82
STUDI EKSPERIMENTAL PENGUJIAN KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR PADA CAMPURAN BETON DENGAN PENAMBAHAN SERAT KAWAT BENDRAT BERKAIT (Skripsi) Oleh: ATIKA ULIMA ZHAFIRA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG 2017

STUDI EKSPERIMENTAL PENGUJIAN KUAT TEKAN, KUAT …digilib.unila.ac.id/29373/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · studi eksperimental pengujian kuat tekan, kuat tarik belah dan kuat

Embed Size (px)

Citation preview

STUDI EKSPERIMENTAL PENGUJIAN KUAT TEKAN, KUAT TARIK

BELAH DAN KUAT LENTUR PADA CAMPURAN BETON DENGAN

PENAMBAHAN SERAT KAWAT BENDRAT BERKAIT

(Skripsi)

Oleh:

ATIKA ULIMA ZHAFIRA

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

2017

ABSTRAK

STUDI EKSPERIMENTAL PENGUJIAN KUAT TEKAN, KUAT TARIKBELAH DAN KUAT LENTUR PADA CAMPURAN BETON DENGAN

PENAMBAHAN SERAT KAWAT BENDRAT BERKAIT

Oleh

ATIKA ULIMA ZHAFIRA

Beton adalah bahan konstruksi yang paling banyak digunakan untukbangunan sipil dikarenakan memiliki beberapa kelebihan. Kelemahan padastruktur beton yaitu mempunyai kuat tarik yang rendah dan bersifat getas (brittle)sehingga beton diberi tulangan baja sebagai bahan alternatifnya. Pada penelitianini, campuran beton diberi bahan tambah serat bendrat berkait. Penambahan inidilakukan untuk mengetahui pengaruh serat bendrat berkait terhadap kuat tekan,tarik belah dan kuat lentur pada beton mutu normal dengan variasi kadar serat 0%,0,75%, 1,0% dan 1,25% dengan panjang serat 60 mm dan diameter 1 mm. Bendauji kuat tekan dan tarik belah berupa silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30cm berjumlah 24 buah dan benda uji kuat lentur berupa balok dengan panjang 60cm, lebar 15 cm dan tinggi 15 cm sebanyak 12 buah. Pengujian dilakukan setelah28 hari. Kuat tekan, tarik belah dan kuat lentur pada beton meningkat setelahdiberi penambahan serat kawat bendrat berkait. Peningkatan optimum terjadi padavariasi kadar serat 0,75% dengan hasil berturut-turut sebesar 35,9336 MPa,3,9848 MPa, dan 8,9380 MPa. Semakin banyak variasi kadar serat akanmenyebabkan sulitnya pergerakan agregat sehingga semakin besar kemungkinanterjadi balling effect pada saat pengerjaan beton.______

Kata kunci: kawat bendrat, kuat tekan, tarik belah, kuat lentur.

ABSTRACT

EXPERIMENTAL STUDY OF COMPRESSIVE STRENGTH TESTING,TENSILE STRENGTH AND FLEXURAL STRENGTH IN CONCRETE

MIXTURES WITH THE ADDITION OF HOOKED FIBER WIRE

By

ATIKA ULIMA ZHAFIRA

Concrete is the most widely used construction material for civil buildingsbecause it has several advantages. The weakness of the concrete structure is tohave a low tensile strength and brittle, so that the concrete is given steelreinforcement as an alternative material. In this study, the concrete mixture wasadded with fiber bendrat material. This addition is done to determine the effect ofbendrat fiber related to compressive strength, tensile strength and flexural strengthin normal quality concrete with variation of fiber 0%, 0,75%, 1,0%, and 1,25%with fiber length 60 mm and diameter 1 mm. The compressive strength and tensilestrength test object of cylinder with a diameter 15 cm and height of 30 cmamounted to 24 pieces and and the flexural strength test objects with a 60 cmlength, 15 cm width and 15 cm height beam amounted to 12 pieces. The test willbe held after 28 days. The compressive strength, tensile strength and flexuralstrength of the concrete increased after being added to the corresponding fibers ofwire bendrat. The optimum increase occurred in the variation of 0.75% fibercontent with the result of 35,9336 MPa, 3,9848 MPa and 8,9380 MParespectively. The more variations in fiber content will cause difficult aggregatemovement, making it more likely to have a balling effect during concrete work.______

Keywords: bendrat fiber, compressive strength, tensile strength, flexuralstrength.

STUDI EKSPERIMENTAL PENGUJIAN KUAT TEKAN, KUAT TARIK

BELAH DAN KUAT LENTUR PADA CAMPURAN BETON DENGAN

PENAMBAHAN SERAT KAWAT BENDRAT BERKAIT

Oleh

ATIKA ULIMA ZHAFIRA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA TEKNIK

Pada

Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Lampung

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2017

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 14

September 1996, sebagai anak pertama dari dua bersaudara

dari pasangan Bapak Selan, S.Sos., M.M. dan Ibu Heny Rosita

S.ST., M.M.

Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Negeri 2 Rawa Laut Bandar

Lampung pada tahun 2007, Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan

pada tahun 2010 di SMP Negeri 29 Bandar Lampung dan Sekolah Menengah Atas

(SMA) diselesaikan di SMA Negeri 1 Bandar Lampung pada tahun 2013. Penulis

terdaftar sebagai mahasiswi Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lampung pada tahun 2013 melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan

Tinggi Negeri (SBMPTN) Tertulis.

Penulis turut dalam organisasi kemahasiswaan yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa

sebagai anggota Eksekutif Muda pada periode 2014/2015 dan organisasi

Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Lampung pada tahun 2015/2016

sebagai anggota Departemen Media dan Informasi. Penulis telah melakukan

Kerja Praktek (KP) pada Proyek Pembangunan Graving Dock dan

Pengembangan Dermaga Noahtu selama 3 bulan pada periode Oktober-

Desember 2015. Penulis juga telah mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama

40 hari pada periode Januari-Febuari 2017 di Desa Badran Sari, Kecamatan

Punggur, Kabupaten Lampung Tengah.

MOTTO HIDUP

“Wahai orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu.

Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.

(Al-Baqarah [2] : 153)

“Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?, dan Kami telah menghilangkan

daripadamu bebanmu, yang memberatkan punggungmu? Dan Kami tinggikan bagimu

sebutan (nama)mu, Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,

sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai

(dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan

hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.”

(Q.S. Al-Insyirah: 1-8)

Fa-biayyi alaa’I Rabbi kuma tukadziban;

Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

(Q.S Ar-Rahman: 55)

Do good and good will come to you

(Atika Ulima Zhafira)

Persembahan

Alhamdulillah, Puji syukur kepada Allah SWT atas karuniaNya sehinggaskripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Ku persembahkan skripsi ini

untuk:

Kedua orangtuaku, Ayah dan Bunda serta Adikku yang selalu memberidukungan moril maupun materi.serta senantiasa mendoakanku untuk meraih

kesuksesan. Semoga keluarga kita selalu dalam lindungan Allah SWT.

Saudara-saudaraku yang selalu mendoakan dan memberikan semangat untukmenyelesaikan skripsi ini.

Semua guru-guru dan dosen-dosen yang telah mengajarkan banyak hal. Terimakasih untuk ilmu, pengetahuan dan pelajaran hidup yang sudah diberikan.

Teman spesialku, Sahabat-sahabatku, Rekan seperjuangan serta Teknik sipilangkatan 2013 yang selalu menemani dalam suka maupun duka serta selalu

memberikan dukungan agar skripsi ini berjalan dengan baik.

SANWACANA

Segala puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi dengan judul “Studi Eksperimental Pengujian Kuat Tekan, Kuat Tarik

Belah dan Kuat Lentur pada Campuran Beton dengan Penambahan Serat Kawat

Bendrat Berkait” merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk memperoleh

gelar Sarjana Teknik di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Suharno, M.Sc., selaku Dekan Fakultas Teknik, Universitas

Lampung;

2. Gatot Eko S, S.T., M.Sc., Ph.D., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil,

Fakultas Teknik, Universitas Lampung;

3. Ir. Eddy Purwanto, M.T., selaku Pembimbing Akademik dan Pembimbing

Utama atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, ide-ide dan saran

serta kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

4. Ir. Laksmi Irianti, M.T., selaku Pembimbing Kedua atas kesediaan

memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi

ini;

5. Masdar Helmi, S.T., D.E.A., Ph.D., selaku Penguji Utama yang telah

memberikan kritik dan saran pemikiran dalam penyempurnaan skripsi;

iii

6. Seluruh Dosen Jurusan Teknik Sipil yang telah memberikan bekal ilmu

pengetahuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Jurusan Teknik

Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lampung;

7. Seluruh teknisi dan karyawan di Laboratorium Bahan dan Konstruksi,

Fakultas Teknik, Universitas Lampung yang telah memberikan bantuan dan

bimbingan selama penulis melakukan penelitian;

8. Orang tua tercinta, Ibu Heny Rosita dan Bapak Selan yang sangat sabar

dalam doanya dan pengertian dalam memberikan dukungan, nasehat dan

motivasi dalam menyelesaikan perkuliahan di Jurusan Teknik Sipil,

Fakultas Teknik, Universitas Lampung;

9. Adik Perempuanku Talitha Amalia Shabrina dan saudara-saudaraku tercinta

yang turut memberikan semangat dalam menyelesaikan perkuliahan;

10. Teman terbaik seperjuangan Poppy Nitiranda Faizah dan Melly Nugraheni

yang telah berbagi cerita suka dan duka selama menjalani penelitian

bersama;

11. Sahabat-sahabatku Dian Erlisa L, Debbie Maharani, Adlina Mutiara Putri,

Oktary Putri Amanda, Rinanda Putri Widyasti, Atri Ranindita, Septiani

Putri dan Fista Septianigtyas yang telah berbagi cerita suka dan duka selama

menjalani perkuliahan;

12. Teman Spesial Ahmad Ramadhani yang telah memberikan dukungan moril

dalam menyelesaikan perkuliahan;

13. Saudara-saudara Teknik Sipil Universitas Lampung angkatan 2013 yang

berjuang bersama serta berbagi kenangan, pengalaman dan membuat kesan

yang tak terlupakan, terimakasih atas kebersamaan kalian;

iv

14. Semua pihak yang telah membantu tanpa pamrih yang tidak dapat

disebutkan secara keseluruhan satu per satu, semoga kita semua berhasil

menggapai impian.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

akan tetapi penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Oktober 2017

Penulis

Atika Ulima Zhafira

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ iii

DAFTAR TABEL……………………………………………………………. viii

DAFTAR NOTASI........................................................................................... xi

I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1A. Latar Belakang...................................................................................... 1B. Rumusan Masalah................................................................................. 3C. Batasan Masalah ................................................................................... 4D. Tujuan Penelitian.................................................................................. 5E. Manfaat Penelitian................................................................................ 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 6A. Definisi Beton....................................................................................... 6B. Sifat-sifat Beton.................................................................................... 6C. Bahan Campuran Beton........................................................................ 9D. Beton Serat ........................................................................................... 16E. Landasan Teori ..................................................................................... 20F. Penelitian Terdahulu............................................................................. 31

III. METODE PENELITIAN......................................................................... 33A. Umum ................................................................................................... 33B. Bahan .................................................................................................... 33C. Peralatan ............................................................................................... 37D. Prosedur Pelaksanaan Penelitian .......................................................... 40E. Diagram Alir Penelitian........................................................................ 50

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................. 51A. Hasil Pengujian Material ...................................................................... 51B. Perencanaan Campuran Beton.............................................................. 52C. Kelecakan (Workability)....................................................................... 53D. Berat Volume Beton ............................................................................. 55E. Kuat Tekan Beton................................................................................. 59F. Kuat Tarik Beton/Beton Serat .............................................................. 62

G. Kuat Tarik Lentur Beton....................................................................... 66H. Perbandingan Persamaan Prediksi Kuat Teka, Kuat Tarik Belah

Dan Kuat Lentur Beton......................................................................... 70I. Perbandingan Persamaan Prediksi Kuat Momen Lentur Nominal

Beton Bertulang.................................................................................... 72

V. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................. 73A. Kesimpulan........................................................................................... 73B. Saran ..................................................................................................... 74

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 76

LAMPIRAN A (UJI BAHAN ) ....................................................................... 79

LAMPIRAN B ( MIX DESIGN) ..................................................................... 100

LAMPIRAN C ( HASIL PENGUJIAN ) ....................................................... 112

LAMPIRAN D (DOKUMENTASI PENELITIAN)...................................... 132

LAMPIRAN E ( SURAT MENYURAT) ....................................................... 163

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Beberapa jenis beton menurut kuat tekannya................................................ 7

2. Beberapa jenis beton menurut berat jenisnya................................................ 8

3. Gradasi standar agregat halus........................................................................ 10

4. Gradasi standar agregat kasar........................................................................ 11

5. Sifat berbagai macam bahan serat................................................................. 12

6. Spesifikasi serat untuk jenis kawat ............................................................... 15

7. Jumlah dan kode benda uji umur 28 hari ...................................................... 42

8. Hasil pemeriksaan pengujian material penyusun beton ................................ 51

9. Komposisi kebutuhan material per m3 beton dan serat bendrat berkait ........ 52

10. Nilai Slump dan VB-time beton serat............................................................ 53

11. Hasil pengujian slump dalam penelitian Mustakim (2012) .......................... 55

12. Hasil pengukuran berat volume beton serat bendrat berkait untukbenda uji silinder ........................................................................................... 56

13. Hasil pengukuran berat volume beton serat bendrat berkait untukbenda uji balok .............................................................................................. 57

14. Hasil pengukuran berat volume beton serat bendrat untuk benda ujisilinder dalam penelitian Mustakim (2012) .................................................. 58

15. Hasil pengujian kuat tekan beton serat bendrat berkait ................................ 60

16. Hasil pengujian kuat tekan dalam penelitian Mustakim (2012).................... 62

17. Hasil pengujian kuat tarik belah beton serat bendrat berkait ........................ 63

18. Hasil pengujian kuat tarik belah dalam penelitian Mustakim (2012) ........... 65

19. Hasil pengujian kuat tarik lentur beton serat bendrat berkait ....................... 67

20. Perbandingan dengan persamaan prediksi kuat tekan, tarik belahdan kuat lentur beton..................................................................................... 70

21. Perbandingan persamaan prediksi kuat momen lentur nominalbeton bertulang.............................................................................................. 72

22. Hasil uji gradasi agregat halus ...................................................................... 86

23. Hasil uji gradasi agregat kasar ...................................................................... 88

24. Waktu pengikatan semen .............................................................................. 99

25. Berat air perlu (kg/m3) untuk setiap m3 beton dan udara terperangkapuntuk berbagai slump dan ukuran maksimum agregat ................................. 103

26. Hubungan faktor air semen dengan kuat tekan beton (ACI)........................ 103

27. Persentase volume agregat kasar per m3 beton............................................. 104

28. Hasil pengukuran berat volume beton serat bendrat berkait untukbenda uji silinder .......................................................................................... 113

29. Hasil pengukuran berat volume beton serat bendrat berkait untukbenda uji balok ............................................................................................. 114

30. Hasil pengujian kuat tekan beton serat bendrat berkait ............................... 115

31. Hasil pengujian kuat tarik belah beton serat bendrat berkait ....................... 116

32. Hasil pengujian kuat lentur beton serat bendrat berkait............................... 117

33. Perbandingan dengan persamaan prediksi kuat tekan dan tarik belahdan kuat lentur beton.................................................................................... 123

34. Beban maksmimum pengujian kuat tarik lentur beton serat bendratberkait........................................................................................................... 124

35. Perbandingan persamaan prediksi kuat momen lentur nominalbeton bertulang............................................................................................. 131

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Berbagai bentuk geometri serat baja ( Soroushian & Bayasi,1991) ............. 13

2. Serat tersebar merata dalam adukan beton.................................................... 17

3. Benda uji kuat tekan beton (silinder) ............................................................ 21

4. Balok sederhana yang dibebani gaya p/2 ...................................................... 26

5. Diagram momen lentur ................................................................................. 26

6. Distribusi regangan dan tegangan lentur balok beton normalbertulang (SK SNI T-15-1991-03) ................................................................ 27

7. Distribusi regangan dan tegangan lentur balok beton bertulangyang diberi fiber (Henager & Doherty,1976)................................................ 28

8. Distribusi regangan dan tegangan lentur balok beton bertulangyang diberi fiber (Suhendro, 1991) ............................................................... 29

9. Distribusi regangan dan tegangan lentur balok beton bertulangyang diberi fiber (Swamy & Al-Ta’an,1981)................................................ 30

10. Bentuk serat kawat bendrat berkait (hooked)................................................ 36

11. Setting up uji kuat tekan................................................................................ 47

12. Setting up uji kuat tarik belah ....................................................................... 47

13. Setting up uji kuat lentur ............................................................................... 48

14. Diagram alir pelaksanaan penelitian ............................................................. 50

15. Grafik nilai slump dan VB-time .................................................................... 54

16. Grafik hubungan antara volume fraction dan kuat tekan beton .................... 60

17. Peristiwa balling effect .................................................................................. 61

18. Grafik hubungan antara volume fraction dan kuat tarik belah beton ............ 64

19. Grafik hubungan antara volume fraction dan kuat lentur beton.................... 68

20. Grafik gradasi agregat halus.......................................................................... 87

21. Grafik gradasi agregat kasar.......................................................................... 89

22. Hasil pengujian kandungan zat organik agregat halus.................................. 92

23. Distribusi regangan dan tegangan lentur balok beton normalbertulang (SK SNI T-15-1991-03) ............................................................... 125

24. Distribusi regangan dan tegangan lentur balok beton bertulangyang diberi fiber (Henager & Doherty,1976)............................................... 126

25. Distribusi regangan dan tegangan lentur balok beton bertulangyang diberi fiber (Suhendro, 1991) .............................................................. 128

26. Distribusi regangan dan tegangan lentur balok beton bertulangyang diberi fiber (Swamy & Al-Ta’an,1981)............................................... 130

27. Air ................................................................................................................ 133

28. Agregat Kasar............................................................................................... 133

29. Agregat Halus............................................................................................... 134

30. Semen PCC Merk Semen Padang ................................................................ 134

31. Tulangan....................................................................................................... 135

32. Serat Kawat Bendrat Berkait........................................................................ 135

33. Superpalticizer ............................................................................................. 136

34. Beton decking............................................................................................... 136

35. Cetakan Benda Uji Silinder.......................................................................... 137

36. Cetakan Benda Uji Balok............................................................................. 137

37. Timbangan berkapasitas maksimum 12 kg dengan ketelitianpembacaan 1 gram........................................................................................ 138

38. Timbangan berkapasitas maksimum 50 kg dengan ketelitianpembacaan 10 gram...................................................................................... 138

39. Oven ............................................................................................................. 139

40. Satu Set Saringan ......................................................................................... 139

41. Piknometer ................................................................................................... 140

42. Mesin Pengaduk Beton (Concrete Mixer) ................................................... 140

43. Slump Test Apparatus .................................................................................. 141

44. Botol La Chatelier ....................................................................................... 141

45. Alat Vicat ..................................................................................................... 142

46. Bak Perendam .............................................................................................. 142

47. Mesin Penggetar Internal (Vibrator) ............................................................ 143

48. Compressing Testing Machine (CTM) ......................................................... 143

49. VB-Test Apparatus ....................................................................................... 144

50. Hydraulic Jack ............................................................................................. 144

51. Loading Frame............................................................................................. 145

52. Trolley dorong.............................................................................................. 145

53. Sendok Semen.............................................................................................. 146

54. Sekop............................................................................................................ 146

55. Kontainer...................................................................................................... 147

56. Ember ........................................................................................................... 147

57. Mistar ........................................................................................................... 148

58. Gelas Ukur ................................................................................................... 148

59. Gerinda......................................................................................................... 149

60. Alat Pembentuk Kawat Bendrat................................................................... 149

61. Agregat Kasar dengan Kondisi Saturated Surface Dry ............................... 150

62. Agregat Halus dengan Kondisi Saturated Surface Dry ............................... 150

63. Semen PCC .................................................................................................. 151

64. Memasukkan Material ke dalam Concrete Mixer ........................................ 151

65. Proses Pengadukan Material Beton.............................................................. 152

66. Memasukan Serat Kawat Bendrat Berkait ................................................... 152

67. Pengujian Nilai Slump.................................................................................. 153

68. Proses Pengujian VB-test Apparatus ........................................................... 153

69. Proses Pencetakan Benda Uji....................................................................... 154

70. Pemadatan Benda Uji Beton dengan Vibrator ............................................. 154

71. Proses Pelepasan Cetakan Benda Uji ........................................................... 155

72. Benda Uji Silinder........................................................................................ 155

73. Benda Uji Balok........................................................................................... 156

74. Perawatan Beton dengan air (Curing).......................................................... 156

75. Menimbang Benda Uji Beton Silinder......................................................... 157

76. Proses Caping Benda Uji Beton Silinder ..................................................... 157

77. Pengujian Kuat Tekan Beton Silinder dengan Alat CTM............................ 158

78. Benda Uji Setelah Silinder Pengujian Kuat Tekan ...................................... 158

79. Pengujian Kuat Tarik Belah Beton Silinder dengan Alat CTM................... 159

80. Benda Uji Silinder Setelah Pengujian Kuat Tarik Belah ............................. 159

81. Menimbang Benda Uji Beton Balok ............................................................ 160

82. Proses Meletakkan Benda Uji pada Tumpuan ............................................. 160

83. Proses Pemasangan Beban ........................................................................... 161

84. Proses Pengujian Kuat Lentur Beton dengan alat Hydraulic Jack .............. 161

85. Benda Uji Balok Setelah Pengujian Kuat Lentur......................................... 162

DAFTAR NOTASI

A = Luas penampang silinder

ACI = American Concrete Institute

ASTM = American Society for Testing and Material

CTM = Compression Testing Machine

D = Diameter silinder beton

Ec = Nilai modulus elastisitas (Elasticity of Concrete)

L = Panjang benda uji

MPa = Mega Pascal

N = Newton

P = Beban tekan maksimum

PCC = Portland Composite Cement

SNI = Standar Nasional Indonesia

SSD = Saturated Surface Dry

b = Lebar benda uji

cm = Centimeter

h = Tinggi benda uji

kg = kilogram

kN = Kilo Newton

m3 = Meter kubik

mm = Milimeter

mm2 = Milimeter persegi

π = Konstanta (pi)

’ = Kuat tekan beton (Force of Compressed)

’ = Kuat tekan beton serat

= Volume fraksi serat (Volume Fraction)f = Kuat tari beton/beton serat

f’spf = Kuat tarik beton serat

f’sp = Kuat tarik beton tanpa serat

fcuf = Kuat tekan kubus beton serat

A = Tetapan non dimensi yang bernilai (20 - √F)

B = Tetapan yang bernilai 0,7 MPa

C = Tetapan yang bernilai 1,0 MPa

F = Fiber factor

lf/df = Fiber aspect ratio

σcf = Kuat retak pertama beton serat

σuf = Kuat tarik/lentur ultimit beton serat

σm = Kuat tarik beton

= Modulus keruntuhan/kuat lentur batas

Mn = Kekuatan momen lentur murni

Ts = Gaya tarik dari baja

d = Tinggi efektif balok

c = Jarak garis netral ke serat terluar bagian tekan

Tcf = Gaya tarik dari beton serat

h = Tinggi total balok

Cc = Resultan gaya tekan dari beton serat

Cs = Resultan gaya tarik dari baja daerah tekan

As = Luas baja tulangan

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konstruksi bangunan di Indonesia dewasa ini mengalami perkembangan yang

signifikan. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya pembangunan gedung,

jalan, saluran irigasi, maupun konstruksi yang lain. Seiring dengan

perkembangan tersebut, meningkat pula kebutuhan beton sebagai salah satu

bahan konstruksi bangunan. Sampai saat ini beton masih banyak digunakan

karena memiliki banyak kelebihan, diantaranya adalah mudah pengerjaannya,

bentuknya yang dapat disesuaikan dengan keinginan, tahan terhadap perubahan

cuaca dan lingkungan sekitar, dapat menggunakan bahan-bahan lokal yang

tersedia, serta perawatannya yang murah. Disamping kelebihan, beton

mempunyai kelemahan yaitu mempunyai kuat tarik yang rendah dan bersifat

getas (brittle) sehingga pemakaiannya terbatas. Oleh karena itu untuk menambah

nilai kuat tarik beton, perlu penambahan tulangan pada komponen beton . Harga

tulangan yang selalu meningkat menyebabkan pembuatan beton menjadi mahal,

sehingga perlu adanya bahan tambah yang relatif lebih murah dan mudah

diperoleh untuk mendapatkan struktur beton yang efisien dan mempunyai

kekuatan yang baik.

2

Salah satu alternatif bahan tambah yang digunakan adalah serat baja (steel

fibers). Ide dasarnya yaitu memberi tulangan pada beton dengan serat baja yang

disebarkan secara merata kedalam adukan beton dengan orientasi random,

sehingga beton tidak mengalami retakan-retakan yang terlalu dini akibat

pembebanan maupun panas hidrasi (Sorousihan dan Bayasi, 1987). Kuat tarik

beton dapat ditingkatkan dengan menambahkan serat pada beton. Serat akan

menahan gaya tarik pada daerah tarik tanpa mengalami retak.

Menurut Purwanto (1999), dalam ACI Committee 544 (1982), ada berbagai jenis

bahan serat yang digunakan dalam campuran beton yaitu baja (steel), plastik

(polypropylene), kaca (glass), dan karbon (carbon). Jenis serat baja lebih banyak

digunakan di luar negeri karena memiliki sifat-sifat penguat beton seperti kuat

tarik yang tinggi, elastis dan lekatan yang cukup. Penggunaan serat baja ini

masih sangat jarang dipakai di Indonesia karena serat harus didatangkan terlebih

dahulu dari luar negeri sehingga memakan biaya dan waktu yang cukup besar.

Mengingat di Indonesia belum ada pabrik yang memproduksi serat baja, sebagai

alternatifnya digunakan bahan lokal yaitu kawat bendrat yang dipotong-potong

sepanjang 60 mm dengan diameter 1 mm (aspek rasio l/d = 60). Dalam penelitian

Suhendro (1991), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa peningkatan kualitas

beton menjadi sangat daktail, kuat desak, kuat tarik dan ketahanan terhadap kejut

juga mengalami peningkatan.

3

Penelitian Leksono dkk (1995) tentang beton serat yang menggunakan kawat

bendrat berbentuk lurus dan berkait kedalam campuran beton. Kemudian beton

diuji kuat tekan, kuat lentur, kuat tarik beton. Kawat bendrat dengan diameter ±

1 mm dipotong dengan ujungnya berkait (hooked fiber), panjang 60 mm dan

volume serat 0,75% sampai dengan 1%. Hasilnya, penambahan kawat berkait

(hoked fiber) kedalam adukan beton dapat menurunkan kelecakan adukan beton

sehingga beton menjadi sulit dikerjakan, namun dengan nilai VB-time antara 5 –

25 detik dapat dipakai sebagai pedoman untuk menyatakan suatu adukan beton

serat mempunyai kelecakan yang baik. Kuat tarik, kuat tekan, dan kuat lentur

meningkat setelah diberi hoked fiber (Ariatama, 2007).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa kawat bendrat menjadi

material alternatif sebagai tambahan campuran adukan beton karena disamping

mempunyai faktor-faktor prinsip penguat beton, kawat bendrat juga merupakan

bahan yang mudah diperoleh serta relatif murah. Dalam penelitian ini dengan

pertimbangan tersebut, peneliti mencoba memanfaatkan kawat bendrat berkait

(hooked) sebagai tambahan campuran adukan beton dengan aspek rasio (l/d) 60,

maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

4

1. Bagaimana pengaruh penambahan kawat bendrat berkait dengan empat

variasi volume fraction 0%, 0,75%, 1,0% dan 1,25% terhadap kuat tekan,

kuat lentur dan kuat tarik belah beton mutu normal.

2. Bagaimana pengaruh kawat bendrat berkait terhadap kemudahan pengerjaan

(workability) dari campuran beton.

C. Batasan Masalah

Agar penelitian dapat terarah sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka

digunakan batasan masalah sebagai berikut:

1. Kuat tekan beton (f’c) adalah beton mutu normal.

2. Metode perencanaan (mix design) menggunakan metode ACI (American

Concrete Institute).

3. Kawat bendrat berkait sebagai bahan tambah dihitung di luar mix design

adukan 1 m3 beton dengan ukuran diameter 1 mm (d) dan untuk

memudahkan proses pemotongan ditentukan panjang kawat bendrat berkait

60 mm (l).

4. Aspek rasio kawat bendrat berkait (l/d) 60.

5. Pengujian beton terhadap kuat tekan, kuat lentur, dan kuat tarik belah beton.

6. Variasi kadar kawat bendrat 0%, 0,75%, 1,0% dan 1,25%.

7. Pengujian beton dilakukan pada beton berumur 28 hari.

8. Adukan beton yang dihasilkan dianggap homogen dan penyebaran kawat

dianggap merata.

5

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis pengaruh penambahan kawat bendrat berkait dengan

empat variasi volume fraction 0%, 0,75%, 1,0% dan 1,25% terhadap kuat

tekan, kuat lentur dan kuat tarik belah beton mutu normal.

2. Untuk menganalisis pengaruh kawat bendrat berkait terhadap kemudahan

pengerjaan (workability) dari campuran beton.

E. Manfaat Penelitian

1. Sebagai salah satu ilmu pengetahuan dan menambah wawasan khususnya

pada bahan campuran beton terutama penambahan kawat bendrat berkait kuat

tekan, kuat tarik dan kuat lentur beton untuk meningkatkan mutu beton sesuai

yang diharapkan dan memperbaiki sifat-sifat yang kurang baik pada beton

2. Dengan penelitian yang maksimum diharapkan bahan tambah tersebut

dapat dijadikan bahan tambah komponen beton yang mempunyai

kekuatan tinggi dan berkualitas baik namun bernilai ekonomis.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Beton

Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidrolik yang lain,

agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau tanpa bahan campuran yang

membentuk massa padat menggunakan agregat alam yang dipecah atau tanpa

dipecah (SNI 2847:2013). Seiring dengan penambahan umur, beton akan semakin

mengeras dan akan mencapai kekuatan rencana ( ′ ) pada usia 28 hari.

B. Sifat – sifat Beton

Sifat-sifat beton yang perlu diketahui menurut Sugiyanto dan Sebayang (2005) dan

Tjokrodimuljo (2007) antara lain:

1. Keawetan (Durability)

Merupakan kemampuan beton bertahan seperti kondisi yang direncanakan

tanpa terjadi korosi dalam jangka waktu yang direncanakan.

2. Kuat Tekan

Ditentukan berdasarkan pembebanan uniaksial benda uji silinder beton

diameter 150 mm dan tinggi 300 mm dengan satuan MPa (N/mm2) untuk SK

SNI 91 dan standar ACI. Sedangkan British Standar menggunakan benda uji

7

kubus dengan sisi ukuran 150 mm. Jenis beton menurut kuat tekannya dapat

dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Beberapa jenis beton menurut kuat tekannya

Jenis beton Kuat tekan (MPa)

Beton sederhana Sampai 10 MPa

Beton normal 15 – 30 MPa

Beton pra tegang 30 – 40 MPa

Beton kuat tekan tinggi 40 – 80 MPa

Beton kuat tekan sangat tinggi > 80 MPa

Sumber : Tjokrodimuljo, 2007

Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu dari kekuatan beton yaitu sifat

agregat, kepadatan beton, umur beton, faktor air semen (fas), Proporsi semen

dan jenis semen yang digunakan.

3. Kuat Tarik

Kuat tarik beton jauh lebih kecil dari kuat tekannya, yaitu sekitar 10 % -15 %

dari kuat tekannya. Kuat tarik beton merupakan sifat yang penting untuk

memprediksi retak dan defleksi balok.

4. Berat Jenis

Beton normal yang dibuat dengan agregat normal (pasir dan kerikil normal

berat jenisnya antara 2,5 – 2,7) mempunyai berat jenis sekitar 2,3 – 2,5.

Apabila dibuat dengan pasir atau kerikil yang ringan atau diberikan rongga

udara maka berat jenis beton dapat berkurang dari 2,0. Beberapa jenis beton

menurut berat jenisnya dapat dilihat pada Tabel 2.

8

Tabel 2. Beberapa jenis beton menurut berat jenisnya

Jenis Beton Berat Jenis Pemakaian

Beton sangat ringan <1,00 Non struktur

Beton ringan 1,00 – 2,00 Struktur ringan

Beton normal 2,30 – 2,50 Struktur

Beton berat >3,00 Perisai sinar X

Sumber: Tjokrodimuljo, 2007

5. Modulus Elastisitas

Modulus elastisitas beton tergantung pada modulus elastisitas agregat dan

pastanya. Dalam perhitungan struktur boleh diambil modulus beton sebagai

berikut:

Ec = 4700 √ ′ ; untuk beton normal

dengan:

Ec = Modulus elastisitas beton, MPa′ = Kuat tekan beton, MPa

6. Susut (Shrinkage)

Merupakan perubahan volume yang tidak berhubungan dengan pembebanan.

7. Rangkak (Creep)

Merupakan salah satu sifat beton dimana beton mengalami deformasi terus

menerus menurut waktu dibawah beban yang dipikul.

8. Kelecakan (Workability)

Workability adalah sifat-sifat adukan beton atau mortar yang ditentukan oleh

kemudahan dalam pencampuran, pengangkutan, pengecoran, pemadatan, dan

finishing.

9

C. Bahan Campuran Beton

1. Air

Air digunakan sebagai salah satu bahan penyusun beton dan sebagai bahan

perawatan beton (curing). Air akan bereaksi dengan semen, serta menjadi

bahan pelumas antara butiran agregat agar mudah dipadatkan dan dikerjakan.

Air yang digunakan harus bersih, tidak mengandung lumpur, minyak, dan tidak

mengandung garam-garam dan zat-zat lain yang dapat merusak beton.

2. Semen Portland

Berdasarkan SNI 2049:2004, semen portland adalah semen hidrolis yang

dihasilkan dengan cara menggiling terak semen portland terutama yang terdiri

dar5 kalsium silikat yang bersifat hidrolis dan digiling bersama-sama dengan

bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal senyawa kalsium sulfat

dan boleh ditambah dengan bahan tambahan lain. Semen berfungsi sebagai

bahan perekat untuk menyatukan bahan agregat kasar dan agrregat halus

menjadi satu massa yang kompak dan padat dengan proses hidrasi.

Menurut SNI 15-7064-2004, PCC (Portland Composit Cement) merupakan

bahan pengikat hidrolis hasil penggilingan bersama-sama terak/klinker semen

Portland dan gypsum dengan satu atau lebih bahan anorganik atau hasil

pencampuran antara bubuk semen Portland dengan bubuk bahan anorganik

lain. Semen jenis PCC dapat digunakan pada konstruksi umum seperti

pekerjaan beton, pasangan bata, selokan, jalan, pagar dinding dan pembuatan

elemen bangunan khusus seperti beton pracetak, beton pratekan, panel beton,

10

bata beton (paving block) dan sebagainya. PCC mempunyai panas hidrasi yang

lebih rendah selama proses pendinginan, sehingga pengerjaannya akan lebih

mudah dan menghasilkan permukaan beton atau plester yang lebih rapat dan

lebih halus.

3. Agregat

Agregat berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran mortar atau beton

yang terdiri dari agregat halus dan agregat kasar (Sugiyanto dan Sebayang

(2005). Agregat halus untuk beton adalah agregat berupa pasir alam yang

mempunyai ukuran butir 5 mm. Agregat kasar untuk beton adalah agregat

berupa kerikil sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa

batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu, dan mempunyai ukuran butir

antara 5-40 mm. Besar butir maksimum yang diizinkan tergantung pada

maksud pemakaian. Gradasi standar agregat dapat dilihat pada Tabel 3 dan

Tabel 4.

Tabel 3. Gradasi standar agregat halus

Ukuran Saringan (mm) Persentase Lolos

9,5 100

4,75 95 – 100

2,36 (No 8) 80 – 100

1,18 (No 16) 50 – 85

0,6 (No 30) 25 – 60

0,3 (No 50) 10 – 30

0,15 (No 100) 2 – 10

Pan

Sumber: ASTM C-33

11

Tabel 4. Gradasi standar agregat kasar

Ukuran Saringan(mm)

Persentase Lolos

37,5 – 4,75 19,0 – 4,75 12,5 – 4,75

50 100 - -

38,1 95 – 100 - -

25 - 100 -

19 35 – 70 90 – 100 100

12,5 - - 90 – 100

9,5 10 – 30 20 – 55 40 – 70

4,75 0 – 5 0 – 10 0 – 15

2,36 - 0 – 5 0 – 5

Pan

Sumber: ASTM C-33

4. Serat (fiber)

ACI Committee 544 mengklasifikasikan tipe serat secara umum sebagai

perkuatan beton, yaitu antara lain:

1. SRFC (Steel Fiber Reinforced Concrete)

2. GFRC (Glass Fiber Reinforced Concrete)

3. SNFRC (Synthetic Fiber Reinforced Concrete)

4. NFRC (Natural Fiber Reinforced Concrete)

Sebenarnya semua jenis serat dapat dipakai sebagai bahan tambah untuk

perbaikan sifat beton. Tetapi yang harus diperhatikan dalam penggunaan serat

adalah ketahanan serat terhadap alkali. Sifat berbagai macam bahan serat dapat

dilihat pada Tabel 5.

12

Tabel 5. Sifat berbagai macam bahan serat

No Jenis Serat Kuat Tarik(MPa)

Perpanjangansaat putus (%)

BeratJenis

1 Acrylic 204 – 408 25 – 45 1,1

2 Asbes (Asbestos) 544 – 952 0,6 3,2

3 Kaca (Glass) 1020 – 3740 1,5 – 3,5 2,5

4 Nylon 748 – 816 16 – 20 1,1

5 Baja (Steel) 272 – 2720 0,5 – 35 7,8

Sumber: ACI Committee 544, 1984 dalam Mulyono 2003

1. Serat baja memiliki kelebihan dalam hal kekuatan dan modulusnya yang

tinggi, tetapi memiliki kelemahan yaitu bersifat korosif. Hal ini dapat

dilihat bila ada sebagian dari serat yang tidak terlindung atau tertutup

beton.

Menurut Soroushian & Bayasi (1991), beberapa jenis baja yang biasa

digunakan dalam campuran beton antara lain:

a. Bentuk serat baja (Steel fiber shapes)

Bentuk-bentuk serat baja yaitu lurus (straight), berkait (hooked),

bergelombang (crimped), double duo form, ordinary duo form, bundel

(paddled), kedua ujung ditekuk (enfarged ends), tidak teratur

(irregular), dan bergigi (idented).

13

b. Penampang serat baja (Steel fiber cross section)

Penampang serat baja terdiri dari lingkaran (round/wire),

persegi/lembaran (rectangular/sheet), dan tidak teratur/bentuk

dilelehkan (irregular/melt extract).

c. Serat yang dilekatkan bersama dalam satu ikatan (fibers glued together

into a bundle).

Jenis-jenis serat baja dapat dilihat pada Gambar 1 berikut:

Gambar 1. Berbagai bentuk geometri serat baja (Soroushian&Bayasi,1991)

Penggunaan serat baja pada adukan beton belum banyak dikenal di

Indonesia. Penyebabnya karena tidak tersedianya serat baja di dalam negeri

sehingga alternatifnya digunakan bahan lokal yaitu kawat yang dipotong-

potong. Dalam penelitian Suhendro (1991) dicari alternatif penggunanan

14

bahan lokal yang mudah didapat di Indonesia dan harganya relatif murah

sebagai pengganti serat produksi pabrik. Bahan lokal tersebut berupa

potongan-potongan kawat bendrat (yang biasa dipakai untuk mengikat

tulangan baja) dengan diameter 1 mm dan panjang sekitar 60 mm.

Berdasarkan penelitian tersebut didapat beton menjadi sangat liat (ductile),

kuat tarik dan ketahanan terhadap kejut meningkat, serta terbukti dengan

model skala penuh suatu balok beton kapasitas beban batas lentur beton

serat jauh lebih baik dari beton biasa. Dengan demikian tingkat perbaikan

beton menggunakan bahan lokal tidak kalah dibandingkan dengan serat

baja asli luar negeri

2. Serat kaca memiliki kuat tarik yang relatif tinggi, kepadatan rendah dan

modulus elastisitas tinggi. Kelemahan serat ini yaitu mudah rusak akibat

alkali yang terkandung dalam semen dan mempunyai harga beli yang lebih

tinggi bila dibandingkan serat lainnya (Soroushian & Bayasi, 1987).

3. Serat polimer telah diproduksi sebagai hasil dari penelitian dan

pengembangan industri petrokimia dan tekstil. Serat polimer termasuk

aramid, acrylic, nylon dan polypropylene mempunyai kekuatan tarik yang

tinggi tetapi modulus elastisitas rendah, daya lekat dengan matrik semen

yang rendah, mudah terbakar dan titik lelehnya rendah.

4. Serat karbon digunakan untuk memenuhi kebutuhan tarik yang tinggi dan

kuat lentur yang tinggi. Serat karbon memiliki modulus elastisitas yang

sama bahkan dua hingga tiga kali lebih besar dari baja dengan berat jenis

15

yang sangat ringan. Namun penyebarannya dalam matrik semen lebih sulit

dibandingkan dengan serat lainnya.

Serat dianggap sebagai agregat yang bentuknya sangat tidak bulat yang akan

mengakibatkan berkurangnya kelecakan dan mempersulit segregasi. Serat

berguna untuk mencegah adanya retak-retak sehingga menjadikan beton serat

lebih daktail dari beton biasa (Tjokrodimuljo, 2007).

Dalam penggunaan serat hal yang harus diperhatikan adalah ketahanan serat

terhadap alkali. Spesifikasi serat untuk jenis kawat dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Spesifikasi serat untuk jenis kawat

No Jenis Kawat Kuat Tarik(MPa)

Perpanjangansaat putus (%)

SpecificGravity

1 Kawat Baja 230 10,5 7,77

2 Kawat Bendrat 38,5 5,5 6,68

3 Kawat Biasa 25 30 7,70

Sumber: Suhendro, 2000.

5. Superplasticizer

Menurut ASTM C-494, Superplasticizer adalah bahan kimia tambahan

pengurang air yang sangat effektif. Dengan pemakaian bahan tambahan ini

diperoleh adukan dengan faktor air semen lebih rendah pada nilai kekentalan

adukan yang sama atau diperoleh adukan dengan kekentalan lebih encer

dengan faktor air semen yang sama, sehingga kuat tekan beton lebih tinggi.

16

Superplasticizer berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang

diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu, sebanyak

12% atau lebih. Tiga jenis superplasticizer yang dikenal adalah (1) kondensi

sulfonat melamin formaldehid (SMF) dengan kandungan klorida sebesar

0,005% (2) sulfonat nafthalin formaldehid (SNF) dengan kandungan klorida

yang dapat diabaikan, dan (3) modifikasi lignosulfonat tanpa kandungan

klorida. Dosis yang disarankan adalah 1% sampai 2% dari berat semen. Dosis

yang berlebihan akan menyebabkan menurunnya kekuatan tekan beton. Jenis

SMF dan SNF yang disebut garam sulfonik lebih sering digunakan karena

lebih efektif dalam mendispersikan butiran semen, juga mengandung unsur-

unsur yang memperlambat pengerasan (Mulyono, 2003)

Penambahan superplasticizer dalam campuran beton, dapat mengubah sifat

beton sesuai dengan perencanaan yang diinginkan dan mempunyai pengaruh

dalam meningkatkan workability beton sampai pada tingkat yang cukup besar.

Bahan ini digunakan dalam jumlah yang relatif sedikit karena sangat mudah

mengakibatkan terjadinya pemisahan (segregasi/bleeding).

D. Beton Serat

Beton serat (fibre concrete) adalah bahan komposit yang terdiri dari beton biasa

dan bahan lain yang berupa serat. Serat umumnya berupa batang-batang

dengan diameter antara 0,005 sampai 0,5 mm dan panjang sekitar 25 mm

sampai 100 mm (Tjokrodimuljo, 2007).

17

Menurut ACI Committee 544 (1993) beton berserat adalah material komposit

yang terbuat dari bahan semen hidrolis, agregat halus, agregat kasar, serta

serat dengan proporsi tertentu yang tersebar secara acak untuk mencegah

terjadinya retak-retak beton di daerah tarik yang terlalu dini akibat

pembebanan (Soroushin & Bayasi, 1987). Penyebaran serat dapat dilihat pada

Gambar 2.

Gambar 2. Serat tersebar merata dalam adukan beton

Sifat-sifat mekanika beton serat dipengaruhi oleh jenis serat, aspek rasio serat

(fiber aspect ratio), volume fraction serat, kekuatan beton, geometri dan

pembuatan benda uji serta agregat. Aspek rasio (l/d) yaitu rasio antara panjang

serat (l) dan diameter serat (d). Sedangkan volume fraction yaitu persentase

volume serat yang ditambahkan pada setiap satuan volume adukan.

Perbaikan yang dialami beton dengan adanya penambahan fiber antara lain yaitu:

1. Daktilitas meningkat

Penambahan serat ke dalam adukan beton dapat mengatasi masalah beton yang

bersifat getas (brittle) menjadi lebih daktail. Energi yang diserap oleh beton

serat untuk mencapai keruntuhan lebih besar dibandingkan dengan energi yang

diserap oleh beton biasa, baik akibat beban tekan maupun akibat beban lentur.

18

2. Ketahanan terhadap beban kejut (impact resistance) meningkat

Beton normal sangat lemah dalam menerima beban kejut. Penambahan serat ke

dalam adukan beton dapat meningkatkan ketahanan kejut beton dengan baik.

3. Kekuatan lentur dan tarik meningkat

Salah satu kelemahan beton yang paling besar adalah kekuatan untuk menahan

gaya tarik dan lentur. Sifat kuat tarik dan lentur yang rendah pada beton dapat

diperbaiki dengan penambahan serat ke dalam adukan beton.

4. Penyusutan berkurang

Keretakan pada beton dapat juga terjadi akibat penahanan terhadap penyusutan

bebas yang disebabkan oleh kontinuitas struktur, baja tulangan dan gradien

kebasahan dalam beton. Dengan adanya serat dalam beton dapat mengurangi

penyusutan dan membatasi retak-retak penyusutan.

Menurut ACI Committee 544 (1988), untuk mendapatkan kelecakan yang baik

dan fiber dispersion (serat tersebar merata dengan orientasi random dalam adukan

beton) diperlukan batasan ukuran maksimum agregat, gradasi yang tepat,

penambahan kadar semen dan kemungkinan penambahan abu terbang (fly ash)

atau bahan campur lain (superplasticizer). Umumnya, kelecakan akan menurun

dengan makin banyaknya persentase serat yang ditambahkan dan makin besarnya

aspek rasio.

Kelecakan tidak hanya dapat diukur dengan menggunakan slump test saja, ini

yang membedakan dengan pengukuran kelecakan pada beton konvensional.

Menurut Purwanto (1999), dalam Committee 544-84, prosedur pemakaian

19

inverted slump cone test dan VB-test dapat untuk menentukan kelecakan beton

serat. VB-time yang cukup baik untuk kelecakan beton serat menurut ACI

Committee 544-84 besarnya antara 5 s/d 25 detik. Slump test hanya digunakan

untuk mengontrol konsistensi beton serat, dan umumnya slump beton serat

berkisar antara 25 s/d 100 mm.

Selain akan terjadinya korosi pada serat fiber jika tidak terlindung dengan beton,

terjadinya balling effect (bola efek) juga menjadi masalah pada campuran beton

serat. Balling effect (bola efek) merupakan peristiwa menggumpalnya serat fiber

pada saat pencampuran berbentuk seperti bola dan tidak menyebar secara merata

sehingga perlu diusahakan penyebaran serat fiber secara merata pada adukan

beton.

Mekanisme kerja serat bersama pasta beton akan membentuk matriks komposit.

Pada saat beton diberi beban, beton akan mengalami retak pertama kemudian

semakin banyak retak halus yang akan terlihat. Pada saat diberi beban tersebut

kekuatan beton akan dialihkan ke serat karena serat dianggap sebagai tulangan

tambahan sehingga serat akan menahan beban yang ada sesuai dengan modulus

elastisitasnya. Pasta beton akan semakin kokoh/stabil dalam menahan beban

karena aksi serat yang sangat mengikat di sekelilingnya. Beton bertulang serat

memberikan penyerapan energi yang lebih baik dengan mengalami deformasi

plastis sebelum kehancuran.

20

Teori yang digunakan sebagai pendekatan untuk menjelaskan mekanisme kerja

serat yaitu sebagai berikut :

a. Spacing Concept

Spacing concept diartikan dengan mendekatkan jarak antarserat dalam

campuran beton sehingga beton lebih mampu membatasi ukuran retak dan

mencegah terjadinya retakan yang lebih besar.

b. Composite Material Concept

Composite material concept merupakan salah satu pendekatan yang

memperkirakan kuat tarik maupun kuat lentur dari beton serat. Konsep ini

dikembangkan untuk memperkirakan kekuatan material komposit pada saat

timbul retak pertama.

E. Landasan Teori

1. Kuat Tekan Beton / Beton Serat

Kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang menyebabkan

benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu, yang

dihasilkan oleh mesin tekan (SNI 03-1974-1990). Dalam pengujian kuat tekan

beton, benda uji dapat berupa kubus dan silinder.

Menurut ASTM C-39, dalam Purwanto (1999) uji tekan beton dilakukan pada

benda uji dengan bentuk silinder yang berdiameter 150 mm dan tinggi 300 mm

Kuat tekan beton dicari dengan rumus :′ = ……………………………………………………………………(1)

21

dimana:′ = Kuat tekan beton/beton serat (MPa)P = Beban tekan maksimum (N)A = Luas penampang silinder = ¼ π D2 (mm2)

Dalam penelitian Wafa dan Hasnat (1992) mengusulkan persamaan untuk

memprediksi kuat tekan beton serat sebagai berikut:′ = ′ + 2,23 ………………………………………………………….(2)

dimana:′ = Kuat tekan beton serat (MPa)′ = Kuat tekan beton tanpa serat (MPa)= Volume fraksi serat (%)

Gambar 3. Benda uji kuat tekan beton (silinder)

2. Kuat Tarik Beton / Beton Serat

Kuat tarik beton / beton serat ditentukan dengan pengujian tarik belah atau

disebut juga dengan splitting tension test / brazillian test, yaitu dilakukan

dengan memberikan tegangan tarik beton secara tidak langsung pada spesimen

slinder dalam posisi rebah dan ditekan sehingga terjadi tegangan tarik pada

silinder beton.

P

30 cm

15 cm

A

22

Menurut Purwanto (1999), Kekuatan tarik belah beton dapat dihitung dengan

menggunakan rumus:= …………………………………………………………………….(3)

dimana:= Kuat tarik beton/beton serat (MPa)

P = Beban tekan maksimum (N)L = Panjang silinder beton/beton serat (mm)D = Diameter silinder beton/beton serat (mm)

Menurut Purwanto (1999), dalam Narayanan dan Darwish (1988),

mengusulkan persamaan untuk model kuat tarik belah silinder beton serat yang

didasarkan pada analisis regresi data percobaan, yaitu :

fspf = + B + C √F……………………………………………………….(4)

dimana:fspf = Kuat tarik belah silinder beton serat (MPa)fcuf = Kuat tekan kubus beton serat (MPa)A = Tetapan non dimensi yang bernilai (20 - √F)B = Tetapan yang bernilai 0,7 MPaC = Tetapan yang bernilai 1,0 MPaF = Fiber factor (F = (lf/df) β)

dengan lf/df = Fiber aspect ratio= Volume fraksi serat (%)

β = faktor lekatan fiber-beton, ditetapkan nilai relatif 0,5untuk serat berpenampang bundar, 0,75 untuk seratcrimped atau hooked, dan 1,0 untuk serat indented.

Menurut Purwanto (1999), untuk memprediksi kuat tarik beton serat

digunakan beberapa usulan persamaan/formula. Usulan-usulan persamaan

tersebut antara lain sebagai berikut :

23

a. Usulan Wafa dan Ashour (1992)

Persamaan ini digunakan untuk memprediksi kuat tarik beton serat mutu

tinggi berdasarkan kuat tarik beton tanpa serat mutu tinggi. Persamaan

tersebut adalah :′ = ′ + 3,02 …………….…………………..……......….…....(5)

dimana:′ = Kuat tarik beton serat (MPa)′ = Kuat tarik beton tanpa serat (MPa) = 0,58√f′cdengan ′ = kuat tekan beton tanpa serat (MPa)

= volume fraksi serat (%)

b. Usulan Wafa, Hasnat dan Tarabolsi (1992)

Persamaan ini diperoleh berdasarkan hasil percobaan. Persamaan tersebut

adalah :′ = ′ + 1,8 …………….…………………..……......….….......(6)

dimana:′ = Kuat tarik beton serat (MPa)′ = Kuat tarik beton tanpa serat (MPa) = 0,51 ′dengan ′ = kuat tekan beton tanpa serat (MPa)

= volume fraksi serat (%)

3. Kuat tarik lentur beton

Kuat lentur balok beton adalah kemampuan balok beton yang diletakkan pada

dua perletakan untuk menahan gaya dengan arah tegak lurus sumbu benda uji

sampai benda uji patah (SNI 03-4431-1997).

Kuat lentur batas (ultimate flexure strength) beton atau disebut juga modulus

keruntuhan (modulus of rupture) adalah beban maksimum yang tercapai

24

selama pembebanan. Menurut ASTM C 78-94, nilai modulus keruntuhan dapat

diperoleh dari rumus sebagai berikut:

a. Bila retak terjadi di 1/3 bentang bagian tengah, modulus keruntuhan dapat

dilihat dengan persamaan:σ = ² ................................................................................................... (7)

b. Bila retak terjadi di luar 1/3 bentang tengah, modulus keruntuhan dihitung

dengan persamaan:σ = ² .................................................................................................. (8)

dimana:σ = Modulus keruntuhan/kuat lentur batas (N/mm2)P = Beban maksimum (N)l = Bentang balok (mm)b = lebar rata-rata benda uji (mm)d = tinggi rata-rata benda uji (mm)a = jarak rata-rata antara garis retak dan tumpuan terdekat pada

permukaan tarik balok (mm)

Dalam SNI 03-2847-2002, dijelaskan bahwa untuk beton dengan beban

normal yang tidak menggunakan tulangan, nilai modulus keruntuhan dapat

diperoleh dari rumus sebagai berikut:

fr = 0,7 ′ .................................................................................................. . (9)

dimana:fr = Modulus keruntuhan/kuat lentur batas (MPa)′ = Kuat tekan beton/beton serat (MPa)

25

Menurut Purwanto (1999), untuk memprediksi kuat tarik/lentur ultimit beton

serat digunakan usulan Swamy et al. (1974). Dalam usulan rumus persamaan

ini dikembangkan berdasarkan teori derivatif dengan koefisien-koefisien

didapat dari analisis regresi data percobaan.

Untuk kuat retak pertama:σ = 0,843 σ 1 − + 2,93 ......................................................... (10)

Untuk kuat tarik/lentur ultimit:σ = 0,97 σ 1 − + 3,41 ........................................................... (11)

dimana:σcf = Kuat retak pertama beton serat (MPa)σuf = Kuat tarik/lentur ultimit beton serat (MPa)σm = Kuat tarik beton (MPa)

= volume fraksi (%)lf/df = Fiber aspect ratio

Kuat lentur dapat diteliti dengan membebani balok pada tengah-tengah

bentang atau pada setiap sepertiga bentang dengan beban titik ½ P. Beban

ditingkatkan sampai kondisi balok mengalami keruntuhan lentur, dimana

retak utama yang terjadi terletak di sekitar tengah-tengah bentang.

Secara sederhana, balok beton digambarkan sebagai struktur simple beam

dengan beban terpusat masing-masing ½ P. Besarnya momen yang dapat

mematahkan benda uji adalah momen akibat beban maksimum dari mesin

pembebanan dan berat sendiri dari benda uji. Pada kejadian momen lentur

positif, regangan tekan terjadi di bagian atas dan regangan tarik di bagian

26

bawah dari penampang. Pembebanan balok dengan tumpuan sederhana

tersebut, maka dapat dihitung besarnya momen maksimum yang terjadi pada

1/3 bagian tengah bentang dengan menggunakan rumus sebagai berikut:M = PL ………………..…………………..…….........….........….....(12)

dimana:M = Momen maksimum (Nmm)P = Beban maksimum (N)L = Bentang balok (mm)

Gambar 4. Balok sederhana yang dibebani gaya P/2

Gambar 5. Diagram momen lentur

4. Kekuatan momen lentur penampang persegi balok beton bertulang

a. Kekuatan momen lentur beton

Untuk menghitung kuat lentur nominal (Mn) dipakai permisalan sebagai

berikut:

27

1) Kekuatan unsur didasarkan pada hitungan yang memenuhi syarat

keseimbangan dan kompatibiltas regangan.

2) Regangan di dalam baja tulangan dan beton dimisalkan berbanding lurus

dengan jarak terhadap garis netral.

3) Regangan maksimum yang dapat dipakai pada serat tekan sebesar 0,003.

4) Kekuatan tarik beton diabaikan.

5) Modulus elastis baja diambil sebesar 2.105 MPa.

Gambar 6. Distribusi regangan dan tegangan lentur balok beton normalbertulang (SK SNI T-15-1991-03)

Gaya-gaya dalam adalah:

C = 0,85 ′ .a.b........................................................................................ (13)

T = As.fy................................................................................................ ..(14)

Keseimbangan, C = T sehingga:

a =., ′ .................................................................................(15)

28

Letak garis netral adalah:

c = ...........................................................................................(16)

Regangan baja tarik pada saat dicapainya regangan beton sebesar

εcu = 0,003

εs = (0,003) ...................................................................................... (17)

εy = ........................................................................................(18)

Bila εs > εy maka tulangan tarik meleleh terlebih dahulu

Kekuatan lentur nominal adalah:

= C (d – 0,5a)..................................................................................... (19)

Atau

= T (d - 0,5a) ..................................................................................... (20)

b. Kekuatan momen lentur balok beton bertulang yang diberi fiber

Momen Ultimit diperoleh dengan memperhitungkan kekuatan tarik beton

sebagai penambah kontribusi pada tulangan tarik.

1) Usulan Henager dan Doherty (1976)

Gambar 7. Distribusi regangan dan tegangan lentur balok betonbertulang yang diberi fiber. (Henager & Doherty,1976)

29

Usulan persamaan adalah sebagai berikut :

Kekuatan momen lentur nominal= ( − ) + ( )+ − + ( − ) ................. (21)

dimana := Kekuatan momen lentur murni (Nmm)= Gaya tarik dari baja (N)

d = Tinggi efektif balok (mm)c = Jarak garis netral ke serat terluar bagian tekan (mm)

= Gaya tarik dari beton serat (Nmm)h = Tinggi total balok (mm)Cc = Resultan gaya tekan dari beton serat (N)Cs = Resultan gaya tarik dari baja daerah tekan (N)As = luas baja tulangan (mm2)′ = Kuat tekan beton serat (MPa)

= Kuat tarik beton serat (MPa)

Gaya – gaya dalam adalah :

Cc = 0,85 . ′ . β . c. b .....................................................................(22)

Cs = A’s. ......................................................................................... (23)

= .(h – c).................................................................................... (24)

= As. ........................................................................................... (25)

2) Usulan Suhendro (1991)

Gambar 8. Distribusi regangan dan tegangan lentur balok betonbertulang yang diberi fiber. (Suhendro,1991)

30

Kekuatan momen lentur nominal := ( − ) + ( )+ . . + ( − ) ........................ (26)

Gaya – gaya dalam adalah

Cc = 0,67 ′ .c.b .............................................................................. (27)

Cs = A’s. ........................................................................................ (28)

= 0,85. .0,85 (h – c).b.............................................................. (29)

= As. . ........................................................................................ (30)

3) Usulan Swamy dan Al – Ta’an (1981)

Gambar 9. Distribusi regangan dan tegangan lentur balok betonbertulang yang diberi fiber. (Swamy & Al – Ta’an,1981).= ( − ) + ( )+ . 0,625 + ( − ′)................. (31)

Gaya – gaya dalam adalah :

Cc = 0,67 . ′ . c. b ......................................................................... (32)

Cs = A’s. ........................................................................................ (33)

= ′ .(h – c).b .............................................................................. (34)

= As. .......................................................................................... (35)

31

F. Penelitian Terdahulu

Pada penelitian Kusnadi (2010) telah dilakukan pengujian dengan benda uji pada

penelitian terdiri dari benda uji silinder diameter 100 mm tinggi 200 mm untuk

pengujian kuat tekan. Variasi serat yang digunakan yaitu 0% ; 0,3% ; 0,75% ;

1% dengan panjang serat 60 mm diameter 1 mm. Benda uji berjumlah tiga buah

untuk masing – masing variasi serat. Dari hasil pengujian yang telah dilakukan,

diperoleh nilai untuk masing-masing variasi serat 0% ; 0,3% ; 0,75% dan 1%

berturut-turut adalah 21,58 MPa ; 24,00 MPa ; 24,81 MPa dan 25,01 MPa.

Dengan peningkatan kuat tekan optimum terjadi pada variasi serat 1% yaitu

15,89%. Dapat disimpulkan bahwa dengan penambahan serat kawat galvanis ke

dalam adukan beton ringan hanya sedikit meningkatkan kuat tekan beton ringan.

Pada penelitian Handiyono (1994) mengenai bentuk geometri serat kawat bendrat

membuktikan bahwa dengan serat berkait (hooked) dapat meningkatkan

thoughness index beton dan tegangan tarik beton dibandingkan dengan beton

dengan serat lurus maupun dengan beton biasa. Hal ini membuktikan bahwa

penambahan serat berkait (hooked) pada beton dapat meningkatkan daktilitas.

Pola retak balok beton dengan serat lurus adalah retak-retak tunggal dengan

sedikit retak halus, sedangkan balok dengan serat hooked lebih mampu menahan

retak dibanding serat lurus. Pada beton normal, pola retak tidak beraturan.

32

Dalam Penelitian Leksono, dkk (1995) menggunakan kawat bendrat berbentuk

lurus dan berkait ke dalam campuran beton. Kemudian beton diuji kuat desak,

kuat lentur, kuat tarik dan pengujian balok beton. Sebagai bahan susun beton

dipakai batu pecah dengan ukuran agregat maksimal 20 mm, kawat bendrat

diameter ±1 mm dipotong dengan ujungnya berkait dan panjang 60 mm, volume

fiber kawat (vf) 0,7% volume adukan. Berat jenis kawat bendrat 6,68 gr/cm3,

maka berat yang harus ditambahkan ke dalam 1 m3 adukan beton (dibulatkan) 50

kg. Untuk balok beton bertulang dengan ukuran 15 x 25 x 180 cm dengan

kandungan fiber 0,25 ; 0,5 ; 0,75 dan 1,00% . Berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan dengan menambahkan fiber sebanyak 0,75% sampai dengan 1% dari

volume beton dengan menggunakan aspec ratio sekitar 60 – 70 akan memberikan

hasil yang optimal. Penambahan serat ke dalam adukan beton dapat menurunkan

kelecakan adukan. Namun, kuat tarik, kuat desak dan kuat lentur meningkat

setalah diberi hooked fiber. Untuk kandungan fiber yang optimal 0,75%

(Ariatama, 2007).

III. METODE PENELITIAN

A. Umum

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental laboratorium di

Laboratorium Bahan dan Konstruksi Fakultas Teknik Universitas Lampung

dengan membuat beton mutu normal dan menambahkan kadar serat bendrat

berkait sebanyak 0%, 0,75%, 1,0% dan 1,25% dari volume adukan beton. Benda

uji berbentuk silinder beton dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm berjumlah 24

buah dan benda uji balok beton dengan panjang 60 cm, lebar 15 cm, dan tinggi 15

cm berjumlah 12 buah. Pengujian kuat tekan, kuat tarik belah dan kuat lentur beton

dilakukan setelah benda uji berumur 28 hari.

B. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Air

Air yang digunakan pada penelitian ini adalah air bersih yang tidak

mengandung lumpur, minyak dan benda-benda merusak lainnya yang dapat

dilihat secara visual serta tidak mengandung garam-garam yang dapat larut

34

dan dapat merusak beton. Air yang digunakan pada penelitian ini berasal dari

laboratorium bahan dan konstruksi Universitas Lampung.

2. Agregat Halus

Pada penelitian ini, agregat halus yang digunakan terlebih dahulu dilakukan

pengujian terhadap kadar air, berat jenis dan penyerapan, gradasi, kadar

lumpur, kandungan zat organikdan berat volume yang memenuhi standar

ASTM. Agregat halus yang digunakan pada penelitian ini yaitu pasir yang

berasal dari daerah Gunung Sugih, Lampung Tengah.

3. Agregat Kasar

Pada penelitian ini, agregat kasar yang digunakan terlebih dahulu dilakukan

uji bahan terhadap kadar air, berat jenis dan penyerapan, gradasi, dan berat

volume agregat yang memenuhi standar ASTM. Agregat kasar yang

digunakan pada penelitian yaitu batu pecah hasil produksi dari alat stone

crusher yang berasal dari daerah Tanjungan, Lampung Selatan dengan ukuran

maksimum sebesar 20 mm.

4. Semen

Bahan pembentuk beton ini berfungsi mengikat butiran agregat dan mengisi

ruang antar agregat sehingga terbentuk massa yang padat. Semen yang

digunakan yaitu semen PCC (Portland Composite Cement) dengan merk

dagang Semen Padang yang didapat dari toko dalam keadaan baik, tertutup

dalam kemasan (zak) 50 kg.

35

5. Tulangan

Tulangan baja yang dipakai adalah tulangan ulir dengan diameter 10 mm

untuk tulangan memanjang pada benda uji balok. Tulangan yang digunakan

sebanyak 2 buah dipasang longitudinal pada permukaan tarik untuk memikul

gaya tarik. Tulangan dipotong sepanjang 67 cm dan dibengkokan pada ke dua

sisi sebesar 6D.

6. Beton decking

Beton decking digunakan sebagai selimut beton. Masing-masing tulangan

ditumpu 3 buah beton decking dengan ukuran 5x5x2,5 cm. Tulangan

diletakkan di sisi tengah beton decking. Kekuatan beton decking yang

digunakan harus mempunyai kekuatan yang lebih atau minimal sama dengan

beton benda uji yang digunakan. Perhitungan beton decking dapat dilihat pada

Lampiran B.3

7. Serat

Serat yang digunakan adalah kawat bendrat yang memiliki diameter 1 mm dan

dipotong-potong sepanjang 60 mm. Kawat bendrat yang digunakan berbentuk

bendrat berkait (hooked). Pembentukan kawat diawali dengan mengukur

kawat bendrat sepanjang 60 mm. Kemudian kawat yang masih berbentuk

lurus dipotong menggunakan alat bantu gerinda. Selanjutnya, kawat bendrat

dibentuk menggunakan alat pembentuk kawat (Lampiran D.2) yang

sebelumnya sudah disiapkan.

36

Gambar 10. Bentuk serat kawat bendrat berkait (hooked).

8. Superplasticizer

Superplasticizer adalah bahan tambahan kimia (chemical admixture) yang

melarutkan gumpalan-gumpalan dengan cara malapisi pasta semen, sehingga

semen dapat tersebar dengan merata pada adukan beton dan mempunyai

pengaruh dalam meningkatkan workability. Penggunaan superplasticizer

dalam jumlah yang relatif sedikit karena sangat mudah mengakibatkan

terjadinya pemisahan (segregasi). Dalam penelitian ini superplasticizer yang

ditambahkan kedalam campuran sebanyak 0,8 dari berat semen.

Superplasticizer yang digunakan yaitu produk naptha 7055. Jenis

superplasticizer ini termasuk jenis yang disebut dengan garam sulfonik karena

lebih efektif dalam mendispersikan butiran semen dan mengandung unsur-

unsur yang memperlambat pengerasan sehingga dengan penambahan

superplasticizer dapat meningkatkan workability pada adukan beton.

37

C. Peralatan.

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Cetakan Benda Uji

Cetakan digunakan untuk mencetak beton dengan bentuk silinder dan

balok.Cetakan berbentuk silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 30 mm

digunakan pada pengujian kuat tekan dan kuat tarik belah beton. Cetakan

berbentuk balok dengan ukuran 150 mm x 150 mm x 600 mm digunakan pada

pengujian kuat lentur beton.

2. Timbangan

Timbangan digunakan untuk mengukur berat masing-masing bahan penyusun

beton sesuai dengan komposisi yang direncanakan. Timbangan yang

digunakan yaitu timbangan berkapasitas maksimum 50 kg dengan ketelitian

pembacaan 10 gram yang digunakan untuk mengukur berat beton (timbangan

besar) dan timbangan berkapasitas maksimum 12 kg dengan ketelitian

pembacaan 1 gram digunakan untuk mengukur berat bahan campuran beton

(timbangan kecil).

3. Oven

Oven digunakan untuk mengeringkan bahan-bahan pada saat pengujian

material yang membutuhkan kondisi kering. Oven yang digunakan

mempunyai kapasitas suhu maksimum 210° C dengan daya sebesar 110 Watt.

38

4. Satu Set Saringan

Alat ini digunakan untuk mengukur gradasi agregat sehingga dapat ditentukan

nilai modulus kehalusan butir agregat halus dan agregat kasar. Untuk

penelitian ini gradasi agregat halus dan agregat kasar berdasarkan standar

ASTM C-33. Ukuran saringan yang digunakan untuk pengujian ini yaitu 37,5

mm; 25 mm; 19 mm; 12,5 mm; 9,5 mm; 4,75 mm; 2,36 mm; 1,18 mm; 0,6

mm; 0,3 mm; 0,15 mm; dan pan.

5. Piknometer

Alat ini digunakan untuk mengetahui berat jenis SSD (Saturated Surface

Dry), berat jenis kering, berat jenis semu dan penyerapan agregat halus.

6. Mesin Pengaduk Beton (Concrete Mixer)

Alat ini berfungsi untuk mengaduk campuran beton.Alat yang digunakan ini

memiliki kapasitas 0,125 m3 dengan kecepatan 20-30 putaran per menit.

7. Slump Test Apparatus

Kerucut Abrams yang digunakan beserta tilam pelat baja dan tongkat baja ini

berfungsi untuk mengetahui kelecakan (workability) adukan secara sederhana

dengan percobaan Slump Test. Ukuran kerucut Abrams memiliki diameter

bagian bawah 200 mm, diameter bagian atas 100 mm, dan tinggi 300 mm.

8. Botol La Chatelier

Alat ini memiliki kapasitas sebesar 250 ml.digunakan untuk mengetahui berat

jenis dari PCC (Portland Composite Cement).

39

9. Alat Vicat

Alat ini digunakan untuk mengetahui waktu pengikatan awal dan waktu

pengikatan akhir pada PCC (Portland Composite Cement).

10. Bak Perendam

Alat ini digunakan sebagai tempat perawatan beton dengan cara perendaman.

Bak perendam yang digunakan berisi air tawar dengan ukuran panjang 3 m,

lebar 1 m, dan tinggi 0,5 m.

11. Mesin Penggetar Internal (Vibrator)

Alat ini digunakan sebagai pemadat beton segar yang berupa tongkat. Alat ini

digetarkan dengan mesin dan dimasukkan ke dalam beton segar yang baru

saja dituang. Tujuannya untuk menghilangkan rongga-rongga udara sehingga

kerekatan antara bahan penyusun beton semakin maksimal.

12. Compressing Testing Machine (CTM)

Alat ini digunakan untuk melakukan pengujian kuat tekan beton silinder.

CTM yang digunakan berkapasitas beban maksimum 1500 kN dengan

ketelitian 0,5 kN serta kecepatan pembebanan sebesar 0,14 – 0,34 MPa/det.

13. VB-test Apparatus

Alat ini digunakan untuk mengukur kelecakan pada beton serat. Alat ini

terdiri dari kerucut Abrams yang diletakkan di dalam container silinder dari

bahan baja dan ditempatkan diatas meja getar dengan frekuensi getar tertentu.

14. Hydraulic Jack

Alat ini berkapasitas 100 ton yang merupakan alat bantu untuk melakukan

pengujian lentur beton.

40

15. Loading Frame

Alat ini berupa frame dari profil baja yang cukup kaku dan kuat, serta

dilengkapi tumpuan rol yang dapat diatur posisinya.

16. Alat Bantu

Untuk memperlancar dan mempermudah pelaksanaan penelitian, digunakan

beberapa alat bantu antara lain sendok semen, sekop, gelas ukur, gerinda, alat

pembentuk serat kawat bendrat, mistar, trolley dorong, ember, alat tulis,

mistar dan kontainer.

D. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Pada penelitian ini dibagi menjadi tujuh tahap, yaitu persiapan bahan,

pemeriksaan bahan campuran beton, pembuatan rencana campuran (mix design),

pembuatan benda uji, pemeliharaan terhadap benda uji (curing), pelaksanaan

pengujian dan analisis hasil penelitian.

1. Persiapan bahan

Pada tahap ini, seluruh bahan dan peralatan yang dibutuhkan dalam penelitian

dipersiapkan terlebih dahulu agar penelitian dapat berjalan dengan baik.

2. Pemeriksaan bahan campuran beton

Pada tahap ini dilakukan pengujian terhadap bahan yang digunakan. Hal ini

dilakukan untuk mengetahui sifat bahan, mengetahui apakah bahan memenuhi

persyaratan atau tidak, dan sebagai data rancang campur adukan beton.

Pengujian yang dilakukan sebagai berikut:

41

a. Pengujian agregat halus

Pengujian yang dilakukan pada agregat halus, yaitu:

1) Kadar air agregat halus (ASTM C 566-78)

2) Berat jenis SSD dan penyerapan agregat halus (ASTM C 128-98)

3) Gradasi agregat halus (ASTM C 33-93)

4) Kadar lumpur agregat halus dengan saringan (ASTM 117-80)

5) Kandungan zat organik dalam pasir (ASTM C 40-92)

6) Berat volume agregat halus (ASTM C 29)

b. Pengujian agergat kasar

1) Kadar air agregat kasar (ASTM C 556-78)

2) Berat jenis SSD dan penyerapan agregat kasar (ASTM C 127-88)

3) Gradasi agregat kasar (ASTM C 33-93)

4) Berat volume agregat kasar (ASTM C 29)

c. Pengujian semen

1) Berat jenis semen

2) Waktu pengikatan semen

3. Pembuatan rencana campuran beton (mix design) dengan Metode ACI

Dalam penelitian ini komposisi perancangan campuran beton (mix design)

menggunakan metode ACI dengan kekuatan yang direncanakan ( ′ ) Beton

Normal. Serat bendrat berkait dengan aspek rasio (l/d) 60. Dengan mengikuti

prosedur pada metode tersebut maka akan diperoleh kebutuhan bahan-bahan

susun beton serat untuk 1 m3.

42

4. Pembuatan benda uji

Benda uji yang akan dibuat terdiri dari silinder diameter 150 mm dengan tinggi

300 mm, dan balok dengan ukuran 150 mm x 150 mm x 600 mm. Setiap

variasi terdiri dari 9 (sembilan) benda uji, yaitu 6 (enam) benda uji silinder dan

3 (tiga) benda uji balok. Jumlah dan kode benda uji dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Jumlah dan kode benda uji umur 28 hari

Volume Fraction 0% 0,75% 1,0% 1,25% Total

Kuat tekanT.0.1 T.0,75.1 T.1,0.1 T.1,25.1

36

T.0.2 T.0,75.2 T.1,0.2 T.1,25.2T.0.3 T.0,75.3 T.1,0.3 T.1,25.3

Kuat Tarik belahTB.0.1 TB.0,75.1 TB.1,0.1 TB.1,25.1TB.0.2 TB.0,75.2 TB.1,0.2 TB.1,25.2TB.0.3 TB.0,75.3 TB.1,0.3 TB.1,25.3

Kuat lenturL.0.1 L.0,75.1 L.1,0.1 L.1,25.1L.0.2 L.0,75.2 L.1,0.2 L.1,25.2L.0.3 L.0,75.3 L.1,0.3 L.1,25.3

Jumlah 9 9 9 9

Adapun tahap-tahap pembuatan benda uji antara lain:

a. Pembuatan campuran adukan beton sesuai proporsi campuran hasil

perhitungan beton serat.

1) Persiapan bahan campuran adukan beton

Bahan-bahan penyusun beton seperti agregat halus, agregat kasar, dan

semen disiapkan terlebih dahulu dalam kondisi saturated surface dry

(SSD). Ini dilakukan agar bahan-bahan tersebut tidak menyerap air atau

menambah air pada proses pencampuran yang akan mempengaruhi

kekuatan beton.

43

2) Setelah persiapan bahan, tahap selanjutnya yaitu dilakukuan

pencampuran. Perbandingan berat bahan-bahan susun beton

diperhitungkan menggunakan metode ACI. Mula-mula menghidupkan

concrete mixer, kemudian memasukkan agregat kasar dan pasir ke

dalam concrete mixer. Setelah tercampur rata, semen dimasukkan ke

dalam concrete mixer dan kemudian ditambahkan air sedikit demi

sedikit sampai adukan tercampur rata. Berdasarkan SNI 2493:2011

proses pengadukan dilakukan selama tiga menit, diikuti dengan tiga

menit berhenti, kemudian dilanjutkan dengan pengadukan terakhir

selama dua menit.

b. Penambahan serat bendrat berkait

1) Serat disebar secara merata ke dalam concrete mixer berisi adukan beton

yang berputar dengan kecepatan normal.

2) Penyebaran serat dilakukan dengan hati-hati dan diusahakan agar serat

tersebar secara individu di dalam adukan beton sehingga tidak terjadi

penggumpalan serat (balling effect) yang dapat mempengaruhi kekuatan

beton serat. Jumlah serat yang ditambahkan sesuai dengan kadar serat

(volume fraction) yang telah ditentukan yaitu dengan empat variasi

kadar serat sebesar 0%, 0,75%, 1% dan 1,25% dari adukan beton.

c. Pemeriksaan nilai slump dan VB-time adukan beton

1) Menyiapkan alat Slump test (kerucut Abrams) dan diletakkan diatas

meja getar (VB-test), lalu adukan beton dimasukkan di dalamnya hingga

1/3 bagian, lalu dipadatkan dengan alat penumbuk sebanyak 25 kali.

44

Menambahkan adukan sampai 2/3 bagian lalu ditumbuk 25 kali kembali.

Menambahkan adukan sampai penuh lalu ditumbuk sebanyak 25 kali

lalu bagian atas diratakan.

2) Setelah didiamkan selama satu menit, kerucut Abrams diangkat lurus ke

atas dan mengukur penurunan yang terjadi (nilai Slump).

3) Nilai slump diambil pada saat sebelum dan sesudah serat dimasukkan ke

dalam adukan beton, kemudian nilai slump dicatat dan ditabelkan.

4) Hasil dari penarikan kerucut yang berupa adukan berbentuk kerucut

terpancung ini digetarkan didalam kontainer di atas meja getar hingga

permukaan horizontal (rata).

5) Waktu penggetaran yang diperlukan untuk proses tersebut dinamakan

VB-time. Nilai VB-time yang diperoleh dicatat dan ditabelkan

d. Pencetakan benda uji silinder dan balok

1) Menyiapkan cetakan benda uji. Pada benda uji balok dipasang 2 buah

tulangan di daerah tarik dengan posisi sejajar dan ditumpu oleh 3 buah

beton decking pada masing-masing tulangan. Beton decking berfungsi

sebagai selimut beton dengan tebal selimut 2,5 cm.

2) Memasukkan adukan ke dalam cetakan hingga penuh sambil dipadatkan

dengan vibrator, hal ini bertujuan agar tidak terjadi segregasi di

campuran beton.

3) Setelah cetakan penuh dan padat, permukaan diratakan.

4) Melepaskan beton dari cetakan setelah 24 jam.

5) Memberikan masing-masing kode sampel di atas cetakan beton.

45

5. Perawatan terhadap benda uji (curing)

Tahap ini bertujuan agar permukaan beton segar selalu lembab sejak adukan

beton dipadatkan sampai beton dianggap cukup keras. Hal ini dimaksudkan

untuk menjamin agar proses hidrasi dapat berlangsung dengan baik dan proses

pengerasan terjadi dengan sempurna sehingga tidak terjadi retak-retak pada

beton dan mutu beton dapat terjamin. Perawatan ini dilakukan dengan cara

merendam benda uji silinder dan balok dalam bak air. Setelah benda uji

direndam selama waktu yang sudah ditentukan, benda uji diangkat dan diangin-

anginkan untuk selanjutnya dilakukan pengujian.

6. Pelaksanaan pengujian

a. Uji kuat tekan beton dan kuat tarik belah beton

Uji kuat tekan beton dilakukan dengan menggunakan alat compression

testing machine (CTM) berkapasitas 150 ton dengan kecepatan

pembebanan 0,14 – 0,34 MPa/detik. Benda uji silinder beton yang telah

dianginkan setelah melalui proses curing diangkat dan ditimbang.

Setelah dicatat dan diberi tanda, benda uji diletakkan pada ruang penekan

CTM dan memastikan jarum penunjuk tepat pada titik nol. Kemudian

mesin tekan dihidupkan dan secara perlahan alat akan menekan benda uji

silinder. Mengamati setiap perubahan atau penambahan kuat tekan pada

jarum pengukurnya dan apabila jarum sudah tidak bergerak lagi (benda uji

sudah hancur) maka mesin dimatikan. Membaca dan mencatat angka pada

jarum pengukur yang merupakan besarnya beban tekan beton untuk setiap

benda uji. Kemudian menghitung besarnya kuat tekan benda uji silinder.

46

Sebelum melakukan pengujian kuat tekan beton, permukaan tekan benda

uji silinder harus rata agar tegangan terdistribusi secara merata pada

penampang benda uji. Dalam hal ini, benda uji diberi lapisan belerang

setebal 1,5 – 3 mm pada permukaan tekan benda uji, atau dapat dilakukan

dengan memberi pasta semen. Pengujian ini dilakukan pada umur beton 28

hari. Dari pengujian ini didapat hasil beban maksimum yang mampu

ditahan oleh silinder beton sampai silinder beton hancur.

Kemudian pengujian kuat tarik belah beton menggunakan alat compression

testing machine (CTM), dengan cara menekan silinder beton pada posisi

rebah. Benda uji silinder diletakkan sentris pada mesin uji dan pemberian

beban dilakukan secara konstan. Kuat desak yang diperlukan untuk

membuat silinder terbelah disebut dengan kuat tarik belah. Hasil

pembebanan maksimum (beton hancur) dicatat dan dianalisis. Setting up

uji kuat tekan dan kuat tarik belah beton dapat dilihat pada Gambar 11 dan

12.

47

Gambar 11. Setting up uji kuat tekan

Gambar 12. Setting up uji kuat tarik belah

b. Uji kuat lentur beton

Pengujian ini menggunakan alat Hydraulic Jack. Pengujian ini dilakukan

pada umur beton 28 hari. Kuat lentur diteliti dengan membebani balok tiap

sepertiga bentang dengan beban titik P. Selanjutnya, beban ditingkatkan

secara bertahap dari Hydarulic Jack dengan sisitem pompa, sampai kondisi

balok mengalami keruntuhan lentur, dimana retak utama yang terjadi pada

sekitar tengah-tengah bentang. Kemudian mencatat beban maksimum yang

48

didapat dari momen lentur nominal penampang. Setting up uji kuat lentur

dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Setting up uji kuat lentur

7. Analisis Hasil

Analisis hasil dari penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Menghitung berat volume beton untuk benda uji silinder berdiameter 150

mm dan tinggi 300 mm dan benda uji balok ukuran 150 mm x 150 mm x

600 mm dengan cara menimbang massa beton kemudian dibagi

volumenya.

b. Menghitung kuat tekan beton untuk benda uji silinder berdiamter 150 mm

dan tinggi 300 mm dengan menggunakan persamaan (1) dan disajikan

dalam bentuk tabel.

c. Menghitung kuat tarik belah beton untuk benda uji silinder berdiameter

150 mm dan tinggi 300 mm dengan menggunakan persamaan (3) dan

disajikan dalam bentuk tabel.

49

d. Menghitung kuat lentur beton untuk benda uji balok ukuran 150 mm x 150

mm x 600 mm dengan menggunakan persamaan (9) dan disajikan dalam

bentuk tabel.

e. Hasil pengujian kuat tekan, kuat tarik belah dan kuat lentur dibuat grafik

hubungan antara pengaruh variasi volume fraction serat bendrat berkait

terhadap masing-masing pengujian kemudian menganalisanya.

f. Membandingkan hasil kuat tekan yang didapat dari Persamaan (1) dengan

Persamaan (2).

g. Membandingkan hasil kuat tarik belah yang didapat pada persamaan (3)

dengan Persamaan (4), (5), (6).

h. Membandingkan hasil kuat lentur beton tanpa tulangan yang didapat dari

Persamaan (7) dengan Persamaan (9), (10), dan (11).

i. Menghitung dan membandingkan nilai kuat momen lentur nominal beton

bertulang pada Persamaan (12), (21), (26) dan (31) untuk masing-masing

variasi volume fraction dan disajikan dalam bentuk tabel.

50

E. Diagram Alir Penelitian

Ya

Gambar 14. Diagram alir pelaksanaan penelitian

Pengujian Material

Lulus SyaratASTM

Mulai

Persiapan Material

Mix Design(Metode ACI)

Pembuatan Benda Uji

Perawatan Benda Uji(Curing)

Analisis & Pembahasan(Grafik & tabel)

Pengujian Benda Uji(Uji Kuat Tekan, Kuat Tarik

Belah dan Kuat Lentur)

Selesai

Tidak

73

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai kuat tekan, tarik belah dan lentur

beton dengan empat variasi penambahan serat bendrat berkait yang telah

dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Kuat tekan, kuat tarik belah dan kuat lentur maksimal terjadi pada beton

serat dengan volume fraction 0,75% dan menurun pada volume fraction

1,0 dan 1,25%.

2. Nilai slump akan menurun dan nilai VB-time akan semakin meningkat

seiring meningkatnya kadar serat (volume fraction) yang ditambahkan.

3. Penambahan bahan kimia tambahan (superplasticizer) sebesar 0,8% dari

berat smen pada adukan beton tidak berpengaruh banyak untuk

menambah workability pada beton serat. Hal ini dibuktikan dengan nilai

slump yang terjadi pada penelitian ini tidak sesuai dengan yang

direncanakan karena sebelumnya tidak dilakukan percobaan (trial)

terlebih dahulu pada saat pelaksanaan campuran beton.

4. Kuat tekan beton tertinggi terjadi pada beton volume fraction 0,75% yaitu

sebesar 35,9336 MPa, kuat tarik belah tertinggi terjadi pada beton volume

fraction 0,75% sebesar 3,9848 MPa, dan kuat lentur tertinggi terjadi pada

beton volume fraction 0,75% sebesar 8,9380 MPa.

74

5. Nilai kuat momen lentur nominal terbesar diperoleh dari hasil pengujian

pada volume fraction 0,75% yaitu 16065721,8073 Nmm.

6. Penurunan kuat tekan, tarik belah dan lentur akibat volume fraction serat

yang tinggi menyebabkan ikatan antar serat yang saling overlapping

menyebabkan sulitnya pergerakan agregat.

7. Semakin banyak kadar serat yang ditambahkan kedalam adukan beton

semakin besar kemungkinan terjadi balling effect pada saat pengerjaan

beton.

8. Penambahan serat bendrat berkait tidak memberikan kontribusi yang

besar dalam peningkatan kuat tekan, sedangkan pada kuat tarik belah dan

lentur, serat bendrat berkait pada penelitian ini dapat meningkatkan nilai

kuat tarik yang signifikan.

9. Hasil perbandingan nilai slump, berat volume, kuat tekan dan kuat tarik

belah terhadap penelitian Mustakim (2012) adalah sama yaitu semakin

banyak volume fraction yang ditambahkan kedalam adukan beton maka

workability semakin menurun, kuat tekan dan kuat tarik belah meningkat.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, hal yang dapat

disarankan penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut:

1. Perlu lebih diperhatikan pada saat proses pengerjaan dan pemadatan

agar serat bendrat berkait tersebar secara merata sehingga mengurangi

kemungkinan terjadi balling effect yang mengurangi kemudahan

dalam proses pengerjaan.

75

2. Perlu dilakukan percobaan (trial) benda uji beton agar penelitian

sesuai dengan yang diharapkan.

3. Perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut mengenai sifat mekanika

beton serat dengan menggunakan serat dengan bentuk geometri yang

yang berbeda.

4. Penelitian dengan kadar serat yang lebih beragam sehingga dapat

terlihat kadar serat yang dapat menghasilkan nilai kuat tekan, tarik

belah dan lentur maksimal.

5. Pada proses pelaksanaan sebaiknya menggunakan alat K3 (Kesehatan

dan Keselamatan Kerja) yang lengkap untuk melindungi diri terhadap

kemungkinan adanya bahaya/kecelakaan kerja.

6. Diperlukan ketelitian dalam proses pengamatan pada saat pengujian

benda uji sehingga dapat dihasilkan data yang lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

ACI Committee 544. 1984. Guide for Specifing, Mixing, Placing and FinishingSteel Fiber Reinforced Concrete. Report : ACI Journal, Mar.-Apr, 1984,Vo.81. No.:2.

ACI Committee 544. 1988. Design Consideration For Steel Fiber ReinforcedConcrete. Report : ACI 544.4R – 88

ACI Committee 544. 1993. Guide for Specifing, Proportioning, Mixing, Placingand Finishing Steel Fiber Reinforced Concrete. Report : ACI 544.3R – 93

Andikari, S dan Anil Patnaik, 2012. Potential Applications of Steel FibreReinforced Concrete to Improve Seismic Response of Frame Structures.NED University Journal of Research. Diambil darihttps://www.researchgate.net/publication/275893737_Potential_Applications_of_Steel_Fiber_Reinforced_Concrete_to_Improve_Seismic_Response_of_Frame_Structures. (4 September 2017)

Ariatama, A. 2007. Pengaruh Pemakaian Serat Kawat Berkait pada KekuatanBeton Mutu Tinggi Berdasarkan Optimasi Diameter Serat. UniversitasDiponegoro. Semarang.

ASTM C-33. Standard Specification for Concrete Aggregates. United States.

ASTM C-39. Standard Test Method for Compressive Strength of CylindricalConcrete Specimens. United States.

ASTM C-78. Standard Test Method for Flexural Strength of Concrete (UsingSimple Beam with Third-Point Loading). West Conshohocken. UnitedStates.

ASTM C-494. Standard Specification for Chemical Admixtures for Concrete.United States.

Handiyono. 1994. Pengaruh Bentuk Geometri Serat Bendrat Terhadap KapasitasBalok Beton Bertulang Model Skala Penuh. Tesis Program Pasca SarjanaUGM. Yogyakarta.

Kusnadi, A. 2010. Studi Kekuatan Tekan Beton Ringan Berserat Dengan AgregatALWA. Jurnal Rekayasa Vo.14 No.3, Desember 2010. UniversitasLampung. Bandar Lampung.

Leksono, B.T., Suhendro, B. dan Sulistyo, P. 1995. Pengaruh Fiber BendratBerkait Secara Parsial Pada Prilaku dan Kapasitas Balok Beton BertulangDengan Model Skala Penuh. BPPS-UGM, 8(3B), Agustus 1995.

Mulyono, T. 2003. Teknologi Beton. ANDI. Yogyakarta.

Mustakim, I. 2012. Aplikasi Beton dengan Menggunakan Serat Kawat Bendratdengan Benda Uji Silinder dan Plat Datar. 5 Agustus 2014http://mustakimirfan.blogspot.co.id . Diakses pada 5 September 2017.

Neville, A. M. 1995. Properties of Concrete. London.

Purwanto, E. 1999. Perilaku Fiber Lokal Pada Perilaku Dan Kuat Torsi UltimitBalok Beton Bertulang. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

SNI 03-1974-1990.1990. Metode Pengujian Kuat Tekan Beton. Badan StandarisasiNasional. Jakarta

SNI 03-4431-1997.1997. Metode Pengujian Kuat Lentur Normal Dengan DuaTitik Pembebanan.. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta

SNI 03-2847-2002. 2002. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk BangunanGedung. Badan Standarisasi Nasional. Bandung.

SNI 15-7064-2004. 2004. Semen Portland Komposit. Badan Standarisasi Nasional.Bandung.

SNI 2847-2013. 2013. Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung.Badan Standarisasi Nasional. Bandung.

Soroushian, P., Bayasi, Z. 1991. Fiber Type Effects on the Performance of SteelFiber Reinforced Concrete, Michigan State University. Michigan, USA.

Soroushian, P., Bayasi, Z., 1987, Concept of Fiber Reinforced Concrete,Proceeding of the International Seminar on Fiber Reinforced Concrete,Michigan State University, Michigan, USA.

Sugiyanto, Sebayang, S. 2005. Teknologi Bahan. Universitas Lampung. BandarLampung.

Suhendro, B. 1991, Pengaruh Fiber Kawat Lokal Pada Sifat-sifat Beton, LaporanPenelitian, Lembaga Penelitian UGM. Yogyakarta.

Suhendro, B. 1991, Pengaruh Pemakaian Fiber Secara Parsial Pada Balok BetonBertulang, Laporan Penelitian, Lembaga Penelitian UGM.

Tjokrodimuljo, K. 2007. Teknologi Beton. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.