STABILISASI TANAH

Embed Size (px)

Citation preview

STABILISASI TANAH DENGAN SEMENSemen adalah perekat hidraulis bahan bangunan, artinya akan jadi perekatan bila bercampur dengan air. Bahan dasar semen pada umumnya ada 3 macam yaitu klinker/terak (70% hingga 95%, merupakan hasil olahan pembakaran batu kapur, pasir silika, pasir besi dan lempung), gypsum (sekitar 5%, sebagai zat pelambat pengerasan) dan material ketiga seperti batu kapur, pozzolan, abu terbang, dan lain-lain.Jika unsur ketiga tersebut tidak lebih dari sekitar 3 % umumnya masih memenuhi kualitas tipe 1 atau OPC (Ordinary Portland Cement). Namun bila kandungan material ketiga lebih tinggi hingga sekitar 25% maksimum, maka semen tersebut akan berganti tipe menjadi PCC (Portland Composite Cement).Jenis Semen menurut Standarisasi Nasional Indonesia (SNI) antara lain :Semen Portland Putihdigunakan untuk pekerjaan penyelesaian (finishing), sebagai filler atau pengisi. Semen jenis ini dibuat dari bahan utama kalsit (calcite) limestone murni.Semen Portland PozolanProduk ini lebih tepat digunakan untuk bangunan umum dan bangunan yang memerlukan ketahanan sulfat dan panas hidrasi sedang, seperti: jembatan, jalan raya, perumahan, dermaga, beton massa, bendungan, bangunan irigasi dan fondasi pelat penuh.Semen Portlandadalah jenis yang paling umum dari semen dalam penggunaan umum di seluruh dunia karena merupakan bahan dasar beton, dan plesteran semen.Semen Portland Campursuatu bahan pengikat hidrolis hasil penggilingan bersama-sama dari terak semen portland dan gips dengan satu atau lebih bahan anorganik yang bersifat tidak bereaksi (inert).Semen MansonrySemen ini lebih tepat digunakan untuk konstruksi perumahan gedung, jalan dan irigasi. Dapat juga digunakan untuk bahan baku pembuatan genteng beton, paving block, tegel dan bahan bangunan lainnya.Semen Portland Kompositdigunakan untuk bangunan-bangunan pada umumnya, sama dengan penggunaan Semen Portland Tipe I dengan kuat tekan yang sama. PCC mempunyai panas hidrasi yang lebih rendah selama proses pendinginan dibandingkan dengan Semen Portland Tipe I, sehingga pengerjaannya akan lebih mudah dan menghasilkan permukaan beton/plester yang lebih rapat dan lebih halus.

Semen Portland / Ordinary Portland Cement (OPC) ada 5 jenis yaitu :1.Portland Cement Type I (Ordinary Portland Cement)Semen portland tipe I merupakan jenis semen yang paling banyak dibutuhkan oleh masyarakat luas dan dapat digunakan untuk seluruh aplikasi yang tidak membutuhkan persyaratan khusus. Contohnya, ketika pemilik rumah atau tukang batu yang sedang mengerjakan proyek atau merenovasi rumah tinggal akan membeli semen di toko bangunan, mereka hanya menyebut semen, tanpa menyebut jenis semen apa yang seharusnya digunakan atau cocok dengan lingkungan pemukiman mereka berada. antara lain : bangunan, perumahan, gedung-gedung bertingkat, jembatan, landasan pacu dan jalan raya.2.Portland Cement Type II (Moderate sulfat resistance)Semen Portland Tipe II merupakan semen dengan panas hidrasi sedang atau di bawah semen Portland Tipe I serta tahan terhadap sulfat. Semen ini cocok digunakan untuk daerah yang memiliki cuaca dengan suhu yang cukup tinggi serta pada struktur drainase. Semen Portland tipe II ini disarankan untuk dipakai pada bangunan seperti bendungan, dermaga dan landasan berat yang ditandai adanya kolom-kolom dan dimana proses hidrasi rendah juga merupakan pertimbangan utama.3.Portland Cement Type III (High Early Strength Portland Cement)Jenis ini memperoleh kekuatan besar dalam waktu singkat, sehingga dapat digunakan untuk perbaikan bangunan beton yang perlu segera digunakan atau yang acuannya perlu segera dilepas. Selain itu juga dapat dipergunakan pada daerah yang memiliki temperatur rendah, terutama pada daerah yang mempunyai musim dingin. Kegunaan pembuatan Jalan beton, landasan lapangan udara, bangunan tingkat tinggi, bangunan dalam air yang tidak memerlukan ketahanan terhadap sulfat.4.Portland Cement Type IV (Low Heat Of Hydration)Tipe semen dengan panas hidrasi rendah. Semen tipe ini digunakan untuk keperluan konstruksi yang memerlukan jumlah dan kenaikan panas harus diminimalkan. Oleh karena itu semen jenis ini akan memperoleh tingkat kuat beton dengan lebih lambat ketimbang Portland tipe I. Tipe semen seperti ini digunakan untuk struktur beton masif seperti dam gravitasi besar yang mana kenaikan temperatur akibat panas yang dihasilkan selama proses curing merupakan faktor kritis. Cocok digunakan untuk daerah yang bersuhu panas.5.Portland Cement Type V (Sulfat Resistance Cement)Semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan tinggi terhadap sulfat. Cocok digunakan untuk pembuatan beton pada daerah yang tanah dan airnya mempunyai kandungan garam sulfat tinggi. Sangat cocok untuk instalasi pengolahan limbah pabrik, konstruksi dalam air, jembatan, terowongan, pelabuhan,dan pembangkit tenaga nuklir.TATA CARA PEMBUATAN RENCANA STABILISASI TANAHDENGAN SEMEN PORTLAND

Stabilisasi tanah dengan semen adalah campuran tanah dengan semen dan air dengan komposisi tertentu sehingga tanah tersebut mempunyai sifat lebih baik dari tanah semula. Tujuan tata cara ini adalah untuk mendapatkan komposisi dan mutu stabilisasi tanah dengan semen sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta mencegah kegagalan dalam pelaksanaan di lapangan dalam pekerjaan konstruksi.Persyaratan bahan sebagai berikut :1.Tanaha.Semua jenis tanah cocok distabilisasi dengan semen terutama tanah yang berbutir yaitu :tanah laterit atau lateritistanah kepasiransirtub.Perencanaan campuran harus disesuaikan dengan variabilitas material di lokasi pelaksanaan.2.Semena.semen yang digunakan untuk stabilisasi umumnya adalah semen portland tipe I.b.harus dilakukan pengujian waktu ikat awal dari semen sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk pengujian

Peralatan yang digunakan sebagai berikut :a.alat pencampur tanah dan semen serta air di lapangan dapat digunakan salah satu dari alat-alat berikut ini, sesuai dengan ketebalan yang direncanakan, yaitu :alat pencampur di lapangan;alat pencampur pupuk atau alat pertanian lainnya yang dapat digunakan alat pencampur;alat pembentuk permukaan tanah;alat pencampur berjalan yaitu : alat pencampur menerus dan tempat pencampur berjalan;alat pencampur rotor;manual dengan cangkul atau alat lainnya untuk pekerjaan volume kecil.b.alat pembentuk permukaan tanah;alat penghampar, yaitu :truk jungkit;(alat penyebar mekanik;manual.tangki air yang dilengkapi distributor untuk penyiraman selama pencampuran dan pemadatan.alat pemadat, yaitu :pemadat roda karet;pemadat roda tandem besi;alat bantu, yaitu :penggaruk;sekop;roda dorong dan alat bantu lainnya yang diperlukan

Persiapan tanah di lapangan, harus memenuhi ketentuan berikut :1)tanah dasar yang akan distabilisasi harus bebas dari bahan organis dan lainnya yang tidak dikehendaki;2)kadar air tanah harus tetap pada kadar air optimumnya;3)tanah harus gembur 80% lolos saringan ASTM No. 4;4)tebal padat harus memperhitungkan keofisien pemadatan waktu pekerjaan pemadatan.

Percobaan lapangan harus memenuhi ketentuan berikut :1.percobaan pencampuran minimal sepanjang 200 m;2.homogenitas campuran di lapangan sangat tergantung dari faktor efisiensi (FE) dari alat pencampur yang digunakan yaitu :alat pembentuk mekanik : 40% - 50%alat pencampur rotor : 60% - 80%instalasi pencampur : 80% - 100%3.kadar semen yang diperlukan di lapangan ditentukan sebagai berikut :kuat tekan bebas sesuai dengan ketentuan yang berlaku (qu.lap);kuat tekan bebas lapangan terkoreksi sama dengan qu.lap. pada butir (1) dibagi dengan FE alat :qu.koreksi = qu.lap/FE . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (1)jumlah kadar semen di lapangan ditentukan dan memplotkan qu.lap terkoreksi ke dalam grafik hubungan qu.lap dengan kadar semen.4.pencampuran dan penghamparan;semen dihamparkan secara merata dengan cara manual atau dengan alat penyebar mekanik sesuai Tabel di bawah ini :KemasanCara menghampar semen

Kantong 40 kg

Bentuk curah-Tenaga Manusia-Cangkul mekanik / sekop mekanik-Alat pencampur pupuk (alat pertanian)

-Alat penghampar dengan cyclone

tebal campuran di lapangan sebelum dipadatkan disesuaikan dengan yang direncanakan dan kemampuan alat pencampur, yaitu 30 cm lepas.

Ketentuan pemadatan, sebagai berikut :1.tebal padat setiap lapisan adalah 15 20 cm; jumlah lintasan ditentukan berdasarkan percobaan alat; pemadatan harus mencapai 95% kepadatan laboratorium;2.bila akan memadatkan bagian berikutnya, bagian tepi yang akan disambung dan sudah dipadatkan harus dipotong tegak lurus dan roda pemadat tidak menggilas bagian yang sudah dipadatkan terlebih dahulu sewaktu menggilas bagian yang baru;3.selama melaksanakan pekerjaan stabilisasi tanah dengan semen, sebaiknya dilakukan4.sebelum waktu ikat awal terlampaui setelah selesai pencampuran tanah dengan semen.4.Ketentuan perawatan dan perlindungan, sebagai berikut :1.setelah pemadatan lapangan stabilisasi tanah dengan semen harus ditutup untuk menghindari perubahan kadar air selama 4 hari supaya dapat berhidrasi secara sempurna;2.selama masa perawatan, permukaan stabilisasi tanah dengan semen tidak boleh dilewati lalu lintas atau alat-alat berat.2.

Pengendalian mutu terdiri dari pengendalian mutu persiapan tanah dan pengendalian mutustabilisasi tanah dengan semen, yang meliputi :1.pemeriksaan kerataan;2.pemeriksaan penggemburan;3.pemeriksaan pencampuran;4.pemeriksaan kepadatan;5.pemeriksaan ketebalan;6.perawatan.6.Pemeriksaan ketebalan, sebagai berikut :1.ketebalan hasil stabilisasi tanah dengan semen diperiksa pada setiap jarak 50 meter;2.tebal pada stabilisasi dengan semen yang sudah selesai, tidak boleh kurang dari 1,25 cm dari tebal rencana.2.

Langkah-langkah cara pengerjaan stabilisasi tanah dengan semen di lapangan, sebagai berikut :1.gemburkan tanah pada lokasi yang akan distabilisasi setelah dibersihkan dari kotoran organik;2.hamparkan tanah yang akan distabilisasi dengan semen di atas permukaan tanah yang telah dipersiapkan, bila tanah tersebut didatangkan dari luar;3.campurkan semen pada tanah dengan beberapa cara sesuai Tabel 2, (Cara Penghamparan Semen);4.tanah dan semen diaduk sampai merata selama pengadukan dapat ditambahkan air bila diperlukan dan pemberian air dilakukan secara bertahap sampai memenuhi ketentuan yang berlaku (3% kadar air optimum);5.ratakan tanah yang sudah dicampur semen sebelum mulai dengan pemadatan;6.padatkan segera dalam waktu tidak lebih daripada waktu ikat awal setelah pencampuran, pekerjaan akhir tiap hari di lapangan adalah pekerjaan pemadatan;7.lakukan pemadatan sesuai dengan Bab III, sub bab 3.5;8.lakukan pemadatan dari tepi menuju ke tengah sejajar sumbu jalan pada bagian yang lurus; sedangkan pada tikungan dilakukan dari bagian yang rendah ke bagian yang tinggi sejajar sumbu jalan, demikian pula pada tanjakan, pemadatan dilakukan dari yang rendah menuju ke tempat yang tinggi sejajar sumbu jalan;9.lakukan pemadatan awal dengan pemadat roda karet; pada lintasan pertama roda penggerak dari mesin penggilas ditempatkan di depan; setelah pemadatan awal jika masih perlu diratakan dan dibentuk, dipakai alat pembentuk mekanik;10.lakukan pemadatan akhir dengan alat pemadat roda tandem, setelah kerataan memenuhi ketentuan yang berlaku;11.usahakan supaya selama pekerjaa, konstruksi lapis permukaan tidak menjadi kering;12.lakukan pengendalian mutu selama pelaksanaan, pengamatan kelembaban dilakukan untuk menentukan efektivitas cara perawatan yang digunakan.

Perbaikan TanahPerkuatan Tanah/Stabilitas Tanah/Perbaikan Tanah

Pengidentifikasikan TanahJenis-jenis tanahUsaha-usaha perbaikan tanahPrisip perkuatan dan perbaikan tanahKaraktersitik tanah lunakPerkuatan tanah dengan penambahan bahan additivePerkuatan tanah secara matematisTeknologi Perbaikan tanah secara perkuatanGeotextileGeomembranGeogridRetaining Wall System

.1. Umum

Teknologi sipil bukan hanya sekadar ilmu terapan tetapi berhubungan dengan pemecahan masalah nyata dalam kehidupan manusia kesehariannya yang mana berdampak pada kualitas hidup masyarakat.Ahli Teknik Sipil melayani kebutuhan masyarakat melalui penerapan penerapan teknologi ketekniksipilan baik dalam perencanaan maupun penerapannya dilapangan. Ada beberapa cabang ilmu yang dipelajari pada Teknik Sipil, tetapi Rekayasa geoteknik (geotechnical Engineering) dan Mekanika Tanah yangsudah berkembang.Berkembangnya ilmu pengetahuan seiring dengan kebutuhan hidup masyarakat salah satunya bidang Geologi Teknik yang didalamnya mencakup stabilitas tanah, stabilitas lereng, reklamasi tanah, dsb.

Beberapa contoh teknologi dibidang rekayasa sipil yang ada pada saat ini yang sangat membantu dalam penyelesaiannya pada penanggulangan perkuatan tanah.

Pembangunan jalan diatas tanah lunak dengan metode:a. Penggunaan cerucuk kayu yang berfungsi sebagai settlement reducer, yang walaupun memiliki kelemahan keterbatasan umur material namun telah terbukti dan diterima sebagai suatu sistem.b. Penggunaan sistem Corduroy/geotextile bagian dari tanah soil reinforcement untuk menaklukkan kuat geser.c. Penggunaan sistem Cakar ayam yang dikombinasikan dengan geotextile diatas tanah lunak.d. Menggunakan cerucuk matras beton dengan komponen cerucuk dan matras dimana setiap unit pelat matras masing-masing berada disebuat titik/cerucut.e. Penggunaan bahan expandsed Polysstyrene yang yang mempunyai berat jenis sangat rendah untuk konstruksi timbunan jalan raya, maupun sebagai lapisan pendukung fondasi diatas tanah lunak sehingga memperkeciltegangan yang bekerja.

Perkuatan tanah juga merupakan cara menstabilkan kondisi tanah. Baik itu dalam posisi datar maupun miring. Posisi kontur tanah miring yang disebut lereng. Lereng tanah dapat terjadi disebabkan karena secara alamiah maupun disengaja dibuat karena dibutuhan ruang atau dataran pada suatu daerah yang lebih rendah atau lebih tinggi dari muka tanah aslinya.Pembuatan jalan misalnya pada suatu daerah perbukitan tidak dapat dihindari untuk tidak membuat lereng-lereng tanah yang sering kali cukup curam agar didapat geometric jalan yang memenuhi persyaratan pembuatan kontur jalan.Untuk perkuatan lereng dan sebagainya dapat diatas dengan menggunakan beberapa cara seperti penggunaan geotextile atau retaining wall.

A. Jenis TanahDalam ilmu teknik sipil, jenis tanah dilihat dari besar butiran tanah. Secara garis besar dikedalaman tanah terdapat tanah yang mengandung butiran berdiameter besar seperti pasir/ krikil, batuan dan tanah berbutir halus seperti lanau, lempung.Tanah berbutir halus pada umumnya mempunyai kekuatan gesernya lebih rendah dari tanah berbutir besar. Tanah berbutir halus yang sering dijumpai adalah lempung atau lanau yang mempunyai tingkat kestabilan rendah, oleh karena itu perlu diadakannya perbaikan tanah.Dalam praktek usaha perbaikan tanah sering dijumpai dari cara yang tradisional sampai cara yang moderat. Kedua cara tersebut dapat diteriman tetapi secara ekonomi pada prinsipnya adalah stabilitas tanah ini untuk mencari alternatif perbaikan tanah yang termurah dan berkondisi cukup stabil.Hampir selalu usaha perbaikan tanah menjadi mahal karena menyangkut perbaikan tanah dalam volume yang sangat besar.Perbaikan tanah selalu ditujukan pada deposit endapan-endapan tanah lempung lunak, disamping banyak juga pada usaha-usaha penimbunan suatu daerah. Daerah dengan lempung lunak dan rawa banyak dijumpai didaerah dataran rendah dan disekitar pantai terutama dimuara sungai besar sebagai tanah endapatn alluvial atau delta.Lapisan tanah berupa kulit bumi umumnya terdiri dari suatu lapisan permukaan, lapisan-lapisan tengah yang biasanya terdiri dari beberapa lapisan. Lapisan bawah biasanya agak keras dan agak membatu atau berupa batuan masif. Tanah lempung sebagai kumpulan butiran tanah yang banyak didapat dialam dan terbentuk pada umur yang panjang. Dimana biasanya juga sebagai tempat kedudukan dari semua benda hidup atau benda mati baik langsung maupun tidak langsung. Material alam ini berupa masa tanah lapisan yang membentang secara luas dan acak dengan tipenya kecuali ada kondisi yang homogen untukkasus khusus.

Masa tanah secara umum juga didefinisikan sebagai masa batuan yang melapuk akibat pengaruh air, udara, temperatur maupun pengaruh bahan kimiawi. Bisa terbentuk ditempat sebagai tanah lateral atau terpindahkan oleh air dan sebagainya sebagai alluvial.Masa tanah dan masa batuan ini sebelumnya terdiri dari mineral-mineral yang bersatu menjadi butiran. Masa tanah yang terbentuk oleh butiran tanah juga ditemukan butir air serta adanya keronggaan udara yang relatif kecil volumenya.

Pada lapisan-lapisan tanah dengan plastisitas tinggi dan dengan kondisi yang agak basah atau pada kadar air lebih dari seratus persen maka usaha-usaha perbaikan tanah akan menjadi sulit dan mahal. Sehingga jenis-jenis tanah didaerah rawa adalah merupakan tipe lapisan tanah yang paling sukar untuk diperbaiki disamping tanah-tanah gambut yang banyak mengandung serat tumbuhan.Tanah yang ada ialah hasil pelapukan dari lapisan batuan ditempat atau pindah sebagai hasil endapan dari sungai yang hidup atau yang telah tiada. Proses ini terjadi dalam skala jutaan tahun dimasa manusia belum ada. Karena proses pelapukan dan endapan itu dijumpai tipe tanah keras, tipe tanah sedang atau tipe tanah lunak sesuai umur dan proses terbentuknya secara alamiah.

Kajian secara makro terhadap tanah lunak adalah: Tipe mineral yang dikandungnya Bentuk pelapisan dan proses pembentukkan Masa batuan yang ada disekitarnya Kekuatan atau tahanan masa lapisannya Tingkat kelapukannya warna fisik dari gumpalan yang ada Bentuk fisik butir sevara visualnya Klasifikasi dan macam masa lapisan Kondisi formasi pelapisan masa lapisan Tipe fisik atau klasifikasi deposit masa. Kajian secara makro terhadap tanah lunak adalah: Tipe mineral yang dikandungnya Bentuk pelapisan dan proses pembentukkan Masa batuan yang ada disekitarnya Kekuatan atau tahanan masa lapisannya Tingkat kelapukannya warna fisik dari gumpalan yang ada Bentuk fisik butir sevara visualnya Klasifikasi dan macam masa lapisan Kondisi formasi pelapisan masa lapisan Tipe fisik atau klasifikasi deposit masa.

Beberapa ilmuan menyatakan bahwa stabilitas suatu tanah baik datar maupun lerang tergantung pada kekuatan geser tanah, sedangkan kekuatan geser tanah tersebut tergantung pada keadaan tanah berupa :Jenis tanahGradasi tanahBentuk butir tanahMineralogi tanahKeadaan air tanahPolusi (pencemaran udara atau air tanah yang dapat mempercepat pelapukan maupun perubahan ikatan antar butir tanah). Keadaan yang datang dari luar yang mempengaruhi stabilitas tanah berupa gaya luar yang bekerja seperti gempa, lalu lintas, iklim, ada tidaknya aliran air tanah dan sebagainya.

Selain jenis tanah maka gradasi tanah atau pembagian butiran tanah juga berpengaruh terhadap kekuatan geser tanah. Secara umum dapat dikatakan bahwa makin baik gradasi tanah akan makin besar kekuatan gesernya. Yang dimaksud dengan gradasi baik adalah gradasi yang tidak homogen artinya besar butirannya bervariasi dari besar hingga kecil sehingga didapat suatu komposisi tanah yang saling mengunci kedua rongga diantara butir-butir yang besar diisi oleh butir yang lebih kecil dan seterusnya. Secara umum tanah dapat diklasifikasikan berdasarkan jenisnya atau kondisi kekasarannya yaitu misalnya tanah pasir, tanah lanau dan tanah lempung atau campuran dan kombinasi dari ketiganya

Tanah juga dapat dibagi berdasarkan sifat phisiknya yaitu:Lempung : Berbuitran halusBerkohesiMasif liatTidak kasat mataLanau : Berbutir sedangTidak berkohesiDapat lepas-lepasAgak kasat mataPasir : Berbutir kasarTidak berkohesiDapat lepas-lepasKasat mata

Dari penelitian dan pengalaman maka ditemukan bahwa ukuran diameter butirantanah menentukan sifat dan prilakunya. Tabel dibawah ini menunjukan klasifikasitanah berdasarkan diameter butirannya yang ditetapkan oleh ASTM.Butiran Diamater, mmKoloidal < 0,0006Lempung 0.0006 a 0,002Lanau halus 0.002 a 0,006Lanau sedang 0,006 a 0,02Lanau kasar 0,02 a 0,06Lanau halus 0,0,062 a 0,2Pasir sedang 0,2 a 0,6Pasir kasar 0,6 a 2Dari uraian diatas maka masa tanah lempung adalah masa tanah dengan diameter kurang dari 0,002 mm atau tidak kasat mata. Tanah-tanah dengan butir halus sangat terikat karena unsur kimiawinya dengan air. Sehingga masa tanah lempung merupakan lapisan yang lemah dan banyak diteliti sifat alamianya maupun karakteristik kelakuanya. Adanya sifat ikatan kohesi yang sangat besar juga berpengaruh pada air.

Mineralogi tanah mempengaruhi kekuatan geser yang lebih besar dari pada bentuk-bentuk butir tanah yang bulat. Mineralogi tanah mempengaruhi kekuatan geser tanah karena ternyata bahwa gradasi tanah terutama pada butir-butir halustidaklah merupakan satu-satunya faktor kekuatangeser.Pada butir-butir halus mineralogi tanah sangat berpengaruh pada kekuatan geser tanah karena adanya saling tarik menarik antara butir tanah yang tergantung pada komposisi akan ikatan molekul tanah.

Pada umumnya kekuatan geser tanah sangat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya tanah bila terdapat kandungan air besar kecilnya kandungan air tanah sangatlah mempengaruhi kekuatan geser tanah.Air didalam pori-pori tanah sangat besar sumbangannya pada pelumasan antar butir-butir tanah.Pelumas antar butir dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk memadatkan butir-butir tanah bila diperlukan pemadatan tanah. Air tanah yang berlebihan (tanah jenih) akan mebuat ikatan butir-butir tanah berkurang yang mengakibatkan kekuatran geser tanah pada umumnya menuruan.

Kehadiran air tanah dalam tanah mempengaruhi :1. daya dukung2. Stabilitas tanah/lereng3. Perubahan volume.Air tanah dapat digolongkan pada 2 jenis :- Gravitational water- air bebas- air capilair- Non gravitational water- air yang terserap- air film- air hygroscopic

Proses pengembangan tanah berhubungan erat dengan masuknya air kedalam tanah. Untuk mendapatkan gambaran yamg lebih baik dari proses pengembangan tanah kita kenali dulu jenis-jenis air tanah.1. air tanah bebas, air tanah yang dapat keluar masuk baik secara mekanik maupun thermik kedalam tanah.2. air pengisi antar lapisan tanah, air ini tidak dapat lagi dimasukan secara mekanik dengan mudah.3. Air yang mengelilingi secara erat partikel tanah. Keluar masuknya air tanah jenis-jenis air kedalam tanah dan hubungan dengan proses pengembanganmasih merupakan hypotesa-hypotesa.

Akibat pengembangan tanah oleh air dapat menyebabkan kerusakan-kerusakan bangunan maupun jalan. Katakanlah air yang didapat dari air hujan. Sehingga airdapat menyebabkan tanah mengembang yang diikuti dengan melemahnya, menurunnya daya dukung tanah sehingga jalan-jalan dapat cepat rusak. Tetapi beberapa artikel menyatakan bahwa besar kecilnya pengembangan tanah adalah fungsi dari kekeringan tanah.Kekeringan ini dipengaruhi oleh :1. Lamanya musim kering, intensitas sinar matahari dan besarnya penguapan.2. Keadaan lingkungan, adanya tumbuha-tumbuhan, bangunan-bangunan, sungai atau system drainage yang semuanya akan mempengaruhi keadaan air tanahaa_viipunyadi19.04

PEKERJAAN TANAHI. PEKERJAAN GALIAN

a. Pekerjaan ini umumnya diperlukan untuk pembuatan saluran air dan selokan, untuk formasi galian atau pondasi pipa, gorong-gorong, pembuangan atau struktur lainnya, untuk pembuangan bahan yang tak terpakai dan tanah humus, untuk pekerjaan stabilisasi lereng dan pembuangan bahan longsoran, untuk galian bahan konstruksi dan pembuangan sisa bahan galian, untuk pengupasan dan pembuangan bahan perkerasan beraspal pada perkerasan lama, dan umumnya untuk pembentukan profil dan penampang badan jalan.

b. Pekerjaan galian dapat berupa :

Galian Biasa Galian Batu Galian Struktur Galian Perkerasan Beraspal

c. Galian Biasa mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasi sebagai galian batu, galian struktur, galian sumber bahan (borrow excavation) dan galian perkerasan beraspal.

d. Galian Batu mencakup galian bongkahan batu dengan volume 1 m3 atau lebih dan seluruh batu atau bahan lainnya tersebut adalah tidak praktis digali tanpa penggunaan alat bertekanan udara atau pemboran, dan peledakan. Galian ini tidak termasuk galian yang dapat dibongkar dengan penggaru (ripper) tunggal yang ditarik oleh traktor dengan berat maksimum 15 ton dan tenaga kuda neto maksimum sebesar 180 PK.

e. Galian Struktur mencakup galian pada segala jenis tanah dalam batas pekerjaan yang disebut atau ditunjukkan dalam Gambar untuk Struktur. Setiap galian yang didefinisikan sebagai Galian Biasa atau Galian Batu tidak dapat dimasukkan dalam Galian Struktur.

Galian Struktur terbatas untuk galian lantai pondasi jembatan, tembok penahan tanah beton, dan struktur pemikul beban lainnya.

Pekerjaan galian struktur meliputi : penimbunan kembali dengan bahan yang disetujui, pembuangan bahan galian yang tidak terpakai, semua keperluan drainase, pemompaan, penimbaan, penurapan, penyokong, pembuatan tempat kerja atau cofferdam beserta pembongkarannya.

f. Galian Perkerasan Beraspal mencakup galian pada perkerasan lama dan pembuangan bahan perkerasan beraspal dengan maupun tanpa Cold Milling Machine (mesin pengupas perkerasan beraspal tanpa pemanasan).

1.1. Prosedur penggalian

Penggalian harus dilaksanakan menurut kelandaian, garis, dan elevasi yang ditentukan. Pekerjaan galian harus dilaksanakan dengan gangguan yang seminimal mungkin terhadap bahan di bawah dan di luar batas galian. Bilamana bahan yang terekspos pada garis formasi atau tanah dasar atau pondasi dalam keadaan lepas atau lunak atau kotor atau tidak memenuhi syarat, maka bahan tersebut harus seluruhnya dibuang dan diganti dengan timbunan yang memenuhi syarat. Bilamana batu, lapisan keras atau bahan yang sukar dibongkar dijumpai pada garis formasi untuk selokan yang diperkeras, pada tanah dasar untuk perkerasan maupun bahu jalan, atau pada dasar galian pipa atau pondasi struktur, maka bahan tersebut harus digali 15 cm lebih dalam sampai permukaan yang mantap dan merata. Tonjolan-tonjolan batu yang runcing pada permukaan yang terekspos tidak boleh tertinggal dan semua pecahan batu yang diameternya lebih besar dari 15 cm harus dibuang. Profil galian yang disyaratkan harus diperoleh dengan cara menimbun kembali dengan bahan yang memenuhi syarat dan dipadatkan. Peledakan sebagai cara pembongkaran batu hanya boleh digunakan jika tidak praktis menggunakan alat bertekanan udara atau suatu penggaru (ripper) hidrolis berkuku tunggal. Peledakan dilarang dan penggalian batu dilakukan dengan cara lain, jika, peledakan tersebut berbahaya bagi manusia atau struktur di sekitarnya. Kontraktor harus menyediakan anyaman pelindung ledakan (heavy mesh blasting) untuk melindungi orang, bangunan dan pekerjaan selama penggalian. Jika dipandang perlu, peledakan harus dibatasi waktunya. Penggalian batu harus dilakukan sedemikian, apakah dengan peledakan atau cara lainnya, sehingga tepi-tepi potongan harus dibiarkan pada kondisi yang aman dan serata mungkin. Batu yang lepas atau bergantungan dapat menjadi tidak stabil atau menimbulkan bahaya terhadap pekerjaan atau orang, harus dibuang, baik terjadi pada pemotongan batu yang baru maupun yang lama.

1.2. Galian untuk struktur dan pipa

Galian untuk pipa, gorong-gorong atau drainase beton dan galian untuk pondasi jembatan atau struktur lain, harus cukup ukurannya sehingga memungkinkan pemasangan bahan dengan benar, pemadatan harus dilakukan setelah penimbunan kembali di bawah dan di sekeliling pekerjaan.Cofferdam, penyokong (shoring) dan pengaku (bracing) atau tindakan lain untuk mengeluarkan air harus dipasang untuk pembuatan dan pemeriksaan kerangka acuan dan untuk memungkinkan pemompaan dari luar acuan.Cofferdamatau penyokong atau pengaku yang tergeser atau bergerak ke samping selama pekerjaan galian harus diperbaiki, dikembalikan posisinya dan diperkuat untuk menjamin kebebasan ruang gerak yang diperlukan selama pelaksanaan.Cofferdam, penyokong dan pengaku (bracing) yang dibuat untuk pondasi jembatan atau struktur lainnya harus diletakkan sedemikian hingga tidak menyebabkan terjadinya penggerusan dasar, tebing atau bantaran sungai. Bila galian parit untuk gorong-gorong atau lainnya dilakukan pada timbunan baru, maka timbunan harus dikerjakan sampai ketinggian yang diperlukan dengan jarak masing-masing lokasi galian parit tidak kurang dari 5 kali lebar galian parit tersebut, selanjutnya galian parit tersebut dilaksanakan dengan sisi-sisi yang setegak mungkin sebagaimana kondisi tanahnya mengijinkan. Setiap pemompaan pada galian harus dilaksanakan sedemikian, sehingga dapat menghindarkan kemungkinan terbawanya setiap bagian bahan yang baru terpasang. Setiap pemompaan yang diperlukan selama pengecoran beton, atau untuk suatu periode paling sedikit 24 jam sesudahnya, harus dilaksanakan dengan pompa yang diletakkan di luar acuan beton tersebut. Galian sampai elevasi akhir pondasi untuk telapak pondasi struktur tidak boleh dilaksanakan sampai sesaat sebelum pondasi akan dicor.

1.3. Galian pada borrow pits

Sumber bahan (borrow pits), apakah di dalam Daerah Milik Jalan atau di tempat lain, harus digali sesuai dengan ketentuan. Persetujuan untuk membuka sumber galian baru atau mengoperasikan sumber galian lama harus mendapat ijin terlebih dahulu sebelum setiap operasi penggalian dimulai. Sumber bahan (borrow pits) di atas tanah yang mungkin digunakan untuk pelebaran jalan mendatang atau keperluan pemerintah lainnya, tidak diperkenankan. Penggalian sumber bahan harus dilarang atau dibatasi bilamana penggalian ini dapat mengganggu drainase alam atau yang direncanakan. Pada daerah yang lebih tinggi dari permukaan jalan, sumber bahan harus diratakan sedemikian rupa sehingga mengalirkan seluruh air permukaan ke sistem drainase berikutnya tanpa genangan. Tepi galian pada sumber bahan tidak boleh berjarak lebih dekat dari 2 m dari kaki setiap timbunan atau 10 m dari puncak setiap galian.

1.4. Galian pada perkerasan aspal yang ada

Pekerjaan galian pada perkerasan aspal dengan menggunakan mesinCold Millingdengan pengrusakan sedikit mungkin terhadap material diatas atau dibawah batas galian yang ditentukan. Bilamana material pada permukaan dasar hasil galian terlepas atau rusak akibat dari pelaksanaan penggalian tersebut, maka material yang rusak atau terlepas tersebut harus dipadatkan dengan merata atau dibuang seluruhnya dan diganti dengan material yang cocok. Setiap lubang pada permukaan dasar galian harus diisi dengan material yang cocok lalu dipadatkan dengan merata. Pekerjaan galian pada perkerasan aspal yang ada tanpa menggunakan mesinCold Milling, material yang terdapat pada permukaan dasar galian, material yang lepas, lunak atau tergumpal atau hal-hal lain yang tidak memenuhi syarat, maka material tersebut harus dipadatkan dengan merata atau dibuang seluruhnya dan diganti dengan material yang cocok.

1.5. Pengamanan pekerjaan galian

Kontraktor harus memikul semua tanggung jawab dalam menjamin keselamatan pekerja, yang melaksanakan pekerjaan galian, penduduk dan bangunan yang ada di sekitar lokasi galian. Selama pelaksanaan pekerjaan galian, lereng sementara galian yang stabil dan mampu menahan pekerjaan, struktur atau mesin di sekitarnya, harus dipertahankan sepanjang waktu, penyokong (shoring) dan pengaku (bracing) yang memadai harus dipasang bilamana permukaan lereng galian mungkin tidak stabil. Bilamana diperlukan, Kontraktor harus menyokong atau mendukung struktur di sekitarnya, yang jika tidak dilaksanakan dapat menjadi tidak stabil atau rusak oleh pekerjaan galian tersebut.Untuk menjaga stabilitas lereng galian dan keamanan pekerja maka galian tanah yang lebih dari 5 m harus dibuat bertangga dengan teras selebar 1 m. Peralatan berat untuk pemindahan tanah, pemadatan atau keperluan lainnya tidak diijinkan berada atau beroperasi lebih dekat 1,5 m dari tepi galian parit untuk gorong-gorong pipa atau galian pondasi untuk struktur, terkecuali bilamana pipa atau struktur lainnya yang telah terpasang dalam galian dan galian tersebut telah ditimbun kembali dengan bahan yang disetujui dan telah dipadatkan.Cofferdam, dinding penahan rembesan (cut off wall) atau cara lainnya untuk mengalihkan air di daerah galian harus dirancang sebagaimana mestinya dan cukup kuat untuk menjamin bahwa keruntuhan mendadak yang dapat membanjiri tempat kerja dengan cepat, tidak akan terjadi. Dalam setiap saat, bilamana pekerja atau orang lain berada dalam lokasi galian, dimana kepala mereka, yang meskipun hanya kadang-kadang saja, berada di bawah permukaan tanah, maka Kontraktor harus menempatkan seorang pengawas keamanan di lokasi kerja yang tugasnya hanya memantau keamanan. Sepanjang waktu penggalian, peralatan galian cadangan (yang belum dipakai) serta perlengkapan P3K harus tersedia pada tempat kerja galian. Bahan peledak yang diperlukan untuk galian batu harus disimpan, ditangani, dan digunakan dengan hati-hati dan di bawah pengendalian yang extra ketat sesuai dengan Peraturan dan Perundang-undangan yang berlaku. Kontraktor harus bertanggung-jawab dalam mencegah pengeluaran atau penggunaan yang tidak tepat atas setiap bahan peledak dan harus menjamin bahwa penanganan peledakan hanya dipercayakan kepada orang yang berpengalaman dan bertanggung-jawab. Semua galian terbuka harus diberi rambu peringatan dan penghalang (barikade) yang cukup untuk mencegah pekerja atau orang lain terjatuh ke dalamnya, dan setiap galian terbuka pada lokasi jalur lalu-lintas maupun lokasi bahu jalan harus diberi rambu tambahan pada malam hari berupa drum yang dicat putih (atau yang sejenis) beserta lampu merah atau kuning guna menjamin keselamatan para pengguna jalan.

1.6. Kondisi tempat kerja

Seluruh galian harus dijaga agar bebas dari air dan Kontraktor harus menyediakan semua bahan, perlengkapan dan pekerja yang diperlukan untuk pengeringan (pemompaan), pengalihan saluran air dan pembuatan drainase sementara, dinding penahan rembesan (cut off wall) dan cofferdam. Pompa siap pakai di lapangan harus senantiasa dipelihara sepanjang waktu untuk menjamin bahwa tak akan terjadi gangguan dalam pengeringan dengan pompa. Bilamana pekerjaan sedang dilaksanakan pada drainase lama atau tempat lain dimana air atau tanah rembesan (seepage) mungkin sudah tercemari, maka Kontraktor harus senantiasa memelihara tempat kerja dengan memasok air bersih yang akan digunakan oleh pekerja sebagai air cuci, bersama-sama dengan sabun dan desinfektan yang memadai.

1.7. Utilitas bawah tanah

Kontraktor bertanggung-jawab untuk memperoleh informasi tentang keberadaan dan lokasi utilitas bawah tanah dan untuk memperoleh dan membayar setiap ijin atau wewenang lainnya yang diperlukan dalam melaksanakan galian. Kontraktor bertanggung-jawab untuk menjaga dan melindungi setiap utilitas bawah tanah yang masih berfungsi seperti pipa, kabel, atau saluran bawah tanah lainnya atau struktur yang mungkin dijumpai dan untuk memperbaiki setiap kerusakan yang timbul akibat operasi kegiatannya.

1.8. Penggunaan dan pembuangan bahan galian

Semua bahan galian tanah dan batu yang dapat dipakai bilamana memungkinkan harus digunakan secara efektif untuk formasi timbunan atau penimbunan kembali. Bahan galian yang mengandung tanah yang sangat organik, tanah gambut (peat), sejumlah besar akar atau bahan tetumbuhan lainnya dan tanah kompresif yang akan menyulitkan pemadatan bahan di atasnya atau yang mengakibatkan setiap kegagalan atau penurunan (settlement) yang tidak dikehendaki, harus tidak digunakan sebagai timbunan dalam pekerjaan permanen. Setiap bahan galian yang melebihi kebutuhan timbunan, atau tiap bahan galian yang tidak disetujui untuk digunakan sebagai bahan timbunan, harus dibuang dan diratakan di luar Daerah Milik Jalan (DMJ). Kontraktor bertanggung-jawab terhadap seluruh pengaturan dan biaya yang diperlukan untuk pembuangan bahan galian yang tidak terpakai atau yang tidak memenuhi syarat untuk bahan timbunan, juga termasuk pengangkutan hasil galian ke tempat pembuangan akhir.

1.9. Pengembalian bentuk dan pembuangan pekerjaan sementara

Semua struktur sementara seperticofferdamatau penyokong (shoring) dan pengaku (bracing) harus dibongkar setelah struktur permanen atau pekerjaan lainnya selesai. Pembongkaran harus dilakukan sedemikian sehingga tidak mengganggu atau merusak struktur atau formasi yang telah selesai. Setiap bahan galian yang sementara waktu diijinkan untuk ditempatkan dalam saluran air harus dibuang seluruhnya setelah pekerjaan berakhir sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu saluran air. Seluruh tempat bekas galian bahan atau sumber bahan yang digunakan oleh Kontraktor harus ditinggalkan dalam suatu kondisi yang rata dan rapi dengan tepi dan lereng yang stabil dan saluran drainase yang memadai.

1.10. Toleransi dimensi

Kelandaian akhir, garis dan formasi sesudah galian selain galian perkerasan beraspal tidak boleh berbeda lebih dari 2 cm dari yang ditentukan dalam Gambar pada setiap titik, sedangkan untuk galian perkerasan beraspal tidak boleh berbeda lebih dari 1 cm dari yang disyaratkan. Permukaan galian tanah maupun batu yang telah selesai dan terbuka terhadap aliran air permukaan harus cukup rata dan harus memiliki cukup kemiringan untuk menjamin pengaliran air yang bebas dari permukaan itu tanpa terjadi genangan.

II. TIMBUNAN

Timbunan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu timbunan biasa, timbunan pilihan dan timbunan pilihan di atas tanah rawa.

Timbunan pilihan akan digunakan sebagai lapis penopang (capping layer) untuk meningkatkan daya dukung tanah dasar, juga digunakan di daerah saluran air dan lokasi serupa dimana bahan yang plastis sulit dipadatkan dengan baik. Timbunan pilihan dapat juga digunakan untuk stabilisasi lereng atau pekerjaan pelebaran timbunan jika diperlukan lereng yang lebih curam karena keterbatasan ruangan, dan untuk pekerjaan timbunan lainnya dimana kekuatan timbunan adalah faktor yang kritis.

Timbunan pilihan di atas tanah rawa akan digunakan untuk melintasi daerah yang rendah dan selalu tergenang oleh air.

2.1. Kondisi tempat kerja

Kontraktor harus menjamin bahwa pekerjaan harus dijaga tetap kering segera sebelum dan selama pekerjaan penghamparan dan pemadatan, dan selama pelaksanaan timbunan harus memiliki lereng melintang yang cukup untuk membantu drainase badan jalan dari setiap curahan air hujan dan juga harus menjamin bahwa pekerjaan akhir mempunyai drainase yang baik. Bilamana memungkinkan, air yang berasal dari tempat kerja harus dibuang ke dalam sistim drainase permanen. Kontraktor harus selalu menyediakan pasokan air yang cukup untuk pengendalian kadar air timbunan selama operasi penghamparan dan pemadatan.

2.2. Perbaikan terhadap timbunan yang tidak memenuhi ketentuan atau tidak stabil

Timbunan akhir yang tidak memenuhi penampang melintang yang disyaratkan atau disetujui atau toleransi permukaan yang disyaratkan harus diperbaiki dengan menggemburkan permukaannya dan membuang atau menambah bahan sebagaimana yang diperlukan dan dilanjutkan dengan pembentukan kembali dan pemadatan kembali. Timbunan yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam hal batas-batas kadar airnya yang disyaratkan, harus diperbaiki dengan menggaru bahan tersebut, dilanjutkan dengan penyemprotan air secukupnya dan dicampur seluruhnya dengan menggunakan motor grader atau peralatan lain yang disetujui. Timbunan yang terlalu basah untuk pemadatan, seperti dinyatakan dalam batas-batas kadar air yang disyaratkan, harus diperbaiki dengan menggaru bahan tersebut dengan menggunakan motor grader atau alat lainnya secara berulang-ulang dengan selang waktu istirahat selama penanganan, dalam cuaca cerah. Alternatif lain, bilamana pengeringan yang memadai tidak dapat dicapai dengan menggaru dan membiarkan bahan gembur tersebut, bahan tersebut dikeluarkan dari pekerjaan dan diganti dengan bahan kering yang lebih cocok. Timbunan yang telah dipadatkan dan memenuhi ketentuan yang disyaratkan, menjadi jenuh akibat hujan atau banjir atau karena hal lain, biasanya tidak memerlukan pekerjaan perbaikan asalkan sifat-sifat bahan dan kerataan permukaan masih memenuhi ketentuan.

2.3. Pengembalian bentuk pekerjaan setelah pengujian

Semua lubang pada pekerjaan akhir yang timbul akibat pengujian kepadatan atau lainnya harus secepatnya ditutup kembali oleh Kontraktor dan dipadatkan sampai mencapai kepadatan dan toleransi permukaan yang disyaratkan.

2.4. Cuaca yang dijinkan untuk bekerja

Timbunan tidak boleh ditempatkan, dihampar atau dipadatkan sewaktu hujan, dan pemadatan tidak boleh dilaksanakan setelah hujan atau bilamana kadar air bahan berada di luar rentang yang disyaratkan.

2.5. Bahan untuk timbunan biasa

Bahan yang dipilih sebaiknya tidak termasuk tanah yang berplastisitas tinggi, yang diklasifikasikan sebagai A-7-6 menurut AASHTO M145 atau sebagai CH menurut "Unified atau Casagrande Soil Classification System". Bila penggunaan tanah yang berplastisitas tinggi tidak dapat dihindarkan, bahan tersebut harus digunakan hanya pada bagian dasar dari timbunan atau pada penimbunan kembali yang tidak memerlukan daya dukung atau kekuatan geser yang tinggi. Tanah plastis seperti itu sama sekali tidak boleh digunakan pada 30 cm lapisan langsung di bawah bagian dasar perkerasan atau bahu jalan atau tanah dasar bahu jalan. Bahan timbunan bila diuji dengan SNI 03-1744-1989, harus memiliki CBR tidak kurang dari 6 % setelah perendaman 4 hari bila dipadatkan 100 % kepadatan kering maksimum (MDD) seperti yang ditentukan oleh SNI 03-1742-1989. Tanah sangat expansive yang memiliki nilai aktif lebih besar dari 1,25 atau derajat pengembangan yang diklasifikasikan oleh AASHTO T258 sebagai "very high" atau "extra high", tidak boleh digunakan sebagai bahan timbunan. Nilai aktif adalah perbandingan antara Indeks Plastisitas / PI - (SNI 03-1966-1989) dan persentase kadar lempung (SNI 03-3422-1994).

2.6. Bahan untuk timbunan pilihan

Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan pilihan harus terdiri dari bahan tanah atau batu yang memenuhi ketentuan, bila diuji sesuai dengan SNI 03-1744-1989, timbunan pilihan harus memiliki CBR paling sedikit 10 % setelah 4 hari perendaman bila dipadatkan sampai 100 % kepadatan kering maksimum sesuai dengan SNI 03-1742-1989. Bahan timbunan pilihan dapat berupa pasir atau kerikil atau bahan berbutir bersih lainnya dengan Indeks Plastisitas maksimum 6 %. Bahan timbunan pilihan yang digunakan pada lereng atau pekerjaan stabilisasi timbunan atau pada situasi lainnya yang memerlukan kuat geser yang cukup, bilamana dilaksanakan dengan pemadatan kering normal, maka timbunan pilihan dapat berupa timbunan batu atau kerikil lempungan bergradasi baik atau lempung pasiran atau lempung berplastisitas rendah. Jenis bahan yang dipilih, dan disetujui akan tergantung pada kecuraman dari lereng yang akan dibangun atau ditimbun, atau pada tekanan yang akan dipikul.

2.7. Bahan timbunan pilihan di atas tanah rawa

Bahan timbunan pilihan di atas tanah rawa haruslah pasir atau kerikil atau bahan berbutir bersih lainnya dengan Index Plastisitas maksimum 6 %.

2.8. Penghamparan dan pemadatan timbunan

1.Penyiapan tempat kerja Sebelum penghamparan timbunan pada setiap tempat, semua bahan yang tidak diperlukan harus dibuang. Bilamana tinggi timbunan satu meter atau kurang, dasar pondasi timbunan harus dipadatkan (termasuk penggemburan dan pengeringan atau pembasahan bila diperlukan) sampai 15 cm bagian permukaan atas dasar pondasi memenuhi kepadatan yang disyaratkan untuk timbunan yang ditempatkan diatasnya. Bilamana timbunan akan ditempatkan pada lereng bukit atau ditempatkan di atas timbunan lama atau yang baru dikerjakan, maka lereng lama harus dipotong bertangga dengan lebar yang cukup sehingga memungkinkan peralatan pemadat dapat beroperasi di daerah lereng lama sesuai seperti timbunan yang dihampar horizontal lapis demi lapis.

2.Penghamparan timbunan

Timbunan harus ditempatkan ke permukaan yang telah disiapkan dan disebar dalam lapisan yang merata yang bila dipadatkan akan memenuhi toleransi tebal lapisan yang disyaratkan. Bilamana timbunan dihampar lebih dari satu lapis, lapisan-lapisan tersebut sedapat mungkin dibagi rata sehingga sama tebalnya. Tanah timbunan umumnya diangkut langsung dari lokasi sumber bahan ke permukaan yang telah disiapkan pada saat cuaca cerah dan disebarkan. Penumpukan tanah timbunan untuk persediaan biasanya tidak diperkenankan, terutama selama musim hujan. Penimbunan kembali di atas pipa dan di belakang struktur harus dilaksanakan dengan sistematis dan secepat mungkin segera setelah pemasangan pipa atau struktur. Akan tetapi, sebelum penimbunan kembali, diperlukan waktu perawatan tidak kurang dari 8 jam setelah pemberian adukan pada sambungan pipa atau pengecoran struktur beton gravity, pemasangan pasangan batu gravity atau pasangan batu dengan mortar gravity. Sebelum penimbunan kembali di sekitar struktur penahan tanah dari beton, pasangan batu atau pasangan batu dengan mortar, juga diperlukan waktu perawatan tidak kurang dari 14 hari. Bilamana timbunan badan jalan akan diperlebar, lereng timbunan lama harus disiapkan dengan membuang seluruh tetumbuhan yang terdapat pada permukaan lereng dan dibuat bertangga sehingga timbunan baru akan terkunci pada timbunan lama. Selanjutnya timbunan yang diperlebar harus dihampar horizontal lapis demi lapis sampai dengan elevasi tanah dasar, yang kemudian harus ditutup secepat mungkin dengan lapis pondasi bawah dan atas sampai elevasi permukaan jalan lama sehingga bagian yang diperlebar dapat dimanfaatkan oleh lalu-lintas secepat mungkin, dengan demikian pembangunan dapat dilanjutkan ke sisi jalan lainnya bilamana diperlukan.

3.Pemadatan timbunan

Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, setiap lapis harus dipadatkan dengan peralatan pemadat yang memadai dan disetujui sampai mencapai kepadatan yang disyaratkan. Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar air bahan berada dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1 % di atas kadar air optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai kadar air pada kepadatan kering maksimum yang diperoleh bilamana tanah dipadatkan sesuai dengan SNI 03-1742-1989. Seluruh timbunan batu harus ditutup dengan satu lapisan atau lebih setebal 20 cm dari bahan bergradasi menerus dan tidak mengandung batu yang lebih besar dari 5 cm serta mampu mengisi rongga-rongga batu pada bagian atas timbunan batu tersebut. Lapis penutup ini harus dilaksanakan sampai mencapai kepadatan timbunan tanah yang disyaratkan. Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti yang disyaratkan, diuji kepadatannya sebelum lapisan berikutnya dihampar. Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju ke arah sumbu jalan sedemikian rupa sehingga setiap ruas akan menerima jumlah usaha pemadatan yang sama. Bilamana bahan timbunan dihampar pada kedua sisi pipa atau drainase beton atau struktur, maka pelaksanaan harus dilakukan sedemikian rupa agar timbunan pada kedua sisi selalu mempunyai elevasi yang hampir sama. Bilamana bahan timbunan dapat ditempatkan hanya pada satu sisi abutment, tembok sayap, pilar, tembok penahan atau tembok kepala gorong-gorong, maka tempat-tempat yang bersebelahan dengan struktur tidak boleh dipadatkan secara berlebihan karena dapat menyebabkan bergesernya struktur atau tekanan yang berlebihan pada struktur. Timbunan yang bersebelahan dengan ujung jembatan tidak boleh ditempatkan lebih tinggi dari dasar dinding belakang abutment sampai struktur bangunan atas telah terpasang. Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadat mesin gilas, harus dihampar dalam lapisan horizontal dengan tebal gembur tidak lebih dari 15 cm dan dipadatkan dengan penumbuk loncat mekanis atau timbris (tamper) manual dengan berat minimum 10 kg. Pemadatan di bawah maupun di tepi pipa harus mendapat perhatian khusus untuk mencegah timbulnya rongga-rongga dan untuk menjamin bahwa pipa terdukung sepenuhnya. Timbunan pilihan di atas tanah rawa mulai dipadatkan pada batas permukaan air dimana timbunan terendam, dengan peralatan yang disetujui.

2.9. Pengendalian mutu

1.Pengendalian mutu bahan

Jumlah pengujian yang diperlukan untuk persetujuan awal mutu bahan paling sedikit 3 contoh yang mewakili sumber bahan yang diusulkan, yang dipilih mewakili rentang mutu bahan yang mungkin terdapat pada sumber bahan. Pengujian mutu bahan dapat diulangi lagi agar perubahan bahan atau sumber bahannya dapat diamati. Untuk setiap 1.000 m3 bahan timbunan yang diperoleh dari setiap sumber bahan paling sedikit harus dilakukan suatu pengujian Nilai Aktif.

2.Ketentuan kepadatan untuk timbunan tanah

a. Lapisan tanah yang lebih dalam dari 30 cm di bawah elevasi tanah dasar harus dipadatkan sampai 95 % dari kepadatan kering maksimum yang ditentukan sesuai SNI 03-1742-1989. Untuk tanah yang mengandung lebih dari 10 % bahan yang tertahan pada ayakan , kepadatan kering maksimum yang diperoleh harus dikoreksi terhadap bahan yang berukuran lebih (oversize) tersebut.b. Lapisan tanah pada kedalaman 30 cm atau kurang dari elevasi tanah dasar harus dipadatkan sampai dengan 100 % dari kepadatan kering maksimum yang ditentukan sesuai dengan SNI 03-1742-1989.c. Pengujian kepadatan harus dilakukan pada setiap lapis timbunan yang dipadatkan sesuai dengan SNI 03-2828-1992 dan bila hasil setiap pengujian menunjukkan kepadatan kurang dari yang disyaratkan maka Kontraktor harus memperbaiki. Pengujian harus dilakukan sampai kedalaman penuh pada lokasi berselang-seling setiap jarak tidak lebih dari 200 m. Untuk penimbunan kembali di sekitar struktur atau pada galian parit untuk gorong-gorong, paling sedikit harus dilaksanakan satu pengujian untuk satu lapis penimbunan kembali yang telah selesai dikerjakan.d. Untuk timbunan, paling sedikit 1 rangkaian pengujian bahan yang lengkap harus dilakukan untuk setiap 1.000 m3 bahan timbunan yang dihampar.

3.Kriteria pemadatan untuk timbunan batu

Penghamparan dan pemadatan timbunan batu harus dilaksanakan dengan menggunakan penggilas berkisi (grid) atau pemadat bervibrasi atau peralatan berat lainnya yang serupa. Pemadatan harus dilaksanakan dalam arah memanjang sepanjang timbunan, dimulai pada tepi luar dan bergerak ke arah sumbu jalan, dan harus dilanjutkan sampai tidak ada gerakan yang tampak di bawah peralatan berat. Setiap lapis harus terdiri dari batu bergradasi menerus dan seluruh rongga pada permukaan harus terisi dengan pecahan-pecahan batu sebelum lapis berikutnya dihampar. Batu tidak boleh digunakan pada 15 cm lapisan teratas timbunan dan batu berdimensi lebih besar dari 10 cm tidak diperkenankan untuk disertakan dalam lapisan teratas ini.

4.Percobaan pemadatan

Kontraktor harus bertanggung-jawab dalam memilih metode dan peralatan untuk mencapai tingkat kepadatan yang disyaratkan. Bilamana Kontraktor tidak sanggup mencapai kepadatan yang disyaratkan, prosedur pemadatan berikut ini harus diikuti : Percobaan lapangan harus dilaksanakan dengan variasi jumlah lintasan peralatan pemadat dan kadar air sampai kepadatan yang disyaratkan tercapai. Hasil percobaan lapangan ini selanjutnya harus digunakan dalam menetapkan jumlah lintasan, jenis peralatan pemadat dan kadar air untuk seluruh pemadatan berikutnya.

2.10. Toleransi dimensi

Elevasi dan kelandaian akhir setelah pemadatan harus tidak lebih tinggi atau lebih rendah 2 cm dari yang ditentukan atau disetujui. Seluruh permukaan akhir timbunan yang terekspos harus cukup rata dan harus memiliki kelandaian yang cukup untuk menjamin aliran air permukaan yang bebas. Permukaan akhir lereng timbunan tidak boleh bervariasi lebih dari 10 cm dari garis profil yang ditentukan. Timbunan tidak boleh dihampar dalam lapisan dengan tebal padat lebih dari 20 cm atau dalam lapisan dengan tebal padat kurang dari 10 cm.

III. PENYIAPAN BADAN JALAN

Pekerjaan ini mencakup penyiapan, penggaruan dan pemadatan permukaan tanah dasar atau permukaan jalan kerikil lama atau lapis perkerasan lama yang rusak berat, untuk penghamparan Lapis Pondasi Agregat, Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal, Lapis Pondasi Semen Tanah atau Lapis Pondasi Beraspal di daerah jalur lalu-lintas (termasuk jalur tempat pemberhentian dan persimpangan). Untuk jalan kerikil, pekerjaan dapat juga mencakup perataan berat dengan motor grader untuk perbaikan bentuk dengan atau tanpa penggaruan dan tanpa penambahan bahan baru. Pekerjaan ini meliputi galian minor atau penggaruan serta pekerjaan timbunan minor yang diikuti dengan pembentukan, pemadatan, pengujian tanah atau bahan berbutir, dan pemeliharaan permukaan yang disiapkan sampai bahan perkerasan ditempatkan diatasnya.

3.1. Pengajuan kesiapan kerja

Kontraktor harus menyerahkan hasil pengujian sebelum penghamparan bahan lain di atas tanah dasar atau permukaan jalan, berikut ini :

Hasil pengujian kepadatan seperti yang disyaratakan dalam butir nomer 3.2.9.2.b dan 3.2.9.2.c. Hasil pengujian pengukuran permukaan dan data survey yang menunjukkan bahwa toleransi permukaan yang disyaratkan dalam butir nomer 3.3.5. dipenuhi.

3.2. Kondisi tempat kerja

Gorong-gorong, tembok kepala dan struktur minor lainnya di bawah elevasi tanah dasar atau permukaan jalan, termasuk pemadatan sepenuhnya atas bahan yang dipakai untuk penimbunan kembali, harus telah selesai sebelum dimulainya pekerjaan pada tanah dasar atau permukaan jalan. Seluruh pekerjaan drainase harus berada dalam kondisi berfungsi sehingga menjamin ke-efektifan drainase, dengan demikian dapat mencegah kerusakan tanah dasar atau permukaan jalan oleh aliran air permukaan. Bilamana permukaan tanah dasar disiapkan terlalu dini tanpa segera diikuti oleh penghamparan lapis pondasi bawah, maka permukaan tanah dasar dapat menjadi rusak. Oleh karena itu, luas pekerjaan penyiapan tanah dasar yang tidak dapat dilindungi pada setiap saat harus dibatasi sedemikian rupa sehingga daerah tersebut yang masih dapat dipelihara dengan peralatan yang tersedia dan Kontraktor harus mengatur penyiapan tanah dasar dan penempatan bahan perkerasan dimana satu dengan lainnya berjarak cukup dekat.

3.3. Bahan

Tanah dasar dapat dibentuk dari Timbunan Biasa, Timbunan Pilihan, Lapis Pondasi Agregat, atau tanah asli di daerah galian yang memenuhi syarat.

3.4. Pelaksanaan penyiapan badan jalan

Tanah dasar harus dipadatkan sesuai dengan ketentuan yang relevan dari butir nomer 3.2.9.2.b dan 3.2.9.2.c.

3.5. Toleransi dimensi

Ketinggian akhir setelah pemadatan tidak boleh lebih tinggi atau lebih rendah 1 cm dari yang disyaratkan atau disetujui. Seluruh permukaan akhir harus cukup halus dan rata serta memiliki kelandaian yang cukup, untuk menjamin berlakunya aliran bebas dari air permukaan.

IV. CARA KHUSUS PELAKSANAAN JALAN PADA DAERAH RAWA

1.Metode pembuangan dan penggantian

Cocok untuk material yang tidak stabil dangkal ( 3 m ). Sebelum timbunan, lumpur dibuang sampai material dasar yang stabil.

2.Metode pemindahan Cocok untuk material yang tidak stabil dangkal ( 3 m ). Mengganti lumpur dengan material yang baik. Cara : dengan berat timbunan, beban tambahan, berat timbunan ditambah dengan bahan peledak, pemancaran air. Untuk timbunan dangkal, material baik ditempatkan disepanjang lereng timbunan sebelumnya sehingga material tersebut meluncur, mengalir dibawah lumpur yang kurang rapat, dan menggantinya kearah samping. Selain itu, suatu parit selebar timbunan jalan diledakkan dan segera ditimbun kembali dengan material yang baik.

3.Metode underfill

Cocok untuk lumpur yang cukup dalam. Sebuah parit diledakkan dan material timbunan ditempatkan. Bahan peledak yang dipasang didasar lumpur memaksa lapisan lumpur tersebut keluar dari bawah timbunan yang akan turun menggantikan tempatnya.

4.Metode relatif

Merupakan perbaikan dari metode underfill. Sesudah bahan timbunan ditempatkan, parit pertolongan dibuat di sepanjang sisi timbunan untuk memudahkan pemindahan lumpur dibagian dasarnya.

5.Metode bahan tambahan

Material timbunan ditempatkan sampai mendekati permukaan akhir. Bahan tambahan kemudian ditempatkan, tambahan berat ini mempercepat keluarnya air dari lumpur dan mempercepat konsolidasi. Metode ini dapat digunakan sampai kedalaman 5 m.

6.Metode vertical sand drains

Metode ini dapat mempercepat konsolidasi lapisan lumpur yang dalam. Saluran pasir merupakan kolom vertikal yang menembus lumpur. Melintang diatasnya dipasang lapisan pasir horisontal sampai lereng tepi timbunan.

7.Metode pemancangan Mandrel Tabung baja kosong dengan dasar bersendi dipancangkan. Setelah tabung yang terpancang diisi pasir, tabung tersebut kemudian dicabut perlahan-lahan, dan pasir mengalir keluar melalui dasar tabung dan mengisi lubang. Dengan cara ini, dapat mencapai kedalaman 30 m.

8.Metode pemancaran Mandrel

Pemancaran air pada tabung Mandrel dapat melubangi permukaan tanah. Pasir dimasukkan pada saat tabung Mandrel dicabut.

9.Metode bor

Bor menembus tanah lumpur dengan diputar sampai mencapai kedalaman yang diinginkan. Pada saat bor dicabut, pasir yang mengisi rongga diberikan melalui bagian tengah batang bor.

10.Metode fabrics reinforcement

Melapisi tanah rawa dengan fabrics reinforcement. Lapisan tersebut dapat menambah kekuatan-tarik pada bagian bawah timbunan.Civil Injineringat8:16 PM

Hati-Hati Dengan Pekerjaan Pemadatan TanahTimbunan.6022008Pekerjaan penimbunan merupakan pekerjaan yang selalu mengawali pelaksanaan sebuah project, dimana pekerjaan ini merupakan bagian dari pekerjaan land preparation disamping land clearing serta cut soil. Sepintas pekerjaan ini sepeleh, dan kenyataannya image para pekerja dilapangan menganggapnya demikian. Apa betul demikian? Apa sih susahnya melakukan pekerjaan pemadatan tanah timbunan? Tanah dihampar kemudian dipadatkan, beres trus dimana sulitnya? Dan kenapa mesti hati-hatiUntuk menguraikan hal ini saya akan memulai dengan memaparkan pengalaman saya bulan kemarin sewaktu dimintai tolong salah seorang kawan untuk mendesign sejumlah pondasi pressure vessel dan facility lainnya pada satu unit oil processing plant. Saat pertama kali diberitahu bahwa rencana lokasi dari plant ini maka tanpa melihat data tanah yang ada saya sudah terbayang type pondasi dan estimate ukuran pondasinya (hal ini dikarenakan saya pernah mendesign oil processing unit yang sama disekitar lokasi tersebut). Tetapi disaat saya telah memperoleh data tanah dan akan memulai menghitung q.allowable dari tanah menggunakan formula Meyerhof, saya mulai sadar ada yang aneh dengan tanah ini sebab perkiraan saya data tanah disekitar lokasi tersebut tidak jauh berbeda dengan kondisi tanah dilokasi sebelumnya yang juga dilakukan pekerjaan yang sama dimana kondisi tanahnya tergolong cukup baik, awalnya saya mengira jika perusahaan yang melakukan sondir ini salah dalam mengambil data, akan tetapi prasangka saya tersebut salah ketika pihak perusahaan tersebut penegaskan bahwa demikianlah hasil dari tes tanah tersebut.Kawan saya menambahkan kalau lokasi ini adalah lokasi timbunan, dengan kedalaman timbunan sekitar 8 m, kemudian saya cek grafik CPT nya, nilai qc tanah tegolong sebagai tanah sangat lunak dari elevasi 0.00 s/d -8.00, sama dengan ketinggian penimbunan kemudian pada elevasi tanah dibawah 8 meter nilai qc > 20 kg/cm2 dan ini termasuk tanah dengan daya dukung cukup bagus.Daya dukung tanah pada elevasi dibawah 8 meter ini sama dengan daya dukung yang seharusnya pada lokasi sekitar plant tersebut merujuk pada pengalaman saya sebelumnya. Beranjak dari data dan cerita yang ada dilapangan, saya berkesimpulan bahwa daya dukung tanah menjadi jelek karena proses penimbunan yang kurang sempurna atau dengan kata lain pekerjaan penimbunan ini tidak sesuai prosedur.Lho kok bisa terjadi? Gimana mekanisme kejadiannya?Kita ketahui bahwa daya dukung tanah ditentukan oleh faktor sudut gesek tanah serta faktor nilai kohesi tanah, hal ini bisa dilihat dari persamaan berikut yang digunakan untuk menghitug kapasitas tanah :

Dari persamaan diatas terlihat bahwa daya dukung tanah merupakan faktor sudut gesek tanah dan kohesi.Trus apa korelasinya antara pekerjaan pemadatan dengan dua parameter tanah tersebut? Ya jelas berhubungan, dimana pemadatan tanah salah satunya dapat meningkatkan kuat geser tanah disamping juga akan meningkatkan kompresibiltas dan permeabilitas.Kalau begitu gimana caranya untuk mendapatkan kepadatan optimum?Untuk mendapatkan derajat kepadatan yang optimum banyak dipengaruhi oleh: jenis tanah, kadar air sewaktu pemadatan serta energi dan jenis pemadatan yang dilakukan. Untuk jenis tanah tidak menjadi concern saya dalam bahasan ini akan tetapi saya ingin menekankan pada kadar air sewaktu pemadatan serta energy dan jenis pemadatan yang dilakukan, apa yang salah dengan pekerjaan pemadatan pada proyek kawan saya yang telah saya ulas diatas? Pada saat pemadatan kondisi tanah kadar airnya lebih rendah bahkan terlalu tinggi dari kadar air optimum serta jumlah lintasan compactor saat melakukan pemadatan kurang dari yang disyaratkan sehingga kepadatan optimum yang diharapkan tidak tercapai.Trus apa akibat dari kesalahan pemadatan ini terhadap konstruksi selanjutnya?Type pondasi yang digunakan bergantung dari daya dukung tanah, seharusnya dengan daya dukung tanah sedang dan beban yang ditahan medium seharusnya type pondasi setempat sudah memenuhi, akan tetapi karena kondisi tanahnya jelek akibat kurang optimumnya pemadatan tanah makan pondasi yang digunakan adalah pondasi dalam, sehingga biaya pekerjaan pondasi menjadi lebih mahal, dan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pondasi dalam lebih lama dari pada pondasi setempat.Kanbisa dipadati lagi tanahnya untuk menaikan daya dukung tanahnya?Efek dari compactor saat melakukan pemadatan hanya significant pada kedalaman kurang dari 50 cm, sehingga apabila dilakukan pemadatan kembali maka timbunan yang setinggi 8 meter tersebut harus dibongakar lagi, tentunya ini bukan pekerjaan mudah karena membutuhkan biaya yang cukup besar. Sehingga berhati-hatilah dalam melakukan pekerjaan pemadatan, perhatikan parameter-parameter yang berpengaruh saat akan melakukan pemadatan, lakukan pemadatan layer by layer serta lakukan tes kepadatan pada setiap layer pemadatan dengan optimum kedalaman layer pemadatan adalah 30cm padat.