Suhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gastroenteritis

Embed Size (px)

Citation preview

SUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GASTROENTERITIS BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangGastroenteritis adalah keadaan dimana frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah/lendir saja (Sudaryat Suraatmaja.2005).Berdasarkan data yang penulis dapatkan dari catatan buku registrasi di Ruang Anggrek I Rumah Sakit Pusat Kepolisian RS. Sukanto Jakarta bulan Januari sampai Desember 2009 jumlah pasien se1uruhnya 1.298 anak, jumlah pasien anak dengan Gastroenteritis 368 anak, maka persentasinya 28 % dari seluruh pasien anak yang dirawat.

B. Tujuan Penulisan1. Tujuan Umum2. Tujuan Khusus

C. Ruang LingkupAsuhan Keperawatan pada Klien An. N dengan Gastroenteritis di Ruang Anggrek I Rumah Sakit Pusat Kepolisian Raden Said Sukanto Jakarta pada tanggal 17 Maret 2010 sampai dengan 19 Maret 2010.

D. Metode Penulisan1. Studi Kepustakaan2. Studi Kasus3. Observasi4. Wawancara5. Studi Dokumentasi6. Pemeriksaan Fisik

E. Sistematika PenulisanBAB I Pendahuluan BAB II Tinjauan Teori BAB III Tinjauan Kasus BAB IV Pembahasan BAB V Penutup Daftar Pustaka

BAB IITINJAUAN TEORITIS

A. PengertianGastroenteritis adalah keadaan dimana frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah/lendir saja (Sudaryat Suraatmaja.2005).

B. Etiologi 1. Faktor infeksi2. Faktor malabsorpsi3. Faktor makanan4. Faktor psikologis5. Faktor obat-obatan tertentu

C. Patofisiologi1. Proses penyakit Gastroenteritis, yang terjadi merupakan proses dari Transfor aktif akibat rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit ke dalam usus halus. Sel dalam mukosa intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga menurunkan area permukaan intestinal dan terjadi gangguan absorpsi cairan elektrolit.

2. Manifestasi Klinik

3. Komplikasi

D. Penatalaksanaan1. Therapy2. Tindakan Medis

E. Tumbuh Kembang Pada Anak Usia Infant (0 12 bulan)1. PerkembanganPerkembangan adalah suatu proses yang terjadi secara simultan dengan pertumbuhan yang menghasilkan kwalitas individu untuk berfungsi, yang dihasilkan melalui proses belajar dari lingkungan (Yupi Supartini, 2004 hal 49).a. Motorik kasarb. Motorik halusd. Sosialisasi

2. PertumbuhanPertumbuhan adalah suatu proses alamiah yang terjadi pada individu, yaitu secara bertahap berat dan tinggi anak akan semakin bertambah dan secara simultan mengalami peningkatan kemampuan untuk berfungsi baik secara kognitif, psikososial, dan spiritual (Yupi Supartini, 2004 hal 66).

F. Dampak Hospitalisasi Pada Anak Usia Infant (0 12 bulan)

G. Pengkajian Keperawatan

H. Diagnosa Keperawatan1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output yang berlebihan.2. Perubahan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan mikroorganisme yang menembus saluran gastrointestinal4. Resiko tinggi terjadinya kerusakan integritas kulit (daerah sekitar anus) berhubungan dengan seringnya buang air besar.5. Kecemasan pada anak atau orang tua berhubungan dengan hospitalisasi6. Kurang pengetahuan orang tua tentang gastroenteritis berhubungan dengan kurang informasi.

I. Perencanaan Keperawatan

J. Pelaksanaan Keperawatan

K. Evaluasi Keperawatan

BAB IIITINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Keperawatan1. Data biografia. Identitas Klienb. Identitas Orangtua

2. ResumeKlien An. N umur 3 bulan, jenis kelamin Perempuan, masuk di Ruang Anggrek I pada tanggal 16 Maret 2010 jam 12.00 WIB dengan keluhan sejak 3 hari SMRS klien mencret 3x/hari, demam. Keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis, observasi tanda-tanda vital : SH : 38c, N : 100x/menit, Rr : 22x/menit, BB : 5,7 kg. Therapi yang di berikan IVFD KAEN 3B 24 tetes/menit (micro), Injeksi Cefotaxsime 2 x 200 mg/IV, Sanmol Drop 3 x 0,6 cc, Lacto B 1 x 1 sach. Pemeriksaan darah tanggal 16 Maret 2010 : Hemoglobin : 11,3 g/dl, Leukosit : 13.500 ul, Hematrokrit : 35%, Trombosit : 478.000 ul, Elektrolit : Natrium : 136 mmol/1, Kalium : 4,1 mmol/1, Chlorida 111 mmol/1. Masalah keperawatan yaitu : kekurangan volume cairan dan peningkatan suhu tubuh. Tindakan keperawatan : mengobservasi tanda tanda vital, mengompres dengan air biasa, dan memonitor tetesan infus.

3. Riwayat Kesehatan Masa Lalua. Riwayat Kehamilan dan kelahiranb. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembanganc. Penyakit-Penyakit yang pernah diderita.d. Pernah dirawat Di Rumah Sakit.e. Obat-obatanf. Tindakan (misalnya: operasi) Klien tidak pernah dioperasi.g. Alergih. Kecelakaani. Imunisasij. Kebiasaan Sehari-hari

4. Riwayat Kesehatan Keluaragaa. Susunan keluarga (genogram)b. Riwayat penyakit keluarga

5. Riwayat Kesehatan Lingkungana. Resiko bahaya kecelakaan b. tempat bermain

6. Riwayat Kesehatan Sekaranga. Riwayat penyakit sekarangb. Pengkajian fisik secara fungsional1) Nutrisi dan Metabolisme2) Respirasi/Sirkulasi3) Eliminasi4) Aktifitas / Latihan5) Kognitif6) Konsep Diri7) Tidur / Istirahat

7. Dampak HospitalisasiAnak rewel dan sering menangis, orang tua klien selalu menanyakan tentang penyakit anaknya karena sudah di rawat 2x

8. Tingkat Perkembangan Saat IniMotorik kasar bayi dapat mengangkat kepala,motorik halus bayi dapat meggenggam mainan, bahasa menangis dan berceloteh, sosialisasi masih dengan ibu dan orang sekitar

9. Pemeriksaan PenunjangHasil pemeriksaan laboratorium tanggal 16 Maret 2010: - Haemoglobin :11,3g/dl, - Leukosit : 13500 u1, - Hematokrit : 35%, - Trombosit : 478000/ul, - Natrium: 136 mmol/1, - Kalium: 4,1 mmol/1, - Chlorida: 111 mmol/1.

10. Penatalaksanaan Therapy yang diberikan pada tanggal 16 Maret 2010 adalah - IVFD KAEN 3 B, 24 tetes/menit (mikrodrip), - Lacto B 1x1 sach, - Sanmol drop 3x0,6 cc, - diet ASI + PASI (Bebelac 4x60 cc).

11. Data Fokus

NO DIAGNOSA MASALAH ETIOLOGI1 DS : Ibu klien mengatakan anaknya BAB sudah 3x sejak pagi hari. Resiko kurang volume cairan Output yang berlebihDO :-Mukosa bibir lembab- BAB3 x/hari konsistensi cair- Turgor kulit elastis- Suhu :37 c- Ht : 35 %- Intake : 480 cc- Output : 377 cc- Balance : 103 cc

B. Diagnosa Keperawatan1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan output yang berlebihan2. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan seringnya BAB3. Rewel pada anak berhubungan dengan dampak hospitasisasi4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit diare, dan cara membersihkan botol susu yang benar.

C. Perencanaan, Pelaksanaan Dan Evaluasi1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan output yang berlebihan, ditandai dengan :Rencana Tindakan:a. Monitor tanda-tanda dehidrasib. Ukur Intake dan Output setiap 8 jamc. Observasi tanda-tanda vital setiap 8 jamd. Monitor tetesan infus KAEN 3B 24 tts/menit (mikrodrip)Pelaksanaan:Tanggal : 17 Maret 2010Pukul 10.35 WIB Mengkaji tanda tanda dehidrasi, hasil : kelopak mata tidak cekung, mukosa bibir lembab, turgor kulit elastis, Pukul 10.40 WIB mengukur intake output cairan, hasil : intake : 480 cc, output : 37 cc, balance : +103 cc. Pukul 10.50 WIB mengobservasi tanda tanda vital, hasil : S : 37 c, Nd : 100 x/mnt, Rr : 22 x/mnt. Pukul 10.55 WIB mengukur lingkar kepala, lingkar dada, dan lingkar lengan atas, hasil : LK : 38 cm, LD : 37 cm, LLA : 13 cm. Pukul 14.00 WIB menghitung intake - output, hasil : ASI 3x, PASI 5x60 cc = 300 cc, infuse 7x24+1 s/mt = 168 cc. Pukul 14.30 WIB mengobservasi tetesan infuse, hasil : tetesan infus KAEN 3 B 24 tts/mnt (mikrodrip)berjalan lancar.Tanggal 18 Maret 2010Pukul 05.30 WIB, mengkaji intake output (10 jam), hasil : BABcc (-), Urine : 114 cc, Infus : 10 jam 240 cc, IWL : 340cc, minum ASI 4x, Pasi 5x = 560 cc. Intake 240 cc + 560 cc =800cc, Output : 114 cc + 340 cc = 454 cc, Balance cairan : 800 cc 454 cc = 346 cc. Pukul 05.45 WIB, mengkaji tanda tanda dehidrasi, hasil : kelopak mata tidak cekung, mukosa bibir lembab, turgor kulit elastis, ibu klien mengatakan anaknya mau minum.Tanggal 19 Maret 2010Pukul 06.20 WIB mengobservasi tanda tanda vital, hasil Sh : 36 C, Nd : 100 x/mnt, Rr : 24 x/menit. Pukul 06.25 WIB memonitor tanda tanda dehidrasi hasil : turgor kulit elastis, kelopak mata tidak cekung, mukosa bibir lembab. Pukul 06.40 WIB memonitor intake output, hasil : PASI 2 x 60 cc = 120 cc, ASI : 5 x 60 cc = 300 cc, BAB 2 x 50 cc = 100 cc, IWL : (30 ) x 5,7 = 170 cc, Urine : 5,7 x 2 x 17 = 194 cc. intake : 948 cc output 464 cc = balance 484 cc. Pukul 08.00 WIB, memonitor tetesan infuse, hasil : infuse KAEN 3 B 24 tetes /menit (mikrodrip) berjalan lancar. Pukul 14.00 WIB, mengobservasi Tanda tanda vital, hasil : Sh : 36 c, Nd : 120 x/mnt, Rr : 24 x mnt. Pukul 14.10 WIB, memonitor tanda tanda dehidrasi, hasil : turgor kulit elastis, kelopak mata tidak cekung, mukosa bibir lembab. Pukul 14.15 WIB memonitor intake- output /7jam, hasil : PASI 2 x 60 cc = 120 cc, ASI 2x60 = 120 cc, infuse 60 = 168 cc, intake = 408 cc, BAB (-), urine : 5,7 x 2 x7 = 80 cc, IWL : 170 cc, output : 250 cc, balance cairan 408 cc 250 cc = 158 cc.

Evaluasi:Tanggal 18 Maret 2010Pukul 07.00 WIBS : -O : Memonitor intake 800 cc, output 454 cc, balance 346 cc, kelopak mata tidak cekung, mukosa bibir lembab, turgor kulit elastic.A : Tujuan belum tercapai, masalah belum teratasi.P : Tindakan keperawatan dilanjutkan, poin a,b,c,d.Tanggal 19 Maret 2010Pukul 07.00 WIBS : -O : BAB klien berwarna kuning, Mukosa bibir lembab, dan Infus terpasang KAEN 3B 24 tetes/menit (mikrodrip), Intake 948 cc, output 464 cc, balance cairan 484 cc.A : Tujuan tercapai masalah teratasi.P : Tindakan keperawatan dipertahankan, poin a,b,c,d.Pukul 15.00 WIBS : -O : Intake 408 cc, Output 250 cc, Balance cairan 158 cc, kelopak mata tidak cekung, mukosa bibir lembab, turgor kulit elastic.A : Tujuan tercapai masalah teratasiP : Tindakan keperawatan di hentikan.

BAB IVPEMBAHASAN

A. Pengkajian KeperawatanData yang ada pada teori tetapi tidak ada pada kasus adalah suhu tubuh meningkat, feses cair, terdapat lendir dan darah, berat badan menurun, mata cekung. karena mendapatkan pemberian cairan yang adekuat berupa ASI dan PASI serta therapi pengobatan. Masalah yang ada pada kasus tetapi tidak ada pada teori yaitu rewel, ini di munculkan karena pada saat pengkajian anak tampak menangis, hal ini disebabkan karena rasa tidak nyaman.Pada pemeriksaan penunjang yang ada pada kasus tetapi tidak sesuai di teori adalah pemeriksaan laboratorium (Trombosit) seharusnya untuk mendeteksi kemungkinan adanya penyakit lain (seperti DBD)

B. Diagnosa KeperawatanDiagnosa keperawatan yang ada pada teori tetapi tidak terdapat pada kasus yaitu:1. Perubahan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.Diagnosa ini dimunculkan karena klien tidak mengalami masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi.Menghisap ASI+PASI kuat dan tidak mengalami mual muntah.2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan mikroorganisme yang menembus gastrointestinal. Diagnosa ini tidak dimunculkan karena klien sudah mendapatkan terapi pengobatan dalam tahap penyembuhan. Klien mengalami gastroenteritis karena faktor infeksi, ini dibuktikan dengan hasil laboratorium Leukosit : 13.500 ul.Sedangkan diagnosa yang ada pada kasus tidak ada pada teori yaitu rewel pada anak berhubungan dengan dampak hospitalisasi.Diagnosa ini muncul karena anak rewel, merasa tidak nyaman dan menangis apabila banyak pengunjung.

C. Perencanaan KeperawatanPada perencanaan terjadi kesenjangan antara teori dan kasus. Pada teori perencanaan tujuan tidak menggunakan waktu untuk setiap diagnosa tetapi pada kasus perencanaan tujuan menggunakan waktu dan rasionalisasi penerapan tujuan dan kriteria hasil yang penulis tetapkan pada kasus disesuaikan dengan keadaan klien dan diharapkan hasil yang diinginkan dicapai pada kasus sesuai dengan tujuan, sehingga tindakan yang dilakukan tidak menyimpang dan efektif serta efisien.Tidak semua rencana tindakan yang penulis buat dapat dilaksanakan sendiri oleh penulis karena keterbatasan waktu penulis yang hanya memiliki waktu 1x8 jam di ruangan, alternatif pemecahan masalahnya adalah bekerja sama dengan perawat ruangan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.

D. Pelaksanaan KeperawatanPada tahap pelaksanaan penulis dan perawat ruangan melakukan tindakan yang telah direncanakan untuk klien diare. Tetapi ada tindakan perawat di ruangan yang tidak sesuai dengan teori, antara lain:a. Untuk mengobservasi tanda-tanda vital seharusnya pada pemakaian termometer sesudah dipergunakan harus dibersihkan dahulu dengan menggunakan air sabun, air lysol, dan air biasa, tetapi di ruangan langsung digunakan untuk pasien lain. Ini dapat menyebabkan infeksi silang ke pasien lain, karena anak rentan terhadap infeksi.b. Untuk diagnosa kurang pengetahuan penulis memberikan pendidikan kesehatan pada orang tua klien tetapi tidak dilakukan di ruang Anggrek I karena keterbatasan jumlah perawat.

E. Evaluasi KeperawatanEvaluasi merupakan tahap akhir dan proses keperawatan. Pada tahap ini penulis menilai sejauh mana tujuan keperawatan dapat tercapai hasil evaluasi yang digunakan untuk menuju asuhan keperawatan selanjutnya, apakah rencana tindakan itu sudah dapat dihentikan, dimodifikasi kembali atau perlu dipertahankan.

BAB VPENUTUP

A. KesimpulanPemeriksaan penunjang yang ada pada kasus tetapi tidak ada pada teori adalah pemeriksaan trombosit.Diagnosa keperawatan yang ada pada teori tetapi tidak muncul pada kasus adalah resiko tinggi infeksi masuknya mikroorganisme yang menembus gastrointerstinal. Dan perubahan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.Pada perencanaan tujuan tidak menggunakan waktu untuk setiap diagnosa tetapi pada kasus perencanaan tujuan menggunakan waktu dan rasionalisasi penerapan tujuan dan kriteria hasil yang penulis tetapkan pada kasus disesuaikan dengan keadaan klien.Pelaksanaan di ruangan yang tidak sesuai dengan prosedur, antara lain mengukur suhu pada anak dengan prinsip septic, dan pendidikan kesehatan.Evaluasi keperawatan, masalah yang sudah teratasi kurang pengetahuan tentang penyakit gastroenteritis dan cara membersihkan botol susu yang benar, berhubungan dengan kurangnya informasi. Sedangkan untuk diagnosa yang lainnya belum teratasi dan masih dipertahankan oleh perawat di ruangan. Tiga dari empat masalah teratasi, faktor pendukungnya adalah kerjasama yang baik antara perawat senior yang baik, Tim medis, tenaga kesehatan yang lain dan perawat non medis sehingga membantu keberhasilan asuhan keperawatan.

B. Saran1. Untuk Perawat Sebaiknya perawat dalam memberikan asuhan keperawatan harus lebih memperhatikan faktor penyebab maupun faktor pencetus dari penyakit yang diderita anak dan memberikan pendidikan kesehatan pada orang tua klien dan klien agar masalah yang menyebabkan klien dirawat dapat diatasi sehingga tidak terjadi perawatan yang berulang 2. Untuk Orangtua KlienMenjaga kebersihan lingkungan rumah, dan membiasakan diri untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah memberi makan anak serta menjaga personal hygiene dan memberi mainan anak yang bersih dan dapat dicuci, dan bila terjadi diare pada anak sebelum di bawah ke rumah sakit, diberikan larutan gula garam.

DAFTAR PUSTAKA

Betz, Cecily Lynn. Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC, 2009.

Doengoes, E Marilyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3 Jakarta; EGC.

Ngastiyah, 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta; EGC.

Nursalam Dr. et. Al. 2005 Asuhann Keperawatan Bayi dan Anak. Edisi I Jakarta : Salemba Medika.

Smeltzer C Suzanne, Brenda G Bare, Keperawatan Medikal Bedah, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta; EGC.