25
57. Seorang laki-laki dibawah ke RS dengan penurunan kesadaran sejak 1 jam yang lalu. Dari pemerisaandidapatkan mata terbuka dengan perintah, mengangkat tangan dengan perintah, bicara disorientasi. Berapa GCS nya? a. E4V4M4 b. E3M5V4 c. E4M5V4 d. ..... Jawaban : E3V4M6 Pembahasan : Respon Mata (Eyes) 1. Tidak dapat membuka mata 2. Mata membuka dengan rangsang nyeri. Biasanya rangsang nyeri pada dasar kuku-kuku jari; atau tekanan pada supraorbita, atau tulang dada, atau tulang iga 3. Mata membuka dengan rangsang suara. (jangan keliru dengan pasien yang baru terbangun dari tidur, pasien seperti demikian mendapat nilai 4 bukan 3) 4. Mata membuka spontan Respon Verbal (V) 1. Tidak ada respon suara 2. Suara-suara tak berarti (mengerang/mengeluh dan tidak berbentuk kata-kata) 3. Kata-kata tidak berhubungan (Berkata-kata acak atau berseru-seru, namun tidak sesuai percakapan 4. Bingung atau disorientasi (pasien merespon pertanyaan tapi terdapat kebingungan dan disorientasi) 5. Orientasi baik (pasien merespon dengan baik dan benar terhadap pernyataan, seperti nama, umur, posisi sekarang dimana dan mengapa, bulan, tahun, dsb) Respon Motorik (M) 1. Tidak ada respon gerakan 2. Ekstensi terhadap rangsang nyeri (abduksi jari tangan, bahu rotasi interna, pronasi lengan bawah,ekstensi

Soal Bedah Matrikulasi_gilang

Embed Size (px)

DESCRIPTION

soal UKDI bedah dan pembahasan

Citation preview

Page 1: Soal Bedah Matrikulasi_gilang

57. Seorang laki-laki dibawah ke RS dengan penurunan kesadaran sejak 1 jam yang lalu.

Dari pemerisaandidapatkan mata terbuka dengan perintah, mengangkat tangan dengan

perintah, bicara disorientasi. Berapa GCS nya?

a. E4V4M4

b. E3M5V4

c. E4M5V4

d. .....

Jawaban : E3V4M6

Pembahasan :

Respon Mata (Eyes)1. Tidak dapat membuka mata2. Mata membuka dengan rangsang nyeri. Biasanya rangsang nyeri pada dasar kuku-

kuku jari; atau tekanan pada supraorbita, atau tulang dada, atau tulang iga3. Mata membuka dengan rangsang suara. (jangan keliru dengan pasien yang baru

terbangun dari tidur, pasien seperti demikian mendapat nilai 4 bukan 3)4. Mata membuka spontanRespon Verbal (V)1. Tidak ada respon suara2. Suara-suara tak berarti (mengerang/mengeluh dan tidak berbentuk kata-kata)3. Kata-kata tidak berhubungan (Berkata-kata acak atau berseru-seru, namun tidak sesuai

percakapan4. Bingung atau disorientasi (pasien merespon pertanyaan tapi terdapat kebingungan dan

disorientasi)5. Orientasi baik (pasien merespon dengan baik dan benar terhadap pernyataan, seperti

nama, umur, posisi sekarang dimana dan mengapa, bulan, tahun, dsb)Respon Motorik (M)1. Tidak ada respon gerakan2. Ekstensi terhadap rangsang nyeri (abduksi jari tangan, bahu rotasi interna, pronasi

lengan bawah,ekstensi pergelangan tangan)3. Fleksi abnormal terhadap rangsang nyeri (adduksi jari-jari tangan, bahu rotasi

interna, pronasi lengan bawah, flexi pergelangan tangan)4. Flexi/penarikan terhadap rangsang nyeri (fleksi siku, supinasi lengan bawah, fleksi

pergelangan tangan saat ditekan daerah supraorbita; menarik bagian tubuh saat dasar kuku ditekan)

5. Dapat melokalisasi nyeri (gerakan terarah dan bertujuan ke arah rangsang nyeri; misal tangan menyilang dan mengarah ke atas klavikula saat area supraorbita ditekan

6. Dapat bergerak mengikuti perintah (melakukan gerakan sederhana seperti yang diminta)

Sumber : http://medaddicts.blogspot.com/2012/12/glasgow-coma-scale-or-gcs.html

Page 2: Soal Bedah Matrikulasi_gilang

BEDAH SARAF BRAWIJAYA

58. laki-laki 25th, datang ke UGD dg keluhan penurunan kesadaran. 2 jam sebelum ke

RS px dibawa ke PKM dan dinyatakan rawat jalan. Menurut penolong pasien sempat

pingsan kemudian sadar lagi. 1 jam setelah pulang dari PKM, px mengeluh sakit kepala,

mual, muntah, sampai mengalami penurunan kesadaran. PF:GCS 11, ditemukan vulnus

ekskoriasi dibagian temporal kiri. Dx px tsb?

a.EDH

b.SDH

c.ICH

d.SAH

e.IVH

Jawaban : EDH

Pembahsan :

Secara Morfologi cedera kepala dibagi atas :

a. Fraktur kranium

Fraktur kranium dapat terjadi pada atap atau dasar tengkorak, dan dapat

terbentuk garis atau bintang dan dapat pula terbuka atau tertutup. Fraktur dasar

tengkorak biasanya merupakan pemeriksaan CT Scan untuk memperjelas garis

frakturnya. Adanya tanda-tanda klinis fraktur dasar tengkorak menjadikan petunjuk

kecurigaan untuk melakukan pemeriksaan lebih rinci.

Tanda-tanda tersebut antara lain :

⁻ Ekimosis periorbital ( Raccoon eye sign)

⁻ Ekimosis retro aurikuler (Battle`sign )

⁻ Kebocoran CSS ( rhonorrea, ottorhea) dan

⁻ Parese nervus facialis ( N VII )

Sebagai patokan umum bila terdapat fraktur tulang yang menekan ke dalam,

lebih tebal dari tulang kalvaria, biasanya memeerlukan tindakan pembedahan.

b. Lesi Intrakranial

Lesi ini diklasifikasikan dalam lesi local dan lesi difus, walaupun kedua jenis lesi

sering terjadi bersamaan.

Cedera otak difus umumnya menunjukkan gambaran CT Scan yang normal,

namun keadaan klinis neurologis penderita sangat buruk bahkan dapat dalam keadaan

koma. Berdasarkan pada dalamnya koma dan lamanya koma, maka cedera otak difus

Page 3: Soal Bedah Matrikulasi_gilang

dikelompokkan menurut kontusio ringan, kontusio klasik, dan Cedera Aksona Difus

( CAD).

1)      Perdarahan Epidural

Hematoma epidural terletak diantara dura dan calvaria. Umumnya 

terjadi pada regon temporal atau temporopariental akibat pecahnya arteri

meningea media ( Sudiharto 1998). Manifestasi klinik berupa gangguan

kesadaran sebentar dan dengan bekas gejala (interval lucid) beberapa jam.

Keadaan ini disusul oleh gangguan kesadaran progresif disertai kelainan

neurologist unilateral. Kemudian gejala neurology timbul secara progresif

berupa pupil anisokor, hemiparese, papil edema dan gejala herniasi

transcentorial.

Perdarahan epidural difossa posterior dengan perdarahan berasal dari

sinus lateral, jika terjadi dioksiput akan menimbulkan gangguan kesadaran,

nyeri kepala, muntah ataksia serebral dan paresis nervi kranialis. Cirri

perdarahan epidural berbentuk bikonveks atau menyerupai lensa cembung

2) Perdarahan subdural

Perdarahan subdural lebih sering terjadi daripada perdarahan

epidural( kira-kira 30 % dari cedera kepala berat). Perdarahan ini sering

terjadi akibat robeknya vena-vena jembatan yang terletak antara kortek

cerebri dan sinus venous tempat vena tadi bermuara, namun dapat terjadi

juga akibat laserasi pembuluh arteri pada permukaan otak. Perdarahan

subdural biasanya menutupi seluruh permukaan hemisfer otak dan

kerusakan otak dibawahnya lebih berat dan prognosisnya jauh lebih buruk

daripada perdarahan epidural.

3) Kontusio dan perdarahan intracerebral

Kontusio cerebral sangat sering terjadi di frontal dan lobus temporal,

walau terjadi juga pada setiap bagian otak, termasuk batang otak dan

cerebellum. Kontusio cerebri dapat saja terjadi dalam waktu beberapa hari

atau jam mengalami evolusi membentuk perdarahan intracerebral.  Apabila

lesi meluas dan terjadi penyimpangan neurologist lebih lanjut

4) Cedera Difus

Cedera otak difus merupakan kelanjutan kerusakan otak akibat

akselerasi dan deselerasi, dan ini merupakan bentuk yang lebih sering

terjadi pada cedera kepala.

Page 4: Soal Bedah Matrikulasi_gilang

Komosio Cerebro ringan akibat cedera dimana kesadaran tetap tidak

terganggu, namun terjadi disfungsi neurologist yang bersifat sementara

dalam berbagai derajat. Cedera ini sering terjadi, namun karena ringan

sering kali tidak diperhatikan, bentuk yang paling ringan dari kontusio ini

adalah keadaan bingung dan disorientasi tanpa amnesia retrograd, amnesia

integrad ( keadaan amnesia pada peristiwa sebelum dan sesudah cedera)

Komusio cedera klasik adalah cedera yang mengakibatkan menurunya atau

hilangnya kesadaran. Keadaan ini selalu disertai dengan amnesia pasca

trauma dan lamanya amnesia ini merupakan ukuran beratnya cedera.

Hilangnya kesadaran biasanya berlangsung beberapa waktu lamanya dan

reversible. Dalam definisi klasik penderita ini akan sadar kembali dalam

waktu kurang dari 6 jam. Banyak penderita dengan komosio cerebri klasik

pulih kembali tanpa cacat neurologist, namun pada beberapa penderita

dapat timbul deficit neurogis untuk beberapa waktu. Defisit neurologist itu

misalnya : kesulitan mengingat, pusing ,mual, amnesia dan depresi serta

gejala lainnya. Gejala-gejala ini dikenal sebagai sindroma pasca komosio

yang dapat cukup berat. Cedera Aksonal difus ( Diffuse Axonal Injuri,DAI)

adalah dimana penderita mengalami coma pasca cedera yang berlangsung

lama dan tidak diakibatkan oleh suatu lesi masa atau serangan iskemi.

Biasanya penderita dalam keadaan koma yang dalam dan tetap koma selama

beberapa waktu, penderita sering menunjukkan gejala dekortikasi atau

deserebasi dan bila pulih sering tetap dalam keadaan cacat berat, itupun bila

bertahan hidup. Penderita sering menunjukkan gejala disfungsi otonom

seperti hipotensi, hiperhidrosis dan hiperpireksia dan dulu diduga akibat

cedera batang otak primer.

Page 5: Soal Bedah Matrikulasi_gilang

Sumber : http://www.angelfire.com/nc/neurosurgery/Kepalateks.html

59. laki-laki 24 th datang ke UGD RS dengan tidak sadar 2jam setelah KLL, menabrak

truk yang sedang parkir. Pemeriksaan fisik TD 130/90, nadi 58x/menit, RR 20x/menit.

Pemeriksaan neurologis: mata membuka dengan rangsang nyeri, px mengerang, tangan

pasien memegang tangan pemeriksa dengan rangsang nyeri. Berapa GCS dan klasifikasi

klinisnya.

a. GCS 11; CKR

b. GCS 8; CKS

c. GCS 9; CKS

d. GCS 10; CKS

e. GCS 8; CKB

Jawaban : GCS 9, CKS

Pembahasan :

Respon Mata (Eyes)1. Tidak dapat membuka mata2. Mata membuka dengan rangsang nyeri. Biasanya rangsang nyeri pada dasar kuku-

kuku jari; atau tekanan pada supraorbita, atau tulang dada, atau tulang iga3. Mata membuka dengan rangsang suara. (jangan keliru dengan pasien yang baru

terbangun dari tidur, pasien seperti demikian mendapat nilai 4 bukan 3)4. Mata membuka spontanRespon Verbal (V)1. Tidak ada respon suara2. Suara-suara tak berarti (mengerang/mengeluh dan tidak berbentuk kata-kata)3. Kata-kata tidak berhubungan (Berkata-kata acak atau berseru-seru, namun tidak sesuai

percakapan4. Bingung atau disorientasi (pasien merespon pertanyaan tapi terdapat kebingungan dan

disorientasi)5. Orientasi baik (pasien merespon dengan baik dan benar terhadap pernyataan, seperti

nama, umur, posisi sekarang dimana dan mengapa, bulan, tahun, dsb)Respon Motorik (M)1. Tidak ada respon gerakan2. Ekstensi terhadap rangsang nyeri (abduksi jari tangan, bahu rotasi interna, pronasi

lengan bawah,ekstensi pergelangan tangan)3. Fleksi abnormal terhadap rangsang nyeri (adduksi jari-jari tangan, bahu rotasi

interna, pronasi lengan bawah, flexi pergelangan tangan)4. Flexi/penarikan terhadap rangsang nyeri (fleksi siku, supinasi lengan bawah, fleksi

pergelangan tangan saat ditekan daerah supraorbita; menarik bagian tubuh saat dasar kuku ditekan)

Page 6: Soal Bedah Matrikulasi_gilang

5. Dapat melokalisasi nyeri (gerakan terarah dan bertujuan ke arah rangsang nyeri; misal tangan menyilang dan mengarah ke atas klavikula saat area supraorbita ditekan

6. Dapat bergerak mengikuti perintah (melakukan gerakan sederhana seperti yang diminta)

Total GCS : E2V2M5 = 9Didasarkan pada Glasgow Coma Scale (GCS)(1). Cedera kepala ringan (bila GCS 14-15)(2). Cedera kepala sedang (bila GCS 9-13)(3). Cedera kepala berat (bila GCS 3-8)

Sumber :

http://medaddicts.blogspot.com/2012/12/glasgow-coma-scale-or-gcs.html

http://www.angelfire.com/nc/neurosurgery/Kepalateks.html

60. pasien laki-laki usia 19 tahun diantar oleh polisi dengan keadaan tidak sadar. Pasien

tidak memakai helm dan menghantam bibir jalan. Ditemukan luka sobek di dahi,

perdarahan di hidung dan jejas di dada kanan. Pasien membuka mata dengan rangsangan

nyeri, berbicara tidak jelas dan motoric flaksid. Tindakan yang dilakukan:

a bebaskan jalan nafas, O2, observasi

b O2 dan foto rontgen

c bersihkan luka, tampon hidung

d anamnesis, rontgen

e jahit luka dan rontgen

Jawaban : a. bebaskan jalan nafas, O2 , observasi

Pembahasan :

Pengelolaan trauma yang berat memerlukan kejelasan dalam menetapkan prioritas.

Tujuannya adalah segera mengenali cedera yang mengancam jiwa dengan Survey

Primer, seperti :

• Obstruksi jalan nafas

• Cedera dada dengan kesukaran bernafas

• Perdarahan berat eksternal dan internal

• Cedera abdomen

Jika ditemukan lebih dari satu orang korban maka pengelolaan dilakukan berdasar

prioritas (triage) Hal ini tergantung pada pengalaman penolong dan fasilitas yang ada.

Survei ABCDE (Airway, Breathing, Circulation, Disability, Exposure) ini disebut

survei primer yang harus selesai dilakukan dalam 2 - 5 menit.

Page 7: Soal Bedah Matrikulasi_gilang

Prioritas pertama adalah membebaskan jalan nafas dan mempertahankannya agar tetap

bebas.

1. Bicara kepada pasien

Pasien yang dapat menjawab dengan jelas adalah tanda bahwa jalan nafasnya bebas.

Pasien yang tidak sadar mungkin memerlukan jalan nafas buatan dan bantuan

pernafasan.

Penyebab obstruksi pada pasien tidak sadar umumnya adalah jatuhnya pangkal lidah

ke belakang. Jika ada cedera kepala, leher atau dada maka pada waktu intubasi trachea

tulang leher (cervical spine) harus dilindungi dengan imobilisasi in-line.

2. Berikan oksigen dengan sungkup muka (masker) atau kantung nafas

( selfinvlating)

3. Menilai jalan nafas

Tanda obstruksi jalan nafas antara lain :

• Suara berkumur

• Suara nafas abnormal (stridor, dsb)

• Pasien gelisah karena hipoksia

• Bernafas menggunakan otot nafas tambahan / gerak dada paradoks

• Sianosis

Waspada adanya benda asing di jalan nafas.

Jangan memberikan obat sedativa pada pasien seperti ini.

4. Menjaga stabilitas tulang leher

5. Pertimbangkan untuk memasang jalan nafas buatan

Indikasi tindakan ini adalah :

• Obstruksi jalan nafas yang sukar diatasi

• Luka tembus leher dengan hematoma yang membesar

• Apnea

• Hipoksia

• Trauma kepala berat

• Trauma dada

• Trauma wajah / maxillo-facial

Sumber :

www.primarytraumacare.org/wp-content/uploads/.../PTC_INDO.pdf

http://www.scribd.com/doc/54664762/ATLS-advance-trauma-life-support

Page 8: Soal Bedah Matrikulasi_gilang

BEDAH SARAF YARSI

61. Seorang laki-laki 70 tahun dibawa keluarga ke UGD RS dengan keluhan pada saat tidur

tidak dapat dibangunkan dan tidak sadar. Pada pemeriksaan terdengar pasien mengorok.

Apa penyebab paling mungkin dari keadaan di atas?

a. Henti nafas

b. Aspirasi

c. Hipoventilasi

d. Obstruksi jalan nafas

e. Frekuensi nafas menurun

Jawaban : D. Obstruksi jalan nafas

Pembahasan :

Pasien yang tertidur masuk kedalam keadaan tidak sadar sehingga kejadian – kejadian

atau perubahan yang terjadi pada tubuhnya tidak disadari terkecuali rangsang tersebut

sudah membangkitkan dengan adekuat arousal awareness sehingga membuat pasie

terbangun.

Pada kasus, umur pasien sudah lansia dan merupakan salah satu penyebab kelemahan

otot – otot penyangga jalan nafas seperti, otot dasar lidah, otot palatum, otot faring dll.

Hal ini membuat otot tersebut mudah terjatuh dan menutui jalan nafas saat pasien

tertidur. Hal in bisa ditandai dengan suara ngorok saat tertidur. Mengorok saat tidur

merupakan sebuah factor resiko terjadonya sleep apnea yang menyebabkan hipoventilasi

dan membuat tubuh tidak mendapatkan oksigen dengan baik selama tidur serta terjadi

gangguan kualitias istirahat sehingga pasien akan merasa lelah saat terbangun di pagi

hari.

Tidak sadarnya pasien pada kasus bisa disebabkan oleh sumbatan jalan nafas sehingga

terjadi hipoventilasi pada organ – organ seperti otak, jantung dan seluruh tubuh.

Kekurangan oksigen pada otak bisa membuat pasien jatuh pingsan atau tidak sadar.

Ditambah lagi pasien sudah lansia dan sangat memungkinkan tubuhnya tidak

merangsang arousal awareness sehingga pasien tidak terbangun saat tubuhnya

kekurangan oksigen.

Sumber :

http://www.slideshare.net/feriSUCCESaamiin/manajemen-sumbatan-jalan-napas

http://www.nhlbi.nih.gov/health/health-topics/topics/sleepapnea/

Page 9: Soal Bedah Matrikulasi_gilang

62. Pasien kecelakaan di antar ke igd dalam keadaan tidak sadar. Pemeriksaan rangsang

nyeri tidak membuka mata, ekstensi tangan abnormal, dan sesekali mengerang. Berapa

GCS?

a. 3

b. 4

c. 5

d. 6

e. 7

Jawaban : GCS 5

Pembahasan :

Respon Mata (Eyes)1. Tidak dapat membuka mata2. Mata membuka dengan rangsang nyeri. Biasanya rangsang nyeri pada dasar kuku-

kuku jari; atau tekanan pada supraorbita, atau tulang dada, atau tulang iga3. Mata membuka dengan rangsang suara. (jangan keliru dengan pasien yang baru

terbangun dari tidur, pasien seperti demikian mendapat nilai 4 bukan 3)4. Mata membuka spontanRespon Verbal (V)1. Tidak ada respon suara2. Suara-suara tak berarti (mengerang/mengeluh dan tidak berbentuk kata-kata)3. Kata-kata tidak berhubungan (Berkata-kata acak atau berseru-seru, namun tidak sesuai

percakapan4. Bingung atau disorientasi (pasien merespon pertanyaan tapi terdapat kebingungan dan

disorientasi)5. Orientasi baik (pasien merespon dengan baik dan benar terhadap pernyataan, seperti

nama, umur, posisi sekarang dimana dan mengapa, bulan, tahun, dsb)Respon Motorik (M)1. Tidak ada respon gerakan2. Ekstensi terhadap rangsang nyeri (abduksi jari tangan, bahu rotasi interna, pronasi

lengan bawah,ekstensi pergelangan tangan)3. Fleksi abnormal terhadap rangsang nyeri (adduksi jari-jari tangan, bahu rotasi

interna, pronasi lengan bawah, flexi pergelangan tangan)4. Flexi/penarikan terhadap rangsang nyeri (fleksi siku, supinasi lengan bawah, fleksi

pergelangan tangan saat ditekan daerah supraorbita; menarik bagian tubuh saat dasar kuku ditekan)

5. Dapat melokalisasi nyeri (gerakan terarah dan bertujuan ke arah rangsang nyeri; misal tangan menyilang dan mengarah ke atas klavikula saat area supraorbita ditekan

6. Dapat bergerak mengikuti perintah (melakukan gerakan sederhana seperti yang diminta)

Sumber : http://medaddicts.blogspot.com/2012/12/glasgow-coma-scale-or-gcs.html

Page 10: Soal Bedah Matrikulasi_gilang

63. Seorang pria berusia 25 tahun dibawa ke UGD oleh orang tuanya karena tidak sadarkan

diri sejak 2 jam yg lalu. Pasien mengalami cedera kepala karena terjatuh dari motor 1

hari yang lalu. Pada pemeriksaan fisik ditemukaan kondisi pasien dalam keadaan

deserebrasi. Berapa GCSnya?

a. E1M2V1b. E2M1V2 c. E1M1V2d. E2M2V1e. E2M4VIJawaban : a E1M2V1

Pembahasan :

Respon Mata (Eyes)1. Tidak dapat membuka mata2. Mata membuka dengan rangsang nyeri. Biasanya rangsang nyeri pada dasar kuku-

kuku jari; atau tekanan pada supraorbita, atau tulang dada, atau tulang iga3. Mata membuka dengan rangsang suara. (jangan keliru dengan pasien yang baru

terbangun dari tidur, pasien seperti demikian mendapat nilai 4 bukan 3)4. Mata membuka spontanRespon Verbal (V)1. Tidak ada respon suara2. Suara-suara tak berarti (mengerang/mengeluh dan tidak berbentuk kata-kata)3. Kata-kata tidak berhubungan (Berkata-kata acak atau berseru-seru, namun tidak sesuai

percakapan4. Bingung atau disorientasi (pasien merespon pertanyaan tapi terdapat kebingungan dan

disorientasi)5. Orientasi baik (pasien merespon dengan baik dan benar terhadap pernyataan, seperti

nama, umur, posisi sekarang dimana dan mengapa, bulan, tahun, dsb)Respon Motorik (M)1. Tidak ada respon gerakan2. Ekstensi terhadap rangsang nyeri (abduksi jari tangan, bahu rotasi interna, pronasi

lengan bawah,ekstensi pergelangan tangan) / deserebrasi3. Fleksi abnormal terhadap rangsang nyeri (adduksi jari-jari tangan, bahu rotasi

interna, pronasi lengan bawah, flexi pergelangan tangan) / dekortikasi4. Flexi/penarikan terhadap rangsang nyeri (fleksi siku, supinasi lengan bawah, fleksi

pergelangan tangan saat ditekan daerah supraorbita; menarik bagian tubuh saat dasar kuku ditekan)

5. Dapat melokalisasi nyeri (gerakan terarah dan bertujuan ke arah rangsang nyeri; misal tangan menyilang dan mengarah ke atas klavikula saat area supraorbita ditekan

6. Dapat bergerak mengikuti perintah (melakukan gerakan sederhana seperti yang diminta)

Sumber : http://medaddicts.blogspot.com/2012/12/glasgow-coma-scale-or-gcs.html

Page 11: Soal Bedah Matrikulasi_gilang

64. Seorang pasien laki-laki usia 15 tahun dibawa ke UGD oleh pihak kepolisian karena

kecelakaan lalu lintas. Pasien pengguna sepeda yang ditabrak oleh mobil. Sesaat setelah

kecelakaan pasien pingsan dan pasien sempat sadar setelah itu lalu menceritakan kepada

polisi mengenai kecelakaan tersebut, saat tiba di UGD RS pasien mengalami penurunan

kesadaran. Pada pemeriksaan GCS pasien 7 (E2M3V2) TD: 90/60 mmHg, HR:

116x/menit, R: 28x/menit, pada pemeriksaan fisik ditemukan jejas pada temporoparietal,

pupil isokor diameter 2mm, refleks cahaya +/+. Apakah diagnosis pada pasien tersebut?

a. Cedera kepala berat dengan hematom serebral

b. Cedera kepala berat dengan hematom epidural

c. Cedera kepala berat dengan hematom subdural

d. Cedera kepala ringan dengan hematom subdural

e. Cedera kepala ringan dengan hematom intraserebral

Jawaban : b. Cedera kepala berat dengan epidural hematom

Pembahasan :

Respon Mata (Eyes)1. Tidak dapat membuka mata2. Mata membuka dengan rangsang nyeri. Biasanya rangsang nyeri pada dasar kuku-

kuku jari; atau tekanan pada supraorbita, atau tulang dada, atau tulang iga3. Mata membuka dengan rangsang suara. (jangan keliru dengan pasien yang baru

terbangun dari tidur, pasien seperti demikian mendapat nilai 4 bukan 3)4. Mata membuka spontanRespon Verbal (V)1. Tidak ada respon suara2. Suara-suara tak berarti (mengerang/mengeluh dan tidak berbentuk kata-kata)3. Kata-kata tidak berhubungan (Berkata-kata acak atau berseru-seru, namun tidak sesuai

percakapan4. Bingung atau disorientasi (pasien merespon pertanyaan tapi terdapat kebingungan dan

disorientasi)5. Orientasi baik (pasien merespon dengan baik dan benar terhadap pernyataan, seperti

nama, umur, posisi sekarang dimana dan mengapa, bulan, tahun, dsb)Respon Motorik (M)1. Tidak ada respon gerakan2. Ekstensi terhadap rangsang nyeri (abduksi jari tangan, bahu rotasi interna, pronasi

lengan bawah,ekstensi pergelangan tangan) / deserebrasi3. Fleksi abnormal terhadap rangsang nyeri (adduksi jari-jari tangan, bahu rotasi

interna, pronasi lengan bawah, flexi pergelangan tangan) / dekortikasi4. Flexi/penarikan terhadap rangsang nyeri (fleksi siku, supinasi lengan bawah, fleksi

pergelangan tangan saat ditekan daerah supraorbita; menarik bagian tubuh saat dasar kuku ditekan)

Page 12: Soal Bedah Matrikulasi_gilang

5. Dapat melokalisasi nyeri (gerakan terarah dan bertujuan ke arah rangsang nyeri; misal tangan menyilang dan mengarah ke atas klavikula saat area supraorbita ditekan

6. Dapat bergerak mengikuti perintah (melakukan gerakan sederhana seperti yang diminta)

Didasarkan pada Glasgow Coma Scale (GCS)(1). Cedera kepala ringan (bila GCS 14-15)(2). Cedera kepala sedang (bila GCS 9-13)(3). Cedera kepala berat (bila GCS 3-8)

Perdarahan Epidural

Hematoma epidural terletak diantara dura dan calvaria. Umumnya  terjadi pada

regon temporal atau temporopariental akibat pecahnya arteri meningea media ( Sudiharto

1998). Manifestasi klinik berupa gangguan kesadaran sebentar dan dengan bekas gejala

(interval lucid) beberapa jam. Keadaan ini disusul oleh gangguan kesadaran progresif

disertai kelainan neurologist unilateral. Kemudian gejala neurology timbul secara

progresif berupa pupil anisokor, hemiparese, papil edema dan gejala herniasi

transcentorial.

Perdarahan epidural difossa posterior dengan perdarahan berasal dari sinus lateral,

jika terjadi dioksiput akan menimbulkan gangguan kesadaran, nyeri kepala, muntah

ataksia serebral dan paresis nervi kranialis. Cirri perdarahan epidural berbentuk

bikonveks atau menyerupai lensa cembung

Gejala yang sangat menonjol ialah kesadaran menurun secara progresif. Pasien

dengan kondisi seperti ini seringkali tampak memar di sekitar mata dan di belakang

telinga. Sering juga tampak cairan yang keluar pada saluran hidung atau telinga. Pasien

seperti ini harus diobservasi dengan teliti.

Setiap orang memiliki kumpulan gejala yang bermacam-macam akibat dari cedera

kepala. Banyak gejala yang muncul bersaman pada saat terjadi cedera kepala.

Gejala yang sering tampak :

Penurunan kesadaran, bisa sampai koma

Bingung

Penglihatan kabur

Susahbicara

Nyeri kepala yang hebat

Keluar cairan darah dari hidung atau telinga

Nampak luka yang dalam atau goresan pada kulit kepala.

Mual

Page 13: Soal Bedah Matrikulasi_gilang

Pusing

Berkeringat

Pucat

Pupil anisokor, yaitu pupil ipsilateral menjadi melebar.

Pada tahap kesadaran sebelum stupor atau koma, bisa dijumpai hemiparese atau

serangan epilepsi fokal. Pada perjalananya, pelebaran pupil akan mencapai maksimal dan

reaksi cahaya pada permulaan masih positif menjadi negatif. Inilah tanda sudah terjadi

herniasi tentorial. Terjadi pula kenaikan tekanan darah dan bradikardi.  Pada tahap akhir,

kesadaran menurun sampai koma dalam, pupil kontralateral juga mengalami pelebaran

sampai akhirnya kedua pupil tidak menunjukkan reaksi cahaya lagi yang merupakan

tanda kematian. Gejala-gejala respirasi yang bisa timbul berikutnya, mencerminkan

adanya disfungsi rostrocaudal batang otak.

Sumber :

http://medaddicts.blogspot.com/2012/12/glasgow-coma-scale-or-gcs.html

http://www.angelfire.com/nc/neurosurgery/Kepalateks.html

65. Laki-laki, 32 tahun, KLL 2 jam yang lalu, terdapat vulnus appertum 5cm di

temporoparietal kanan. TD: 130/90 N:105x/m. Pasien mengerang saat diperiksa,

Membuka mata saat dirangsang nyeri dan tangan pasien menghampiri tangan pemeriksa

saat. Pada pemeriksaan fisik pupil kanan lebih besar dari pupil kiri, refleks kedua pupil

menurun saat diberi cahaya. Saat diperiksa pasien kejang-kejang.

Perdarahan apakah yang dialami pasien tersebut?

a. Perdarahan Epidural

b. Perdarahan Subdural

c. Perdarahan Subarachnoid

d. Perdarahan Intraserebral

e. Perdarahan Intraventrikular

Jawaban : Perdarahan Subarachnoid

Pembahasan :

Perdarahan subaraknoid adalah perdarahan tiba-tiba ke dalam rongga diantara

otak dan selaput otak (rongga subaraknoid). diantara lapisan dalam (pia mater) dan

lapisantengah (arachnoid mater) para jaringan yang melindungan otak (meninges).

Subarachnoidhemorrhage adalah gangguan yang mengancam nyawa yang bisa cepat

menghasilkan cacat permanen yang serius.

Page 14: Soal Bedah Matrikulasi_gilang

Sebelum pecah aneurysm biasanya tidak menyebabkan gejala gejala sampai

menekan saraf atau bocornya darah dalam jumlah sedikit, biasanya sebelum

pecahnya besar (yang menyebabkan sakit kepala). Kemudian menghasilkan tanda

bahaya, seperti berikut di bawah ini :

Sakit kapala, yang bisa tiba-tiba tidak seperti biasanya dan berat

(kadangkala disebutsakit kepala thunderclap).

Nyeri muka atau mata.

Penglihatan ganda.

Kehilangan penglihatan sekelilingnya.

Tanda bahaya bisa terjadi hitungan menit sampai mingguan sebelum pecah. Orang

harus melaporkan segala sakit kepala yang tidak biasa kepada dokter dengan segera.Peca

hnya bisa terjadi karena hal yang tiba-tiba, sakit kepala hebat yang memuncak dalam

hitungan detik. Hal ini seringkali diikuti dengan kehilangan kesadaran yang singkat.Ham

pir separuh orang yang terkena meninggal sebelum sampai di rumah sakit. Beberapa

orang tetap dalam koma atau tidak sadar. Yang lainnya tersadar, merasa pusing dan

mengantuk. Mereka bisa merasa gelisah. Dalam hitungan jam atau bahkan menit,

orang bisa kembali menjadi mengantuk dan bingung. Mereka bisa menjadi tidak bereaksi

dan sulit untuk bangun. Dalam waktu 24 jam, darah dan cairan cerebrospinal disekitar

otak melukai lapisan pada jaringan yang melindungi otak (meninges), menyebabkan

leher kakusama seperti sakit kepala berkelanjutan, sering muntah, pusing, dan rasa sakit

di punggung bawah. Frekwensi  naik turun pada detak jantung dan bernafas seringkali

terjadi, kadang kala disertai kejang. Sekitar 25% orang mengalami gejala-gejala yang

mengindikasikan kerusakan pada bagian spesifik pada otak, seperti berikut di bawah ini :

Kelelahan atau lumpuh pada salah satu bagian tubuh (paling sering terjadi).

Kehilangan perasa pada salah satu bagian tubuh.

Kesulitan memahami dan menggunakan bahasa (aphasia).

Gangguan hebat bisa terjadi dan menjadi permanen dalam hitungan menit atau jam.

Demam adalah hal yang biasa selama 5 sampai 10 hari pertama.

a. Nyeri kepala

Pasien mengalami onset mendadak nyeri kepala yang hebat.

Nyeri kepala prodromal (peringatan) dari kebocoran darah kecil (ditun

juk sebagai nyeri kepala sentinel) dilaporkan pada 30-50% aneurisma

PSA.

Page 15: Soal Bedah Matrikulasi_gilang

Nyeri kepala sentinel dapat muncul beberapa jam sampai beberapa

bulan sebelum ruptur, dengan nilai tengah yang dilaporkan adalah 2

minggu sebelum diagnosa PSA.

Kebocoran kecil umumnya tidak memperlihatkan tanda-tanda peningk

atan tekanan intrakranial (TIK) atau rangsang meningeal.

Kebocoran kecil bukanlah gambaran MAV.

Lebih dari 25% pasien mengalami kejang mendekati onset akut;

lokasi pusat kejang tidak ada hubungannya dengan lokasi aneurisma.

b. Mual dan/atau muntah

c. Gejala rangsang meningeal (misal kaku kuduk, low back pain, nyeri

tungkai bilateral): ini terlihat pada lebih dari 75% kasus PSA, namun kebanyakan

membutuhkan waktu berjam-jam untuk terbentuk.

d. Fotofobia dan perubahan visus

e. Hilangnya kesadaran; sekitar setengah pasien mengalami hal ini ketika

onset perdarahan.

Pemeriksaan Fisik  

a. Kelainan neurologis global atau fokal pada lebih dari 25% pasien

b. Sindroma kompresi nervus kranialis

Kelumpuhan nervus okulomotorius (aneurisma arteri komunis posterior)dengan atau

tanpa midriasis ipsilateral.

Kelumpuhan nervus abdusen.

Hilangnya penglihatan monokuler (aneurisma arteri oftalmika menekan

nervusoptikus ipsilateral)

c. Defisit motorik dari aneurisma arteri serebral media pada 15% pasien

d. Tidak ada tanda-tanda lokal pada 40% pasien\

e. Kejang

f. Tanda-tanda oftalmologis

Perdarahan retina subhyaloid (perdarahan bulat kecil, mungkin terlihatminiskus, dekat

dengan pangkal nervus optikus), perdarahan retina lainnya.

Edema papil

g. Tanda – tanda vital

Sekitar setengah pasien memiliki peningkatan tekanan darah (TD) ringan sampai

sedang.

TD menjadi labil seiring meningkatnya TIK.

Page 16: Soal Bedah Matrikulasi_gilang

Demam tidak biasa pada awalnya namun umum setelah hari keempat darigangguan

darah didalam ruang subarachnoid.

Takikardi mungkin muncul selama beberapa hari setelah kejadian perdarahan

Sumber :

http://www.scribd.com/doc/54953550/Perdarahan-Subarachnoid

http://www.angelfire.com/nc/neurosurgery/Kepalateks.html

BEDAH SARAF PURWOKERTO JOGJA SOLO

66. Pasien datang ke IGD setelah mengalami KLL 2 jam yang lalu. Dari pemeriksaan, pasien

membuka mata dengan rangsang nyeri, mengerang tanpa arti, dan menangkis tangan

pemerksa bila dirangsang nyeri. Berapa GCS nya....

a. 7

b. 8

c. 9

d. 10

e. 11

Jawaban : E2V2M5 = 9

Pembahasan : idem diatas

67. Pasien datang ke IGD setelah mengalami KLL 2 jam yang lalu. saat datang, pasien tidak

sadar. Lalu sadar, dan saat diperiksa pasien teriak-teriak. Apa penyebabnya....

a. Pasien kesakitan

b. Perdarahan epidural

c. Perdarahan subdural

d. Perdarahan intra serebral

e. Gejala psikotik/halusinansi

Jawaban :

Anamnesis kurang, logisnya ya pasien kesakitan..

BEDAH UNDIP

Page 17: Soal Bedah Matrikulasi_gilang

68. perempuan 35 th. Keluhan benjolan dipayudara kiri 1 th yll. Nyeri (-). Pada PF terdapat

massa tidak berbatas tegas,padat. Pada biopsi = ada kelenjar payudara yg dikelilingi

sebukan padat,limfosit, sel epielioid dan sel datia langhans. DX?

a. mastitis akut

b. masitits kronik non spesifik

c. mastitis TBC

d. mastitis e.c jamur

e. mastitis kronik eksaserbasi akut

Jawaban : mastitis e.c jamur

Pembahasan :

Langhans cells are often found in transbronchial lung biopsies or lymph node biopsies in

patients suffering from sarcoidosis.[5]

Langhans giant cells (also known as Pirogov-Langhans cells[1]) are large cells found

in granulomatous conditions.

They are formed by the fusion of epithelioid cells (macrophages), and contain nuclei arranged in a

horseshoe-shaped pattern in the cell periphery.[2]

Although traditionally their presence was associated with tuberculosis, they are not specific for

tuberculosis or even for mycobacterial disease. In fact, they are found in nearly every form of

granulomatous disease, regardless of etiology.

Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Langhans_giant_cell