dalam saluran
komunikasi organisasi yang dapat digunakan untuk berinteraksi agar sesuai
dengan apa yang diharapkan dan komunikasi tersebut dapat terstruktur dengan
baik dan mudah dipahami. Adapun saluran komunikasi organisasi:
15
a) Komunikasi dari Atas ke Bawah
Aliran komunikasi dari atasan kebawahan terkait dengan tanggung
jawab dan wewenang seseorang dalam suatu organisasi. Seorang manajer
menggunakan jalur komunikasi ke bawah dengan tujuan mengarahkan,
mengkoordinasikan dan mengendalikan berbagai kegiatan yang ada
dilevel bawah. Komunikasi dari atas ke bawah berbentuk perintah, intruksi
dan prosedur yang harus dijalankan para bawahan.
Menurut Katz dan Kahn sebagaimana dikutip Sri Astuti
Pratminingsih, komunikasi dari atas ke bawah mempunyai lima tujuan
pokok, yaitu:
1) Tujuan memberikan pengarahan atau intruksi kerja tertentu.
2) Untuk memberikan informasi tentang prosedur dan praktik harus
dilaksanakan.
3) Untuk memberikan informasi tentang prosedur dan praktik
organisasional.
4) Untuk memberikan umpan balik pelaksanaan kerja kepada para
karyawan.
5) Untuk menyajikan informasi mengenai hal ideology dalam
membantu
b) Komunikasi dari bawah ke atas
Dalam struktur organisasi komunikasi dari bawah ke atas (botton up
atau upward communication) berarti alur informasi berasal dari bawah
menuju ke atasan. Untuk memecahkan masalah-masalah yang terjadi
dalam suatu organisasi dan mengambil keputusan secara tepat, sudah
16
sepantasnya bila manager memperhatikan dan mendengarkan aspirasi
yang berasal dari bawah. Dengan kata lain, partisipasi bawahan dalam
proses pengambilan keputusan akan sangat membantu dalam pencapaian
tujuan organisai.
Untuk mencapai keberhasilan organisasi, para atasan atau pimpinan
harus mempercayai bawahannya. Komunikasi kebawah dalam sebuah
organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari jabatan berotoritas lebih
tinggi kepada mereka yang berotoritas lebih rendah (Nurani
Soyomukti:2010). Informasi yang biasa dikomunikasikan dengan cara ini,
misalnya:
1) Mengenai bagaimana melakukan pekerjaan
2) Mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan
3) Mengenaik kebijakan dan praktik organisasi
4) Informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas
Menurut Smith sebagaimana dikutip Arni, Muhammad (2014)
komunikasi ke atas atau komunikasi dari bawah ke atas berfungsi sebagai
balikan bagi pimpinan memberikan petunjuk tentang keberhasilan suatu
pesan yang disampaikan kepada bawahan dan dapat memberikan stimulus
kepada karyawan untuk berpartisipasi dalam merumuskan pelaksanaan
kebijaksanaan bagi departemennya atau organisasinya.. Misalkan seorang
bawahan memberikan informasi yang negative, seperti munculnya
kegagalan di bidang pemasaran, kebocoran anggaran, menumpuknya
utang, dan sejenisnya di dalam organisasi.
17
a) Komunikasi Horizontal
Komunikasi horizontal adalah pertukaran pesan diantara orang-
orang yang sama tingkatan otoritasnya didalam organisasi. Pesan yang
mengalir menurut fungsi dalam organisasi diarahkan secara horizontal.
Kebanyakan manajer suka melakukan tukar menukar informasi dengan
teman-temannya di dapartemen yang berbeda,
b) Komunikasi diagonal
Komunikasi diagonal merupakan aliran komunikasi dari orang-
orang yang memiliki Hirarki yang berbeda dan tidak memiliki
hubungan dengan kewenangan secara langsung. Misalnya, komunikasi
antara manager pemasaran dengan kewenangan secara langsung.
Secara umum terdapat beberapa pola atau struktur komunikasi
dalam organisasi, yaitu: bentuk roda, Y, lingkaran, rantai, dan
informasi untuk semua arah. Carl I. Hovland dan Webster’s News World
Dictionary dikutip dari buku (Arni, Muhammad, 2014: 45). Secara rinci
menjabarkan hal tersebut sebagai berikut:
a) Pola roda
Merupakan komunikasi dengan dua saluran, di mana setiap
karyawan akan mengirim dan menerima pesan ke pusat komunikasi,
dan pusat komunikasi akan menerima serta mendistribusikan
informasi yang diterimanya. Pada contoh bentuk roda ini, atasan
biasanya merupakan sumber komunikasi, ia dapat mengirimkan
informasi ke semua bawahannya. Masing-masing bawahan dapat
mengirim pesan jaringan yang menggambarkan situasi di mana
18
kedua anggota pada bagian ujung rantai hanya dapat
berkomunikasi dengan orang di antara mereka dan orang yang
berada di pusat. Dengan demikian, kedua orang yang berada di tengah-
tengah menyampaikan informasi ke atas.
Pola komunikasi tersebut jelas mempunyai dampak
terhadap organisasi. Jaringan komunikasi yang desentralisasi seperti
yang diilustrasikan dengan bentuk roda dan rantai boleh jadi cocok
untuk menghimpun informasi una menanggulangi masalah-masalah
rutin. Untuk menghindarkan komunikasi yang tidak diperlukan, figur
sentral juga memiliki kesempatan besaruntuk mempengaruhi yang
lain dan untuk mempraktikkan keorganisasian. Jaringan komunikasi
mempunyai karakteristik lain, yang biasanya disebut dengan pola atau
bentuk. Pola atau bentuk jaringan ini mempengaruhi kinerja
organisasi.
Sentralisasi menunjukkan pada tingkat di mana suatu
kelompok berpurat di sekitar satu orang. Posisi yang paling sentral
adalah seseorang yang berinteraksi dengan semua atau sebagian
besar anggota organisasi. Pola atau struktur komunikasi
sentralisasi akan efisien untuk tugas bersifat komplek. Seorang
individu pada saat-saat tertentu hanya dapat menangani sejumlah
informasi tertentu, dan dalam tugas-tugas yang komplek seseorang
akan kelebihan informasi, yang disebut dengan kejenuhan
informasi. Ke atas tersebut, namun tidak dapat mengirim dan
menerima pesan langsung dari karyawan
19
b) Pola Y
Pada pola Y ini pusat komunikasi tidak dapat berkomunikasi
langsung dengan seluruh individu, tetapi ada indivu yang
komunikasinya harus melalui individu lain.
c) Pola Rantai
Pola rantai hampir sama dengan pola lingkaran, hanya saja di sini
ada dua individu yang berada di akhir jaringan, sehingga hanya
dapat mengirim dan menerima pesan dari satu posisi.
d) Pola Lingkaran
Pola komunikasi lingkaran memungkinkan masing-masing
individu untuk mengirim pesan ke sebelah kiri atau ke sebelah
kanannya. Namun demikian individu tidak dapat mengirim dan
menerima pesan secara langsung ke seluruh karyawan.
e) Pola Semua Arah (lingkaran)
Pada pola ini, semua individu pada semua posisi dimungkinkan
untuk mengirim dan menerima informasi kesegala arah. Jaringan,
struktur, pola ini digunakan untuk menentukan tipe interaksi antara
individu dalam perusahaan. Perkembangan komunikasi sejalan dengan
kemajuan suatu masyarakat.Pada masyarakat yang telahmaju seperti
Amerika, maka bidang ilmu komunikasi ini mendapat perhatian yang
relatif besar. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya universitas yang
membuka jurusan komunikasi, banyak penelitian-penelitian mengenai
20
komunikasi,serta berkembangnya produk teknologi yang mendukung
komunikasi seperti: televisi, telepon, internet, dan satelit.
Di Indonesia, pada awalnya pemahaman tentang komunikasi
ini belum mendapatkan perhatian dari masyarakat. Namun dengan
berkembangnya perekonomian dan masyarakat pada umumnya, maka
perhatian terhadap komunikasi menjadi sangat besar pula. Lebih dari
itu, dalam era globalisasi, di mana batasan-batasan dunia menjadi
kabur, maka perkembangan komunikasi tidak dapat dibendung lagi.
Orang-orang di benua yang berbeda dapat berkomunikasi dengan
cepat. Selain itu tersedia banyak pilihan komunikasi.
4. Faktor Dukungan dan Hambatan dalam Komunikasi Organisasi
a. Dukungan dalam Komunikasi Organisasi
Strategi komunikasi adalah suatu perencanaan komunikasi untuk mencapai
suatu tujuan. Strategi komunikasi sangat diperlukan dalam mencapai tujuan
tertentu, terutama pada sebuah kesepakatan bisnis. Strategi komunikasi sendiri
tidak bisa dilakukan secara spontan karena harus disusun secara detail agar
komunikasi yang akan dilakukan berjalan dengan baik sesuai keinginan. Untuk
menyusun strategi komunikasi, ada banyak faktor pendukung strategi komunikasi
yang harus dipertimbangkan. Pace, R. Wayne & Faules 2006 dalam (Mulyana,
2001) menjabarkan berikut adalah beberapa faktor pendukung strategi komunikasi
yang perlu diketahui:
1. Mengenali sasaran komunikasi
Sebelum melakukan komunikasi, hendaknya melakukan pengenalan dulu
terhadap lawan komunikasi nantinya. Sangat penting untuk mengetahui mengenai
21
sasaran komunikasi agar komunikasi yang berjalan nanti dapat dipahami olehnya
dengan baik.
2. Penyusunan pesan
Dalam melakukan strategi komunikasi, perlu dilakukan penyusunan pesan
terlebih dahulu agar strategi berjalan dengan baik sesuai dengan rencana.
Penyusunan pesan haruslah memperhatikan tatanan bahasa yang akan digunakan
dalam berkomunikasi. Gunakan bahasa yang formal namun tetap santai dan tidak
kaku. Begitu pula dalam mendapatkan perhatian dari sasaran komunikasi sejak
awal komunikasi. Membangkitkan perhatian pada sasaran komunikasi sangat
penting agar komunikasi dapat terus berjalan dengan baik. Gunakan beberapa
kalimat pada bagian awal yang akan membuat perhatian dari sasaran komunikasi
langsung teralihkan dan berfokus pada topik pembicaraan. Hal ini sangat
menentukan hasil dari komunikasi yang terjadi nantinya.
3. Metode yang digunakan
Faktor pendukung strategi komunikasi juga ditentukan oleh metode yang
digunakan. Metode yang dimaksudkan disini adalah metode penyampaian.
Terdapat banyak metode dalam strategi komunikasi agar berjalan dengan baik,
misalnya metode canalizing. Metode canalizing adalah metode strategi
komunikasi dimana inti dari pesan terus dikatakan berulang kali sehingga sasaran
komunikasi akan terus merekam arah dari pembicaraan. Ada juga metode
edukatif, dimana sasaran akan diajak untuk mengetahui kebenaran dari isi pesan
tersebut dengan memaparkan beberapa fakta yang menarik. Dengan metode ini,
sasaran komunikasi akan digiring untuk menyetujui isi dari komunikasi yang
dilakukan karena telah melihat fakta yang telah dipaparkan sebelumnya.
22
4. Media komunikasi
Pemilihan media komunikasi juga sangat mempengaruhi strategi
komunikasi. Ada banyak macam-macam media komunikasi yang bisa digunakan,
misalnya proyektor. Proyektor biasanya sering digunakan sebagai media
komunikasi dalam melakukan komunikasi bisnis. Dengan menggunakan
proyektor sebagai media komunikasi, maka sasaran komunikasi akan jauh lebih
fokus dan jelas melihat isi pesan yang disampaikan. Media komunikasi yang
dipilih juga sebaiknya sesuai dengan latar belakang dari sasaran komunikasi
sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dari isi pesan yang disampaikan.
5. Situasi dan kondisi
Bukan hanya karena faktor dari sasaran dan media komunikasi yang
digunakan saja, tapi juga bergantung pada situasi dan kondisi yang terjadi. Situasi
dan kondisi yang kondusif akan sangat mendukung strategi komunikasi yang
dilakukan. Maka dari itu, pastikan ketika komunikasi akan dilakukan, semua
berada pada situasi dan kondisi yang tepat. Buat suasana yang nyaman bagi
sasaran komunikasi agar ia merasa jauh lebih mudah menerima isi pesan yang
akan disampaikan.
6. Komunikator
Komunikator adalah orang yang menyampaikan pesan kepada sasaran
komunikasi. Peran komunikator dalam kesuksesan strategi komunikasi sangatlah
penting. Ia akan sangat mempengaruhi jalannya startegi komunikasi yang
digunakan. Setiap susunan strategi komunikasi harus dipelajari dengan baik agar
23
ia bisa membawa sasaran komunikasi pada tujuan komunikasi yang sebenarnya.
Pemilihan komunikator juga sangat penting. Tidak bisa sembarangan memilih
komunikator yang juga bertugas sebagai eksekutor di lapangan. Komunikator
yang dipilih haruslah yang benar-benar kompeten dalam menjalankan tugasnya
ketika menyampaikan pesan. Pemilihan komunikator yang salah justru akan
menggagalkan strategi komunikasi yang telah disusun dengan baik.
7. Daya tarik sumber
Faktor pendukung yang satu ini masih berhubungan dengan penyusunan
strategi komunikasi. Sumber yang akan digunakan dalam melakukan strategi
komunikasi haruslah memiliki daya tarik yang kuat bagi sasaran komunikasi. Hal
ini diperlukan untuk menggiring pemikiran sasaran komunikasi agar menyetujui
isi dari pesan yang disampaikan sehingga tujuan dari strategi komunikasi dapat
tercapai. Sumber yang memiliki kredibilitas tinggi dan aktual menjadi salah satu
ciri dari sumber yang menarik bagi sasaran komunikasi.
8. Kredibilitas sumber
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, sumber dari strategi komunikasi
yang disusun untuk sasaran komunikasi haruslah memiliki kredibilitas tinggi.
Dengan tingkat kredibilitas tinggi, maka tentunya sasaran komunikasi akan jauh
lebih mudah percaya pada setiap opini yang terdapat di dalam pesan. Kredibilitas
sumber yang digunakan juga akan sangat mempengaruhi hasil dari strategi
komunikasi yang dilancarkan.
9. Masyarakat sekitar
Bukan hanya menciptakan suasana yang nyaman bagi sasaran komunikasi,
namun perhatikan juga masyarakat sekitar lokasi yang juga mempengaruhi
24
jalannya strategi komunikasi. Pastikan strategi komunikasi yang akan dibahas
tidak mendapatkan respon negatif atau bahkan penolakan dari masyarakat sekitar.
Maka dari itu, setiap akan melakukan komunikasi, terutama bentuk komunikasi
yang formal dan penting, pastikan terlebih dahulu kesiapan dan kesediaan
masyarakat sekitar dalam menerima suatu sesi komunikasi yang akan dilakukan.
10. Waktu
Keberhasilan strategi komunikasi yang telah disusun dengan baik juga
bergantung pada waktu pelaksanaan rencana. Jika waktu yang digunakan untuk
melaksanakan strategi komunikasi terlalu lama, maka kecil kemungkinan untuk
bisa dimengerti oleh sasaran komunikasi. Lakukan komunikasi dengan waktu
yang tidak terlalu panjang dan tidak pula terlalu pendek. Kenyamanan untuk
melanjutkan komunikasi akan sangat bergantung pada waktu yang digunakan.
11. Fasilitas
Dalam menjalankan strategi komunikasi, fasilitas yang tersedia juga
memberikan pengaruh pada kesuksesan rencana yang dijalankan. Memberikan
fasilitas terbaik pada sasaran komunikasi saat melaksanakan rencana akan
membuatnya lebih nyaman dan memudahkan tujuan dari strategi komunikasi
tercapai.
12. Tampilan
Strategi komunikasi juga dipengaruhi oleh tampilan yang dilihat oleh
sasaran komunikasi, baik tampilan dari lokasi terjadinya komunikasi maupun
tampilan dari komunikator yang akan mengeksekusi strategi komunikasi.
Tampilan yang akan dilihat sebaiknya rapi, bersih, dan menarik. Ingatlah bahwa
25
komunikasi visual juga pastinya akan terjadi di dalam komunikasi yang akan
dilakukan sehingga sangat penting untuk melakukan persiapan yang sangat detail.
b. Faktor Hambatan
Dalam komunikasi terdapat hambatan yang sangat berpengaruh terhadap
suatu komunikasi begitu juga halnya dengan komunikasi organisasi dimana
komunikasi organisasi tidak selamanya berjalan secara efektif. Adapun
hambatan- hambatan dalam komunikasi organisasi (Arni, Muhammad, 2014:84) :
a) Hambatan dari Proses Komunikasi :
1) Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan
disampaikan belum jelas bagi dirinya atau pengirim pesan, hal ini
dipengaruhi oleh perasaan atau situasi emosional.
2) Hambatan dalam penyandian/symbol, Hal ini dapat terjadi karena bahasa
yang dipergunakan tidak jelas sehingga mempunyai arti lebih dari satu,
simbol yang dipergunakan antara si pengirim dan penerima tidak sama
atau bahasa yang dipergunakan terlalu sulit.
3) Hambatan media, adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaan
media komunikasi, misalnya gangguan suara radio dan aliran listrik
sehingga tidak dapat mendengarkan pesan.
4) Hambatan dalam bahasa, Bahasa yang digunakan baik verbal maupun non
verbal, menunjukkan tingkat intelektualitas seseorang. Sehingga orang
cenderung mempergunakan bahasa yang tinggi tanpa menghiraukan
kemampuan orang yang diajak berbicara, sehingga menimbulkan salah
pengertian (misscomunication).
26
5) Hambatan dari penerima pesan, misalnya kurangnya perhatian pada
saat menerima/mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang
keliru dan tidak mencari informasi lebih lanjut.
6) Hambatan dalam memberikan balikan. Balikan yang diberikan tidak
menggambarkan apa adanya akan tetapi memberikan interpretatif,
tidak tepat waktu atau tidak jelas dan sebagainya.
b) Hambatan Fisik
Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yang efektif, cuaca
gangguan alat komunikasi, dan lain–lain, misalnya: gangguan kesehatan,
gangguan alat komunikasi dan sebagainya.
c) Hambatan Semantik.
Kata-kata yang dipergunakan dalam komunikasi kadang-kadang
mempunyai arti mendua yang berbeda, tidak jelas atau berbelit-belit antara
pemberi pesan dan penerima.
d) Hambatan Psikologis
Hambatan psikologis dan sosial kadang-kadang mengganggu komunikasi,
misalnya; perbedaan nilai - nilai serta harapan yang berbeda antara pengirim
dan penerima pesan.
Terdapat lima hambatan atau gangguan komunikasi yang kerap muncul
dalam komunikasi organisasi dalam buku (Poppy, Ruliana :2016) yaitu
1) Management level (tingkatan manajemen)
Dalam organisasi terdapat peringkat manajemen, yaitu top, upper,
middle, dan lower management dalam tingkatan manajemen tersebut dapat
saja terjadi penyampaian pesan/informasi yang tidak sepenuhnya berlangsung
27
dengan lancer, baik ditinjau dari arah atau aliran informasi atau pola
komunikasi, baik secara top down maupun secara buttom up.
2) Number of people supervised (jumlah staf yang berada dalam kendali atau di bawah pengawasan)
Jika staf atau karyawan yang langsung di bawah pengawasan seorang
pimpinan kurang dari 12 orang, maka komunikasi mengenai bidang tugas
atau pekerjaannya lebih lancer. Sebaliknya, jika staf yang di bawah
komandonya lebih dari 12 orang maka kecenderungannya komunikasi akan
terhambat.
3) The rank of position in the organization (jenjang kepangkatan, jabatan, dan status atau kedudukan di dalam oprganisasi)
Jika jenjang kepangkatan, jabatan dan status atau kedudukan di dalam
organisasi terlalu jauh, maka komunikasi yang terjadi kurang lancar.
4) Change is manager (pergantian manejer)
Perbuahan atau pergantian manajer atau perubahan sikap dari manajer
dapat mmengakibatkan perubahan dalam pola komunikasi dari atasan.
5) Manager interpretation
Masing-masing manajer memiliki pola piker, cara menafsirkan dan
pola berhubungan yang berbeda terhadap para karyawan. Misalnya, ada
manajer yang suka terhadap karyawan walaupun pekerjaannya kurang baik
asalkan karyawan tersebut pandai bersikap Asal Bapak Senang. Tetapi ada
juga manajer yang suka terhadap sikap seperti itu.
C. Kerangka Pikir
Kerangka piker merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang didefinisikan sebagai masalah yang
28
penting. Teori adalah konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi hasil penelitian
yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan peneltian
(Sugiyono 2014 : 55). Oleh karena itu, perlu dibangun kerangka teoritis yang
memuat gagasan-gagasan pokok untuk memperjelas isu-isu yang beredar.
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti mengemukakan beberapa teori akan
menjadi landasan ideologis pada penelitian ini dalam bagan berikut :
Gambar 2.1 : Bagan Kerangka Pikir
D. Fokus Penelitian
Fokus penelitian dalam sebuah penelitian dimaksudkan untuk membatasi
studi. Sehingga dengan pembahasan studi tersebut akan mempermudah penelitian
dan pengolahan data yang kemudian menjadi sebuah kesimpulan. Penelitian ini
merupakan penelitian dengan jenis penelitian kualitatif yang di fokuskan kepada
Pola Komunikasi Organisasi Di Kantor KecamatanTallo Kota Makassar.
Tercapainya Pola Komunikasi yang terjalin dengan baik dan terjaga
1. Pola Lingkaran 2. Pola Roda 3. Pola Y 4. Pola Rantai 5. Pola Semua Saluran
Faktor pendukung
1. Hubungan yang Personal
2. Media komunikasi 3. Waktu 4. Fasilitas
Faktor penghambat
1. Hierarki dalam Organisasi
2. Kurang Optimalnya Fasilitas Pendukung
3. Hubungan yang tidak Terlalu personal
Bentuk-bentuk Pola Komunikasi
Carl I. Hovland (Arni, Muhammad, 2014: 45)
29
E. Deskripsi Fokus Penelitian
a) Pola Komunikasi Organisasi yaitu :
1. Pola lingkaran
Pola lingkaran adalah pengirim atau pemimpin dapat berkomunikasi
dengan anggota kelompok yang lain yang berada dekat dengannya.
2. Pola Roda
Pola roda merupakan pola komunikasi yang dianggap yang terbaik
dibandingkan dengan pola komunikasi lainnya.
3. Pola Y
Pola Y merupakan pola komunikasi yang sangat rumit dan juga
memiliki masalah komunikasi yang sama seperti yang terjadi dalam
pola komunikasi lingkaran dan rantai. Pola Rantai.
4. Pola Rantai
Pola rantai merupakan pola komunikasi yang memiliki permasalahan
yang sama dengan pola komunikasi lingkaran. Dalam pola komunikasi
rantai, anggota terakhir yang menerima pesan yang disampaikan oleh
pemimpin seringkali tidak menerima pesan yang akurat.
5. Pola Semua Saluran
Pada pola semua saluran tidak terpusat pada satu orang pemimpin. Pola
ini juga paling memberikan kepuasan kepada anggota-anggotanya, dan
yang paling cepat menyelesaikan tugas bila tugas berkenaan dengan
masalah yang sukar.
6. Faktor penghambat dalam komunikasi organisasi
30
Faktor penghambat dalam komunikasi organisasi yaitu segala sesuatu
yang dapat menghambat proses komunikasi yang ada di Kantor Camat
Tallo Kota Makassar.
7. Faktor pendukung dalam komunikasi organisasi
Faktor pendukung dalam komunikasi organisasi yaitu segala hal yang
dapat mendukung proses terjadinya komunikasi yang ada di Kantor
Camat Tallo Kota Makassar.
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu Dan Lokasi Penelitian
Waktu yang akan digunakan dalam proses penelitian ini berkisar selama
kurang lebih dua bulan. Adapun lokasi penelitian di Kantor Kecamatan
Kecamatan Tallo Kota Makassar.
B. Jenis Dan Tipe Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah peneltian dilakukan dengan mengumpulkan kata-kata atau
kalimat dari individu, buku, atau sumber lain. Pandangan ini menyatakan bahwa
penelitian kualitatif adalah penelitian untuk melakukan eksplorasi dan
memperkuat prediksi terhadp suatu gejala yang berlaku atas dasar data yang
diperoleh dilapangan. Berdasarkan pandangan tersebut, maka penelitian kualitatif
dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mencari sebuah fakta kemudian
memberikan penjelasan yang ditemukan di lapangan.
Tipe penelitian menggunakan penelitian fenomologi. Penelitian ini
bermaksud mendeskripsikan gambaran tentang komunikasi organisasi antara
pimpinan dan staff di kantor Kecamatan Tallo Kota Makassar.
32
C. Sumber Data
Pada penelitian ini sumber data yang digunakan ada dua yaitu :
a. Sumber data primer
Sumber data primer adalah data yang diperoleh oleh peneliti secara
langsung seperti data yang diperoleh daru wawancara mendalam dengan
narasumber yaitu pimpinan dan staff di Kantor Kecamatan Tallo Kota Makassar
b. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang
sudah ada seperti catatan atau dokumentasi perusahaan berupa absensi, gaji,
laporan keuangan dan data yang diperoleh oleh majalah dengan mendatangi
kantor Kecamatan Tallo Kota Makassar untuk memperoleh data yang mendukung
penelitian ini.
D. Informan Penelitian
Peneliti menggunakan teknik purposive sampling dalam menentukan
informan penelitian ini.Purposive sampling merupakan penentuan informan tidak
berdasarkan atas strata, kedudukan pedoman atau wilayah tetapi didasarkan pada
adanya tujuan dan pertimbangan tertentu yang tetap berhubungan degan
permasalahan penelitian ini. Dengan pertimbangan pada kemampuan informan
untuk memberikan informasi selengkap mungkin kepada penulis yaitu mengambil
data dari Camat, sekretaris camat dari Kepala Seksi Pemerintahan dan 3 staff yang
ada di Kantor KecamatanTallo Kota Makassar.
33
Tabel : Data Informan Penelitian
No Informan Penelitian Ket
1 Camat Tallo Kota Makassar 1 Orang
2 Kasubag Umum dan Kepegawaian 1 Orang
3 Kepala Seksi Pemerintahan 1 Orang
4 Staf Seksi Pemerintahan 1 Orang
5 Staf Seksi Pemerintahan 1 Orang
6 Staf Seksi Pemerintahan 1 Orang
Jumlah 6 Orang
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian untuk melakukan pengamatan secara langsung di lapangan dengan cara
mengamati dan mencatat, menganalisa secara sistematis terhadap gejala atau
objek yang akan diteliti. Teknik ini digunakan untuk mengamati bagaimana
proses komunikasi yang terjadi di Kantor Kecamatan Tallo Kota Makassar.
2. Wawancara
Teknik wawancara dalam penelitian ini dilakukan bertujuan untuk
memperoleh data atau informasi secara mendalam melalui proses tanya jawab
dan berhadapan langsung kepada orang yang dapat memberikan keterangan.
Teknik ini memberikan data sekunder dan primer yang akan mendukung
penelitian.
34
Wawancara atau interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal atau
percakapan yang bertujuan memperoleh informasi. Pendapat diatas menekankan
pada situasi peran antarpribadi bertatap muka (face to face) ketika seseorang yakni
peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh
jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah peneitian kepada seorang
responden mengenai pola komunikasi organisasi antara pimpinan dan staff .
3. Dokumentasi
Teknik dokumentasi dalam penelitian ini adalah mengumpulkan data
dengan cara mengalir atau mengambil data-data dari catatan, dokumentasi,
administrasi yang sesuai dengan masalah yang diteliti. Keuntungan menggunakan
dokumentasi ialah biayanya yang relatif murah, waktu dan tenaga lebih efisien.
Sedangkan kelemahannya yaitu data yang diambil dari dokumen cenderung sudah
lama dan apabila salah cetak maka peneliti akan salah pula mengambil datanya.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
teknik kualitatif yaitu teknik analisis interaktif, lebih lanjut sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi
merupakan data mentah dari lapangan. Untuk itu perlu dilakukan pemilihan data
yang relevan untuk disajikan dan dapat menjawab pertanyaan. Setelah melakukan
pemilihan data, selanjutnya data yang telah dipilih kemudian disederhanakan
dengan mengambil data yang pokok dan diperlukan dalam menjawab
permasalahan yang diteliti.
35
5. Penyajian Data
Data yang telah disusun dari hasil reduksi data, kemudian disajikan dalam
bentuk narasi deskripsi. Data yang disajikan merupakan data yang dapat
digunakan untuk menjawab permasalahan yang diteliti. Setelah data disajikan
secara rinci, maka langkah selanjutnya adalah membahas data yang telah disajikan
tersebut.
6. Penarikan Kesimpulan
Setelah data yang disajikan tersebut dibahas secara rinci, maka selanjutnya
data tersebut diambil kesimpulannya. Kesimpulan digunakan sebagai jawaban
dari permasalahan yang diteliti.
G. Keabsahan Data
Pengabsahan data ialah bentuk batasan berkaitan suatu kepastian, bahwa
yang berukur benar-benar merupakan variabel yang ingin diukur. Salah satu
caranya adalah dengan proses triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Triangulasi pada
hakikatnya merupakan pendekatan multimetode yang dilakukan peneliti pada saat
mengumpulkan dan menganalisis data. Ide dasarnya adalah bahwa fenomena yang
diteliti dapat dipahami dengan baik sehingga diperoleh kebenaran tingkat tinggi
jika didekati dari berbagai sudut pandang, adapun bentuk triangulasi yaitu :
36
1. Triangulasi Sumber
Membandingkan cara mengecek ulang derajat kepercayaan suatu
informasi yang diperoleh melalui sumber yang berbeda. Misalnya
membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara, membanding apa yang
dikatakan umum dengan yang dikatakan pribadi, Lebih lanjut dalam penelitian ini
yang mengkaji tentang pola komunikasi organisasi di Kantor Kecamatan Tallo
Kota Makassar, hasil wawancara maupun pengamatan langsung dilapangan baik
itu dari perspektif internal maupun eksternal.
2. Triangulasi Teknik
Untuk memperoleh data informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini,
maka untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data
kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Dalam penelitian ini,
lebih lanjut peneliti menggunakan teknik yang berbeda didalam memperoleh dan
menggali informasi terkait dengan pola komunikasi organisasi di Kantor
Kecamatan Tallo Kota Makassar untuk memastikan keakuratannya.
3. Triangulasi Waktu
Triangulasi waktu digunakan untuk validitas data yang berkaitan dengan
pengecekan berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.
Perubahan suatu proses dan perilaku manusia mengalami perubahan dari waktu
kewaktu sehingga untuk mendapatkan data yang sah melalui observasi penelitian
perlu diadakan pengamatan tidak hanya satu kali pengamatan saja. Peneliti
menggali informasi yang dibutuhkan terkait pola komunikasi organisasi di Kantor
Kecamatan Tallo Kota Makassar dengan berbagai cara dan berbagai waktu.
37
H. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan salah satu langkah penting dalam rangka
memperoleh temuan-temuan hasil penelitian. Hal ini disebabkan, data akan
menuntun kita ke arah temuan ilmiah, bila di analisis.Analisis data ialah langkah
selanjutnya untuk mengolah data dari hasil penelitian menjadi data, dimana data
di peroleh, di kerjakan dan di manfaatkan sedemikian rupa untuk menyimpulkan
persoalan yang di ajukan dalam menyusun hasil penelitian. Teknik analisis data
yang di gunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif (interactive
model of analysis). Dalam model ini terdapat 3 komponen pokok. Menurut Miles
dan Huberman dalam Sugiono (2013) ketiga komponen tersebut yaitu :
1. Reduksi Data merupakan komponen pertama analisis data yang
mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak
penting dan mengatur data sedemikian rupa sehingga simpulan peneliti
dapat dilakukan.
2. Sajian Data merupakan suatu rakitan informasi yang memungkinkan
kesimpulan. Secara singkat dapat berarti cerita sistematis dan logis supaya
makna peristiwanya menjadi lebih mudah dipahami.
Penarikan Kesimpulan dalam awal pengumpulan data peneliti sudah harus mulai
mengerti apa arti dari hal-hal yang ia temui dengan mencatat peraturan-peraturan
sebab akibat, dan berbagai proporsi sehingga penarikan kesimpulan dapat di
pertanggung jawabkan
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Kondisi Geografis dan Batas Wilayah
Kecamatan Tallo merupakan salah satu Kecamatan dari Kota
Makassar Propinsi Sulawesi Selatan yang memiliki jumlah Kelurahan
terbanyak 15 Kelurahan (Kalukubodoa, Bunga Eja Beru, Lakkang, Wala-
Walaya, Kalukuang, La’latang, Buloa, Ujung pandang Baru, Tallo,
Lembo, Suangga, Pannampu, Tammua, Rappokalling, Rappojawa) dengan
luas wilayahnya 8,71 Km2 atau 4,37 dari luas keseluruhan wilayah kota
Makassar. Dengan jumlah penduduk 132.695 jiwa dengan kepadatan
penduduk 11,48 % per Km2. Berdasarkan profil Kecamatan Tallo tahun
2017.
Topografi wilayahnya merupakan dataran rendah dengan elevasi
<500 m di atas permukaan laut. Potensi bencana di Kecamatan Tallo
berupa banjir, karena Kecamatan ini merupakan Daerah Aliran Sungai
Tallo yang berpotensi terjadinya luapan Sungai Tallo sebagai akibat
limbah buangan industri yang tidak terkontrol pada anak-anak sungai
Tallo. Pantai Kecamatan Tallo merupakan pantai yang berbatasan dengan
laut dan bagian muara Sungai Tallo. Sebagian besar tipe pantai di lokasi
ini merupakan pantai berlumpur dan vegetasi mangrove-nya sangat minim
serta merupakan pantai yang landau. Dilihat dari segi stabilitas pantai
dapat dikatakan relative stabil dan tenang, sekalipun cenderung maju ke
39
arah laut memperpanjang Tanjung Tallo akibat sedimentasi di muara
Sungai Tallo. Ditinjau dari pemanfaatannya maka pantai ini sebagian
dimanfaatkan untuk kegiatan industry galangan kapal dan pemukiman
pantai (pinggir muara Sungai Tallo) dan pantai paling barat Kelurahan
Tallo. Kecamatan Tallo merupakan peninggalan sejarah yang fundamental
dengan keberadaan Kompleks Makam Kuno Raja-Raja Tallo dimana
sejarah Kota Makassar tak lepas dengan sejarah Kerajaan Tallo dimana
awal Kota dan bandar makassar berada di muara sungai Tallo dengan
pelabuhan niaga kecil di wilayah itu pada penghujung abad XV.
Sumber-sumber Portugis memberitakan, bahwa bandar Tallo itu
awalnya berada dibawah Kerajaan Siang di sekitar Pangkajene, akan tetapi
pada pertengahan abad XVI, Tallo bersatu dengan sebuah kerajaan kecil
lainnya yang bernama Gowa, dan mulai melepaskan diri dari kerajaan
Siang, yang bahkan menyerang dan menaklukan kerajaan-kerajaan
sekitarnya. Akibat semakin intensifnya kegiatan pertanian di hulu sungai
Tallo, mengakibatkan pendangkalan sungai Tallo, sehingga bandarnya
dipindahkan ke muara sungai Jeneberang, disinilah terjadi pembangunan
kekuasaan kawasan istana oleh para ningrat Gowa-Tallo yang kemudian
membangun pertahanan benteng Somba Opu, yang untuk selanjutnya
seratus tahun kemudian menjadi wilayah inti Kota Makassar.
40
Tabel 4.1 Luas Areal Jumlah Rt/Rw, Rtg, Dan Penduduk Se Kecamatan Tallo
No Kelurahan Luas (km2)
RT RW Jumlah
RTG Penduduk
L P Jumlah 1 Bunga Eja Baru 0.30 31 5 2.581 4.846 5.118 9.964 2 Lembo 0.33 32 5 2.915 5.541 5.511 11.132 3 Kalukuang 0.41 26 5 1.311 2.596 2.577 5.173 4 La’Latang 0.46 28 4 1.046 1.820 1.891 3.711 5 Rappo Jawa 0.16 41 5 1.844 3.309 3.357 6.666 6 Tammua 0.92 27 6 2.459 5.022 4.960 9.982 7 Rappokalling 0.89 39 5 3.783 7.706 5.987 13.693 8 Wala-Walayya 0.11 37 5 2.047 3.439 3.517 6.956 9 Ujung Pandang Baru 0.41 19 5 1.135 1.880 1.847 3.727 10 Suangga 0.50 29 6 2.457 4.867 4.961 9.986 11 Pannampu’ 0.46 44 6 4.561 8.539 8.275 16.814 12 Kalukubodoa 0.89 51 7 5.201 7.975 9.255 17.230 13 Buloa 0.61 27 6 1.953 4.060 3.992 8.052 14 Tallo’ 0.61 26 5 2.064 5.008 4.936 9.944 15 Lakkang 1.65 8 2 261 486 958 1.444 Jumlah 8.75 465 77 35.618 67.094 67.142 134.474
2. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Kantor Camat Tallo Kota Makassar
Visi merupakan wujud atau bentuk masa depan yang diharapkan.
Rumusan visi mencerminkan kebutuhan yang fundamental dan sekaligus
merefleksikan dinamika pembangunan dari berbagai hal, dengan memperhatikan
visi Kota Makassar Tahun 2014-2019, yaitu : “Mewujudkan Makassar Kota
Dunia yang nyaman untuk semua”. Maka dirumuskan Visi dan Misi Kecamatan
Tallo Tahun 2014-2019: ”Mewujudkan Kecamatan Tallo sebagai pelayan public
yang ramah untuk semua”. Dua pernyataan visi yang ingin dicapai oleh
Pemerintah Kecamatan Tallo, yaitu :
1) Pelayan public yang ramah: Kecamatan Tallo sebagai pelayan public yang
sehari-hari bersentuhan langsung dengan masyarakat akan mengedepankan
41
pelayanan yang ramah, nyaman dan cepat dalam pelayanan Pemerintahan,
Pembangunan dan Kemasyarakatan. Visi ini dikaitkan dengan program
Walikota Makassar yaitu Sombere dan Smart City, maka diharapkan
seluruh aparat Kecamatan dan Kelurahan harus menerapkan pelayanan
yang ramah untuk semua.
2) Untuk semua : sebagai pelayan public yang ramah, Pemerintah Kecamatan
Tallo sesuai tugas dan fungsinya dapat melayani semua masyarakat tanpa
membeda-bedakan status social baik perorangan maupun kelompok,
dengan visi ini diharapkan sinegitas antara pemerintah, masyarakat dan
dunia usaha dapat seiring sejalan dalam membangun Kecamatan Tallo dan
Kota Makassar dua kali tambah baik.
Kecamatan Tallo sebagai perangkat daerah Kota Makassar dapat
menjabarkan Visi dan Misi Pemerintah Kota Makassar sesuai tugas dan
fungsinya, maka dirumuskan misi Pemerintah Kecmatan Tallo sebagi berikut :
1) Peningkatan Pelayanan Publik yang cepat dan ramah
2) Peningkatan Ekonomi Masyarakat melalui UKM
3) Peningkatan Kualitas Lingkungan yang asri dan nyaman
Tujuan yang ingin dicapai berdasarkan visi dan misi di atas adalah sebagai berikut
1) Meningkatnya pelayanan publik
2) Meningkatnya kesejahtraan ekonomi masyarakat
3) Meningkatnya kualitas lingkungan
42
Sasaran yang ingin dicapai berdasarkan visi dan misi di atas adalah
sebagai berikut :
1) Meningkatnya pelayanan administrasi perkantoran.
2) Meningkatnya sarana dan prasarana aparatur.
3) Meningkatnya disiplin aparatur.
4) Meningkatnya SDM aparatur kecamatan dan kelurahan.
5) Meningkatnya pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja
dan keuangan.
6) Meningkatnya kebersihan dan keindahan lingkungan.
7) Meningkatnya Peran serta Masyarakat Dalam Pembangunan
8) Meningkatnya peran kecamatan dan kelurahan
9) Meningkatnya UKM melalui fasilitasi pelayanan KBT
10) Meningkatnya infrastruktur kecamatan dan kelurahan.
11) Meningkatnya ketertiban dan keamanan dalam masyarakat.
12) Meningkatnya kesejahteraan sosial masyarakat kecamatan
3. Kepegawaian
Kegiatan pemerintahan di Kecamatan Tamalate dilaksanakan oleh
sebanyak 252 orang aparat/pegawai negeri, berasal dari berbagai
dinas/instansi pemerintah, yang terdiri atas 89 orang laki-laki dan 163
orang perempuan. Kegiatan pemerintahan di Kantor Camat Tamalate
dilaksanakan oleh seorang Camat, satu orang Sekretaris Camat dan 60
orang staf yang terdiri dari PNS, tenaga kontrak dan sukarela.
43
Tabel 4.2 Jumlah Pegawai Berdasarkan Bidang
No Nama NIP Gol Jabatan 1. Andi Zainal Abidin, Se 19681231 199303 1 069 IV/b Camat
2. Benyamin B. Turupadang, S.Stp., M.Si
19790725 199912 1 001 III/d Sekretaris Camat
3. A. Alif Fadjri Luqman, S.Sos
19681120 199403 1 009 III/dKasi Pemerintahan, Kinerja Lurah Dan RT / RW
4. Abd. Rasyid, S.E 19640410 198603 1 009 III/dKasi Ketentraman, Ketertiban dan Penegakan Peraturan Daerah
5. Muhammad Hatta, S.T
19730325 200901 1 001 III/c
Kasi Perekonomian, Pembangunan & Pengembangan Sistem Manajemen Informasi
6. Dra. Fadillah Amrah 19631005 199603 2 002 III/dKasi Pemberdayaan Masyarakat dan Kesejahtraan Sosial
7. Muhammad Hatta, S.T
19730325 200901 1 001 III/c Kasi Pengelolaan Kebersihan dan Pertamanan
8. Indah Irawati, S.Sos, M.Si 19650927 198502 2 001 IV/aKa.Subbag Umum dan Kepegawaian
9. Nurtjin Tjin, S.Sos 19720708 200701 1 018 III/bKa.Subbag. Perencanaan dan Keuangan
10. Harmoko, S.E 19831221 201410 1 002 III/a Bendahara Penerimaan 11. Ariadi, S.E 19860703 201410 1 002 III/a Bendahara Pengeluaran 12. Jhonny, S.Sos 19720426 201407 1 002 III/a Staf Seksi Trantib 13. A. Makkarumpa, S.S 19850517 201407 1 001 III/a Staf Umum 14. Sufiyani, S.E 19830616 201410 2 001 III/a Staf Umum 15. Hj. Amirah Fauria, S.Ip 19831007 201001 2 007 III/c Staf Pemerintahan 16. Risnandar, S.Sos 19760123 201411 1 001 III/a Staf Seksi Umum 17. Djamaluddin,Se 19680727 201410 1 001 III/a Staf Keuangan 18. Handayani, Se 19830701 201407 2 001 III/a Staf Keuangan 19. Abdul Kadir,Se 19711113 200604 1 010 III/a Staf Kesra 20. Darmawati 19751115 200701 2 014 II/d Pengurus Barang 21. Saripuddin 19770616 200801 1 007 II/c Staf Seksi Kebersihan 22. A. Lukman 19730629 200801 1 006 II/b Staf Seksi Trantib 23. Hikmawati 19840409 201407 2 005 II/a Staf Seksi Ekbang 24. Abd. Halim 19820822 201001 1 026 I/d Staf Seksi Umum 25. Indra Rezki Rays 19730422 200701 1 014 I/d Staf Umum 26. Muhammad Baka 19711231 201407 1 014 I/a Staf Seksi Kebersihan 27. Nurlina P. - - Staf Seksi Kesra
44
28. Erni, S.Sos - - Staf Umum / Petugas Loket 29. Irwan Muchtar - - Staf Seksi Kebersihan 30. Ilham Akbar Ismono - - Staf Seksi Kebersihan 31. Cinse Isuwati Iwan, A.Md - - Staf Seksi Kesra 32. Sitti Hasnia, Se - - Staf Umum / Petugas Loket
33. Mashuddyn Madjid, S.Sos - - Staf Subbag. Perencanaan dan Keuangan
34. Syahrul Aqsa, S.Kom - - Staf Subbag. Perencanaan dan Keuangan
35. Muh. Naswar Natsir - - Staf Subbag. Perencanaan dan Keuangan
36. Haeril Syam - - Staf Umum 37. Sitti Rahmawaty - - Staf Umum 38. Nurul Husna Ruslan - - Staf Umum 39. Dedi Rahman, Se - - Staf Umum 40. Radiah, Se - - Staf Umum 41. Rahmatillah Yusran, S.Pd - - Staf Seksi Kesra 42. Irwan Sulastyo Hari Sujadi - - Staf umum 43. Evi Indriani,Amkg - - Staf Pemerintahan 44. Irfan Pramadi Faryd, S.Ip - - Staf umum 45. Asiah - - Staf Seksi Ekbang
46. Muhammad Akbar Umar, Se
- - Staf Pemerintahan
47. Nurwahidah Answar - - Staf Seksi Ekbang
48. Indra Wijaya - - Staf Subbag. Perencanaan dan Keuangan
49 Arsyal - - Staf Kebersihan 50. Kartini - - Staf Umum 51. Sri Rahayu - - Staf Umum 52. Risma Febrianti - - Staf Pemerintahan 53. Farid - - Staf Pemerintahan
54. Muhammad Syawal Nurdin
19670209 199002 1 001 III/a Koordinator SIAK
55. Eva Juliana Simangunsong - - Staf SIAK 56. Muhammad Ali Sakti - - Staf SIAK
45
4. Struktur Organisasi Kecamatan Tallo
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Kantor Camat Tallo
CAMAT
ANDI ZAINAL ABIDIN, SE 19681231 199303 1 069
SEKRETARIS
BENYAMIN B. TURUPADANG, S.STP, M.si 19790725 199912 1 001
SUB BAGIAN UMUM KEPEGAWAIAN DAN PERLENGKAPAN
INDAH IRAWATI, S.Sos, M.Si NIP. 19650927 198502 2 001
SUB BAGIAN PERENCANAAN DAN KEUANGAN
NURTJIN TJIN NIP. 19720708 200701 1 018
SEKSI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN KESEJAHTRAAN SOSIAL
Dra. FADILLAH AMRAH
NIP. 19361005 199603 2 002S
SEKSI PENGELOLAAN KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN
MUHAMMAD HATTA, S.T NIP. 19730325 200901 1 001
SEKSI PEMERINTAHAN, KINERJA LURAH RT/RW
ANDI ALIF FADJRI LUQMAN, S.Sos NIP. 19681120 199403 1 009
SEKSI PEREKONOMIAN PEMBANGUNAN & PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN
MUHAMMAD HATTA, S.T NIP. 19730325 200901 1 001
SEKSI KETENTRAMAN, KETERTIBAN DAN PENEGAKAN PERATURAN DAERAH
ABD. RASYID, S.ENIP. 19640410 198603 1 009
46
B. Hasil Penelitian
1. Pola Komunikasi Organisasi di Kantor Camat Tallo
Data dari hasil penelitian diperoleh dari teknik wawancara dan
observasi langsung ke lokasi yang menjadi tempat penelitian. Proses
wawancara dilakukan kepada pihak yang dianggap reprensif terhadap objek
masalah dalam penelitian. Dalam hal ini penulis menetapkan 6 informan
untuk menyelesaikan rumusan masalah penelitian. Adapun karasteristik
informan dijabarkan sebagai berikut :
Tabel 4.3 Karasteristik Informan
No Nama Informan Jabatan
1. Andi Zainal Abidin, S.E Camat
2. Benyamin B. Turupadang, S.Stp, M.Si Sekretaris Camat
3. A. Alif Fadjri Luqman, S.Sos Seksi Pemerintahan, Kinerja Lurah Rt/Rw
4. Indra Wijaya Staff Subbag
Perencanaan dan Keuangan
5. Farid Staff Pemerintahan
6. Rahmatillah Yusran, S.pd Staf Seksi Kesra
Dalam berkomunikasi, pola komunikasi yang sering digunakan di
Kantor Camat Tallo yaitu sebagai berikut :
a) Pola Lingkaran
Pola lingkaran memungkinkan semua anggota bisa berkomunikasi
satu dengan yang lainnya hanya melalui sejenis sistem pengulangan pesan.
Tidak seorang anggotapun yang dapat berhubungan langsung dengan
semua anggota lainnya, demikian pula tidak ada anggota yang memiliki
47
akses langsung terhadap seluruh informasi yang diperlukan untuk
memcahkan suatu persoalan. Berdasarkan dari hal tersebut peneliti
kemudian mewawancarai ZA selaku Camat Tallo Kota Makassar
mengatakan bahwa :
“Di Kantor Camat Tallo kita selalu mengadakan rapat dengan para staff setiap hari senin, untuk membahas dan menanyakan di setiap bidang masalah apa yang sedang terjadi di Kantor. Jadi kami menghilangkan egoisme hirarki demi tercapainya tujuan pelayanan prima di kantor camat tallo, hal ini penting karena sebagai pelayan publik yang baik tentu dalam internal kecamatan harus ada komunikasi yang baik”
Berdasarkan dari hasil wawancara diatas terkait dengan pola
komunikasi ligkaran, dapat disimpulkan bahwa pada Kantor Camat Tallo
menggunakan pola komunikasi lingkaran disaat melakukan rapat
koordinasi guna untuk mencapai tujuan organisasi yang disepakati
bersama setiap bidang agar pekerjaan dapat terselesaikan tanpa adanya
kesalahan. Kegiatan rapat dilakukan setiap minggu yaitu pada hari senin.
Selanjutnya wawancara dengan informan berikutnya yaitu BT selaku
Sekretaris Camat Tallo Kota Makassar mengatakan bahwa :
“Berkaitan dengan pola komunikasi lingkaran, kita di Kantor Camat Tallo setiap pagi itu kami kalau memang sempat kami biasa melakukan semacam breafing singkat untuk semacam mengecek kehadiran meskipun ada absensi online.. sehingga disitu juga pada saat breafing kita berkomunikasi dan berinteraksi antara sesama”
Berdasarkan dari hasil wawancara diatas terkait dengan pola
komunikasi ligkaran, dapat disimpulkan bahwa setiap pagi dengan
menyesuakian kondisi sering dilaksanakan pertemuan singkat (breafing)
sebagai wadah untuk berinteraksi sesama pegawai sesaat sebelum memlulai
48
pekerjaan. Selanjutnya IW salah seorang Staff di Kantor Kecamatan Tallo
Kota Makassar mengatakan bahwa :
“Yang saya pahami terkait dengan pola komunikasi lingkaran ya seperti itu, setiap pegawai dapat melaksanakan komunikasi/bertukar informasi dalam sebuah pertemuan atau rapat yang dilakukan untuk bertukar pendapat dan saling berinteraksi seperti itu”
Berdasarkan dari hasil wawancara diatas terkait dengan pola
komunikasi ligkaran, dapat disimpulkan yang bersangkutan memahami
bahwa pola komunikasi lingkaran dalam organisasi adalah saat setiap
pegawai terlibat didalam kegiatan pertemuan atau rapat-rapat tertentu untuk
membahas permasalahan terkait dengan pekerjaan. Selanjutnya FD salah
seorang staff di Kantor Camat Tallo Kota Makassar mengatakan bahwa :
“Untuk pola komunikasi lingkaran, biasa melakukan semacam breafing sehingga disitu juga pada kita berkomunikasi dan berinteraksi antara sesama”
Berdasarkan dari hasil wawancara diatas terkait dengan pola
komunikasi ligkaran, dapat disimpulkan bahwa setiap pagi dilaksanakan
pertemuan singkat (breafing) sebagai wadah untuk berinteraksi. Berdasarkan
dari beberapa keterangan informan berkaitan dengan dengan pola
komunikasi ligkaran, dapat disimpulkan bahwa kegiatan pertemuan, rapat
singkat yang dilaksanakan rutin oleh Kantor Camat Tallo Kota Makassar
menjadi wujud adanya pola komunikasi melingkar antara pegawai karena
masing-masing terlibat untuk berkomunikasi.
49
b) Pola Roda
Pola roda adalah pola yang mengarahkan seluruh informasi kepada
individu yang menduduki posisi sentral. Orang yang dalam posisi central
menerima kontak dan informasi yang disediakan oleh anggota organisasi
lainnya dan memecahkan masalah dengan saran dan persetujuan anggota
lainnya. Di Kantor Camat Tallo juga menggunakan pola komunikasi roda
yakni pemimpin memiliki kekuasaan penuh dalam mengontrol setiap
pegawainya. Dalam hal ini dia satu-satunya orang yang dapat mengirim
dan menerima pesan dari semua anggota. Berdasarkan dari hal tersebut
peneliti kemudian mewawancarai BT selaku Sekretaris Camat Tallo Kota
Makassar mengatakan bahwa :
“Dalam hal ini, informasi yang ada di Kantor Camat Tallo diperoleh dari pimpinan kita yaitu pak Camat. Beliau memberikan informasi secara lisan ataupun tulisan. Lisan disini yang dimaksud adalah secara tatap muka, sedangkan yang tulisan melalui media yang dikirim melalui grup Whatsapp. Komunikas melalui Whatsapp ini merupakan pemamfaatan teknologi dimana kita berada di era tehnologi yang berkembang pesat maka kita harus gunakan sebagai penunjang komunikasi, nah kalau misalnya ada perintah langsung dari walikota namun kondisi saya lagi perjalanan dinas maka hal yang paling tepat adalah melempar di group Whatshapp supaya teman-teman yang ada dikantor bisa langsung mengeksekusinya”
Berdasarkan dari hasil wawancara diatas terkait dengan pola
komunikasi roda, dapat disimpulkan bawa sebagian besar komunikasi
organisasi berlangsung dari orang ke orang dan hanya melibatkan sumber
pesan dan si penerima pesan. Cukup sering seorang pemimpin
mengirimkan informasi ke group Whatsapp maka secara langsung sudah
tersampaikan kepada semua pegawai/staff di waktu yang bersamaan.
50
Untuk itu di Kantor Camat Tallo membentuk system yang dapat
memudahkan informasi itu dapat tersalurkan kepada semua pegawai/staff
sekaligus dalam waktu yang bersamaan (group Whatsapp). Selanjutnya
IW salah seorang Staff di Kantor Kecamatan Tallo Kota Makassar
mengatakan bahwa :
“Berdasarkan pendapat saya, untuk hal ini (komunikasi roda) wujudnya di lingkungan kerja kita di Kecamatan Tallo, seperti dari pimpinan (Pak Camat) memberikan instruksi ke setiap Kasi yang kemudian dari situlah diberikan lagi kepada kami jajaran staff.”
Berdasarkan dari hasil wawancara diatas terkait dengan pola
komunikasi roda, dapat disimpulkan bahwa arahan dan informasi yang
berasal dari pimpinan (Pak Camat) terlebih dahulu disampaikan kepada
setiap Kepala Seksi yang nantinya akan menjelaskannya kembali kepada
setiap staf yang ada dijajaran bidang-bidangnya. Hal tersebut menjadi
salah satu perampingan/pengefektifan pola komunikasi organisasi.
Selanjutnya wawancara dengan informan berikutnya yaitu FD salah satu
staf di Kecamatan Tallo Kota Makassar mengatakan bahwa :
“Dimasa sekarang yang serba memanfaatkan jaringan internet dan teknologi untuk pola roda dalam komunikasi organisasi dapat terlaksana dengan lebih mudah karena dengan memanfaatkan grup whatssapp.. informasi dari pimpinan (Pak camat) dapat langsung diterima oleh setiap unsur yang bergabung dalam grup tersebut. Kami juga staf tergabung dalam grup itu”
Berdasarkan dari hasil wawancara diatas terkait dengan pola
komunikasi roda, dapat disimpulkan bahwa dengan pemanfaat dan
penggunaan jaringan internet pola roda dalam komunikasi organisasi dapat
berlangsung lebih efektif dan praktis dengan menyebarkan informasi melalui
51
grup whatsapp yang ada. RY salah seorang staff di Kantor Camat Tallo
Kota Makassar mengatakan bahwa :
“Komunikas melalui Whatsapp ini merupakan pemamfaatan teknologi dimana kita harus gunakan sebagai penunjang komunikasi, Jadi kalau ada perintah teman-teman yang ada dikantor bisa langsung mengeksekusinya”
Berdasarkan dari hasil wawancara diatas terkait dengan pola
komunikasi roda, dapat disimpulkan bawa sebagian besar komunikasi
organisasi berlangsung dari orang ke oran mengirimkan informasi ke group
Whatsapp. Berdasarkan dari beberapa keterangan informan berkaitan dengan
dengan pola komunikasi roda, dapat disimpulkan bahwa arahan dan
informasi yang berasal dari Pak Camat terlebih dahulu disampaikan kepada
setiap Kepala Seksi yang nantinya akan menjelaskannya kembali kepada
setiap staf yang ada dijajaran bidang-bidangnya dan dengan pemanfaat dan
penggunaan jaringan internet pola roda dalam komunikasi organisasi dapat
berlangsung lebih efektif dan praktis.
c) Pola Y
Pada pola ini memiliki pemimpin yang jelas, tetapi anggota lainnya
berperan sebagai pemimpin kedua. Anggota ini dapat mengirim dan
menyampaikan pesan dari dua orang anggota lainnya. Sedangkan anggota
ketiga hanya bisa menyampaikan pesan kepada satu orang saja. Salah satu
proses komunikasi dari pimpinan kepada pegawai dengan cara
mengadakan rapat koordinasi dengan menghadirkan seluruh Kepala
52
Bidang. Berdasarkan dari hal tersebut peneliti kemudian mewawancarai
ZA selaku Camat Tallo Kota Makassar mengatakan bahwa:
“Biasanya saya selalu berkomunikasi dengan para Kepala Bidang untuk mengumpulkan anggotanya saat akan melakukan rapat koordinasi, selain itu komunikasi ini kami pakai untuk penyelarasan visi misi kami di kantor camat tallo” Berdasarkan dari hasil wawancara diatas terkait dengan pola Y
dalam komunikasi, dapat disimpulkan bahwa Pucuk Pimpinan di
Kecamatan (Pak Camat) dalam melaksanakan suatu pertemuan hingga
kegiatan tertentu menggunakan pola komunikasi ini untuk berkomunikasi
pada setiap Kepala di bidang/seksi untuk megumpulkan masing-masing
anggotanya. Selanjutnya AF salah seorang Pegawai di Kantor Camat Tallo
menyatakan hawa :
“Saya rasa untuk mengoptimalkan dan mengefektifkan kinerja dari Kantor Camat kita, dengan dilakukannya pola komunikasi Y seperti melakukan rapat dengan hanya kepala Bidang atau Seksi tertentu. staf yang lain dapat teta melaksanakan pekerjaannya”
Berdasarkan dari hasil wawancara diatas terkait dengan pola Y
dalam komunikasi, dapat disimpulkan bahwa dengan pola komunikasi
seperti itu yang hanya memberikan pengarahan kepada kepala-kepala
bidang atau seksi tertentu dalam rapat, dapat mengefektifkan pelayanan
Kantor Camat karena pegawai lainnya dapat tetap bekerja menjalankan
tugasnya masing-masing. Selanjutnya RY salah seorang Pegawai di
Kantor Camat Tallo menyatakan bahwa :
“Menurut saya memang untuk mengoptimalkan dan mengefektifkan kerja kita dengan dilakukannya pola komunikasi seperti ini, dapat membagi tugas. Seperti bapak-bapak yang Kepala Bidang untuk mengikuti pertemuan sedangkan kami tetap melanjutan pekerjaan”
53
Berdasarkan dari hasil wawancara diatas terkait dengan pola Y
dalam komunikasi, dapat disimpulkan bahwa pembagian tugas antara
pegawai dapat terkelola degan baik apabila dari pucuk pimpinan (Pak
Camat) hanya memberikan pengarahan melalui kepala bidang atau kepala
seksi yang kemudian dari perpanjangan tangan itulah yang kemudian
disampaikan kepada para pegawai. Selanjutnya IW salah seorang Pegawai
di Kantor Camat Tallo menyatakan hawa :
“Jadi untuk mengoptimalkan kinerja dari Kantor kita, dengan dilakukannya pola komunikasi seperti melakukan rapat dengan hanya Bidang atau Seksi tertentu.. staff yang lain dapat teta melaksanakan pekerjaannya”
Berdasarkan dari hasil wawancara diatas terkait dengan pola Y
dalam komunikasi, dapat disimpulkan bahwa dengan pola komunikasi
seperti itu yang hanya memberikan pengarahan kepada bidang atau seksi
tertentu dalam rapat, dapat mengefektifkan pelayanan Kantor Camat
karena pegawai lainnya dapat tetap bekerja menjalankan tugasnya masing-
masing. Berdasarkan dari beberapa keterangan informan berkaitan dengan
dengan pola komunikasi Y, dapat disimpulkan bahwa pola komunikasi
tersebut berwujud seperti pelaksanaan rapat terbatas yang hanya diikuti
oleh setiap Kepala Bidang/Seksi sehingga pegawai yang ada di bidangnya
dapat tetap melaksanakan pekerjaan, sehingga penyampaian informasi bisa
lebih disederhanakan.
d) Pola Komunikasi Menyeluruh
Pola komunikasi menyeluruh, dalam model ini bisa dikatakan
sebagai model jaringan komunikasi semua jaringan. Yang artinya semua
54
orang yang ada dalam kelompok atau organisasi itu bisa berkomunikasi
dengan semua anggota kelompok atau organisasi lain. Berdasarkan dari
hal tersebut peneliti kemudian mewawancarai ZA selaku Camat Tallo
Kota Makassar mengatakan bahwa:
“Untuk hal ini, yaitu komunikasi secara menyeluruh.. hal tersebut wujudnya kita laksanakan di kehidupan berkantor sehari-hari dalam arti ketika sedang serius, kita semua berkomunikasi secara serius, dan sebaliknya. Ada wadah untuk berkomunikasi yang mempertemukan setiap unsur didalam kantor ini, seperti rapat yang rutin kita laksanakan”.
Berdasarkan dari hasil wawancara diatas terkait dengan pola
komunikasi menyeluruh, dapat disimpulkan bahwa pola komunikasi ini
lebih kepada bagaimana mengkondisikan situasi dalam berkomunikasi
dengan menyesuaikan suasana. Berkomunikasi formal jika dibutuhkan dan
tidak menutup kemungkinan untuk berkomunikasi dengan lebih santai jika
tidak menyangkut dengan urusan kantor. Selanjutnya hasil wawancara
dengan SA salah satu Staff di Kecamatan Tallo Kota Makassar,
mengatakan bahwa :
“Di saat komunikasi berlangsung, kami sebagai pegawai dengan pimpinan selalu menempatkan komunikasi kami pada tempatnya, ketika dalam kondisi formal komunikasi kami pun harus formal tapi ketika kami berada di luar kantor maka tidak ada sekat diantara kami, rasa canggung pun hilang, karena pimpinan memberikan ruang kepada staff, jadi komunikasi kami tergantung situasi dan kondisi ”. Berdasarkan dari hasil wawancara diatas terkait dengan pola
komunikasi menyeluruh, dapat disimpulkan bahwa, dalam hal ini karena
pimpinan merupakan sosok yang ramah dan mudah akrab ke semua
pegawai di kantor dan para pegawai yang tahu bagaimana menempatkan
55
dirinya. Upaya ini dilakukan sebagai salah satu upaya untuk memajukan
organisasi. Hal tersebut juga dapat dikaitkan dengan dengan Q.S Al-Israa’
Ayat 28 yang berbunyi :
“…dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari
Tuhanmu yang kamu harapkan, Maka Katakanlah kepada mereka Ucapan
yang pantas”
Maksudnya adalah apabila kamu tidak dapat melaksanakan
perintah Allah seperti yang tersebut dalam ayat 28, Maka Katakanlah
kepada mereka Perkataan yang baik agar mereka tidak kecewa lantaran
mereka belum mendapat bantuan dari kamu. Sehingga tentu dalam
bersosialisasi sudah seharusnya untuk kita harus berkata baik dan
berperilaku baik antara sesama. Selanjutnya IW salah seorang Pegawai di
Kantor Camat Tallo menyatakan bahwa :
“Pola komunikasi menyeluruh berarti kami dan setiap unsur yang ada baik pegawai hingga pimpinan, sebisa mungkin dalam berkomunikasi untuk tetap menjaga sikap baiik, ramah dan menempatkan waktu serius untuk serius begitu juga dengan waktu santai untuk berkomunikasi secara ringan-ringan saja”
Berdasarkan dari hasil wawancara diatas terkait dengan pola
komunikasi menyeluruh, dapat disimpulkan setiap unsur yang ada baik
dari jajaran staff pegawai hingga unsur pimpinan masing-masing saling
menjaga sinergitas nya dalam menjalin komunikasi dengan menyesuaikan
56
kondisi dimana harus berkomunikasi secara formal. FD salah satu Staff di
Kecamatan Tallo Kota Makassar, mengatakan bahwa :
“Dalam kondisi formal komunikasi kami juga menyesuaikan formal berbeda dengan saat berada di luar kantor maka komunikasi bisa lebih ringan dan santai tergantung situasi dan kondisi ”. Berdasarkan dari hasil wawancara diatas terkait dengan pola
komunikasi menyeluruh, dapat disimpulkan bahwa, Dalam kondisi formal
komunikasi kami juga menyesuaikan formal berbeda dengan saat berada di
luar kantor maka komunikasi bisa lebih ringan dan santai tergantung
situasi dan kondisi. Berdasarkan dari beberapa keterangan informan
berkaitan dengan dengan pola komunikasi menyeluruh, dapat disimpulkan
bahwa setiap unsur yang ada baik dari jajaran staff pegawai hingga unsur
pimpinan masing-masing saling menjaga sinergitas nya dalam menjalin
komunikasi dengan menyesuaikan waktu dan kondisi dimana harus
berkomunikasi secara formal dan berkomunikasi dengan pembahasan
ringan diwaktu lenggang.
e) Pola komunikasi Rantai
Dalam model ini A bisa berkomunikasi dengan B, B dengan C, C
dengan D dan seterusnya. Yang dimaksudkan dengan A B dan seterusnya
itu bisa berupa kelompok. organisasi, pemimpin, atau anggota kelompok
dan organisasi itu. Berdasarkan dari hal tersebut peneliti kemudian
mewawancarai ZA selaku Camat Tallo Kota Makassar mengatakan
bahwa:
“Kalau pola komunikasi seperti ini saya rasa kurang lebih hamper sama dengan pola komunikasi yang ada sebelumnya, namun lebih
57
spesifik dalam berkomunikasi dengan pola rantai terbilang lebih personal (antara orang ke-orang)”
Berdasarkan dari hasil wawancara diatas terkait dengan pola
komunikasi rantai, dapat disimpulkan bahwa pola komunikasi tersebut
perwujudannya lebih kepada bagaimana penyebaran informasi dari orang
perorang sehingga informasi yang disampaikan ke beberapa orang tertentu
dapat menyebar secara keseluruhan. Selanjutnya IW salah seorang
Pegawai di Kantor Camat Tallo menyatakan bahwa :
“Semisal dalam suatu kondisi kita staff diberitahu informasi terkait dengan pengerjaan suatu dokumen maka tentu untuk membantu dan mempermudah staf atau pegawai lain dalam mengerjakan dokumen yang sama, ita wajib untuk memberitahukannya kembali”
Berdasarkan dari hasil wawancara diatas terkait dengan pola
komunikasi rantai, dapat disimpulkan bahwa pola komunikasi ini lebih
cenderung kearah penyampaian suatu informasi atau pengetahuan yang
dapat diinformasikan kembali kepada orang lain. Selanjutnya hasil
wawancara dengan BT Sekretaris Camat di Kecamatan Tallo Kota
Makassar, mengatakan bahwa :
“Komunikasi ini diartikan sebagai komunikasi orang perorangan yang berarti bahwa apabila seseorang menerima informasi baik dari atasan langsung atau bukan, dan apabila memang diperintahkan untuk memberitahukannya ke orang lain. Maka tentu informasi tersebut harus disampaikan. Kurang lebih seperti itu”. Berdasarkan dari hasil wawancara diatas terkait dengan pola
komunikasi rantai dapat disimpulkan bahwa, komunikasi yang
berlangsung antara setiap unsur yang terlibat dapat menyesuaikan dengan
kondisi yang dihadapi dalam artian bahwa apabila memang diarahkan
58
untuk menyebarkan suatu informasi yang disampaikan secara personal
maka tentu harus diikuti. Selanjutnya FD salah seorang Pegawai di Kantor
Camat Tallo menyatakan bahwa :
“Apabila pegawaistaff diberitahu informasi terkait dengan informasi yang harus diberitahukan ke orang lain, menjadi kewajiban untuk memberitahukannya kembali ke sesama teman ”
Berdasarkan dari hasil wawancara diatas terkait dengan pola
komunikasi rantai, dapat disimpulkan bahwa pola komunikasi ini lebih
cenderung kearah penyampaian suatu informasi atau pengetahuan yang
dapat diinformasikan kembali kepada orang lain. Berdasarkan dari
beberapa keterangan informan berkaitan dengan dengan pola komunikasi
rantai, dapat disimpulkan bahwa pola komunikasi tersebut perwujudannya
lebih kepada bagaimana penyebaran informasi dari orang perorang
sehingga informasi yang disampaikan ke beberapa orang tertentu dapat
menyebar secara keseluruhan penyampaian suatu informasi atau
pengetahuan yang dapat diinformasikan kemba kepada orang lain.
2. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pola Komunikasi di Kantor Kecamatan Tallo Kota Makassar
Pola komunikasi organisasi di Kantor Kecamatan Tallo Kota
Makassar didalamnya terdapat dua faktor, yaitu faktor pendukung dan faktor
penghambat. Berdasarkan dengan hasil analisis peneliti dengan
menhkombinasikan hasil observasi, wawancara dalam faktor pendukung
terdapat hal (1) Hubungan yang personal, (2) Media Komunikasi, (3) Waktu
dan (4) Fasilitas. Sedangkan yang menjadi faktor penghambat dalam hal
59
tersebut ialah hal (1) Hirarki dalam orgaisasi, (2) Fasilitas pendukkung yang
kurang optimal dan (3) Hubungan yang tidak terlali personal. Lebih lanjut
terkait dengan hal ini akan dijelaskan sebagai berikut :
a) Faktor Pendukung
Faktor pendukung merupakan hal-hal yang mendukung dalam
terlaksananya pola komunikasi organisasi dengan baik sehingga dapat
menunjang kinerja organisasi secara keseuruhan. Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilaksanakan dan analisis peneliti, memperlihatkan
bahwa faktor yang menjadi pendukung ialah (1) Hubungan yang personal,
(2) Media Komunikasi, (3) Waktu dan (4) Fasilitas.
1) Hubungan yang personal
Dalam sebuah organisasi, komunikasi yang baik dan terjaga dilandasi
dengan hubungan antara personal yang baik sehingga dalam melakukan
kegiatan dapat sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Peneliti kemudian
mewawancarai salah seorang informan untuk mengetahui hubungan
personal dalam menjaga pola komunikasi yang baik. ZA selaku Camat Tallo
Kota Makassar mengatakan bahwa :
“Berdasarkan dengan hal yang ditanyakan, menurut saya yang menjadi faktor dalam terciptanya pola komunikasi yang baik adalah seperti hubungan yang baik, kami sudah seperti keluarga jadi untuk komunikasinya kami bisa menjalankannya dengan baik. Kemudian juga saat saya memberikan informasi ke Sekcam atau Kasubag itu juga melihat situasi dan kondisi senhingga dapat menyesuaikan seperti itu”
Berdasarkan dari hasil wawancara diatas terkait dengan aspek
hubungan Personal dalam pola komunikasi organisasi, dapat disimpulkan
60
bahwa hubungan kekeluragaan menjadi salah satu pendukung dalam
menciptakan pola komunikasi yag baik selain dari pada suasana dan kondisi
yang sesuai sehingga komunikasi yang diberikan oleh pimpinan dapat
menyesuaikan keadaan. Selanjutnya wawancara dengan informan berikutnya
yaitu BT selaku Sekretaris Camat Tallo Kota Makassar mengatakan bahwa :
“Menurut saya tentu kita semua setiap unsur yang ada disini dalam berkomunikasi selalu menjaga perilaku sikap dan sopan santun sehingga tentunya membentuk hubungan personal yang baik dalam berkomunikasi”
Berdasarkan dari hasil wawancara diatas terkait dengan hubungan
Personal dalam pola komunikasi organisasi, dapat disimpulkan bahwa
menjaga sikap perilaku dan sopan santun merupakan suatu hal yang harus
dipenuhi oleh setiap unsur sehingga dalam pola komunikasi dapat
menciptakan hubungan personal sehingga mendukung pola komunikasi yang
ada. Selanjutnya AF salah seorang staff Kantor Camat Tallo Kota Makassar
mengatakan bahwa :
“Saya rasa tentu semua didasari dengan keakraban dan hubungan personal yang baik, jadi kalau tdiak tercipta hubungan persona yang baik tentu itu akan menjadi oenghambat dalam berkomunikasi
Berdasarkan dari hasil wawancara diatas terkait dengan hubungan
Personal dalam pola komunikasi organisasi, dapat disimpulkan bahwa dalam
pola komunikasi yang berlangsung harus didasari dengan dengan hubungan
baik (hubungan personal yang baik) agar yang tercipta kondisi ideal dalam
berkomunikasi. Selanjutnya wawancara dengan informan berikutnya yaitu
IW salah seorang Staff di Kantor Kecamatan Tallo Kota Makassar
mengatakan bahwa:
61
“Untuk hal ini saya rasa tentu mendukung ya.. apa lagi kita semua juga punya hubungan yang akrab dan saling menjaga perilaku antara satu sama lain. Saya rasa seperti itu”
Berdasarkan dari hasil wawancara diatas terkait dengan hubungan
Personal dalam pola komunikasi organisasi, dapat disimpulkan bahwa dalam
pola komunikasi yang berlangsung dilingkungan Kantor Camat Tallo Kota
Makassar dilandasi dengan hubungan baik dan keakraban yang tercipta
dikarenakan sikap menjaga silaturahmi dan perilaku sehingga tentu dapat
mendukung pola komunikasi organisasi yang ada.
Berdasarkan dari beberapa keterangan informan berkaitan Berdasarkan
dari hasil wawancara diatas terkait dengan hubungan Personal dalam pola
komunikasi organisasi, dapat disimpulkan bahwa dalam pola komunikasi
organisasi dalam menjaga pola komunikasi organisasi yang paling utama
adalah dibutuhkan kesadaran individu dalam berinteraksi sehingga tercipta
kondisi hubungan personal yang tentunya akan mendukung komunikasi.
2) Media Komunikasi
Media komunikasi yang digunakan tentunya menjadi hal yang wajib
untuk diperhatikan dalam keberlangsungan suatu pola komunikasi
organisasi. Peneliti kemudian mewawancarai salah seorang informan untuk
mengetahui aspek media komunikasi dalam menjaga pola komunikasi yang
baik. ZA selaku Camat Tallo Kota Makassar mengatakan bahwa :
“Kalau untuk media komunikasi yang kami gunakan tentu ada smartphone bisa melalui panggilan langsng atau dengan whatssapp, juga dijaman elektronik seperti sekarang ada yang namanya email dan lain sebagainya. Saya rasa itu tentu mendukung kita dalam berkomunkasi”
62
Berdasarkan dari hasil wawancara diatas terkait dengan aspek
aspek media komunikasi dalam pola komunikasi organisasi, dapat
disimpulkan bahwa dengan pemanfaatan smartphone hingga aplikasi
whatssapp dan email digunakan dilingkungan Kantor Camat Tallo untuk
menjaga pola komunikasi organisasi sehingga setiap unsur dapat saling
mendukung. Selanjutnya wawancara dengan informan berikutnya yaitu BT
selaku Sekretaris Camat Tallo Kota Makassar mengatakan bahwa :
“Kalau untuk hal tersebut saya berpandangan bahwa dalam menjaga dan merawat pola komunikasi yang baik kita semua tentu mendukung, dengan sikap dan perilaku kami.. dan apa lagi saat sekarang dijaman serba online kita mengintensifkan komunikasi melalui whatsapp. saya rasa seperti itu”
Berdasarkan dari hasil wawancara diatas terkait dengan aspek media
komunikasi dalam pola komunikasi organisasi, dapat disimpulkan bahwa
dengan memanfaatkan aplikasi whatssapp pola komunikasi organisasi yang
terjalin diharapkan dapat mampu untuk menjaga komunikasi sehingga
tercipta suasana yang kondusif dalam organisasi. Selanjutnya AF salah
seorang staff Kantor Camat Tallo Kota Makassar mengatakan bahwa :
“Untuk hal ini kita ada smartphone masing-masing dengan memanfaatkan jaringan internet kita semua dapat terhubung melalui aplikasi whattapp grup juga”
Berdasarkan dari hasil wawancara diatas terkait dengan aspek media
komunikasi dalam pola komunikasi organisasi dapat disimpulkan bahwa
dengan memanfaatkan dan menggunakan layanan internet di smartphine
masing-masingSelanjutnya wawancara dengan informan berikutnya yaitu
63
RY salah seorang Staff di Kantor Kecamatan Tallo Kota Makassar
mengatakan bahwa:
“Untuk media yang kami gunakan seperti handphone masing-masing dengan menggunakan internet untuk berkomunikasi dan mengupdate berita terbaru seputar Kota Makassar atau bahkan diluar Kota Makassar, itu tentu sangat mendukung kami”
Berdasarkan dari hasil wawancara diatas terkait dengan aspek media
komunikasi dalam pola komunikasi organisasi dapat disimpulkan bahwa
dengan memanfaatkan dan menggunakan layanan internet di handphone
masing-masing, setiap unsur pegawai dapat berkomunikasi hingga
mengupdate berita dan infromasi terbaru baik seputar dalam Kota hingga
diluar kota dan tentunya hal tersebut sangat mendukung dalam
keberlangsungan pola komunikasi didalam lingkungan Kantor Camat Tallo.
Berdasarkan dari beberapa keterangan informan berkaitan dengan
aspek media komunikasi dalam pola komunikasi organisasi, dapat
disimpulkan bahwa dengan memanfaatkan layanan internet dan penggunaan
smartphone dapat mendukung pola komunikasi setiap unsur di Kantor camat
Tallo dalam mendapatkan informasi, berita hingga berinteraksi antara satu
sama lain untuk memudahkan komunikasi.
3) Waktu
Pentingnya waktu atau situasi dan kondisi yang tepat dalam
berkomunikasi tentu sangat berperan penting dalam keberlangsungan pola
komunikasi yang ada diorganisasi. Peneliti kemudian mewawancarai salah
seorang informan untuk mengetahui aspek waktu dalam menjaga pola
64
komunikasi yang baik. ZA selaku Camat Tallo Kota Makassar mengatakan
bahwa :
“Kalau yang kita lihat sendiri, Untuk hal ini saya rasa setiap unsur yang ada di Kantor Camat Tallo sudah sadar dan memiliki pemahaman tentang bagaimana melakukan komunikasi menyesuaikan dengan kondisi waktu dan situasi yang ada.”
Berdasarkan dari hasil wawancara diatas terkait dengan aspek
waktu dalam pola komunikasi organisasi, dapat disimpulkan bahwa setiap
unsur yang ada memiliki kewajiban untukpaham dan sadar akan tugas dan
tanggung jawab yang diemban sehingga dalam berkomunikasi juga harus
menyesuaikan dengan situasi waktu dan kondisi yang ada sehingga dapat
mendukung. Selanjutnya wawancara dengan informan berikutnya yaitu BT
selaku Sekretaris Camat Tallo Kota Makassar mengatakan bahwa :
“Tentu hal itu harus diperhatikan dalam mendukung pola komunikasi yang ada di lingkungan kita.. jadi saya tentu secara pribadi juga menjaga hal-hal tersebut dalam arti apabila ingin berkomunikasi dengan Pak Camat atau dengan Ibu Kabid harus melihat situasi jangan sampai beliau-beliau sedang ada pekerjaan tentu itu mengganggu”
Berdasarkan dari hasil wawancara diatas terkait dengan aspek waktu
dalam pola komunikasi organisasi, dapat disimpulkan bahwa dengan
menyesuaikan situasi waktu dan kondisi dalam berkomunikasi tentu akan
sangat berpengaruh dalam keberlangsungan pola organisasi secara
keseluruhan karena apabila tidak tepat tentu dapat mengganggu pekerjaan.
Selanjutnya AF salah seorang staff Kantor Camat Tallo Kota Makassar
mengatakan bahwa :
“Jadi untuk menjaga komunikasi juga kita harus memperhatikan waktu situasi dan konidisinya sehingga dalam penyampaian informasi dan komunikasi kita dapat terlaksana dengan baik”
65
Berdasarkan dari hasil wawancara diatas terkait dengan aspek waktu
dalam pola komunikasi organisasi, dapat disimpulkan bahwa sangat penting
untuk mempertimbangkan waktu situasi dan kondisi dalam berinteraksi dan
berkomunikasi. Selanjutnya wawancara dengan informan berikutnya yaitu
FD salah seorang Staff di Kantor Kecamatan Tallo Kota Makassar
mengatakan bahwa:
“Untuk faktor pendukung dalam pola komunikasi organisasi saya rasa adalah individu atau orangnya itu sendiri kalau orangnya baik dan mengerti waktu yang cocok untuk berbicara santai, dan waktu apa yang harus digunakan untuk membahas soal kerjaan.. saya rasa begitu”
Berdasarkan dari hasil wawancara diatas terkait dengan aspek waktu
dalam pola komunikasi organisasi, dapat disimpulkan bahwa dapat
disimpulkan bahwa untuk keberlangsungan pola komunikasi organisasi yang
berlangsung kembali lagi kepada individu itu sendiri untuk menyesuaikan
waktu untuk berbkomunikasi santai dan serius di waktu-waktu tertentu
untuk membahas pekerjaan.
Berdasarkan dari beberapa keterangan informan berkaitan Berdasarkan
dari hasil wawancara diatas terkait dengan aspek waktu dalam pola
komunikasi organisasi, dapat disimpulkan bahwa dengan menyesuaikan
situasi waktu dan kondisi dalam berkomunikasi tentu akan sangat
berpengaruh dalam keberlangsungan pola organisasi secara keseluruhan
karena apabila tidak tepat tentu dapat mengganggu pekerjaan. Pola
komunikasi organisasi yang berlangsung kembali lagi kepada individu itu
sendiri untuk menyesuaikan waktu untuk berbkomunikasi santai dan serius
di waktu-waktu tertentu
66
4) Fasilitas
Fasilitas pendukung yang memadai tentu akan sangat mendukun dalam
terciptanya pola komunikasi organisasi yang baik. Peneliti kemudian
mewawancarai salah seorang informan untuk mengetahui aspek fasilitas
dalam menjaga pola komunikasi yang baik. ZA selaku Camat Tallo Kota
Makassar mengatakan bahwa :
“Untuk fasilitas, Dikantor kita dilengkapi dengan jarigan internet yang baik tentunya, kemudian masing-masing Pegawai juga sudah tentu memiliki smartphone dan aplikasi whatssapp yang memudahkan kita dalam melakukan komunikasi.”
Berdasarkan dari hasil wawancara diatas terkait dengan aspek
fasilitas dalam pola komunikasi organisasi dapat disimpulkan bahwa,
diigkungan Kantor Camat Tallo dilengapi dengan akses layanan internet
yang baik yang tentunya apabila dapat dimanfaatkan oleh masing-masing
pegawai dalam menjalankan tugas hingga berkomunikasi itu tentunya akan
sangat mendukung. Selanjutnya wawancara dengan informan berikutnya
yaitu BT selaku Sekretaris Camat Tallo Kota Makassar mengatakan bahwa :
“Kami disini memiliki fasilitas pendukung seperti jaringan wifi, kemudian ada kokmputer beserta printer untuk fasilitas teknis. Dan lebih lanjut untuk fasilitas lain yang ada dalam menjaga pola komunikasi, kita tentu memfasilitasi setiap pegawai untuk mengeluarkan pendapatnya disetiap pertemuan yang kita lakukan. Jadi tentu hal-hal yang saya sebutkan sangat mendukung”
Berdasarkan dari hasil wawancara diatas terkait dengan aspek fasilitas
dalam pola komunikasi organisasi, dapat disimpulkan bahwa. Kantor Camat
Tallo memiliki fasilitas pendukung seperti jaringan wifi, kemudian ada
kokmputer beserta printer untuk fasilitas teknis. Dan lebih lanjut untuk
67
fasilitas lain yang ada dalam menjaga pola komunikasi, kita tentu
memfasilitasi setiap pegawai untuk mengeluarkan pendapatnya disetiap
pertemuan yang ada. Selanjutnya AF salah seorang staff Kantor Camat Tallo
Kota Makassar mengatakan bahwa :
“Fasilitas pendukung yang kurang bagus juga, tentu akan mempengaruhi kita dalam berkomunikasi bahkan mempengaruhi terhadap kelancaran pekerjaan”
Berdasarkan dari hasil wawancara diatas terkait dengan aspek fasilitas
dalam pola komunikasi organisasi, dapat disimpulkan bahwa Fasilitas
pendukung yang kurang bagus juga, tentu akan mempengaruhi kita dalam
berkomunikasi bahkan mempengaruhi terhadap kelancaran pekerjaan.
Selanjutnya wawancara dengan informan berikutnya yaitu RY salah seorang
Staff di Kantor Kecamatan Tallo Kota Makassar mengatakan bahwa:
“Untuk faktor tersebut yang menjadi fasilitas pendukung kami seperti jaringan internet yang cukup baik sehingga kami bisa memanfaatkan aplikasi sosial media untuk mencari informasi atau berkomunikasi dengan baik. Kurang lebih saya rasa seperti itu saja”
Berdasarkan dari hasil wawancara diatas terkait dengan aspek fasilitas
dalam pola komunikasi organisasi, dapat disimpulkan bahwa untuk
keberlangsungan pola komunikasi organisasi yang berlangsung kembali lagi
kepada individu itu sendiri untuk menyesuaikan waktu untuk
berbkomunikasi santai dan serius di waktu-waktu tertentu untuk membahas
pekerjaan.
Berdasarkan dari beberapa keterangan informan berkaitan Berdasarkan
dari hasil wawancara diatas terkait dengan aspek fasilitas dalam pola
komunikasi organisasi, dapat disimpulkan bahwa Kantor Camat Tallo
68
memiliki fasilitas pendukung seperti jaringan wifi, kemudian ada kokmputer
beserta printer untuk fasilitas teknis. Dan lebih lanjut untuk fasilitas lain
yang ada dalam menjaga pola komunikasi, kita tentu memfasilitasi setiap
pegawai untuk mengeluarkan pendapatnya disetiap pertemuan yang ada.
b) Faktor Penghambat
Faktor penghambat merupakan hal-hal yang menjadi penyebab
tidak terlaksananya dengan baik pola komunikasi organisasi. Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilaksanakan dan analisis peneliti,
memperlihatkan bahwa faktor yang menjadi penghambat pola komunikasi
organisasi lebih mengarah kepada hal (1) Hirarki dalam organisasi, (2)
Kurang optimalnya fasilitas pendukung dan (3) Hubungan yan tidak terlalu
personal.
1) Hirarki dalam Organisasi
Hirarki dalam organisasi sederhananya dipahami sebagai tingkatan
atau jabatan yang dimiliki dalam sebuah organisasi. Peneliti mewawancarai
salah seorang informan untuk mengetahui aspek hirarki dalam organisasi
yang menjadi faktor penghambat dalam pola komunikasi organisasi. Peneliti
kemudian mewawancarai IW salah seorang staff Kantor Camat Tallo Kota
Makassar mengatakan bahwa :
“Saya rasa untk hal ini seperti adanya rasa segan (malu-malu) apabila ingin berkomunikasi dengan orang yang memiliki posisi yang tinggi. Artinya hal tersebut tidak bisa kita pungkiri ya, jadi hal tersebut bisa dikatakan cukum menghambat”
Berdasarkan dari hasil wawancara diatas terkait dengan aspek
hirarki dalam organisasi dalam pola komunikasi organisasi, dapat
69
disimpulkan bahwa kondisi utnuk berkomunikasi dengan orang yang
berposisi lebih tinggi jabatannya dari staff cukup dapat menghambat pola
komunikasi yang berlangsung dikarenakan adanya rasa segan hingga
canggung dalam berkomunikasi yang tidak dapat dipungkiri. Selanjutnya AF
salah seorang staff Kantor Camat Tallo Kota Makassar mengatakan bahwa
“Kalau menurut pendapat saya akan hal ini, menurut saya, seharusnya hirarki organisasi bukan masalah dalam berkomunikasi tapi tidak dapat dipungkiri hal itu memang cukup menghambat”
Berdasarkan dari hasil wawancara diatas terkait dengan aspek hirarki
dalam organisasi dalam pola komunikasi organisasi, dapat disimpulkan
bahwa kondisi dalam berkomunikasi juga terkadang dipengaruhi oleh
kondisi hirarki orgaisasi yang cukup menghambat karena adanya perasaan
segan untuk berkomunikasi. FD staff Kantor Camat Tallo mengatakan:
“Hirarki dalam organisasi itu pasti ada dan merupakan suatu kewajaran jadi kita sebagai pegawai biasa seharusnya harus untuk menjaga pola komunikasi tapi hal-hal seperti rasa canggung dan segan pasti akan muncul secara alamiah.. tentu cukup menghambat saya rasa”
Berdasarkan dari hasil wawancara diatas terkait dengan aspek hirarki
organisasi dalam pola komunikasi organisasi disimpulkan bahwa sudah
sepatutnya setiap pegawai dan unsur yang terlibat untuk menghindari
perasaan segan hingga canggung dalam berkomunikasi karena hal tersebut
dapat mengganggu kelangsungan pola komunikasi organisasi yang ada. RY
salah seorang staff Kantor Camat Tallo Kota Makassar mengatakan bahwa :
“Dalam organisasi tentu ada yang namanya tingkatan-tingkatan dan kalau menurut pendapat saya pribadi merasa semacam segan apabila diharuskan untuk berkomunikasi dengan atasan. Itu meurut saya pribadi ya”
70
Berdasarkan dari hasil wawancara diatas terkait dengan aspek hirarki
organisasi dalam pola komunikasi organisasi, dapat disimpulkan bahwa
merupakan suatu kondisi alamiah seseorang untuk merasa segan atau
canggung untuk berkomunikasi dengan orang yang memiliki posisi/jabatan
yang lebih tinggi namun hal tersebut seharusnya bukan menjadi persoalan
bagi para staf atau pegawai.
Berdasarkan dari beberapa keterangan informan berkaitan dengan
hirarki organisasi dalam pola komunikasi organisasi, dapat disimpulkan
bahwa dalam pola komunikasi organisasi sedikit terhambat dengan adanya
perasaan segan hingga canggung yang dialami oleh seorang staff contohnya,
apabila diperhadapkan pada situasi untuk berkomunikasi dengan seseorang
yang memiliki posisi/jabatan yang lebih tinggi.
2) Fasilitas pendukung yang tidak optimal
Fasilitas pendukung merupakan hal yang krusial didalam
keberlangsungan setiap aspek yang ada disebuah organisasi, tidak hanya
menyangkut pola komunikasi. Peneliti mewawancarai salah seorang
informan untuk mengetahui aspek hirarki dalam organisasi yang menjadi
faktor penghambat dalam pola komunikasi organisasi. IW salah seorang
staff Kantor Camat Tallo Kota Makassar mengatakan bahwa :
“Dalam hal kurang optimalnya fasilitas pendukung dikantor, saya ambil contoh jika wifi (jaringan internet) sedang tidak bagus otomatis komunikasi dengan pegawai yang sedang berada diluar kan kita kontrol semuanya melalui grup whatsapp”
71
Berdasarkan dari hasil wawancara diatas terkait dengan kurang
optimalnya fasilitas dalam keberlangsungan pola komunikasi organisasi,
dapat disimpulkan bahwa kurang optimalnya fasilitas penunjang seperti
jaringan internet (wifi) akan dapat mempengaruhi pola Komunikasi
organisasi karena sekarang ini pegawai sering menggunakan akses internet
untuk berkomunikasi semisal dengan whatsapp grup. Selanjutnya AF salah
seorang staff Kantor Camat Tallo Kota Makassar mengatakan bahwa :
“Saya rasa juga dengan tidak berfungsinya fasilitas pendukung yang ada seperti wifi tentu akan dapat menghambat proses pola komunikasi organisasi karena kita juga menggunakan wifi disini”
Berdasarkan dari hasil wawancara diatas terkait dengan aspek kurang
optimalnya fasilitas dalam keberlangsungan pola komunikasi organisasi
disimpulkan bahwa dengan gangguan fasilitas pendukung akan sangat
mengganggu dan cukup menghambat penyampaian informasi. Selanjutnya
wawancara dengan FD salah seorang staff Kantor Camat Tallo Kota
Makassar mengatakan bahwa :
“Hal ini tentu harus menjadi perhatian bagi unsur-unsur pimpinan apabila ada fasilitas pendukung di Kantor yang berjalan kurang maksimal, saya ambil contoh semisal ada persuratan yang harus segera di kirim melalui email atau ada email yang harus masuk untuk di informasikan ke Pak Kabid yang diteruskan ke Pak Camat tapi jaringan internet sedang tidak bagus tentu hal tersebut cukup mengganggu”
Berdasarkan dari hasil wawancara diatas terkait dengan aspek kurang
optimalnya fasilitas dalam keberlangsungan pola komunikasi organisasi
disimpulkan bahwa dengan terganggunya fasilitas pendukung seperti
72
jaringan internet akan sangat mengganggu dan cukup menghambat
penyampaian informasi yang diterima melalui email. Selanjutnya hasil
wawancara dengan RY salah seorang staff Kantor Camat Tallo Kota
Makassar mengatakan bahwa :
“Untuk fasilitas pendukung yang kurang optimal selain dar pada jarngan internet apabila mengalami gangguan, perlu diingat juga kita disini menggunakan perangkat komputerisasi, nah apabila ada yang rusak tentu itu juga dapat mengganggu karena segala pekerjaan yang menggunakan komputer tidak dapat diselesaikan da tentunya bermuara pada pola komunikasi yang juga terhambat”
Berdasarkan dari hasil wawancara terkait diatas dengan aspek kurang
optimalnya fasilitas dalam keberlangsungan pola komunikasi organisasi,
dapat disimpulkan bahwa fasilitas pendukung seperti kondisi perangkat
komputerisasi yang kurang baik dapat mengganggu pengerjaan tugas yang
tentunya juga akan berdampak pada terganggunya pola komunikasi yang
baik dalam organiasi.
Berdasarkan dari beberapa keterangan informan berkaitan dengan
hirarki organisasi dalam pola komunikasi organisasi, dapat disimpulkan
bahwa fasilitas penunjang seperti jaringan internet (wifi) akan dapat
mempengaruhi pola Komunikasi organisasi karena sekarang ini pegawai
sering menggunakan akses internet untuk berkomunikasi semisal dengan
whatsapp grup dan juga cukup menghambat penyampaian informasi yang
diterima melalui emai.
3) Hubungan yang tidak personal
Hubungan yang tidak personal antara satu dengan yang lain dalam
sebuah organisasi dikhawatirkan dapat berdampak kurang baik untuk
73
keberlangsungan suatu organisasi. Peneliti mewawancarai salah seorang
informan untuk mengetahui aspek hubungan yang tidak personal dalam
organisasi yang menjadi faktor penghambat dalam pola komunikasi
organisasi. IW salah seorang staff Kantor Camat Tallo Kota Makassar
mengatakan bahwa :
“Kalau menurut pendapat saya kita dalam berkomunikasi tentu masih tetap menjaga etika jika berkomunikasi dengan orang yang tidak teralu akrab.. jadi kalau dari hal itu bisa saya simpulkan bahwa hal tersebut tadi juga sepertinya dapat menjadi hal yang sedikit menghambat dalam proses komunikasi”
Berdasarkan dari hasil wawancara diatas terkait dengan hubungan
yang tidak personal dalam pola komunikasi organisasi, dapat disimpulkan
bahwa etika dalam berkomunikasi tentu harus selalu dijaga oleh setiap
pegawai yang terlibat dengan ketidak akraban juga dapat menjadi
penghambat dalam pola komunikasi organisasi sebab terkadang ada rasa
segan jika pegawai berkomunikasi. Selanjutnya AF salah seorang staff
Kantor Camat Tallo Kota Makassar mengatakan bahwa :
“Saya rasa tentu semua didasari dengan keakraban dan hubungan personal yang baik, jadi kalau tdiak tercipta hubungan persona yang baik tentu itu akan menjadi oenghambat dalam berkomunikasi”
Berdasarkan dari hasil wawancara diatas terkait dengan hubungan
yang tidak personal dalam keberlangsungan pola komunikasi organisasi
disimpulkan bahwa keakraban dan hubungan personal yang baik sangat
penting dalam keberlangsungan pola komunikasi organisasi. Selanjutnya
wawancara dengan FD salah seorang staff Kantor Camat Tallo Kota
Makassar mengatakan bahwa :
74
“Hal ini saya rasa merupakan hal yang wajar yah.. Apabila muncul rasa segan hingga canggung dalam berkomunikasi dengan orang yang tidak terlalu akrab (memiliki hubungan personal) tapi saya rasa untuk kita disini semuanya sudah memiliki hubungan cukup baik”
Berdasarkan dari hasil wawancara diatas terkait dengan hubungan
yang tidak personal dalam keberlangsungan pola komunikasi organisasi
disimpulkan bahwa kondisi dimana harus berkomunikasi dengan orang yang
tidak terlalu memiliki hubungan personal tentunya akan menghambat dalam
keberlangsungan pola komunikasi organiasi secara keseluruhan. Selanjutnya
hasil wawancara dengan RY salah seorang staff Kantor Camat Tallo Kota
Makassar mengatakan bahwa :
“Untuk hubungan yang kurang personal saya rasa memang akan menghambat dalam keberlangsungan pola komunikasi tapi tentu apabila semakin lama kita bekerjasama dan beraktivitas hubungan personal yang baik juga akan terbentuk dengan sendirinya”
Berdasarkan dari hasil wawancara terkait diatas dengan hubungan
yang tidak personal dalam keberlangsungan pola komunikasi organisasi,
dapat disimpulkan bahwa hubungan yang tidak terlalu personal memang
akan menjadi penghambat dalam keberlangsungan pola komunikasi
organisasi namun apabila seiring berjalannya waktu hubungan antara sesama
pegawai akan menjadi hubungan personal yang baik apabila sudah sering
melakukan kerjasama dan berinteraksi.
Berdasarkan dari beberapa keterangan informan berkaitan dengan
hubungan yang tidak personal dalam pola komunikasi organisasi, dapat
disimpulkan bahwa etika dalam berkomunikasi tentu harus selalu dijaga
oleh setiap pegawai yang terlibat dengan ketidak akraban juga dapat menjadi
75
penghambat dalam pola komunikasi organisasi sebab terkadang ada rasa
segan jika pegawai berkomunikasi. Hubungan yang tidak terlalu personal
memang akan menjadi penghambat dalam keberlangsungan pola komunikasi
organisasi namun apabila seiring berjalannya waktu hubungan antara sesama
pegawai akan menjadi hubungan personal yang baik apabila sudah sering
melakukan kerjasama dan berinteraksi.
c) Pembahasan
Pola komunikasi organisasi adalah gaya di mana cara
berkomunikasi yang berupa penyampaian atau pengiriman informasi dari
pengirim kepada penerima dan dapat dipahami. Maka pola komunikasi
organisasi dituntut untuk dapat mengekspresikan ide-ide yang
berkualitas guna untuk memajukan suatu organisasi. Fakta yang terjadi
dalam proses pola komunikasi organisasi di Kantor Camat Tallo Kota
Makassar terdapat berbagai macam pola dan pendapat yang ada di dalam
organisasi dengan teori yang ada.
Mengenai pendapat yang terjadi di perusahaan terdapat dua
perbedaan sisi positif dan negatif. Pendapat mengenai sisi positif di
Kantor Camat Tallo Kota Makassar, yaitu sikap saling keterbukaan
dalam semua kegiatan yang terjadi di dalam perusahaan. Antara lain,
pengekspresian ide-ide dengan melalui keputusan bersama dalam organisasi.
Pendapat mengenai sisi negatif di dalam organisasi, yaitu media yang
digunakan dalam penyampaian informasi masih kurang teralu efektif,
baik itu kondisi jaringan internet pendukung hingga persoalan personal
76
lainnya. Menurut Carl I. Hovland (1952:12) di kutip dari buku (Arni,
Muhammad, 2014: 40) pola komunikasi organisasi adalah suatu upaya yang
sistematis di mana seseorang untuk merumuskan secara tegas, atas dasar
prinsip-prinsip tersebut disampaikan informasi serta dibentuk
pendapat dan sikap. Sedangkan definisi pola komunikasi organisasi
menurut Webster’s News World Dictionary (1973:282) dikutip dari
buku (Arni, Muhammad, 2014: 40) adalah tindakan atau kegiatan
pengiriman atau pertukaran informasi yang berupa pesan seperti bicara,
bahasa tubuh dan tulisan untuk melakukan kegiatan untuk mencapai
tujuan organisasi.
Pola komunikasi organisasi di Kantor Camat Tallo Kota
Makassar sebagian besar sudah sesuai dengan teori yang dikemukakan
oleh Carl I. Hovland dan Webster’s News World Dictionary yaitu dari tahap
bentuk-bentuk pola komunikasi sampai dengan penerapan pola komunikasi
organisasi. Pada tahap bentuk-bentuk pola komunikasi organisasi sebagian
besar sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Carl I. Hovland dan
webster’s New World Dictionary. Pada tahap media yang digunakan
berbeda dengan teori yang dikemukakan oleh webster’s New World
Dictionary. Pada tahap media yang digunakan karyawan dalam
berkomunikasi, webster’s New World Dictionary lebih menitikberatkan
pada penyampaian informasi melalui simbol-simbol, sedangkan pada
Kantor Camat Tallo Kota Makassar lebih menitikberatkan pada media
elektronik berupa telepon, komputer, internet, dan email. Pada tahap yang
77
terakhir. Pada pola komunikasi organisasi yaitu langkah-langkah penerapan
pola komunikas. Tahap ini seluruhnya sesuai dengan yang dikemukakan
oleh Carl I. Hovland dan Webster’s New World Dictionary.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dan analisis
peneliti, memperlihatkan bahwa faktor yang menjadi pendukung ialah (1)
Hubungan yang personal, (2) Media Komunikasi, (3) Waktu dan (4)
Fasilitas. Dapat disimpulkan bahwa dalam menjaga pola komunikasi
organisasi yang paling utama adalah dibutuhkan kesadaran individu dalam
berinteraksi dengan menyesuaikan waktu, memanfaatkan fasilitas dan
menjaga hubungan antar personal sehingga tercipta kondusif dengan suasana
kekeluargaan dan kondisi yang baik.
Analisis peneliti, memperlihatkan bahwa faktor yang menjadi
penghambat pola komunikasi organisasi lebih mengarah kepada hal (1)
Hirarki dalam organisasi, (2) Kurang optimalnya fasilitas pendukung dan (3)
Hubungan yan tidak terlalu personal.Dalam pola komunikasi organisasi
yang berlangsung dapat menjadi terhambat dikarenakan beberapa faktor
seperti kurag optimalnya fasilitas pendukung (jarngan internet), hubungan
yang tidak terlalu personal dan hirarki dalam organisasi.
Selanjutnya berdasarkan dari penjabaran dan uraian hasil analisis
data penelitian, peneliti kemudian dapat menyimpulkan bahwa memang
sebaiknya didalam suatu organisasi seyogiyanya menggunakan satu pola
yang dijadikan acuan dasar dalam menjaga pola berkomunikasi agar lebih
efektif. Untuk organisasi sektor publik yang mengharapkan hadirnya
78
efektivitas serta responsivitas yang baik dalam memberikan pelayanan
sebaiknya menggunakan pola komunikasi Y dimana alur informasi yang
tersalurkan tidak hanya terpaku dan berasal dari pucuk pimpinan saja,
melainkan setiap kepala yang membidangi bidang tertentu dapat
memberikan komando serta arahan bagi para anggotanya agar dapat
memaksimalkan pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan.
79
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada pembahasan
sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pola komunikasi yang digunakan di Kantor Camat Tallo yaitu Pola
Lingkaran, Pola Roda, dan Pola Y. Pada Kantor Camat Tallo
menggunakan pola komunikasi lingkaran disaat melakukan rapat
koordinasi guna untuk mencapai tujuan organisasi yang disepakati
bersama setiap bidang agar pekerjaan dapat terselesaikan tanpa adanya
kesalahan. Pola Komunikasi Roda yakni pemimpin memiliki kekuasaan
penuh dalam mengontrol setiap pegawainya. Dalam hal ini dia satu-
satunya orang yang dapat mengirim dan menerima pesan dari semua
anggota. Sedangkan Pada pola Y ini memiliki pemimpin yang jelas, tetapi
anggota lainnya berperan sebagai pemimpin kedua.
2. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dan analisis peneliti,
memperlihatkan bahwa faktor yang menjadi pendukung ialah (1)
Hubungan yang personal, (2) Media Komunikasi, (3) Waktu dan (4)
Fasilitas. Sedangkan yang menjadi faktor yang menjadi penghambat pola
komunikasi organisasi lebih mengarah kepada hal (1) Hirarki dalam
organisasi, (2) Kurang optimalnya fasilitas pendukung dan (3) Hubungan
yan tidak terlalu personal
80
B. Saran
1) Diharapkan dari penelitian yang telah dilakukan, bahwa pola
komunikasi antara pimpinan dan staff berpengaruh secara
signifikan terhadap kelangsungan di lingkungan Kantor. Baik latar
belakang, karakter, sikap, dan sifat pimpinan dan staff sehingga
dapat berkomunikasi dengan efektif dan mencapai tujuan bersama.
2) Diharapkan dari penelitian ini, bahwa semua hambatan yang ada
dan yang pernah terjadi dapat menjadi pembelajaran untuk
kemajuan dan pengembangan di lingkungan kantor di masa
selanjutnya
3) Sebaiknya menggunakan pola komunikasi Y dimana alur informasi
yang tersalurkan tidak hanya terpaku dan berasal dari pucuk
pimpinan saja, melainkan setiap kepala yang membidangi bidang
tertentu dapat memberikan informasi serta arahan yang diperlukan.
81
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran Terjemahan. 2015. Departemen Agama RI. Bandung: CV Darus Sunnah . Agus M. Hardjana. 2003. Komunikasi intrapersonal & Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Penerbit Kanisius Arni, Muhammad. 2014. Komunikasi Organisasi. Jakarta : Bumi Aksara. Aw, Suranto. 2011. Komunikasi Interpersonal . Yogyakarta : Graha Ilmu Don F. Faules. 2015. Komunikasi Organisasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Eko Harry Susanto.2013.Komunikasi Politik Pesan Kepemimpinan dan Khalayak Jakarta: Mitra Wacana Media Fiske, John. 2014.Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers Gunawan, Imam.2013.Metode Peneltian Kualitatif. Jskarta; PT. Bumi Aksara Hardjana, Andre.2016. Komunikasi Organisasi, Strategi dan Kompetensi. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara Jauhar, Muhammmad.2013.Pengantar Teori & Perilaku Organisasi. Jakarta: Prestasi Pustaka Liliwery,Alo. 2014.Sosiologi dan Komunikasi Organisasi. Jakarta: PT. Bumi Rajawali Pers Liliweri, Alo, 2004, Dasar-dasar Komunikasi Antar Budaya, Yogyakarta Pustaka Pelajar. Morissan. 2009. Teori Komunikasi Organisasi. Bogor. Penerbit Ghalia Indonesia Mulyana, Dedi. 2001. Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya R. Wayne Pace, Don F. Faulos, 2006 .Komunikasi Organisasi: Strategi meningkatkan kinerja perusahaan (editor Deddy Mulyana, MA, Ph.D.), PT Remaja Rosdakarya Bandung 2006
Rakhmat, Jalaluddin. 2000. Psikologi Komunikasi. Bandung. Penerbit PT. Remaja. Rosdakarya Romli, Khomsahrial.2011. Komunikasi Organisasi Lengkap.Jakarta: Grasindo Ruliana, Poppy. 2016. Komunikasi Organisasi: Teori dan Studi Kasus. Jakarta : Rosdakarya Subkhi, Akhmad.2013. Pengantar Teori & Perilaku Organisasi. Jakarta: PrestasiPustaka Sugiyono. 2012 . Memahami Penelitian Kuantitatif . Bandung : Alfabeta. ______________. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods) Edisi Keempat. Bandung : Alfabeta ______________. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R & D. Bandung : Alfabeta Soyomukti, Nurani, 2010. Pengantar Ilmu Komunikasi. Cetakan Pertama, Yogyakarta: Penerbit Ar-Ruzz Media Wibowo. 2015.Perilaku Dalam Organisasi. Jakarta: Rajawali Pers Sumber Online : Aprini,Ita.2014. Pola Komunikasi Organisasi Antara Pimpinan dan Staff PT.PP.London Sumatra Indonesia,Tbk.Palangisang Estate Di Desa Tamatto Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba, https://pakarkomunikasi.com komunikasi. Diakses pada 22 Januari 2020, pukul 23:48 WIB