21
1 STUDI KASUS SISWA DEGRADASI DARI PROGRAM AKSELERASI INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi siswa program akselerasi gagal dalam mengikuti program tersebut sehingga harus turun (degradasi) ke program reguler. Responden dalam penelitian ini adalah siswa kelas III MTs yang pernah mengikuti program akselerasi di MTs PPMI Assalaam Surakarta namun tidak dapat mengikuti program akselerasi hingga 2 tahun sehingga di tengah-tengah program pembelajarannya harus turun dan mengulang ke program reguler. Responden dalam penelitian ini berjumlah tiga orang. Selain itu dilakukan juga wawancara terhadap tiga orang siswa yang berhasil dalam mengikuti program akselerasi sebagai pembanding untuk lebih meyakinkan penemuan. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain kualitatif dengan metode desain kasus yang bersifat deskriptif, dengan teknik pengambilan purposive dan dengan system snow ball sampling yaitu pengambilan sampel dilakukan secara berantai dengan meminta informasi pada orang yang diwawancarai sebelumnya. Sedangkan metode pengambilan datanya menggunakan teknik wawancara mendalam dan observasi selama wawancara berlangsung. Metode analisis data yang dilakukan pada penelitian ini adalah analisis tematik, yang diawali dengan mengumpulkan data, membuat koding, tema dan kategorisasi. Selanjutnya tema tersebut nantinya secara minimal dapat mendeskripsikan fenomena, dan secara maksimal memungkinkan interprestasi fenomena. Hasil yang didapat dalam penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi siswa program akselerasi turun ke program reguler terbagi menjadi dua bagian yaitu faktor yang berpengaruh secara eksternal dan internal. Faktor yang mempengaruhi secara eksternal adalah faktor yang mempengaruhi responden yang berasal dari luar dirinya seperti lingkungan tempat tinggal dalam hal ini adalah lingkungan pondok pesantren, sekolah, teman sebaya, guru, keluarga. Sementara faktor yang berpengaruh secara internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri seperti karakteristik individu yang tidak bisa menerapkan metode belajar cepat, kebosanan, kelelahan, pusing, munculnya perasaan-perasaan negatif seperti minder, pesimis, sensitif terhadap setiap permasalahan yang dihadapi, sikap yang membatasi diri dengan teman dan kecenderungan perilaku individu yang mengarah ke underachievement seperti rasa malas belajar, motivasi belajar rendah serta kurangnya keinginan untuk berkompetisi. Kata kunci : faktor-faktor yang mempengaruhi, degradasi, program akselerasi

STUDI KASUS SISWA DEGRADASI DARI PROGRAM …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · peluang untuk dapat menyelesaikan studi lebih cepat, misal di

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: STUDI KASUS SISWA DEGRADASI DARI PROGRAM …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · peluang untuk dapat menyelesaikan studi lebih cepat, misal di

1

STUDI KASUS SISWA DEGRADASI DARI PROGRAM AKSELERASI

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi siswa program akselerasi gagal dalam mengikuti program tersebut sehingga harus turun (degradasi) ke program reguler.

Responden dalam penelitian ini adalah siswa kelas III MTs yang pernah mengikuti program akselerasi di MTs PPMI Assalaam Surakarta namun tidak dapat mengikuti program akselerasi hingga 2 tahun sehingga di tengah-tengah program pembelajarannya harus turun dan mengulang ke program reguler. Responden dalam penelitian ini berjumlah tiga orang. Selain itu dilakukan juga wawancara terhadap tiga orang siswa yang berhasil dalam mengikuti program akselerasi sebagai pembanding untuk lebih meyakinkan penemuan. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain kualitatif dengan metode desain kasus yang bersifat deskriptif, dengan teknik pengambilan purposive dan dengan system snow ball sampling yaitu pengambilan sampel dilakukan secara berantai dengan meminta informasi pada orang yang diwawancarai sebelumnya. Sedangkan metode pengambilan datanya menggunakan teknik wawancara mendalam dan observasi selama wawancara berlangsung.

Metode analisis data yang dilakukan pada penelitian ini adalah analisis tematik, yang diawali dengan mengumpulkan data, membuat koding, tema dan kategorisasi. Selanjutnya tema tersebut nantinya secara minimal dapat mendeskripsikan fenomena, dan secara maksimal memungkinkan interprestasi fenomena.

Hasil yang didapat dalam penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi siswa program akselerasi turun ke program reguler terbagi menjadi dua bagian yaitu faktor yang berpengaruh secara eksternal dan internal. Faktor yang mempengaruhi secara eksternal adalah faktor yang mempengaruhi responden yang berasal dari luar dirinya seperti lingkungan tempat tinggal dalam hal ini adalah lingkungan pondok pesantren, sekolah, teman sebaya, guru, keluarga. Sementara faktor yang berpengaruh secara internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri seperti karakteristik individu yang tidak bisa menerapkan metode belajar cepat, kebosanan, kelelahan, pusing, munculnya perasaan-perasaan negatif seperti minder, pesimis, sensitif terhadap setiap permasalahan yang dihadapi, sikap yang membatasi diri dengan teman dan kecenderungan perilaku individu yang mengarah ke underachievement seperti rasa malas belajar, motivasi belajar rendah serta kurangnya keinginan untuk berkompetisi. Kata kunci : faktor-faktor yang mempengaruhi, degradasi, program akselerasi

Page 2: STUDI KASUS SISWA DEGRADASI DARI PROGRAM …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · peluang untuk dapat menyelesaikan studi lebih cepat, misal di

2

PENGANTAR

Latar Belakang Masalah

Program Percepatan Belajar (PPB) atau yang lebih dikenal dengan istilah

akselerasi mulai dicanangkan pada tahun 2000 oleh Menteri Pendidikan Nasional

sebagai salah satu program pendidikan nasional untuk anak berbakat intelektual

(Suralaga, 2006). Sejak program ini dicanangkan tidak sedikit sekolah-sekolah di

Indonesia yang kemudian membuka program akselerasi tersebut.

Secara konseptual, pengertian acceleration diberikan oleh Pressey sebagai

suatu kemajuan yang diperoleh dalam program pengajaran, pada waktu yang lebih

cepat atau usia yang lebih muda daripada yang konvensional. Definisi ini

menunjukkan bahwa akselerasi meliputi persyaratan untuk menghindari hambatan

pemenuhan permintaan dalam pengajaran dan mengusulkan proses-proses yang

memungkinkan siswa melalui pemberian materi yang lebih cepat dibandingkan

dengan kemajuan rata-rata siswa (Hawadi, 2004).

Oleh karena itu pada pelaksanaannya program akselerasi tidak jauh

berbeda dengan program reguler, perbedaannya adalah terletak pada lamanya

masa studi. Program akselerasi melaksanakan kegiatan belajar dengan pemadatan

jam dan materi pelajaran agar siswa dapat menyelesaikan pendidikannya sesuai

waktu yang ditentukan yaitu lebih singkat atau lebih cepat dibandingkan program

reguler.

Menurut Widyastono (2004) sistem percepatan kelas (akselerasi)

merupakan strategi alternatif yang relevan bagi siswa yang memiliki kemampuan

dan kecerdasan di atas rata-rata, disamping untuk memberikan pelayanan

Page 3: STUDI KASUS SISWA DEGRADASI DARI PROGRAM …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · peluang untuk dapat menyelesaikan studi lebih cepat, misal di

3

pendidikan yang sesuai dengan potensi siswa juga mengimbangi kekurangan yang

terdapat pada srategi klasikan-massal. Dalam kelas akselerasi ini siswa diberi

peluang untuk dapat menyelesaikan studi lebih cepat, misal di SD enam tahun

menjadi lima tahun dan sekolah lanjutan tiga tahun menjadi dua tahun tanpa

meloncat kelas.

Hasil wawancara dengan Bapak Arif Rifa’i selaku ketua program

akselerasi di PPMI Assalaam yaitu pada 26 juni 2008, mengungkapkan proses

seleksi penerimaan siswa akselerasi di MTs PPMI Assalaam melibatkan bantuan

lembaga psikologi yang ditunjuk oleh pihak sekolah dengan lima kriteria yaitu IQ,

SQ, CQ atau Kreativitas, Task Commitment, serta EQ. siswa yang mengikuti tes

seleksi adalah siswa yang sebelumnya telah lulus tes seleksi penerimaan siswa

baru di PPMI Assalaam. Secara kuantitatif kemampuan siswa diukur dengan tes

potensi akademik maupun psikotes sedang data seleksi secara kualitatif diperoleh

melalui tes wawancara.

Program pendidikan akselerasi memang merupakan bentuk pelayanan

yang positif dan memberikan alternatif bagi anak berbakat secara intelektual agar

dapat berkesempatan untuk mengembangkan kemampuannya secara optimal.

Namun program akselerasi ini dalam penyelenggaraannya tidak berarti terhindar

dari persoalan.

Banyak hal-hal yang perlu mendapat perhatian agar tujuan akselerasi dapat

berjalan dengan baik. Ada anak-anak akselerasi yang di tengah-tengah program

pembelajarannya harus pindah ke kelas reguler atau mengalami prestasi yang

tidak sesuai dengan keberbakatannya. Menurut Coleman (1985) anak-anak

Page 4: STUDI KASUS SISWA DEGRADASI DARI PROGRAM …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · peluang untuk dapat menyelesaikan studi lebih cepat, misal di

4

berbakat belum tentu baik dalam segala hal, anak tersebut bisa memperoleh kelas-

kelas yang rendah, bisa memiliki persoalan perilaku, dan bisa memiliki

kesenjangan dalam bidang keahlian tertentu.

Berdasarkan wawancara dengan Bapak Arif Rifa’i selaku Ketua program

akselerasi di MTs PPMI Assalaam Surakarta yang juga berperan sebagai wali

Kelas tiga akselerasi sekaligus berperan sebagai guru BP mengungkapkan

beberapa permasalahan yang dihadapi anak-anak akselerasi yang turun

(degradasi) ke program akselerasi antara lain hasil evaluasi yang menunjukkan

prestasinya atau nilai tidak memenuhi standar minimal, selain itu siswa juga

merasa sulit menyesuaikan diri dengan kehidupan pondok pesantren karena

adanya perbedaan antara pola asuh yang selama ini diterapkan orangtua di rumah

dengan pola kehidupan pondok pesantren, permasalahan yang lain adalah adanya

pengaruh dan permasalahan dengan teman sebaya, dan kesulitan belajar di pondok

pesantren, kesulitan dalam membagi waktu serta kondisi yang tidak kondusif

karena padatnya jadwal sehingga siswa cenderung merasa capek.

Fenomena adanya anak akselerasi yang harus turun (degradasi) ke

program reguler di tengah-tengah program pembelajarannya terjadi setidaknya

setiap tahun sejak program akselerasi ini didirikan di Madrasah Tsanawiyah

Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam Surakarta. Berdasarkan data yang

diperoleh dari Bapak Zaenal, Kepala Bidang Tata Usaha Madrasah Tsanawiyah

Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam, tercatat pada tahun ajaran 2003/2004

ada empat siswa terpaksa harus turun ke program reguler dari total 40 siswa yang

mengikuti program akselerasi. Tahun ajaran berikutnya yaitu 2004/2005 dari total

Page 5: STUDI KASUS SISWA DEGRADASI DARI PROGRAM …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · peluang untuk dapat menyelesaikan studi lebih cepat, misal di

5

65 siswa yang mengikuti program akselerasi ada empat siswa lagi yang harus

turun ke program reguler. Pada tahun ajaran berikutnya 2005/2006 dari total 64

siswa yang mengikuti program akselerasi ada tiga siswa lagi yang terpaksa turun

ke program reguler. Selanjutnya pada tahun ajaran 2006/2007 dari 74 jumlah total

siswa yang mengikuti program akselerasi terdapat tiga siswa yang kemudian harus

turun ke program reguler. Sampai pada tahun ajaran 2007/2008 dari 84 total siswa

yang mengikuti program akselerasi saat ini, terdapat satu siswa yang kemudian

harus turun ke program reguler.

Kenyataan adanya fenomena persoalan tersebut yang berkaitan dengan

pelaksanaan program akselerasi, maka peneliti bermaksud untuk mengetahui atau

menjawab pertanyaan tentang “ Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi

siswa program akselerasi turun (degradasi) ke program reguler ? ”

Metode Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain kualitatif

dengan metode studi kasus dimana merupakan penelitian intensif terhadap

fenomena yang berlangsung dalam suatu konteks waktu tertentu dan tidak dapat

dimanipulasi. Hal ini disesuaikan dengan tujuan penelitian, yakni untuk

memperoleh suatu pemahaman yang mendalam mengenai kegagalan siswa

akselerasi dalam mengikuti program akselerasi khususnya pada faktor-faktor yang

mempengaruhi kegagalan tersebut. Sedangkan cara yang peneliti gunakan untuk

memperoleh data tersebut yaitu dengan melaksanakan Wawancara mendalam (In

depth Interview).

Page 6: STUDI KASUS SISWA DEGRADASI DARI PROGRAM …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · peluang untuk dapat menyelesaikan studi lebih cepat, misal di

6

Berkaitan dengan sampel penelitian, teknik pengambilan sampel dalam

penelitian ini menggunakan purposive sampling. Menurut Sugiono (2006)

penentuan sumber data pada orang yang diwawancarai dilakukan secara purposive

karena pengambilan sampel tidak diambil secara random, melainkan dipilih

dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Responden dalam penelitian ini adalah

siswa yang berusia 12-14 tahun atau saat ini sedang menempuh pendidikan di

Sekolah Menengah Pertama di Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam yang

pernah mengikuti program akselerasi dan terpaksa diturunkan ke program reguler.

Selain itu peneliti juga akan mewawancarai responden yang berhasil

mengikuti program akselerasi selama dua tahun sesuai dengan ketentuan sebagai

kelompok pembanding yang nantinya hasil wawancara terhadap siswa akselerasi

yang berhasil tersebut digunakan sebagai data pelengkap dan sebagai upaya

meningkatkan argumentasi dan meyakinkan penemuan.

Penelitian ini dalam pengambilan sampel selain dengan teknik purposive

sampling, peneliti juga menggunakan sistem Snowball sampling dalam

memperoleh sampel penelitian. Menurut poerwandari (2005) yang dimaksud

dengan sistem snowball sampling adalah pengambilan sampel yang dilakukan

secara berantai dengan meminta informasi pada orang yang telah diwawancarai

atau dihubungi sebelumnya, demikian seterusnya.

Wawancara dilakukan dengan Focus Group Discussion dan wawancara

individual, dengan membagi responden ke dalam dua kelompok antara lain

kelompok responden I berisi responden yang merupakan siswa yang gagal

mengikuti program akselerasi dan harus turun ke program reguler. Kemudian

Page 7: STUDI KASUS SISWA DEGRADASI DARI PROGRAM …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · peluang untuk dapat menyelesaikan studi lebih cepat, misal di

7

kelompok responden II adalah kelompok yang berisi siswa yang berhasil

mengikuti program akselerasi selama 2 tahun.

Program Akselerasi di MTs PPMI Assalaam

Berdasarkan buku panduan bagi penyelenggaran program khusus yang ada

di MTs PPMI Assalaam Surakarta yang berjudul Profile Special Servis Programs

(International, Acceleration, Olympiad Classes), penyelenggaraan program

akselerasi di MTs PPMI Assalaam dapat diuraikan sebagai berikut :

Program kelas akselerasi (acceleration class Programs) yang ada di

Madrasah tsanawiyah Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam Surakarta

diselenggarakan sejak tahun ajaran 2002/2003. Program ini diselerenggarakan

guna melayani siswa Madrasah Tsanawiyah yang mempunyai prestasi akademik

lebih tinggi (diatas rata-rata) dibandingkan siswa biasa (reguler).

Pada program akselerasi yang diselenggarakan di sekolah ini, siswa harus

mampu menyelesaikan studinya di jenjang SLTP hanya dengan waktu 2 tahun,

dengan target pembelajaran siswa memiliki rata-rata prestasi belajar yang lebih

tinggi dibandingkan kelas reguler, dimana program reguler ditempuh dalam waktu

3 tahun. Adapun evaluasi terhadap siswa yang mengikuti program ini dilakukan

setiap 4 bulan dilakukan sekali tes sumatif dan dalam 4 bulan diadakan 2 kali tes

formatif dengan nilai tiap mata pelajaran minimum 7,00. Apabila siswa tidak

memenuhi standar kenaikan kelas maka siswa tersebut akan diturunkan kembali

ke kelas reguler atau kelas biasa. Kelas akselerasi ini ditekankan kepada

kemampuan penguasaan akademik secara keseluruhan dengan mengutamakan

Page 8: STUDI KASUS SISWA DEGRADASI DARI PROGRAM …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · peluang untuk dapat menyelesaikan studi lebih cepat, misal di

8

esensi materi pembelajaran. Selain itu siswa juga mengikuti kegiatan di luar kelas

(outdoor programs) seperti studi lapangan yang berhubungan dengan mata kuliah

tertentu, outbond, pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan peningkatan

motivasi, program konsultasi dengan psikolog, dan lain-lain. Selain itu untuk

mengontrol dan dalam upaya peningkatan kualitas siswanya di MTs PPMI

Assalaam ini diadakan bimbingan belajar sore hari, bimbingan olimpiade dan

karya ilmiah.

Sistem perekrutan siswa akselerasi di MTs PPMI Assalaam adalah dengan

menyeleksi siswa yang telah diterima di Mts PPMI Assalaam, dan diambil 100

besar diantaranya untuk mengikuti tes seleksi program akselerasi. Persyaratan

untuk diterima ke dalam program akselerasi disini adalah yang memiliki

kemampuan dan kecerdasan luar biasa dalam aspek psikologis, melalui

pemeriksaan psikologis sebelumnya berupa IQ, EQ, SQ, CQ, dan TC berdasarkan

konsep keberbakatan Renzulli. Kemudian aspek akademis, yang didapat dari tes

masuk/TPA, serta aspek informasi subyektif, yaitu nominasi dan rekomendasi

yang diperoleh dari orang tua, guru, teman sebaya. Selain itu juga tetap

memperhatikan kesediaan calon siswa akselerasi belajar dan adanya persetujuan

dari orangtua.

Guru yang ditugaskan untuk mengajar di program akselerasi juga memiliki

beberapa syarat yaitu adanya pengalaman mengajar di program reguler dan

memiliki prestasi baik. Guru harus mempunyai kemampuan pada mata pelajaran

yang diajarkan. Selain itu juga guru harus pernah mengikuti seminar atau

workshop tentang program akselerasi.

Page 9: STUDI KASUS SISWA DEGRADASI DARI PROGRAM …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · peluang untuk dapat menyelesaikan studi lebih cepat, misal di

9

Hasil Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahawa terdapat berbagai macam faktor

yang dapat mempengaruhi seorang siswa program akselerasi gagal dalam

menempuh pendidikannya di program akselerasi. Faktor-faktor tersebut meliputi

faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri dan faktor-faktor dari luar diri siswa

tersebut yaitu teman, keluarga, lingkungan tempat tinggal dan lingkungan sekolah.

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri antara lain

karakteristik individu yang tidak bisa belajar dengan metode cepat dan mandiri

seperti yang diterapkan selama ini. Selain itu terdapat kebosanan, kelelahan,

pusing, munculnya perasaan-perasaan negatif seperti minder, pesimis, sensitif

terhadap setiap permasalahan yang dihadapi, sikap yang membatasi diri dengan

teman dan kecenderungan perilaku individu yang mengarah ke underachievement

seperti rasa malas belajar, motivasi belajar rendah serta kurangnya keinginan

untuk berkompetisi. Sementara faktor yang mempengaruhi responden yang

berasal dari luar dirinya seperti lingkungan tempat tinggal, sekolah, teman sebaya,

guru, keluarga, dan lain sebagainya. Hasil penelitian secara umum dapat

digambarkan dengan bagan sebagai berikut :

Page 10: STUDI KASUS SISWA DEGRADASI DARI PROGRAM …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · peluang untuk dapat menyelesaikan studi lebih cepat, misal di

10

Siswa Program Akselerasi PPMI Assalaam (model kurikulum telescoping)

PRA Lolos seleksi penerimaan merasa senang

? IQ tinggi ? CQ tinggi – cukup tinggi ? Task Commitment cukup – agak rendah ? Emosi / Kepribadian cukup tinggi – agak

rendah

Tidak nyaman dengan pelabelan atau tekanan siswa lain (reguler)

Susah bersosialisasi dengan teman lain (reguler)

PROSES

Merasa capek

Merasa jenuh dan bosan Nilai turun

DAMPA

Merasa tidak sesuai dengan

situasi dan kondisi di kelas

Pemahaman yang kurang terhadap materi pelajaran

Self-esteem rendah (minder dan pesimis)

Mudah terkena stressor (merasa stress dan pusing, belajar terganggu

Membatasi diri dengan teman

Motivasi berprestasi rendah (menurun)

Nilai terus turun

Turun dari program akselerasi

Pantauan dari orangtua kurang mendalam

Page 11: STUDI KASUS SISWA DEGRADASI DARI PROGRAM …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · peluang untuk dapat menyelesaikan studi lebih cepat, misal di

11

Pembahasan

Pembahasan dalam penelitian ini akan mengulas berbagai temuan dalam

beberapa pokok bahasan yang dijadikan sebagai kerangka analisa data. Sesuai

dengan tujuan penelitian, ulasan ini nantinya akan meliputi berbagai faktor yang

mempengaruhi siswa akselerasi gagal mengikuti program akselerasi sehingga

terpaksa turun atau mengulang di program reguler. Faktor-faktor tersebut meliputi

faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri dan faktor-faktor dari luar diri siswa

tersebut yaitu teman, keluarga, lingkungan tempat tinggal dan lingkungan sekolah.

Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri dapat dilihat dari bagaimana

persepsi dan hal-hal yang dirasakan siswa itu selama mengikuti program

akselerasi, bagaimana gambaran emosi atau kepribadiannya dan bagaimana

motivasi dan minatnya selama mengikuti program akselerasi. pada dasarnya

responden mempersepsikan program akselerasi itu enak karena bisa menempuh

pendidikan lebih singkat dibandingkan dengan teman seusianya. Namun ketika

responden mulai mengikuti program akselerasi, responden merasakan kebosanan,

kelelahan sehingga menurunkan minatnya dalam belajar, cenderung malas dan

tidak memperhatikan guru di kelas, sering tidur di kelas serta motivasinya

menurun dalam belajar. Sehingga hal tersebut menyebabkan responden gagal

dalam mengikuti program akselerasi. Konsekuensi dari program ini, siswa

dituntut belajar dengan cepat, mereaksi segala sesuatu dengan cepat, dan akhirnya

harus bisa belajar mandiri. Tuntutan itu mungkin bisa membuat siswa menjadi

kurang rileks, merasa jenuh, dan bosan karena rutinitas belajar. Lebih lanjut dapat

menjadikan motivasi siswa menurun baik dalam hal meningkatkan nilai atau

Page 12: STUDI KASUS SISWA DEGRADASI DARI PROGRAM …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · peluang untuk dapat menyelesaikan studi lebih cepat, misal di

12

prestasi belajar, motivasi dalam mengerjakan tugas maupun motivasi dalam

berkompetisi. Responden yang gagal mengikuti program akselerasi ini juga

terkurang kurang dapat mengontrol emosi dan cenderung berperilaku konformis

khususnya yang berkaitan dengan keinginan untuk belajar. Temuan penelitian

terhadap responden yang berhasil mengikuti program akselerasi adalah meskipun

pernah mengalami kejenuhan, capek ketika belajar, dan rasa ketakutan akan gagal,

responden kelompok ini masih mampu untuk memotivasi diri agar terus

meningkatkan nilai agar lebih baik dari sebelumnya.

Menurut Southern dan Jones (Hawadi, 2004) salah satu kelemahan

program akselerasi adalah dalam segi penyesuaian emosional dimana siswa

akselerasi mungkin saja akan merasa frustasi dengan adanya tekanan dan tuntutan

yang ada. Akibatnya mereka akan merasa sangat lelah sekali sehingga

menurunkan tingkat apresiasinya dan bisa menjadi siswa underachiever. Selain itu

menurut Salim kebosanan juga sangat menurunkan motivasi belajar siswa. Oleh

karena itu kegiatan-kegiatan perlu diupayakan agar menantang, menarik, serta

disajikan dalam berbagai macam bentuk sehingga dapat mewakili berbagai gaya

belajar siswa (Hawadi, 2004).

Hasil penelitian juga menunjukkan responden tergolong individu yang

mudah terkena stressor. Hal tersebut menjadi salah satu yang mempengaruhi salah

satu responden tidak dapat mengikuti program akselerasi. Responden

mengungkapkan semakin lama semakin merasa stres berada di kelas akselerasi,

selain itu juga responden menjadi sensitif terhadap tekanan-tekan dari luar dirinya.

Menurut Assaat (2007) Program akselerasi yang bersifat mempercepat proses

Page 13: STUDI KASUS SISWA DEGRADASI DARI PROGRAM …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · peluang untuk dapat menyelesaikan studi lebih cepat, misal di

13

belajar anak berpotensi menimbulkan stres, khususnya stres akademis. Apabila

anak tidak dapat menanggulangi tantangan serta tuntutan percepatan proses

belajar, besar kemungkinan ia akan mengalami stres sehingga kondisi fisik

maupun psikologis ini dapat mempengaruhi prestasi belajar. Lebih lanjut dalam

penelitiannya Assaat (2007) menunjukkan bahwa persepsi individu terhadap

program akselerasi yang diikuti lebih menentukan kondisi stres yang dialami

individu. Hal tersebut sesuai dengan temuan penelitian terhadap siswa akselerasi

yang berhasil mengikuti pendidikan selama dua tahun. Siswa yang berhasil di

akselerasi mengaku merasa menikmati dan santai selama mengikuti program

akselerasi meskipun metode balajar yang diterapkan cenderung cepat.

Selain itu responden juga merasa tidak nyaman di akselerasi karena

merasa minatnya dibatasi dalam mengikuti kegiatan ekstrakulikuler. Karena tidak

adanya kesempatan mengikuti kegiatan ekstrakulikuler di dalam sekolah

menyebabkan responden tidak suka dan jenuh dengan aktivitas belajar yang terus-

menerus. Hal ini sejalan dengan pendapat Southern dan Jones (Hawadi, 2004)

tentang kelemahan program akselerasi, salah satunya adalah aktivitas

ekstrakulikuler yang erat kaitannya dengan usia sehingga siswa akselerasi akan

memiliki kesempatan yang kurang untuk berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas

yang penting di luar kurikulum yang normal. Responden penelitian mengungkap

lebih senang berada di reguler karena memiliki kebebasan berekspresi dan

keikutsertaan dalam kegiatan ekstrakulikuler, sehingga responden merasa lebih

berkembang, memiliki banyak pengalaman di reguler serta lebih merasa percaya

diri.

Page 14: STUDI KASUS SISWA DEGRADASI DARI PROGRAM …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · peluang untuk dapat menyelesaikan studi lebih cepat, misal di

14

Faktor lain yang berpengaruh adalah lingkungan sosial dalam hal ini

adalah teman sekelas, teman satu sekolah maupun teman sepermainan sehari-hari.

Responden merasa lingkungan belajar di kelas tidak mendukung cara belajar

yang disukai oleh responden. Hal tersebut membuat responden tidak nyaman

belajar di kelas dan menimbulkan perasaan negatif terhadap teman-temannya.

Menurut Alanda, L. I., dkk (2007) dalam penelitiannya pada masa remaja awal,

kelompok teman sebaya dan hubungan sosial menjadi hal yang paling penting

bagi remaja. Alanda, L. I., dkk (2007) juga menambahkan persahabatan yang erat

membantu remaja awal khususnya siswa SLTP dalam menghadapi tekan-tekanan

yang dialaminya. Dalam kasus ini responden penelitian memiliki ketidakcocokan

dan permasalahan dengan teman sekelas di akselerasi sehingga mengganggu

motivasinya untuk bertahan mengikuti program akselerasi.

Permasalahan yang dihadapi oleh kelompok responden I dengan kelompok

responden II dalam pergaulan dengan teman sesama akselerasi sangat berbeda.

Kelompok responden II dimana kelompok ini berisi siswa yang berhasil

mengikuti program akselerasi, justru merasa betah dan nyaman di kelas. Masing-

masing siswa menunjukkan kekompakan dan solidaritas yang tinggi. Adanya rasa

kekeluargaan yang tinggi ditunjukkan dengan adanya kepedulian satu sama lain

yang mana jika ada teman akselerasi khususnya teman sekelas mendapatkan

masalah, teman-teman yang lain akan membantu dalam upaya pemecahan

masalah tersebut.

Selain itu responden juga merasa minder dan membatasi diri dalam

bergaul dengan teman-teman akselerasi. Rasa minder, pesimis dan rasa harga diri

Page 15: STUDI KASUS SISWA DEGRADASI DARI PROGRAM …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · peluang untuk dapat menyelesaikan studi lebih cepat, misal di

15

yang rendah karena merasa kemampuannya dibawah teman-teman sesama

akseleran menyebabkan responden merasa lebih baik bila di reguler. Secara tidak

langsung perasaan-perasaan negatif tersebut menyebabkan siswa membatasi

dirinya atau menarik diri dari lingkungannya dalam hal ini teman-teman sesama

akselerasi. Hal ini sejalan dengan penelitian Rahman (2007) dimana kepercayaan

diri terhadap optimisme masa depan pada siswa program percepatan belajar

memiliki hubungan positif terhadap kedisiplinan belajar. Lebih lanjut Rahman

(2007) mengungkapkan siswa yang memiliki kepercayaan diri rendah cenderung

merasa tidak aman, tidak bebas, ragu-ragu dan menyalahkan lingkungan terhadap

setiap permasalahan yang dihadapi. Siswa cenderung merasa malu dan rendah diri

karena perasaan dirinya tidak sesuai dengan harapan orang lain.

Siswa program akselerasi sebagai kelompok minoritas merasa dibedakan

ketika lingkungan teman sebaya mengadakan kegiatan perkumpulan untuk

angkatan-angkatan tertentu. Mendapat label ‘siswa aksel’ dan label ‘angkatan

ngambang’ menyebabkan responden tidak nyaman dalam menjalani program

akselerasi. Responden merasa kebingungan berada diantara kakak kelas dan

teman seusianya yang berada di reguler. Bahkan salah satu responden mengaku

merasa kesulitan dalam menyeimbangkan diri karena hal tersebut. Pelabelan dari

lingkungan tersebut menjadi faktor eksternal yang mempengaruhi responden

dalam mengikuti program akselerasi sehingga menyebabkannya gagal. Temuan

penelitian pada kelompok responden II juga mengungkapkan bahwa ada pelabelan

dari siswa lain ataupun perlakuan yang berbeda bahkan cenderung mengancam

Page 16: STUDI KASUS SISWA DEGRADASI DARI PROGRAM …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · peluang untuk dapat menyelesaikan studi lebih cepat, misal di

16

menyebabkan responden menjadi takut dan tidak nyaman selama mengikuti

program akselerasi.

Menurut Santrock (2002) keikutsertaan remaja dalam suatu kelompok

tertentu dapat meningkatkan harga diri remaja tersebut. Selanjutnya Santrock

menambahkan, remaja dalam kelompok menoritas dapat mengalami kesulitan

bergabung dengan kelompok-kelompok dan klub-klub teman sebaya di sekolah.

Dalam penelitian ini dapat dikatakan kelompok minoritas yang berisi siswa

akselerasi mengalami kebingungan ketika ada perkumpulan bersama dengan

teman-teman regulernya dan merasa dibedakan.

Selain faktor di atas faktor lain yang ada di lingkungan sekolah yang

mempengaruhi prestasi belajar siswa salah satunya adalah guru dalam hal ini

adalah bagaimana kepribadian, sikap, dan gaya mengajar guru. Responden

mengaku merasa dekat dengan guru-guru di akselerasi, responden merasa guru di

akselerasi lebih perhatian dibandingkan dengan guru-guru di reguler. Namun tidak

semua guru dirasakan enak oleh responden. Responden mengaku ada beberapa

guru yang cara mengajarnya membosankan, cenderung monoton, jarang bercerita

dan bercanda menyebabkan responden menjadi malas mengikuti pelajaran yang di

ajarkan di kelas dan menurunkan motivasinya dalam belajar. Gaya mengajar guru

yang membosankan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi responden

turun dari program akselerasi, karena responden menjadi enggan memperhatikan

guru dan malas mengikuti kegiatan belajar-mengajar. Hal tersebut juga dirasakan

pada kelompok responden siswa yang berhasil mengikuti program akselerasi.

responden kelompok II mengaku motivasi belajar di kelas menurun manakala

Page 17: STUDI KASUS SISWA DEGRADASI DARI PROGRAM …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · peluang untuk dapat menyelesaikan studi lebih cepat, misal di

17

guru yang mengajar cenderung tidak enak dan membosankan. Menurut Zarfiel

(dalam hawadi, 2004) salah satu penyebab siswa tidak berhasil menampilkan

prestasi sesuai dengan potensi yang dimilikinya adalah bisa jadi gaya belajar

siswa tidak cocok dengan gaya mengajar guru, dengan kata lain suatu bentuk

ketidaksesuaian dengan cara mengajar dapat mengarah pada rendahnya prestasi.

Pola hubungan responden dengan orangtuanya dapat dilihat dari seberapa besar

dukungan orangtua dan bagaimana reaksi orangtua selama responden mengikuti

program akselerasi. pola interaksi orangtua dengan siswa merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi bagaimana prestasi belajar siswa tersebut. Selama

mengikuti program akselerasi responden mengaku orangtuanya bangga ketika

responden diterima di program akselerasi dan lebih sering menjenguk ke pondok

pesantren. Meskipun begitu responden tergolong anak yang cenderung

mengabaikan tuntutan belajar dari orangtua karena selama di akselerasi orangtua

hanya sebatas memantau pada saat menjenguk siswa. bahkan salah satu responden

mengaku terbiasa dibebaskan dalam hal belajar oleh orangtuanya. Hal ini sejalan

dengan beberapa penyebab siswa tidak berhasil menampilkan prestasi sesuai

dengan potensi yang dimilikinya yang diungkapkan oleh Zarfiel (hawadi, 2004),

salah satunya adalah faktor rumah, dimana belajar tidak dinilai tinggi atau

didukung oleh orangtua.

Page 18: STUDI KASUS SISWA DEGRADASI DARI PROGRAM …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · peluang untuk dapat menyelesaikan studi lebih cepat, misal di

18

Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat banyak faktor

yang mempengaruhi seorang siswa tidak berhasil dengan baik dalam mengikuti

program akselerasi sehingga terpaksa harus turun dan mengulang di program

reguler. Beberapa faktor yang berpengaruh tersebut memiliki kaitan satu sama

lain.

Faktor yang mempengaruhi siswa gagal mengikuti program akselerasi

dapat berasal dari diri siswa itu sendiri, lingkungan sosial, sekolah, tempat tinggal,

dan keluarga. Faktor dari diri siswa yang berpengaruh terhadap kegagalan siswa

tersebut di kelas akselerasi adalah muncul kebosanan, rasa capek, pusing serta

malas belajar yang menunjukkan individu mengalami burnout dan cenderung

underachievement. Siswa yang gagal tersebut juga tergolong siswa yang kurang

mampu memotivasi diri atau memiliki motivasi berprestasi yang rendah atau

cenderung menurun dan tidak adanya keingininan untuk berkompetisi di dalam

kelas.

Sementara faktor lainnya yang memberi pengaruh terhadap terjadinya

kasus siswa yang gagal dan terpaksa harus turun dari program akselerasi berasal

dari teman, guru, sekolah budaya lingkungan , dan keluarga. Faktor teman

menjadi pengaruh tersendiri bagi keberhasilan siswa mengikuti program

akselerasi, adanya konflik dengan teman sekelas dapat mempengaruhi seorang

siswa dalam belajar di akselerasi. siswa juga tergolong minder karena merasa

tidak sesuai dengan harapan lingkungannya dan menunjukkan sikap yang

membatasi diri dengan teman. Selain itu adanya pelabelan dari siswa lain,

Page 19: STUDI KASUS SISWA DEGRADASI DARI PROGRAM …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · peluang untuk dapat menyelesaikan studi lebih cepat, misal di

19

perbedaan materi dengan siswa reguler hingga sulit untuk berdiskusi dan

konformitas. Dari segi guru cara mengajar guru mempengaruhi motivasi belajar

siswa di kelas khususnya gaya mengajar yang membosankan dan monoton, begitu

juga metode belajar mengajar yang cenderung cepat yang belum tentu sesuai

dengan semua siswa. Guru juga kurang memberikan kesempatan siswa untuk ikut

kegiatan ekstrakulikuler.

Dari segi sekolah, budaya yang terbentuk di lingkungan sekolah

khususnya pondok pesantren seperti pembentukan kelompok-kelompok di setiap

angkatan kelas menjadi faktor yang berpengaruh terhadap siswa akselerasi sebagai

keompok minoritas karena merasa dibedakan, selain itu kondisi kelas seperti

ruang kelas dan situasi yang ada di dalamnya juga menjadi pengaruh tersendiri

bagi siswa tersebut selama menjalani program akselerasi, responden merasa di

kelas membosankan dan cenderung individualis . Dari segi orangtua kurangnya

orangtua dalam memonitoring siswa dalam belajar juga menjadi faktor yang

mempengaruhi siswa, karena siswa menjadi terbiasa untuk tidak belajar secara

rutin.

Saran-saran

Berdasarkan proses dan hasil penelitian ini, peneliti memberikan beberapa

saran yang relevan kepada pihak-pihak sebagai berikut :

1. Bagi sekolah

Sekolah hendaknya dalam menerima siswa program akselerasi tidak hanya

memperhitungkan IQ yang tinggi pada siswa tersebut tetapi juga emosi atau

Page 20: STUDI KASUS SISWA DEGRADASI DARI PROGRAM …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · peluang untuk dapat menyelesaikan studi lebih cepat, misal di

20

kepribadiannya serta komitment siswa tersebut terhadap tugas harus dalam

kategori tinggi karena hal tersebut juga menentukan keberhasilan siswa dalam

mengikuti program akselerasi. Selain itu program akselerasi perlu disikapi secara

proporsional tidak hanya dalam pemberian fasilitas yang menunjang dari segi

akademis saja, perlu juga pemberian fasilitas lain yang juga sangat dibutuhkan

oleh siswa yang dalam hal ini adalah kebutuhan psikologis. Sekolah hendaknya

menyediakan layanan BP maupun konseling khusus bagi siswa akselerasi, karena

mengingat layanan BP atau konseling yang selama ini dibebankan kepada wali

kelas dan kesantrian dirasa kurang dibandingkan dengan persoalan yang muncul.

Selain itu sekolah juga perlu mengadakan pertemuan rutin khususnya dengan

orangtua siswa untuk melakukan evaluasi yang berkala sehingga perkembangan

siswa dapat senantiasa terpantau oleh pihak-pihak terkait baik itu dari segi

akademis maupun sosialnya.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Agar penelitian lebih representatif bagi yang ingin mengambil tema serupa

sebaiknya jumlah sampel dalam penelitian selanjutnya lebih banyak khususnya

menghadirkan sampel laki-laki dan perempuan, tidak hanya perempuan saja.

Peneliti selanjutnya juga hendaknya juga mencari informasi dari luar responden

selama mengikuti program akselerasi seperti dari wali kelas, pihak kesantrian atau

selaku pengawas santri selama di PPMI Assalaam. Hal tersebut sebaiknya

dilakukan agar terhindar dari bias kesalahan.

Page 21: STUDI KASUS SISWA DEGRADASI DARI PROGRAM …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · peluang untuk dapat menyelesaikan studi lebih cepat, misal di

21

DAFTAR PUSTAKA

Alanda,L. I., dkk. 2007. Penyesuaian Diri Siswa yang Mengikuti Program Akselerasi (Studi Pada Siswa SLTP di Jakarta Selatan). Jurnal Provitae. Vol. 3. No. 1. Hal. 1 - 16. Jakarta : Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara.

Assaat, I. I. 2007. Persepsi Atas Program Akselerasi dan Stres Akademik. Jurnal

Provitae. Vol. 3. No. 1. Hal. 29 - 54. Jakarta : Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara.

Coleman, L. J. 1985. Schooling The Gifted. University of Tennessee, Knoxville.

Addison – Wesley Publishing Company. Hawadi, R. A. 2004. Akselerasi A – Z Informasi Program Percepatan Belajar dan

Anak Berbakat Intelektual. Penerbit : Grasindo. Khottob, T. & Rifai, A. 2007. Profile Special Service Programs (International,

Acceleration, Olympiad Classes) MTs PPMI Assalaam Solo - Indonesia. Surakarta : Assalaam Press.

Poerwandari, K. 2005. Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia.

Jakarta : LPSP3 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Rahman, A. 2007. Hubungan antara Kedisiplinan Belajar dan Kepercayaan Diri

Terhadap Optimisme Masa Depan Pada Siswa Program percepatan Belajar. Skripsi (Tidak diterbitkan). Surakarta : Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Santrock, J. W. 2002. Life Spant Development. Jilid 2. Penerbit : Erlangga.

(Terjemahan oleh : Chusairi, Achmad). Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif dan R & D. Bandung :

Alfabeta. Suralaga, F. 2006. Program Akselerasi Bagi Anak Berbakat : Sudah Tepatkah ?.

Tazkiya Journal of Psychology. Vol. 6. No. 1. Hal. 1-16. Jakarta : Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah.

Widyastono, H. 2004. Sistem Percepatan Kelas (Akselerasi) Bagi Siswa yang

Memiliki Kemampuan dan Kecerdasan Luar Biasa. www.google.com.