Upload
others
View
12
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
STUDI EKSPERIMEN PERFORMANSI HEAT EXCHANGER
CROSSFLOW UNMIXED, FINNED TUBE 4 PASSES DENGAN VARIASI
PUTARAN DAN VOLUME FLOW RATE PADA ROTARY DRYER
UNTUK MENGERINGKAN SINGKONG
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I
pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Oleh :
HAYYU AVTUR ISNAINI
D200160258
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
i
ii
iii
4
STUDI EKSPERIMEN PERFORMANSI HEAT EXCHANGER CROSSFLOW
UNMIXED, FINNED TUBE 4 PASSES DENGAN VARIASI PUTARAN DAN
VOLUME FLOW RATE PADA ROTARY DRYER UNTUK MENGERINGKAN
SINGKONG
Abstrak
Alat penukar panas adalah suatu alat yang memungkinkan perpindahan panas dan bisa
berfungsi sebagai pemanas maupun pendingin. Unit Heat Exchanger sendiri terdiri atas air
heater dan rotary dryer. Adapun tujuan penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan putaran
rotary dryer dan nilai volume flow rate yang optimum dalam proses pengeringan singkong.
Hal-hal yang ditinjau dari proses pengeringan singkong yaitu pengurangan massa singkong,
kalor yang diterima singkong, efisiensi rotary dryer, dan efisiensi heat exchanger. Variasi
putaran rotary dryer yang digunakan antara lain 26,1 rpm; 33,9 rpm; dan 44,2 rpm lalu
variasi volume flow rate yang digunakan yaitu 0,023 m³/s; 0,027 m³/s; dan 0,029m³/s. Cara
kerja alat penukar panas ini yaitu udara selaku fluida dingin yang keluar dari blower lalu
masuk ke air heater. Didalam air heater fluida dingin menerima kalor dari fluida panas yang
mengalir disela-sela shell air heater. Sumber panas yang digunakan berasal dari kompor
sederhana yang berada dibawah air heater. Setelah menerima kalor, udara yang telah panas
tersebut masuk kedalam rotary dryer yang befungsi sebagai pengering. Hasil pengeringan
pengeringan bernilai optimum ketika pully di rotary dryer disetting dengan kecepatan pada
26,1 rpm dan volume flow rate fluida dingin sebesar 0,029 m³/s yaitu sebesar 0,235kg. Kalor
yang diterima singkong dari proses pengeringan bernilai optimum ketika pully di rotary
dryer disetting dengan kecepatan pada 26,1 rpm dan volume flow rate fluida dingin sebesar
0,029 m³/s yaitu sebesar 521300,7 J. Adapun nilai optimal dari efisiensi rotary dryer dan
heat exchanger berturut-turut sebesar 14,541% dan 4,158% ketika pully di rotary dryer
disetting dengan kecepatan pada 26,1 rpm dan volume flow rate fluida dingin sebesar 0,029
m³/s. Putaran pully pada rotary dryer terbaik yaitu ketika pully diputar dengan kecepatan
26,1 rpm dan laju volume fluida dingin sebesar 0,029 m³/s.
Kata kunci : heat exchanger, air heater, rotary dryer, putaran, massa , efisiensi.
Abstract
A heat exchanger is a device used to transfer heat between two or more fluids and which
function either as a heater or a coolant. The unit of Heat Exchanger is consist of air heater
and rotary dryer. This research is aimed to get the optimum value of rotary dryer rotation
and volume flow rate in cassava’s drying process. Matters from the cassava’s drying process
were cassava’s mass reduction, cassava’s heat accepted, rotary dryer’s efficiency, and heat
exchanger’s efficiency. The rotary dryer variatons used were 26,1 rpm; 33,9 rpm; and 44,2
rpm then the volume flow rate variations used were 0,023 m³/s; 0,027 m³/s; and 0,029m³/s.
The way this heat exchanger works is the air as the cold fluid coming out from the blower
then entering the air heater. Inside of the air heater the cold fluid receives heat from the hot
fluid that flowing between the air heater shells. The heat source used comes from a simple
stove under the air heater. After receiving the heat, the hot air has entered the rotary dryer
which functions as a dryer. The optimum drying drying results when the pully of rotary
dryer was setting at a speed of 26.1 rpm and the volume of cold fluid flow rate was 0.029
m³ / s is 0.235kg. The heat received by cassava from the optimum drying process when pully
of the rotary dryer was setting at a speed of 26.1 rpm and the volume of cold fluid flow rate
was 0.029 m³ / s is 521300.7 J. The optimal value of the efficiency of the rotary dryer and
heat exchanger respectively 14.541% and 4.158% when pully in the rotary dryer was setting
at a speed of 26.1 rpm and the volume of cold fluid flow rate was 0.029 m³ / s. Pully rotation
5
in the best rotary dryer is when the pully was rotating at a speed of 26.1 rpm and the cold
fluid volume was 0.029 m³ / s.
Keywords : heat exchanger, air heater, rotary dryer, mass, efficiency.
1. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang terletak di garis khatulistiwa itu sebabnya negara ini
memiliki iklim tropis, selain itu masih aktifnya beberapa gunung berapi yang mempengaruhi
faktor kesuburan tanah di Indonesia. Dimana sektor pertanian adalah sektor yang tidak dapat
dipisahkan dari keberlangsungan hidup manusia untuk memenuhi kebutuhan pangan.
Kemajuan IPTEK juga mampu menjadi salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan
pangan dan memajukan sektor ekonomi. Salah satu hasil pertanian yang digunakan sebagai
bahan dasar produksi adalah singkong dikarenakan ketersediaan singkong yang cukup
banyak. Adapun hasil olahan singkong antara lain tape, gethuk, dan keripik singkong.
Dikarenakan kondisi tersebut pelaku usaha kecil dan menengah mulai mengolah
singkong menjadi makanan yang dapat bertahan lama dengan cara mengawetkannya. Salah
satu pengawetan alami yang dilakukan dengan cara mengeringkan. Namun pada proses
pengeringan, produsen sangat bergantung oleh sinar matahari dan terkendala oleh cuaca
apabila sudah memasuki musim penghujan. Kendala tersebut menyebabkan proses
pengeringan singkong menjadi tidak maksimal. Sehingga untuk menunjang jumlah produksi
agar tetap stabil dimusim penghujan, dibutuhkan sebuah mesin pengering. Diharapkan
dengan adanya mesin pengering, mampu mengoptimalkan proses pengeringan serta menjadi
solusi dari kendala cuaca yang tidak menentu.
Heat Exchanger adalah alat penukar kalor (enthalpy) antara dua fluida atau lebih. Pada
dasarnya Heat Exchanger merupakan alat yang berfungsi mengubahtemperatur dan fasa
fluid yang bertujuan sebagai alat pemanas atau pendingin. Proses tersebut dilakukan untuk
memanfaatkan perpindahan kalor dari fluida bersuhu tinggi ke fluida bersuhu rendah. Pada
penelitian-penelitian sebelumnya heat exchanger yang digunakan mengalami perubahan
bentuk dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi sesuai dengan fungsi kerjanya. Salah
satu tipe yang sering digunakan adalah tipe shell and tube. Tipe ini dinilai memiliki lebih
memiliki banyak keuntungan baik dari segi fabrikasi, biaya, serta efisiensi yang dihasilkan.
Diharapkan dengan adanya penambahan heat exchanger pada rotary dryer dapat
mengoptimalkan proses pengeringan. Yusuf Wijanarko (2017) telah melakukan penelitian
mengenai heat exchanger dengan jumlah laluan 4 (pass) dengan variasi mass flow rate fluida
dingin 0,0211 kg/s; 0,0247 kg/s; 0,0278kg/s dan 0,0305 kg/s adapun kecepatan pully yang
digunakan pada rotary dryer sebesar 44,2 rpm. Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan
bahwa semakin besar nilai mass flow rate fluida dingin maka semakin kecil nilai kalor yang
6
diterima fluida dingin. Pada penelitian ini penulis bermaksud untuk menganalisa heat
exchanger tipe shell and tube, cross-flow unmixed, finned tube four passes dengan variasi
putaran pada rotary dryer dan debit. Digunakan tiga macam variasi putaran pada rotary
dryer antara lain 26,1 rpm; 33,9 rpm; dan 44,2 rpm adapun volume flow rate atau debit (𝑉�̇�)
yang digunakan yaitu 0,023 m³/s; 0,027 m³/s; 0,029 m³/s untuk mengetahui pengaruh
putaran pada rotary dryer dengan variasi volume flow rate yang terbaik terhadap unjuk kerja
heat exchanger.
Gambar 1. Perbedaan konfigurasi aliran pada crossflow heat exchanger
7
2. METODE PENELITIAN
2.1 Diagram Alir Penelitian
Gambar 2.Diagram Alir Penelitian
�̇�1 = 0,023 m³/s m³/s
𝑛1 = 26,1 rpm
𝑛2 = 33,9
rpm
𝑛3 = 44,2
rpm
�̇�2 = 0,027 m³/s m³/s
𝑛1 = 26,1 rpm
𝑛2 = 33,9
rpm
𝑛3 = 44,2 rpm
Mulai
Studi literatur
Persiapan alat dan bahan
Penambahan variasi jumlah pass pada heat exchanger
Pengujian Heat Exchanger Cross Flow, Finned Tube 4 Passes dengan variasi putaran pully pada rotary dryer dan volume flow
rate
�̇�3 = 0,029 m³/s m³/s
𝑛1 = 26,1
rpm
𝑛2 = 33,9
rpm
𝑛3 = 44,2 rpm
Hasil pengujian
Analisis data dan hasil pembahasan
Kesimpulan
Selesai
8
2.2 Alat dan Bahan Pengujian
Tabel 1. Peralatan yang digunakan saat pengujian
No. Alat Pengujian Fungsi 1. Heat exchanger Alat penukar kalor yang akan diuji.
2. Rotary dryer Untuk mengeringkan singkong.
3. Blower Sebagai penyuplai udara dingin.
4. Kompor Sebagai sumber udara panas.
Tabel 2. Alat ukur yang digunakan dalam pengujian
No. Alat Ukur Fungsi
1. Thermocouple Mengukur temperatur
2. Anemometer Mengukur kecepatan aliran udara
3. Stopwatch Mengukur waktu saat pengujian
4. Timbangan Mengukur massa
Gambar 3. Heat Exchanger cross-flow unmixed finned tube 4 passes
9
Gambar 4. Instalasi Pengujian
Keterangan :
1. Rotary Dryer
2. Blower
3. Thermocouple 1 (Tci)
4. Thermocouple 4 (Thi)
5. Air Heater
6. Thermocouple 3 (Tho)
7. Kompor Gas
8. Thermoreader
9. Thermocouple 2 (Tco)
10. Motor Listrik
11. Gear Reducer
Alat bantu :
1. Wadah
2. Sarung tangan
3. Kunci pass
4. Pisau
5. Stop Kontak
10
Bahan :
1. Udara
2. Singkong
3. Tabung LPG 3 kg
2.3 Langkah Pengujian
Dalam penelitian ini, pengujian het exchanger dilakukan dengan menambahkan
variasi jumlah putaran. Setiap variasi jumlah putaran memiliki masing-masing tiga variasi
volume flow rate, sehingga langkah-langkahnya akan sama dalam pengambilan data per
variasi pada 9 kali pengujian. Pengujian dilakukan secara bertahap. Untuk yang pertama
dilakukan pengujian pada heat exchanger variasi putaran pada rotary dryer sebesar 26,1
rpm yang diuji dengan tiga variasi volume flow rate yang didapat dari kecepatan udara
keluar dari blower. Langkah yang sama juga dilakukan untuk variasi putaran pada kecepatan
33,9 rpm dan 44,2 rpm. Adapun langkah-langkah pengujian yang dilakukan adalah sebagai
berikut :
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam pengujian, serta memastikan
alat ukur yang digunakan berfungsi dengan baik.
2. Menghidupkan dan mengatur blower pada kecepatan udara 11,5 m/s.
3. Memasang instalasi pengujian.
4. Memasang alat ukur yang akan digunakan pada pengujian.
5. Memasang pully dan belt pada rotary dryer.
6. Menyalakan kompor gas untuk memanaskan air heater hingga diperoleh temperatur
keluar fluida dingin (Tco) sebesar 110°C.
7. Setelah suhu awal tercapai kemudian memasukan singkong ke dalam rotary dryer dan
menimbang massa awal tabung gas LPG.
8. Setelah suhu awal tercapai kembali, menyalakan rotary dryer pada kecepatan 26,1 rpm
dan stopwatch untuk memulai pengujian heat exchanger.
9. Pengujian akan dilakukan selama 30 menit dan pengambilan data temperatur dilakukan
setiap 10 menit.
10. Mematikan peralatan yang digunakan setelah 30 menit pengujian.
11. Menimbang singkong yang telah dikeringkan dan menghitung selisih massa singkong
setelah pengujian dengan sebelum pengujian.
12. Menimbang tabung gas LPG setelah pengujian.
11
13. Melakukan pengujian kembali seperti pada langkah ke 6-12 dengan variasi putaran
rotary dryer sebesar 33,9 rpm dan 44,2 rpm.
14. Setelah selesai pengujian untuk kecepatan blower 11,5 m/s , maka mengulangi lagi
langkah percobaan dengan variasi kecepatan blower sebesar 13,6 m/s dan 14,6 m/s.
15. Melakukan pengujian kembali seperti pada langkah ke 6-13 dengan variasi putaran
rotary dryer sebesar 33,9 rpm dan 44,2 rpm.
Dari hasil pengukuran kecepatan aliran pada blower dan diameter saluran fluida dingin
masuk heat exchanger maka didapatkan nilai volume flow rate dengan kecepatan udara
masuk 11,5 m/s adalah 0,023 m³/s; kecepatan udara masuk 13,6 m/s yaitu 0,027 m³/s; dan
kecepatan udara masuk 14,6 m/s sebesar 0,029 m³/s.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3. 1 Kalor yang dihasilkan air heater
Gambar 5. Kalor yang dihasilkan air heater
Dari grafik diatas terlihat bahwa kalor yang dihasilkan air heater pada putaran pully 26,1
rpm menghasilkan nilai kalor air heater optimum sebesar 3640433 J saat volume flow
rate bernilai 0,027 m3/s. Untuk putaran pully 33,9 rpm nilai optimum dari kalor yang
dihasilkan air heater sebesar 3630740 J ketika volume flow rate sebesar 0,023 m3/s. Dan
saat putaran diperbesar lagi menjadi 44,2 rpm dengan volum flow rate 0,029 m3/s
diperoleh nilai optimum dari kalor yang dihasilkan air heater sebesar 3585127 J.
3094816
3630740
2675462
36404333323425
31606873192236
3390009 3585127
0
500000
1000000
1500000
2000000
2500000
3000000
3500000
4000000
26,1 33,9 44,2
Qa
irh
eate
r(J
)
putaran pully (rpm)
v̇ 1 = 0,023 m³/s
v̇ 2 = 0,027 m³/s
v̇ 3 = 0,029 m³/s
12
3.2 Pengaruh putaran rotary dryer dan volume flow rate terhadap pengurangan
massa singkong.
Gambar 6. Pengaruh putaran rotary dryer terhadap pengurangan massa singkong
Grafik diatas menunjukkan pengaruh putaran rotary dryer dan volume flow rate terhadap
kalor yang diterima untuk menguapkan air dari singkong. Pada putaran 26,1 rpm dengan
variabel volume flow rate 0,023 m3/s ; 0,027 m3/s ; dan 0,029 m3/s berturut-turut dihasilkan
kalor penguapan sebesar 428642,3 J; 418394,9 J; dan 521300,7 J. Untuk putaran 33,9 rpm
dengan variabel volume flow rate 0,023 m3/s ; 0,027 m3/s ; dan 0,029 m3/s berturut-turut
dihasilkan kalor penguapan sebesar 272060 J; 339955,1 J; dan 390104 J. Sedangkan pada
putaran 44,2 rpm dengan variabel volume flow rate 0,023 m3/s ; 0,027 m3/s ; dan 0,029 m3/s
berturut-turut dihasilkan kalor penguapan sebesar 267600 J; 262620 J; dan 319435 J. Dari
data tersebut dapat diketahui bahwa kalor yang diterima untuk menguapkan kadar air dari
singkong bernilai optimum saat putaran 26,1 rpm dengan volume flow rate 0,029 m3/s yaitu
sebesar 521300,7 J. Kondisi ini sesuai dengan rumus yang digunakan yaitu 𝑄𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑎𝑝𝑎𝑛 =
𝛥𝑚 𝑥 𝐻𝑓𝑔 , semakin besar pengurangan massa singkong yang dihasilkan semakin besar
pula nilai kalor peguapan yang dihasilkan. Besar kecilnya nilai kalor penguapan yang
dihasilkan juga dipengaruhi oleh nilai dari entalphi penguapan atau 𝐻𝑓𝑔, dimana entalphi
penguapan ditentukan oleh temperatur fluida dingin yang keluar dari air heater.
0,195
0,122 0,120
0,196
0,1540,120
0,235
0,176
0,145
0,000
0,050
0,100
0,150
0,200
0,250
26,1 33,9 44,2
Δm
sin
gko
ng
(kg)
putaran pully / n (rpm)
v̇ 1 = 0,023 m³/s
v̇ 2 = 0,027 m³/s
v̇ 3 = 0,029 m³/s
13
3.3 Pengaruh putaran rotary dryer dan volume flow rate terhadap kalor yang diterima
singkong.
Gambar 7. Pengaruh putaran rotary dryer dan volume flow rate terhadap kalor yang
diterima singkong.
Grafik diatas menunjukkan pengaruh putaran rotary dryer dan volume flow rate terhadap
kalor yang diterima untuk menguapkan air dari singkong. Pada putaran 26,1 rpm dengan
variabel volume flow rate 0,023 m3/s ; 0,027 m3/s ; dan 0,029 m3/s berturut-turut
dihasilkan kalor penguapan sebesar 428642,3 J; 418394,9 J; dan 521300,7 J. Untuk
putaran 33,9 rpm dengan variabel volume flow rate 0,023 m3/s ; 0,027 m3/s ; dan 0,029
m3/s berturut-turut dihasilkan kalor penguapan sebesar 272060 J; 339955,1 J; dan 390104
J. Sedangkan pada putaran 44,2 rpm dengan variabel volume flow rate 0,023 m3/s ; 0,027
m3/s ; dan 0,029 m3/s berturut-turut dihasilkan kalor penguapan sebesar 267600 J;
262620 J; dan 319435 J. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa kalor yang diterima
untuk menguapkan kadar air dari singkong bernilai optimum saat putaran 26,1 rpm
dengan volume flow rate 0,029 m3/s yaitu sebesar 521300,7 J. Kondisi ini sesuai dengan
rumus yang digunakan yaitu 𝑄𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑎𝑝𝑎𝑛 = 𝛥𝑚 𝑥 𝐻𝑓𝑔 , semakin besar pengurangan
massa singkong yang dihasilkan semakin besar pula nilai kalor peguapan yang
dihasilkan. Besar kecilnya nilai kalor penguapan yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh
nilai dari entalphi penguapan atau 𝐻𝑓𝑔, dimana entalphi penguapan ditentukan oleh
temperatur fluida dingin yang keluar dari air heater.
428642,3
272060,0 267600,0
418394,9
339955,1 262620,0
521300,7
390104,0319435,0
0,0
100000,0
200000,0
300000,0
400000,0
500000,0
600000,0
26,1 33,9 44,2
Q p
engu
apan
(J)
putaran pully / n (rpm)
v̇ 1 = 0,023 m³/s
v̇ 2 = 0,027 m³/s
v̇ 3 = 0,029 m³/s
14
3.4 Efisiensi Air Heater
Gambar 8. Efisiensi Air Heater
Dari grafik diatas terlihat bahwa efisiensi yang dihasilkan air heater pada putaran pully
26,1 rpm menghasilkan nilai efisiensi air heater optimum sebesar 29,035 % saat volume
flow rate bernilai 0,027 m3/s. Untuk putaran pully 33,9 rpm nilai optimum dari efisiensi
yang dihasilkan air heater sebesar 28,958 % ketika volume flow rate sebesar 0,023 m3/s.
Dan saat putaran diperbesar lagi menjadi 44,2 rpm dengan volum flow rate 0,029 m3/s
diperoleh nilai optimum dari kalor yang dihasilkan air heater sebesar 28,594 %.
3.5 Pengaruh putaran rotary dryer dan volume flow rate terhadap efisiensi rotary dryer.
Gambar 9. Pengaruh putaran rotary dryer dan volume flow rate terhadap efisiensi rotary
dryer.
24,683
28,958
21,339
29,03526,507
25,20925,460
27,038 28,594
0,000
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
26,1 33,9 44,2
Efis
ien
si a
ir h
eate
r (%
)
putaran pully / n (rpm)
v̇ 1 = 0,023 m³/s
v̇ 2 = 0,027 m³/s
v̇ 3 = 0,029 m³/s
13,850
10,169
7,370
11,493
10,756
7,902
14,541
11,507
10,007
0,000
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
26,1 33,9 44,2
Efis
ien
si r
ota
ry d
ryer
(%
)
putaran pully / n (rpm)
v̇ 1 = 0,023 m³/s
v̇ 2 = 0,027 m³/s
v̇ 3 = 0,029 m³/s
15
Grafik diatas merupakan grafik pengaruh putaran rotary dryer dan volume flow rate
terhadap efisiensi rotary dryer. Efisiensi optimum dari rotary dryer yang dihasilkan yaitu
sebesar 14,541 % terjadi pada putaran pully 26,1 rpm dengan volume flow rate sebesar 0,029
m3/s. Dari data yang dihasilkan, terlihat bahwa untuk mencapai nilai efisiensi tertinggi dari
rotary dryer diperlukan pengaturan putaran pully yang paling rendah dengan volume flow
rate yang paling tinggi. Berdasarkan rumus yang digunakan efisiensi rotary dryer
dipengaruhi oleh perbandingan dari kalor penguapan dan kalor air heater. Semakin besar
nilai kalor penguapan yang dihasilkan, maka semakin besar pula nilai dari efisiensi air
heater yang dihasilkan.
3.6 Pengaruh putaran rotary dryer dan volume flow rate terhadap efisiensi unit
heat exchanger.
Gambar 10. Pengaruh putaran rotary dryer dan volume flow rate terhadap efisiensi unit
heat exchanger
Grafik diatas menunjukkan pengaruh putaran rotary dryer terhadap efisiensi unit heat
exchanger. Efisiensi optimum dari heat exchanger yang dihasilkan yaitu sebesar 4,158 %
terjadi pada putaran pully 26,1 rpm dengan volume flow rate sebesar 0,029 m3/s. Dari grafik
tersebut terlihat bahwa semakin cepat putaran pully pada rotary dryer efisiensi yang
dihasilkan semakin kecil, dikarenakan bahwa suhu fluida dingin keluar yang dihasilkan juga
semakin kecil. Pernyataan tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Andrzej
Grzebielec, Artur Rusowicz, Adam Rucinski (2014).
3,419
2,170 2,134
3,337
2,711 2,095
4,158
3,111 2,548
0,000
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
26,1 33,9 44,2Efis
ien
si h
eat
exch
an
ger
(%)
putaran pully / n (rpm)
v̇ 1 = 0,023 m³/s
v̇ 2 = 0,027 m³/s
v̇ 3 = 0,029 m³/s
16
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1) Kalor yang dihasilkan air heater bernilai optimum sebesar 3640433 J saat putaran pully
26,1 rpm dan volume flow rate 0,023 m3/s.
2) Perubahan masa singkong bernilai optimum sebesar 0,235 kg ketika putaran pully
disetting pada putaran paling rendah 26,1 rpm dan volume flow rate yang digunakan
paling tinggi 0,029 m3/s.
3) Kalor yang diterima air untuk menguapkan air dari singkong bernilai optimum sebesar
521300,7 J ketika putaran pully disetting pada putaran paling rendah yaitu 26,1 rpm
dan volume flow rate yang digunakan paling tinggi 0,029 m3/s.
4) Efisiensi yang dihasilkan air heater bernilai optimum yaitu sebesar 29,035 % saat
putaran pully disetting sebesar 26,1 rpm dan volume flow rate 0,023 m3/s.
5) Efisiensi rotary dryer tertinggi dihasilkan sebesar 14,541 % ketika putaran pully
disetting pada putaran paling rendah yaitu 26,1 rpm dan volume flow rate yang
digunakan paling tinggi 0,029 m3/s.
6) Efisiensi heat exchanger yang dihasilkan bernilai optimum sebesar 4,158 ketika
pengaturan putaran pully pada rotary dryer dan volume flow rate berturut-turut diatur
pada nilai 26,1 rpm dan 0,029 m3/s.
4.2 Saran
1) Menyempurnakan dalam pembuatan alat untuk mengurangi kebocoran-kebocoran gas
uap, panas dari kompor, dll agar efisiensi meningkat.
2) Menggunakan alat ukur digital sehingga didapatkan akurasi dalam pengambilan data.
3) Pengujian dilakukan dalam suhu ruangan dan waktu yang konstan agar didapatkan data
pengujian yang valid.
4) Menambahkan penutup pada kompor (burner) agar panas yang dihasilkan tidak
terbuang ke lingkungan.
5) Menambahkan variasi putaran pully pada rotary dryer dibawah 26,1 rpm dan diatas
44,2 rpm guna memperoleh data yang lebih valid untuk menghitung nilai kalor yang
dihasilkan air heater dan efisiensi air heater.
17
DAFTAR PUSTAKA
Ademiluyi, F.T., M. F. N. Abowei., Y. T. Puyate., and S. C. Achinewhu. 2013. “Effects of
Drying Parameters on Heat Transfer during Drying of Fermented Ground Cassava in a
Rotary Dryer”. Nigeria.
Ameta, Divyansh. 2017. “Shell and Tube Heat Exchanger”. New Delhi.
Cengel, Y.A. 2003. "Heat Transfer : A Practical Approach". 2nd edition. Mc Graw Hill :
New York.
Efendi, Maulana. 2017. "Perancangan Alat Pengering Biji Kakao dengan Sistem Rotari
Sederhana pada Usaha Mandiri Di Desa Wiyono Kabupaten Pesawaran". Skripsi. Bandar
Lampung : Fakultas Teknik, Universitas Lampung.
Firmansyah, A. 2018. “Studi Eksperimen Performansi Heat Exchanger Tipe Shell and Tube,
Cross-Flow and Multipass Mixed, Finned Tube dengan Variasi 4, 6, 8 Passes Untuk
Mengeringkan Singkong”. Skripsi. Surakarta : Fakultas Teknik, Universitas
Muhammadyah Surakarta.
Firdaus, A. 2016. “Perancangan dan Analisa Alat Pengering Ikan dengan Memanfaatkan
Energi Briket Batubara”. Jurnal Teknik Mesin, Volume 05, Edisi Spesial 2016, halaman
1-9.
Grzebielec Andrzej., Artur Rusowicz., Adam Rucinski. 2014. “Analysis of the
performance of the rotary heat exchanger in the real ventilation systems”. Polandia.
Holman, J.P. 1997. "Perpindahan Kalor". Jakarta.
LeGuent, L., F. Huchet., P. Tamagny. 2011. “Drying and Heating Modelling of Granular
Flow : Application to the Mix-Asphalt Processes”. Perancis.
Setiawan, Bayu. 2017 "Rancang Bangun dan Pengujian Heat Exchanger Cross Flow
Unmixed, Tube Non Finned Four Pass, untuk Mengeringkan Empon-Empon dengan
Variasi Mass Flow rate". Skripsi. Surakarta : Fakultas Teknik, Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Sitompul, T.M. 1993. "Alat Penukar Kalor (Heat Exchanger)". Jakarta : Raja Grafindo
Persada.
Suryanto, A. 2017. "Rancang Bangun dan Pengujian Heat Exchanger Cross Flow Mixed,
Tube Non Finned Four Pass, untuk Mengeringkan Empon-Empon dengan Variasi Mass
Flow rate". Skripsi. Surakarta : Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Wijanarko, Y. 2017. "Rancang Bangun dan Pengujian Heat Exchanger Cross Flow Mixed,
Finned Tube Four Pass, untuk Mengeringkan Empon-Empon dengan Variasi Mass Flow
rate". Skripsi. Surakarta : Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
18
Zikri, A.,Erlinawati., Rusnadi I., 2015. Uji Kinerja Rotary Dryer Berdasarkan Efisiensi
Termal Pengeringan Serbuk Kayu untuk Pembuatan Biopelet. Jurnal Teknik
Kimia,Volume21 Nomor 2,April 2015, halaman 50–5