Upload
dinhquynh
View
262
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
STUDI POPULASI BURUNG KUNTUL (Egretta spp) DI LAMPUNGMANGROVE CENTER DESA MARGASARI KECAMATAN LABUHAN
MARINGGAI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
(Skripsi)
Oleh
PUJA ANGGRIANA
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
ABSTRAK
STUDI POPULASI BURUNG KUNTUL (Egretta spp) DI LAMPUNGMANGROVE CENTER DESA MARGASARI KECAMATAN LABUHAN
MARINGGAI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
Oleh
Puja Anggriana
Lampung Mangrove Center (LMC) merupakan ekosistem hutan mangrove yang
berfungsi sebagai habitat burung salah satunya yaitu burung kuntul (Egretta
spp). Habitat berfungsi untuk tempat berkembang biak, tempat mencari pakan,
tempat beristirahat dan singgah. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi
pola sebaran sebaran, mengetahui populasi dan menganalisis kegiatan
birdwatching dari burung kuntul (Egretta spp) untuk kegiatan ekowisata.
Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan April - Mei 2017 di Desa Margasari,
Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi
Lampung. Metode yang digunakan adalah titik hitung (Point Count) dan
Transek pada tiga lokasi yaitu sawah, tambak dan mangrove, selama 18 hari.
Analisis menggunakan rumus kelimpahan populasi dan pola penyebaran burung
Indeks Morisita. Hasil dari penelitian ini memiliki total pengamatan 6.480 menit
dan ditemukan pola sebaran Indeks Morisita pada metode Point Count sebesar
0,26 dan metode Transek sebesar 0,25 yaitu pola sebaran acak (random).
Kelimpahan populasi pada metode Point Count burung kuntul kecil (Egretta
garzetta) yaitu 450 individu perjumpaan dan burung kuntul besar (Egretta alba)
188 indidivu perjumpaan. Kelimpahan populasi pada metode Transek burung
kuntul kecil (Egretta garzetta) yaitu 21 individu perjumpaan dan burung kuntul
Puja Anggrianabesar (Egretta alba) 8 indidivu perjumpaan. Jalur birdwathing berhasil
ditemukan pada Point Count kedua yaitu terdapat menara birdwathing di Desa
Margasari.
Kata kunci: Burung, Egretta spp, pola sebaran, populasi.
Puja Anggriana
ABSTRACT
STUDY POPULATION OF EGRET BIRDS (Egretta spp) IN LAMPUNGMANGROVE CENTER MARGASARI VILLAGE SUBSCRIPTION OF
LOUNGE DISTRICT OF LAMPUNG TIMUR
By
Puja Anggriana
Lampung Mangrove Center (LMC) is a mangrove forest ecosystem that serves
as a bird habitat one of them is the egret bird (Egretta spp). Habitat serves for
breeding grounds, feeding places, resting places and layover. The purpose of
this research was to identify distribution, to know the population and to analyze
birdwatching activity of Egretta spp for ecotourism activities. This research was
conducted on April-May 2017 in Margasari Village, Labuhan Maringgai
Subdistrict, East Lampung Regency, Lampung Province. The method used is
point count and transects at three locations: the rice fields, ponds and mangrove
forest, during 18 days. The analysis used the population abundance formula and
pattern spread of Morisita Index. The results of study have total observations
of 6.480 minutes and found the pattern distribution of Morisita Index on the
method of Point Count is 0.26 and Transect method is 0.25 in other words the
pattern of random distribution. Abundance on the method Point Count little
Puja Anggrianaegrets (Egretta garzetta) is 450 people encounter and great egrets (Egretta
alba)188 indidivu encounter. Population abundance in the method of small
birds transect (Egretta garzetta) is 21 individuals encounter and great birds
(Egretta alba) 8 indidivu encounter. A groove of birdwathing was found at the
second Point Count there is a birdwathing tower in the village of Margasari.
Keywords: Birds, Egretta spp, distribution pattern, population.
STUDI POPULASI BURUNG KUNTUL (Egretta spp) DI LAMPUNGMANGROVE CENTER DESA MARGASARI KECAMATAN LABUHAN
MARINGGAI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
Oleh
PUJA ANGGRIANA
(Skripsi)
sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA KEHUTANAN
pada
Jurusan KehutananFakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
RIWAYAT HIDUP
Puja Anggriana dilahirkan di Waringin Jaya pada tanggal 1 Juni 1995. Penulis
merupakan anak pertama dari dua bersaudara dengan orangtua bernama Bapak
Sularjo dan Ibu Sri Natun. Sekolah Dasar di SD Negeri Waringin Jaya selesai
tahun 2006, SMP Negeri 1 Bandar Sri Bhawono diselesaikan pada tahun 2009,
SMA Bandar Negeri 1 Sri Bhawono selesai tahun 2013. Kemudian melanjutkan
kuliah dan terdaftar sebagai mahasiswa angkatan 2013 di Jurusan Kehutanan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Selama menjadi mahasiswa di Universitas Lampung, penulis pernah menjadi
Anggota Utama dalam Himpunan Mahasiswa Kehutanan (Himasylva), dan
menjadi Anggota BEM Universitas Lampung Anggota Staf Pergerakan
Pemberdayaan Wanita Periode tahun 2015/2016. Penulis telah melaksanakan
Praktik Umum (PU) Kehutanan di BKPH Kebumen KPH Kedu Selatan Divisi
Regional Jawa Tengah pada tahun 2016 dan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata
(KKN) Periode I tahun 2016/2017 di Desa Watuagung, Kabupaten Kalirejo
Lampung Tengah.
Saya persembahkan karya ini kepada kedua orang tua tersayang, Bapak Sularjodan Ibu Sri Natun yang telah membesarkan, mendo’akan, serta memberikan
dukungan moril dan materil. Adikku Anjeli Cerly Pramuditha yang selalumemberikan semangat dan do’a.
SANWACANA
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Studi Populasi
Burung Kuntul (Egretta Spp) Di Lampung Mangrove Center Desa Margasari
Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur”. Tidak lupa
shalawat beserta salam selalu tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW
beserta para sahabatnya hingga akhir zaman.
Dalam kesempatan ini saya mengucapkan banyak terima kasih kepada beberapa
pihak sebagai berikut.
1. Ibu Dr. Hj. Bainah Sari Dewi, S.Hut, M.P., selaku pembimbing utama skripsi
atas bimbingan, saran, dan motivasi yang telah diberikan dalam proses
penyelesaian skripsi ini.
2. Bapak Dr. Ir. Gunardi Djoko Winarno, M.Si., selaku pembimbing kedua
skripsi atas bimbingan, saran, dan motivasi yang telah diberikan dalam proses
penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku penguji utama skripsi
atas saran dan motivasi yang telah diberikan dalam proses penyelesaian
skripsi ini.
iii
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
5. Ibu Dr. Melya Riniarti, S.P., M.Si., selaku Ketua Jurusan Kehutanan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
6. Bapak Dr. Ir. Samsul Bakri, M.Si., selaku pembimbing akademik atas saran
dan motivasi yang telah diberikan dalam proses penyelesaian perkuliahan dan
skripsi ini.
7. Seluruh Dosen Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung
atas ilmu yang telah diberikan.
8. Ibu Yayah, Bapak Subag dan Bapak Bapak Yani selaku key person Desa
Margasari yang telah membantu dalam penelitian.
9. Andari Mahardika Putri, Wawan Setiawa, Dendy Prasetyo, Sandri Arianto,
Sesilia Maharani Putri yang mebantu penelitian ini.
Angkatanku FOCUS’13 yang telah turut memberikan motivasi dan do’a.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat dalam bidang kehutanan.
Bandar Lampung, Januari 2018
PUJA ANGGRIANA
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ..................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xi
I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 4
C. Tujuan ......................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 5
E. Kerangka Pemikiran ................................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 10
A. Burung ........................................................................................ 10
B. Burung Air .................................................................................. 11
C. Habitat Burung ........................................................................... 11
D. Burung Kuntul Kecil .................................................................. 12
E. Burung Kuntul Besar .................................................................. 13
F. Populasi ...................................................................................... 15
G. Pola Penyebaran ......................................................................... 16
III. METODE PENELITIAN ................................................................ 17
A. Waktu dan Lokasi ....................................................................... 17
B. Bahan dan Alat ........................................................................... 18
C. Jenis Data .................................................................................... 19
D. Batasan Penelitian ...................................................................... 19
E. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 20
F. Analisa Data ............................................................................... 21
G. Analisis Deskriptif ...................................................................... 23
H. Analisis Birdwatching ................................................................ 23
I. Sejarah Perkembangan Hutan Mangrove di Desa Margasari ..... 23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 25
A. Pola Penyebaran........................................................................... 25
B. Kelimpahan dan Populasi ............................................................ 29
C. Vegetasi dan Peranan Habitat ...................................................... 35
D. Potensi Jalur Wisata Birdwatching .............................................. 40
v
Halaman
V. SIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 43
A. Kesimpulan ................................................................................. 43
B. Saran ........................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 45
LAMPIRAN ..................................................................................... 52
Tabel 7-85 .......................................................................................... 53-112
Gambar 13-16 .................................................................................... 120-121
Jurnal.................................................................................................. 122-153
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Tally sheet penelitian ......................................................................... 18
2. Pola sebaran burung kuntul (Egretta spp) metode Point Count ........ 26
3. Pola sebaran burung kuntul (Egretta spp) metode Transek ............... 27
4. Hasil perhitungan kelimpahan populasi burung kuntul (Egretta spp)
dengan metode Point Count ............................................................... 30
5. Hasil perhitungan kelimpahan populasi burung kuntul (Egretta spp)
metode Transek .................................................................................. 33
6. Jenis vegetasi yang ditemukan pada lokasi penelitian pada Studi
Populasi Burung Kuntul (Egretta Spp) .............................................. 36
7. Tallysheet Point Count Hari 1 pagi hari di lokasi Sawah .................. 53
8. Tallysheet Point Count Hari 1 sore hari di lokasi Sawah .................. 54
9. Tallysheet Point Count Hari 2 pagi hari di lokasi Sawah .................. 55
10. Tallysheet Point Count Hari 2 sore hari di lokasi Sawah .................. 56
11. Tallysheet Point Count Hari 3 pagi hari di lokasi Sawah .................. 57
12. Tallysheet Point Count Hari 3 sore hari di lokasi Sawah .................. 58
13. Tallysheet Point Count Hari 4 pagi hari di lokasi Sawah .................. 59
14. Tallysheet Point Count Hari 4 sore hari di lokasi Sawah .................. 60
15. Tallysheet Point Count Hari 5 pagi hari di lokasi Sawah .................. 61
16. Tallysheet Point Count Hari 5 sore hari di lokasi Sawah .................. 62
vii
Tabel Halaman
17. Tallysheet Point Count Hari 6 pagi hari di lokasi Sawah .................. 63
18. Tallysheet Point Count Hari 6 sore hari di lokasi Sawah .................. 64
19. Tallysheet Point Count Hari 7 pagi hari di lokasi Tambak ................ 65
20. Tallysheet Point Count Hari 7 sore hari di lokasi Tambak ................ 66
21. Tallysheet Point Count Hari 8 pagi hari di lokasi Tambak ................ 67
22. Tallysheet Point Count Hari 8 sore hari di lokasi Tambak ................ 68
23. Tallysheet Point Count Hari 9 pagi hari di lokasi Tambak ................ 69
24. Tallysheet Point Count Hari 9 sore hari di lokasi Tambak ................ 70
25. Tallysheet Point Count Hari 10 pagi hari di lokasi Tambak .............. 71
26. Tallysheet Point Count Hari 10 sore hari di lokasi Tambak .............. 72
27. Tallysheet Point Count Hari 11 pagi hari di lokasi Tambak .............. 73
28. Tallysheet Point Count Hari 11 sore hari di lokasi Tambak .............. 74
29. Tallysheet Point Count Hari 12 pagi hari di lokasi Tambak .............. 75
30. Tallysheet Point Count Hari 12 sore hari di lokasi Tambak .............. 76
31. Tallysheet Point Count Hari 13 pagi hari di lokasi Mangrove .......... 77
32. Tallysheet Point Count Hari 13 sore hari di lokasi Mangrove ........... 78
33. Tallysheet Point Count Hari 14 pagi hari di lokasi Mangrove .......... 79
34. Tallysheet Point Count Hari 14 sore hari di lokasi Mangrove ........... 80
35. Tallysheet Point Count Hari 15 pagi hari di lokasi Mangrove .......... 81
36. Tallysheet Point Count Hari 15 sore hari di lokasi Mangrove ........... 82
37. Tallysheet Point Count Hari 16 pagi hari di lokasi Mangrove .......... 83
38. Tallysheet Point Count Hari 16 sore hari di lokasi Mangrove ........... 84
39. Tallysheet Point Count Hari 17 pagi hari di lokasi Mangrove .......... 85
viii
Tabel Halaman
40. Tallysheet Point Count Hari 17 sore hari di lokasi Mangrove ........... 86
41. Tallysheet Point Count Hari 18 pagi hari di lokasi Mangrove .......... 87
42. Tallysheet Point Count Hari 18 sore hari di lokasi Mangrove ........... 88
43. Tallysheet Line Trasect Hari ke- 1 pagi hari di lokasi Sawah ........... 89
44. Tallysheet Line Trasect Hari ke- 1 sore hari di lokasi Sawah ............ 89
45. Tallysheet Line Trasect Hari ke- 2 pagi hari di lokasi Sawah ........... 90
46. Tallysheet Line Trasect Hari ke- 2 sore hari di lokasi Sawah ............ 90
47. Tallysheet Line Trasect Hari ke- 3 pagi hari di lokasi Sawah ........... 91
48. Tallysheet Line Trasect Hari ke- 3 sore hari di lokasi Sawah ............ 91
49. Tallysheet Line Trasect Hari ke- 4 pagi hari di lokasi Sawah ........... 92
50. Tallysheet Line Trasect Hari ke- 4 sore hari di lokasi Sawah ............ 92
51. Tallysheet Line Trasect Hari ke- 5 pagi hari di lokasi Sawah ........... 93
52. Tallysheet Line Trasect Hari ke- 5 sore hari di lokasi Sawah ............ 93
53. Tallysheet Line Trasect Hari ke- 6 pagi hari di lokasi Sawah ........... 94
54. Tallysheet Line Trasect Hari ke- 6 sore hari di lokasi Sawah ............ 94
55. Tallysheet Line Trasect Hari ke- 7 pagi hari di lokasi Tambak ......... 95
56. Tallysheet Line Trasect Hari ke- 7 sore hari di lokasi Tambak ......... 95
57. Tallysheet Line Trasect Hari ke- 8 sore hari di lokasi Tambak ......... 96
58. Tallysheet Line Trasect Hari ke- 8 sore hari di lokasi Tambak ......... 96
59. Tallysheet Line Trasect Hari ke- 9 pagi hari di lokasi Tambak ......... 97
60. Tallysheet Line Trasect Hari ke- 9 sore hari di lokasi Tambak ......... 97
61. Tallysheet Line Trasect Hari ke- 10 pagi hari di lokasi Tambak ....... 98
62. Tallysheet Line Trasect Hari ke- 10 sore hari di lokasi Tambak ....... 98
ix
Tabel Halaman
63. Tallysheet Line Trasect Hari ke- 11 pagi hari di lokasi Tambak ....... 99
64. Tallysheet Line Trasect Hari ke- 11 sore hari di lokasi Tambak ....... 99
65. Tallysheet Line Trasect Hari ke- 12 pagi hari di lokasi Tambak ....... 100
66. Tallysheet Line Trasect Hari ke- 12 sore hari di lokasi Tambak ....... 100
67. Tallysheet Line Trasect Hari ke- 13 pagi hari di lokasi Mangrove .... 101
68. Tallysheet Line Trasect Hari ke- 13 sore hari di lokasi Mangrove .... 101
69. Tallysheet Line Trasect Hari ke- 14 pagi hari di lokasi Mangrove .... 102
70. Tallysheet Line Trasect Hari ke- 14 sore hari di lokasi Mangrove .... 102
71. Tallysheet Line Trasect Hari ke- 15 pagi hari di lokasi Mangrove .... 103
72. Tallysheet Line Trasect Hari ke- 15 sore hari di lokasi Mangrove .... 103
73. Tallysheet Line Trasect Hari ke- 16 pagi hari di lokasi Mangrove .... 104
74. Tallysheet Line Trasect Hari ke- 16 sore hari di lokasi Mangrove .... 104
75. Tallysheet Line Trasect Hari ke- 17 pagi hari di lokasi Mangrove .... 105
76. Tallysheet Line Trasect Hari ke- 17 sore hari di lokasi Mangrove .... 105
77. Tallysheet Line Trasect Hari ke- 18 pagi hari di lokasi Mangrove .... 106
78. Tallysheet Line Trasect Hari ke- 18 sore hari di lokasi Mangrove .... 106
79. Rekapitulasi (E. garzetta) pada Point Count Method. ....................... 107
80. Rekapitulasi (E. alba) pada Point Count Method .............................. 108
81. Rekapitulasi Perhitungan (E. garzetta) pada Point Count Method. ... 109
82. Rekapitulasi Perhitungan (E. alba) pada Point Count ....................... 109
83. Rekapitulasi (E. garzetta) pada Transect Method. ............................. 110
84. Rekapitulasi (E. alba) pada Transect Method .................................... 111
85. Rekapitulasi Perhitungan (E. garzetta) pada Transect Method ......... 112
x
Tabel Halaman
86. Rekapitulasi Perhitungan (E. alba) pada Transect Method. .............. 112
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka pemikiran ........................................................................... 9
2. Peta lokasi penelitian ......................................................................... 17
3. Peta Hasil Sebaran burung kuntul (Egretta spp) ................................ 25
4. Aktivitas burung kuntul (Egretta spp) mencari pakan di tambak ...... 28
5. Pola terbang burung kuntul (Egretta spp) .......................................... 29
6. Aktivitas mencari pakan di tambak pada pagi hari ............................ 31
7. Prosentase perjumpaan burung kuntul (Egretta spp) ......................... 34
8. Aktivitas bertengger burung kuntul (Egretta spp) ............................. 37
9. Titik pengamatan satu lokasi sawah................................................... 38
10. Titik pengamatan dua lokasi tambak ................................................. 39
11. Titik pengamatan tiga lokasi mangrove ............................................. 40
12. Menara Birdwatching di lokasi dua tambak ...................................... 41
13. Aktivitas burung kuntul mencari makan dipagi hari .......................... 120
14. Perkumpulan burung kuntul di kanal-kanal tambak .......................... 120
15. Perjumpaan burung kuntul saat panen udang di lokasi tambak ......... 121
16. Aktivitas terbang burung kuntul ........................................................ 121
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Total panjang pantai di Indonesia diperkirakan lebih dari 80.000 km, sebagian
diantaranya ditumbuhi oleh mangrove serta hamparan lumpur yang sangat
potensial untuk mendukung sejumlah besar burung pantai yang bermigrasi
(Howes dkk, 2003). Setiap jenis burung pada dasarnya memiliki habitat yang
berbeda-beda, salah habitat burung adalah hutan mangrove (Paramita dkk, 2015).
Hutan mangrove merupakan ekosistem pantai tropis didominasi beberapa jenis
mangrove yang tumbuh dan berkembang di daerah pasang-surut pantai berlumpur
(Harianto dkk, 2015).
Hutan mongrove memiliki peran penting sebagai habitat dari berbagai macam
jenis ikan, udang, dan kerang-kerang karena terdapat banyak sumber nutrien yang
penting sebagai sumber makanan bagi banyak spesies. Sebagian besar hutan
mangrove yang ada di Indonesia adalah hutan mangrove dengan karakteristik
sebagai sumberdaya milik bersama (Common Pool Resources/CPRs) (Kustanti
dkk, 2014). Ekosistem hutan mangrove memiliki sejumlah fungsi ekologis
penting, selain itu menyediakan barang dan jasa yang bernilai ekonomi tinggi
(Ullumudin dan Setyawan, 2017). Masalah utama dari kerusakan ekosistem
mangrove berasal dari ulah manusia yang tidak bertanggung jawab merubah hutan
2mangrove menjadi lahan lain seperti perumahan, perindustrian, pertambakan dan
pertanian dan juga semakin meningkatnya permintaan pasar terhadap peroduksi
kayu yang menyebabkan eksploitasi terhadap hutan mangrove (Romdhani dkk,
2016). Konversi ekosistem mangrove menjadi peruntukan penyebab terjadinya
kerusakan ekosistem mangrove (Herdiyeni dkk, 2014). Adaptasi vegetasi
mangrove terhadap kadar garam tinggi antara lain karena memiliki sel-sel khusus
pada daun yang berfungsi untuk menyimpan garam, daun yang tebal dan kuat
banyak mengandung air untuk mengatur keseimbangan garam (Samiyarsih dkk,
2016). Mangrove adalah habitat untuk banyak spesies satwaliar seperti primata,
reptil, dan burung (Sulistiyowati, 2009).
Burung pantai adalah jenis burung yang seluruh hidupnya berkaitan dengan
daerah perairan (Sulistiyowati, 2009; Firdaus dan Aunurohim, 2015). Keberadaan
hutan mangrove yang menutupi 81% pantai Lampung ini dapat memberikan
berbagai manfaat, diantaranya sebagai stabilitator kondisi pantai, mencegah
terjadinya abrasi dan intrusi air laut, sebagai sumber keanekaragaman biota
akuatik dan non akuatik, sebagai sumber bahan yang dapat dikonsumsi
masyarakat serta sebagai habitat kehidupan bagi burung air, terutama burung
migran (Yuliasamaya dkk, 2014). Ekosistem mangrove juga merupakan daerah
berkembang biak dan mencari pakan berbagai jenis ikan dan udang. Oleh karena
itu keberadaan ekosistem mangrove sangat penting dalam menjaga kelestarian.
Ekosistem mangrove juga berperan untuk menjaga stabilitas garis pantai (Komite
Nasional Pengelolaan Ekosistem Lahan Basah, 2004). Selain menyediakan
perlindungan dan pakan bagi bagi burung yang bermigrasi, mangrove juga
berperan penting sebagai tempat berkembang biak bagi burung yang menetap.
3Salah satu hal yang menyebabkan burung berlimpah pada suatu lokasi adalah
tersedianya pakan burung. Burung air pada umumnya mencari makan pada
kawasan yang memiliki ekosistem gabungan dari tiga jenis perairan yaitu perairan
tawar, payau dan laut seperti daerah bakau (Elfidasari, 2006). Menurut Noerdjito
dan Maryanto (2001), burung kuntul kecil (Egretta garzetta) dan burung kuntul
besar (Egretta alba ) merupakan jenis burung air famili Ardeidae yang dilindungi
dari genus Egretta berdasarkan Peraturan Pemerintah No.7 Tahun 1999 tentang
Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa (Departemen Kehutanan, 1999), karena
populasinya mengalami penurunan.
Tingginya manfaat burung mengakibatkan pemanfaatan jenis burung berlebihan
oleh manusia yang mengakibatkan terjadinya tekanan terhadap spesies dan habitat
alami burung (Adelina dkk, 2016). Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
meminimalkan tekanan terhadap spesies dan habitat alami burung ialah upaya
perlindungan dan pelestarian burung. Burung dapat dijadikan sebagai sumber
daya tarik ekowisata, seperti pengembangan ekowisata birdwatching. Hal ini
berkaitan dengan beberapa faktor, antara lain karena wujudnya yang indah, suara
dan tingkah lakunya yang menarik (Dalem dkk, 2014).
Birdwatching merupakan salah satu kegiatan pengamatan burung di alam.
Kegiatan wisata alam birdwatching ini, di satu sisi dapat memberi manfaat
ekonomi bagi masyarakat sekitar karena banyaknya wisatawan yang akan
melakukan kunjungan ke daerah tersebut, di sisi lain juga dapat memberi manfaat
konservasi bagi jenis-jenis burung yang ada di kawasan tersebut (Widyasari dkk,
2013). Birdwatching apabila dijadi54kan objek wisata maka perlu dilakukan
4inventarisasi jenis burung yang potensial untuk dijadikan wisata birdwatching
dengan menggunakan dua kriteria yaitu: jenis burung endemik dan jenis burung
yang dilindungi (Kurniawan dkk, 2017). Jenis burung yang potensial untuk
dijadikan sebagai objek wisata birdwatching ditentukan berdasarkan status
konservasi dan endemisitas (Sukara dkk, 2014).
Pendirian kawasan hutan mangrove Desa Margasari dilatar belakangi oleh
beberapa peristiwa alam yang dapat menyebabkan terjadinya abrasi pantai. Data
dan informasi yang sedikit mengenai jumlah jenis, populasi serta kebiasaan hidup
mempersulit dalam merumuskan suatu kegiatan konservasi tingkat populasi
burung kuntul kecil (E.garzetta) dan burung kuntul besar (Egretta. alba) di
Lampung Mangrove Center (LMC) Desa Margasari. Oleh karena itu perlu
dilakukan penelitian mengenai keberadaan studi populasi jenis burung yang
potensial untuk dijadikan wisata berdasarkan status konservasi, sehingga hasil dari
penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pengembangan ekowisata
birdwatching yang nantinya memberikan manfaat bagi ekologi dan ekonomi
masyarakat sekitar di wilayah LMC Desar Margasari Kecamatan Labuhan
Maringgai Kabupaten Lampung Timur.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian populasi kuntul kecil (E. garzetta) dan burung kuntul
besar (E. alba) di LMC Desa Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai
Kabupaten Lampung Timur adalah sebagai berikut.
51. Bagaimana pola sebaran keberadaan burung kuntul kecil (E. garzetta) dan
burung kuntul besar (E. alba) di LMC Desa Margasari.
2. Bagaimana kondisi populasi burung kuntul kecil (E. garzetta) dan burung
kuntul besar (E. alba) di LMC Desa Margasari.
3. Bagaimana pemanfaatan burung kuntul kecil (E. garzetta) dan burung kuntul
besar (E. alba) untuk kegiatan birdwatching dalam ekowisata di LMC Desa
Margasari.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi pola sebaran dari burung kuntul kecil (E. garzetta) dan
burung kuntul besar (E. alba) di LMC Desa Margasari.
2. Mengetahui populasi burung kuntul kecil (E. garzetta) dan burung kuntul
besar (E. alba) di LMC Desa Margasari.
3. Menganalisis kegiatan birdwatching untuk ekowisata di LMC Desa Margasari.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sumber informasi sebagai data dasar bagi instansi terkait dalam melakukan
pengelolaan dan menjaga kelestarian Kawasan LMC yang berkaitan dengan
usaha perumusan kegiatan konservasi kawasan Mangrove dalam rangka
menyelamatkan populasi burung ini
62. Dapat menjadi dasar ilmiah yang penting untuk upaya konservasi,
perkembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, penelitian dan ekowisata di
LMC Desa Margasari.
E. Kerangka Pemikiran
Ekosistem hutan mangrove seluas 700 ha di LMC Desa Margasari Kecamatan
Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur Provinsi Lampung merupakan
salah satu bentuk hutan alami di lahan basah yang memberikan tempat bagi
beberapa jenis burung untuk berkembang biak, mencari makan, tempat
beristirahat dan singgah sekaligus habitat penting bagi kehidupan burung air.
Keberadaan berbagai jenis burung di wilayah ini memiliki potensi untuk
dikembangkan menjadi ekowisata birdwatching.
Penelitian ini dilakukan menggunakan metode point count dan metode transek.
Waktu pengamatan dilakukan selama ±180 menit, 45 menit untuk pengamatan di
setiap titik dan 15 menit adalah waktu untuk berjalan ke titik pengamatan
selanjutnya dengan sejauh mata memandang pada radius 50 meter. Waktu
pengamatan dilakukan selama 18 hari, dalam satu hari pengamatan dilakukan 180
menit dengan pembagian waktu pada pagi hari pukul 06.00-09.00 WIB dan pada
sore hari pukul 15.00-18.00 WIB.
Metode ini digunakan untuk mengetahui jumlah dan mengidentifikasi jenis
burung yang potensial untuk dijadikan objek wisata birdwatching. Metode
pemetaan (mapping) merupakan cara efektif untuk menghitung populasi burung
7dan ukuran daerah jelajah dengan menggunakan handy GPS. Pemetaan dapat
dilaksanakan untuk jenis burung yang memiliki teritori dan musim berkembang
biak yang jelas. Komposisi penyusun vegetasi menggunakan metode rapid
assessment. Rapid assessment merupakan metode untuk mengetahui tipe vegetasi,
dan kondisi habitat ditemukannya burung dengan menghitung secara cepat di
lokasi penelitian yang kemudian dianalisis secara deskriptif dengan wujud peta
persebaran pohon. Hal ini bertujuan untuk mengetahui jumlah dan jenis burung.
Perburuan liar dan aktivitas manusia yang dapat merusak habitat burung menjadi
ancaman serius terhadap keberadaan jenis spesies burung yang ada di LMC Desa
Margasari terutama jenis burung yang dilindungi. Perlindungan jenis burung oleh
pemerintah merupakan upaya untuk mempertahankan suatu jenis burung agar
tidak mengalami kepunahan. Alih fungsi lahan menyebabkan perubahan pada
tutupan vegetasi yang semula multistrata berupa pepohonan, pancang, tiang,
semak belukar hingga padang rumput menjadi upaya perlindungan dan pelestarian
burung. Tidak hanya dapat dilakukan pada kawasan-kawasan konservasi yang
telah ditetapkan pemerintah saja, namun kegiatan konservasi burung juga dapat
dilakukan di kawasan budidaya seperti kawasan perkebunan dan kawasan
pertanian. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai populasi burung
sebagai acuan dalam upaya perlindungan dan pelestarian burung pada kawasan di
LMC Desa Margasari.
8Hasil penelitian ini meliputi data mengenai populasi burung kuntul kecil (Egretta
garzetta) dan burung kuntul besar (Egretta alba ) di LMC Desa Margasari
Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung
yang diharapkan menjadi sumber informasi tentang upaya perlindungan dan
pelestarian burung. Diagram alir kerangka pemikiran disajikan pada Gambar 1.
9
Gambar 1. Diagram Alir Kerangka Pemikiran Studi Populasi Burung Kuntu(Egretta sp.) di LMC Desa Margasari Kecamatan Labuhan MaringgaiKabupaten Lampung Timur.
Data populasi dan distribusi burung kuntul kecil (E. garzetta) dan burungkuntul besar (E. alba)
Analisis Deskriptif:- Gambar- Grafik- Tabel- Peta
Data PopulasiBurung Kuntul(Egretta sp.)
Pola PenyebaranBurung Kuntul(Egretta sp.)
KomposisiPenyusunan
Vegetasi
DataPendukung
Point Count danTransect Method
GISMethod
Rapid assessmentMethod
LiteratureMethod
Penelitian
Hutan Mangrove
Keberadaan Burung Kuntul Kecil (E.garzetta) danBurung Kuntul Besar (E. alba)
Lampung Mangrove Center (LMC)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Burung
Burung merupakan kelas hewan bertulang belakang, berdarah panas dan
berkembang biak dengan bertelur. Spesies burung di seluruh dunia berkisar
8.800-10.200 dan 1.500 jenis di antaranya ditemukan di Indonesia serta 465 jenis
terdapat di Pulau Sumatera (Kuswanda, 2010). Tubuh urung tertutup bulu yang
memberikan kehangatan dalam memelihara suhu badan dan memiliki bermacam-
macam adaptasi untuk terbang (MacKinnon dkk, 2010). Burung sebagai hewan
yang memiliki bulu, tungkai atau lengan depan untuk terbang, tungkai belakang
untuk berjalan dan hinggap. Paruh burung tidak bergigi, memiliki jantung empat
ruang, memiliki kantong udara dan tidak memiliki kandung kemih (Welty dan
Baptista, 1982).
Burung juga merupakan indikator yang sangat baik untuk kesehatan lingkungan
dan nilai keanekaragaman hayati lainnya. Burung merupakan plasma nutfah yang
memiliki keunikan dan nilai yang tinggi baik nilai ekologi, ilmu pengetahuan,
wisata dan budaya (Bibby dkk., 2004; Desmawati, 2010). Ahli ornithology
mengklasifikasikannya dalam 158 suku (Mackinnon dkk, 2010). Penelitian
tentang burung merupakan hal yang sangat penting karena burung bersifat
11dinamis dan mampu menjadi indikator perubahan lingkungan yang terjadi pada
tempat burung tersebut berada (Bibby dkk, 2004; Desmawati, 2010).
B. Burung Air
Burung air merupakan jenis burung yang seluruh aktifitas hidupnya berkaitan
dengan daerah perairan atau lahan basah (Elfidasari, 2006). Menurut Howes dkk
(2003), yang dimaksud dengan burung air (water fowl) yaitu jenis burung yang
secara ekologis keberadaannya bergantung pada lahan basah (wetland). Ciri-ciri
paruh disesuaikan dengan lokasi habitat yaitu paruh panjang dan tebal untuk
memakan ikan dan invertebrata air yang terdapat di permukaan air. Bentuk paruh
yang panjang dan tipis melengkung ke bawah atau lurus yang digunakan untuk
mengambil makanan yang letaknya di dalam substrat. Bentuk kaki yang
disesuaikan dengan lokasi habitat memiliki selaput tipis di sela-sela jari, baik
secara penuh maupun sepertiganya saja. Selaput tersebut dapat membantu ketika
burung tersebut berjalan di daerah yang terdapat genangan air atau limpur.
C. Habitat Burung
Habitat burung adalah tempat burung hidup dan berkembang biak. Secara umum
habitat burung terdiri dari habitat di darat, habitat di air tawar dan laut
(Rusmendro, 2009). Kondisi habitat di alam yang terdapat dalam habitat
menentukan jenis burung yang hidup di dalamnya (Odum, 1996). Rusaknya
habitat burung akan berpengaruh terhadap keberadaan burung dalam satu kawasan
(Watalee dkk, 2013). Vegetasi yang terus berkurang dapat mengancam habitat
12alami bagi burung sehinggadapat mengancam kelestariannya. Menurut Warsito
dan Bismark (2009), keberadaan suatu spesies di suatu tempat tergantung dari
adanya sumber pakan dan kondisi habitat yang sesuai. Tipe habitat utama pada
jenis burung sangat berhubungan dengan kebutuhan hidup dan aktivitas
hariannya. Secara fungsional, seluruh komponen habitat menyediakan pakan, air
dan tempat berlindung bagi satwa liar burung. Jumlah dan kualitas ketiga sumber
daya fungsional tersebut akan membatasi kemampuan habitat untuk mendukung
populasi satwa liar. Sebagian besar jenis burung kuntul menghuni daerah tropis
dan subtropis. Burung kuntul menjadikan daerah perairan atau lahan basah
sebagai habitatnya. Hal ini berkaitan dengan fungsi daerah tersebut sebagai
penunjang aktivitas hidup yang menyediakan tenggeran dan pakan yang
melimpah bagi makhluk hidup di sekitarnya. Beberapa spesies dari famili
Ardeidae menjadikan daerah perairan seperti rawa, tambak, hutan bakau dan
muara sungai sebagai habitatnya. Jenis burung perairan di British Columbia,
memanfaatkan daerah hutan bakau sebagai habitat (Harinto dkk, 2015). Famili
Ardeidae merupakan famili terbesar yang ditemukan di lokasi penelitian LMC
D. Burung Kuntul Kecil (Egretta garzetta)
Burung kuntul kecil (Egretta garzetta ) termasuk ordo Ciconiiformes dan famili
Ardeidae (Mackinnon, 2010). Klasifikasi kuntul kecil (E.garzetta) sebagai berikut.
Kingdom : AnimaliaPhylum : VertebrataClass : AvesSubclass : NeornithesOrdo : CiconiiformesFamili : ArdeidaeGenus : EgrettaSpesies : Egretta garzetta
13Egretta garzetta atau dikenal dengan burung kuntul kecil adalah jenis burung dari
suku Ardeidae (kerabat cangak). Memiliki ukuran tubuh 55 cm - 65 cm, bentang
sayap 88 cm -106 cm, lebih besar dari kuntul kerbau dan lebih kecil dari kuntul
perak serta memiliki leher yang panjang dan khas seperti berbentuk huruf “S”.
Paruh selalu berwarna hitam keabu-abuan. Tungkai kaki seluruhnya berwarna
hitam, kulit wajah kuning kehijauan dan pada musim berbiak dapat berubah warna
menjadi kemerah-merahan. Burung ini mempunyai dua bulu hias putih yang tipis
memanjang pada tengkuknya dan lebih banyak bulu pada dada dan punggungnya
yang menjuntai melebihi ekor saat musim kawin. Masa bertelur burung kuntul,
telur berwarna biru pucat, berjumlah 3-4 butir. Kuntul kecil bersarang dalam
koloni, bercampur dengan burung-burung air lainya. Burung kuntul kecil sering
mengunjungi sawah, tepian sungai, beting pasir dan berlumpur, serta sungai-
sungai kecil di pesisir. Burung kuntul kecil memangsa berbagai jenis ikan, kodok,
Crustacea, serangga air, dan belalang. Burung kuntul kecil mencari pakan dengan
berkelompok yang terpencar, juga sering bercampur dengan burung lain (Harianto
dkk, 2015).
E. Burung Kuntul Besar (Egretta alba)
Burung kuntul besar (Egretta alba ) termasuk ordo Ciconiiformes dan famili
Ardeidae (Mackinnon, 2010). Klasifikasi kuntul besar (E. alba ) sebagai berikut.
Kingdom : AnimaliaPhylum : VertebrataClass : AvesSubclass : NeornithesOrdo : PelecaniiformesFamili : ArdeidaeGenus : EgrettaSpesies : Egretta alba
14Egretta alba atau dikenal dengan burung kutul besar, memiliki ukuran tubuh lebih
besar berkisar antara 95 cm -105 cm. Pada saat tidak berbiak ujung paruh
berwarna hitam, telapak kaki, dan jari kaki berwarna kuning, tungkainya berwarna
hitam serta kulit muka bagian pipi agak kekuningan. Panjang paruh individu
dewasa berkisar antara 15cm – 20 cm (Mackinnon, 2010). Pada musim berbiak
kulit muka biru kehijauan tidak berbulu, paruh hitam, bagian paha merah tidak
berbulu, dan kaki hitam. Burung kuntul besar sewaktu terbang lehernya
membentuk seperti huruf “S” dan tidak diluruskan. Hal ini yang membedakan
burung dari keluarga Bangau (Ciconiidae) dan Ibis (Therskionithidae) yang
meluruskan leher dan merentangkan kaki-kakinya sewaktu terbang.
Berbiak di Bulan Desember-Maret, dan Bulan Februari-Juli. Sarang burung
kuntul besar berupa tumpukan ranting serupa panggung, dibuat di pucuk-pucuk
pohon yang tanahnya tergenang air. Habitat burung kuntul di lahan basah, di
pantai, terumbu karang, mangrove, gosong lumpur dan pasir, laguna serta sawah.
Burung ini merupakan jenis burung pemakan ikan, udang, belalang dan larva
capung. Pada saat kembali kesarang untuk bermalam kolompok burung ini
terbang dalam formasi V.
Penyebaran alami jenis ini mencakup wilayah luas di Asia, Afrika, Eropa, dan
Australia. Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Flores, Timor dan Kepulauan
Maluku merupakan lokasi penyebaran Egretta di Indonesia (Mackinnon, 2010).
Sebagian besar kawasan Wallacea, terutama di wilayah kepulauan, ditemukan ras
berkaki hitam (nigripes), sedangkan ras garzetta berkaki kuning hanya tercatat
15hanya sebagai pengunjung di Sulawesi Utara dan Ambon, sedangkan Papua, ras
pengunjung diduga berasal dari Australia (Harianto dkk, 2015).
F. Populasi
Populasi adalah kelompok organisme yang terdiri dari individu-individu satu
spesies yang saling berinteraksi dan melakukan perkembangbiakan pada suatu
tempat dan waktu tertentu (Alikodra, 2010). Populasi suatu jenis dapat berubah
karena beberapa faktor, yaitu keadaan lingkungan hidup satwa, keadaan sifat
hidup satwa (natalitas, mortalitas, survival) dan pergerakan satwa itu sendiri
(Alikodra, 2010). Harianto (1999) menyebutkan, bahwa kepadatan populasi
tergantung kepada tipe habitat, bentuk sosial kelompok, daerah jelajah dan
teritorialnya. Kualitas habitat yang semakin baik, semakin banyak pula jumlah
kelompok yang ada didalamnya. Berdasarkan hal tersebut maka jarak antar
individu dalam suatu daerah semakin dekat dan angka kepadatannya juga semakin
tinggi (Abdullah, 2013).
Menurut Sukmadinata (2011) mengemukakan bahwa populasi adalah kelompok
besar dan wilayah yang menjadi lingkup penelitian kita. Arikunto (2002)
mengemukakan bahwa populasi populasi dapat dibedakan sebagai berikut.
1. Populasi terbatas atau populasi terhingga, yaitu populasi yang memiliki batas
kuantitatif secara jelas karena memiliki karakteristik yang terbatas.
2. Populasi tak terbatas atau populasi tak terhingga, yaitu populasi yang tidak
dapat ditemukan batas-batasnya, sehingga tidak dapat dinyatakan dalam
bentuk jumlah secara kuantitatif.
16Dalam melakukan studi tentang suatu populasi burung, harus diketahui bahwa ada
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi populasi burung, di antaranya adalah
perubahan cuaca, bencana alam, predator, persediaan makanan, penyakit, parasit
sarang, misbah sex yang abnormal, tingkah laku teritorial dan aktivitas manusia
Sukmadinata (2011).
G. Pola Penyebaran
Pola penyebaran bergantung pada sifat fisikokimia lingkungan maupun
keistimewaan biologis organisme. Keragaman tak terbatas dari pola penyebaran
terjadi di alam dan dibedakan menjadi tiga kategori yaitu (Michael, 1994;
Julyanto dkk, 2016).
1. Penyebaran teratur atau sistematik, dimana individu-individu terdapat pada
tempat tertentu dalam komunitas. Penyebaran ini terjadi bila ada persaingan
yang keras sehingga timbul kompetisi yang mendorong pembagian ruang
hidup yang sama.
2. Penyebaran secara acak (random), dimana individu-individu menyebar dalam
beberapa tempat dan mengelompok dalam tempat lainnya. Penyebaran ini
terjadi jika lingkungan homogen.
3. Penyebaran berkelompok/berumpun, dimana individu-individu selalu ada
dalam kelompok-kelompok dan sangat jarang terlihat sendiri secara terpisah.
Pola ini umumnya dijumpai di alam, karena adanya kebutuhan akan faktor
lingkungan yang sama.
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan April – Mei 2017 di Lampung Mangrove
Center (LMC). Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten
Lampung Timur, Provinsi Lampung, Indonesia. Peta penelitian dapat dilihat pada
Gambar 2.
Gambar 2. Peta lokasi penelitian di Desa Margasari, Kecamatan LabuhanMaringgai, Kabupaten Lampung Timur dengan skala 1:30.000 padapenelitian Studi Populasi Burung Kuntul (Egretta Spp) Di LampungMangrove Center.
18B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan meliputi kertas kerja (tally sheet), adalah kertas kerja untuk
mencatat hasil selama pengamatan di lapangan, GPS digunakan untuk
menentukan titik koordinat pengamatan, binokuler merupakan alat bantu dengan
bentuk teropong pembesaran untuk melihat objek pengamatan (burung) yang
terjangkau oleh mata, jam tangan digital berguna untuk mengetahui interval waktu
dan batas waktu pengamatan, kamera DSLR yaitu untuk mendokumentasikan
hasil pengamatan dan Buku Panduan Studi Burung Pantai (Howes dkk, 2010)
sebagai alat bantu peneliti dalam mengidentifikasi spesies burung yang diamati.
Bahan atau objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah burung kuntul kecil
(E. garzetta) dan burung kuntul besar (E. alba) yang ada di lokasi penelitian. Tally
sheet lapangan yang digunakan seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Tally sheet penelitian Populasi Burung Kuntul (Egretta spp) di DesaMargasari, Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur
NoHari/
TanggalWaktu(WIB)
JenisTitik
PengamatanJumlahIndividu
KetCuaca
19C. Jenis Data
1. Data primer
Data primer yaitu data yang diperoleh dari observasi langsung di lapangan yaitu
data mengenai populasi spesies burung kuntul kecil (E. garzetta) dan burung
kuntul besar (E. alba) yang ditemukan di lokasi penelitian.
2. Data Sekunder
Data sekunder meliputi data penunjang yang berkaitan dengan penelitian ini untuk
mencari, mengumpulkan, dan menganalisis data penunjang berupa keadaan fisik
lokasi penelitian, sumber pakan bagi burung di lokasi tersebut, vegetasi, studi
literatur tentang burung kuntul kecil (E. garzetta) dan burung kuntul besar (E.
alba) dan akses menuju lokasi penelitian.
D. Batasan Penelitian
Batasan dalam penelitian ini meliputi.
1. Penelitian dilakukan selama 18 hari waktu efektif (6 hari dengan 3 kali
pengulangan di setiap titik).
2. Penelitian hanya terfokus pada spesies burung kuntul kecil (E. garzetta) dan
burung kuntul besar (E. alba).
3. Pengambilan sampel dilakukan di lokasi mangrove (Rhizophora spp.,
Soneratia spp., Avicenia spp, dan Bruguiera spp.), hutan mangrove yang
berdampingan dengan tambak, areal kawasan tambak dan areal persawahan
yang berdampingan dengan pemukiman.
204. Identifikasi jenis burung dilakukan secara visual dengan radius 50 meter.
5. Penelitian hanya dilakukan pada burung yang terlihat saja dan tidak pada
burung yang hanya didengar suaranya (tidak audio) atau tanda-tanda
keberadaannya.
6. Penelitian dilakukan sesuai dengan kondisi cuaca yaitu cuaca cerah dan
mendung, apabila hujan maka penelitian tidak dilakukan dan diganti pada hari
lain.
E. Metode Pengumpulan Data dan Cara Kerja
1. Orientasi lapangan
Orientasi lapangan dilakukan satu hari sebelum penelitian, ini bertujuan untuk
habituasi serta mengenal areal penelitian, kondisi lapangan dan titik penelitian
untuk memudahkan penelitian.
2. Penelitian burung
Penelitian burung dilakukan dengan menggunakan metode observasi langsung
yaitu menggunakan metode point count dan metode line transect (Bibby dkk,
2000; Nababan dkk, 2015). Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan diam
pada titik tertentu kemudian mencatat perjumpaan terhadap burung.
Penelitian menggunakan sembilan titik hitung (point count) di lokasi
penelitian dengan rentang waktu pada pagi hari pukul 06.00 WIB-09.00 WIB
dan pada sore hari pukul 15.00 WIB -18.00 WIB, dilakukan selama ± 180
menit, 45 menit untuk penelitian di setiap titik dan ± 15 menit adalah waktu
untuk berjalan ke titik penelitian selanjutnya dengan menggunakan line
transect sejauh mata memandang pada radius 50 meter. Penelitian populasi
21dilakukan dengan menghitung langsung jumlah burung yang diamati, serta
berdasarkan informasi dari masyarakat sekitar Desa Margasari untuk
mendukung data yang diperoleh di lapangan. Penelitian populasi dilakukan di
tiga tipe lahan mangrove, yaitu hutan mangrove (Rhizopora spp., Soneratia
spp,. Avicenia spp dan Bruguiera spp.), hutan mangrove yang berdampingan
dengan tambak, areal kawasan tambak dan sawah yang berdampingan dengan
pemukiman. Areal tambak dan mangrove merupakan salah satu habitat yang
disukai oleh jenis burung, khususnya burung air seperti spesies burung kuntul
kecil (E. garzetta) dan burung kuntul besar (E. alba) (Master dkk, 2016).
3. Kondisi habitat
Kondisi umum areal pengamatan diamati dengan metode rapid assessment.
Rapid assessment adalah metode yang digunakan untuk mengumpulkan serta
mencatat secara cepat dan akurat data pengamatan mengenai kondisi habitat
yang relevan. Metode rapid assessment tidak dapat digunakan untuk
menghitung pendugaan populasi. Pengamatan tidak harus dilakukan pada
suatu jalur khusus atau lokasi khusus. Pengamat cukup mencatat jenis-jenis
tumbuhan yang ditemukan (Bismark, 2011; Julyanto dkk, 2016).
F. Analisis Data
1. Ukuran kelompok (kelimpahan populasi)
Menurut Kwatrina dkk, (2013) bahwa ukuran kelompok merupakan jumlah
individu dalam kelompok. Data ukuran kelompok dikumpulkan dengan
mencatat jumlah individu dan lokasi sesuai keberadaan kelompok yang
22ditemukan. Populasi yang didapat dari metode line transect dan metode point
count secara statistik diperoleh dari perhitungan dengan rumus (Hernowo,
2011).
P = ± t. SE
Keterangan:
P = populasi= rata-rata
X = jumlah individun = jumlah pengamatant = table t (0,05)SE = Sx2/nSx2 = Σx2− (Σx)2/n
n−1
2. Pola penyebaran dengan aplikasi GPS (Global Positioning System).
Penentuan pola penyebaran burung kuntul kecil (E. garzeta) dan burung
kuntul besar (E. alba) menggunakan rumus Indeks Morisita (I ). Indeks
Morisita (I ) tidak dipengaruhi oleh luas stasiun pengambilan sampel dan
sangat baik untuk membandingkan pola penyebaran.= n(Σxi)2- Σxi(N)2 – N
Keterangan:
= Indeks MorisitaN = Jumlah seluruh individu dalam total nn = Jumlah seluruh plot pengambilan sampelxi = Jumlah kuntul kecil per plot/lokasi pengamatan.
Nilai indeks morisita yang diperoleh diinterpretasikan sebagai Iδ < 1 maka
pola persebaran acak (random), jika penyebaran individu cenderung seragam
23(uniform) maka Iδ = 1, dan jika penyebaran n individu cenderung cenderung
mengelompok (clumped) maka Iδ > 1 (Brower dkk, 1989; Sofiah dkk, 2013).
G. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi populasi burung,
habitat dan vegetasi dengan didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan yaitu
berupa gambar, tabel, dan peta.
H. Analisis Birdwatching
Analisis birdwatching menggunakan SIG untuk memetakan jalur pengamatan burung
pada titik-titik perjumpaan burung untuk wisatawan. Penelitian didasarkan pada
kemudahan perjumpaan burung berdasarkan kondisi lanskap dan waktu atraksi
burung.
I. Sejarah Perkembangan Hutan Mangrove di Desa Margasari
Hutan Mangrove yang terdapat di Desa Margasari merupakan bagian dari hutan
mangrove di sepanjang Pantai Timur Lampung kawasan Labuhan Maringgai yang
membujur dari Sungai Way Sekampung bagian Selatan hingga ke Utara Sungai
Way Penet (perbatasan kawasan Taman Nasional Way Kambas) (Kesuma, 2014).
Letak geografis desa ini berada pada 105 0 14’ – 105 0 55’ BT dan 4 39’ LS.
Kondisi topografi Desa Margasari adalah dataran rendah dan pantai dengan
ketinggian 1,5 mdpl dengan suhu rata-rata harian 28-400 C (Monografi Desa,
2012). Berawal dari keprihatinan keadaan hutan mangrove tersebut, Universitas
24Lampung (Unila) bekerjasama dengan masyarakat Desa Margasari Kecamatan
Labuhan Maringgai dan Pemda Kabupaten Lampung Timur untuk menggagas
sebuah ide tentang pendirian suatu pusat kegiatan pengelolaan hutan mangrove
yang disebut Lampung Mangrove Center (LMC).
Hutan mangrove alami memiliki tebal 700 meter ke arah laut Selatan Jawa pada
era tahun 1970-an, dan abrasi pantai sekitar tahun 1987-1994, serta hilangnya
tutupan mangrove karena usaha pertambakan dan penebangan liar untuk
keperluan kayu bakar. Pada akhirnya tujuan untuk mewujudkan upaya
rehabilitasi mangrove berhasil dilakukan yang dimulai sejak tahun 1995. Hingga
kini luas areal hutan mangrove sudah mencapai kurang lebih 300 hektar pada
tahun 2009. Mulai dari tahun 2010 sampai 2013 kini sudah mengalami
peningkatan luas 117,59 hektar menjadi 817,59 hektar (Profil LMC, 2012;
Kustanti dkk, 2014; Cesario dkk, 2015). Terjaganya pertumbuhan hutan
mangrove tersebut tidak lepas dari dukungan dan rasa tanggung jawab yang besar
dari masyarakat Desa Margasari untuk tetap mempertahankan keberadaan
sumberdaya alam tersebut untuk generasi masa depan.
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian Studi Populasi Burung Kuntul (Egretta Spp) di Desa
Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur
Kabupaten Lampung Timur pada April – Mei 2017 dapat disimpulkan bahwa.
1. Pola sebaran populasi termasuk dalam kriteria pola sebaran acak dengan nilai
Indeks Morisita burung kuntul kecil (Egretta garzetta) 0,25 dan kuntul besar
(Egretta alba) 0,30. Total perjumpaan ditemukan burung di ketiga titik lokasi
penelitian E. garzetta sebesar 6.794 kali perjumpaan dan E. alba sebanyak
2.975 kali perjumpaan.
2. Nilai kelimpahan populasi E. garzetta dan E. alba dengan motode Point Count
450 individu dan 188 individu. Metode Transek 21 individu dan 8 individu.
3. Kawasan Lampung Mangrove Center potensial untuk dijadikan kegiatan
ekowisata birdwatching.
44B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat diberikan adalah
sebagai berikut.
1. Saran bagi masyarakat :
a. Perlu adanya pengelolaan lingkungan yang lebih baik dan konservasi
burung air untuk menjaga stabilitas populasi burung air di Desa Margasari;
b. Telah tersedia fasilitas menara birdwatching sehingga masyarakat dapat
lebih aktif mempromosikan ekowisata birdwatching di LMC Desa
Margasari.
c. Pam Swakarsa Mangrove dapat secara mandiri menyediakan perahu yang
layak untuk para wisatawan.
2. Saran bagi peneliti :
a. Perlu dilakukannya penelitian lanjutan terkait populasi, habitat, perilaku,
makan, dan kegiatan migrasi jenis-jenis burung tertentu yang dilindungi
dan terancam punah.
3. Saran bagi pemerintah :
a. Penegakan hukum oleh pemerintah terhadap penembakan burung-burung
di LMC dengan menggunakan senapan yang dilakukan oleh oknum
tertentu.
b. Pemda Lampung Timur sebaiknya membangun sarana dan prasarana yang
nyaman bagi wisatawan di LMC Desa Margasari.
c. Pemda Lampung Timur menjadikan LMC Desa Margasari sebagai salah
satu prioritas destinasi wisata.
DAFTAR PUSTAKA
46
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah. 2013. Keberadaan burung dan penggunaan habitat di Kawasan PantaiKecamatan Syiah Kualakota Banda Aceh. Jurnal Jesbio. 2 (3): 39-44.
Adelina, M.,Harianto, S.P., danNurcahyani, N. 2016. Keanekaragaman jenisburung di Hutan Rakyat Pekon Kelungu Kecamatan Kota Agung KabupatenTanggamus. Jurnal Sylva Lestari. 4 (2): 2339-2347.
Alikodra, H. S. 2010. Teknik Pengelolaan Satwaliar dalam RangkaMempertahankan Keanekaragaman Hayati Indonesia. Buku. InstitutPertanian Bogor. Bogor. 296 p.
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Buku.Rineka Cipta.Jakarta. 108 p.
Bengen, D.G. 2002. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir. Buku.Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor.Bogor. 62 p.
Bibby, C., Jones, M., dan Marsden, S. 2000. Survei Burung. Buku. SMKGMardi Yuana. Bogor. 178 p.
Bibby, C., D.,Neil, Burgess., dan Hills, D. 2004. Bird Census Techniques.Buku. The Cambridge University Press. Cambridge. 279 p.
Bismark, M. 2011. Prosedur Operasi Standar untuk Survey Keragaman Jenispada Kawasan Konservasi. Buku. Badan Penelitian dan PengembanganKehutanan. Bogor. 37 p.
Brower, J.E,. Zar, J.H., dan Ende, C.N.V. 1989. Field and Laboratory Method forGeneral Ecology. Buku. Fourth edition. McGraw Hill Publication. Boston.273 p.
Cesario, E.A., Qurniati, R., dan Yuwono S.B. 2015. Partisipasi kelompokmasyarakat dalam pelestarian hutan mangrove di Desa Margasari KecamatanLabuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur. Jurnal Syilva Lestari. 2 (3):21—30.
47Dalem, A.A.G.R., Widana, I.N., dan Trisna I.A.T.E. 2014. Burung sebagai
atraksi ekowisata di Kawasan Pariwisata Ubud Bali. Jurnal Bumi Lestari. 14(2): 125-132.
Departemen Kehutanan. 1999. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. DepartemenKehutanan. Jakarta. 25p.
Departemen Kehutanan. 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 5Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati danEkosistemnya. Departemen Kehutanan. Jakarta. 31p.
Desmawati, I. 2010. Studi Distribusi Jenis-Jenis Burung Dilindungi Perundang-Undangan Indonesia di Kawasan Wonorejo, Surabaya. Skripsi. InstitutTeknologi Sepuluh November. Surabaya. 128 p.
Elfidasari, D. 2006. Lokasi makan tiga jenis kuntul Casmerodius albus, Egrettagarzetta, dan Bubulcus ibis di sekitar Cagar Alam Pulau Dua Serang, PropinsiBanten. Jurnal Biodiversitas. 7 (2): 187—190.
Firdaus, P.A.J., dan Aunurohim. 2015. Pola persebaran burung pantai diWonorejo, Surabaya sebagai Kawasan Important Bird Area (IBA). JurnalSains dan Seni ITS. 4 (1): 2337—3520.
Harianto, S., P., dan A. Setiawan. 1999. Konservasi Sumber Daya Hutan SuatuPengantar. Buku. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Bandar Lampung.128 p.
Harianto. S. P., Dewi. B. S., dan Wicaksono, M. D. 2015. Mangrove PesisirLampung Timur Upaya Rehabilitasi dan Peran Serta Masyarakat. Plantaxia.Yogyakarta. 89 p.
Herdiyeni, Y., Zuhud, E.A.M., dan Heryanto, R. 2014. Pembangunan databasemangrove untuk biodeversity informatics biofarmaka IPB. Jurnal IlmuPertanian Indonesia (JIPI). 19 (3): 197—203.
Hernowo, J.B. 2011. Ekologi merak hijau jawa (Pavo muticus muticus Linnaeus1758) pada beberapa tipe habitat di Ujung Timur Penyebarannya JawaTimur Indonesia. Skripsi Institut Pertanian Bogor. Bogor.200 p.
Howes, J., David, B., dan Noor, Y.S. 2003. Panduan Studi Burung Pantai. Buku.Wetland Internasional – Indonesia Programme. Bogor. 327 p
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Buku. Bumi Aksara. Jakarta. 210 p.
48Julyanto, Harianto, S.P., dan Nurcahyani, N. 2016. Studi populasi burung famili
Ardeidae di Rawa Pacing Desa Kibang Pacing Kecamatan Menggala TimurKabupaten Tulang Bawang Provinsi Lampung. Jurnal Sylva Lestari. 4 (2):109—116.
Khalid, I., Mallombasang S.N., dan Irmasari. 2015. Pola penyebaran (Nepenthesspp.) di Gunung Rorekautimbu Kawasan Taman Nasional Lore Lindu.Jurnal Warta Rimba. 3 (2): 9—14.
Kesuma, M.I. 2014. Keanekaragaman jenis burung di Lampung MangroveCenter Desa Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai KabupatenLampung Timur. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 50 p.
Komite Nasional Pengelolaan Ekosistem Lahan Basah. 2004. Strategi Nasionaldan Rencana Aksi Pengelolaan Lahan Basah Indonesia. Buku. KementrianLingkungan Hidup. Jakarta. 173 p.
Kurniawan, E., Sugeng, P.H., dan Rusita. 2017. Studi wisata pengamatan burung(birdwatching) di Lahan Basah Desa Kibang Pacing Kecamatan MenggalaTimur Kabupaten Tulang Bawang Provinsi Lampung. Jurnal Sylva Lestari.5 (1): 35—46.
Kusmana C, Wilarso S, Hilwan I, Pamoengkas P, Wibowo C, Tiryana T,Triswanto A, Yunasfi, dan Hamzah. 2003. Teknik Rehabilitasi Mangrove.Buku. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. 57 p.
Kustanti, A. 2011. Manajemen Hutan Mangrove. Buku. IPB Press. Bogor. 235p.
Kustanti, A., Nugroho, B., Nurrochman, D.R., dan Okimoto, Y. 2014. Evolusihak kepemilikan dalam pengelolaan ekosistem hutan mangrove di LampungMangrove Center. Jurnal Risalah Pertanian dan Lingkungan. 1 (3): 143—158.
Kuswanda, W. 2010. Pengaruh komposisi tumbuhan terhadap populasi burung diTaman Nasional Batang Gadis, Sumatera Utara. Jurnal Balai PenelitianKehutanan Aek Nauli. 7 (2): 193—213.
Kwatrina, R. T., Kuswanda, W., dan Setyawati, T. 2013. Sebaran dan kepadatanpopulasi siamang (Symphalangus syndactylus Raffles, 1821) di Cagar AlamDolok Sipirok dan sekitarnya, Sumatera Utara. Jurnal Penelitian Hutandan Konservasi Alam. 10 (1): 81—91.
Lewis, W. J. 2005. Interpreting For Park Visitors. Buku. Eastern National Press.US. 159 p.
49MacKinnon, J., Philips, K.., dan Van Balen, V. 2010. Burung-Burung di
Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan. Buku. Puslitbang Biologi LIPI.Bogor. 509 p.
Master, J., Nurcahyani, N., Natalia, S., dan Pertiwi, H.I. 2016. Keanekaragamanjenis burung pada areal tambak intensif di Sumatera Selatan Dan Lampung.Jurnal Biospecies. 9 (2): 24—31.
Michael, P. E. 1994.Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang danLaboratorium. Buku. Universitas Indonesia. Jakarta. 616 p.
Munawaroh, S. 2012. Keanekaragaman, Pola Sebaran, dan Asosiasi Nepenthes diHutan Kerangas Kabupaten Belitung Timur Provinsi Kepulauan Bangka-Belitung. Skripsi. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor. 100p.
Nababan, B.R.R., Setiawan, A., dan Nurcahyani, N. 2015. Keanekaragamanjenis burung di Lahan Basah Way Pegadungan Desa Rajawali KecamatanBandar Surabaya Kabupaten Lampung Tengah.Jurnal Sylva Lestari. 3 (1):71─80.
Natalia, D., Umar, U., dan Sustri. 2014. Pola penyebaran kantong semar(Nepenthes Tentaculata Hook. F) di Gunung Rorekautimbu Kawasan TamanNasional Lore Lindu.Jurnal Warta Rimba. 2 (1): 35─44.
Noerdjito, M., dan I. Maryanto. 2001. Jenis-Jenis Hayati Yang DilindungiPerundang-undangan Indonesia. Buku. Balitbang Zoologi, PuslitbangBiologi-LIPI dan The Nature Conservancy. Bogor. 217 p.
Nur, R.F., Novarianto, W., dan Nurdin, J. 2013. Kelimpahan dan pola distribusiburung rangkong (Bucerotidae) di Kawasan Pt. Kencana Sawit Indonesia(Ksi), Solok Selatan, Sumatera Barat. Jurnal Biologika. 2 (1): 27─33.
Odum, P. E. 1996. Dasar-Dasar Ekologi. Terjemahan Ir. TjahyonoSamingan, M. Sc. Buku. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 697p.
Paramita, E.C., Kuntjoro, S., dan Ambarwati, R. 2015. Keanekaragaman dankelimpahan jenis burung di Kawasan Mangrove Center Tuban. JurnalLentera Bio. 4 (3): 161─167.
Pemerintah Kabupaten Lampung Timur. 2012. Format Potensi, Perkembangan,Dan Laporan Profil Desa Dan Kelurahan. Monografi. BadanPemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa. Lampung. 318 p.
50Prasetyo, D., Darmawan, A., dan Dewi, B.S. 2017. Desain Jalur Interpretasi
Ekowisata Hutan Mangrove di Lampung Mangrove Center. Skripsi.Universitas Lampung. Bandar Lampung. 95 p.
Tim Lampung Mangrove Center. 2010. Profil (Portofolio) Lampung MangroveCenter (LMC) Pengelolaan Kolaboratif Hutan Mangrove BerbasisPemerintah, Masyarakat dan Perguruan Tinggi.Buku. Lembaga PenelitianUniversitas Lampung. 19 p.
Qiptiyah, M., Broto, B. W., dan Setiawan, H. 2013. Keragaman jenis burungpada kawasan mangrove di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai. JurnalPenelitian Kehutanan Wallacea. 2 (1): 41─50.
Romdhani, A.M., Sukarsono, dan Susetyarini R.E. 2016. Keanekaragamangastropoda hutan mangrove di Desa Baban Kecamatan Gapura KabupatenSumenep. Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia. 2 (2): 161─167.
Rusmendro, H.2009.Perbandingan keanekaragaman burung pada pagi dan sorehari di empat tipe habitat di Wilayah Pangandaran Jawa Barat. Jurnal VisVitalis. 2 (1): 8─16.
Samiyarsih, S., Brata S.T., dan Juwarno. 2016. Karakter anatomi daun tumbuhanmangrove akibat pencemaran di Hutan Mangrove Kabupaten Cilacap.Jurnal Biosfera. 33(1): 31─36.
Santosa, R.A., Harianto, S.P., dan Nircahyani, N. 2016. Perbandingan populasiburung cekakak (Halcyonidae) di Lahan Basah Desa Sungai Luar danLahan Basah Desa Kibang Pacing Kecamatan Menggala Timur KabupatenTulang Bawang.Jurnal Sylva Lestari. 4 (2): 79─88.
Sofiah, S., Setiadi, D., dan Widyatmoko, D. 2013. Pola penyebaran, kelimpahandan asosiasi bambu pada komunitas tumbuhan di Taman Wisata AlamGunung Baung Jawa Timur.Jurnal Berita Biologi. 12 (2): 239 ─247.
Sukara, G. N., Mulyani, Y. A., dan Muntasib, E. K. 2014. Potensi untukpengembangan wisata birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan KebunRaya Bogor. Jurnal Buletin Kebun Raya. 17 (1): 45─51.
Sukmadinata, N. S. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Buku. RemajaRosdakarya. Bandung. 250 p.
Sulistiyowati, H.2009. Biodiversitas mangrove di Cagar Alam Pulau Sempu.Jurnal Sainstek. 8 (1): 59─63.
Syahadat, F., Erianto, dan S.Siahaan. 2015. Studi keanekaragaman jenis burungdiurnal di Hutan Mangrove Pantai Air Mata Permai Kabupaten Ketapang.Jurnal Hutan Lestari. 3(1): 21─29.
51Takandjandji, M., dan Sawitri, R. 2010. Populasi burung merak hijau (Pavo
Muticus Linnaeus, 1766) di Ekosistem Savana Taman Nasional BaluranJawaTimur. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. 8 (1): 13−24.
Tarumingkeng, R. C. 1994. Dinamika Populasi Kajian Ekologi Kuantitatif.Buku. Pustaka Sinar Harapan dan Universitas Kristen Krida Wacana.Jakarta. 284 p.
Ulumuddin, Y.I., dan Setyawan, A.D. 2017. Eksplorasi hutan mangrove diKepulauan Tambelan dan Serasan: pada komposisi jenis, peta distribusihutan, dan potensi ancaman. Jurnal Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon. 3(1): 45−55.
Warsito, H., dan Bismark, M. 2009. Penyebaran dan populasi burung paruhbengkok pada beberapa tipe habitat di Papua. Jurnal Penelitian Hutan danKonservasi Alam. 7 (1): 93−102.
Watalee, H., Ningsih, S., dan Ramlah, S. 2013. Keanekaragaman jenis burung diHutan Rawa Saembawalati Desa Tomui Karya Kecamatan Mori AtasKabupaten Morowali. Jurnal Warta Rimba. 1 (1): 1−8.
Wiens JA. 1992. The Ecology of Bird Communities. Buku. CambridgeUniversity Press. Cambridge UK. 852 p.
Welty, J. C., dan L. Baptista. 1982. The Life of Bird. Buku. Sounders CollegePublishing. New York. 581 p.
Widyasari, K., L. Hakim, dan B. Yanuwiadi. 2013. Kajian jenis - jenis burung diDesa Ngadas sebagai dasar perencanaan jalur pengamatan burung(birdwatching). Journal of Indonesian Tourism and Development Studies.1 (3): 108−109.
Yuliasamaya, Darmawan, A., dan Hilmanto, R. 2014. Perubahan tutupan hutanmangrove di Pesisir Kabupaten Lampung Timur. Jurnal Sylva Lestari. 2 (3):111−124.