Upload
ferdiwiranda
View
166
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
PAPER
Citation preview
STRATEGI PENATAAN RUANG MELALUI PENGEMBANGAN KAWASAN
DANAU KHAYANGAN LEMBAH SARI DAN TAMAN HUTAN RAYA
KOTA PEKANBARU
Oleh :
Ferdi Wiranda
1107114131
Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Riau
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Propinsi Riau termasuk daerah yang menghasilkan pendapatan perkapita
yang cukup tinggi, yaitu sekitar 38 juta rupiah per tahunnya. Untuk mengimbangi
tingginya laju perekonomian masyarakat, maka dilakukanlah berbagai pembangunan.
Namun, dalam melakukan sebuah pembangunan harus memperhatikan peruntukan
ruang dari wilayah yang akan dibangun.
Khususnya untuk wilayah kota Pekanbaru, pembangunan harus disesuaikan
dengan rencana tata ruang wilayah kota Pekanbaru. Kota Pekanbaru sendiri memiliki
sebuah visi dalam penataan ruang yang telah ditargetkan pada tahun 2007 – 2026,
yaitu "Mewujudkan Struktur dan Pola Ruang Kota Metropolis Yang Harmonis dan
Dinamis Sebagai Kota Pusat Perdagangan dan Jasa, Kota Pendidikan Serta Pusat
Kebudayaan Melayu".
Untuk mendukung visinya tersebut, pemerintah kota Pekanbaru telah
menyusun berbagai strategi pembangunan yang tertuang dalam misi penataan ruang
kota Pekanbaru, yaitu:
1. Menciptakan struktur pelayanan yang merata kepada seluruh penduduk
Kota Pekanbaru melalui distribusi fasilitas dan prasarana sesuai dengan
arah dan skenario pengembangan kota, daya-dukung lingkungan dan
kondisi penduduk pada masing-masing kawasan. Meningkatkan penguatan
peran pemerintah sebagai regulator, dengan menyiapkan prosedur teknis
yang komprehensif, yang mampu dijadikan sebagai alat pengendali dalam
pemanfaatan lahan, dan memperkecil ruang gerak spekulan tanah dan
pelaku usaha yang mengatas-namakan mekanisme pasar sebagai faktor
penentu lokasi.
2. Mengembangkan sistem jaringan transportasi yang dapat mendukung
pengembangan sistem transportasi massal (mass rapid transit) untuk
menjamin kelancaran, keamanan dan kenyamanan pergerakkan penduduk.
3. Mengalokasikan ruang untuk pengembangan kegiatan perdagangan dan
jasa dengan kepadatan tinggi di kawasan pusat kota untuk mendukung
aktifitas perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan regional dan
internasional.
4. Mengalokasikan ruang usaha (spasial) untuk pengembangan kegiatan
perdagangan dan jasa bagi kelompok usaha kecil dan menengah.
5. Mendistribusikan fasilitas pendidikan secara merata pada semua wilayah
kota dengan tetap memperhatikan jumlah populasi penduduk dan
ketersediaan sarana dan prasarana transportasi.
6. Pengembangan kawasan Kota Lama (Senapelan) sebagai Pusat
Kebudayaan Melayu melalui rehabilitasi bangunan bersejarah dan
penataan kawasan permukiman yang mampu merefleksikan cikal bakal
wajah Kota Pekanbaru pada masa lampau.
7. Mengoptimalkan potensi ruang kota melalui pengembangan sektor
perkotaan yang mampu menciptakan kesejahteraan bagi seluruh penduduk
dalam lingkungan Kota yang sejuk, asri, hijau, dan indah, dengan
mempertahankan lahan-lahan yang telah ditetapkan sebagai kawasan
konservasi, dan meningkatkan penyediaan ruang terbuka hijau pada
seluruh bagian wilayah kota.
Diharapkan dengan pengalokasian ruang yang maksimal visi pembangunan
kota Pekanbaru dapat tercapai di tahun 2026.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah memaparkan Rencana Tata Ruang Kota
Pekanbaru dalam rangka mendukung mendukung visi penataan ruang Kota
Pekanbaru yang mempertimbangkan aspek konservasi lingkungan.
BAB II
Konsep Penataan Ruang
2.1 Penataan Ruang
Untuk menyusun dan melaksanakan program pembangunan ke depan yang
efektif dan efisien diperlukan strategi penataan ruang. Untuk selanjutnya diperlukan
juga strategi pembangunan yang tepat, guna mempercepat pembangunan pada daerah
yang sedang berkembang dalam mengejar ketinggalan. Salah satu strategi tersebut
adalah dengan menggunakan pendekatan kawasan melalui penataan ruang secara
benar.
Penataan ruang adalah suatu konsep pemikiran atau gagasan yang mencakup
penataan semua kegiatan beserta karakteristiknya berkaitan dengan ruang atau lokasi
dalam suatu wilayah kawasan. Untuk meningkatkan manfaat wilayah atau kawasan
yang maksimal diperlukan perhatian yang teliti terhadap perlindungan lingkungan,
efisiensi, sinergi dan keserasian pada potensi ekonomi di lingkungan tersebut. Ini
dapat diartikan bahwa pentingnya keterpaduan dalam perencanaan pembangunan
untuk mencapai peningkatan kesejahteraan yang maksimal.
Berdasarkan UU No. 24 / 1992 pengertian penataan ruang tidak hanya
berdimensi perencanaan pemanfaatan ruang saja, namun lebih dari itu termasuk
dimensi pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Mengingat
karakteristik penataan ruang terkait dengan ekosistem, maka upaya penataan ruang
harus didekati secara sistem tanpa dibatasi oleh batas-batas kewilayahan dan sektor.
Untuk itu dalam rangka penanganan konservasi ada 4 (empat) prinsip pokok penataan
ruang yang perlu dipertimbangkan yaitu :
a. Holistik dan terpadu
b. Keseimbangan kawasan hulu dan hilir
c. Keterpaduan penanganan secara lintas sektor dan lintas wilayah dengan
skala propinsi untuk keterpaduan lintas Kabupaten/Kota dan skala Pulau
untuk keterpaduan lintas propinsi
d. Pelibatan peran serta masyarakat mulai tahap perencanaan, pemanfaatan
dan pengendalian pemanfaatan ruang.
Penataan ruang dilakukan secara hirarkis mulai pada tingkat nasional, propinsi,
kabupaten/kota. Muatan dan kegunaan ketiga rencana tersebut secara umum adalah :
Pada tingkat nasional; dikenal Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(RTRWN) yang berupa arahan strategi dan kebijakan pemanfaatan ruang
negara dan memperlihatkan kawasan potensial, kawasan yang dilindungi,
sistem kota, sistem prasarana dan sistem transportasi.
Pada tingkat propinsi; disebut Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi
(RTRWP) yang berupa arahan kebijakan pemanfaatan ruang propinsi dan
meliputi arahan pengelolaan kawasan (kawasan lindung, budidaya, perdesaan,
perkotaan, dan kawasan tertentu); arahan pengembangan kawasan potensial,
arahan pengembangan sistem pusat permukiman perdesaan dan perkotaan,
sistem prasarana wilayah, kawasan prioritas serta arahan kebijakan tata guna
tanah, air, udara, dan sumber daya alam lainnya.
Pada tingkat kabupaten/kota; disebut Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota (RTRW Kabupaten/Kota) berupa strategi pelaksanaan
pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota yang memperlihatkan pengelolaan
kawasan-kawasan (lindung, budidaya, perdesaan, perkotaan, tertentu),
pengelolaan sistem (sistem kegiatan pembangunan, sistem permukiman
perdesaan dan perkotaan) dan pengelolaan sistem prasarana wilayah dan
transportasi serta penatagunaan tanah, air, udara dan sumberdaya alam
lainnya.
2.2 Penataan Ruang dalam Paradigma Baru
Dengan berlakunya UU Nomor 32 tahun 2004, pelaksanaan kegiatan penataan
ruang mengalami banyak perubahan. Penataan ruang dalam paradigm baru akan
dilaksanakan dengan lebih menitik beratkan kepada pendekatan bottom-up serta akan
melibatkan semua pelaku pembangunan (stakeholder).
Dalam proses perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian pemanfatan ruang
dilakukan secara transparan dan memberikan perhatian kepada kebutuhan (demand-
driven) untuk jangka pendek. Penataan ruang secara realistis memperhatikan tuntutan
dunia usaha dan masyarakat dengan memperhatikan terhadap kawasan yang lebih
detil untuk menjadi pedoman bagi investasi dan dilakukan untuk menjaga dan
meningkatkan mutu lingkungan (sustainable development) sambil mendorong dan
memfasilitasi pembangunan. Oleh karena itu tujuan dari penataan ruang pada saat ini
adalah pembangunan dan pengelolaan pembangunan yang nyata dan aplikatif dengan
melibatkan peran serta swasta dan masyarakat.
Dalam era otonomi saat ini, pola pendekatan penataan ruang telah berubah
dengan memandang masyarakat sebagai subyek peraturan dan keanekaragaman
perilaku. Pendekatan ini menuntut pemerintah berperan dalam menggali dan
mengembangkan visi secara bersama antara pemerintah dan kelompok masyarakat di
dalam merumuskan wajah ruang dimasa mendatang, standar kualitas ruang serta
aktivitas pada suatu kawasan yang direncanakan.
2.3 Penataan Ruang dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup
Sebagai modal dasar, sumber alam dari suatu wilayah harus dimanfaatkan
sepenuh-penuhnya bagi peningkatan kesejahteraan, tetapi dalam memanfaatkannya
tidak boleh menggunakan cara-cara yang merusaknya. Bahkan sebaliknya, cara-cara
yang digunakan harus dipilih yang dapat memelihara dan mengembangkannya agar
modal dasar tersebut semakin besar manfaatnya untuk pembangunan lebih lanjut di
masa datang.
Sumber-sumber alam merupakan bagian tak terpisahkan dari suatu ekosistem,
yaitu lingkungan tempat berlangsungnya hubungan timbal balik antara makhluk dan
faktor-faktor alam yang satu dan yang lainnya.
Lingkungan hidup sebagai media hubungan timbal balik makhluk hidup
dengan faktor-faktor alam terdiri dari bermacam-macam keadaan dan hubungan yang
secara bersama-sama mewujudkan suatu proses yang menjadikan suatu struktur dasar
ekosistem suatu kesatuan yang mantap.
Dalam melihat keterkaitan penataan ruang dalam pengelolaan lingkungan
hidup serta pembangunan yang berkelanjutan, maka diantara beberapa pengertian
yang penting untuk diketahui adalah tentang Wilayah yaitu satu kesatuan geografi
beserta segenap unsur yang terkait padanya, menurut batasan ruang lingkup
pengamatan tertentu apakah pendekatan perencanaan fungsional wilayah/ kawasan
ataupun batasan administratif daerah.
Tata ruang nasional yang berwawasan Nusantara dijadikan pedoman bagi
perencanaan pembangunan agar penataan lingkungan hidup dan pemanfaatan sumber
daya alam dapat dilakukan secara adil, tertib, efisien dan efektif.
Pada bagian lain ditegaskan bahwa : Dalam pembangunan berkelanjutan
berwawasan lingkungan dikembangkan pola tata ruang yang menyerasikan tata guna
lahan, air, serta sumberdaya alam lainnya dalam satu kesatuan tata lingkungan yang
harmonis dan dinamis serta ditunjang oleh pengelolaan kependudukan yang serasi.
Tata ruang perlu dikelola berdasarkan pola terpadu melalui pendekatan wilayah
dengan memperhatikan sifat lingkungan alam dan lingkungan sosial.
Sebagai suatu keadaan, tata ruang mempunyai ukuran kualitas yang bukan
menggambarkan mutu tata letak dan keterkaitan hirarkis baik antar kegiatan maupun
antara kegiatan dengan fungsi ruang semata, akan tetapi juga menggambarkan mutu
komponen penyusunan ruang. Mutu ruang itu sendiri ditentukan oleh terwujudnya
keserasian, keselarasan dan keseimbangan pemanfaatan ruang yang mengindahkan
faktor daya dukung lingkungan, lokasi, dan struktur.
Dalam mendayagunakan sumberdaya alam untuk memajukan kesejahteraan
umum seperti termuat dalam Undang-Undang Dasar 1945 (khususnya pasal 33) dan
untuk mencapai kebahagiaan hidup berdasarkan Pancasila perlu di usahakan
pelestarian kemampuan lingkungan hidup yang serasi dan seimbang untuk menunjang
pembangunan yang berkesinambungan, dilaksanakan dengan kebijaksanaan terpadu
dan menyeluruh serta memperhitungkan kebutuhan generasi sekarang dan
mendatang. Bahwa dalam rangka itu perlu upaya pengelolaan lingkungan hidup yaitu
upaya sadar dan berencana secara terpadu dalam pemanfaatan, penataan,
pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan, pengembangan sumberdaya
secara bijaksana untuk meningkatkan mutu hidup. Setiap kegiatan pada dasarnya
menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup sehingga sejak dini perlu
dipersiapkan langkah penanggulangan dampak negative dan mengembangkan
dampak positif.
Analisis mengenai dampak lingkungan diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan tentang pelaksanaan rencana kegiatan atau kegiatan yang telah ada yang
mempunyai dampak penting terhadap lingkungan hidup. Lingkungan hidup adalah
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makluk hidup, termasuk
didalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan peri
kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Dampak pentingnya berupa perubahan lingkungan yang sangat mendasar
yang diakibatkan oleh suatu kegiatan. Hal ini penting dilakukan mengingat
kemampuan lingkungan (daya dukung lingkungan) untuk mendukung peri kehidupan
manusia dan makhluk hidup lainnya perlu dikaji secara cermat, demi dapat tetap
terjaganya lingkungan hidup dan sumberdayanya secara berkelanjutan.
Suatu makhluk hidup, zat, energi atau komponen yang ada atau harus ada dan
atau unsur pencemar yang ditanggung adanya sebagai unsur lingkungan hidup
mempunyai batas atau kadar ambang (baku mutu lingkungan).
Baku mutu lingkungan menjadi tolok ukur seberapa jauh dampak negatif atau
pencemaran lingkungan sampai tingkat tertentu menyebabkan lingkungan menjadi
kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
BAB III
Strategi Tata Ruang Kota Pekanbaru
Berdasarkan visi dan misi penataan kota, maka disusunlah strategi penataan
ruang kota Pekanbaru. Strategi pengembangan tata ruang Kota Pekanbaru dapat
dijabarkan menjadi skenario pengembangan kota dan konsep struktur ruang kota.
3.1 Skenario pengembangan kota
Arah pengembangan Kota Pekanbaru direncanakan mengikuti skenario sebagai
berikut :
1. Mengembangkan Kawasan Pusat Kota (Kecamatan Pekanbaru Kota,
Kecamatan Senapelan, Kecamatan Sukajadi, Kecamatan Sail dan Kecamatan
Limapuluh) sebagai Kawasan Perdagangan dan Jasa dengan skala pelayanan
regional dan internasional dengan dominasi peruntukkan lahan untuk kegiatan
perdagangan dan jasa regional dan internasional, perumahan perkotaan (town
house dan apartemen), yang diintegrasikan dengan sistem jaringan
transportasi massal dan sistem jaringan transportasi regional melalui jalan tol,
akses ke Bandara dan Pelabuhan di Sungai Siak.
2. Mengembangkan kawasan permukiman perkotaan ke arah ke Selatan, Timur
dan Barat Kota (Kecamatan Tampan, Kecamatan Marpoyan Damai,
Kecamatan Bukit Raya, Kecamatan Tenayan Raya, dan Kecamatan Payung
Sekaki).
3. Mengembangkan koridor-koridor jalan utama untuk kegiatan perdagangan
dan jasa secara vertikal dengan memperhatikan peraturan zonasi (zoning
regulation) dan building code.
4. Mengembangkan Terminal Badar Raya Payung Sekaki sebagai Pusat
Pelayanan Transportasi Kota yang menjadi orientasi dan perpindahan antar
moda transportasi dengan didukung oleh akses ke sistem jaringan transportasi
regional, bandara, dan pelabuhan.
5. Mengembangkan Kawasan Pendidikan Tinggi di Kecamatan Tampan dan
Kecamatan Marpoyan Damai yang didukung oleh akses ke sistem jaringan
transportasi massal.
6. Mengembangkan Kawasan Industri dan Pergudangan di Kecamatan
Tenayan Raya yang didukung oleh akses ke sistem jaringan transportasi
massal dalam kota, jaringan transportasi regional, bandara dan pelabuhan,
serta didukung dengan pengembangan kawasan permukiman industri yang
dilengkapi dengan fasilitas dan jaringan utilitas yang memadai.
7. Mengembangkan kawasan sekitar Kompleks Caltex sebagai Jalur Hijau
(green belt) dengan tetap menjaga terbukanya akses ke kompleks dari
berbagai bagian kawasan kota.
8. Mempertahankan Danau Lembah Sari dan Kawasan Lindung Taman
Hutan Raya Sutan Syarif Kasim sebagai Kawasan Lindung dan menjadikan
kawasan sekitarnya sebagai daerah tangkapan air (catchment area).
Gambar. 1 Skenario Pengembangan kota Pekanbaru
3.2 Konsep Struktur Ruang Kota
Memperhatikan skenario pengembangan kota yang dikemukakan di atas,
konsep struktur ruang wilayah Kota Pekanbaru adalah sebagai berikut ;
1. Kawasan Pusat Kota sebagai Pusat Pengembangan Utama Kota dan
Pusat Kegiatan Nasional (PKN).
2. Terdapat beberapa Sub-Pusat Pengembangan yang disesuaikan dengan
kecenderungan perkembangan dan skenario pengembangan kota 20
tahun ke depan.
3. Pusat Pengembangan dan masing-masing Sub-Pusat Pengembangan
dikembangkan dengan penekanan pada fungsi tertentu yang secara
keseluruhan dapat menunjang Visi Tata Ruang Wilayah Kota
Pekanbaru 2026.
4. Antara Pusat Pengembangan dan Sub-sub Pusat Pengembangan
diintegrasikan oleh sistem jaringan transportasi yang memungkinkan
terjadinya pergerakkan orang dan barang secara efisien.
5. Sistem Jaringan Transportasi tidak hanya menjamin terjadinya
pergerakkan internal dalam kota, namun juga mendukung terjadinya
interaksi dengan wilayah sekitar.
Gambar 2. Konsep Struktur Ruang Kota Pekanbaru
BAB IV
Pembahasan
Salah satu skenario pengembangan kota Pekanbaru adalah mempertahankan
Danau Lembah Sari dan Kawasan Lindung Taman Hutan Raya Sutan Syarif Kasim
sebagai Kawasan Lindung dan menjadikan kawasan sekitarnya sebagai daerah
tangkapan air (catchment area).
Danau Bandar Khayangan Lembah Sari atau lebih dikenal dengan danau
buatan direncanakan untuk kedepannya oleh pemerintah kota Pekanbaru sebagai
salah satu objek wisata andalan kota Pekanbaru. Hal ini dilakukan karena masih
minimnya tempat wisata di kota Pekanbaru.
Pada awalnya danau buatan dibuat sebagai salah satu pusat saluran irigasi dan
berfungsi untuk mengairi berbagai lahan pertanian serta peternakan yang terdapat
dikota Pekanbaru. Namun, proses alam telah menjadikannya sebagai suatu kawasan
lindung yang asri. Sehingga danau buatan diganti namanya menjadi danau Bandar
khayangan lembah sari dan dijadikan sebagai kawasan wisata.
Namun pengembangan kawasan danau khayangan terhambat masalah dana
dan pembebasan lahan. Dan diharapkan dengan dilakukan perluasan dan
pengoptimalisasian kawasan danau buatan diharapkan dapat menjadi daerah
tangkapan air dan menjadi andalan pariwisata dan dapat menunjang perekonomian
masyarakat Pekanbaru.
Kegiatan pembangunan ini tentunya juga memerlukan peranan masyarakat
dalam menjaga lingkungan sekitar danau khayangan Lembah Sari dan mendukung
serta mengawasi proses pembangunan oleh pemerintah, demi terciptanya kawasan
wisata yang asri, mendukung ketersediaan lahan terbuka hijau, menyediakan lahan
serapan air dan memajukan perekonomian masyarakat kota Pekanbaru khususnya
kawasan sekitar danau khayangan.
Selain pengembangan wilayah danau lembah sari, rencana penataan ruang di
kota Pekanbaru juga akan mempertahankan keberadaan Taman Hutan Raya sebagai
daerah resapan air.
Taman Hutan Raya termasuk dalam wilayah administrasi Kota Pekanbaru
berada di Kecamatan Rumbai dengan luas areal sekitar 767,81 hektar. Taman Hutan
Raya memiliki fungsi secara ekologis yaitu sebagai suatu sistem penyangga
kehidupan, secara ekonomis sebagai sumber yang menghasilkan barang dan jasa, dan
secara sosial sebagai sumber penghidupan dan lapangan kerja terutama bagi
masyarakat sekitar Taman Hutan Raya.
Diharapkan dengan pemulihan fungsi taman hutan raya di Pekanbaru, dapat
dijadikan sebagai suatu kawasan wisata hutan lindung yang juga dapat menjadi lahan
serapan air.
Pemulihan fungi taman hutan raya ini tentunya tidak membutuhkan waktu
yang singkat. Karena pada faktanya, permasalahan yang membelit taman hutan raya
sangat kompleks. Mulai dari masalah batas hutan yang tidak sesuai dengan koordinat
aslinya, pengalih fungsian hutan menjadi perkebunan sawit dan perburuan liar gading
gajah yang menghuni hutan tersebut.
Untuk itu, pemerintah mengharapakan kerjasama dari masyarakat untuk bisa
bersama – sama mengembalikan fungsi taman hutan raya dan melakukan pengawasan
terhadap pembangunan hutan. Sehingga taman hutan raya bisa kembali menjadi
daerah resapan air dan menyediakan suplai oksigen yang cukup.
BAB V
Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan yaitu:
1. Pemerintah kota Pekanbaru telah menetapkan visi dan misi dalam penataan
ruang wilayah kota Pekanbaru yang dikelompokkan berdasarkan fungsi lahan
dan melakukan pengelolaan lingkungan oleh masyarakat agar terciptanya
lingkungan yang asri, indah dan nyaman.
2. Untuk menciptakan kota Pekanbaru yang memiliki kawasan wisata alam yang
asri, kota Pekanbaru akan melakukan pengembangan di daerah danau
khayangan dan taman hutan raya sebagai daerah resapan air dan memiliki
daya tarik wisata. Dan untuk mewujudkannya diharapkan partisipasi
masyarakat untuk membantu pembangunan dan melakukan pengawasan
terhadap kegiatan pengembangan yang dilakukan oleh pemerintah.
Daftar Pustaka
Anonymous. 2005. STRATEGI PERWUJUDAN RENCANA TATA RUANG
PULAU KALIMANTAN DALAM RANGKA MENUNJANG PELAKSANAAN
PROGRAM HEART OF BORNEO. Diakses melalui
http://www.penataanruang.net/taru/Makalah/051207-borneo.pdf. diakses pada
15 Desember 2012
Dony. 2010. Danau Bandar Khayangan Lembah Sari. Diakses melalui
http://jalan2.com/city/pekanbaru/danau-bandar-khayangan-lembah-sari/.
Diakses pada 14 Desember 2012
Sani, Erwan. 2012. Melihat Keberadaan Danau Buatan di Rumbai Pesisir: Mimpi
Jadi Taman Impian. Diakses melalui
http://id-id.facebook.com/notes/pekanbaru-bertuah/melihat-keberadaan-
danau-buatan-di-rumbai-pesisir-mimpi-jadi-taman-impian/
10150587181621340?comment_id=22199914. Diakses pada 14 Desember
2012
Vitria. 2008. RTRW Kota Pekanbaru (2). Diakses melalui
http://vitriana.blogspot.com/search?updated-min=2008-01-
01T00:00:00%2B07:00&updated-max=2009-01-
01T00:00:00%2B07:00&max-results=3 . Diakses pada 15 Desember 2012