132
STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI INDONESIA (Studi Kasus Balai Inkubator Teknologi di Puspiptek Serpong) WISMAN INDRA ANGKASA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

STRATEGI DAN KELAYAKAN

PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI

UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL

DAN MENENGAH DI INDONESIA

(Studi Kasus Balai Inkubator Teknologi di Puspiptek Serpong)

WISMAN INDRA ANGKASA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

Page 2: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

ii

PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir dengan judul Strategi dan

Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi untuk Meningkatkan Daya

Saing Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia (Studi Kasus Balai Inkubator

Teknologi di Puspiptek Serpong) adalah karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi

manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Tugas Akhir ini.

Bogor, 21 April 2011

Wisman Indra Angkasa

NIM P05-4090055

Page 3: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

iii

ABSTRACT

WISMAN INDRA ANGKASA. Strategy and Feasibility of Developing

Intermediary Institutions to Enhance Competitiveness of Small and Medium

Enterprises in Indonesia (Case Studies in Technology Incubator Center at Puspitek

Serpong). Under guidance of H. MUSA HUBEIS and NURMALA K.

PANJAITAN.

Looking at the rapid growth of the development of global business

environment, so the establishment of Small and Medium Enterprises (SMEs)

which has highly competitiveness is necessary conducted. One of the several

important factors that influence the building of the SMEs mentioned above is the

ability of innovation and technological capabilities. It is known that SMEs in

Indonesia have weakness in acquiring the latest technology. One of the reason

why the SMEs do not have the updated technology, is because they do not have

the access to the Research and Development (R&D) Institutions which create the

updated and the appropriate technology. In this instance, the SMEs is solely as the

users of technology. In this concept of innovation systems, it is attempted an

institution which has its role and function, as an intermediate actor between the R

& D institutions and the SMEs. This intermediary institution, it is called Lembaga

Intermediasi (LI). Based on reports of many research articles, nowadays, most of

LI has not yet been able to carry out its role and functions optimally. For this

reason, this research is conducted to view the performance one of the LI. This

research is a case study, and has chosen one LI on purpose, that is the Technology

Incubator Center (BIT) at Puspitek Serpong. The purpose of this study are (1) to

identify the characteristic and conditions of BIT, (2) to identify the factors that

influence the successes of BIT as LI, (3) to formulate a strategy and feasibility of

developing BIT. Matrix IFE, EFE,IE, SWOT and QSPM are used for processing

and data analyses in this research. The results of this study are as follow: The

characteristic of BIT is one of several unit departments under guidance of Agency

for The Assessment and Application of Technology (BPPT). BIT is led by a head

of department, and its organization form is adopted single structure. Factors that

influenced the successes of BIT performance are the number of human resources,

fund availability and financial services, infrastructure, networking, appropriate

services and serious/strong commitment for tutoring and helping tenants (SMEs).

Based on analysis of functional feasibility, BIT has fulfill the requirement as a

good organization, as an intermediary institution and as a business incubator.

Based on the determination of QSPM matrix, there are three main strategies to be

implemented to BIT are: (1) To increase the utilization and the use of existing

human resources to enlarge the number and to enhance the competitiveness of

assisted SMEs, (2) To maintain and to enhance the quality and the quantity of

technology services for SMEs assisted, via utilization technology produced by R

& D institutions, (3) To maintain and to enhance the quality and the quantity of

market access services to acquire bigger share of market potential (domestic and

international) for assisted SMEs's products.

Keywords: innovation, intermediary institution, services, small and medium

enterprises, technology

Page 4: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

iv

RINGKASAN

WISMAN INDRA ANGKASA. Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga

Intermediasi untuk Meningkatkan Daya Saing Usaha Kecil dan Menengah di

Indonesia (Studi Kasus Balai Inkubator Teknologi di Puspiptek Serpong).

Dibimbing oleh H. MUSA HUBEIS dan NURMALA K. PANJAITAN.

Keberadaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sangat besar

perananannya dalam penyediaan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Dengan perkembangan lingkungan usaha global dengan tingkat

persaingan yang sangat tinggi, maka pengembangan dan pembentukan UKM

berdaya saing tinggi menjadi mutlak untuk dilakukan. Salah satu faktor yang

mempengaruhi daya saing UKM adalah daya inovasi dan kemampuan teknologi.

Keterbatasan kemampuan teknologi pada UKM disebabkan lemahnya akses

terhadap teknologi. Salah satu penyebabnya adalah tidak adanya titik temu antara

lembaga penelitian dan pengembangan sebagai penghasil teknologi dan UKM

sebagai pengguna, sehingga diperlukan adanya lembaga yang dapat

menjembatani/penghubung antara lembaga litbang dan UKM. Dalam konsep

Sistem Inovasi (SI), ada lembaga yang mempunyai peran dan fungsi sebagai

penghubung, yaitu dinamakan Lembaga Intermediasi (LI).

Sebuah lembaga dapat dikatakan sebagai LI, bila minimal mempunyai

empat (4) layanan kepada UKM, yaitu (1) layanan berbasis teknologi; (2) layanan

pengembangan SDM; (3) layanan/jejaring bisnis UKM; (4) layanan akses

pembiayaan. Kondisi sebagian besar LI saat ini belum dapat menjalankan peran

dan fungsinya secara optimal karena beberapa masalah yang dihadapi seperti

pendanaan, SDM, sarana dan prasarana yang kurang memadai, networking lemah

dan lain-lain. Diperlukan suatu strategi dan kelayakan pengembangan LI ke

depannya, agar dapat memecahkan masalah LI, serta memperkuat posisi dan

perannya dalam memberikan layanan secara optimal dan terpadu untuk

meningkatkan daya saing UKM di Indonesia.

Balai Inkubator Teknologi (BIT) merupakan LI milik pemerintah pusat

yang dibentuk oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan salah

satu LI yang dinilai berhasil dalam menjalankan peran dan fungsinya secara

optimal. Sejak dibentuk tahun 2001 sudah banyak UKM yang berhasil

ditingkatkan daya saingnya, dan selain itu BIT berhasil menumbuhkembangkan

beberapa UKM berbasis teknologi atau inovasi.

Tujuan dari penelitian adalah (1) Mengidentifkasi karakteristik dan kondisi

umum BIT; (2) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan

BIT sebagai LI untuk meningkatkan daya saing UKM: (3) Menyusun strategi dan

kelayakan pengembangan BIT ke depan sehingga dalam menjalankan peran dan

fungsinya untuk meningkatkan daya saing UKM lebih optimal. Hasil penelitian

ini diharapkan dapat meningkatkan layanan LI, sehingga layanan yang diberikan

kepada UKM lebih optimal.

Penelitian ini merupakan studi kasus, dilakukan di Balai Inkubator

Teknologi yang berlokasi di Puspiptek Serpong. Data yang digunakan dalam

kajian ini meliputi data primer dan data sekunder. Pengolahan dan analisa data

menggunakan metode deskriptif, dengan matriks Internal Factor Evaluation

Page 5: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

v

(IFE), External Factor Evaluation (EFE), matriks Internal External (IE),

Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats (SWOT) dan Quantitative

Strategic Planning Matrix (QSPM). Secara konseptual, tujuan QSPM adalah

untuk menentukan strategi mana yang dianggap paling baik untuk

diimplementasikan.

Karakteristik BIT adalah merupakan salah satu UPT di bawah pembinaan

BPPT, yang dipimpin seorang Kepala Balai, mempunyai struktur organisasi

bentuk organisasi tunggal. Sumber pendanaan sebagian besar dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), jumlah tenant (inwall dan outwall) yang

dibina selama kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2006 – 2010) + 100 tenant

atau rataan 20 tenant per tahun. Waktu pembinaan tenant rataan 1 – 3 tahun

dengan tingkat keberhasilan tenant yang lulus + 80 persen. Jenis industri tenant

yang dibina adalah: (1) industri manufaktur 50 %; (2) industri kreatif 30%; dan

agroindustri 20%.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan BIT adalah jumlah SDM,

dana, sarana dan prasarana, layanan, networking yang cukup memadai dan

komitmen kuat. Berdasarkan analisis fungsi BIT telah memenuhi kelayakan

sebagai suatu organisasi yang baik, yaitu sebagai lembaga intermediasi dan

sebagai inkubator.

Dari hasil analisa matriks IFE skor tertinggi untuk kekuatan BIT adalah

0,452 yaitu jumlah SDM yang memadai. Kelemahan utama BIT ditunjukkan

dengan nilai skor tertinggi 0,192 yaitu dana untuk pembinaan tenant yang terbatas

dan bersifat jangka pendek. Dari hasil analisa matriks EFE diperoleh nilai skor

tertinggi untuk peluang BIT 0,540, yaitu daya saing UKM yang lemah. Faktor

ancaman yang menonjol dan berpengaruh dalam lingkungan external dengan nilai

skor tertinggi 0,260 yaitu produk impor yang lebih murah dan sejenis yang

diproduksi oleh UKM. Analisa matrik IE dengan nilai IFE 2,529 dan EFE 2,655

menunjukkan bahwa strategi pemasaran BIT terletak pada Sel V. Dalam hal ini

strategi yang dapat diterapkan adalah strategi menjaga dan mempertahankan,

dengan alternatif strategi berupa penetrasi pasar, pengembangan produk/jasa.

Berdasarkan penentuan matriks QSPM diperoleh urutan strategi utama

yang paling menarik untuk diterapkan di BIT adalah : (1) Meningkatkan

pemanfaatan dan penggunaan sumberdaya yang ada untuk meningkatkan jumlah

dan daya saing UKM binaan (TAS 6,135); (2) Menjaga dan meningkatkan

kualitas dan kuantitas layanan teknologi dengan memanfaatkan teknologi hasil

lembaga litbang (TAS 4,542); (3) Menjaga dan meningkatkan kualitas dan

kuantitas layanan akses pasar untuk memanfaatkan potensi pasar (dalam dan luar

negeri) bagi produk-produk UKM binaan (TAS 4,125).

Page 6: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

vi

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencamtumkan atau

menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penulisan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

yang wajar IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis

dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

Page 7: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

vii

STRATEGI DAN KELAYAKAN

PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK

MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN

MENENGAH DI INDONESIA

(Studi Kasus Balai Inkubator Teknologi di Puspiptek, Serpong)

WISMAN INDRA ANGKASA

Tugas Akhir

Sabagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Profesional pada

Program Studi Industri Kecil Menengah

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

Page 8: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

viii

Judul Tugas Akhir : Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi untuk

Meningkatkan Daya Saing Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia

(Studi Kasus Balai Inkubator Teknologi di Puspiptek Serpong)

Nama : Wisman Indra Angkasa

NIP : P05-4090055

Disetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA Dr. Nurmala K Panjaitan, MS, DEA

Ketua Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Industri Kecil dan Menengah

Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS,Dipl.Ing, DEA Dr. Ir. Dahrul Syah, Msc.Agr

Page 9: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

ix

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tugas Akhir : Dr. Ir. H. Amiruddin Saleh

Page 10: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

x

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-

Nya sehingga karya tulis ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam

kajian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2011 ialah Lembaga Intermediasi,

dengan judul Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi untuk

Meningkatkan Daya Saing Usaha Kecil dan Menengah (Studi Kasus Balai

Inkubator Teknologi di Puspiptek Serpong).

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis,

MS, Dipl.Ing, DEA dan Ibu Dr. Nurmala K Panjaitan, MS, DEA yang telah

membimbing dengan penuh kesabaran dan banyak memberikan saran-saran. Di

samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Bambang

S Pujantyo selaku Kepala Balai Inkubator Teknologi, Badan Pengkajian dan

Penerapan Teknologi dan Drs. Priyanto, ME yang telah memberikan ijin dan

membantu selama pengumpulan data. Ucapan terima kasih juga disampaikan

kepada Dr. Derry Pancadarma, MSc selaku Direktur Pusat Kebijakan Difusi

Teknologi yang telah memberikan ijin untuk tugas belajar. Ungkapan terima kasih

juga disampaikan kepada istri dan anak-anakku tercinta, atas segala doa, dorongan

semangat dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, April 2011

Wisman Indra Angkasa

Page 11: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

xi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Balikpapan pada tanggal 30 Desember 1964 sebagai

anak kelima dari pasangan Achmad Effendi dan Mutamamah. Pendidikan

Diploma III ditempuh di Program Studi Budidaya Perikanan, Sekolah Tinggi

Perikanan Jakarta lulus tahun 1986. Tahun 1986 penulis bekerja di Badan

Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Pendidikan Diploma IV didapatkan tahun

1992 pada Program Studi Budidaya Perikanan di Sekolah Tinggi Perikanan di

Jakarta.

Saat ini penulis bekerja sebagai Perekayasa Muda bidang kebijakan

teknologi di Pusat Kebijakan Difusi Teknologi, Badan Pengkajian dan Penerapan

Teknologi.

Penulis pada tahun 2002 mendapatkan penghargaan Satyalancana

Pembangunan dari Presiden atas jasa dalam bidang lapangan pembangunan dan

hal ini dilatarbelakangi oleh kondisi penulis sejak tahun 1986-2000 dinilai berhasil

melakukan penelitian dan difusi teknologi budidaya dan pasca panen rumput laut

kepada masyarakat di seluruh wilayah Indonesia.

Page 12: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

x

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ------------------------------------------------------------------------------- xiii

DAFTAR GAMBAR --------------------------------------------------------------------------- xiv

DAFTAR LAMPIRAN ------------------------------------------------------------------------- xv

I. PENDAHULUAN ---------------------------------------------------------------------- 1

I.1 Latar Belakang --------------------------------------------------------------------- 1

I.2 Perumusan Masalah --------------------------------------------------------------- 4

I.3 Tujuan Kajian ---------------------------------------------------------------------- 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ---------------------------------------------------------------- 6

2.1 Usaha Kecil dan Menengah ------------------------------------------------------ 6

2.1.1 Definisi -------------------------------------------------------------------- 6

2.1.2 Kinerja Usaha Kecil dan Menengah ----------------------------------- 7

2.1.3 Permasalahan Usaha Kecil dan Menengah --------------------------- 10

2.2 Lembaga Intermediasi ------------------------------------------------------------ 12

2.2.1 Definisi -------------------------------------------------------------------- 12

2.2.2 Kriteria -------------------------------------------------------------------- 15

2.2.3 Contoh Lembaga Intermediasi di Indonesia ------------------------- 16

2.2.4 Contoh Lembaga Intermediasi di Beberapa Negara ---------------- 19

2.3 Sistem Inovasi --------------------------------------------------------------------- 24

2.3.1 Definisi -------------------------------------------------------------------- 24

2.3.2 Implementasi -------------------------------------------------------------- 27

2.4 Strategi Pengembangan Organisasi --------------------------------------------- 29

2.4.1 Definisi -------------------------------------------------------------------- 29

2.4.2 Klasifikasi Strategi ------------------------------------------------------- 30

2.4.3 Implementasi -------------------------------------------------------------- 33

2.5 Kelayakan Organisasi ------------------------------------------------------------- 36

2.6 Daya Saing -------------------------------------------------------------------------- 38

2.7 Inkubator ---------------------------------------------------------------------------- 43

2.7.1 Definisi -------------------------------------------------------------------- 45

2.7.2 Konsep Dasar, Persyaratan dan Prinsip Inkubator ------------------ 47

2.7.3 Jenis Inkubator ----------------------------------------------------------- 49

2.7.4 Inkubator Bisnis di Beberapa Negara ---------------------------------- 51

2.8 Balai Inkubator Teknologi -------------------------------------------------------- 61

III. PELAKSANAAN TUGAS AKHIR -------------------------------------------------- 63

3.1 Lokasi dan Waktu ------------------------------------------------------------------ 63

3.2 Metode Kajian ---------------------------------------------------------------------- 64

3.2.1 Pengumpulan Data --------------------------------------------------------- 64

3.2.2 Pengolahan dan Analisa Data -------------------------------------------- 64

3.3 Aspek Kajian ----------------------------------------------------------------------- 68

Page 13: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

xi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN -------------------------------------------------------- 70

4.1 Karakteristik Balai Inkubator Teknologi --------------------------------------- 70

4.1.1 Aspek Legal ---------------------------------------------------------------- 70

4.1.2 Aspek Organisasi ---------------------------------------------------------- 71

4.1.3 Aspek Keuangan ----------------------------------------------------------- 74

4.1.4 Aspek Operasional --------------------------------------------------------- 76

4.1.5 Aspek Monitoring --------------------------------------------------------- 82

4.2 Analisis Fungsi Balai Inkubator Teknologi ------------------------------------ 83

4.2.1 Fungsi Organisasi ---------------------------------------------------------- 83

4.2.2 Fungsi Inkubator ----------------------------------------------------------- 92

4.2.3 Fungsi Lembaga Intermediasi ------------------------------------------- 96

4.3 Perumusan Strategi dan Kelayakan Pengembangan Balai Inkubator

Teknologi ---------------------------------------------------------------------------- 98

4.3.1 Identifikasi Matriks IFE dan Matriks EFE ----------------------------- 98

4.3.2 Identifikasi Matriks IE ---------------------------------------------------- 102

4.3.3 Analisis SWOT ------------------------------------------------------------ 103

4.3.4 Matriks SWOT ------------------------------------------------------------- 104

4.3.5 Perumusan Strategi Prioritas --------------------------------------------- 106

V. KESIMPULAN DAN SARAN ------------------------------------------------------- 107

5.1 Kesimpulan ------------------------------------------------------------------------- 107

5.2 Saran --------------------------------------------------------------------------------- 107

DAFTAR PUSTAKA --------------------------------------------------------------------------- 108

LAMPIRAN ------------------------------------------------------------------------------------- 111

Page 14: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Perkembangan jumlah dan kinerja UMKM dan UB tahun 2007 - 2009 ------------ 9

2 Penjabaran strategi generik menjadi strategi utama ------------------------------------ 31

3 Persentase tingkat pendidikan formal dari pengusaha UKM industri manu-

faktur tahun 2006 ------------------------------------------------------------------------- 41

4 Inovasi pada tingkat perusahaan menurut negara/wilayah ---------------------------- 43

5 Jumlah inkubator bisnis di beberapa negara -------------------------------------------- 44

6 Inkubator bisnis di beberapa negara tahun 2005 ---------------------------------------- 51

7 Tipe inkubator bisnis di Kanada ---------------------------------------------------------- 54

8 Peran stakeholder dalam pengembangan inkubator bisnis --------------------------- 55

9 Komposisi sumber dana pada pengelolaan inkubator bisnis ------------------------- 56

10 Jadwal kajian ------------------------------------------------------------------------------- 63

11 Anggaran biaya kajian ---------------------------------------------------------------------- 63

12 Aspek penelitian faktor internal dan eksternal Balai Inkubator Teknologi ---------- 69

13 Beberapa tenant BIT tahun 2006-2010 --------------------------------------------------- 73

14 Jumlah dana rutin operasional kantor dan pembinaan tenant BIT tahun 2006 -

2010 ------------------------------------------------------------------------------------------- 75

15 Permasalahan monitoring BIT dan solusinya -------------------------------------------- 83

16 Program utama BIT tahun 2006-2010 ---------------------------------------------------- 87

17 SDM BIT tahun 2006 - 2010 -------------------------------------------------------------- 87

18 Indikator fasilitas dasar tenant BIT ------------------------------------------------------- 93

19 Matriks IFE --------------------------------------------------------------------------------- 99

20 Matriks IFE --------------------------------------------------------------------------------- 102

21 Matriks SWOT BIT ------------------------------------------------------------------------ 105

22 Kegiatan operasional yang dapat dilakukan oleh BIT --------------------------------- 106

Page 15: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Sistem inovasi nasional -------------------------------------------------------------------- 15

2 Relation building process ------------------------------------------------------------------ 19

3 Service flow at incubation centre in Taiwan -------------------------------------------- 20

4 Pengembangan pasar untuk BDS di Jerman -------------------------------------------- 22

5 Tahapan menentukan strategi utama ----------------------------------------------------- 34

6 Daya saing dan faktor-faktor utama penentu ------------------------------------------- 40

7 Bagan organisasi Balai Inkubator Teknologi ------------------------------------------- 71

8 Skema proses inkubasi tenant di Balai Inkubator Teknologi ------------------------- 77

9 Proses penyusunan RKP, Renja KL, RKA-KL, RAPBN, APBN -------------------- 86

10 Struktur organisasi sistem perekayasa --------------------------------------------------- 90

11 Matriks IE BIT ------------------------------------------------------------------------------ 102

12 Diagaram SWOT BIT ---------------------------------------------------------------------- 103

13 (a) Papan nama; (b) Fasilitas parkir BIT ------------------------------------------------ 115

14 (a) Gedung perkantoran; dan (b) Ruang tamu BIT ------------------------------------ 115

15 (a) Prasasti peresmian; (b) Fasilitas ruang kantor BIT -------------------------------- 115

16 PT. Nanotech salah satu tenant dan fasilitas yang diberikan oleh BIT -------------- 116

17 CV. TREE salah satu tenant BIT yang menghasilkan produk mesin pengolah

air berbasis membran ---------------------------------------------------------------------- 116

Page 16: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Rekapitulasi karakteristik Balai Inkubator Teknologi ----------------------------------- 111

2 Kondisi dan fasilitas yang dimiliki BIT --------------------------------------------------- 115

3 Inwall Tenant BIT ---------------------------------------------------------------------------- 116

4 Daftar calon inwall tenant yang akan diinkubasi BIT tahun 2011 -------------------- 117

Page 17: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan salah satu bagian penting

dari perekonomian suatu negara ataupun daerah. Peran penting tersebut telah

mendorong banyak negara termasuk Indonesia untuk terus berupaya me-

ngembangkan UKM. Walaupun kecil dalam skala jumlah pekerja, aset dan omzet,

namun karena jumlahnya cukup besar, maka peranan UKM cukup penting dalam

menunjang perekonomian. Setidaknya terdapat 3 (tiga) alasan yang mendasari

negara berkembang memandang pentingnya keberadaan UKM, yaitu (1) kinerja

UKM cenderung lebih baik dalam hal menghasilkan tenaga kerja yang produktif;

(2) sebagai bagian dari dinamikanya, UKM sering mencapai peningkatan

produktivitasnya melalui investasi dan perubahan teknologi; (3) karena sering

diyakini bahwa UKM memiliki keunggulan dalam hal fleksibilitas dari pada usaha

besar (Berry 2001 dalam Rahayu 2005).

Kondisi tersebut diatas dapat dilihat dari berbagai data empiris yang

mendukung bahwa eksistensi UKM cukup dominan dalam perekonomian

Indonesia (KUKM 2010), seperti :

1. Jumlah yang cukup besar dan terdapat dalam setiap sektor ekonomi, dimana

pada tahun 2009 tercatat jumlah UKM adalah 587.808 unit atau 1,12 % dari

jumlah total unit usaha (52.769.280 unit).

2. Potensinya yang cukup besar dalam penyerapan tenaga kerja. Setiap unit

investasi pada sektor UKM dapat menciptakan lebih banyak kesempatan kerja

bila dibandingkan dengan investasi yang sama pada usaha besar. Sektor UKM

pada tahun 2009 menyerap 6.198.638 tenaga kerja atau 6,27 % dari total

angkatan kerja yang bekerja (98.886.003 tenaga kerja)

3. Kontribusi UKM dalam Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2009 cukup

nyata, yakni 23,45 % dari total PDB yaitu sebesar 2.993.151,7 milyar rupiah.

Dengan perkembangan lingkungan usaha global yang bergerak dan ber-

kembang sangat cepat dengan tingkat persaingan sangat tinggi, maka

pengembangan dan pembentukan UKM berdaya saing tinggi menjadi mutlak

Page 18: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

2

untuk dilakukan. Salah satu faktor yang mempengaruhi daya saing UKM adalah

daya inovasi dan kemampuan teknologi.

Menjadikan UKM dengan keunggulan daya saing perlu dipahami

keterbatasan UKM, antara lain dalam hal ukuran unit usaha, pengembangan

kapasitas modal, teknologi produksi dan pemasaran produk (Tambunan 2000).

Selain itu menurut Tambunan (2004), keterbatasan pengetahuan sumberdaya

manusia (SDM), modal dan teknologi merupakan salah satu penyebab utama

rendahnya daya saing produk UKM dari produk-produk IB (Industri Besar) atau

produk-produk impor.

Keterbatasan kemampuan teknologi pada UKM disebabkan lemahnya

akses terhadap teknologi. Salah satu penyebabnya adalah tidak adanya titik temu

antara lembaga penelitian dan pengembangan (litbang) sebagai penghasil

teknologi dan UKM sebagai pengguna teknologi, sehingga diperlukan adanya

lembaga yang dapat menjembatani/penghubung antara lembaga litbang dan UKM.

Dalam konsep Sistem Inovasi (SI), sebenarnya sudah ada lembaga yang mem-

punyai peran dan fungsi sebagai penghubung antara lembaga penghasil teknologi

dengan pengguna teknologi, yaitu yang dinamakan Lembaga Intermediasi (LI).

SI adalah sebuah konsep tentang penataan jejaring yang kondusif di antara

para pelaku (aktor lembaga) lembaga ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek)

dalam suatu sistem kolektif untuk penciptaan (creation), penyebaran (diffussion),

dan penggunaan (utilization) ilmu pengetahuan (knowledge) bagi pencapai inovasi

(Nelson 1993 dalam Taufik 2000). Aktor utama SI adalah perguruan tinggi,

industri dan organisasi litbang. Aktor pendukung terdiri dari pemerintah (nasional,

regional, dan lokal), lembaga finansial/ventura (pendanaan), lembaga asing,

pengguna (end user), bridging institution (organisasi profesi yang berperan

sebagai ‘intermediaries’) atau di Indonesia dikenal sebagai LI maupun organisasi

lainnya (lembaga paten, lembaga pendidikan dan latihan (diklat), dan lain-lain)

(Nelson 1993 dalam Taufik 2000).

Dengan nama berbeda-beda di Indonesia sudah banyak LI yang sudah

terbentuk dan tidak saja berperan sebagai lembaga penghubung yang dapat

meningkatkan kemampuan teknologi pada UKM, tetapi juga berperan dalam

meningkatkan akses pasar, akses pembiayaan dan pembinaan manajemen bisnis

Page 19: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

3

serta SDM. Beberapa kriteria khusus yang harus dimiliki suatu lembaga agar

dapat dikatakan sebagai LI yang mempunyai peran dan fungsi sebagai lembaga

penghubung dan memberikan layanan secara optimal dan terpadu kepada UKM

adalah sebagai berikut (PI-UMKM 2008) :

1. Memiliki sumber daya manusia (SDM) yang memadai.

2. Memiliki sarana dan prasarana yang memadai.

3. Memiliki program kerja baik jangka panjang maupun jangka pendek sesuai

dengan orientasi spesifik kebutuhan UKM.

4. Memiliki kerjasama (networking) yang luas.

5. Memiliki minimal 4 (empat) layanan yaitu layanan pengembangan teknologi,

pengembangan SDM, intermediasi jejaring bisnis/pasar dan fasilitasi akses

pembiayaan, yang menjadi pokok kebutuhan dalam meningkatkan daya saing

UKM.

Selain bentuk LI yang berbeda-beda, kepemilikan LI di Indonesia juga

cukup beragam, dan secara umum dapat dikelompokan menjadi 5 (lima)

kelompok kepemilikan, yaitu (1) milik Perguruan Tinggi (PT); (2) milik Lembaga

Swadaya Masyarakat (LSM); (3) milik Pemerintah Pusat; (4) milik Pemerintah

Daerah (Pemda); (5) milik Asosiasi.

Dalam menjalankan peran dan fungsinya tersebut saat ini beberapa LI

tengah dihadapkan beberapa masalah sehingga tidak dapat memberikan layanan

secara optimal kepada UKM. Masalah yang dihadapi LI, antara lain pendanaan,

SDM, sarana dan prasarana yang masih terbatas. Beberapa LI pendanaannya

sangat minim, tidak rutin dan tidak terstruktur. Sebagian besar pendanaan LI

masih banyak yang hanya mengandalkan proyek dan program-program insentif

dari lembaga pemerintah (Kementerian dan Non Kementerian) serta Pemerintah

Daerah. Karena dana yang dimiliki masih minim, sehingga sarana dan prasarana

yang dimilikinya juga sangat terbatas. Ada juga LI yang tidak dapat beroperasi

secara maksimal, karena tidak memiliki SDM yang memadai dan ahli dalam

menangani UKM. Berdasarkan hal tersebut diatas diperlukan adanya kajian

strategi dan kelayakan pengembangan LI untuk meningkatkan daya saing UKM di

Indonesia.

Page 20: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

4

Balai Inkubator Teknologi (BIT) adalah salah satu lembaga yang

mempunyai peran dan fungsi sebagai LI. BIT merupakan LI milik Pemerintah

Pusat yang berlokasi di kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahun dan Teknologi

(Puspiptek) Serpong, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten. BIT merupakan

salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bawah pembinaan Badan Pengkajian

dan Penerapan Teknologi yang mempunyai peran memberikan layanan secara

terpadu kepada UKM. Fungsi dari BIT adalah (BIT 2010) :

1. Menyediakan layanan fasilitas dan advokasi manajemen, akses pasar, akses

pendanaan, aspek legal dan layanan fasilitas laboratorium bagi peneliti BPPT

atau lembaga penelitian lainnya dan masyarakat, dalam rangka menumbuh

kembangkan kewirausahaan baru berbasis teknologi atau inovasi.

2. Memberi layanan advokasi untuk mendukung pengembangan Usaha Kecil

Menengah dan Koperasi (UKMK) yang berbasis teknologi atau inovasi.

3. Meningkatkan jejaring atau networking baik didalam negeri maupun luar

negeri serta memasyarakatkan jasa inkubasi teknologi atau inovasi.

Sejak terbentuk pada tahun 2001, sudah banyak UKM yang berhasil dibina

dan ditingkatkan daya saingnya oleh BIT. Saat ini BIT sedang membina 39 UKM

yang terdiri dari 20 UKM yang merupakan outwall tenant (berlokasi di luar BIT),

dan 19 UKM inwall tenant (berlokasi di dalam BIT). Selain itu BIT mempunyai

mitra 9 lembaga pemerintah, 40 lembaga akademisi dan 724 lembaga bisnis (BIT

2010). BIT dinilai cukup berhasil dalam menjalankan peran dan fungsinya secara

optimal dan terpadu sebagai LI, selain berhasil meningkatkan daya saing UKM

juga berhasil didalam menumbuh-kembangkan UKM baru yang berbasis

teknologi dan inovasi.

Sebagai LI yang dinilai cukup berhasil, BIT dapat dijadikan contoh dan

referensi untuk pengembangan LI yang lain sehingga dapat menjalankan peran

dan fungsinya secara optimal untuk memberikan terpadu dalam rangka

meningkatkan daya saing UKM di Indonesia.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka disusun

permasalahan pada kajian ini adalah :

Page 21: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

5

1. Bagaimana karakteristik dan kondisi BIT sebagai LI ?

2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi keberhasilan BIT dalam

menjalankan peran dan fungsinya sebagai LI untuk meningkatkan daya saing

UKM ?

3. Bagaimana strategi dan kelayakan pengembangan BIT ke depan agar peran dan

fungsinya sebagai LI untuk meningkatkan daya saing dan menumbuh-

kembangkan UKM berbasis teknologi atau inovasi dapat lebih optimal lagi ?

1.3 Tujuan Kajian

Tujuan dari kajian yang akan dilakukan adalah :

1. Mengidentifkasi karakteristik dan kondisi BIT sebagai LI.

2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan BIT dalam

menjalankan fungsi dan perannya secara optimal dan terpadu sebagai LI untuk

meningkatkan daya saing UKM.

3. Menyusun strategi dan kelayakan pengembangan BIT ke depan agar peran dan

fungsinya sebagai LI untuk memberikan layanan terpadu untuk meningkatkan

daya saing dan menumbuh-kembangkan UKM berbasis teknologi atau inovasi

di Indonesia dapat lebih optimal.

Page 22: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Usaha Kecil dan Menengah

2.1.1 Definisi

Di Indonesia, terdapat beberapa definisi yang berbeda-beda tentang Usaha

Kecil dan Menengah (UKM). Pendefinisian ini antara lain oleh Badan Pusat

Statistik, Kementerian Koperasi dan UKM, Bank Indonesia, Kementerian

Perindustrian, Kementerian Keuangan, dan Kementerian Kesehatan. Definisi

UKM menurut lembaga-lembaga tersebut diatas adalah sebagai berikut (Hubeis

2009) :

1. Badan Pusat Statistik (BPS) : UKM adalah perusahaan atau industri dengan

pekerja antara 5 – 19 orang.

2. Bank Indonesia (BI) : UKM adalah perusahaan atau industri dengan

karakteristik berupa; (a) modal kurang dari 20 juta rupiah; (b) untuk satu

putaran usahanya hanya membutuhkan dana 5 juta rupiah; (c) memiliki asset

maksimal 600 juta rupiah di luar tanah dan bangunan; (d) omzet tahunan ≥ 1

miliar rupiah.

3. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Undang-Undang

No. 9 Tahun 1995) : UKM adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil dan

bersifat tradisional, dengan kekayaan bersih 50 juta – 200 juta rupiah (tidak

termasuk tanah dan bangunan tempat usaha) dan omzet tahunan ≥ 1 miliar

rupiah; dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2008 dengan kekayaaan bersih

50 juta – 500 juta rupiah dan penjualan bersih tahunan 300 juta – 2,5 miliar

rupiah.

4. Kementerian Perindustrian :

a. Perusahaan memiliki aset maksimum 600 juta rupiah di luar tanah dan

bangunan.

b. Perusahaan memiliki modal kerja di bawah 25 juta rupiah.

5. Kementerian Keuangan : UKM adalah perusahaan yang memiliki omzet

maksimum 600 juta rupiah per tahun an atau aset maksimum 600 juta rupiah

diluar tanah dan bangunan.

Page 23: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

7

6. Kementerian Kesehatan : perusahaan yang memiliki penandaan standar mutu

berupa Sertifikat Penyuluhan (SP), Merk Dalam Negeri (MD), dan Merk Luar

Negeri (ML).

Adanya berbagai macam penetapan definisi mengenai UKM di atas

membawa berbagai konsekuensi yang strategis. Definisi merupakan konsensus

terhadap entitas UKM sebagai dasar formulasi kebijakan yang akan diambil,

sehingga paling tidak, ada 2 (dua) tujuan adanya definisi yang jelas mengenai

UKM, yaitu pertama, untuk tujuan administratif dan pengaturan; serta kedua,

tujuan yang berkaitan dengan pembinaan (Adiningsih 2000).

Tujuan pertama berkaitan dengan ketentuan yang mengharuskan suatu

perusahaan memenuhi kewajibannya, seperti membayar pajak, melaksanakan

tanggung jawab sosial dan lingkungan, serta mematuhi ketentuan ketenagekerjaan

seperti keamanan dan hak pekerja lainnya. Sementara tujuan kedua lebih pada

pembuatan kebijakan yang terarah seperti upaya pembinaan, peningkatan

kemampuan teknis, serta kebijakan pembiayaan untuk UKM.

Meskipun perbedaan-perbedaan ini bisa dipahami dari segi tujuan masing-

masing lembaga, namun kalangan yang terlibat dengan kelompok UKM seperti

pembuat kebijakan, konsultan, dan para pengambil keputusan akan menghadapi

kesulitan dalam melaksanakan tugasnya. Seperti halnya, kesulitan dalam mendata

yang akurat dan konsisten, mengukur sumbangan UKM bagi perekonomian, dan

merancang regulasi/kebijakan yang fokus dan terarah. Oleh karena itulah, upaya

untuk membuat kriteria yang lebih relevan dengan kondisi saat ini perlu

dilakukan.

2.1.2 Kinerja Usaha Kecil dan Menengah

UKM di negara berkembang, seperti di Indonesia, sering dikaitkan dengan

masalah-masalah ekonomi dan sosial dalam negeri seperti tingginya tingkat

kemiskinan, besarnya jumlah pengangguran, ketimpangan distribusi pendapatan,

proses pembangunan yang tidak merata antara daerah perkotaan dan perdesaan,

serta masalah urbanisasi. Perkembangan UKM diharapkan dapat memberikan

kontribusi positif yang signifikan terhadap upaya-upaya penanggulangan

masalah-masalah tersebut di atas.

Page 24: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

8

Karakteristik UKM di Indonesia pada umumnya mempunyai daya tahan

untuk hidup dan mempunyai kemampuan untuk meningkatkan kinerjanya selama

krisis ekonomi. Hal ini disebabkan oleh fleksibilitas UKM dalam melakukan

penyesuaian proses produksinya, mampu berkembang dengan modal sendiri,

mampu mengembalikan pinjaman dengan bunga tinggi dan tidak terlalu terlibat

dalam hal birokrasi.

UKM di Indonesia dapat bertahan di masa krisis ekonomi disebabkan oleh

4 (empat) hal, yaitu : (1) sebagian UKM menghasilkan barang-barang konsumsi

(consumer goods), khususnya yang tidak tahan lama; (2) mayoritas UKM lebih

mengandalkan pada non-banking financing dalam aspek pendanaan usaha; (3)

pada umumnya UKM melakukan spesialisasi produk yang ketat, dalam arti hanya

memproduksi barang atau jasa tertentu saja; dan (4) terbentuknya UKM baru

sebagai akibat dari banyaknya pemutusan hubungan kerja di sektor formal.

Peranan UKM yang penting sebagai penopang perekonomian, menjadikan

UKM sebagai penggerak utama perekonomian di Indonesia selama ini. Berkaitan

dengan hal ini, paling tidak terdapat beberapa fungsi utama UKM dalam

menggerakan ekonomi Indonesia, yaitu (1) sektor UKM sebagai penyedia

lapangan kerja bagi jutaan orang yang tidak tertampung di sektor formal; (2)

sektor UKM mempunyai kontribusi terhadap pembentukan Produk Domestik

Bruto (PDB); dan (3) sektor UKM sebagai sumber penghasil devisa negara

melalui ekspor berbagai jenis produk yang dihasilkan sektor ini.

Kinerja UKM di Indonesia dapat ditinjau dari beberapa asek, yaitu (1)

nilai tambah; (2) unit usaha, tenaga kerja dan produktivitas; (3) nilai ekspor.

Ketiga aspek tersebut dijelaskan sebagai berikut (K-KUKM, 2010) :

1. Nilai tambah

Kinerja perekonomian Indonesia yang diciptakan oleh UKM tahun 2009 bila

dibandingkan tahun sebelumnya digambarkan dalam angka Produk Domestik

Bruto (PDB) UKM dengan nilai PDB UKM atas dasar harga berlaku mencapai

2.993.151,7 milyar rupiah. UKM memberikan kontribusi 23,45 % dari total PDB

Indonesia.

Page 25: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

9

2. Unit usaha dan tenaga kerja

Pada tahun 2009 jumlah populasi UKM mencapai 587.809 unit usaha atau 2,2

persen terhadap total unit usaha di Indonesia. Sementara jumlah tenaga kerjanya

mencapai 6,2 juta orang.

3. Ekspor non migas UKM

Hasil produksi UKM yang diekspor ke luar negeri mengalami peningkatan

dari 161.543,5 milyar rupiah pada tahun 2008 menjadi 147.878,7 milyar rupiah

pada tahun 2009.

Tabel 1 Perkembangan jumlah dan kinerja UMKM dan UB pada tahun 2007 – 2009

No. Indikator Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Jumlah (unit)

Pangsa

(%) Jumlah (unit)

Pangsa (%)

Jumlah (unit)

Pangsa (%)

1. Unit usaha :

- Usaha mikro

- Usaha kecil

- Usaha menengah

A. UMKM

B. Usaha Besar

49.608.953

498.565

38.282

50.145.800

4.463

98,92

0,99

0,08

99,99

0,01

50.847.771

522.124

39.717

51.409.612

4.650

98,90

1,02

0,08

99,99

0,01

52.176.795

546.675

41.133

52.764.603

4.677

98,88

1,04

0,08

99,99

0,01

2 Tenaga kerja :

- Usaha mikro

- Usaha kecil

- Usaha menengah

A. UMKM

B. Usaha besar

84.452.002

3.278.793

2.761.135

90.491.930

2.535.411

90,78

3,52

2,97

97,27

2,73

87.810.366

3.519.843

2.694.069

94.024.278

2.756.205

90,73

3,64

2,78

97,15

2,85

90.012.694

3.521.073

2.677.565

96.211.332

2.674.671

91,03

3,56

2,71

97,30

2,70

3. PDB atas dasar

harga berlaku* :

- Usaha mikro

- Usaha kecil

- Usaha menengah

A. UMKM

B. Usaha besar

1.209.622,5

386.404,3

511.841,3

2.107.868,1

1.637.681,2

32,29

10,32

13,67

56,28

43,72

1.510.055,8

472.830,3

630.339,9

2.613.226,1

2.080.582,9

32,17

10,07

13,43

55,67

44,33

1.751.644,6

528.244,2

713.262,9

2.993.151,7

2.301.709,2

33,08

9,98

13,47

56,53

43,47

4. Total ekspor non

migas* :

- Usaha mikro

- Usaha kecil

- Usaha menengah

A. UMKM

B. Usaha besar

12.917,5

31.619,5

95.826,8

140.363,8

654.508,3

1,63

3,98

12,06

17,66

82,34

16.464,8

40.062,5

121.481,0

178.008,3

805.532,1

1,67

4,07

12,35

18,10

81,90

14.375,3

36.839,7

111.039,6

162.254,5

790.835,3

1,51

3,87

11,65

17,02

82,98

Keterangan : *) dalam miliar rupiah

Sumber : Kementerian KUKM, 2010

Page 26: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

10

2.1.3 Permasalahan Usaha Kecil dan Menengah

Permasalahan UKM di Indonesia dikelompokkan atas 3 (tiga) kategori

(Hubeis 2009) :

1. Permasalahan klasik dan mendasar, misalnya keterbatasan modal, SDM,

pengembangan produk dan akses pemasaran.

2. Permasalahan pada umumnya, misalnya antara peran dan fungsi instansi

terkait dalam menyelesaikan masalah dasar yang berhubungan dengan

masalah lanjutan seperti prosedur perizinan, perpajakan, agunan dan hukum.

3. Permasalahan lanjutan, misalnya pengenalan dan penetrasi pasar ekspor yang

belum optimal, kurangnya pemahaman desain produk yang sesuai dengan

karakter pasar, permasalahan hukum yang menyangkut perizinan, hak paten

dan prosedur kontrak.

Menurut Urata (2000), secara umum UKM menghadapi dua permasalahan

utama, yaitu masalah finansial dan masalah non finansial. Masalah yang termasuk

dalam masalah finansial (Urata 2000) di antaranya adalah :

1. Kurangnya kesesuaian antara dana yang tersedia dan dana yang dapat diakses

oleh UKM.

2. Tidak adanya pendekatan yang sistematis dalam pendanaan UKM.

3. Biaya transaksi yang tinggi, yang disebabkan oleh prosedur kredit yang cukup

rumit sehingga menyita banyak waktu sementara jumlah kredit yang

dikucurkan kecil.

4. Kurangnya akses ke sumber dana yang formal, baik disebabkan oleh ketiadaan

bank di pelosok maupun tidak tersedianya informasi yang memadai.

5. Bunga kredit untuk investasi maupun modal kerja yang cukup tinggi.

6. Banyak UKM yang belum bankable, baik disebabkan belum adanya

manajemen keuangan yang transparan maupun kurangnya kemampuan

manajerial dan finansial.

Termasuk dalam masalah organisasi manajemen (non-finansial) di

antaranya adalah :

1. Kurangnya pengetahuan atas teknologi produksi dan quality control yang

disebabkan oleh minimnya kesempatan untuk mengikuti perkembangan

teknologi, serta kurangnya pendidikan dan pelatihan (diklat).

Page 27: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

11

2. Kurangnya pengetahuan pemasaran, yang disebabkan oleb terbatasnya

informasi yang dapat dijangkau oleh UKM mengenai pasar, selain karena

keterbatasan kemampuan UKM untuk menyediakan produk/jasa yang sesuai

dengan keinginan pasar.

3. Keterbatasan pendidikan sumber daya manusia (SDM).

4. Kurangnya pemahaman mengenai keuangan dan akuntansi.

Di samping 2 (dua) permasalahan utama di atas, UKM juga menghadapi

permasalahan linkage dengan perusahaan dan ekspor. Permasalahan yang terkait

dengan linkage antar perusahaan, di antaranya sebagai berikut :

1. Industri pendukung yang lemah.

2. UKM yang memanfaatkan/menggunakan sistem cluster dalam bisnis belum

banyak.

Keterbatasan SDM ini merupakan adalah satu hambatan struktural yang

dialami oleh UKM (Urata 2000). Sekitar 70% tenaga kerja UKM hanya SD, dan

alasan tidak melanjutkan sekolah sebagian dikarenakan ketiadaan biaya

(kemiskinan). Sedangkan permasalahan yang terkait dengan ekspor, di antaranya

sebagai berikut :

1. Kurangnya informasi mengenai pasar ekspor yang dapat dimanfaatkan.

2. Kurangnya lembaga yang dapat membantu mengembangkan ekspor.

3. Sulitnya mendapatkan sumber dana untuk ekspor.

4. Pengurusan dokumen yang diperlukan untuk ekspor yang birokratis.

Beberapa hal yang ditengarai menjadi faktor penyebab permasalahan-

permasalahan di atas adalah (1) pelaksanaan undang-undang dan peraturan yang

berkaitan dengan UKM, termasuk masalah perpajakan yang belum memadai; (2)

masih terjadinya ketidaksesuaian antara fasilitas yang disediakan oleh pemerintah

dan kebutuhan UKM; (3) serta kurangnya linkage antar UKM sendiri atau antara

UKM dengan industri yang lebih besar (Urata 2000). Hal ini tentunya

membutuhkan penanganan yang serius serta terkait erat dengan kebijakan

pemerintah yang dibuat untuk mengembangkan UKM.

Page 28: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

12

2.2 Lembaga Intermediasi

2.2.1 Definisi

Intermediasi atau intermediary makna secara harfiahnya adalah perantara

atau penengah. Dalam pembangunan ekonomi biasanya intermediasi merupakan

lembaga yang menjadi penghubung antara pemodal dengan pengusaha/industri.

Dalam hal ini lembaga perbankan merupakan Lembaga Intermediasi (LI) yang

berkaitan dengan konteks pembangunan ekonomi. Dalam konteks kajian ini, LI

yang dimaksud lebih ditekankan kepada LI iptek, yakni suatu lembaga atau

institusi yang menghubungkan atau menjembatani interaksi antara lembaga

penghasil teknologi dan pengguna teknologi. Didalam menjalankan peran dan

fungsinya LI ini tidak saja memberikan layanan pengembangan teknologi tetapi

juga layanan pengembangan SDM, intermediasi jejaring bisnis/pasar dan fasilitasi

akses pembiayaan, yang menjadi pokok kebutuhan dalam meningkatkan daya

saing UKM.

LI merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai lembaga penghubung

(mediatory) dari sumber-sumber produktif pengembangan usaha maupun

pengembangan teknologi dengan pengguna baik masyarakat maupun UKM.

Lembaga ini dapat berupa unit khusus yang independen (memiliki otonomi/

kewenangan pengelolaan organisasi yang relatif tinggi). Contoh dari bentuk ini

berupa suatu lembaga/organisasi, misal “Pusat (Center)” sebagai suatu organisasi

yang sepenuhnya berdiri sendiri (otonom), walaupun implementasinya dalam

koordinasi institusi lain (di bawah suatu kementerian/non kementerian

pemerintah) tertentu, ataupun suatu lembaga berupa konsorsium atau bentukan

dari kerjasama beragam pihak, misalnya inkubator, pusat-pusat teknologi, dunia

usaha dan pemerintah.

Secara legal terminologi intermediasi muncul secara eksplisit dalam

Peraturan Presiden (PP) No 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah (RPJM) 2004-2009 Bab 22 mengenai pembangunan ilmu pengetahuan

dan teknologi (iptek). Dalam RPJM 2004-2009 menyatakan bahwa pembangunan

iptek merupakan sumber terbentuknya iklim inovasi yang menjadi landasan bagi

tumbuhnya kreativitas SDM, yang pada gilirannya dapat menjadi sumber

pertumbuhan dan daya saing ekonomi.

Page 29: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

13

Lemahnya daya saing bangsa dan kemampuan iptek ditunjukkan oleh

sejumlah indikator. Salah satu indikator tersebut adalah karena belum optimalnya

mekanisme intermediasi iptek yang menjembatani interaksi antara kapasitas

penyedia iptek dengan kebutuhan pengguna (PI-UMKM 2008). Masalah ini dapat

terlihat dari belum tertatanya infrastruktur iptek, antara lain institusi yang

mengolah dan menerjemahkan hasil pengembangan iptek menjadi teknologi siap

pakai untuk difungsikan dalam sistem produksi. Disamping itu, masalah tersebut

dapat dilihat dari belum efektifnya sistem komunikasi antara lembaga litbang dan

pihak industri termasuk UKM, yang antara lain berakibat pada minimnya

keberadaan UKM berbasis teknologi (PI-UMKM 2008).

Dengan perkataan lain, salah satu penyebab lemahnya daya saing UKM

disebabkan oleh masih lemahnya peran kelembagaan intermediasi iptek. Untuk

itulah peran LI menjadi sangat sentral dan strategik dalam proses difusi inovasi.

Difusi sebagai proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan, diadopsi dan

dimanfaatkan oleh masyarakat. Melalui proses difusi dimungkinkan suatu inovasi

dikomunikasikan sehingga dapat diketahui oleh banyak orang, tersebar luas dan

akhirnya digunakan oleh masyarakat. Proses difusi biasanya terjadi karena adanya

pihak-pihak yang menginginkan atau secara sengaja merencanakan dan

mengupayakan (Prayitno et al. 2005). Proses difusi teknologi sangat dipengaruhi

oleh adanya interaksi antara 4 (empat) unsur, yaitu karakteristik inovasi itu

sendiri, bagaimana inovasi itu dikomunikasikan, waktu dan sistem sosial dimana

suatu hasil inovasi diperkenalkan (Rogers 1995 dalam Prayitno et al. 2005).

Supaya proses alih teknologi dari penemu kepada pemakai teknologi berjalan

dengan baik, diperlukan LI sebagai salah satu unsur yang sangat penting dalam

proses difusi inovasi, yakni sebagai salah satu bentuk saluran komunikasi.

Salah satu upaya pemerintah dalam mendukung penguasaan pemanfaatan

dan pemajuan iptek secara nyata telah dijabarkan dengan diterbitkannya

Peraturan Pemerintah (PP) No. 20 Tahun 2005 tentang Alih Teknologi. Dengan

adanya PP ini, diharapkan hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh perguruan

tinggi dan lembaga litbang dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk

kepentingan masyarakat, UKM serta dapat menghasilkan nilai tambah ekonomi

dan perbaikan mutu kehidupan bangsa dan negara.

Page 30: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

14

Selama ini proses difusi dan alih teknologi yang dilakukan oleh lembaga-

lembaga tersebut, lebih banyak melihat dari sisi technology push. Technology

push adalah istilah dimana teknologi dikembangkan tanpa melihat apakah

teknologi tersebut dibutuhkan atau ada permintaan pasar atau tidak (Taufik 2000).

Di Indonesia, lembaga yang sebetulnya memiliki fungsi atau paling tidak

diharapkan memiliki peran sebagai LI teknologi, sebetulnya telah banyak di-

bentuk. LI tersebut lebih banyak dibentuk oleh lembaga pemerintah (pusat dan

daerah), walaupun ada juga yang dibentuk oleh Perguruan Tinggi baik negeri

ataupun swasta, LSM, atau perorangan dan asosiasi. LI yang dibentuk oleh

pemerintah pusat, antara lain : BPPT Engineering (BE-BPPT), Business

Technology Center (BTC), Balai Inkubator Teknologi (BIT), program

Kementerian Riset dan Teknologi (KRT), Business Development Service Provider

(BDS-P) dan Forum Pusat Layanan Usaha (PLU) yang merupakan program

Kementerian KUKM. Yang dibentuk oleh Pemda, antara lain Balai Pelayanan

Bisnis Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) dan

UKM Provinsi DI Yogjakarta, Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi/

Kabupaten/Kota, UPT UMKM Disperindag Provinsi Bali. Sedangkan yang

dibentuk oleh LSM atau perorangan misalnya Andalas Solusi Bisnis, Business

Innovation Center (BIC) Jakarta, Perkumpulan untuk Peningkatan Usaha Kecil

(PUPUK), dan LI yang dibentuk oleh Perguruan Tinggi diantaranya adalah :

Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) Universitas Sriwijaya (Unsri), Pusat

Inkubator Agribisnis dan Agroindustri Institut Pertanian Bogor (PIAA-IPB),

UKM Center Universitas Indonesia (UI), UPT Inkubator Industri dan Bisnis (IIB)

Institut Teknologi Bandung (ITB), Pusat Inkubator Bisnis Ikopin (PIBI), IKOPIN,

LPPM Universitas Gadjah Mada dan lain-lain. Sedangkan yang dibentuk oleh

asosiasi antara lain UKM Center Kadin.

Sampai saat ini lembaga-lembaga tersebut sebagian besar masih belum

berperan dan berfungsi secara optimal sebagai LI, baik secara kuantitatif maupun

kualitatif. Diperlukan adanya strategi dan kelayakan pengembangan, serta upaya

yang konsisten agar lembaga-lembaga tersebut dapat berperan dan berfungsi

secara optimal menjadi lembaga intermediasi untuk meningkatkan daya saing

UKM.

Page 31: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

15

Gambar 1 Sistem Inovasi Nasional (KRT 2008)

2.2.2 Kriteria

Lembaga Intermediasi (LI) adalah suatu organisasi atau unit organisasi

sebagai simpul, hub atau gateway dari jaringan kemitraan yang memberikan jasa

pelayanan terpadu untuk meningkatkan daya saing UKM. Beberapa kriteria

khusus yang harus dimiliki suatu lembaga agar dapat dikatakan sebagai LI yang

mempunyai peran dan fungsi sebagai lembaga penghubung dan memberikan

layanan secara optimal dan terpadu kepada UKM adalah sebagai berikut (PI-

UMKM 2008) :

1. Memiliki sumber daya manusia (SDM) yang memadai.

2. Memiliki sarana dan prasarana yang memadai.

3. Memiliki program kerja baik jangka panjang maupun jangka pendek sesuai

dengan orientasi spesifik kebutuhan UKM.

4. Memiliki kerjasama (networking) yang luas.

5. Minimal mempunyai 4 (empat) layanan, yaitu :

a. Jasa layanan berbasis teknologi

Sebagai pusat data dan informasi yang di dalamnya mencangkup teknologi,

peluang pasar, pusat-pusat unggulan teknologi, tenaga ahli, produk, bahan baku,

jaringan bisnis dalam dan luar negeri, informasi best practice, pendanaan, dan

Page 32: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

16

lain-lain. Jasa layanan berbasis teknologi meliputi pemberi rekomendasi terkait

penggunaan/pemanfaatan teknologi, advokasi, alih teknologi, konsultansi,

pengujian, jasa operasional, pilot project, pilot plant, prototype, survei.

b. Pengembangan SDM UKM

Yang dimaksudkan dengan layanan pengembangan SDM adalah layanan-

layanan berkaitan dengan upaya agar kemampuan SDM baik sebagai pelaku

UKM atau technopreneur meningkat, baik dari aspek wawasan berbisnis maupun

kemampuan teknis operasional menjalankan usaha. Jasa layanan pengembangan

SDM UKM meliputi pelatihan, pendampingan, workshop, seminar dan lain-lain.

c. Intermediasi/jejaring bisnis Usaha Kecil dan Menengah

Sebagai pusat jaringan UKM dengan pasar, industri serta jaringan sarana

komunikasi dan pemasaran produk berbasis internet. Jasa layanan intermediasi/

jejaring bisnis UKM meliputi mempertemukan UKM dengan pasar dan industri,

promosi produk-produk UKM melalui pameran-pameran dan internet.

d. Fasilitasi akses pembiayaan

Fasilitasi jasa pembiayaan bank dan non bank (pembiayaan berisiko/risk

capital). Jasa layanan fasilitasi akses pembiayaan mempertemukan UKM dengan

lembaga keuangan/pembiayaan bank dan non bank.

2.2.3 Contoh Lembaga Intermediasi di Indonesia

1. Balai Pelayanan Bisnis Provinsi Daerah Istimewa Yogjakarta

Balai Pelayanan Bisnis (BPB) merupakan salah satu unit dibawah Dinas

Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Provinsi Daerah Istimewa

Yogjakarta (DIY). BPB ini berfungsi untuk memberikan layanan dan fasilitas bagi

pengembangan bisnis di di Yogyakarta, khususnya bagi usaha kecil menengah dan

koperasi (UKMK). Berbagai layanan untuk dunia usaha, khususnya UKMK telah

disediakan oleh BPB yang merupakan beragam layanan dengan mempergunakan

teknologi informasi dan komunikasi. BPB mempunyai tugas dan fungsi sebagai

berikut :

a. Pengelolaan data informasi bisnis.

b. Pengembangan sistem informasi serta pengembangan jaringan pengelolaan

informasi bisnis.

Page 33: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

17

c. Pelayanan informasi bisnis.

d. Pelayanan konsultasi, bimbingan dan pendampingan usaha.

e. Peyelenggaraan pengembangan bisnis.

BPB sebagai lembaga fasilitator pengembangan UKM Provinsi DIY setiap

tahun mengadakan pelatihan bagi UKM dan beberapa diantaranya bersertifikasi.

Kegiatan ini ditujukan untuk meningkatkan kemampuan pelaku UKM DIY, baik

dalam manajerial, pemasaran, administrasi dan pemanfaatan teknologi informasi

bagi perkembanagan usahanya.

Jenis Pelayanan yang terdapat dalam BPB adalah :

a. Pelayanan usaha berupa konsultasi melalui tatap muka.

b. Pelayanan usaha melalui pelatihan/bimbingan, pendampingan dan bantuan

promosi pemasaran.

c. Penyelenggraan pengembangan bisnis melalui bantuan promosi pemasaran.

d. SIOT (Sistem Informasi Operasional dan Transaksi).

e. OLAP (Online Analytical Processing).

f. Diskusi Online dan SMS serta Call Center.

2. Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil

Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil atau disingkat PUPUK

(Association for Advancement of Small Business) adalah organisasi non profit,

independen dan bersifat non-politis yang memposisikan diri sebagai organisasi

yang bergerak dalam bidang pengembangan usaha kecil. PUPUK didirikan untuk

menjawab perlunya kegiatan pengembangan usaha kecil yang terintegrasi di

semua lini ekonomi. Melalui pendekatan yang integratif PUPUK berupaya untuk

mendorong usaha kecil agar mengoptimalkan peranannya.

Kegiatan utama PUPUK adalah kerjasama pengembangan UKM,

implementasi program CSR (Corporate Social Responsibility), studi, riset dan

survei yang dilakukan sebelum dan sesudah program kerjasama pengembangan

UKM, program advokasi yang diarahkan pada upaya memperkuat posisi UKM

dalam persaingan bisnis. Kemudian untuk meningkatkan kapasitas dan kemampu-

an teknis UKM melalui kegiatan pelatihan, workshop, dan in-house training.

PUPUK juga melaksanakan pelatihan dan workshop kepada CSR perusahaan.

Page 34: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

18

Adapun jenis pelatihan dan workshop yang dilaksanakan oleh PUPUK

antara lain tentang :

a. CSR (Corporate Social Responsibility).

b. Klaster industri dan inisiasinya.

c. Local and Regional Economic Development.

d. Kompetensi inti daerah.

e. Perencanaan strategis pembangunan daerah.

f. Rantai nilai (Value Chain Development).

g. Balance Score Card.

h. OVOP (One Village One Product).

Dengan berbagai kegiatan yang telah dilakukan oleh PUPUK tentunya

menghasilkan berbagai pengalaman empirik. Sebagai lembaga yang peduli pada

pengembangan dan penguatan UKM, maka PUPUK merasa berkewajiban untuk

mendiseminasikan berbagai temuan dan pengalaman empirik di lapangan kepada

publik, melalui seminar, workshop dan berbagai publikasi.

Program-program penguatan UKM dilakukan dengan basis potensi yang

dimiliki oleh UKM dan kebutuhan UKM dengan memanfaatkan berbagai sumber

daya yang dimiliki Indonesia.

3. Surabaya Busines Incubator Centre (Pusat Pembinaan dan Pengembang-

an Wirausaha Jawa Timur)

Misi dan tujuan dari lembaga ini adalah mengembangkan wirausaha

pemula/industri kecil yang belum berpengalaman menjadi wirausaha menengah

dan tangguh.

Bentuk layanan yang dapat diberikan oleh lembaga ini adalah :

a. Menyediakan fasilitas bagi pengusaha pemula dalam bidang industri kecil dan

menengah (IKM) untuk mengembangkan usahanya dengan cara memberikan

dukungan pembinaan administrasi, manajemen, teknologi, pemasaran dan

dana.

b. Memberikan jasa penyuluhan kepada para pengusaha kecil (industri kecil)

diluar tenant, serta mengusahakan jaringan informasi mengenai dunia usaha,

antara lain yang berkaitan dengan manajemen, teknologi, pemasaran dan dana.

Page 35: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

19

2.2.4 Contoh Lembaga Intermediasi di Beberapa Negara

1. Lembaga intermediasi di negara China

Pemerintah China telah melakukan penggabungan antara sistem iptek sesuai

dengan kebutuhan ekonomi pasar dan kebijakan perpajakan, untuk mendorong

inovasi teknologi dalam dunia usaha. Selain itu juga dikembangkan dan diperkuat

fungsi Research and Development (R&D) dari berbagai lembaga litbang

pemerintah maupun universitas dan melakukan percepatan pengembangan inovasi

teknologi untuk

Berbagai upaya dalam pengembangan UKM di Cina telah dilakukan

melalui LI seperti inkubator teknologi. Salah satu pusat inkubator teknologi

terbesar terdapat di Shanghai, yaitu Shanghai Technology Innovation Center

(STIC), yaitu salah satu lembaga publik non profit di bawah pimpinan Komisi

Iptek Kodya Shanghai yang yang dibentuk pada tahun 1988. STIC merupakan

pusat inkubasi yang cukup berprestasi dan didanai oleh pemerintah Shanghai,

diakui oleh Kementerian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sebagai Pusat

Pelayanan Teknologi baru dan tinggi, serta merupakan salah satu Pusat

International Business Incubator. STIC mencurahkan perhatiannya untuk suatu

prinsip dari alih teknologi yang unggul, inkubasi teknologi bagi pengusaha, dan

menanamkan teknologi entrepreneur dan berusaha sekuat tenaga untuk

membangun lingkungan inovasi yang baik untuk menyediakan pelayanan

komprehensif terhadap pengguna teknologi dan inovator untuk tujuan

komersialisasi. Sebagai organisasi induk dari Asosiasi Inkubasi Teknologi Bisnis

(Technology Business Incubation Association) Shanghai, selusin inkubator

teknologi, termasuk inkubator “Yangpu” dan “IC Design” didanai dan didirikan

oleh STIC.

Gambar 2 Relation building process (STIC 2007dalam Mulyadi, 2008)

Industry Government

STIC

Page 36: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

20

2. Lembaga intermediasi di negara Taiwan

Pertumbuhan penting dalam inovasi dan aktivitas kewirausahaan dalam era

baru perkembangan ekonomi, pada tahun 1996 Small and Medium Enterprise

Administration (SMEA) dari Kementerian Ekonomi (MOEA), mengambil inisiatif

dan memimpin dalam pembangunan dan perkembangan pusat inkubasi di Taiwan.

Pusat inkubasi merupakan tempat pembinaan/pelatihan inovasi bisnis,

produk dan teknologi, serta membantu UKM untuk menumbuhkan kemampuan-

nya sendiri. Dengan menyediakan ruangan kantor, peralatan, dan R&D

technology, membantu penjaminan pembiayaan dan menyediakan konsultasi

manajemen, serta pelayanan bisnis lainnya. Konkrit dari hal yang dimaksud

adalah membantu memfasilitasi integrasi efektif dari sumber daya, membantu

mengurangi biaya dan resiko pemula untuk mengembangkan bisnisnya.

Gambar 3 Service Flow at Incubation Centers in Taiwan (SMEA 2005 dalam

Mulyadi, 2008)

Incubation Centers

Promotion Presentation

Premilinary Discussion With Applicants

Review On Apllications

Contrack Signing

Formulation Of Incubation Plans And

Excecution

Helping Enterprises Fit To Various

Industrial Environments

Evaluation And Recomendation On

Statements Of Operation

Arrangement Of Promotinal Campaigns

And Consulting Services

Filing Of Apllication For

Moving Into Incubation

Centers

Writing - Up Of

Provision Of Detailed

Bisness Plan

Provision Of Statements Of

Operation

Application Procedures For Locating One’s

Start Up Within An Incubation Center

Incubation Center

Service Flow

Page 37: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

21

Saat ini, sebagian besar pusat inkubasi di Taiwan berafiliasi dengan

universitas. Kementerian Urusan Ekonomi mendorong lembaga penelitian dan

private sector untuk menanam investasi dalam sektor inkubator dan menyusun

strategi untuk penggabungan beberapa sumber daya dan kekuatan yang berbeda

dari pusat inkubasi yang berjalan dengan unversitas dan lembaga penelitian.

Tujuan utamanya adalah menyediakan suatu bentuk yang komprehensif tentang

pelayanan inkubasi untuk melindungi setiap langkah proses pengembangan UKM.

3. Lembaga intermediasi di negara Jerman

Fungsi LI di Jerman adalah memberikan pelayanan (business development

service-BDS) yang bersifat nirlaba dan berperan penting terhadap pendirian,

kelangsungan hidup, produktivitas, daya saing, perkembangan perusahaan baru

dan UKM.

LI di Jerman memberikan berbagai jenis pelayanan yang meliputi pelatihan,

konsultansi, bimbingan pemasaran, teknologi informasi, pengembangan teknologi

dan promosi jejaring bisnis. LI memberikan 2 (dua) kategori pelayanan, yaitu

bersifat operasional dan yang bersifat strategik. Pelayanan operasional merupakan

kegiatan rutin seperti sistem informasi dan komunikasi, pengelolaan keuangan dan

perpajakan dimana semua kegiatan tersebut didasarkan pada peraturan yang

berlaku di Jerman.

Dilain pihak, pelayanan strategik merupakan kegiatan yang digunakan

untuk mengantisipasi program jangka menengah dan jangka panjang dalam

rangka meningkatkan kinerja perusahaan client, daya saing dan akses ke pasar.

Sebagai contoh pelayanan strategik dapat membantu perusahaan client untuk

mengidentifikasi dan memberikan pelayanan ke pasar, mendisain produk,

menyiapkan fasilitas dan akses ke bank.

Di negara Jerman, fungsi LI dilakukan oleh beberapa pihak (aktor), yaitu :

a. Perusahaan baru/UKM, merupakan sisi demand dari pasar LI.

b. Provider BDS memberikan service langsung ke perusahaan baru/UKM.

Dapat berupa individu, private forprofit firms, NGO, badan pemerintah,

asosiasi dan lain-lain.

c. Fasilitator BDS mendukung provider BDS, contoh mengembangkan produk

service baru, mempromosikan praktek baik dan membangun kapasitas dan

Page 38: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

22

Pendanaan publik, pengembangan pasar

Pendanaan privat, Orientasi komersial

Pelayanan langsung Fasilitasi demand/supply

kemampuan provider BDS. Fasilitator juga dapat bekerja pada sisi demand,

contohnya mendidik perusahaan baru/UKM untuk mengenali keuntungan

yang bisa didapat atau memberikan insentif.

d. Donor menyediakan pendanaan pada proyek-proyek BDS. Pada beberapa

kasus, fasilitator BDS adalah donor itu sendiri.

e. Pemerintah, yang seperti donor juga memberikan pendanaan untuk proyek-

proyek BDS. Selain itu, intervensi terhadap BDS, peranan utama pemerintah

adalah menyediakan kebijakan, hukum dan regulasi untuk perusahaan

baru/UKM dan provider BDS, serta infrastuktur, pendidikan dan pelayanan

informasi.

Gambar 4 di bawah mengilustrasikan fungsi dari berbagai aktor tersebut di

atas, masing-masing dengan tujuan yang berbeda-beda tergantung pada orientasi

komersial atau pengembangan publik. Fasilitator BDS mempunyai tujuan untuk

mengembangkan pasar sebagai bagian dari kebijakan sosial dan ekonomi

pemerintah Negara Jerman. Bagi Provider BDS yang berorientasi komersial,

pengembangan pasar yang dilakukan oleh fasilitator BDS adalah tidak relevan

dengan misi Provider BDS komersial dan bahkan sering timbul konflik.

Gambar 4 Pengembangan pasar untuk BDS di Jerman (Mulyadi, 2008)

Page 39: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

23

Sebagai contoh, pengembangan pasar untuk BDS sering berimplikasi pada

makin tumbuhnya Provider BDS baru. Pada paradigma pengembangan pasar

untuk BDS, fungsi utama dari Donor dan Pemerintah adalah memfasilitasi

tumbuhnya sisi demand dan supply.

4. Lembaga intermediasi di negara Jepang

Di Jepang, ada lembaga yang dinamakan Japan Small Medium Business

Corporation (JASMEC). Lembaga ini dikelola secara profesional atas dasar

kebijakan umum yang ditetapkan oleh pemerintah. Didirikan pada tanggal 1 Juli

1999 yang merupakan penggabungan dari Small Business Credit Insurance

Corporation (Japan CIC) dan Japan Small Business Corporation (JSBC).

Lembaga ini berada dibawah pengawasan Ministry of Industry and International

Trade (MITI) dan Ministry of Finance, dimana seluruh modalnya berasal dari

pemerintah pusat. Lembaga ini dibangun untuk mengimplementasikan kebijakan

pemerintah Jepang menyangkut UKM melalui mutu SDM, internasionalisasi (go

international) dan pelayanan informasi, seperti informasi pasar, informasi

teknologi, dan sebagainya.

Bentuk sistem dukungan kepada UKM dilakukan melalui pembuatan

buku petunjuk, training dan pelayanan konsultasi manajemen dengan melibatkan

the chambers of commerce and industry, associations of entrepreneurs dan

asosiasi perdagangan UKM. Jasmec dan SME & Venture Business Support

Centers telah melakukan kerjasama kolektif dalam mengembangkan UKM.

Pelayanan di bidang keuangan dilakukan Japanese Finance for Small

Business (59 cabang), People Finance Corporation (152 cabang) dan The Shoko

Chukin Bank (104 cabang). Sedangkan untuk asuransi kredit dilakukan oleh Small

Business Credit Insurance Corporation dan didukung oleh Prefectural Credit

Insurance Association (asosiasi kredit yang berada di distrik, terdiri dari 52

anggota). Bagi UKM yang membutuhkan investasi, mereka dapat menghubungi

Small and Medium Business Investment & Consultation Co. Ltd. di Tokyo, Osaka,

dan Nagayo.

Sedangkan untuk melihat peluang-peluang usaha yang dapat

dikembangkan serta kelemahan-kelemahan para pesaingnya di luar negeri, UKM

di Jepang juga mendapatkan informasi business intelligence dari Japan Chamber

Page 40: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

24

of Commerce and Industry dan National Federation of Commerce-Industry Trade

Association.

Selain lembaga-lembaga yang mendukung pemberdayaan UKM di Jepang,

para pelaku UKM sendiri juga mendirikan National Federation of Small Business

Association dan didukung oleh asosiasi di daerah Perfectural Federation of Small

Business Association guna menyamakan arah dan pandangan sehingga dapat

berkerjasama dengan baik. Asosiasi ini dikelola dengan sangat profesional,

dimana di dalamnya terdapat sekitar 9000 konsultan yang senantiasa memberikan

bimbingan kepada UKM untuk dapat mengakses pasar, meningkatkan kinerjanya,

meningkatkan kualitas produknya, dan sebagainya.

Negara Jepang sudah mengembangkan tiga macam sistem dukungan

kepada UKM yaitu SME/Venture Business Support Centers, Prefectural SME

Support Centers dan Regional SME Support Centers.

Ketiga lembaga ini saling bekerjasama dengan lembaga-lembaga lain

seperti Commerce and Industry Associations and Chambers of Commerce and

Industry dengan melakukan pelayanan satu atap menyangkut informasi, strategi,

dan implementasi proyek termasuk didalamnya pelayanan konsultasi dan

penyediaan tenaga ahli, serta pelaksanaan training dan seminar, dan lain-lain.

2.3 Sistem Inovasi

2.3.1 Definisi

Sistem Inovasi (SI) semakin sering dibahas, terutama dalam dua dekade

terakhir ini. Banyak bukti empiris menunjukkan bahwa perusahaan, daerah atau

negara yang berhasil di bidang sosial ekonomi ternyata didukung oleh SI yang

berkembang dan kuat.

Sistem Inovasi pada dasarnya merupakan sistem yang terdiri dari

sehimpunan aktor, kelembagaan, jaringan, kemitraan, hubungan interaksi dan

proses produktif yang mempengaruhi arah perkembangan dan kecepatan inovasi

dan difusinya serta proses pembelajaran. Dengan demikian SI sebenarnya

mencakup basis iptek termasuk di dalamnya aktivitas pendidikan, aktivitas

penelitian dan pengembangan, dan rekayasa), basis produksi (meliputi aktivitas-

aktivitas nilai tambah bagi pemenuhan kebutuhan bisnis dan non bisnis, serta

Page 41: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

25

masyarakat umum), dan pemanfaatan dan difusinya dalam masyarakat, serta

proses pembelajaran yang berkembang.

Beberapa definisi yang berkembang tentang SI dari beragam sudut

pandang sebagai berikut :

a. SI adalah jaringan lembaga di sektor publik dan swasta yang interaksinya

memprakarsai, mengimpor, memodifikasi dan mendifusikan teknologi-

teknologi baru (Freeman 1987 dalam Taufik 2000).

b. SI merupakan unsur dan hubungan-hubungan yang berinteraksi dalam

menghasilkan, mendifusikan dan menggunakan pengetahuan yang baru dan

bermanfaat secara ekonomi.

c. SI merupakan sehimpunan aktor yang secara bersama memainkan peran

penting dalam mempengaruhi kinerja inovatif (innovative performance)

(Nelson and Rosenberg 1993 dalam Taufik 2000).

d. SI merupakan sistem yang menghimpun institusi-institusi berbeda yang

berkontribusi, secara bersama maupun individu, dalam pengembangan dan

difusi teknologi-teknologi baru dan menyediakan kerangka kerja (framework),

di mana pemerintah membentuk dan mengimplementasikan kebijakan-

kebijakan untuk mempengaruhi proses inovasi.

e. SI merupakan himpunan lembaga-lembaga pasar dan non-pasar di suatu negara

yang mempengaruhi arah dan kecepatan inovasi dan difusi teknologi (Freeman

1987 dalam Taufik 2000).

f. SI merupakan keseluruhan faktor ekonomi, sosial, politik, organisasional dan

faktor lainnya yang mempengaruhi pengembangan, difusi dan penggunaan

inovasi. Jadi, SI pada dasarnya menyangkut determinan dari inovasi (Edquist

2001 dalam Taufik 2000).

g. Menggunakan istilah ”sistem riset dan inovasi nasional” (national research

and innovation system), yaitu keseluruhan aktor dan aktivitas dalam ekonomi

yang diperlukan bagi terjadinya inovasi industri dan komersial dan membawa

kepada pembangunan ekonomi (Arnold et al. 2001 dalam Taufik 2000).

Dari beragam uraian definisi tersebut dan perkembangan dalam literatur

SI, secara “konsep” sejauh ini pada dasarnya ada beberapa hal penting yang

“melekat (inherent)” dalam pengertian SI (Taufik 2000), yaitu :

Page 42: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

26

a. Kata “sistem” dalam istilah SI menunjukkan cara pandang yang secara sadar

memperlakukan suatu kesatuan menyeluruh (holistik) dalam konteks “inovasi

dan difusi.

b. Dalam literatur SI, konvensi yang umum tentang pengertian istilah SI pada

dasarnya lebih luas dari (mencakup) ”sistem iptek” (dan bagian dari sistem

relevan lainnya). Istilah SI juga meliputi konteks “inovasi dan difusinya.

Walaupun ada yang menggunakan istilah “sistem riset dan inovasi”/research

and innovation system (misalnya Arnold et al. 2001 dalam Taufik 2000),

namun istilah “SI dan difusi” tidak lazim digunakan.

Berdasarkan beberapa sudut pandang dari para ahli dan literatur diatas,

maka SI adalah sebuah konsep tentang penataan jejaring yang kondusif di antara

para pelaku (aktor lembaga) lembaga iptek dalam suatu sistem yang kolektif

dalam penciptaan (creation), penyebaran (diffussion), dan penggunaan

(utilization) ilmu pengetahuan (knowledge) untuk pencapai inovasi (Nelson and

Rosenberg 1993 dalam Taufik 2000). Konsep SI menjadi populer pada akhir

tahun 80-an oleh Christopher Freeman ketika memetakan interaksi antar aktor

invoasi, yaitu antara pemerintah, universitas, lembaga riset dan industri di Jepang.

Kemajuan inovasi teknologi di Jepang tidak terlepas dari interaksi dan sinergi dari

aktor-aktor tersebut, sehingga mampu menghasilkan produk-produk teknologi

yang inovatif dan kompetitif di pasar dunia (Freeman 1995). Inti dari konsep SI

adalah jejaring (network) dan secara umum jejaring merupakan pemetaan dari

interaksi aktor-aktor lembaga, serta faktor lainnya, sehingga membentuk pola

(pattern) jejaring tertentu.

Pengertian jejaring dalam SI dapat dipersepsikan secara sempit (narrow)

maupun luas (broader). Para pakar lebih cenderung melihat jejaring dalam arti

sempit yaitu interaksi antara perguruan tinggi, industri dan pemerintah. Sedangkan

para pemikir lainnya (Freeman 1987; Lundval 1988 dan 1992; Nelson 1988 dan

1993 dalam Taufik 2000) cenderung untuk melihat jejaring tersebut sebagai

hubungan interaksi antar aktor yang terdiri dari aktor utama dan pendukung, serta

faktor-faktor determinan (determinant factors) yang mempengaruhi hubungan

tersebut. Interaksi antar aktor dalam lembaga dapat bermacam-macam, baik itu

technical, commercial legal, social, maupun finansial.

Page 43: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

27

Aktor utama dari SI adalah perguruan tinggi, industri, dan organisasi

litbang. Aktor pendukung terdiri dari pemerintah (nasional, regional dan lokal),

lembaga finansial/ventura (pendanaan), lembaga asing, pengguna (end user),

bridging institution (organisasi profesi yang berperan sebagai „intermediaries‟),

maupun organisasi lainnya (lembaga paten, lembaga diklat dan lain-lain).

Sedangkan faktor-faktor determinan terdiri dari struktur ekonomi dan industri,

persaingan, dan sosial budaya. Terdapat banyak saluran aliran pengetahuan

diantara institusi dan berbagai pendekatan untuk mengukurnya.

2.3.2 Implementasi

Pentingnya SI bagi Indonesia adalah untuk menjembatani sisi supply dan

demand teknologi. SI merupakan suatu jaringan rantai pemasok teknologi yang

mengaitkan antara institusi publik pemasok teknologi dan sektor swasta pengguna

teknologi dalam suatu wilayah nasional (SINAS) atau daerah (SIDA) yang

berinteraksi secara koheren dalam lingkup kegiatan memproduksi pengetahuan,

menerapkan dan mendiseminasikan hasilnya sehingga manfaat nyata dapat

dirasakan masyarakat (KRT 2008).

Implementasi dari SI, yaitu suatu pengaturan kelembagaan yang secara

sistemik dan berjangka-panjang yang dapat mendorong, mendukung, menyebar-

kan dan menerapkan inovasi-inovasi di berbagai sektor, dan dalam skala nasional.

Konsep seperti ini relatif baru, meskipun sudah mulai diterapkan di beberapa

negara yang mengalami transformasi. Setiap negara mempunyai SI dengan corak

yang berbeda dan khas, yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisinya masing-

masing.

Pada prinsipnya terdapat 5 (lima) segi/tekanan perhatian yang umumnya

yang harus diperhatikan dalam SI (Taufik 2005), yaitu :

a. Basis sistem sebagai tumpuan bagi proses inovasi beserta difusi inovasi.

b. Aktor dan/atau organisasi (lembaga) yang relevan dengan perkembangan

inovasi dan difusinya.

c. Kelembagaan, hubungan, jaringan dan interaksi antar pihak yang

mempengaruhi inovasi dan difusinya.

d. Fungsionalitas, yaitu menyangkut fungsi-fungsi utama SI.

Page 44: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

28

e. Aktivitas, yaitu menyangkut upaya/proses atau tindakan penting dari proses

inovasi dan difusi.

Dalam mengembangkan/memperkuat SI, disadari bahwa sistem iptek

merupakan bagian integral yang sangat penting. Dalam kaitan ini dan belajar dari

pengalaman negara yang berhasil, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa beberapa

faktor sangat menentukan keberhasilan suatu negara membangun/mengembang-

kan atau memperkuat SI adalah :

a. Kemampuan mengembangkan kelima aspek/segi yang disebut sebelumnya

dan keterkaitan di antaranya, sehingga tidak saja memperkuat basis iptek,

tetapi juga berdampak pada perbaikan ekonomi dan sosial budaya.

b. Kemampuan menciptakan/memperbaiki iklim bisnis dan inovasi yang

kondusif.

c. Kemampuan memperkuat daya dukung inovasi. Kemajuan iptek tidak hanya

tergantung pada para pelaku yang terlibat langsung, melainkan juga pihak-

pihak lain.

Dengan mempertimbangkan kondisi Indonesia saat ini, maka untuk

mengembangkan/memperkuat SI secara bertahap, adaptif dan antisipatif dalam

rangka mewujudkan SI yang tangguh di masa depan, tata laksananya (Taufik

2009) adalah :

a. Memperbaiki kondisi dasar sebagai prasyarat bagi peningkatan upaya

pengembangan/penguatan sistem inovasi.

b. Melakukan reformasi kebijakan inovasi di berbagai sektor/bidang dan lintas-

sektor/bidang serta pada tataran pemerintahan yang berbeda, secara bertahap

dan berkelanjutan.

c. Mengembangkan kepemimpinan (leadership) dan memperkuat komitmen

nasional dalam pengembangan/penguatan Sistem Inovasi Nasional dan Daerah.

d. Meningkatkan keselarasan kebijakan inovasi di tingkat nasional dan daerah.

Mengenali beragam kelemahan SI merupakan awal penting. Namun tentu

saja hal demikian belumlah cukup. Menelaah lebih mendalam akar-akar per-

soalannya dan menganalisis isu kebijakan yang dinilai penting untuk dipecahkan

perlu dilakukan sebagai bahan untuk mendesain langkah kebijakan yang perlu

diambil.

Page 45: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

29

2.4 Strategi Pengembangan Organisasi

2.4.1 Definisi

Pengembangan organisasi adalah peningkatan kemampuan organisasi untuk

mencapai tujuannya dengan memanfaatkan potensi manusia secara lebih efektif

dan mengevaluasi setiap perubahan dan mengarahkannya secara konstruktif.

Pengembangan organisasi merupakan upaya meningkatkan kemampuan

organisasi berdasarkan persepektif waktu jangka panjang yang terdiri dari

serangkaian penahapan dengan penekanan pada hubungan antar individu,

kelompok dan organisasi sebagai keseluruhan (Siagian 1995). Pengembangan

organisasi dapat juga dikatakan aplikasi pendekatan kesisteman terhadap

hubungan fungsional, struktural, teknikal, dan personal dalam organisasi.

Pengembangan organisasi merupakan suatu perubahan organisasi, Siagian

(1995) mengatakan bahwa persepsi tentang perlunya perubahan harus dirasakan

karena hanya dalam kondisi demikianlah para anggota organisasi dapat

diyakinkan bahwa dalam upaya mencapai tujuan dan berbagai sasaran organisasi,

diperlukan cara kerja baru, metode kerja baru, dan bahkan mungkin strategi dan

visi yang baru.

Salah satu ciri umum pengembangan organisasi adalah bahwa

pengembangan organisasi merupakan suatu proses yang terus menerus dan

dinamis. Pelaksana harus mampu mengubah strategi selama proses sedang

berlangsung sebagai akibat masalah-masalah yang timbul dan kejadian-kejadian

organisasi. Moekijat (1993) mengutip pendapat Gary Dessler mengatakan bahwa

ciri umum pengembangan organisasi adalah suatu strategi pendidikan yang

dimaksudkan untuk menimbulkan perubahan organisasi yang telah direncanakan.

Ada 4 (empat) tipe pengembangan organisasi, yakni pengembangan

teknologi, pengembangan produk, administratif dan pengembangan sumber daya

manusia. Pengembangan teknologi berkenaan dengan proses pendidikan

disesuaikan dengan kebutuhan layanan yang strategis, sedangkan pengembangan

produk adalah berkenaan dengan hasil atau layanan keluaran organisasi dalam

proses pendidikan. Pengembangan administrasi yaitu mencakup struktur, tujuan,

kebijakan, insentif, sistem informasi dan anggaran. Dan yang dimaksud dengan

pengembangan sumber daya manusia adalah pengembangan sikap, keterampilan,

Page 46: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

30

pengharapan, kepercayaan, perilaku para pegawai termasuk pimpinan (Siagian

1995).

Sementara itu, pengertian strategi ada beberapa macam sebagaimana

dikemukakan oleh para ahli dalam buku karya mereka masing-masing. Strategi

adalah cara untuk mencapai tujuan dengan daya dan sarana yang dapat dihimpun

(Soekarton 1992). Sedangkan Siagian (1995) menyebutkan bahwa strategi

merupakan cara-cara yang sifatnya mendasar dan fundamental yang akan

dipergunakan oleh suatu organisasi untuk mencapai tujuan dan berbagai

sasarannya.

Strategi adalah cara berpikir manusia secara sistematis. Kenneth Primozic

et al. 1991 dalam Siagian (1995) menggolongkan berpikir manusia yakni secara

mekanik, institusi dan strategik. Ketiga cara berpikir tersebut menurutnya bahwa

cara strategik lebih kreatif dan dinamis selaras dengan permasalahan yang

ditemukan. Wahyudi (1996) mengemukakan bahwa karakteristik masalah

strategik menyangkut orientasi ke masa depan; berhubungan dengan unit-unit

kegiatan yang kompleks; perhatian manajemen puncak; pegaruh jangka panjang;

alokasi sumber-sumber daya. Berkenaan dengan banyak pilihan sebagai alternatif

pemecahan masalah, semakin kecil tingkat kesalahan yang timbul di masa depan.

2.4.2 Klasifikasi Strategi

Menurut teori manajemen strategi, strategi perusahaan/organisasi antara

lain diklasifikasikan berdasarkan jenis perusahaan/organisasi. Selain itu juga

dikenal strategi perusahaan/organisasi yang diklasifikasikan atas dasar tingkatan

tugas. Strategi-strategi yang dimaksud adalah strategi generik yang akan

dijabarkan menjadi strategi utama/induk. Strategi induk ini selanjutnya dijabarkan

menjadi strategi tingkat fungsional perusahaan/organisasi, yang sering disebut

dengan strategi fungsional (Umar 2005).

Pada dasarnya setiap perusahaan/organisasi mempunyai strategi dalam

berusaha. Namun mungkin saja terjadi seorang pimpinan perusahaan/organisasi

tidak menyadarinya. Dalam mengkaji strategi perusahaan, perlu diketahui bahwa

bentuk strategi akan berbeda-beda antar industri, antar perusahaan/organisasi, dan

bahkan antar situasi. Namun, ada sejumlah strategi yang sudah banyak diketahui

umum dan dapat diterapkan pada berbagai bentuk industri dan ukuran

Page 47: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

31

perusahaan/organisasi. Strategi-strategi ini dikelompokkan ke dalam strategi

generik. Ada 3 (tiga) model strategi generik yaitu menurut Porter (1980),

Wheelen and Hunger (2000) dan David (2000) dalam Umar (2005).

Menurut David (2000) dalam Umar (2005), pada prinsipnya strategi

generik dapat dikelompokkan atas 4 (empat) kelompok strategi yaitu :

1. Strategi integrasi vertikal (Vertical Integration Strategy)

Strategi ini menghendaki agar perusahaan melakukan pengawasan yang lebih

terhadap distributor, pemasok, dan/atau para pesaingnya, misalnya melalui

target, akuisisi atau membuat perusahaan sendiri.

2. Strategi intensif (Intensive Strategy)

Strategi ini memerlukan usaha-usaha yang intensif untuk meningkatkan posisi

persaingan perusahaan melalui produk yang ada.

Tabel 2. Penjabaran strategi generik menjadi strategi utama

Strategi Generik Strategi Utama

Strategi Integrasi Vertikal (Vertical

Integration Strategy)

a. Strategi integrasi ke depan (forward integrative

straight)

b. Strategi integrasi ke belakang (backward

integration strategy)

c. Strategi integrasi horizontal (horizontal

integration strategy)

Strategi Intensif (Intensive Strategy) a. Strategi pengembangan pasar (market

development strategy)

b. Strategi pengembangan produk (product

development strategy)

c. Strategi penetrasi pasar (market penetration

strategy)

Strategi Diversifikasi (Diversification

Strategy)

a. Strategi diversifikasi konsentrik (concentrix

diversification strategy)

b. Strategi diversifikasi konglomerat

(conglomerate diversification strategy)

c. Strategi diversifikasi horizontal (horizontal

diversification strategy)

Strategi Bertahan (Defensive Strategy) a. Strategi usaha patungan (joint venture strategy)

b. Strategi penciutan biaya (retrenchment

strategy)

c. Strategi penciutan usaha (divestiture strategy)

d. Strategi likuidasi (liquidation strategy)

Sumber : David (2000) dalam Umar, 2005.

Page 48: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

32

3. Strategi diversifikasi (Diversification Strategy)

Strategi ini dimaksudkan untuk menambah produk-produk baru. Strategi ini

makin kurang popular, paling tidak ditinjau dari sisi tingginya tingkat kesulitan

manajemen dalam mengendalikan aktivitas perusahaan yang berbeda-beda.

4. Strategi bertahan (Defensive Strategy)

Strategi ini bermaksud agar perusahaan melakukan tindakan-tindakan

penyelamatan agar terlepas dari kerugian yang lebih besar, yang pada ujung-

ujungnya adalah kebangkrutan. Setelah disusun strategi generik, maka strategi

ini dapat dioperasionalkan dengan menjabarkan atas strategi utama. Jabaran

strategi generik menjadi strategi utama menurut David (2000) dalam Umar

(2005) dapat dilihat pada Tabel 2 di atas.

Selain strategi yang harus dimiliki organisasi, visi dan misi juga harus

dimiliki. Visi adalah bagaimana rupa yang seharusnya dari suatu organisasi kalau

berjalan dengan baik (Helgeson 1996 dalam Salusu 1996). Lebih lanjut Salusu

menjelaskan bahwa visi keberhasilan dapat dijelaskan sebagai suatu deskripsi

tentang bagaimana seharusnya rupa dari suatu organisasi pada saat ia berhasil

dengan sukses melaksanakan strateginya dan menemukan dirinya yang penuh

potensi yang mengagumkan.Visi suatu organisasi juga merupakan suatu

imajinasi/wawasan ke depan dari organisasi tersebut yang menerobos dimensi

waktu didasarkan atas argumen rasional. Visi tertulis disebut dengan mission

statement atau pernyataan misi. Suatu pernyataan misi yang baik adalah bagian

penting untuk membuat, mengaplikasikan dan mengevaluasi strategi.

Mengembangkan dan mengomunikasikan pernyataan misi, merupakan tahapan

yang terpenting di dalam manajemen strategik.

Sedangkan misi adalah maksud dan kegiatan utama yang membuat

organisasi tersebut mempunyai jati diri yang khas yang membedakannya dari

organisasi lain yang bergerak dalam bidang usaha sejenis. Dalam melaksanakan

misi tersebut dibutuhkan sumber daya manusia yang memadai baik dalam jenis,

jumlah dan mutu sumber daya manusia tersebut. Pernyataan misi dapat bervariasi

bentuk, panjang, isi dan spesifikasinya.

Penyusunan misi organisasi dipengaruhi oleh beberapa unsur yang harus

dipertimbangkan oleh pembuat atau perencana strategi agar misi tersebut dapat

Page 49: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

33

benar-benar mencerminkan apa yang ingin dilakukan oleh organisasi. Unsur

tersebut adalah aspek sejarah organisasi, keinginan pimpinan puncak, perubahan

lingkungan, keterbatasan sumber daya, keunggulan yang dimiliki untuk bersaing.

2.4.3 Implementasi

Perumusan strategi merupakan proses penyusunan langkah-langkah ke

depan yang dimaksudkan untuk membangun visi dan misi organisasi, menetapkan

tujuan strategis dan keuangan perusahaan, serta merancang strategi untuk

mencapai tujuan tersebut dalam rangka menyediakan customer value terbaik.

Beberapa langkah yang perlu dilakukan perusahaan dalam merumuskan strategi

(Salusu 1996) yaitu :

1. Mengidentifikasi lingkungan yang akan dimasuki oleh perusahaan di masa

depan dan menentukan misi perusahaan untuk mencapai visi yang dicita-

citakan dalam lingkungan tersebut.

2. Melakukan analisis lingkungan internal dan eksternal untuk mengukur

kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang akan dihadapi oleh

perusahaan dalam menjalankan misinya.

3. Merumuskan faktor-faktor ukuran keberhasilan (key success factors) dari

strategi-strategi yang dirancang berdasarkan analisis sebelumnya.

4. Menentukan tujuan dan target terukur, mengevaluasi berbagai alternatif strategi

dengan mempertimbangkan sumberdaya yang dimiliki dan kondisi eksternal

yang dihadapi.

5. Memilih strategi yang paling sesuai untuk mencapai tujuan jangka pendek dan

jangka panjang.

Menurut David (2009), cara menentukan strategi utama adalah dengan

melakukan tiga tahapan (three-stage) kerangka kerja dengan matriks sebagai

model analisisnya. Perangkat atau alat yang berbentuk matriks-matriks itu telah

sesuai dengan segala ukuran dan tipe organisasi perusahaan/ organisasi, sehingga

alat tersebut dapat dipakai untuk membantu para ahli strategi dalam

mengidentifikasi, mengevaluasi dan memilih strategi-strategi yang paling tepat.

Secara garis besar 3 (tiga) tahapan menentukan strategi utama (David 2009)

disajikan pada Gambar 5.

Page 50: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

34

Tahap 1 : The Input Stage

External factor

Evaluation (EFE)

Matrix

Internal factor

Evaluation (IFE)

Matrix

Competitive

Profile (CP)

Matrix

Tahap 2 : The Matching Stage

Threats-

Opportunities-

Weaknesses-

Strength

(TOWS) Matrix

Strategi Position

and Action

Evaluation

(SPACE)Matrix

Boston

Consulting

Group (BCG)

Matrix

Internal-External

(IE) Matrix

Grand Strategy

Matrix

Tahap 3 : The Decision Stage

Quantitative Strategic

Planning Matrix

(QSPM)

Gambar 5 Tahapan menentukan strategi utama (David 2009)

Setelah dipahami akan strategi yang dapat dipakai tersebut, maka ada

beberapa tahap yang dapat dilakukan dalam penerapan pengembangan organisasi

atau organization development (OD) tersebut. Proses penerapan OD dilakukan

dalam 4 (empat) tahap (Siagian 2005) yaitu :

1. Tahap pengamatan sistem manajemen atau tahap pengumpulan data. Dalam

tahap ini adalah mengamati sistem dan prosedur yang berlaku di organisasi

termasuk unsur-unsur di dalamnya seperti struktur, manusianya, peralatan,

bahan bahan yang digunakan dan bahkan situasi keuangannya. Data utama

yang diperlukan adalah :

a. Fungsi utama tiap unit organisasi.

b. Peran masing masing unit dalam mencapai tujuan dan sasaran organisasi

Proses pengambilan keputusan serta pelaksanaan tindakan dalam masing

masing unit.

c. Kekuatan dalam organisasi yang mempengaruhi perilaku antar kelompok dan

antar individu dalam organisasi.

2. Tahap diagnosis dan umpan balik. Dalam tahap ini mutu pengorganisasian,

serta kegiatan operasional masing masing unsur dalam organisasi dianalisis dan

Page 51: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

35

dievaluasi. Ada beberapa kriteria yang umum digunakan dalam mengevaluasi

kualitas unsur-unsur tersebut, diantaranya :

a. Kemampuan beradaptasi, yaitu kemampuan mengarahkan kegiatan dan

tenaga dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

b. Tanggungjawab, yaitu kesesuaian antara tujuan individu dan tujuan

organisasi.

c. Identitas, yaitu kejelasan misi dan peran masing masing unit.

d. Komunikasi, yaitu kelancaran arus data dan informasi antar-unit dalam

organisasi;

e. Integrasi, yaitu hubungan baik dan efektif antar-pribadi dan antar-

kelompok, terutama dalam mengatasi konflik dan krisis.

f. Pertumbuhan, yaitu iklim yang sehat dan positif, yang mengutamakan

eksperimen dan pembaruan, serta yang selalu menganggap pengembangan

sebagai sasaran utama.

3. Tahap pembaruan dalam organisasi. Dalam tahap ini dirancang pengembangan

organisasi dan dirumuskan strategi memperkenalkan perubahan atau

pembaruan. Strategi ini bertujuan meningkatkan efektivitas organisasi dengan

cara mengoreksi kekurangan serta kelemahan yang dijumpai dalam proses

diagnostik dan umpan balik.

4. Tahap implementasi pembaruan. Tahap akhir dalam penerapan OD adalah

pelaksanaan rencana pembaruan yang telah digariskan dan disetujui. Kegiatan

implementasi perubahan meliputi :

a. Perubahan struktur.

b. Perubahan proses dan prosedur.

c. Penjabaran kembali secara jelas tujuan sera sasaran organisasi.

d. Penjelasan tentang peranan dan misi masing masing anggota dalam organisasi.

Setelah segala sesuatunya berjalan dalam masa yang telah ditentukan

bersama maka selanjutnya adalah perlu diadakan evaluasi atau diagnosis

organisasi, hal ini sangat diperlukan guna mengetahui akan segala kekurangan

dalam perjalanan organisasi selama ini sehingga pada kedepannya dapat dilakukan

suatu perbaikan dan pada akhirnya organisasi dapat berjalan sesuai dengan

Page 52: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

36

tujuannya yang menciptakan organisasi modern yang siap dalam menjawab

tuntutan zaman dan berkualitas.

2.5 Kelayakan Organisasi

Organisasi (organization) adalah bentuk persekutuan antara dua orang atau

lebih yang bekerja bersama-sama (teamwork) dan secara formal terikat untuk

mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dalam persekutuan ini terdapat seorang

atau beberapa orang yang disebut atasan dan seorang/sekelompok orang yang

disebut bawahan. Terdapat 3 (tiga) unsur utama dalam suatu organisasi, yaitu (a)

organisasi memiliki kegunaan atau tujuan, pencapaian tujuan yang sudah

ditetapkan; (b) terdiri dari sekelompok manusia; dan (c) merupakan wadah

sekelompok orang untuk bekerjasama.

Kelayakan suatu organisasi adalah unsur yang sangat penting agar

organisasi itu dapat berjalan dengan baik. Yang dimaksud kelayakan organisasi

dalam kajian ini adalah syarat dan kriteria suatu organisasi yang baik. Terkadang

suatu organisasi tidak mempertimbangkan syarat dan kriteria untuk menjadi

organisasi yang baik. Padahal syarat dan kriteria tersebut sangatlah penting. Jika

dilihat dari dampaknya di kemudian hari, maka sangatlah besar dampaknya bagi

organisasi apabila tidak memperhatikan syarat dan kriteria ini. Untuk itu

pertimbangan syarat dan kriteria yang dibutuhkan dalam organisasi (Robbin 1994)

adalah :

1. Visi

Visi adalah acuan atau pandangan yang dapat membuat suatu organisasi

menjadi maju dan berkembang. Pada dasarnya visi tidaklah jauh berbeda dengan

misi.

2. Misi

Setiap organisasi pasti memiliki misi. Tidak mungkin suatu organisasi berdiri

tanpa tujuan yang jelas. Dan misi dapat memacu suatu organisasi untuk maju dan

bekerja keras demi tercapainya misi tersebut.

3. Aturan

Aturan dalam setiap organisasi dibutuhkan untuk menciptakan para karyawan

dan anggota yang tertib sesuai dangan peraturan yang telah disepakati.

Page 53: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

37

Kebanyakan organisasi yang tidak memiliki aturan, maka organisasi itu hancur.

Karena banyak karyawan atau anggotanya bertindak sesuka hati.

4. Profesionalisme

Profesionalisme dalam berorganisasi atau pekerjaan sangatlah penting dalam

mendapatkan hasil kerja yang baik dan sangat memuaskan. Jika tidak memiliki

profesionalisme dalam suatu pekerjaan, maka hasilnya hampir dipastikan kurang

maksimal atau kurang memuaskan bahkan bisa mengecewakan.

5. Rencana Kerja

Banyak organisasi atau rencana kerja yang tidak memiliki rencana kerja dan

hasil kedepannya sangatlah tidak bagus. Organisasi atau perusahaan menjadi salah

langkah. Maka dari pada itu, rencana kerja sangatlah penting demi masa depan

suatu organisasi atau perusahaan.

6. Sumber daya

Sumber daya berupa SDM dan dana sangatlah dibutuhkan dalam organisai

atau perusahaan. Karena dengan adanya SDM dan dan, akan sangat membantu di

setiap langkah atau pekerjaan yang berada di organisasi. Saat ini hampir semua

organisasi membutuhkan sumber daya yang mutunya baik untuk menyelesaikan

masalah dalam organisasi.

7. Insentif

Sesungguh-sungguhan dari setiap organisasi atau perusahaan tergantung juga

pada insensif untuk individu karyawan atau anggota yang ingin memajukan

organisasi tersebut. Jika salah satunya saja tidak ada, maka organisasi tersebut

tergolong bukan organisasi yang baik. Salah satu kriteria tersebut sangatlah

penting dalam membangun organisasi yang dapat bersaing dengan yang lain.

8. Manajemen

Manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan

mengendalikan pekerjaan anggota organisasi dan menggunakan semua sumber

daya organisasi untuk mencapai sasaran organisasi yang sudah ditetapkan.

aktivitas utama atau fungsi utama manajemen adalah :

a. Perencanaan (planning). Perencanaan adalah pemilihan sekumpulan kegiatan

dan pemutusan selanjutnya apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana, dan

oleh siapa. Gagal dalam merencanakan artinya merencanakan kegagalan,

Page 54: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

38

sehingga lebih baik bersimbah keringat di saat latihan daripada bersimbah

darah di medan perang.

b. Pengorganisasian (organizing). Pengorganisasian merupakan suatu proses

untuk merancang struktur formal, mengelompokkan dan mengatur serta

membagi tugas-tugas atau pekerjaan di antara para anggota organisasi, agar

tujuan organisasi dapat dicapai dengan efisien (Handoko 1995). Sedangkan

fokus pada tahap pengorganisasian adalah : (1) apa saja tugas yang harus

diselesaikan ?; (2) siapa yang yang mengerjakannya ?; (3) bagaimana tugas-

tugas dikelompokkan ?; (4) siapa melapor ke siapa ?; (4) dimana keputusan

harus dibuat ?.

c. Pengarahan (leading/Actuating).

d. Pengontrolan (controlling). Pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses

untuk menjamin bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai.

9. Teknologi

Anggapan banyak orang, teknologi identik dengan sesuatu yang canggih

seperti peralatan yang modern, computer, laptop, robot dan sebagainya. Padahal

sebenarnya yang teknologi itu luas sekali. Robbin (1994) mengatakan bahwa

teknologi adalah merujuk pada informasi, peralatan, teknik dan proses yang

dibutuhkan untuk mengubah masukan menjadi keluaran. Jadi tidak hanya

peralatan yang disebutkan di atas, tetapi juga berupa tehnik atau informasi.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa teknologi sangat berperan didalam

meningkatkan kinerja suatu organisasi.

2.6 Daya Saing

Daya saing adalah sebuah konsep yang cukup rumit. Tidak ada satu

indikatorpun yang bisa digunakan untuk mengukur daya saing, yang memang

sangat sulit untuk diukur. Namun demikian, daya saing adalah suatu konsep yang

umum digunakan di dalam ekonomi, yang biasanya merujuk kepada komitmen

terhadap persaingan pasar dalam kasus perusahaan-perusahaan dan keberhasilan

dalam persaingan internasional dalam kasus negara-negara.

Dalam dua dekade terakhir, seiring dengan semakin mengglobalnya

perekonomian dunia dan persaingan bebas, daya saing telah menjadi satu dari

konsep-konsep kunci bagi perusahaan-perusahaan termasuk UKM, negara-negara,

Page 55: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

39

dan wilayah-wilayah untuk berhasil dalam partisipasinya di dalam globalisasi dan

perdagangan bebas dunia.

Dengan memakai konsep daya saing, dapat dibuat suatu model konseptual

yang menghubungkan karakteristik-karakteristik pemilik UKM dan kinerja jangka

panjang perusahaan. Model konseptual untuk daya saing UKM tersebut terdiri

dari 4 (empat) unsur yaitu : (1) ruang lingkup daya saing perusahaan; (2)

kapabilitas organisasi dari perusahaan; (3) kompetensi pengusaha/pemilik usaha;

(4) dan kinerja. Hubungan antara kompetensi pengusaha/pemilik usaha dan tiga

unsur lainnya merupakan inti dari model tersebut, dimana hubungan tersebut

merupakan 3 (tiga) tugas prinsip pengusaha: (a) membentuk ruang lingkup daya

saing; (b) menciptakan kapabilitas organisasi; (c) menetapkan tujuan-tujuan dan

cara mencapainya.

Menurut hasil studi yang dilakukan oleh Tambunan (2004), ada 3 (tiga)

aspek penting yang mempengaruhi daya saing UKM, yakni (1) faktor-faktor

internal perusahaan; (2) lingkungan eksternal; dan (3) pengaruh dari pengusaha/

pemilik usaha. Selanjutnya, di dalam penelitian ini, pengaruh dari pengusaha

tersebut di tangani dengan pendekatan kompetensi dari sebuah proses atau

perspektif perilaku.

Dengan memakai hasil studi tersebut sebagai salah satu input, kerangka

pemikiran mengenai daya saing sebuah UKM sebagai berikut (Gambar 6). Daya

saing sebuah perusahaan tercerminkan dari daya saing dari produk yang

dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Dalam gilirannya, daya saing dari perusahaan

tersebut ditentukan oleh banyak faktor, tujuh diantaranya yang sangat penting

adalah: keahlian atau tingkat pendidikan pekerja, keahlian pengusaha,

ketersediaan modal, sistem organisasi dan manajemen yang baik (sesuai

kebutuhan bisnis), ketersediaan teknologi, ketersediaan informasi, dan ketersedia-

an input-input lainnya seperti energi, bahan baku, dan lain-lain.

Dua faktor pertama tersebut adalah aspek SDM, yang mana, keahlian

pekerja tidak hanya dalam teknik produksi (antara lain disain produk dan proses

produksi), tetapi juga teknik pemasaran dan dalam penelitian dan pengembangan

(R&D). Sedang keahlian pengusaha, terutama adalah wawasan bisnis, dan yang

dimaksud di sini adalah wawasan mengenai bisnis dan juga lingkungan eksternal.

Page 56: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

40

Wawasan pengusaha yang luas juga sangat penting bagi inovasi, dan bukan lagi

rahasia umum bahwa inovasi merupakan kunci utama daya saing. Bahkan banyak

literatur menyatakan bahwa banyak faktor yang menentukan kemampuan UKM

melakukan inovasi, diantaranya kreativitas pengusaha, dan yang terakhir ini, pada

gilirannya, ditentukan oleh wawasannya mengenai bisnis yang ditekuninnya.

Sebuah UKM yang memiliki daya saing yang tinggi dicirikan oleh

sejumlah aspek internal perusahaan yang terkait dengan ketujuh faktor utama

penentu daya saing seperti yang diperlihatkan di Gambar 6, dan aspek-aspek

eksternal yang terkait dengan kinerja.

Dalam aspek-aspek internal, ada tiga hal yang paling penting (Tambunan

2004) yaitu :

1. SDM (pekerja dan pengusaha/pemilik usaha)

Perusahaan dengan daya saing tinggi cenderung memiliki pekerja dan

pengusaha dengan keahlian/pendidikan tinggi. Sebagai ilustrasi empiris, data BPS

(2006) dapat memberikan gambaran mengenai tingkat pendidikan formal (yang

umum digunakan sebagai indikator tingkat keahlian) dari pengusaha di UKM di

sektor industri manufaktur (Tabel 3). Dapat dilihat bahwa jumlah pengusaha

UKM yang memiliki diploma universitas hanya sekitar 2,20 %, walaupun tingkat

ini bervariasi antara usaha kecil (UK) dan usaha menengah (UM). Ini bisa

merupakan salah satu penyebab rendahnya kinerja atau daya saing UKM di

Indonesia.

Gambar 6 Daya saing dan faktor-faktor utama penentu (Tambunan 2004)

Page 57: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

41

2. Ketersediaan atau penguasaan teknologi

Perusahaan dengan daya saing tinggi adalah perusahaan yang

memiliki/menguasai teknologi yang paling baik (biasanya teknologi terakhir yang

ada) di dalam bidangnya. Aspek ini diidentifikasi dengan sejumlah indikator,

diantaranya yang umum digunakan dan lebih bersifat proxy adalah tingkat

produktivitas. Perusahaan berdaya saing tinggi biasanya juga merupakan

perusahaan produktif. Sebenarnya tingkat produktivitas, misalnya, tenaga kerja,

tidak hanya mencerminkan tingkat penguasaan teknologi oleh pekerja, atau

tingkat ketersediaan teknologi di dalam perusahaan, namun juga sebagai sebuah

indikator dari tingkat pendidikan dari pekerja. Dengan kata lain, dengan teknologi

yang ada, semakin tinggi tingkat pendidikan pekerja semakin tinggi produktivitas

pekerja, ceteris paribus, yang lainnya konstan tidak berubah.

Sudah banyak literatur mengenai UKM yang menunjukkan bahwa salah

satu ciri dari UKM adalah rendahnya tingkat produktivitas di kelompok usaha

tersebut. Industri manufaktur menurut skala usaha juga menunjukkan hal yang

sama bahwa tingkat produktivitas tenaga kerja cenderung meningkat menurut

skala usaha. Rasio output terhadap tenaga kerja di Usaha Kecil (UK) termasuk

usaha mikro jauh lebih rendah dibandingkan di Usaha Menengah (UM) dan Usaha

Besar (UB).

Tabel 3 Persentase tingkat pendidikan formal dari pengusaha UKM industri

manufaktur pada tahun 2006

Tingkat Pendidikan

Skala Usaha

UK UM UKM

(%)

Tidak menamatkan SD 12,20 7,97 16,09

Tamat SD 28,87 21,29 31,30

Tamat SMP 23,04 19,58 22,10

Tamat SMA 30,42 37,54 26,87

Tamat Diplima I/II/III 1,96 3,53 1,44

Tamat Universitas 3,51 10,09 2,20

Total 100 100 100

Sumber : BPS, 2006

Selain produktivitas, kegiatan inovasi juga bisa digunakan sebagai salah

satu indikator. Perusahaan yang mampu melakukan inovasi, dalam produk, proses

produksi, organisasi, manajemen, sistem pemasaran, dan aspek-aspek bisnis

Page 58: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

42

lainnya, dapat dipastikan adalah perusahaan yang memiliki daya saing yang

tinggi. Namun tidak gampang mengidentifikasi secara langsung perusahaan-

perusahaan yang melakukan inovasi, apalagi inovasi dalam proses produksi atau

pemasaran. Oleh karena itu ada sejumlah alat ukur yang dapat digunakan, dua

diantaranya yang umum dipakai karena mudah menerapkannya selama ada data,

adalah jumlah sertifikat menyangkut inovasi yang dimiliki oleh sebuah

perusahaan, dan pengeluaran R&D.

Sayangnya, tidak ada data mengenai dua peubah tersebut untuk UKM di

Indonesia. Data yang ada sementara ini dari Survei Perusahaan di Dunia 2007 dari

Bank Dunia dan The International Finance Corporation (IFC) (Tabel 4), tetapi

data tersebut tidak membedakan usaha menurut skala. Namun demikian, jika

rasio-rasio yang ditunjukkan di tabel tersebut dapat diasumsikan juga berlaku bagi

UKM secara umum, maka tabel tersebut menunjukkan bahwa tingkat daya saing

UKM di Malaysia atau Thailand lebih tinggi daripada di Indonesia.

3. Organisasi dan manajemen.

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa inovasi merupakan kunci dari daya

saing, dan untuk bisa melakukan inovasi, perusahaan bersangkutan harus bisa

menyiapkan tenaga kerja terdidik, modal yang cukup, teknologi, membangun

jaringan kerja dengan pihak lain, khususnya lembaga R&D atau universitas, bank,

pemerintah. Dalam kata lain, untuk bisa melakukan inovasi agar bisa unggul

dalam persaingan, sebuah perusahaan tidak bisa menerapkan suatu sistem

organisasi dan manajemen yang sederhana. Sementara, sebagian besar UKM,

khususnya UK, di Indonesia sama sekali tidak menerapkan sistem organisasi dan

manajemen yang umum diterapkan di dalam dunia bisnis modern. Banyak UK di

mana pengusaha mengerjakan semua kegiatan produksi, pengadaan bahan baku,

pemasaran, dan administrasinya, dilakukan dengan menerapkan manajemen yang

sederhana.

Sedangkan dari aspek-aspek eksternal yang menyangkut kinerja

perusahaan adalah terutama volume produksi, pangsa pasar, dan orientasi pasar

(melayani hanya pasar domestik atau juga pasar luar negeri), atau diversifikasi

pasar (terkonsentrasi pada pasar tertentu atau menyebar ke pasar di banyak

wilayah).

Page 59: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

43

Jadi, UKM berdaya saing tinggi dicirikan oleh (1) tren yang meningkat dari

laju pertumbuhan volume produksi; (2) pangsa pasar (dalam negeri maupun/atau

luar negeri) yang terus meningkat; (3) yang melayani tidak hanya pasar domestik

tetapi juga melakukan ekspor; dan (4) tidak hanya melayani pasar lokal tetapi

pasar nasional (untuk kasus pasar domestik), dan tidak hanya melayani pasar di

satu negara saja tetapi juga di banyak negara lainnya (untuk kasus ekspor).

Tabel 4 Inovasi pada tingkat perusahaan menurut negara/wilayah

Negara

Jumlah Kepemilikan

Sertifikasi ISO

(%)

Jumlah Pengeluaran

R & D (%

Penjualan)

Asia Timur dan Pasifik 23,69 2,01

Eropa & Asia Tengah 12,98 0,46

Amerika Latin & Karibian 13,11 2,40

Timur Tengah & Afrika Utara 12,88 0,97

OECD 14,53 0,25

Asia Selatan 19,79 0,58

Afrika Sub-Sahara 11,68 1,71

Kambodia (2003) 2,78 5,21

Indonesia (2003) 22,13 tad

Malaysia (2002) 31,43 1,38

Filipina(2003) 15,79 0,80

Thailand (2004) 44,65 0,25

Vietnam (2005) 37,84 2,21

Keterangan : tad : tidak ada data

Sumber : World Bank (2007)

2.7 Inkubator

Inkubator bisnis telah lama dikembangkan di beberapa negara maju,

bahkan upaya pendirian inkubator telah dimulai sejak 1959. Tenant pertama yang

dibina dalam inkubator adalah usaha pengecatan papan petunjuk di New York

dengan luas ruangan 1.919,6 meter persegi. Gerakan pendirian inkubator

dilakukan di Amerika Serikat, Kanada, Eropa dan Australia. Di Amerika Serikat,

misalnya, inkubator telah berkembang sejak awal tahun 1980-an. Perkembangan

inkubator lebih lanjut terjadi di negara berkembang pada pertengahan tahun 1990-

an, antara lain di India, China, Malaysia, Singapura, Philipina dan lainnya, hingga

mencapai 4.000. Sementara itu suatu studi yang lain melaporkan bahwa jumlah

inkubator pada tahun 2000 sebanyak 3.450. Perbedaan jumlah tersebut karena

Page 60: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

44

adanya penggolongan antara inkubator yang didirikan pemerintah (universitas)

dengan inkubator yang didirikan oleh swasta yang berorientasi laba.

Menurut Hewick (2006) diperkirakan jumlah inkubator bisnis di dunia

lebih dari 3.500 dan sebagian besar diantaranya berada di Amerika Serikat dan

negara-negara Eropa, seperti dimuat pada Tabel 5.

Tabel 5 Jumlah inkubator bisnis di beberapa negara

No. Negara Jumlah

(unit)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Amerika Utara

Amerika Selatan

Eropa Barat

Eropa Timur

Timur Jauh (Far East)

Afrika dan Timur Tengah

1.000

200

900

200

1.000

200

Sumber : Hewick, 2006

Jumlah tersebut dapat dikatakan meningkat pesat bila dibandingkan tahun

1980 yang hanya berjumlah 12 inkubator bisnis. Pertumbuhan tercepat terjadi di

negara-negara berkembang yang besarnya mencapai 15-20% per tahun (Hewick,

2006). Beberapa alasan yang mendasari didirikannya inkubator pada umumnya

adalah sebagian besar usaha yang baru berdiri gagal tumbuh dan berkembang,

tidak semua orang berbakat menjadi pengusaha dan kondisi perekonomian dunia

yang semakin kompetitif. Bagi usaha yang baru berdiri perlu upaya peningkatan

keterampilan dan keahlian melalui pelatihan maupun pendampingan intensif.

Sedangkan untuk menghadapi kondisi perekonomian dunia yang kompetitif

diperlukan upaya-upaya untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru.

Di Indonesia, inkubator mulai dikembangkan sejak tahun 1992, atas

inisiatif pemerintah cq Departemen Koperasi bekerjasama dengan perguruan

tinggi. Upaya itu berlanjut ketika pada tahun 1997 diselenggarakan program

Pengembangan Budaya Kewirausahaan di perguruan tinggi, yang salah satu

kegiatannya adalah Inkubator Wirausaha Baru (INWUB). Sehingga pada tahun

1999, jumlah inkubator telah mencapai sebanyak 29, dimana sebagian besar

merupakan program perguruan tinggi. Menurut Kementerian KUKM (2010) dari

ratusan inkubator yang pernah berdiri, pada tahun 2004 hanya 56 unit inkubator di

Page 61: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

45

seluruh Indonesia yang kebanyakan dilakukan oleh Perguruan Tinggi, dan

diantaranya hanya beberapa yang aktif.

Menurut Dipta (2003), beberapa faktor yang menyebabkan kurang

berkembangnya inkubator di Indonesia adalah (a) keterbatasan dalam penyediaan

fasilitas operasional yang berdampak pada rendahnya kemampuan menyerap

inwall tenants, (b) kurangnya dukungan modal awal (seed capital) sehingga

inkubator belum ditangani secara professional dan banyak inwall tenants yang

tidak bisa mendapatkan modal awal walaupun usahanya layak untuk dibiayai, (c)

komitmen dan dukungan pemerintah relatif kurang dan tidak konsisten dalam

mengembangkan inkubator.

2.7.1 Definisi

Inkubator merupakan suatu tempat pengembangan ide-ide yang didasarkan

pada pengetahuan baru, metode-metode dan produk-produk yang dihasilkan.

Menurut Hewick (2006) dari Canadian Business Inkubator :

a. Inkubasi adalah “the concept of nurturing qualifying entrepreneurs in

managed workspaces called incubators”.

b. Inkubator adalah “a dedicated workspace (building) to support qualifying

businesses with: mentorship, training, professional networking, & assistance

in finding finances until they graduate & can survive in the competitive

environment”.

Sedangkan berdasarkan Keputusan Menteri Koperasi dan UKM

No. 81.3/Kep/M.KUKM/ VIII/2002, bahwa inkubator adalah :

a. Inkubasi adalah proses pembinaan bagi usaha kecil dan atau pengembangan

produk baru yang dilakukan oleh inkubator bisnis dalam hal penyediaan

sarana dan prasarana usaha, pengembangan usaha dan dukungan manajemen,

serta teknologi.

b. Inkubator adalah lembaga yang bergerak dalam bidang penyediaan fasilitas

dan pengembangan usaha, baik manajemen maupun teknologi bagi UKM

untuk meningkatkan dan mengembangkan kegiatan usahanya dan atau

pengembangan produk baru agar dapat berkembang menjadi wirausaha yang

tangguh dan atau produk baru yang berdaya saing dalam jangka waktu

tertentu.

Page 62: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

46

Inkubator banyak ditemukan di universitas, laboratorium, penelitian,

sekolah medis, kelompok ide (think-thank) dan korporasi besar dimana berbagai

bakat intelektual diikat dengan tujuan mengkomersialisasikan teknologi baru,

transfer teknologi ke pasar, atau mempercepat proses inovasi ke implementasi.

Dengan cara transfer teknologi oleh oleh perguruan tinggi dan lembaga penelitian

bertujuan : (1) memfasilitasi hasil-hasil penelitian untuk kepentingan publik; (2)

menghargai, memperkuat dan merekrut anggota fakultas/lembaga penelitian; (3)

menjalin ikatan yang lebih erat dengan industri; dan (4) menghasilkan pendapatan

dan mempromosikan pertumbuhan ekonomi (Panggabean, 2007).

Salah satu cara yang ditempuh pemerintah untuk menumbuhkan dan

mengembangkan UKM adalah melalui program inkubator bisnis dan teknologi.

Karena inkubator adalah suatu lembaga yang mengembangkan calon pengusaha

menjadi pengusaha yang mandiri melalui serangkaian pembinaan terpadu meliputi

penyediaan tempat kerja/kantor, sarana perkantoran, bimbingan dan konsultasi

manajemen, bantuan penelitian dan pengembangan, pelatihan, bantuan

permodalan, dan penciptaan jaringan usaha baik lokal maupun internasional

(K-KUKM, 1999). Pada inkubator ada tenant sebagai peserta yaitu pengusaha

kecil atau calon pengusaha yang dibina melalui inkubator dengan membayar biaya

pelayanan yang tidak memberatkan peserta peserta yang bersangkutan.

Tujuan pendirian inkubator adalah (1) mengembangkan usaha baru dan

usaha kecil yang potensial menjadi usaha mandiri, sehingga mampu sukses

menghadapi persaingan lokal mapun internasion; (2) mengembangkan promosi

kewirausahaan dengan menyertakan perusahaan-perusahaan swasta yang dapat

memberikan kontribusi pada sistem ekonomi pasar; (3) sarana alih teknologi dan

proses komersialisasi hasil hasil penelitian pengembangan bisnis dan teknologi

dari para ahli dan perguruan tinggi; (4) menciptakan peluang melalui

pengembangan perusahaan baru; (5) aplikasi teknologi dibidang industri secara

komersial melalui studi dan kajian yang memakan waktu dan biaya yang relatif

murah (K-KUKM, 1999).

Page 63: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

47

2.7.2 Konsep Dasar, Persyaratan dan Prinsip Inkubator

Faktor pendukung keberhasilan inkubator di beberapa negara adalah (1)

kebijakan pemerintah dan strategi operasional bagi pengembangan inkubator; (2)

dukungan pemerintah daerah/regional dalam bentuk pendanaan pembangunan

fasilitas fisik inkubator dan kredit lunak jangka panjang untuk pengelolaan

inkubator; (3) dukungan lembaga keuangan baik pemerintah mapun swasta dalam

bentuk kredit usaha bagi tenant inkubator; (4) komitmen perguruan tinggi dan

lembaga penelitian untuk mengembangkan teknologi dan alih teknologi bagi

tenant inkubator; (5) sinergi dengan science park atau technology park yang

dibangun serentak dengan pembangunan inkubator; (6) pendirian badan hukum

inkubator dengan tim pengelola indikator yang bekerja penuh, profesional dan

efisien serta diberikan penghargaan yang layak; (7) pemilihan lokasi yang tepat di

pusat kawasan bisnis atau ditengah science park atau teknologi; (8) dukungan

sarana dan prasarana teknologi informasi yang lengkap bagi tenant inkubator; dan

(9) penyediaan fasilitas perkantoran pendukung usaha tenant inkubator dibawah

satu atap (informasi pasar, modal ventura, bank) (Panggabean, 2007).

Di Indonesia konsep dasar inkubator adalah suatu lembaga perusahaan

yang menyediakan 7 S, yaitu : (1) space yaitu ruang perkantoran; (2) shared office

fasilitas yaitu penyediaan sarana perkantoran yang bisa dipakai bersama, misalnya

sarana fax, telepon, foto copy, ruang rapat, komputer dan sekretaris; (3) service

yaitu bimbingan dan konsultasi manajemen: marketing, finance, production,

technologi dan sebagainya; (4) support yaitu bantuan dukungan penelitian dan

pengembangan usaha dan akses penggunaan teknologi; (5) skill development yaitu

pelatihan, penyusunan rencana usaha, pelatihan manajemen dan sebagainya; (6)

seed capital yaiu penyediaan dana awal usaha serta upaya memperoleh akses

permodalan kepada lembaga-lembaga keuangan; dan (7) sinergi yaitu penciptaan

jaringan usaha baik antar usaha baik usaha lokal maupun internasional. Selain

konsep dasar tersebut ada syarat-syarat pokok suatu inkubator yaitu (1) adanya

panduan sistem seleksi dan staf untuk menentukan keberhasilan/kelulusan dalam

jangka waktu tertentu, misalnya 2-3 tahun; (2) kapasitas suatu inkubator antara

15-20 tenant yang dapat dibina dalam inkubator (inwall) dan antara 20-40 tenant

yang dibina diluar inkubator (outwall); (3) calon tenant potensial hendaknya dari

Page 64: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

48

usaha rintisan mulai dari awal atau pemula; (4) inkubator harus dikelola secara

bisnis. Artinya harus tercipta keuntungan dari perbandingan penghasilan dan

biaya; dan (5) inkubator harus dikelola secara otonom dengan metode profesional

(K-KUKM, 1999).

Dari kedua persyaratan tersebut terlihat dengan jelas ada persamaan dan

ada perbedaan. Perbedaan yang sangat nyata, yaitu keharusan masing-masing

pelaku dalam mengembangkan inkabator diharuskan untuk mencapai

keberhasilan, hal inilah yang kurang jelas dalam konsep inkubator di Indonesia.

Selain harus memenuhi persyaratan, maka inkubator bisnis harus

memenuhi 2 (dua) prinsip inkubator bisnis agar dapat berjalan efektif

(Panggabean 2007), yaitu :

1. Inkubator bisnis harus memberikan dampak positif pada pemberdayaan

ekonomi masyarakat.

2. Inkubator bisnis merupakan suatu model dinamis yang mampu mengikuti

perkembangan dan beroperasi secara efesien hingga mencapai kemandirian.

Untuk mencapai keberhasilan maka setiap pendiri dan tim manajemen

inkubator harus melaksanakan hal-hal sebagai berikut (K-KUKM, 1999) :

a. Menjalankan dua prinsip pengelolaan inkubator bisnis.

b. Mempunyai misi dan perencanaan strategis serta tujuan dalam rangka

pengembangan masyarakat.

c. Mampu mencapai kemandirian finansial melalui pengembangan dan

pelaksanaan rencana bisnis yang realitis.

d. Merekrut tim manajemen yang handal dan kompensasi yang sesuai.

e. Membangun komitmen para pendiri terhadap pencapaian misi inkubator bisnis

dan memaksimalkan peran manajemen dalam mengembangkan inkubator

yang berhasil.

f. Mengutamakan pelayanan kepada tenant termasuk konsultansi yang proaktif

dan membuat acuan dalam upaya mencapai kesuksesan dari inkubator.

g. Mengembangkan fasilitas, sumber daya, metode dan alat inkubator dalam

rangka memberikan pelayanan terhadap tenant.

h. Mengintergrasikan program dan kegiatan inkubator kepada masyarakat dan

berkontribusi kepada pembangunan ekonomi yang lebih luas.

Page 65: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

49

i. Menggalang dukungan stakeholder termasuk membangun jaringan yang

membantu tenant untuk mewujudkan misi dan operasi inkubator.

j. Memelihara sistem informasi manajemen, mengumpulkan data statistik dan

informasi penting yang terkait dalam rangka pelaksanaan program evaluasi.

Sehingga akan dapat meningkatkan efektivitas program dan mampu

menyesuaikan terhadap kebutuhan tenant.

2.7.3 Jenis Inkubator

Untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai tujuan

inkubator, beberapa studi telah dilakukan oleh Hewick (2006). Menurut studi

tersebut terdapat 4 (empat) tipe inkubator, yaitu :

1. Technopoles Incubator : merupakan bagian dari proyek terpadu yang

melibatkan lembaga pendidikan, lembaga riset dan organisasi lainnya yang

berminat untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi regional.

2. Sector-specific incubator : bertujuan untuk mengeksploitasi sumber daya

lokal untuk mengembangkan bisnis baru dalam suatu sektor tertentu secara

lebih fokus yang lazim disebut klaster.

3. General incubator : berorientasi pada pengembangan bisnis umum, meskipun

kadang kala ada penekanan pada inovasi.

4. Building businesses : bertujuan menciptakan bisnis dengan membentuk tim

manajemen yang sesuai untuk mengeksploitasi kesempatan bisnis tertentu dan

menseleksi, serta membinanya.

Berdasarkan kepemilikan Hewick (2006) mengklasifikasikan inkubator

menjadi 4 (empat) kategori berikut :

1. Standalone : dimiliki dan dijalankan oleh pihak independen yang tidak

berfungsi sebagai unit bisnis dan terpisah dari induk yang menaunginya.

2. Embedded : merupakan bagian tidak terpisahkan dari induk yang

menaunginya, misalnya dimiliki dan dijalankan oleh lembaga pembangunan

daerah.

3. Networked : dijalankan berdasarkan kerjasama formal dengan inkubator

lainnya, baik dalam bentuk kepemilikan atau manajemen maupun melalui

penyediaan jasa atau informasi bersama.

Page 66: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

50

4. Virtual: menyediakan jasa yang sebagian besar melalui jaringan komunikasi

dari jarak jauh.

Meskipun telah dilakukan pengkategorian seperti di atas, namun hal itu

belum lengkap dan membantu untuk memahami peran berbagai komponen di

pasar. Sekurang-kurangnya terdapat 5 (lima) bentuk generik inkubator bisnis

yang telah berkembang selama 40 tahun (Campbell et al 1988 dalam Hewick

2006) sebagai berikut :

1. Industrial incubators : disponsori oleh pemerintah dan lembaga non-profit

dengan tujuan untuk menciptakan lapangan kerja, dan biasanya sebagai respon

terhadap pemutusan hubungan kerja (PHK) atau pengangguran.

2. University-related incubators : dibentuk dengan tujuan untuk meng-

komersialisasikan ilmu, teknologi dan hak intelektual yang dihasilkan

perguruan tinggi.

3. For-profit property development incubators : menyediakan ruang kantor dan

workshop/tempat produksi untuk disewakan serta layanan lainnya.

4. For-profit investment incubators : merupakan cara bagi perusahaan modal

ventura untuk memiliki perusahaan dalam portofolio mereka. Hal ini akan

memungkinkan perusahaan modal ventura untuk menciptakan sinergi dalam

portofolionya.

5. Corporate venture incubators : merupakan salah satu model inkubator yang

pertumbuhannya paling cepat dan paling sukses.Perusahaan besar

menyediakan modal, fasilitas dan tenaga ahli serta tenaga pemasaran kepada

perusahaan kecil yang kemudian dikonversi dalam bentuk saham.

Berdasarkan sponsor yang mendukungnya, paling sedikit ada 5 (lima)

jenis inkubator yang selama ini menjadi acuan dalam pengembangan inkubator di

beberapa negara (Hewick, 2006), yakni :

1. Regional development incubator : bertujuan untuk pengembangan agribisnis,

penerangan listrik, dan kerajinan yang diutamakan untuk pasar regional.

2. Research, University, Technology-based business incubator : bertujuan

mengembangkan hasil riset yang dilakukan universitas, dengan menyediakan

pelayanan bagi personil menjadi seorang wirausaha yang memanfaatkan

teknologi untuk memenuhi pasar dan berbagai peluang yang tersedia.

Page 67: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

51

3. Public-private partnership, industrial development incubator : bertujuan

untuk pengembangan usaha kecil sebagai vendor komponen dan pelayanannya

bagi perusahaan besar. Inkubator ini umumnya berada di lingkungan

perkotaan atau industrial estate.

4. Foreign sponsors, International Trade and Technology : bertujuan untuk

memfasilitasi masuknya usaha kecil dan menengah asing ke dalam pasar lokal

(domestik). Inkubator ini biasanya melakukan kolaborasi internasional,

teknologi dan finansial.

5. Lainnya : misalnya inkubator yang memfokuskan pada program pengembang-

an kelompok tertentu.

2.7.4 Inkubator Bisnis di Beberapa Negara

Untuk dapat memberikan analisis tentang inkubator bisnis yang ideal di

Indonesia, dilakukan upaya untuk mengumpulkan berbagai informasi tentang

pengalaman pelaksanaan inkubator bisnis di luar negeri baik melalui studi literatur

maupun informasi dari internet.

Dari berbagai sumber tersebut dapat diidentifikasi sejumlah best practices

dari beberapa negara yakni Uni Eropa, Kanada, Australia, dan China. Penetapan

best practices didasarkan atas beberapa faktor antara lain cakupan layanan yang

disediakan, manajemen, kinerja dan sustainibility dari inkubator bisnis maupun

tenant. Berikut ini digambarkan mengenai data inkubator bisnis di beberapa

negara yaitu :

Tabel 6 Inkubator bisnis di beberapa negara tahun 2005

No. Negara

Jumlah

Inkubator

(unit)

Rata-Rata

Luas Area

(m2)

Rata-Rata

Tenant

Rata-Rata

Tenaga

Kerja Tenant

1. Kanada 100 3.500 18 6,5

2. Unit Eropa 1.100 3.200 25 6,2

3. China 450 4.700 36 2

4. Australia*) 45 8.000 NA NA

5. Indonesia 25 2.000 20 4

Sumber : Hewick, 2006

*) data tahun 1996

Dari data yang diperoleh tidak mudah bagi usaha baru atau usaha yang

sedang tumbuh untuk dapat berkembang ditengah-tengah iklim persaingan yang

Page 68: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

52

makin tajam. Di Australia ± 33% usaha baru gagal memasuki pasar. Agar usaha

baru tersebut mempunyai kemampuan memasuki pasar, dibutuhkan persiapan

perencanaan usaha, pengelolaan usaha, target pasar yang jelas, manajemen

keuangan, jaringan kerjasama dan akses terhadap sumber daya usaha. Persiapan-

persiapan tersebut tidak semua dapat dilakukan oleh setiap usaha baru, dalam hal

ini inkubator bisnis dapat menjadi sarana untuk menyediakan kebutuhan

dimaksud.

Berikut adalah best practices pelaksanaan inkubator bisnis di Uni Eropa,

Kanada, Australia dan China (Dipta, 2003).

4. Uni Eropa

Pada tahun 2001, inkubator bisnis di Uni Eropa (Austria, Belgia,

Denmark, Perancis, Finlandia, Jerman, Yunani, Irlandia, Itali, Luxembourg,

Belanda, Protugal, Swedia, Spayol dan Inggris), secara keseluruhan berjumlah

911 buah dan dengan jumlah UKM sebanyak 18.025.000 usaha. Rasio jumlah

inkubator binis terhadap jumlah UKM sangat bervariasi, untuk Austria rasionya

adalah 1 : 3.000, sedangkan untuk Yunani 1 : 106.000. Namun demikian, secara

umum rasio untuk Uni Eropa adalah 1 : 19.000.

Berikut ini disampaikan gambaran mengenai karakteristik inkubator bisnis

di Uni Eropa berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Centre for Startegy

and Evaluation Service (CSES).

a. Luas/ruangan inkubator/jumlah tenant

Rata-rata luas inkubator bisnis yang disurvei adalah 3.000 m2. Sedangkan

untuk mencapai skala ekonomi, direkomendasikan setiap inkubator bisnis

mempunyai luas areal minimal 2.000 m2, dengan jumlah tenant yang dapat

diakomodir sebanyak 20 – 30 tenant. Namun demikian, kisaran luas area

(ruangan) inkubator bisnis yang ideal diusulkan antara 2.000 m2 s.d 4.000 m

2

dengan mempertimbangkan tipe dari masing-masing inkubator bisnis.

b. Masa inkubasi

Secara umum masa inkubasi bagi tenant yang diusulkan adalah 3 (tiga) tahun.

Meskipun demikian penetapan masa inkubasi mempertimbangkan tipe dari

inkubator bisnis yang bersangkutan. Sebagai contoh, untuk inkubator bisnis yang

Page 69: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

53

berbasis teknologi relatif membutuhkan waktu inkubasi lebih panjang karena

dibutuhkan waktu untuk uji coba teknologi.

c. Rasio staf dan manajerial terhadap tenant

Rata-rata rasio jumlah staf Inkubator Bisnis terhadap jumlah tenant adalah 1 :

14. Sedangkan benchmark nilai rasio manager adalah 2 : 20-30. Usulan rasio

manager tersebut sekaligus untuk mengantisipasi jika sewaktu-waktu manager

berhalangan hadir (sakit, mengikuti pelatihan, workshop). Hal ini memudahkan

tenant untuk berkonsultansi setiap saat dengan manajer. Namun demikian, rasio

manager ideal yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 1 : 20.

d. Proporsi waktu manajemen membina tenant

Porporsi waktu manajemen inkubator bisnis membina tenant adalah 39%,

namun disarankan agar manajemen inkubator bisnis lebih banyak menyediakan

waktu untuk berinteraksi dengan tenant.

e. Tingkat survival tenant

Tingkat survival usaha yang tumbuh di dunia usaha tanpa keterlibatan

inkubator adalah sekitar 30-50%. Tingkat survival ini meningkat sampai 80-90%

dengan menjadi tenant atau secara rata-rata mencapai 85%. Tingkat survival

tenant ini sangat penting karena sebagai indikator kinerja inkubator bisnis yang

bersangkutan.

f. Penciptaan lapangan kerja rata-rata pekerja per tenant

Tujuan utama inkubator bisnis adalah untuk menciptakan lapangan kerja

melalui pertumbuhan dan pengembangan usaha tenant. Kemampuan menciptakan

lapangan kerja ini dipengaruhi oleh tipe usaha tenant yang diinkubasi, jumlah

usaha tenant yang dapat didampingi inkubator bisnis dan luas ruangan yang

tersedia.

Demikian pula jumlah lapangan kerja yang dapat diciptakan oleh setiap

tenant tergantung dari jenis usaha tenant, apakah usahanya merupakan usaha yang

berbasis pada teknologi intensif (padat modal) atau tenaga kerja intensif (padat

karya). Mendasari hal tersebut, maka secara ideal kemampuan menciptakan

lapangan kerja tidak dapat ditentukan dengan pasti. Namun demikian, sebagai

gambaran tentang kemampuan tenant menciptakan lapangan kerja dapat diperoleh

dari hasil survei yaitu berkisar 6,2 unit lapangan perkerjaan.

Page 70: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

54

g. Biaya yang dibutuhakan untuk menciptakan satu lapangan kerja

Biaya rata-rata untuk menciptakan satu lapangan kerja oleh inkubator bisnis

adalah sekitar € 4.400. Sedangkan benchmark berkisar antara € 4.000 – € 8.000.

5. Kanada

Di Kanada, pada tahun 2005 tercatat sedikitnya 83 inkubator bisnis beroperasi

dan yang membutuhkan investasi pengembangan lebih dari $ 45 juta. Sebanyak

900 tenant mampu meningkatkan pendapatannya lebih dari $ 93 juta dan

menciptakan lapangan kerja baik tetap maupun tidak tetap lebih 13,000 orang.

Indikator lain yang merupakan dampak positif inkubator adalah sebanyak 2,958

tenant mampu menghasilkan pendapatan pada akhir tahun. Sebagai tambahan, 105

tenant telah menerima penghargaan pajak dari Experimental Development dan

Scientific Research.

Keberadaan inkubator bisnis sangat membantu usaha baru dalam

mempersiapkan dirinya untuk terjun di dunia usaha. Hal dapat diketahui, bahwa

melalui inkubator bisnis tingkat keberhasilan usaha baru mencapai 95%. Manfaat

inkubator bisnis yang dapat diperoleh untuk pengembangan ekonomi lokal antara

lain penciptaan lapangan pekerjaan, membangun atau mempercepat pertumbuhan

industri dan mengkomersialisasikan teknologi serta diversifikasi ekonomi.

a. Jumlah dan tipe inkubator bisnis

Dari 83 inkubator bisnis, 77 di antaranya mempunyai tenant dan sisanya tidak

mempunyai tenant karena masih baru. Sementara dari jenis layanan yang

diberikan 55 inkubator bisnis memberikan layanan tempat dan jasa dan 22 hanya

memberikan layanan jasa.

Tabel 7 Tipe inkubator bisnis di Kanada

No. Tipe Inkubator Jumlah %

1. Jasa Inkubasi Bisnis (Primarily business incubation

services)

73 88

2. Jasa Inkubasi Teknologi (Primarily technology

incubation services)

10 12

3. Jasa Inkubasi Campuran (Mixed incubation

services)

44 53

4. Tidak ada Tenant 6 7

Total 83 100

Page 71: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

55

Berdasarkan tipe inkubator bisnis, sebagian besar (88%) inkubator bisnis

di Kanada adalah inkubator bisnis jasa. Selengkapnya tipe inkubator bisnis

ditampilkan pada Tabel 7 di atas.

b. Peran serta stakeholder

Keberhasilan inkubator bisnis membutuhkan peran serta dan komitmen dari

semua pihak (stakeholders) yang terkait dalam pengembangan usaha. Peran yang

paling strategis dalam pengembangan inkubator bisnis dilakukan oleh pemerintah.

Berikut adalah gambaran peran serta stakeholder dalam pengembangan inkubator

bisnis di Kanada.

Tabel 8 Peran stakeholder dalam pengembangan inkubator bisnis

No. Stakeholder %

1. Pemerintah Pusat 28,0

2. Pemerintah Propinsi 17,0

3. Pemerintah Kota 13,6

4. Universitas 10,6

5. Organisasi Non Profit Swasta 7,7

6. Lainnya 6,5

7. Perusahaan Swasta 5,3

8. Perguruan Tinggi setempat 4,1

9. Pemerintah Regional 3,0

10. Lembaga pembiayaan 3,0

11. Tidak berpartner 1,2

Total 100

c. Kebutuhan sumberdaya

Inkubator bisnis di Kanada telah berdiri selama 30 tahun, dengan rata-rata

telah berdiri selama 9 tahun. Secara umum keberhasilan inkubator bisnis tidak

terlepas dari dukungan sumberdaya seperti SDM, luasan kantor dan pendanaan.

1) Sumberdaya manusia

Rata-rata jumlah karyawan yang full-time (baik yang dibayar atau tak dibayar)

di inkubator jumlahnya adalah 3.2, hampir 70% dari karyawan tersebut adalah

para profesional (tenaga ahli). Tenaga ahli tersebut berasal dari universitas, swasta

dan lembaga pemerintah yang terlibat dalam kegiatan pengelolaan inkubator

bisnis baik secara penuh waktu maupun paruh waktu. Jumlah tenaga ahli rata-rata

yang aktif dalam pengelolaan inkubator bisnis adalah 2 orang. Tenaga ahli ini

rata-rata mempunyai pengalaman dalam bidangnya selama 5 (lima) tahun. Para

Page 72: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

56

profesional tersebut terutama mempunyai keahlihan dalam bidang pengelolaan

usaha dan keuangan.

2) Luas ruangan

Rata-rata total luas ruangan (space) yang dimiliki oleh inkubator bisnis adalah

adalah 1.106,36 m2 dan seluas ± 871,59 m2 diperuntukan bagi kegiatan tenant.

Dari luasan tersebut, tingkat hunian rata-rata adalah 69% atau setara dengan

6.055,37 m2.

3) Sumber dana

Sumber dana yang dimaksud dibagi menjadi dua yaitu untuk kegiatan

inkubator bisnis dan untuk kebutuhan pengembangan usaha dari tenant.

a) Untuk kegiatan inkubator bisnis

Di Kanada, pembiayaan untuk inkubator bisnis mencapai di atas $ 45 juta.

Sumber dana terbesar berasal dari Pemerintah (± 39%). Dalam hal ini, Pemerintah

Pusat merupakan penyedia dana yang paling besar mencapai $ 10.1 juta ( 22.6%).

Kemudian disusul, pinjaman lunak sekitar 19,7%, sedangkan hasil sewa dari

tenant hanya memberikan kontribusi sebesar 1,9%.

Tabel 9 Komposisi sumber dana pada pengelolaan inkubator bisnis

No. Asal Sumber Dana %

1. Hibah Pemerintah Pusat 22,6

2. Hibah Pemerintah Propinsi 12,6

3. Hibah Pemerintah Kota 4,0

4. Dana operasi dari setiap induk 3,0

5. Dana sewa dari tenant 15,9

6. Fee dari tenant 8,0

7. Dana sponsor dari perusahaan swasta 1,9

8. Pinjaman lunak 19,7

9. Dana cash dari tenant 1,3

10. Lainnya 11,0

Total 100

b) Untuk pengembangan usaha tenant

Sumber pembiayaan untuk pengembangan usaha tenant sebagian besar (54%)

berasal dari modal ventura, pinjaman sebesar 14,2% dan lainnya sebesar 14,5%.

Sementara kontribusi dana dari hibah dalam pembiayaan usaha tenant hanya

sebesar 2,6%. Gambaran tersebut, menunjukan bahwa inkubator bisnis mampu

Page 73: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

57

meningkatkan kredibilitas tenant dalam mengakses pembiayaan dari lembaga

keuangan dan pihak ketiga.

d. Kriteria tenant

Banyak usaha baru yang berkeinginan masuk dalam program inkubator

bisnis, namun tidak semua usaha tersebut dapat diterima sebagai tenant. Hal ini

tergambar dari data inkubator bisnis pada tahun 2005 di Kanada ada sekitar 4,517

calon tenant yang melamar, hanya 34% atau sekitar 1,539 calon yang dapat

diterima sebagai tenant atau hanya satu dari tiga proposal dari calon tenant yang

diterima oleh inkubator bisnis (Dipta 2003). Untuk menyeleksi calon tenant

tersebut, maka inkubator bisnis harus memiliki kriteria tenant yang menjadi

prioritas. Ada tiga kriteria utama yang menjadi acuan bagi inkubator bisnis dalam

menyeleksi calon tenant yaitu ketersediaan rencana usaha yang inkubator bisnis

jelas dan terukur, mempunyai sumberdaya pengelola yang berkompeten dan

prospek pengembangan usaha yang bersangkutan.

e. Kriteria yang digunakan untuk menentukan kelulusan

Tujuan akhir dari inkubator bisnis adalah untuk menyiapkan usaha baru agar

mampu eksis dan berkembang di dunia usaha. Upaya penyiapan ini hendaknya

dalam kerangka kegiatan yang jelas dan terukur sehingga Inkubator Bisnis dapat

menetapkan kriteria bagi tenant kapan harus lulus/meninggalkan inkubator.

Kriteria yang sering digunakan dalam penetapan kelulusan tenant antara lain

jangka waktu pendampingan inkubator bisnis (misalnya 24 atau 36 bulan) atau

berdasarkan pertumbuhan volume/skala usaha tenant.

f. Jasa layanan program inkubasi

Inkubator bisnis memberi berbagai macam jasa layanan untuk membantu

pengembangan usaha, pemasaran dan pengelolaan keuangan/akuntansi.

g. Penciptaan lapangan kerja oleh tenant inkubator

Salah satu ukuran keberhasilan pendampingan inkubator dan dampak dari

keberadaan inkubator adalah penciptaan lapangan kerja oleh tenant. Berdasarkan

data pada tahun 2005, Inkubator Bisnis di Kanada mampu menciptakan 13,000

lapangan kerja bagi tenaga kerja penuh waktu dan 300 lapangan kerja untuk

tenaga kerja paruh waktu.

Page 74: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

58

h. Tantangan

Tantangan utama dalam mengembangkan Inkubator Bisnis adalah menemukan

calon tenant yang sesuai (65%), calon tenant tidak mempuyai dana untuk memulai

usaha (65%), dan memperoleh donor untuk kegiatan operasional usaha (63%).

Ketiga tantangan tersebut menjadi penentu bagi inkubator bisnis untuk meraih

keberhasilaan.

3. Australia

Pengembangan inkubator bisnis di Australia dilakukan oleh Asosiasi

Inkubator Bisnis New Zealand dan Australia dengan nama Anzabi. Menurut

Anzabi, kegiatan inkubator bisnis meliputi 3 (tiga) hal pokok yaitu konsultansi

usaha, layanan jasa dan dukungan usaha bagi UKM agar mampu tumbuh dan

berkembang.

Yang dimaksud dengan konsultansi usaha meliputi advis pengembangan

usaha, perencanaan strategis, aspek keuangan dan hukum, pasar dan pemasaran

serta pendampingan pengelolaan. Layanan jasa usaha meliputi layanan

kesekretariatan, penerima tamu dan menjawab telepon, kantor dan atau untuk

kebutuhan workshop, pencatatan dan pelaporan. Sedangkan dukungan usaha

adalah mentoring, pengembangan jaringan dengan usaha lain yang sinergis,

pengembangan diri sebagai usahawan (misalnya bagaimana mengelola stress

dalam menjalankan usaha)

Berikut ini disampaikan gambaran mengenai karakteristik inkubator bisnis

di Australia berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Anzabi.

a. Tipe inkubator

Walaupun banyak jenis inkubator bisnis yang berkembang di Australia, tetapi

ada kesamaan yang mendasar yang dapat digunakan untuk menggolongkan

inkubator bisnis menjadi 3 tipe yaitu: embedded inkubator (inkubator bersubsidi),

inkubator mandiri dan inkubator teknologi. Faktor yang menjadi dasar

penggolongan tersebut adalah :

1) Kondisi yang mendorong inkubator bisnis tersebut berdiri

2) Kualitas dan jenis layanan yang diberikan

3) Tujuan pendirian Inkubator Bisnis.

Page 75: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

59

Karakteristik ketiga tipe inkubator tersebut adalah :

Tipe 1 : Embedded inkubator (bersubsidi) inkubator bisnis jenis ini banyak

terdapat di wilayah yang jumlah populasinya kurang dari 100.000 jiwa. Umumnya

inkubator bisnis merupakan bagian dari sebuah organisasi induk. Inkubator bisnis

didirikan untuk mengembangkan usaha yang mempunyai hubungan dengan

kegiatan organisasi induknya. Jenis layanan yang tersedia merupakan bagian dari

fasilitas organisasi induk. Tenaga kerja yang terlibat dalam inkubator bisnis

umumnya paruh waktu karena mereka menjadi pegawai dari organisasi induk.

Seluruh biaya, fasilitas dan dukungan untuk pengelolaan Inkubator Bisnis

disediakan oleh organisasi induknya. Pada tahun 1996 tercatat ada 28 inkubator

bisnis bersubsidi dengan luas layanan sebesar 689 m2 per inkubator bisnis.

Tipe-2 : Independent inkubators (mandiri) Jenis ini banyak terdapat di

kota (urban) dengan populasi penduduk mendekati atau lebih besar dari 100.000

jiwa. Layanan dan fasilitas berasal dari pendiri sendiri (tidak tergantung dengan

organisasi induk atau lainnya). Inkubator bisnis dapat membiayai kegiatan dari

pendapatan penyewaan ruang kantor dan biaya pelayanan yang diberikan. Agar

dapat berkelanjutan inkubator bisnis jenis ini minimal harus mempunyai luas areal

1500 m2, tenaga kerja yang terlibat adalah secara full time /penuh waktu. Pada

tahun 1996, ada sekitar 12 inkubator bisnis mandiri dengan luas rata-rata adalah

1.644 m2.

Tipe-3 : Inkubator teknologi : Tujuan utama adalah untuk mengembang-

kan teknologi. Sedangkan ciri utamanya adalah :

1) Penawaran sewa ruangan untuk usaha produk teknologi (ruangan dengan area

yang lebih luas).

2) Mendukung transfer teknologi termasuk inovasi teknologi.

3) Kerjasama dengan lembaga penelitian maupun lembaga pendidikan.

4) Penawaran untuk melakukan penelitian dalam hal teknologi, pengembangan;

produksi dan fasilitas produksi

5) Umumnya berlokasi di kota besar. Pada tahun 1996 terdapat 5 (lima)

inkubator bisnis teknologi dengan luas rata-rata ruangan 1.310 m2.

Page 76: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

60

b. Kebutuhan sumberdaya

Kebutuhan sumberdaya yang mendukung aktivitas inkubator bisnis antara lain

adalah ketersediaan prasarana, sumberdaya manusia dan sumber dana.

1) Ketersediaan prasarana : Ketersedian prasarana yang utama adalah gedung

(ruangan). Lebih dari 66% inkubator bisnis mempunyai gedung sendiri atau

menyewa dengan harga di bawah pasar.

2) Sumberdaya manusia : Kebutuhan sumberdaya manusia dalam hal ini staf

untuk mengelola inkubator bisnis sangat sulit untuk diidentifikasi. Hal ini

karena banyak inkubator bisnis yang merupakan bagian dari organisasi lain,

sehingga jumlah staf yang teridentifikkasi sering kali overlapping dengan staf

organisasi terkait. Namun secara rasio dapat digambarkan bahwa setiap

manager rata-rata mempunyai 2,3 staf. Namun demikian, sebanyak 30%

inkubator bisnis mempunyai manajer yang bekerja secara penuh waktu.

Sementara itu, 70% manajer lainnya bekerja secara paruh waktu. Sedangkan,

untuk menjadi manajer, rata-rata dibutuhkan pengalaman selama 2,7 tahun

dibidang usaha yang terkait.

3) Sumber dana pengembangan inkubator bisnis : Peran pemerintah sangat kuat

dalam pengembangan inkubator bisnis di Australia. Dalam kaitan ini

pemerintah menunjuk Menteri Tenaga Kerja, Hubungan Penempatan Kerja

dan Usaha Kecil (Ministry for Employment, Workplace Relations and Small

Business) untuk terus memantau dan mengevaluasi pengembangan inkubator.

Guna membantu pengembangan inkubator ini, pemerintah secara kontinyu

menyiapkan pendanaan sampai inkubator tersebut betul-betul mandiri. Dana hibah

pemerintah maksimum mencapai U$ 500,000 untuk pengembangan inkubator

selama 5 tahun. Dana tersebut digunakan untuk pembangunan infrastruktur dan

biaya pendirian. Sedangkan bagi inkubator yang sudah berjalan, dapat

memperoleh batuan maksimum sebesar U$ 100,000.

c. Proporsi waktu manajemen membina tenant

Hasil survei menyebutkan bahwa porporsi waktu manajemen inkubator bisnis

membina tenant idealnya adalah 60%. Namun demikian, disarankan agar

manajemen inkubator bisnis lebih banyak menyediakan waktu untuk berinteraksi

dengan tenant.

Page 77: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

61

d. Tingkat survival tenant

Tingkat survival tenant melalui dukungan inkubator dalam mengembangkan

usaha mencapai lebih dari 90%. Tingkat survival tenant ini sangat penting karena

sebagai indikator kinerja inkubator bisnis yang bersangkutan.

2.8 Balai Inkubator Teknologi

Balai Inkubator Teknologi (BIT) adalah salah satu Unit Pelaksana Teknis

(UPT) dibawan pembinaan dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

(BPPT). BIT berlokasi di kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahun dan

Teknologi (Puspiptek) Serpong, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten. BIT

didirikan pada tahun 2001 sebagai wahana untuk menciptakan enterpreneur

inovatif dari kalangan mitra ABG (Academic, Business, Government) sehingga

dapat menjadi unit usaha baru yang berbasis teknologi atau inovasi yang memiliki

daya saing, tangguh dan mandiri. Disamping itu BIT juga berperan sebagai

wahana pembinaan bagi Usaha Kecil Menengah dan Koperasi (UKMK) yang

berbasis teknologi atau inovasi.

Selain itu BIT berfungsi untuk mengkomersialisasikan hasil-hasil

penelitian baik dari institusi pemerintah, perguruan tinggi negeri/swasta, maupun

masyarakat serta membantu, memfasilitasi dan menumbuhkembangkan Industri

Pemula Berbasis Teknologi (IPBT) (start-up company) menjadi UKM yang

berdaya saing tingi, tangguh dan mandiri. Dengan adanya BIT tersebut diharapkan

dapat mengurangi atau menurunkan tingkat "kematian" usaha kecil dan menengah

yang mengalami droup-out dimasa start-up.

Pengusaha atau calon pengusaha pemula yang menjalani proses inkubasi

di BIT disebut sebagai tenant. Penetapan tenant dilaksanakan melalui proses

seleksi yang sangat ketat berdasarkan kriteria dan mekanisme yang telah

ditetapkan oleh BIT. Kriteria calon tenant yang telah ditetapkan oleh BIT yaitu :

1. Ide atau gagasannya memiliki potensi komersial.

2. Berpotensi menciptakan lapangan kerja.

3. Adanya Kesamaan antara kebutuhan tennant dan layanan yang diberikan BIT.

4. Intensitas litbang besar dan produknya berbasis teknologi atau inovasi.

5. Mempunyai teamwork yang potensial.

6. Secara pribadi memiliki potensial kemampuan kewirausahaan.

Page 78: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

62

7. Memiliki suatu rencana bisnis yang berisi fokus utama bisnisnya, informasi

pasar, pesaing, konsumen dan perkiraan cashflow.

Selain itu untuk meningkatkan peranan BIT dalam rangka menumbuh-

kembangkan UKM di Indonesia, BIT membagi pelayanan ke dalam 3 (tiga) fase,

yaitu (1) pra- inkubasi; (2) masa inkubasi; dan (3) pasca inkubasi. Kegiatan pra-

inkubasi meliputi kegiatan road show dan pameran, technopreneurship program,

inTim Software, dan temu bisnis. Setelah pra-inkubasi maka didapatkan tentant

untuk di inkubasi, dan fasilitas yang disediakan selama masa inkubasi adalah

fasilitas kantor, fasilitas laboratorium uji produksi, fasilitas mentoring dan

konsultasi, survei konsumen dan uji pasar, dan sertifikasi produk/product license.

Fase yang terkahir adalah fase pasca-inkubasi yaitu fase dimana tenant

dikatakan telah lulus dari fase inkubasi, yang artinya secara teknologi, manajemen

bisnis, pemasaran dan keuangan telah mampu secara mandiri untuk memproduksi

dan memasarkan hasil produknya. Namun untuk memaksimalkan hal tersebut BIT

dalam fase ini berperan sebagai mediator untuk mempertemukan tenant dan mitra

investor melalui kegiatan temu bisnis dan technopreneurship program, dimana

pada kegiatan ini mendiskusikan mengenai masalah pendanaan dan sharing profit.

Page 79: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

III. PELAKSANAAN TUGAS AKHIR

3.1 Lokasi dan Waktu

Kajian ini dilakukan di Jakarta, sedangkan lokasi Lembaga Intermediasi

(LI) yang dijadikan obyek kajian adalah Balai Inkubator Teknologi (BIT) yang

berlokasi di Puspiptek Serpong, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten. BIT

dipilih sebagai obyek penelitian karena sebagai LI dinilai berhasil menjalankan

peran dan fungsinya secara optimal dan terpadu untuk meningkatkan daya saing

UKM.

Kajian dilaksanakan selama 5 bulan bulan pada bulan Januari – Mei 2011,

dan jadwal kajian secara rinci dan anggaran biaya kajian dapat di lihat pada Tabel

10 dan 11 di bawah ini.

Tabel 10 Jadwal kajian

No Keterangan 2011

Jan Feb Maret April Mei

1 Studi Pustaka √

2 Penyusunan Proposal √

3 Survey Awal √

4 Kolokium √

5 Survey Lapang √ √

6 Survey Pakar √

7 Penyusunan Laporan √ √

8 Seminar √

9 Perbaikan Laporan 1 √

10 Ujian √

11 Perbaikan Laporan 2 √

12 Laporan Akhir √

Tabel 11 Anggaran biaya kajian

No Keterangan Biaya (Rp)

1 Transportasi dan Komunikasi 5.000,000

2 Dokumentasi 300,000

3 Pembelian Buku Referensi 200,000

4 Perbanyakan Kuesioner dan Laporan 500,000

5 ATK 100,000

Jumlah 6.100.000

Page 80: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

64

3.2 Metode Kajian

3.2.1 Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam kajian ini meliputi data primer dan data

sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan,

sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber bahan bacaan

yang mendukung kajian. Berdasarkan pengertian tersebut, maka data primer

dalam kajian ini diperoleh dari pengamatan langsung pada BIT baik melalui

wawancara ataupun melalui angket/kuesioner. Sedangkan data sekunder diperoleh

dari instasi terkait, laporan-laporan berkala atau tahunan, jurnal dan berbagai

literatur yang berhubungan dengan kajian. Sumber pokok data sekunder

diperoleh dari Sekretariat Pusat Inovasi UMKM, Badan Pengkajian dan

Penerapan Teknologi, Kementerian Negara Koperasi dan UKM, Kementerian

Koordinator Perekonomian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustri-

an serta Kementerian Negera Riset dan Teknologi.

3.2.2 Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan dan analisa data dilakukan dengan menggunakan metode

deskriptif, di samping dengan matriks Internal Factor Evaluation (IFE), External

Factor Evaluation (EFE), Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats

(SWOT) dan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). Beberapa metode

analisis yang digunakan dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif diperoleh untuk memperoleh gambaran karakteristik dan

kondisi obyek kajian, yaitu Balai Inkubator Teknologi (BIT).

2. Analisis Tiga Tahap Perumusan Strategi

Analisis ini dilakukan untuk mengevaluasi karakteristik dan kondisi umum

BIT serta mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal BIT. Hasil analisis

tersebut dikembangkan menjadi beberapa alternatif strategi berdasarkan skala

prioritas untuk memilih strategi yang terbaik. Tiga tahap penentuan strategi utama

menurut David (2009) adalah :

Page 81: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

65

a. Tahap input

1) Analisis lingkungan internal dan eksternal. Pada tahap input ini dianalisis

lingkungan internal dan eksternal dari BIT

Analisis lingkungan internal BIT dimaksudkan untuk memahami kekuatan dan

kelemahan yang dimiliki BIT dari seluruh aspek. Analisis lingkungan eksternal

menghasilkan sejumlah daftar peluang dan ancaman bagi BIT.

2) Teknik pembobotan

Teknik yang digunakan untuk menentukan bobot dari faktor internal dan

eksternal adalah teknik Pairwise Comparison (Kinnear and Taylor 1991). Teknik

ini membandingkan setiap peubah horizontal dengan peubah pada kolom vertikal.

Penentuan bobot pada setiap peubah yang dibandingkan menggunakan skala 1, 2

dan 3.

3) Matriks IFE dan EFE

Matriks IFE dan EFE yang telah disusun memberikan informasi faktor-faktor

yang mempengaruhi atau kurang mempengaruhi BIT dalam lingkungan internal

maupun eksternal. Pada kolom analisis tiga matriks IFE dan EFE diberikan rating.

Penentuan rating oleh manajemen atau pakar dilakukan terhadap peubah-peubah

dari hasil analisa situasi BIT. Pada EFE untuk menunjukkan seberapa efektif

strategi BIT saat ini menjawab masing-masing peubah-peubah tersebut digunakan

sesuai peringkat dengan menggunakan skala 1,2,3 dan 4.

b. Tahap pemaduan

Tahap pemaduan, yaitu tahapan menghasilkan strategi alternatif yang layak

dengan memadukan faktor internal dan eksternal yang telah dihasilkan pada tahap

input. Pada tahap ini digunakan alat analisis Internal–Eksternal (IE) dan matriks

SWOT.

1) Matriks IE

Matriks IE menempatkan berbagai divisi dari BIT dalam diagram skematis

yang disebut matriks portofolio. Matriks IE dibagi menjadi 3 (tiga) daerah utama

yaitu :

Page 82: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

66

a) Daerah 1 meliputi sel I, II atau IV termasuk dalam daerah grow and build.

Strategi yang sesuai dengan daerah ini adalah strategi intensif, misalnya

penetrasi pasar, pengembangan pasar, atau pengembangan produk dan strategi

integratif, misalnya integrasi horizontal dan vertikal.

b) Daerah II meliputi sel III, V atau VII.

Strategi yang paling sesuai adalah strategi-strategi hold and maintain. Strategi

ini adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk (layanan).

c) Daerah III, meliputi sel VI, VIII atau IX adalah daerah harvest and divest.

2) Matriks SWOT

Pengembangan strategi pada matriks SWOT dilakukan berdasarkan hasil dari

matriks IE.

a) Strategi SO, yaitu menggunakan kekuatan internal BIT untuk meraih peluang-

peluang yang ada di luar BIT.

b) Strategi WO, bertujuan untuk memperkecil kelemahan-kelemahan internal

BIT dengan memanfaatkan peluang-peluang eksternal.

c) Strategi ST, bertujuan untuk menghindari atau mengurangi dampak dari

ancaman-ancaman eksternal.

d) Strategi WT, merupakan taktik untuk bertahan dengan cara mengurangi

kelemahan internal dan menghindari ancaman.

c. Tahap keputusan

Dalam literatur mengenai rancangan, ada satu teknik analisis yang dapat

digunakan untuk menentukan relative attractiveness dari pelaksanaan strategi

alternatif. Teknik yang dimaksud adalah Quantitative Strategic Planning Matrix

(QSPM). Teknik ini secara jelas menunjukkan strategi alternatif mana yang paling

baik untuk dipilih. QSPM adalah alat yang direkomendasikan bagi para ahli

strategi untuk melakukan evaluasi pilihan strategi alternatif secara obyektif,

berdasarkan key success factors internal-eksternal yang telah diidentifikasikan

sebelumnya. Jadi secara konseptual, tujuan QSPM adalah untuk menetapkan

relative attractiveness dari strategi-strategi yang bervariasi yang telah dipilih,

untuk menentukan strategi mana yang dianggap paling baik untuk

diimplementasikan.

Page 83: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

67

Langkah-langkah pelaksanaan QSPM meliputi (1) membuat daftar

berbagai peluang/ancaman eksternal dan kekuatan/kelemahan internal utama di

kolom kiri QSPM; (2) memberi bobot pada setiap faktor eksternal dan internal

utama tersebut; (3) mencermati matriks-matirks tahap 2 (dua) pemaduan, dan

mengidentifikasi berbagai strategi alternatif yang harus dipertimbangkan untuk

diterapkan oleh BIT; (4) tentukanlah skor daya tarik (AS) didefinisikan sebagai

nilai numeric yang mengindikasikan daya tarik berbagai strategi alternatif dari

setiap strategi di rangkaian alternatif tertentu; (5) menghitung skor daya tarik total

dan (6) menghitung jumlah keseluruhan daya tarik total.

Salah satu keistimewaan dari QSPM adalah bahwa rangkaian-rangkaian

strateginya dapat diamati secara berurutan atau bersamaan. Keistimewaan lain

dari QSPM adalah mendorong para penyusun strategi untuk memasukkan faktor-

faktor eksternal dan internal yang relevan ke dalam proses keputusan.

Mengembangkan QSPM memperkecil kemungkinan bahwa faktor-faktor utama

akan terlewat atau diberi bobot secara berlebihan. QSPM menggarisbawahi

berbagai hubungan penting yang mempengaruhi keputusan strategi.

Walaupun dalam mengembangkan QSPM dibutuhkan sejumlah keputusan

subjektif, membuat keputusan-keputusan kecil disepanjang proses meningkatkan

probabilitas bahwa keputusan strategi akhir yang dicapai adalah yang terbaik bagi

BIT. QSPM dapat diadaptasi untuk digunakan oleh organisasi berorientasi laba

dan nirlaba yang besar maupun kecil sehingga bisa diaplikasikan hamper setiap

jenis organisasi.

QSPM bukannya tanpa keterbatasan. Pertama, QSPM selalu

membutuhkan penilaian intuisi dan asumsi yang berdasar. Pemeringkatan dan

skor daya tarik membutuhkan keputusan penilaian, meskipun hal itu harus

didasarkan pada informasi yang objektif. Keterbatasan yang lain adalah QSPM

hanya akan baik dan bermanfaat sepanjang informasi prasyarat dan analisis

pencocokan yang menjadi dasarnya.

Page 84: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

68

3.3 Aspek Kajian

1. Analisis Fungsi-Fungsi Balai Inkubator Teknologi

a. Fungsi sebagai organisasi : sejarah, struktur organisasi, nilai, visi, misi, aturan,

profesionalisme, rencana kerja, sumberdaya (SDM dan dana), insentif,

manajemen, teknologi, sarana dan prasarana.

b. Fungsi sebagai inkubator : (1) adanya panduan sistem seleksi dan staf untuk

menentukan keberhasilan/kelulusan dalam jangka waktu tertentu, misalnya 2-

3 tahun; (2) kapasitas suatu inkubator antara 15-20 tenant yang dapat dibina

dalam inkubator (in wall) dan antara 20-40 tenant yang dibina diluar inkubator

(out wall); (3) calon tenant potensial hendaknya dari usaha rintisan mulai dari

awal atau pemula; (4) inkubator harus dikelola secara bisnis. Selain itu akan

dilihat fasilitas dasar untuk tenant yaitu dikenal dengan istilah 7 S yatu : (1)

space yaitu ruang perkantoran; (2) shared office fasilities yaitu penyediaan

sarana perkantoran yang bisa dipakai bersama, misalnya sarana fax, telepon,

foto copy, ruang rapat, komputer dan sekretaris; (3) Service yaitu bimbingan

dan konsultasi manajemen : marketing, finance, production, technology dan

sebagainya; (4) support yaitu bantuan dukungan penelitian dan pengembangan

usaha dan akses penggunaan teknologi; (5) skill development yaitu pelatihan,

penyusunan rencana usaha, pelatihan manajemen dan sebagainya; (6) seed

capital yaiu penyediaan dana awal usaha serta upaya memperoleh akses

permodalan kepada lembaga-lembaga keuangan dan (7) sinergy yaitu

penciptaan jaringan usaha baik antar usaha baik usaha lokal maupun

internasional.

c. Fungsi sebagai lembaga intermediasi : (1) layanan layanan pengembangan

teknologi; (2) layanan pengembangan SDM; (3) layanan intermediasi jejaring

bisnis/pasar; (4) layanan fasilitasi akses pembiayaan

Page 85: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

69

2. Analisis Faktor Internal dan Eksternal Balai Inkubator Teknologi

Tabel 12 Aspek penelitian faktor internal dan eksternal Balai Inkubator Teknologi

Faktor Internal Faktor Eksternal

1) Kekuatan

a) Jumlah SDM yang memadai

b) Jumlah Sarana dan prasarana usaha

yang memadai

c) Jumlah dana operasional rutin kantor

yang memadai

d) Jumlah layanan yang memadai

e) Komitmen dalam pengelolaan

lembaga intermediasi yang kuat

2) Kelemahan

a) Dana untuk pembinaan UKM yang

terbatas dan bersifat jangka pendek

b) SDM yang profesional dan full time

masih terbatas

c) Networking yang masih lemah

d) Belum mempunyai program

pelayanan yang utuh

e) Kegiatan sangat tergantung pada

program pemerintah yang bersifat

jangka pendek

f) Pemanfaatan sarana dan prasarana

belum optimalKapasitas dan

spesialisasi SDM

1) Peluang

a) Jumlah UKM yang sangat besar

b) Daya saing UKM yang lemah

c) Potensi daerah yang sangat besar

d) Potensi pasar (dalam dan luar negeri)

yang besar

e) Teknologi hasil lembaga litbang yang

cukup banyak dan bisa dimanfaatkan

2) Ancaman

a) Dukungan pemerintah yang tidak

optimal dan kontinyu

b) Belum ada kebijakan secara khusus

mengenai lembaga intermediasi

c) Produk impor yang lebih murah dan

sejenis dengan yang diproduksi UKM

d) Iklim usaha yang kurang sehat

Page 86: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

70

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik dan Kondisi Balai Inkubator Teknologi

Balai Inkubator Teknologi (BIT) adalah salah satu Unit Pelaksana Teknis

(UPT) milik lembaga pemerintah pusat yang berada di bawah naungan Badan

Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). BPPT adalah lembaga pemerintah

non-departemen yang berada dibawah koordinasi Menteri Negara Riset dan

Teknologi yang mempunyai tugas melaksanakan pemerintah di bidang pengkajian

dan penerapan teknologi. BIT didirikan pada bulan April 2001, berada di bawah

koordinasi Deputi Bidang Pengkajian Kebijakan Teknologi. BIT berlokasi di

kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahun dan Teknologi (Puspiptek) Serpong,

Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten.

Tujuan didirikannya BIT adalah sebagai wahana untuk menciptakan

enterpreneur inovatif dari kalangan mitra ABG (Academic, Business,

Government) sehingga dapat menjadi unit usaha baru yang berbasis teknologi atau

inovasi yang memiliki daya saing, tangguh dan mandiri. Disamping itu BIT juga

berperan sebagai lembaga intermediasi untuk meningkatkan daya saing UKM.

4.1.1 Aspek Legal

Aspek legal merupakan hal yang penting dalam pengelolaan suatu

organisasi karena dalam aspek ini tercermin komitmen manajemen dalam

pengelolaan organisasi, yang dituangkan dalam dasar hukum yang lebih formal

dan diwujudkan dalam wadah organisasi. BIT sebagai suatu organisasi juga

mempunyai aspek legal atau dasar hukum pembentukannya. Dasar hukum

pembentukan BIT adalah (1) Keppres No. 103/2001 Tentang Kedudukan, Tugas,

Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah

Non Departemen; (2) Keppres No. 30 /2003 Tentang Perubahan Atas Keputusan

Presiden No. 103/2001 Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan,

Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen; (3)

Keputusan Ka. BPPT No. 102 tahun 2006 tentang Struktur Organisasi BPPT.

Page 87: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

71

4.1.2 Aspek Organisasi

Terkait dengan aspek legal seperti dipaparkan di muka, struktur organisasi

BIT sangat dipengaruhi oleh aspek legalnya, selain itu struktur organisasi BIT

dipengaruhi oleh kebijakan Kepala BPPT. Pembahasan struktur organisasi BIT

secara umum mencakup struktur organisasi itu sendiri, pengelola, serta komposisi

pengelolanya.

1. Struktur, uraian tugas dan standart operational procedure (SOP)

organisasi BIT

BIT dipimpin oleh Kepala Balai setingkat eselon III, dan bertanggung jawab

langsung kepada Deputi Bidang Pengkajian Kebijakan Teknologi. Dibawah

Kepala Balai terdapat 2 (dua) Kepala Seksi yaitu Kepala Seksi Fasilitasi dan

Advokasi dan Kepala Seksi Kerjasama dan Pemasyarakatan dan 1 (satu) Kepala

Sub Bagian Tata Usaha setingkat eselon IV. Untuk lebih lengkapnya struktur

organisasi BIT dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Bagan Organisasi BIT (BIT 2010)

Ditinjau dari jumlah pucuk pimpinan, maka struktur organisasi BIT

merupakan bentuk organisasi tunggal dimana organisasi ini pucuk pimpinannya

berada di tangan seorang (Sutarto 2006). Apabila ditinjau dari saluran wewenang,

Page 88: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

72

maka struktur organisasi BIT bentuk organisasi jalur, fungsional dan staf dimana

organisasi semacam ini wewenang dari pucuk pimpinan dilimpahkan kepada

satuan-satuan organisasi di bawahnya dalam bidang pekerjaan tertentu, pimpinan

tiap bidang berhak memerintahka kepada semua pelaksana yang ada sepanjang

menyangkut bidang kerjanya (Sutarto 2006).

Sedangkan bagan organisasi BIT seperti yang terlihat pada Gambar 7,

merupakan bagan organisasi piramid. Bagan organisasi piramid ialah bagan

organisasi yang saluran wewenangnya dari pucuk pimpinan sampai dengan satuan

organisasi atau pejabat yang terendah disusun dari atas ke bawah, atau sebaliknya.

Bagan piramid merupakan bagan organisasi yang paling lazim dipakai oleh

berbagai organisasi (Sutarto 2006).

Selain memiliki struktur organisasi, berdasarkan hasil survey BIT juga

mempunyai uraian tugas dan Standard Operating Procedures (SOP) secara

tertulis.

2. Pengelola

Pengelola BIT terdiri dari Leason Officer (LO), tenaga teknis dan tenaga

administrasi. Selain itu, dalam pengelolaan BIT juga dibutuhkan tenaga konsultan

yang memiliki berbagai keahlian seperti di bidang teknologi terapan,

kewirausahaan, perencanaan usaha, hukum, community development, perbankan,

dan sebagainya. Sebagian tenaga ahli tersebut merupakan pegawai dari BIT dan

sebagian lain merupakan tenaga ahli dari luar BIT.

3. Sasaran kegiatan

Kegiatan utama BIT adalah menumbuhkembangkan dan memberikan

penguatan kepada UKM berbasis teknologi binaan (tenant) melalui pelatihan,

bimbingan dan pendampingan, konsultasi bisnis, dan sebagainya. Dan sasaran

kegiatannya adalah tumbuhnya UKM pemula berbasis teknologi.

Jumlah tenant yang dibina selama kurun waktu lima tahun terakhir (tahun

2006 – 2010) oleh BIT adalah + 100 tenant atau 20 tenant per tahun, dan pada

tahun 2011 ini, BIT akan membina 6 inwall tenant dan baru. Tenant yang dibina

BIT berupa tenant inwall dan outwall. Tenant inwall dibina dalam suatu ruangan

atau lingkungan yang dilengkapi dengan sarana fisik dan fasilitas kantor.

Sementara tenant outwall dibina di luar lingkungan tersebut. Hasil survei yang

Page 89: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

73

dilakukan menunjukkan bahwa sebanyak 30 % tenant yang dibina oleh BIT

merupakan tenant outwall, sedangkan tenant inwall sebanyak 70 %.

Tabel 13 Beberapa tenant BIT tahun 2006 – 2009

No. Nama Tenant Jenis Tenant Tanggal Masuk

1. PT. Diyna Energy Outwal Tenant 2006-03-12

2. PT. Situsnet Global Solution Outwall Tenant 2006-06-20

3. PT. Igosnet Solution Outwall Tenant 2007-02-26

4. Rodite Ogie Outwall Tenant 2007-04-12

5. CV. Mega Kirana Tiga Outwall Tenant 2007-04-12

6. PT. Prima Citra Indonesia Outwall Tenant 2007-05-24

7. PT. Inovasi Multi Teknologi Outwall Tenant 2008-05-02

8. CV. BERKATTA Outwall Tenant 2008-07-01

9. CV. Hidro Guna Sedaya Outwall Tenant 2008-08-11

19. PT. Nur Baiti Viani Inwall Tenant 2006-05-31

11. PT. Medixe Sekawan Utama Inwall Tenant 2006-03-04

12. Institute for Science &

Engineering Development

Inwall Tenant 2008-03-01

13. Sinergi Inovasi Teknologi Inwall Tenant 2008-05-02

14. CV. Bukit Indah /Biopestisida Inwall Tenant 2008-04-18

15. CV. Bukit Organik Inwal Tenant 2008-04-18

16. CV. Nanotech Indonesia Inwall Tenant 2009-03-02

17. PT. Nusa Reagen Inwall Tenant 2009-02-02

Sumber : BIT, 2010

1. Permasalahan dalam aspek organisasi

Permasalahan dalam aspek organisasi yang dihadapi BIT adalah, jumlah dana

pembinaan tenant, jumlah dan kompetensi SDM pengelola yang profesional,

infrastruktur, networking dan kebijakan. Berdasarkan hasil survei, kendala dalam

aspek organisasi dapat digambarkan sebagai berikut: (1) Pendanaan pembinaan

tenant yang terbatas; (2) Networking yang lemah; (3) Kebijakan yang kurang

mendukung; (4) Jumlah SDM yang profesional terbatas; (4) Keterbatasan

infrastruktur (tempat dan lahan tenant )

Dengan berbagai permasalahan tersebut, telah dilakukan upaya untuk

mencari jalan keluar atau penyelesaian masalah. Berikut ini upaya yang telah

dilakukan oleh BIT dalam mengatasi permasalahan sebagai berikut :

1. Upaya mengatasi keterbatasan pendanaan antara lain :

a. Meminta tambahan dana dari lembaga induk.

b. Mencari dana dari kementerian/non kementerian yang menangani UKM.

b. Mencari dana dari pemerintah daerah melalui program-program yang sesuai.

c. Mewajibkan mitra binaan ikut share dalam pendanaan.

Page 90: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

74

d. Mencari sponsor dari luar lembaga.

e. Mendirikan unit usaha jasa (kursus-kursus, pelatihan dan lain-lain).

2. Upaya mengatasi kebijakan yang kurang mendukung dan networking yang

lemah antara lain :

a. Memperkuat networking dengan menjalin kerjasama dengan berbagai pihak.

b. Memperkuat networking dengan membuat Perjanjian Kerjasama dengan

beberapa lembaga yang komitmen untuk bekerjasama dalam membina UKM.

b. Melakukan pendekatan, sosialisasi dan lobi ke kementerian KUKM dan

Menko Perekonomian.

c. Membentuk forum inkubator bisnis.

d. Sosialisasi ke berbagai stakeholders.

3. Upaya mengatasi keterbatasan infrastruktur (tempat dan lahan tenant) antara

lain :

a. Meminta kepada lembaga induk untuk menyediakan infrastruktur yang

memadai.

b. Meminta kepada pemerintah pusat untuk menyediakan infrastruktur.

4. Upaya mengatasi keterbatasan SDM yang professional antara lain mengirim/

mengikutsertakan karyawan ke berbagai pelatihan-pelatihan, bekerjasama

dengan lembaga terkait terutama di lingkungan BPPT, LIPI dan lain-lain.

Kendatipun upaya-upaya tersebut telah dilakukan secara maksimal, akan

tetapi belum memberikan hasil yang maksimal khususnya untuk pendanaan tenant

yang sifatnya jangka panjang. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa selama

ini BIT belum mendapat dukungan/komitmen pendanaan khususnya pendanaan

jangka panjang untuk pembinaan tenant baik dari lembaga induk dalam hal ini

BPPT maupun dari lembaga lain dan pemerintah pusat.

4.1.3 Aspek Keuangan

1. Sumber dana

Sumber dana untuk kegiatan operasional rutin dari BIT sepenuhnya berasal

dari APBN, dan pendanaan untuk pembinaan tenant sebagai besar juga dari dana

APBN dan sebagian kecil dari mitra dan tenant.

Page 91: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

75

Tabel 14 Jumlah dana rutin operasional dan pembinaan tenant BIT

tahun 2006 - 2010

No. Jenis Dana

Jumlah dana (juta)

Tahum

2006 2007 2008 2009 2010

1. Dana rutin operasional 1.050 1.050 1.150 1.200 1.350

2. Dana pembinaan untuk tenant 750 750 900 1.200 1.200

3. Dana untuk lainnya (insentif

untuk pengembangan LI di 24

kota dari Menko

Perekonomian)

- - - 15.000 15.000

Sumber; BIT, 2010

2. Penggunaan dana

Secara umum, dana yang diperoleh BIT digunakan untuk :

a. Kegiatan operasional BIT merupakan biaya rutin untuk keperluan perawatan

kantor, biaya operasional seperti listrik, telepon, kendaraan, alat tulis kantor,

kebersihan dan biaya tenaga pengelola.

b. Biaya pelaksanaan program/kegiatan seperti pelatihan, pameran, magang,

pendampingan, monitoring dan lainnya.

3. Pengalaman berhubungan dengan lembaga keuangan

BIT belum pernah memperoleh pinjaman dari lembaga keuangan bank/non

bank, namun BIT berperan dalam memfasilitasi tenant khususnya yang memiliki

usaha yang layak dan memiliki prospek untuk mendapatkan pinjaman dari

lembaga keuangan bank/non bank. Selain sebagai fasilitator, BIT juga menjadi

avalis dan memberikan rekomendasi bagi tenant UKM binaannya kepada

perbankan. Namun demikian tidak semua UKM yang direkomendasikan berhasil

memperoleh pinjaman dari lembaga keuangan. Hal ini disebabkan karena pada

umumnya lembaga keuangan atau perbankan cenderung membiayai usaha yang

sudah berjalan dan bank masih banyak yang beranggapan bahwa usaha tenant

belum layak.

Bagi UKM yang sudah mendapat pembiayaan dari bank, BIT tetap

membantu agar dana yang dipinjam dapat dikembalikan oleh tenant secara tepat

waktu.

Page 92: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

76

4. Masalah pendanaan

Kendatipun BIT memiliki sumber dana rutin yang berasal dari

lembaga/instansi yang menaunginya, namun jumlahnya kurang memadai sehingga

potensi UKM yang ada masih belum dapat digarap secara menyeluruh dan

optimal. Sumber dana tersebut umumnya sebagian besar hanya cukup untuk

membiayai kegiatan rutin operasional kantor.

Selain jumlah dana yang tidak memadai, masalah lain yang dihadapi

adalah terbatasnya sumber dana jangka panjang dari sumber yang bervariasi. BIT

juga memiliki sumber dana lain (seperti yang berasal dari kerjasama program

dengan stakeholder atau yang berasal dari hasil jasa usaha), umumnya memiliki

kegiatan yang lebih padat. Tetapi jika sudah tidak memiliki kerjasama program

atau kerjasama program telah berakhir, cenderung mengalami pengurangan

kegiatan.

4.1.4 Aspek Operasional

Aspek operasional BIT meliputi : kriteria calon tenant binaan, periode dan

tahapan, strategi pembinaan, kriteria keberhasilan pembinaan, fasilitas dan jasa

layanan, sumber pendanaan, dasar penetapan biaya pembinaan, jenis industri

tenant, hubungan BIT dengan tenant.

1. Kriteria tenant

Kriteria calon tenant yang telah ditetapkan oleh BIT yaitu :

a. Ide atau gagasannya memiliki potensi komersial.

b. Berpotensi menciptakan lapangan kerja.

c. Adanya kesamaan antara kebutuhan tenant dan layanan yang diberikan BIT.

d. Intensitas litbang besar dan produknya berbasis teknologi atau inovasi.

e. Mempunyai teamwork yang potensial.

f. Secara pribadi memiliki potensial kemampuan kewirausahaan.

g. Memiliki suatu rencana bisnis yang berisi fokus utama bisnisnya, informasi

pasar, pesaing, konsumen dan perkiraan cashflow.

2. Periode dan tahapan inkubasi

Inkubasi adalah proses pembinaan bagi tenant dan atau pengembangan produk

baru yang dilakukan oleh BIT dengan cara penyediaan sarana dan prasarana

Page 93: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

77

usaha, pengembangan usaha, dukungan manajemen serta teknologi. Periode

inkubasi BIT secara konseptual dilakukan berdasarkan beberapa tahapan, yaitu :

a. Periode pengembangan konsep/ide awal dan rencana usaha.

b. Start Up Period : penerapan konsep dan rencana usaha menjadi usaha awal

yang masih coba-coba.

c. Pilot Project Period : penerapan usaha yang sebenarnya, yang dilakukan

sesuai rencana usaha tetapi belum mencapai hasil yang optimal.

d. Roll Out Period : usaha yang sudah berjalan stabil dan menunjukkan

peningkatan volume, nilai tambah dan produktivitas.

Berdasarkan hasil survei, periode inkubasi yang dilakukan BIT dari tahap

awal sampai Roll Out bervariasi antara tenant yang satu dengan yang lain, dan

berkisar antara 1 s.d 5 tahun.

3. Sumber dana inkubasi

Sumber dana untuk tahapan/proses inkubasi, selain berasal dari BIT, juga dari

kerjasama program dengan BUMN, Kemenkop & UKM, Dikti-Kemdiknas,

Pemerintah Daerah, serta kerjasama dengan stakeholders lain. Sumber dana untuk

inkubasi, dilihat dari sasarannya dapat dibagi menjadi dua, yaitu dana untuk

operasional proses inkubasi (pembinaan dan pelatihan tenant) dan dana untuk

penguatan usaha tenant.

Gambar 8 Skema proses inkubasi tenant di Balai Inkubator Teknologi (BIT 2010)

Page 94: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

78

4. Strategi pembinaan

Strategi pembinaan BIT kepada tenant selama masa inkubasi terkait erat

dengan tahapan proses inkubasi yang terdiri dari konsep/ide awal, Start Up, Pilot

Project dan Roll Out. Strategi pembinaan yang dilaksanakan disesuaikan dengan

kebutuhan, kondisi usaha dan kemampuan tenant. Dalam tahapan pembinaan

tenant, kegiatan yang dilakukan untuk setiap tahapan adalah sebagai berikut :

a. Tahap pengembangan ide dan konsep awal

1) Pemantapan wirausaha melalui pelatihan dasar, studi banding dan sharing

success story dari pengusaha sukses.

2) Pembuatan dan konsultasi business plan.

3) Pembinaan dan pendampingan.

4) Pemberian insentif.

b. Tahap Start Up

1) Pencarian dan peningkatan akses pasar melalui pameran dan pengembangan

jaringan pasar.

2) Magang usaha.

3) Peningkatan akses sumber dana (investor atau lembaga keuangan).

4) Pembinaan dan pendampingan.

5) Konsultasi bisnis.

c. Tahap Pilot Project

1) Penyebarluasan informasi produk dan jasa.

2) Penelitian mengenai kepastian pasar.

3) Pemantapan jaringan dengan pemerintah, BUMN dan Bank.

4) Penggunaan dan pemanfaatan teknologi informasi seperti: e-commerce.

5) Penggunaan aplikasi computer.

6) Pemantapan kelembagaan.

7) Penguatan legalitas.

8) Pencapaian dan peningkatan efesiensi dan daya saing.

9) Konsultansi bisnis.

d. Tahap Roll Out

1) Pengembangan pasar.

Page 95: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

79

2) Pengawasan hak cipta, hak merk dan lain-lain.

3) Pengembangan pasar domestik maupun ekspor.

4) Penguatan akses dan jaringan permodalan dengan BUMN dan bank.

5) Menjalin jaringan dengan lembaga lain.

6) Pertumbuhan dan penguatan efisiensi dan daya saing.

7) Penguatan Manajemen.

8) Konsultansi bisnis.

Untuk melaksanakan strategi pembinaan kepada tenant, dibutuhkan tenaga

ahli, antara lain di bidang teknologi terapan, kewirausahaan, perencanaan usaha,

hukum, community development, perbankan dan sebagainya. Sebagian tenaga ahli

difasilitasi dari BIT, dan sebagian lain dari lembaga/institusi di luar BIT. BIT

tidak menempatkan tenaga khusus untuk setiap tahapan dengan pertimbangan

efektivitas dan efisiensi serta kesinambungan pembinaan untuk masing-masing

tahapan proses inkubasi.

5. Kriteria keberhasilan tenant

Secara ideal keberhasilan BIT dalam membina tenant dapat diukur pada

masing-masing tahapan proses inkubasi. BIT menetapkan kriteria keberhasilan

untuk setiap tahapan proses inkubasi, khususnya untuk tahapan Pilot Project atau

Roll Out. Hal ini sangat terkait dengan adanya persyaratan/kriteria dalam rangka

memperoleh pembiayaan dari program pemerintah atau persyaratan dalam rangka

kerjasama dengan lembaga keuangan (BUMN dan perbankan).

Secara keseluruhan kriteria keberhasilan tenant untuk masing-masing

tahapan proses inkubasi dapat digambarkan sebagai berikut :

a. Tahap pengembangan ide dan konsep awal

1) Memiliki ide yang inovatif dan layak.

2) Mampu membuat rencana bisnis.

3) Memiliki produk dan jasa yang lebih spesifik.

4) Memiliki potensi pasar lokal dan regional.

b. Tahap Start Up

1) Memiliki akses ke pasar lokal.

2) Memiliki produk/jasa lebih inovatif dan variatif.

3) Mengembangkan prototipe dan kapasitas.

Page 96: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

80

4) Dapat menggunakan teknologi informasi.

5) Dapat mengakses pasar dengan menggunakan e-commerce.

c. Tahap Pilot Project

1) Dapat mengakses pasar lokal/nasional.

2) Dapat meningkatkan modal yang bersumber dari BUMN/bank.

3) Mendapatkan HKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual).

d. Tahap Roll Out

1) Mencapai Break Even Point (BEP) dan dapat bersaing.

2) Tumbuh sesuai dengan Business Plan.

3) Siap mandiri secara komersial.

4) Mencapai peningkatan volume usaha, nilai tambah dan produktivitas usaha.

5) Mampu mengembangkan networking.

Pada dasarnya, BIT mempunyai peran yang cukup besar dalam

mengembangkan tenant sehingga dapat berkembang lebih baik hingga tahap Roll

Out. Namun dalam pelaksanaannya tidak semua tenant yang dibina BIT dapat

berkembang hingga ke tahap Roll Out. Keberhasilan tersebut berkisar 80% saja

dari jumlah tenant yang dibina. Kegagalan tenant yang dibina dalam

mengembangkan usahanya tidak terlepas dari permasalahan yang dihadapi tenant.

Berdasarkan pengalaman BIT, terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi kegagalan usaha tenant yang dapat diperingkat sebagai berikut (1)

Pengusaha kurang gigih; (2) Prospek pasar kurang cerah; (3) Keterbatasan modal;

(4) Keterbatasan kemampuan SDM; (5) Kurangnya networking/jaringan usaha;

(6) Terputusnya hubungan dengan BIT; (7) Adanya barang subsitusi yang lebih

baik dan harga murah; (8) Persaingan pasar yang tidak sehat.

6. Jenis industri

Jenis industri yang dibina BIT beragam, yakni industri manufaktur, industri

kreatif, agroindustri. Jenis industri binaan BIT berturut-turut dari yang paling

besar adalah sebagai berikut :

a. Industri manufaktur (50 %).

b. Industri kreatif (30 %).

c. Agroindustri (20 %).

Page 97: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

81

7. Dasar penetapan biaya pembinaan

Dasar penetapan biaya pembinaan oleh BIT yang dikenakan pada tenant,

secara berturut-turut digambarkan sebagai berikut :

a. Besarnya fasilitas yang diterima tenant ( 5%).

b. Tidak dipungut biaya (70 %).

c. Besarnya modal usaha tenant (10 %).

d. Kemapanan usaha (15 %).

BIT memungut biaya kepada tenant terbilang murah, yaitu maksimum Rp.

500.000.- per bulan tergantung dari jenis dan banyaknya fasilitas yang digunakan

dan pelatihan yang diperoleh. Biaya yang ditetapkan umumnya digunakan untuk

keperluan pembinaan tenant inwall antara lain sewa ruangan, biaya listrik, telepon

dan lainnya, biaya mengikuti pelatihan dan biaya untuk pameran. Biaya mengikuti

pelatihan seringkali disubsidi oleh mitra yang memiliki program kerjasama

dengan BIT. Biaya-biaya yang dipungut dari tenant secara keseluruhan tidak

cukup untuk membiayai pembinaan tenant. Selain merupakan komitmen dari BIT,

alasan lain yang mendasari tidak dipungut/kecilnya biaya yang diwajibkan kepada

tenant adalah karena BIT merupakan lembaga pemerintah dan kondisi tenant yang

memang tidak/belum mampu membayar sebagaimana yang diharapkan.

8. Hubungan dengan tenant

Tenant yang sudah keluar dari BIT, sebagian masih memiliki hubungan yang

baik dengan BIT dan sebagian lain tidak. Tenant yang tidak memiliki hubungan

dengan BIT paska inkubasi umumnya disebabkan jarak dan lokasi yang memang

jauh, berpindah alamat, dan terputus komunikasi karena tidak ada monitoring.

Jumlah tenant yang masih memiliki hubungan dengan BIT sampai saat ini sekitar

45 %.

Sementara itu, tenant yang masih mempunyai hubungan dengan BIT

umumnya berupa konsultasi bisnis, pemasaran, teknis dan manajemen,

pemanfaatan teknologi informasi, kepemilikan/penyertaan modal dan networking.

Hubungan konsultasi bisnis dan networking merupakan hubungan yang paling

banyak terjadi mengingat hubungan tersebut tidak mengikat dan bersifat sukarela.

Sementara hubungan lain yaitu pemasaran, teknis manajemen, dan

kepemilikan relatif lebih mengikat. Berdasarkan hasil survei secara lebih rinci

Page 98: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

82

dapat digambarkan hubungan antara BIT dengan tenant dengan peringkat sebagai

berikut :

a. Konsultasi bisnis (11 tenant).

b. Networking (8 tenant).

c. Pemasaran (2 tenant).

d. Teknis manajemen (2 tenant).

e. Kepemilikan (2 tenant).

4.1.5 Aspek Monitoring

Monitoring merupakan aspek yang penting terutama untuk mengetahui

perkembangan keberhasilan ataupun kegagalan tenant baik dalam masa inkubasi

maupun paska inkubasi. Monitoring tenant outwall membutuhkan perhatian lebih

khusus mengingat jarak dan lokasi yang tidak dekat sehingga tidak dapat dilihat

setiap saat; disamping itu tenant outwall relatif lebih dinamis dan mudah

terpengaruh oleh perkembangan lingkungan baik positif maupun negatif di luar

kendali BIT. Oleh karena itu diperlukan instrumen monitoring yang efektif untuk

memantau perkembangan tenant.

BIT berpendapat bahwa monitoring mempunyai peranan penting dalam

mendukung keberhasilan tenant. Dengan monitoring akan dapat terpantau

perkembangan usaha yang dilakukan tenant serta dapat diketahui secara dini

permasalahan yang dihadapi oleh tenant untuk kemudian dicari solusi atau

pemecahannya.

1. Instrumen monitoring

Secara umum instrumen monitoring yang dapat digunakan antara lain

pelaporan tertulis secara periodik dari tenant ke BIT, kunjungan langsung, dan

penggunaan sarana komunikasi seperti telepon, e-mail dan sebagainya.

2. Frekuensi monitoring

Monitoring yang dilakukan berkala dengan frekuensi yang tinggi, dapat

memberikan manfaat yang lebih besar kepada tenant. Tetapi karena keterbatasan

dana monitoring, maka frakuensi monitoring yang dilakukan oleh BIT setiap

empat (4) kali setahun. Frekuensi monitoring bisa lebih banyak apabila memang

Page 99: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

83

tenant sedang menghadapi masalah pada masa inkubasi, terutama untuk outwal

tenant.

3. Sumber dana monitoring

Sumber dana monitoring dengan menggunakan telepon dan kunjungan ke

lapangan sebagian besar berasal dari dana rutin operasional kantor. Sumber dana

lainnya untuk kunjungan lapangan menggunakan dana dari lembaga terkait yang

merupakan mitra kerja BIT. Selain itu BIT juga memiliki sumber dana untuk

monitoring yang berasal dari jasa usaha yang disisihkan untuk kepentingan

monitoring.

4. Permasalahan monitoring dan solusinya

Berdasarkan pengalaman, fungsi monitoring tidak dapat dilakukan secara

ideal, hal ini disebabkan oleh antara lain keterbatasan sumber dana, tenaga kerja,

jarak lokasi yang jauh dan lainnya. Berikut ini dapat digambarkan permasalahan

BIT dalam melakukan monitoring, sesuai dengan rangking permasalahan serta

upaya penyelesaiannya.

Tabel 15 Permasalahan monitoring BIT dan solusinya

No. Permasalahan Solusi

1. Keterbatasan dana a. Kerjasama dengan mitra

b. Mencari tenant yang jaraknya dekat dengan BIT

Mengurangi frekuensi monitoring

2. Keterbatasan SDM a. Monitoring kepada tenant yang sangat

membutuhkan

b. Mengurangi frekuensi monitoring

3. Jarak wilayah tentant yang

jauh

a. Monitoring ke wilayah yang mudah dijangkau

b. Monitoring melalui telepon

c. Monitoring wilayah yang dekat dengan BIT

4. Lainnya a. Monitoring melalui telepon

Sumber: BIT, 2010

4.2 Analisis Fungsi Balai Inkubator Teknologi

4.2.1 Fungsi Organisasi

1. Visi dan misi

Visi dari BIT adalah menjadi pusat unggulan inkubasi teknologi dalam rangka

mewujudkan wirausaha baru yang tangguh, mandiri dan berdaya saing, sedangkan

misi dari BIT adalah :

Page 100: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

84

a. Wahana terkemuka dalam pengembangan wirausaha baru berbasis teknologi

atau inovasi.

b. Meningkatkan kemampuan dan kompetensi UKM yang berbasis teknologi

atau inovasi.

c. Mitra terpercaya dalam mengelola jaringan kerjasama antara tenant, lembaga

litbang, perguruan tinggi, lembaga keuangan dan dunia usaha.

d. Pusat askes informasi ke lembaga litbang, jaringan profesional, teknologi dan

investasi.

Visi yang dibuat oleh BIT diatas sesuai dengan pendapat dari Helgeson

(1996) dalam Salusu (1996), dimana BIT mempunyai visi akan menjadi pusat

unggulan inkubasi teknologi untuk menciptakan wirausaha baru berbasis

teknologi sudah didasarkan atas argumen yang rasional. Argumen yang rasional

tersebut didasarkan adanya dukungan SDM, sarana dan prasarana serta pendanaan

rutin untuk operasional yang dipunyai BIT cukup memadai sehingga lembaga ini

mampu mewujudkan visi tersebut diatas.

Selain itu misi yang yang kan dijalankan oleh BIT juga sudah sesuai

dengan persyaratan sebuah misi, sesuai pendapat dari Helgeson (1996) dalam

Salusu (1996). Yang membedakan misi dari BIT dengan lembaga lain yang

sejenis dan menjadi ciri yang khas adalah penekanannya untuk menciptakan

wirausaha yang berbasis teknologi.

2. Aturan

Aturan dalam setiap organisasi dibutuhkan untuk menciptakan para karyawan

dan anggota yang tertib sesuai dangan peraturan yang telah disepakati.

Kebanyakan organisasi yang tidak memiliki aturan, maka organisasi itu hancur,

karena banyak karyawan atau anggotanya bertindak sesuka hati.

Karena sebagian besar karyawan BIT adalah pegawai negeri (PNS), maka

aturan yang dipakai di lingkungan BIT adalah Undang-Undang Pegawai Negeri

No. 43 Tahun 1999 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 tahun 1974

tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.

3. Profesionalisme

Profesionalisme dalam berorganisasi atau pekerjaan sangatlah penting untuk

mendapatkan hasil kerja yang baik dan sangat memuaskan. Jika tidak memiliki

Page 101: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

85

profesionalisme dalam suatu pekerjaan, maka hasilnya hampir dipastikan kurang

maksimal atau kurang memuaskan bahkan bisa mengecewakan dan gagal.

Hasil pengamatan di lapangan dan dari data-data yang didapat bahwa BIT

sudah dikelola oleh sebuah tim yang bekerja penuh, mempunyai komitmen yang

kuat dan profesional. Hal ini dapat dilihat dari tingkat keberhasilan tenat 80 %,

walaupun SDM yang profesional yang ada di BIT masih sangat terbatas. Dan

untuk meningkatkan SDM profesional dilakukan dengan mengikutsertakan

pegawai BIT di berbagai pelatihan, selain itu juga dilakukan melakukan kerjasama

dengan lembaga lain.

4. Perencanaan dan program kerja

Perencanaan dan program kerja yang dilakukan oleh BIT mengikuti sistem

perencanaan kegiatan dan anggaran nasional, sesuai dengan Alur Mekanisme

Pengelolaan Program BPPT yang mengacu pada proses penyusunan Rencana

Kerja Pemerinrah (RKP), Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja KL),

Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-KL), Rencana

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) dan Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara (APBN) seperti pada Gambar 9 di bawah ini.

Setelah suatu program atau kegiatan mendapat anggaran dari Daftar Isian

Penggunaan Anggaran (DIPA) disahkan maka kegiatan tersebut diharuskan untuk

membuat pendetailan atau rincian kegiatan sebagai action plan sesuai dengan

anggaran yang didapat yang dituangkan pada dokumen Program Manual.

Penggunaan nomenklatur, istilah dan komponen-komponen dalam

Program Manual disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku dan standar penamaan yang telah digunakan di instansi eksternal yang

telah berlaku baik dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional (Bappenas), maupun Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Penggunaan Program Manual sebagai salah satu dokumen pengelolaan program

BPPT telah diputuskan dan menjadi kebijakan yang harus dilaksanakan.

Program Manual adalah dokumen acuan dan pegangan yang menjelaskan

semua hal yang berkaitan dengan program dan kegiatan mulai dari tujuan program

(program objectives), tingkat teknologi (state of the art technology) yang diambil,

struktur rincian kerja (work breakdown structures), organisasi fungsional

Page 102: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

86

program, perencanaan SDM (man power planning), program master phasing

plan, program scheduling, perencanaan anggaran (financial planning) dan sistem

pelaporan (sistem reporting).

RPJM

Nasional

RENSTRA KL

Prioritas

Program dan

Indikasi Pagu

Pengumuman

Rancangan

Awal RKP

Rancangan

Akhir RKP

Kebijakan

Pemerintah

Rancangan

Renja KL

Kebijakan Umum dan

Prioritas Anggaran

Pembahasan

Pokok2 Kebijakan

Fiskal dan RKP

Pembahasan

RKA-KLUU APBN

Keppres tentang

Rincian APBN

Nota Keuangan

RAPBN dan

Lampiran

Pagu

Sementara

RKA-KL

Lampiran RAPBN

Penelaahan

Konsistensi

dengan RKP

Penelaahan Konsistensi

dengan Prioritas Anggaran

Rancangan Keppres

ttg Rincian APBN

Pengesahan

Konsep Dokumen

Pelaksanaan

Anggaran

Dokumen

Pelaksanaan

Anggaran

A DCB E

Januari - April September - DesemberMei - Agustus

DPR

Kabinet/

Presiden

Kement.

Negara

PPN

Daerah

Kement.

Negara

Keuangan

Kement.

Negara/

Lembaga

Keppres

Tentang RKP

Pembahasan

RAPBN

Gambar 9 Proses Penyusunan RKP, Renja KL, RKA-KL, RAPBN, APBN (BIT

2010)

Program Manual di lingkungan BIT, diperlukan dalam rangka

pengelolaan mulai dari penyusunan, perencanaan kegiatan, anggaran, sumberdaya

dan pelaporan. Program Manual ini selanjutnya digunakan sebagai dokumen bagi

pelaksana kegiatan dan sebagai bahan dalam monitoring dan evaluasi pada

pertengahan maupun akhir kegiatan. Penyusunan Program Manual diberlakukan

pada semua kegiatan di BIT baik Program Teknis maupun Program Dukungan

Manajemen. Dengan demikian, kegiatan yang dilakukan oleh BIT merupakan

kegiatan perekayasaan yang mempunyai sifat-sifat serupa dengan sifat-sifat pada

kegiatan di industri.

Page 103: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

87

Sedangkan program kerja BIT secara umum tahun 2006 – 2010 dapat

dilihat pada Tabel 16 di bawah ini.

Tabel 16 Program utama BIT tahun 2006 - 2010

No. Program

I. Tahun 2006

1. Pembinaan wirausaha baru berbasis teknologi

2. Peningkatan kompetensi karyawan

3. Peningkatkan networking dan pendanaan inkubator

II. Tahun 2007

1. Pembinaan wirausaha baru berbasis teknologi

2. Peningkatan kompetensi karyawan

3. Peningkatan networking dan pendanaan inkubator

III. Tahun 2008

1. Pembinaan wirausaha baru berbasis teknologi

2. Peningkatan kompetensi karyawan

3. Peningkatan sarana dan prasarana

IV. Tahun 2009

1. Pembinaan wirausaha baru berbasis teknologi

2. Sosialisasi Lembaga Intermediasi

3. Pembentukan Lembaga Intermediasi di 24 kota di Indonesia

V. Tahun 2010

1. Pembinaan wirausaha baru berbasis teknologi

2. Pengembangan Lembaga Intermediasi menjadi Pusat Inovasi di 24 kota di

Indonesia

3. Penyusunan panduan pendirian inkubator teknologi di Indonesia

Sumber: BIT, 2010

5. Sumberdaya manusia

Sumberdaya berupa SDM merupakan salah satu selain dana yang sangat

dibutuhkan dalam organisai atau perusahaan. Karena dengan adanya SDM, akan

sangat membantu di setiap langkah atau pekerjaan yang berada di organisasi. Dan

sekarang ini hampir semua organisasi membutuhkan SDM yang kualitasnya baik

dan profesionalisme.

Tabel 17 SDM BIT tahun 2006 – 2010

No. Pendidikan Tahun

2006 2007 2008 2009 2010

1. S3 - - 1 1 1

2. S2 4 7 7 7 10

3. S1 10 7 10 10 10

4. Diploma 2 2 2 2 2

5. SMA 5 5 5 5 5

6. SMP 2 2 2 2 2

7. SD - - - - -

Total 23 23 26 26 30

Sumber: BIT, 2010

Page 104: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

88

SDM yang dimiliki oleh BIT sampai dengan tahun 2010 berjumlah 30

orang yang terdiri dari beberapa tingkatan pendidikan. Perkembangan jumlah

SDM dari BIT tahun 2006 – 2010 dapat dilihat pada Tabel 17 di atas. Dilihat dari

tabel diatas jumlah SDM yang dimiliki oleh BIT cukup memadai, yang masih

kurang untuk meningkatkan layanan BIT adalah SDM yang professional dimana

jumlahnya masih minim. Masalah SDM yang professional ini bukan saja menjadi

masalah bagi BIT, tetapi hampir semua inkubator di Indonesia, jumlah SDM

professional rata-rata masih minim.

6. Insentif

Kesungguh-sungguhan dari setiap organisasi atau perusahaan tergantung juga

pada insensif untuk individu karyawan atau anggota yang ingin memajukan

organisasi tersebut.

Berkaitan dengan insentif bagi karyawan di BIT dibandingkan dengan

inkubator yang lain sudah cukup memadai. Seperti kita ketahui sistem pendanaan

operasional rutin dari BIT dari APBN, dimana salah satu struktur dari anggaran

tersebut dimungkinkan adanya insentif bagi karyawan BIT yang diberikan setiap

bulan dengan besaran tergantung dari jabatan didalam struktur proyek. Rata-rata

insentif yang diterima oleh karyawan BIT sebesar 1,2 – 1,5 juta rupiah/bulan

diberikan selama 10 bulan setiap tahunnya dan insentif ini merupakan pendapatan

diluar gaji pokok karyawan.

7. Manajemen

Manajemen menurut Terry (1997) dalam Herujito (2011) manajemen adalah

suatu proses yang terdiri dari planning, organizing, actuating dan controlling

yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang ditentukan dengan menggunakan

manusia dan sumber daya yang lainnya, dan aktivitas utama atau fungsi utama

manajemen adalah :

a. Perencanaan (planning)

Perencanaan kegiatan yang dilakukan oleh BIT seperti yang telah dijelaskan

diatas adalah mengikuti sistem perencanaan kegiatan dan anggaran nasional.

Page 105: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

89

b. Pengorganisasian (organizing)

Pengorganisasian kegiatan di lingkungan BIT mengikuti pengorganisasian

kegiatan BPPT yang dilakukan dengan memakai sistem perekayasa, dimana

pembagian tugas didalam kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :

1) Kepala Program (Program Director)

Program inisiator yang memberikan arahan tentang garis-garis besar kegiatan

program rancang bangun maupun servicing termasuk : state of the art, strategi

pembiayaan program maupun pelaksanaannya. Bersama Chief Engineer, Program

Manager dan para Group Leader merangkum, mengintegrasikan dan

menyimpulkan hasil dari program. Kepala Program bertanggung jawab kepada

Kepala BPPT.

2) Chief Engineer (Insinyur Kepala)

Melaksanakan pemantauan kualitas hasil program dari segi teknis seperti

pemenuhan persyaratan desain, penetapan SDM yang kompeten dan berkualitas

untuk program. Chief Engineer bertanggung jawab kepada Kepala Program dan

dapat mempunyai asisten sejumlah maksimal 4 (empat) orang.

3) Program Manager (Manajer Program)

Melaksanakan tugas manajemen program yang meliputi perencanaan program

termasuk jadwal pencapaian sasaran serta aliran pendanaan. Program Manager

bertanggung jawab kepada Kepala Program. Program Manager dapat mempunyai

asisten sejumlah Satuan Kerja yang terlibat dalam program sebanyak-banyaknya 4

(empat) orang asisten.

4) Group Leader (Ketua Kelompok)

Mengkoordinasikan para Leader dalam pelaksanaan kegiatan penelitian

terapan, pengembangan, perekayasaan dan pengoperasian seperti diinstruksikan

dalam Program Manual sebagai pemadu beberapa bidang spesifik dalam satu

kelompok tertentu yang ia pimpin. Mengintegrasikan hasil pemaduan kelompok

ini dengan kelompok lainnya di bawah pimpinan Chief Enginer.

5) Leader (Ketua Sub Kelompok)

Memimpin para Engineering Staff dalam pelaksanaan kegiatan penelitian

terapan, pengembangan, perekayasaan dan pengoperasian seperti diinstruksikan

dalam Program Manual untuk spesifik bidang tertentu. Merangkum &

Page 106: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

90

menyimpulkan semua hasil pekerjaan para Engineering Staff di bawah

koordinasinya, di bawah pimpinan Group Leader.

6) Engineering Staff (Staf Perekayasa)

Melaksanakan kegiatan penelitian terapan, pengembangan, perekayasaan dan

pengoperasian seperti diinstruksikan dalam Program Manual untuk spesifik

bidang tertentu, dibawah koordinasi Leader.

KEPALA PROGRAM

MANAJER PROYEK

INSINYUR KEPALA

WBS 1Ketua Kelompok 1

WP 1.1. Ketua Sub Kelompok 11

• Staf Perekayasa• Staf Perekayasa

WP 1.2. Ketua Sub Kelompok 12

• Staf Perekayasa• Staf Perekayasa

WBS 3Ketua Kelompok 3

WP 3.1. Ketua Sub Kelompok 31

• Staf Perekayasa• Staf Perekayasa

WP 3.2. Ketua Sub Kelompok 32

• Staf Perekayasa• Staf Perekayasa

WBS 2Ketua Kelompok 2

. . .

Gambar 10 Struktur organisasi sistem perekayasa (BIT, 2010)

c. Pengarahan (leading/Actuating)

Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating)

merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Fungsi actuating lebih

menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang

dalam organisasi.

Kegiatan actuating yang dilakukan BIT adalah :

1) Melakukan rapat koordinasi dan pengarahan kepada semua pegawai di

lingkungan BIT yang dilaksanakan setiap hari senin.

2) Melakukan evaluasi dan pengarahan akhir minggu yang dilaksanakan setiap

hari jumat.

3) Memberikan reward kepada pegawai yang berpretasi.

Page 107: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

91

Pelaksanaan (actuating) yang dilakukan oleh BIT tidak lain merupakan

upaya untuk menjadikan perencanaan yang disusun dapat terlaksana dan dengan

hasil yang baik, dengan melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap

karyawan dapat melaksanakan kegiatan inkubator secara optimal sesuai dengan

peran, tugas dan tanggung jawabnya. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam

pelaksanan (actuating) ini adalah bahwa seorang karyawan akan termotivasi untuk

mengerjakan sesuatu jika :

1) Merasa yakin akan mampu mengerjakan.

2) Yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat bagi dirinya.

3) Tidak sedang dibebani oleh problem pribadi atau tugas lain yang lebih

penting, atau mendesak.

4) Tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan dan

5) Hubungan antar teman dalam organisasi tersebut harmonis.

d. Pengontrolan (controlling)

Pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses untuk menjamin bahwa

tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai. Pengontrolan yang dilakukan di

BIT dengan menggunakan sistem kerekayasaan. Dimana setiap berkala mulai

tingkatan ES sampai CE memberikan report. Sistem pelaporan dan monitoring

jalannya kegiatan program dilaksanakan secara bertahap melalui Technical Notes

(TN) yang ditulis oleh para Engineering Staff, Technical Report

(TR)/Memorandum (TM) yang ditulis oleh para Leader, Technical Document

(TD) yang ditulis oleh para Group Leader dan Program Document (PD) yang

ditulis oleh Chief Engineer. Disamping itu ditulis pula laporan Progress Control

& Monitoring (PCM) yang ditulis oleh Program Manager.

8. Teknologi

Berkaitan dengan teknologi, BIT didukung dengan peralatan teknologi

informasi dan komunikasi (TIK) yang cukup memadai, selain itu juga ditunjang

peralatan-peralatan modern yang lain. BIT juga didukung oleh beberapa software

yang memadai untuk mendukung kelancaran dalam menjalankan peran dan

fungsinya sebagai LI.

Page 108: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

92

9. Sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh BIT antara lain: gedung perkantoran,

tempat parkir, ruang rapat, ruang untuk tenant, komputer, fasilitas internet.

4.2.2 Fungsi Inkubator

Persyaratan BIT yang menjalankan fungsi sebagai inkubator, secara umum

telah cukup terpenuhi, walaupun belum maksimal yaitu :

a. BIT mempunyai panduan sistem seleksi calon tentant dan panduan untuk

menentukan keberhasilan/kelulusan tenant dalam jangka waktu tertentu,

misalnya 2 (dua) sampai 3 (tiga) tahun.

b. Kapasitas suatu inkubator antara 15-20 tenant yang dapat dibina dalam

inkubator (in wall) dan antara 20-40 tenant yang dibina diluar inkubator (out

wall). Saat ini ruang untuk tenant yang dimiliki BIT memang masih terbatas,

sehingga maksimal hanya untuk 6 tenant (inwall tenant) dan outwall tenant

berjumlah 14 tenant. Jumlah ruang untuk tenant ini yang seharusnya

diperbanyak sehingga mampu menampung minimal 15-20 inwall tenant,

tetapi karena keterbatasan dana sampai saat ini belum terwujud.

c. Calon tenant potensial hendaknya dari usaha rintisan mulai dari awal atau

pemula, dan hal ini sudah dilakukan oleh BIT dan merupakan salah satu

kriteria atau syarat untuk seleksi tenant.

d. Inkubator harus dikelola secara bisnis. Secara umum memang BIT karena

merupakan lembaga pemerintah, sehingga sampai saat ini tidak dikelola secara

bisnis. BIT lebih banyak bergeraknya sebagai lembaga non profit.

Selain itu fungsi inkubator dari BIT dilihat dari fasilitas dasar untuk tenant

yaitu dikenal dengan istilah 7 S (Space, Shared office facilities, Service, Suppor,

Skill development, Seed capital, Sinergy), dan secara umum BIT telah memenuhi

persyaratan fasilitas dasar inkubator. Indikator fasilitas dasar BIT dapat dilihat

Tabel 18.

Page 109: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

93

Tabel 18 Indikator fasilitas dasar tenant BIT

No. Indikator Fasilitas Dasar Tenant Fasilitas Dasar

Tenant BIT

1. Space yaitu ruang perkantoran 2. Shared office facilities yaitu penyediaan sarana perkantoran yang

bisa dipakai bersama, misalnya sarana fax, telepon, foto copy, ruang

rapat, komputer dan sekretaris

3. Service yaitu bimbingan dan konsultasi manajemen: marketing,

finance, production, technology dan sebagainya

4. Support yaitu bantuan dukungan penelitian dan pengembangan

usaha dan akses penggunaan teknologi

5. Skill development yaitu pelatihan, penyusunan rencana usaha,

pelatihan manajemen dan sebagainya

6. Seed capital yaiu penyediaan dana awal usaha serta upaya

memperoleh akses permodalan kepada lembaga-lembaga keuangan

7. Sinergy yaitu penciptaan jaringan usaha baik antar usaha baik usaha

lokal maupun internasional

Untuk lebih jelas apakah BIT telah memiliki fasilitas dasar tenant, maka

dikemukakan tahapan inkubasi yang dibagi menjadi 3 (tiga) tahapan yang

dilakukan oleh BIT

a. Pra-inkubasi

Dalam tahapan ini BIT melakukan beberapa kegiatan untuk menjaring calon

mitra yang akan diinkubasi dan calon mitra yang akan menjadi investor. Adapun

komunitas yang menjadi sasaran dalam kegiatan ini adalah komunitas ABG

(Akademisi, Bisnis, dan Government/Pemerintah) dan kegiatan tersebut meliputi :

1) Road show dan pameran

Kegiatan ini bertujuan untuk menjaring komunitas ABG yang memiliki

potensi untuk menjadi mitra dan juga berguna sebagai sarana promosi terhadap

peranan BIT dalam membangun UKM di Indonesia, melalui hasil-hasil produk

yang telah berhasil diinkubasi.

2) Technopreneurship program

Tujuan dari kegiatan ini sebagai media untuk meningkatkan entrepreneur

inovatif berbasis teknologi. Kegiatan spesifik yang dilakukan adalah workshop

dan training berbasis teknologi dengan beberapa lembaga dan yayasan yang

dianggap kompeten sebagai nara sumber.

Page 110: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

94

3) InTim Software

Salah satu fasilitasi pendukung yang disediakan oleh BIT guna

memaksimalkan peranannya sebagai lembaga intermediasi adalah InTim

(Indonesian Network for Technology-Industry Matching). InTim berfungsi untuk

mensinergikan antara penawaran teknologi (TO) yang dihasilkan oleh litbangyasa

dan permintaan teknologi (TR) yang dibutuhkan oleh industri.

4) Temu bisnis

Setelah menjalin mitra-mitra potensial melalui beberapa kegiatan seperti

roadshow, pameran dan technopreneurship program, serta didukung dengan

software InTim, maka dihasilkan daftar calon mitra dan tenant BIT. Untuk

memfasilitasi pertemuan antar calon mitra potensial tersebut BIT mengadakan

kegiatan temu bisnis, dimana dalam acara tersebut diharapkan terjadi kesepakatan

antara calon mitra potensial, sehingga dapat dilanjutkan pada proses inkubasi.

b. Inkubasi

Setelah melalui tahapan pra-inkubasi maka didapat tenant tetap BIT melalui

Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara BIT dengan tenant. Adapun fasilitas yang

disediakan selama masa inkubasi adalah :

1) Fasilitas kantor

Tipe tenant yang diinkubasi oleh BIT ada 2 (dua) yaitu inwall tenant dan

otwall tenant. Outwall tenant adalah tenant yang melakukan aktifitas inkubasi

diluar areal perkantoran BIT, dalam arti bahwa tenant tersebut sudah memiliki

fasilitas ruang kantor sendiri. Sedangkan inwall tenant adalah tenant yang

melakukan aktifitas inkubasi di dalam areal perkantoran BIT, dalam arti tenant

tersebut menggunakan fasilitas perkantoran yang disediakan. Adapun luas ruang

perkantoran bervariasi tergantung dari kebutuhan tenant tersebut.

2) Fasilitas laboratorium uji produksi

Untuk mendukung proses inkubasi secara maksimal, selain menyediakan

fasilitas ruang kantor, juga sediakan fasilitas laboratorium uji produk yang telah

disesuaikan jenis produk yang sedang diinkubasi oleh setiap tenant. Dalam

memaksimalkan penyediaan fasilitas laboratorium uji produk, BIT juga

bekerjasama dengan pihak penyedia jasa layanan laboratorium uji produk yang

terkait.

Page 111: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

95

3) Fasilitas mentoring dan konsultasi

Dalam rangka meningkatkan kualitas dari para tenant, baik dalam hal

teknologi yang dikembangkan maupun dalam manajemen bisnis, BIT sebagai

fasilitator menyediakan fasilitas mentoring atau konsultasi untuk membantu para

tenant dalam menghadapi berbagai macam hambatan. Adapun kegiatan mentoring

yang dilakukan adalah mentoring teknologi yang disesuaikan dengan kebutuhan

setiap tenant, mentoring bisnis, mentoring pemasaran dan mentoring keuangan.

4) Survei konsumen dan uji pasar

Tujuan utama dari suvei konsumen dan uji pasar adalah untuk menghitung

persentase jumlah konsumen dan nilai jual terhadap produk yang akan dipublikasi.

Hal ini dilakukan untuk mengetahui daya tarik atau minat pasar terhadap produk

tersebut, sehingga produsen dapat memperkirakan profit dan pertumbuhan

ekonomi dari hasil penjualan produk. Sebagai fasilitator BIT memfasilitasi

melalui jasa konsultasi dan konsultan survei, sehingga para tenant memperoleh

data yang akurat mengenai hasil survei konsumen dan uji pasar terhadap produk

yang akan dijual.

5) Sertifikasi produk/product license

Sertifikat produk adalah sebuah bentuk pengakuan secara tertulis yang

mengatakan bahwa suatu produk telah teruji sesuai dengan standar nasional yang

berlaku dan dapat digunakan oleh konsumen secara aman. Mengingat pentingnya

sertifikat produk bagi para produsen, dalam hal ini adalah tenant, maka BIT –

BPPT memfasilitasi proses sertifikasi produk melalui konsultan yang dianggap

kompeten dalam bidangnya.

c. Pasca-inkubasi

Pasca inkubasi adalah tahapan dimana tenant dikatakan telah lulus dari fase

inkubasi, yang artinya secara teknologi, manajemen bisnis, pemasaran dan

keuangan telah mampu secara mandiri untuk memproduksi dan memasarkan hasil

produknya. Namun untuk memaksimalkan hal tersebut BIT dalam tahapan ini

berperan sebagai mediator untuk mempertemukan tenant dan mitra investor

melalui kegiatan temu bisnis dan technopreneurship program, dimana pada

kegiatan ini mendiskusikan mengenai masalah pendanaan dan sharing profit.

Page 112: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

96

4.2.3 Fungsi Lembaga Intermediasi

Sebuah lembaga harus memenuhi beberapa kriteria khusus yang harus

dimiliki agar dapat dikatakan sebagai LI yang mempunyai peran dan fungsi

sebagai lembaga penghubung dan memberikan layanan secara optimal dan

terpadu kepada UKM .

Berdasarkan karakteristik, kondisi dan analisis fungsi organisasi dan

fungsi inkubator bahwa BIT cukup memenuhi kriteria khusus sebagai lembaga

intermediasi karena telah mempunyai SDM yang memadai, sarana dan prasarana

yang memadai, memiliki program kerja. Khusus untuk kerjasama (networking)

memang saat ini, kondisi networking BIT masih lemah. Secara umum networking

BIT sebenarnya cukup luas dengan beberapa lembaga yang mendukung kegiatan

pembinaan UKM yang dilakukan oleh BIT seperti lembaga keuangan bank/non

bank, lembaga litbang, dan lain-lain. Tetapi networking yang dimiliki BIT masih

lemah, karena komitmen lembaga-lembaga yang bekerjasama dengan BIT

tersebut masih lemah. Seharusnya networking yang telah dibentuk harus diperkuat

dengan perjanjian kerjasama yang jelas sehingga komitmennya menjadi kuat

dalam rangka meningkatkan daya saing UKM sesuai tugas pokok dan fungsi dari

masing-masing lembaga tersebut.

Analisis fungsi LI yaitu layanan yang dimiliki BIT untuk UKM,

berdasarkan 4 (empat) layanan minimal yang harus dimiliki oleh suatu lembaga

intermediasi adalah sebagai berikut :

1. Layanan pengembangan teknologi

BIT merupakan lembaga intermediasi yang dibentuk oleh BPPT, dimana

BPPT merupakan salah satu lembaga penghasil dan pemberi rekomendasi

teknologi di Indonesia. Berdasarkan hal tersebut diatas fungsi layanan teknologi

telah dimiliki oleh BIT. Selain itu untuk memperkuat layanan teknologi yang

diberikan, BIT juga melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga litbang

pemerintah yang lain yang berada dibawah koordinasi Kementerian Riset dan

Teknologi (KRT). BIT juga bekerjasama dengan beberapa perguruan tinggi negeri

dan swasta seperti IPB, UI, ITB, ITS dan lain-lain.

Berkaitan dengan layanan teknologi, BIT juga menyediakan fasilitas

laboratorium uji produk yang telah disesuaikan jenis produk yang sedang

Page 113: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

97

diinkubasi oleh setiap tenant. Dalam memaksimalkan penyediaan fasilitas

laboratorium uji produk, BIT juga bekerjasama dengan pihak penyedia jasa

layanan laboratorium uji produk yang terkait. Dalam rangka meningkatkan

kualitas dari para tenant, baik dalam hal teknologi yang dikembangkan maupun

dalam manajemen bisnis, BIT sebagai fasilitator menyediakan fasilitas mentoring

atau konsultasi untuk membantu para tenant. Adapun kegiatan mentoring yang

dilakukan adalah mentoring teknologi yang disesuaikan dengan kebutuhan setiap

tenant, mentoring bisnis, mentoring pemasaran dan mentoring keuangan.

2. Layanan pengembangan SDM

Jasa layanan pengembangan SDM UKM meliputi: pelatihan, pendampingan,

workshop, seminar dan lain-lain. Sebagai inkubator, BIT telah melakukan

pelatihan, pendampingan, workshop dan seminar secara berkala dalam rangka

peningkatkan kemampuan SDM UKM yang dibina. Berdasarkan hal tersebut,

maka BIT telah mempunyai layanan pengembangan SDM.

3. Layanan intermediasi jejaring bisnis/pasar

Sebagai pusat jaringan UKM dengan pasar, industri serta jaringan sarana

komunikasi dan pemasaran produk berbasis internet, BIT memberikan jasa

layanan intermediasi/jejaring bisnis UKM meliputi dengan kegiatan

mempertemukan UKM dengan pasar dan industri, promosi produk-produk UKM

melalui pameran-pameran dan internet. Selain itu BIT juga melakukan suvei

konsumen dan uji pasar adalah untuk menghitung persentase jumlah konsumen

dan nilai jual terhadap produk yang akan dijual oleh UKM binaan. Hal ini

dilakukan untuk mengetahui daya tarik atau minat pasar terhadap produk tersebut,

sehingga produsen dapat memperkirakan profit dan pertumbuhan ekonomi dari

hasil penjualan produk. Sebagai fasilitator BIT memfasilitasi melalui jasa

konsultasi dan konsultan survei, sehingga para tenant memperoleh data yang

akurat mengenai hasil survei konsumen dan uji pasar terhadap produk yang akan

dijual.

BIT untuk memperkuat pasar juga melakukan sertifikat produk yaitu

sebuah bentuk pengakuan secara tertulis yang mengatakan bahwa suatu produk

telah teruji sesuai dengan standar nasional yang berlaku dan dapat digunakan oleh

konsumen secara aman. Mengingat pentingnya sertifikat produk bagi para

Page 114: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

98

produsen, dalam hal ini adalah tenant, maka BIT memfasilitasi proses sertifikasi

produk melalui konsultan yang dianggap kompeten dalam bidangnya.

4. Layanan fasilitasi akses pembiayaan

Memberikan jasa pembiayaan bank dan non bank (pembiayaan berisiko/risk

capital) juga dilakukan oleh BIT dan hal ini ditunjukkan dengan beberapa UKM

binaan memperoleh pinjaman untuk pengembangan usahanya oleh bank dengan

mediasi dari BIT. Jasa layanan fasilitasi akses pembiayaan yang dilakukan oleh

BIT pada prinsipnya adalah mempertemukan UKM dengan lembaga

keuangan/pembiayaan bank dan non bank.

4.3 Perumusan Strategi dan Kelayakan Pengembangan Balai Inkubator

Teknologi

4.3.1 Identifikasi Matriks IFE dan Matriks EFE

Hasil identifikasi matriks IFE pada Tabel 19 dapat dilihat skor tertinggi

untuk kekuatan BIT adalah sebesar 0,452. Nilai tersebut menunjukkan bahwa

kekuatan utama dari BIT adalah jumlah SDM yang memadai. Skor tertinggi kedua

sebesar 0,412 menunjukkan kekuatan utama kedua yaitu jumlah dana operasional

rutin kantor yang memadai. Dengan mengopimalkan kekuatan yang ada BIT dapat

meningkatkan daya saing UKM, tetapi hal tersebut perlu ditunjang dengan

pendanaan untuk pembinaan tenant yang memadai dan berjangka panjang.

Kelemahan utama BIT ditunjukkan dengan nilai skor tertinggi 0,192. Nilai

tersebut menunjukkan kelemahan utama BIT adalah dana untuk pembinaan tenant

yang terbatas dan bersifat jangka pendek. Memang selama ini pendanaan BIT

yang memadai masih terbatas untuk operasional rutin, sedangkan dana untuk

pembinaan tenant masih terbatas yang berjangka pendek saja. Dengan belum ada

dana pembinaan tenant yang bersifat jangka panjang dan rutin, mengakibatkan

jumlah tenant yang dapat dibina dan dapat dilayani oleh BIT juga masih terbatas.

Page 115: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

99

Tabel 19 Matriks IFE

Faktor Internal Bobot

(a)

Rating

(b)

Skor

(axb)

Kekuatan

1) Jumlah SDM yang memadai

2) Jumlah Sarana dan prasarana usaha yang

memadai

3) Jumlah dana operasional rutin kantor yang

memadai

4) Jumlah layanan yang memadai

5) Komitmen dalam pengelolaan lembaga

intermediasi yang kuat

0,113

0,095

0,103

0,100

0,070

4

3

4

3

3

0,452

0,285

0,412

0,300

0,210

Kelemahan

1) Dana untuk pembinaan UKM yang terbatas

dan bersifat jangka pendek

2) SDM yang profesional dan full time masih

terbatas

3) Networking yang masih lemah

4) Belum mempunyai program pelayanan yang

utuh

5) Kegiatan sangat tergantung pada program

pemerintah yang bersifat jangka pendek

6) Pemanfaatan sarana dan prasarana belum

optimal

0,105

0,065

0,096

0,103

0,095

0,055

2

1

2

1

2

2

0,210

0,065

0,192

0,103

0,190

0,110

Total 1,00 2,529

Skor tertinggi kedua sebesar 0,192 menunjukkan kelemahan utama kedua

yaitu networking yang masih lemah. Memiliki networking yang kuat dan luas

merupakan hal yang wajib dimiliki oleh LI. Untuk meningkatkan akses teknologi,

LI harus mempunyai networking dengan lembaga litbang, untuk meningkatkan

akses pembiayaan harus mempunyai networking dengan lembaga keuangan, dan

untuk meningkatkan akses pasar harus mempunyai networking dengan pasar. LI

tidak hanya mempunyai networking dengan lembaga-lembaga seperti yang

disebutkan diatas saja, tetapi harus mempunyai networking dengan lembaga-

lemabaga lainnya yang berhubungan dengan peningkatan daya saing UKM.

Untuk memperkuat networking yang masil lemah dari BIT dapat

dilakukan dengan melakukan Perjanjian Kerja Sama (PKS) secara tertulis dengan

lembaga-lembaga yang telah melakukan kerjasama dan berkomitmen untuk

membina tenant. Selama ini memang kerjasama yang dilakukan oleh BIT dengan

lembaga-lembaga pembiayaan, pemasaran dan lembaga lain yang mendukung

kegiatan BIT tidak dilakukan secara tertulis. Diharapkan dengan adanya PKS

secara tertulis dapat memperkuat networking BIT yang selama ini menjadi salah

Page 116: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

100

satu kelemahan. Selain itu BIT juga terus memperluas networking dengan

lembaga-lembaga lain sehingga pelayanan yang diberikan kepada UKM dapat

lebih optimal dan terpadu. Networking yang dijalin oleh BIT dengan lembaga-

lembaga lain tidak hanya terbatas pada networking yang bersifat semu, tetapi

lembaga-lembaga tersebut harus mempunyai komitmen yang kuat.

Hasil identifikasi matriks EFE pada Tabel 20, diperoleh nilai skor tertinggi

untuk peluang BIT 0,540. Nilai tersebut menunjukkan peluang utama yang

dimiliki oleh BIT adalah daya saing UKM yang lemah. Peluang utama kedua

ditunjukkan dengan nilai skor 0,480 adalah potensi daerah yang besar. Potensi

daerah yang besar merupakan salah satu sumber bahan baku utama yang dapat

dimanfaatkan oleh UKM untuk menghasilkan produk-produknya.

Daya saing UKM yang lemah ini didukung oleh hasil survei yang

dilakukan oleh Kementerian KUKM (2010) bahwa sebanyak 7.692 unit UKM

Indonesia, daya saing produknya ke sesama negara Asean adalah 1.596 unit yang

kuat dan 6.096 unit lemah. Daya saing produk domestik dibandingkan produk

Cina hanya 796 unit yang kuat dan 5.596 unit lemah dan biaya produksi per unit

produk Tiongkok juga lebih rendah ketimbang Indonesia.

Faktor ancaman yang menonjol dan berpengaruh dalam lingkungan

eksternal dengan nilai skor tertinggi sebesar 0,260 adalah produk impor yang

lebih murah dan sejenis yang diproduksi oleh UKM. Untuk itu BIT harus dapat

menciptakan UKM yang dapat memproduksi barang yang dapat berdaya saing

dengan produk-produk impor tersebut dan hal ini dapat dilakukan oleh BIT

dengan memanfaatkan teknologi hasil dari lembaga litbang di Indonesia.

Prospek bisnis UKM dalam era perdagangan bebas saat ini selain UKM

harus berinovasi menciptakan produk-produk yang dapat memenuhi keinginan

pasar, juga sangat tergantung pada upaya yang ditempuh oleh pemerintah dalam

mengembangkan bisnis UKM. Salah satu upaya kunci yang perlu dilakukan

adalah bagaimana mengembangkan iklim usaha yang kondusif bagi UKM. Untuk

mencapai iklim usaha yang kondusif ini, diperlukan penciptaan lingkungan

kebijakan yang kondusif bagi UKM. Kebijakan yang kondusif dimaksud dapat

diartikan sebagai lingkungan kebijakan yang transparan dan tidak membebani

UKM secara finansial bicara berlebihan. Ini berarti berbagai campur tangan

Page 117: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

101

pemerintah yang berlebihan, baik pada tingkat pusat maupun daerah harus

dihapuskan, khususnya penghapusan berbagai peraturan dan persyaratan

administratif yang rumit dan menghambat kegiatan UKM.

Tabel 20 Matriks EFE

Faktor Eksternal Bobot

(a)

Rating

(b)

Skor

(axb)

Peluang

1) Jumlah UKM yang sangat besar

2) Daya saing UKM yang lemah

3) Potensi daerah yang sangat besar

4) Potensi pasar (dalam dan luar negeri) yang besar

5) Teknologi hasil lembaga litbang yang cukup

banyak dan bisa dimanfaatkan

0,095

0.135

0.120

0.110

0.090

4

4

4

3

3

0,380

0,540

0,480

0,330

0,270

Ancaman

1) Dukungan pemerintah yang tidak optimal dan

kontinyu

2) Belum ada kebijakan secara khusus mengenai

lembaga intermediasi

3) Produk impor yang lebih murah dan sejenis

dengan yang diproduksi UKM

4) Iklim usaha yang kurang sehat

0.155

0.075

0.130

0,090

1

2

2

1

0,155

0,150

0,260

0,090

Total 1,00 2,655

Suatu faktor penting di beberapa daerah yang sangat mengurangi daya

saing UKM adalah pungutan liar (pungli) atau sumbangan wajib yang dikenakan

pejabat aparat pemerintah. Pungli liar ini tentu saja akan meningkatkan biaya

operasi UKM sehingga mengurangi daya saing mereka. Dengan demikian,

pungutan liar maupun beban fiskal yang memberatkan perkembangan UKM di

daerah harus dihapuskan.

Selain penciptaan lingkungan bisnis yang kondusif, program-program

pengembangan UKM yang diarahkan pada supply driven strategy sebaiknya mulai

ditinggalkan, sebagai pengganti dari arah program ini yakni pengembangan

program UKM yang berorientasi pasar yang didasarkan atas pertimbangan

efisiensi dan kebutuhan UKM (market oriented, demand driven programs). Fokus

dari program ini yakni pertumbuhan UKM yang efisien dan secara lebih spesisfik

The Asia Foundation (2000) diacu dalam Tambunan (2004) membagi fokus

pengembangan UKM baru yang berorientasi pasar tersebut dalam empat unsur

pokok, yaitu : (1) Pengembangan lingkungan bisnis yang kondusif bagi UKM; (2)

Page 118: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

102

Sel V

Posisi BIT

Pengembangan lembaga-lembaga finansial yang bisa memberikan akses kredit

yang lebih mudah kepada UKM atas dasar transparansi; (3) Pelayanan jasa-jasa

pengembangan bisnis non-finansial kepada UKM yang lebih efektif; (4)

Pembentukan aliansi strategis antara UKM dan UKM lainnya atau dengan usaha

besar di Indonesia atau di luar negeri.

4.3.2 Identifikasi Matriks IE

Pada Balai Inkubator Teknologi – BPPT, nilai IFE 2,529 dan EFE 2,655

(Gambar 11). Nilai tersebut menunjukkan bahwa strategi pemasaran BIT terletak

pada Sel V. Dalam hal ini strategi yang dapat ditangani dengan baik melalui

strategi menjaga dan mempertahankan; penetrasi pasar dan pengembangan produk

adalah dua strategi yang paling banyak digunakan dalam jenis divisi ini.

Organisasi atau perusahaan yang berada dalam Sel V memiliki posisi

strategis yang sempurna. Berdasarkan hal tersebut BIT harus konsentrasi pada

pasar (penetrasi pasar) dan jasa (pengembangan jasa layanan) yang ada saat ini

merupakan strategi yang paling sesuai. Ketika perusahaan pada Sel V terlalu

berpatokan dengan satu produk/jasa tertentu, diversifikasi terkait layanan kiranya

dapat membantu mengurangi resiko yang berkaitan dengan jasa yang sempit.

Perusahaan yang berada pada Sel V memiliki sumberdaya yang memadai untuk

mengambil keuntungan dari berbagai peluang eksternal yang muncul di banyak

bidang. Mereka bisa mengambil resiko secara agresif jika perlu (David 2009).

Gambar 11 Matriks IE BIT

Keterangan:

a. sel I, II, IV = strategi tumbuh dan bina (growth and build)

b. sel III, V, VII = jaga dan pertahankan

c. sel VI, VIII, IX = panen atau divestasi

Page 119: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

103

4.3.3 Analisis SWOT

Setelah menyusun kekuatan dan kelemahan internal serta peluang dan

ancaman eksternal melalui matrik EFE dan IFE, maka langkah selanjutnya adalah

melakukan analisis SWOT.

Analisa diagram SWOT memiliki sasaran untuk mengidentifikasi satu dari

empat pola atau sel yang terdapat dalam diagram ini menyarankan strategi yang

dapat mendukung perusahaan dalam kondisi tersebut. Dalam analisis diagram

SWOT skor peluang dikurangi skor ancaman dari matrik EFE dan skor kekuatan

dikurangi skor kelemahan dalam matrik IFE. Nilai selisih yang diperoleh

dimasukkan kedalam diagram untuk mengetahui kondisi perusahaan dan alternatif

strategi. Berdasarkan hasil dari analisis faktor eksternal perusahaan pada matrik

EFE diperoleh hasil 1,345 (total skor peluang sebesar 2,000 dikurangi total skor

ancaman sebesar 0,655) untuk faktor peluang, sedangkan faktor internal

perusahaan pada IFE diperoleh hasil 0,789 (total kekuatan sebesar 1,659 dikurangi

total skor untuk kelemahan sebesar 0,970) untuk faktor kekuatan, maka diagram

SWOT dapat digambarkan pada gambar 12.

Gambar 12 Diagram SWOT BIT

Page 120: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

104

Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa posisi perusahaan berada

dikuadran I. Hal tersebut berarti perusahaan memiliki peluang lingkungan sebesar

1,345 dan memiliki kekuatan internal sebesar 0,970, maka strategi yang sesuai

dengan kondisi perusahaan adalah strategi agresif atau perluasan untuk

memaksimalkan kekuatan internal dan eksternal perusahaan. BIT juga dapat

melakukan strategi seperti pengembangan pasar, pengembangan jasa layanan dan

inovasi.

4.3.4 Matriks SWOT

Matrik SWOT dianalisis dengan menyesuaikan antara peluang dan

ancaman eksternal dengan kekuatan dan kelemahan internal yang dimiliki BIT,

dengan tujuan mengembangkan strategi-strategi alternatif bagi BIT yang

mendukung strategi berbenah diri sesuai dengan posisi BIT pada diagram SWOT.

Hasil analisis matriks SWOT untuk BIT secara lengkap terdapat pada Tabel 21.

Dari kondisi dan posisi BIT pada lingkungan internal maupun eksternal

yang terlihat melalui analisis SWOT pada kuadaran I, yang mana menandakan

bahwa kondisi BIT sangat kuat dan berpeluang untuk memaksimalkan persaingan

dengan melakukan eskpansi, memperbesar pertumbuhan, meraih kemajuan secara

maksimal dan memanfaatkan bauran pemasaran (Marketing Mix) seperti tetap

menjaga kualitas jasa layanan, besaran biaya pembinaan, melakukan

promosi/sosialisasi yang efektif, serta distribusi yang efisien.

Menurut Swastha (2003) strategi pemasaran yang berhasil umumnya

ditentukan dari satu atau beberapa variabel marketing mix, sehingga perusahaan

dapat mengembangkan strategi produk, harga, distribusi atau promosi, atau dapat

mengkombinasikan variabel-variabel tersebut kedalam suatu rencana strategis

secara menyeluruh.

Berdasarkan hasil kajian ini, menunjukkan bahwa BIT perlu

memaksimalkan strategi pemasaran untuk mencapai tujuan lembaga yaitu

menumbuhkembangkan UKM yang inovatif dan meningkatkan daya saing UKM

dengan memperhatikan bauran pemasaran (marketing mix) yang terdiri dari

variabel jasa layanan, besaran biaya pembinaan, promosi/sosialisasi dan distribusi.

Sehingga semakin banyak lagi UKM yang dapat dibina oleh BIT.

Page 121: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

105

Tabel 21 Matriks SWOT BIT

FAKTOR

INTERNAL

FAKTOR

EKSTERNAL

Kekuatan (S)

1. Jumlah SDM yang memadai

2. Jumlah sarana dan prasarana

usaha yang memadai

3. Jumlah dana operasional rutin

kantor yang memadai

4. Jumlah layanan yang

memadai

5. Komitmen dalam pengelolaan

inkubator yang kuat

Kelemahan (W)

1. Dana untuk pembinaan tenant yang

terbatas dan bersifat jangka pendek

2. SDM yang profesional dan full time

masih terbatas

3. Networking yang masih lemah

4. Belum mempunyai program

pelayanan yang utuh

5. Kegiatan sangat tergantung pada

program pemerintah yang bersifat

jangka pendek

6. Pemanfaatan sarana dan prasarana

belum optimal

Peluang (O)

1. Jumlah UKM yang

sangat besar

2. Daya saing UKM yang

lemah

3. Potensi daerah yang

sangat besar

4. Potensi pasar (dalam dan

luar negeri) yang besar

5. Teknologi hasil lembaga

litbang yang cukup

banyak dan bisa

dimanfaatkan

Strategi S-O

1. Meningkatkan pemanfaatan

dan penggunaan sumberdaya

untuk meningkatkan jumlah

dan daya saing UKM binaan

(S1, S2, S3, S4,S5, O1,O2)

2. Menjaga dan meningkatkan

kualitas dan kuantitas layanan

teknologi dengan

memanfaatkan teknologi hasil

litbang (S4, O2, O4, O5)

3. Menjaga dan meningkatkan

kualitas dan kuantitas layanan

akses pasar untuk

memanfaatkan potensi pasar

(dalam dan luar negeri) bagi

produk-produk UKM binaan

(S4, O4)

Strategi W-O

1. Meningkatkan dana pembinaan

jangka panjang guna meningkatkan

jumlah UKM binaan (W1, O1)

2. Meningkatkan jumlah SDM

profesionalisme untuk meningkatkan

jumlah dan daya saing UKM binaan

(W2, O1, O2)

3. Memperkuat dan meningkatkan

networking untuk meningkatkan

layanan teknologi dan akses pasar

(W3, O4, O5)

4. Meningkatkan kuantitas dan kualitas

layanan untuk memberikan layanan

yang utuh (terpadu) guna

meningkatkan daya saing UKM (W4,

O2)

5. Meningkatkan program-program

yang bersifat jangka panjang untuk

meningkatkan jumlah UKM binaan

(W6, O1)

Ancaman (T)

1. Dukungan pemerintah

yang tidak optimal dan

kontinyu

2. Belum ada kebijakan

secara khusus mengenai

lembaga intermediasi

3. Produk impor yang lebih

murah dan sejenis

dengan yang diproduksi

UKM

4. Iklim usaha yang kurang

sehat

Strategi S-T

1. Meningkatkan sosialisasi dan

pendekatan kepada

pemerintah untuk

mendapatkan dukungan

kebijakan khusus lembaga

intermediasi (S1, T1, T2, T4)

2. Meningkatkan layanan untuk

meningkatkan daya saing

produk UKM sehingga dapat

bersaing dengan produk-

produk impor (S4, T3)

Strategi W-T

1. Meningkatkan pendanaan jangka

panjang, SDM profesional, layanan,

networking, program, pemanfaatan

sarana dan prasarana untuk

meningkatkan daya saing produk

UKM sehingga dapat bersaing dengan

produk impor (W1, W2, W3, W4,

W6, W7, T3)

Page 122: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

106

4.3.5 Perumusan Strategi Prioritas

Perumusan urutan strategi prioritas dilakukan dengan menggunakan

rumusan strategi dari hasil analisis SWOT. Berdasarkan penentuan matriks QSPM

diperoleh urutan strategi yang paling menarik untuk diterapkan di BIT adalah

sebagai berikut :

1. Meningkatkan pemanfaatan dan penggunaan sumberdaya yang ada untuk

meningkatkan jumlah dan daya saing UKM binaan (TAS 6,135)

2. Menjaga dan meningkatkan kualitas dan kuantitas layanan teknologi dengan

memanfaatkan teknologi hasil lembaga litbang (TAS 4,542)

3. Menjaga dan meningkatkan kualitas dan kuantitas layanan akses pasar untuk

memanfaatkan potensi pasar (dalam dan luar negeri) bagi produk-produk

UKM binaan (TAS 4,125)

Tabel 22 Kegiatan operasional yang dapat dilakukan oleh BIT

No. Sasaran Kegiatan

Strategi 1 a.. Meningkatnya

pemanfaatan dan

penggunaan

sumberdaya yang ada.

- Melakukan evaluasi pemanfaatan dan penggunanaan

sumberdaya yang ada. - Mengidentifikasi sumberdaya yang belum digunakan

dan dimanfaatkan.

- Melakukan perencanaan penggunaan dan pemanfaatan

sumberdaya yang belum dimanfaatkan. - Meningkatkan penggunaan dan pemanfaatan dengan

menambah UKM/tenant inwall binaan Strategi 2

b. Meningkatkan

layanan teknologi. - Mengevaluasi layanan teknologi yang telah dimiliki. - Mengidentifikasi dan menganalisis kebutuhan

teknologi yang dibutuhkan oleh UKM binaan. - Melakukan kerjasama dengan lembaga litbang yang

memiliki teknologi yang dibutuhkan oleh UKM

binaan. Strategi 3

c. Meningkatkan

layanan akses pasar. - Mengevaluasi layanan akses pasar yang telah dimiliki. - Mengidentifikasi dan menganalisis kebutuhan pasar

produk-produk UKM binaan.

- Melakukan survei pasar produk-produk UKM binaan

dalam dan luar negeri. - Melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga yang

mempunyai akses pasar produk-produk UKM binaan

baik didalam maupun luar negeri.

Page 123: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

107

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Karakteristik BIT adalah sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang

mempunyai aspek legal atau dasar hukum pembentukannya, dimana jika

ditinjau dari jumlah pucuk pimpinan maka struktur organisasi BIT merupakan

bentuk organisasi tunggal, dan jika ditinjau dari saluran wewenang, struktur

organisasi BIT berbentuk organisasi jalur, fungsional dan staf. Pendanaan BIT

sebagian besar dari APBN dan sebagian kecil dari mitra dan tenant, selain itu

secara fungsi BIT telah memenuhi kelayakan sebagai organisasi yang baik,

sebagai inkubator dan sebagai lembaga intermediasi.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan BIT adalah jumlah SDM,

dana operasional rutin kantor, sarana, prasarana, layanan dan networking yang

memadai serta komitmen yang kuat.

3. Strategi pengembangan BIT agar peran dan fungsinya lebih optimal dapat

dilakukan dengan meningkatkan pemanfaatan dan penggunaan sumberdaya

yang ada dengan menambah UKM binaannya, meningkatkan kualitas dan

kuantitas layanan teknologi dengan memanfaatkan teknologi hasil lembaga

litbang, serta menjaga dan meningkatkan kualitas dan kuantitas layanan akses

pasar dengan memanfaatkan potensi pasar (dalam dan luar negeri) bagi

produk-produk UKM binaan.

5.2 Saran

1. Mengingat pentingnya peranan LI, maka BIT harus melakukan

sosialisasi/promosi dan kampanye yang terstruktur serta terus menerus

mengenai peranan, fungsi dan pentingnya LI sebagai instrumen dalam

meningkatkan daya saing UKM, menciptakan wirasusaha baru berbasis

teknologi.

2. Untuk mengoptimalkan peran dan fungsi LI harus didukung pendanaan yang

memadai dan terstruktur, SDM profesional, layanan, networking, sarana dan

prasarana yang memadai, komitmen yang kuat serta dikelola secara

profesional.

Page 124: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

108

DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih S. 2000. Regulasi dalam Revitalisasi Usaha Kecil dan Menengah di

Indonesia. Jakarta.

BD Bank Dunia. 2007. Enterprise Surveys 2007, World Bank Group, Private

Sector Resources).

BI Bank Indonesia. 2001. Peraturan Bank Indonesia No. 3/2/PBI/2001yang

berkaitan dengan Pemberian Kredit Usaha Kecil.

BIT Balai Inkubator Teknologi. 2003. Profil Balai Inkubator Teknologi. Badan

Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Jakarta.

______. 2010. Laporan Kegiatan Tahun 2010 Balai Inkubator Teknologi. Deputi

Bidang Pengkajian Kebijakan Teknologi, Badan Pengkajian dan

Penerapan Teknologi. Jakarta.

BPS Badan Pusat Statistik. 2006. Sensus Ekonomi 2006. Badan Pusat Statistik.

Jakarta.

David FR. 2009. Konsep Manajemen Strategis. Salemba Empat. Jakarta.

Dipta IW. 2003. Inkubator Bisnis dan Teknologi sebagai Wahana Pengembangan

Usaha Kecil Memasuki Era Global. Kementerian Koperasi , Usaha Kecil

dan Menengah. Jakarta.

Freeman C. 1995. The National System of Innovation. in Historical Perspective.

Cambridge Journal of Economics. Page 5-24.

Handoko H 1995. Organisasi Perusahaan. PBFE. Yogyakarta.

Herujito YM. 2001. Dasar-Dasar Manajemen. Grasindo. Jakarta

Hewick L. 2006. Canadian Business Incubator, paper on seminar International

Best Practices For Increasing Incubator Efficiencies, Jakarta.

Hubeis M. 2009. Prospek Usaha Kecil dalam Wadah Inkubator Bisnis. Ghalia

Indonesia. Bogor.

K-KUKM Kementerian Koperasi dan Pengusaha Kecil dan Menengah. 1999.

Pedoman Pembinaan Pengusaha Kecil Melalui Inkubator. Jakarta.

________. 2010. Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM)

dan Usaha Besar (UB) Tahun 2007 – 2009. Jakarta

________. 2011. Surat Keputusan Menteri KUKM No. 81.3/Kep/M.KUKM/

VIII/2002 tentang Petunjuk Teknis Perkuatan Permodalan Usaha Kecil,

Menengah, dan Koperasi dan Lembaga Keuangan dengan Penyediaan

Modal Awal dan Padanan Melalui Inkubator, Jakarta.

Keputusan Kepala BPPT No. 102 tahun 2006 tentang Struktur Organisasi BPPT.

Keputusan Presiden No. 103/2001 Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,

Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah

Non Departemen.

Page 125: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

109

Keputusan Presiden No. 30 /2003 Tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden

No. 103/2001 Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan

Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen.

Kinnear TC and Taylor JR. 1991. Marketing Research, An Applied Approach. Mc

Graw Hill. New York.

KRT Kementerian Riset dan Teknologi. 2008. Materi Rakor Ristek 2008.

Kementerian Riset dan Teknologi. Jakarta

Marimin. 2008. Pengambilan Keputusan: Kriteria Majemuk. Hlm 58 – 63.

Grasindo. Jakarta

Moekijat. 1993. Pengembangan Organisasi. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Mulyadi AW. 2008. Kumpulan Pengalaman Lembaga Intermediasi di Berbagai

Negara. Pusat Pengkajian Kebijakan Difusi Teknologi-PKT. BPPT.

Jakarta.

OECD Organisation for Economic Co-Operation and Development.1997. The

National System of Innovation. Paris.

PI-UMKM Pusat Inovasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. 2008. Pedoman

Pembentukan Pusat Inovasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Menteri

Koordinator Bidang Perekonomian. Jakarta

PPKDT Pusat Pengkajian Kebijakan Difusi Teknologi. 2006. Difusi Teknologi.

P2KDT. PKT. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.

Panggabean R. 2007. Profil Inkubator dalam Penciptaan Wirausaha Baru.

Kementerian KUKM. Jakarta

Peraturan Pemerintah (PP) No 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah (RPJM) 2004-2009 Bab 22.

Peraturan Pemerintah (PP) No. 20 Tahun 2005 tentang Alih Teknologi Kekayaan

Intelektual.

Prayitno KB, A Hardiyanto dan Arwanto. 2005. Mekanisme Difusi Teknologi.

Difusi Teknologi: Teori, Pendekatan dan Pengalaman. Pusat Pengkajian

Kebijakan Difusi Teknologi. BPPT. Jakarta

Prayitno KB. 2009. Pemetaan Unsur Pendukung UMKM Inovatif. Laporan

Penelitian. Pusat Pengkajian Kebijakan Difusi Teknologi. BPPT. Jakarta

Rahayu. 2005. Analisis Pernan Perusahaan Modal Ventura dalam Mengembang-

kan UKM di Indonesia. Badan Pengkajian Ekonomi, Keuangan dan

Kerjasama Internasional. Jakarta

Robbin SP. 1994. Teori Organisasi (Struktur, Desain & Aplikasi). Terjemahan

oleh Jusuf Udaya, Lic, Ec. Arcan. Jakarta.

Salusu J. 1996. Pengambilan Keputusan Strategik untuk Organisasi Publik dan

Organisasi Nonprofit. PT Gramedia. Jakarta

Setyobudi S. 2007. Peran serta Bank Indonesia dalam Pengembangan Usaha Kecil

dan Menengah. Bank Indonesia. Jakarta

Page 126: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

110

Siagian PS. 1995. Manajemen Strategik. Bumi Aksara. Jakarta

________. 2005. Fungsi-Fungsi Manajerial. PT. Bumi Aksara. Jakarta

Soekarton.1992. Dasar-dasar Organisasi. Gadjah Mada Press. Yogjakarta.

Sutarto. 2006. Dasar-Dasar Organisasi. Gadjah Mada Press. Yogjakarta

Swastha B. 2003. Manajemen Pemasaran Modern. Liberty. Yogyakarta.

Tambunan T. 2000. Development of Small-Scale Industries during the New Order

Government in Indonesia, Aldershot: Ashgate.

_________. 2004. Ukuran Daya Saing Koperasi dan UKM. Pusat Studi Industri.

Universitas Trisakti. Hlm 4-6. Jakarta

_________. 2006. Development of Small & Medium Enterprises in Indonesia

from the Asia-Pacific Perspective, LPFE-Usakti. Jakarta

Taufik TA. 2005. Pengembangan Sistem Inovasi Daerah: Perspektif Kebijakan.

P2KTPUDPKM-BPPT. Jakarta.

_________. 2009. Kebijakan Inovasi di Indonesia. Badan Pengkajian dan

Penerapan Teknologi. Jakarta.

_________. 2000. Sistem Inovasi. Kedeputian Pengkajian Kebijakan Teknologi.

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Jakarta.

Umar H. 2005. Strategic Management in Action : Konsep, Teori dan Teknik

Menganalisis Manajemen Strategis. Gramedia. Jakarta

Undang-Undang No. 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian,

Pengembangan dan Penerapan Iptek.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

Undang-Undang No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil.

Urata S, 2000. Policy Recommendations for SME Promotion in Indonesia. Report

to the Coordination Ministry of Economy, Finance and Industry, Jakarta.

Wahyudi AS. 1996. Manajemen Strategik, Pengantar Proses Berpikir Strategik.

Binarupa Aksara. Jakarta.

WB Word Bank. 2007. Enterprise Surveys 2007. World Bank Group, Private

Sector Resources).

Page 127: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

Lampiran 1. Rekapitulasi karakteristik Balai Inkubator Teknologi

No. Karakteristik Keterangan

1. Mulai berdiri Didirikan April 2001 dengan nama Balai Inkubasi Teknologi (BIT), berada di bawah koordinasi Deputi Bidang Pengkajian

Kebijakan Teknologi – BPPT.

2. Aspek legal 1. Keppres No. 103/2001 Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga

Pemerintah Non Departemen;

2. Keppres No. 30 /2003 Tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden No. 103/2001 Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,

Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen;

3. Keputusan Ka. BPPT No. 102 tahun 2006 tentang Struktur Organisasi BPPT.

3. Visi, misi dan tujuan Visi:

menjadi pusat unggulan inkubasi teknologi dalam rangka mewujudkan wirausaha baru yang tangguh, mandiri dan berdaya

saing

Misi:

1. Wahana terkemuka dalam pengembangan wirausaha baru berbasis teknologi atau inovasi;

2. Meningkatkan kemampuan dan kompetensi UKM yang berbasis teknologi atau inovasi;

3. Mitra terpercaya dalam mengelola jaringan kerjasama antara tenant, lembaga litbang, perguruan tinggi, lembaga keuangan

dan dunia usaha;

4. Pusat askes informasi ke lembaga litbang, jaringan profesional, teknologi dan investasi.

Tujuan :

adalah sebagai wahana untuk menciptakan enterpreneur inovatif dari kalangan mitra ABG (Academic, Business, Government)

sehingga dapat menjadi unit usaha baru yang berbasis teknologi atau inovasi yang memiliki daya saing, tangguh dan mandiri.

111

Page 128: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

4. Struktur organisasi

5. Periode inkubasi 1-3 tahun

6. Persyaratan tenant 1. Ide atau gagasannya memiliki potensi komersial.

2. Berpotensi menciptakan lapangan kerja.

3. Adanya kesamaan antara kebutuhan tenant dan layanan yang diberikan BIT-BPPT.

4. Intensitas litbang besar dan produknya berbasis teknologi atau inovasi.

5. Mempunyai teamwork yang potensial.

6. Secara pribadi memiliki potensial kemampuan kewirausahaan.

7. Memiliki suatu rencana bisnis yang berisi fokus utama bisnisnya, informasi pasar, pesaing, konsumen dan perkiraan

cashflow.

Page 129: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

7. Alur seleksi dan pembinaan

tenant

8. Jasa layanan 1. Pra inkubasi

a. Road show dan pameran

b. Technopreneurship program

c. InTim Software

d. Temu bisnis

2. Inkubasi

a. Fasilitasi kantor

b. Fasilitasi laboratorium uji produksi

c. Fasilitasi mentoring dan konsultasi

d. Survei konsumen dan uji pasar

e. Sertifikasi produk

113

Page 130: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

3. Pasca inkubasi

Mediator untuk mempertemukan tenant dan mitra investor melalui kegiatan temu bisnis dan technopreneurship program

9. Infrastruktur yang disediakan 1. Ruangan

2. Sarana dan prasarana perkantoran

10. Fokus sasaran Tenant berbasis teknologi

11. Jenis industri tenant a. Industri manufaktur (50 %).

b. Industri kreatif ( 30 %).

c. Industri agroindustri (20 %).

12. Jenis dan jumlah rata-rata tenant

setiap tahun

a. Inwall tenant 6

b. Outwall tenant 14

13. Monitoring tenant Selalu dilakukan oleh Licenses Officers (LO) setiap 3 bulanan.

14. Sumber dana inkubator Murni program dari BPPT yang bersumber dari dana APBN

15. Sumber dana tenant APBN dan sebagian kecil dari mitra dan tenant.

16. Jumlah karyawan 30 orang

17. Status karyawan Pegawai Negeri Sipil (PNS)

18. Hubungan tenant dengan

inkubator

Hubungan pembinaan

19. Rasio jumlah karyawan dengan

jumlah tenant

1 : 1

20. Permasalahan utama 1. Ketersediaan dana untuk pembinaan tenant yang sifatnya jangka panjang

2. Networking.yang masih lemah

Page 131: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

117

Lampiran 5 Daftar calon inwall tenant yang akan diinkubasi BIT tahun 2011

Produk Keterangan Leasson Officer

Electro Cardiografi (EKG) Electro Kardiografi adalah Alat untuk memantau kondisi denyut jantung tubuh

Manfaat Produk : Mendeteksi dini kelainan fungsi jantung

Status teknologi: siap diproduksi

Calon Mitra : -

Inkubasi : mitra investasi, Uji produksi, alpha dan beta test dan mentoring

Suryo Hadiyono

Gelatin Halal Gelatin merupakan protein yang diekstrak dari jaringan kolagen kulit, tulang atau ligamen hewan.

Manfaat Produk : Dapat diaplikasi pada produk pangan dan non pangan sebagai bahan penstabil

(stabilizer), pembentuk gel (gelling agent), pengikat (binder)

Status Teknologi: level 6 telah dihasilkan dan diuji coba pada lingkungan yang relevan

Calon Mitra : PT. Muhara Dwitunggal Laju, Citereup Jabar

Inkubasi: Uji produksi, alpha dan beta test dan mentoring

Ai Nelly

Engine Rusnas /

Silent Genset

Engine Rusnas merupakan mesin multi guna berkapasitas 500cc.

Manfaat Produk : Dapat diaplikasikan pada kendaraan fungsi khusus seperti micro car, transportasi

air, silent genset, dll

Calon Mitra: PT. NEFA, PT. INKA, PT. ITM, PT. CNG GLOBAL, PT. Intanjaya Agro Megah Abadi.

Status : Pengembangan untuk aplikasi produk pada micro car

Inkubasi : Uji produksi, alpha dan beta test, serta mentoring

Moh Hamdani

Page 132: Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi … · STRATEGI DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL DAN MENENGAH DI

118

Nano Powder Nano Powder merupakan bubuk nano partikel dengan jenis dan fungsi yang beragam.

Manfaat Produk : Aplikasi di dunia Industri, contoh sebagai penguat bahan komposit berbagai

produk, aplikasi pada pelapis permukaan (cat), serta tekstil berfungsi khusus.

Status : tahap uji coba produksi

Calon Mitra : CV. Nanotech Indonesia, PT. Catur Elang Perkasa.

Inkubasi : Uji Produksi, alpha dan betha test, mentoring.

Ai Nelly

Kantong Aspal Kantong aspal merupakan produk yang berfungsi sebagai kemasan aspal yang efektif.

Manfaat Produk : Selain sebagai kantong aspal juga sebagai bahan adiftif yang dapat meningkatkan

kualitas aspal.

Status : Sudah sesuai dengan properties produk benchmark, sedang dilakukan pengembangan untuk

aplikasi pada prototipe

Calon Mitra : PT. JAYA Trade, PT. PERTAMINA, Cilacap

Inkubasi : Mitra Investasi, Peralatan pendukung aplikasi produk, Uji Produksi, alpha dan beta test,

mentoring.

Eddy HP. Entum

Aloe Gel Liquid Extractor Merupakan mesin pembuat ekstrak daun Lidah Buaya (Aloe Vera)

Manfaat Produk : Sebagai alat produksi pangan yang ekonomis dengan proses industri berskala IKM

Status: sudah diaplikasikan, kurang beberapa modul dan penyempurnaan.

Calon Mitra: CV. Prima Indonesia, Bali

Inkubasi : Pembuatan peralatan pendukung, uji produksi, alpha dan betha test, mentoring.

Teguh D. Cahyanto