8
1 http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/review-jstore-filsafat-ilmu-gasal-20132014/ “Strategic Management and The Philosophy of Science : The case for a constructivist methodologyDOSEN PEMBIMBING BAPAK MUHAMMAD ADIB, M.Si Nama kelompok : VII B 1. Andik Setiawan (071311333020) 2. Firman Bagus Budiono (071311333084) 3. Yohannes Arif Chendana (071311333062) 4. Enrico Putra Pamungkas (071311333016) 5. Bayu Priambodo (071311333054) UNIVERSITAS AIRLANGGA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ILMU POLITIK

“Strategic Management and The Philosophy of Science · 2013-11-10 · Jurnal internasional yang berjudul ... Manajemen strategis dan filsafat ilmu ... kelompok startegis dapat digunakan

Embed Size (px)

Citation preview

1

http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/review-jstore-filsafat-ilmu-gasal-20132014/

“Strategic Management and The Philosophy of Science :

The case for a constructivist methodology”

DOSEN PEMBIMBING

BAPAK MUHAMMAD ADIB, M.Si

Nama kelompok : VII B

1. Andik Setiawan (071311333020)

2. Firman Bagus Budiono (071311333084)

3. Yohannes Arif Chendana (071311333062)

4. Enrico Putra Pamungkas (071311333016)

5. Bayu Priambodo (071311333054)

UNIVERSITAS AIRLANGGA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

ILMU POLITIK

2

http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/review-jstore-filsafat-ilmu-gasal-20132014/

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan ridho-Nya kami dapat

menyelesaikan review jurnal kami dengan judul “Strategic Management and The

Philosophy of Science : The case for a constructivist methodology”. Jurnal ini terfokus

pada permasalahan ke Konstruktivisme. Konstruktivisme menunjukkan bahwa posisi

teoritis yang diselenggarakan oleh para peneliti tidak hanya memandukan letak dasar

mereka, tetapi juga menentukan apa yang akan ditafsirkan sebagai masalah penelitian,

prosedur teoritis yang digunakan, dan apa yang merupakan pengamatan dan bukti.

Pada dasarnya kontruktivisme ini merupakan metode atau gagasan untuk

mengansumsikan sesuatu dengan rancangan rancangan yang sesuai dengan apa yang

ingin dikonstruksikan.

Dengan demikian, konstruktivis mengemukakan bahwa penelitian itu tidak

memihak, terpisah, nilai-netral subyek, yang berusaha untuk mengungkap obyek

dengan jelas dilihat atau fenomena. Dengan kata lain sesuai dengan fakta dan fenomena

yang terjadi. Dalam makalah ini, kami mencari tahu bagaimana konstruktivisme dapat

memberikan kita wawasan ke dalam sifat dasarnya berbasis penelitian yang konsisten

dan strategis. kita tidak hanya mengamati struktur organisasi dan melaporkan temuan

yang ada. Namun juga berperan dalam proses menentukan struktur yang lebih atau

kurang mungkin untuk diambil.

bagian dari komunitas praktek, yang secara kelembagaan menghasilkan

pengetahuan tentang strategi melalui serangkaian berbasis aturan percakapan. Dengan

mendefinisikan asumsi bersama percakapan ini, masyarakat, dan lembaga, kita dapat

memiliki pemahaman yang lebih halus dari teori dan cerita dalam bidang kita. Yang

tentunya dapat kita kembangkan melalui tingkat kecerdasan masing masing individu

dalam menerapkannya.

3

http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/review-jstore-filsafat-ilmu-gasal-20132014/

ISI POKOK

Jurnal internasional yang berjudul “Strategic Management and The Philosophy of

Science : The case for a constructivist methodology” yang digagas oleh Raza Mir dan

Andre Watson membahas tentang spekulasi atau asumsi yang mendasari daripada inti

konstruktivisme yang mendasari suatu penelitian untuk disebarluaskan dalam suatu

tatanan yang sudah terstruktur. Manajemen strategis dan filsafat ilmu

menjawabpertanyaan penting tentang penerapan teori masa lalu untuk hadir dalam

situasai sekarang ini. Analisis kontruktivis konsep kelompok, konsep strategis yang

muncul untuk membantu kita memahami bagaimana temuan penelitian tentang

kelompok startegis dapat digunakan dalam pengendalian analisis yang salah. Hal ini

menunjukkan bahwa hampir semua penelitian didasarkan pada berbagai asumsi.

Dalam makalah ini, kami menyelidiki bagaimana konstruktivisme memberikan

kita pengetahuan ke dalam sifat yang pada dasarnya bersifat terstruktur atau strategis.

Mereka tidak hanya mengamati struktur organisasi dan melaporkan temuan mereka.

Mereka juga berperan dalam proses menentukan struktur yang lebih atau kurang

mungkin untuk diambil. Mereka adalah bagian dari komunitas praktek, yang secara

kelembagaan menghasilkan pengetahuan tentang strategi melalui serangkaian

bernaung pada aturan percakapan. Dengan mendefinisikan asumsi bersama percakapan

ini, masyarakat, dan lembaga, kita dapat memiliki pemahaman yang lebih halus dari

teori dan cerita dalam bidang kita pelajari bersama.

Dalam makalah ini dijelaskan adanya gagasan atau asumsi penting yang

disepakati oleh para konstruktivis, yaitu :

1. Pengetahuan adalah sebuah teori yang berasal dari beberapa dorongan-dorongan.

2. Pemisah antara peneliti dan fenomena dalam penyelidikan saling berkaitan.

3. Pemisahan antara teori dan praktek cenderung tidak ada.

4. Konstruktivisme merupakan sebuah metodologi.

Untuk memberikan suatu pemahaman dalam mempelajari konstruktivisme,

dikemukakan beberapa prinsip antara lain :

1. Manakah teori terbaik yang paling dekat dengan kebenaran;

2. Suatu kebenaran teori menjelaskan kekuatan kbenaran suatu prediksi

3. Dorongan menuju kebenaran yang dibuktikan oleh fenomena;

4. Pembuktian ataupun penyangkalan bisa dibuktikan dengan suatu realitas publik.

4

http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/review-jstore-filsafat-ilmu-gasal-20132014/

URAIAN, CONTOH DAN ANALISIS

Konstruktivisme lebih menunjukkan simbol-simbol yang memiliki arti tertentu

yang dibuat oleh para konstruktivis. Simbol ini dalam suatu organisasi diterapkan oleh

para manajer, missal dengan menimbulkan rutinitas pekerjaan. Dalam kaitannya

dengan peran konstruktivisme, kami menyimpulkan dengan mengidentifikasi

konstruktivisme untuk penelitian manajemen strategis. Ada beberapa teknik penelitian

yang cocok untuk pengamatan konstruktivis, diantaranya etnografi, analisis

kelembagaan, analisis tekstual, penyelidikan apresiatif dan analisis sejarah. Beberapa

teknik diatas lebih memfokuskan konstruktivisme sebagai suatu metodologi. Sehingga,

dapat disimpulkan metode kuantitatif dapat digunakan dalam metodologi konstruktivis.

Demikian pula, metode kualitatif dapat digunakan dalam metodologi realis. Keduanya

difokuskan pada spekulasi atau asumsi bukan pada teknik. Dalam analisisnya

diambillah suatu sampel yaitu perusahaab M. analisisnya meliputi :

1. Cara pertama akan mengungkap lokasi perusahaan M berdiri

2. Cara kedua akan menghasilkan fenomena yang menunjukkan organisasi lain selain

perusahaan M, dan bagaimana mereka tetap bertahan.

Dalam cara pertama memfokuskan kepada kemunculan perusahaan M melalui

fenomena dalam konteks waktu, ruang, dan sejarah. Dalam cara kedua mereka sampai

pada kesimpulan bahwa teori yang dipandu oleh perintah efisiensi ekonomi dapat

ditumbangkan oleh pelaku seperti negara, pengusaha, dan struktur keluarga Secara

keseluruhan, penelitian yang dilakukan dari perspektif konstruktivis telah mampu

untuk menerangi aspek yang berbeda dari perusahaan M. Hal itu menunjukkan bahwa

meskipun keberhasilan fenomenal di Amerika Serikat, perusahaan M adalah contoh

untuk struktur organisasi yang kurang stabil. Dalam konteks yang berbeda, struktur

yang berbeda bekerja lebih baik untuk organisasi. Ini adalah contoh yang baik tentang

bagaimana masalah yang pada dasarnya sengaja untuk diciptakan oleh penyalahgunaan

realis penelitian agar dapat diatasi dengan jalan lain untuk metode konstruktivis.

5

http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/review-jstore-filsafat-ilmu-gasal-20132014/

RELEVANSI FILSAFAT DENGAN ILMU POLITIK

Menurut kelompok kami ketika ini dikaitkan dengan disiplin ilmu kami Ilmu

Politik, kami rasa keterkaitan tentu saja ada dan muncul ketika realitas yang ada di

masyarakat menunjukkn hal tersebut. Metode strategis konstruktivisme sama halnya

ketika kita bicara mengenai bagaimana ketika sistem politik itu berjalan dan memiliki

konstruksi didalamnya guna menunjang apa yang menjadi capaian dari suatu tujuan.

Menjadi gambaran nyata dari perwujuadan relevansi filsafat dengan ilmu politik. Maka

bisa kita ketahui bahwa relevansinya itu benar benar nyata dan sesuai dengan realitas

yang berkembang di masyarakat.

KESIMPULAN DAN SARAN

Memulai bahasan tentang asumsi-asumsi yang didasari oleh inti konstruktivisme

suatu penelitian untuk diinformasikan dalam suatu tatanan yang terstruktur dengan

baik . Metodologi konstruktivis bekerja pada tingkat asumsi, bukan pada tingkat teknik.

membawa asumsi yang dibuat oleh peneliti ke permukaan bahwa metodologi lain yang

diam bukan berarti membatasi kita dalam mengolah pikiran kita. Dengan kata lain kita

dapat kesimpulan hasilnya, sehingga mengarah ke penerapan lebih fokus, serta

membantu peneliti dan praktisi menghindari bahaya sesuatu yang umum yang terlalu

berlebihan.

Ada seorang tokoh mengungkapkan bahwa secara khusus, banyak teori telah

menggunakan filsafat ilmu untuk menguji asumsi yang melekat pada titik tertentu yang

dianggap vital. Bahwa panduan strategi penelitian disertai dengan pelaksanaan yang

sesuai akan membawa dampak baik bagi siapapun. Hal ini menunjukkan bahwa hampir

semua penelitian didasarkan pada berbagai asumsi yang bukan hanya sekedar omong

kosong. Dengan demikian, konstruktivis menantang gagasan bahwa penelitian

dilakukan dengan tidak memihak, terpisah, nilai-netral subyek, yang berusaha untuk

berpandangan obyektifitas dengan jelas dilihat dari berbagai fenomena. Sebaliknya,

mereka memandang peneliti sebagai pengrajin, sebagai suatu hal yang merupakan

bagian dari jaringan yang menciptakan pengetahuan dan akhirnya menjadi suatu

panduan praktek dalam penerapan ilmu pengetahuan.

Dalam hal ini, penulis menyoroti tentang pengertian konstruktivisme adalah

suatu filsafat pengetahuan yang memiliki anggapan bahwa pengetahuan adalah hasil

6

http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/review-jstore-filsafat-ilmu-gasal-20132014/

dari konstruksi (bentukan) manusia itu sendiri. Manusia menkonstruksi pengetahuan

mereka melalui interaksi yang mereka lakukan dengan objek, fenomena, pengalaman

dan lingkungan mereka seingga muncul interaksi antara satu sama lain. Suatu

pengetahuan dianggap benar bila pengetahuan itu dapat berguna untuk menghadapi

dan memecahkan sebuah permasalahan.

persoalan yang sesuai (Suparno, 2008:28). Menurut paham konstruktivisme,

pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seseorang kepada yang lain, tetapi

harus diinterpretasikan sendiri oleh tiap-tiap orang yang mempelajarinya. Pengetahuan

bukan sesuatu yang sudah jadi tetapi merupkan suatu proses yang berkembang terus-

menerus tanpa mengenal batasan. Dan dalam proses itulah keaktivan dan kesungguhan

seseorang dalam mengejar dan memperjuangkan ilmu akan sangat berperan. Berbicara

tentang konstruktivisme tidak dapat lepas dari peran Piaget. J. Piaget adalah psikolog

pertama yang menggunakan filsafat konstruktivisme dalam proses belajar. Menurut

Wadsworth (1989) dalam Suparno (2008), teori perkembangan intelektual Piaget

dipengaruhi oleh keahliannya dalam bidang biologi. Teori pengetahuan Piaget adalah

teori adaptasi kognitif. Seperti setiap organisme selalu beradaptasi dengan

lingkungannya untuk dapat mempertahankan dan memperkembangkan hidup,

demikian juga struktur pemikiran manusia.

Berhadapan dengan pengalaman, tantangan, gejala dan skema pengetahuan yang

telah dipunyai seseorang ditantang untuk menanggapinya. Dan dalam menanggapi

pengalaman-pengalaman baru itu kontruksi pengalaman seseorang dapat terbentuk

lebih rinci, dapat pula berubah total sesuai perkembangan manusianya sendiri. Bagi

Piaget, pengetahuan selalu memerlukan pengalaman, baik pengalaman fisis maupun

pengalaman mental. Berkenaan dengan asal-usul konstruktivisme, menurut Von

Glasersfeld (1988) dalam Paul Suparno (2008), pengertian konstruktif kognitif muncul

pada abad ini dalam tulisan Mark Baldwin yang secara luas diperdalam dan disebarkan

oleh Jean Piaget. Namun sebenarnya gagasan pokok konstruktivisme sudah dimulai

oleh Gimbatissta Vico, epistemology dari Italia. Dialah cikal bakal konstruktivisme.

Pada tahun 1970, Vico dalam De Antiquissima Italorum Sapientia

mengungkapkan filsafatnya dengan berkata, “Tuhan adalah pencipta alam semesta dan

manusia adalah tuan dari ciptaan.” Dia menjelaskan bahwa “mengetahui” berarti

‘mengetahui bagaimana membuat sesuatu.’ Bagi Vico pengetahuan lebih menekankan

pada struktur konsep yang dibentuk. Lain halnya dengan para empirisme yang

7

http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/review-jstore-filsafat-ilmu-gasal-20132014/

menyatakan bahwa pengetahuan itu harus menunjuk kepada kenyataan luar. Namun

menurut banyak pengamat, Vico tidak membuktikan teorinya (Suparno: 2008). Sekian

lama gagasannya tidak dikenal orang dan seakan hilang. Kemudian Jean Piagetlah yang

mencoba meneruskan estafet gagasan konstruktivisme, terutama dalam proses belajar.

Gagasan Piaget ini lebih cepat tersebar dan berkembang melebihi gagasan Vico.

8

http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/review-jstore-filsafat-ilmu-gasal-20132014/

Andik setiawan Firman Bagus Budiono Yohannes arif chendana

(071311333020) (071311333084) (071311333062)

Enrico Putra Pamungkas Bayu priambodo

(071311333016) (071311333054)