64
STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH PFH DI DESA DESA CIBOGO DAN LANGENSARI, LEMBANG, BANDUNG BARAT SKRIPSI ADI RAKHMAN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

  • Upload
    lenhan

  • View
    225

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH PFH

DI DESA DESA CIBOGO DAN LANGENSARI, LEMBANG, BANDUNG BARAT

SKRIPSI

ADI RAKHMAN

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Page 2: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

RINGKASAN

ADI RAKHMAN. D14104069. 2008. Studi Pengaruh Unsur Cuaca terhadap Respon Fisiologis dan Produksi Susu Sapi Perah PFH di Desa Cibogo dan Langensari, Lembang, Bandung Barat. Skripsi. Program Studi Teknologi Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Dr. Ir. Bagus Priyo Purwanto, M.Sc. Agr. Pembimbing Anggota : Ir. Andi Murfi, M.Si.

Sapi perah Peranakan Friesian Holstein (PFH) membutuhkan lingkungan dengan kelembaban relatif (±50%) dan suhu udara (0-240C). Kondisi lingkungan yang sesuai akan menyebabkan respon fisiologis dan produksi susu optimal. Respon fisiologis yang dapat menjadi indikator kenyamanan ternak adalah denyut jantung (HR), frekuensi respirasi (RR), dan suhu rektal (TR). Berdasarkan hal tersebut, perlu diadakan penelitian untuk mengetahui pengaruh fluktuasi unsur cuaca kandang terhadap fluktuasi respon fisiologis dan produksi susu sapi perah.

Penelitian dilaksanakan di sembilan peternakan rakyat, Desa Langensari dan Cibogo, Lembang pada bulan Juli hingga Agustus 2007. Pengukuran unsur cuaca (suhu udara (Ta), kelembaban relatif (RH), kecepatan angin (Va), dan THI) dan respon fisiologis tiap ternak dilakukan pada pagi (06.45-07.45), siang (12.45-13.45), dan sore (16.45-17.45). Pengukuran produksi susu dilakukan pada pukul 04.00-04.45 dan 15.00-15.30. Pengukuran tersebut dilakukan tiga kali, dengan interval pengukuran selama sepuluh hari (satu periode). Data unsur cuaca, respon fisiologis, dan produksi susu diolah secara deskriptif menggunakan nilai rata-rata untuk mengetahui fluktuasi kondisi harian. Perhitungan rataan respon fisiologis dan produksi susu dikelompokkan berdasarkan kondisi ternak yaitu, pedet umur 0 – 2 bulan, pedet lepas sapih, dara, bulan laktasi pertama (bl 1), keempat (bl 4), kelima (bl 5), dan keenam (bl 6). Analisis korelasi dan regresi digunakan untuk mengetahui nilai korelasi dan model regresi antara unsur cuaca terhadap respon fisiologis dan produksi susu.

Rataan Ta pada pagi, siang, dan sore hari berturut – turut sebesar 16,27, 23,64, 21,05 0C, RH sebesar 80,14, 74,59, 80,26 %, Va sebesar 0, 0,5, 0,41 m/s, THI sebesar 62,77, 72,23, 69,02, Rataan HR pedet sebesar 81, 77, 85 kali/menit, RR sebesar 30, 39, 37 kali/menit, dan RT sebesar 38,47, 38,83, 39,04 0C, HR sapi di atas umur satu tahun (dara dan laktasi) sebesar 79, 81, 85 kali/menit, RR sebesar 28, 36, 36 kali/menit, dan RT sebesar 38,26, 39, 390C. Rataan produksi susu pagi dan sore hari kelompok bl 1 sebanyak 9,73 dan 7,47 kg, bl 4 sebanyak 10,08 dan 7,79 kg, bl 5 sebanyak 8,53 dan 7,28 kg, bl 6 sebanyak 7,37 dan 5,12 kg. Unsur cuaca yang paling berpengaruh terhadap respon fisiologis adalah Ta, terhadap RR bl 4 (Yfrekuensi respirasi = - 6,87 + 2,04 Xsuhu udara). Unsur cuaca yang paling mempengaruhi produksi susu yaitu RH, terhadap produksi susu kelompok bl 4 pada pagi hari, (YProduksi Susu = 22,3 – 0,147 XKelembaban relatif).

Kata-Kata : unsur cuaca, respon fisiologis, produksi susu.

Page 3: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

ABSTRACT

Study The Effect of Weather Unsure on Physiological Responses and Milk Yield of Friesian Holstein Offspring at Cibogo and Langensari Villages, Lembang,

Bandung Barat

Rakhman, A., B. P. Purwanto., A. Murfi.

The Friesian Holstein Offspring (PFH) need enough low environmental weather, of which relative humidity (RH) is ± 50% and environmental temperature (Ta) is between 0-240C. The suitable environmental conditions (ambient temperature (Ta), relative humidity (RH), air velocity (Va) ) and temperature-humidity index (THI) influence optimally physiological condition and milk production of dairy cow. Physiological condition which could be indicator on animal body safe are: hearth rate (HR), respiration rate (RR), and rectal temperature (RT). Base of these, we need to make the research to measure the effect of weather unsure to physiological responses and milk Production fluctuation. The research was conducted at nine smallholder dairy farms, Langensari and Cibogo village, Lembang for two months (july – august, 2007). Physiological responses and weather unsure for each cow was collected thrice a day (morning, midday, and afternoon). Milk productions were measured in the early mornings and afternoons. These daily measurements were done three times with ten days interval among them. Data of weather unsure, physiological responses, and milk production were calculated using descriptive method to find the daily average fluctuation. The calculation was categorized based on the following conditions, such as 0 – 2 month calf, post weaned calf, one-year calf, first, fourth, fifth, and sixth month lactation. Correlation and regression analysis were measured to find the point of correlation and model of relation of weather unsure to physiological responses and milk productions. Ta in the morning, mid-day and afternoon were respectively 16,27 , 23,64, 21,05 0C, RH are 80,14, 74,59, 80,26 %, Va are 0, 0,5, 0,41 m/s, THI are 62,77, 72,23, 69,02, HR of calf are 81, 77, 85 times/minute, RR are 30, 39, 37 times/minute, RT are 38,47 0C, 38,83 0C, 39,040C, HR of one-year calf and lactation cow are 79, 81, 85 times/ minute, RR are 28, 36, 36 times/minute, and RT are 38,26, 39, 39 0C. The average of milk production at early morning and afternoon at the first month lactation population are 9,73 and 7,47 kg, fourth month lactation are 10,08 and 7,79 kg, fifth month lactation are 8,53 and 7,28 kg, sixth month lactation are 7,37 and 5,12 kg. Ta was the weather unsure which most critical to physiological responses, which was to RR of fourth month lactation population with regression equation as YRR = - 6,87 + 2,04 XTa. RH was The weather unsure which most critical to milk production, which was in fourth month lactation population, with regression equation as Ymilk production = 22,3 – 0,147 XRH.

Keywords : weather unsure, physiological responses, milk production.

Page 4: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH PFH

DI DESA DESA CIBOGO DAN LANGENSARI, LEMBANG, BANDUNG BARAT

ADI RAKHMAN

D14104069

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Page 5: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH PFH

DI DESA DESA CIBOGO DAN LANGENSARI, LEMBANG, BANDUNG BARAT

Oleh

ADI RAKHMAN

D14104069

Skripsi ini telah disidangkan di hadapan komisi ujian lisan pada tanggal 15 Agustus 2008

Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,

Dr. Ir. Bagus P. Purwanto, M.Agr. Ir. Andi Murfi, M.Si. NIP : 131 471 379 NIP : 131 841 727

Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor,

Dr. Ir. Luki Abdullah, M.Sc. Agr. NIP : 131 955 531

Page 6: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 23 Juni 1986 di Jakarta. Penulis adalah

anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Purwanto dan Ibu

Sosgayah Haeriningsih.

Penulis memulai pendidikan formal di TK Wijaya Kusuma Pratama

(1990-1992), setelah itu di yayasan yang sama penulis menempuh pendidikan dasar

hingga lulus pada tahun 1998. Pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan

penulis pada tahun 2001 di SMPN 19 Jakarta dan pendidikan lanjutan menengah atas

diselesaikan pada tahun 2004 di SMAN 47 Jakarta. Penulis diterima sebagai

mahasiswa pada Program Studi Teknologi Produksi Ternak, Departemen Ilmu

Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi

Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2004.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Koperasi

Mahasiswa IPB (2005), anggota Departemen Pertanian Badan Eksekutif Mahasiswa

KM IPB (2005-2006), dan Ketua Departemen Produksi dan Hasil, Himpunan

Mahasiswa Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (2007-2008).

Page 7: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan ke kehadirat Allah Swt, karena atas rahmat dan

karunianya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ” Studi Pengaruh

Unsur Cuaca terhadap Respon Fisiologis dan Produksi Susu Sapi Perah PFH di Desa

Cibogo dan Langensari, Lembang, Bandung Barat ” di bawah bimbingan Dr. Ir.

Bagus P Purwanto, M. Agr. dan Ir. Andi Murfi, M.Si. Shalawat dan salam

diperuntukan kepada Nabi Muhammad Saw, beserta para keluarga, sahabat, dan

seluruh umat manusia yang meneladaninya.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keinginan penulis untuk mengetahui

pengaruh unsur cuaca secara kuantitatif terhadap kenyamanan sapi perah PFH di

Lembang sebagai salah satu sentra peternakan sapi perah di Indonesia. Sapi FH dapat

tumbuh dan berproduksi optimal pada lingkungan dengan suhu udara ± 18 0C dan

kelembaban relatif sebesar 55 %, sehingga Lembang dengan suhu udara antara ± 18

– 27 0C dan kelembaban relatif sebesar ± 80,5 % berpotensi mempengaruhi respon

fisiologis dan produksi susu sapi FH dan peranakannya. Pemahaman para praktisi

peternakan mengenai pengaruh tersebut cukup diperlukan, karena dapat membantu

dalam manajemen peternakan yang lebih baik.

Penulis mengharapkan penelitian mengenai pengaruh unsur cuaca terhadap

performa ternak serta modifikasi efektivitas iklim mikro kandang terus dilakukan

oleh para insan peternakan, sehingga dapat mendukung pembangunan peternakan

khususnya di Indonesia. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih

kepada semua pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penulisan skripsi.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penelitian ini, sehingga saran

dari pembaca sangat penulis harapkan agar dapat menambah wawasan keilmuan dari

tulisan ini dan bermanfaat untuk penelitian dan penulisan selanjutnya.

Bogor, September 2008

Penulis

Page 8: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ............................................................................................. i

ABSTRAK.................................................................................................. ii

RIWAYAT HIDUP..................................................................................... v

KATA PENGANTAR................................................................................. vi

DAFTAR ISI............................................................................................... vii

DAFTAR TABEL....................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. ix

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... x

PENDAHULUAN....................................................................................... 1

Latar Belakang .................................................................................. 1 Tujuan ............................................................................................... 1

TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 3

METODE PENELITIAN ............................................................................ 11

Lokasi dan Waktu.............................................................................. 11 Materi................................................................................................ 11 Prosedur ............................................................................................ 11 Analisis Data ..................................................................................... 14

HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................... 15

Deskripsi Unsur Cuaca Lokasi Penelitian ........................................... 15 Deskripsi Respon Fisiologis Kelompok Ternak .................................. 16 Deskripsi Unsur Cuaca dan Respon fisiologis Kelompok PFH Dara ... 18 Pengaruh Unsur Cuaca terhadap Respon Fisiologis............................. 24 Pengaruh Suhu Rektal terhadap Denyut Jantung dan Frekuensi Respi- rasi ..................................................................................................... 27 Pengaruh Unsur Cuaca terhadap Respon Fisiologis Kelompok Sapi Bulan Laktasi Keempat pada Pagi, Siang, dan Sore ............................ 29 Pengaruh Unsur Cuaca terhadap Produksi Susu .................................. 30

KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................... 32

Kesimpulan ........................................................................................ 32 Saran .................................................................................................. 32

UCAPAN TERIMA KASIH ....................................................................... 33

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 34

LAMPIRAN................................................................................................ 36

Page 9: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Rataan Unsur Cuaca dan THI Lokasi Penelitian............................... 15

2. Rataan Respon Fisiologis Kelompok Ternak Penelitian ................... 18

3. Rataan Produksi Susu pada Pagi dan Sore........................................ 30

Page 10: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Suhu Tubuh sebagai Keseimbangan antara Pelepasan dengan Pene- rimaan Panas.................................................................................... 5

2. Skema Termoregulasi Temperatur pada Mamalia, dengan Dua Efektor Penyesuai, secara Otonom dan Tingkahlaku ........................ 6

3. Grafik Rataan Fluktuasi Unsur Cuaca Kandang Kelompok Dara...... 20

4. Grafik Rataan Respon Fisiologis Kelompok Sapi Dara .................... 21

5. Grafik Rataan Unsur Cuaca Lokasi Kandang Kelompok Sapi Dara pada Pagi, Siang, dan Sore ............................................................... 22

6. Grafik Rataan Respon Fisiologis Kelompok Sapi Dara pada Pagi, Siang, dan Sore ................................................................................ 23

7. Grafik Regresi Linier antara Suhu udara terhadap Suhu Rektal Ke- lompok Sapi Bulan Laktasi Pertama................................................. 25

8. Grafik Regresi Linier antara Suhu udara terhadap Frekuensi Respirasi Kelompok Sapi Bulan Laktasi Keempat............................ 26

9. Grafik Regresi Linier antara Suhu Udara terhadap Denyut Jantung Kelompok Sapi Bulan Laktasi Pertama ............................................ 26

10. Grafik Regresi Linier antara Suhu Rektal terhadap Frekuensi Respi- rasi Kelompok Pedet........................................................................ 28

11. Grafik Regresi Linier antara Suhu Rektal terhadap Denyut Jantung Kelompok Sapi Bulan Laktasi Pertama ............................................ 28

12. Grafik Regresi Linier antara Kelembaban Relatif terhadap Suhu Rektal Sore Kelompok Sapi Bulan Laktasi Keempat........................ 29

13. Grafik Regresi Linier antara Kelembaban Relatif terhadap Produksi Susu Pagi Kelompok Sapi Bulan Laktasi Keempat........................... 31

Page 11: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Nilai Korelasi antara Unsur Cuaca dan Respon Fisiologis ................ 37

2. Nilai Korelasi antara Unsur Cuaca dan Produksi Susu...................... 38

3. Nilai Korelasi antara Suhu Rektal terhadap Denyut Jantung dan Frekuensi Respirasi.......................................................................... 39

4. Hasil Pengukuran Unsur Cuaca dan Respon Fisiologis Kelompok Pedet................................................................................................ 40

5. Hasil Pengukuran Unsur Cuaca dan Respon Fisiologis Kelompok Dara................................................................................................. 42

6. Hasil Pengukuran Unsur Cuaca dan Respon Fisiologis Kelompok Bulan Laktasi 1................................................................................ 43

7. Hasil Pengukuran Unsur Cuaca dan Respon Fisiologis Kelompok Bulan Laktasi 4................................................................................ 44

8. Hasil Pengukuran Unsur Cuaca dan Respon Fisiologis Kelompok Bulan Laktasi 5................................................................................ 45

9. Hasil Pengukuran Unsur Cuaca dan Respon Fisiologis Kelompok Bulan Laktasi 6................................................................................ 46

10. Rataan Unsur Cuaca dan Respon Fisiologis Kelompok Pedet selama tiga Periode untuk Analisis Korelasi ................................................ 47

11. Rataan Unsur Cuaca dan Respon Fisiologis Kelompok Dara selama Tiga Periode untuk Analisis Korelasi .............................................. 48

12. Rataan Unsur Cuaca dan Respon Fisiologis Kelompok Bulan Lakta- si 1 selama Tiga Periode untuk Analisis Korelasi ............................. 49

13. Rataan Unsur Cuaca dan Respon Fisiologis Kelompok Bulan Lakta- si 4 selama Tiga Periode untuk Analisis Korelasi ............................. 50

14. Rataan Unsur Cuaca dan Respon Fisiologis Kelompok Bulan Lakta- si 5 selama Tiga Periode untuk Analisis Korelasi ............................. 51

15. Rataan Unsur Cuaca dan Respon Fisiologis Kelompok Bulan Lakta- Si 6 selama Tiga Periode untuk Analisis Korelasi ............................ 52

16. Produksi Susu Selama Tiga Periode ................................................. 53

Page 12: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bangsa Sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH) merupakan ternak tipe perah

penghasil susu. Sapi PFH dapat hidup dan berproduksi dengan baik di daerah yang

mempunyai kelembaban relatif dan temperatur udara harian yang relatif rendah.

Temperatur nyaman bagi sapi perah adalah antara 0-160C (Yousef,1984), dengan

kelembaban relatif 50% (Esmay,1982), dan nilai THI (temperature humidity index)

antara 35-72 (Johnson,1984). Menurut Sutardi (1981), sapi FH dapat tumbuh dan

berproduksi dengan baik pada lingkungan dengan suhu udara sebesar ± 18 0C dan

kelembaban relatif sebesar ± 55%.

Pemahaman kondisi cuaca yang sesuai untuk peternakan sapi perah

diperlukan untuk menentukan pola manajemen produksi. Menurut Ames dan Insley

(1975), perhitungan ekonomis untuk digunakan dalam sistem manajemen yang

intensif memerlukan perhitungnan yang akurat pada lingkungan fisik.Manajemen

yang baik diharapkan menghasilkan output produksi yang optimal. Faktor fisik yang

penting untuk produktivitas ternak adalah temperatur udara, kelembaban, radiasi

matahari, dan angin (Yousef,1984). Faktor fisik tersebut dapat berpengaruh terhadap

kondisi fisiologis dan produksi susu ternak perah. Kondisi fisiologis yang dapat

dijadikan sebagai indikator kenyamanan ternak adalah denyut jantung, frekuensi

pernafasan, dan suhu rektal (Kelly,1984).

Lembang adalah salah satu sentra peternakan sapi perah di Indonesia dengan

topografi berbukit-bukit, ketinggian ±1247 m dpl, kisaran suhu udara harian antara

± 18 – 27 0C dan kelembaban relatif ± 80,5%. Kondisi cuaca tersebut dapat

berpengaruh terhadap produktivitas populasi sapi perah, sehingga perlu diadakan

evaluasi manajemen lingkungan peternakan secara berkesinambungan dalam upaya

meningkatkan produktivitas suatu peternakan sapi perah.

Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh fluktuasi unsur cuaca terhadap respon fisiologis dan

produksi susu sapi perah PFH di peternakan rakyat, Desa Langensari dan

Cibogo, Kecamatan Lembang.

Page 13: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

2. Mengetahui unsur cuaca (suhu udara, kelembaban relatif, dan kecepatan

angin) yang paling berpengaruh terhadap respon fisiologis dan produksi susu.

3. Memberikan saran yang berguna, dari hasil penelitian, bagi manajemen

kondisi cuaca lingkungan peternakan sapi perah, khususnya di Desa

Langensari dan Cibogo, Kecamatan Lembang, Bandung Barat.

Page 14: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

TINJAUAN PUSTAKA

Unsur Cuaca dan Iklim

Cuaca adalah nilai atmosfir sesaat pada waktu tertentu di permukaan bumi.

Iklim adalah kesimpulan atau sintesis dari pengukuran-pengukuran unsur-unsur

cuaca pada wilayah yang lebih luas dan waktu yang lebih lama (Handoko,1995).

Temperatur lingkungan adalah intensitas panas yang telah distandarkan dalam derajat

celcius. Ambient temperature (Ta) adalah temperatur rata-rata dari gas atau cairan

(biasanya udara atau air) yang mengelilingi permukaan tubuh. Suhu udara (Tdb/Dry-

bulb temperature) didefinisikan dengan temperatur gas atau campuran gas yang

diindikasikan oleh termometer yang terlindungi dari radiasi. Hasil Pengukuran suhu

udara (Tdb) biasa digunakan untuk mendeskripsikan panas lingkungan (Yousef,

1984).

Kelembaban adalah uap air di udara.Kelembaban relatif adalah perbandingan

uap air aktual (yang terukur) dengan tekanan uap air dalam kondisi jenuh. Angin

adalah massa udara yang bergerak akibat perbedaan tekanan udara antara satu tempat

dengan tempat lainnya (Lakitan, 1994). Menurut Yousef (1984), intensitas panas

lingkungan tergantung pada Tdb dan kelembaban relatif. Kecepatan angin relatif

lambat pada daerah yang lebih rendah. Cara mengukur kecepatan angin adalah

setinggi tubuh ternak. Hal ini penting, karena transfer panas dengan konveksi dan

evaporasi antara ternak dengan lingkungan dipengaruhi oleh kecepatan angin.

Lingkungan Hidup Sapi Friesian-Holstein

Lingkungan hidup hewan adalah total kondisi eksternal yang mempengaruhi

perkembangan, respon, dan pertumbuhan hewan tersebut. Terdapat tiga faktor dalam

lingkungan yaitu sosial, fisik, dan panas. Faktor panas adalah suhu udara,

kelembaban relatif, angin, dan radiasi (Esmay,1982). Menurut Yousef (1984),

kisaran Thermo Neutral Zone (TNZ) sapi perah berada pada 0-16 0C, sedangkan

kisaran temperatur udara yang masih dapat diterima (Acceptable Zone) untuk sapi

perah FH laktasi atau dalam waktu dua minggu setelah diinseminasi adalah 4 - 240 C.

Menurut Yousef (1984), indeks yang baik untuk mengukur panas lingkungan dan

efeknya telah dikembangkan untuk sapi yang disebut temperature-humidity index

atau THI, dan dihitung dengan rumus :

Page 15: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

THI = Tbk + (0,36 x Tbb) + 41,2

Keterangan : Tbk : Termometer bola kering. Tbb : Termometer bola basah.

Sapi FH dapat menghasilkan susu secara maksimal apabila lingkungan

hidupnya berada pada kisaran angka THI antara 35 – 72. Bentuk keeratan hubungan

antara nilai THI dengan performa fisiologis ternak menurut tampak pada peubah

produksi susu, konsumsi hay, dan suhu rektal. Dijelaskan lebih lanjut setiap

peningkatan satu angka THI memiliki pengaruh berupa penurunan 0,26 kg produksi

susu, penurunan 0,23 kg konsumsi hay, dan peningkatan 0,12 0C suhu rektal

(Johnson, 1984).

Pennington dan VanDevender (2004) melakukan klasifikasi tersebut dengan

tabel modifikasi Wierama menjadi tiga katagori, yaitu cekaman ringan (nilai THI =

72 – 79), cekaman sedang (nilai THI = 80 – 89), dan cekaman berat (nilai THI = 90 –

98). Sapi perah yang terkena cekaman panas memiliki gejala yang sangat jelas,

terutama dalam hal penurunan produksi susu dan perilaku sapi yang terlihat lesu.

Pertanda umum yang tampak pada saat sapi perah tercekam pada suhu sekitar 26,60

hingga 32,2 0C dan kelembaban udara berkisar antara 50 hingga 90 %, yaitu laju

respirasi yang cepat, berkeringat sebanyak-banyaknya, dan penurunan kira-kira 10%

pada produksi susu dan konsumsi pakan. Menurut Esmay (1982), kelembaban relatif

yang sesuai untuk lingkungan sapi perah adalah 50%. Sapi mudah terpengaruh oleh

kondisi lingkungan yang ekstrim dan perubahan lingkungan yang cepat pada

lingkungan ekstrim tersebut (Mader,2003).

Termoregulasi

Termoregulasi adalah pengaturan suhu tubuh yang bergantung kepada

produksi panas melalui metabolisme dan pelepasan panas tersebut ke lingkungan

(Esmay, 1982). Panas adalah sebuah bentuk energi yang ditransmisikan dari suatu

tubuh ke yang lainnya karena adanya perbedaan temperatur. Temperatur mengacu

pada kemampuan tubuh untuk menyerap panas. Energi didefinisikan sebagai

kapasitas untuk melakukan kerja (Esmay,1982). Etgen (1987) menyatakan, energi

dibutuhkan untuk mendukung fungsi normal tubuh ternak seperti respirasi,

pencernaan, dan metabolisme untuk pertumbuhan dan produksi susu. Pada hewan

Page 16: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

yang lebih aktif, lebih banyak energi yang dikeluarkan untuk mendukung

aktivitasnya dan faktor ekstrinsik yang paling besar mempengaruhi metabolisme

adalah temperatur (Scheer, 1963). Homeotermi adalah hasil dari keseimbangan

antara produksi panas dangan pelepasan panas (Gambar 1) dan faktor yang

mempengaruhi produksi panas adalah ukuran tubuh, spesies dan bangsa, faktor

lingkungan, pakan, dan air (Yousef,1984).

Dipengaruhi Oleh : Dipengaruhi Oleh : Sumber : Luas Permukaan Tubuh Hormon Kalorigenik Makanan Penutup Tubuh Produksi : Cadangan Tubuh Pertukaran Air Susu Fermentasi rumen/ Aliran Darah Daging sekum Lingkungan : Wool Lingkungan Suhu Aktivitas otot Kecepatan Angin Kebutuhan Pokok Kelembaban

Non Evaporasi Evaporasi Radiasi Respirasi Konveksi Kulit Konduksi

Pelepasan Panas Produksi Panas

Hipotermia Hipertermia

Normal Suhu Tubuh, 0C

Gambar 1. Suhu Tubuh sebagai Keseimbangan antara Pelepasan dengan Penerimaan Panas

Menurut Hensel (1981), karena ada kontinuitas produksi panas oleh tubuh,

maka keseimbangan hanya mungkin jika ada kontinuitas aliran panas pada perbedaan

temperatur antara tubuh dan lingkungan. Menurut Bligh (1984), pada regulasi

temperatur mamalia (Gambar 2), terdapat dua sensor suhu di dalam tubuh, yaitu

sensor panas dan sensor dingin, yang terdapat pada jaringan syaraf tepi dan syaraf

Page 17: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

pusat. Terdapat banyak efektor untuk menyesuaikan panas, diantaranya secara

otonom dan yang lain dengan adaptasi tingkahlaku, yang keduanya berbeda dalam

produksi panas dan pertukaran panas dengan lingkungan.

Sensor Panas cut

sc Efektor Pelepas Panas

ah CNS Jantung &

ah Paru -Paru

sc Efektor Produksi Panas

Sensor Dingin cut

Pembuluh Darah Arteri = umpan balik

Gambar 2. Skema Termoregulasi Temperatur pada Mamalia, dengan Dua Efektor Penyesuai, secara Otonom dan Tingkahlaku

Menurut Robertshaw (1984), homeotermi mensyaratkan produksi atau

penyerapan panas dari lingkungan harus sama dengan pelepasan panas ke

lingkungan, sebagaimana diindikasikan dengan persamaan :

M = ± K ± C ± R ± E

Keterangan :

M : Produksi panas metabolis C : Pertukaran Panas dengan Konveksi K : Pertukaran panas dengan konduksi R : Pertukaran Panas dengan Radiasi E : Pertukaran panas dengan evaporasi pertukaran panas dengan konduksi adalah pertukaran panas dari kulit ke lingkungan

dan melalui proses difusi. Kehilangan panas melalui konveksi berupa perpindahan

uap air di sekitar kulit ternak dan pergantian temperatur adalah hasil dari konduksi

panas dari kulit dengan uap air tersebut.

Menurut Hensel (1981), karena ada kontinuitas produksi panas oleh tubuh,

maka keseimbangan hanya mungkin jika ada kontinuitas aliran panas pada perbedaan

temperatur antara tubuh dan lingkungan. Transfer panas dengan konveksi dan

Page 18: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

evaporasi antara ternak dan lingkungan dipengaruhi oleh kecepatan angin

(Yousef,1984). Kecepatan angin tergolong rendah bila di bawah 4 m/s

(Gebremedhin,1984). Transfer panas melalui radiasi adalah transfer panas dengan

pertukaran gelombang elektromagnetik.

Menurut Morrison (1972), kesulitan dalam pelepasan panas dengan secara

sensible, menyebabkan ternak untuk melepas panas secara insensible (evaporasi).

Menurut Robertshaw (1984), sapi meningkatkan pengeluaran panas secara evaporasi

dengan panting dan sweating. Panting adalah peningkatan ventilasi respirasi dengan

pengeluaran panas serta meningkatkan ventilasi ruang mati (dead space). Bond dan

Mcdowell (2008) mengemukakan, evaporasi pada dasarnya dikontrol oleh ternak dan

stres panas yang secara tiba-tiba dapat segera menyebabkan proses fisiologis pada

sapi. Menurut Schmidt-Nielsen (1997), pada saat istirahat, hewan lebih toleransi

terhadap suhu tinggi.

Menurut Esmay (1982), salah satu cara mengurangi kehilanagan panas adalah

dengan mengurangi evaporasi. Produksi panas diatur oleh mekanisme seperti

menggigil, pergantian pada posisi otot, dan sekresi kelenjar endokrin yang

meningkatkan produksi panas. Produksi panas metabolis dihasilkan dari energi kimia

bahan makanan yang ditransfer menjadi energi panas. Keseimbangan panas menurut

Williamson dan Payne (1993) dipengaruhi oleh produksi panas metabolik (produksi

panas basal, panas dari pencernaan, panas dari aktivitas ternak, naiknya metabolisme

untuk proses produksi), panas yang hilang melalui evaporasi (kulit dan pernafasan),

dan panas yang hilang atau didapat dari makanan atau minuman, konduksi, konveksi,

dan radiasi.

Suhu Rektal

Suhu tubuh menunjukkan kemampuan tubuh untuk melepas dan menerima

panas (Esmay,1982). Pengukuran suhu tubuh pada dasarnya sulit dilakukan, karena

pengukuran suhu tubuh merupakan resultan dari berbagai pengukuran di berbagai

tempat (Schmidt-Nielsen, 1997). Menurut Robertshaw (1984), suhu tubuh atau suhu

inti (core temperature) dapat dihitung pada beberapa lokasi. Lokasi yang biasa

digunakan adalah rektal, karena cukup mewakilkan dan kondisinya stabil. Suhu inti

mendominasi penentuan suhu tubuh. Menurut Weeth dkk (2008), temperatur rektal

Page 19: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

dan kulit saat siang hari meningkat akibat dehidrasi, dan frekuensi respirasi dan

temperatur tubuh berfluktuasi lebih besar saat dehidrasi.

Menurut Kelly (1984), suhu tubuh yang diukur dengan termometer klinis

bukan indikasi dari jumlah total yang diproduksi, tetapi hanya merefleksikan

keseimbangan antara suhu yang diproduksi dengan suhu yang dilepaskan. Walaupun

temperatur rektal tidak mengindikasikan temperatur tubuh pada hewan, tetapi rektal

adalah tempat yang tepat untuk menginformasikan temperatur tubuh. Suhu rektal

ternak berumur di atas satu tahun berkisar 37,8 – 39,2 0C dan ternak dibawah satu

tahun berkisar 38,6 – 39,8 0C.

Denyut Jantung

Jantung adalah struktur otot (muscular) berongga yang bentuknya

menyerupai kerucut dan siklus jantung adalah urutan peristiwa yang terjadi selama

suatu denyut lengkap Faktor fisiologis yang mempengaruhi denyut jantung pada

hewan normal adalah spesies, ukuran, umur, kondisi fisik, jenis kelamin, tahap

kebuntingan, parturition, rangsangan, tahap laktasi, rangsangan, olah raga, posisi

tubuh, aktivitas sistem pencernaan, ruminasi,temperatur lingkungan (Frandson,

1992). Menurut Schmidt-Nielsen (1975), jantung memiliki suatu kapasitas yang

kompleks untuk berkontraksi tanpa stimulus eksternal.

Denyut jantung normal pada sapi dewasa adalah 55 - 80 kali/menit,

sedangkan pada pedet 100-120 kali/menit. Cara untuk mendeteksi denyut jantung

adalah dengan meraba arteri menggunakan jari hingga denyutan terasa. Pada sapi,

jika dalam kondisi tenang denyut jantung dapat dideteksi dari arteri pada rahang

bawah, arteri median, arteri koksigeal bagian tengah pada ekor, ± 10 cm di bawah

anus (Kelly,1984).

Ternak yang terekspos temperatur lingkungan yang sangat tinggi atau sangat

rendah dapat menyebabkan peningkatan denyut jantung. Mekanismenya adalah

peningkatan suhu darah yang secara langsung mempengaruhi jantung, yang juga

dipengaruhi oleh penurunan tekanan darah yang berasal dari vasodilatasi peripheral.

Proses terakhir adalah peningkatan jumlah adrenalin dan noradrenalin yang

disekresikan untuk pembentukan energi, dengan disertai sekresi hormon lainnya dari

kelenjar endokrin, sehingga menyebabkan peningkatan denyut jantung (Frandson,

1992). Berdasarkan penelitian Seath dan Miller (2008) diketahui bahwa, perubahan

Page 20: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

pada suhu udara memiliki efek yang relatif kecil terhadap denyut jantung, dengan

nilai korelasi sederhana dan parsial kurang dari 0,2.

Respirasi

Dua fungsi utama dari sistem respirasi adalah menyediakan oksigen untuk

darah, dan mengambil karbondioksida dari dalam darah. Fungsi-fungsi yang bersifat

sekunder meliputi membantu dalam regulasi keasaman cairan ekstraseluler dalam

tubuh, membantu pengendalian suhu, eliminasi air, dan pembentukan suara. Menurut

Ganong (1983), sistem respirasi (pada alveolus) dapat mengatur kelembaban dan

temperatur udara yang masuk (dingin atau panas) agar sesuai dengan suhu tubuh.

Sistem respirasi terdiri dari paru dan saluran-saluran yang memungkinkan udara

dapat mencapai dan meninggalkan paru (Frandson,1992). Pusat respirasi pada

burung dan mamalia adalah di medula yang sensitif terhadap perubahan pH,

temperatur darah, dan faktor-faktor lain (Duke, 1977). Medula adalah perpanjangan

dari otak yang terletak sepanjang ruas tulang belakang (Esmay, 1982).

Aktivitas respirasi ditandai dengan pergerakan tulang rusuk, tulang dada, dan

perut (merespon kontraksi paru-paru dan pergerakan diafragma), observasi aktivitas

respirasi lebih diutamakan saat ternak dalam posisi berdiri, karena posisi berbaring

akan mempengaruhi respirasi terlebih lagi pada ternak yang sedang sakit.

Pengontrolan frekuensi respirasi dengan cara berdiri pada salah satu sisi ternak, lalu

mengamati daerah dada dan perut, disarankan untuk mengobservasi ternak dari

kedua sisi, untuk mengetahui similaritas pergerakan kedua sisi (Kelly,1984).

Kegiatan Frekuensi respirasi normal pada ternak sapi dewasa adalah 10-30

kali /menit, sedangkan pada pedet sebanyak 15 - 40 kali/menit. Mekanisme respirasi

dikontrol di medula yang sensitif terhadap CO2 pada tekanan darah. Jika tekanan

meningkat sedikit, pernafasan menjadi lebih dalam dan cepat (Esmay,1982).

Peningkatan frekuensi respirasi terjadi ketika ada peningkatan permintaan oksigen

yaitu setelah olah raga, terekspos oleh suhu lingkungan dan kelembaban relatif yang

tinggi, dan kegemukan (Kelly,1984).

Produksi Susu

Menurut Frandson (1992), selama kebuntingan kadar progesteron, estradiol,

steroid adrenal, dan laktogen plasenta di dalam darah relatif tinggi, tetapi kadar

Page 21: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

prolaktin umumnya rendah. Hanya sedikit sajalah susu yang disekresi pada saat itu,

tetapi jaringan mamae tumbuh dengan aktif. Pada saat kelahiran, progesteron dan

esterogen turun sangat mendadak, sedangkan prolaktin terlepas dari adenohipofisis

untuk merangsang hipotalamus melepas hambatannya terhadap prolaktin. Prolaktin,

hormone pertumbuhan (STH), dan kortikoid adrenal adalah hormon-hormon esensial

guna memulai laktasi. Hormon yang berperan sebagai faktor utama saat ejeksi susu

adalah oksitosin.

Menurut Foley dkk (1972), Faktor yang mempengaruhi produksi susu adalah

genetik, nutrisi, tahap dan persistensi laktasi, selang waktu pemerahan, jumlah

pemerahan/hari, umur dan ukuran tubuh sapi, siklus estrus dan kebuntingan, periode

masa kering, lingkungan, penyakit dan obat-obatan. Menurut Sudono (2003),

produksi susu per hari mulai menurun setelah laktasi dua bulan.

Panas yang diproduksi oleh ternak laktasi sebanyak dua kali lipat

dibandingkan ternak yang tidak sedang laktasi. Produksi susu dan konsumsi pakan

berkurang secara otomatis untuk mengurangi produksi panas tubuh ketika temperatur

lingkungan meningkat. Penurunan selera makan adalah penyebab utama

berkurangnya produksi susu. Stress panas lebih berpengaruh terhadap ternak yang

berproduksi lebih tinggi. Produksi susu menurun ketika suhu udara meningkat

mendekati 25 0C pada sapi Holstein dan Brown Swiss. Temperatur lingkungan yang

optimal untuk produksi susu adalah sekitar 100C. Jumlah susu yang disekresikan oleh

bangsa sapi eropa menurun pada temperatur sekitar 210C. Penurunan produksi susu

karena stress panas lebih terlihat saat ternak berada pada pertengahan masa laktasi

(Yousef,1984).

Page 22: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian lapang dilaksanakan di Peternakan Rakyat Desa Cibogo dan

Langensari, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat pada bulan Juli hingga

Agustus 2007.

Materi

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah termometer bola basah dan

bola kering, anemometer digital (m/s), termometer klinis, stetoskop, stopwatch, dan

timbangan gantung (kg).

Ternak yang diteliti sebanyak 22 ekor yang dimiliki oleh sembilan peternak.

Kelompok ternak tersebut terdiri dari 7 ekor pedet, 2 ekor sapi dara, 4 ekor sapi

bulan laktasi pertama, 3 ekor sapi bulan laktasi keempat, 3 ekor sapi bulan laktasi

kelima, 3 ekor sapi bulan laktasi keenam. Sapi-sapi tersebut adalah milik sembilan

peternak yang tersebar di Desa Cibogo dan Langensari.

Prosedur

Pengambilan Data

Data penelitian didapat dengan mengukur dan menghitung kondisi unsur

cuaca dan respon fisiologis. Pengambilan data unsur cuaca dan respon fisiologis tiap

ekor ternak dilakukan pada pagi (06.45-07.45 WIBB), siang (12.45 – 13.45 WIBB),

dan sore (16.45 – 17.45 WIBB). Pengukuran respon fisiologis dan produksi susu

harian tiap ternak tersebut dilakukan sebanyak tiga kali, dengan interval pengukuran

sepuluh hari.

Denyut Jantung

Pengukuran denyut jantung dilakukan dengan mengukur jumlah detakan di

bagian dada kiri atas (dekat lengan) dengan menggunakan stetoskop atau dengan

menghitung denyutan pembuluh darah arteri pada ekor.

Penghitungan denyut jantung dengan cara menghitung waktu yang diperlukan

untuk sepuluh kali denyutan lalu dikonversi menjadi jumlah denyutan per menit.

hitungan diulang sebanyak tiga kali dalam setiap pengambilan data denyut jantung.

Data denyut jantung adalah rata-rata dari ketiga penghitungan.

Page 23: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

Frekuensi Respirasi

Penghitungan proses respirasi dilakukan dengan mengamati dan menghitung

frekuensi gerakan tulang rusuk, perut, dan atau rongga dada.

Penghitungan frekuensi respirasi dengan cara menghitung waktu yang

diperlukan untuk sepuluh kali respirasi, lalu dikonversi menjadi frekuensi respirasi

per menit. Penghitungan diulang sebanyak tiga kali dalam setiap pengambilan data

frekuensi respirasi. Data frekuensi respirasi adalah rata-rata dari ketiga penghitungan.

Suhu Rektal

Suhu rektal diukur dengan memasukkan termometer klinis ke rektal sapi

sedalam ± 10 cm selama ± 3 menit.

Suhu Udara Kandang

Suhu udara kandang diukur dengan menggunakan termometer bola kering.

Data suhu udara dicatat setelah termometer diletakan di dalam kandang minimal ± 3

menit.

Kelembaban Relatif

Kelembaban relatif dihitung dengan mengkonversi selisih nilai termometer

bola kering dan bola basah dengan nilai termometer bola kering. Data suhu

termometer bola basah dan bola kering dicatat setelah termometer diletakan dalam

kandang minimal ±3 menit.

Temperature Humidity Index (THI)

Menghitung THI dengan rumus Yousef (1984) :

THI = Tbk + (0,36 x Tbb) + 41,2

Tbk : Temperatur termometer bola kering

Tbb : Temperatur termometer bola basah

Kecepatan Angin

Kecepatan angin didapat dengan mengukur rata-rata kecepatan angin selama

± 3 menit di dalam kandang dengan menggunakan anemometer digital (m/s).

Page 24: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

Produksi Susu

Produksi susu didapat dengan cara menimbang susu yang dihasilkan tiap ekor

dengan satuan timbang yaitu kilogram. Waktu penimbangan sesuai dengan jadwal

peternak, pada pagi hari penimbangan antara pukul 04.00 - 04.45 WIBB, sedangkan

sore hari antara pukul 15.00 – 15.30 WIBB.

Model

Model yang digunakan dalam analisis pengaruh unsur cuaca terhadap respon

fisiologis adalah regresi linier. Persamaan regresi antara unsur cuaca terhadap respon

fisiologis ternak dikelompokkan berdasarkan perbedaan kondisi ternak (pedet, dara,

dan bulan laktasi) selama tiga periode pengambilan data. Data - data unsur cuaca dan

respon fisiologis yang digunakan dalam analisis korelasi dan regresi linier harian

selama penelitian adalah data rataan pada setiap waktu pengukuran (pagi, siang, dan

sore) tiap periode. Data-data yang digunakan untuk analisis korelasi dan regresi pada

waktu pagi, siang, dan sore adalah data hasil pengukuran pada waktu-waktu tersebut.

Analisis pertama yang dilakukan adalah analisis korelasi, apabila ada korelasi

signifikan dan yang tertinggi, maka akan dibuat persamaan regresinya.

Korelasi dan regresi dihitung dengan menggunakan rumus Walpole (1982) :

Analisis Korelasi :

rxy = n � xi yi – ( � xi ) ( � yi )

� {n � xi 2 – ( � xi )2}{n � yi 2 – ( � yi )2}

Analisis Regresi :

y = a + bx + e

Keterangan :

rxy : Korelasi antara pubah x dan y

Yi : Peubah prediktor (suhu udara, kelembaban relatif, kecepatan

angin, dan THI).

Xi : Peubah respon fisiologis (denyut jantung, frekuensi respirasi,

suhu rektal, dan Produksi susu).

Page 25: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

a : intersep

b : kemiringan garis regresi (koefisien prediktor)

n : jumlah sampel yang digunakan

� : jumlah

e : galat

Analisis Data

Fluktuasi unsur cuaca dan respon fisiologis dianalisis dengan menggunakan

nilai rata-rata, korelasi, dan persamaan regresi linier sederhana. Program komputer

yang digunakan dalam análisis tersebut adalah Microsoft Excel dan Minitab 14.12.

Page 26: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Unsur Cuaca Lokasi Penelitian

Rataan suhu udara pada pagi, siang, dan sore hari berturut-turut sebesar

16,27 0C, 23,64 0C, dan 21,05 0C. Kondisi tersebut masih sesuai untuk ternak sapi

perah. Rataan suhu udara pada pagi hari (16,27 0C) mendekati batas maksimal zona

nyaman / TNZ (16 0C). Menurut Yousef (1984), temperatur nyaman (TNZ) bagi sapi

perah adalah 0-16 0C dan rataan suhu udara yang masih dapat diterima oleh ternak

laktasi dan atau dalam waktu dua minggu setelah dikawinkan adalah 4-24 0C.

Menurut Foley dkk (1972), produksi susu dan konsumsi pakan berkurang secara

otomatis untuk mengurangi produksi panas tubuh ketika temperatur lingkungan

meningkat.

Kelembaban relatif di lokasi penelitian pada pagi, siang, dan sore hari

berturut-turut sebesar 80,14%, 74,59%, dan 80,26%. Kelembaban relatif tidak sesuai

untuk ternak perah karena masih cukup tinggi. Menurut Esmay (1982), kelembaban

relatif yang sesuai untuk lingkungan sapi perah adalah 50%. Rataan fluktuasi unsur

cuaca harian selama penelitian dan rataan pada pagi, siang, dan sore dapat dilihat

pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan Unsur Cuaca dan THI Lokasi Penelitian

Unsur Cuaca Waktu Pengukuran

Pagi Siang Sore

Suhu Udara (0C) 16.27 23.64 21.05

Kelembaban Relatif (%) 80.14 74.59 80.26

Kecepatan Angin (m/s) 0 0.5 0.41

THI 62.77 72.23 69.02

Kecepatan angin pada pagi hari yaitu 0 m/s. Rataan kecepatan angin pada

siang hari meningkat hingga mencapai 0,5 m/s. Rataan kecepatan angin di lokasi

penelitian relatif rendah, karena kecepatan angin di bawah 4 m/s tergolong rendah

(Gebremedhin,1984). Pada lokasi ini, penganginan tambahan untuk membantu

proses konveksi dan evaporasi diperlukan, karena rataan kelembaban relatif harian

cukup tinggi terutama pada pagi hari begitu juga suhu udara pada siang hari.

Menurut Yousef (1984), transfer panas dengan konveksi dan evaporasi antara ternak

Page 27: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

dan lingkungan dipengaruhi oleh kecepatan angin. Menurut Robertshaw (1984),

kehilangan panas melalui konveksi berupa perpindahan uap air di sekitar kulit ternak

dan perubahan temperatur adalah hasil dari konduksi panas antara kulit dengan uap

air tersebut. Pertukaran panas dengan konduksi adalah pertukaran panas dari kulit ke

lingkungan dan melalui proses difusi.

Menurut Johnson (1984), untuk mengevaluasi hubungan performa fisiologis

ternak terhadap lingkungan dengan cara menghitung indeks suhu dan kelembaban

(THI). Rataan THI harian (62,77) masih sesuai untuk lingkungan ternak sapi perah.

Rataan THI pada siang hari (72,23) sedikit melebihi batas angka THI yang sesuai

untuk lingkungan hidup sapi FH. Pennington, VanDevender (2004), dan Johnson

(1984) mengemukakan, angka THI sebesar 72 sebagai awal dari cekaman

lingkungan.

Deskripsi Respon Fisiologis Kelompok Ternak

Pada penelitian ini, rataan suhu rektal seluruh kelompok sapi normal. Pada

siang hari, rataan suhu rektal sebagian kelompok meningkat akibat pengaruh

peningkatan suhu udara kandang. Suhu udara kandang dapat mempengaruhi suhu

tubuh melalui mekanisme konduksi. Peningkatan suhu tubuh dapat diakibatkan juga

oleh radiasi. Menurut Weeth dkk (2008), temperatur rektal dan kulit saat siang hari

meningkat akibat dehidrasi, dan frekuensi respirasi dan temperatur tubuh berfluktuasi

lebih besar saat dehidrasi.

Rataan suhu rektal tertinggi yaitu pada kelompok pedet, sebesar 39,04 0C.

Menurut Kelly (1984), suhu rektal ternak yang berumur di atas satu tahun berkisar

antara 37,98 – 38,9 0C dan ternak di bawah satu tahun berkisar antara 38,43 – 39,06 0C. Rataan suhu rektal kelompok ternak bulan laktasi pertama (38,61 0C) lebih tinggi

dibanding bulan laktasi keempat (38,52 0C), kelima (38,5 0C), dan dara (38,41 0C).

Hal tersebut diduga karena metabolisme energi untuk proses produksi susu pada

bulan laktasi pertama lebih tinggi, sehingga produksi panas yang dihasilkan relatif

lebih tinggi juga. Faktor yang mempengaruhi produksi panas adalah ukuran tubuh,

spesies dan bangsa, faktor lingkungan, pakan, dan air (Yousef,1984). Menurut

Schmidt-Nielsen (1975), saat istirahat, hewan lebih toleransi terhadap suhu tinggi.

Rataan frekuensi respirasi dalam kisaran normal pada kelompok pedet (37

kali/menit) dan dara (29 kali/menit). Pada kelompok sapi laktasi, rataan frekuensi

Page 28: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

respirasi di atas kisaran normal (>30 kali/menit). Menurut Kelly (1984), frekuensi

respirasi normal pada sapi dewasa antara 10 – 30 kali/menit, sedangkan pada pedet

antara 15 – 40 kali/menit. Menurut Esmay (1982), mekanisme respirasi dikontrol di

medula yang sensitif terhadap CO2 pada tekanan darah, dan jika tekanan meningkat

sedikit, pernafasan menjadi lebih dalam dan cepat. Medula adalah perpanjangan dari

otak yang terletak sepanjang ruas tulang belakang. Peningkatan frekuensi respirasi

terjadi ketika ada peningkatan permintaan oksigen yaitu setelah olah raga, terekspos

oleh suhu lingkungan dan kelembaban relatif yang tinggi, dan kegemukan (Kelly,

1984). Rataan fluktuasi respon fisiologis selama penelitian dan rataan pada pagi,

siang, dan sore dapat dilihat pada Tabel 2.

Pada sapi laktasi, oksigen juga dibutuhkan dalam pembentukan energi untuk

sintesis susu. Menurut Robertshaw (1984), homeotermi mensyaratkan produksi atau

penyerapan panas dari lingkungan harus sama dengan pelepasan panas ke

lingkungan. Menurut Morrison (1972), kesulitan dalam pelepasan panas dengan cara

sensible, menyebabkan ternak untuk melepas panas secara insensible (evaporasi).

Menurut Robertshaw (1984), sapi meningkatkan pengeluaran panas secara evaporasi

dengan panting dan sweating.Hensel (1981) mengemukakan, aliran panas melalui

konduksi, konveksi, dan radiasi sesuai dengan perbedaan temperatur antara tubuh

dengan lingkungan.

Sebagian besar kelompok sapi memiliki frekuensi denyut jantung di luar

kisaran normal. Menurut Kelly (1984), kisaran denyut jantung normal pada sapi

dewasa adalah 55 - 80 kali/menit dan pada pedet adalah 100-120 kali/menit. Rataan

denyut jantung normal hanya pada kelompok sapi bulan laktasi pertama (75

kali/menit) dan kelima (80 kali/menit). Rataan denyut jantung kelompok sapi bulan

laktasi keenam adalah yang tertinggi dan berada di luar kisaran normal. Hal demikian

dipengaruhi oleh rataan suhu rektal dan frekuensi respirasi yang cukup tinggi. Rataan

frekuensi respirasi, suhu rektal, dan denyut jantung kelompok sapi bulan laktasi

keenam adalah yang tertinggi dalam kelompok sapi laktasi.

Rataan denyut jantung harian pada kelompok pedet berada di bawah kisaran

normal dan pada kelompok sapi bulan laktasi keempat dan keenam di atas kisaran

normal. Kondisi tersebut diduga karena kebutuhan nutrisi belum terpenuhi dengan

baik, sehingga menyebabkan denyut jantung tidak normal. Sebagian besar peternak

Page 29: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

yang sapinya diteliti belum menerapkan manajemen pemberian pakan berdasarkan

kondisi tubuh sapi. Menurut Cristoppherson (1984), denyut jantung dan aliran darah

lebih dipengaruhi oleh konsumsi pakan dan hasil proses fermentasi di rumen

memiliki efek terhadap aliran darah.

Tabel 2. Rataan Respon Fisiologis Kelompok Ternak Penelitian

Respon Fisiologis Kondisi Ternak Waktu Pagi Siang Sore

Suhu Rektal (0C) Pedet 38.47 38.83 39.04 Dara 37.98 38.38 38.85 Bulan Laktasi 1 38.21 38.73 38.9 Bulan Laktasi 4 38.33 38.54 38.68 Bulan Laktasi 5 38.4 38.37 38.72 Bulan Laktasi 6 38.38 38.79 38.86 Rataan 38.29 38.61 38.84

Frekuensi Respirasi Pedet 30 39 37

(Kali/menit) Dara 27 28 31

Bulan Laktasi 1 27 34 33

Bulan Laktasi 4 26 40 37

Bulan Laktasi 5 27 35 39

Bulan Laktasi 6 33 45 41

Rataan 28 37 36

Denyut Jantung Pedet 81 77 85 (Kali/menit) Dara 83 80 78

Bulan Laktasi 1 70 73 82

Bulan Laktasi 4 79 83 85

Bulan Laktasi 5 77 79 83

Bulan Laktasi 6 87 89 95

Rataan 79.5 80.08 84.58

Deskripsi Unsur Cuaca dan Respon Fisiologis Kelompok PFH Dara

Rataan suhu udara mengalami peningkatan dari 20,5 0C pada sepuluh hari

pertama menjadi 21 0C pada sepuluh hari kedua, dan menurun pada sepuluh hari

ketiga menjadi 19,33 0C. Kelembaban relatif sebaliknya menurun dari 77,67 % pada

sepuluh hari pertama menjadi 72,50 % pada sepuluh hari kedua, dan meningkat pada

sepuluh hari ketiga menjadi 81,83 %. Kondisi yang berlawanan antara kelembaban

relatif dan suhu udara disebabkan adanya pemuaian uap air ketika suhu udara

Page 30: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

meningkat, sehingga kelembaban relatif menurun. Kelembaban relatif adalah

perbandingan uap air aktual (yang terukur) dengan tekanan uap air dalam kondisi

jenuh (Lakitan, 1994).

Kecepatan angin pada kandang-kandang ternak dara relatif rendah.

Kecepatan angin menurun dari 0,52 m/s pada sepuluh hari pertama, menjadi 0,18

m/s pada sepuluh hari kedua dan 0,15 m/s pada sepuluh hari ketiga. Penurunan

kecepatan angin pada sepuluh hari kedua dan ketiga tersebut dipengaruhi

kelembaban relatif yang cukup tinggi. Kelembaban relatif pada sepuluh hari ketiga

meningkat, sehingga menyebabkan hujan di lokasi penelitian pada tiga hari terakhir

pengambilan data. Gambar 3 adalah grafik fluktuasi unsur cuaca (suhu udara,

kelembaban relatif, kecepatan angin, dan THI) pada kandang-kandang kelompok

dara setiap periode (10 hari) selama penelitian.

Fluktuasi suhu rektal dalam kondisi normal pada sepuluh hari pertama

(38,3 0C), kedua (38,45 0C), dan ketiga (38,47 0C). Rataan frekuensi respirasi juga

normal pada sepuluh hari pertama (25 kali/menit) dan ketiga (29 kali/menit),

sedangkan pada sepuluh hari kedua sedikit di atas normal (32 kali/menit). Hal

tersebut akibat dari pengaruh peningkatan rataan suhu udara pada sepuluh hari

kedua. Pusat respirasi pada burung dan mamalia adalah di medula yang sensitif

terhadap perubahan pH, temperatur darah, dan faktor-faktor lain (Duke, 1977).

Fluktuasi rataan denyut jantung kelompok dara berbeda dengan fluktuasi rataan suhu

rektal dan frekuensi respirasi. Menurut Schmidt-Nielsen (1975), jantung memiliki

suatu kapasitas yang kompleks untuk berkontraksi tanpa stimulus eksternal.

Fluktuasi respon fisiologis (denyut jantung, frekuensi respirasi, suhu rektal)

kelompok dara setiap periode (10 hari) selama penelitian dapat dilihat pada

Gambar 4.

Rataan suhu udara kandang kelompok ternak dara pada pagi hari sebesar

16,5 0C, lalu meningkat pada siang hari menjadi 23,5 0C dan menurun kembali

menjadi 20,83 0C pada sore hari. Fluktuasi tersebut hampir serupa dengan kondisi

kandang keseluruhan kelompok sapi penelitian, yaitu suhu udara pagi hari berada

relatif dekat dengan batas thermoneutral zone (16 0C) dan terjadi peningkatan suhu

udara pada siang hari mendekati batas acceptable zone (24 0C). Nilai THI pada siang

hari sebesar 71,83, angka tersebut mendekati daerah cekaman ringan yaitu 72.

Page 31: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

10 Hari Pertama 10 Hari Kedua 10 Hari Ketiga

Gambar 3. Grafik Rataan Fluktuasi Unsur Cuaca Kandang Kelompok Dara

Page 32: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

10 Hari Pertama 10 Hari Kedua 10 Hari Ketiga

Gambar 4. Grafik Rataan Respon Fisiologis Kelompok Dara

Fluktuasi kelembaban relatif berlawanan dengan suhu udara dan kecepatan

angin. Kecepatan angin paling tinggi pada siang hari (0,48 m/s), karena pada saat itu

kelembaban relatif paling rendah (71,83%). Pada saat kelembaban relatif lebih

rendah, maka kecepatan angin cenderung lebih tinggi, karena saat itu kandungan uap

air relatif rendah. Menurut Lakitan (1994), kelembaban adalah uap air di udara.

Kelembaban relatif adalah perbandingan uap air aktual (yang terukur) dengan

tekanan uap air dalam kondisi jenuh. Angin adalah massa udara yang bergerak akibat

perbedaan tekanan udara antara satu tempat dengan tempat lainnya. Gambar 5 adalah

grafik fluktuasi unsur cuaca kandang-kandang kelompok dara pada pagi, siang, dan

sore selama penelitian.

Page 33: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

Pagi Siang Sore

Gambar 5. Grafik Rataan Unsur Cuaca Kandang Kelompok Dara pada Pagi, Siang, dan Sore

Pola peningkatan denyut jantung, frekuensi respirasi, dan suhu rektal hampir

serupa, yaitu meningkat pada siang dan sore hari. Peningkatan pada siang hari

dipengaruhi oleh peningkatan suhu udara kandang. Suhu udara mempengaruhi

fungsi fisiologis tubuh ternak dengan mekanisme konduksi dan radiasi melalui kulit

ternak. Gambar 6 adalah grafik pola peningkatan rataan respon fisiologis tersebut.

Page 34: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

Pagi Siang Sore

Gambar 6. Grafik Rataan Respon Fisiologis Kelompok Dara pada Pagi, Siang, dan Sore

Pada sore hari terjadi peningkatan respon fisiologis (denyut jantung,

frekuensi respirasi, dan suhu rektal), akan tetapi peningkatannya lebih kecil

dibanding peningkatan dari pagi ke siang hari. Peningkatan dari siang ke sore hari

disebabkan adanya mekanisme homeotermi pada ternak sebagai efek dari

peningkatan suhu rektal pada siang hari yang dipengaruhi suhu udara kandang.

Homeotermi adalah hasil dari keseimbangan antara produksi panas dangan pelepasan

panas dan faktor yang mempengaruhi produksi panas adalah ukuran tubuh, spesies

dan bangsa, faktor lingkungan, pakan dan air (Yousef,1984).

Page 35: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

Pengaruh Unsur Cuaca terhadap Respon Fisiologis

Nilai korelasi antara suhu udara terhadap suhu rektal yang tertinggi yaitu

terhadap suhu rektal kelompok sapi bulan laktasi pertama (P < 0,01). Grafik regresi

antara suhu udara terhadap suhu rektal tersebut dapat dilihat pada Gambar 7, dengan

persamaan regresi YSuhu Rektal = 36,5 + 0,102 XSuhu Udara ( r = 0,822, rsq = 0,675, dan

rsq(adj) = 0,629). Berdasarkan persamaan regresi dapat diinterpretasikan bahwa

peningkatan atau penurunan suhu udara sebesar 1 0C dapat meningkatkan atau

menurunkan suhu rektal sebesar 0,102 0C.

Pengaruh tersebut terjadi karena perubahan suhu lingkungan cukup fluktuatif

pada setiap pengukuran, sehingga mempengaruhi fluktuasi suhu tubuh. Hal tersebut

sesuai pendapat Bligh (1984), bahwa perubahan temperatur lingkungan

mengakibatkan perubahan temperatur kulit dan aliran panas dari tubuh, selanjutnya

perubahan produksi panas mengakibatkan perubahan suhu jaringan. Menurut

Schmidt-Nielsen (1975), untuk menjaga suhu tubuh tetap konstan, hewan harus

menjaga kondisi kestabilan yaitu produksi panas metabolis sama dengan pelepasan

panas.

Menurut Esmay (1982), produksi panas metabolis dihasilkan dari energi

kimia bahan makanan yang ditransfer menjadi energi panas. Scheer (1963)

mengemukakan bahwa, pada hewan yang lebih aktif, lebih banyak energi yang

dikeluarkan untuk mendukung aktivitasnya dan faktor ekstrinsik yang paling besar

mempengaruhi metabolisme adalah temperatur. Berdasarkan hal tersebut, fluktuasi

suhu udara dapat mempengaruhi fluktuasi suhu tubuh dan suhu rektal, terutama pada

bulan laktasi pertama yang membutuhkan energi untuk sintesis susu lebih tinggi

dibanding pada bulan laktasi kelima dan keenam.

Unsur Cuaca yang paling berpengaruh terhadap respon fisiologis adalah suhu

udara, yaitu terhadap frekuensi respirasi kelompok sapi bulan laktasi keempat. Grafik

hubungan tersebut dapat dilihat pada Gambar 8, dengan persamaan regresi Yfrekuensi

respirasi = - 6,87 + 2,04 Xsuhu udara, (P < 0,01, r = 0,932, rsq = 0,868 rsq(adj) = 0,85).

Berdasarkan persamaan regresi dapat diinterpretasikan bahwa peningkatan atau

penurunan 1 0C suhu udara dapat meningkatkan atau menurunkan frekuensi respirasi

sebesar 2,04 kali/menit. Korelasi sangat kuat dan bersifat linier, sehingga

Page 36: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

peningkatan suhu udara sangat mempengaruhi peningkatan frekuensi respirasi (r =

0,932).

Suhu Udara (Celcius)

Suhu

Rek

tal (

Cel

cius

)

2423222120191817161514

39.0

38.8

38.6

38.4

38.2

38.0

Gambar 7. Grafik Regresi Linier antara Suhu udara terhadap Suhu Rektal Kelompok Bulan Laktasi Pertama

Suhu udara paling berpengaruh terhadap frekuensi respirasi, karena salah

satu fungsi sekunder sistem respirasi adalah menstabilkan panas tubuh. Menurut

Mader (2003), sapi mudah terpengaruh oleh kondisi lingkungan yang ekstrim dan

perubahan yang cepat pada lingkungan ekstrim tersebut.

Pada penelitian ini, rataan produksi susu kelompok sapi bulan laktasi

keempat merupakan yang tertinggi dibanding kelompok sapi bulan laktasi pertama,

kelima, dan keenam. Stres panas lebih berpengaruh terhadap ternak yang

berproduksi lebih tinggi (Foley dkk, 1972). Etgen (1987) menyatakan, energi

dibutuhkan untuk mendukung fungsi normal tubuh ternak seperti respirasi,

pencernaan, dan metabolisme untuk pertumbuhan dan produksi susu. Produksi susu

yang lebih tinggi menyebabkan panas tubuh metabolis yang diproduksi juga lebih

tinggi, sehingga frekuensi respirasi lebih berfluktuasi untuk menjaga kestabilan

panas di dalam tubuh. Stres panas secara tiba-tiba dapat segera mempengaruhi

proses fisiologis pada sapi (Bond dan McDowell, 2008). Menurut Hensel (1981),

karena ada kontinuitas produksi panas oleh tubuh, maka keseimbangan hanya

Page 37: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

mungkin jika ada kontinuitas aliran panas pada perbedaan temperatur antara tubuh

dan lingkungan.

S u h u Uda r a (C e l c i u s )

Res

pira

si/M

beni

t

2 42 32 22 12 01 91 81 71 61 5

4 5

4 0

3 5

3 0

2 5

Gambar 8. Grafik Regresi Linier antara Suhu udara terhadap Frekuensi Respirasi Kelompok Bulan Laktasi Keempat

Pada penelitian ini, denyut jantung sapi tidak signifikan dipengaruhi oleh

unsur cuaca. Gambar 9 adalah grafik regresi linier antara unsur cuaca terhadap

denyut jantung kelompok sapi bulan laktasi pertama, yang memiliki nilai korelasi

tertinggi diantara kelompok sapi penelitian (r = 0,173, rsq(adj) = 0,001, rsq = 0,03),

dengan persamaan regresi YDenyut Jantung = 65,2 + 0,492 Xsuhu udara.

S u h u U da r a (C e l c i u s )

Den

yut J

antu

ng/M

enit

2 42 32 22 12 01 91 81 71 61 5

9 0

8 5

8 0

7 5

7 0

Gambar 9. Grafik Regresi Linier antara Suhu Udara terhadap Denyut Jantung Kelompok Bulan Laktasi Pertama

Page 38: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

Kondisi tersebut hampir serupa dengan penelitian Seath dan Miller (2008)

bahwa, perubahan pada suhu udara memiliki efek yang relatif kecil terhadap denyut

jantung, dengan nilai korelasi sederhana dan parsial kurang dari 0,2. Faktor fisiologis

yang mempengaruhi denyut jantung pada hewan normal adalah spesies, ukuran,

umur, kondisi fisik, jenis kelamin, tahap kebuntingan, parturition, tahap laktasi,

rangsangan, olah raga, posisi tubuh, aktivitas sistem pencernaan, ruminasi,temperatur

lingkungan (Frandson, 1992).

Pengaruh Suhu Rektal terhadap Denyut Jantung dan Frekuensi Respirasi

Korelasi antara suhu rektal terhadap frekuensi respirasi yang tertinggi dadalah

pada kelompok pedet. Persamaan regresinya pada kelompok pedet adalah YFrekuensi

Respirasi = -409 + 11,4 XSuhu Rektal (P < 0,05, r = 0,771, rsq= 0,594, rsq(adj) = 0,536).

Persamaan tersebut dapat diinterpretasikan yaitu, peningkatan 1 0C suhu rektal dapat

meningkatkan frekuensi respirasi sebanyak 11,4 kali/menit. Grafik regresi tersebut

dapat dilihat pada Gambar 10. Pada kelompok pedet suhu rektal cukup fluktuatif

karena pengaruh fluktuasi suhu udara kandang (r = 0,709). Fluktuasi suhu rektal

tersebut mempengaruhi fluktuasi respirasi untuk menjaga stabilitas suhu tubuh,

termasuk suhu rektal. Menurut Ganong (1983), sistem respirasi (pada alveolus) dapat

mengatur kelembaban dan temperatur udara yang masuk (dingin atau panas) agar

sesuai dengan suhu tubuh. Menurut Frandson (1992), fungsi-fungsi yang bersifat

sekunder dari sistem respirasi meliputi pengendalian suhu, regulasi keasaman cairan

ekstraseluler dalam tubuh, eliminasi air, dan fonasi (pembentukan suara).

Suhu rektal tidak berpengaruh signifikan terhadap denyut jantung. Nilai

determinasi suhu rektal terhadap denyut jantung pada kelompok sapi bulan laktasi

pertama adalah yang tertinggi dibandingkan kelompok lain, dengan persamaan

regresi YDenyut Jantung = -305 + 9,86 XSuhu Rektal (r = 0,636; rsq = 0,405; rsq(adj) = 0,32).

Gambar 11 adalah grafik regresi liniernya. Korelasi antara suhu rektal dan denyut

jantung yang tidak signifikan diduga akibat sistem homeotermi ternak yang sudah

cukup baik dengan mengatur frekuensi respirasi, serta kondisi denyut jantung yang

diduga lebih dipengaruhi oleh pakan, dan sifat otonom dari organ jantung tersebut.

Nilai korelasi antara suhu udara dengan denyut jantung (r = 0,375) mendekati

setengah nilai korelasi antara suhu rektal dengan denyut jantung ( r = 0,636).

Korelasi antara suhu udara dengan denyut jantung juga lebih rendah dibanding nilai

Page 39: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

korelasi antara suhu udara terhadap suhu rektal (r = 0,822) dan frekuensi respirasi (r

= 0,932). Hal tersebut dapat mengindikasikan konduksi dan radiasi panas lingkungan

lebih dahulu mempengaruhi suhu rektal dan frekuensi respirasi,sebelum

mempengaruhi denyut jantung.

S u h u R e k tal (C e lc iu s )

Res

pira

si/M

enit

�� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ��� ��� ���� ��

��

��

��

��

��

��

Gambar 10. Grafik Regresi Linier antara Suhu Rektal terhadap Frekuensi Respirasi Kelompok Pedet

S uhu R e k tal (C e lc ius )

Den

yut J

antu

ng/M

enit

�� ���� ���� ���� ��� ���� ��

��

��

��

Gambar 11. Grafik Regresi Linier antara Suhu Rektal terhadap Denyut Jantung Kelompok Bulan Laktasi Pertama

Page 40: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

Pengaruh Unsur Cuaca terhadap Respon Fisiologis Kelompok Sapi Bulan Laktasi Keempat pada Pagi, Siang, dan Sore

Unsur cuaca pada pagi dan siang hari tidak berpengaruh signifnikan terhadap

respon fisiologis kelompok sapi bulan laktasi keempat. Pada sore hari, unsur cuaca

yang paling berpengaruh terhadap respon fisiologis adalah kelembaban relatif.

Kelembaban relatif sore paling berpengaruh terhadap suhu rektal (rsq = 0,64, rsq(adj) =

0,588, P < 0,05 ), dengan persamaan regresi yaitu, Ysuhu rektal = 40,5 – 0,023

XKel.Relatif. Persamaan tersebut mengindikasikan bahwa, peningkatan kelembaban

relatif pada sore hari cenderung menurunkan suhu rektal (berbanding terbalik). Pada

sore hari kelembaban relatif cenderung meningkat, sebaliknya suhu udara menurun.

Pada saat tersebut konduksi panas dari tubuh ke udara kandang lebih mudah,

sehingga saat sore suhu rektal dapat turun kembali setelah terekspos oleh

peningkatan suhu udara siang hari. Berdasarkan hal tersebut pada sore hari

kelembaban relatif berkorelasi negatif terhadap suhu rektal. Gambar 12 adalah

gambar grafik regresi linier antara kelembaban relatif dengan suhu rektal kelompok

sapi bulan laktasi keempat.

Kelembaban Relatif (% )

Suhu

Rek

tal (

Cel

cius

)

������������

����

����

����

����

���

����

Gambar 12. Grafik Regresi Linier antara Kelembaban Relatif terhadap Suhu Rektal Sore Kelompok Bulan Laktasi Keempat.

Page 41: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

Pengaruh Unsur Cuaca terhadap Produksi Susu

Pada penelitian ini, jumlah produksi susu tertinggi adalah pada kelompok

sapi bulan laktasi pertama, karena kelompok tersebut memiliki jumlah ternak

terbanyak (empat ekor). Rataan produksi susu tertinggi ialah pada kelompok sapi

bulan laktasi keempat. Hal tersebut dikarenakan pada kelompok bulan laktasi

keempat ternak baru melewati masa puncak laktasi dan konsumsi bahan kering lebih

tinggi dibanding pada bulan laktasi pertama, kelima, dan keenam. Menurut Etgen

dkk (1987), bulan laktasi keempat termasuk dalam fase awal laktasi. Menurut

Sudono, dkk (2003), produksi susu per hari mulai menurun setelah masa laktasi dua

bulan. Rataan produksi susu kelompok bulan laktasi kelima menurun menjadi 8,53

kg, begitupun pada bulan laktasi keenam hingga mencapai rataan produksi yang

terendah (7,73 kg) pada penelitian ini. Penurunan produksi susu karena stress panas

lebih terlihat saat ternak berada pada pertengahan masa laktasi (Yousef,1984).

Menurut Foley, dkk (1972), Faktor yang mempengaruhi produksi susu adalah

genetik, nutrisi, tahap dan persistensi laktasi, selang waktu pemerahan, jumlah

pemerahan/hari, umur dan ukuran tubuh sapi, siklus estrus dan kebuntingan, periode

masa kering, lingkungan, penyakit, dan obat-obatan. Tabel 3 adalah data rataan

produksi susu selama penelitian pada pagi dan sore.

Tabel 3. Rataan Produksi Susu pada Pagi dan Sore Hari

Kondisi Ternak Produksi Susu Pagi Sore Bulan Laktasi 1 9,73 7,47 Bulan Laktasi 2 10,08 7,79 Bulan Laktasi 3 8,53 7,28 Bulan Laktasi 4 7,37 5,12

Unsur cuaca yang paling berpengaruh terhadap produksi susu pada penelitian

ini adalah kelembaban relatif. Gambar 13 adalah grafik regresi linier antara

kelembaban relatif terhadap produksi susu pagi hari kelompok sapi perah bulan

laktasi keempat, dengan persamaan regresi YProduksi Susu = 22,3 – 0,147 XKelembaban relatif

pagi (r = -0,744, P < 0,05, dan rsq(adj) = 0,489). Persamaan tersebut dapat

diinterpretasikan bahwa, peningkatan satu satuan RH dapat menurunkan produksi

susu sebanyak 0,147 kg.

Page 42: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

K e l e m ba ba n R e l a ti f

Prod

Sus

u (K

g)

9 0858 07570

� � ��

� � �

� � ��

� � �

� � ��

� �

� ��

Gambar 13. Grafik Regresi Linier antara Kelembaban Relatif terhadap Pro- duksi Susu Pagi Kelompok Bulan Laktasi Keempat

Hal tersebut diduga karena kelembaban relatif kurang sesuai dan cukup tinggi

(80,14%), sehingga menghambat proses evaporasi dan konveksi. Hambatan proses

evaporasi dan konveksi dapat menghambat pelepasan panas pada tubuh ternak. Panas

tubuh yang tidak sesuai dapat mengganggu mekanisme produksi susu, sehingga pada

penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, kelembaban relatif berkorelasi negatif

terhadap produksi susu (r = - 0,744).

Sapi FH menurut Johnson (1984) dapat menghasilkan susu secara maksimal

apabila lingkungan hidupnya berada pada kisaran angka THI antara 35 – 72.

Pertanda umum yang tampak saat sapi perah tercekam pada suhu antara 26,6 – 32,2 0C dan kelembaban udara antara 50-90 % yaitu, laju respirasi yang cepat, berkeringat

sebanyak – banyaknya, dan penurunan kira-kira 10% pada produksi susu dan

konsumsi pakan (Pennington dan VanDevender, 2004).

Page 43: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Frekuensi respirasi dan suhu rektal paling dipengaruhi oleh suhu udara.

Produksi susu paling dipengaruhi oleh kelembaban relatif. Pada siang hari, kondisi

cuaca berpotensi menyebabkan cekaman ringan pada ternak.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui efektivitas teknis dan

ekonomis melalui manipulasi iklim mikro dan manipulasi pemberian pakan.

Page 44: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas karunia dan

rahmatNya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam

diperuntukkan kepada Rasulullah SAW beserta para sahabat, keluarga, dan orang-

rang shaleh yang selalu meneladaninya.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada kedua

orang tuaku, ibu dan bapak, atas kasih sayang terbaiknya yang selalu dicurahkan

kepada penulis. Kepada adik-adikku (Emil Rakhman, Evan Rakhman, Arif

Rakhman), atas keceriaannya. Kepada Prof. Dr. Ir. Iman Rahayu H S, M.S. atas

bimbingannya kepada penulis selama pendidikan di IPB. Kepada Dr. Ir. Bagus P

Purwanto, M. Agr., sebagai pembimbing utama skripsi, dan Ir. Andi Murfi, M.Si.,

sebagai pembimbing anggota, atas bimbingan, kesabaran, dan ilmu yang diberikan

dalam pembuatan konsep penelitian, makalah seminar, hingga penyelesaian

penulisan skripsi. Kepada Ir. Kukuh Budi S, M.S., Ahmad Yani, S.T.P., M.Si., Dr.

Despal, S.Pt., M.Si., atas saran - saran yang diberikan dalam penulisan skripsi.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Cece Sumantri,

M.Agr., atas bantuan penyediaan proyek penelitian dan Iyep Komala, S.Pt., atas

bimbingannya selama penelitian di Lembang. Kepada keluarga besar Bapak Emir di

Gunung Putri dan keluarga besar Ibu Ai di Langensari, Lembang, atas perhatian dan

bantuan penginapan yang diberikan kepada penulis ketika melakukan penelitian

lapang. Kepada pihak KPSBU, terutama Korwil Gunung Puteri dan Cibogo (Bpk.

Dede Wawan dan Bpk. Deden). Kepada teman-teman penelitian (Nia K, Andri S, M

Alfian, Nasrullah, Yongki W P, Fitria A, Riva T, Yuni F, Oktarianti D P, Fitria B Y,

Mira S, Anis A, Yeni M, Ayu P, Irma R), atas kekompakannya. Kepada seluruh

civitas akademika Fakultas Peternakan IPB, khususnya teman-teman TPT 41 atas

kebersamaannya dalam menyelesaikan pendidikan sarjana selama empat tahun.

Kepada teman-teman BEM KM 2005-2006, HIMAPROTER 2006-2007, Saroji,

Abdi R R, Joko S, Saefan J, Yogi S, Mas Yudi A, G Tomiandri, Mas Indra, Sutanto,

Akh Triono, Akh Komaruddin, S.Pt., Akh Mohammad Hatta, S.Hut., M.Si

(Murobbiku), dan semua teman-temanku atas dukungan dan motivasinya dalam

menyelesaikan skripsi.

Page 45: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

DAFTAR PUSTAKA

Bond, J. dan R. E. Mcdowell. 2008. Reproductive performance and physiological responses of beef females as affected by a prolonged high environmental temperature. http://jas.fass.org.[10 Maret 2008].

Duke, G.E. 1977. Respiration in Birds. Dalam : M. J. Swenson (Editor). Duke’s Physiology of Domestic Animals, Review of Medical Physiology, Edisi Ke-9. Cornell University Press, London.

Esmay, M.L. 1982. Principles of Animal Environmental. AVI Publishing Company Inc.,Connecticut.

Etgen, W. M., R.E.James, dan P. M. Reaves. 1987. Dairy Cattle and Feeding Management. John Wiley Sons, Canada.

Foley, R. C., D. L. Bath., F. N. Dickinson., H. A. Tucker. 1972. Dairy Cattle : Principles, Practices, Problems, Profits. LEA & Febiger, Philadelphia.

Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Terjemahan : B. Srigandono dan K. Praseno. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Ganong. 1983. Review of Medical Physiology. Edisi Ke-11. Lange Medical Publication, California.

Gebremedhin, K. G. 1984. Heat Exchange Between Livestock and Environment. Dalam : M .K. Yousef (Editor). Stress Physiology of Livestock, Volume I : Basic Principle. CRC Press Inc., Florida.

Handoko.1993. Klimatologi Dasar : Landasan Pemahaman Fisika Atmosfer dan Unsur-Unsur Iklim. GFM-FMIPA IPB, Bogor.

Hensel, H. 1981. Thermoreception and Temperature Regulation. Academic Press Inc., New York.

Johnson, H.D. 1984. Physiology Respons and Productivity of Cattle. Dalam : M.K.Yousef (Editor). Stress Physiology of Livestock, Volume II : Ungulates. CRC Press Inc., Florida.

Kelly,W.R. 1984. Veterinary Clinical Diagnosis. Bailliere Tindall, London.

KPSBU. 2007. 35 Years of KPSBU. KPSBU, Bandung.

Lakitan, B. 1994. Dasar - Dasar Klimatologi. P.T. Raja Grafindo, Jakarta.

Mader, T. L. 2003. Environmental Stress in Confined Beef Cattle. http://jas.fass.org/ cgi/ content/full/81/14 suppl 2/E110.

Page 46: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

Pennington, J.A. dan K.VanDevender. 2004. Heat Stress in Dairy Cattle. http://www.uaex.edu/other areas/publication/html.[19 Mei 2004].

Robertshaw, K. G. 1984. Heat Loss of Cattle. Dalam : M.K. Yousef (Editor). Stress Physiology of Livestock, Volume I : Basic Principle. CRC Press Inc., Florida.

Scheer , B.T. 1963. Animal Physiology. John Wiley & Sons, Inc., Oregon.

Schmidt-Nielsen, K. 1997. Animal Physiology : Adaptation and Environment. 5th Edition. Cambridge University Press, Cambridge.

Seath, D. M. dan G. D. Miller. 2008. The relative importance of high temperature and high humidity as factors influencing respiration rate, body temperature, and pulse rate of dairy cows. J.Dairy Sci. [23 Juli 2008].

Sudono, A., R. F. Rosdiana, dan B. S. Setiawan. 2003. Beternak Sapi Perah secara Intensif. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Sutardi, T. 1981. Sapi Perah dan Pemberian Makanannya. Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Walpole, R. E. 1995. Pengantar Statistika. Edisi ke-3. PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.

Weeth, H. J., J. E. Hunter, dan E. L. Piper. 2008. Effect of Salt Water Dehydration on Temperature, Pulse, and Respiration of Growing Cattle. http://jas.fass.org.[10 Maret 2008].

Williamson, G dan W.J.A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Terjemahan: SGN D. Darmadja. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Yousef, M.K. 1984a. Heat Production : Mechanisms and Regularion. Dalam : M.K.Yousef (Editor). Stress Physiology of Livestock, Volume I : Basic Principle. CRC Press Inc., Florida.

-----------------. 1984d. Thermoneutral Zone. Dalam : M. K. Yousef (Editor). Stress Physiology of Livestock, Volume I : Basic Principle. CRC Press Inc., Florida.

-----------------. 1984b. Measurement of Heat Production and Heat Loss. Dalam : M. K. Yousef (Editor). Stress Physiology of Livestock, Volume I : Basic Principle. CRC Press Inc., Florida.

-----------------. 1984c. Thermal Environment. Dalam : M. K. Yousef (Editor). Stress Physiology of Livestock, Volume I : Basic Principle. CRC Press Inc., Florida.

Page 47: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

LAMPIRAN

Page 48: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

Lampiran 1. Nilai Korelasi antara Unsur Cuaca dan Respon Fisiologis

Suhu Kelembaban Kecepatan Kondisi Ternak Udara Relatif Angin THI

Pedet Denyut Jantung (-)0,284 0,621 (-)0,016 (-)0,258 Frekuensi Respirasi 0,858** (-)0,327 0,704* 0,848** Suhu Rektal 0,709* (-)0,046 0,726* 0,716* Dara Denyut Jantung (-)0,104 0,079 0,043 (-)0,089 Frekuensi Respirasi 0,228 (-)0,137 (-)0,13 0,22 Suhu Rektal 0,488 0,161 0,359 0,515 Bulan Laktasi Pertama Denyut Jantung 0,236 (-)0,264 0,334 0,258 Frekuensi Respirasi 0,739* 0,03 0,66 0,737* Suhu Rektal 0,822** (-)0,436 0,846** 0,835** Bulan Laktasi Keempat Denyut Jantung 0.375 -0.055 -0.038 0.363 Frekuensi Respirasi 0.932* -0.242 0.658 0.931* Suhu Rektal 0.318 -0.082 0.487 0.302 Bulan Laktasi Kelima Denyut Jantung -0.005 -0.205 0.344 -0.026 Frekuensi Respirasi 0.726* 0.217 0.264 0,731* Suhu Rektal 0.218 0.238 0.444 0.254 Bulan Laktasi Keenam Denyut Jantung 0.353 0.113 -0.097 0.341 Frekuensi Respirasi 0.746* -0.374 0.795* 0.75* Suhu Rektal 0.555 -0.37 0.238 0.576

Keterangan :

* = Signifikan

** = Sangat signifikan

Page 49: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

Lampiran 2. Nilai Korelasi antara Unsur Cuaca dan Produksi Susu

Suhu Kondisi Ternak Udara

Kelembaban Relatif

Kecepatan Angin THI

Bulan Laktasi Pertama Produksi Susu Pagi 0,257 -0,213 - 0,271 Produksi Susu Sore 0,065 -0,12 0,17 0,006 Bulan Laktasi Keempat Produksi Susu Pagi -0,361 (-)0,744* - -0,384 Produksi Susu Sore -0,366 -0,447 -0,151 -0,452 Bulan Laktasi Kelima Produksi Susu Pagi 0,244 0,187 - 0,228 Produksi Susu Sore -0,265 0,203 0,055 -0,265 Bulan Laktasi Keenam Produksi Susu Pagi 0,092 0,314 - 0,065 Produksi Susu Sore 0,26 -0,304 -0,357 0,307

Page 50: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

Lampiran 3. Nilai Korelasi antara Suhu Rektal terhadap Denyut Jantung dan Frekuensi Respirasi

Kondisi Ternak Denyut Jantung Frekuensi Respirasi

Pedet 0,234 0,771 Dara 0,177 0,426 Bulan Laktasi Pertama 0,636 0,671 Bulan Laktasi Keempat 0,317 0,37 Bulan Laktasi Kelima 0,397 0,644 Bulan Laktasi Keenam 0,229 0,061

Page 51: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

Lampiran 4. Hasil Pengukuran Unsur Cuaca dan Respon Fisiologis Kelompok Pedet

Periode HR RR RT Tdb RH Va THI

Pertama

Pagi 83 19 38,7 13 77 0 58 97 28 38,2 13 77 0 58 100 27 38,3 13 77 0 58 91 33 38,2 17 80 0 64 73 23 38,7 15 78 0 61 91 31 38,3 18 71 0 65 65 30 38 17 90 0 64 82 29 39,1 21 73 0,6 69 Siang 65 25 38,5 24 68 0,8 72 82 39 38,7 24 68 0,8 72 82 50 38,7 25 84 0 75 76 43 38,8 26 37 0,2 73 91 32 38,9 23 91 1,3 72 72 37 39,1 24 75 0,4 73 86 30 39 19 81 0,6 66 Sore 79 41 39 21 73 0,3 69 89 47 39,5 21 73 0,3 69 100 31 38,4 21 91 0,4 69 79 37 39,3 21 57 0,4 68 94 35 38,4 20 91 0,6 68 60 31 39,1 22 82 0,5 70 Kedua

Pagi 79 25 38,7 18 71 0 65 72 25 38,2 19 72 0 66 75 32 38,5 19 72 0 66 86 35 39 16 79 0 62 75 42 39,9 14 78 0 60 91 25 38,4 16 79 0 62 76 44 38,7 19 81 0 66 70 23 38,5 23 91 1,3 72 Siang 70 42 38,7 24 91 0,3 74 86 37 40 24 91 0,3 74 113 36 39 24 75 0,8 73 82 46 38,6 23 83 1,1 72 82 23 38,9 25 68 0,2 74 67 41 38,7 25 68 0,3 74 72 32 39,3 20 91 0,6 68 Sore 67 45 38,4 21 82 0,6 69 86 47 39 21 82 0,6 69

Page 52: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

Lampiran 4. Hasil Pengukuran Unsur Cuaca dan Respon Fisiologis Kelompok Pedet (lanjutan)

Periode HR RR RT Tdb RH Va THI 113 41 39 22 82 0,3 70 95 38 38.7 21 73 0,6 69 75 34 39.2 21 82 0,3 69 Ketiga Pagi 86 35 38.9 18 80 0 65 65 37 37.9 14 89 0 60 86 23 38.3 14 89 0 60 91 33 38.3 17 80 0 64 67 27 38.1 15 89 0 61 86 27 38 14 78 0 60 76 27 38.4 16 89 0 63 Siang 73 39 38.9 22 82 0,6 70 82 26 38.6 24 68 0,4 72 75 27 38.7 24 68 0,4 72 95 58 38.7 26 69 0,2 75 50 50 38.6 24 75 0,2 73 79 27 38.7 24 60 0,4 72 75 61 39 24 83 0,2 73 Sore 73 33 39 21 91 0,6 69 82 29 39.2 21 91 0,3 69 91 41 39.5 21 91 0,3 69 95 45 38.9 21 82 0,3 69 72 30 39.1 22 74 0,2 70 107 37 38.9 20 81 0,2 68 86 45 39.1 23 83 0,2 72

Keterangan :

1. HR = Denyut Jantung 2. RR = Frekuensi Respirasi 3. RT = Suhu Rektal 4. Tdb = Suhu Udara 5. RH = Kelembaban Relatif 6. Va = Kecepatan Angin 7. THI = Temperature-Humidity Index

Page 53: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

Lampiran 5. Hasil Pengukuran Unsur Cuaca dan Respon Fisiologis Kelom- pok Dara

Periode HR RR RT Tdb RH Va THI Pertama Pagi 98 24 37.6 18 71 0 65 105 20 38.2 17 80 0 64 Siang 72 29 38.4 23 91 1.3 72 105 20 38.5 24 60 0.7 72 Sore 72 30 38.3 20 91 0.6 68 75 29 38.8 21 73 0.5 69 Kedua Pagi 72 27 38.1 16 79 0 62 75 33 38.3 17 80 0 64 Siang 70 26 38.5 25 68 0.2 74 75 39 38.1 25 61 0.1 73 Sore 70 26 39 21 73 0.6 69 79 41 38.7 22 74 0.2 70 Ketiga Pagi 70 38 37.5 14 78 0 60 79 21 38.2 17 90 0 64 Siang 79 29 38.7 24 60 0.4 72 79 26 38.1 20 91 0.2 68 Sore 95 27 39.4 20 81 0.2 68 79 33 38.9 21 91 0.1 69

Page 54: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

Lampiran 6. Hasil Pengukuran Unsur Cuaca dan Respon Fisiologis Kelom- pok Bulan Laktasi 1

Periode HR RR RT Ta RH Va THI Pertama Pagi 94 22 38.5 13 77 0 58 65 14 37.9 13 77 0 58 65 27 38.4 13 77 0 58 70 21 38.4 17 80 0 64 Siang 76 24 38.6 21 77 0.6 69 70 32 39.1 24 73 0.8 72 82 49 38.5 24 81 0.8 72 70 21 38.5 24 77 0.7 72 Sore 95 32 38.9 19 73 0.6 66 84 32 39.2 21 68 0.3 69 79 42 39 21 68 0.3 69 75 21 38.9 21 60 0.5 69 Kedua Pagi 61 23 38.3 18 71 0 65 70 19 38.1 19 72 0 66 70 34 38.3 19 72 0 66 79 30 38.4 17 80 0 64 Siang 62 31 38.9 23 68 1.3 72 79 46 39.5 24 73 0.3 74 72 45 38.3 24 77 0.3 74 79 24 38.7 25 68 0.1 73 Sore 62 24 38.4 20 91 0.6 68 86 46 39.1 21 91 0.6 69 75 49 39.3 21 91 0.6 69 79 37 38.6 22 61 0.2 70 Ketiga Pagi 75 39 38.1 18 80 0 65 58 37 37.8 14 89 0 60 62 26 38 14 89 0 60 75 26 38.3 17 90 0 64 Siang 82 31 38.9 22 73 0.6 70 67 26 38.7 24 80 0.4 72 65 50 38.9 24 60 0.4 72 67 27 38.1 20 73 0.2 68 Sore 82 28 38.7 21 82 0.6 69 91 29 38.8 21 68 0.3 69 91 33 38.9 21 68 0.3 69 87 28 39 21 91 0.1 69

Page 55: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

Lampiran 7. Hasil Pengukuran Unsur Cuaca dan Respon Fisiologis Kelom- pok Bulan Laktasi 4

Periode HR RR RT Ta RH Va THI Pertama Pagi 68 29 39.4 15 78 0 61 86 17 38.5 13 77 0 58 82 33 38.3 18 80 0 65 Siang 75 39 38.5 26 37 0.2 73 98 33 38.4 21 73 0.6 69 80 50 38.6 24 75 0.4 73 Sore 79 45 39.1 21 57 0.4 68 100 19 38.6 19 81 0.6 66 70 36 38.8 22 82 0.5 70 Kedua Pagi 75 27 37.9 14 78 0 60 79 13 37.6 18 71 0 65 75 37 38.4 19 81 0 66 Siang 72 44 38.5 23 83 1.1 72 75 28 38.4 23 91 1.3 72 75 39 38.9 25 68 0.3 74 Sore 82 41 39 21 73 0.2 69 86 27 38.3 20 91 0.6 68 86 46 38.6 21 82 0.3 69 Ketiga Pagi 79 26 38.2 15 89 0 61 72 19 38.1 18 80 0 65 91 29 38.6 16 89 0 63 Siang 86 50 38.7 24 75 0.2 73 91 38 38 22 82 0.6 70 91 42 38.9 24 83 0.2 73 Sore 86 39 38.6 22 74 0.2 70 82 28 38.2 21 91 0.6 69 91 55 38.9 23 83 0.5 72

Page 56: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

Lampiran 8. Hasil Pengukuran Unsur Cuaca dan Respon Fisiologis Kelom- pok Bulan Laktasi 5

Periode HR RR RT Ta RH Va THI Pertama Pagi 70 23 38.1 17 80 0 64 91 18 38.5 13 65 0 58 81 14 37.8 13 65 0 58 Siang 70 23 38.6 24 60 0.7 72 82 31 38.3 23 83 1.1 72 79 37 38.5 23 83 1.1 72 Sore 75 34 38.9 21 73 0.7 69 91 32 38.8 20 91 1.1 68 91 48 38.8 20 91 1.1 68 Kedua Pagi 79 30 38.3 17 80 0 64 82 35 38.8 17 80 0 64 79 31 38.8 17 80 0 64 Siang 79 61 38.5 25 61 0.1 73 82 32 38.4 23 75 0.4 71 82 27 38.1 23 75 0.4 71 Sore 79 51 38.5 22 74 0.1 70 86 32 38.8 21 73 0.4 69 79 44 38.9 21 73 0.4 69 Ketiga Pagi 75 40 38.5 17 90 0 64 70 23 38.4 20 91 0 68 70 29 38.4 20 91 0 68 Siang 75 43 38.2 20 91 0.2 68 82 27 38.3 23 91 0.2 72 79 35 38.4 23 91 0.2 72 Sore 86 55 38.9 21 91 0.2 69 82 33 38.4 21 91 0.2 69 79 25 38.5 21 91 0.2 69

Page 57: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

Lampiran 9. Hasil Pengukuran Unsur Cuaca dan Respon Fisiologis Kelom- pok Sapi Bulan Laktasi 6

Periode HR RR RT Ta RH Va THI Pertama Pagi 82 50 38.1 17 80 0 64 95 21 38.5 17 80 0 64 82 27 39 14 78 0 60 Siang 95 45 39.5 25 84 0 75 86 37 40 25 84 0 75 87 29 38.8 25 47 0.5 73 Sore 100 53 39.1 21 91 0.4 69 100 39 39 21 91 0.4 69 87 28 38.7 22 66 0.2 70 Kedua Pagi 91 34 38.1 16 79 0 62 82 28 38.3 16 79 0 62 86 22 38.5 18 90 0 65 Siang 86 65 38.7 24 75 0.8 73 75 45 38.5 24 75 0.8 73 86 36 38.6 21 82 0.5 69 Sore 100 45 38.8 22 82 0.3 70 100 39 38.7 22 82 0.3 70 82 40 39 23 67 0.3 71 Ketiga Pagi 100 46 38.3 17 80 0 64 91 34 38.4 17 80 0 64 75 31 38.2 19 90 0 67 Siang 100 59 38.5 26 69 0.2 75 100 50 38 26 69 0.2 75 86 36 38.5 22 82 0.3 70 Sore 100 49 39 21 82 0.3 69 98 44 38.7 21 82 0.3 69

91 30 38.7 22 91 0 71

Page 58: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

Lampiran 10. Rataan Unsur Cuaca dan Respon Fisiologis Kelompok Pedet selama Tiga Periode untuk Analisis Korelasi

Periode HR RR RT Ta RH Va THI Pagi I 86 27 38.34 15.14 78.57 0 61.14 II 79 36 38.83 23.86 70.86 0.59 72.29 III 84 36 38.96 20.71 78.29 0.44 68.43 Siang I 79 33 38.77 17.29 76 0 63.86 II 81 35 38.91 24 81 0.61 73.29 III 84 39 39.04 21 80.71 0.46 69 Sore I 80 30 38.27 15.43 84.86 0 61.86 II 76 41 38.74 24 72.14 0.34 72.43 III 87 37 39.10 21.29 84.71 0.34 69.43

Page 59: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

Lampiran 11. Rataan Unsur Cuaca dan Respon Fisiologis Kelompok Dara selama Tiga Periode untuk Analisis Korelasi

Periode HR RR RT Ta RH Va THI Pagi I 102 22 37.9 17.5 75.5 0 64.5 II 74 30 38.2 16.5 79.5 0 63 III 75 30 37.85 15.5 84 0 62 Siang I 89 25 38.45 23.5 75.5 1 72 II 73 33 38.3 25 64.5 0.15 73.5 III 79 28 38.4 22 75.5 0.3 70 Sore I 74 30 38.55 20.5 82 0.55 68.5 II 75 34 38.85 21.5 73.5 0.4 69.5 III 87 30 39.15 20.5 86 0.15 68.5

Page 60: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

Lampiran 12. Rataan Unsur Cuaca dan Respon Fisiologis Kelompok Bulan Laktasi 1 selama Tiga Periode Untuk Analisis Korelasi

Periode HR RR RT Ta RH Va THI Pagi I 74 21 38 14 78 0 60 II 70 27 38 18 74 0 65 III 68 32 38 16 87 0 62 Siang I 75 32 38.68 23.25 77 0.73 71.25 II 73 37 38.85 24 71.5 0.5 73.25 III 70 34 38.65 22.5 71.5 0.4 70.5 Sore I 83 32 39 20.5 67.25 0.43 68.25 II 76 39 38.85 21 83.5 0.5 69 III 88 30 38.85 21 77.25 0.33 69

Page 61: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

Lampiran 13. Rataan Unsur Cuaca dan Respon Fisiologis Kelompok Bulan Laktasi 4 selama Tiga Periode Untuk Analisis Korelasi

Periode HR RR RT Ta RH Va THI Pagi I 79 26 38.73 15.33 78.33 0 61.33 II 76 26 37.97 17 76.67 0 63.67 III 81 25 38.3 16.33 86 0 63 Siang I 84 41 38.5 23.67 61.67 0.4 71.67 II 74 37 38.6 23.67 80.67 0.9 72.67 III 89 43 38.53 23.33 80 0.33 72 Sore I 83 33 38.83 20.67 73.33 0.5 68 II 85 38 38.63 20.67 82 0.37 68.67 III 86 41 38.57 22 82.67 0.43 70.33

Page 62: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

Lampiran 14. Rataan Unsur Cuaca dan Respon Fisiologis Kelompok Bulan Laktasi 5 selama Tiga Periode Untuk Analisis Korelasi

Periode HR RR RT Ta RH Va THI Pagi I 81 18 38.13 14.33 70 0 60 II 80 32 38.63 17 80 0 64 III 72 31 38.43 19 90.67 0 66.67 Siang I 77 30 38.47 23.33 75.33 0.97 72 II 81 40 38.33 23.67 70.33 0.3 71.67 III 79 35 38.3 22 91 0.2 70.67 Sore I 86 38 38.83 20.33 85 0.97 68.33 II 81 42 38.73 21.33 73.33 0.3 69.33 III 82 38 38.6 21 91 0.2 69

Page 63: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

Lampiran 15. Rataan Unsur Cuaca dan Respon Fisiologis Kelompok Bulan Laktasi 6 selama Tiga Periode Untuk Analisis Korelasi

Periode HR RR RT Ta RH Va THI Pagi I 86 33 38.53 16 79.33 0 62.67 II 86 28 38.3 16.67 82.67 0 63 III 89 37 38.3 17.67 83.33 0 65 Siang I 89 37 39.43 25 71.67 0.17 74.33 II 82 49 38.6 23 77.33 0.7 71.67 III 95 48 38.33 24.67 73.33 0.23 73.33 Sore I 96 40 38.93 21.33 82.67 0.33 69.33 II 94 41 38.83 22.33 77 0.3 70.33 III 96 41 38.8 21.33 85 0.2 69.67

Page 64: STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10272/D...STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

Lampiran 16. Produksi Susu Selama Tiga Periode

Periode Bulan Laktasi

Pertama Bulan Laktasi

Keempat Bulan Laktasi

Kelima Bulan Laktasi

Keenam Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pertama 9.5 8.2 10.5 8.2 6.2 5.1 9.2 5.1 7.3 4.7 11.5 10.3 7.9 6.1 5.3 4 11 5.8 8.5 8.3 8.5 10.2 7.5 5.1 9.7 9 Kedua 10.1 7.5 10.5 8 7.3 5.5 8.2 4.9 9 6.4 11.5 7.4 8.2 7 6.5 4.8 9.1 7.7 9.8 7.2 11 9.7 8.8 5.7 13 9.8 Ketiga 9.9 7.6 8.5 8 8 5.6 5.8 6.3 8.3 5.5 10.1 5.3 8.1 6.8 7.5 4.7 7.8 6.9 9.8 7.4 11.6 9.5 7.5 5.5 12 10.5