Upload
buixuyen
View
231
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT
TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) BERBANTUAN ANIMASI
FLASH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN
KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA
SKRIPSI
Oleh :
Nur Kholis Novianto
K.2307043
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT
TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) BERBANTUAN ANIMASI
FLASH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN
KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA
Oleh :
Nur Kholis Novianto
K.2307043
Skripsi
Ditulis Dan Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Guna
Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Fisika
Jurusan Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji di
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univesitas Sebelas Maret Surakarta.
Pada hari : Kamis
Tanggal : 21 Juli 2011
Persetujuan Pembimbing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi sebagian dari persyaratan guna mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan.
Pada hari : Kamis
Tanggal : 21 Juli 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Nur Kholis N. K2307043. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS
(STAD) BERBANTUAAN ANIMASI FLASH UNTUK MENINGKATKAN
AKTIVITAS BELAJAR DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA. Skripsi,
Surakarta : Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret
Surakarta, Juli 2011.
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatnya
aktivitas belajar dan kemampuan kognitif siswa kelas VII.B SMP Negeri 10
Surakarta tahun ajaran 2010/2011 dengan model pembelajaran kooperatif tipe
Student Team Achievement Divisions (STAD) berbantuan animasi flash pada
materi Gerak.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research) dengan model Kurt Lewin dan model Kolaboratif yang dilaksanakan
dalam tiga siklus. Setiap siklus diawali tahap persiapan kemudian dilanjutkan
tahap pelaksanaan, tahap pengamatan dan tahap refleksi. Subyek penelitian adalah
siswa kelas VII.B SMP Negeri 10 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011 sebanyak
36 siswa dengan penelitian dikhususkan pada materi Gerak. Data diperoleh
melalui pengamatan, wawancara dan diskusi dengan guru, observer dan siswa,
pre-test & post-test, catatan observer, kamera & handycam dan kajian dokumen.
Data-data dari hasil penelitian diolah dan dianalisis secara kualitatif yang
dilakukan dalam tiga komponen yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD)
berbantuan animasi flash dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan
kemampuan kognitif siswa pada materi Gerak kelas VII.B SMP Negeri 10
Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan
aktivitas belajar pada tiap siklus. Dari indikator aktivitas yang ditentukan terjadi
peningkatan aktivitas belajar positif tiap siklus, dari 72,43% di siklus I menjadi
84,23% di siklus II dan 89,75% di siklus III. Sedangkan aktivitas belajar
negatifnya semakin berkurang dalam tiap siklus, yaitu 27,57% di siklus I menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
15,77% di siklus II dan 10,25% di siklus III. Kemampuan kognitif siswa juga
meningkat dalam setiap siklus dengan peningkatan nilai rata-rata pre-test ke post-
test, yakni 58,82 menjadi 88,68 dengan rata-rata gain ternormalisasi 0,73 pada
siklus I, 49,00 menjadi 88,68 dengan rata-rata gain ternormalisasi 0,78 pada
siklus II dan 50,43 menjadi 77,86 dengan rata-rata gain ternormalisasi 0,55 pada
siklus III.
Kata Kunci : pembelajaran kooperatif, STAD, flash, aktivitas belajar, kemampuan
kognitif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
Nur Kholis N. K2307043. THE APPLICATION OF COOPERATIVE
LEARNING MODEL STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION
(STAD) TYPE ASSISTED BY FLASH ANIMATION TO IMPROVE THE
STUDENT LEARNING ACTIVITIES AND COGNITIVE ASPECT. Thesis.
Surakarta : Teacher Training and Education Faculty , Sebelas Maret University,
july 2011.
The aims of this research to improve the students learning activity and
cognitive aspect by using cooperatif learning model Student Team Achievement
Divisions (STAD) type assisted by flash animation media in VIIB class of SMP
10 Surakarta at academic year 2010/ 2011 on subject matter “Motion”.
This research is a classroom action research with kurt lewin and
collaborative model that was held in three cycles. The cycles were started by
preparation phase then were continued by implementation phase, observation
phase and reflection phase.. The research subject is the student of VII.B of smp
10 surakarta at academic year of 2010/2011, which is consist of 36 studentsand
the research was specialized on motion chapter. The data was collected through
observation, interview and discusion with the teacher, observer and the student,
the result of pretest and post-test, observer notes, documentation using camera and
handycam and referrence document. The datas of research result were processed
and analized qualitatively into three component,they were reduction data,
reserving data and making conclution.
Based on result of research, it can be concluded that The application
using cooperatif learning model Student Team Achievement Divisions (STAD)
type assisted by flash animation media can improve the student learning activities
on subject matter Motion at VIIB class of SMP 10 Surakarta of academic year
2010/2011. It can be seen from the observation result of learning activities each
cycle. Based on the indicators of activities which have been determined,its
occured incresing of positif learning activities each cycle, from 72.43% in cycle I
become 84.23% in cycle II and 89.75% in cycle III. While the negatif learning
activities more decrese in each cycle, they are 27.57% in cycle I become 15,77%
in cycle II and 10.25% in cycle III. Student’s cognitif aspect also increase each
cycle with the incresing average point of pre-test to post-test is 58.82 become
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
88.68 in cycle I with 0.73 of normalized gain, 49.00 become 88.68 with 0.78 of
normalized gain in cycle II, and 50.43 become 77.86 with 0.55 of normalized gain
in cycle III.
Keyword : Cooperatif learning, STAD, Flash Animation, Learning activities,
kognitif aspect.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
MOTTO
“Khoirunnas ,anfa’uhu linnas”, Sebaik-baik manusia adalah manusia yang
berguna bagi orang lain. (HR Bukhari Muslim)
“Aku adalah pribadi yang BEDA, karena BEDA itu hanya mempunyai dua
kemungkinan (The Best & The Worst). Dan kalaupun saat ini aku menjadi pribadi
yang terjelek, setidaknya dalam setiap langkahku adalah langkah menuju yang
terbaik”. ( Penulis)
“ Menjadi Ahli Ilmu itu lebih mulia daripada Ahli Harta, maka tuntutlah ilmu, gali
sedalam-dalamnya dan gunakan untuk kemaslahatan orang banyak. Semakin
diamalkan, insyaalloh semakin banyak pahala yang terkumpul, amiiin”. (Penulis)
”Suatu saat nanti kita pasti MENYESAL, bukan atas seberapa banyaknya
kesalahan yang kita perbuat, tetapi karena kita TIDAK BERBUAT APA-APA ”.
Jadilah orang yang bermanfaat bagi orang lain, buatlah karya yang besar dan
berikan yang terbaik yang kita miliki. (Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
PERSEMBAHAN
Makalah Skripsi ini dipersembahkan kepada :
Orangtua ku, Ibu Siti Waidah, S.Pd.SD dan
Bapak Panut, S.Pd.SD yang telah memberikan
kasih sayang, doa restu dan nasehat yang belum
bisa terbalas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan untuk memenuhi
sebagian dari persyaratan guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penulisan Skripsi
ini. Namun, berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan tersebut dapat
dapat teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan ijin penelitian.
2. Bapak Sukarmin, S.Pd.,M.Si.,Ph.D. Selaku Ketua Jurusan P.MIPA Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah menyetujui permohonan penyusunan Skripsi ini.
3. Bapak Drs. Supurwoko, M.Si. Selaku Ketua Program Fisika Jurusan P. MIPA
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak Drs. Edy Wiyono, M.Pd. Selaku Dosen Pembimbing I Program Fisika
Jurusan P. MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
5. Ibu Elvin Yusliana Ekawati, S.Pd.,M.Pd. Selaku Dosen Pembimbing II yang
telah memberikan bimbingan dalam penyusunan Skripsi ini.
6. Bapak Haryanto, S.Pd. Selaku Kepala SMP Negeri 10 Surakarta yang telah
memberikan izin untuk mengadakan penelitian.
7. Ibu Endang Purwaningsih,S.Pd. Selaku guru mata pelajaran Fisika SMP Negeri
10 Surakarta yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama penulis
melakukan penelitian.
8. Siswa-siswi kelas VII.B SMP Negeri 10 Surakarta. Terima kasih atas bantuan
dan kerjasamanya, salam kompak selalu.
9. Ibu dan Bapak yang telah memberikan do’a restu dan dorongan sehingga
penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
10. Adik-adikku (Nisa dan Farhan) yang memberi warna di sela-sela waktu
luangku.
11. Saudari Atna Fresh Violina Marrysca, terimakasih atas segala doa, kesabaran dan
semangat yang telah diberikan.
12. Mbak Nufy dan mbak Ana yang telah banyak memberi saran dalam proses
penelitian ini
13. Sahabat-sahabatku Fisika 2007 untuk segala dukungan, persahabatan, dan
bantuannya.
14. Keluarga besar Pendidikan Fisika FKIP UNS, semoga dapat mencetak generasi
pendidik yang dapat bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa.
15. Keluarga besar Karang Taruna, Ikatan Pemuda-pemudi Karangturi (IKPK) yang
memberi banyak motivasi untuk berkembang.
16. Teman-teman dari Teacher Training Programs of PASIAD, terimakasih atas
segala ilmu dan semangat yang sudah diberikan.
17. Teman-teman kost An-Nur putra yang selalu memberi warna tersendiri untuk
segala dukungan dan kekeluargaannya.
18. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.
Semoga amal baik semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT.
Penulis menyadari sepenuhnya skripsi yang telah dikerjakan ini masih
jauh dari kesempurnaan. Penulis berharap semoga karya ini bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan.
Surakarta, Juli 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN ........................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................ v
HALAMAN ABSTRACT ............................................................................. vii
HALAMAN MOTTO .................................................................................... ix
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... x
KATA PENGANTAR ................................................................................... xi
DAFTAR ISI .................................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………… .... xvii
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………… . xviii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah.................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .......................................................................... 3
C. Pembatasan Masalah ......................................................................... 3
D. Perumusan Masalah .......................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian .............................................................................. 5
F. Manfaat Penelitian ............................................................................ 6
BAB II. LANDASAN TEORI ....................................................................... 7
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 7
1. Hakikat Belajar dan Pembelajaran .............................................. 7
2. Pembelajaran Kooperatif............................................................. 8
a. Tipologi Pembelajaran Kooperatif ........................................ 9
b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif .......................................... 10
c. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif.......................... 12
3. Metode Pembelajaran Student Teams Achievement
Divisions (STAD) ....................................................................... 13
4. Media Pembelajaran .................................................................... 17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
a. Media Pembelajaran Berbasis Komputer .............................. 19
b. Media Pembelajaran Berbasis Penggunaan Animasi
Macromedia Flash ................................................................ 20
c. Karakteristik Pembelajaran Fisika Menggunakan
Animasi Flash ...................................................................... 21
5. Aktivitas Belajar ………………………………………. ........... 22
6. Kemampuan Kognitif .................................................................. 23
7. Penelitian Tindakan Kelas .......................................................... 24
B. Penelitian Relevan ............................................................................ 28
C. Kerangka Pemikiran .......................................................................... 29
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 31
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 31
1. Tempat Penelitian ....................................................................... 31
2. Waktu Penelitian ......................................................................... 31
B. Subjek dan Objek Penelitian ............................................................. 31
C. Metode Penelitian ............................................................................. 32
D. Prosedur Penelitian ........................................................................... 33
E. Data dan Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen ........................ 36
1. Data Penelitian ............................................................................ 36
2. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 36
a. Pengamatan/ Observasi ......................................................... 36
b. Wawancara atau Diskusi ....................................................... 37
c. Kajian Dokumen ................................................................... 38
d. Kamera dan Handycam ........................................................ 38
e. Tes ........................................................................................ 38
F. Analisis Data ..................................................................................... 38
1. Reduksi Data .............................................................................. 38
2. Penyajian Data ............................................................................ 39
3. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi ....................................... 39
G. Pemeriksaan Validitas Data .............................................................. 40
H. Kriteria Keberhasilan Penelitian ....................................................... 41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………… ......... 43
A. Keadaan Pra Siklus ……………………………………………… 43
B. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I ……………………………. .... 45
1. Tahap Perencanaan ………………………….. .......................... 45
2. Tahap Pelaksanaan …………………………. ............................ 46
3. Tahap Pengamatan…………………………….. ........................ 48
4. Tahap Refleksi …………………………………….................... 50
C. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II …………………………….. . 51
1. Tahap Perencanaan ………………………….. .......................... 51
2. Tahap Pelaksanaan …………………………. ............................ 52
3. Tahap Pengamatan…………………………….. ........................ 55
4. Tahap Refleksi …………………………………….................... 56
D. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus III …………………………….. 57
1. Tahap Perencanaan ………………………….. .......................... 58
2. Tahap Pelaksanaan …………………………. ............................ 58
3. Tahap Pengamatan…………………………….. ........................ 61
4. Tahap Refleksi …………………………………….................... 63
E. Pembahasan dan Pengambilan Keputusan ....................................... 64
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………… 68
A. Kesimpulan ……………………………………………………… 68
B. Saran ……………………………………………………………… 68
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 70
LAMPIRAN ……………………………………………………………….. 73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 2.1 Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok
Belajar Konvensional ……………………… ............................. 11
Tabel 2.2 Perbedaan Antara Penelitian Formal Dengan Classroom
Action Research .......................................................................... 28
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ................. 48
Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siklus II .......................... 55
Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siklus III ......................... 62
Tabel 4.4 Perbandingan Aktivitas Belajar Siswa ..................................... 64
Tabel 4.5 Kemampuan Kognitif Siswa .................................................... 65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2.1 Prosedur Pelaksanaan PTK..................................................... 25
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir .................................................................. 30
Gambar 3.1 Skema Analisis Data .............................................................. 39
Gambar 3.2 Skema pemeriksaan Validitas Data ........................................ 41
Gambar 4.1 Animasi Gerak Bersifat Relatif ……… ................................. 47
Gambar 4.2 Kegiatan Diskusi Kelompok................................................... 48
Gambar 4.3 Animasi Flash Siklus II …………………… ......................... 53
Gambar 4.4 Kegiatan Diskusi Kelompok Siklus II .................................... 54
Gambar 4.5 Animasi Flash Siklus III ......................................................... 59
Gambar 4.6 Kegiatan Diskusi Kelompok Siklus III …………….............. 60
Gambar 4.7 Grafik Perbandingan Aktivitas Belajar Siswa ........................ 65
Gambar 4.8 Grafik Perbandingan Nilai Rata-rata Siswa ……. ................. 66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1 Silabus .................................................................................... 73
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ............................ 80
Lampiran 3 Lembar Kerja Diskusi (LKD) ................................................ 115
Lampiran 4 Tes Kognitif ............................................................................ 127
Lampiran 5 Hasil Tes Kognitif ……… ..................................................... 138
Lampiran 6 Lembar Observasi ................................................................... 141
Lampiran 7 Hasil Wawancara …………………… ................................... 152
Lampiran 8 Surat Validasi Isi .................................................................... 160
Lampiran 9 Dokumentasi Penelitian .......................................................... 171
Lampiran 10 Lain-lain …………… ............................................................ 175
Lampiran 11 Surat-surat............................................................................... 178
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) merupakan penyempurnaan
kurikulum berbasis kompetensi (KBK) sebagai suatu upaya untuk meningkatkan
prestasi siswa didik. KTSP dikembangkan oleh setiap kelompok atau satuan
pendidikan di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau propinsi untuk
pendidikan menengah sesuai dengan relevansinya. KTSP bukanlah kurikulum yang
hanya menekankan pada penguasaan materi atau konsep (based concept) tapi juga
pencapaian kompetensi (based competency). Dengan demikian diharapkan
pencapaian kompetensi siswa juga meningkat sehingga sesuai dengan standar isi dan
standar kelulusan pada KTSP.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru bidang studi Fisika
di SMP Negeri 10 Surakarta, Ibu Endang Purwaningsih, S.Pd., beliau mengemukakan
bahwa untuk kelas VII.B materi Pemuaian yang lulus hanya 10 % dengan batas tuntas
kelulusan dengan nilai 62. Hal ini menunjukkan hasil belajar Fisika siswa rendah dan
belum mencapai target standart ketuntasan karena kriteria ideal ketuntasan untuk
masing-masing indikator dalam KTSP adalah 75 %. Selain itu, dari beberapa siswa
yang kami wawancarai mengemukakan bahwa pembelajaran Fisika dalam
pembelajaran tersebut berlangsung kurang menarik bagi siswa. Terbukti dari
observasi yang dilakukan ternyata beberapa siswa asyik bermain sendiri dan hampir
semua siswa bersikap pasif dan kurang banyak bertanya tentang materi yang siswa
merasa belum jelas.
Rendahnya hasil belajar siswa diduga karena beberapa faktor diantaranya
siswa kurang memperhatikan saat guru mengajar karena pembelajaran Fisika masih
diajarkan secara konvensional. Selain itu pemahaman materi Fisika siswa juga masih
rendah karena siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam proses penemuan suatu
konsep seperti melakukan kegiatan pengamatan, siswa cenderung lebih banyak
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
menerima informasi (Teacher Center) sehingga konsep yang didapat siswa tersebut
tidak tertanam dalam ingatan siswa. Selama proses pembelajaran siswa seharusnya
ikut dilibatkan secara langsung agar siswa memperoleh pengetahuan dari pengalaman
belajarnya.
Pada PP No 19 tahun 2005 pasal 19 ayat (1) dijelaskan bahwa proses
pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Sedangkan ayat (3) menyatakan bahwa setiap satuan pendidikan melakukan
perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil
pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses
pembelajaran yang efektif dan efisien. Untuk itu maka perlu dikembangkan suatu
model pengajaran yang menyenangkan, efektif dan efisien.
Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk mengatasi
kondisi pembelajaran Fisika di atas adalah model pembelajaran kooperatif STAD
(Student Teams Achievement Divisons). Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa
teknik-teknik pembelajaran kooperatif lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar
dibandingkan dengan pengalaman-pengalaman belajar individual atau kompetitif.
Pada model pembelajaran ini, bukan lagi guru yang mendominasi jalannya
pembelajaran Teacher Center tetapi siswa yang dituntut lebih aktif dalam
pembelajaran sehingga lebih cenderung ke Student Center.
Perkembangan teknologi yang pesat menghasilkan media pembelajaran yang
menarik dan lebih interaktif. Salah satunya dengan memanfaatkan program
Macromedia Flash, tetapi program tersebut jarang dimanfaatkan pada pembelajaran
Fisika karena pembuatannya cukup rumit dan membutuhkan banyak waktu.
Pembelajaran yang menggunakan media Flash ini juga membutuhkan persiapan lebih
karena harus memakai laptop/ perangkat komputer dan LCD .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Berdasarkan latar belakang dan tinjauan terhadap beberapa hasil penelitian
yang sejenis maka dalam mengajarkan mata pelajaran Fisika di kelas VII.B SMP
Negeri 10 Surakarta tim peneliti sepakat untuk menerapkan MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (Student Teams Achievement
Divisions) BERBANTUAN ANIMASI FLASH UNTUK MENINGKATKAN
AKTIVITAS BELAJAR DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA .
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka masalah dapat
diidentifikasi permasalahan yang dihadapi guru IPA Fisika kelas VII.B SMP Negeri
10 Surakarta tahun ajaran 2010/ 2011 yaitu:
1. Fisika sebagai salah satu ilmu dalam bidang sains merupakan salah satu mata
pelajaran yang sering kali disajikan kurang menarik dalam pembelajaran.
2. Pembelajarann Fisika jarang disajikan secara Student Centre dan lebih cenderung
disajikan secara Teacher Centre.
3. Model Pembelajaran kooperatif masih jarang digunakan dalam pembelajaran
Fisika.
4. Kurang tepatnya model pembelajaran Fisika dalam menyampaikan materi tertentu
selama ini menyebabkan aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa kurang
optimal.
5. Pemanfaatan program Macromedia Flash belum dilakukan guru dalam
pembelajaran Fisika.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah di atas, maka
dalam penelitian ini penulis membatasi masalah agar penelitian ini dapat mencapai
tujuan, ruang lingkup dan arahan yang jelas. Adapun pembatasan masalah tersebut
adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
1. Subyek Penelitian :
Subyek penelitian adalah siswa kelas VII.B SMP Negeri 10 Surakarta tahun
ajaran 2010/ 2011.
2. Model dan Media Pembelajaran
Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD)
berbantuan media animasi flash.
3. Materi Pelajaran
Materi pelajaran IPA Fisika dibatasi pada materi pokok Gerak.
4. Obyek Penelitian
a. Aktivitas Belajar Siswa
Aktivitas belajar siswa terdiri dari aktivitas positif dan aktivitas negatif
dengan indikator sebagai berikut:
Tabel 1.1. Indikator Aktivitas Belajar Siswa
ASPEK INDIKATOR ITEM ITEM
+ -
Oral activities
Siswa bertanya jika ada hal yang kurang jelas kepada
guru.
1 1
Siswa memberikan ide/ gagasan untuk memecahkan
masalah dalam diskusi kelompok.
1 1
Visual activities Siswa membaca buku materi Fisika 2 2
Writing Activities
Siswa menulis hasil pemecahan masalah dalam
diskusi.
3 3
Siswa membuat ringkasan materi / catatan 3 3
Mental Activities
Siswa menganalisa soal yang ada di LKS 4 4
Siswa mengerjakan soal yang ada di LKS 4 4
Listening activities Siswa mendengarkan penjelasan dari teman yang
sedang diskusi dalam kelompok.
5 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
b. Kemampuan Kognitif Siswa.
Kemampuan kognitif siswa yang dimaksud adalah kemampuan kognitif siswa
dari pre-test dan post-test.
5. Target Ketercapaian
a. Aktivitas Belajar Siswa
- Rata-rata aktivitas positif siswa lebih dari 85,00 %
- Rata-rata aktivitas negatif siswa kurang dari 15,00 %
b. Kemampuan Kognitif Siswa
Peningkatan kemampuan kognitif siswa dengan rata-rata gain ternormalisasi
kelas lebih dari 0,50.
D. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan
masalah dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams
Achievement Divisions) berbantuan animasi flash dapat meningkatkan aktivitas
belajar siswa kelas VII.B SMP Negeri 10 Surakarta pada materi pokok Gerak?
2. Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams
Achievement Divisions) berbantuan animasi flash dapat meningkatkan
kemampuan kognitif siswa kelas VII.B SMP Negeri 10 Surakarta pada materi
pokok Gerak?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan yang hendak dicapai dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
“Meningkatnya aktivitas belajar dan kemampuan kognitif siswa kelas VII.B SMP
Negeri 10 Surakarta dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
(Student Teams Achievement Divisions) berbantuan animasi flash.“
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi siswa
a) Memberikan suasana baru dalam pembelajaran sehingga siswa lebih aktif
dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
b) Siswa lebih mudah dalam menerima atau menyerap materi pelajaran
sehingga diharapkan agar tujuan pembelajaran Fisika dapat tercapai secara
optimal.
2. Bagi guru
a) Sebagai masukan bagi guru untuk dapat memilih model pembelajaran yang
tepat sehingga dapat meningkatkan partisipasi dan prestasi siswa dalam
proses pembelajaran .
b) Memberikan kesempatan guru untuk lebih menarik perhatian siswa dalam
proses belajar mengajar.
3. Bagi sekolah
Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun strategi pembelajaran pada
bidang studi Fisika di Sekolah Menengah Pertama (SMP).
4. Bagi peneliti
a) Meningkatkan efektifitas penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD (Student Teams Achievement Divisions) berbantuan animasi flash .
b) Sebagai bahan referensi yang dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Belajar dan Pembelajaran
Belajar pada prinsipnya adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat
dari interaksi antara siswa dengan sumber-sumber atau objek belajar baik secara
sengaja dirancang atau tanpa sengaja dirancang (Suliana dalam penelitian supardi,
2005: 5). Kegiatan belajar tersebut dapat dihayati (dialami) oleh orang yang sedang
belajar. Selain itu kegiatan belajar juga dapat diamati oleh orang lain. Belajar yang
dihayati oleh seorang pelajar (siswa) ada hubungannya dengan usaha pembelajaran,
yang dilakukan oleh pembelajar (guru). Effandi Zakaria dan Zanaton Iksan, dalam
Jurnalnya yang berjudul Promoting Cooperatif Learning in Science and Mathematics
Education (2006: 35) mengemukakan bahwa :
”The quality of education that teachers provide to student is highly
dependent upon what teachers do in the classroom”
Jadi, kualitas pendidikan yang didapat siswa tergantung pada apa yang dikerjakan
guru di dalam kelas. Pada satu sisi, belajar yang dialami oleh pelajar terkait dengan
pertumbuhan jasmani yang siap berkembang. Pada sisi lain, kegiatan belajar yang
juga berupa perkembangan mental tersebut juga didorong oleh tindakan pendidikan
atau pembelajaran. Dengan kata lain, belajar ada kaitannya dengan usaha atau
rekayasa pembelajar.
Dari segi siswa, belajar yang dialaminya sesuai dengan pertumbuhan
jasmani dan perkembangan mental, akan menghasilkan hasil belajar sebagai dampak
pengiring. Selanjutnya, dampak pengiring tersebut akan menghasilkan program
belajar sendiri sebagai perwujudan emansipasi siswa menuju kemandirian. Dari segi
guru, kegiatan belajar siswa merupakan akibat dari tindakan pendidikan atau
pembelajaran. Proses belajar siswa tersebut menghasilkan perilaku yang dikehendaki,
suatu hasil belajar sebagai dampak pengajaran (Dimyati&Mudjiono, 2008: 38).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
2. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang
berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar
dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya
berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok
harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.
Effandi Zakaria dan Zanaton Iksan, dalam Jurnalnya yang berjudul Promoting
Cooperatif Learning in Science and Mathematics Education (2006: 36)
mengemukakan bahwa :
Cooperative learning is grounded in the belief that learning is most
effective when students are actively involved in sharing ideas and work
cooperatively to complete academic tasks.
Jadi, pembelajaran kooperatif berlandaskan kepercayaan bahwa pembelajaran paling
efektif yaitu saat siswa aktif terlibat dalam mengutarakan ide dan bekerja secara kerja
sama untuk mengerjakan tugas akademik. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar
dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai
bahan pelajaran.
Menurut Anita Lie (2005: 32-35), unsur-unsur dasar dalam pembelajaran
kooperatif adalah sebagai berikut:
a. Saling ketergantungan positif.
Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya.
Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas
sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan
tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan,
b. Tanggung Jawab Perseorangan.
Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan
pola penilaian dibuat menurut prosedur pembelajaran kooperatif, setiap siswa
akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
c. Tatap Muka.
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan
berdiskusi. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil
pemikiran dari satu kepala saja.
d. Komunikasi Antar Anggota.
Keberhasilan suatu kelompok bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk
saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat.
e. Evaluasi Proses Kelompok.
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi
proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja
dengan lebih efektif.
Pembelajaran kooperatif bukan hanya sebuah teknik pengajaran yang
ditujukan untuk meningkatkan pencapaian prestasi para siswa, ini juga merupakan
cara untuk menciptakan keceriaan, lingkungan yang pro-sosial di dalam kelas, yang
merupakan salah satu manfaat penting untuk memperluas perkembangan
interpersonal dan keefektifan. (Slavin, 2008: 100).
a. Tipologi Pembelajaran Kooperatif
Metode pembelajaran kooperatif (Slavin, 2008: 26-28) memiliki berbagai
macam perbedaan, tetapi dapat dikategorisasikan menurut enam karakteristik
prinsipal berikut ini:
1) Tujuan Kelompok. Kebanyakan metode pembelajaran kooperatif menggunakan
beberapa bentuk tujuan kelompok. Dalam metode pembelajaran tim siswa, ini
bisa berupa sertifikat atau rekognisi lainnya yang diberikan kepada tim yang
memenuhi kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.
2) Tanggung jawab individual. Ini dilaksanakan dalam dua cara. Yang pertama
adalah dengan menjumlah skor kelompok atau nilai rata-rata kuis individual atau
penilaian lainnya., seperti dalam model pembelajaran siswa. Yang kedua adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
spesialisasi tugas, dimana tiap siswa diberikan tanggung jawab khusus untuk
sebagian tugas kelmpok.
3) Kesempatan sukses yang sama. Karakteristik unik dari metode pembelajaran tim
siswa adalah penggunaan metode skor yang memastikan semua siswa mendapat
kesempatan yang sama untuk berkontribusi dalam timnya.
4) Kompetisi tim. Studi tahap awal dari STAD dan TGT menggunakan kompetisi
antar Tim sebagai sarana untuk memotivasi siswa untuk bekerjasama dengan
anggota timnya.
5) Spesialisasi Tugas. Unsur utamamnya adalah tugas untuk melaksanakan subtugas
terhadap masing-masing anggota kelompok.
6) Adaptasi terhadap kebutuhan kelompok. Kebanyakan metode pembelajaran
kooperatif menggunakan pengajaran yang mempercepat langkah kelompok.
b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang
menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada
kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah
menciptakan situasi di mana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk
saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas
kooperatif para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan
berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan
menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Pembelajaran kooperatif
dapat membantu membuat perbedaan menjadi bahan pebelajaran dan bukannya
menjadi masalah. (Slavin, 2008: 4-5).
Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai tujuan bersama, maka
siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang
akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah. Killen dalam Trianto (2007:
43-44) membandingkan beberapa hal terkait kelompok belajar kooperatif dengan
kelompok belajar konvensional sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Tabel 2.1 Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Belajar
Konvensional
Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar Konvensional
Adanya saling ketergantungan positif,
saling membantu, dan saling
memberikan motivasi sehingga ada
interaksi promotif
Guru sering membiarkan adanya siswa
yang mendominasi kelompok atau
menggantungkan diri pada kelompok
Adanya akuntabilitas individual yang
mengukur penguasaan materi pelajaran
tiap anggota kelompok, dan kelompok
diberi umpan balik tentang hasil belajar
para anggotanya sehingga dapat saling
mengetahui siapa yang memerlukan
bantuan dan siapa yang dapat
memberikan bantuan
Akuntabilitas individual sering diabaikan
sehingga tugas-tugas sering diborong
oleh salah seorang anggota kelompok
sedangkan anggota kelompok lainnya
hanya ”mendompleng” keberhasilan
”pemborong”
Kelompok belajar heterogen, baik dalam
kemampuan akademis, jenis kelamin,
ras, etnik, dan sebagainya sehingga
dapat saling mengetahui siapa yang
memerlukan bantuan dan siapa yang
memberikan bantuan
Kelompok belajar biasanya homogen
Pimpinan kelompok dipilih secara
demokratis atau bergilir untuk
memberikan pengalaman memimpin
bagi para anggota kelompok
Pemimpin kelompok sering ditentukan
oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk
memilih pimpinannya dengan cara
masing-masing
Keterampilan sosial yang diperlukan
dalam kerja gotong-royong seperti
Keterampilan sosial sering tidak secara
langsung diajarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
kepemimpinan, kemampuan
berkomunikasi, mempercayai orang
lain, dan mengelola konflik secara
langsung diajarkan
Pada saat belajar kooperatif sedang
berlangsung guru terus melakukan
pemantauan melalui observasi dan
melakukan intervensi jika terjadi
masalah dalam kerja sama antar anggota
kelompok
Pemantauan melalui observasi dan
intervensi sering tidak dilakukan oleh
guru pada saat belajar kelompok sedang
berlangsung
Guru memperhatikan secara proses
kelompok yang terjadi dalam kelompok-
kelompok belajar
Guru sering tidak memperhatikan proses
kelompok yang terjadi dalam kelompok-
kelompok belajar
Penekanan tidak hanya pada
penyelesaian tugas tetapi juga hubungan
interpersonal (hubungan antar pribadi
yang saling menghargai)
Penekanan sering hanya pada
penyelesaian tugas
(Killen (1996) dalam Trianto, 2007: 43-44)
c. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang
menggunakan pembelajaran kooperatf. Langkah-langkah itu menurut Trianto
(2007:48-49) terbagi menjadi fase-fase sebagai berikut:
Fase-1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa; guru menyampaikan semua
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi siswa agar lebih bersemangat
dalam belajar Fisika.
Fase-2. Menyajikan informasi; siswa mendapatkan informasi dari demonstrasi atau
melalui bahan bacaan yang disajikan guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Fase-3. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar; guru menjelaskan
kepada siswa mengenai pembentukan kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Fase-4. Membimbing kelompok; guru membimbing kelompok-kelompok belajar
pada saat pengerjaan tugas kelompok.
Fase-5. Evaluasi; guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah
dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase-6. Memberikan penghargaan; guru mencari cara-cara untuk menghargai baik
upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
3. Metode Pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD)
STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di
Universitas John Hopkin dan merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang
paling sederhana. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Scott Amstrong dalam
Jurnalnya yang berjudul Effect on Student Achievement and Attitude (2008: 1), beliau
berpendapat
“STAD has been described as the simplest of a group of cooperative learning
techniques referred to as Student Team Learning Methods”.
Jadi, STAD adalah teknik pembelajaran kooperatif paling sederhana dari metode
pembelajaran kelompok. Guru yang menggunakan STAD, juga mengacu kepada
belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap
minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Siswa dalam suatu kelas tertentu
dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah
heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki
kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan
atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan
kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui
tutorial, kuis, satu sama lain dan atau melakukan diskusi. Hal tersebut juga dikuatkan
oleh Joan Benek-Rivera dan Vinita E Mathew dalam Journal of Management
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Education (2004: 108) yang berjudul Active Learning with Jeopardy : Students Ask
the Question yang mengungkapkan
“For most class sizes, it is a good idea to have students group compete with
one another. Group can range from 3 to 5 members each. The number of
groups does not to be limited, as scores can be kept for multiple groups….”
Jadi, untuk kelas yang terdiri dari banyak siswa sangat bagus apabila dibuat
kelompok yang kompetitif. Jumlah kelompok dapat disesuaikan, dapat berisi 3
sampai 5 siswa dalam satu kelompok.
Secara individual setiap minggu atau setiap dua minggu siswa diberi kuis.
Kuis itu diskor, dan tiap individu diberi skor perkembangan. Skor perkembangan ini
tidak berdasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor
itu melampaui rata-rata skor yang lalu. Setiap minggu pada suatu lembar penilaian
singkat atau dengan cara lain, diumumkan tim-tim dengan skor tertinggi, siswa yang
mencapai skor perkembangan tinggi, atau siswa yang mencapai skor sempurna pada
kuis-kuis itu. Kadang-kadang seluruh tim yang mencapai kriteria tertentu
dicantumkan dalam lembar itu.
Menurut Slavin (2008, 143-147) metode STAD terdiri dari lima komponen
utama yaitu:
a. Presentasi kelas
Materi STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini
merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi
pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi
audiovisual. Bedanya presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa
presentasi tersebut haruslah benar-benar berfokus pada unit STAD. Dengan cara
ini, para siswa akan menyadari bahwa siswa harus benar-benar memberi perhatian
penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu
siswa mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis siswa menentukan skor tim.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
b. Tim atau kelompok
Tim terdiri dari 4-5 siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal
kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama dari tim adalah
memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya
lagi adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis
dengan baik.
Tim adalah fitur yang paling penting dalam STAD. Pada tiap poinnya, yang
ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim, dan
tim pun harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya.
c. Kuis
Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan
sekitar satu atau dua periode praktik tim, para siswa akan mengerjakan kuis
individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam
mengerjakan kuis. Sehingga setiap siswa bertanggung jawab secara individual
untuk memahami materinya.
d. Skor Kemajuan Individual
Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada
setiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih
giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. Tiap siswa
diberikan skor “awal”, yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa tersebut
sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama. Siswa selanjutnya akan
mengumpulkan poin untuk tim berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis siswa
dibandingkan dengan skor awal.
e. Rekognisi Tim
Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor
rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga digunakan
untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat siswa.
Berdasarkan nilai perkembangan yang diperoleh tim terdapat tiga tingkat
penghargaan yang diberikan untuk prestasi tim:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
1). Super Team (Tim istimewa)
Diberikan kepada kelompok yang memperoleh skor rata-rata lebih besar dari
kelompok lainnya.
2). Great Team (Tim hebat)
Diberikan kepada kelompok yang memperoleh skor rata-rata terbaik kedua
3). Good Team (Tim baik)
Diberikan kepada kelompok dengan skor rata-rata terbaik ketiga.
Seperti halnya pembelajaran lainnya, pembelajaran kooperatif STAD juga
membutuhkan persiapan yang matang sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan.
Persiapan-persiapan tersebut antara lain :
a) Perangkat Pembelajaran
Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran perlu dipersiapkan perangkat
pembelajaran yang meliputi Rencana Pembelajaran (RP), buku siswa, Lembar
Kegiatan Siswa (LKS) beserta lembar jawabnya.
b) Membentuk kelompok kooperatif
Menentukan anggota kelompok agar kemampuan siswa dalam kelompok
heterogen dan kemampuan antar satu kelompok dengan kelompok lainnya
relatif homogen.
c) Menentukan skor awal
Skor awal yang dapat digunakan dalam kelas kooperatif adalah nilai ulangan
sebelumnya. Skor awal ini dapat berubah setelah ada kuis/ pre test.
d) Pengaturan tempat duduk
Pengaturan tempat duduk dalam kelas kooperatif perlu juga diatur dengan baik,
hal ini dilakukan untuk menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif
apabila tidak ada pengaturan tempat duduk dapat menimbulkan kekacauan yang
menyebabkan gagalnya pembelajaran pada kelas kooperatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
e) Kerja kelompok
Untuk mencegah adanya hambatan pada pembelajaran kooperatif STAD,
terlebih dahulu diadakan latihan kerjasama kelompok. Hal ini bertujuan untuk
lebih jauh mengenalkan masing-masing individu dalam kelompok.
(Trianto, 2007: 52-53)
Hal penting yang harus diperhatikan dalam setiap pelaksanaan STAD adalah
pemilihan anggota kelompok. Heterogenitas harus menjadi dasar utama dalam setiap
pemilihan anggota suatu kelompok. Bahan belajar yang diberikan kepada siswa
hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga bahan ajar tersebut bisa dilanjutkan
pada proses pembelajran selanjutnya (kerja kelompok). Dalam hal memberikan
pengakuan atau penghargaan dalam kelompok tidak serta merta berdasarkan
pengamatan saja, guru juga dapat menerapkan prinsip poin individu dan poin
kelompok, yang mana secara individual siswa akan memperoleh poin individu.
Demikian juga dengan poin kelompok yang merupakan gabungan dari poin individu
yang diperoleh setiap anggota kelompok .
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa STAD
adalah model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana yang terdiri dari
beberapa komponen atau langkah-langkah dan membutuhkan persiapan yang matang
dalam penerapannya.
4. Media Pembelajaran
Sejalan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi,
berkembang pula tugas dan peranan guru sejalan dengan jumlah anak yang
memerlukan pendidikan. Harus diakui bahwa guru bukanlah satu-satunya sumber
belajar melainkan hanya salah satunya. Siswa dapat belajar dari beraneka sumber.
Siswa dapat belajar di mana saja dan kapan saja.
Gerlach dan Ely dalam Azhar Arsyad (2007 : 3) mengatakan bahwa media
apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang
membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
keterampilan atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan
sekolah adalah media. Secara khusus, media dalam proses belajar mengajar
cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis atau elektronis untuk
menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
Media adalah sebuah menu perantara atau pengantar saja. Media adalah
segala bentuk yang digunakan untuk menyalurkan pesan, pesan itulah yang harus
dapat sampai kepada peserta didik. Andersen dalam Wijaya Kusumah (2008: 31)
mengatakan bahwa media adalah perlengkapan yang digunakan untuk memperjelas
pesan dan memungkinkan terjadinya interaksi antara siswa dengan pesan. Interaksi
akan berjalan baik apabila media yang yang digunakan dapat menyampaikan pesan
yang di inginkan. Jadi pengertian media adalah segala sesuatu yang dapat
menyampaikan pesan dari sumber pesan kepada penerima.
Kegunaan media pembelajaran menurut penelitian Wijaya Kusumah (2008:
32) adalah :
a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik (dalam
bentuk kata-kata tertulis atau lisan)
b. Mengatasi keterbatasan ruang,waktu, dan daya indera, misalnya :
1). Objek yang terlalu besar–dapat digantikan dengan realitas, gambar,
film atau model.
2). Objek yang kecil–dibantu dengan proyektor mikro, film atau gambar.
3). Gerak yang terlalu lambat atau cepat, dapat dibantu dengan timelapse
atau highspeed photography.
4). Kejadian atau peristiwa yang terjadi dimasa lampau dapat
ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, photo ataupun secara
verbal
5). Objek-objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin) dapat disajikan
dalam model, diagram, dan lain-lain.
6). Konsep yang terlalu luas (gunung berapi,gempa bumi, iklim, dan
lain-lain) dapat divisualisasikan dalam bentuk film, gambar, dan
sebagainya.
c. Penggunaan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat
mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pembelajaran
berguna untuk :
1). Menimbulkan kegairahan belajar
2). Memungkinkan interaksi lebih langsung antara anak didik dengan
lingkungan dan kenyataan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
3). Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut
kemampuan dan minatnya.
Dari uraian di atas, media sangat membantu dalam pembelajaran, terlebih
bagi guru yang ingin melaksanakan pembelajaran yang interaktif dan menarik. Maka
guru dapat memanfaatkan media animasi flash dalam pembelajaran untuk
meningkatkan aktivitas dan kemampuan kognitif siswa terhadap mata pelajaran
Fisika.
a. Media Pembelajaran Berbasis Komputer
Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi juga semakin
mengembangkan bentuk dan variasi media pembelajaran. Menurut Thompson dalam
Dedy Dwitagama (2010: 320) Komputer yang digunakan dalam pembelajaran dapat
memberikan manfaat, yakni saat digunakan komputer meningkatkan motivasi
pembelajaran. Para siswa akan menikmati kerja komputer ini dan komputer
memberikan tantangan disamping komputer menampilkan perpaduan antar teks,
gambar (foto), film (video), animasi gerak, dan suara secara bersamaan maupun
bergantian.
Wankat & Oreonovicz dalam Made Wena (2009: 205) menjelaskan bahwa
keuntungan utama metode pembelajaran berbasis komputer adalah memberi
kemudahan bagi guru dalam mengembangkan materi pembelajaran lebih lanjut.
Demikian pula pembelajaran berbasis komputer memiliki beberapa keuntungan
antara lain sebagai berikut.
1). Dapat mengakomodasi siswa yang lamban karena dapat menciptakan
iklim belajar yang efektif dengan cara yang lebih individual.
2). Dapat merangsang siswa untuk mengerjakan latihan karena
tersedianya animasi grafis, warna, dan musik.
3). Kendali berada pada siswa sehingga kecepatan belajar dapat
disesuaikan dengan tingkat kemampuan.
Disamping itu, menurut Made Wena (2009: 205) pembelajaran komputer
juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain sebagai berikut
1). Hanya efektif digunakan oleh satu orang atau kelompok kecil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
2). Jika tampilan fisik isi pembelajaran tidak dirancang dengan baik atau
hanya merupakan tampilan seperti buku teks biasa, maka siswa cepat
bosan.
3). Guru yang tidak memahami aplikasi program komputer tidak dapat
merancang pembelajaran lewat media komputer, ia harus bekerja
sama dengan ahli programmer komputer grafis, juru kamera, dan
teknisi komputer.
Mengacu pada beberapa keuntungan dan kelemahan yang diperoleh, maka
penggunaan komputer dalam pembelajaran diyakini mampu membantu siswa dalam
memahami materi pelajaran. Oleh karena itu, pengembangan pembelajaran berbasis
komputer dalam pembelajaran merupakan hal yang sangat penting dan harus
dilakukan oleh guru.
b. Media Pembelajaran Berbasis Penggunaan Animasi Macromedia Flash
Program Macromedia Flash 8 merupakan software milik perusahaan
Macromedia dan merupakan pengembangan dari Flash versi sebelumnya.
Macromedia Flash sendiri merupakan sebuah program aplikasi standar authoring tool
professional yang digunakan untuk membuat animasi yang sangat menakjubkan
untuk keperluan pembangunan situs web yang interaktif dan dinamis. Selain itu,
aplikasi ini juga dapat digunakan untuk membuat animasi logo, movie, game,
pembuatan navigasi pada situs web, banner, tombol animasi, menu interaktif,
interaktif form isian, e-card, screen saver dan pembuatan keseluruhan isi situs web
atau pembuatan aplikasi-aplikasi web lainnya.
Movie-movie Flash memiliki ukuran file yang kecil sehingga dapat di
download secara cepat dan dapat ditampilkan dengan ukuran layar yang dapat
disesuaikan dengan keinginan. Aplikasi Flash merupakan sebuah standar aplikasi
industri perancangan animasi web yang tak tertandingi dengan peningkatan
pengaturan dan perluasan kemampuan integrasi yang lebih tinggi lagi.
Area kerja Flash dirancang secara khusus agar ruang kerja yang digunakan dapat
diatur dan lebih mudah dipahami oleh pemakai pemula maupun para desainer Flash
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
yang telah berpengalaman. Hasil yang dihasilkan berupa animasi menarik yang
diharapkan dapat mempermudah peserta didik dalam memahami materi pelajaran,
khususnya Fisika.
c. Karakteristik Pembelajaran Fisika Menggunakan Animasi Flash
Fisika adalah bagian dari Sains, dimana Sains merupakan hasil serangkaian
proses ilmiah yang berupa pengetahuan, gagasan dan konsep dari interaksi manusia
dengan lingkungannya. Proses yang dimaksud meliputi penyelidikan, penyusunan,
dan pengajuan gagasan-gagasan. Pelajaran Sains (termasuk Fisika) berkaitan dengan
kegiatan mengumpulkan data, mengamati, mengukur, menghitung, menganalisis,
mencari hubungan antara dua kejadian, dan menghubungkan konsep-konsep. Oleh
karena itu, dibutuhkan media yang dapat memvisualisasikan kejadian-kejadian alam
ke dalam kelas. Dengan media animasi dari Macromedia Flash, diharapkan dapat
membantu pola pikir siswa (khususnya siswa SMP yang masih sulit berfikir abstrak )
untuk mempelajari Fisika. Siswa akan lebih mudah menangkap konsep-konsep Fisika
yang di animasikan, baik berupa contoh penerapan hukum-hukum Fisika, kejadian
alam yang berkaitan dengan fisika, ataupun konsep-konsep yang berhubungan dalam
bentuk mikro (sangat kecil).
Kegunaan lain dari animasi (gambar bergerak) adalah, dapat memperlihatkan
pada siswa contoh perilaku yang diinginkan, atau contoh interaksi manusia, dan dapat
menyajikan masalah yang akan dipecahkan siswa. Dale dalam Azhar Arsyad (2009:
23) mengemukakan bahwa bahan-bahan audio-visual dapat memberikan manfaat
asalkan guru berperan aktif dalam proses pembelajaran. Guru harus selalu hadir
untuk menyajikan materi pelajaran dengan bantuan media apa saja agar bermanfaat,
terlebih lagi dalam pembelajaran Fisika sangat perlu untuk membuat media yang
dapat menggambarkan konsep-konsep Fisika secara nyata. Oleh karena itu, peneliti
memandang animasi Flash ini sangat perlu untuk diterapkan dalam pembelajaran
Fisika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
5. Aktivitas Belajar
Pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku. Dalam
proses belajar, aktivitas peserta didik merupakan hal yang sangat penting dan perlu
diperhatikan oleh guru agar proses belajar mendapat hasil yang optimal. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008 : 31), “Aktivitas berarti keaktifan, kegiatan,
kesibukan dalam bekerja atau berusaha”. Jadi aktivitas belajar siswa adalah setiap
kegiatan atau kesibukan yang dilakukan oleh siswa dalam kegiatan belajar-mengajar.
Sedangkan menurut Sardiman (2001: 93), “Tidak ada belajar kalau tidak ada
aktivitas”. Jadi orang yang belajar harus aktif, karena tanpa aktivitas kegiatan
pembelajaran tidak mungkin dapat terjadi.
Dalam merancang pembelajarannya, seorang guru harus mampu
mengarahkan dan mengoptimalkan keaktifan yang telah dimiliki oleh setiap siswa.
Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah. Aktivitas siswa
tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim terdapat di
sekolah–sekolah tradisional. Menurut Paul B. Diedrich yang dikutip oleh Sardiman
(2010: 101) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang
digolongkan menjadi 8 aktivitas diantaranya :
1) Visual activities meliputi kegiatan membaca, memperhatikan gambar,
demonstrasi, percobaan, atau pekerjaan orang lain,
2) Oral Activities termasuk menyatakan pendapat,
3) Listening activities termasuk kegiatan mendengarkan uraian, percakapan,
diskusi, musik, pidato,
4) Writing activities meliputi menulis karangan, cerita, laporan, angket,
menyalin,
5) Drawing activities meliputi kegiatan menggambar, membuat grafik, peta,
diagram,
6) Motor activities contohnya: melakukan percobaan, membuat konstruksi,
mereparasi, bermain, berkebun, beternak,
7) Mental activities, misalnya menanggapi, mengingat memecahkan soal,
menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan dan aktivitas,
8) Emosional activities, termasuk menaruh minat, gembira, bersemangat,
bergairah, berani, tegang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
dengan klasifikasi di atas menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam belajar cukup
kompleks dan bervariasi. Berbagai macam kegiatan tersebut harus berusaha
diciptakan di dalam kelas agar siswa tidak merasa bosan dalam belajar. Aktivitas
yang diamati dalam penelitian ini adalah visual activities, oral activities, listening
activities, writing activities, dan mental activities.
6. Kemampuan Kognitif
Kemampuan kognitif bisa diartikan sebagai kemampuan individu untuk
menggunakan pengetahuan yang dimiliki secara optimal untuk pemecahan masalah
yang berhubungan dengan diri dan lingkungan sekitar. Tanpa kemampuan kognitif,
mustahil siswa dapat memahami faedah dan menangkap pesan-pesan moral yang
terkandung dalam materi pelajaran yang diikuti. Itulah sebabnya pendidikan dan
pembelajaran perlu diupayakan agar kemampuan kognitif para siswa dapat berfungsi
secara positif dan bertanggung jawab.
Berhasil atau tidaknya proses belajar mengajar dapat dilihat dari hasil
belajarnya. Hasil belajar secara umum dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu
pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Sedangkan menurut Bloom, hasil belajar
dibagi menjadi tiga ranah, yaitu “...ranah kognitif, afektif, dan ranah psikomotorik”
(Nana Sudjana, 2009: 22).
Bloom dan beberapa ahli pendidikan memiliki pendapat yang sama dalam
mengklasifikasikan kemampuan kognitif. Klasifikasi kemampuan kognitif tersebut
dalam Nana Sudjana (2009: 23-29) adalah sebagai berikut:
a. Pengetahuan (knowledge)
Kemampuan kognitif ini mencakup ingatan siswa akan hal-hal
yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Hal ini dapat
meliputi fakta, kaidah, dan prinsip yang diketahui.
b. Pemahaman (comprehension)
Kemampuan kognitif ini mencakup kemampuan siswa untuk
menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Hal itu
meliputi pengertian terhadap hubungan antar faktor, hubungan
antar konsep, hubungan sebab akibat, dan penarikan kesimpulan.
c. Penerapan (application)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Kemampuan kognitif ini mencakup kemampuan siswa untuk
menerapkan suatu kaidah atau prinsip pada suatu kasus atau
masalah yang konkret dan baru atau penggunaan pengetahuan
tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
d. Analisis (analysis)
Kemampuan kognitif ini mencakup kemampuan siswa untuk
merinci suatu kesatuan kedalam bagian-bagian, sehingga struktur
keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik.
Adapun kemampuan ini dinyatakan dalam penganalisisan bagian-
bagian pokok atau komponen-komponen dasar bersama-sama
dengan hubungan antar bagian-bagian itu.
e. Sintesis (synthesis)
Kemampuan kognitif ini mencakup kemampuan siswa untuk
membentuk suatu kesatuan atau pola baru meliputi
menggabungkan berbagai informasi menjadi suatu kesimpulan
atau konsep.
f. Evaluasi (evaluation)
Kemampuan kognitif ini mencakup kemampuan siswa untuk
membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal
bersama pertanggungjawaban pendapat tersebut yang berdasarkan
kriteria tertentu, kemampuan ini dinyatakan dalam memberikan
penilaian terhadap sesuatu.
Kemampuan kognitif mempunyai enam tingkatan, tetapi penguasaan tiap
tingkatan itu berdasarkan jenjang perkembangan usia dan kedewasaan anak didik.
Pada jenjang SMP kemampuan kognitif yang harus dikuasai adalah tingkat satu
sampai tingkat tiga, yaitu dari pengetahuan sampai aplikasi.
7. Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) merupakan sebuah
kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas. Menurut Suharsimi Arikunto (2008: 3)
“penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar
berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas
secara bersama”. Hal ini sejalan dengan pendapat Mohammad Ali Salmani
Nodoushan (2009: 220) di dalam papernya yang berjudul Improving Learning and
Teaching Through Action Research . Beliau berpendapat:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
“….it was argued that action research, unlike traditional forms of
qualitative and quantitative research, focuses only on classroom
problems that require informed decisions and solutions.”.
Jadi, Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan di dalam kelas
yang bertujuan untuk memecahkan masalah yang ada di dalam kelas tersebut.
Kemmis dan Carr dalam Wijaya Kusumah dan Dedy Dwitagama (2010: 8)
mengemukakan Penelitian Tindakan merupakan suatu bentuk penelitian refleksi diri
(self reflective) yang dilakukan oleh para partisipan dalam situasi sosial untuk
memperbaiki rasionalitas dan kebenaran. dalam penjelasan lebih lanjut Kemmis dan
Carr memasukkan bidang pendidikan didalamnya. Ini berarti bahwa guru ikut terlibat
dalam penelitian tindakan kelas. Namun demikian guru peneliti akan belajar banyak
hal tentang proses perubahan itu sendiri, yaitu bahwa mereka memerlukan orang lain
dalam proses belajar mengajar.
Kurt Lewin dalam Wijaya Kusumah dan Dedy Dwitagama (2010: 28) PTK
dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari empat tahap seperti
pada gambar berikut ini:
Gambar 2.1. Prosedur pelaksanaan PTK
Mohammad Asrori (2008: 68) mengemukakan bahwa sebenarnya ada beberapa
macam model penelitian tindakan kelas yang dapat digunakan. Namun, model yang
tampaknya tidak terlalu sulit untuk dilakukan oleh guru dikelas adalah penelitian
tindakan model siklus. Model ini dikembangkan oleh Kemmis dam Mc Taggart pada
tahun 1988 dari deaklin University of Australia. Model penelitian tindakan kelas ini
mengandung empat komponen, yaitu :
a. Rencana (Planning)
Pada komponen ini, guru sebagai peneliti merumuskan rencana tindakan yang
akan dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran,
perilaku, sikap, dan prestasi belajar siswa.
Tindakan Observasi Refleksi Perencanaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
b. Tindakan (Action )
Pada komponen ini guru melakukan tindakan berdasarkan rencana tindakan yang
telah direncanakan, sebagai upaya perbaikan dan peningkatan atau perubahan
proses pembelajaran, perilaku, sikap, dan prestasi belajar siswa yang diinginkan.
c. Pengamatan (Observation)
Pada komponen ini guru mengamati dampak atau hasil dari tindakan yang
dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Apakah berdasarkan tindakan yang
dilaksanakan tersebut memberikan pengaruh yang meyakinkan terhadap perbaikan
dan peningkatan proses pembelajaran dan hasil belajar siswa atau tidak.
d. Refleksi (Reflection )
Pada komponen ini, guru mengkaji dan mempertimbangkan secara mendalam
tentang hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan itu dengan mendasakan
pada berbagai kriteria yang telah dibuat. Berdasarkan hasil refleksi ini, guru dapat
melakukan perbaikan terhadap rencana awal yang telah dibuatnya jika masih
terdapat kekurangan sehingga belum memberikan dampak perbaikan dan
peningkatan yang meyakinkan.
Komponen-komponen dalam suatu kelas yang dapat dikaji melalui
penelitian tindakan kelas, menurut Suhardjono (2007: 58), meliputi :
1). Siswa, dapat dicermati objeknya ketika siswa yang bersangkutan
sedang asyik mengikuti proses pemebelajaran di kelas/ lapangan/
laboratorium/ bengkel, ketika sedang asyik mengerjakan pekerjaan
rumah di malam hari, atau ketika sedang mengikuti kerja bakti di luar
sekolah.
2). Guru, dapat dicermati ketika guru yang bersangkutan sedang mengajar
di kelas, sedang membimbing siswa-siswa yang sedang
berdarmawisata, atau mengadakan kunjungan ke rumah siswa.
3). Materi pelajaran, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar atau
sebagai bahan yang ditugaskan kepada siswa.
4). Peralatan atau sarana pendidikan, dapat dicermati ketika guru sedang
mengajar, dengan tujuan meningkatkan mutu hasil belajar, yang
diamati adalah guru, siswa, atau keduanya.
5). Hasil pembelajaran, merupakan produk yang harus ditingkatkan, pasti
terkait dengan tindakan unsur lain, yaitu proses pembelajaran,
peralatan atau sarana pendidikan, guru, dan siswa itu sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
6). Lingkungan, baik lingkungan siswa di kelas, sekolah, maupun yang
melingkungi siswa di rumahnya. Bentuk perlakuan atau tindakan yang
dapat dilakukan adalah mengubah kondisi lingkungan menjadi lebih
kondusif.
7). Pengelolaan, merupakan kegiatan yang sedang diterapkan dan dapat
diatur/direkayasa dalam bentuk tindakan. Unsur pengelolaan, yang
jelas-jelas merupakan gerak kegiatan sehingga mudah diatur dan
direkayasa dalam bentuk tindakan. Dalam hal ini yang digolongkan
sebagai kegiatan pengelolaan misalnya cara pengelompokan siswa
ketika guru memberikan tugas, pengaturan jadwal, pengaturan tempat
duduk siswa, penempatan papan tulis, penataan peralatan pemilik
siswa, dan sebagainya.
Salah satu ciri penelitian tindakan kelas adalah adanya kolaborasi
(kerjasama) antara praktisi (guru, kepala sekolah, dan siswa) dan peneliti (dosen,
widyaswara) dalam pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan, pengambilan
keputusan yang akhirnya melahirkan kesamaan tindakan (action). Suhardjono (2009:
63) menyatakan bahwa ”Kerjasama (kolaborasi) antara guru dengan peneliti sangat
penting dalam bersama menggali dan mengkaji permasalahan nyata yang dihadapi.
Terutama dalam kegiatan mendiagnosis masalah, menyusun usulan, melaksanakan
tindakan, menganalisis data, menyeminarkan hasil dan menyusun laporan”.
Penelitian tindakan kelas berbeda dengan penelitian formal. Penelitian
formal bertujuan menguji hipotesis dan membangun teori yang bersifat umum.
Penelitian tindakan lebih bertujuan memperbaiki kinerja. Perbedaan antara penelitian
tindakan kelas (Classroom Action Research) disajikan dalam tabel 2.2 :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Tabel 2.2. Perbedaan Antara Penelitian Formal Dengan Classroom Action Research
No. Ketentuan Penelitian Formal Penelitian CAR
1. Pelaku Dilakukan orang lain Dilakukan oleh guru yang
bersangkutan
2. Sampel Harus representatif Tidak harus representatif
3. Instrumen Harus valid dan reliabel Tidak harus valid dan reliabel
4. Statistik Analisis statistik yang
baik
Tidak harus menggunakan
statistik
5. Hipotesis Hipotesis harus jelas Tidak mensyaratkan Hipotesis
6. Teori Harus berlandaskan
teori yang telah ada
Teori tidak terlalu berpengaruh
7. Fungsi Menguji Teori Memperbaiki praktik
pembelajaran secara langsung
(Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, 2010: 10).
Dengan Penelitian tindakan kelas, guru dapat meneliti sendiri terhadap praktik
pembelajaran di kelas. Guru juga dapat melakukan penelitian terhadap siswa dilihat
dari aspek interaksinya dalam proses pembelajaran. Selain itu, dengan melakukan
Penelitian Tindakan Kelas, guru juga dapat memperbaiki praktik pembelajaran yang
dilakukan menjadi berkualitas dan lebih efektif.
B. Penelitian Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Yeni Susilowati (2006), model pembelajaran
kooperatif STAD dilaporkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam
penelitian pembelajaran yang dilakukan oleh Dikdik Krisnadi, (2009) bekerjasama
dengan guru SMP N 1 Malang berhubungan dengan penerapan model kooperatif
STAD memperlihatkan bahwa penerapan model ini dapat meningkatkan prestasi dan
motivasi siswa dalam mempelajari Fisika, dan siswa meminta supaya pembelajaran
seperti ini dapat diteruskan oleh guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Lilik Sri Wahyuti (2009), dari hasil penelitian dalam thesisnya mengenai
model pembelajaran kooperatif STAD diperoleh beberapa temuan antara lain guru
dalam mengelola pembelajaran cukup baik, dan dapat meningkatkan aktivitas guru
dan siswa selama pembelajaran, guru mampu melatihkan keterampilan proses dengan
baik, mengubah pembelajaran dari Teacher Center menjadi Student Center, serta
dapat meningkatkan proporsi jawaban benar siswa. Siswa dengan aktivitas tinggi
mempunyai prestasi belajar lebih baik dari siswa dengan aktivitas sedang ataupun
rendah, Hasil belajar yang diajar dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD
mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa mengalami pembelajaran
konvensional. Rosa Dewi Pratiwi (2010) dalam penelitiannya melaporkan bahwa
media pembelajaran berbantuan animasi Flash ternyata dapat mempermudah siswa
dalam memahami materi pelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas proses
(keaktifan) dan hasil belajar siswa (kepuasan belajar dan kemampuan kognitif siswa).
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya maka
peneliti menganggap bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan animasi
Flash dapat meningkatkan aktivitas belajar dan kemampuan kognitif siswa dalam
pembelajaran Fisika.
C. Kerangka Pemikiran
Keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar dipengaruhi oleh banyak
faktor. Apabila input berkualitas namun proses belajar mengajar tidak mendukung,
maka outputnya belum tentu berkualitas pula. Proses belajar mengajar berperan
penting dalam menghasilkan output yang berkualitas.
Guru sebagai pengajar mempunyai tanggung jawab yang besar dalam proses
kegiatan belajar siswa disekolah. Setiap guru harus mengetahui besar kecilnya
partisipasi siswa. Oleh karena itu, dalam proses belajar mengajar melibatkan berbagai
kegiatan dan tindakan yang harus dilakukan seorang guru. Guru dapat menggunakan
metode dan media pembelajaran yang merupakan salah suatu upaya dalam
meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Upaya untuk meningkatkan partisipasi pada proses pembelajaran Fisika
masih terdapat kekurangan dari segi proses, yaitu pada saat penyampaian materi
Fisika yang masih menggunakan metode ceramah. Sehingga siswa bersifat pasif
dalam proses belajar mengajar karena hanya mendengar dan mencatat materi yang
diberikan oleh guru. Peneliti ingin mengadakan pembaharuan dalam proses belajar
mengajar dengan menggunakan model pembelajaran yang inovatif yaitu model
kooperatif tipe STAD berbantuan animasi flash yang bertujuan untuk meningkatkan
aktivitas belajar dan kemampuan kognitif siswa melalui diskusi kelompok sehingga
situasi pembelajaran Fisika menjadi lebih menarik dan hidup. Melalui model tersebut,
maka hasil yang diharapkan adalah peningkatan aktivitas siswa sehingga berdampak
terhadap keluaran atau output yang baik pula. Untuk lebih jelasnya, kerangka
pemikiran dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut:
Kondisi Awal Tindakan Kondisi Akhir
Pembelajaran Awal :Masih menerapkan
pembelajaran konvensional(teacher center)
Kondisi Awal Siswa :Aktivitas belajar &
kemampuan kognitif Rendah
Aktivitas belajar & kemampuan kognitif siswa meningkat
Penerapan model pembelajaran (STAD)
berbantuan animasi FlashStudent’s Team Achievement Division
Siklus .1
Refleksi .1
Siklus .2
Refleksi .2
Siklus .3
Refleksi .3
Gambar 2.2. Kerangka Berfikir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 10
Surakarta , Jl. Kartini No.12 Surakarta tahun ajaran 2010/2011. Sekolah tersebut
dipilih karena pernah dipakai peneliti untuk magang Praktek Pengalaman
Lapangan (PPL), sehingga peneliti mengetahui kondisi sekolah, siswa, dan
permasalahan dalam pembelajaran di sekolah tersebut (khususnya dalam
pembelajaran IPA Fisika). Sarana dan prasarana di sekolah tersebut juga sangat
mendukung dalam penelitian ini seperti tersedianya perangkat komputer, LCD,
dan laboratorium IPA yang dapat dirancang untuk diskusi kelompok.
2. Waktu Pelaksanaan
Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember sampai dengan April
Tahun ajaran 2010/2011 Adapun tahap-tahap pelaksanaanya sebagai berikut:
a. Tahap persiapan, meliputi: pengajuan judul skripsi, permohonan
pembimbing, pembuatan proposal penelitian, survey ke sekolah yang
digunakan untuk penelitian, permohonan ijin penelitian, menyusun instrumen
penelitian yang terdiri dari Silabus, Rencana Pembelajaran, Lembar Kerja
Siswa, soal-soal kognitif, dan lembar observasi.
b. Tahap pelaksanaan, meliputi: semua kegiatan yang berlangsung di lapangan
seperti, pelaksanaan penelitian dan pengambilan data.
c. Tahap penyelesaian, meliputi: menganalisis data dan menyusun laporan
penelitian.
B. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas VII B SMP Negeri 10 Surakarta
semester genap Tahun Pelajaran 2010/2011. Pemilihan subjek dalam penelitian ini
menggunakan teknik snowball sampling karena didasarkan pada pertimbangan
yaitu subjek tersebut mempunyai permasalahan-permasalahan yang telah
diidentifikasi pada saat observasi awal sehingga penggunaan model dan media
31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
yang telah dirancang diterapkan pada subjek yang tepat yaitu kelas VII B. Obyek
penelitian ini adalah aktivitas belajar, kemampuan kognitif siswa, dan penerapan
model pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Divisions) berbantuan
animasi flash.
C. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan dengan model CAR
(Classroom Action Research)/ Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu penelitian
tindakan yang dilakukan dengan tujuan untuk memecahkan masalah yang timbul
dalam kelas dan atau meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran di
kelas. Menurut Suharsimi Arikunto (2007: 16), model penelitian tindakan kelas
secara garis besar terdapat empat tahapan yang dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2)
pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Sebelum tahapan-tahapan tersebut
dilaksanakan, terlebih dahulu diawali oleh suatu tahapan Pra PTK.
Tahapan Pra PTK merupakan suatu refleksi terhadap masalah yang ada
di kelas. Permasalahan yang terdapat di kelas diidentifikasi, dianalisis, dan
kemudian dirumuskan. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah
masih rendahnya aktivitas belajar dan kemampuan kognitif siswa. Tahap
perencanaan adalah kegiatan merancang suatu tindakan yang dapat
menyelesaikan permasalahan kelas. Tahap pelaksanaan merupakan implementasi
dari semua perencanaan yang telah dipersiapkan sebelumnya yaitu berupa
penerapan model kooperatif tipe STAD. Pelaksana dari tindakan adalah peneliti
dan proses jalannya tindakan diamati oleh guru dan observer dengan mengacu
pada lembar observasi yang telah dibuat. Tahap selanjutnya adalah tahap
pengamatan. Pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.
Data yang dikumpulkan berisi tentang pelaksanaan tindakan dari rencana yang
telah dibuat serta dampaknya terhadap proses pembelajaran. Pengamatan
difokuskan pada aktivitas belajar dan kemampuan kognitif yang dicapai siswa.
Tahap refleksi adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah
dilakukan dan memproses data yang diperoleh dari pengamatan. Refleksi
dilakukan guru dan peneliti untuk menganalisis proses, hambatan, kelebihan dan
kekurangan dari tindakan yang dilaksanakan sehingga dapat menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
pertimbangan untuk penarikan kesimpulan dan pengambilan keputusan untuk
langkah selanjutnya.
Tahapan-tahapan di atas dalam penelitian tindakan kelas ini adalah unsur
yang membentuk sebuah siklus. Siklus ini dapat diikuti oleh siklus-siklus lain
secara berkesinambungan. Dengan demikian peneliti memiliki kebebasan untuk
mengulang kegiatan yang sudah dilakukan untuk mendapatkan kemantapan atau
memperbaiki hal–hal yang kurang berhasil untuk lebih disesuaikan dengan
kenyataan yang ada.
Rancangan kegiatan yang ditawarkan adalah tindakan berupa penerapan
model pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Divisions) berbantuan
animasi flash. Dalam penerapannya digunakan tindakan siklus pada setiap
pembelajaran dengan model STAD dikombinasikan dengan animasi flash. siklus
pertama hampir sama dengan yang diterapkan pada pembelajaran siklus kedua,
tergantung pada fakta dan interpretasi data yang ada pada siklus pertama, artinya
dalam siklus kedua dilakukan perbaikan untuk bagian-bagian yang kurang dari
pembelajaran di siklus pertama, begitupun selanjutnya. Dalam penelitian
dimungkinkan terdapat lebih dari 2 siklus karena dalam mencapai tujuan
penelitian terdapat beberapa kendala menurut situasi dan kondisi objek
penelitiannya.
D. Prosedur Penelitian
Prosedur dan langkah-langkah yang digunakan dalam melaksanakan
penelitian ini mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart
yaitu model spiral. Menurut Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama (2010 : 21)
“Model Kemmis dan Mc Taggart pada hakekatnya berupa perangkat-perangkat
atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen yaitu:
rencana tindakan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing) dan
refleksi (reflecting). Keempat komponen yang berupa untaian tersebut dipandang
sebagai satu siklus”. Menurut Supardi (2008: 117) “Apabila satu siklus belum
menunjukkan tanda-tanda perubahan ke arah perbaikan (peningkatan mutu),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
kegiatan riset dilanjutkan pada siklus kedua dan seterusnya, sampai peneliti
merasa puas.”
Berikut pemaparan tentang hal-hal yang dilakukan dalam tiap-tiap
langkah tersebut :
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini kegiatan yang dapat dilakukan adalah:
a. Observasi untuk mendapatkan gambaran awal mengenai keadaan belajar
mengajar khususnya mata pelajaran Fisika di SMP Negeri 10 Surakarta.
b. Mengidentifikasi permasalan dalam pelaksanaan pembelajaran.
2. Tahap Perencanaan (Planning)
Kegiatan yang dilakukan meliputi :
a. Menyusun serangkaian kegiatan pelaksanaan tindakan berupa penerapan
model pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Divisions)
berbantuan animasi flash pada pokok materi Gerak.
b. Menyusun instrumen penelitian meliputi lembar observasi atau
pengamatan aktivitas belajar siswa dan soal tes kognitif yaitu soal pre-test
dan post-test.
3. Tahap Pelaksanaan atau Tindakan (Acting)
Tindakan dilakukan peneliti untuk memperbaiki masalah. Kegiatan yang
dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas ini antara lain :
a. Melaksanakan pembelajaran Fisika sesuai langkah-langkah yang telah
disusun dalam Rencana Pembelajaran.
b. Melakukan kegiatan pemantauan proses pembelajaran melalui observasi
langsung .
c. Menyelenggarakan evaluasi untuk mengukur kemampuan kognitif siswa.
d. Melakukan modifikasi berupa perbaikan atau penyempurnaan alternatif
tindakan apabila aktivitas belajar dan kemampuan kognitif siswa masih
kurang memuaskan.
4. Tahap Observasi dan Evaluasi
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses observasi adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
a. Pengumpulan data.
b. Sumber data.
c. Critical friend dalam penelitian.
d. Analisis data.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam observasi adalah sebagai
berikut :
1) Pelaksanaan pengamatan baik oleh guru maupun observer.
2) Mencatat semua hasil pengamatan ke dalam lembar observasi.
3) Mendiskusikan dengan observer, guru maupun dosen (sebagai critical
friend) terhadap hasil pengamatan setelah proses pembelajaran selesai.
4) Membuat kesimpulan hasil pengamatan.
Sedangkan langkah-langkah evaluasi yang dilaksanakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a) Menyiapkan alat-alat evaluasi.
b) Melaksanakan evaluasi setelah proses pembelajaran selesai.
c) Melaksanakan analisis hasil evaluasi.
d) Kriteria keberhasilan tindakan.
5. Tahap Refleksi (Reflecting)
Refleksi adalah kegiatan mengulas secara kritis tentang perubahan yang terjadi
pada siswa, suasana kelas dan guru. Langkah-langkah dalam kegiatan analisis
dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Menganalisis tanggapan siswa secara langsung melalui wawancara.
b. Mencocokkan pengamatan oleh observer dan guru. Apabila hasil
pengamatan ternyata siswa mengikuti pelajaran dengan antusias yaitu
aktivitas belajar siswa meningkat dan kemampuan kognitifnya juga
meningkat, maka model pembelajaran yang dilaksanakan dinyatakan
menarik dan dapat meningkatkan aktivitas belajar dan kemampuan
kognitif siswa.
Berdasarkan hasil refleksi, peneliti mencoba untuk mengatasi kekurangan
atau kelemahan yang terjadi akibat tindakan yang telah dilakukan. Dari data hasil
refleksi, baik keberhasilan maupun kegagalan dalam pelaksanaan tindakan maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
peneliti dengan guru mengadakan diskusi untuk mengambil kesepakatan
menentukan tindakan perbaikan berikutnya (siklus selanjutnya). Dengan adanya
penelitian ini diharapkan ada tindak lanjut dari guru yang bersangkutan untuk
melakukan perbaikan serta mengembangkan strategi pembelajaran yang tepat agar
proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.
E. Data dan Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen
1. Data Penelitian
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data tentang
keadaan siswa dilihat dari aspek kualitatif dan kuantitatif. Aspek kualitatif berupa
data hasil observasi, wawancara, buku catatan observer dan kajian dokumen atau
arsip dengan berpedoman pada lembar pengamatan. Aspek kuantitatif yang
dimaksud adalah hasil penilaian kemampuan kognitif Fisika siswa melalui nilai
pre-test dan post-test pada tiap siklus.
.
2. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen
Teknik pengumpulan data dan instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi:
a. Pengamatan/ Observasi
Pengamatan atau observasi adalah proses pengambilan data dalam
penelitian dimana peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian. Observasi
sangat sesuai digunakan dalam penelitian yang berhubungan dengan kondisi/
interaksi belajar–mengajar, tingkah laku, dan interaksi kelompok. Terdapat dua
tipe pengamatan yaitu: pengamatan berstruktur (dengan pedoman) dan
pengamatan tidak berstruktur (tidak berpedoman).
Untuk mencapai tujuan pengamatan diperlukan adanya pedoman
pengamatan (lembar observasi) dan instrumen yang dalam penelitian ini telah
divalidasi oleh dosen ahli. Pengamatan sebagai alat pengumpul data ada
kecenderungan terpengaruh oleh observer atau pengamat sehingga hasilnya tidak
objektif. Biasanya hal tersebut disebut dengan hallo efek (kesan yang dibentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
oleh pengamat). Untuk menghindari pengaruh ini digunakan dua atau tiga
pengamat yang memiliki latar belakang keilmuan yang sama.
b. Wawancara atau diskusi
Wawancara atau diskusi dilakukan setelah dan atas dasar hasil dan
pengamatan di kelas maupun kajian dokumen. Wawancara atau diskusi dilakukan
oleh peneliti dan guru dilakukan setelah melakukan pengamatan pertama terhadap
kegiatan pembelajaran dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang
berbagai hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran Fisika. Dari
wawancara itu serta kegiatan pengamatan dan kajian dokumen yang telah
dilakukan diidentifikasi permasalahan-permasalahan yang ada berkenaan dengan
pembelajaran Fisika khususnya pada materi Gerak.
Selain untuk mengidentifikasi permasalahan, wawancara atau diskusi
dilaksanakan setelah dan atas dasar hasil pengamatan di kelas maupun kajian
dokumen dalam setiap siklus yang ada. Diskusi antara guru, observer dan peneliti
dilakukan di sekolah. Dalam kegiatan diskusi itu peneliti melakukan hal-hal
sebagai berikut: 1) meminta pendapat siswa, guru dan observer tentang
pelaksanaan pembelajaran di kelas, yang antara lain adalah mengungkapkan
kelebihan dan kekurangan serta perasaan-perasaan yang bersangkutan dengan
kegiatan itu. 2) mengemukakan catatan terhadap hasil pengamatannya dalam
pembelajaran yang telah dilakukan sesuai dengan fokus penelitian,
mengemukakan segi-segi kelebihan dan kekurangannya. 3) mendiskusikan hal-hal
yang telah dikemukakan baik guru, observer maupun peneliti untuk menyamakan
persepsi tentang hal-hal yang perlu dilakukan dalam kegiatan pembelajaran Fisika
khususnya pada materi Gerak. Dengan kata lain pada akhir setiap kegiatan diskusi
disepakati hal-hal yang perlu dilakukan pada siklus berikutnya untuk
meningkatkan keefektifan penerapan model pembelajaran STAD (Student Teams
Achievement Divisions) berbantuan animasi flash untuk meningkatkan aktivitas
belajar siswa dan kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
c. Kajian dokumen
Kajian juga dilakukan terhadap berbagai dokumen atau arsip yang ada
seperti, rencana pembelajaran yang dibuat, buku catatan observer, hasil ujian
kompetensi dasar sebelumnya dan buku atau materi pelajaran.
d. Kamera dan Handycam
Untuk membantu proses pengamatan digunakan kamera dan handycam
dalam mengabadikan pelaksanaan penelitian.
e. Tes
Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh hasil yang
diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian tindakan. Dalam satu siklus, tes
dilaksanakan pada awal dan akhir proses dalam tiap siklus untuk mengetahui
peningkatan mutu hasil belajar siswa. Dengan perkataan lain tes disusun dan
dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan kognitif siswa sesuai dengan
siklus yang ada. Tes dilaksanakan dua kali dalam satu siklus dan akan diteliti
peningkatannya dari pre-test dan post-test dengan gain ternormalisasi pada tiap
siklus tersebut.
F. Analisis Data
Analisis data dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dimulai sejak awal
sampai berakhirnya pengumpulan data. Hal ini penting karena akan membantu
peneliti dalam mengembangkan penjelasan dari kejadian atau situasi yang
berlangsung di dalam kelas yang diteliti. Data-data dari hasil penelitian di
lapangan diolah dan dianalisis secara kualitatif. Teknik analisis kualitatif mengacu
pada model analisis Miles dan Huberman dalam Prof. Dr Soegiyono (2010: 336)
yang dilakukan dalam tiga komponen yaitu reduksi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan dan verifikasi.
1. Reduksi data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul
dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data bukanlah suatu hal yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
terpisah dari analisis. Proses ini meliputi penyeleksian data melalui ringkasan atau
uraian singkat dan penggolongan data ke dalam pola yang lebih luas.
2. Penyajian data
Penyajian data diartikan sebagai sekumpulan informasi tersusun yang
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Proses ini dilakukan dalam rangka mengorganisasikan data yang merupakan
penyusunan informasi secara sistematik dari hasil reduksi data dimulai dari
perencanaan, pelaksanaan tindakan observasi dan refleksi pada masing-masing
siklus.
3. Penarikan kesimpulan atau verifikasi
Penarikan kesimpulan merupakan upaya pencarian makna data, mencatat
keteraturan dan penggolongan data. Data terkumpul disajikan secara sistematik
dan perlu diberi makna. Selanjutnya untuk mempermudah verifikasi dan analisis
data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan yang ada, diidentifikasi
secara khusus pada tiap-tiap siklus pembelajaran.
Adapun model analisis data yang digunakan adalah interaktif model
dapat dilihat dalam skema di bawah ini:
Pengumpulan Data
Sajian DataReduksi Data
simpulan dan Verifikasi
Gambar 3.1 Skema Analisis Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
G. Pemeriksaan Validitas Data
Penelitian tindakan memang tidak mengharap adanya jawaban akhir
untuk pertanyaan/masalah, tetapi menginginkan adanya peningkatan (perubahan)
pada praktik pengajaran melalui pengembangan praktisi/ guru. Validitas adalah
derajat yang menunjukkan sejauh mana hasil tersebut berguna (relevan) sebagai
petunjuk untuk guru tertentu, serta kekuatannya untuk memberi informasi dan
argumen tentang meningkatkan praktik pendidikan di masyarakat profesional
yang lebih luas (Wijaya Kusumah dan Dedy Dwitagama, 2010: 85)
Data yang telah diperoleh, dikumpulkan dan dicatat dalam pelaksanaan
tindakan harus digerakkan kemantapan dan kebenarannya. Cara pengumpulan
data dengan beragam tekniknya harus benar-benar sesuai dan tepat untuk
menggali data yang diperlukan bagi penelitinya. Teknik yang digunakan untuk
memeriksa validasi data antara lain menurut Lather dalam Supardi (2008: 128)
antara lain:
a. Face validity (validitas muka), setiap anggota kelompok peneliti
tindakan saling mengecek/ menilai/ memutuskan validitas suatu
instrumen dalam penelitian tindakan.
b. Triangulation (triangulasi), menggunakan berbagai sumber data
untuk meningkatkan kualitas penilaian.
c. Critical reflection, setiap tahap siklus penelitian tindakan dirancang
untuk meningkatkan kualitas pemahaman
d. Catalytic validity (validitas pengetahuan) yang dihasilkan oleh
peneliti tindakan bergantung pada kemampuan peneliti sendiri
dalam mendorong pada adanya perubahan (improvement).
Validitas data dari penelitian ini menggunakan Trianggulasi. Menurut
Lexy J. Moleong dalam Sarwiji (2008: 69) Triangulasi adalah teknik pemeriksaan
data dengan memanfaatkan sarana di luar data itu untuk keperluan pengecekan
atau pembandingan data itu. Sarana di luar data tersebut dapat berupa observasi
dan wawancara. Menurut Elliot dalam Rochiati (2005: 169) triangulasi dilakukan
berdasarkan tiga sudut pandangan, yakni sudut pandang guru, sudut pandang
siswa, dan sudut pandang yang melakukan pengamatan atau observasi.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang digunakan adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
triangulasi model. Teknik triangulasi model dilakukan dengan mengumpulkan
data tetap, menggunakan model pengumpulam data yang berbeda-beda. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan model pengumpulan data melalui teknik
observasi, wawancara, dan dokumentasi
Adapun skema dari pemeriksaan validitas data yang digunakan dapat
dilihat dalam gambar berikut:
H. Kriteria Keberhasilan Penelitian
Kriteria keberhasilan penelitian merupakan rumusan kinerja yang akan
dijadikan acuan dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian
(Sarwiji Suwandi, 2008: 71). Menurut Suhardjono (2008: 75), “Tidak ada
ketentuan tentang berapa kali siklus harus dilakukan. Banyaknya siklus tergantung
dari kepuasan peneliti sendiri, namun ada saran, sebaiknya tidak kurang dari dua
siklus”. Penelitian dikatakan berhasil apabila terdapat peningkatan aktivitas dan
kemampuan kognitif siswa di dalam pembelajaran. Berikut ini cara mengetahui
keberhasilan dalam upaya meningkatkan aktivitas dan kemampuan kognitif siswa:
a. Perhitungan Aktivitas Belajar Siswa :
Jumlah Aktivitas = ( ) ( )Aktifitas Aktifitas
Persentase Aktivitas positif Aktifitas(+)
= x100%Jumlah Aktifitas
Data
wawancara
observasi
Dokumentasi
Sumber data
Gambar 3.2 Skema pemeriksaan Validitas Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Persentase Aktivitas negatif Aktifitas(-)
= x100%Jumlah Aktifitas
Penelitian ini mengupayakan adanya peningkatan aktivitas belajar positif siswa
sebesar 85% dan penurunan aktivitas belajar negatif siswa sebesar 15%.
b. Perhitungan Kemampuan Kognitif Siswa:
Penelitian ini mengupayakan adanya peningkatan kemampuan kognitif
siswa dari pre-test ke post-test dengan adanya tindakan penelitian dalam tiap
siklus. Peningkatan kemampuan kognitif siswa dari pre-test ke post-test tersebut
dapat dilihat menggunakan gain ternormalisasi dengan perumusan sebagai
berikut:
Gain ternormalisasi (g) post test - pre test
= x100%100-pre test
Selanjutnya dari nilai gain ternormalisasi diterjemahkan sesuai kategori perolehan
skor sebagai berikut:
Kategori tinggi : g > 0,7
Kategori sedang : 0,3 g 0,7
Kategori rendah : g < 0,3
(Hake dalam Hernani,dkk. 2009)
Penelitian ini mengupayakan rata-rata gain ternormalisasi kelas minimal sebesar
0,50.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai keadaan pra siklus, tindakan siklus
I, siklus II, siklus III, serta pembahasan dan hasil dari seluruh tindakan yang telah
dilakukan selama penelitian di kelas VII.B SMP Negeri 10 Surakarta.
A. Keadaan Pra Siklus
Penelitian ini diadakan di pertengahan semester 2 tahun ajaran 2010/
2011 sehingga pengamatan dilakukan pada bulan februari 2011. Berdasarkan
observasi awal penelitian melalui wawancara dan observasi langsung di lapangan
pada mata pelajaran Fisika di kelas VII.B SMP Negeri 10 Surakarta pada tanggal
9 dan 12 Februari 2011 pada materi Pemuaian diketahui bahwa pembelajaran
Fisika masih menggunakan metode konvensional dengan memberikan contoh–
contoh soal yang menguatkan tentang materi tersebut, kemudian menunjuk siswa
untuk maju ke depan dan mengerjakan soal yang diberikan dalam proses
pembelajaran. Pada saat pembelajaran, siswa hanya diam dan mendengarkan
sehingga lama–kelamaan siswa merasa jenuh dan cenderung mengobrol dengan
teman sebangkunya dan bermain–main sendiri di dalam kelas. Selain itu,
pembelajaran Fisika yang demikian juga membuat siswa merasa tegang dalam
mengikuti proses pembelajaran karena khawatir ditunjuk guru untuk mengerjakan
soal di depan kelas.
Pembelajaran Fisika dalam kelas tersebut disajikan kurang menarik bagi
siswa. Sarana dan prasarana yang lengkap dalam membuat media pembelajaran
yang inovatif dan menarik perhatian siswa belum dimanfaatkan, seperti
tersedianya OHP dan LCD. Padahal, dengan adanya fasilitas tersebut dapat
membantu siswa dalam pembelajaran apabila konsep–konsep Fisika disajikan
secara audio-visual. Masalah-masalah tersebut mengakibatkan rendahnya aktivitas
dan prestasi belajar Fisika di kelas VII.B SMP Negeri 10 Surakarta.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru pengampu mata pelajaran
Fisika di SMP Negeri 10 Surakarta, beliau menyampaikan bahwa dari 3 kelas VII
yang beliau ampu (VII.A, VII.B, VII.C) kelas yang paling perlu memerlukan
43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
perbaikan adalah kelas VII.B. Beliau menjelaskan bahwa, meskipun pada
umumnya tingkat kemampuan dan keadaan kelas di semua kelas hampir sama,
namun di kelas tersebut siswanya masih sangat pasif. Tingkat ketuntasan siswa
pada pokok materi Pemuaian hanya mencapai 8,33 % (3 dari 36 siswa) dari batas
nilai ketuntasan 63.
Melihat siswa yang terdiri dari berbagai kemampuan cenderung masih
pasif dalam proses pembelajaran serta masih rendahnya kerja sama yang dimiliki
siswa dalam mempelajari materi yang diajarkan guru serta kemampuan kognitif
siswa yang masih rendah, maka guru dan peneliti mendiskusikan bagaimana
supaya dalam pembelajaran, aktivitas belajar siswa tinggi dan kemampuan
kognitif siswa meningkat. Selain itu juga mengupayakan supaya pembelajaran
tidak monoton sehingga siswa tidak pasif dan tidak bosan saat saat pembelajaran
berlangsung yaitu dengan menerapkan suatu model pembelajaran yang bervariasi
dan melibatkan seluruh siswa. Hasil diskusi memutuskan untuk melakukan
tindakan pembelajaran Fisika dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) dengan tujuan
meningkatkan aktivitas belajar dan kemampuan kognitif siswa pada materi
selanjutnya yaitu tentang Gerak.
Berdasarkan tujuan penelitian, yang akan ditingkatkan dalam penelitian
ini ada dua hal, yaitu aktivitas belajar dan kemampuan kognitif siswa, maka
setelah pengamatan selesai peneliti membuat instrument penelitian. Instrumen
tersebut adalah lembar observasi aktivitas belajar, lembar kerja diskusi, dan tes
prestasi belajar (pre-test dan post-test) yang telah divalidasi oleh dosen ahli.
Setelah instrumen penelitian selesai dibuat, maka peneliti membuat
perencanaan tindakan yang akan diaplikasikan dalam suatu siklus. Karena model
pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah suatu model pembelajaran kooperatif
yang di dalamnya siswa harus melakukan diskusi kelompok maka peneliti
melakukan pengecekan kemampuan siswa berdasarkan prestasi belajar Fisika,
jenis kelamin, dan faktor lain seperti keberanian dan kecakapan berbicara.
Kelompok yang terbentuk adalah kelompok yang heterogen sehingga antar
kelompok memiliki kemampuan yang merata atau hampir berimbang. Setelah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
instrumen dan seluruh persiapan siap maka tindakan siklus I siap dilaksanakan,
akan tetapi sebelum tindakan siklus I dilaksanakan, peneliti melakukan tindakan
pra siklus dengan mengajar menggunakan model ceramah seperti biasanya pada
materi Gerak dengan indikator pembelajarannya meliputi; menyebutkan
pengertian kedudukan, pengertian benda bergerak, pengertian benda bersifat
relatif dan pengertian gerak semu. Tindakan tersebut dilakukan pada tanggal 24
Februari 2011 dengan maksud agar siswa merasa terbiasa dengan peneliti sebagai
pengajar walaupun pada waktu peneliti melakukan magang juga pernah mengajar
di kelas tersebut.
B. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I
Siklus 1 dilaksanakan selama dua kali pertemuan yaitu tanggal 26
Februari dan 3 Maret 2011. Indikator yang diharapkan tercapai dalam siklus I ini
adalah tentang pengertian jarak, menghitung jarak yang ditempuh benda,
pengertian perpindahan, menghitung perpindahan suatu benda, mendefinisikan
kecepatan, mendefinisikan kelajuan dan mampu menggunakan rumus kecepatan
dan kelajuan dalam mengerjakan permasalahan Fisika. Kegiatan pada siklus I
meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Berikut adalah
pelaksanaan kegiatan siklus I secara terperinci :
1. Tahap Perencanaan
Perencanaan tindakan siklus I dalam penelitian ini adalah dengan
mempersiapkan beberapa hal seperti :
a. Membuat silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Guru peneliti membuat silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
tentang materi yang akan diajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan animasi flash.
b. Membuat persiapan mengenai tempat penelitian yang dapat digunakan untuk
diskusi yakni di Laboratorium IPA. Mempersiapkan sarana dan media
pembelajaran yang akan digunakan yaitu laptop, LCD, dan animasi flash.
c. Membuat pedoman observasi untuk siswa. Guru peneliti menyusun dan
mempersiapkan lembar observasi mengenai aktivitas belajar siswa yang akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
diberikan kepada tiga pengamat (satu guru Fisika, dan dua orang observer).
Aktivitas belajar yang diamati meliputi aktivitas positif dan aktivitas negatif
pada oral activities, visual activities, writing activities, mental activities dan
listening activities. Aktivitas belajar siswa tersebut akan diamati pada waktu
diskusi kelompok berlangsung.
d. Membuat Lembar Kerja Diskusi, tes prestasi belajar (pre-test dan post-test)
beserta kuncinya.
e. Pembentukan kelompok secara heterogen sehingga pada tiap siklus, siswa
terbagi menjadi kelompok-kelompok belajar.
f. Menyusun dan mempersiapkan catatan lapangan (diary observer). Guru
peneliti menyusun dan mempersiapkan catatan lapangan untuk diberikan
kepada ketiga observer dalam mengamati proses pembelajaran dan keadaan
siswa saat pembelajaran berlangsung. Catatan lapangan ini sangat penting
untuk mengetahui apa dan bagaimana siswa mengikuti proses pembelajaran
di kelas dengan menggunakan penerapan model pembelajaran dengan diskusi
kelompok.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pertama dilaksanakan sesuai rencana, yaitu dua kali pertemuan:
tanggal 26 Februari dan 3 Maret 2011. Pada pertemuan pertama jumlah siswa
yang hadir adalah 34 dari 36 siswa dengan 2 orang tidak masuk dikarenakan sakit.
Sedangkan pada pertemuan kedua semua siswa hadir dalam pembelajaran Fisika.
Pada siklus I ini proses pembelajaran berlangsung sesuai dengan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah ditetapkan. Guru peneliti dibantu 3
orang pengamat (observer) yang melakukan pengamatan selama kegiatan
berlangsung. Pengamat adalah guru pengampu mata pelajaran Fisika SMP Negeri
10 Surakarta dan 2 orang pengamat lain adalah mahasiswa program studi
pendidikan Fisika dari Universitas Sebelas Maret Surakarta yang memahami
model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Selama kegiatan pembelajaran, guru
peneliti bertugas menyampaikan pembelajaran di kelas, sedangkan pengamat
melakukan pengamatan di dalam kelas dengan mengambil posisi awal di belakang
tempat duduk siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Pertemuan pertama diawali dengan pre-test yang dilaksanakan selama 10
menit. Setelah pre-test selesai, guru peneliti memulai pendahuluan selama 10
menit yang berisi motivasi, apersepsi, opini siswa dan prasyarat konsep. Kegiatan
inti berlangsung setelah pendahuluan selesai yang berisi penjelasan konsep
menggunakan media animasi flash dan kegiatan diskusi kelompok yang secara
keseluruhan berlangsung selama 40 menit. Berikut adalah gambaran animasi flash
yang digunakan dan kegiatan diskusi kelompok pada siklus I :
Gambar 4.1. Animasi Gerak Bersifat Relatif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Gambar 4.2 Kegiatan Diskusi Kelompok
Pertemuan pertama ini ditutup dengan memberikan kesempatan bertanya
kepada siswa jika ada yang belum dipahami selama 5 menit, memberikan post-test
kepada siswa selama 10 menit (kegiatan guru adalah menghitung skor tim
berdasarkan skor kelompok), dan 5 menit terakhir untuk mengumumkan
kelompok pemenang lalu memberikan reward berupa tepuk tangan dan hadiah
kado yang berisi makanan yang akhirnya dibagi oleh kelompok pemenang ke
semua siswa. Pertemuan pertama ini ditutup setelah bel istirahat berdering.
Pertemuan kedua berlangsung pada tanggal 3 maret 2011. Pertemuan ini
berisi pendalaman konsep materi pertemuan pertama dengan cara tanya-jawab dan
latihan soal-soal. Guru peneliti juga meminta pendapat secara umum kepada siswa
mengenai pembelajaran Fisika pada pertemuan sebelumnya.
3. Tahap Pengamatan
Selama proses pembelajaran berlangsung, observer melakukan penilaian
proses dan pengamatan terhadap aktivitas belajar positif dan aktivitas belajar
negatif siswa. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui aktivitas belajar siswa dan
peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam pembelajaran yang berlangsung di kelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
VII.B tersebut. Dengan pengamatan secara langsung, diharapkan hal-hal yang
mungkin tidak teramati oleh guru peneliti dapat teramati oleh observer. Data hasil
observasi langsung merupakan data akurat yang dapat dijadikan masukan untuk
proses selanjutnya. Data ini diambil oleh 3 pengamat agar hasil pengamatan tidak
subjektif. Berikut adalah rangkuman hasil pengamatan yang diperoleh ketiga
observer:
Tabel 4.1. Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus I
SIKLUS 1
OBSERVER 1
( Endang .P, S.Pd. )
OBSERVER 2
( Dewanto Kamas )
OBSERVER 3
( Didit Karyadi )
Aktivitas + 72 % 72,8 % 72,5 %
Aktivitas - 28 % 27,2 % 27,5 %
Data tersebut memperlihatkan bahwa rata-rata aktivitas positif siswa sebesar
72,43 % sedangkan aktivitas negatifnya sebesar 27,57 %. Aktivitas positif dan
negatif tersebut didapatkan dari kinerja dalam kegiatan kelompok atau diskusi
kelompok yang meliputi oral activities, listening activities, visual activities,
writing activities, dan mental activities. Berkaitan dengan kemampuan kognitif,
peneliti mengambil data dari nilai pre-test dan post-test siswa sesuai terlampir
dalam lampiran 5. Dari data tersebut terlihat bahwa rata-rata nilai pretest siswa
adalah 58,82 dengan 18 siswa dari 34 siswa belum tuntas (belum mencapai nilai
KKM 63,00), sedangkan pre-test siswa menghasilkan nilai rata-rata 88,68 dengan
3 dari 34 siswa yang belum tuntas. Jadi untuk kemampuan kognitif siswa pada
siklus I ini mengalami kenaikan dengan nilai gain ternormalisasi rata-ratanya
sebesar 0,73 dari pre-test ke post-testnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa
pembelajaran pada siklus ini dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa.
Secara garis besar, menurut hasil wawancara degan observer tentang hasil
catatan lapangan siklus pertama ini adalah sebagai berikut:
a. Penyampaian Pembelajaran
1) Penekanan pada materi inti kurang dimaksimalkan
2) Memperhatikan waktu dalam pembelajaran, karena untuk pembelajaran
siklus 1 ini terlalu lama (waktunya mepet). Hal tersebut terjadi karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
proses perhitungan dan pemberian penghargaan dilakukan sekaligus di
pertemuan pertama sedangkan di pertemuan kedua hanya pendalaman
materi yang difokuskan pada penyelesaian soal-soal.
3) Kurang memberikan contoh terapan materi pembelajaran dalam aplikasi
kehidupan sehari-hari.
4) Kurang melibatkan siswa dalam pembelajaran.
5) Dalam pembelajaran kelompok perlu dibuatkan nama punggung agar
observer lebih mudah mengamati aktivitas kelompok.
b. Media Flash
1) Lebih memperhatikan penulisan dalam animasi flash karena masih ada
yang salah tulis.
2) Contoh animasi aplikasi pembelajaran dalam flash diperbanyak dan kalau
bisa disisipkan video.
4. Tahap Refleksi
Secara umum pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan animasi
flash yang telah dilakukan pada siklus I ini berjalan dengan lancar, walaupun ada
beberapa hal yang kurang berjalan seperti rencana seperti: pada saat diskusi para
siswa cenderung bekerja sendiri-sendiri, mereka mencari jawaban Lembar Kerja
Diskusi (LKD) masing-masing bahkan ada yang bekerja sendiri-sendiri. Hal
tersebut mungkin disebabkan karena siswa belum terbiasa dengan metode
pembelajaran yang digunakan karena memang pembelajaran kooperatif tipe
STAD ini baru pertama kali diterapkan di kelas VII.B. Biasanya pembelajaran
dilakukan dengan ceramah setelah itu siswa diminta mencatat dan mengerjakan
soal di buku diktat atau LKD. Selain itu pada saat diskusi kelompok siswa masih
mempunyai kecenderungan langsung bertanya kepada guru jika ada kesulitan atau
pertanyaan yang belum dipahami secara individu sebelum didiskusikan dengan
teman kelompoknya. Namun setelah guru mengingatkan siswa tampak mulai
berdiskusi.
Karena target dalam penelitian ini belum tercapai (aktivitas belajar siswa
belum mencapai target) maka peneliti melanjutkan penelitiannya. Berdasarkan
hasil pengamatan dan hal-hal yang tersebut diatas, maka pada pertemuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
selanjutnya guru merencanakan untuk melakukan hal-hal sebagai berikut pada
siklus selanjutnya :
a. Animasi Flash pada siklus II lebih disempurnakan dan diteliti redaksi/
penulisan kalimat-kalimatnya.
b. Guru membuat nama punggung untuk setiap siswa pada tiap kelompok.
c. Mengingatkan siswa untuk mendiskusikan LKD dengan teman satu
kelompoknya sebelum bertanya kepada guru.
d. Guru tetap memotivasi siswa dan akan memberi penghargaan bagi kelompok
yang mendapat rata-rata skor kenaikan belajar tinggi dan berdasarkan
kecepatan, kekompakan dan ketepatan dalam menyelesaikan soal-soal di
Lembar Kerja Diskusi (LKD).
e. Memberikan penilaian kelompok dan pemberian hadiah kelompok pada
pertemuan kedua pada siklus II agar efisien waktu.
f. Guru memberikan contoh yang lebih banyak tentang aplikasi materi dalam
kehidupan sehari-hari.
C. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II
Siklus 2 dilaksanakan selama dua kali pertemuan yaitu tanggal 10 dan 12
Maret 2011. Indikator yang diharapkan tercapai dalam siklus II ini adalah tentang
pengertian Gerak Lurus Beraturan (GLB), contoh GLB, membuat grafik
hubungan antara jarak dan waktu pada GLB, membuat grafik hubungan antara
kelajuan dan waktu pada GLB . Kegiatan pada siklus II ini merupakan tindakan
dari hasil refleksi siklus pertama yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan dan refleksi. Berikut adalah pelaksanaan kegiatan siklus II secara
terperinci :
1. Tahap Perencanaan
Secara umum tahap perencanan pada siklus II ini sama dengan siklus I.
Perbedaannya hanyalah terdapat tambahan beberapa hal yang didapatkan dari
hasil refleksi siklus I, jadi tindakan yang dilakukan pada siklus kedua ini
ditetapkan berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
a. Membuat nama punggung agar aktivitas siswa lebih mudah diamati oleh
observer dan guru.
b. Memberikan contoh video atau animasi tambahan tentang materi GLB agar
siswa dapat mengerti contoh-contoh riil GLB dalam kehidupan sehari-hari.
c. Memperbaiki media flash yang digunakan dalam pembelajaran materi GLB
d. Memperbaiki cara mengajar dengan membuat skenario pembelajaran dan
membuat instrumen yang lebih melibatkan siswa dalam pembelajaran
misalnya membuat grafik GLB berdasarkan data yang ada di media flash
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan siklus II dilaksanakan sesuai rencana, yaitu dua kali
pertemuan: tanggal 10 Maret dan 12 Maret 2011. Pada pertemuan pertama semua
siswa hadir, sedangkan pada pertemuan kedua satu siswa tidak hadir dalam
pembelajaran karena mewakili sekolah dalam lomba macapat di UNS.
Pada siklus II ini proses pembelajaran berlangsung sesuai dengan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah ditetapkan. Guru peneliti dibantu 3
orang pengamat (observer) yang melakukan pengamatan selama kegiatan
berlangsung. Pengamat adalah guru pengampu mata pelajaran Fisika SMP Negeri
10 Surakarta dan 2 orang pengamat lain adalah mahasiswa program studi
pendidikan Fisika dari Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) yang
memahami model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Selama kegiatan
pembelajaran, guru peneliti bertugas menyampaikan pembelajaran di kelas,
sedangkan pengamat melakukan pengamatan di dalam kelas dengan mengambil
posisi awal di belakang tempat duduk siswa.
Langkah awal pada siklus II ini adalah dengan melakukan pre-test pada
akhir pertemuan kedua pada siklus I, hal tersebut dimaksudkan agar pada siklus
kedua berlangsung lebih lama saat penyampaian materinya. Pertemuan pertama
siklus II di 5 menit pertama diawali dengan salam dari guru dan pemasangan
nama punggung pada siswa agar mempermudah observer dalam mengamati
aktivitas pembelajaran. 5 menit kedua guru memberikan motivasi kepada siswa
melalui video dan meminta opini siswa mengenai video tersebut. Kegiatan inti
dan diskusi kelompok secara keseluruhan berlangsung selama 50 menit. Dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
kegiatan inti tersebut guru menerangkan konsep GLB secara konstruktivisme, jadi
secara perlahan-lahan siswa dituntun untuk mempelajari konsep GLB secara benar
melalui media flash, media ini menurut beberapa siswa sangat membantu dalam
memahami materi yang di ajarkan. Berikut adalah gambaran animasi flash yang
digunakan dan kegiatan diskusi kelompok pada siklus II :
Gambar 4.3. Animasi Flash Siklus II
Guru peneliti juga mengajak siswa untuk turut serta dalam pembelajaran dengan
cara meminta siswa ke depan untuk membyuat grafik hubungan antara jarak
dengan waktu dan kecepatan dengan waktu dalam GLB, hal tersebut dimaksudkan
agar siswa dapat aktif dan mau untuk menulis di dalam catatannya secara
langsung sekaligus memberi gambaran secara langsung mengenai cara membuat
grafik yang benar kepada siswa.
Kegiatan inti yang lain yakni diskusi kelompok, pada sesi ini guru
memberikan permasalahan dalam Lembar Kerja Diskusi (LKD) kepada tiap
kelompok. Sesi ini dilakukan setelah siswa dianggap mengerti tentang materi yang
diajarkan dalam pembelajaran tersebut dengan melihat bahwa tidak ada siswa
yang bertanya dan apabila diberikan pertanyaan dari guru siswa tersebut dapat
menjawabnya, di sesi diskusi kelompok inilah aktivitas belajar siswa dalam
kelompok mulai diamati. Guru peneliti sebelumnya juga memberikan informasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
akan memberikan reward kepada kelompok yang lebih cepat mengumpulkan LKD
dan benar dalam pengerjaannya. Informasi tersebut membuat siswa lebih
kompetitif lagi dalam belajar kelompok.
Gambar 4.4. Kegiatan Diskusi Kelompok Siklus II
Pertemuan pertama siklus II ini ditutup dengan memberikan kesempatan
bertanya kepada siswa jika ada yang belum dipahami selama 5 menit. Setelah sesi
tanya-jawab guru mempersilahkan beberapa siswa untuk menyampaikan
kesimpulan pembelajaran, pertemuan pertama siklus II ditutup dengan post-test
selama 10 menit dan salam.
Pertemuan kedua berlangsung pada tanggal 13 maret 2011. Pertemuan ini
berisi pendalaman konsep materi pertemuan pertama dengan cara tanya-jawab dan
latihan soal-soal. Guru peneliti juga meminta pendapat secara umum kepada siswa
mengenai pembelajaran Fisika pada pertemuan sebelumnya, pada pertemuan
kedua ini ditutup dengan memberikan pre-test untuk persiapan siklus yang ketiga.
Secara umum pelaksanaan pertemuan kedua siklus kedua ini difokuskan agar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
siswa menjadi lebih paham dan mengerti lebih mendalam tentang materi GLB
yang disampaikan di siklus II ini melalui aplikasi soal.
3. Tahap Pengamatan
Selama proses pembelajaran berlangsung, observer melakukan penilaian
proses dan pengamatan terhadap aktivitas positif dan aktivitas negatif siswa.
Pengamatan dilakukan untuk mengetahui aktivitas belajar siswa dan peristiwa-
peristiwa yang terjadi dalam pembelajaran yang berlangsung di kelas VII B
tersebut. Dengan pengamatan secara langsung, diharapkan hal-hal yang mungkin
tidak teramati oleh guru peneliti dapat teramati oleh observer. Data hasil observasi
langsung merupakan data akurat yang dapat dijadikan masukan untuk proses
selanjutnya. Data ini diambil oleh 3 pengamat agar hasil pengamatan tidak
subjektif. Berikut adalah rangkuman hasil pengamatan yang diperoleh ketiga
observer di siklus II dibandingkan dengan hasil pengamatan siklus I :
Tabel 4.2. Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siklus II
SIKLUS 1
OBSERVER 1
( Endang
Purwaningsih, S.Pd )
OBSERVER 2
(Dewanto
Kamas)
OBSERVER 3
( Didit Karyadi ) Rata-rata
Aktivitas + 72 % 72,8 % 72,5 % 72,43%
Aktivitas - 28 % 27,2 % 27,5 % 27,57%
SIKLUS 2
OBSERVER 1
( Endang
Purwaningsih, S.Pd)
OBSERVER 2
( Anggraeni )
OBSERVER 3
( Vita Maftuhah ) Rata-rata
Aktivitas + 86,84 % 76,47 % 89,38 % 84,23%
Aktivitas - 13,16 % 23,53 % 10,62 % 15,77%
Data tersebut memperlihatkan bahwa rata-rata aktivitas positif siswa sebesar naik
dari siklus I sebesar 72,43% menjadi 84% di siklus II, sedangkan aktivitas negatif
siswa turun dari 27,57% di siklusI menjadi 15,77% di siklus II. Aktivitas belajar
positif dan negatif tersebut didapatkan dari kinerja dalam kegiatan kelompok atau
diskusi kelompok yang meliputi oral activities, listening activities, visual
activities, writing activities, dan mental activities. Berkaitan dengan kemampuan
kognitif, peneliti mengambil data dari nilai pre-test dan post-test siswa sesuai
yang terlampir pada lampiran 5. Dari data tersebut terlihat bahwa rata-rata nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
pretest siswa adalah 49 ( Cheisha Aldama Geisha tidak dihitung karena siswa
tersebut tidak ikut pre-test untuk mengikuti lomba macapat) dengan hanya 4 siswa
yang dapat mencapai standart ketuntasan dan dalam post-test mengalami kenaikan
menjadi 88,86 dengan 2 siswa belum tuntas. Bila dibandingkan dengan siklus I,
pada siklus II ini kemampuan kognitif siswa VIIB meningkat karena pada siklus I
nilai pre-test siswa adalah 58,82 dengan 18 siswa dari 34 siswa belum tuntas
(belum mencapai nilai KKM 63,00), sedangkan pre-test siswa menghasilkan nilai
rata-rata 88,68 dengan 3 dari 34 siswa yang belum tuntas dengan rata-rata gain
ternormalisasi sebesar 0,78. Jadi untuk kemampuan kognitif siswa pada siklus II
ini mengalami kenaikan dibandingkan siklus I, sehingga dapat dikatakan bahwa
pembelajaran pada siklus II ini dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa.
Secara garis besar, menurut hasil wawancara degan observer tentang hasil
catatan lapangan siklus pertama ini adalah sebagai berikut :
a. Penyampaian Pembelajaran
1) Penekanan pada materi inti suadah bagus, disarankan untuk
memberi contoh aplikasi yang lebih banyak.
2) Waktu pembelajaran cukup
3) Keterlibatan siswa dalam pembelajaran sudah optimal
4) Penggunaan nama punggung sebaiknya dikaitkan dengan peniti,
karena dalam siklus II ini sering lepas.
5) Disarankan agar buku pegangan siswa dimaksimalkan saat
pembelajaran berlangsung
b. Media Flash
Penggunaan media Flash di siklus II ini dinilai sudah optimal.
4. Tahap Refleksi
Pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan animasi flash yang telah
dilakukan pada siklus II ini berjalan lebih lancar daripada pembelajaran di siklus I,
pada saat diskusi para siswa sudah tidak lagi bekerja secara sendiri-sendiri,
mereka mencari jawaban Lembar Kerja Diskusi (LKD) secara kerjasama dengan
bantuan arahan dari guru. Nampaknya siswa sudah lebih tahu tentang model
pembelajaran kooperatif tipe STAD ini, mereka sudah tidak asing lagi karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
pada siklus I pertemuan I yang lalu sudah diterapkan model seperti ini. Selain hal
tersebut, siswa menilai bahwa media flash di siklus II ini lebih menarik dan
mudah dipahami apalagi dalam motivasi awal siswa diperlihatkan video tentang
materi yang akan diajarkan.
Karena target dalam penelitian ini belum tercapai (aktivitas belajar siswa
belum mencapai target) maka peneliti melanjutkan penelitiannya. Berdasarkan
hasil pengamatan dan hal-hal yang tersebut di atas, maka pada pertemuan
selanjutnya guru merencanakan untuk melakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Guru membuat nama punggung untuk setiap siswa pada tiap kelompok
dengan peniti sebaagai pengaitnya agar tidak mudah lepas dalam
pembelajaran.
b. Mengingatkan siswa untuk mendiskusikan LKD dengan teman satu
kelompoknya sebelum bertanya kepada guru.
c. Guru tetap memotivasi siswa dan akan memberi penghargaan bagi
kelompok yang mendapat rata-rata skor kenaikan belajar tinggi dan
berdasarkan kecepatan, kekompakan dan ketepatan dalam menyelesaikan
soal-soal di LKD.
d. Memberikan penilaian kelompok dan pemberian hadiah kelompok pada
pertemuan kedua pada siklus III agar efisien waktu.
e. Guru memberikan contoh yang lebih banyak tentang aplikasi materi dalam
kehidupan sehari-hari.
f. Dalam penyampaian materi pembelajaran diusahakan mengambil atau
mencocokkannya dengan buku pegangan siswa agar siswa lebih mudah
memahaminya ketika sampai dirumah.
D. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus III
Siklus 2 dilaksanakan selama dua kali pertemuan yaitu tanggal 17 dan 31
Maret 2011. Indikator yang diharapkan tercapai dalam siklus III ini adalah
tentang pengertian Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB), contoh GLBB,
membuat grafik hubungan antara jarak dan waktu pada GLBB, membuat grafik
hubungan antara kelajuan dan waktu pada GLBB . Kegiatan pada siklus III ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
merupakan tindakan dari hasil refleksi siklus kedua yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Berikut adalah pelaksanaan kegiatan siklus
III secara terperinci:
1. Tahap Perencanaan
Secara umum tahap perencanan pada siklus III ini sama dengan siklus II.
Perbedaannya hanyalah terdapat tambahan beberapa hal yang didapatkan dari
hasil refleksi siklus II, jadi tindakan yang dilakukan pada siklus kedua ini
ditetapkan berdasarkan hasil refleksi pada siklus II, yaitu:
a. Membuat nama dada agar aktivitas siswa lebih mudah diamati oleh observer
atau guru dan mengaitkannya dengan peniti agar tidak mudah lepas.
b. Memberikan contoh video atau animasi tambahan tentang materi GLBB agar
siswa dapat mengerti contoh-contoh riil GLBB dalam kehidupan sehari-hari.
c. Memperbaiki cara mengajar dengan membuat skenario pembelajaran dan
membuat instrumen yang lebih melibatkan siswa dalam pembelajaran
misalnya membuat grafik GLBB berdasarkan data yang ada di media flash.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan siklus III dilaksanakan sesuai rencana, yaitu dua kali
pertemuan: tanggal 17 Maret dan 31 Maret 2011. Pada pertemuan pertama semua
siswa hadir, sedangkan pada pertemuan kedua satu siswa tidak hadir dalam
pembelajaran karena sakit.
Pada siklus III ini proses pembelajaran berlangsung sesuai dengan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah ditetapkan. Guru peneliti
dibantu 3 orang pengamat (observer) yang melakukan pengamatan selama
kegiatan berlangsung. Pengamat adalah guru pengampu mata pelajaran Fisika
SMP Negeri 10 Surakarta dan 2 orang pengamat lain adalah mahasiswa program
studi pendidikan Fisika dari Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) yang
memahami model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Selama kegiatan
pembelajaran, guru peneliti bertugas menyampaikan pembelajaran di kelas,
sedangkan pengamat melakukan pengamatan di dalam kelas dengan mengambil
posisi awal di belakang di belakang tempat duduk siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Langkah awal pada siklus III ini adalah dengan melakukan pre-test pada
akhir pertemuan kedua pada siklus II, hal tersebut dimaksudkan agar pada siklus
kedua berlangsung lebih lama saat penyampaian materinya. Pertemuan pertama
siklus III di 5 menit pertama diawali dengan salam dari guru dan pemasangan
nama punggung pada siswa agar mempermudah observer dalam mengamati
aktivitas pembelajaran. 5 menit kedua guru memberikan motivasi kepada siswa
melalui video dan meminta opini siswa mengenai video tersebut. Kegiatan inti
dan diskusi kelompok secara keseluruhan berlangsung selama 50 menit. Dalam
kegiatan inti tersebut guru menerangkan konsep GLBB secara konstruktivisme,
jadi secara perlahan-lahan siswa dituntun untuk mempelajari konsep GLBB secara
benar melalui media flash, media ini menurut beberapa siswa sangat membantu
dalam memahami materi yang diajarkan. Berikut adalah gambaran animasi flash
yang digunakan dan kegiatan diskusi kelompok pada siklus III :
Gambar 4.5. Animasi Flash Siklus III
Guru peneliti juga mengajak siswa untuk turut serta dalam pembelajaran dengan
cara meminta siswa ke depan untuk membuat grafik hubungan antara jarak
dengan waktu dan kecepatan dengan waktu dalam GLBB, hal tersebut
dimaksudkan agar siswa dapat aktif dan mau untuk menulis di dalam catatannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
secara langsung sekaligus memberi gambaran secara langsung mengenai cara
membuat grafik yang benar kepada siswa.
Kegiatan inti yang lain yakni diskusi kelompok, pada sesi ini guru
memberikan permasalahan dalam Lembar Kerja Diskusi (LKD) kepada tiap
kelompok. Sesi ini dilakukan setelah siswa dianggap mengerti tentang materi yang
diajarkan dalam pembelajaran tersebut dengan melihat bahwa tidak ada siswa
yang bertanya dan apabila diberikan pertanyaan dari guru siswa tersebut dapat
menjawabnya, di sesi diskusi kelompok inilah aktivitas belajar siswa dalam
kelompok mulai di amati. Guru peneliti sebelumnya juga memberikan informasi
akan memberikan reward kepada kelompok yang lebih cepat mengumpulkan LKD
dan benar dalam pengerjaannya. Informasi tersebut membuat siswa lebih
kompetitif lagi dalam belajar kelompok.
Gambar 4.6. Kegiatan Diskusi Kelompok Siklus III
Pertemuan pertama siklus III ini ditutup dengan memberikan kesempatan
bertanya kepada siswa jika ada yang belum dipahami selama 5 menit. Setelah sesi
tanya-jawab guru mempersilahkan beberapa siswa untuk menyampaikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
kesimpulan pembelajaran, pertemuan pertama siklus III ditutup dengan post-test
selama 10 menit dan salam.
Pertemuan kedua berlangsung pada tanggal 31 maret 2011. Pertemuan ini
berisi pendalaman konsep materi pertemuan pertama dengan cara tanya-jawab dan
latihan soal-soal. Guru peneliti juga meminta pendapat secara umum kepada siswa
mengenai pembelajaran Fisika pada pertemuan sebelumnya, pada pertemuan
kedua ini ditutup dengan memberikan reward kelompok terbaik pada pertemuan
pertama dan kenang-kenangan dari guru kepada siswa. Walaupun hanya
berlangsung dalam waktu 30 menit karena pihak sekolah akan mengadakan rapat
koordinasi, secara umum pelaksanaan pertemuan kedua siklus III ini berlangsung
lancar. Materi pelajaran difokuskan agar siswa menjadi lebih paham dan mengerti
lebih mendalam tentang materi GLBB yang disampaikan.
3. Tahap Pengamatan
Selama proses pembelajaran berlangsung, observer melakukan penilaian
proses dan pengamatan terhadap aktivitas positif dan aktivitas negatif siswa.
Pengamatan dilakukan untuk mengetahui aktivitas belajar siswa dan peristiwa-
peristiwa yang terjadi dalam pembelajaran yang berlangsung di kelas VII B
tersebut. Dengan pengamatan secara langsung, diharapkan hal-hal yang mungkin
tidak teramati oleh guru peneliti dapat teramati oleh observer. Data hasil observasi
langsung merupakan data akurat yang dapat dijadikan masukan untuk proses
selanjutnya. Data ini diambil oleh 3 pengamat agar hasil pengamatan tidak
subjektif. Berikut adalah rangkuman hasil pengamatan yang diperoleh ketiga
observer di siklus III dibandingkan dengan hasil pengamatan siklus II dan siklus I:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Tabel 4.3. Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus III
SIKLUS
1
OBSERVER 1
( Endang
Purwaningsih, S.Pd
)
OBSERVER 2
( Dewanto Kamas
)
OBSERVER 3
( Didit Karyadi ) Rata-rata
Aktivitas
+ 72 % 72,8 % 72,5 % 72,43
Aktivitas
- 28 % 27,2 % 27,5 % 27,57
SIKLUS
2
OBSERVER 1
( Endang
Purwaningsih,
S.Pd)
OBSERVER 2
( Anggraeni )
OBSERVER 3
( Vita Maftuhah )
Aktivitas
+ 86,84 % 76,47 % 89,38 % 84,23
Aktivitas
- 13,16 % 23,53 % 10,62 % 15,77
SIKLUS
3
OBSERVER 1
( Endang
Purwaningsih,
S.Pd)
OBSERVER 2
( Surani )
OBSERVER 3
( Laila Agustina )
Aktivitas
+ 94,29 % 83,58 % 91,38 % 89,75
Aktivitas
- 5,71 % 16,42 % 8,62 % 10,25
Data tersebut memperlihatkan bahwa rata-rata aktivitas positif siswa sebesar naik
dari siklus I sebesar 72,43% menjadi 84% di siklus II dan 89,75% di siklus III,
sedangkan aktivitas negatif siswa turun dari 27,57% di siklus I menjadi 15,77% di
siklus II dan 10,25% di siklus III. Aktivitas positif dan negatif tersebut didapatkan
dari kinerja dalam kegiatan kelompok atau diskusi kelompok yang meliputi oral
activities, listening activities, visual activities, writing activities, dan mental
activities. Berkaitan dengan kemampuan kognitif, peneliti mengambil data dari
nilai pre-test dan post-test siswa yang dapat dilihat di lampiran 5. Dari data
tersebut terlihat bahwa rata-rata nilai pretest siswa adalah 50,43 (Elfira
Novianingtyas Wibawa Putri tidak dihitung karena siswa tersebut tidak ikut post-test
karena sakit) dengan hanya 7 siswa yang dapat mencapai standart ketuntasan dan
dalam post-test mengalami kenaikan menjadi 77,86 dengan 5 siswa yang belum
tuntas sehingga rata-rata gain ternormalisasi adalah 0,553 yang masuk dalam
kategori sedang. Kemampuan kognitif siswa pada siklus III ini meningkat, tetapi
bila dibandingkan dengan peningkatan kemampuan kognitif siklus II, peningkatan
kemampuan kognitif pada siklus III ini menurun. Menurut beberapa testimoni
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
siswa, hal ini dikarenakan siswa sudah merasa bosan dengan skenario
pembelajaran yang sama selama tiga siklus penelitian ini.
Secara garis besar, menurut hasil wawancara dengan observer tentang
hasil catatan lapangan siklus III ini adalah sebagai berikut :
a. Penyampaian Pembelajaran
1) Penekanan pada materi inti sudah bagus.
2) Waktu pembelajaran cukup
3) Keterlibatan siswa dalam pembelajaran sudah optimal
4) Penggunaan nama dada sudah tidak lepas-lepas lagi
5) Buku pegangan siswa sudah dioptimalkan
b. Media Flash
Penggunaan media Flash di siklus III ini dinilai sudah optimal.
4. Tahap Refleksi
Pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan animasi flash yang telah
dilakukan pada siklus III ini berjalan lebih lancar daripada pembelajaran di siklus
II, pada saat diskusi para siswa sudah tidak lagi bekerja secara sendiri-sendiri,
mereka mencari jawaban Lembar Kerja Diskusi (LKD) secara kerjasama dengan
bantuan arahan dari guru. Siswa yang lebih tahu tentang model pembelajaran
kooperatif tipe Students Team Achievement Division (STAD) ini sehingga siswa
sudah mempersiapkan pemnbelajaran dari rumah. siswa menilai bahwa media
flash di siklus III ini sudah optimal.
Aktivitas pembelajaran siswa meningkat menjadi 89,75% pada aktivitas
positifnya dan menurun menjadi 10,25% pada aktivitas negatifnya, dan
kemampuan kognitif siswa meningkat dari pre-test ke post-test dengan rata-rata
gain kelas sebesar 0,55 sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe STAD berbantuan animasi flash dapat meningkatkan aktivitas
belajar dan kemampuan kognitif siswa. Karena target dalam penelitian ini telah
tercapai, maka guru peneliti menghentikan penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
E. Pembahasan dan Pengambilan Keputusan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, diperoleh beberapa
hal diantaranya; pada siklus I siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran
yang digunakan, bahkan siswa masih kaget dengan metode yang digunakan
meskipun mereka mengaku senang dan dapat memotivasi siswa untuk belajar.
Pada siklus II siswa nampak mulai paham dan terbiasa dengan metode yang
digunakan sehingga banyak siswa yang sudah mulai berani untuk melakukan
tanya jawab dengan guru maupun teman satu kelompoknya, bahkan ada siswa
yang mulai berani mengemukakan pendapatnya. Peningkatan aktivitas belajar
siswa terlihat dari siklus II dan siklus III. Pada siklus III siswa nampak sudah
dapat belajar mandiri, mereka banyak yang berdiskusi dengan temannya bahkan
hampir yang tidak ada yng bertanya pada guru karena telah paham dengan
jawaban guru. Aktivitas belajar siswa dalam tiga siklus dapat dilihat dalam tebel
berikut:
Tabel 4.4. Perbandingan Aktivitas Belajar Siswa
SIKLUS 1
OBSERVER 1
( Endang
Purwaningsih, S.Pd )
OBSERVER 2
( Dewanto
Kamas )
OBSERVER 3
( Didit Karyadi ) Rata-rata
Aktivitas
+ 72 % 72,8 % 72,5 % 72,43 %
Aktivitas
- 28 % 27,2 % 27,5 % 27,57 %
SIKLUS 2
OBSERVER 1
( Endang
Purwaningsih, S.Pd)
OBSERVER 2
( Anggraeni )
OBSERVER 3
( Vita Maftuhah ) Rata-rata
Aktivitas
+ 86,84 % 76,47 % 89,38 % 84,23 %
Aktivitas
- 13,16 % 23,53 % 10,62 % 15,77 %
SIKLUS 3
OBSERVER 1
( Endang
Purwaningsih, S.Pd)
OBSERVER 2
( Surani )
OBSERVER 3
( Laila Agustina ) Rata-rata
Aktivitas
+ 94,29 % 83,58 % 91,38 % 89,75 %
Aktivitas
- 5,71 % 16,42 % 8,62 % 10,25 %
Data tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas belajar
positif tiap siklus, dari 72,43% di siklus I menjadi 84,23% di siklus II dan 89,75%
di siklus III. Sedangkan aktivitas belajar negatifnya semakin berkurang dalam tiap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
siklus, yaitu 27,57% di siklus I menjadi 15,77% di siklus II dan 10,25% di siklus
III. Peningkatan aktivitas positif dan menurunnya aktivitas belajar negatif dalam
pembelajaran Fisika di kelas VIIB SMPN 10 Surakarta selama tiga siklus
penelitian tindakan kelas dapat lebih jelas terlihat pada grafik berikut:
Gambar 4.7. Grafik Perbandingan Aktivitas Belajar Siswa
Penelitian ini juga menghasilkan peningkatan kemampuan kognitif siswa
dari pre-test ke post-test dalam tiap siklus. Berikut adalah data kemampuan
kognitif siswa dalam 3 siklus :
Tabel 4.5. Kemampuan Kognitif Siswa
Tindakan
Pre-test Post-test
Belum
Tuntas Tuntas
Nilai
rata-
rata
Belum
Tuntas Tuntas
Nilai
rata-
rata
Rata-rata
gain-
ternormalisasi
Siklus I 18 16 58,82 2 32 88,68 72,51%
Siklus II 32 4 49,00 2 33 88,86 78,16%
Siklus III 28 8 50,43 5 30 77,86 55,33%
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dalam setiap pre-test jumlah
siswa yang tuntas ( nilai > 63) lebih sedikit daripada siswa yang sudah tuntas.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Siklus I Siklus II Siklus III
72.5
85.2389.75
27.57
15.7710.25
Ak
tiv
ita
s B
ela
jar
(%)
Tindakan
Grafik Perbandingan Aktivitas Belajar
Aktivitas Positif (%)
Aktivitas Negatif (%)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Akan tetapi setelah dilakukan tindakan berupa pembelajaran kooperatif tipe
STAD berbantuan animasi flash terjadi peningkatan yang sangat signifikan, yakni
hampir semua siswa tuntas atau jumlah siswa yang tuntas jauh lebih besar
daripada siswa yang belum tuntas. Peningkatan kemampuan kognitif siswa dalam
setiap siklus juga dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas yang secara lebih jelas
dapat dilihat dalam grafik berikut :
Gambar 4.8. Grafik Perbandingan Nilai Rata-rata Siswa
Berdasarkan grafik tersebut terlihat bahwa selalu terjadi peningkatan nilai rata-
rata siswa dalam dari pre-test ke post-test dalam tiap siklus. Secara umum dalam
tindakan siklus I siswa sudah sedikit lebih tahu tentang materi yang akan
diajarkan karena dalam tindakan pra siklus sudah sedikit disinggung sehingga
jumlah siswa yang tuntas dan belum tuntas hampir berimbang pada pre-testnya.
Tindakan siklus II dilakukan untuk menyempurnakan siklus I dan terlihat siswa
sudah siap untuk melaksanakan pembelajaran sehingga nilai post-test siswa sangat
bagus. Dalam siklus III terjadi penurunan nilai post-test dari siklus-siklus
sebelumnya. Berdasarkan testimoni siswa, hal ini terjadi karena siswa sudah
merasa jenuh karena dalam tiga kali pelaksanaan siklus terjadi di ruang yang
sama, dengan konsep pembelajaran yang sama dan media yang sama, walaupun
begitu masih terjadi peningkatan nilai yang signifikan dari pre-test ke post-test.
58.82
49 50.43
88.68 88.86
77.8672.51
78.16
55.33
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Siklus I Siklus II Siklus III
Nil
ai
Tindakan Siklus
Grafik Perbandingan Nilai Rata-rata Siswa
Rata-rata pre test
Rata-rata post test
Rata-rata Gain ternormalisasi (%)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Dari analisis penelitian ini didapatkan keterangan tambahan bahwa siswa akan
jenuh apabila dalam pembelajaran tidak dilakukan variasi model pembelajaran.
Secara keseluruhan dalam penelitian ini terjadi peningkatan aktivitas
belajar siswa dari siklus ke siklus berikutnya dan terjadi peningkatan kemampuan
kognitif dari pre-test ke post-test dalam tiap tindakan siklus dilihat dari gain
ternormalisasinya, dan penggunaan media pembelajaran dengan animasi flash
dapat meningkatkan dan menarik perhatian siswa terhadap materi pembelajaran.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) berbantuan animasi
Flash dalam meningkatkan aktivitas belajar dan kemampuan kognitif siswa di
kelas VII.B SMP Negeri 10 Surakarta dikatakan berhasil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian tindakan kelas ini, dapat
disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams
Achievement Divisions (STAD) berbantuan animasi flash dapat meningkatkan
aktivitas belajar dan kemampuan kognitif siwa kelas VIIB SMP Negeri 10
Surakarta tahun ajaran 2010/2011 semester genap.
Peningkatan aktivitas belajar dan kemampuan kognitif siswa ini dapat
terlihat dari hal-hal sebagai berikut.
1. Meningkatnya rata-rata aktivitas positif siswa di dalam pembelajaran, dari
72,1% di siklus I menjadi 84,23% di siklus II dan 89,75% di siklus III.
2. Menurunnya rata-rata aktivitas negatif siswa di dalam pembelajaran, dari
27,57% di siklus I menjadi 15,77% di siklus II dan 10,25% di siklus III.
3. Nilai kemampuan kognitif siswa meningkat dari pre-test ke post-test yaitu :
58,82 menjadi 88,68 di siklus I; 49,00 menjadi 88,86 di siklus II; dan 50,43
menjadi 77,86 di siklus III.
4. Rata-rata gain ternormalisasi lebih dari 0,50 yaitu, 0,73 di siklus I, 0,78 di
siklus II dan 0,55 di siklus III.
5. Jumlah siswa yang tuntas (nilai > 63) meningkat dalam tiap siklus yakni dari
16 siswa menjadi 32 siswa di siklus I, 4 siswa manjadi 33 siswa di siklus II
dan 8 siswa menjadi 30 siswa di siklus III.
B. Saran
Berdasarkan hasil temuan dan keterbatasan dalam penelitian ini diajukan
beberapa saran yang bermanfaat bagi peneliti selanjutnya, guru dan sekolah
sebagai berikut:
1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement
Division (STAD) dalam pembelajaran Fisika dapat dijadikan model alternatif
bagi sekolah maupun guru karena dengan model ini siswa dapat terlibat secara
aktif, meningkatkan aktivitas belajar dan kemampuan kognitif siswa.
68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
2. Penggunaan media animasi flash dalam pembelajaran Fisika sangat dianjurkan
terlebih lagi dalam materi yang abstrak karena siswa akan lebih jelas dalam
memahami konsep Fisika secara audio-visual.
3. Agar kegiatan pembelajaran dapat berhasil dengan baik, seorang guru
hendaknya selalu aktif dalam melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
4. Pemahaman siswa terhadap materi akan bertambah apabila diberikan aplikasi
konsep materi tersebut dalam materi sehari-hari atau diberikan tambahan
penyelesaian soal-soal.
5. Model pembelajaran yang paling jelek bukanlah model pembelajaran
konvensional tetapi model pembelajaran yang itu-itu saja sehingga dalam
pembelajaran hendaklah digunakan model pembelajaran yang bervariasi
sehingga siswa tidak jenuh.
6. Pembuatan animasi flash sebaiknya menggunakan berbagai macam variasi
warna, jenis animasi maupun tulisan agar siswa tidak jenuh ketika digunakan
dalam pembelajaran yang selanjutnya.