87
PENANGGULANGAN KENAKALAN REMAJA MENURUT PROF. H.M. ARIFIN (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI) KHOIRUL SHIDDIQ 61111024 FAKULTAS DAKWAH INSTITUT ISLAM ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011

SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

PENANGGULANGAN KENAKALAN REMAJA

MENURUT PROF. H.M. ARIFIN

(Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam)

SKRIPSI

untuk memenuhi sebagian persyaratan

mencapai derajat Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI)

KHOIRUL SHIDDIQ

61111024

FAKULTAS DAKWAH

INSTITUT ISLAM ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2011

Page 2: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

ii

NOTA PEMBIMBING

Lamp : 5 (eksemplar)

Hal : Persetujuan Naskah

Skripsi

Kepada

Yth. Bapak Dekan Fakultas Dakwah

IAIN Walisongo Semarang

Assalamualaikum Wr. Wb.

Setelah membaca, mengadakan koreksi dan perbaikan sebagaimana

mestinya, maka kami menyatakan bahwa skripsi saudara :

Nama : Khoirul Shiddiq

NIM : 61111024

Jurusan : DAKWAH /BPI

Judul Skripsi: PENANGGULANGAN KENAKALAN REMAJA

MENURUT PROF. H.M. ARIFIN (Analisis

Bimbingan dan Penyuluhan Islam)

Dengan ini telah saya setujui dan mohon agar segera diujikan. Demikian

atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Semarang, Juni 2011

Pembimbing,

Bidang Substansi Materi Bidang Metodologi & Tatatulis

Prof. Dr. Hj. Ismawati, M.Ag Hj. Mahmudah, S Ag, M.Pd

NIP. 19480705196705 2 001 NIP. 19701129199803 2 001

Page 3: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

iii

SKRIPSI

PENANGGULANGAN KENAKALAN REMAJA

MENURUT PROF. H.M. ARIFIN

(Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam)

Disusun oleh

KHOIRUL SHIDDIQ

61111024

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

pada tanggal: 30 Juni 2011

dan dinyatakan telah lulus memenuhi sarat

Susunan Dewan Penguji

Ketua Dewan Penguji/ Anggota Penguji

Pembantu Dekan, Penguji I,

Drs. H. Nurbini, M.Si. Drs. H. Solihan, M.Ag

NIP. 19680918 199303 1 004 NIP. 19600 6011994031002

Sekretaris Dewan Penguji/

Pembimbing, Penguji II,

Hj. Mahmudah, S Ag, M.Pd. Safrodin M.Ag.

NIP. 19701129199803 2 001 NIP. 19751203 200312 1 002

Pembimbing,

Pembimbing I Pembimbing II,

Prof. Dr. Hj. Ismawati, M.Ag Hj. Mahmudah, S Ag, M.Pd

NIP. 19480705196705 2 001 NIP. 19701129199803 2 001

Page 4: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya

sendiri dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk

memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi di lembaga

pendidikan lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan maupun

yang belum/tidak diterbitkan, sumbernya dijelaskan di dalam tulisan dan

daftar pustaka

Semarang, 20 Juni 2011

Khoirul Shiddiq

NIM: 61111024

Page 5: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

v

MOTTO

Artinya: Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa

yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah

kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.

(QS. Al-Hasyr: 7) (Depag RI, 1978: 915).

Page 6: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

vi

PERSEMBAHAN

Untuk kedua orang Tuaku, bapakku Yusuf dan ibuku Nur Azizah yang dengan

tabah mengasuh penulis mulai kecil sampai dewasa dan mencurahkan jiwa

raganya. Dan dengan kesabarannya membesarkan, mendidik penulis hingga

seperti sekarang ini, serta do'anya yang tak putus-putus sehingga penulis dapat

melanjutkan studi sampai ke perguruan tinggi dan semoga beliau tetap diberi

kesehatan, umur panjang dan selamat dunia dan akhirat.

Kakak dan adikku yang telah memotivasi dalam studi khusus dan dalam

menyelesaikan skripsi ini .

Teman-temanku yang tak bisa kusebutkan satu persatu yang selalu bersama-

sama dalam cita dan asa.

Penulis

Page 7: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

vii

ABSTRAKSI

Masalah kenakalan remaja sangat meresahkan orang tua, masyarakat,

bahkan negara. Mengingat apa yang dilakukan oleh remaja saat ini adalah

sangat membahayakan masyarakat dan berdampak pada kepentingan orang

banyak, maka menurut penulis permasalahan ini sangat menarik untuk diteliti.

Yang menjadi rumusan masalah yaitu faktor-faktor apa sajakah yang

menyebabkan terjadinya kenakalan remaja? Bagaimana penanggulangan

kenakalan remaja menurut M.Arifin dalam perspektif bimbingan dan

penyuluhan Islam?.

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Data primernya

yaitu: karya-karya M. Arifin: (1) Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan

Penyuluhan Islam; (2) Pokok-Pokok Pikiran tentang Bimbingan dan

Penyuluhan Islam; (3) Psikologi Dakwah; (4) Psikologi dan Beberapa Aspek

Kehidupan Rohaniyah Manusia. Data sekundernya yaitu sejumlah

kepustakaan yang relevan. Teknik pengumpulan datanya dengan teknik

dokumentasi. Adapun Analisis data menggunakan analisis content analysis.

Hasil dari pembahasan menunjukkan bahwa menurut M. Arifin

Menurut M. Arifin (1994: 79) kenakalan remaja adalah kehidupan remaja

yang menyimpang dari berbagai pranata dan norma yang berlaku umum. Baik

yang menyangkut kehidupan masyarakat, tradisi maupun Islam serta hukum.

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kenakalan remaja adalah karena

faktor intern dan ekstern yang pada intinya ditujukan pada lingkungan sosial

dan keluarga yang kurang baik. Namun demikian, faktor-faktor kenakalan

remaja yang dikembangkan M.Arifin terlalu luas sehingga sukar ditangkap

bagian mana yang paling dominan menyebabkan terjadinya kenakalan remaja.

Menurut peneliti, sebenarnya kenakalan remaja bermuara pada kondisi

lingkungan yang kurang kondusif pada pembentukan perilaku remaja. Kondisi

lingkungan tersebut dapat berawal dari lingkungan keluarga, proses

pendidikan di sekolah dan kelompok sosial. Timbulnya juvenile delinquency

adalah karena lingkungan rumah/keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan

masyarakat. Penanggulangan kenakalan remaja adalah dengan program

bimbingan dan penyuluhan Islam. Program yang ditetapkan, harus dapat

menjangkau segala ikhtiar pencegahan yang bersifat umum dan khusus sesuai

dengan asas fitrah bimbingan penyuluhan Islam. Bimbingan dan penyuluhan

Islam merupakan bantuan kepada klien atau konseli untuk mengenal,

memahami dan menghayati fitrahnya, sehingga segala gerak tingkah laku dan

tindakannya sejalan dengan fitrahnya tersebut. Manusia, menurut Islam

dilahirkan dalam atau dengan membawa fitrah, yaitu berbagai kemampuan

potensial bawaan dan kecenderungan sebagai muslim. Bimbingan dan

penyuluhan Islam membantu klien/konseli untuk mengenal dan memahami

fitrahnya itu, atau mengenal kembali fitrahnya tersebut manakala pernah

tersesat, serta menghayatinya sehingga dengan demikian akan mampu

mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat karena bertingkah laku

sesuai dengan fitrahnya itu

Page 8: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, bahwa atas

taufiq dan hidayah-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi

ini.

Skripsi yang berjudul “PENANGGULANGAN KENAKALAN REMAJA

MENURUT PROF. H.M. ARIFIN (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan

Islam)” ini, disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Strata satu (S.1) Fakultas Dakwah Institut Islam Islam Negeri (IAIN)

Walisongo Semarang.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan

saran-saran dari berbagai pihak sehingga penyusunan skripsi ini dapat

terselesaikan. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Rektor IAIN Walisongo, yang telah memimpin lembaga tersebut

dengan baik

2. Bapak Dr. Muhammad Sulthon, M. Ag. selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN

Walisongo Semarang.

3. Ibu Prof. Dr. Hj. Ismawati, M.Ag selaku Dosen pembimbing I dan Ibu Hj.

Mahmudah, S Ag, M.Pd selaku Dosen pembimbing II yang telah bersedia

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan

pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Segenap Bapak, Ibu tenaga edukatif dan administratif Fakultas Dakwah IAIN

Walisongo Semarang yang telah memperlancar proses pembuatan skripsi ini.

Pada akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini belum mencapai

kesempurnaan dalam arti sebenarnya, namun penulis berharap skripsi ini dapat

bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Penulis

Page 9: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ............................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ iv

HALAMAN MOTTO .................................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. vi

ABSTRAKSI ................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................... ix

BAB I : PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ....................................................................... 1

1.2. Perumusan Masalah ...................................................................... 5

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian..................................................... 6

1.4. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 6

1.5. Metoda Penelitian ....................................................................... 9

1.6. Sistematika Penulisan ................................................................... 14

BAB II: BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM DAN KENAKALAN

REMAJA

2.1.Bimbingan dan Penyuluhan Islam ................................................ 16

2.1.1. Pengertian Bimbingan dan Penyuluhan Islam .................... 16

2.1.2. Obyek Bimbingan dan Penyuluhan Islam .......................... 22

2.1.3. Metode Bimbingan dan Penyuluhan Islam ......................... 25

2.1.4. Tujuan dan Fungsi Bimbingan dan Penyuluhan Islam ....... 27

2.2.Kenakalan Remaja ....................................................................... 29

2.2.1. Pengertian Kenakalan Remaja ............................................ 29

2.2.2. Penanggulangan Kenakalan Remaja .................................. 33

Page 10: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

x

BAB III: PENANGGULANGAN KENAKALAN REMAJA MENURUT

H.M. ARIFIN

3.1. Biografi M. Arifin ................................................................. 41

3.2. Penanggulangan Kenakalan Remaja Menurut M. Arifin ........... 42

3.2.1 Remaja ................................................................. 43

3.2.2 Pengertian Kenakalan Remaja ............................................ 44

3.2.3 Program Penanggulangan .................................................. 46

BABIV: PENANGGULANGAN KENAKALAN REMAJA MENURUT

H.M. ARIFIN (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan

Islam)..................................................................................................58

BAB V : PENUTUP

5.1.Kesimpulan ....................................................................... 73

5.2.Saran-Saran ....................................................................... 74

5.3.Penutup ....................................................................... 74

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 11: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masa remaja (adolesensi) adalah masa peralihan dari masa anak-anak

menuju masa dewasa, anak-anak mengalami pertumbuhan cepat di segala

bidang. Mereka bukan lagi anak-anak, baik bentuk jasmani, sikap, cara

berfikir dan bertindak. Tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.

Masa ini mulai kira-kira pada umur 13 tahun dan berakhir kira-kira umur 21

tahun (Daradjat, 1988: 101).

Persoalan remaja selalu hangat dan menarik, baik di negara yang telah

maju maupun di negara terbelakang, terutama negara yang sedang

berkembang. Karena remaja adalah masa peralihan, seseorang telah

meninggalkan usia anak-anak yang penuh kelemahan dan ketergantungan

tanpa memikul sesuatu tanggung jawab, menuju kepada usia dewasa yang

sibuk dengan tanggung jawab penuh. Usia remaja adalah usia persiapan untuk

menjadi dewasa yang matang dan sehat. Kegoncangan emosi, kebimbangan

dalam mencari pegangan hidup, kesibukan mencari pegangan hidup,

kesibukan mencari bekal pengetahuan dan kepandaian untuk menjadi senjata

dalam usia dewasa merupakan bagian yang dialami oleh setiap remaja

(Daradjat, 1973: 477).

Remaja pada hakikatnya sedang berjuang untuk menemukan dirinya

sendiri, jika dihadapkan pada keadaan luar atau lingkungan yang kurang

Page 12: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

2

serasi penuh kontradiksi dan labil, maka akan mudahlah mereka jatuh kepada

kesengsaraan batin, hidup penuh kecemasan, ketidakpastian dan

kebimbangan. Hal seperti ini telah menyebabkan remaja-remaja Indonesia

jatuh pada kelainan-kelainan kelakuan yang membawa bahaya terhadap

dirinya sendiri baik sekarang, maupun di kemudian hari (Daradjat, 1973:

356).

Banyak di antara mereka yang tidak sanggup mengikuti pelajaran,

hilang kemampuan untuk konsentrasi, malas belajar, patah semangat dan

sebagainya. Tidak sedikit pula yang telah jatuh kepada kelakuan yang lebih

berbahaya lagi (Daradjat, 1973: 356). Kelakuan yang berbahaya itu sebagai

hasil dari bentuk kenakalan dan karena kenakalan itu dilakukan oleh remaja

maka muncullah julukan kenakalan remaja yang dalam terminologi asingnya

disebut juvenile delinquency. Dalam kenyataannya terdapat kesenjangan

antara remaja yang baik dengan remaja yang nakal. Sehubungan dengan itu

menurut Kartini Kartono, juvenile delinquency merupakan gejala sakit atau

patologi secara sosial sehingga ia berprilaku menyimpang, kemudian disebut

cacat secara sosial. Hal ini tidak lepas dari kurangnya tanggung jawab sosial

pada anak remaja, kerapuhan pendidikan serta pendidikan masyarakat yang

buruk (Kartono, 1992: 7-10).

Untuk menanggulangi kenakalan remaja maka sangat diperlukan

bimbingan dan penyuluhan Islam. Di kalangan masyarakat Islam telah pula

dikenal prnsip-prinsip bimbingan dan penyuluhan yang secara tersirat terdapat

dalam al-Qur'an seperti di bawah ini:

Page 13: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

3

Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang

menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf

dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang

yang beruntung. (QS. Ali Imran: 104)

Artinya: Serulah kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang

baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui

tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang

lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (an-

Nahl: 125).

Artinya: Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan

nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul

husna dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam

shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah

jalan tengah di antara kedua itu". (a-Isra: 110).

Dari beberapa ayat di atas maka dapat dipahami bahwa penyuluhan

Islam dalam konteks ini mempunyai peranan penting dalam memecahkan

persoalan para remaja yang melakukan perbuatan yang dianggap masuk

kategori juvenile delinquency. Itulah sebabnya M. Arifin (2005: 124)

menyatakan sebagai berikut:

"Penyuluhan Islam di kalangan remaja pada khususnya di luar sekolah

dalam suatu masyarakat yang sedang mengalami transisi dari tingkat

hidup agraris ke tingkat hidup yang lebih maju seperti masyarakat

Page 14: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

4

Indonesia sekarang, terutama di kota-kota metropolitan (kota-kota

besar) sangat dirasakan keperluannya oleh masyarakat itu sendiri, oleh

karena pada umumnya masyarakat Indonesia menganggap bahwa

Islam dengan norma-normanya tetap mempunyai pengaruh psikologis

bagi ketenangan serta kemantapan hidup manusia. Permasalahan yang

timbul di kalangan remaja yang dipandang serius antara lain adalah

masalah kenakalan remaja mengingat remaja adalah suatu kelompok

usia yang diharapkan menjadi generasi pengganti orang-orang tua di

masa depan. Sebagai kelompok pengganti atau penerus cita-cita

bangsa mereka mutlak harus memiliki kondisi mental psikologis yang

lebih besar kemampuannya serta kesanggupannya dari generasi yang

diganti, dan harapan demikian sudah tentu perlu diresapkan di dalam

jiwa para remaja melalui penyuluhan yang intensif dan ekstensif".

Menurut M. Arifin (1994: 1) istilah "penyuluhan" mengandung arti

"menerangi", menasehati, atau memberi kejelasan kepada orang lain agar

memahami atau mengerti tentang hal yang sedang dialaminya.

Menariknya untuk diteliti adalah karena masalah kenakalan remaja

sangat meresahkan orang tua, masyarakat, bahkan negara. Mengingat apa

yang dilakukan oleh remaja saat ini adalah sangat membahayakan masyarakat

dan berdampak pada kepentingan orang banyak, maka menurut penulis

permasalahan ini sangat menarik untuk diteliti. Meskipun cara

penanggulangan kenakalan remaja telah diulas oleh para ahli namun

kenyataannya sampai saat ini kenakalan remaja tidak makin berkurang kalau

tidak boleh dikatakan bertambah dalam frekuensi yang sangat

mengkhawatirkan, seperti: kebut-kebutan di jalan raya yang membahayakan,

ugal-ugalan, berandalan, urakan yang mengacaukan lingkungan, perkelahian

antar gang, tawuran yang membawa kurban jiwa, membolos sekolah lalu

bergelandangan di jalan-jalan dan mal-mal serta bereksperimen bermacam-

macam kedurjanaan dan tindak a susila, kecanduan dan ketagihan bahan

Page 15: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

5

narkoba, homo seksualitas, komersialisasi seks, pengguguran janin oleh gadis-

gadis dan masih banyak lagi (http://www.indowarta.org/2011/query/bentuk-

kenakalan-remaja-di-indonesia diakses tanggal 26 April 2011).

Sisi menarik dari penelitian ini yaitu kenakalan remaja berdampak

sangat luas baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Dari sini muncul

suatu pertanyaan apakah hal itu akibat dari kurangnya perhatian orang tua,

ataukah karena pengaruh lingkungan, pembawaan dan pergaulan. Namun

demikian untuk menanggulangi kenakalan remaja tidak seharusnya berhenti

mengungkapkan gagasan baru karena tiada suatu penyakit yang tidak ada

obatnya. Untuk itulah fokus penelitian ini adalah meneliti tentang cara

penanggulangan kenakalan remaja menurut HM. Arifin dihubungkan dengan

bimbingan dan penyuluhan Islam. Meneliti konsep pemikiran HM. Arifin

bukanlah berarti pendapat lain kurang baik melainkan karena pemikiran HM.

Arifin tentang kenakalan remaja belum banyak yang meneliti.

Berdasarkan uraian di atas, mendorong penulis mengangkat tema ini

dengan judul Penanggulangan Kenakalan Remaja Melalui Bimbingan dan

Penyuluhan Islam Menurut Prof. H.M. Arifin

1.2. Perumusan Masalah

Memperhatikan latar belakang sebagaimana telah dikemukakan, maka

yang menjadi rumusan masalah adalah :

1.2.1. Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan terjadinya kenakalan

remaja menurut M. Arifin?

Page 16: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

6

1.2.3. Bagaimana penanggulangan kenakalan remaja menurut M.Arifin

dalam perspektif bimbingan dan penyuluhan Islam?

1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian merupakan usaha dalam memecahkan masalah yang

disebutkan dalam perumusan masalah. Karena itu tujuan penelitian ini sebagai

berikut:

1.3.1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan faktor-faktor apa sajakah

yang menyebabkan terjadinya kenakalan remaja menurut M. Arifin?

1.3.2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisa penanggulangan kenakalan

remaja menurut M.Arifin dalam perspektif bimbingan dan penyuluhan

Islam

Adapun manfaat penelitian dapat ditinjau dari dua aspek yaitu:

1. Secara teoritis, dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

wawasan dan mengembangkan khazanah ilmu pengetahuan, terkait

dengan keilmuan dakwah khususnya tentang penanggulangan kenakalan

remaja

2. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

masyarakat pembaca secara luas dan umumnya bagi lembaga-lembaga

pusat rehabilitasi kenakalan remaja.

1.4.Tinjauan Pustaka

Ada beberapa penelitian yang telah membahas masalah remaja, di

antaranya:

Page 17: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

7

Pertama, skripsi yang disusun oleh Moh. Subakir (NIM : 3199126

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang) berjudul: Kemitraan Orang

Tua dalam Menanggulangi Juvenile Delinquency Menurut Prof. M. Arifin dan

Prof. Zakiah Daradjat. Temuan ini pada intinya menjelaskan bahwa

pentingnya kemitraan orang tua dalam menanggulangi juvenile delinquency

menurut Prof. M.Arifin bahwa orang tua perlu mengasuh dan mendidik anak

dalam suasana yang stabil, menggembirakan serta optimism. Sedangkan

menurut Prof. Zakiah Daradjat bahwa penaggulangan sedini mungkin dari

semua pihak, terutama orang tua sangat diutamakan karena orang tua

merupakan basis terdepan yang paling dapat mewarnai perilaku anak. Untuk

itu suami atau isteri harus bekerja sama sebagai mitra dalam menanggulangi

juvenile delinquency.

Kedua, skripsi yang di susun oleh Irfan Idrus (1197011 Tahun 2002)

yang berjudul: “Konsep Pembinaan Remaja (Study Komparatif Tentang

Pemikiran Zakiah Daradjat dan Sarlito Wirawan Sarwono)”. Hasil dari

penelitian ini bersifat komparasi dengan membandingkan konsep kedua tokoh

tersebut, tetapi dalam skripsi ini belum dimunculkan konsep M. Arifin. Selain

hal itu, bahwa skripsi ini hanya menitik beratkan pengungkapan faktor-faktor

kenakalan remaja dari aspek internal saja yaitu kesalahan seluruhnya hanya

ditujukan pada orang tua, sehingga penanggulangannya pun hanya melihat

dari sudut internal. Padahal bimbingan dan penyuluhan Islam sangat besar

pengaruhnya dalam mewarnai perilaku anak remaja.

Page 18: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

8

Ketiga, penelitian yang disusun oleh Yusuf (1197106 Tahun 2003)

dengan judul: ”Upaya Dakwah Islam dalam Menanggulangi Tindak

Kekerasan dan Prilaku Amoral di Kalangan Remaja (Study Kasus Pada

Remaja di Kecamatan Ciamis Kabupaten Bogor)”. Penelitian ini bersifat field

research (penelitian lapangan). Selain itu skripsi ini hanya menghubungkan

dengan dakwah tanpa menghubungkan dengan bimbingan dan penyuluhan

Islam. Hasil temuannya yaitu peran orang tua sebagai pendidik utama

memegang peran penting, karena orang tua benteng pertama yang dapat

mewarnai anak. Jadi orang tua tidak tepat jika masalah remaja diserahkan

sepenuhnya pada lembaga pendidikan.

Keempat, skripsi yang disusun oleh Siti Maimunah (189048 Tahun

1996) dengan judul “Metode Bimbingan dan Penyuluhan Islam Islam

terhadap Remaja di Kecamatan Dempet Kabupaten Demak”. Penelitian ini

bersifat field research (penelitian lapangan). Selain itu skripsi ini hanya

melihat kondisi kenakalan remaja pada daerah tertentu yaitu Kecamatan

Dempet Kabupaten Demak, padahal masalah remaja harus ditinjau dalam

skala yang besar karena persoalan remaja sudah bersifat nasional.

Kelima, tesis yang disusun oleh Sulthon, (520181) Hubungan Perilaku

Beribadah Orang Tua dan Pendidikan Islam Dalam Keluarga dengan

Kenakalan Remaja Siswa SMU Negeri 3 Semarang). Hasil penelitian ini dapat

diungkap sebagai berikut: pertumbuhan seorang remaja sangat ditentukan oleh

bagaimana cara keluarga membina anak remaja itu. Seorang yang tumbuh dan

berkembang dalam lingkungan keluarga yang penuh cinta kasih dan perhatian

Page 19: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

9

maka kecenderungan anak itu mencintai dan mengasihi sesamanya.

Sebaliknya remaja yang hidup dalam keluarga penuh dengan dendam,

kebencian, kekerasan dan masa bodoh, maka remaja itu akan menjadi anak

cenderung asosial, amoral dan merugikan orang lain. Dalam membina remaja

harus melakukan berbagai pendekatan terutama pendekatan Islam menjadi

syarat mutlak. Namun demikian agar Islam tidak terkesan pemaksaan,

pendekatan psikologis harus turut dilibatkan. Tesis ini belum mengungkapkan

tokoh dan konsep M. Arifin tentang penanggulangan kenakalan remaja dengan

bimbingan dan penyluhan Islam

Dengan demikian penelitian terdahulu berbeda dengan penelitian saat

ini, perbedaanya bahwa penelitian sebelumnya hanya mengungkap fakta-fakta

kenakalan remaja dari satu daerah tertentu dan lebih mentik beratkan field

research (penelitian lapangan), sedangkan penelitian yang penulis suisun saat

ini bersifat library researh (studi kepustakaan) dengan analisis data deskriptif.

1.5. Metode Penelitian

1.5.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

a. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan

menggunakan analisis isi (content analysis) yaitu teknik penelitian

untuk membuat inferensi-inferensi (kesimpulan-kesimpulan) yang

ditiru (reflicable), dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya.

Analisis isi berhubungan dengan komunikasi atau isi komunikasi

Page 20: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

10

(Krippendorff, 1993: 15).

b. Pendekatan Penelitian

Berkaitan dengan judul yang diangkat, maka diperlukan

pendekatan dalam melakukan penelitian kualitatif. Pendekatan yang

digunakan adalah pendekatan psikologi dan bimbingan penyuluhan

Islam. Pendekatan psikologi diaplikasikan dengan cara menelaah

buku-buku yang berkaitan dengan psikologi terutama pada waktu

membahas faktor-faktor yang menimbulkan kenakalan remaja.

Pendekatan bimbingan dan penyuluhan Islam diaplikasikan dengan

cara menelaah pemikiran M. Arifin dengan materi bimbingan dan

penyuluhan Islam.

1.5.2. Definisi Konseptual

Definisi konseptual kenakalan remaja menurut (Kartono, 2010: 6)

adalah serangan, pelanggaran, kejahatan dan keganasan yang dilakukan

oleh anak-anak muda di bawah usia 22 tahun. Menurut Daradjat (1988:

113) yaitu perbuatan-perbuatan yang mengganggu ketenangan dan

kepentingan orang lain dan kadang-kadang diri sendiri. Kesimpulan yang

dapat diambil bahwa kenakalan remaja adalah kehidupan remaja yang

menyimpang dari berbagai pranata dan norma yang berlaku umum atau

remaja yang perbuatannya menyimpang dari norma-norma Islam, hukum,

dan adat istiadat yang hidup dan berkembang dalam masyarakat sehingga

meresahkan kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

Page 21: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

11

Secara konseptual menurut M. Arifin (1994: 79) kenakalan remaja

adalah kehidupan remaja yang menyimpang dari berbagai pranata dan

norma yang berlaku umum. Baik yang menyangkut kehidupan

masyarakat, tradisi maupun Islam serta hukum.

1.5.3. Definisi Operasional

Kenakalan remaja adalah kehidupan remaja yang menyimpang

dari berbagai pranata dan norma yang berlaku umum atau remaja yang

perbuatannya menyimpang dari norma-norma Islam, hukum, dan adat

istiadat yang hidup dan berkembang dalam masyarakat sehingga

meresahkan kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

Indikatornya sebagai berikut

a. Tawuran

b. Bolos sekolah

c. Membohongi orang tua

d. Minum-minuman keras

e. Kebut-kebutan tidak pada tempatnya

f. Melawan orang tua

Bimbingan dan penyuluhan Islam yaitu bimbingan yang

berdasarkan atau bersumber pada ajaran Islam sebagai upaya pemberian

bantuan kepada remaja yang mengalami kesulitan, baik lahiriah maupun

batiniah, yang menyangkut kehidupan remaja di masa kini dan masa

mendatang.

Page 22: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

12

1.5.4. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendapat

para ahli, sedangkan jenis data primer dalam penelitian ini adalah karya-

karya M. Arifin: (1) Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan

Islam; (2) Pokok-Pokok Pikiran tentang Bimbingan dan Penyuluhan

Islam; (3) Psikologi Dakwah; (4) Psikologi dan Beberapa Aspek

Kehidupan Rohaniyah Manusia. Data sekunder dalam penelitian ini adalah

karya-karya tulis lain dari para ahli yang relevan dengan tema skripsi ini.

1.5.5. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Suryabrata (2007: 84), kualitas data ditentukan oleh

kualitas alat pengambil data atau alat pengukurnya. Berpijak dari

keterangan tersebut, teknik pengumpulan data adalah teknik dokumentasi

atau studi dokumenter yang menurut Arikunto (2008: 231) yaitu mencari

data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku,

surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya.

Dokumentasi dalam penelitian ini yaitu sejumlah teks penelitian

yang terdiri dari data primer dan sekunder. Untuk pengumpulan data ini,

peneliti mencoba mengkaji buku-buku, website, foto, dan dokumen-

dokumen lain yang berhubungan dengan pemikiran M. Arifin.

1.5.6. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian kualitatif

dengan content analysis (analisis isi). Content analysis berangkat dari

dasar bahwa studi tentang proses dan isi komunikasi itu merupakan dasar

Page 23: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

13

bagi semua ilmu sosial. Pembentukan, pengalihan perilaku dan polanya

berlangsung lewat komunikasi verbal. Kebudayaan dan pengalihan di

sekolah, di lembaga kerja, di berbagai institusi sosial berlangsung lewat

komunikasi. Content analysis merupakan analisis ilmiah tentang isi pesan

suatu komunikasi yang meliputi: 1) klasifikasi tanda-tanda yang dipakai

dalam komunikasi, 2) menggunakan kriteria sebagai dasar klasifikasi, dan

3) menggunakan teknik analisis tertentu sebagai pembuat prediksi

(Muhadjir, 2007: 68).

Penerapan content analysis menampilkan tiga syarat yaitu

objektivitas, pendekatan sistematis dan generalisasi. Analisis harus

menggunakan kriteria tertentu. Hasil analisis harus menyajikan

generalisasi, artinya temuannya haruslah mempunyai sumbangan teoritis,

temuan yang hanya deskriptif rendah nilainya (Muhadjir, 2007: 68-69).

1.6.Sistematika Penulisan

Agar penelitian ini dapat mengarah pada tujuan yang telah ditetapkan,

maka disusun sedemikian rupa secara sistematis yang terdiri dari lima bab,

masing-masing memperlihatkan titik berat yang berbeda namun dalam satu

kesatuan.

Bab kesatu berisi pendahuluan, merupakan gambaran umum secara

global namun holistik dengan memuat: latar belakang masalah, pokok

permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, telaah pustaka, metode

penulisan dan sistematika penulisan.

Page 24: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

14

Bab kedua berisi bimbingan dan penyuluhan Islam dan kenakalan

remaja yang meliputi bimbingan dan penyuluhan Islam (pengertian bimbingan

dan penyuluhan Islam, obyek bimbingan dan penyuluhan Islam, metode

bimbingan dan penyuluhan Islam, tujuan dan fungsi bimbingan dan

penyuluhan Islam), kenakalan remaja (pengertian kenakalan remaja,

penanggulangan kenakalan remaja).

Bab ketiga berisi penanggulangan kenakalan remaja melalui

bimbingan dan penyuluhan Islam menurut Prof. H.M. Arifin yang meliputi

biografi M. Arifin, penanggulangan kenakalan remaja melalui bimbingan dan

penyuluhan Islam menurut M. Arifin.

Bab keempat berisi analisis penanggulangan kenakalan remaja melalui

bimbingan dan penyuluhan Islam menurut Prof. H.M. Arifin yang meliputi

analisis faktor-faktor terjadinya kenakalan remaja menurut M. Arifin, analisis

penanggulangan kenakalan remaja menurut M.Arifin dalam perspektif

bimbingan dan penyuluhan Islam.

Bab keempat berisi penanggulangan kenakalan remaja melalui

bimbingan dan penyuluhan Islam menurut M. Arifin.

Bab kelima merupakan penutup berisi kesimpulan, saran-saran dan

kata penutup.

Page 25: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

15

BAB II

BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM DAN KENAKALAN REMAJA

2.1 Bimbingan dan Penyuluhan Islam

2.1.1 Pengertian Bimbingan dan Penyuluhan Islam

Pengertian harfiyyah “bimbingan” adalah "menunjukkan,

memberi jalan", atau "menuntun” orang lain ke arah tujuan yang

bermanfaat bagi hidupnya di masa kini dan masa mendatang. Istilah

“bimbingan” merupakan terjemahan dari kata bahasa Inggris “guidance”

yang berasal dari kata kerja ”to guide” yang berarti “menunjukkan”

(Arifin, 1994: 1).

Bimbingan dapat diartikan secara umum sebagai suatu bantuan

atau tuntunan. Namun menurut Jumhur dan Surya (1975: 25 ) bahwa

untuk sampai kepada pengertian yang sebenarnya harus diingat bahwa

tidak setiap bantuan atau tuntunan dapat diartikan sebagai guidance

(bimbingan). Atas dasar itu, berbagai batasan tentang bimbingan dapat

ditemui dalam buku-buku kepustakaan. Aneka macam batasan ini

disebabkan oleh perbedaan filsafat yang mendasari penulisan buku itu.

Sering pula perbedaan itu terjadi karena para penulis buku itu tidak

sama berat penekanannya pada aspek kemanusiaan tertentu yang

menjadi pusat perhatian pembahasan mereka masing-masing (Jumhur

dan Surya, 1975: 25 ).

Walaupun demikian, pada umumnya terdapat kesesuaian dalam

batasan-batasan itu. Kesesuaiannya ialah bimbingan (1) bukan

Page 26: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

16

pemberian arah atau pengaturan kegiatan orang lain, (2) bukan

pemaksaan pandangan seseorang kepada orang lain, (3) bukan

pengambilan keputusan bagi orang lain, dan (4) bukan pemikulan beban

orang lain. Bukan empat hal yang baru disebutkan ini, melainkan

kebalikannya. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan oleh orang

yang berwewenang dan terlatih baik kepada perseorangan dari segala

umur untuk (1) mengatur kegiatannya sendiri, (2) mengembangkan

pandangannya sendiri, (3) mengambil keputusannya sendiri, dan (4)

menanggung bebannya sendiri. Demikianlah antara lain yang

dikemukakan oleh Grow sebagaimana dikutip Wijaya (1988: 88).

Menurut Natawidjaja (1972: 11) bimbingan adalah suatu proses

pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara terus-

menerus (continue) supaya individu tersebut dapat memahami dirinya,

sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar, sesuai

dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, dan

masyarakat. Dengan demikian dia dapat mengecap kebahagiaan

hidupnya serta dapat memberikan sumbangan yang berarti kepada

kehidupan masyarakat umumnya.

Menurut Walgito (1989: 4), “Bimbingan adalah bantuan atau

pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu

dalam menghadapi atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam

kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu itu dapat

mencapai kesejahteraan hidupnya”

Page 27: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

17

Dengan memperhatikan rumusan tersebut, maka dapat

disimpulkan bahwa bimbingan merupakan pemberian bantuan yang

diberikan kepada individu guna mengatasi berbagai kesukaran di dalam

kehidupannya, agar individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.

Dalam hubungannya dengan penyuluhan, bahwa dalam berbagai

literatur diuraikan penyuluhan dalam bermacam-macam pengertian.

Sebagian ahli memaknai penyuluhan dengan menekankan pada pribadi

klien, sementara yang lain menekankan pada pribadi konselor, serta

berbagai variasi definisi yang memiliki penekanan sendiri-sendiri.

Perbedaan ini terjadi karena setiap ahli memiliki latar belakang falsafah

yang berbeda (Latipun, 2005: 5)

Penyuluhan bahwa secara etimologis, istilah penyuluhan berasal

dari bahasa Latin yaitu “consilium” yang berarti “dengan” atau

“bersama” yang dirangkai dengan “menerima” atau “memahami”.

Sedangkan dalam bahasa Anglo-Saxon, istilah penyuluhan berasal dari

“sellan” yang berarti “menyerahkan” atau “menyampaikan” (Prayitno

dan Amti, 2004: 99)

Menurut M. Arifin (2005: 1) istilah "penyuluhan" mengandung

arti "menerangi", menasehati, atau memberi kejelasan kepada orang lain

agar memahami atau mengerti tentang hal yang sedang dialaminya.

Menurut Priyatno dan Amti (1999: 93-94) penyuluhan adalah sebagai

proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara penyuluh

oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang

Page 28: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

18

mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada

teratasinya masalah yang dihadapi klien. (Priyatno dan Amti, 1999: 93-

94). Menurut Mappiare, (1996: 1) penyuluhan adalah bentuk bantuan

yang merupakan suatu proses pelayanan yang melibatkan kemampuan

profesional pada pemberi layanan. Ia sekurang-kurangnya melibatkan

pula orang kedua, penerima layanan, yaitu orang yang sebelumnya

merasa ataupun nyata-nyata tidak dapat berbuat banyak dan setelah

mendapat layanan menjadi dapat melakukan sesuatu.

Mengenai kedudukan dan hubungan antara bimbingan dan

penyuluhan terdapat banyak pandangan, salah satunya memandang

penyuluhan sebagai teknik bimbingan, sebagaimana dikemukakan oleh

Arthur J. Jones yang dikutip oleh Ahmadi dan Rohani (1991: 28), bahwa

penyuluhan sebagai salah satu teknik dari bimbingan, sehingga dengan

pandangan ini maka pengertian bimbingan adalah lebih luas bila

dibandingkan dengan penyuluhan, penyuluhan merupakan bagian dari

bimbingan.

Dengan kata lain, penyuluhan berada di dalam bimbingan.

Pendapat lain menyatakan: bimbingan terutama memusatkan diri pada

pencegahan munculnya masalah, sementara penyuluhan memusatkan

diri pada pencegahan masalah yang dihadapi individu. Dalam pengertian

lain, bimbingan sifat atau fungsinya preventif, sementara penyuluhan

bersifat kuratif atau korektif. Dengan demikian bimbingan dan

penyuluhan berhadapan dengan obyek garapan yang sama, yaitu

Page 29: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

19

problem atau masalah. Perbedaannya terletak pada titik berat perhatian

dan perlakuan terhadap masalah tersebut. Bimbingan titik beratnya pada

pencegahan, penyuluhan menitik beratkan pemecahan masalah.

Perbedaan selanjutnya, masalah yang dihadapi atau digarap bimbingan

merupakan masalah yang ringan, sementara yang digarap penyuluhan

yang relatif berat (Musnamar, 1992: 3 – 4) .

Dalam tulisan ini, bimbingan dan penyuluhan yang di maksud

adalah bimbingan dan penyuluhan Islam. Adapun mengenai arti kata

"Islam" bahwa dalam Oxford Advanced Leaner's Dictionary of Current

English, dinyatakan, bahwa:

"Religion: believe in the existenced of God or gods, Who has/have

created the universe and given man a spiritual nature which

continuous to exist after the dead of the body" (Hornby, 1984: 725).

(Islam adalah suatu kepercayaan terhadap adanya Tuhan Yang

Esa, atau Tuhan-Tuhan, yang telah menciptakan alam semesta, dan

memberikan roh kepada manusia yang akan tetap ada setelah matinya

badan).

Menurut M Arifin (1994: 2) bimbingan dan penyuluhan Islam

dapat diartikan sebagai usaha pemberian bantuan kepada seseorang yang

mengalami kesulitan, baik lahiriah maupun batiniah, yang menyangkut

kehidupan di masa kini dan masa mendatang.

Bimbingan dan penyuluhan Islam yang dimaksud di sini adalah

bimbingan dan penyuluhan Islami, maka ada baiknya kata Islam diberi arti

lebih dahulu. Kata "Islam" biasanya diterjemahkan dengan “penyerahan

diri”, penyerahan diri kepada Tuhan atau bahkan kepasrahan

Page 30: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

20

(Arkoun,1996: 17). Ali (1990: 4) dalam bukunya The Religion of Islam

menegaskan

"Islam has a two-fold significance: a simple profession of faith — a

declaration that "there is no god but Allah and Muhammad is His

Messenger" (Kalimah) and a complete submission to the Divine will

which is only attainable through spiritual perfection". (Islam

mengandung arti dua macam, yakni (1) mengucap kalimah syahadat;

(2) berserah diri sepenuhnya kepada kehendak Allah yang ini hanya

dapat dicapai melalui penyempurnaan rohani).

Berdasarkan uraian tersebut, maka yang dimaksud bimbingan

Islami adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu

hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah sehingga dapat

mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat (Musnamar, 1992:

5). Adapun penyuluhan dalam Islam menurut Adz-Dzaky (2002: 189)

adalah suatu aktifitas memberikan bimbingan, pelajaran dan pedoman

kepada individu yang meminta bimbingan (klien) dalam hal bagaimana

seharusnya seorang klien dapat mengembangkan potensi akal

fikirannya, kejiwaannya, keimanan dan keyakinan serta dapat

menanggulangi problematika hidup dan kehidupannya dengan baik dan

benar secara mandiri yang berparadigma kepada Al-Qur'an dan As-

Sunnah Rasulullah SAW. Menurut Musnamar (1992: 5) Penyuluhan

Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar

menyadari kembali akan eksistensinya sebagai makhluk Allah yang

seharusnya hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah sehingga

dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Sedangkan

menurut Lubis (2007: 98) penyuluhan Islam adalah layanan bantuan

Page 31: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

21

konselor kepada klien/konseli untuk menumbuh-kembangkan

kemampuannya dalam memahami dan menyelesaikan masalah serta

mengantisipasi masa depan dengan memilih alternatif tindakan terbaik

demi mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat di bawah

naungan ridla dan kasih sayang Allah.

Berdasarkan keterangan di atas, maka bimbingan dan

penyuluhan Islam bersumber di antaranya pada al-Qur'an dan hadis.

Sejalan dengan itu, menurut al-Jazâirî (2004: 23) dalam kitabnya Minhâj

al-Muslim: Kitab 'Âqâid wa Âdâb wa Ahlâq bahwa al-Qur'an adalah

Artinya: Kaum muslimin meyakini bahwa Al-Qur'an al-Karim adalah

kitab satu-satunya yang dijamin bersih oleh Allah Swt dari

kekurangan, penambahan, pergantian, perubahan serta

menjamin abadi hingga Dia mengangkatnya pada akhir usia

kehidupan ini. Kaum muslimin meyakini itu semua

berdasarkan dalil-dalil naqli, dan dalil-dalil akal.

2.1.2 Obyek Bimbingan dan Penyuluhan Islam

Bimbingan dan Penyuluhan Islam berkaitan dengan masalah

yang dihadapi individu, yang mungkin dihadapi individu, atau yang

sudah dialami individu. Masalah itu sendiri, dapat muncul dari berbagai

faktor atau bidang kehidupan. Jika dirinci, dengan pengelompokan,

masalah-masalah itu dapat menyangkut bidang-bidang:

2.1.2.1. Pernikahan dan keluarga

Page 32: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

22

Anak dilahirkan dan dibesarkan (umumnya) di lingkungan

keluarga, entah itu keluarga intinya (ayah dan ibunya sendiri), entah

itu keluarga lain, atau keluarga besar (sanak keluarga). Keluarga

lazimnya diikat oleh tali pernikahan. Pernikahan dan ikatan keluarga

di satu sisi merupakan manfaat, di sisi lain dapat mengandung

mudarat atau menimbulkan kekecewaan-kekecewaan. Dalam pada

itu pernikahan dan kekeluargaan sudah barang tentu tidak terlepas

dari lingkungannya (sosial maupun fisik) yang mau tidak mau

mempengaruhi kehidupan keluarga dan keadaan pernikahan. Karena

itulah maka bimbingan dan Penyuluhan Islam kerap kali amat

diperlukan untuk menangani bidang ini (Musnamar, 1992: 41).

2.1.2.2. Pendidikan

Semenjak lahir anak sudah belajar, belajar mengenal

lingkungannya. Dan manakala telah cukup usia, dalam sistem

kehidupan dewasa ini, anak belajar dalam lembaga formal (di

sekolah). Dalam belajar (pendidikan) pun kerapkali berbagai

masalah timbul, baik yang berkaitan dengan belajar itu sendiri

maupun lainnya. Problem-problem yang berkaitan dengan

pendidikan ini sedikit banyak juga memerlukan bantuan bimbingan

dan Penyuluhan Islam untuk menanganinya.

2.1.2.3. Sosial (kemasyarakatan)

Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup dan

kehidupannya sedikit banyak tergantung pada orang lain. Kehidupan

Page 33: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

23

kemasyarakatan (pergaulan) ini pun kerapkali menimbulkan masalah

bagi individu yang memerlukan penanganan bimbingan dan

Penyuluhan Islam (Musnamar, 1992: 41)

2.1.2.4. Pekerjaan (jabatan)

Untuk memenuhi hajat hidupnya, nafkah hidupnya, dan

sesuai dengan hakekatnya sebagai khalifah di muka bumi (pengelola

alam), manusia harus bekerja. Mencari pekerjaan yang sesuai dan

membawa manfaat besar, mengembangkan karier dalam pekerjaan,

dan sebagainya, kerapkali menimbulkan permasalahan pula,

bimbingan dan Penyuluhan Islam pun diperlukan untuk

menanganinya.

2.1.2.5. KeIslaman

Manusia merupakan makhluk religius. Akan tetapi dalam

perjalanan hidupnya manusia dapat jauh dari hakekatnya tersebut.

Bahkan dalam kehidupan keIslaman pun kerapkali muncul pula

berbagai masalah yang menimpa dan menyulitkan individu. Hal ini

memerlukan penanganan bimbingan dan Penyuluhan Islam. Sudah

barang tentu masih banyak bidang yang digarap bimbingan dan

Penyuluhan Islam di samping apa yang tersebut di atas. (Faqih,

2001: 45).

2.1.3 Metode Bimbingan dan Penyuluhan Islam

Dalam pengertian letterlijk, metode adalah jalan yang harus

dilalui untuk mencapai suatu tujuan, karena kata metode berasal dari

Page 34: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

24

meta yang berarti melalui dan hodos berarti jalan (M. Arifin, 1994: 43).

Metode lazim diartikan sebagai jarak untuk mendekati masalah sehingga

diperoleh hasil yang memuaskan, sementara teknik merupakan

penerapan metode tersebut dalam praktek. Dalam pembicaraan ini akan

terlihat bimbingan dan penyuluhan sebagai proses komunikasi.

Karenanya, berbeda sedikit dari bahasan-bahasan dalam berbagai buku

tentang bimbingan dan konseling, metode bimbingan dan Penyuluhan

Islam ini akan diklasifikasikan berdasarkan segi komunikasi tersebut.

Metode bimbingan dan penyuluhan Islam berbeda halnya dengan

metode dakwah. Metode dakwah meliputi : metode ceramah, metode

tanya jawab, metode debat, metode percakapan antar pribadi, metode

demonstrasi, metode dakwah Rasulullah SAW, pendidikan Islam dan

mengunjungi rumah (silaturrahmi) (Syukir, 1983: 104).

Demikian pula bimbingan dan penyuluhan Islam bila

diklasifikasikan berdasarkan segi komunikasi, pengelompokannya

menjadi: metode komunikasi langsung atau disingkat metode langsung

dan metode komunikasi tidak langsung atau metode tidak langsung.

1. Metode langsung

Metode langsung (metode komunikasi langsung) adalah

metode di mana pembimbing melakukan komunikasi langsung

(bertatap muka) dengan orang yang dibimbingnya. Metode ini dapat

dirinci lagi menjadi: (Musnamar, 1992: 49).

a. Metode individual

Page 35: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

25

Pembimbing dalam hal ini melakukan komunikasi langsung

secara individual dengan pihak yang dibimbingnya. Hal ini

dapat dilakukan dengan mempergunakan teknik:

1) Percakapan pribadi, yakni pembimbing melakukan dialog

langsung tatap muka dengan pihak yang dibimbing;

2) Kunjungan ke rumah (home visit), yakni pembimbing

mengadakan dialog dengan kliennya tetapi dilaksanakan di

rumah klien sekaligus untuk mengamati keadaan rumah

klien dan lingkungannya;

3) Kunjungan dan observasi kerja yakni pembimbing/konseling

jabatan melakukan percakapan individual sekaligus

mengamati kerja klien dan lingkungannya.

b. Metode kelompok

Pembimbing melakukan komunikasi langsung dengan klien

dalam kelompok. Hal ini menurut Faqih (2001: 54). dapat

dilakukan dengan teknik-teknik:

1) Diskusi kelompok, yakni pembimbing melaksanakan

bimbingan dengan cara mengadakan diskusi dengan/bersama

kelompok klien yang mempunyai masalah yang sama.

2). Karya wisata, yakni bimbingan kelompok yang dilakukan

secara langsung dengan mempergunakan ajang karya wisata

sebagai forumnya.

3). Sosiodrama, yakni bimbingan/konseling yang dilakukan

dengan cara bermain peran untuk memecahkan/mencegah

timbulnya masalah (psikologis) (Musnamar, 1992: 49-51).

4). Psikodrama, yakni bimbingan/konseling yang dilakukan

dengan cara bermain peran untuk memecahkan/mencegah

timbulnya masalah (psikologis).

Page 36: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

26

5). Group teaching, yakni pemberian bimbingan/konseling

dengan memberikan materi bimbingan/konseling tertentu

(ceramah) kepada kelompok yang telah disiapkan. Di dalam

bimbingan pendidikan, metode kelompok ini dilakukan pula

secara klasikal, karena sekolah umumnya mempunyai kelas-

kelas belajar.

2. Metode tidak langsung

Metode tidak langsung (metode komunikasi tidak langsung)

adalah metode bimbingan/konseling yang dilakukan melalui media

komunikasi massa. Hal ini dapat dilakukan secara individual

maupun kelompok, bahkan massal (Musnamar, 1992: 49-51).

2.1.4 Tujuan dan Fungsi Bimbingan dan Penyuluhan Islam

Secara garis besar atau secara umum tujuan Bimbingan dan

Penyuluhan Islam itu dapat dirumuskan sebagai membantu individu

mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai

kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Bimbingan dan penyuluhan sifatnya hanya merupakan bantuan,

hal ini sudah diketahui dari pengertian atau definisinya. Individu yang

dimaksudkan di sini adalah orang yang dibimbing atau diberi

penyuluhan, baik orang perorangan maupun kelompok. Mewujudkan

diri sebagai manusia seutuhnya berarti mewujudkan diri sesuai dengan

hakekatnya sebagai manusia untuk menjadi manusia yang selaras

perkembangan unsur dirinya dan pelaksanaan fungsi atau kedudukannya

sebagai makhluk Allah (makhluk religius), makhluk individu, makhluk

sosial, dan sebagai makhluk berbudaya.

Page 37: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

27

Dalam perjalanan hidupnya, karena berbagai faktor, manusia

bisa seperti yang tidak dikehendaki yaitu menjadi manusia seutuhnya.

Dengan kata lain yang bersangkutan berhadapan dengan masalah atau

problem, yaitu menghadapi adanya kesenjangan antara seharusnya

(ideal) dengan yang senyatanya. Orang yang menghadapi masalah,

lebih-lebih jika berat, maka yang bersangkutan tidak merasa bahagia.

Bimbingan dan Penyuluhan Islam berusaha membantu individu agar

bisa hidup bahagia, bukan saja di dunia, melainkan juga di akhirat.

Karena itu, tujuan akhir Bimbingan dan Penyuluhan Islam adalah

kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Bimbingan dan Penyuluhan Islam berusaha membantu jangan

sampai individu menghadapi atau menemui masalah. Dengan kata lain

membantu individu mencegah timbulnya masalah bagi dirinya. Bantuan

pencegahan masalah ini merupakan salah satu fungsi bimbingan. Karena

berbagai faktor, individu bisa juga terpaksa menghadapi masalah dan

kerap kali pula individu tidak mampu memecahkan masalahnya sendiri,

maka bimbingan berusaha membantu memecahkan masalah yang

dihadapinya itu. Bantuan pemecahan masalah ini merupakan salah satu

fungsi bimbingan juga, khususnya merupakan fungsi konseling sebagai

bagian sekaligus teknik bimbingan (Musnamar, 1992: 33-34).

Dengan memperhatikan tujuan umum dan khusus bimbingan

Islam, dapatlah dirumuskan fungsi (kelompok tugas atau kegiatan

sejenis) dari bimbingan itu sebagai berikut:

Page 38: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

28

1. Fungsi preventif; yakni membantu individu menjaga atau mencegah

timbulnya masalah bagi dirinya.

2. Fungsi kuratif atau korektif; yakni membantu individu memecahkan

masalah yang sedang dihadapi atau dialaminya.

3. Fungsi preservatif; yakni membantu individu menjaga agar situasi dan

kondisi yang semula tidak baik (mengandung masalah) menjadi baik

(terpecahkan) dan kebaikan itu bertahan lama (in state of good).

4. Fungsi developmental atau pengembangan; yakni membantu individu

memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik

agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak

memungkinkannya menjadi sebab munculnya masalah baginya

(Rahim, 2001: 37-41).

2.2 Kenakalan Remaja

2.2.1 Pengertian Kenakalan Remaja

Menurut M Arifin, pengertian kenakalan tersebut mengandung

beberapa ciri pokok, sebagai berikut:

- Tingkah laku yang mengandung kelainan-kelainan berupa perilaku atau

tindakan yang bersifat a-moral, a-sosial, atau anti sosial.

- Dalam perilaku atau tindakan tersebut terdapat pelanggaran terhadap

norma-norma sosial, hukum, dan norma Islam yang berlaku dalam

masyarakat.

Page 39: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

29

- Tingkah/perilaku, perbuatan serta tindakan-tindakan yang bertentangan

dengan nilai-nilai hukum atau undang-undang yang berlaku yang jika

dilakukan oleh orang dewasa hal tersebut jelas merupakan pelanggaran

atau tindak kejahatan (kriminal) yang diancam dengan hukuman

menurut ketentuan yang berlaku.

- Perilaku, tindakan dan perbuatan tersebut dilakukan oleh kelompok usia

remaja (Arifin, 1994: 79-80)

Istilah juvenile delinquency dikemukakan oleh para sarjana dalam

rumusan yang bervariasi, namun substansinya sama misalnya:

Kartono (1986: 209) mengatakan juvenile delinquency (juvenilis =

muda, bersifat kemudaan; delinquency dari delinqucuere = jahat, durjana,

pelanggar, nakal) ialah anak-anak muda yang selalu melakukan kejahatan,

dimotivir untuk mendapatkan perhatian, status sosial dan penghargaan

dari lingkungannya. Sedangkan Salim (tth: 300) mengartikan juvenile

delinquency adalah kenakalan anak remaja yang melanggar hukum,

berperilaku, anti sosial, melawan orang tua, berbuat jahat.

Dalam Ensiklopedi Umum (1991: 472), Juvenile Delinquency

adalah pelanggaran hukum atau moral yang dijalankan oleh individu di

bawah umur biasanya pelanggaran ringan (pencurian, penipuan, kerusakan

dan sebagainya).

Menurut Simanjuntak (1977: 287) bahwa Lembaga Pengadilan di

Amerika merumuskan Juvenile Delinquent sebagai berikut:

Juvenile delinquency in most jurisdiction is technically speaking a

child or young person (in most states under 16, 17, 18; in two states

Page 40: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

30

under 21) who has commited an offense for which he may referred to

juvenile court authorities. Berdasarkan perumusan ini dapat digaris

bawahi: (a) bahwa anak harus berumur 21 tahun, (b) termasuk

yurisdiksi pengadilan anak. Faktor inilah yang menentukan status

seseorang menjadi juvenile delinquent.

Menurut M. Arifin, istilah kenakalan remaja merupakan

terjemahan dari kata” Juvenile Delinquency” yang dipakai di dunia Barat.

Istilah ini mengandung pengertian tentang kehidupan remaja yang

menyimpang dari berbagai pranata dan norma yang berlaku umum. Baik

yang menyangkut kehidupan masyarakat, tradisi, maupun Islam, serta

hukum yang berlaku (M. Arifin, 1994: 79). Lebih jelasnya pengertian

kenakalan tersebut mengandung beberapa ciri pokok, sebagai berikut:

a. Tingkah laku yang mengandung kelainan-kelainan berupa perilaku

atau tindakan yang bersifat a-moral, a-sosial, atau anti sosial.

b. Dalam perilaku atau tindakan tersebut terdapat pelanggaran terhadap

norma-norma sosial, hukum, dan norma Islam yang berlaku dalam

masyarakat.

c. Tingkah/perilaku, perbuatan serta tindakan-tindakan yang

bertentangan dengan nilai-nilai hukum atau undang-undang yang

berlaku yang jika dilakukan oleh dewasa hal tersebut jelas merupakan

pelanggaran atau tindak kejahatan (kriminal) yang diancam dengan

hukuman menurut ketentuan yang berlaku.

d. Prilaku, tindakan dan perbuatan tersebut dilakukan oleh kelompok

usia remaja (M. Arifin, 1994: 80).

Terhadap istilah kenakalan remaja, Daradjat (1983: 101)

menggunakan istilah kenakalan anak yang ia bedakan dengan pengertian

kenakalan kanak-kanak. Dengan demikian ia menyamakan antara

pengertian kenakalan anak-anak dengan kenakalan remaja. Hal ini

sebagaimana dikatakan olehnya : masa remaja adalah masa peralihan

diantara masa anak-anak dan masa dewasa… kanak-kanak pada umumnya

disepakati mulai dari lahir, bahkan dari janin dalam kandungan sampai

Page 41: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

31

umur 12 tahun. Dengan demikian Daradjat merumuskan kenakalan anak-

anak ialah perbuatan-perbuatan yang mengganggu ketenangan dan

kepentingan orang lain dan kadang diri sendiri..

Dengan mengkaji rumusan-rumusan di atas maka pada intinya

secara sederhana juvenile delinquency dapat diterjemahkan sebagai

kenakalan remaja. Kenakalan remaja yang dimaksud di sini, seperti yang

dikatakan Sarwono (1994: 207) yaitu perilaku yang menyimpang dari atau

melanggar hukum.

Masalah delinkuensi anak-anak atau remaja di Indonesia ternyata

menarik perhatian beberapa ahli ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan

kehidupan remaja Soekanto (1982: 389-390) menguraikan secara singkat

sebagai berikut :

Delinkuensi anak-anak yang terkenal di Indonesia adalah masalah

“cross boy” dan cross girl” yang merupakan sebutan bagi anak-anak

muda yang tergabung dalam satu ikatan/organisasi formil atau semi

formil dan yang mempunyai tingkah laku yang kurang/tidak disukai

oleh masyarakat pada umumnya. Delinkuensi anak-anak di Indonesia

meningkat pada tahun-tahun 1956 dan 1958 dan juga pada tahun 1968-

1969, hal mana sering disinyalir dalam pernyataan-pernyataan resmi

pejabat-pejabat maupun petugas-petugas penegak hukum. Delinkuensi

anak-anak tadi meliputi pencurian, perampokan, pencopetan,

penganiayaan, pelanggaran susila, penggunaan obat-obat perangsang

dan mengendarai mobil (atau kendaraan bermotor lainnya), tanpa

mengindahkan norma-norma lalu lintas.

Masalah generasi muda, terutama problem sosial yang timbul dari

delinkuensi anak-anak pada garis besarnya sebagai akibat dari adanya ciri

khas yang berlawanan, yakni: keinginan-keinginan untuk melawan dan

adanya sikap apatis. Soekanto (1982: 385-386), mengupas masalah ini

lebih tuntas antara lain.

Page 42: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

32

“Sikap melawan tersebut disertai dengan suatu rasa takut bahwa,

masyarakat akan hancur karena perbuatan-perbuatan menyimpang,

sedangkan sikap apatis biasanya disertai dengan rasa kekecewaan

terhadap masyarakat. Generasi muda biasanya menghadapi problem-

problem sosial dan biologis. Apabila seseorang mencapai usia remaja,

secara fisik ia sudah matang, akan tetapi untuk dapat dikatakan dewasa

dalam arti sosial, dia masih memerlukan faktor-faktor lainnya”.

2.2.2 Penanggulangan Kenakalan Remaja

Menurut Kartini Kartono (1986: 97) penanggulangan kenakalan

remaja dapat ditempuh sebagai berikut:

a. Menghilangkan semua sebab-musabab timbulnya kejahatan remaja,

baik yang berupa pribadi familial, sosial ekonomis dan kultural.

b. Melakukan perubahan lingkungan dengan jalan mencarikan orang tua

angkat/asuh dan memberikan fasilitas yang diperlukan bagi

perkembangan jasmani dan rohani yang sehat bagi anak-anak remaja.

c. Memindahkan anak-anak nakal ke sekolah yang lebih baik, atau ke

tengah lingkungan sosial yang baik.

d. Memberikan latihan bagi para remaja untuk hidup teratur, tertib dan

berdisiplin.

e. Memanfaatkan waktu senggang di kamp latihan, untuk membiasakan

diri bekerja, belajar dan melakukan rekreasi sehat dengan disiplin

tinggi.

f. Menggiatkan organisasi pemuda dengan program-program latihan

vokasional untuk mempersiapkan anak remaja delinkuen itu bagi

pasaran kerja dan hidup di tengah masyarakat.

g. Memperbanyak lembaga latihan kerja dengan program kegiatan

pembangunan.

h. Mendirikan klinik psikologi untuk meringankan dan memecahkan

konflik emosional dan gangguan kejiwaan lainnya. Memberikan

pengobatan medis dan terapi psikoanalitis bagi mereka yang menderita

gangguan kejiwaan."

Menurut Sarwono (1994: 226-227), "untuk mengurangi benturan

gejolak remaja dan untuk memberi kesempatan agar remaja dapat

mengembangkan dirinya secara lebih optimal, perlu diciptakan kondisi

lingkungan terdekat yang setabil mungkin, khususnya lingkungan

keluarga. Keadaan keluarga yang ditandai dengan hubungan suami-istri

Page 43: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

33

yang harmonis akan lebih menjamin remaja yang bisa melewati masa

transisinya dengan mulus daripada jika hubungan suami-istri terganggu.

Kondisi di rumah tangga dengan adanya orang tua dan saudara-saudara

akan lebih menjamin kesejahteraan jiwa remaja daripada asrama atau

lembaga pemasyarakatan anak. Karena itu tindakan pencegahan yang

paling utama adalah berusaha menjaga perilaku menyimpang Pada

Remaja keutuhan dan keharmonisan keluarga sebaik-baiknya. Kalau

terjadi masalah dengan suami-istri (ada yang meninggal, atau ada

perceraian) lebih baik anak dipindahkan ke sanak keluarga lain atau kalau

perlu dipindahkan keluarga lain yang tidak ada hubungan darah (misalnya

tidak ada sanak-keluarga atau harus kost) perlu dicarikan yang hubungan

antar-anggota keluarganya cukup harmonis. Baru sebagai jalan terakhir,

kalau tidak ada jalan lain yang lebih baik, bisa dianjurkan asrama atau

lembaga pengasuhan anak lainnya seperti Panti Asuhan dan sebagainya,

akan tetapi jika dikehendaki perkembangan jiwa anak yang seoptimal

mungkin, perlu diusahakan agar keadaan di asrama atau lembaga itu

semirip mungkin dengan keadaan dalam keluarga biasa."

Jadi tindakan represif ini harus bersifat paedagogis, bukan bersifat

“pelanggaran” ataupun “kejahatan”. Semua usaha penanggulangan

tersebut hendaknya didasarkan atas sikap dan pandangan bahwa remaja

adalah hamba Allah yang masih dalam proses

perkembangan/pertumbuhan menuju kematangan pribadinya yang

membutuhkan bimbingan dari orang dewasa yang bertanggung jawab.

Page 44: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

34

Menurut Daradjat, "faktor-faktor terjadinya kenakalan remaja

perlu mendapat penanggulangan sedini mungkin dari semua pihak,

terutama orang tua, karena orang tua merupakan basis terdepan yang

paling dapat mewarnai perilaku anak. Untuk itu suami atau isteri harus

bekerja sama sebagai mitra dalam menanggulangi kenakalan remaja. Yang

perlu mendapat perhatian sebagai berikut:"

Pertama adalah soal peningkatan pendidikan Islam.

Pendidikan Islam harus dimulai dari rumah tangga, sejak si anak

masih kecil (Daradjat, 2008: 120). Kadang-kadang orang menyangka

bahwa pendidikan Islam itu terbatas kepada ibadah, sembahyang, puasa,

mengaji dan sebagainya. Padahal pendidikan Islam harus mencakup

keseluruhan hidup dan menjadi pengendali dalam segala tindakan. Bagi

orang yang menyangka bahwa Islam itu sempit, maka pendidikan Islam

terhadap anak-anak dicukupkannya saja dengan memanggil guru mengaji

ke rumah, atau menyuruh anaknya pergi belajar mengaji ke sekolah atau

ke tempat-tempat kursus lainnya. Padahal yang terpenting dalam

pembinaan jiwa Islam, adalah keluarga, dan harus terjadi melalui

pengalaman hidup si anak dalam keluarga. Apa yang dilihat, didengar dan

dirasakan oleh si anak sejak ia kecil, akan mempengaruhi pembinaan

mentalnya.

Menurut Zakiah Daradjat, "supaya pembinaan jiwa Islam itu betul-

betul dapat membuat kuatnya jiwa si anak untuk menghadapi segala

tantangan zaman dan suasana di kemudian hari, hendaknya ia dapat

Page 45: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

35

terbina sejak lahir, bahkan sejak dalam kandungan sampai ia mencapai

usia dewasa dalam masyarakat. Untuk itu, kiranya pemerintah, pemimpin

masyarakat, alim ulama dan para pendidik juga mengadakan usaha

peningkatan pendidikan Islam bagi keluarga, sekolah dan masyarakat".

Perkembangan Islam pada masa anak, terjadi melalui pengalaman

hidupnya sejak kecil, dalam keluarga, di sekolah dan dalam masyarakat

lingkungan. Semakin banyak pengalaman yang bersifat Islam, (sesuai

dengan ajaran Islam) dan semakin banyak unsur Islam, maka sikap,

tindakan, kelakuan dan caranya menghadapi hidup akan sesuai dengan

ajaran Islam (Daradjat, 2009: 66).

Kedua, Orang tua harus mengerti dasar-dasar pendidikan. Menurut

Daradjat (2006: 75) apabila pendidikan dan perlakuan yang diterima oleh

si anak sejak kecil merupakan sebab-sebab pokok dari kenakalan anak-

anak, maka setiap orang tua haruslah mengetahui dasar-dasar

pengetahuan, minimal tentang jiwa si anak dan pokok-pokok pendidikan

yang harus dilakukan dalam menghadapi bermacam-macam sifat si anak.

Untuk membekali orang tua dalam menghadapi persoalan anak-anaknya

yang dalam umur remaja, orang tua perlu pengertian sederhana tentang

ciri-ciri remaja atau psikologi remaja.

Orang tua dapat mewarnai perilaku anak karna pengaruh orang tua

sangat besar dalam membentuk perilaku anak. Dalam proses pendidikan,

anak sebelum mengenal masyarakat yang lebih luas dan mendapat

bimbingan dari sekolah, terlebih dahulu memperoleh perawatan dan

Page 46: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

36

bimbingan dari kedua orang tuanya. Perawatan dan bimbingan tersebut

dengan dilandasi penuh edukatif yang diberikan kedua orang tua,

kemudian disusul pengaruh yang lain, seiring dengan Sabda Rasul Saw:

Artinya: Telah mengabarkan Adam kepada kami dari Ibnu Dzi'bu dari az-

Zuhri dari Abi Salamah bin Abdurrahman dari Abu Hurairah r.a

berkata: Rasulullah Saw. Bersabda: semua anak dilahirkan suci,

orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau

Majusi. (al-Bukhâri, 1990: 297).

Hadis di atas pada intinya menyatakan bahwa setiap anak itu lahir

dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanya yang akan menjadikan ia

Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Dari kedua orang tua terutama ibu, dan untuk

pertama kali pengaruh dari sesuatu yang dilakukan ibu itu secara tidak

langsung akan membentuk watak atau ciri khas kepada anaknya. Ibu

merupakan orang tua yang pertama kali sebagai tempat pendidikan anak.

Karena ibu ibarat sekolah, jika ibu mempersiapkan anak berarti ibu telah

mempersiapkan generasi yang kokoh dan kuat. Dengan generasi yang kuat

berarti telah menginvestasikan sesuatu pada diri anak agar bermanfaat kelak

mengarungi kehidupan yang lebih global bila dibandingkan waktu awal ada di

dalam kandungan yang hidup dalam lingkungan sempit.

Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan

dalam keluarga disebut pendidikan yang pertama dan utama, serta merupakan

Page 47: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

37

peletak fondasi dari watak dan pendidikan anak. Oleh karena itu konsep

pendidikan Islam perlu diterapkan terutama dalam pendidikan keluarga karena

pendidikan keluarga sebagai fondasi terhadap lembaga pendidikan sekolah

dan luar sekolah, atau dalam masyarakat.

Page 48: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

38

BAB III

PENANGGULANGAN KENAKALAN REMAJA MENURUT H.M. ARIFIN

3.1 Biografi M. Arifin

Muzayin Arifin, M.Ed. dilahirkan di Boyolali, Jawa Tengah, pada

tanggal 15 Juni 1933. Organisasi sosial pendidikan, ia geluti sejak dia berada

di tingkat pendidikan Menengah (SMP dan SMA serta Madrasah) di Solo

tahun 1950 s/d 19 54, dan pada Perguruan Tinggi Islam Islam Negeri,

jurusan Pendidikan Islam (Tarbiyah) (1954 s/d 1961) di Yogyakarta dia tetap

berkecimpung dalam organisasi mahasiswa Islam. Sejak tahun 1956 sampai

selesainya studi, dia banyak mempraktekkan pengetahuannya khususnya di

bidang ilmu pendidikan dan ilmu jiwa. Dia guru PGA A dan dosen mata

pelajaran yang sama dan dalam bidang pendidikan Islam di berbagai sekolah

Islam dan perguruan tinggi seperti IAIN Yogyakarta, Purwokerto

Sejak tahun 1964 s/d 1968 diangkat sebagai dosen dan pembantu

Dekan pada Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan mengajar

dalam mata kuliah Ilmu Jiwa dan Ilmu Pendidikan. Pada tahun yang sama dia

diangkat menjadi dosen luar biasa pada Akademi Ilmu Pengetahuan

Kemasyarakatan Jakarta di bawah Departemen Kehakiman dalam mata kuliah

pendidikan Islam. Dari Tahun 1968 s/d 1970 dia ditugas belajarkan ke

Amerika Serikat dalam rangka program AID untuk Master's Program pada

University of Washington dalam bidang pendidikan. Perhatiannya terhadap

psikologi lebih besar sehingga ia berpendirian bahwa penerapan pendidikan

tanpa dilandasi dengan psikologi yang mendalam, tidak akan memperoleh

Page 49: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

39

hasil yang diharapkan. Dia diangkat sebagai dosen luar biasa pada Institut

yang sama dalam bidang pendidikan dan capita selekta pendidikan (Arifin,

2000: 255).

Adapun sebagai karya-karya Arifin (2000: 225) yaitu Pedoman

Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Islam; Ilmu Pendidikan Islam;

Kapita Selekta Pendidikan; Psikologi dan Beberapa Aspek Kehidupan

Rohaniah Manusia; Pendidikan Islam dalam Arus Dinamika Masa; Psikologi

Dakwah Suatu Pengantar: Studi Filsafat Pendidikan Islam; Hubungan Timbal

Balik Pendidikan Islam di Sekolah dan di Rumah Tangga.

3.2 Penanggulangan Kenakalan Remaja Menurut M. Arifin

Remaja selaku tunas harapan bangsa dan negara pada masa akhir-akhir

ini menarik perhatian semua orang, bukan hanya menjadi masalah orang tua

melainkan sudah menjadi masalah negara. Namun sampai saat ini masalah dan

perilakunya masih sulit dikendalikan. Kejahatan anak remaja makin hari

menunjukkan kegarangan dan kebengisan yang dilakukan dalam aksi-aksi

kelompok. Gejala ini akan terus menerus berkembang sejalan dengan

perkembangan teknologi, industrialisasi dan urbanisasi. Keadaan ini akan

makin sulit dikendalikan manakala lingkungan di sekitarnya negatif. Itulah

sebabnya M.Arifin mengamati masalah remaja dengan menguraikan faktor-

faktor terjadinya juvenile delinquency serta penanggulangannya.

Page 50: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

40

3.2.1 Remaja

Arifin (1994: 78) menganggap bahwa keadaan dan lingkungan

sekitar remaja puber yang bersifat negatif akan lebih mudah

mempengaruhi tingkah laku yang negatif pula. Sebaliknya keadaan

lingkungan sekitar yang bersifat positif akan mengandung nilai-nilai

konstruktif yang akan memberikan pengaruh positif pula. Oleh karena

situasi perkembangan jiwa remaja yang labil demikian itu, maka

cenderung untuk melakukan penyimpangan yang dirasakan sebagai

suatu proses terhadap situasi dan kondisi masyarakat yang kurang

akomodatif terhadap angan-angan dan gejolak jiwanya.

Menurut Arifin sesuai dengan perkembangan jiwanya, remaja

cenderung untuk melakukan imitasi (meniru) hal-hal yang dianggap

dapat memuaskan batinnya, serta cenderung pula untuk mencoba

merealisasikan imajinasinya dalam kenyataan dengan cara mencoba-

coba tanpa dipikirkan akibat dari tingkah lakunya itu.

Dorongan nafsu untuk cepat menikmati hasil perbuatannya

sering pula muncul dalam bentuk perilaku yang melanggar pranata

sosial, kaidah-kaidah moral, tradisi dan hukum yang berlaku. Akan

tetapi bentuk-bentuk demikian tidak mereka sadari, atau tidak mereka

perhitungkan matang-matang. Apa yang mereka lakukan adalah menurut

ukuran nilai-nilai keremajaannya yang bersifat impulsif dan kritikal,

terutama dalam menghadapi situasi dan kondisi kehidupan yang

dianggap kurang sejalan dengan keinginan atau angan-angan mereka.

Page 51: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

41

Oleh karena mereka merasa berada dalam periode kehidupan yang

belum matang, antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang status

sosialnya belum diakui oleh masyarakat sebagai orang dewasa penuh,

karena masih diwarnai oleh alam hidup kanak-kanak, keresahan dan

kegoncangan batinnya, sehingga mendorongnya untuk berperilaku

“memberontak” terhadap lingkungan sekitarnya. Perbuatan yang

menyimpang demikian itu adalah salah satu bentuk perilaku eksklusif

(keluar) dari aturan dan norma-norma yang berlaku yang mudah

menarik perhatian orang lain. Cetusan, berupa perilaku demikian itu

yang kemudian dapat berkembang menjadi “kenakalan” atau

“delinquency” dalam berbagai bentuk dan coraknya.

Menurut Arifin (1994: 79) kenakalan remaja atau juvenile

delinquency menurut hukum pidana tidak dapat dikategorikan sebagai

“tindak kriminalitas” (kejahatan) seperti yang dikenakan terhadap orang

dewasa. Melainkan hanya dipandang sebagai gejala perkembangan yang

abnormal, yang masih dapat diarahkan kepada perkembangan yang

wajar.

3.2.2 Pengertian Kenakalan Remaja

Menurut Arifin (1994: 80) bagi setiap remaja mempunyai

batasan usia bagi remaja masing-masing yang satu sama lain tidak sama.

Di negara Indonesia, dalam rangka usaha pembinaan dan usaha

penanggulangan kenakalan remaja, agar secara hukum jelas batas-

batasnya, maka ditetapkan batas usia bawah dan usia atas. Batas usia

Page 52: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

42

bawah sebaiknya adalah 13 tahun dan batas usia atas adalah 17 tahun

baik laki-laki maupun perempuan dan yang belum kawin (nikah).

Dengan demikian, maka perilaku yang nakal yang dilakukan

oleh anak di bawah umur 13 tahun dikategorikan dalam kenakalan

“biasa” dan sebaliknya perilaku nakal oleh anak usia 18 tahun keatas

adalah termasuk dalam tindak pelanggaran, atau kejahatan. Penentuan

batas usia tersebut di atas berdasarkan alasan sebagai berikut:

a. Anak pada usia sebelum 13 tahun dikategorikan usia anak-anak,

yang tindakan atau perilakunya belum dapat dibebani pertanggungan

jawab sosial dan Islam. Perilaku dan tindakan anak usia sebelum

umur 13 tahun meskipun melanggar norma-norma hukum, sosial,

dan Islam yang diberlakukan (baik dalam keluarga, masyarakat

maupun pemerintahan) oleh orang tua, oleh pemimpin masyarakat

atau oleh pemerintah, tidak dapat dibebani sanksi-sanksi hukuman

seperti terhadap orang dewasa. Pertanggungan jawab atas anak

tersebut adalah di tangan orang tuanya, atau walinya, kecuali jika

anak usia tersebut telah kawin.

b. Pada usia sebelum 13 tahun, anak belum dapat dibebankan tanggung

jawab sosial oleh lingkungan sosialnya, kecuali bila ia telah kawin.

c. Pada usia ini juga, anak belum dapat dimintai tanggung jawab

keluarga secara penuh, kecuali jika ia telah kawin.

Page 53: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

43

d. Kenakalan remaja, menurut data yang diperoleh selama ini, banyak

terjadi dalam bentuk dan sifat kenakalan yang dilakukan oleh anak

usia 13 tahun sampai dengan anak usia 17 tahun.

e. Bentuk kenakalan yang dilakukan oleh anak usia sebelum 13 tahun

pada umumnya belum begitu serius dan membahayakan

dibandingkan dengan yang dilakukan oleh anak usia 13 tahun ke

atas. Sedang usia 18 tahun ke atas adalah dipandang sudah

menjelang dewasa yang telah terkena sanksi hukum (Arifin, 1994:

81).

3.2.3 Program Penanggulangan

Menurut Arifin dengan memperhatikan sebab-sebab kenakalan

dan bentuk-bentuk perilaku remaja nakal tersebut di atas, maka

bimbingan dan penyuluhan Islam perlu menetapkan program kegiatan

dalam rangka menanggulanginya, dengan tujuan agar:

a. Kenakalan tersebut tidak merugikan perkembangan mental-

rohaniahnya

b. Kenakalan tersebut tidak meluas di kalangan remaja, sehingga

merugikan masyarakat luas

c. Kenakalan tersebut tidak menjadi faktor pengganggu dan

penghambat pembinaan ketertiban di segala bidang kehidupan

Program yang ditetapkan, harus dapat menjangkau segala ikhtiar

pencegahan yang bersifat umum dan khusus yaitu:

Page 54: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

44

Pertama, ikhtiar pencegahan yang bersifat umum meliputi :

a. Usaha pembinaan pribadi remaja sejak masih dalam kandungan

melalui ibunya, dengan cara-cara:

1) Orang tua perlu dibimbing /diberi penyuluh tentang bagaimana

membina kehidupan lingkungan keluarga yang sejahtera, aman

dan tenteram menurut norma-norma Islam

2) Orang tua selaku pemimpin keluarga agar dapat tetap

mempertahankan kehidupan sosial-ekonomi yang stabil, serta

dalam kondisi psikologis normal, sehingga ibu akan dapat

memperoleh/ mengalami suasana hidup yang bahagia, sejahtera,

tenteram

3) Kondisi dan suasana demikian itu dapat mempengaruhi

pertumbuhan anak dalam kandungan

4) Orang tua harus dibimbing ke arah kegiatan-kegiatan yang

bermanfaat serta bersikap dan bertingkah laku positif (Arifin,

1976: 101-103).

Jadi usaha pencegahan melalui pendidikan prenatal (sebelum

lahir) adalah penting artinya bagi pembentukan kehidupan rohaniah

dan jasmaniah anak, yang akan berlanjut dengan proses

perkembangannya di masa dewasa.

b. Setelah lahir, maka anak perlu diasuh dan dididik dalam suasana

yang stabil, menggembirakan serta optimisme

c. Pendidikan dalam lingkungan sekolah.

Page 55: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

45

Sekolah sebagai lingkungan kenakalan dua sebagai tempat

pembentukan anak didik memegang peranan penting dalam

membina mental, Islam pengetahuan dan ketrampilan anak-anak

didik. Kesalahan dan kekurangan-kekurangan dalam tubuh sekolah

sebagai tempat mendidik, bisa menyebabkan adanya peluang untuk

timbulnya kenakalan remaja. Oleh karena itu langkah-langkah yang

perlu diambil adalah:

1) Mencukupi sarana-sarana pendidikan dan pengajaran sekolah.

Dalam hal ini kerja sama antara pemerintah dan masyarakat luas

harus ditingkatkan dengan cara-cara yang lebih baik.

2) Kurikulum sekolah hendaknya diarahkan pada

a) Pemupukan mental yang kuat, yang dilandasi iman dan

taqwa

b) Pemupukan moral dan moril yang tinggi

c) Pemupukan kecakapan yang memadai

d) Pemupukan ketrampilan yang berguna (pragmatis) bagi

masyarakat (Arifin, 1976: 14-16).

Untuk itu perlu diadakan daya upaya dan selalu mencari

dan mempraktekkan:

Pertama, cara-cara yang lebih baik untuk meningkatkan

mutu pendidikan dan pengajaran Islam secara populer pada

semua tingkatan sekolah

Page 56: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

46

Kedua, cara-cara yang lebih baik untuk meningkatkan

mutu pendidikan mental, budi pekerti secara populer pada semua

tingkatan sekolah lewat semua bidang studi yang ada

Ketiga, cara-cara yang lebih baik untuk meningkatkan

keterampilan yang berguna. Dalam hal ini adalah sangat baik

bilamana sistem sekolah kerja dan sekolah pembangunan

dikembangkan seluas-luasnya.

3) Peningkatan mutu guru melalui usaha-usaha penam-bahan

pengetahuan dan pengalaman serta pemberian imbalan jasa yang

setimpal menurut ukuran-ukuran yang wajar serta serasi dengan

apa yang diharapkan dari padanya sebagai pendidik.

4) Sekolah dengan segenap kurikulumnya harus menarik perhatian

dan disenangi anak-anak. Untuk itu perlu diperhatikan:

a) Sifat-sifat dan syarat-syarat keguruan

b) Keindahan dan kebersihan sekolah dan lingkungan sekolah

c) Metoda pendidikan dan didaktik pengajaran yang sesuai

dengan tingkat perkembangan anak-anak dan situasi serta

perkembangan masyarakat

d) Kegiatan-kegiatan extra kurikuler yang menarik perhatian

anak-anak lain untuk membina pertumbuhan jasmani dan

rohaniah melalui kegiatan olah raga, kesehatan serta ibadah

keIslaman

Page 57: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

47

5) Hendaknya dihindari adanya kegagalan-kegagalan mengikuti

program-program di sekolah dan drop out

6) Pendidikan klassikan harus dibarengi dengan pendidikan

individuil agar tiap anak didik memperoleh bimbingan yang

sesuai dengan bakat dan tingkat I.Q-nya

7) Dalam usaha-usaha tertentu terutama pada usia puber hendaknya

perhatian dan pengawasan guru ditingkatkan.

8) Dalam segala tingkat perkembangan masa sekolah terutama

tingkat sekolah menengah, guru dan orang tua murid harus

menjalin kerja sama yang erat

d. Pendidikan di luar sekolah dan rumah tangga. Dalam rangka

mencegah atau mengurangi timbulnya kenakalan remaja akibat

penggunaan waktu luang yang salah, maka pendidikan di luar dua

instansi tersebut di atas mutlak perlu ditingkatkan (Arifin, 1976:

104). Untuk itu perlu diambil langkah-langkah sebagai berikut:

1) Meningkatkan dan menyebarluaskan pendidikan Pramuka

terutama untuk usia remaja dengan menggunakan metode-

metode yang menarik

2) Meningkatkan bimbingan dan penyuluhan keterampilan praktis

yang berguna bagi kehidupan ekonomi remaja dengan

menggunakan metode proyek, antara lain:

Page 58: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

48

Pertama, kursus dan latihan-latihan bercocok tanam,

beternak dan bertukang untuk remaja. Kedua, kursus dan latihan

pekerjaan rumah tangga untuk remaja

3) Meningkatkan bimbingan dan penyu-luhan olah raga dan

rekreasi untuk remaja

4) Mengikut-sertakan remaja-remaja dalam kegiatan-kegiatan

kemasyarakatan

5) Meningkatkan penggunaan metode dan proses bimbingan sosial

kelompok

6) Meningkatkan usaha-usaha perluasan perpustakaan remaja

dengan segala kelengkapan-kelengkapan, terutama penambahan

penerbitan-penerbitan buku (Arifin, 1976: 104-106).

e. Perbaikan lingkungan dan kondisi sosial

1) Yang bersifat umum

a) Keadaan sosial politik yang stabil harus tetap dipertahankan dan

lebih diperbaiki agar kekacauan politik tidak menjadi faktor

peluang bagi kemungkinan timbulnya kenakalan remaja

b) Keadaan sosial ekonomi yang stabil harus dipertahankan dan

ditingkatkan sampai keseimbangan daya beli rakyat dapat

terpenuhi hendaknya segera diusahakan agar kehidupan sosial

ekonomi di antara golongan-golongan masyarakat Indonesia tidak

terlampau berbeda.

c) Masalah urbanisasi perlu segera ditanggulangi

Page 59: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

49

d) Masalah anak-anak terlantar harus segera dipecahkan minimal

dengan cara-cara:

Pertama, menciptakan sebanyak mungkin kesempatan dan

lapangan pekerjaan bagi para remaja yang hanya menamatkan

pendidikannya sampai SD, SLP/SMTP

Kedua, wajib tampung dan asuh atau wajib tanggung oleh

pemerintah Yayasan Sosial dan Lembaga Sosial

Ketiga, melalui ketentuan-ketentuan perundang-undangan

di atur agar keluarga-keluarga yang mampu dan situasi

keluarganya memungkinkan berkewajiban menerima dan

mengasuh atau mendidik anak-anak terlantar yang dititipkan dan

dipertanggung-jawabkan kepadanya oleh pemerintah

e) Penyakit-penyakit masyarakat, terutama masalah pelacuran dan

perjudian perlu ditanggapi dan ditanggulangi dengan sungguh-

sungguh. Minimal harus dibatasi perkembangannya dan

pengaruhnya kepada remaja-remaja yang bertempat tinggal di

daerah pelacuran dan perjudian perlu diselamatkan dari bahaya

tersebut

f) Perlu ditingkatkan penilaian yang obyektif menurut norma-norma

bangsa Indonesia dan pengawasan yang teliti terhadap pengaruh-

pengaruh kebudayaan asing yang negatif yang masuk ke Indonesia

g) Perlu ditingkatkan penilaian yang obyektif terhadap pembinaan

dan perkembangan kebudayaan Nasional dan daerah Indonesia

Page 60: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

50

agar membantu dan mendorong pertumbuhan dan perkembangan

remaja secara wajar

h) Perlu ditingkatkan sensor atas penerbitan dalam film dari luar

negeri dan dari dalam negeri.

2) Yang bersifat khusus

a) Perbaikan lingkungan dan kondisi keluarga (rumah tangga)

b) Perbaikan lingkungan dan kondisi sekolah

c) Pengadaan sarana-sarana vital untuk pembinaan remaja. (Arifin,

1976: 109)

Kedua, usaha-usaha pencegahan yang bersifat khusus. Untuk

menjamin ketertiban umum, khususnya di kalangan remaja perlu diusahakan

kegiatan-kegiatan pencegahan yang bersifat khusus dan langsung sebagai

berikut:

a. Pengawasan

b. Pendekatan-pendekatan khusus terhadap remaja yang sudah menunjukkan

gejala-gejala kenakalan perlu dilakukan sedini mungkin. Sedangkan

tindakan represif terhadap remaja nakal perlu dilakukan pada saat-saat

tertentu oleh instansi Kepolisian R.I bersama Badan Peradilan yang ada.

Tindakan ini harus dijiwai dengan rasa kasih sayang yang bersifat

mendidik terhadap mereka, oleh karena perilaku nakal yang mereka

perbuat adalah akibat produk dari berbagai faktor intern dan extern remaja

yang tidak disadari dapat merugikan pribadinya sendiri dan

masyarakatnya (Arifin, 1976: 110).

Page 61: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

51

Jadi tindakan represif ini harus bersifat paedagogis, bukan bersifat

“pelanggaran” ataupun “kejahatan”. Semua usaha penanggulangan tersebut

hendaknya didasarkan atas sikap dan pandangan bahwa remaja adalah hamba

Allah yang masih dalam proses perkembangan/pertumbuhan menuju

kematangan pribadinya yang membutuhkan bimbingan dari orang dewasa

yang bertanggung jawab.

Dalam hubungannya dengan orang tua, M.Arifin memberikan solusi

bahwa orang tua perlu mengasuh dan mendidik anak dalam suasana yang

stabil, menggembirakan serta optimisme melalui usaha sebagai berikut:

(1) Menghindari keretakan dan ketidak tentraman rumah tangga.

(2) Orang tua atau wali sedapat mungkin mengatur waktu-waktu yang cukup

untuk membimbing dan mengawasi anaknya di samping kesibukan-

kesibukan lainnya.

(3) Mengutamakan pendidikan Islam, pendidikan mental, budi pekerti dan

disiplin secara baik dan tepat, menurut tingkatan perkembangan umur

jasmaniah dan rohaniah anak serta menurut perkembangan lingkungan

sosialnya. Cara-cara yang baik dan tepat antara lain:a) Tidak terlampau

lemah dan tidak terlampau keras, tetapi tegas dalam mengasuh anak. b)

mengutamakan pemberian contoh yang baik dari pada memberi perintah.

c) Memberi rasa aman, tidak menakut-nakuti dan mengancam, serta

menekan batin.. d) tidak terlalu sering menjanjikan sesuatu/tidak

menjanjikan sesuatu yang sekiranya tidak dapat dipenuhi dan hendaknya

setiap janji ditepati. e) Perlakuan yang menyenangkan, tidak

Page 62: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

52

membosankan, tidk mengesalkan dan tida menimbulkan kebencian. f)

lebih banyak memperkenalkan dengan hal-hal yang baikdan patut ditiru

oleh anak. g) memperhatikan secara seksama kebutuhan-kebutuhan minat

dan keinginan yang positif anak (Arifin, 1976: 111).

(4) Orang tua harus membina hubungan kasih sayang secara merata dan adil

kepada semua anak

(5) Orang tua harus menghindarkan anak dari kehidupan yang berlimpah ruah

dan sikap memanjakan yang berlebi-lebihan

(6) Orang tua harus memberikan pelayanan kepada remaja sebaik mungkin

menurut kemampuannya, untuk memenuhi kebutuhan utama remaja

(7) Pada periode pertumbuhan tertentu penggunaan yang ada pada anak harus

dikontrol betul, agar tidak terdapat peluang baginyau melakukan hal-hal

yang negatif dan destruktif

(8) Orang tua harus tahu kapan dan di mana anaknya berada, dengan siapa dia

berkawan dan pada organisasi atau perkumpulan-perkumpulan mana dia

menjadi anggota

(9) Setiap remaja baik di rumah maupun di luar rumah harus diberi kesibukan-

kesibukan sebagai pemanfaatan waktu-waktu senggang mereka yang

berguna bagi pertumbuhan dan perkembangan jiwanya sendiri, antara lain:

- Mencuci dan menggosok pakaian sendiri

- Membersihkan rumah dan pekarangan rumah

- Memperbaiki dan merawat rumah bila ada kerusakan-kerusakan kecil

- Merawat dan memperbaiki alat-alat rumah tangga

Page 63: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

53

- Menjahit

- Memasak

- Merawat ternak

- Merawat kebun rumah

- Berolah raga, berekreasi dan sebagainya (Arifin, 1976: 111).

(10) Kedudukan (status) dan tanggung jawab remaja di dalam rumah tangga

harus dijelaskan. Anak yang sudah remaja hendaknya diikut sertakan

dalam memecahkan persoalan keluarga dan keperluan-keperluan rumah

tangga

(11) Kebutuhan dan keinginan remaja harus diperhatikan benar-benar oleh

orang tua

(12) Pada masa remaja menginjak usia puber, hendaknya kelainan-kelainan

tingkah laku mereka ditanggapi secara obyektif dan positif serta

diusahakan penyalurannya secara sangat hati-hati dan bijaksana.

(13) Pada usia menginjak remaja, hendaknya orang tua sudah memberikan

pendidikan etika sek kepada anak-anaknya.

(14) Terhadap remaja perlu diberikan pendidikan kehidupan keluarga (family

life education) (Arifin, 1976: 112).

Oleh karenanya, sebagai hamba Allah, perkembangan jiwa mereka

dapat ditanamkan keimanan dan ketaqwaan yang akan menjadi sumber

rujukan perilakunya. Pemuda al-Kahfi, sebagai yang dikisahkan dalam al-

Qur’an adalah pemuda-pemuda yang dilindungi Allah SWT ketika

menghadapi segala kesulitan dan tantangan sehingga selamat dari segala

Page 64: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

54

bentuk kerusakan, perlu dijadikan contoh (idola) di kalangan pemuda. Orang

tua seyogyanya menceritakan kisah keteguhan hati dan keimanan pemuda itu

kepada anak-anaknya.

Page 65: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

55

BAB IV

PENANGGULANGAN KENAKALAN REMAJA MENURUT H.M. ARIFIN

(ANALISIS BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM)

Pada dasarnya remaja itu bertingkah laku baik, kalau kemudian ia

berubah menjadi remaja yang selalu melakukan tindakan destuktif, itu karena

situasi dan kondisi lingkungan telah mewarnai ke arah kecenderungan nakal.

Lingkungan yang dimaksud dalam arti internal keluarga maupun eksternal

masyarakat.

Jika mengkaji konsep M.Arifin, bahwa meskipun pendapatnya masih

sesuai dengan saat ini, namun di sisi lain faktor-faktor yang dikembangkannya

terlalu luas sehingga sukar ditangkap bagian mana yang paling dominan

menyebabkan terjadinya kenakalan remaja. Menurut peneliti, sebenarnya

kenakalan remaja bermuara pada kondisi lingkungan yang kurang kondusif

pada pembentukan prilaku remaja. Kondisi lingkungan tersebut dapat berawal

dari lingkungan keluarga, proses pendidikan di sekolah dan kelompok sosial.

Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Murdaningsih bahwa timbulnya

kenakalan remaja adalah karena lingkungan rumah/keluarga, lingkungan

sekolah dan lingkungan masyarakat.

Pendapat M. Arifin tentang kenakalan remaja bila dikelompokkan

secara garis besarnya adalah berpusat pada tiga hal yaitu pertama, keadaan

keluarga; kedua, keadaan sekolah; ketiga, keadaan masyarakat. Sejalan dengan

itu, menurut peneliti yang paling menentukan dalam pembentukan seorang

anak adalah keadaan keluarga. Keluarga merupakan bagian dominan yang

Page 66: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

56

sangat mudah mewarnai karakter seorang anak. Sebagian besar anak tumbuh

dan dibesarkan oleh keluarga. Selain itu realita menunjukkan bahwa di dalam

keluargalah prilaku anak mendapat pembentukan, pendidikan dan pembinaan

yang pertama kali. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Soekanto (1984:

386):

Masa remaja dikatakan sebagai suatu masa yang berbahaya, oleh

karena pada periode itu seseorang meninggalkan tahap kehidupan

anak-anak, untuk menuju ke tahap selanjutnya yaitu tahab kedewasaan.

Masa ini dirasakan sebagai suatu krisis, oleh karena belum adanya

pegangan, sedangkan kepribadiannya sedang mengalami pembentukan.

Pada waktu itu dia memerlukan bimbingan, terutama dari orang

tuanya.

Pada asasnya keluarga merupakan lingkungan kelompok masyarakat

yang paling kecil, akan tetapi juga merupakan lingkungan paling dekat dan

terkuat di dalam mendidik anak terutama bagi anak-anak yang belum

memasuki sekolah. Itulah sebabnya keluarga sebagai benteng pertama dan

utama yang memiliki pengaruh yang besar dalam menentukan prilaku anak.

Pada hakekatnya, kondisi keluarga yang menyebabkan timbulnya kenakalan

remaja bersifat kompleks.

Mengkaji lebih lanjut tentang peran keluarga yang berhubungan

dengan kenakalan remaja, maka dalam hal ini dapat ditemukan adanya

beberapa penyebab kenakalan remaja. Dari berbagai sebab yang dikemukakan

oleh M. Arifin, maka menurut peneliti salah satu yang paling menonjol adalah

kurangnya pendidikan Islam.

Peneliti sependapat dengan pendapat M. Arifin yang menganggap

pendidikan Islam sebagai faktor munculnya kenakalan remaja. Yang dimaksud

Page 67: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

57

dengan pendidikan Islam bukanlah sekedar ajaran tentang halal dan haram

saja melainkan juga tentang hikmah larangan dan halalnya suatu perbuatan,

hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Zakiah Daradjat (1983: 114) bahwa:

Yang dimaksud dengan didikan Islam bukanlah pelajaran Islam yang

diberikan secara sengaja dan teratur oleh guru sekolah saja. Akan

tetapi yang terpenting adalah penanaman jiwa Islam yang dimulai dari

rumah tangga, sejak si anak masih kecil, dengan jalan membiasakan si

anak kepada sifat-sifat dan kebiasaan yang baik, misalnya dibiasakan

menghargai hak milik orang lain, dibiasakan berkata terus terang,

benar dan jujur, diajarkan mengatasi kesukaran-kesukaran yang ringan

dengan tenang, diperlakukan adil dan baik, diajarkan suka menolong,

mau memaafkan kesalahan orang, ditanamkan rasa kasih sayang

sesama saudara dan sebagainya.

Kebiasaan-kebiasaan baik yang sesuai dengan jiwa ajaran Islam itu,

akan dapat tertanam dengan mudah pada jiwa anak, apabila orang dewasa di

sekitarnya (terutama ibu bapak)memberikan contoh-contoh dari sifat yang

baik itu dalam kehidupan mereka sehari-hari, karena anak-anak lebih cepat

meniru daripada mengerti kata-kata yang abstrak (Daradjat, 1983: 114)

Tidak berlebihan bila keadaan dewasa ini dikatakan munculnya

beberapa gejala orang tua yang bertendensi sangat memanjakan anak-anaknya:

di samping mereka kurang memiliki bekal pengetahuan dalam membina atau

menumbuh- kembangkan anak yang baik. Fenomena tersebut menurut peneliti

merangsang anak atau remaja melakukan deviasi (penyimpangan).

Penyimpangan ini bukan saja bersifat kenakalan biasa melainkan telah

berpindah pada tingkat kriminalitas dengan melanggar berbagai rambu atau

kaidah-kaidah hukum yang berlaku di Indonesia, terutama norma-norma

kesusilaan dan norma Islam.

Page 68: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

58

Dalam hubungannya dengan keluarga dewasa ini ada sebagian orang

tua beranggapan bahwa kebutuhan primer anak adalah yang bersifat jasmaniah

atau biologis saja. Padahal secara rohaniah anak remaja atau yang disebut juga

sebagai masa pubertas membutuhkan kasih sayang dari kedua orang tua. Kasih

sayang tidak akan dirasakan oleh anak, jika di dalam hidupnya mengalami hal-

hal, seperti: orang tua terlalu keras, orang tua terlalu sering membanding-

bandingkan dengan kelebihan anak tetangga, dan yang lebih parah lagi bila

kedua orang tua memiliki persepsi yang berbeda atau berlawanan dalam

mengarahkan anak. Keadaan ini tentunya bisa dibayangkan bagaimana bentuk

prilaku anak di kemudian hari.

Mengenai keadaan keluarga, keadaan sekolah dan keadaan masyarakat

bukan berarti tidak mendapat perhatian M.Arifin karena ia-pun telah merinci

faktor-faktor terjadinya kenakalan remaja dalam konsep pemikiran yang lebih

rinci lagi. Namun demikian peneliti hanya mengambil bentuk kongkritnya dari

konsep pemikiran M.Arifin tersebut.

Menurut peneliti, pendapat M.Arifin tentang ketidakmampuan seorang

anak remaja mengawasi diri sendiri dan ketidakmampuan menilai diri sendiri

terjadi karena beberapa faktor. Di antara faktor itu adalah orang tua yang

berlebihan memanjakan anak, akan menumbuhkan sosok manusia tidak

mandiri. Ketika hal ini terjadi berlangsung lama, akan memunculkan atau

menumbuhkan pribadi anak yang manja. Ia hanya bisa melakukan sesuatu

manakala telah tersedia segala fasilitas, dan itu pun hanya ia kerjakan bila

disenangi. Keadaan ini bila luput dari antisipasi dini dan tidak segera diatasi

Page 69: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

59

akan terbentuk pribadi yang buruk. Potensi yang ada pada dirinya tidak akan

terbangun karena ia berangkat dari kehidupan yang tidak punya tantangan.

Kondisi seperti ini biasanya dilakukan oleh seorang ibu dengan memanjakan

anaknya. Padahal secara tidak langsung ia telah menaburkan sejenis virus

yang mematikan daya kemampuan dan kreatifitas anak untuk berkembang.

Dapat dilihat kenyataan-kenyataan membuktikan tidak sedikit para pemimpin

dunia, para ilmuwan dan cendekiawan berangkat dari sebuah kehidupan yang

penuh dengan kepahitan dan derita. Kepahitan dan derita yang dimaksud

adalah yang mengandung aspek edukatif.

Tidak sedikit harapan seorang ibu untuk dapat menyenangkan

anaknya dengan memenuhi segala keinginan anak tanpa memperdulikan

apakah keinginan itu masih dalam batas normal. Kondisi seperti ini tanpa

disadari sebetulnya hanya akan menjadi bumerang untuk ibu itu sendiri.

Sebagai contoh, teganya seorang anak membunuh ibunya atau ayahnya sendiri

hanya lantaran suatu ketika tidak dipenuhinya keinginan sang anak. Bagi anak

atau remaja seperti itu, penolakan dari orang tua terhadap keinginannya akan

dirasakan sebagai sesuatu yang tidak bisa ia terima sebagai sebuah kenyataan.

Harapan seorang ibu atau ayah yang selalu berlebihan dalam

memanjakan anak adalah dengan maksud dan tujuan agar anak cukup

mendapat kasih sayang. Padahal memberikan kasih sayang berlebihan tanpa

melihat situasi dan kondisi hanya merugikan anak dan orang tua. Sebuah kasih

sayang yang mengandung unsur edukatif adalah kasih sayang yang sesuai

Page 70: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

60

dengan saat dan situasi di mana kasih sayang itu memang harus diberikan.

tetapi bukan setiap saat atau setiap waktu.

Selanjutnya M.Arifin mengemukakan faktor-faktor eksternal yaitu di

antaranya orang tua kurang memberikan rasa cinta dan perhatian kepada anak.

Dalam faktor internal M.Arifin mengemukakan sebuah kebalikan dari pada

faktor eksternal. Pendapatnya dapat dimengerti manakala perhatian dari orang

tua yang kurang kepada anak, maka anak akan mencari perhatian dari luar.

Jika perhatian yang ia ambil dari luar itu berdampak negatif ini akan

memunculkan kenakalan remaja.

Di kota-kota besar dapat dilihat kesibukan orang tua yang terlalu

berlebihan tanpa memberi perhatian sedikitpun pada anaknya. Akan

menimbulkan anggapan buruk bagi anak bahwa orang tuanya tidak

menyayangi. Persaingan hidup yang makin tajam menghabiskan waktu bagi

orang tua untuk mengurusi segala bisnis dan segenap keperluannya.

Sementara keperluan dan kebutuhan anak tidak lagi ditempatkan sebagai

bagian dari tugas dan kewajibannya sebagai orang tua. Dari sini tidak heran

munculnya penyimpangan perilaku remaja sebagai akibat tidak ada kasih

sayang dan perhatian sama sekali.

Dengan mengkaji penanggulangan kenakalan remaja menurut

M.Arifin, bisa dikatakan bahwa tidak sedikit para ahli menaruh perhatian

besar terhadap faktor-faktor pendukung terjadinya kenakalan remaja.

Meskipun tampak perbedaan pendapat, namun esensinya sama bahwa

keluarga, lingkungan masyarakat, lingkungan pendidikan (sekolah), pergaulan

Page 71: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

61

dan Islam, merupakan faktor-faktor yang sangat mewarnai eksistensi seorang

remaja. Dari keseluruhan faktor tersebut, peran Islam dan orang tua menjadi

bagian paling fundamental dalam mewarnai perilaku remaja baik dalam aspek

preventif maupun kuratif. Kenyataan inilah yang kerap kali luput dari

pengamatan orang tua, para pendidik bahkan pemerintah. Terlihat dengan jelas

di tengah-tengah era globalisasi dan era informasi, manusia modern telah

kehilangan jati dirinya.

Merebaknya sifat materialistis dan individualistis, kerap kali

mengeringkan signifikansi Islam sebagai rahmatan lil alamin. Orang tua yang

seharusnya dapat memberikan contoh yang baik pada anak, saat ini tengah

menjadi barang langka atau sulit dicari. Padahal keluarga atau orang tua

sangat besar pengaruhnya dalam membentuk karakter anak.

Terkait faktor Islam, bahwa faktor lain yang tidak kalah pentingnya

yaitu peranan Islam, khususnya pembinaan akhlakulkarimah tidak jarang luput

dari pengamatan orang tua. Padahal menurut ajaran Islam berdasarkan praktek

Rasulullah SAW, pendidikan akhlakulkarimah adalah faktor penting dalam

membina anak. Sebagaimana diketahui, Rasulullah Saw diutus ke muka bumi

yang utama adalah menyempurnakan akhlak manusia.

Oleh karena itu program utama dan perjuangan pokok orang tua dalam

membina anak ialah membina akhlak mulia. Ia harus ditanamkan kepada anak

mulai dari kecil hingga dewasa. Akan tetapi manakala keluarga atau orang tua,

para pendidik, pemerintah dan masyarakat, memberikan contoh-contoh yang

buruk, maka akan berlakulah pepatah: “kalau guru kencing berdiri murid akan

Page 72: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

62

kencing berlari. Andaikata terjadi justru guru kencing berlari, niscaya murid-

murid pasti kencing menari-nari”.

Berbicara soal peran orang tua berarti berbicara hubungan atau jalinan

kerja sama antara ayah dengan ibu. Kerjasama yang dimaksud yaitu hubungan

kerja sama antara suami isteri dalam membina anaknya mencegah terjadinya

kenakalan remaja. Mengingat kenakalan remaja sangat mengkhawatirkan

karena bukan saja masalah orang tua tapi sudah menyangkut masalah nasional.

Dalam realitasnya tidak banyak ditemukan suatu keluarga yang

dibangun di atas landasan kerjasama suami dan isteri dalam membina anak.

Yang terjadi dalam membina anak antara metode ayah dan ibu merupakan

suatu dikhotomi, sehingga anak menjadi tidak mengerti harus mengikuti

pandangan siapa atau harus berpegang kepada siapa, apakah kepada ayah

ataukah ibu. Ini dilatar belakangi oleh sikap egoistis dari seorang suami atau

boleh jadi seorang isteri. Padahal adanya perspektif yang sama dan persepsi

yang tidak berbeda antara suami dan isteri maka akan sangat mudah

membangun pribadi seorang anak. Sebaliknya seorang anak yang dibangun

dari persepsi yang berbeda antara kedua orang tua itu, maka pembinaan yang

demikian tidak akan berjalan efektif, melainkan akan berakibat fatal yaitu

anak akan mengambil jalan sendiri.

Jalan yang ditempuh oleh anak tersebut, kalau pilihannya benar barang

kali itu bukan masalah. Namun jika pilihannya salah apalagi hanya

mengadopsi dari pergaulan atau dari kawan-kawannya yang berkelakuan

buruk, akan sangat cepat anak itu melakukan proses peniruan. Oleh sebab itu

Page 73: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

63

kerja sama antara suami dan isteri sangat diperlukan dalam mencegah dan

menanggulangi terjadinya kenakalan remaja, apalagi bila hal itu sudah terjadi.

Di tengah-tengah persaingan hidup yang makin tajam, telah

memunculkan individu-individu yang gelisah dan penuh kecemasan.

Kegelisahan dan kecemasan itu sering kali tampak mewarnai kehidupan

sebuah keluarga. Suatu keluarga yang dikungkung oleh rasa gelisah dan

kecemasan yang berkepanjangan adalah sebagai akibat kurangnya pengamalan

dan penghayatan Islam. Suatu keluarga yang tidak didasari oleh kendali Islam

maka didikan yang akan dikembangkan kepada anaknya pun sudah dapat

dibayangkan yaitu akan lahir anak-anak yang sekuler dan menjauhi kaidah-

kaidah Islam. Ketika seorang anak telah berani merusak sebagian atau seluruh

kaidah-kaidah Islam tentunya akan mewujudkan perilaku-perilku yang

menyimpang dan merugikan bagi orang lain atau masyarakat bahkan bangsa.

Atas dasar itu kerjasama yang baik ayah dan ibu dalam membina anak harus

dilandaskan kepada pengamalan dan penghayatan Islam menuju pada insan

yang beriman dan bertaqwa.

Sebuah keluarga yang dibangun di atas landasan iman dan taqwa

kemudian dipancarkan keimanan dan taqwa itu kepada anak-anaknya, maka

bukan mustahil akan menghasilkan anak-anak yang sesuai dengan harapan

bangsa dan negara. Dari jalan pikirannya M.Arifin, maka konsepnya sesuai

dengan asas fitrah bimbingan dan penyuluhan Islam. Bimbingan dan

penyuluhan Islam merupakan bantuan kepada klien atau konseli untuk

mengenal, memahami dan menghayati fitrahnya, sehingga segala gerak

Page 74: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

64

tingkah laku dan tindakannya sejalan dengan fitrahnya tersebut. Manusia,

menurut Islam dilahirkan dalam atau dengan membawa fitrah, yaitu berbagai

kemampuan potensial bawaan dan kecenderungan sebagai muslim atau

berIslam Islam. Bimbingan dan penyuluhan Islam membantu klien konseli

untuk mengenal dan memahami fitrahnya itu, atau mengenal kembali

fitrahnya tersebut manakala pernah tersesat, serta menghayatinya sehingga

dengan demikian akan mampu mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan

akherat karena bertingkah laku sesuai dengan fitrahnya itu.

Sebagaimana dijelaskan oleh Musnamar (1992: 5) bahwa bimbingan

Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup

selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah sehingga dapat mencapai

kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Sedangkan penyuluhan Islam

adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar menyadari kembali

akan eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya hidup selaras

dengan ketentuan dan petunjuk Allah sehingga dapat mencapai kebahagiaan di

dunia dan di akhirat

Bila ditinjau dari sudut pandang bimbingan dan penyuluhan Islam,

maka menurut penulis bahwa pendapat Arifin tentang penanggulangan

kenakalan remaja dapat dijadikan materi bimbingan dan penyuluhan Islam, hal

ini karena bimbingan dan penyuluhan Islam diberikan dengan tujuan untuk

membantu klien, atau konseli, yakni orang yang dibimbing mencapai

kebahagiaan hidup yang senantiasa didambakan oleh setiap muslim.

Bimbingan dan penyuluhan Islam merupakan bantuan kepada klien atau

Page 75: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

65

konseli untuk mengenal, memahami dan menghayati fitrahnya, sehingga

segala gerak tingkah laku dan tindakannya sejalan dengan fitrahnya tersebut.

Demikian pula konsep penanggulangan kenakalan remaja dari Arifin

tujuannya adalah agar manusia memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Secara garis besar atau secara umum tujuan bimbingan Islam itu dapat

dirumuskan sebagai membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia

seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Bimbingan sifatnya hanya merupakan bantuan, hal ini sudah diketahui

dari pengertian atau definisinya. Individu yang dimaksudkan di sini adalah

orang yang dibimbing atau diberi konseling, baik orang perorangan maupun

kelompok. Mewujudkan diri sebagai manusia seutuhnya berarti mewujudkan

diri sesuai dengan hakekatnya sebagai manusia untuk menjadi manusia yang

selaras perkembangan unsur dirinya dan pelaksanaan fungsi atau

kedudukannya sebagai makhluk Allah (makhluk religius), makhluk individu,

makhluk sosial, dan sebagai makhluk berbudaya.

Dalam perjalanan hidupnya, karena berbagai faktor, manusia kadang

tidak bisa seperti yang tidak dikehendaki. Dengan kata lain yang bersangkutan

berhadapan dengan masalah atau problem, yaitu menghadapi adanya

kesenjangan antara seharusnya (ideal) dengan yang senyatanya. Orang yang

menghadapi masalah, lebih-lebih jika berat, maka yang bersangkutan tidak

merasa bahagia. Bimbingan Islam berusaha membantu individu agar bisa

hidup bahagia, bukan saja di dunia, melainkan juga di akhirat. Karena itu,

tujuan akhir bimbingan Islam adalah kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Page 76: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

66

Bimbingan berusaha membantu jangan sampai individu menghadapi

atau menemui masalah. Dengan kata lain membantu individu mencegah

timbulnya masalah bagi dirinya. Bantuan pencegahan masalah ini merupakan

salah satu fungsi bimbingan. Karena berbagai faktor, individu bisa juga

terpaksa menghadapi masalah dan kerap kali pula individu tidak mampu

memecahkan masalahnya sendiri, maka bimbingan berusaha membantu

memecahkan masalah yang dihadapinya itu. Bantuan pemecahan masalah ini

merupakan salah satu fungsi bimbingan juga, khususnya merupakan fungsi

konseling sebagai bagian sekaligus teknik bimbingan.(Musnamar, 1992: 33-

34)

Dengan memperhatikan tujuan umum dan khusus bimbingan Islam

tersebut, dapatlah dirumuskan fungsi (kelompok tugas atau kegiatan sejenis)

dari bimbingan itu sebagai berikut:

1. Fungsi preventif; yakni membantu individu menjaga atau mencegah

timbulnya masalah bagi dirinya.

2. Fungsi kuratif atau korektif; yakni membantu individu memecahkan

masalah yang sedang dihadapi atau dialaminya.

3. Fungsi preservatif; yakni membantu individu menjaga agar situasi dan

kondisi yang semula tidak baik (mengandung masalah) menjadi baik

(terpecahkan) dan kebaikan itu bertahan lama (in state of good).

4. Fungsi developmental atau pengembangan; yakni membantu individu

memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik agar

Page 77: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

67

tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak memungkinkannya

menjadi sebab munculnya masalah baginya (Rahim, 2001: 37-41).

Apabila konsep M. Arifin dalam upaya menanggulangi kenakalan

remaja ditinjau dari fungsi bimbingan dan penyuluhan Islam, maka

konsepnya mempunyai fungsi preventif, kuratif atau korektif, preservatif

dan developmental.

Fungsi preventif; yakni membantu individu menjaga atau mencegah

timbulnya masalah bagi dirinya. Hal ini dapat dilakukan dengan cara

konselor memberi nasihat atau petunjuk kepada konseli tentang akibat

perilaku yang buruk serta manfaat yang timbul dari kerlakuan yang baik.

Bersamaan dengan itu bimbingan Islam memiliki fungsi kuratif atau

korektif; yakni membantu individu memecahkan masalah yang sedang

dihadapi atau dialaminya. Masalah yang dipecahkan yaitu bisa saja berupa

penerangan tentang bagaimana agar aktivitas yang dilakukan konseli tidak

menibimbulkan kerugian bagi orang lain sehingga kelakuan yang baik tetap

terjaga. Fungsi ini dapat membantu individu menyadari akan kekeliruannya

selama ini sehingga individu bisa menginsyafi kesalahannya. Karena itu

bimbingan Islam mempunyai fungsi preservatif; yakni membantu individu

menjaga agar situasi dan kondisi yang semula tidak baik (mengandung

masalah) menjadi baik (terpecahkan) dan kebaikan itu bertahan lama (in

state of good).

Bimbingan yang telah diberikan menunjukkan fungsi developmental

atau pengembangan; yakni membantu individu memelihara dan

Page 78: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

68

mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik agar tetap baik atau

menjadi lebih baik, sehingga tidak memungkinkannya menjadi sebab

munculnya masalah baginya. Hal ini berarti individu yang sudah menyadari

arti pentingnya berkelakuan baik akan tetap mempertahankan kelakuan yang

yang baik, dan kondusif sehingga upaya menjadi manusia yang berakhlak al

karimah bukan lagi dianggap sebagai kewajiban melainkan sudah dianggap

sebagai kebutuhan yang mendasar.

Pemikiran Arifin ditinjau dari uraiannya tentang sebab-sebab

kenakalan remaja dan penanggulangannya sesuai pula dengan asas-asas

bimbingan dan konseling Islam seperti:

1. Asas-asas kebahagiaan di dunia dan akhirat

2. Asas “lillahi ta’ala

3. Asas Bimbingan seumur hidup

4. Asas kesatuan jasmaniah-rohaniah

5. Asas keseimbangan rohaniah

6. Asas kemaujudan individu (eksistensi)

7. Asas sosialitas manusia

8. Asas kekhalifahan manusia

9. Asas keselarasan dan keadilan. Islam menghendaki keharmonisan,

keselarasan, keseimbangan, keserasian dalam segala segi.

10. Asas pembinaan akhlakul karimah, manusia menurut pandangan Islam

memiliki sifat-sifat yang baik (mulia). Sekaligus mempunyai sifat-sifat

lemah.

Page 79: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

69

11. Asas kasih sayang. Setiap manusia memerlukan cinta kasih dan rasa

kasih sayang dari orang lain.

12. Asas saling menghargai dan menghormati. Dalam bimbingan dan

konseling Islam kedudukan pembimbing atau konselor dengan yang

dibimbing sama atau sederajat.

13. Asas musyawarah. Bimbingan dan konseling Islam dilakukan dengan

asas musyawarah.

14. Asas keahlian, bimbingan dan konseling Islam dilakukan oleh orang–

orang yang memang memiliki kemampuan keahlian dibidang

tersebut.(Musnamar, 1992: 20-33)

Dengan demikian konsep Arifin seyogyanya dianggap saling

melengkapi yang dapat dijadikan materi bimbingan dan penyuluhan Islam,

khususnya bagi konselor yang menangani kesehatan jiwa

Konsep Arifin juga dapat dikatakan berisi pesan dakwah, karena

muatan isinya mengajak manusia untuk mengikuti ajaran Islam sebagaimana

telah digariskan al-Qur'an. Dari sini tampak nilai dakwah yang diungkapkan

Arifin, meskipun sifatnya tidak tegas, tetapi mengandung ajakan yang kuat

maka mengandung materi dakwah. Karena dakwah itu sendiri merupakan

bagian yang sangat penting dalam kehidupan seorang muslim, di mana

intinya berada pada ajakan dorongan (motivasi, rangsangan serta

bimbingan) terhadap orang lain untuk menerima ajaran Islam dengan penuh

kesadaran demi keuntungan dirinya dan bukan untuk kepentingan

pengajaknya. Jadi berbeda (bertolak belakang) dengan propaganda.

Page 80: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

70

Pemikiran Arifin dalam menanggulangi kenakalan remaja berdasarkan

uraiannya merupakan materi dakwah. Sebabnya adalah dengan introspeksi dan

ekstrospeksi diri serta bertauhid maka ini merupakan bagian dari ibadah dan

akidah, demikian pula rukun iman dan muhasabah dalam kerangka ibadah

atau syari'ah. Sedangkan akidah, syari'ah dan akhlak merupakan maddah atau

materi dakwah.

Page 81: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

71

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dari bab kesatu sampai bab kelima, maka

kesimpulan yang dapat diambil sebagai berikut:

1. Menurut M. Arifin kenakalan remaja adalah kehidupan remaja yang

menyimpang dari berbagai pranata dan norma yang berlaku umum. Baik

yang menyangkut kehidupan masyarakat, tradisi maupun Islam serta

hukum.

2. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kenakalan remaja adalah

karena faktor intern dan ekstern yang pada intinya ditujukan pada

lingkungan sosial dan keluarga yang kurang baik. Namun demikian,

faktor-faktor kenakalan remaja yang dikembangkan M.Arifin terlalu luas

sehingga sukar ditangkap bagian mana yang paling dominan menyebabkan

terjadinya kenakalan remaja. Menurut peneliti, sebenarnya kenakalan

remaja bermuara pada kondisi lingkungan yang kurang kondusif pada

pembentukan perilaku remaja. Kondisi lingkungan tersebut dapat berawal

dari lingkungan keluarga, proses pendidikan di sekolah dan kelompok

sosial. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Murdaningsih bahwa

timbulnya juvenile delinquency adalah karena lingkungan rumah/keluarga,

lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.

3. Penanggulangan kenakalan remaja adalah dengan program bimbingan dan

penyuluhan Islam. Program yang ditetapkan, harus dapat menjangkau

Page 82: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

72

segala ikhtiar pencegahan yang bersifat umum dan khusus sesuai dengan

asas fitrah bimbingan penyuluhan Islam. Bimbingan dan penyuluhan Islam

merupakan bantuan kepada klien atau konseli untuk mengenal, memahami

dan menghayati fitrahnya, sehingga segala gerak tingkah laku dan

tindakannya sejalan dengan fitrahnya tersebut. Manusia, menurut Islam

dilahirkan dalam atau dengan membawa fitrah, yaitu berbagai kemampuan

potensial bawaan dan kecenderungan sebagai muslim atau berIslam Islam.

Bimbingan dan penyuluhan Islam membantu klien/konseli untuk

mengenal dan memahami fitrahnya itu, atau mengenal kembali fitrahnya

tersebut manakala pernah tersesat, serta menghayatinya sehingga dengan

demikian akan mampu mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat

karena bertingkah laku sesuai dengan fitrahnya itu.

B. Saran-Saran

Sebagai saran yang dapat diberikan, bahwa hendaknya orang tua, guru

dan masyarakat secara simultan ikut menanggulangi kenakalan remaja

C. Penutup

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah Swt, atas rahmat

dan ridha-Nya pula tulisan ini dapat diangkat dalam bentuk skripsi. Penulis

menyadari bahwa di sana-sini terdapat kesalahan dan kekurangan baik dalam

paparan maupun metodologinya. Karenanya dengan sangat menyadari, tiada

gading yang tak retak, maka kritik dan saran membangun dari pembaca

menjadi harapan penulis. Sebagai puncak dari penutup ini, tiada kata indah

yang patut penulis untai melainkan hanya secercah kalimat yaitu mencipta

Page 83: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

73

yang tak sempurna masih lebih baik daripada kemandulan yang sempurna.

Tiada usaha besar akan berhasil tanpa dimulai dari yang kecil. Semoga Allah

Swt meridhai.

Page 84: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Ali, A. Mukti. 1971. Etika Agama Dalam Pembentukan Kepribadian Nasional

dan Pemberantasan Kemaksiatan Dari Segi Agama Islam, Cet II,

Yogyakarta: Yayasan Nida.

Ali, Maulana Muhammad, 1990, The Religion of Islam, USA: The Ahmadiyya

Anjuman Ishaat Islam Lahore.

Arifin, M, 1976. Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Sekolah dan di

Rumah Tangga, Jakarta: Bulan Bintang.

--------,1977, Psikologi dan Beberapa Aspek Kehidupan Rohaniyah Manusia,

Jakarta: Bulan Bintang.

--------,1978. Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis

Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner.

--------,1994. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, Jakarta:

PT.Golden Terayon Press.

-------, 1995. Pokok-Pokok Pikiran tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama (di

Sekolah dan Luar Sekolah), Jakarta: Bulan Bintang

--------, 2000, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, Jakarta: Bumi Aksara

--------, 2000, Psikologi dan Beberapa Aspek Kehidupan Rohaniyah Manusia,

Jakarta: Bulan Bintang.

Arkoun, Mohammad, 1996, Rethinking Islam, Terj. Yudian W.Asmin, Lathiful

Khuluq, Yogyakarta: LPMI bekerjasama dengan Pustaka Pelajar.

Bukhâri, Imam, 1990. Sahîh al-Bukharî, Juz. I, Beirut: Dâr al-Fikr

Calvin S. Hall & Gardner Lindzey, 1993. Teori-teori Holistik (Organismik-

Fenomenologis), terj. Yustinus, Yogyakarta: Kanisius.

Daradjat, Zakiah, 1973, Perawatan Jiwa untuk Anak-anak, Cet 2, Jakarta: Bulan

Bintang.

Daradjat, Zakiah, 1974, Problema Remaja di Indonesia, Jakarta: Bulan Bintang.

--------, 1988, Kesehatan Mental, Cet. 14, Jakarta: Gunung Agung.

--------, 2006. Remaja Harapan dan Tantangan, Jakarta: Ruhama,

---------, 2009. Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang.

Page 85: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

Echols, John M., 1995, Kamus Inggris Indonesia (An Engglish-Indonesian

Dictionary), Jakarta: PT Gramedia, cet ke-21.

Faqih, Aunur Rahim, 2002, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, Yogyakarta:

UII Press.

Fuchan, Arief, dan Agus Maimun, 2005, Studi Tokoh: Metode Penelitian

Mengenai Tokoh, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Hadi, Sutrisno, 2001, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi.

Jazâirî, Abu Bakar Jabir, 2004, Minhâj al-Muslim: Kitab 'Âqâid wa Âdâb wa

Ahlâq, Kairo: Maktabah Dar al-Turas

Kartono, Kartini. 1985. Seri Psikologi Terapan 6 Bimbingan Bagi Anak dan

Remaja yang Bermasalah, Jakarta: CV.Rajawali.

---------. 1986, Patologis Sosial 3 Gangguan-gangguan Kejiawaan, Jakarta: CV.

Rajawali.

Krippendorff, Klaus. 1993. Analisis Isi Pengantar Teori dan metodologi. Jakarta;

PT Raja Grafindo Persada.

Kusumah, Mulyana W., 1988, Kejahatan dan Penyimpangan Suatu Perspektif

Kriminologi, Jakarta: Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia.

Maslow. Abraham, 1978. Motivations and Personality, New York: Harper,

Moeljatno, Ny. Lamya, 1986, Kriminologi, Jakarta: PT.Bina Aksara.

Moleong, Lexy J., 1997, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Muhadjir, Noeng. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake

Sarasin.

Musnamar, Thohari, (eds), 1992, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan Bimbingan

dan Konseling Islami, Yogyakarta: UII Press.

Erman Amti, Prayitno. 2004, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT

Rineka Cipta.

Rahmat, Jalalludin. 1995. Metode Penelitian Komunikasi, Dilengkapi Contoh

Analisis Statistik, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Razak, Nasruddin. 1986. Dienul Islam, Cet. IX, Bandung : al-Ma’arif.

Page 86: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

Salim, Petter, tth., Salim Ninth Collegiate English Indonesian Dictionary,

London: Modern Engglish Press.

Sarwono, Sarlito Wirawan, 1982, Pengantar Umum Psikologi, Jakarta: Bulan

Bintang.

--------, 1994, Psikologi Remaja, cet 3, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Shihab, Quraish, 2003, Wawasan al-Qur'an, Bandung: Anggota IKAPI

Simanjuntak, B. dan I.L. Pasaribu, 1984, Pengantar Psikologi Perkembangan,

Bandung: CV Tarsito.

Simanjutak, 1977, Pengantar Kriminologi dan Patologi Sosial, Bandung:

Transito.

Soehartono, Irawan, 1999, Metode Penelitian Sosial, Bandung: Remaja Rosda

Karya.

Soerjono, Soekanto, 2009. Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada,).

Suprayogo, Imam dan Tobroni, 2006, Metodologi Penelitian Sosial Agama,

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Suryabrata, Sumardi, 1998, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Yayasan Dana Buku Franklin, 1991, Ensiklopedi Umum. Jakarta: PT. Dana

Bhakti.

Page 87: SKRIPSI - UIN Walisongo Semarang | Perpustakaan Pusatlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam) SKRIPSI untuk memenuhi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Khoirul Shiddiq

NIM : 61111024

Tempat / tgl. lahir : Kendal, 04 Juli 1986

Alamat Asal : Karangmulyo 05 /II Pegandon Kendal

Pendidikan : - SDN 1 Karangmulyo Pegandon Kendal lulus th. 1999

- SLTP 01 Pegandon Kendal lulus th. 2002

- SLTA Kendal lulus th 2005

- Fakultas Dakwah Jurusan Bimbingan Penyuluhan

Islam IAIN Walisongo Semarang Angkatan 2006.

Demikian daftar riwayat hidup pendidikan ini saya buat dengan sebenar-

benarnya dan harap maklum adanya.

Khoirul Shiddiq