Upload
others
View
23
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
i
STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF
DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK
PADA SISWA KELAS VIII A DI MTs N 1 BOYOLALI
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Disusun oleh :
MUHAMMAD SYAKRONI
111-13-011
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2017
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
Q.s AL BAQOROH AYAT 286
Artinya: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya”. (Q.S Al Baqoroh: 286).
Q.s AL INSYIROH AYAT 6
Artinya: “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”. ( Q.s Al
Insyiroh: 6).
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
1. Ibu dan Bapak saya, Ibu Siti Muslimah dan Bapak Nurhadi tercinta yang
senantiasa mencurahkan kasih sayang, mendidik dari kecil sampai sekarang,
dan do’a yang tak pernah putus serta nasihat-nasihatnya.
2. Saudara-saudara ku, (Mas Arif Agung Nugroho dan Dek Khamid Muslim),
terimakasih atas dukungan yang telah kalian berikan kepadaku.
3. Rekan-rekan saat PPL, KKL, dan KKN yang berjuang bersama dalam suka dan
duka untuk menyelesaikan tugas.
4. Rekan-rekan seperjuangan di kampus IAIN Salatiga.
5. Alamamaterku tercinta IAIN Salatiga.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam penulis sanjungkan
kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul:
“STRATEGI MENGEMBANGKAN RANAH AFEKTIF DALAM
PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK PADA SISWA KELAS VIIIA DI
MTS NEGERI 1 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2016/2017” dapat
terselesaikan.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari banyak bantuan yang
telah diberikan dari berbagai pihak, baik berupa mterial, maupun spiritual.
Selanjutnya penulis haturkan ucapan terimakasih dan penghargaan setinggi-
tingginya kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi S.Pd., M.Pd selaku ketua Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan (IAIN) Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Pd selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
(IAIN) Salatiga.
4. Ibu Dra. Siti Asdiqoh M. Si selaku dosen Pembimbing Skripsi yang
senantiasa memberikan bimbingan, motivasi dan arahan sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik.
ix
5. Untuk sahabat-sahabat saya yang bernama Nur arifin, Muhammad Mubin,
Muhammad Yanis, Shepta Adi Nugraha, rekan-rekan Rebonan Fc dan teman-
teman penulis yang lainnya, yang telah memberikan motivasi dan arahan
dalam mengerjakan skripsi ini. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu-persatu.
6. Para bapak-ibu guru dan para siswa kelas VIIIA di MTs Negeri 1 Boyolali,
yang telah memberikan semangat dan memberikan penulis kesempatan untuk
melakukan penelitian dengan baik.
Penulis menyadari dan mengakui bahwa penulisan skripsi ini masih jauh
dari kesempurnaan, semua itu dikarenakan keterbatasan, kemampuan dan
pengetahuan penulis. Sehingga masih banyak kekurangan yang perlu untuk
diperbaiki dalam skripsi ini.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
bagi pembaca pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat
diharapkan untuk perubahan skripsi ini.
Salatiga, 13 Juli 2017
Penulis
x
ABSTRAK
Muhammad Syakroni. 2017. Strategi Pengembangan Ranah Afektif Dalam
Pembelajaran Aqidah Akhlak Pada Siswa Kelas VIIIA di MTs Negeri
1 Boyolali Tahun Pelajaran 2016/2017. Jurusan Pendidikan Agama
Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga. Dosen Pembimbing Dra. Siti Asdiqoh, M.Si.
Kata Kunci: Strategi Pembelajaran, Ranah Afektif, Pembelajaran Aqidah
Akhlak.
Penelitian ini membahas tentang Strategi Pengembangan Ranah Afektif
Dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak Pada Siswa Kelas VIIIA di MTs Negeri 1
Boyolali Tahun Pelajaran 2016/2017. Fokus penelitian yang dikaji dalam
penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah strategi pengembangan ranah afektif
dalam pembelajaran aqidah akhlak pada siswa kelas VIIIA di MTs Negeri 1
Boyolali tahun pelajaran 2016/2017?, (2) Apakah faktor pendukung dan faktor
penghambat strategi pengembangan ranah afektif dalam pembelajaran aqidah
akhlak pada siswa kelas VIIIA di MTs Negeri 1 Boyolali tahun pelajaran
2016/2017?
Kehadiran peneliti dilapangan sangat penting mengingat skripsi ini adalah
kualitatif. Peneliti bertindak langsung sebagai instrumen langsung dan sebagai
pengumpul data dari hasil observasi yang mendalam serta terlibat aktif dalam
penelitian. Data yang berbentuk kata-kata diambil dari para informan atau
responden pada waktu mereka diwawancarai. Dengan kata lain data tersebut
berupa keterangan dari para informan, sedangkan data tambahan berupa dokumen.
Keseluruhan data tersebut selain diperoleh dari wawancara, juga didapatkan dari
observasi dan dokumentasi. Analisa data dilakukan dengan cara menelaah data
yang ada. Lalu mengadakan reduksi data, penyajian data, menarik kesimpulan dan
tahap akhir dari analisa data.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Madrasah Tsanawiyah Negeri
1 Boyolali pembelajarannya telah mengacu pada kurikulum 2013, madrasah juga
sudah menerapkan strategi pengembangan ranah afektif dalam pembelajaran
aqidah akhlak pada siswa antara lain: menerapkan salam sapa antara guru dengan
murid, pembiasaan tadarus yang dilakukan di kelas sebelum pembelajaran di
mulai, pembiasaan sholat dhuha setiap pagi, sholat berjamaah di masjid, guru
aqidah akhlak yang selalu menerapkan metode pembelajaran aktif di kelas VIIIA.
(2) Faktor pendukung dan faktor penghambat strategi pengembangan ranah afektif
dalam pembelajaran aqidah akhlak pada siswa kelas VIIIA yaitu dapat berasal dari
faktor siswa, faktor madrasah, faktor keluarga dan faktor lingkungan masyarakat.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI .............................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................... v
HALAMAN MOTTO ........................................................................................ vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ...........................................................................vii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vii
ABSTRAK .............................................................................................................xi
DAFTAR ISI ..........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL ...................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................xi
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................1
B. Fokus Penelitian ...................................................................................5
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................5
D. Manfaat Penelitian ................................................................................5
E. Penegasan Istilah ...................................................................................6
F. Metode Penelitian ..................................................................................9
G. Sistematika Penulisan Skripsi .............................................................16
BAB II. KAJIAN TEORI ......................................................................................19
A. Strategi Pengembangan Ranah Afektif dalam Pembelajaran Aqidah
Akhlak .................................................................................................19
xii
1. Hakikat Strategi Pembelajaran ......................................................19
2. Pengertian Srtategi Pembelajaran .................................................20
3. Komponen Strategi Pembelajaran .................................................21
4. Model-model Strategi Pembelajaran Afektif ................................23
5. Penerapan Strategi Pembelajaran ..................................................26
B. Ranah Afektif dalam Pembelajaran ....................................................28
1. Pengertian Ranah Afektif ..............................................................28
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi ...........31
3. Teori Bloom dalam Pembelajaran Afektif ....................................32
4. Tipe Karakteristik Afektif .............................................................33
C. Pembelajaran Aqidah Akhlak .............................................................37
1. Pengertian Aqidah Akhlak ............................................................37
2. Ruang Lingkup Pembelajaran Aqidah Akhlak .............................40
3. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Aqidah Akhlak ........................41
BAB III. PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN .............................44
A. Paparan Data .......................................................................................44
1. Sejarah Berdirinya MTs Negeri 1 Boyolali ..................................44
2. Letak Geografis .............................................................................44
3. Identitas Madrasah ........................................................................45
4. Sarana Prasarana MTs Negeri 1 Boyolali .....................................46
5. Visi, Misi dan Tujuan MTs Negeri 1 Boyolali .............................47
6. Daftar Nama Guru dan Karyawan MTs Negeri 1 Boyolali ..........49
7. Gambaran Informan ......................................................................53
xiii
B. Temuan Penelitian ...............................................................................55
1. Strategi Pengembangan Ranah afektif dalam Pembelajaran Aqidah
Akhlak Pada Siswa ........................................................................55
2. Faktor Pendukung Pengembangan Ranah Afektif dalam
Pembelajaran Aqidah Akhlak Pada Siswa ....................................60
3. Faktor Penghambat Pengembangan Ranah Afektif dalam
Pembelajaran Aqidah Akhlak Pada Siswa ....................................64
BAB IV. PEMBAHASAN ....................................................................................68
A. Strategi Pengembangan Ranah Afektif Dalam Pembelajaran Aqidah
Akhlak Pada Siwa Kelas VIIIA di MTs Negeri 1 Boyolali Tahun
Pelajaran 2016/2017 ............................................................................69
B. Faktor Pendukung Strategi Pengembangan Ranah Afektif Dalam
Pembelajaran Aqidah Akhlak Pada Siswa Kelas VIIIA di MTs Negeri
1 Boyolali Tahun Pelajaran 2016/2017 ...............................................74
C. Faktor Penghambat Strategi Pengembangan Ranah Afektif Dalam
Pembelajaran Aqidah Akhlak Pada Siswa Kelas VIIIA di MTs Negeri
1 Boyolali Tahun Pelajaran 2016/2017 ...............................................78
BAB V. PENUTUP ...............................................................................................83
A. Kesimpulan .........................................................................................84
B. Saran-saran ..........................................................................................87
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................88
LAMPIRAN-LAMPIRAN.
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Tabel Guru-guru MTs Negeri 1 Boyolali ...................................49
Tabel 2 : Tabel Staf Tata Usaha dan Karyawan MTs Negeri 1 Boyolali....52
Tabel 3 : Tabel Hasil Wawancara ..............................................................98
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lembar Konsultasi .......................................................................................122
2. Daftar Nilai SKK .........................................................................................124
3. Lembar Permohonan Izin Penelitian ............................................................128
4. Lembar Penunjukan Pembimbing ................................................................129
5. Lampiran 1 : Transkrip Wawancara I ...................................................98
6. Lampiran 2 : Transkrip Wawancara II ................................................101
7. Lampiran 3 : Transkrip Wawancara III ..............................................104
8. Lampiran 4 : Transkrip Wawancara IV ..............................................106
9. Lampiran 5 : Transkrip Wawancara V ...............................................110
10. Lampiran 6 : Foto Hasil Penelitian .....................................................113
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran di sekolah tampaknya lebih cenderung menekankan
pencapaian perubahan aspek kognitif (intelektual), yang dilaksanakan
melalui berbagai bentuk pendekatan, strategi dan model pembelajaran
tertentu. Pembelajaran yang secara khusus mengembangkan kemampuan
afektif tampaknya masih kurang mendapat perhatian. Kalaupun dilakukan
mungkin hanya dijadikan sebagai efek pengiring (nurturant effect) atau
menjadi hidden curriculum, yang disisipkan dalam kegiatan pembelajaran
yang utama yaitu pembelajaran kognitif atau pembelajaran psikomotorik.
(Antonius Trg : Harian Global dalam www.yahoo.com : 2016)
Khusus pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) harus
memperhatikan pengembangan menyeluruh aspek siswa, yaitu aspek
jasmani, akal dan rohani. Untuk pengembangan menyeluruh ini,
kurikulum harus berisi mata pelajaran yang banyak, sesuai dengan tujuan
pembinaan setiap aspek (Ahmad, 2004: 65).
Di dunia pendidikan siswa sebagai obyek yang dikembangkan oleh
seorang pendidik, bermula dari siswa yang belum mengetahui apa-apa lalu
dididik, dibimbing dan diarahkan oleh pendidik agar menjadi manusia
yang berkualitas baik.
2
Siswa-siswa di sekolah dididik dengan mengembangkan beberapa
ranah antara lain, dari ranah kognitif, ranah afektif dan ranah
psikomotorik. Apabila siswa memiliki kecerdasan dalam ranah kognitif
saja tanpa ranah afektif maka siswa tersebut tidak memiliki keseimbangan
karakter yang baik. Dalam ranah afektif seharusnya juga di kembangkan
supaya siswa memiliki kecerdasan yang seimbang dalam segala hal.
Di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Boyolali, dalam
pembelajarannya termasuk kategori yang sangat baik, akan tetapi guru-
guru masih ada kesulitan dalam hal mengembangkan ranah afektif pada
siswa. Hal ini di latar belakangi oleh kesadaran siswa yang kurang baik
dan belum dapat menyesuaikan pembelajaran yang diterapkan di sekolah
tersebut. Mudahnya siswa tergoda ataupun terbawa oleh arus
perkembangan pergaulan lingkungan, kurangnya motivasi, dan kurangnya
kasih sayang dari lingkungan keluarga yang membuat siswa di sekolah itu
ranah afektifnya kurang bagus, walaupun masih ada siswa yang ranah
afektifnya bagus.
Perlu dipahami bahwa pengembangan karakteristik afektif pada
anak didik memerlukan upaya secara sadar dan sistematis. Terjadinya
proses kegiatan belajaran dalam ranah afektif dapat diketahui dari tingkah
laku siswa yang menunjukkan adanya kesenangan belajar. Perasaan,
emosi, minat, sikap, dan apresiasi yang positif yang menimbulkan tingkah
laku yang konstruktif dalam diri pelajar.
3
Lemahnya pendidikan afektif di sekolah disebabkan oleh berbagai
faktor. Salah satu faktor penyebab tersebut adalah guru-guru merasa
kurang mantap dalam merumuskan tujuan afektif. Sebab yang lain, tujuan
afektif lebih sulit diukur daripada tujuan kognitif.
Faktor yang lainnya yaitu kebebasan yang tidak terkendali antara
lain berupa pergaulan yang melanggar norma agama banyak terjadi dalam
masyarakat. Demikian juga berbagai tindak kriminal, perjudian,
penggunaan obat terlarang, minuman keras dan narkotika. Kenyataan ini
membuat dunia pendidikan, khususnya sekolah tidak mempunyai pilihan
lain, kecuali menekankan pendidikan afektif, khususnya pendidikan nilai
dan sikap (Darmiyati, 2009:21).
Dari prespektif humanistik, pendidik seharusnya memperhatikan
pendidikan lebih responsif terhadap kebutuhan kasih sayang (affective)
siswa. Kebutuhan afektif ialah kebutuhan kasih sayang yang berhubungan
dengan emosi, perasaan, nilai sikap, predisposisi, dan moral (Sri,
2006:181). Apabila pendidik memenuhi kasih sayang terhadap siswanya
maka kebutuhan afektif akan terpenuhi dengan baik dan siswapun pada
saat menjalani proses pendidikan akan merasakan kenyamanan serta akan
mudah menerima pembelajaran dengan baik.
Keberhasilan pengembangan ranah kognitif tidak hanya akan
membuahkan kecakapan kognitif, tetapi juga menghasilkan kecakapan
ranah afektif. Peningkatan kecakapan afektif ini, antara lain, berupa
kesadaran beragama yang mantap ( Muhibbin, 2009:53). Kesadaran
4
beragama yang matang merupakan landasan bagi siswa untuk
menentukan arah kehidupan siswa kedepannya supaya lebih baik dan
siswa juga akan mempunyai keyakinan yang mantap untuk menentukan
jati dirinya.
Jadi, strategi pembelajaran yang di miliki oleh guru sangat
dibutuhkan untuk membentuk maupun mengembangkan ranah afektif pada
siswa. Dengan adanya strategi pembelajaran maka guru dengan mudah
untuk membentuk dan mengembangkan ranah afektif pada siswa dengan
baik, tentunya dapat membentuk generasi muda yang cerdas baik dalam
ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
Maka berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas
penulis ingin meneliti tentang “STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH
AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK PADA SISWA
KELAS VIII A DI MTS N 1 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN
2016/2017”.
5
B. FOKUS PENELITIAN
a. Bagaimanakah strategi pengembangan ranah afektif dalam
pembelajaran Aqidah Akhlak pada siswa kelas VIII A di MTs N 1
Boyolali tahun pelajaran 2016/2017?
b. Apakah faktor pendukung dan faktor penghambat strategi
pengembangan ranah afektif dalam pembelajaran Aqidah Akhlak pada
siswa kelas VIII A di MTs N 1 Boyolali tahun pelajaran 2016/2017?
C. TUJUAN PENELITIAN
a. Untuk mengetahui strategi pengembangan ranah afektif dalam
pembelajaran Aqidah Akhlak pada siswa kelas VIII A di MTs N 1
Boyolali tahun pelajaran 2016/2017.
b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat strategi
pengembangan ranah afektif dalam pembelajaran Aqidah Akhlak pada
siswa kelas VIII A di MTs N 1 Boyolali tahun pelajaran 2016/2017.
D. MANFAAT PENLITIAN
Manfaat ataupun kegunaan penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan
dan penambahan wawasan mengenai strategi pengembangan ranah
afektif dalam pembelajaran Aqidah Akhlak pada siswa.
6
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan dan
dapat memberikan informasi tentang pentingnya memberikan bantuan
kepada siswa untuk mengembangkan ranah afektif sehingga siswa
tersebut dapat menjadi siswa yang berkualitas di dalam kehidupannya.
E. PENEGASAN ISTILAH
1. Strategi Pembelajaran
Menurut pendapat Gerlach dan Ely, strategi pembelajaran
merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode
pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu, selanjutnya
dijelaskan bahwa strategi pembelajaran meliputi sifat, lingkup, dan
urutan kegiatan pembelajaran yang dapat membentuk pengalaman
belajar kepada peserta didik secara sistematis (Subur, 2015:16).
Menurut pendapat Hamalik, strategi pembelajaran adalah
keseluruhan metode dan prosedur yang menitikberatkan pada kegiatan
siswa dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut pendapat Borich, strategi pembelajaran adalah keseluruhan
prosedur yang sistematis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Istilah
strategi pembelajaran ini digunakan untuk menunjukkan siasat atau
kesluruhan aktivitas yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan
7
suasana belajar mengajar yang kondusif bagai tercapainya tujuan
pendidikan, khususnya tujuan pembelajaran.
Apabila dicermati, pengertian strategi pembelajaran diatas
mengarah pada pengertian model-model pengajaran. Titik tekan
strategi pembelajaran adalah pada operasionalnya (action), sedangkan
model menekankan pada pola (pattern). (Jamil, 2016:149-152)
2. Afektif
Menurut bahasa, afektif berarti segala sesuatu yang berkaitan
dengan perasaan, perasaan mempengaruhi keadaan penyakit. (JS.
Badudu, 2010:10). Sedangkan menurut istilah psikologi, afektif berarti
perasaan, keadaan jiwa dan emosi sutu objek atau perseorangan
sebagai pengaruh yang kuat pada dirinya. (Monty&Fedelis, 2003:67)
Tingkah laku afektif adalah tingkah laku yang menyangkut
keanekaragaman perasaan yang meliputi : takut, marah, sedih,
gembira, kecewa, senang, benci, was-was, dan sebagainya. Tingkah
laku seperti ini tidak terlepas dari pengaruh pengalaman belajar. Oleh
karenanya, ia juga dapat dianggap sebagai perwujudan perilaku
belajar. (Muhibbin, 2011:121)
Pendidikan afektif ini memiliki dua tujuan utama, yaitu
mengembangkan ketrampilan intrapribadi dan antarpribadi (Budiarjo,
2013:19). Pendidikan afektif tersebut harus di dampingi oleh pendidik
yang memiliki keahlian di dunia pendidikan supaya keterampilan yang
8
di miliki oleh seorang siswa itu sesuai dengan yang diharapkan, baik
dari ketrampilan intrapibadi maupun ketrampilan antarpribadi.
3. Aqidah Akhlak
Aqidah adalah ikatan dan perjanjian yang kokoh. Sedangkan
pengertian aqidah menurut Hasan Al Bana adalah beberapa perkara
yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan
ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak tercampur sedikitpun
dengan keragu-raguan (Deden, 2013: 86).
Akhlak berasal dari bahasa Arab “akhlaqun”, jamak dari (kholaqa,
yakhluqu, kholaqun). Yang secara etimologi berasal dari budi pekerti,
tabiat, perangai, adat kebiasaan, perilaku dan sopan santun. Sedangkan
menurut pendekatan terminologi yang diuraikan oleh Ibn Miskawaih,
akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran
lebih dahulu (Umiarso, 2010: 105-106).
Berdasarkan uraian diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa
pengertian aqidah akhlak adalah suatu ikatan atau perjanjian yang
kokoh yang terdapat di dalam hati manusia yang mendorong untuk
melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikirn
terlebih dahulu.
Jadi yang dimaksud judul penelitian ini adalah untuk mengetahui
strategi pengenbangan ranah afektif yang baik dalam pembelajaran
9
aqidah akhlak pada siswa kelas VIII A di MTs N 1 Boyolali tahun
pelajaran 2017.
F. METODE PENELITIAN
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kualitatif. Penelitian ini disebut juga dengan metode
penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi
yang alamiah (natural setting). Obyek yang alamiah adalah obyek
yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan
kehadirannya peneliti tidak begitu mempengaruhi dinamika pada
obyek tersebut. Dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah orang
atau human instrument, yaitu peneliti sendiri. (Sugiyono, 2015:14-15)
Pendekatan diskriptif adalah pendekatan penelitian yang berusaha
mendiskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada
saat sekarang. Tujuan dari penelitian ini adalah, untuk membuat
deskripsi, gambaran atau lukisan sistematis, faktual, akurat, mengenai
faktor-faktor, sifa-sifat serta hubungan antara fenomena yang
diselidiki.
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data,
dan sebagai instrument penelitian dalam upaya mengumpulkan data-
data di lapangan. Untuk memperoleh data yang valid yang dibutuhkan
10
dalam penelitian, maka peneliti hadir secara langsung dilokasi
peneliti.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini bertempat di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1
Boyolali yang beralamatkan di Jl. Kemuning No 32, Kelurahan
Banaran, Kecamatan Boyolali, Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa
Tengah.
4. Sumber Data
Dalam penelitian ini, sumber data dibedakan menjadi dua macam,
yaitu :
a. Data Primer
Adalah data yang diperoleh penulis secara mentah dari
sumber data dan masih memerlukan analisis lebih lanjut. Jenis data
primer dalam penelitian ini diperoleh secara langsung dari
informan yaitu dari kepala sekolah, waka kurikulum, guru mata
pelajaran aqidah akhlak dan siswa kelas VIIIA.
b. Data Sekunder
Data Sekunder yaitu data yang didapat dari sumber bacaan
dan berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat
pribadi dan dokumen resmi instansi. Peneliti menggunakan data
sekunder ini untuk memperkuat hasil temuan dan melengkapi
informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara dan
11
pengamatan. Adapun sumber data yang peneliti dapatkan yaitu
identitas sekolah, sejarah, data guru, karyawan dan siswa, data
sarana prasarana.
5. Teknik Pengumpulan Data
Yaitu membicarakan tentang bagaimana cara peneliti
mengumpulkan data. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
beberapa metode dalam mengumpulkan data, sebagai berikut :
a. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. (Sugiyono,
2015:317).
Penggunaan metode interview dalam penelitian ini untuk
mengetahui lebih jauh bagaimana pembelajaran di Madrasah
Tsanawiyah Negeri 1 Boyolali untuk mengembangkan ranah afektif.
Penelitian ini juga membahas tentang habituasi dalam pembelajaran
aqidah akhlak pada siswa kelas VIII A di MTs N 1 Boyolali dan
usaha-usaha yang dilakukan serta faktor pendukung dan penghambat
habituasi dalam pembelajaran aqidah akhlak pada siswa.
b. Observasi
Yaitu cara pengumpulan data melalui pengamatan dan penctatan
dengan sistematika tentang fenomena-fenomena yang diselidiki, baik
12
secara langsung maupun secara tidak langsung. Melalui observasi,
peneliti belajar tentang perilaku dan makna perilaku tersebut
(Arikunto, 2006:146)
Metode ini penulis lakukan dengan melakukan pengamatan
langsung untuk mengetahui habituasi pembelajaran guru dalam
melakukan kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan ranah
afektif dalam pembelajaran aqidah aqidah akhlak pada siswa kelas
VIII A di MTs N 1 Boyolali.
c. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang (Sugiyono, 2015:329). Metode ini
digunakan untuk melengkapi data tentang kondisi dan keadaan
obyek peneliti serta memberikan gambaran secara umum tentang
obyek penelitian tentang strategi pembelajaran guru dalam
mengembangkan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik dalam
pembelajaran aqidah akhlak pada siswa kelas VII A di MTs N 1
Boyolali.
6. Metode Analisis Data
Adapun dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan
adalah analisis deskriptif yang berupa kata-kata atau paragraf yang
dinyatakan dalam bentuk narasi yang bersifat deskriptif mengenai
peristiwa-peristiwa nyata yang terjadi dalam lokasi penelitian. Dalam
13
analisis data penelitian memberikan gambaran secara menyeluruh
tentang strategi pembelajaran guru dalam mengembangkan ranah
afektif dalam pembelajaran aqidah akhlak pada siswa kelas VIII A di
MTs N 1 Boyolali.
Adapun langkah-langkah teknik analisis deskripstif kualitatif
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Pengumpulan data kegiatan analisis data selama pengumpulan
data dimulai setelah peneliti memahami fenomena-fenomena
yang sedang diteliti dan setelah mengumpulkan data yang dapat
dianalisis.
b. Reduksi Data
Adalah kegiatan merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang pokok, memfokuskan pada
hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang
yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi
akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutmya, dan mencarinya bila diperlukan (Sugiyono,
2015:338). Penulis mereduksi data-data yang didapatnya dari
tempat penelitian untuk mendapatkan data-data yang lebih
jelas. Data-data itu seperti data primer maupun data sekunder.
c. Penyajian Data
14
Rakitan kalimat yang disusun secara logis dan sistematis atau
menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun yang
memberikan kemungkinan ketika dibaca akan mudah dipahami
tentang berbagai hal yang terjadi dan memungkinkan peneliti
untuk membuat analisis atau tindakan lain berdasarkan
pemahamannya tersebut.
d. Verifikasi
Penarikan kesimpulan yaitu suatu upaya untuk berusaha
mencari kesimpulan dari permasalahan yang diteliti, dari data
penelitian yang sudah dianalisis dapat diambil kesimpulan serta
menverifikasi data tersebut dengan cara menelusuri kembali
data yang telah diperoleh (Suprayoga, 2001:192-197). Penulis
melakukan penyimpulan dari permasalahan yang telah diteliti
di MTs Negeri 1 Boyolali dan kemudian memverifikasi data
dengan menelusuri kembali data yang telah diperoleh.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam penelitian ini peneliti berusaha memperoleh keabsahan
temuan. Teknik yang dipakai untuk menguji keabsahan temuan
tersebut yaitu triangulasi. Triangulasi yang digunakan peneliti
dalam penelitian ini antara lain :
a. Triangulasi Sumber Data
15
Triangulasi dengan sumber berarti untuk mendapatkan data
dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. Tria
ngulasi sumber data juga membandingkan data-data yang
diperoleh informan satu dengan informan yang lainnya dan
mengecek kebenaran dan kepercayaan suatu informasi
(Meleong, 2009 :330). Untuk mendapatkan informasi dari
informan yang terdiri dari kepala madrasah, waka kurikulum,
guru mata pelajaran aqidah akhlak dan siswa-siswi kelas
VIIIA guna mendapatkan data-data yang benar dan dapat
dipertanggung jawabkan.
b. Triangulasi Metode
Triangulasi metode dilakukan dengan cara mengecek
derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik
pengumpulan data dan pengecekan derajat kepercayaan
beberapa sumber data dan metode yang sama (Meleong,
2009:331). Penulis menggunakan triangulasi metode ini untuk
mengecek temuan hasil penelitian di MTs Negeri 1 Boyolali
dengan menyesuaikan beberapa sumber data, baik dari data
primer maupun sekunder yang telah didapatkannya.
8. Tahap-tahap Penelitian
a. Tahap pra-lapangan
Dalam tahap ini, yang dilakukan peneliti adalah menyusun
rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus
16
perizinan, memilih dan memanfaatkan informan, serta
menyiapkan perlengkapan penelitian.
b. Tahap pekerjaan lapangan
Peneliti melakukan penelitian secara langsung di lokasi
penelitian dan melihat secara seksama, lebih detail berbagai hal
yang berkaitan dengan penelitian.
c. Tahap analisis data
Dalam hal ini peneliti mengatur, mengurutkan,
mengelompokkan, memberi kode, dan mengategorikan data yang
sudah diperoleh.
G. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan dihadirkan untuk mempermudah pemahaman
dalam mencerna masalah yang akan dibahas, maka memperoleh gambaran
komprehensif dalam penelitian. Secara garis besarnya, sistematika penulisan
skripsi ini adalah sebagai berikut :
Pada bagian pertama halaman sampul, halaman judul, halaman pengajuaan
skripsi, halaman pengesahan, halaman kata pengantar, abstrak, halaman
daftar isi, halaman tabel.
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan ini berisi latar belakang masalah, fokus
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah,
metode penelitian (mencakup : jenis penelitian, kehadiran peneliti,
17
lokasi penelitian, sumber data, metode pengumpulan data, analisis
data, pengecekan keabsahan, dan tahap-tahap penelitian), dan
sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN TEORI
Membahas teori yang berkaitan dengan tema penelitian. Yaitu
pengertian strategi pembelajaran, komponen strategi pembelajaran,
model strategi pembelajaran, penerapan strategi pembelajaran,
pengertian pembelajaran ranah afektif, faktor yang mempengaruhi
perkembangan emosional, tipe karakteristik afektif, pengertian
pembelajaran aqidah akhlak dan ruang lingkup pembelajaran
aqidah akhlak serta fungsi dan tujuan pembelajaran aqidah akhlak.
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Meliputi paparan data sekolahan yaitu gambaran umum : sejarah
berdirinya MTs N 1 Boyolali, identitas sekolah, visi misi sekolah,
data guru, dan karyawan sekolah. Biodata informan : kepala
sekolah, guru mata pelajaran umum, dan guru mata pelajaran
aqidah akhlak. Temuan peneliti yaitu : strategi mengembangkan
ranah afektif dalam pembelajaran aqidah akhlak pada siswa dan
faktor-faktor yang mendukung dan menghambat strategi
mengembangkan ranah afektif dalam pembelajaran aqidah akhlak
pada siswa.
18
BAB IV PEMBAHASAN
Berisi hasil penelitian dan pembahasan tentang : strategi
mengembangkan ranah afektif dalam pembelajaran aqidah akhlak
pada siswa, faktor-faktor pendukung dan penghambat strategi
mengembangkan ranah afektif dalam pembelajaran aqidah pada
siswa.
BAB V PENUTUP
Meliputi kesimpulan dan saran.
19
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Strategi Mengembangkan Ranah Afektif dalam Pembelajaran Aqidah
Akhlak.
1. Hakikat Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran yang dipilih oleh guru selayaknya didasari
pada berbagai pertimbangan sesuai dengan situasi, kondisi, dan
lingkungan yang akan dihadapinya. Pemilihan strategi pembelajaran
umumnya bertolak dari :
a. Rumusan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
b. Analisis kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihasilkan.
c. Jenis materi pembelajaran yang akan dikomunikasikan.
Ketiga elemen yang dimaksud, selanjutnya disesuaikan dengan
media pembelajaran atau sumber belajar yang tersedia dan mungkin
digunakan (Hamzah, 2015:4). Elemen-elemen tersebut sangat penting
dalam proses pembelajaran, karena akan menentukan hasil baik buruknya
pembelajaran yang sudah di lakukan oleh guru di sekolahan.
Berdasarkan hakikat tersebut maka strategi pembelajaran harus
bertumpu pada ketiga pilar diatas kemudian menyesuaikannya dengan
sumber belajar yang mungkin digunakannya pada saat proses
pembelajaran.
20
2. Pengertian Strategi Pembelajaran
Menurut pendapat Gerlach dan Ely, strategi pembelajaran
merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode
pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu, selanjutnya
dijelaskan bahwa strategi pembelajaran meliputi sifat, lingkup, dan urutan
kegiatan pembelajaran yang dapat membentuk pengalaman belajar kepada
peserta didik secara sistematis (Subur, 2015:16).
Menurut pendapat Gulo, menyatakan bahwa strategi pembelajaran
merupakan rencana dan cara-cara membawakan pengajaran agar segala
prinsip dasar dapat terlaksana dan segala tujuan pengajaran dapat dicapai
secara efektif (Jamil, 2016:148).
Menurut pendapat Dick dan Carey, menjelaskan bahwa strategi
pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dan
prosedur atau tahapan kegiatan yang digunakan oleh guru dalam rangka
membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu. (Hamzah,
2015:5)
Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa strategi pembelajaran adalah merupakan cara-cara yang
akan dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan
materi pembelajaran, sehingga akan memudahkan peserta didik mencapai
tujuan uang dikuasai diakhir kegiatan belajar.
21
3. Komponen Strategi Pembelajaran
Menurut pendapat Walter Dick dan Carrey, menyebutkan bahwa
terdapat 5 komponen strategi pembelajaran, yaitu :
a. Kegiatan Pembelajaran Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan sebagai bagian dari sutau sistem
pembelajaran secara keseluruhan memegang peranan penting. Pada
bagian ini guru diharapkan dapat menarik minat peserta didik atas
materi pelajaran yang akan disampaikan. Kegiatan pendahuluan yang
disampaikan dengan menarik akan dapat meningkatkan motivasi
belajar peserta didik.
b. Penyampaian Informasi
Penyampaian informasi adalah salah satu komponen dari strategi
pembelajaran, tanpa adanya kegiatan pendahuluan yang menarik atau
dapat memotivasi peserta didik dalam belajar, maka kegiatan
penyampaian informasi ini menjadi tidak berarti. Guru yang
menyampaikan informasi dengan baik, tetapi tidak melakukan
pendahuluan dengan mulus akan menghadapi kendala dalam kegiatan
pembelajaran selanjutnya. Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh
guru pada saat menyampaikan informasi kepada peserta didik adalah
urutan penyampaian, ruang lingkup dan jenis materi.
c. Partisipasi Peserta Didik
22
Berdasarkan prinsip student centered maka peserta didik
merupakan pusat dari suatu kegiatan belajar. Dalam masyarakat
dikenal istilah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) yang diterjemahkan
dari SAL (Student Active Learning) yang maknanya adalah bahwa
proses pembelajaran akan lebih berhasil apaila peserta didik secara
aktif melakukan latihan-latihan secara langsungdan relevan dengan
tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan.
d. Tes
Serangkaian tes umum yang digunakan oleh guru untuk
mengetahui apakah pengetahuan, sikap dan ketrampilan telah benar-
benar dimiliki oleh peserta didik atau belum. Pelaksanaan tes
dilakukan di akhir kegiatan pembelajaran setelah peserta didik melalui
berbagai proses pembelajaran, yaitu dari penjelasan tentang tujuan
awal kegiatan pembelajaran, penyampaian informasi berupa materi
pelajaran, pelaksanaan tes juga dilakukan setelah pesrta didik
melakukan latihan atau praktik.
e. Kegiatan Lanjutan
Kegiatan lanjutan yang dikenal juga dengan follow up dari suatu
hasil kegiatan yang telah dilaksanakannya (Hamzah, 2015 : 21-26).
Berdasarkan uraian diatas maka dalam strategi pembelajaran harus
memuat 5 (lima) komponen tersebut, supaya tujuan pembelajaran
sesuai yang diharapkan oleh tujuan pendidikan nasional khususnya
sesuai harapan seorang pengajar.
23
4. Model-model Strategi Pembelajaran Afektif
Belajar afektif berbeda dengan belajar intelektual dan
keterampilan, karena segi afektif sangat bersifat subjektif, lebih mudah
berubah, dan tidak ada materi khusus yang harus dipelajari. Ada
beberapa model strategi pembelajaran afektif yang populer dan banyak
digunakan, antara lain :
a. Model Konsiderasi
Penggunaan model konsiderasi (consideration model) siswa
didorong untuk lebih peduli, lebih memperhatikan orang lain sehingga
mereka dapat bergaul, bekerja sama dan hidup secara harmonis
dengan orang lain. Langkah-langkah pembelajaran konsiderasi :
1) Menghadapkan siswa pada situasi yang mengandung konsiderasi.
2) Meminta siswa menganalisis situasi untuk menemukan isyarat-
isyarat yang tersembunyi berkenaaan dengan perasaan, kebutuhan
dan kepentinganorang lain.
3) Siswa menuliskan responnya masing-masing.
4) Siswa menganilisis respon siswa lain.
5) Mengajak siswa melihat konsekuensi dari tiap tindakannya.
6) Meminta siswa untuk menentukan pilihannya sendiri.
24
Pengggunaan model ini sangat bagus untuk membentuk sikap
siswa supaya lebih baik, dengan menggunakan model konsiderasi ini
siswa dapat mempunyai sikap yang peduli akan sesama, lebih
menghargai orang lain dan tentunya dapat menjalin hubungan dengan
orang lain lebih baik serta dapat membentuk kerja sama dengan siswa
lainnya.
b. Model Pembentukan Rasional
Model pembentukan rasional (rational building model)
bertujuan untuk mengembangkan kematangan pemikiran tentang nilai-
nilai. Langkah-langkah pembelajaran rasional :
1) Mengidentifikasi situasi dimana ada ketidakserasian atau
penyimpangan tindakan.
2) Menghimpun informasi tambahan.
3) Menganalisis situasi dengan berpegang pada norma, prinsip atau
ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam masyarakat.
4) Mencari alternatif tindakan dengan memikirkan akibat-akibatnya.
5) Mengambil keputusan dengan berpegang pada prinsip atau
ketentuan-ketentuan legal masyarakat.
Penggunaan model ini bertujuan untuk membentuk pola berfikir
anak dengan matang yang dilandasi dengan nilai-nilai. Supaya siswa
dapat mengambilan keputusan yang tepat dengan mengadalkan
pertimbangan-pertimbangan yang lebih matang terlebih dahulu.
c. Klarifikasi nilai
25
Klarifikasi nilai (value clarification model) merupakan
pendekatan mengajar dengan menggunakan pertanyaan atau proses
menilai (valuing process) dan membantu siswa menguasai
keterampilan menilai dalam bidang kehidupan yang kaya nilai. Model
ini bertujuan agar para siswa menyadari nilai-nilai yang mereka
miliki, memunculkan dan merefleksikannya, sehingga para siswa
memiliki keterampilan proses menilai.
Langkah-langkah pembelajaran klarifikasi nilai :
1) Pemilihan, siswa mengadakan pemilihan tindakan secara bebas,
dari sejumlah alternatif tindakan mempertimbangkan kebaikan dan
akibat-akibatnya.
2) Menghargai pemilihan, siswa menghargai pilihannya serta
memperkuat, mempertegas pilihannya.
3) Berbuat, siswa melakukan perbuatan yang berkaitan dengan
pilihannya, mengulanginnya pada hal lain.
Model ini harus ditanamkan oleh pendidik kepada diri siswa,
karena model ini dapat membantu siswa untuk menyadari akan nilai-
nilai yang ada pada diri siswa tersebut. Dengan adanya kesadaran nilai
yang ada pada dirinya itu, siswa dapat mengetahui keterampilan yang
sesuai dengan bidangnya. Apabila siswa sudah dapat mengenalinya
maka siswa dapat lebih mempertegas keterampilannya guna
kehidupan kedepannya.
d. Model Non Direktif
26
Penggunaan model ini bertujuan untuk membantu siswa
mengaktualisasikan dirinya. Langkah-langkah pembelajaran
nondirektif :
1) Menciptakan situasi yang permisif melalui ekspresi bebas.
2) Pengungkapan, siswa mengungkapkan perasaan, pemikiran dan
masalah-masalah yang dihadapinya, guru menerima dan
memberikan klarifikasi.
3) Pengembangan pemahaman (insight), siswa mendiskusikan
masalah-masalah, guru memberikan dorongan.
4) Perencanaan dan penentuan keputusan, siswa merencanakan dan
menentukan keputusan, guru memberikan klarifikasi.
5) Integrasi, siswa memperoleh pemahaman lebih luas dan
membanggakan kegiatan-kegiatan positif, guru membantu
mengembangkan (Nana, 2011:192-194). Model ini mengacu
kepada pengaktualisasian diri siswa supaya siswa dapat
mempunyai pemahaman yang lebih luas. Dengan model ini siswa
juga dapat memberikan perencanaan dan keputusan yang lebih
baik.
Model-model strategi pembelajaran diatas harus diterapkan kepada
setiap siswa, supaya siswa memiliki sikap afektif yang baik dan tentunya
memiliki jiwa kepribadian yang peduli serta dapat memahami nilai-nilai
yang ada didiri masing-masing siswa tersebut.
5. Penerapan Strategi Pembelajaran
27
Keberhasilan guru menerapkan suatu strategi pembelajaran sangat
tergantung dari kemampuan guru menganalisis kondisi pembelajaran yang
ada, seperti tujuan pembelajaran, karakteristik siswa, kendala sumber
belajar, dan karakteristik bidang studi. Hasil analisis terhadap kondisi
pembelajaran tersebut dapat dijadikan pijakan dasar dalam menentukan
strategi pembelajaran yang akan digunakan.
a. Tujuan Pembelajaran
Menurut taksonomi Bloom, secara teoritis tujuan pembelajaran
dibagi menjadi tiga kategori, yaitu : tujuan pembelajaran ranah
kognitif, tujuan pembelajaran ranah afektif, dan tujuan pembelajaran
ranah psikomotorik.
b. Karakteristik Siswa
Karakteristik siswa berhubungan dengan aspek-aspek yang melekat
pada diri siswa, seperti motivasi, bakat, minat, kemapuan awal, gaya
belajar, kepribadian, dan sebagainya.
Karakteristik siswa yang amat kompleks tersebut harus juga
dijadikan pijakan dasar dalam menentukan strategi pembelajaran yang
akan digunakan. Tanpa mempertimbangkan karakteristik tersebut,
maka penerapan strategi pembelajaran tertentu tidak dapat mencapai
hasil belajar secara maksimal.
c. Karakteristik/Struktur Bidang Studi
Struktur bidang studi terkait dengan hubungan-hubungan di antara
bagian-bagian suatu bidang studi. (Made, 2011: 14-16)
28
Guru harus mempunyai kemampuan yang baik guna mengetahui dan
dapat menganalisis suatu kondisi pembelajaran. Dengan kemampuan yang di
miliki oleh guru tersebut maka proses penerapan strategi pembelajaran dapat
berjalan dengan baik serta akan menghasilkan proses hasil belajar yang sesuai
harapkan.
B. Ranah Afektif dalam Pembelajaran
1. Pengertian Ranah Afektif
Tingkah laku afektif adalah tingkah laku yang menyangkut
keaneragaman perasaan seperti : takut, marah, sedih, gembira, kecewa,
senang, benci, was-was dan sebagainya. Tingkah laku sperti ini tidak
terlepas dari pengaruh pengalaman belajar. Oleh karenanya, ia juga
dianggap sebagai perwujudan perilaku belajar. (Muhibbin, 2011:121)
Afektif menyangkut berbagai proses mental yang melibatkan
antara lain : emosi, perasaan (feeling), suasana hati (mood) dan
temperamen. Afektif terkait dengan hal-hal yang emosional sifatnya
namun tidak termasuk yang bersifat volisional (volition) atau keinginan-
keinginan tertentu. Aspek utama emosi adalah pengalaman subyektif
terkait dengan perubahan-perubahan fisiologis serta perilaku.
Emosi meliputi perasaan seperti sedih, gembira, dan takut
merupakan hasil pengelaman subyektif individu. Emosi tumbuh dan
berkembang sejak usia dini dan kelak akan merupakan salah satu landasan
kepribadian seseorang yang juga memliki fungsi adaptif demi
29
mempertahankan dan meningkatkan kesejahteraan hidup (Monty,
2003:67-68).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan
bahwa afektif adalah suatu tingkah laku yang menyangkut mengenai
perasaan, emosi, suasana hati yang berupa rasa sedih, gembira, senang,
takut, cemas dan lain sebagainnya.
Emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari
dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu
tingkah laku yang tampak. Emosi yaitu warna afektif yang kuat dan
ditandai oleh perubahan-perubahan fisik. Perubahan-perubahan fisik
tersebut antara lain berupa :
a. Reaksi elektris pada kulit meningkat apabila terpesona.
b. Peredaran darah bertambah cepat bila marah.
c. Denyut jantung bertambah cepat bila terkejut.
d. Pernapasan bernapas panjang bila kecewa.
e. Pupil mata besar bila marah.
f. Liur mengering bila merasakan takut atau tegang.
g. Bulu roma berdiri bila takut.
h. Ketegangan dan ketakutan menyebabkan otot menegang atau bergetar
(tremor)
i. Komposisi darah akan ikut berubah karena emosional yang
menyebabkan kelenjar-kelenjar lebih aktif (Sunarto, 2013:150).
30
Semua orang mempunyai sifat emosi dan emosi tersebut dapat terjadi
kapan saja. Apabila seseorang emosi maka dapat dilihat akan terjadi
beberapa perubahan yang terdapat pada dirinya, perubahan tersebut sesuai
dengan pernyataan diatas.
Menurut pendapat James C. Coleman, mengemukakan beberapa cara
untuk memelihara emosi yang konstrukstif, antara lain :
a. Bangkitkan rasa humor, yang dimaksud rasa humor di sini adalah rasa
senang, rasa gembira, rasa optimisme.
b. Peliharalah selalu emosi-emosi yang positif, jauhkan emosi yang
negatif.
c. Berorientasi pada kenyataan. Kehidupan individu memiliki titik tolak
dan sasaran yang akan dicapai.
d. Kurangi dan hilangkan emosi yang negatif
Memelihara amarah dan emosi sudah dijelaskan juga di dalam Q.s Ali Imron ayat
134 yang berbunyi:
Artinya: “Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan
memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang
berbuat kebajikan.( Qs. Ali Imron:134). (Nana, 2011:86-87).
31
Pernyataan diatas adalah cara untuk memelihara emosi supaya emosi
yang terjadi pada diri seseorang itu tidak bersifat yang negatif. Dengan
terpeliharanya emosi seseorang maka emosi itu akan bersifat positif dan
tidak akan mengganggu kepribadian orng tersebut serta tidak mengganggu
lingkungan sekitarnya.
Munculnya emosional dapat merubah kondisi fisik seseorang,
terkadang perubahan fisik yang dikarenakan oleh timbulnya emosi tersebut
terlihat kuang baik. Supaya emosi yang muncul itu terlihat baik pada
perubahan fisik maka seseorang harus pandai mememlihara emosinya
tersebut dengan membangkitkan rasa humor, selalu memelihara emosi
yang positif dan mengurangi emosi yang bersifat negatif.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi
Perkembangan emosi anak bergantung pada faktor kematangan dan
faktor belajar. Perkembangan intelektual menghasil kemampuan untuk
memahami makna yang sebelumnya tidak dimengerti, memperhatikan satu
rangsangan dalam jangka waktu yang lebih lama, dan menimbulkan emosi
terarah pada satu objek. Kegiatan belajar turut menunjang perkembangan
emosi. Metode belajar yang menunjang perkembangan emosi, antara lain
adalah :
a. Belajar dengan coba-coba
b. Belajar dengan cara meniru
c. Belajar dengan cara mempersamakan diri (learning by
identifycation).
32
d. Belajar melalui pengkondisian
e. Pelatihan atau belajar di bawah bimbingan dan pengawasan,
terbatas pada aspek reaksi (Sunarto, 2013:156-158).
Perkembangan emosi yang terdapat pada diri seorang anak itu
tergantung kematangan sikap belajar anak tersebut. Faktor kematangan
intelektual juga dapat berpengaruh pada emosi anak yang mengarah ke
segi positif. Seperti halnya seorang anak yang belum dapat memahami
makna sesuatu hal tetapi dengan kematangan intelektualnya itu, anak
tersebut dapat memahamin dengan baik sehingga emosi anak dapat terarah
pada suatu titik yang baik.
3. Teori Bloom Pada Pembelajaran Afektif
a. Penerimaan (Receiving)
Mengacu kepada kemampuan memperhatikan memberikan terhadap
stimulus yang tepat. Penerimaan merupakan tingkat hasil belajar terendah
dalam domain afektif.
b. Responsive (Responding)
Kemampuan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan selalu
termotivasi untuk segera bereaksi dan mengambil tindakan atas suatu
kejadian.
c. Nilai yang dianut (Value)
Mengacu pada nilai atau pentingnya kita menterikatkan diri pada objek
atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima , menolak,
33
atau tidak menghiraukan.tujuan-tujuan tersebut dapat diklarifikasi menjadi
sikap dan opresiasi .
d. Organisasi (Oraganization)
Mengacu kepada penyatuan nilai, sikap-sikap yang berbeda yang
membuat lebih konsisten dapat menimbulkan konflik-konflik internal dan
membentuk suatu sistem nilai internal, mencakup tingkah laku yang
tercermin dalam suatu filsafat hidup.
e. Karakterisasi (Characterization)
Mengacu kepada karakter dan daya hidup seseorang. Nilai-nilai sangat
berkembang teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan
lebih mudah diperkirakan. (Purwa, 2016:249
4. Tipe Karakteristik Afektif
a. Nilai
Menurut Spranger, nilai diartikan sebagai suatu tatanan yang
dijadikan panduan oleh individu untuk menimbang dan memilih
alternatif keputusan dalam situasi sosial tertentu. Dalam prespektif
Spranger, kepribadia manusia terbentuk dan berakar pada tatanan nilai-
nilai dan kesejarahan. Nilai merupakan sesuatu yang memungkinkan
individu atau kelompok sosial membuat keputusan mengenai apa yang
dibutuhkan atau sebagai sesuatu yang ingin dicapai.
b. Moral
Moral berasal dari kata latin mores yang artinya tata cara dalam
kehidupan, adat istiadat, atau kebiasaan. Moral pada dasarnya
34
merupakan rangkaian nilai tentang berbagai macam perilaku yang harus
dipatuhi. Moral merupakan kaidah norma dan pranata yang mengatur
perilaku individu dalam hubungannya dengan kelompok sosial dan
masyarakat. Moralitas merupakan aspek kepribadian yang sdiperlukan
seseorang dalam kaitannya dengan kehidupan sosial secara harmonis,
adil dan seimbang. Perilaku moral diperlukan demi terwujudnya
kehidupan yang damai penuh keteraturan, ketertiban, dan keharmonisan
(Ali, 2006 : 134)
Menurut pendapat Michel ada lima perubahan dasar dalam moral
yang harus dilakukan oleh remaja , antara lain :
1. Pandangan moral individu makin lama makin menjadi lebih
abstrak.
2. Keyakinan moral lebih terpusat pada apa yang benar dan kurang
pada apa yang salah.
3. Penilaian moral menjadi semakin kognitif.
4. Penilaian moral menjadi kurang egosentris.
5. Penilaian moral secara psikologis menjadi lebih mahal (Sunarto,
2013:171).
Kelima dasar moral tersebut harus dipenuhi oleh remaja supaya
dalam perubahan moralnya dapat bersifat positif. Dalam perubahan
moral tersebut juga harus dilakukan dengan berhati-hati dan
diperlukan keyakinan serta pemahaman yang matang supaya remaja
tidak salah dalam memahami sesuatu yang sedang dihadapinya.
35
Menurut pendapat John Dewey tahap perkembangan moral dibagi
menjadi tiga yaitu :
1. Tahap Pramoral
Ditandai bahwa anak belum menyadari keterikatannya pada aturan.
2. Tahap Konvensional
Ditandai dengan berkembangnya kesadaran akan ketaatan pada
kekuasaan.
3. Tahap Otonom
Ditandai dengan berkembangnya keterikatan pada aturan yang
didasarkan pada resiprositas.
c. Sikap
Menurut pendapat Fishbein, sikap adalah predisposisi emosional
yang dipelajari untuk merespon secara konsisten terhadap suatu objek.
Sikap merupakan variabel laten yang mendasari, mengarahkan, dan
mempengaruhi perilaku. Sikap dapat diekspresikan dalam bentuk kata-kata
atau tindakan yang merupakan respon reaksi dari sikapnya terhadap objek,
baik berupa orang, peristiwa atau situasi (Ali, 2006 : 136-141).
Karakteristik afektif harus memuat tiga nilai tersebut, karena ketiga aspek
tersebut sangatlah penting untuk perkembangan afektif siswa. Ketiga
aspek itu sangat berkaitan dan saling berkesinambungan, apabila ketiga
aspek tersebut tidak terpenuhi maka perkembangan segi afektif kurang
baik atau jauh dari harapan tujuan yang ingin dicapai oleh seorang guru di
sekolahan.
36
Adapun upaya untuk mengembangkan nilai, moral dan sikap
remaja serta implikasinya dalam penyelenggaraan pendidikan :
a. Menciptakan komunikasi.
Komunikasi didahului dengan pemberian informasi tentang nilai-
nilai dan moral. Anak tidak pasif mendengarkan dari orang dewasa
bagaimana seseorang harus bertingkah laku sesuai dengan norma dan
nilai-nilai moral, tetapi anak harus dirangsang supaya lebih aktif.
Remaja juga harus diberi kesempatan berpartisipasi untuk
mengembangkan aspek moralnya.
b. Menciptakan iklim lingkungan yang serasi.
Lingkungan merupakan faktor yang cukup luas dan sangat
bervariasi, maka tampaknya yang perlu diperhatikan adalah lingkungan
sosial terdekat yang terutama terdiri dari mereka yang berfungsi sebagai
pendidik dan pembina yaitu orang tua dan guru.
Harus diperhatikan juga bahwa satu lingkungan yang lebih
banyak bersifat mengajak, mengundang, atau memberi kesempatan
akan lebih efektif daripada lingkungan yang ditandai dengan larangan-
larangan dan peraturan yang serba membatasi (Sunarto, 2013:178-180).
Untuk mengembangkan tiga aspek tersebut yang dilakukan oleh
seorang guru adalah menciptakan komunikasi yang baik kepada siswa,
supaya setiap pembelajaran yang disampaikan oleh guru mudah tertangkap
37
oleh pemahaman siswa. Setelah siswa dapat memahamin materi yang
disampaikan oleh guru maka siswa tersebut akan mengolah pembelajaran
atau materi tersebut dengan baik dan akan terbentuknya kecerdesan
kognitif, afektif serta kecerdasan psikomotorik yang baik.
Selain itu guru harus menciptakan lingkungan pembelajaran yang
kondusif saat proses pembelajaran berlangsung. Supaya situasi dan kondisi
di kelas dapat nyaman saat guru menyampaikan materi dan menerapkan
strategi pembelajarannya. Lingungan sosial terdekat bagi siswa juga harus
diperjatikan, karena itu adalah faktor terbesar dalam penunjang
pembentukan sikap siswa kedepannya. Lingkungan sosisal yang positif
pasti akan mempengeruhi kecerdasan afektif yang sangat bagus dan
pribadi siswa akan terbentuk dengan baik sesuai tujuan yang di harapkan
oleh orang tua maupun guru di sekolah.
C. Pembelajaran Aqidah Akhlak
1. Pengertian Aqidah Akhlak
Menurut bahasa aqidah adalah ikatan dan perjanjian yang kokoh.
sedangkan pengertian aqidah menurut Hasan Al Bana adalah beberapa
perkara yang wajib diyakini kebenerannya oleh hati, mendatangkan
ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak tercampur sedikitpun
dengan keragu-raguan. (Deden, 2013:86)
Menurut Abu Bakar Al-Jazairi, aqidah adalah sejumlah kebenaran
yang dapat diterima secara mudah oleh manusia berdasarkan akal,
wahyu, dan fitrah (Deden, 2013: 86). Berdasarkan pendapat para tokoh
38
diatas, dapat disimpulkan bahwa aqidah yang benar yaitu aqidah yang
dapat dipahami oleh akal sehat dan diterima oleh hati karena sesuai
dengan fitrah manusia.
Akhlak berasal dari bahasa Arab “akhlaqun”, jamak dari (kholaqa,
yakhluqu, kholaqun). Yang secara etimologi berasal dari budi pekerti,
tabiat, perangai, adat kebiasaan, perilaku dan sopan santun. Sedangkan
menurut pendekatan terminologi yang diuraikan oleh Ibn Miskawaih,
akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran
lebih dahulu. Menurut Imam Al-Ghazali, akhlak adalah suatu sikap
yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai perbuatan
dengan mudah dan gampang, tanpa perlu kepada pikiran dan
pertimbangan (Umiarso, 2010: 105-106). Berdasarkan pendapat para
tokoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian akhlak yang
dijabarkan oleh kedua tokoh itu saling melengkapi, yaitu sifat yang
tentram kuat dalam jiwa yang nampak dalam perbuatan lahiriah yang
dilakukan dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran lagi dan sudah
menjadi kebiasaan.
Peneliti dapat menyimpulkan bahwa pengertian aqidah akhlak
adalah suatu ikatan atau perjanjian yang kokoh di dalam hati manusia
yang dapat mendorong manusia untuk melakuka perbuatan-perbuatan
tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu.
39
Pembelajaran aqidah akhlak merupakan uapaya pendidik untuk
membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar sesuai dengan
ajaran agama Islam agar mereka hidup layak, bahagia sejahtera dunia
dan akhirat. Pembelajaran bermakna sebagai upaya untuk
membelajarkan seseorang atau kelompok melalui berbagai upaya
(effort) dan berbagai strategi, metode, dan pendekatan ke arah
pencapaian tujuan yang telah direncanakan (Abdul, 2012: 109).
Pengajaran akhlak adalah salah satu bagian dari pengajaran agama.
Akhlak merupakan aspek sikap hidup atau kepribadian manusia, dalam
arti bagaimana sistem atau norma mengatur hubungan manusia dengan
Allah, hubungan manusia dengan manusia yang menjadi kepribadian
sesorang itu sendiri.
Pengajaran akhlak membentuk batin sesorang. Pembentukan ini
dapat dilakukan dengan memberikan pengertian buruk baik dan
kepentingannya dalam kehidupan, memberikan ukuran menilai buruk
dan baik itu, melatih dan membiasakan berbuat, mendorong dan
memberi sugesti agar mau dan senang berbuat. Pengajaran akhlak
membicaraan nilai sesuatu perbuatan menurut agama, membicarakan
sifat-sifat terpuji dan tercela menurut agama, membicarakan berbagai
hal yang langsung ikut memmpengaruhi pembentukan sifat-sifat itu
pada diri sesorang secara umum. Secara umum agama Islam telah
memperlihatkan contoh dan teladan yang baik dalam pelaksanaan
40
akhlak itu, terutama tingkah laku dan perbuatan rosul Allah pembawa
ajaran tentang tingkah laku (Zakiah, 2001 :71).
Islam banyak membimbing umat manusia dengan berbagai amalan,
dari amalan hati seperti aqidah, hingga amalan seperti ibadah. Namun
semua amalan itu sesungguhnya merupakan sarana pembentuk akhlak
atau tingkah laku manusia yang beriman. Dengan kata lain, seluruh
sasaran utama dari seluruh perintah Allah di dunia ini adalah dalam
rangka membentuk akhlak manusia beriman agar dapat bertutur kata,
berfikir, dan berperilaku yang Islami. Al-Qur’an dan Al-Hadits sebagai
pedoman hidup umat Islam, menjelaskan kriteria baik dan buruknya
suatu perbuatan. Al-Qur’an sebagai dasar menjelaskan tentang
kebaikan Rasulullah SAW sebagai teladan bagi seluruh umat manusia.
Allah berfirman dalam surat Al-Ahzab ayat 21 :
Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak
menyebut Allah”(Departemen Agama RI, 2006:420).
2. Ruang Lingkup Pembelajaran Aqidah Akhlak
41
Adapun ruang lingkup pembelajaran aqidah akhlak di madrasah
tsanawiyah meliputi :
a. Aspek akidah terdiri atas tujuan aqidah Islam, sifat-sifat Allah, al-
asma’ al-husna, iman kepada Allah, Kitab-kitab Allah, Rasul-Rasul
Allah, hari akhir dan qada’dan qadar.
b. Aspek akhlak terpuji yang terdiri atas ber-tauhid, ikhlas, ta’at,
khauf, taubat, tawakal, ikhtiar, sabar, syukur, qanaah, tawadhu’,
khusnudzhon, tasamuh, dan ta’awun, berilmu, kreatif, produktif,
dan pergaulan remaja.
c. Aspek akhlak tercela meliputi kufur, syirik, riya’, nifaq, amaniah,
putus asa, ghadlab, tamak, hasad, dendam, ghibah, fitnah dan
namimah (Yanuhar, 2007 : 17-18)
Ruang lingkup aqidah akhlak diatas menunjukkan bahwa siswa
harus dapat menguasainya dengan baik, apabila semua aspek tersebut
dapat dikuasai dengan baik oleh siswa maka kepribadian siswa akan
terbentuk dengan baik sesuai dengan tuntunan ajaran aqidah akhlak
Islam.
3. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Aqidah Akhlak
Adapun fungsi dari pembelajaran aqidah akhlak antara lain :
a. Mendorong agar siswa meyakini dan mencintai aqidah Islam.
b. Mendorong siswa untuk benar-benar yakin dan taqwa kepada
Allah.
42
c. Mendorong siswa untuk mensyukuri nikmat Allah. Seperti yang
dijelaskan di dalam Qs. Ibrahim: 7.
Artinya: dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan;
“sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah
(nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka
Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. Departemen Agama RI,
2006: 370).
d. Menumbuhkan pembentukan kebiasaan berakhlak mulia dan
beradat kebiasaan baik (Zakiyah, 2001:72)
Beberapa fungsi diatas diharapkan dapat berguna untuk
pembentukan kepribadian siswa agar menjadi pribadi yang sesuai
dengan ajaran aqidah Islam dan nantinya akan mendapat kebahagian
baik di dunia maupun di akhirat.
Tujuan dari pembelajaran aqidah akhlak dalam pembentukan
kepribadian siswa yaitu untuk :
a. Menumbuhkan pembentukan kebiasaan berakhlak mulia dan
beradat kebiasaan yang baik.
43
b. Memantapkan rasa keagamaan pada siswa, membiasakan diri
berpegang pada akhlak mulia dan membenci yang rendah.
c. Membiasakan siswa bersikap rela, optimis, percaya diri,
menguasai emosi, tahan menderita dan sabar.
d. Membimbing siswa kearah sikap yang sehat yang dapat membantu
mereka berinteraksi sosial yang baik, mencintai kebaikan untuk
orang lain, suka menolong, sayang kepada yang lemah dan
menghargai orang lain.
e. Membiasakan siswa bersopan santun dalam berbicara dan bergaul
baik di sekolah maupun di luar sekolah.
f. Selalu tekun beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah dan
bermuamalah yang baik (Chabib, 2004:135).
Dapat disimpulkan bahwa dari tujuan pembelajaran aqidah akhlak
diatas yaitu untuk menciptakan siswa yang berakhlak mulia yang
mempunyai landasan aqidah yang kokoh di dalam hati tersebut. Dan
dikemudian hari siswa yang beranjak dewasa diharapkan dapat selalu
menjadi manusia yang berkualitas sesuai ajaran agama Islam.
44
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Paparan Data
1. Sejarah Berdirinya MTs Negeri 1 Boyolali
Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Boyolali merupakan sekolah yang
sudah cukup tua resmi berdiri pada tannggal 11 November 1979 yang
beralamat di Jalan Kemuning 32 Boyolali, Jawa Tengah kode pos 57313
dan nomer telepon (0276) 321643 dan pertama kali dikepalai oleh Bapak
Hsofjan. Pada waktu pertama kali di buka yaitu dalam penerimaan siswa
baru tahun pelajaran dengan jumlah hanya lokal 3 kelas dengan jumlah
siswa 30 siswa.
Kemudian setelah beberapa tahun dengan banyaknya dan letaknya
yang sangat strategis yaitu dekat dengan jalan raya yang mudah dijangkau
dengan kendaraan umum, sehingga setiap tahun dilakukan pembangunan
untuk menambah ruang kelas.
2. Letak Geografis
Letak geografis MTs Negeri 1 Boyolali sangat strategis karena
dekat dengan jalan raya tepatnya di Jalan Kemuning 32 Boyolali,
bangunan yang kokoh telah di renovasi dari tahun ke tahun membuat
tampilan gedung MTs Negeri 1 Boyolali menjadi semakin bagus dan
indah di pandang.
45
Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Boyolali merupakan sekolah yang
melestarikan alam dan lingkungan, hal tersebut dibuktikan dengan
banyaknya tumbuh-tumbuhan dan pepohonan di sekitar lingkungan MTs
Negeri 1 Boyolali.
3. Identitas Madrasah
a. Nama Madrasah : MTs Negeri 1 Boyolali
b. Alamat Madrasah
Jalan : Kemuning 32
Kalurahan : Banaran
Kecamatan : Boyolali
Kabupaten : Boyolali
Kode Pos : 57313
c. Status Madrasah : Negeri
d. Didirikan : Tahun 1978
e. Ijin Operasional : Tahun 1980
f. Waktu Belajar : Pagi
g. Jumlah Jam Pelajaran/Minggu
Kelas VII : 46 Jam
Kelas VIII : 46 Jam
Kelas IX : 46 Jam
h. Kepala Madrasah
Nama : Drs. H. Mushonif, M.Pd
NIP : 19571227198031003
46
Alamat Rumah : Mranggen, Demak
i. Kepala Tata Usaha
Nama : Suwandi
NIP : 195712271983031003
Alamat Rumah : Jl. Garuda, Banaran, Boyolali
4. Sarana Prasarana Yang Dimiliki
a. Luas Tanah : 8.082 m2
b. Luas Bangunan : 6.601 m2
c. Jumlah RJB : 28 Lokal
d. Ruang Kepala Madrasah : 1 Unit
e. Ruang Kantor/TU : 1 Unit
f. Ruang Guru : 1 Unit
g. Masjid : 1 Unit
h. Lapangan Olahraga : 1 Unit
i. Ruang Perpustakaan : 1 Lokal
j. Ruang BP : 2 Lokal
k. Ruang UKS : 1 Lokal
l. Aula : Tidak Ada
m. Lab. IPA : 1 Unit
n. Lab. Bahasa : 1 Lokal
o. Ruang Kesenian : Tidak Ada
p. Ruang Ketrampilan : 1 Lokal
47
q. Lab. TIK : 2 Ruang
5. Visi, Misi dan Tujuan Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Boyolali
a. Visi MTs Negeri 1 Boyolali
Mencetak siswa terdidik, terampil, cerdas dan berbudaya atas dasar
iman dan taqwa.
b. Misi MTs Negeri 1 Boyolali
1) Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama Islam dan
berbudaya bangsa sehungga menjadi sumber kearifan dalam berkreasi
dan bertindak.
2) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif dan efisien,
sehingga setiap peserta didik dapat berkembang secara optimal.
3) Menumbuhkan semangat belajar kepada segenap warga madrasah.
4) Mendorong dan membantu kepada peserta didik untuk mengenal bakat
dan potensi dirinya, sehingga dapat dikembangkan secara optimal.
5) Menerapkan managemen partisipatif dengan melibatkan seluruh warga
Madrasah dan Komite Madrasah.
6) Mengusahakan dan mengembangkan sarana prasarana dan tenaga skill
sebagai pendukung dan penunjang pelajaran keterampilan.
c. Tujuan MTs Negeri 1 Boyolali
1) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah
SWT.
48
2) Meningkatkan kegiatan-kegiatan keagamaan dan mengupayakan
pelaksanaan dalam kehidupan sehari-hari.
3) Mengembangkan sikap perilaku positif dalam kehidupan sehari-hari.
4) Meningkatkan nilai akademis baik semester mamupun ujian akhir.
5) Mengembangkan kemampuan berbahasa Arab dan bahasa Inggris.
6. Daftar Nama-nama Guru dan Karyawan MTs Negeri 1 Boyolali
Tabel Guru
49
NO NAMA GURU Tabel
Ruang/Gol
Ijazah/Jurusan
1. Hapsoro Purnomo, S. Pd IV/b S1 PAI
2. Dra. Eni Sulistiyani IV/a S1 PKN
3. Dra. Tatik Haryanti IV/a S1 Ekonomi
4. Wafirotun, S. PdI IV/a S1 PAI
5. Supriyono, S. PdI IV/a S1 PAI
6. Dra. Dyah Purwati IV/a S1 PAI
7. Dahlan Muttaqin, S. Pd IV/a S1 B. Indonesia
8. Dra. Rusdiana IV/a S1 B.Inggris
9. Drs. Ahmadi IV/a S1 Matematika
10. Drs. Safarudin IV/a S1 Ilmu Sosial
11. Dra. Herta Nurhayati, M. Pd IV/a S2 B.Indonesia
12. Sri Suharni, S. Pd IV/a S1 B.Inggris
13. Heri Padmono, S. Pd IV/a S1 Matematika
14. Sri Wahyuni, S. PdI IV/a S1 PAI
15. Nur Aida, S. Ag IV/a S1 B.Inggris
16. Sarifah Erni Listiyani, S. Pd IV/a S1 IPA
17. Siti Zubaidah, S. Ag IV/a S1 B.Arab
18. Mustofa, SE IV/a S1 Ilmu Sosial
19. Masjhudi, S. PdI IV/a S1 PAI
20. Siti Aminah, S. PdI IV/a S1 PAI
21. Mahmudah, S. Pd IV/a S1 PKN
22. Tri Yuniati, S. Pd IV/a S1 PAI
23. Dra. Hj. Mutiah Hayati IV/a S1 PAI
50
24. Ruminah, S. Pd IV/a S1 Matematika
25. Thoha, S. PdI IV/a S1 PAI
26. Marsono, S. Pd Fis IV/a S1 Fisika
27. Drs. Rahmad Sadiman IV/a S1 Kimia
28. Wagiman, S. Pd IV/a S1 Matematika
29. Sugiyanti, S. Pd IV/a S1 B. Inggris
30. Andi Witarto, S. Pd IV/a S1 B.Inggris
31. Sayidatul Wadhiyah, S. Pd IV/a S1 Ilmu Sosial
32. Sutari, S. Pd IV/a S1 B.Indonesia
33. Dra. Darmi Sasanti III/d S1 Ilmu Sosial
34. Sri Suwanti, S. Pd III/d S1 B. Indonesia
35. Sri Martini, S. Pd III/d S1 Psikologi
36. Abdul Latif, S. Ag III/d S1 B.Arab
37. Sutami, S. Si III/d S1 Fisika
38. Endah Noviyana Dewi, S. Pd III/d S1 Ilmu Sosial
39. Eko Slamet Haryanto, M. Or IV/a S2 Pendidikan OR
40. Rosyid Eko Priyono, M. Pd IV/a S2 Matematika
41. Sri Wuryani, S. Pd III/d S1 Psikologi
42. Atik Baroroh, S. Ag III/c S1 PAI
43. Wachidah Indriyani, S. Ag III/c S1 PAI
44. Taufik Hidayat, S. Ag III/c S1 PAI
45. Idha Purwaningsih III/b S1 B. Indonesia
46. Suyamti, S. Pd III/b S1 Matematika
47. Dyah Inayati Munawaroh,
S.Si
III/b S1 Matematika
51
48. Heru Santoso, S.Pd III/b S1 B. Indonesia
49. Joko Prihantoro, S.Pd III/b S1 Fisika
50. Khanif Muslim, A. Md III/a D3 Matematika
51. Suwarjo, S. Si III/a S1 TIK
52. Lusi Sulistiowati, S.Pd III/b S1 IPA
53. Galuh Ambarwati, S.Pd III/a S1 Psikologi
54. Darmastuti, S.Psi III/a S1 Psikologi
55. Lilis Tri Setyaningsih III/a S1 Kesenian
56. Muh Cholik Abidin, S.PdI III/a S1 PAI
57. Adi Wirasta, S.Sn III/a S1 Kesenian
58. Ina Tri Winursiti, S.Pd III/a S1 B. Asing
59. Wiwik Sukaningsih, S.Pd III/a S1 Psikologi
60. Muhammad Anshori, S. Ag III/a S1 B. Arab
61. Ichwan Budi Prasetyo, S. Pd III/a S1 Kesenian
62. Azys Syaiful Anwar, S. Pd III/a S1 B. Inggris
63. Tri Widayanik, S.Pd III/a S1 B. Inggris
64. Arini Taswiyati, S.Pd III/a S1 Kesenian
65. Irawati Wakhidah, S.PdI III/a S1 PAI
66. Rofiq Tri Oktafianto, SE III/a S1 Ilmu Sosial
67. Wahyu Purwantiningsih, S.Pd III/a S1 Kesenian
68. Nur Rochmah, SE III/a S1 Ilmu Sosial
69. Muhammad Yanuar, A. Md III/a D3 TIK
70. Tri Wiyati, S. Pd III/a S1 B. Indonesia
71. Oviana Dyah Puspitasari, S.
Pd
S1 B. Indonesia
52
7. Daftar Staf Tata Usaha dan Karyawan MTs Negeri 1 Boyolali
Tabel Staf Tata Usaha dan Karyawan
NO STAF TATA USAHA KARYAWAN
1. Suwandi Purwanto
2. Sumarno Aswanto
3. Wiwik Hartati Mahmudah Samadi
4. Muhammad Thoha Rahmat Haryanto
5. Mubasir Suyatno
6. Dinda Citrawati
72. Fida Kusumawardani
Jariyaturrohmah, S. Pd
S1 B. Inggris
73. Arif Pranoto, S. Pd S1 Pendidikan OR
74. Mubasir II/b S1 PAI
75. Sulistiawan, S. Fil III/b S1 Filsafat
76. Suwandi S1 TU
77. Drs. H. Mushonif, M. Pd IV/b S2 Manageman Pendidikan
53
8. Gambaran Informan
Hasil catatan lapangan yang dilakukan selama pengumpulan data,
peneliti memaparkan biodata masing-masing informan.
1). Informan yang pertama yaitu kepala madrasah tsanawiyah negeri 1
Boyolali yang bernama bapak Drs. H. Mushonif, M.Pd, beliau lahir di
Kediri pada tanggal 27 Desember 1957. Beliau sekarang bertempat
tinggal di Bandung Rejo, Mranggen, kabupaten Demak. NIP beliau yaitu
195712271983031003, dengan pangkat/golongan pembina tingkat 1 IVb.
Riwayat pendidikan beliau yang pertama yaitu SD Kediri kemudian
melanjutkan ke PGA Kediri, setelah itu beliau melanjutkan belajarnya S1
di perguruan tinggi IAIN Walisongo kemudian S2 di UNNES.
2). Informan yang kedua yaitu guru mata pelajaran aqidah akhlak yang
bernama bapak Amir Fadhil S.Pd.I. Beliau lahir di Boyolali tanggal 26
Desember 1963. Sekarang beliau bertempat tinggal di Sepet, Manggis,
Mojosongo, kabupaten Boyolali. Nama ayah beliau adalah bapak
Juwandi dan ibunya adalah ibu Siti Latifah, beliau mempunyai 2 saudara.
Riwayat pendidikan beliau yaitu Madrasah Ibtidaiyah Kopen, Teras
Boyolali kemudian melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah
Muhammadiyah Janti, kabupaten Klaten, setelah itu beliau melanjutkan
pendidikannya ke Madrasah Aliyah Negeri 1 Boyolali. Perguruan tinggi
beliau yaitu S1 di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
54
3). Informan yang ketiga yaitu waka kurikulum yang bernama ibu Sri
Wahyuni S.Pd. Beliau lahir di Boyolali pada tanggal 19 Novermber
1969, sekarang bertempat tinggal di Bendosari, Doplang, Teras,
kabupaten Boyolali. Nama ayah beliau adalah bapak Sarwan dan ibunya
bernama ibu Inem, beliau mempunyai saudara yang berjumlah 10
saudara. Riwayat pendidikan beliau yaitu dari SD Karanggeneng
kemudian melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Boyolali,
setelah itu beliau melanjutkan pendidikannya di SMA Bhineka Karya
Boyolali. Perguruan tinggi beliau yaitu S1 di UNS.
4). Informan yang ke empat yaitu siswa yang bernama Widiyono Prasetiyo.
Widiyono adalah salah satu siswa kelas VIIIA yang penulis wawancarai.
Dia lahir di Boyolali tanggal 07 Desember 2001, sekarang siswa tersebut
bertempat tinggal di Sumur, Sukabumi, kecamatan Cepogo, kabupaten
Boyolali. Riwayat pendidikan Widiyono yaitu Madrasah Ibtidaiyah
Sukabumi kemudian melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah Negeri 1
Boyolali yang sekarang dia sebagai siswa di kelas VIIIA.
5). Informan yang ke lima adalah siswi kelas VIIIA yang bernama Oktavia
Wida Yanti. Dia lahir di Sumedang tanggal 29 Oktober 2002, sekarang
Oktavia bertempat tinggal di dusun Koplak, Tegalsari, kecamatan
Siswodipuran, kabupaten Boyolali. Riwayat pendidikan Oktavia yaitu
Madrasah Ibtidiyah Cibeusi kemudian melanjutkan sekolah menengah
pertama di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Boyolali yang sekarang
termasuk salah satu siswa di kelas VIIIA.
55
A. Temuan Penelitian
1. Strategi Pengembangan Ranah Afektif Dalam Pembelajaran Aqidah
Akhlak pada Siswa.
Strategi mengembangkan ranah afektif dalam pembelajaran aqidah
akhlak kepada siswa adalah merupakan cara-cara yang dipilih untuk
menyampaikan metode pembelajaran dan mengembangkan ranah afektif pada
siswa dalam lingkungan pembelajaran aqidah akhlak. Pendidik harus tepat
dalam menggunakan strategi untuk mengembangkan ranah afektif dalam
pembelajaran aqidah akhlak pada siswa. Penggunaan strategi yang tepat
berguna supaya menghasilkan atau menciptakan peserta didik yang
berkualitas di dalam diri siswa tersebut. Sebagai contoh di Madrasah
Tsnawiyah Negeri 1 Boyolali sudah menerapkan strategi untuk
mengembangkan ranah afektif siswa yang sesuai dengan pembelajaran aqidah
akhlak. Salah satu strateginya yaitu MTs Negeri 1 Boyolali telah menerapkan
kurikulum 2013 guna mengembangkan ranah afektif siswa. Seperti halnya
yang telah diungkapkan oleh kepala madrasah yaitu MF:
“Pada saat ini di madrasah sedang menggunakan kurikulum
kurtilas, dan pembelajaran aqidah akhlak ini merasuk ke arah afektif ya.
Saya sebagai kepala madrasah disini melihat bahwa ranah afektif siswa
yang sekolah disini sudah baik, kenapa dapat dikatakan demikian mas?
Karena disini adalah sekolah menengah pertama yang berbasis agama
Islam, dan ditunjang dengan penerapan kurtilas itu. Selain itu mata
pelajaran agama Islamnya lebih komplit daripada sekolah menengah
pertama yang umum. Apalagi ada pembelajaran aqidah akhlak untuk
mendukung ranah afektif siswa untuk lebih baik lagi. Walaupun dikatakan
lebih baik dari sekolah menengah pertama yang umum tetapi masih ada
jenjang kelas yang belum menguasai ranah afektifnya dengan baik yang
sesuai dengan pembelajaran aqidah akhlak. Dapat dikatakan di kelas
56
VII,VIII dan IX pasti ada siswa yang belum dapat menguasai ranah
afektifnya dengan baik.”(MF, 16 Mei 2017/10:15 wib).
Strategi pengembangan ranah afektif yang telah diterapkan oleh pihak
madrasah itu sudah termasuk dalam kategori baik, karena sudah banyak
siswa-siswa yang telah menunjukkan sikap afektifnya di sekolahan. Akan
tetapi berbeda di kelas VIIIA yang siswa-siswinya sebagian besar belum
dapat menunjukkan sikap afektifnya. Hal ini senada dengan ungkapan guru
mata pelajaran aqidah akhlak yaitu bapak AF:
“Ya menurut saya itu pembelajaran aqidah akhlak di madrasah ini
cukup baik, akan tetapi di kelas VIIIA itu anak-anaknya belum terlalu
ingin mengetahui aqidah akhlak, kalau tentang materinya aqidah sendiri
anak-anak itu hafal tetapi kurang memahaminya lebih dalam gitu, apalagi
untuk kebutuhan ranah afektifnya itu juga kurang dikuasainya. Bisa
dikatakan anak-anak itu pemahamannya relatif masih kurang serius dalam
memahami aqidah akhlak tersebut. Kurangnya pemahaman aqidah akhlak
di anak-anak itu memberikan dampak yang besar nantinya, seperti yang
saya lihat sehari-hari itu anak-anak belum banyak menampakan ranah
afektifnya dengan baik”.(AF, 10 Mei 2017/08.30 wib).
Kurangnya penguasaan ranah afektif di kelas VIIIA juga disoroti oleh
beberapa guru, bahkan telah dipantau oleh waka kurikulum yang juga sudah
mengetahui pribadi siswa-siswi di kelas tersebut. Hal itu sesuai dengan yang
ungkapan oleh waka kurikulum madrasah yaitu ibu SW tentang gambaran
ranah afektif dalam pembelajaran aqidah akhlak di kelas VIIIA :
“Pandangan saya selaku waka kurikulum begini mas, siswa-siswi
di kelas VIIIA itu ranah afektifnya ada yang sudah baik dan sebagian ada
yang belum menguasai ranah afektif yang sesuai aqidah akhlak. Mungkin
itu dikarenakan dari segi kognitifnya siswa-siswa yang berbeda dalam
memahami pembelajaran aqidah akhlak ya mas. Sebenarnya madrasah sini
itu sudah berupaya yang terbaik untuk mengembangkan pribadi siswa-
siswi, akan tetapi ya guru-guru dihadapkan dengan masalah seperti itu jadi
57
guru-guru harus pinter-pinternya menerapkan strategi untuk
mengembangkan ranah afektif siswa”. (SW, 10 Mei 2017/09.35 wib).
Melihat kurangnya penguasaan ranah afektif siswa dalam
pembelajaran aqidah akhlak tersebut, pihak Madrasah Tsanawiyah Negeri 1
Boyolali yang diantaranya kepala madrasah beserta guru-guru telah
menerapkan strategi untuk mengembangkan ranah afektif siswa. Beberapa
strategi telah ditempuh yaitu seperti belajar dengan sistem tatap muka
langsung dengan guru-guru, pembiasaan salaman antara guru dengan siswa-
siswinya yang dilakukan setiap pagi di gerbang sekolah, dan lain-lain. Hal
seperti itu telah diterapkan setiap hari dan sesuai dengan ungkapan dari
kepala madrasah yaitu bapak MF:
“Sebelum berbicara ke arah strategi mengembangkan ranah afektif siswa,
menurut saya ranah afektif itu tidak dapat dibentuk bila tanpa proses, tidak
ada orang tingkah lakunya baik yang tanpa proses untuk membentuknya
seperti itu. Nah... sekolahan ini menerapkan pembentukann ranah afektif
siswa melalui proses pembelajaran diantara yaitu sistem tatap muka atau
belajar dikelas, adanya pembiasaan di lingkungan sekolah contohnya guru-
guru setiap pagi jam setengah tujuh sudah berdiri di depan gerbang untuk
membiasakan ranah afektif siswa itu baik serta diharapkan dapat
membentuk akhlak anak itu menjadi baik juga. Kemudian berangkat dari
rumah diharapkan anak-anak pamitan dan minta doa restu kepada kedua
orang tuanya”.(MF, 16 Mei 2017/10.15 wib).
Strategi diatas telah diterapkan oleh pihak madrasah guna untuk
mengambangkan ranah afektif siswa supaya sesuai dengan pembelajaran
aqidah akhlak. Guru mata pelajaran aqidah akhlak di madrasah tersebut juga
menerapkan strategi untuk mengambangkan ranah afektif siswanya di kelas.
Salah satu contohnya yaitu menggunakan model strategi pembelajaran seperti
model pembentukan rasional, model konsiderasi, model menilai dan lain
58
sebagainya. Hal itu dibuktikan oleh ungkapan guru mata pelajaran aqidah
akhlak bapak AF:
“Melihat permasalahan di kelas VIIIA yang siswanya kurang
menguasai ranah afektif dalam pembelajaran aqidah akhlak, yaa... saya
sebagai guru aqidah kelas VIII ya mengambil tindakan. Strategi yang saya
gunakan untuk mengembangkan ranah afektif siswa ya pertama dalam
melangsungkan pembelajaran itu kan ada kegiatan pendahuluan, kegiatan
pendahuluan itu saya gunakan untuk menciptakan minat anak-anak agar
tertarik untuk belajar aqidah. Nah... yang kedua penyampaian materi,
dalam penyampaian materi aqidah saya melakukan dengan model
konsiderasi, kadang saya menerapkan model pembentukan rasional, model
menilai, atau malah kadang menerapkan dengan model non direktif.
Apabila penyampaian materi sudah selesai, saya melakukan tes atau
evaluasi dari pembelajaran tersebut yang bertujuan untuk mengetahui
seberapa jauh aspek kognitif, afektif dan psikomotoriknya. Selain cara
seperti itu, saya juga mengajak anak-anak setiap pagi sebelum KBM
dimulai itu anak-anak melaksanakan sholat dhuha. Dan harapan saya
sebagai guru aqidah itu anak-anak dapat menerapkan ke dalam ranah
afektifnya sehari-hari baik disekolahan maupun di lingkungan
masyarakatnya”.(AF, 10 Mei 2017/08.30 wib).
Penulis menggaris bawahi dari pernyataan kepala madrasah yaitu MF dan
AF diatas bahwa di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Boyolali sudah menerapkan
strategi untuk mengembangkan ranah afektif siswa yang sesuai dengan
pembelajaran aqidah akhlak. Begitu pula dengan guru aqidah akhlak yaitu AF
sudah menerapkan strategi untuk mengembangkan ranah afektif siswa khususnya
dalam pembelajaran aqidah akhlak dengan baik. AF menggunakan berbagai
model untuk mencapai tujuan yang baik guna membentuk pribadi siswa VIIIA
menjadi baik. Model yang digunakan adalah pertama menggunakan model
konsiderasi yaitu siswa didorong untuk lebih peduli, lebih memperhatikan orang
lain sehingga mereka dapat bergaul, bekerja sama dan hidup secara harmonis
dengan orang lain. Kedua menggunakan model pembentukan rasional (rational
59
building model) bertujuan untuk mengembangkan kematangan pemikiran tentang
nilai-nilai. Ketiga klarifikasi nilai (value clarification model) merupakan
pendekatan mengajar dengan menggunakan pertanyaan atau proses menilai
(valuing process) dan membantu siswa menguasai keterampilan menilai dalam
bidang kehidupan yang kaya nilai. Keempat model non direktif penggunaan
model ini bertujuan untuk membantu siswa mengaktualisasikan dirinya.
Penggunaan model tersebut diharapkan supaya ranah afektif siswa dapat terbentuk
dengan baik sesuai dengan pembelajaran aqidah akhlak.
Beberapa strategi untuk mengembangkan ranah afektif siswa dalam
pembelajaran aqidah akhlak tersebut telah benar-benar dilaksanakan di
lingkungan MTs Negeri 1 Boyolali. Siswa-siswi di madrasah khususnya siswa-
siswi di kelas VIIIA telah mengungkapkan kebenarannya pihak madrasah telah
menerapkan beberapa strategi tersebut untuk menunjang perkembangan ranah
afektif siswa. Hal tersebut sesuai dengan ungkapan siswa yang bernama WP
seperti ini:
“Betul banget mas itu, jadi bapak-ibu guru itu setiap pagi selalu berdiri
di depan gerbang sekolah untuk menyalamin siswa-siswi disini. Selain
menyalamin, bapak-ibu guru itu sering menegur teman-teman yang bajunya
kurang rapi atau rambutnya yang laki-laki sudah kelihatan panjang-panjang
gitu mas”.(WP, 16 Mei 2017/08.40 wib).
Selain pengakuan yang di ungkapkan oleh siswa yang bernama WP itu,
siswi kelas VIIIA yang bernama OW juga memaparkan kebenaran yang dia alami
di dalam kelas pada saat guru-guru sebelum memulai pembelajarannya sering
memulai dengan kegiatan tadarusan atau melaksanakan sholat dhuha terlebih
dahulu. Bahkan pada saat kegiatan belajar mengajar, siswa juga mengungkapkan
60
kebenarannya bahwa guru-guru menerapkan berbagai metode mengajar, terutama
guru mata pelajaran aqidah akhlak. Seperti halnya ungkapan siswi yang bernama
OW ini:
“iya mas seperti itu, bapak guru selalu sebelum memulai kegiatan belajar
dikelas pasti memulai dengan ndarus, kalau enggak ya ngajak sholat dhuha
dulu gitu mas. Kata pak guru agar belajarnya lancar gitu, terus ada juga bapak
guru yang pembelajarannya itu mengajak siswa pada aktif belajar gitu”.(OW.
16 Mei 2017/08.20 wib).
Penulis dapat menggaris bawahi bahwa yang telah dilaksanakan oleh
pihak madrasah semua itu benar adanya dan benar-benar di terapkan guna
pengembangan ranah afektif siswa dalam pembelajaran aqidah akhlak semua
siswa di madrasah, khususnya siswa-siswi di kelas VIIA tersebut.
2. Faktor Pendukung Pengembangan Ranah Afektif Dalam Pembelajaran
Aqidah Akhlak Pada Siswa.
Strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru dapat berhasil tidak lepas
dari adanya faktor pendukung. Faktor tersesbut dapat berasal dari faktor
internal siswa maupun faktor eksternal siswa itu. Bahkan strategi pembelajaran
yang diterapkan oleh guru dapat juga tidak berhasil karena adanya faktor
penghambat.
Beberapa faktor pendukung dalam mengembangkan ranah afektif dalam
pembelajaran aqidah akhlak pada siswa itu diantaranya adalah dari faktor
keluarga. Keluarga terutama orang tua harus mendidik dan menanamkan nilai-
nilai yang baik untuk pengembangan ranah afektif anaknya dan tentunya
penanaman nilai-nilai itu dilakukan sejak kecil. Setelah faktor keluarga, faktor
dari lingkungan sekolahan juga berperan besar dalam pengembangan ranah
61
afektif siswa. Hal itu sesuai dengan ungkapan kepala Madrasah Tsanawiyah
Negeri 1 Boyolali yaitu bapak MF:
“Faktor pendukungnya itu apabila nilai-nilai aqidah dan akhlak di
tanamkan sejak dini. Yang dimaksud ditanamkan sejak dini itu adalah
ketika anak masih kecil dan masih dalam lingkup keluarga seharusnya
orang tua memulai untuk menamkan nilai-nilai yang bersangkutan untuk
pengembangan ranah afektifnya anak tersebut. Nilai-nilai tersebut adalah
nilai kesopanan, budi perkti, nilai agama. Setelah itu ketika anak masuk di
madrasah tsanawiyah, tugasnya guru semakin mudah karena anak sudah
mempunyai bekal dari dini mengenai ranah afektifnya. Di madrasah ini
untuk mengembangkan ranah afektif anak yang sesuai dengan
pembelajaran aqidah akhlak yaitu adanya faktor pendukung yang berupa
penerapkan bimbingan kepribadian, tadarus setiap pagi, pembiasaan sholat
dhuha dan sholat berjam’ah ketika melaksanakan sholat dzuhur. Tentunya
semua kegiatan tersebut harus ada penyeimbang rasa kesadaran diri dari
anak-anak untuk melakukan kegiatan itu. Setelah kegiatan disekolahan
usai, diharapkan anak-anak itu menerapkan pembiasaan yang telah
berjalan di madrasah supaya kepribadiannya menguasai ranah afektif yang
baik. Semua yang akan diterapkan di rumah tentunya lingkungan keluarga
dan masyarakat juga harus mendukung itu”.(MF, 16 Mei 2017/10.15 wib).
Faktor pendukung untuk mengembangkan ranah afektif siswa yang
sesuai dengan pembelajaran aqidah akhlak yang lain adalah faktor yang
berasal dari dalam diri siswa tersebut. Karena apabila siswa sudah
mempunyai kepribadian yan sudah baik maka dengan mudah pendidik untuk
mengembangkan ranah afektif siswa tersebut. Pernyataan itu sesuai dengan
ungkapan guru mata pelajaran aqidah akhlak yaitu bapak AF:
“Ya menurut saya mas, faktor pendukung untuk mengembangkan
ranah afektif siswa yang sesuai dengan pembelajaran aqidah itu dimulai
dari diri siswa tersebut. Apabila dalam kepribadiaannya siswa itu sudah
baik dan dapat diajak untuk melakukan kebaikan maka siswa tersebut lebih
mudah untuk merespon pembiasaan kegiatan ibadah yang ada di sekolah
ini. Contohnya saja pada saat saya ajak anak-anak kelas VIIIA untuk
melaksanakan sholat dhuha, itu sebagian besar sudah banyak yang
responnya baik dan mengerjakan sholat itu juga. Ada lagi pembiasaan
tadarus yang dapat menjadikan anak-anak itu lebih mencintai dan selalu
dekat dengan Allah serta kitabnya. Jadi dapat dikatakan bahwa
lingkungan sekolah ini juga termasuk faktor pendorong untuk
62
mengembangkan ranah afektif anak-anak, khususnya siswa-siswa kelas
VIIIA”.(AF, 10 Mei 2017/08.30 wib).
Pernyataan diatas ternyata selaras dengan ungkapan dari waka
kurikulum, akan tetapi beliau juga mengatakan bahwa anak-anak seusia itu
harus diajarkan tentang pengendalian emosi dalam diri siswa tersebut. Supaya
emosi siswa selalu terkontrol dan pastinya dapat bersikap lebih dewasa serta
dapat menguasai ranah afektif dengan baik. Seperti halnya ungkapan dari
waka kurikulum ibu SW:
“Yang telah di ungkapkan oleh bapak kepala madrasah dan pak
Amir yang itu benar mas, jadi faktor pendukung untuk mengembangkan
ranah afektif siswa yang sesuai dengan pembelajaran aqidah itu yang
pertama datangnya dari pihak pribadi anak sendiri. Apakah aspek
fisiologis dan psikologis anak itu mendukung, apabila mendukung itu
tandanya salah satu faktor pendukung yang baik seorang guru untuk
mengembangkan ranah afektif siswa. Yang kedua faktor pendukung itu
datang dari pihak keluarga, apabila keluarga sangat memperhatikan
perkembangan pribadi anak pasti anak itu akan mempunyai ranah afektif
yang baik, tingkah laku dan pribadi yang baik tentunya. Faktor pendukung
terakhir yaitu dari pihak lingkungan masyarakat mas, lingkungan
masyarakat itu sangat berpengaruh sekali terhadap perkembangan afektif
anak, apalagi anak yang emosinya masih labil atau bahasa jawanya
“dhurung nduwe unggah-ungguh”. Jadi lingkungan masyarakat yang baik
juga merupakan salah satu faktor pendukung untuk mengembangkan ranah
afektif siswa yang seuai dengan pembelajaran aqidah akhlak, begitu ya
mas”.(SW, 10 Mei 2017/09.35 wib).
Untuk membuktikan pernyataan yang telah penulis dapat dari
wawancara dengan kepala madrasah, guru aqidah akhlak dan waka kurikulum
maka penulis melakukan wawancara juga dengan beberapa siswa kelas
VIIIA. Ternyata faktor pendukung yang dipaparkan oleh pihak madrasah itu
benar dan sesuai dengan yang diungkapkan oleh siswa yang bernama OW
seperti ini:
63
“Aku sejak kecil sudah disekolahkan yang berbasis Islam, jadi aku
itu disekolahkan di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Boyolali ini tidak
terlalu sulit untuk mengikuti semua kegiatan belajarnya ya. Mungkin
dikarenakan aku sudah terbiasa dekat dengan pembelajaran agama
Islam”.(OW, 16 Mei 2017/08.20 wib).
Hal yang sama juga dirasakan oleh siswa yang lain yaitu WP, akan
tetapi WP masih ada kesulitan dalam mengendalikan dirinya sendiri dan
kurangnya orang tua dalam memberikan nilai-nilai pembelajaran agama.
Seperti ungkapan WP pada saat penulis mewawancarainya di depan kelas:
“Kalau aku itu sejak kecil sebenarnya juga sudah disekolahkan
yang berbasis agama gitu, tapi pada saat MI aku masih sulit untuk
mengikuti pembelajaran agama Islamnya. Karena aku belajar agama Islam
itu hanya di sekolahan saja mas, di rumah itu orang tua seperti kurang
dalam mengasih pembelajaran agama Islam. Setelah masuk di Madrasah
ini aku mulai bisa mengikuti kegiatan keagamaan yang diterapkan di
sekolah ini. Yo, walaupun masih ada kesulitan untuk mengendalikan dari
diriku sendiri”.(WP, 16 Mei 2017/08.40 wib).
Berbagai hasil wawancara diatas menjelaskan bahwa ada beberapa
faktor pendukung dalam mengembangkan ranah afektif siswa dalam
pembelajaran aqidah akhlak diantaranya yaitu dari pribadi siswa sendiri yang
sudah baik dari aspek fisiologis dan psikologis, dari pihak sekolah atau
lingkungan sekolah yang telah menerapkan sistem praktek ibadah yang
berupa sholat sunah dhuha, tadarus yang sekarang sudah menjadi pembiasaan
setiap pagi sebelum KBM dimulai. Ditambah dengan adanya penerapkan
pembiasaan salaman setiap pagi hari didepan pintu gerbang oleh guru.
Selanjutnya yaitu lingkungan keluarga dan masyarakat termasuk salah ssatu
faktor pendukung yang baik guna mengembangkan ranah afektif siswa.
64
3. Faktor Penghambat Pengembangan Ranah Afektif Siswa Dalam
Pembelajaran Aqidah Akhlak Pada Siswa.
Dalam pengembangan ranah afektif siswa yang sesuai dengan
pembelajaran aqidah akhlak maka diatas tadi adanya faktor pendukung untuk
mempermudahkan seorang pendidik untuk mengembangkan ranah afektif
siswa. Tentunya pada saat mengembangkan ranah afektif siswa, seorang
pendidik mengalami kesulitan atau menemukan faktor penghambatnya.
Faktor penghambat itu juga dapat datang dari semakin melesatnya arus
globalisasi dan perkembangan teknologi yang semakin maju. Faktor dari
keluarga selain dapat menjadi faktor pendukung juga dapat menjadi faktor
penghambat untuk mengembangkan ranah afektif anak, jika pihak orang tua
kurang memberikan kasih sayang dan perhatian kepada anaknya. Hal seperti
sesuai dengan yang di paparkan oleh kepala madrasah yaitu bapa MF:
“Faktor penghambatnya sangat banyak ya, melihat perkembangan
jaman sekarang ini saja arus globalisasi dan modernisasi itu sangat
perkembang pesat sekali mas. Adanya perkembangan tersebut maka
teknologi, budaya akan kebarat-baratan sangat mempengaruhi ranah
afektif siswa. Apabila anak mengggunakan kemajuan teknologi itu seperti
internet, hp dan lain-lain dengan prosedur yang salah maka secara otomatis
emosional anak akan mudah terbentuk tidak baik juga. Ditambah
pengawasan oleh keluarga yang sangat minim itu malah menjadikan anak
seenaknya sendiri. Faktor yang lain adalah keluarga, keluarga yang
kepribadian orang tuanya tidak pernah mengenyam pendidikan agama
maka dalam mengembangkan ranah afektif siswa itu akan sulit, contohnya
orang tua yang menyuruh anaknya untuk sholat “Le, wis adzan kae, ndang
sholat!” hal seperti ini akan di pahami oleh siswa dengan berfikir seperti
ini “Bapak ku wae jarang sholat kok aku malah dikon sholat ya?”
pemikiran sperti itulah yang nantinya akan menghambat pengembangan
afektif siswa. Selanjutnya yaitu pihak pribadi anak sendiri dan dari pihak
lingkungan masyarakat”.(MF, 16 Mei 2017/10.15 wib).
65
Selain faktor globalisasi, ada faktor dari lingkungan teman sebaya
yang dapat mempengaruhi pembentukan afektif anak yang kurang baik.
Seperti pergaulan malam dan anak suka kumpul-kumpul dengan teman yang
pribadinya tidak baik atau disebut dengan nongkrong. Faktor keluarga juga
dapat menghambat pengembangan ranah afektif anak, seperti yang telah
dipaparkan oleh MF diatas. Hal seperti itu sama dengan yang diungkapkan
oleh guru mata pelajaran aqidah akhlak yaitu bapak AF :
“Penghambatnya itu begini, pribadi siswa yang sudah terpengaruh
oleh budaya yang kurang baik, contohnya itu anak yang suka dalam
pergaulan malam, suka nongkrong sama teman-temannya dan nanti
akhirnya terpengaruh dengan budaya minum-minuman, balapan motor dan
lain-lain. Ditambah teknologi yang digunakan oleh anak itu dengan
prosedur yang tidak baik, contohnya untuk membuka hal-hal yang sara
atau yang berbau porno seperti itu. Hal-hal itu kan membuat afektif dan
membentuk pribadi siswa menjadi buruk.
Faktor lainnya yaitu dari keluarga juga sangat mempengaruhi lho,
apalagi di kelas VIIIA ini ada yang orang tuanya beragama non Islam.
Untuk mengembangkan afektif anak yang sesuai dengan pembelajaran
aqidah kan sulit itu bagi orang tuanya. Faktor yang terakhir itu berasal dari
lingkungan sekitarnya atau masyarakat ditempat tinggalnya”.(AF, 10 Mei
2017/08.30 wib).
Melihat faktor-faktor penghambat untuk mengambangkan ranah
afektif siswa dalam pembelajaran aqidah akhlak diatas, masih terdapat faktor
penghambat yang lain yaitu faktor dari dalam diri siswa masing-masing.
Selain itu faktor masyarakat juga dapat menjadi faktor penghambat apabila
lingkungan masyarakat yang ditempat tinggali oleh seoarang siswa itu adalah
lingkungan masyarakat yang kurang baik. Hal seperti itu sesuai yang
diungkapkan oleh waka kurikulum yaitu ibu SW ketika di wawancarai oleh
penulis:
66
“Kalau saya menggap faktor penghambat pengembangan ranah
afektif siswa itu berawal dari diri siswa sendiri, siswa yang kepribadiannya
jelek yang sudah terpengaruh oleh hal-hal yang kurang baik maka akan
sulit untuk diarahkan ke arah afektif yang baik. Selanjutnya faktor
keluarga, keluarga yang kurang memberikan kasih sayang, perhatian,
pendidikan dan penanaman nilai agama untuk anaknya sendiri itu juga
salah satu penghambatnya seorang anak untuk mempunyai sikap dan
perilaku yang baik. Apalagi anak yang sudah dengan mudah untuk
mengakses internet tanpa perhatian yang khusus dari orang tuanya, hal
ssperti itu akan memperburuk perkembangan emosional dan tingkah laku
anak tersebut. Pergaulan masyarakat yang menyimpang itu juga sangat
riskan dalam perkembangan ranah afektif anak”.(SW, 10 Mei 2017/09.35
wib).
Setelah penulis mengumpulkan beberapa pernyataan dari beberapa
pihak madrasah tentang faktor penghambat untuk mengembangkan ranah
afektif siswa dalam pembelajaran aqidah akhlak, penulis melakukan
wawancara juga dengan seorang siswa-siswi kelas VIIIA. Pernyataan yang
telah diungkapkan oleh beberapa pihak madrasah ternyata sesuai dengan yang
di paparkan oleh siswa kelas VIIIA yang bernama WP:
“Aku menggunakan jaringan internet itu jarang banget di pantau
sama bapak ibu, ya nek nggunakke ki aku langsung gunakke wae
mas”.(WP, 16 Mei 2017/08.20 wib).
Pernyataan yang telah diungkapkan oleh WP itu ternyata juga
selaras dengan ungkapan siswi yang bernama OW yang kemarin saya
wawancari di depan kelas VIIIA, dia berkata seperti ini :
“Sama mas, aku misal menggunakan internet langsung menggunakan
gitu aja, dan orang tuaku juga enggak mengawasi. Soalnya aku udah
punya hp sendiri”(OW, 16 Mei 2017/08.40 wib).
Memahami atas jawaban dari siswa-siswi kelas VIIIA tersebut,
kemudian penulis menanyai tentang lingkungan keluarga dan masyarakat
disekitar siswa tersebut guna untuk mendapatkan jawaban yang lebih pasti
67
dari siswa-siswi itu dan kemudian penulis akan mencocokan dengan paparan
dari beberapa pihak madrasah diatas. Hasil wawancara kepada siswa yang
bernama WP bahwa dia mengungkapkan seperti ini :
“WP : Keluargaku itu jarang melakukan sholat sih mas, kalau ibu itu
sholat mas, tapi bapak kadang-kadang. Terkadang bapak itu nyuruh aku
buat sholat gitu mas. Kalau lingkungan di desaku itu kebanyakan agama
Islam mas, tapi banyak juga yang tidak melakukan sholat, jarang juga ada
pengajian gitu. Teman desaku kebanyakan sekolah SMP, pergaulane iseh
sak-sak e”.(WP, 16 Mei 2017/08.20 wib).
Berbeda dengan jawaban yang dipaparkan oleh siswi yang bernama
OW, dia melakukan sholat karena orang tuanya melaksanakan sholat dan
lingkungan dilingkungan masyarakatnya ada sebuah pondok pesantren yang
dapat mendukung pengembangan afektif siswi tersebut. Akan tetapi
lingkungan di masyarakatnya juga ada yang kurang baik, sebagai contoh
banyak anak-anak seumuran dia yang pergaulannya kurang terkontrol.
Peristiwa sperti ini juga dapat menjadi faktor penghambat dalam
pengembangan ranah afektif siswi itu sendiri. Hal itu sesuai dengan yang
diungkapkan oleh OW:
“OW : Alhamdulillah keluargaku melakukan sholat, aku ya ikut-
ikut buat sholat to mas, hehe. Desaku deket sama pondok mas, jadi kadang
aku diajak bapak atau ibuk iku pengajian nek pondok iku. Tapi temen
desaku banyak yang enggak ikut pengajian malah pilih dolan gitu
mas”.(OW, 16 Mei 2017/08.40 wib).
Beberapa hasil dari wawancara diatas penulis dapat menggaris bawahi
bahwa faktor penghambat untuk mengembangkan ranah afektif siswa yang
sesuai dengan pembelajaran aqidah akhlak adalah berasal dari diri pribadi
siswa itu sendiri. Kemudian faktor dari keluarga yang kurangnya perhatian
68
kepada anak termasuk faktor penghambat yang sangat berpengaruh pada
perkembangan afektif anak. Selain itu faktor lingkungan masyarakatyang jauh
dari nilai-nilai kehidupan baik nilai kesopanan, tanggung jawab,dan nilai
agama ditempat tinggal anak tersebut.
Pengembangan ranah afektif siswa yang sesuai dengan pembelajaran
aqidah itu dapat dilakukan di sekolahan. Di sekolah siswa dapat dipantau oleh
guru-guru supaya pribadi anak menjadi baik. Strategi pembelajaran aqidah
akhlak selalu di terapkan oleh guru dan oleh pihak madrasah guna
membentuk afektif anak lebih baik. Seperti halnya dalam pembelajaran tatap
muka seorang guru menerapkan metode pembelajaran yang efektif guna
membentuk dan mengembangkan afektif siswa. Pihak sekolah menerapkan
strateginya yaitu dengan menrapkan pembiasaan sholat dhuha, tadarus dan
sholat jama’ah dzuhur serta guru-guru mebiasakan penerapan salaman setiap
pagi di depan gerbang sekolah.
Apabila semuanya itu hanya mengandalkan dari peran sekolah maka
ranah afektif siswa yang baik itu kurang maksimal. Tentunya harus didukung
dan diimbangi oleh faktor dari pribadi anak itu sendiri, faktor keluarga dan
faktor lingkungan masyarakat yang mendukung guna membentuk dan
mengembangkan afektif siswa yang seuai dengan pembelajaran aqidah
akhlak.
69
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Strategi Pengembangan Ranah Afektif Dalam Pembelajaran Aqidah
Akhlak Pada Siwa Kelas VIIIA di MTs Negeri 1 Boyolali Tahun
Pelajaran 2016/2017.
Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Boyolali adalah sekolah menengah
pertama yang berbasis agama Islam. Siswa-siswinyapun semua beragama
Islam, MTs Negeri 1 Boyolali termasuk sekolah yang sudah menerapkan
kurikulum yang baru yaitu kurikulum 2013. Pada sampai saat ini juga tetap
menggunakan kurikulum baru tersebut. Kurikulum 2013 ini memberikan
porsi atau ruang kepada siswa agar lebih mengaktualisasikan diri mereka
supaya dapat berkembang dengan baik. Namun dengan seiring perkembangan
diri masing-masing siswa tersebut pihak sekolah ikut serta dalam
mengembangkan kepribadian siswa-siswi di madrasah. Pendidik di madrasah
dengan adanya kurikulum 2013 ini tugasnya hanya sebagai fasilitator atau
pendamping. Maksud dari fasilitator adalah guru hanya bertugas memberikan
pelayanan yang terbaik bagi perkembangan siswa-siswi di madrasah supaya
mempunyai kepribadian yang baik. Dengan diterapkannya kurikulum yang
baru ini maka diharapkan siswa-siswi mempunyai prestasi yang tinggi baik di
ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Siswa-siswi harus dapat
70
menguasai ketiga ranah tersebut supaya kedepannya menjadi pribadi yang
berkualitas.
Siswa-siswi di Madrasah Tsanawiyah negeri 1 Boyolali ini memang
mempunyai kemampuan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik yang
berbeda-beda. Apabila siswa mempunyai ranah kognitif dan psikomotorik
bagus maka ranah afektif juga harus dikuasai oleh masing- masing siswa.
Karena siswa-siswi yang dapat menguasai ranah afektif maka kepribadiannya
akan bagus dan dapat masuk ke kategori orang yang sholih dan sholihah.
Seperti fakta dilapangan atau di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Boyolali
pada saat ini, siswa-siswi di madrasah kebanyakan ranah afektifnya sudah
baik, namun masih ada juga siswa-siswi yang belum dapat menguasai ranah
afektif tersebut. Pernyataan diatas sesuai dengan ungkapan kepala madrasah
yaitu bapak MF yang mengatakan bahwa di setiap jenjang kelas baik di kelas
VII, kelas VIII dan kelas IX itu rata-rata masih terdapat siswa-siswi yang
belum dapat menguasai ranah afektif.
Terutama di kelas VIIIA yang penulis bidik dalam penelitian ini juga
masih terdapat siswa-siswi yang belum menguasai ranah afektif dengan baik.
Mayoritas siswa-siswi di kelas VIIIA ini dapat menguasi ranah kognitif dan
ranah psikomotorik dengan baik, akan tetapi ada kelamahan di ranah afektif
yang pada kenyataannya masih terdapat siwa-siswi yang belum menguasai
ranah tersebut dengan baik. Kurangnya penguasaan ranah afektif salah
satunya disebabkan oleh kurangnya kesadaran diri dari kepribadian siswa
tersebut. Apalagi di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Boyolali ini pendidikan
71
agama Islamnya lebih banyak porsinya dibandingkan di sekolah-sekolah
menengah pertama yang berlabel umum. Di madrasah ini juga terdapat
pembelajaran aqidah akhlak dimana yang bertujuan untuk membentuk dan
mengembangkan akhlak setiap siswa-siswa supaya sesuai dengan ajaran
agama Islam. Akan tetapi fakta di lapangan masih banyak siswa-siswi yang
belum sadar akan kebutuhan mereka yang bersangkutan dengan kepribadian
mereka. Seakan-akan pembelajaran aqidah akhlak baik di lingkungan
madrasah maupun khususnya dilingkungan kelas itu diacuhkah oleh sebagian
siswa-siswi.
Melihat fenomena tersebut, pihak Madrasah Tsanawiyah Negeri 1
Boyolai baik dari kepala madrasah, pendidik, dan staff di madrasah tersebut
telah mengambil kebijakan untuk menanggulangi peristiwa seperti itu. Dari
pihak madrasah telah menerapkan strategi untuk mengembangkan ranah
afektif pada siswa dalam pembelajaran aqidah akhlak untuk mencetak
generasi yang Islami. Strategi untuk mengembangkan ranah afektif dalam
pembelajaran aqidah akhlak pada siswa yang ditempuh dari pihak madrasah
yaitu dengan menerapkan pengembangan ranah afektif yang dilakukan
dikelas atau dengan proses tatap muka antara guru dan murid yang
berlangsung di dalam kelas. Selanjutnya menerapkan budaya salaman antara
guru dengan siswa-siswi yang dilakukannya di depan gerbang sekolah.
Kemudian menerapkan pembiasaan sholat dhuha sebelum kegiatan
pembelajaran di mulai, lalu menerapkan kegiatan tadarus setiap pagi dan
memberikan nasihat kepada siswa-siswi supaya pada saat berengkat sekolah
72
dan pulang sekolah itu membiasakan budaya pamitan kepada kedua orang
tuanya.
Strategi yang lain juga diterapkan oleh guru mata pelajaran aqidah
akhlak yaitu bapak AF, beliau mengungkapkan bahwa telah mengembangkan
ranah afektif dalam pembelajaran aqidah akhlak pada siswa di kelas VIIIA
dengan menggunakan model strategi pembelajaran yang bermacam-macam.
Sebelum menerapkan strategi pembelajaran untuk mengembangkan ranah
afektif siswa dalam pembelajaran aqidah akhlak, langkah yang paling utama
yang ditempuh oleh bapak AF sebagai guru aqidah akhlak adalah menentukan
tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran sangat penting untuk sebuah
keberhasilan guru dalam menuntaskan target-target materi yang diingikan
oleh seorang guru. Apalagi di ranah afektif, seperti yang beliau paparkan
bahwa tujuan pembelajaran aqidah akhlak itu adalah untuk membentuk dan
mengembangkan kepribadian masing-masing siswa-siswi khususnya di kelas
VIIIA supaya menjadi siswa-siswi yang berkualitas. Selanjutnya langkah
yang diambil oleh bapak AF yaitu memahami berbagai karakteristik masing-
masing siswa. Dengan dapat menguasai karakteristik siswa maka seorang
guru lebih mudah untuk menyampaikan materinya, tentunya siswa-siswi juga
mudah untuk menyerap materi yang disampaikan oleh seorang guru tersebut.
Selanjutnya guru harus dapat mengaitkan suatu pembelajaran bidang studi
yang satu dengan bidang studi yang lainnya. Hal ini dengan tujuan suapaya
siswa-siswi mampu mempunyai gambaran yang luas dari materi yang telah
disampaikan oleh seorang guru.
73
Setelah guru memahami beberapa hal yang diperlukan dalam
menerapkan strategi untuk mengembangkan ranah afektif dalam
pembelajaran aqidah akhlak pada siswa, bapak AF menggunakan beberapa
model strategi pembelajaran untuk menunjang kegiatan pembelajaran di
dalam kelas, khususnya untuk mengembangkan ranah afektif siswa di kelas
VIIIA. Model strategi pembelajaran untuk mengembangkan ranah afektif
dalam pembelajaran aqidah akhlak di kelas VIIIA itu seperti model yang
pertama menggunakan model konsiderasi yaitu siswa didorong untuk lebih
peduli, lebih memperhatikan orang lain sehingga mereka dapat bergaul,
bekerja sama dan hidup secara harmonis dengan orang lain. Kedua
menggunakan model pembentukan rasional (rational building model)
bertujuan untuk mengembangkan kematangan pemikiran tentang nilai-nilai.
Ketiga klarifikasi nilai (value clarification model) merupakan pendekatan
mengajar dengan menggunakan pertanyaan atau proses menilai (valuing
process) dan membantu siswa menguasai keterampilan menilai dalam bidang
kehidupan yang kaya nilai. Keempat model non direktif penggunaan model
ini bertujuan untuk membantu siswa mengaktualisasikan dirinya. Penggunaan
model tersebut diharapkan supaya ranah afektif siswa dapat terbentuk dengan
baik sesuai dengan pembelajaran aqidah akhlak.
Beberapa strategi yang ditempuh oleh pihak sekolah itu berguna untuk
mengembangkan ranah afektif siswa-siswi yang sesuai dengan pembelajaran
aqidah akhlak. Harapan yang lain yaitu supaya siswa-siswi mempunyai
kepribadian yang berakhlaqul karimah sesuai ajaran agama Islam.
74
2. Faktor Pendukung Strategi Pengembangan Ranah Afektif Dalam
Pembelajaran Aqidah Akhlak Pada Siswa Kelas VIIIA di MTs Negeri 1
Boyolali Tahun Pelajaran 2016/2017.
Pengembangan ranah afektif dalam pembelajaran aqidah akhlak pada
siswa-siswi di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Boyolali ini sangat bagus
sekali. Apalagi adanya beberapa faktor pendukung untuk memudahkan pihak
madrasah mengembangkan ranah afektif siswa supaya kedepannya lebih baik
lagi. Khususnya di kelas VIIIA itu sendiri pengembangan termasuk mudah
karena ada beberapa faktor pendukung, akan tetapi ada juga sedikit kesulitan
yang dihadapi oleh pihak madrasah khususnya pendidik di kelas VIIIA itu.
Salah satu pendidik di madrasah tersebut yaitu bapak AF yang mengampu
mata pelajaran aqidah akhlak menyatakan bahwa ranah afektif siswa di kelas
VIIIA itu masih banyak yang belum menguasai dengan baik. Akan tetapi
apabila siswa-siswi di kelas VIIIA itu diarahkan untuk mengikuti
pengembangan ranah afektif baik dikelas maupun di lingkungan luar kelas,
siswa-siswi tersebut sangat mudah diajak untuk berpartisipasi dalam proses
pengembangan ranah afektif dalam pembelajaran aqidah akhlak. Adanya
kemudahan untuk mengembangkan ranah afektif siswa tersebut tidak terlepas
dari faktor pendukung yang ada. Menurut kepala madrasah bapak MF, faktor
pendukung itu yang pertama datang dari keluarganya. Pihak keluarga
seharusnya sudah menanamkan nilai-nilai agama kepada anaknya sejak masih
kecil.
75
Dengan ditanamkannya nilai-nilai tersebut maka anak itu sudah
mempunyai dasar dan bekal agama yang ada didalam diri anak tersebut.
Dasar nilai agama yang sudah ditanamkan sejak kecil berfungsi untuk pan
jatan selanjutnya dalam mengembangkan ranah afektif siswa yang sesuai
dengan pembelajaran aqidah akhlak. Faktor pendukung yang dipaparkan oleh
bapak AF yaitu berasal dari dalam diri siswa itu sendiri. Apabila diri siswa
tersebut sudah ada kemauan untuk diarahkan ke arah yang baik, pasti sangat
mudah untuk dikembangan ranah afektifnya. Seperti yang dialami oleh bapak
AF selaku guru aqidah akhlak bahwa beliau sering mengajak siswa-siswi
kelas VIIIA ini untuk melaksanakan sholat dhuha sebelum jam pelajaran
beliau di mulai. Banyak respon dari siswa-siswi yang baik untuk mengikuti
tindakan bapak AF guna mengambangkan ranah afektif dalam pembelajaran
aqidah akhlak pada siswa-siswi di kelas tersebut.
Tindakan seperti itu selalu di ulang-ulang oleh bapak AF, namun
terkadang beliau selain mengajak siswa-siswi untuk melaksanakan sholat
dhuha, beliau juga membiasakan tadarusan sebelum kegiatan belajar
mengajar di mulai. Hal ini bertujuan supaya siswa-siswi di kelas VIIIA itu
mempunyai rasa cinta dan gemar untuk membaca ayat-ayat suci Allah dan
pastinya ranah afektifnya semakin terbentuk dengan baik. Kemudahan dalam
mengembangkan ranah afektif siswa dalam pembelaran aqidah akhlak ini
juga di dukung oleh latar belakang sekolah dasar yang ditempuh oleh masing-
masing siswa sebelum masuk ke Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Boyolali ini.
Kebanyakan siswa-siswi di kelas VIIIA yang bersekolah di MTs Negeri 1
76
Boyolali ini lulusan dari sekolah dasar yang berbasis agama Islam. Seperti
siswa kelas VIIIA yang bernama WP yang menyatakan seperti ini:
“Kalau aku itu sejak kecil sebenarnya juga sudah disekolahkan
yang berbasis agama gitu, tapi pada saat MI aku masih sulit untuk
mengikuti pembelajaran agama Islamnya. WP, 16 Mei 2017/08.40 wib).
Hal yang sama juga di sampaikan oleh siswi kelas VIIIA yang bernama
OW:
“Aku sejak kecil sudah disekolahkan yang berbasis Islam, jadi aku
itu disekolahkan di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Boyolali ini tidak
terlalu sulit untuk mengikuti semua kegiatan belajarnya ya. Mungkin
dikarenakan aku sudah terbiasa dekat dengan pembelajaran agama
Islam”.(OW, 16 Mei 2017/08.20 wib).
Dari sinilah pihak Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Boyolali lebih
mudah dalam membentuk dan mengembangkan ranah afektif siswa-siswi
yang sesuai dengan pembelajaran aqidah akhlak.
Faktor pendukung yang dipaparkan oleh pak AF tersebut telah
dilengkapi oleh ungkapan ibu SW selaku waka kurikulum, beliau
beranggapan bahwa faktor psikologis dan faktor fisiologis dari masing-
masing siwa itu sangat berpengaruh terhadap perkembangan ranah afektif
siswa. Apabila faktor psikologis dan fisiologis yang ada didalam diri siswa
tersebut baik, maka siswa akan selalu mempunyai minat dan rasa semangat
untuk mengikuti semua strategi pengembangan ranah afektif yang
dilaksanakan dari pihak madrasah.
Selanjutnya yaitu faktor pendukung yang berasal dari lingkungan
sekolah atau madrasah itu sendiri. Siswa-siswi kelas VIIIA di MTs Negeri 1
Boyolali sangat beruntung karena mereka bersekolah di sekolah menengah
pertama yang berbasis agama Islam. Lingkungan agamis yang sangat kental
77
membuat siswa-siwi kelas VIIIA mudah untuk mengembangkan dirinya
supaya menjadi lebih baik lagi, khususnya dalam ranah afektif siswa yang
sesuai dengan pembelajaran aqidah akhlak. Madrasah Tsanawiyah Negeri 1
Boyolali sangat berperan penting terhadap pengembangan ranah afektif siswa
yang sesuai dengan pembelajaran aqidah akhlak. Salah satu contohnya yaitu
dari pihak madrasah sudah menerapkan berbagai kebijakan yang berupa
pembiasaan-pembiasaan sholat dhuha, tadarus, sholat dzuhur berjamaah,
sampai penerapkan budaya salaman antara guru dengan murid yang dilakukan
di depan gerbang masuk madrasah. Hal sperti ini selalu ditingkatkan oleh
pihak madrasah supaya pengembangan ranah afektif dalam pembelajaran
aqidah akhlak siswa-siswi Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Boyolali
khususnya siswa-siswi yang berada d kelas VIIIA semakin baik.
Faktor pendukung yang terakhir berasal dari lingkungan masyarakat
siswa-siswi MTs Negeri 1 Boyolali, khususnya siswa-siswi yang berada di
kelas VIIIA. Pak AF mengatakan bahwa lingkungan masyarakat siswa-siswi
kelas VIIIA tersebut sangatlah bermacam-macam. Beliau mengatakan bahwa
lingkungan masyarakat siswa-siswi kelas VIIIA itu ada yang bertempat
tinggal satu wilayah dengan pondok pesantren, ada yang tempat tinggalnya
berada di masyarakat yang kurang mengenal agama Islam atau
pemahamannya tentang agama Islam itu minim sekali. Siswa-siswi yang
diuntungkan dalam pengembangan ranah afektif dalam pembelajaran aqidah
akhlak adalah siswa-siswi yang tempat tinggalnya dekat dengan lingkungan
pondok pesantren tersebut. Lingkungan masyarakat yang dekat dengan
78
pondok pesantren itu sangat berpengaruh terhadap pengembangan diri anak.
Baik dari pengembangan segi akademis, psikomotorik bakhan dari segi ranah
afektifpun sangat diunggulkan perkembangannya. Maka dari itu lingkungan
masyarakat sangat berperan penting guna kemajuan kepribadian anak dan
sebagai penentu sikap serta tindakan anak kelak bila sudah menginjak usia
dewasa.
3. Faktor Penghambat Strategi Pengembangan Ranah Afektif Dalam
Pembelajaran Aqidah Akhlak Pada Siswa Kelas VIIIA di MTs Negeri 1
Boyolali Tahun Pelajaran 2016/2017.
Pihak Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Boyolali dalam
mengembangkan ranah afektif dalam pembelajaran pada siswa kelas VIIIA
selain menemukan faktor pendukung diatas juga menjumpai beberapa faktor
penghambat dalam menerapkan strategi untuk mengembangkan ranah afektif
siswa.
Menurut kepala madrasah yaitu bapak MF menyatakan bahwa faktor
penghambat tersebut berupa perkembangan zaman pada sekarang ini. Dimana
sekarang masuk zaman era globalisasi dan era modernisasi, segala kemajuan
baik di bidang teknologi komunikasi berkembang sangat pesat sekali. Di
tandainya perkembangan teknologi itu terdapat berbagai smartphone dan
layanan internet yang sangat canggih serta mudah diakses oleh anak-anak
usia muda, khususnya siswa-siswa yang masih duduk dijenjang sekolah
menengah pertama seperti di kelas VIIIA ini. Mayoritas siswa-siswa sekarang
79
ini dalam menggunakan smartphone dan layanan internet itu tanpa
sepengawasan oleh orang tuanya. Seakan-akan anak terbebaskan dalam
menggunakan berbagai layanan internet di komputer dan smartphone
tersebut. Tidak terkontrolnya dari pengawasan orang tua, maka anak-anak
mudah mengakses internet dengan hal-hal yang berbau negatif. Dampaknya
yaitu emosional, sikap dan tindakan anak akan berubah tidak semakin baik
namung akan semakin buruk. Faktor yang mempengaruhi emosi anak itu
sangat banyak, seperti halnya dengan adanya perkembangan teknologi
tersebut maka emosi anak akan memperlihatkan hal-hal yang bersifat coba-
coba, lalu memperlihatkan sikap meniru terhadap apa yang telah
mempengaruhinya di media internet tersebut. Hal tersebut dikarenakan moral,
dan budi perkerti seorang anak sudah terpengaruh oleh hal-hal yang negatif di
layanan internet dan penggunaan smartphone yang tidak dalam kaidahnya.
Kenyataan ini dapat dibukti dengan pernyataan seorang siswa yang bernama
WP yang duduk di kelas VIIIA:
“Aku menggunakan jaringan internet itu jarang banget di pantau
sama bapak ibu, ya nek nggunakke ki aku langsung gunakke wae
mas”.(WP, 16 Mei 2017/08.20 wib).
Melihat kejadian yang nyata di lapangan seperti ini maka hal ini
menjadi faktor penghambat untuk mengembangkan ranah afektif siswa di
kelas VIIIA dan peristiwa seperti haru segera ditanggulangi oleh pihak
madrasah, dan orang tua dari masing-masing siswa tersebut.
Faktor penghambat yang selanjutnya yaitu berupa kurangnya
perhatian dan kasih sayang yang berasal dari keluarga siswa-siswi tersebut.
80
Di kelas VIIIA terdapat orang tuanya yang beragama non Islam tetapi
anaknya disekolahkan di sekolah menengah pertama yang berbasis Islam
seperti di MTs Negeri 1 Boyolali ini. Orang tua siswa tersebut kurang sekali
dalam memantau perkembangan anaknya sendiri. Di karenakan dari pihak
orang tua yang belum paham akan batasan-batasan penggunaan smartphone
dan layanan internet yang baik itu bagaimana. Ada juga keluarga siswa kelas
VIIIA yang beragama Islam tetapi dalam mendidik dan mengarahkan
anaknya itu belum terlalu bisa. Hal ini disebabkan pihak orang tua belum
paham akan ajaran-ajaran agama Islam dalam mendidik dan mengarahkan
anaknya supaya berkembang dengan baik. Beberapa faktor penghambat dari
keluarga ini dapat menyendat atau menghambat perkembangan ranah afektif
anaknya tersebut.
Faktor penghambat yang lainnya yaitu seperti yang diungkapkan oleh
waka kurikulum yaitu ibu SW bahwa faktor penghambat dalam
mengembangkan ranah afektif siswa dalam pembelajaran aqidah akhlak
terdapat di dalam diri siswa-siswi tersebut. Faktor psikologis dan faktor
fisiologis siswa-siswi yang dalam kondisi tidak baik maka akan sulit dan
menjadi penghambat pihak madrasah dalam mengembangkan ranah afektif
siswa-siswi tersebut. Kedua faktor tersebut yaitu psikologis dan fisiologis
sangat berperan penting dalam pengembangan kepribadian masing-masing
siswa.
Faktor penghambat selanjutnya yaitu dapat berasal dari madrasah itu
sendiri. Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Boyolali masih menemukan
81
kesulitan dalam menerapkan stratetgi untuk mengembangkan ranah afektif
pada siswa yang sesuai dengan pembelajaran aqidah akhlak. Hal ini
disebabkan masih ditemukannya beberapa dari pihak guru yang belum sadar
untuk mengembangkan ranah afektif siswa. Pada kenyataannya yang sudah
dapat simak adalah ketika menjalankan pembiasaan dalam tadarus maupun
sholat dhuha yang seharusnya dilaksanakan sebelum kegiatan pembelajaran
dimulai, beberapa guru masih ada yang belum menerapkan itu di kelas
sebelum pembelajaran dimulai. Selain itu di madrasah masih terdapat
hubungan antara pribadi siswa dengan gurunya yang kurang baik, hal spserti
itu juga terdapat di kelas VIIIA. Hal-hal sperti inilah yang dapat menghambat
dalam pengembangan ranah afektif pada siswa pada pembelajaran aqidah
akhlak.
Faktor penghambat dalam mengembangkan ranah afektif dalam
pembelajaran aqidah pada siswa di kelas VIIIA adalah berasal dari
lingkungan masyarakat siswa-siswi tersebut. Di kelas VIIIA siswa-siswinya
bertempat tinggal di kondisi masyarakat yang bermacam-macam. Ada yang
bertempat tinggal di lingkungan dekat pondok pesantren ada juga yang
bertempat tinggal di daerah yang lingkungan kurang mendukung untuk
pengembangan diri siswa. Lingungan masyarakat yang kurang mendukung
tersebut seperti halnya yang di ungkapkan oleh siswa yang bernama WP:
“Kalau lingkungan di desaku itu kebanyakan agama Islam mas, tapi
banyak juga yang tidak melakukan sholat, jarang juga ada pengajian gitu.
Teman desaku kebanyakan sekolah SMP, pergaulane iseh sak-sak e”.(WP,
16 Mei 2017/08.20 wib).
82
Lingkungan masyarakat yang belum terlalu paham akan ajaran agama
Islam inilah membuat masyarakat disekitar lingkungan tersebut masih
banyak yang belum mengerjakan ibadah-ibadah yang sesuai dengan
tuntunan Allah SWT. Ditambah dengan anak-anak yang seusia WP
bersekolah di sekolah menengah pertama yang masih minim pelajaran
yang berkaitan dengan agama Islam. Hal itu akhirnya berdampak kepada
anak-anak dilingkungan masyarakat WP tersebut yang seakan-akan belum
butuh pengembangan ranah afektif yang sesuai dengan pembelajaran
aqidah akhlak.
Melihat pernyataan dari WP diatas dapat dikatakan bahwa lingkungan
masyarakat seperti itu dapat menghambat pengembangan pribadi anak,
termasuk pengembangan dari segi ranah afektif anak yang pada awalnya di
harapkan sesuai dengan pembelajaran aqidah akhlak.
Dapat digaris bawahi bahwa pembahasan diatas dari strategi
pengembangan ranah afektif siswa dalam pembelajaran aqidah akhlak
yang dikerahkan oleh pihak Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Boyolali itu
sudah berusaha yang terbaik. Hal tersebut berdampak pada penguasaan
ranah afektif siswa-siswi di kelas VIIIA mayoritas sudah dapat dikatakan
pada kategori baik. Walaupun masih ada beberapa siswa-siswi yang belum
sadar akan kebutuhannya dalam ranah afektif yang sesuai dengan
pembelajaran aqidah akhlak dan guru-guru yang masih kandang-kadang
belum menerapkan strategi pengembangan ranah afektif siswa tersebut.
Dan kedepannya dari pihak madrasah akan selalu meningkatkan strategi-
83
strateginya dalam mengembangkan ranah afektif dalam pembelajaran
aqidah akhlak pada siswa-siswinya, khususnya siswa-siswi yang berada di
jenjang kelas VIIIA. Serta dari pihak guru mata pelajaran aqidah akhlak
itu sendiri akan lebih menekankan pembelajarannya, supaya siswa-siswi
dikelas VIIIA lebih memahami suatu makna aqidah akhlak yang sangat
bermanfaat bagi pribadi siswa-siswa tersebut. Tidak hanya meningkatkan
strategi pengembangan ranah afektifnya, namun juga akan selalu
mengevaluasi pihak-pihak madrasah dan pihak siswa-siswinya supaya
ranah afektif siswa-siswinya kedepan lebih baik dan sesuai dengan tujuan
dan fungsi pembelajaran aqidah akhlak di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1
Boyolali.
84
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian kualitatif dengan teknik observasi,
wawancara dan dokumentasi yang dilaksanakan di MTs Negeri 1 Boyolali
tentang strategi mengembangkan ranah afektif dalam pembelajaran aqidah
akhlak pada siswa kelas VIIIA di MTs Negeri 1 Boyolali tahun pelajaran
2016/2017, maka dapat diambil beberapa kesimpulan. Kesimpulan tersebut
dipaparkan sebagai berikut:
1. Strategi untuk Pengembangan ranah afektif dalam pembelajaran aqidah
pada siswa kelas VIIIA di MTs Negeri 1 Boyolali yaitu dengan
menerapkan beberapa pembiasaan yang telah terjadwal di madrasah.
Pembiasaan yang telah terjadwal tersebut adalah budaya salam sapa antara
guru dengan siswa yang dilakukan di depan gerbang MTs Negeri 1
Boyolali, pembiasaan kegiatan tadarus setiap pagi sebelum kegiatan
belajar mengajar dilaksanakan, pembiasaan sholat dhuha yang
dilaksanakan juga setiap pagi sebelum kegiatan belajar mengajar
berlangsung, penerapan pembiasaan sholat dzuhur berjamaah di masjid
yang ada di lingkungan madrasah. Kemudian selain itu guru mata
pelajaran aqidah akhlak juga menerapkan metode pembelajaran yang aktif
guna membentuk dan mengembangkan ranah afektif siswa yang sesuai
dengan pembelajaran aqidah akhlak. Hal yang lain yaitu adanya
85
ekstrakurikuler yang menunjang pengembangan ranah afektif siswa
seperti: murotal/qiroatul qur’an, rebana/hadrah, pidato, dan khutbah.
2. Beberapa faktor pendukung strategi pengembangan ranah afektif dalam
pembelajaran aqidah akhlak pada siswa kelas VIIIA di MTs Negeri 1
Boyolali tahun pelajaran 2016/2017 adalah faktor dari pribadi siswa itu
sendiri seperti keadaan psikologis dan fisiologis siswa yang dalam
keadaan baik dan stabil maka siswa dapat dengan mudah dikembangkan
ranah afektifnya yang sesuai dengan pembelajaran aqidah akhlak. Faktor
dari keluarga, seperti pribadi orang tua siswa-siswi kelas VIIIA mayoritas
memperhatikan pengembangan pribadi anaknya terutama dalam hal ranah
afektif, memberikan perhatian dan kasih sayang yang penuh guna
terbentuknya pribadi anaknya yang baik. Faktor dari sekolah, seperti
halnya pihak MTs Negeri 1 Boyolali yang sudah menerapkan beberapa
strategi untuk mengembangkan ranah afektif siswa yang seuai dengan
pembelajaran aqidah akhlak. Contohnya pembiasaan salam sapa antara
guru dengan murid, pembiasaan setiap pagi yaitu tadarus, sholat dhuha dan
siangnya berjamaah sholat dzuhur dan sebagainya. Faktor dari lingkungan
masyarakat, seperti lingkungan tempat tinggal salah satu siswa di kelas
VIIIA yang berdekatan dengan pondok pesantren, lingkungan yang
mempunyai potensi yang positif lainnya, maka hal itu akan mendukung
proses pengembangan ranah afektif siswa di kelas VIIIA yang sesuai
dengen pembelajaran aqidah akhlak.
86
3. Faktor penghambat strategi pengembangan ranah afektif dalam
pembelajaran aqidah akhlak pada siswa kelas VIIIA di MTs Negeri
Boyolali tahun pelajaran 2016/2017 adalah berasal dari perkembangan
jaman yang semakin modern dan serba canggih, dengan adanya hal ini
siswa kelas VIIIA masih ada yang mebggunakan teknologi seperti
smartphone dan internet dengan penggunaan yang berbau negatif. Faktor
dari pribadi siswa sendiri, seperti kondisi psikologis dan fisiologis anak
yang dalam keadaan kurang baik atau tidak stabil maka akan menghambat
pengembangan ranah afektif. Faktor keluarga, seperti pengawasan oramg
tua kepada anaknya yang kurang intensif, sesuai yang dialami siswa kelas
VIIIA pada saat menggunakan smartphone dan jaringan internet tanpa
sepangawasan orang tuannya, orang tua yang kurang paham akan ajaran
Islam, kurangnya kasih sayang kepada anaknya. Faktor dari sekolah,
sebagian kecil pihak madrasah yang masih belum menerapkan
pembiasaan-pembiasaan ibadah di madrasah, kurang harmonisnya
hubungan antara guru dengan siswa. Faktor dari lingkungan masyarakat,
seperti tempat tinggal salah satu siswa kelas VIIIA yang teman sebayanya
pergaulannya kurang baik, hal seperti ini akan menghambat perkembangan
ranah afektif siswa kelas VIIIA yang sesuai dengan pembelajaran aqidah
akhlak.
87
B. Saran-saran
Berdasarkan dari penelitian tentang strategi mengembangkan ranah
afektif dalam pembelajaraan aqidah akhlak pada siswa kelas VIIIA di MTs
Negeri 1 Boyolali tahun pelajaran 2016/2017 ini, ada beberapa saran yang
bisa kami berikan sebagai berikut:
1. Kepala Madrasah: selalu meningkatkan strategi untuk mengembangkan
ranah afektif dalam pembelajaran aqidah akhlak pada siswa di MTs
Negeri 1 Boyolali.
2. Guru atau pendidik: untuk selalu mengembangkan profesionalisme
dirinya yang berperan sebagai pendidik dan selalu melakukan evaluasi
terhadap pribadinya masing-masing agar lebih memberikan kontribusi
yang lebih dalam mengembangkan ranah afektif siswa dalam
pembelajaran aqidah akhlak.
3. Orang Tua: dapat lebih memperhatikan perkembangan pribadi anaknya di
lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat, terutama dalam
perkembangan ranh afektifnya supaya dapat terarah dengan baik dan anak
mempunyai pribadi yang berkualitas.
4. Siswa: selalu melaksanakan pembelajaran di madrasah dengan sebaik-
baiknya, dan selalu patuh dengan pihak madrasah serta patuh terhadap
tata tertib yang ada di MTs Negeri 1 Boyolali.
88
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad, 2006. Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta Didik), Jakarta
: Bumi Aksara.
Antonius Trg, pada tanggal 03 November 2016. “Penilaian Ranah Afektif”,
Harian Global dalam www.yahoo.com.
Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek,
Jakarta: Rineka Cipta.
Atmaja, Purwa Prawira, 2016. Psikologi Pendidikan Prespektif Baru, Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media.
Badudu , JS, dan Sutan Muhammad Zain, 2010. Kamus Psikologi, Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
Budiarjo, 2013. Kamus Psikologi, Semarang: Dahara Prize.
B. Uno, Hamzah. 2015. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM, Jakarta: Bumi
Aksara.
Departemen Agama RI, 2006. Al-Qur’an-Al-Karim dan Terjemah Bahasa
Indonesia, Kudus: Menara Kudus.
Drajat, Zakiyah dkk, 2001. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta:
Bumi Aksara.
E. Waruwu, Fedelis, Monty P. Satiadarma, 2003. Mendidik Kecerdasan, Jakarta:
Pustaka Populer Obor.
Haris Fathoni Makmur, Umiarso, 2010. Pendidikan Islam Dan Krisis Moralisme
Masyarakat Modern, Jogjakara: IRCiSoD.
Ilyas, Yanuhar, 2007. Kuliah Akhlaq, Yogyakarta: Lembagaga Pengkajian dan
Pengalaman Islam (LPPI).
J. Meleong, Lexy, 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Majid, Abdul, 2012. Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Makhbuloh, Deden, 2013. Pendidikan Agama Islam (Arah Baru Pengembangan
Ilmu dan Kepribadian di Perguruan Tinggi), Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sriyati , Lilik, 2006. Psikologi Belajar, Salatiga: STAIN Salatiga Press.
89
Subur, 2015. Pembelajaran Nilai Moral Berbasis Kisah, Yogyakarta: Kalimedia.
Sugiyono, 2015. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D), Bandung : Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih, 2011. Landasan Psikologi Proses Pendidikan,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sunarto, 2013. Perkembangan Peserta Dididik, Jakarta: Rineka Cipta.
Suprayoga, Imam, 2001. Metodologi Penelitian Sosial Agama. Bandung, Remaja
Rosdakarya.
Suprihatiningrum, Jamil, 20016. Guru Profesional, Jogjakarta: Ar-ruzz Media.
Suprihatiningrum, Jamil, 20016. Strategi Pembelajaran (Teori & Aplikasi),
Jogjakarta: Ar-ruzz Media.
Syah, Muhibbin, 2009. Psikologi Belajar, Jakarta:Rajawali Pers.
Syah, Muhibbin, 1995. Psikologi Pendidikan (pendekatan baru), Bandung:
Rajawali Pers.
Tafsir, Ahmad, 2004. Ilmu Pendidikan dalam Prespektif Islam, Bandung: Remaja
RosdaKarya.
Toha, Chabib dkk, 2004. Metodologi Pengajaran Agama Islam, Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Wena, Made, 2011. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Jakarta : Bumi
Aksara.
Zuchdi, Darmiyati, 2009. Humanisasi Pendidikan, Jakarta:PT Bumi Aksara.
90
LAMPIRAN-LAMPIRAN
91
PEDOMAN WAWANCARA
Narasumber : Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Boyolali
Judul Penelitian : Strategi Mengembangkan Ranah Afektif Dalam
Pembelajaran Aqidah Akhlak Pada Siswa Kelas VIII A Di
MTs Negeri 1 Boyolali Tahun Pelajaran 2017.
1. Bagaimanakah menurut bapak tentang pembelajaran aqidah akhlak di
sekolahan ini?
2. Menurut bapak, apakah yang dimaksud dengan ranah afektif dalam
pembelajaran aqidah akhlak?
3. Adanya pembelajaran aqidah akhlak di sekolahan ini, apakah ranah afektif
siswa sudah terbentuk dengan baik?
4. Bagaimanakah penerapan strategi pembelajaran aqidah akhlak di
sekolahan ini dalam pembentukan ranah afektif siswa yang baik?
5. Nilai-nilai apa saja yang diterapkan sekolahan ini dalam membentuk dan
mengembangkan ranah fektif siswa supaya sesuai dengan pembelajaran
aqidah akhlak?
6. Apakah di sekolahan ini ada kegiatan ektrakurikuler yang menunjang
pengembangan ranah afektif siswa di bidang aqidah akhlak?
7. Menurut bapak, adakah kesulitan yang dihadapi oleh guru aqidah akhlak
maupun guru mata pelajaran umum dalam mengembangkan ranah afektif
siswa? Kesulitan apakah saja itu?
8. Solusi apa saja yang seharusnya dilakukan oleh guru saat menghadapi
kesulitan dalam mengembangkan ranah afektif dalam pembelajaran aqidah
akhlak?
9. Apakah sudah ada hasilnya yang terlihat dari pengembangan ranah afektif
dalam pembelajaran aqidah tersebut? Contohnya?
92
10. Apakah harapan bapak sebagai kepala sekolah setelah pribadi siswa sudah
dapat menguasai ranah afektifnya dari pembelajaran aqidah akhlak
tersebut?
93
PEDOMAN WAWANCARA
Narasumber : Guru mata pelajaran Aqidah Akhlak
Judul Penelitian : Strategi Mengembangkan Ranah Afektif Dalam
Pembelajaran Aqidah Akhlak Pada Siswa Kelas VIII A di
MTs Negeri 1 Boyolali Tahun Pelajaran 2017.
1. Bagaimanakah menurut bapak/ibu tentang pembelajaran aqidah akhlak di
Madrasah ini?
2. Menurut bapak/ibu, apakah dengan pembelajaran aqidah akhlak sudah
dapat membentuk ranah afektif siswa kelas VIII A dengan baik?
Alasannya?
3. Menurut bapak/ibu sudahkan siswa menguasai ruang lingkup aqidah
akhlak pada ranah afektifnya?
4. Apakah fungsi pengembangan ranah afektif siswa dalam pembelajaran
aqidah akhlak?
5. Apakah tujuan adanya pengembangan ranah afektif siswa di dalam
pembelajaran aqidah akhlak ini?
6. Permasalahan apa sajakah yang bapak/ibu hadapi dalam mengembangkan
ranah afektif siswa khususnya dalam pembelajaran aqidah akhlak ini?
7. Strategi pembelajaran apa yang bapak/ibu gunakan dalam mengatasi
permasalahan dalam mengembangkan ranah afektif siswa tersebut?
8. Apa sajakah faktor pendukung untuk mengembangkan ranah afektif siswa
dalam pembelajaran aqidah akhlak?
9. Apa sajakah faktor penghambat dalam mengembangkan ranah afektif
siswa pada pembelajaran aqidah akhlak?
10. Bagaimanakah cara bapak/ibu dalam meningkatkan pembelajaran aqidah
akhlak supaya ranah afektif siswa selalu terjaga atau selalu ada
peningkatan?
94
11. Harapan apa saja yang bapak/ibu inginkan dengan adanya pembelajaran
aqidah akhlak ini untuk pengembangan ranah afektif siswa?
95
PEDOMAN WAWANCARA
Narasumber : Waka Kurikulum MTs Negeri 1 Boyolali
Judul Penelitian : Strategi Mengembangkan Ranah Afektif Dalam Pembelajaran
Aqidah Akhlak Pada Siswa Kelas VIII A di MTs N 1 Boyolali
Tahun Pelajaran 2017.
1. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang ranah afektif dalam pembelajaran
aqidah akhlak?
2. Bagaimanakah gambaran ranah afektif siswa di kelas VIIIA pada saat ini?
3. Apakah ranah afektif siswa kelas VIIIA sudah sesuai dengan pembelajaran
aqidah akhlak?
4. Menurut pandangan bapak/ibu adakah kesulitan yang dihadapi oleh guru
aqidah akhlak maupun guru umum dalam mengembangkan ranah afektif
siswa kelas VIIIA? Misalnya kesulitan seperti apa?
5. Solusi apa yang bapak/ibu berikan ketika seorang guru menemukan
kesulitan dalam mengembangkan ranah afektif siswa?
6. Faktor pendukung dan penghambat apa yang dapat mempangaruhi
pengembangan ranah afektif siswa?
7. Apakah fungsi dan tujuan adanya pembelajaran aqidah akhlak terhadap
pengembangan ranah afektif siswa?
8. Harapan apa saja yang bapak/ibu ingin dengan adanya pembelajaran
aqidah akhlak untuk mengembangkan ranah afektif siswa?
96
PEDOMAN WAWANCARA
Narasumber : Siswa/siswi Kelas VIII A MTs N 1 Boyolali
Judul Penelitian : Strategi Mengembangkan Ranah Afektif Dalam Pembelajaran
Aqidah Akhlak Pada Siswa Kelas VIII A di MTs N 1 Boyolali
Tahun Pelajaran 2017.
1. Bagaimana kesan anda dapat belajar di sekolah yang berbasis agama Islam
ini?
2. Apa yang anda ketahui tentang pembelajaran aqidah akhlak?
3. Apa yang dimaksud dengan perkembangan emosi, perasaan atau sifat
seseorang yang sesuai dengan pembelajaran aqidah akhlak?
4. Bagaimanakah lingkungan di sekitar anda terhadap pengembangan sifat
atau perilaku anda?
5. Apakah orang tua anda sudah melaksanakan sholat setiap harinya?
6. Bagaimanakah tanggapan anda sebagai siswa/siswi yang dapat belajar di
sekolah yang berbasis agama Islami ini terhadap perilaku siswa yang
menyimpang?
7. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat perkembangan emosi,
perasaan dan sikap siswa?
8. Adakah kesulitan yang anda hadapi pada saat mengikuti pembelajaran
agama Islam di madrasah ini?
9. Menurut anda bagaimanakah cara guru di kelas VIIIA ini dalam
melaksanakan pembelajaran? Khususnya pembelajaran aqidah akhlak?
10. Menurut anda apakah bapak-ibu guru sudah menerapkan pembiasaan
salaman di depan gerbang madrasah ini?
11. Apakah sudah baik guru di kelas ini dalam melaksanakan
pembelajarannya, khususnya untuk mengembangkan sikap dan perilaku
siswa dengan baik?
97
12. Bagaimana perasaan anda pada saat mendapatkan pembelajaran aqidah
akhlak di sekolahan ini?
13. Apa manfaat yang anda dapatkan pada saat ini setelah mengikuti
pembelajaran aqidah akhlak?
98
HASIL WAWANCARA
1. Nama Narasumber : Drs. H. Mushonif, M.Pd
Tanggal Wawancara : 16 Mei 2017/10:15 wib
Judul Penelitian :Strategi Mengembangkan Ranah Afektif Dalam
Pembelajaran Aqidah Akhlak Pada Siswa Kelas
VIII A Di MTs Negeri 1 Boyolali Tahun
Pelajaran 2017.
NO Pertanyaan Wawancara Jawaban Narasumber
1. Bagaimanakah menurut bapak
tentang pembelajaran aqidah akhlak
di sekolahan ini?
Pada intinya sekolah ini sudah
memberlakukan kurikulum 2013
(kurtilas),aqidah ini merasuk ke
ranah afektif dan di sekolahan ini
pembelajaran aqidah sudah baik
walaupun masing ada beberapa
siswa yang belum menguasai
afektifnya.
2. Menurut bapak, apakah yang
dimaksud dengan ranah afektif
dalam pembelajaran aqidah akhlak?
Yang dimaksud adalah ranah
perasaan baik emosi senang,
gembira, sedih, yang dibentuk dan
dikembangkan melalui
pembelajaram aqidah akhlak.
3. Adanya pembelajaran aqidah
akhlak di sekolahan ini, apakah
ranah aektif siswa sudah terbentuk
dengan baik?
Siswa di madrasah ini sebagian
besar alhamdulillah sudah
terbentuk,yaa.. walaupun ada
beberapa mas yang belum
menguasai, mungkin itu karena
siswa-siswa belum terlalu
menyadari akan kebutuhan
99
pembentukan ranah afektifnya.
4. Bagaimanakah penerapan strategi
pembelajaran aqidah akhlak di
sekolahan ini dalam pembentukan
ranah afektif siswa yang baik?
Pihak madrasah menerapkan
strateginya itu seperti :
Anak masuk dari gerbang
madrasah membiasakan
salaman dengan guru-guru
yang berdiri di depan gerbang
madrasah.
Anak-anak berangkat dari
rumah membiasakan pamitan
dengan kedua orang tuanya.
Pembiasaan tadarus sebelum
kegiatan belajar di kelas
dimulai.
Pembiasaan sholat dhuha di
pagi hari dan sholat dzuhur
berjamaah di masjid.
5. Nilai-nilai apa saja yang diterapkan
sekolahan ini dalam membentuk
dan mengembangkan ranah afektif
siswa supaya sesuai dengan
pembelajaran aqidah akhlak?
Nilai kesantunan, nilai toleransi,
budi pekerti, nilai agamis, dan
masih banyak lagi nilai-nilai yang
diterapkan oleh pihak madrasah ini
mas.
6. Apakah di sekolahan ini ada
kegiatan ektrakurikuler yang
menunjang pengembangan ranah
afektif siswa di bidang aqidah
akhlak?
Ada mas, diantara ekstrakurikuler
rebana, ekstrakurikuler
murotal/qiro’ah, praktek sholat, life
skill khutbah, pidato dan lain-lain
mas.
7. Menurut bapak, adakah kesulitan Ada kesulitan yang ditemui oleh
100
yang dihadapi oleh guru aqidah
akhlak maupun guru mata pelajaran
umum dalam mengembangkan
ranah afektif siswa? Kesulitan
apakah saja itu?
para guru, seperti kurangnya atau
masih sulitnya dalam mengenali
pribadi masing-masing siswa,
metode pendekatan yang kurang
sesuai untuk mengembangkan
afektif siswa.
8. Solusi apa saja yang seharusnya
dilakukan oleh guru saat
menghadapi kesulitan dalam
mengembangkan ranah afektif
dalam pembelajaran aqidah akhlak?
Solusinya adalah meberikan
penyuluhan kepada siswa agar
siswa sadar akan kebutuhan
pembetukan dan pengembangan
dirinya lebih baik, orang tua yang
harus memberi motivasi kepada
masing-masing anaknya, anak
harus terpenuhi kebutuhan kasih
sayang dan perhatiannya dari orang
tua.
9. Apakah sudah ada hasilnya yang
terlihat dari pengembangan ranah
afektif dalam pembelajaran aqidah
tersebut? Contohnya?
Alhamdulillah di madrasah ini
sudah cukup baik mas,
kenyataannya siswa-siswa sini
kenakalannya sudah rendah, tenang
dalam pembelajaran, minim
terjadinya tawuran dan berkelahi.
10. Apakah harapan bapak sebagai
kepala sekolah setelah pribadi
siswa sudah dapat menguasai
ranah afektifnya dari pembelajaran
aqidah akhlak tersebut?
Harapan saya ya siswa-siswi di
madrasah sini kedepannya dapat
sekolah lajut, dalam artinya dapat
melanjutkan sekolahnya setinggi
mungkin supaya pribadinya dapat
menjadi pribadi ya ng berperan dan
berguna di masyarakat.
101
2. Nama Narasumber : Amir Fadhil S.Pd.I
Tanggal Wawancara : 10 Mei 2017/08.30 wib
No Pertanyaan Wawancara Jawaban Narasumber
1. Bagaimanakah menurut bapak/ibu
tentang pembelajaran aqidah akhlak
di Madrasah ini?
Pandangan saya mas,
pembelajaran aqidah akhlak di
madrasah ini sudah baik ya,
namun ada juga mas beberapa
siswa yang belum dapat
menguasai pembelajaran
aqidah tersebut. Mungkin
karena belum memahami
aqidah itu seperti apa gitu.
2. Menurut bapak/ibu, apakah dengan
pembelajaran aqidah akhlak sudah
dapat membentuk ranah afektif
siswa kelas VIII A dengan baik?
Alasannya?
Ya sampai saat ini mungkin
belum dapat membentuk sikap
afektif semua siswa yang ada
di kelas VIIIA mas. Saya aja
sebelum KBM di mulai sering
mengajak anak-anak sholat
dhuha atau dzuhur dulu, tetapi
masih ada yang belum mau
ikut sholat. Nah..hal seperti ini
yang belum dapat membentuk
ranah afektif siswa dengan
baik.
3. Menurut bapak/ibu sudahkan siswa
menguasai ruang lingkup aqidah
akhlak pada ranah afektifnya?
Ya kalau menguasai belum
mas. Siswa hanya sekedar
hafal saja ruang lingkup
aqidah itu namun pada
tindakannya siswa tersebut
belum dapat melaksanakan
dengan baik. Maka harus ada
pembenahan-pembenahan
dalam penerapan ruang
lingkup aqidah akhlak.
4. Apakah fungsi pengembangan
ranah afektif siswa dalam
Fungsinya untuk membiasakan
tindakan yang baik. Contohnya
siswa yang di rumah belum
102
pembelajaran aqidah akhlak?
melaksanakan sholat, kalau di
madrasah siswa itu saya ajak
sholat mas, jadi ya sedikit
demi sedikit untuk merubah
sikap siswa agar menjadi lebih
baik.
5. Apakah tujuan adanya
pengembangan ranah afektif siswa
di dalam pembelajaran aqidah
akhlak ini?
Tujuannya ya paling tidak
membuat siswa itu paham
tentang pembentukan pribadi
mereka itu supaya lebih baik
lagi. Setelah paham nantinya
siswa tersebut akan berubah
sikap dan ranah afektifnya itu.
6. Permasalahan apa sajakah yang
bapak/ibu hadapi dalam
mengembangkan ranah afektif
siswa khususnya dalam
pembelajaran aqidah akhlak ini?
Permasalahannya yaitu
terdapat pada pribadi siswa,
jadi apabila siswa tersebut
berkepribadian kurang baik
dapat membuat guru-guru
sering kualahan dalam
mengembangkan ranah afektif
siswa itu mas. Jadi guru
dituntut sabar dan harus
mempunyai strategi yang baik
untuk mengatasi itu semua.
7. Strategi pembelajaran apa yang
bapak/ibu gunakan dalam
mengatasi permasalahan dalam
mengembangkan ranah afektif
siswa tersebut?
Strategi saya
yaa..membiasakan sholat
dhuha itu, tadarus terus
diajarin berkata yang baik
bagaimana gitu mas. Dan
didalam pembelajaran aqidah
itu sendiri saya menerapkan
model-model pembelajaran
mas. Dalam penyampaian
materi aqidah saya melakukan
dengan model konsiderasi,
kadang saya menerapkan
model pembentukan rasional,
model menilai, atau malah
103
kadang menerapkan dengan
model non direktif.
8. Apa sajakah faktor pendukung
untuk mengembangkan ranah
afektif siswa dalam pembelajaran
aqidah akhlak?
Faktor pendukungnya itu
pembiasaan tadarus setiap
pagi, sholat jamaah, sama itu
kegiatan ekstrakurikuler mas.
9. Apa sajakah faktor penghambat
dalam mengembangkan ranah
afektif siswa pada pembelajaran
aqidah akhlak?
Yaaa...rata-rata
penghambatnya itu anak-anak
kurang menyukai pelajaran
agama itu, dari situ mungkin
sudah dapat dilihat
penghambatnya. Siswa pasti
sulit untuk diarahkan. Selain
itu ya mungkin dari pengaruh
lingkungan dan keluarga yang
kurang memperhatikan
perkembangan pribadi
anaknya.
10. Bagaimanakah cara bapak/ibu
dalam meningkatkan pembelajaran
aqidah akhlak supaya ranah afektif
siswa selalu terjaga atau selalu ada
peningkatan?
Untuk pembelajaran ya
menurut saya sendiri itu selalu
mengecek bacaan al qur’annya
yang sesuai dengan materi.
Selain itu pembiasaan kegiatan
yang positif seperti tadarus,
sholat jamaah dan lain
sebagainnya.
11. Harapan apa saja yang bapak/ibu
inginkan dengan adanya
pembelajaran aqidah akhlak ini
untuk pengembangan ranah afektif
siswa?
Harapan kedepan ya semoga
anak itu tahu akan kewajiban
sebagai orang Islam. Harus
melaksanakan semua perintah
Allah dan menjauhi segala
larangannya itu mas.
104
3. Nama Narasumber : Sri Wahyuni S.Pd.
Tanggal Wawancara : 10 Mei 2017/09.35 wib
No Pertanyaan Wawancara Jawaban Narasumber
1. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang
ranah afektif dalam pembelajaran
aqidah akhlak?
Ranah afektif dalam
pembelajaran aqidah akhlak
bagi saya itu adalah suatu rasa
ingin mengetahui atau
emosional untuk selalu belajar
dan memperbaiki diri sesuai
dengan ajaran-ajaran agama
Islam.
2. Bagaimanakah gambaran ranah
afektif siswa di kelas VIIIA pada
saat ini?
Pandangan saya selaku waka
kurikulum begini mas, siswa-
siswi di kelas VIIIA itu ranah
afektifnya ada yang sudah baik
dan sebagian ada yang belum
menguasai ranah afektif yang
sesuai aqidah akhlak. Mungkin
itu dikarenakan dari segi
kognitifnya siswa-siswa yang
berbeda dalam memahami
pembelajaran aqidah akhlak ya
mas. Sebenarnya madrasah
sini itu sudah berupaya yang
terbaik untuk mengembangkan
pribadi siswa-siswi, akan
tetapi ya guru-guru dihadapkan
dengan masalah seperti itu jadi
guru-guru harus pinter-
pinternya menerapkan strategi
untuk mengembangkan ranah
afektif siswa.
3. Apakah ranah afektif siswa kelas
VIIIA sudah sesuai dengan
pembelajaran aqidah akhlak?
Saya lihat belum terlalu sesuai
dengan pembelajaran aqidah
akhlak, tetapi sebagian sudah
ada yang sesuai. Ranah afektif
siswa kelas VIIIA yang sudah
105
sesuai itu dapat dihitung mas.
4. Menurut pandangan bapak/ibu
adakah kesulitan yang dihadapi
oleh guru aqidah akhlak maupun
guru umum dalam mengembangkan
ranah afektif siswa kelas VIIIA?
Misalnya kesulitan seperti apa?
Tentunya ada, kesulitan itu
berupa cara mengatasi
kepribadian masing-masing
siswa itu sendiri agar mudah
diarahkan dalam
pengembangan ranah
afektifnya. Misalnya pribadi
yang hiperaktif dari siswa, ada
yang kepribadianya bandel
atau sulit diatur seperti itu.
5. Solusi apa yang bapak/ibu berikan
ketika seorang guru menemukan
kesulitan dalam mengembangkan
ranah afektif siswa?
Solusinya guru-guru harus
mempunyai jiwa
profesionalisme yang baik,
mempunyai metode atau
strategi yang bagus untuk
mengarahkan dan
mengembangkan pribadi siswa
khususnya dalam ranah afektif
itu.
6. Faktor pendukung dan penghambat
apa yang dapat mempangaruhi
pengembangan ranah afektif siswa?
Banyak ya mas faktor
pendukung dan
penghambatnya.
Pendukungnya ya seperti
kepribadian siswa yang sudah
baik, lingkungan keluarga
yang mendukung
perkembangan afektif anak,
lingkungan yang Islam di
masyarakat, peran madrasah
yang berkualitas. Kalau faktor
penghambatnya itu jeleknya
pribadi siswa, keluarga yang
kurang memperhatikan anak,
pergaulan bebas, budaya yang
kurang baik, lingkungan
masyarakat yang kurang baik
juga seperti itu mas.
106
7. Apakah fungsi dan tujuan adanya
pembelajaran aqidah akhlak
terhadap pengembangan ranah
afektif siswa?
Fungsi dan tujuannya yaa...
untuk membentuk dan
mengembangkan pribadi siswa
yang Islami, menjadikan siswa
itu manusia yang berkualitas
mas.
8. Harapan apa saja yang bapak/ibu
ingin dengan adanya pembelajaran
aqidah akhlak untuk
mengembangkan ranah afektif
siswa?
Harapan saya, dengan adanya
pembelajaran seperti itu siswa-
siswi di madrasah pada
umumnya dan khususnya bagi
siswa kelas VIIIA dapat
menjadi siswa yang
berakhlaqul karimah dan
pandai, pandai dalam
akademik dan pandai dalam
bertindak dalam kehidupan
sehari-hari.
4. Nama Narasumber : Widiyono Prastiyo (WP)
Tanggal Wawancara : 16 Mei 2017/08.40 wib
NO Pertanyaan Wawancara Jawaban Narasumber
1. Bagaimana kesan anda dapat
belajar di sekolah yang berbasis
agama Islam ini?
Senang, bisa mempelajari lebih
banyak tentang agama Islam.
2. Apa yang anda ketahui tentang
pembelajaran aqidah akhlak?
Aqidah akhlak adalah pelajaran
yang bisa memperbaiki tingkah
laku dengan yang baik.
3. Apa yang dimaksud dengan
perkembangan emosi, perasaan
atau sifat seseorang yang sesuai
dengan pembelajaran aqidah
Emosi adalah orang yang tidak bisa
mengendalikan amarahnya.
107
akhlak?
4. Bagaimanakah lingkungan di
sekitar anda terhadap
pengembangan sifat atau
perilaku anda?
Berperilaku baik selalu menolong
orang lain yang lagi kesusahan dan
bisa bercanda tawa kepada orang-
orang yang ada di masyarakat
dengan baik.
5. Apakah orang tua anda sudah
melaksanakan sholat setiap
harinya?
Keluargaku itu jarang melakukan
sholat sih mas, kalau ibu itu sholat
mas, tapi bapak kadang-kadang.
Terkadang bapak itu nyuruh aku
buat sholat gitu mas. Kalau
lingkungan di desaku itu
kebanyakan agama Islam mas, tapi
banyak juga yang tidak melakukan
sholat, jarang juga ada pengajian
gitu. Teman desaku kebanyakan
sekolah SMP, pergaulane iseh sak-
sak e.
6. Bagaimanakah tanggapan anda
sebagai siswa/siswi yang dapat
belajar di sekolah yang berbasis
agama Islami ini terhadap
perilaku siswa yang
menyimpang?
Menurutku supaya siswa itu dapat
memperbaiki tindakannya dan
sekolah disini supaya memperoleh
pendidikan yang sesuai dengan
ajaran Islam.
7. Faktor apa saja yang mendukung Faktor lingkungan, seperti
108
dan menghambat perkembangan
emosi, perasaan dan sikap
siswa?
pengaruh dari teman sebaya, teman
yang mengajak berbuat baik pasti
sikap siswa akan terpengaruh baik
dan bila buruk maka sikap juga
menjadi buruk.
8. Adakah kesulitan yang anda
hadapi pada saat mengikuti
pembelajaran agama Islam di
madrasah ini?
Kalau aku itu sejak kecil
sebenarnya juga sudah
disekolahkan yang berbasis agama
gitu, tapi pada saat MI aku masih
sulit untuk mengikuti pembelajaran
agama Islamnya. Karena aku
belajar agama Islam itu hanya di
sekolahan saja mas, di rumah itu
orang tua seperti kurang dalam
mengasih pembelajaran agama
Islam. Setelah masuk di Madrasah
ini aku mulai bisa mengikuti
kegiatan keagamaan yang
diterapkan di sekolah ini. Yo,
walaupun masih ada kesulitan
untuk mengendalikan dari diriku
sendiri.
9. Menurut anda bagaimanakah
cara guru di kelas VIIIA ini
dalam melaksanakan
pembelajaran? Khususnya
pembelajaran aqidah akhlak?
Pembelajaran di kelas ini sudah
baik, karena menjadikan akhlak
semakin baik yang sesuai dengan
ajaran agama Islam.
10. Menurut anda apakah bapak-ibu
guru sudah menerapkan
Betul banget mas itu, jadi bapak-
ibu guru itu setiap pagi selalu
109
pembiasaan salaman di depan
gerbang madrasah ini?
berdiri di depan gerbang sekolah
untuk menyalamin siswa-siswi
disini. Selain menyalamin, bapak-
ibu guru itu sering menegur teman-
teman yang bajunya kurang rapi
atau rambutnya yang laki-laki
sudah kelihatan panjang-panjang
gitu mas
11. Apakah sudah baik guru di kelas
ini dalam melaksanakan
pembelajarannya, khususnya
untuk mengembangkan sikap
dan perilaku siswa dengan baik?
Menurutku sudah baik mas, karena
pak Amir setiap pagi sebelum
belajar di kelas di mulai beliau
mengajak siswa-siswi untuk
melaksanakan tadarus kadang di
selingi sholat dhuha di masjid.
12. Bagaimana perasaan anda pada
saat mendapatkan pembelajaran
aqidah akhlak di sekolahan ini?
Selama pelajaran aqidah akhlak
saya mendapat pembelajaran yang
baik, bisa merubah tingkah laku
saya yang tadinya jelek sekarang
bisa menjadi baik.
13. Apa manfaat yang anda
dapatkan pada saat ini setelah
mengikuti pembelajaran aqidah
akhlak?
Manfaatnya bisa bertingkah laku
yang baik dan dalam bertindak
lebih hati-hati lagi.
110
5. Nama Narasumber : Oktavia Wida Yanti
Tanggal Wawancara : 16 Mei 2017/08.20 wib
NO Pertanyaan Wawancara Jawaban Narasumber
1. Bagaimana kesan anda dapat
belajar di sekolah yang
berbasis agama Islam ini?
Kesannya menarik, karena dengan
kita belajar yang berbasis agama
Islam, kita dapat mempelajari
agama Islam lebih mendalam.
2. Apa yang anda ketahui tentang
pembelajaran aqidah akhlak?
Pelajaran aqidah akhlak
mengajarkan tentang perilaku yang
baik, dan mempelajari yang
berkaitan dengan sikap.
3. Apa yang dimaksud dengan
perkembangan emosi, perasaan
atau sifat seseorang yang
sesuai dengan pembelajaran
aqidah akhlak?
Emosi adalah suatu bentuk
perasaan orang untuk menunjukkan
sikapnya, emosi harus yang baik
dan sesuai dengan pembelajaran
aqidah akhlak yang baik.
4. Bagaimanakah lingkungan di
sekitar anda terhadap
pengembangan sifat atau
perilaku anda?
Pengaruh lingkungan terhadap saya
adalah mengikuti pergaulan yang
baik, karena lingkungan pergaulan
di desa saya ada yang baik dan ada
yang buruk.
5. Apakah anggota keluarga anda
sudah melaksanakan sholat
setiap harinya?
Alhamdulillah keluargaku
melakukan sholat, aku ya ikut-ikut
buat sholat to mas, hehe. Desaku
deket sama pondok mas, jadi
kadang aku diajak bapak atau ibuk
iku pengajian nek pondok iku. Tapi
temen desaku banyak yang enggak
111
ikut pengajian malah pilih dolan
gitu mas.
6. Bagaimanakah tanggapan anda
sebagai siswa/siswi yang dapat
belajar di sekolah yang
berbasis agama Islami ini
terhadap perilaku siswa yang
menyimpang?
Dengan adanya sekolah yang
berbasis agama Islam ini kita dapat
mengubah sikap kita sedikit demi
sedikit menjadi lebih baik.
7. Faktor apa saja yang
mendukung dan menghambat
perkembangan emosi, perasaan
dan sikap siswa?
Yang dapat mendukung adalah
faktor lingkungan yang baik dan
yang menghambat adalah perilaku
teman yang menyimpang dan dapat
mempengaruhi sikap teman yang
lainnya.
8. Faktor pendukung apa yang
membuat anda dapat mengikuti
pembelajaran agama di
madrasah ini?
Aku sejak kecil sudah disekolahkan
yang berbasis Islam, jadi aku itu
disekolahkan di Madrasah
Tsanawiyah Negeri 1 Boyolali ini
tidak terlalu sulit untuk mengikuti
semua kegiatan belajarnya ya.
Mungkin dikarenakan aku sudah
terbiasa dekat dengan pembelajaran
agama Islam
9. Menurut anda bagaimanakah
cara guru di kelas VIIIA ini
dalam melaksanakan
pembelajaran? Khususnya
pembelajaran aqidah akhlak?
Sudah baik, karena dalam
pembelajaran aqidah akhlak guru
yang menerangkan dengan metode
tanya jawab, diskusi dan selalu
mengajak melaksanakan
pembiasaan tadarus serta sholat
112
dhuha bersama.
10. Apakah sudah baik guru di
kelas ini dalam melaksanakan
pembelajarannya, khususnya
untuk mengembangkan sikap
dan perilaku siswa dengan
baik?
Sudah baik, ya itu mas, pak guru
sering mengajak kami untuk
melaksanakan ibadah baik
tadarusan, sholat dzuhur dan
menegur siswa yang berperilaku
jelek gitu.
11. Bagaimana perasaan anda pada
saat mendapatkan
pembelajaran aqidah akhlak di
sekolahan ini?
Hasilnya kita dapat mengetahui
akhkal-akhlak yang baik uang harus
kita kerjakan dan akhlak tercela
yang harus kita hindari.
12. Apa manfaat yang anda
dapatkan pada saat ini setelah
mengikuti pembelajaran aqidah
akhlak?
Mengetahui macam-macam
akhlak terpuji.
Mengetahui macam-macam
akhlak tercela.
Mengetahui nama-nama nabi
dan rosul.
Mengetahui sifat-sifat
wajib,jaiz dan mustahil bagi
Allah SWT.
113
LAMPIRAN DOKUMENTASI
A. Dokumentasi kegiatan wawancara dengan narasumber.
1. Wawancara dengan Kepala MTs Negeri 1 Boyolali
Bapak Mushonif M.Pd
2. Wawancara dengan Guru Mapel Aqidah Akhlak
Bapak Amir Fadhil S.Pd.I
3. Wawancara dengan Waka Kurikulum MTs Negeri 1 Boyolali
Ibu Sri Wahyuni S.Pd.I
114
4. Wawancara dengan siswa kelas VIIIA
Widiyono Prasetiyo
115
5. Wawancara dengan siswa kelas VIIIA
Oktavia Wida Yanti
B. Dokumentasi kegiatan salam sapa guru dengan murid
116
C. Kegiatan Sholat Berjama’ah
D. Kegiatan Sholat Dhuha
117
E. Siswa-Siswi Kelas VIIIA MTs
Negeri 1 Boyolali
F. Kegiatan Rebana MTs Negeri
1 Boyolali
118
G. Kegiatan Ekstrakurikuler
119
120
H. Prestasi Siswa-Siswi MTs Negeri 1 Boyolali
121
PERNYATAAN PUBLIKASI SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Muhammad Syakroni
NIM : 111-13-011
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Judul :STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH
AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH
AKHLAK PADA SISWA KELAS VIII A DI MTS
NEGERI 1 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN
2016/2017
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri dan tidak keberatan untuk dipublikasikan oleh pihak IAIN Salatiga
tanpa menuntut konsekuensi apapun.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dan jika pada kemudian hari terbukti
karya saya ini bukan karya sendiri, maka saya sanggup untuk menanggung
konsekuensinya.
122
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Muhammad Syakroni
Tempat/Tanggal Lahir : Boyolali, 26 Desember 1994
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Wates Rt 03/08 Kel. Mojosongo,
Kec.Mojosongo, Kab. Boyolali.
Nama Ayah : Nurhadi
Nama Ibu : Siti Muslimah
Riwayat Pendidikan :1. TK Pertiwi 3 Boyolali (Tahun 2000-2001)
2. MIN 1 Boyolali (Tahun 2001-2007)
3. MTs Negeri 1 Boyolali (Tahun 2007-2010)
4. MAN 1 Boyolali (Tahun 2010-2013)
5. IAIN Salatiga (Tahun 2013-2017)
123
124
125
126
127
128
129
130
131