Superimposed Shila

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kesehatan

Citation preview

  • 5/22/2018 Superimposed Shila

    1/56

    1

    Tanggal masuk: 30 Juni 2014 No. Rekam Medis : 241172

    Pukul: 14.45 WIB G4P3A0

    Ruangan: RB kelas III

    A. IDENTITAS

    Nama : Ny. M

    Umur : 42 tahun

    Suku : Jawa

    Agama : Islam

    Pendidikan : SD

    Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

    Alamat : Seputih Banyak

    Nama suami : Tn. X

    Umur : 48 Tahun

    Suku : jawa

    Agama : Islam

    Pendidikan : SD

    Pekerjaan : Petani

    Alamat : Seputih Banyak

    B. ANAMNESIS

    1. Keluhan UtamaPusing berputar

  • 5/22/2018 Superimposed Shila

    2/56

    2

    Keluhan Tambahan

    Pandangan mata kabur, mual

    2. Riwayat Penyakit Sekarang (LOKKKMM)a. Lokasi : cramialb.Onset : Sejak 2 hari SMRSc. Kualitas :berputar, disertai muald.Kuantitas:hilang timbule. Kronologis: Seorang ibu mengaku hamil 6 bulan datang ke UGD

    RSUAY pada tanggal 30 Juni pukul 14.45 WIB dengan keluhan

    kepala terasa pusing sejak 2hari SMRS, keluhan dirasakan semakin

    berat disertai perasaan mual dan pandangan terasa kabur . BAB dan

    BAK tidak ada kelainan..

    Pasien mengaku memiliki riwayat darah tinggi sejak kelahiran anak ke

    2.

    Karena khawatir akan kondisi diri dan janinnya, pasien ini

    memeriksakan diriny ke UGD RSAY

    f. Menyertai: pandangan kaburg.

    Mempengaruhi:-

    Riwayat Menstruasi

    Menarche : 13 tahun

    Siklus haid : 28 hari, teratur

    Jumlah : 3x ganti pembalut

  • 5/22/2018 Superimposed Shila

    3/56

    3

    Lama : 7 hari

    3. Riwayat Perkawinana. Kawin ke : satu

    b. Lamanya Perkawinan : menikah sejak tahun 2000

    4. Riwayat Kehamilan SekarangHPHT : 19-1-2014

    THP : 26-10-14

    ANC : 2 kali sebelum masuk RS di Bidan Keluhan : Mual

    dan muntah di awal kehamilan

    5. Riwayat Kehamilan, Persalinan yang LaluHa

    mil

    ke

    Tahun Jenis

    kelami

    n

    Jenis

    Persalinan

    Penyulit Penolong BB.

    Lahir

    Keadaan

    anak

    Masa

    Nifas

    1

    2

    3

    1996

    2002

    2006

    peremp

    uan

    laki-

    laki

    laki-

    laki

    Aterm

    Pervaginam

    spontan

    Aterm

    Pervaginam

    Spontan

    Aterm

    pervaginam

    spontan

    Tidak

    ada

    Tidak

    ada

    Tekana

    n darah

    tinggi

    Bidan

    Bidan

    bidan

    2,8 kg

    2,9 kg

    2,9

    Sehat

    Sehat

    sehat

    Dbn

    Dbn

    dbn

  • 5/22/2018 Superimposed Shila

    4/56

    4

    6. Riwayat GinekologiTidak ada riwayat penyakit ginekologi

    7. Riwayat Keluarga BerencanaPasien mengaku mengguanakan KB pil setelah kelahiran anak kedua

    (catatan: KB suntik tidak bisa diberian karena tekanan darah ibu tinggi)

    8. Riwayat Penyakit DahuluPasien mengaku mempunyai riwayat penyakit darah tinggi, tetapi tidak

    memiliki penyakit kencing manis, penyakit jantung, ginjal dan asma.

    Pasien juga mengaku mata kirinya tidak dapat melihat jelas sejak kecil.

    9. Riwayat Penyakit KeluargaPasien menyangkal jika di keluarga ada yang menderita penyakit jantung,

    ginjal, asma, dan kencing manis. Pasien tidak tahu apakah ibu pasien

    pernah mengalami hal yang sama saat hamil.

    C. PEMERIKSAAN FISIK

    Status Present

    1.Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

    Kesadaran : Compos Mentis

    2. Status Emosional : Stabil

    3. Tanda Vital

    TD : 180/90 mmHg

    N : 100 x / ment

  • 5/22/2018 Superimposed Shila

    5/56

    5

    RR : 28 x / menit

    Suhu : 36,8 C

    4. Muka Edema : Tak

    Konjungtiva : tidak anemis

    Sklera Mata : tidak ikterik

    Mata : VOD 6/75, VOS 6/75

    5. Leher : Dalam batas normal

    6. Dada : simetris

    7. Paru : vesikuler (+), Rhonki (-), wheezing (-)

    8. Jantung : BJ I-II Murni, murmur (-), gallops (-)

    9. Pinggang : tidak ada nyeri

    10. Ektremitas

    Odema tangan dan jari : Tak

    Odema tibia, kaki : Tak

    Varices tungkai : Tak

    Refleks patela kanan : dalam batas normal

    Reflek patela kiri : dalam batas normal

    11. Abdomen

    Inspeksi : tidak ada bekas luka operasi

    Pembesaran perut : (+)

    Asites : tak

    Tinggi fundus uteri : 24 cm

    HIS : (-)

    Denyut jantung janin : 145 kali/ menit

  • 5/22/2018 Superimposed Shila

    6/56

    6

    Taksiran berat janin : Rumus jhonson = (24-12) x 155 = 1860 gr

    Leopold : letak memanjang presentasi kepala,

    punggung kanan

    12. Periksa Dalam : (3 Juli 2014) belum ada pembukaan, portio kaku

    D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    1. Laboratorium :

    a) cek darah lengkapDarah lengkap tanggal 30 Juni

    Hb : 12,2 gr/dl

    Ht : 36,4 %

    Leukosit : 12,2 x 103/mm3

    Trombosit : 350/mm3

    Gula darah sewaktu: 75 mg/dl

    b) fungsi ginjal

    ureum : 21 mg/dl

    creatinin : 1,02 mg/dl

    as. Urat : 6,7 mg/dl

    c) cek urinalisis

  • 5/22/2018 Superimposed Shila

    7/56

    7

    Protein : + +

    Saran pemeriksaan lab: LDH, gambaran apusan darah tepi dan birillubin,

    serta pemeriksaan SGOT SGPT

    2. USG (3 Juli 2014)

    JTH preskep, usia kehamilan 27-28 minggu, TBJ 1200-1400, ICA>10cm

    3. Funduskopi (oleh dokter Sp.M tanggal 1 Juli 2014)

    Kesan tidak terdapat gangguan pada retina

    4. EKG

    Kesan sinus tachicardia

    E. DIAGNOSIS OBSTETRI

    G4P3A0, 42 tahun, umur kehamilan 27 minggu, janin tunggal hidup

    intrauterin, belum inpartu dengan PEB superimposed

    F. TATALAKSANA ATAS INDIKASI

    1. Medikamentosa IVFD RL/Dx 5% 20 gtt/menit DC catheter fluid control MgSO4 sesuai protap pre eklampsia berat Ampicilin 3 x 1 gr IV Nifedipine 4 x 10 gr Ranitidine inj /12 jam

  • 5/22/2018 Superimposed Shila

    8/56

    8

    2. Saran : tirah baring total dengan oksigen terpasang, awasi tanda-tandakejang, awasi tanda intoksikasi MgS04, pantau tekanan darah, DJJ dan

    tanda vital. Dapat diberikan dexamethason 10 mg iv/ 12 jam, dapat

    pula diberikan antiagregasi trombosit (asam asetil salisilat) 8mg/24

    jam.

    3. Penatalaksanaan ekspektatif dengan terapi medisinal. Perencanaanuntuk penatalaksanaan aktif dengan terminasi kehamilan per vaginam/

    per abdominam setelah keadaan ibu stabil dan kehamilan aterm.

    FOLLOW-UP PASIEN DI BANGSAL

    30 Juni 2014

    S: kepala pusing, mata kabur

    O: Keadaan umum : Tampak sakit sedang

    TD : 180/100 mmHg

    T : 36,8oC,

    N : 120x/ menit

    RR : 24x/menit

    His : (-)

    DJJ : 167 x/menit

    PPV : -

    Tanda inpartu : (-)

  • 5/22/2018 Superimposed Shila

    9/56

    9

    A: G4P3A0, 42 tahun, umur kehamilan 27 minggu, janin tunggal

    hidup intrauterin, belum inpartu dengan hipertensi kronik superimposed

    berat

    P: - MgSO4 sesuai protap

    - IVRL 20 tetes/menit

    - Antibiotik 3 x 1 gr IV

    -Nifedipine 3 x 10 gr

    -Dexamethason 2x5 mg

    - Konsul dokter Sp.OG

    1 Juli 2014

    S: Kepala pusing mata kabur

    O: Keadaan umum : Tampak sakit sedang

    TD : 180/110 mmHg

    T : 36,8o

    C,

    N : 120x/ menit

    RR : 24x/menit

    His : (-)

    DJJ : 138 x/menit

    PPV : -

    Tanda inpartu : (-)

    A: G4P3A0, 42 tahun, umur kehamilan 27 minggu, janin tunggal

    hidup intrauterin, belum inpartu dengan hipertensi kronik superimposed

    berat pasca pematangan paru

    P: - MgSO4 sesuai protap

    - IVRL 20 tetes/menit

    - Ampisilin 3 x 1 gr IV

  • 5/22/2018 Superimposed Shila

    10/56

    10

    -Nifedipine 4 x 10 gr

    - Konsul dokter Sp.PD

    -Konsul dokter Sp.M

    2 Juli 2014

    S: Kepala pusing

    O: Keadaan umum : Tampak sakit sedang

    TD : 160/90 mmHg

    T : 36,8oC,

    N : 80x/ menit

    RR : 24x/menit

    His : (-)

    DJJ : 134 x/menit

    PPV : -

    Tanda inpartu : (-)

    A: G4P3A0, 42 tahun, umur kehamilan 27 minggu, janin tunggal hidup

    intrauterin, belum inpartu dengan hipertensi kronik superimposed berat pasca

    pematangan paru

    P: - MgSO4 sesuai protap

    - IVRL 20 tetes/menit

    - Ampisilin3 x 1 gr IV

    -Amlodipin 1 x 10mg (oral)

    -Nifedipin 4x10 mg oral

    3 Juli 2014

  • 5/22/2018 Superimposed Shila

    11/56

    11

    S: keluhan pusing berkurang, mata kabur berkurang

    O: Keadaan umum : Tampak sakit sedang

    TD : 170/100

    T : 36,8oC,

    N : 72x/ menit

    RR : 24x/menit

    His : (-)

    DJJ : 141

    PPV : -

    Tanda inpartu : (-)

    A: G4P3A0, 42 tahun, umur kehamilan 27 minggu, janin tunggal

    hidup intrauterin, belum inpartu dengan hipertensi kronik superimposed

    berat pasca pematangan paru

    P: - MgSO4 sesuai protap

    - IVRL 20 tetes/menit

    - Ampisilin 3 x 1 gr IV

    -nifedipin 4 x 10 mg

    -dopamet 3 x 500 mg

    - Aspilets 1x 80 mg

    -calsium 3x 500mg

    - Konsultasi dokter Sp.OG

    4 Juli 2014

    S: keluhan (-)

    O: Keadaan umum : Tampak sakit sedang

    TD : 110/90

    T : 36,7oC,

    N : 92x/ menit

  • 5/22/2018 Superimposed Shila

    12/56

    12

    RR : 24x/menit

    His : (-)

    DJJ : 139

    PPV : -

    Tanda inpartu : (-)

    A: G4P3A0, 42 tahun, umur kehamilan 27 minggu, janin tunggal

    hidup intrauterin, belum inpartu dengan hipertensi kronik superimposed

    berat pasca pematangan paru

    P: - MgSO4 sesuai protap

    - IVRL 20 tetes/menit

    - Ampisilin 3 x 1 gr IV

    -nifedipin 4 x 10 mg

    -dopamet 3 x 500 mg

    - Aspilets 1x 80 mg

    -calsium 3x 500mg

    5 Juli 2014

    S: pusingO: Keadaan umum : Tampak sakit sedang

    TD : 140/90

    T : 36,8oC,

    N : 96x/ menit

    RR : 24x/menit

    His : (-)

    DJJ : 142

  • 5/22/2018 Superimposed Shila

    13/56

    13

    PPV : -

    Tanda inpartu : (-)

    A: G4P3A0, 42 tahun, umur kehamilan 27 minggu, janin tunggal hidup

    intrauterin, belum inpartu dengan hipertensi kronik superimposed berat pasca

    pematangan paru

    P:

    - IVRL 20 tetes/menit

    - Ampisilin 3 x 1 gr IV

    -nifedipin 4 x 10 mg

    -dopamet 3 x 500 mg

    - Aspilets 1x 80 mg

    -calsium 3x 500mg

    6 Juli 2014

    S: pusing

    O: Keadaan umum : Tampak sakit sedang

    TD : 160/90

    T : 36,8oC,

    N : 96x/ menit

    RR : 24x/menit

    His : (-)

    DJJ : 142

    PPV : -

    Tanda inpartu : (-)

    A: G4P3A0, 42 tahun, umur kehamilan 27 minggu, janin tunggal hidup

    intrauterin, belum inpartu dengan hipertensi kronik superimposed berat pasca

    pematangan paru

  • 5/22/2018 Superimposed Shila

    14/56

    14

    P: Pasien pulang dengan kontrol poli per 7 hari

    Nifedipine 4x 10 mg

    Calcium 1x500 mg

  • 5/22/2018 Superimposed Shila

    15/56

    15

    ANALISIS

    1. Apakah diagnosa pada kasus sudah benar?

    Pada kasus ini, ny. S didiagnosa dengan diagnosa sebagai berikut:

    G4P3A0, 42 tahun, umur kehamilan 27 minggu, janin tunggal hidup

    intrauterin, belum inpartu dengan PEB superimposed

    Diagnosa tersebut ditentukan melalui anamnesa, pemeriksaan fisik, serta

    pemeriksaan penunjang yang telah dilalui pasien

    a. G4P3A0, 42 tahun, umur kehamilan 27 minggu

    diagnosa ini didapatkan dari anamnesa, riwayat kehamilan didapatkan dari

    keterangan pasien dan suami pasien, serta umur kehamilan dihitung dari

    HPHT yakni tanggal19 januari 2014

    b. Janin tunggal hidup intrauterine

    diagnosa ini didapatkan dari pemeriksaan fisik yakni palpasi dengan leopold,

    serta denyut jantung janin yang terdengar dari satu janin dengan pemeriksaan

    menggunakan stetoskop monoral dan featal phone.

    c. Belum inpartu

  • 5/22/2018 Superimposed Shila

    16/56

    16

    Diagnosa ini ditegakkan karena belum adanya tanda-tanda inpartu pada pasien

    berupa his atau perasaan mules, keluarnya lendir bercampur darah, dan belum ada

    nya pembukaan serviks uteri.

    d. hipertensi kronik superimposed

    Hipertensi kronik adalah hipertensi pada ibu hamil yang sudah ditemukan

    seb,elum kehamilan atau yang ditemukan pada umur kehamilan < 20 minggu, dan

    yang menetap setelah 12 minggu pascasalin. Hipertensi kronis yang diperberat

    oleh preeklamsi atau eklamsi adalah preeklamsi atau eklamsi yang timbul pada

    hipertensi kronis dan disebut juga Superimposed Preeclampsia

    .

    Sedangkan impending eklampsia adalah istilah terhadap kasus pre eklampsia

    dengan gejala gejala berupa nyeri ulu hati, nyeri kepala bagian frontal serta

    pandangan yang menjadi kabur.

    2. apakah tatalaksana sudah benar?

    Pasien preeclampsia berat harus diterapi profilaksis MgSO4 untuk mencegah

    kejang, baik dengan atau tanpa hipertensi. Bolus 4-6 g MgSO4 20% sebagai

    dosis awal, diikuti dengan infus 2 g/jam. Pemberian infus ini harus dititrasi

    sesuai produksi urin dan diobservasi terhadap tanda dan gejala keracunan

    MgSO4. Jika terjadi keracunan, berikan 10-20 ml kalsium glukonat 10% iv.

    Terapi anti hipertensi harus dimulai jika tekanan darah menetap > 160/110

    mmHg di samping penggunaan MgSO4. Hal ini berguna menurunkan risiko

  • 5/22/2018 Superimposed Shila

    17/56

    17

    perdarahan otak, solusio plasenta dan kejang pada ibu. Tujuannya

    mempertahankan tekanan darah diastolik 90 - 100 mmHg. Anti hipertensi

    yang sering digunakan adalah hydralazine (Apresoline) iv dalam dosis kecil

    2,5-5 mg (dosis awal 5 mg) tiap 15-20 menit sampai tekanan darah yang

    diinginkan tercapai. Labetalol (Normodyne) dan nifedipin juga digunakan

    dan memberikan hasil baik. Karena efek potensiasi, harus hati-hati bila

    nifedipin dan MgSO4 diberikan bersamaan. Diuretik dapat mengganggu

    perfusi plasenta sehingga tidak dapat digunakan.(4)

    Penatalaksanaan Sindroma HELLP

    a. Penilaian dan stabilisasi kondisi ibu :

    - Bila DIC (+), koreksi faktor pembekuan

    - Pemberian profilaksis anti kejang dengan Sulfas Magnesikus

    - Penanganan hipertensi berat

    - CT- scan dan USG abdomen bila dicurigai adanya hematom hepar

    subkapsular

    b. Evaluasi kesejahteraan janin:

    - Non Stress Test

    - Profil biofisik

    - Ultrasonografi biometri

    c. Evaluasi kematangan paru, jika usia kehamilan < 35 minggu

    - Jika paru telah matang, segera lahirkan

    - Jika paru belum matang, beri kortikosteroid, kemudian lahirkan

    d. Jika usia kehamilan 35 minggu, setelah kondisi ibu stabil, segera lahirkan

  • 5/22/2018 Superimposed Shila

    18/56

    18

    Adanya sindroma HELLP ini tidak merupakan indikasi untuk melahirkan

    segera dengan cara seksio sesarea. Yang harus dipertimbangkan adalah

    kondisi ibu dan bayi. Ibu yang telah mengalami stabilisasi dapat melahirkan

    pervaginam, bila tidak ada kontra indikasi obstetrik. Persalinan dapat

    diinduksi dengan oksitosin pada semua kehamilan 32 minggu. Ataupun

    kehamilan < 32 minggu dengan serviks yang telah matang untuk diinduksi.

    Pada kehamilan < 32 minggu dengan serviks yang belum matang, seksio

    sesarea elektif merupakan pilihan.

    Penatalaksanaan PEB menurut teori (Ansar et all, 1985):

    a.EkspektatifKehamilan yang dipertahankan bersama terapi medisinal dengan kriteria

    Kehamilan < 37mg Keadaan janin baik Tidak ada impending eklamsia

    b. Aktif

    Kehamilan segera diakhiri bersama terapi medisinal dengan kriteria

    Indikasi Ibu

    Kehamilan > 37mg Ada tanda impending eklamsia Gagal konservatif :

    oBila dalam 6 jam setelah terapi medisinal TD naik

  • 5/22/2018 Superimposed Shila

    19/56

    19

    o Bila dalam 24 jam setelah terapi medisinal gejala tidak berubahIndikasi Janin : Gawat Janin

    Indikasi Lab : HELLP syndrome

    Terapi Medisinal

    Terapi medisinal yang diberikan berupa: (Sudhaberata, 2001; Semenovskaya,

    2010; Saputra 2010)

    1. Segera rawat di ruangan yang terang dan tenang, terpasang infus Dx/RLdari IGD.

    2. Tirah baring miring ke satu sisi3. Oksigenisasi4. Diet cukup protein, rendah KH-lemak dan garam.5. Anti kejang: dengan MgSO4 atau diazepam (bila MgSO4 tidak ada atau

    tidak memenuhi syarat)

    6. Antihipertensi: nifedipin, dopamet7. Antidiuretik : Diuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda

    edema paru, payah jantung kongestif atau edema anasarka. Diberikan

    furosemid injeksi 40 mg/im.

    8.

    Kardiotonika: Indikasinya bila ada tanda-tanda menjurus payah jantung,

    diberikan digitalis.

    9. Obat-obat antipiretik diberikan bila suhu rektal > 38,5 oC dapat dibantudengan pemberian kompres dingin atau alkohol atau xylomidon 2 cc IM.

    10.Antibiotik diberikan atas indikasi. Diberikan ampicillin 1 gr/6 jam/IV

  • 5/22/2018 Superimposed Shila

    20/56

    20

    11.Analgetik bila penderita kesakitan atau gelisah karena kontraksi uterus.Dapat diberikan petidin HCL 50-75 mg sekali saja, selambat-lambatnya 2

    jam sebelum janin lahir

    12. Anti Agregasi Platelet: Aspilet 1x80 mg/hari. Syarat: Trombositopenia(

  • 5/22/2018 Superimposed Shila

    21/56

    21

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Klasifikasi Hipertensi dalam Kehamilan

    Wanita hamil dengan hipertensi secara luas dapat dibagi menjadi 3

    kategori yaitu hipertensi kronis, hipertensi non-proteinuri (kadang dikenal

    sebagai pregnancy-induced hypertension), dan pre-eklamsi. Menurut The

    International Society for the Study of Hypertension in Pregnancy (ISSHP)

    klasifikasi hipertensi pada wanita hamil dibagi menjadi :

    1. Hipertensi gestasional dan/atau proteinuria selama kehamilan,

    persalinan, atau pada wanita hamil yang sebelumnya normotensi dan

    non-proteinuri.

    - Hipertensi gestasional (tanpa proteinuria)- Proteinuria gestasional (tanpa hipertensi)- Hipertensi gestasional dengan proteinuria (pre-eklamsi)

    2. Chronic hypertension(sebelum kehamilan 20 minggu) dan penyakit

    ginjal kronis (proteinuria sebelum kehamilan 20 minggu)

    - Hipertensi kronis (without proteinuria)-

    Penyakit ginjal kronis (proteinuria dengan atau tanpa

    hipertensi)

    - Hipertensi kronis dengnsuperimposed- Pre-eklamsi (proteinuria)

    3. Unclassified hypertensiondan/atau proteinuria

    4. Eklampsia.

  • 5/22/2018 Superimposed Shila

    22/56

    22

    Klasifikasi hipertensi pada kehamilan oleh Working Group of the

    NHBPEP(2000) dibagi menjadi 5 tipe, yaitu :

    1. Hipertensi gestasional2. Preeklamsi3. Eklamsi4. Preeklamsisuperimposedpada hipertensi kronis5. Hipertensi kronis.

    Yang dimaksud dengan preeklamsi adalah timbulnya hipertensi disertai

    proteinuri akibat kehamilan, setelah umur kehamilan 20 minggu atau

    segera setelah persalinan.

    Sedangkan yang dimaksud dengan eklamsi adalah kelainan akut pada

    preeklamsi dalam kehamilan, persalinan, atau nifas yang ditandai dengan

    timbulnya kejang dengan atau tanpa penurunan kesadaran (gangguan

    sistem saraf pusat). Ada pula istilah eclamsia sine eclampsia adalah

    eklamsi yang ditandai oleh penurunan kesadaran tanpa kejang.

    Hipertensi kronik adalah hipertensi pada ibu hamil yang sudah ditemukan

    sebelum kehamilan atau yang ditemukan pada umur kehamilan < 20

    minggu, dan yang menetap setelah 12 minggu pascasalin. Hipertensi

    kronis yang diperberat oleh preeklamsi atau eklamsi adalah preeklamsi

  • 5/22/2018 Superimposed Shila

    23/56

    23

    atau eklamsi yang timbul pada hipertensi kronis dan disebut juga

    Superimposed Preeclampsia.

    Sedangkan hipertensi gestasional adalah timbulnya hipertensi dalam

    kehamilan pada wanita yang tekanan darah sebelumnya normal dan tidak

    disertai proteinuri. Gejala ini akan menghilang dalam waktu < 12 minggu

    pascasalin.

    B. HELLP SYNDROME

    1. Definisi

    Terminologi HELLP diperkenalkan pertama sekali oleh Weinstein (1982)

    yang merupakan singkatan dari Hemolysis, Elevated Liver Enzymes dan Low

  • 5/22/2018 Superimposed Shila

    24/56

    24

    Platelet counts. Sindroma ini merupakan kumpulan dari gejala multisistim

    pada preeklampsia berat dan eklampsia dengan karakteristik trombositopenia,

    hemolisis (anemia hemolisis mikroangiopatik) dan enzym hepar yang

    abnormal.

    Kriteria diagnosis sindrom HELLP terdiri :

    - Hemolisis,

    kelainan apus darah tepi,

    total bilirubin > 1,2 mg/dl,

    laktat dehidrogenase (LDH) > 600 U/L.

    - Peningkatan fungsi hati,

    serum aspartat aminotransferase (AST) > 70 U/L,

    laktat dehidrogenase (LDH) > 600 U/L.

    - Jumlah trombosit < 100.000/mm3.

    2. Etiologi dan Patofisiologi

    ETIOLOGI

    Etiologi dan patogenesis dari sindroma HELLP ini selalu dihubungkan

    dengan preeklampsia, walaupun etiologi dan patogenesis dari preeklampsia

    sampai saat ini juga belum dapat diketahui dengan pasti.

    Banyak teori yang dikembangkan dari dulu hingga kini untuk

    mengungkapkan patogenesis dari preeklampsia, namun dalam dekade terakhir

  • 5/22/2018 Superimposed Shila

    25/56

    25

    ini perhatian terfokus pada aktivasi atau disfungsi dari sel endotel. Tetapi apa

    penyebab dari perubahan endotel ini belum juga diketahui dengan pasti. Saat

    ini ada beberapa hipotesis yang sedang diteliti untuk mengungkapkan etiologi

    dari preeklampsia, yaitu :

    iskemia plasenta, Very Low Density Lipoprotein versus aktivitas pertahanan

    toksisitas, maladaptasi imun dan penyakit genetik.

    a. Invasi Trofoblastik AbnormalPada implantasi normal, arteri spiralis uterus mengalami remodelling

    yang luas ketika diinvasi oleh trofoblas endovaskular (Gambar.3). Akan

    tetapi, pada preeklamsi terdapat invasi trofoblastikyang tidak lengkap.

    Pada kasus ini, pembuluh darah decidua, tetapi bukan pembuluh darah

    myometrial, menjadi sejajar dengan trofoblas endovaskular. Madazli

    dan kawan-kawan (2000) membuktikan bahwa besarnya defek invasi

    trofoblastik terhadap arteri spiralis berhubungan dengan beratnya

    hipertensi.

    Impantasi Plasenta Normal dan preeklampsia

  • 5/22/2018 Superimposed Shila

    26/56

    26

    Dengan menggunakan mikroskop elektron, De Wolf dan kawan-kawan

    (1980) meneliti pembuluh darah yang diambil dari tempat implantasi

    plasenta pada uterus. Mereka memperhatikan bahwa perubahan pada

    preeklampsia awal meliputi kerusakan endotelial, perembesan isi

    plasma pada dinding arteri, proliferasi sel miointimal, dan nekrosis

    tunika media. Mereka menemukan bahwa lipid mengumpul pertama

    kali pada sel-sel myointimal dan kemudian pada makrofag akan

    membentukatherosis(Gambar 4). Obstruksi lumen arteriol spiral oleh

    atherosis dapat mengganggu aliran darah plasenta. Perubahan-

    perubahan ini dianggap menyebabkan perfusi plasenta menjadi

    berkurang secara patologis, yang pada akhirnya menyebabkan sindrom

    preeklamsi

    Atherosis

  • 5/22/2018 Superimposed Shila

    27/56

    27

    b. Faktor imunologisPreeklamsi sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul

    lagi pada kehamilan berikutnya. Hal ini dapat diterangkan bahwa

    pada kehamilan pertama terjadi pembentukan blocking antibodies

    terhadap antigen plasenta yang tidak sempurna, dan semakin

    sempurna pada kehamilan berikutnya. Selain itu pada kehamilan

    pertama terjadi pembentukan Human leucocyte Antigen Protein G

    (HLA) yang berperan penting dalam modulasi respon imun,

    sehingga ibu menolak hasil konsepsi (plasenta) yang akan

    menimbulkan terjadinya preeklamsi.

    c. Peran prostasiklin dan tromboksan

    Pada kehamilan normal akan terjadi peningkatan prostasiklin (PGI

    2). Sedangkan pada preeklamsi-eklamsi akan terjadi kerusakan

    pada endotel vaskuler yang menyebabkan turunnya produksi PGI 2,

    aktivasi penggumpalan dan fibrinolisis. Selanjutnya penurunan PGI

    2 ini akan diganti dengan trombin dan plasmin. Trombin akan

    mengkonsumsi antitrombin III, sehingga terjadi deposit fibrin.

    Aktivasi trombosit menyebabkan pelepasan tromboksan dan

    serotonin, sehingga terjadi vasospasme dan kerusakan endotel.

    d. Vaskulopati dan Perubahan Inflamasi

    Perubahan-perubahan yang terjadi merupakan akibat dari respon

    dari plasenta karena terjadi iskemik sehingga akan menimbulkan

  • 5/22/2018 Superimposed Shila

    28/56

    28

    urutan proses tertentu. Desidua juga memiliki sel-sel yang bila

    diaktivasi maka akan mengeluarkan agen noxious. Agen ini dapat

    menjadi mediator yang mengakibatkan kerusakan sel endotel.

    Sitokin tertentu seperti tumor necrosis factor- (TNF-) dan

    interleukin memiliki kontribusi terhadap stres oksidatif yang

    berhubungan dengan preeklamsi. Stres oksidatif ditandai dengan

    adanya oksigen reaktif dan radikal bebas yang akan menyebabkan

    pembentukan lipid peroksida. Hal ini akan menghasilkan toksin

    radikal yang merusak sel-sel endotel, memodifikasi produksi Nitric

    Oxide, dan mengganggu keseimbangan prostaglandin. Fenomena

    lain yang ditimbulkan oleh stres oksidatif meliputi pembentukan

    sel-sel busa pada atherosis, aktivasi koagulasi intravaskular

    (trombositopeni), dan peningkatan permeabilitas (edema dan

    proteinuria).

  • 5/22/2018 Superimposed Shila

    29/56

    29

    Penyakit

    vaskuler ibu

    Gangguan

    Plasentasi

    Trofoblas

    Berlebihan

    Faktor genetik,

    Imunologi,

    atau, Inflamasi

    Penurunan

    Perfusi

    Uteroplasenta

    Aktivasi

    Endotel

    Zat Vasoaktif :

    Prostaglandin,

    Nitro-oksida,

    Endotelin

    Zat perusak :

    Sitokin,

    Peroksidase

    Lemak

    Vasospasme Kebocoran

    kapiler

    Aktivasi

    koagulasi

    Hipertensi

    Kejang

    oliguria Iskemia

    hepar

    Solusio

    Proteinuria

    Hemokonsentrasi

    Edema

    Trombositopenia

    Patofisiologi terjadinya gangguan hipertensi akibat kehamilan

    e. Faktor genetik

    Predisposisi herediter terhadap hipertensi tidak diragukan lagi

    berhubungan dengan preeklamsi dan tendensi untuk terjadinya

    preeklamsi juga diturunkan. Penelitian yang dilakukan oleh

    Kilpatrick dan kawan-kawan menunjukkan adanya hubungan

    antara antigen histokompatibilitas HLA-DR4 dengan hipertensi

    proteinuria. Menurut Hoff dan kawan-kawan, respon imun humoral

    maternal yang melawan antibodi imunoglobulin fetal anti HLA-DR

    dapat menimbulkan hipertensi gestasional.

    Sindroma HELLP ini merupakan manifestasi akhir dari hasil kerusakan

    endotel mikrovaskular dan aktivasi dari trombosit intravaskular. Adanya

  • 5/22/2018 Superimposed Shila

    30/56

    30

    kegagalan invasi dari trofoblas pada trimester kedua dalam menginvasi tunika

    muskularis arteri spiralis, menyebabkan vasokonstriksi arterial pada bagian

    uteroplasenta. Kegagalan ini disebabkan oleh gagalnya sel-sel trofoblas dalam

    mengekspresikan integrin yang merupakan molekul pelekat (adhesion

    molecules) atau kegagalan VEGF (Vascular Endothelial Growth Factor)

    dalam mengekspresikan integrin. Keadaan ini menyebabkan penurunan aliran

    darah intervilus, hipoksia dan akhirnya terjadi kerusakan sel endotel ibu dan

    janin. Dan selanjutnya mengakibatkan efek terhambatnya pertumbuhan janin

    intrauterin (PJT). Akibat kerusakan dari endotel ini terjadi pelepasan zat -zat

    vasoaktif, dimana tromboksan (TXA2 ) meningkat dibandingkan dengan

    prostasiklin (PgI2).

    Adanya perubahan respon imun ibu terhadap trofoblas akibat dari perubahan

    polymorphism HLA-G (human leucocyte antigens G) terhadap trofoblas,

    menyebabkan terjadinya proses imunologis. Hal ini mengakibatkan terjadinya

    gangguan pertumbuhan dan invasi dari trofoblas. Proses imunologis akibat

    perubahan respon imun ibu juga mempengaruhi terjadinya kerusakan sel

    endotel, ini terbukti dengan dilepaskannya sel mediator pada sel endotel.

    Kerusakan dari sel endotel menyebabkan terjadinya gangguan keseimbangan

    rasio

    TXA2 dan PgI2, penurunan produksi dari nitric oxide dan merangsang

    terjadinya agregasi dari trombosit yang seterusnya akan mengakibatkan

    vasospasme.

  • 5/22/2018 Superimposed Shila

    31/56

    31

    Dengan berkurangnya fungsi endotel, menyebabkan bertambahnya tahanan

    vaskuler, meningkatnya produk peroksida lipid dan meningkatnya aktifitas

    radikal bebas. Anion peroksida ini mengganggu keseimbangan rasio TXA2

    dan PgI2 sehingga TXA2 menjadi lebih dominan. Anion peroksida juga

    menambah agregasi trombosit, serta menyebabkan asam lemak tak jenuh

    pada membra n fospolipid mengalami konversi menjadi peroksida lipid.

    Peroksida lipid ini menyebabkan kerusakan endotel lebih lanjut. Kerusakan

    integritas endotel diikuti dengan hilangnya kapasitas vasodilator, yang mana

    dapat dinilai dengan meningkatnya respon terhadap angiotensin II dan

    noradrenalin.

    Kerusakan dari sel endotel arteri spiralis mengakibatkan hipoksia dan

    seterusnya menjadi aterosis akut. Aterosis akut ditandai dengan adanya

    diskontinuitas dari sel endotel, gangguan fokal pada membrana basalis,

    deposisi trombosit, terbentuknya mural trombus dan akhirnya terjadi nekrosis

    fibrinoid. Dengan rangsangan dari trombosit growth factor terjadi perubahan

    proliferasi yang tidak teratur pada tunika intima, dan pada tunika media

    mengakibatkan hiperplasia.

    Aterosis akut ini merupakan keadaan yang patognomonis pada preeklampsia.

    Walaupun aterosis akut ini dapat juga terjadi pada keadaan hipertensi kronis,

    Diabetes Mellitus, penyakit ginjal maupun Lupus. Efek semua kejadian yang

    telah disebutkan di atas terjadilah gangguan sirkulasi sistemik dan gangguan

    koagulasi pada ibu yang selanjutnya menjadi sindroma HELLP. Pada keadaan

    normal setiap sel mempunyai daya pertahanan terhadap serangan

    ekstrasellular. Membran sel sangat berperan dalam fungsi pertahanan ini. Sel

  • 5/22/2018 Superimposed Shila

    32/56

    32

    darah merah pada penderita preeklampsia tidak memiliki pertahanan terhadap

    radikal bebas yang selanjutnya mengakibatkan membran sel darah merah

    menjadi tidak stabil dan mengalami kerusakan. Daya pertahanan membran sel

    darah merah ini berhubungan dengan kadar prostasiklin di dalam plasma

    melalui gen superoxidase dismutase (SOD). Penurunan aktivitas dari SOD ini

    mengakibatkan penurunan daya pertahanan terhadap radikal bebas.

    Perubahan stabilitas membran sel darah merah menyebabkan masuknya

    kalsium ke dalam sel, terjadi peningkatan aktivitas sel dan terjadi perubahan

    dari rigiditas membran. Perubahan ini menyebabkan sel darah merah berubah

    bentuknya, mudah pecah (fragmentasi) dan sel cenderung menjadi lisis.

    Keadaan di atas dapat menerangkan terjadinya hemolisis pada penderita

    preeklampsia.

    PATOGENESIS

    Anemia Hemolitik Mikroangiopati

    Pada sindroma HELLP terjadi anemia hemolitik mikroangiopati. Akibat

    fragmentasi sel darah merah, sel darah merah menjadi menjadi lebih mudah

    keluar dari pembuluh darah yang kecil. Dimana pembuluh darah tersebut

    telah mengalami kebocoran akibat kerusakan endotel dan adanya deposit

    fibrin. Pada gambaran darah tepi terlihat gambaran spherocytes, schistocytes,

    triangular cell dan burr cell.

    Peningkatan Enzim Hepar

    Pada sindroma HELLP terjadi perubahan pada hepar dimana gambaran

    histopatologisnya berupa nekrosis parenkhim periportal dan atau fokal yang

  • 5/22/2018 Superimposed Shila

    33/56

    33

    disertai dengan deposit hialin yang besar dari bahan seperti fibrin yang

    terdapat pada sinusoid. Pada penelitian dengan imunoflourescen dijumpai

    mikrotrombi fibrin dan deposit fibrinogen pada sinusoid dan daerah

    hepatoselular yang nekrosis. Adanya mikrotrombi dan deposit fibrin pada

    sinusoid tersebut menyebabkan obstruksi aliran darah di hepar yang

    merupakan dasar dari terjadinya peningkatan enzim hepar dan terdapatnya

    nyeri perut kuadran kanan atas. Gambaran nekrosis selular dan perdarahan

    dapat terlihat dengan MRI. Pada kasus yang berat dapat dijumpai adanya

    perdarahan intrahepatik dan hematom subkapsular atau ruptur hepar.

    Trombositopeni

    Penurunan jumlah trombosit pada sindroma HELLP disebabkan oleh

    meningkatnya konsumsi atau destruksi dari trombosit. Meningkatnya

    konsumsi trombosit disebabkan oleh agregasi trombosit. Hal ini akibat dari

    kerusakan endotel, penurunan produksi prostasiklin, proses imunologis

    maupun peningkatan jumlah radikal bebas. Penyebab dari destruksi trombosit

    sampai saat ini belum diketahui. Dijumpainya peningkatan megakaryosit

    pada biopsi sumsum tulang menunjukkan pendeknya life span dari trombosit

    dan cepatnya proses daur ulang.

    3. KLASIFIKASI

    Ada dua klasifikasi yang dipergunakan pada sindroma HELLP, yaitu :

    a. Berdasarkan jumlah keabnormalan yang didapati. (tenesse criteria)

    Audibert dkk (1996) melaporkan pembagian sindroma HELLP berdasarkan

    jumlah keabnormalan parameter yang di dapati yaitu : sindroma HELLP

  • 5/22/2018 Superimposed Shila

    34/56

    34

    Murni bila didapati ketiga parameter di bawah ini, yaitu : hemolisis,

    peningkatan enzim hepar dan penurunan jumlah trombosit dengan

    karakteristik : gambaran darah tepi dijumpainya burr cell, schistocyte atau

    spherocytes ; LDH > 600 IU/L ; SGOT > 70 IU/L ; bilirubin > 1,2 ml/dL dan

    jumlah trombosit < 100.000/ mm3 .

    Sedangkan sindroma HELLP Parsial yaitu bila dijumpainya satu atau lebih

    tetapi tidak ketiga parameter sindroma HELLP. Lebih jauh lagi sindroma

    HELLP Parsial dapat dibagi beberapa sub grup lagi yaitu Hemolysis (H),

    Low Trombosit counts (LP), Hemolysis + low trombosit counts (H+LP),

    hemolysis + elevated liver enzymes (H+EL).

    b. Berdasarkan jumlah dari trombosit. (missisipi criteria)

    Martin (1991) mengelompokkan penderita sindroma HELLP dalam 3 kelas,

    yaitu :

    kelas I jumlah trombosit 50.000/mm3,

    kelas II jumlah trombosit > 50.000 - 100.000/mm3

    kelas III jumlah trombosit > 100.000 - 150.000/mm3.

    4. FAKTOR RESIKO

    a. Determinan intermediat

    Yang berperan dalam determinan intermediat antara lain:

    1) Status reproduksi.

    a) Faktor usia

  • 5/22/2018 Superimposed Shila

    35/56

    35

    Usia 20 30 tahun adalah periode paling aman untuk hamil / melahirkan,

    akan tetapi di negara berkembang sekitar 10% - 20% bayi dilahirkan dari ibu

    remaja yang sedikit lebih besar dari anakanak. Padahal daru suatu penelitian

    ditemukan bahwa dua tahun setelah menstruasi yang pertama, seorang wanita

    masih mungkin mencapai pertumbuhan panggul antara 2 7 % dan tinggi

    badan 1 %. Dampak dari usia yang kurang, dari hasil penelitian di Nigeria,

    wanita usia 15 tahun mempunyai angka kematian ibu 7 kali lebih besar dari

    wanita berusia 20 24 tahun. Faktor usia berpengaruh terhadap terjadinya

    preeklampsia/ eklampsia. Usia wanita remaja pada kehamilan pertama atau

    nulipara umur belasan tahun (usia muda kurang dari 20 thn). Studi di RS

    Neutra di Colombia, Porapakkhan di Bangkok, Efiong di lagos dan

    wadhawan dan lainnya di Zambia, cenderung terlihat insiden preeklampsia

    cukup tinggi di usia belasan tahun, yang menjadi problem adalah mereka

    tidak mau melakukan pemeriksaan antenatal.

    Hubungan peningkatan usia terhadap preeklampsia dan eklampsia adalah

    sama dan meningkat lagi pada wanita hamil yang berusia diatas 35 tahun.

    Usia 2030 tahun adalah periode paling aman untuk melahirkan, akan tetapi

    di Negara berkembang sekitar 10% sampai 20% bayi dilakirkan dari ibu

    remaja yang sedikit lebih besar dari anak-anak. Padahal dari suatu penelitian

    ditemukan bahwa dua tahun setelah mestruasi yang pertama, seorang anak

    wanita masih mungkin mencapai pertumbuhan panggul antara 2 7% dan

    tinggi badan 1%. Hipertensi karena kehamilan paling sering mengenai wanita

    nulipara. Wanita yang lebih tua, yang dengan bertambahnya usia akan

    menunjukkan peningkatan insiden hipertensi kronis, menghadapi risiko yang

  • 5/22/2018 Superimposed Shila

    36/56

    36

    lebih besar untuk menderita hipertensi karena kehamilan atau superimposed

    pre-eclampsia. Jadi wanita yang berada pada awal atau akhir usia reproduksi,

    dahulu dianggap rentan. Misalnya, Duenhoelter dkk. (1975) mengamati

    bahwa setiap remaja nuligravida yang masih sangat muda, mempunyai risiko

    yang lebih besar untuk mengalami preeklampsia. Spellacy dkk. (1986)

    melaporkan bahwa pada wanita diatas usia 40 tahun, insiden hipertensi kerena

    kehamilan meningkat tiga kali lipat ( 9,6 lawan 2,7% ) dibandingkan dengan

    wanita kontrol yang berusia 20-30 tahun. Hansen (1986) meninjau beberapa

    penelitian dan melaporkan peningkatan insiden preeklampsia sebesar 2-3 kali

    lipat pada nulipara yang berusia di atas 40 tahun bila dibandingkan dengan

    yang berusia 2529 tahun.

    b) Paritas

    Dari kejadian delapan puluh persen semua kasus hipertensi pada kehamilan, 3

    8 persen pasien terutama pada primigravida, pada kehamilan trimester

    kedua.

    Catatan statistik menunjukkan dariseluruh incidence dunia, dari 5%-8% pre-

    eklampsia dari semua kehamilan, terdapat 12% lebih dikarenakan oleh

    primigravidae. Faktor yang mempengaruhi pre-eklampsia frekuensi

    primigravida lebih tinggi bila dibandingkan dengan multigravida, terutama

    primigravida muda.

    Persalinan yang berulang-ulang akan mempunyai banyak risiko terhadap

    kehamilan, telah terbukti bahwa persalinan kedua dan ketiga adalah

    persalinan yang paling aman. Pada The New England Journal of Medicine

  • 5/22/2018 Superimposed Shila

    37/56

    37

    tercatat bahwa pada kehamilan pertama risiko terjadi preeklampsia 3,9% ,

    kehamilan kedua 1,7% , dan kehamilan ketiga 1,8%.

    c) Kehamilan ganda

    Preeklampsia dan eklampsia 3 kali lebih sering terjadi pada kehamilan ganda

    dari 105 kasus kembar dua didapat 28,6% preeklampsia dan satu kematian

    ibu karena eklampsia. Dari hasil pada kehamilan tunggal, dan sebagai faktor

    penyebabnya ialah dislensia uterus. Dari penelitian Agung Supriandono dan

    Sulchan Sofoewan menyebutkan bahwa 8 (4%) kasus preeklampsia berat

    mempunyai jumlah janin lebih dari satu, sedangkan pada kelompok kontrol, 2

    (1,2%) kasus mempunyai jumlah janin lebihdari satu.

    d) Faktor genetika

    Terdapat bukti bahwa pre-eklampsia merupakan penyakit yang diturunkan,

    penyakit ini lebih sering ditemukan pada anak wanita dari ibu penderita pre-

    eklampsia. Atau mempunyai riwayat preeklampsia/eklampsia dalam keluarga.

    Faktor ras dan genetik merupakan unsur yang penting karena mendukung

    insiden hipertensi kronis yang mendasari. Kami menganalisa kehamilan pada

    5.622 nulipara yang melahirkan di Rumah Sakit Parkland dalam tahun 1986,

    dan 18% wanita kulit putih, 20% wanita Hispanik serta 22% wanita kulit

    hitam menderita hipertensi yang memperberat kehamilan (Cuningham dan

    Leveno, 1987). Insiden hipertensi dalam kehamilan untuk multipara adalah

    6,2% pada kulit putih, 6,6% pada Hispanik, dan 8,5% pada kulit hitam, yang

    menunjukkan bahwa wanita kulit hitam lebih sering terkena penyakit

    hipertensi yang mendasari. Separuh lebih dari multipara dengan hipertensi

    juga mendrita proteinuria dan karena menderita superimposed preeclampsia.

  • 5/22/2018 Superimposed Shila

    38/56

    38

    Kecenderungan untuk preekalmpsia-eklampsia akan diwariskan. Chesley dan

    Cooper (1986) mempelajari saudara, anak, cucu dan menantu perempuan dari

    wanita penderita eklampsia yang melahirkan di Margareth Hague Maternity

    Hospital selam jangka waktu 49 tahun, yaitu dari tahun 1935 sampai 1984.

    Mereka menyimpulkan bahwa preeklampsia eklampsia bersifat sangat

    diturunkan, dan bahwa model gen-tunggal dengan frekuensi 0,25 paling baik

    untuk menerangkan hasil pengamatan ini; namun demikian, pewarisan

    multifaktorial juga dipandang mungkin.

    2) Status kesehatan

    a) Riwayat preeklampsia

    Hasil penelitian Agung Supriandono dan Sulchan Sofoewan menyebutkan

    bahwa terdapat 83 (50,9%) kasus preeklapmsia mempunyai riwayat

    preeklapmsia, sedangkan pada kelompok kontrol terdapat 12 (7,3%)

    mempunyia riwayat preeklampsia berat.

    b) Riwayat hipertensi

    Salah satu faktor predisposing terjadinya pre-eklampsia atau eklampsia

    adalah adanya riwayat hipertensi kronis, atau penyakit vaskuler hipertensi

    sebelumnya, atau hipertensi esensial. Sebagian besar kehamilan dengan

    hipertensi esensial berlangsung normal sampai cukup bulan. Pada kira-kira

    sepertiga diantara para wanita penderita tekanan darahnya tinggi setelah

    kehamilan 30 minggu tanpa disertai gejala lain. Kira-kira 20% menunjukkan

    kenaikan yang lebihmencolok dan dapat disertai satu gejala preeklampsia atau

    lebih, seperti edema, proteinuria, nyeri kepala, nyeri epigastrium, muntah,

  • 5/22/2018 Superimposed Shila

    39/56

    39

    gangguan visus ( Supperimposed preeklampsia ), bahkan dapat timbul

    eklampsia dan perdarahan otak.

    c) Riwayat penderita diabetus militus

    Hasil penelitian Agung Supriandono dan Sulchan sofoewan menyebutkan

    bahwa dalam pemeriksaan kadar gula darah sewaktu lebih dari 140 mg %

    terdapat 23 (14,1%) kasus preeklampsia, sedangkan pada kelompok kontrol

    (bukan preeklampsia) terdapat 9 (5,3%).

    d) Status gizi

    Kegemukan disamping menyebabkan kolesterol tinggi dalam darah juga

    menyebabkan kerja jantung lebih berat, oleh karena jumlah darah yang berada

    dalam badan sekitar 15% dari berat badan, maka makin gemuk seorang makin

    banyak pula jumlah darah yang terdapat di dalam tubuh yang berarti makin

    berat pula fungsi pemompaan jantung. Sehingga dapat menyumbangkan

    terjadinya preeklampsia.

    e) Stres / Cemas

    Meskipun dibeberapa teori tidak pernah disinggung kaitannya dengan

    kejadian preeklampsia, namun pada teori stres yang terjadi dalam waktu

    panjang dapat mengakibatkan gangguan seperti tekanan darah. Manifestasi

    fisiologi dari stres diantaranya meningkatnya tekanan darah berhubungan

    dengan:

    - Kontriksi pembuluh darah reservoar seperti kulit, ginjal dan organ lain

    - Sekresi urin meningkat sebagai efek dari norepinefrin

    - Retensi air dan garam meningkat akibat produksi mineralokortikoid

    sebagai akibat meningkatnya volume darah

  • 5/22/2018 Superimposed Shila

    40/56

    40

    - Curah jantung meningkat.

    5. TANDA DAN GEJALA

    Gejala yang paling sering dijumpai adalah nyeri pada daerah epigastrium atau

    kwadran kanan atas (90%) karena adanya obstruksi aliran darah di daerahsinusoid hati yang terbendung oleh timbunan fibrin intravaskuler. Jira tekanan

    intrahepatik melampaui kemampuan regangan kapsula glisoni akan

    menyebabkan ruptur hati. Selain itu pula dijumpai malaise, mual, muntah dan

    ikterus., nyeri kepala, malaise sampai beberapa hari sebelum dibawa ke

    rumah sakit (90%), serta mual dan muntah (45 86%). Penambahan berat

    badan dan edema (60%), hipertensi dapat tidak dijumpai sekitar 20% kasus,

    didapatinya hipertensi ringan (30%) dan hipertensi berat (50%).

    6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Pemeriksaan Laboratorium

    Pemeriksaan laboratorium pada sindroma HELLP sangat diperlukan, karena

    diagnosa ditegakkan berdasarkan hasil laboratorium. Walaupun sampai saat

    ini belum ada batasan yang tegas mengenai nilai batas untuk masing-masing

    parameter. Hal ini terlihat dari banyaknya penelitian terhadap sindroma

    HELLP yang bertujuan untuk membuat suatu keputusan nilai batas dari

    masing-masing parameter.

    a. Hemolisis

    Gambaran hapusan darah tepi sebagai parameter terjadinya hemolisis, adalah

    dengan didapatinya burr cell dan atau schistocyte, dan atau helmet cell.

  • 5/22/2018 Superimposed Shila

    41/56

    41

    Menurut Weinstein (1982) dan Sibai (1986) gambaran ini merupakan

    gambaran yang spesifik terjadinya hemolisis pada sindroma HELLP.

    Proses hemolisis pada sindroma HELLP oleh karena kerusakan dari sel darah

    merah intravaskuler, menyebabkan hemoglobin keluar dari intravaskuler.

    Lepasnya hemoglobin ini akan terikat dengan haptoglobin, dimana kompleks

    hemaglobin-haptoglobin akan dimetabolisme di hepar dengan cepat.

    Hemoglobin bebas pada sistim retikuloendotel akan berubah menjadi

    bilirubin. Peningkatan kadar bilirubin menunjukkan terjadinya hemolisis.

    Pada wanita hamil normal kadar bilirubin berkisar 0,1 1,0 mg/ dL. Dan

    pada sindroma HELLP kadar ini meningkat yaitu > 1,2 mg/dL.

    Hemolisis intravaskuler menyebabkan sumsum tulang merespon dengan

    mengaktifkan proses eritropoesis, yang mengakibatkan beredarnya sel darah

    merah yang imatur. Sel darah merah imatur ini mudah mengalami destruksi,

    dan mengeluarkan isoenzim eritrosit. Isoenzim ini akan terikat dengan plasma

    lactic dehidrogenase (LDH). Kadar LDH yang tinggi juga menunjukkan

    terjadinya peroses hemolisis.

    Pada wanita hamil normal kadar LDH berkisar 340 670 IU/L. Dan pada

    sindroma HELLP kadar ini meningkat yaitu > 600 IU/L.

    b. Peningkatan Kadar Enzim Hepar.

    Serum aminotranferase yaitu aspartat aminotranferase (serum glutamate

    oksaloasetat transaminase/SGOT) dan alanine aminotranferase ( serum

    glutamate piruvat transaminase/SGPT) meningkat pada kerusakan sel hepar.

    Pada Preeklampsia, SGOT dan SGPT meningkat pada seperlima kasus,

    dimana 50% diantaranya adalah peningkatan SGOT. Menurut penelitian

  • 5/22/2018 Superimposed Shila

    42/56

    42

    Martin dkk (1991) kadar SGOT lebih tinggi dari SGPT pada sindroma

    HELLP. Peninggian ini menunjukkan fase akut dan progresivitas dari

    sindroma ini. Peningkatan SGOT dan SGPT juga merupakan tanda terjadinya

    ruptur kapsul hepar.

    Pada wanita hamil normal kadar SGOT berkisar 0 35 IU/L . Dan pada

    sindroma HELLP kadar ini meningkat yaitu >70 IU/L. Lactat Dehidrogenase

    (LDH) adalah enzim katalase yang bertanggung jawab terhadap proses

    oksidasi laktat menjadi piruvat. Peningkatan LDH menggambarkan terjadinya

    kerusakan pada sel hepar, walaupun peningkatan kadar LDH juga merupakan

    tanda terjadinya hemolisis. Peningkatan kadar LDH tanpa disertai

    peningkatan kadar SGOT dan SGPT menunjukkan terjadinya hemolisis.

    Martin dkk (1991) melaporkan pada sindroma HELLP kadar puncak LDH

    581 2380 IU/L dengan rerata 1369 IU/L, dimana kadar puncak ini

    didapatkan pada 24 48 jam post partum. LDH dapat dipergunakan untuk

    mendeteksi hemolisis dan kerusakan hepar. Oleh sebab itu parameter ini

    sangat berguna dalam mendiagnosa sindroma HELLP.

    Peningkatan bilirubin pada Preeklampsia sangat jarang, pada kasus eklampsia

    hanya 4 20%. Dan peningkatan ini jarang sampai lima kali lipat.

    Hiperbilirubinemia yang tidak terkonjugasi menunjukkan hemolisis intra

    vaskuler. Hiperbilirubinemia yang terkonjugasi menunjukkan kerusakan pada

    perenkhim hepar.

    c. Jumlah Trombosit yang Rendah

    Pada kehamilan normal belum diketahui batasan jumlah trombosit yang

    spesifik. Sebagian besar laporan mengatakan jumlah trombosit rerata

  • 5/22/2018 Superimposed Shila

    43/56

    43

    menurun selama kehamilan walaupun secara statistik tidak signifikan. Pada

    wanita hamil normal kadar trombosit berkisar > 150.000/ mm3. Dan pada

    sindroma HELLP kadar ini menurun sampai < 100.000/ mm3.

    Martin dkk (1991) melaporkan dari 158 preeklampsia berat dengan sindroma

    HELLP didapati kadar trombosit berbeda-beda. Didapatinya 19% pasien pada

    saat masuk rumah sakit dengan jumlah trombosit > 150.000/mm3, 35% antara

    100.000 150.000/mm3, 31% antara 50.000 100.000/mm3 dan 15% 160/110

    mmHg di samping penggunaan MgSO4. Hal ini berguna menurunkan risiko

    perdarahan otak, solusio plasenta dan kejang pada ibu. Tujuannya

    mempertahankan tekanan darah diastolik 90 - 100 mmHg. Anti hipertensi

    yang sering digunakan adalah hydralazine (Apresoline) iv dalam dosis kecil

    2,5-5 mg (dosis awal 5 mg) tiap 15-20 menit sampai tekanan darah yang

    diinginkan tercapai. Labetalol (Normodyne) dan nifedipin juga digunakan

    dan memberikan hasil baik. Karena efek potensiasi, harus hati-hati bila

    nifedipin dan MgSO4 diberikan bersamaan. Diuretik dapat mengganggu

    perfusi plasenta sehingga tidak dapat digunakan.(4)

    Penatalaksanaan Sindroma HELLP

    a. Penilaian dan stabilisasi kondisi ibu :

    - Bila DIC (+), koreksi faktor pembekuan

    - Pemberian profilaksis anti kejang dengan Sulfas Magnesikus

    - Penanganan hipertensi berat

    - Rujuk ke fasilitas kesehatan yang memadai

    - CT- scan dan USG abdomen bila dicurigai adanya hematom hepar

    subkapsular

    b. Evaluasi kesejahteraan janin:

    - Non Stress Test

    - Profil biofisik

  • 5/22/2018 Superimposed Shila

    45/56

    45

    - Ultrasonografi biometri

    c. Evaluasi kematangan paru, jika usia kehamilan < 35 minggu

    - Jika paru telah matang, segera lahirkan

    - Jika paru belum matang, beri kortikosteroid, kemudian lahirkan

    d. Jika usia kehamilan 35 minggu, setelah kondisi ibu stabil, segera lahirkan

    Adanya sindroma HELLP ini tidak merupakan indikasi untuk melahirkan

    segera dengan cara seksio sesarea. Yang harus dipertimbangkan adalah

    kondisi ibu dan bayi. Ibu yang telah mengalami stabilisasi dapat melahirkan

    pervaginam, bila tidak ada kontra indikasi obstetrik. Persalinan dapat

    diinduksi dengan oksitosin pada semua kehamilan 32 minggu. Ataupun

    kehamilan < 32 minggu dengan serviks yang telah matang untuk diinduksi.

    Pada kehamilan < 32 minggu dengan serviks yang belum matang, seksio

    sesarea elektif merupakan pilihan.

    Penatalaksanaan PEB menurut teori (Ansar et all, 1985):

    b. Ekspektatif

    Kehamilan yang dipertahankan bersama terapi medisinal dengan kriteria

    Kehamilan < 37mg Keadaan janin baik Tidak ada impending eklamsia

    b. Aktif

    Kehamilan segera diakhiri bersama terapi medisinal dengan kriteria

  • 5/22/2018 Superimposed Shila

    46/56

    46

    Indikasi Ibu

    Kehamilan > 37mg Ada tanda impending eklamsia Gagal konservatif :

    o Bila dalam 6 jam setelah terapi medisinal TD naiko Bila dalam 24 jam setelah terapi medisinal gejala tidak berubah

    Indikasi Janin : Gawat Janin

    Indikasi Lab : HELLP syndrome

    Terapi Medisinal

    Terapi medisinal yang diberikan berupa: (Sudhaberata, 2001; Semenovskaya,

    2010; Saputra 2010)

    14.Segera rawat di ruangan yang terang dan tenang, terpasang infus Dx/RLdari IGD.

    15.Tirah baring miring ke satu sisi16.Oksigenisasi17.Diet cukup protein, rendah KH-lemak dan garam.18.Anti kejang: dengan MgSO4 atau diazepam (bila MgSO4 tidak ada atau

    tidak memenuhi syarat)

    19.Antihipertensi: nifedipin, dopamet20.Antidiuretik : Diuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda

    edema paru, payah jantung kongestif atau edema anasarka. Diberikan

    furosemid injeksi 40 mg/im.

  • 5/22/2018 Superimposed Shila

    47/56

    47

    21.Kardiotonika: Indikasinya bila ada tanda-tanda menjurus payah jantung,diberikan digitalis.

    22.Obat-obat antipiretik diberikan bila suhu rektal > 38,5 oC dapat dibantudengan pemberian kompres dingin atau alkohol atau xylomidon 2 cc IM.

    23.Antibiotik diberikan atas indikasi. Diberikan ampicillin 1 gr/6 jam/IV24.Analgetik bila penderita kesakitan atau gelisah karena kontraksi uterus.

    Dapat diberikan petidin HCL 50-75 mg sekali saja, selambat-lambatnya 2

    jam sebelum janin lahir

    25. Anti Agregasi Platelet: Aspilet 1x80 mg/hari. Syarat: Trombositopenia(

  • 5/22/2018 Superimposed Shila

    48/56

    48

    Cara terminasi kehamilan yang belum inpartu

    Induksi persalinan : tetesan oksitosin dengan syarat nilai Bishop 5 ataulebih dan dengan fetal heart monitoring.

    Seksio sesaria bila :

    o Fetal assesment jeleko Syarat tetesan oksitosin tidak dipenuhi (nilai Bishop kurang dari 5)

    atau adanya kontraindikasi tetesan oksitosin.

    o 12 jam setelah dimulainya tetesan oksitosin belum masuk fase aktif.o Pada primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan terminasi

    dengan seksio sesaria.

    Cara terminasi kehamilan yang sudah inpartu

    Kala IFase laten :

    6 jam belum masuk fase aktif maka dilakukan seksio sesaria.

    Fase aktif :

    Amniotomi saja

    Bila 6 jam setelah amniotomi belum terjadi pembukaan lengkap

    maka dilakukan seksio sesaria (bila perlu dilakukan tetesan

    oksitosin).

    Kala II

  • 5/22/2018 Superimposed Shila

    49/56

    49

    Pada persalinan per vaginam maka kala II diselesaikan dengan partus buatan

    vakum ekstraksi/forcep ekstraksi. Amniotomi dan tetesan oksitosin dilakukan

    sekurang-kurangnya 3 menit setelah pemberian pengobatan medisinal. Pada

    kehamilan

  • 5/22/2018 Superimposed Shila

    50/56

    50

    E tidak berhubungan dengan preeklamsi. Mereka menemukan bahwa

    peninggian plasma vitamin E pada wanita dengan preeklamsi dan

    menyatakan bahwa hal ini merupakan respon terhadap stres oksidatif.

    Namun hal ini masih menjadi kontroversi karena ada penelitian lain

    yang menyatakan terapi dengan vitamin C / E dapat menurunkan

    aktivasi endotel yang pada akhirnya akan menurunkan preeklamsi.

    Pada penelitian lain, dengan pemberian vitamin C sebanyak 1000

    mg/hari dan vitamin E 400 IU/ hari pada usia kehamilan 16 22

    minggu berhubungan dengan rendahnya insidensi preeklamsi. Karena

    itu masih perlu dilakukan penelitian sebelum menyarankan

    penggunaan Vitamin C dan E untuk penggunaan secara klinis.

    Suplemen kalsium

    Berdasarkan penelitian secara epidemiologis, terdapat hubungan antara

    asupan diet rendah kalsium dengan terjadinya preeklamsi. Dengan

    pemberian suplemen kalsium sebanyak 1,5 2 g/hari telah disarankan

    untuk upaya pencegahan preeklamsi. Dari hasil penelitian Cochrane,

    diketahui bahwa pemberian suplementasi kalsium tidak dibutuhkan

    pada nulipara. Walaupun demikian, mungkin pemberiannya bisa

    menguntungkan untuk mereka yang termasuk kelompok dengan

    asupan kalsium yang memang kurang atau pada kelompok risiko

    tinggi, seperti mereka dengan riwayat preeklamsi berat.

    N-Acetylcystein

  • 5/22/2018 Superimposed Shila

    51/56

    51

    Diduga dapat mencegah preeklamsi karena sifatnya sebagai anti

    radikal bebas atau antioksidan, sehingga pemberian obat ini diharapkan

    dapat mencegah terjadinya peningkatan tekanan darah yang

    diakibatkan kerusakan sel endotel pembuluh darah. Namun pemberian

    obat ini masih kontroversi. Meskipun demikian beberapa ahli sudah

    mencoba menggunakan obat ini.

    8. KOMPLIKASI

    Preeklampsia dengan HELLP sindrom dapat menyebabkan gangguan berbagai

    sistem organ.

    Otak

    Pada hamil normal, perfusi serebral tidak berubah, namun pada pre-eklampsia

    terjadi spasme pembuluh darah otak karena deposit fibrin, penurunan perfusi dan

    suplai oksigen otak sampai 20%. Spasme menyebabkan hipertensi serebral, faktor

    penting terjadinya perdarahan otak dan kejang / eklampsia.

    Hati

    Terjadi peningkatan aktifitas enzim-enzim hati pada pre-eklampsia, yang

    berhubungan dengan beratnya penyakit.4

    Ginjal

    Pada pre-eklampsia, arus darah efektif ginjal berkurang + 20%, filtrasi glomerulus

    berkurang + 30%. Pada kasus berat terjadi oligouria, uremia, sampai nekrosis

    tubular akut dan nekrosis korteks renalis. Ureum-kreatinin meningkat jauh di atas

    normal. Terjadi juga peningkatan pengeluaran protein (sindroma nefrotik pada

    kehamilan)

  • 5/22/2018 Superimposed Shila

    52/56

    52

    Sirkulasi uterus , koriodsidua

    Perubahan arus darah di uterus, koriodesidua dan plasenta adalah patofisiologi

    yang terpenting pada pre-eklampsia, dan merupakan faktor yang menentukan hasil

    akhir kehamilan.

    1. Terjadi iskemia uteroplasenter, menyebabkan ketidakseimbangan antara massa

    plasenta yang meningkat dengan aliran perfusi darah sirkulasi yang berkurang.

    2 .hipoperfusi uterus menjadi rangsangan produksi renin di uteroplasenta, yang

    mengakibatkan vasokonstriksi vaskular daerah itu. Renin juga meningkatkan

    kepekaan vaskular terhadap zat-zat vasokonstriktor lain (angiotensin, aldosteron)

    sehingga terjadi tonus pembuluh darah yang lebih tinggi.

    3. karena gangguan sirkulasi uteroplasenter ini, terjadi penurunan suplai oksigen

    dan nutrisi ke janin. Akibatnya bervariasi dari gangguan pertumbuhan janin

    sampai hipoksia dan kematian janin

  • 5/22/2018 Superimposed Shila

    53/56

    53

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Anonymous, Hypertension, dalam Merck Manual of Diagnosis&Therapy, 25Januari 2004, diakses tanggal 11 September 2012, dari http :

    //www.merck.com

    2. August P, Management of Hypertension in Pregnancy, 2009, diakses tanggal11 September 2012, dari http : //www.uptodate.com/patients/content/topic

    3. Branch D, Porter T, Hypertensive Disorders of Pregnancy, dalam DanforthsObstetrics&Gynecologiy, edisi ke-8, Scott J, Saia P, Hammond C, Spellacy

    W, penyunting, Philadelphia: Lippincott Williams&Wilkins, 1999: 309-326

    4. Brooks M, Pregnancy&Preeclampsia, 5 Januari 2005, diakses tanggal 12September 2012, dari http : //www.emedicine.com

    5. Cunningham F, Leveno K, Bloom S, Hauth J, Gilstrap L, Wenstrom K,Hypertensive Disorders in Pregnancy, dalam William Obstetrics, edisi ke-22,

    New York: McGraw-Hill, 2005 : 761-808

    6. Eger R, Hypertensive Disorders during Pregnancy, dalamObstetrics&Gynecology Principles for Practice, Ling F, Duff P, penyunting,

    New York : McGraw-Hill, 2001 : 224-252

    7.

    Gibson P, Carson M, Hypertension and Pregnancy, 30 Juli 2009, diakses

    tanggal 12 September 2012, dari http :

    //emedicine.medscape.com/article/261435

    8. Herrera J, Shahabudin A, Ersheng G, Wei Y, Garcia R, Lopez P, Calcium plusLinoleic Acid Therapy for Pregnancy Induced Hypertension, 9 Desember

    2005, diakses tanggal 12 September 2012, dari http : //www.ncbi.nlm.nih.gov

  • 5/22/2018 Superimposed Shila

    54/56

    54

    9. Kaplan N, Lieberman E, Hypertension with Pregnancy and the Pill, dalamKaplans Clinical hypertension, edisi ke-8, Neal W, penyunting, Philadelphia:

    Lippincott Williams&Wilkins, 2002: 404-433

    10.Kelompok Kerja Penyusunan Hipertensi dalam Kehamilan-HimpunanKedokteran Fetomaternal POGI, Pedoman Pengelolaan Hipertensi dalam

    Kehamilan di Indonesia, edisi ke-2, Angsar M, penyunting, 2005: 1-27

    11.Krisnadi S, Mose J, Effendi J, Hipertensi Dalam Kehamilan, dalam PedomanDiagnosis dan terapi Obstetri dan Ginekologi RS dr.Hasan Sadikin, bagian

    pertama, edisi ke-2, Bandung : Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas

    Kedokteran Universitas Padjadjaran RS dr.Hasan Sadikin, 2005 : 60-70

    12.Mose J, Gestosis, dalam Obstetri Patologi : Ilmu Kesehatan Reproduksi, edisike-2, Sastrawinata S, Martaadisoebrata D, Wirakusumah F, penyunting,

    Jakarta : EGC, 2003 : 68-82

    13.National Heart, Lung, and Blood Institute, Prevention, Detection, Evaluation,and Treatment of High Blood Pressure, dalam The Seventh Report of the Joint

    National Committee, NIH publication, 2004 : 49-52

    14.Prawirohardjo S, Pre-eklampsia dan Eklampsia, dalam Ilmu Kebidanan, edisike-3, Wiknjosastro H, Saifuddin A, Rachimhadhi T, penyunting, Jakarta :

    Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2005: 281-301

    15.Reynolds C, Mabie W, Sibai B, Hypertensive States of Pregnancy, dalamCurrent Obstetrics and Gynecologic Diagnosis and Treatment, edisi ke-9, New

    York : McGraw-Hill, 2003: 338-353

  • 5/22/2018 Superimposed Shila

    55/56

    55

    16.Scott J, Disaia P, Hammond C, Spellacy W, Gordon J, Danforth Buku SakuGangguan Hipertensi dalam Kehamilan, dalam Obstetri dan Ginekologi, edisi

    ke-1, Koesoema H, penyunting, Jakarta : Widya Medika, 2002: 202-213

    17.Seely E, Maxwell C, Chronic Hypertension in Pregnancy. 2007, diaksestanggal 10 September 2012, dari http :

    //circ.ahajournals.org/cgi/content/full/115

    18.Shennan A, Hypertensive disorders, dalam Dewhursts textbook of Obstetrics& Gynaecology, edisi ke-7, USA : Blackwell Publishing, 2007 : 227-234

    19.Sibai B, Diagnosis, Prevention, and Management of Eclampsia, 10 September2012, diakses tanggal 24 Oktober 2009, dari http : //www.greenjournal.org

    20.Sibai B, Treatment of Hypertension in Pregnant Women, 25 Juli 1996, diaksestanggal10 September 2012, dari http : //www.NEJM.org/cgi/content/full

  • 5/22/2018 Superimposed Shila

    56/56

    56

    CASE REPORT :

    G3P2A0, 31 Tahun, Umur Kehamilan 21 Minggu, Janin Tunggal Hidup

    Intrauterin, Belum Inpartu Dengan Hipertensi Kronik Superimposed

    (Impending Eklampsia) Dan Suspect HELLP Partial Syndrom Kelas

    Misissipi II.

    REFERAT :

    HELLP Syndrom

    Oleh :

    Saga Malela Aria Sabara, S.Ked

    0818011095

    Preceptor :

    dr. Wahdi, Sp. OG

    SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

    RSUD JENDERAL AHMAD YANI METRO

    OKTOBER 2012