Upload
jeluffy-sumbay
View
104
Download
10
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Keperawatan maternitas
Citation preview
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DISEKSI AORTA
Disusun oleh:
Shila Priyadarsini Tanone, S.Kep
PPN 12093
PROGRAM PROFESI NERS X
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL
BANDUNG
2012
1
A. Pengertian
Diseksi aorta meliputi robekan pada lapisan intima dinding aorta, yang
menyebabkan terjadinya ekstravasasi darah ke lapisan media sehingga
mengganggu aliran darah ke otak, jantung dan organ lain (susan,2003)
B. Anatomi fisiologi
1. Anatomi
Aorta adalah pembuluh darah besar (main trunk) dari segenap pembuluh darah
cabangnya yang berfungsi membawa darah teroksigenasi ke berbagai jaringan di
tubuh untuk kebutuhan nutrisinya. Aorta berada sebagai bagian atas dari
vebtrikel, dimana diameternya sekitar 3 cm, dan setelah naik (ascending) untuk
jarak yang pendek, ia melengkung (arch) kebelakang dan ke sisi kiri, tepat pada
pangkal paru kiri, kemudian turun (descending) dalam thorax pada sisi kiri
kolumna vertebralis, masuk rongga abdomen lewat hiatus diafragmatikus, dan
berakhir, dimana diameternya mulai berkurang (1,75 cm), setingkat dengan
vertebra lumbalis ke IV, ia bercabang menjadi arteri iliaca comunis dekstra dan
sinistra. (Smetzler et al, 2001).
2. Klasifikasi aorta bedasarkan letaknya
Menurut Smetzler et al, 2001, terdiri atas :
Aorta Ascendens
Panjangnya sekitar 5 cm, menyusun bagian atas dari basis
ventrikel kiri, setinggi batas bawah kartilago kosta ke III dibelakang
kiri pertengahan sternum; ia melintas keatas secara oblik, kedepan, dan
kekanan, searah aksis jantung, setinggi batas atas dari kartilago kosta
ke II. Pada pangkal asalnya, berlawanan dengan segmen valvula
aortikus, terdapat tiga dilatasi kecil disebut sinus aortikus. Saat
pertemuan aorta ascenden dengan arcus aorta caliber pembuluh darah
meningkat, karena bulging dinding kanannya. Segmen dilatasi ini
disebut bulbus aortikus, dan pada potongan transversal menunjukkan
bentuk yang oval. Aorta ascenden terdapat dalam pericardium.
Batas-batas—aorta ascenden dilindungi oleh trunkus arteria
pulmonalis dan aurikula dekstra, dan, lebih tinggi lagi, terpisah dari
sternum oleh pericardium, pleura kanan, margo anterior dari pulmo
2
dekstra, jaringan ikat longgar, dan sisa dari jaringan timus; di posterior
ia bersandar pada atrium sinistra dan arteri pulmonary dekstra. Pada
sisi kanan, ia berdekatan dengan vena cava superior dan atrium
dekstra; pada sisi kiri dengan arteri pulmonary.
Cabang-cabangnya, satu-satunya cabang dari aorta ascenden
adalah arteria coronaria yang mensuplai jantung; muncul dekat
commencement aorta tepat diatas pangkal valvula semilunaris.
Arcus Aorta
Dimulai setinggi batas atas artikulasi sternokostalis ke II pada
sisi kanannya, dan berjalan keatas, kebelakang, dan ke kiri di depan
trachea, kemudian mengarah ke belakang pada sisi kiri trachea dan
akhirnya turun lewat sisi kiri tubuh pada setinggi vertebra thoracic ke
IV, pada batas bawahnya dan kemudian berlanjut menjadi aorta
descenden. Sehingga terbentuk dua kurvatura: satu dimana ia
melengkung keatas, yang kedua dimana ia melengkung kedepan dan
kekiri. Batas atasnya kira-kira 2,5 cm dibawah batas superior
manubrium sterni.
Batas-batas—arcus aorta dilindungi oleh pleura di anterior dan
margo anterior dari pulmo; dan dengan sisa dari timus. Saat pembuluh
melinta ke belakang sisi kirinya bersentuhan dengan pulmo sinistra
dan pleura. Melintas ke bawah pada sisi kiri bagian tersebut pada arcus
terdapat 4 nervus: nervus phrenicus sinistra, cardiacus superior cabang
nervus vagus sinistra, cabang nervus cardiacus superior dari trunkus
simpatikus sinistra, dan trunkus vagus sinistra. Saat nervus terakhir
tadi melintasi arcus ia memberikan cabang recurrent, yang melingkar
dibawah pembuluh dan melintas keatas pada sisi kanan. Vena
intercostalis melintas oblik keatas dan kedepan pada sisi kiri arcus,
diantara nervus phrenicus dan vagus. Pada sisi kanan terdapat plexus
cardiacus profunda, nervus recurrent sinistra, esophagus, dan ductus
thoracicus; trachea berada dibelakang kanan dari pembuluh. Diatas
adalah arteri innominata, carotis comunis sinistra, dan arteri subclavia
3
sinistra, yang mncul dari lengkungan arcus dan bersilangan berdekatan
di pangkalnya dengan vena innominata sinistra. Dibawah adalah
bifurkasio arteri pulmonalis, bronchus sinistra, ligamentum arteriosum,
bagian superfisial dari pleksus cardiacus, dan nervus recurrent sinistra.
Ligamentum arteriosum menghubungkan arteri pulmonary sinistra
dengan arcus aorta.
Diantara awal arteri subclavia dan perlekatan ductus arteriosus,
lumen aorta bayi sedikit menyempit, membentuk bangunan yang
disebut sebagai isthmus aorticus, yang pada saat diatas ductus
arteriosus pembuluh membentuk dilatasi yang disebut aortic spindle.
Cabang-cabangnya, arcus aorta mempercabangkan 3 buah pembuluh
darah: arteri innominata, carotis comunis sinistra, dan subclavia
sinistra.
Aorta desenden
Dibagi menjadi dua bagian, thoracica dan abdominalis, saat
melewati dua rongga besar tubuh.
3. Klasifikasi aorta dan cabang-cabang berdasarkan tempatnya (Smetzler et
al, 2001) yaitu;
Aorta thoracalis
Terdapat dalam cavum mediatinum posterior. Dimulai pada
batas bawah dari vertebra thoracic ke IV dimana ia merupakan lanjutan
dari arcus aorta, dan berakhir di depan batas bawah dari vertebra
thoracic ke XII pada hiatus aorticus diafragma. Dalam perjalanannya ia
terdapat di sisi kiri kolumna vertebralis; ia mendekati garis tengah saat
turun; dan, saat terminasinya berada tepat didepan kolumna vertebralis.
Batas-batasnya pada anterior, dari atas kebawah, berbatasan
dengan pangkal pulmo sinistra, pericardium, esophagus, dan
diafragma; posterior, dengan kolumna vertebralis dan vena
hemiazigos; sisi kanan, dengan vena azigos dan ductus thoracicus; sisi
kiri, dengan pleurae dan pulmo sinistra.
4
Cabang pericardial (rami pericardiaci), terdiri dari beberapa
pembuluh kecil yang terdistribusi pada permukaan posterior
pericardium.
Arteri brochialis
Bervariasi jumlah, ukuran, dan asalnya. Terdapat aturan baku
bahwa hanya satu arteri bronchialis dekstra yang berasal dari aorta
intercostalis pertama, atau dari arteri bronchialis sinistra superior.
Arteri bronchialis sinistra terdapat dua buah, dan berasal dari aorta
thoracalis. Bagian superior arteri bronchialis sinistra muncul
berlawanan dengan vertebra thoracic ke V, bagian inferior terdapat
tepat dibawah bronchus sinistra. Tiap-tiap pembuluh berjalan di bagian
belakang masing-masing bronchus, bercabang disepanjang tube
bronchus, memvaskularisasinya. Juga pada jaringan jaringan longgar
pulmo, limfonodi bronchialis, dan esophagus.
Arteri esophageal
Terdapat empat atau lima jumlahnya, berasal dari bagian depan
aorta, dan turun oblik kebawah menuju esophagus, membentuk rantai
anastomosis disepanjang tube, beranastomosis juga dibagian atas
dengan cabang esophageal dari arteri thyroidea inferior dan dibagian
bawah dengan arteri phrenica inferior sinistra dan arteri gastrica
inferior.
Cabang mediastinal (rami mediastinales)
Sejumlah pembuluh kecil yang mensuplai kelenjar limfe dan
jaringan ikat longgar pada mediastinum posterior.
Arteri intercostalis (aa. intercostales)
Terdapat sembilan pasang arteri intercostalis aorta. Mereka
berasal dari bagian belakang aorta, arteri intercostalis dekstra lebih
panjang dibanding yang sinistra sesuai dengan posisi aorta yang
disebelah kiri vertebra. Tiap arteri dibagi menjadi ramus anterior dan
posterior.
5
Ramus anterior
Tiap pembuluhnya ditemani dengan vena dan nervus, yang
pertama terdapat diatas dan yang terakhir terdapat di bawah arteri.
Kecuali pada bagian atas dimana nervus terdapat diatas arteri. Arteri
intercostalis aorta yang pertama beranastomosis dengan cabang
intercostal dari truncus costocervicalis. Dua arteri intercostalis bagian
bawah berlanjut ke anterior dari spatium intercostalis ke dinding
abdomen, serta beranastomosis dengan arteri subcostalis, epigastrica
superior, dan lumbalis.
Cabang intercostalis collaterale
Berasal dari arteri intercostalis dengan sudut costae, dan turun
ke batas atas costae dibawahnya. Ia juga beranastomosis dengan
cabang intercostal dari arteri mammaria interna.
Cabang muscularis, memvaskularisasi m. Intercostalis, Pectoralis,
dan Serratus anterior.
Cabang cutaneus lateralis, menemani cabang cutaneus lateralis dari
nervus thoracicus.
Ramus posterior
Berjalan kebelakang pada ruangan yang dibatasi bagian atas
dan bawah oleh leher dan costae, medial oleh corpus vertebrae, lateral
oleh ligtamentum costotransversalis anterior. Ia memberi cabang
spinalis yang ,masuk kedalam canalis vertebralis lewat foramen
intervertebralis dan mensuplai medulla spinalis beserta membrannya
dan vertebra. Kemudian perjalanannya berlanjut melewati processus
transversus bersama dengan divisi posterior nervus thoracicus
mensuplai otot punggung dan cabang cutaneus mensuplai kulit
punggung.
Arteri subcostalis
Diberi nama demikian karena ia berada dibawah costae terakhir.
Menyusun pasangan terbawah cabang yang berasal dari aorta thoracica
serta susunan terakhir dari arteri intercostalis. Masing-masingnya
6
melintasi batas bawah dari costae ke XII dibelakang ginjal dan didepan
m. Quadratus lumborum, ditemani dengan nervus thoracicus ke XII,
kemudian bergabung dengan aponeurosis posterior dari m. Transversus
abdominis, dan melintas didepan otot tersebut dan m. Obliquus
internus, beranastomosis dengan arteri epigastrica superior,
intercostalis inferior, dan lumbalis. Tiap arteri subcostalis memberi
cabang posterior yang mirip distribusinya dengan ramus posterior
arteri intercostalis.
Cabang phrenicus superior
Merupakan pembuluh kecil yang berasal dari bagian bawah
aorta thoracica; terdistribusi ke bagian posterior dari permukaan atas
diafragma, dan beranastomosis dengan arteri musculophrenicus dan
pericardiophrenicus.
Aorta abdominalis
Dimulai pada hiatus aortikus diafragma, didepan batas bawah
dari korpus vertebrae thoracic terakhir, dan, turun didepan kolumna
vertebralis, berakhir pada korpus vertebra lumbalis ke IV, sedikit
kekiri dari garis tengah tubuh, kemudian terbagi menjadi dua arteri
iliaca comunis. Aorta semakin berkurang ukurannya dengan semakin
banyak ia mempercabangkan pembuluh darah.
Batas-batas pada aorta abdominalis dibatasi, anterior, oleh
omentum minus dan gaster, dibelakang cabang dari arteri celiaca dan
plexus celiaca; dibawah vena lienalis, pankreas, vena ranalis sinistra,
bagian inferior dari duodenum, pleksus mesenterium dan pleksus
aortikus. Posterior, dipisahkan dari vertebrae lumbalis dan
fibrokartilago intervertebrae oleh ligamentum longitudinalis anterior
dan vena lumbalis sinistra. Pada sisi kanan terdapat vena azygos,
cisterna chyli, ductus thoraksikus, crus dekstra diafragma yang
memisahkan aorta dari bagian atas vena cava inferior dan dari ganglion
celiaca dekstra; vena cava inferior bersentuhan dengan aorta
dibawahnya. Pada sisi kiri adalah crus sinistra diafragma, ganglion
7
celiaca sinistra,bagian ascending dari duodenumdan sedikit bagian
intestinum.
Dari cabang viseral, arteri celiaca dan arteri mesenterika
superior dan inferior tidak berpasangan, sementara arteri suprarenalis,
renalis, spermatica interna, dan ovarian adalah berpasangan. Dari
cabang parietal, arteri phrenica inferior dan lumbalis adalah
berpasangan; arteri sacralis media tidak berpasangan. Cabang terminal
berpasangan.
Arteri celiaca (a. cæliaca; celiac axis), mempercabangkan tiga cabang
besar, arteri gastrica sinistra, hepatica, dan splenica, juga terkadang
arteri phrenica inferior.
Arteri mesenterika superior, mempercabangkan arteri
pancreaticoduodenalis inferior, intestinalis, ileocolica, colica dekstra.
Arteri mesenterika inferior, mempercabangkan arteri colica sinistra,
sigmoidea, dan hemorrhoidalis superior.
Arteri suprarenalis media (aa. suprarenales media; middle capsular
arteries; suprarenal arteries)
Adalah dua pembuluh darah kecil yang muncul dari kedua sisi
aorta, berlawanan dengan arteri mesenterika superior. Melewati bagian
lateral dan sedikit keatas, melintasi crura diafragmatika, ke glandula
suprarenalis, dimana kemudian beranastomosis dengan cabang
suprarenal dari arteri phrenica inferior dan arteri renalis.
Arteri renalis (aa. renales)
Adalah dua pembuluh besar, yang muncul dari tiap sisi aorta,
tepat dibawah arteri mesenterika superior. Tiap-tiapnya melintasi crus
diafragma, sehinga membentuk sudut hampir tegak lurus dengan aorta.
Sisi kanan lebih panjang daripada sisi kiri; sisi kiri lebih tinggi
daripada sisi kanan. Sebelum mencapai hilus renalis, tiap arteri
bercabang menjadi empat atau lima cabang kecil. Tiap arteri juga
mempercabangkan suprarenalis superior.
8
Arteri spermatica internus (aa. Spermaticæ internæ; spermatic
arteries)
Terdistribusi ke testis. Adalah dua arteri yang panjang berasal
dari aorta bagian depan sedikit dibawah arteri renalis. Tiap-tiapnya
melintas turun oblik dan lateral dibelakang peritoneum, bersandar pada
m. Psoas major. Tiap-tiapnya menyilang oblik diatas ureter dan bagian
bawah arteri iliaca eksternus untuk mencapai anulus inguinalis,
kemudian melewatinya dan merupakan salah satu penyusun corda
spermatica disepanjang canalis inguinalis menuju skrotum. Ia
memvaskularisasi ductus deferens, epididimys, bagian belakang tunica
albuginea, testis, ureter, dan m. Cremaster.
Arteri ovaria (aa. Ovaricæ), adalah arteri pada wanita yang serupa
dengan arteri spermatica internus pada pria, memvaskularisasi
ovarium. Asal dan jalurnya sama dengan arteri spermatica interna.
Arteri phrenica inferior (aa. Phrenicæ inferiores) adalah dua
pembuluh darah kecil yang memvaskularisasi diafragma. Ia dapat
berasal terpisah dari bagian depan aorta, terkadang salah satunya
berasal dari aorta dan yang lain dari arteri renalis; tetapi jarang muncul
terpisah dari aorta. Mendekati bagian belakang tendo central diafragma
tiap pembuluh terbagi menjadi cabang medial dan lateral. Cabang
medial melintas kedepan dan beranastomosis dengan sesamanya disisi
yang berlawanan, dan dengan arteri musculophrenicus dan
pericardiophrenicus. Cabang lateral melintas pada sisi thorax, dan
beranastomosis dengan arteri intercostalis bawah, dan dengan arteri
musculophrenicus, ia juga memberi cabang ke vena cava inferior dan
esophagus. Tiap-tiap pembuluh subcostal memberi cabang suprarenalis
superior menuju kelenjar suprarenal. Spleen dan liver juga menerima
beberapa cabangnya.
Arteri lumbalis (aa. Lumbales)
Merupakan satu seri denga arteri intercostalsi. Mereka biasanya
berjumlah empat pada tiap sisi, dan berasaldari bagian belakang aorta,
9
berlawanan dengan vertebra lumbalis ke IV. Kadang juga terdapa
tpasangan ke V yang berukuran kecil yang berasal dari arteri sacralis
media. Mereka beranastomosis dengan arteri intercostalis inferior,
subcostalis, iliolumbalis, iliaca circumflexi profunda, dan epigastrica
inferior.
Cabang-cabangnya pada cela antara processus transversus tiap
arteri lumbalis mepercabangkan ramus posterior yang terdistribusi ke
otot dan kulit punggung, ia kemudian menjadi cabang spinal yang
memasuki canalis vertebralis dan terdistribusi sama dengan cabang
spinal ramus posterior arteri intercostalis. Cabang muscular dibentuk
dari tiap arteri lumbalis dan dari ramus posterior dari otot tetangganya.
Arteri sacralis media (a. Sacralis media) adalah pembuluh kecil,
yang muncul dari belakang aorta, sedikit diatas bifurcatio. Ia turun
pada garis tengah didepan vertebra lumbalis ke IV dan V, sacrum dan
coccyx, dan berakhir pada glomus coccygeum (coccygeal gland). Dari
situ ia melintas ke permukaan belakang rectum.
C. Etiologi
- Faktor penyebab biasanya adalah arterosklerosis, penyebab lain adalah
trauma dinding arteri, infeksi (piogenik dan sifiklitika), defek congenital
dinding arteri.
- Faktor resiko demografi meliputi pria, individu amerika-afrika, dan
berusia 50-70 tahun.
- Faktor resiko medis antara lain hipertensi, penyakit katub, koarkatasio
aorta, sindrom marfan, cedera deselerasi yang baru terjadi, penggunaan
kokain, dan/atau komplikasi akibat prosedur invasif seperti angiografi
atau balon intraaortik.
D. Tanda dan gejala
- Pasien mengalami nyeri robekan, hebat dan mendadak yang mungkin
terlokalisasi pada dada inferior, abdomen, atau area lumbal. Nyeri
biasanya nonprogresif dan saling intens pada saat awitan terjadi.
10
- Radiograf dada
Ditemukan perubahan yang tampak dapat meliputi: pelebaran
mediastinum, pembesaran aorta asenden, tonjolan aorta yang tidak
jelas dan/atau efusi sisi kiri
E. Klasifikasi
Diseksi dapat diklasifikasikan berdasarkan letak yang meliputi:
- Tipe 1 debakey pada aorta asenden
- Tipe 2 debakey pada aorta asenden di luar arkus
- Tipe 3 debakey pada aorta desenden
F. Patofisiologi
Terkadang pada aorta yang mengalami penyakit arterosklerosis, dapat terjadi
robekan pada intima atau media mengalami degenerasi, akibatnya terjadi
diseksi. Deseksi aorta sering dihubungkan dengan hipertensi yang tidak
terkontrol, terjadi tiga kali lebih sering pada pria dari pada wanita dan pada
kelompok umur 50-70 tahun. Diseksi disebabkan oleh rupturnya lapisan
intima mengakibatkan darah mengalami deseksi di lapisan media. Ruptur
dapat terjadi melalui adventisia atau di dalam lumen melalui lapisan intima,
sehingga memungkinkan darah masuk kembali ke jalur utamanya,
mengakibatkan diseksi kronis atau diseksi tersebut dapat menyebabkan oklusi
cabang-cabang aorta. Kematian biasanya disebabkan oleh hematoma yang
ruptur ke luar.
11
12
Pohon masalah
13
Aterosklerosis
Ruptur lapisan intima aorta
Gangguan pemebilitas lapisan intima aorta
Darah terdiseksi ke lapisan media
Pengeluaran histamin, bradikanin
Suply darah ke seluruh tubuh
Metabolisme anaerob
Ekstravasasi darahDisampaikan ke korteks serebri
Sel kekurangan ATP
Kelemahan fisik CO2 dan ATP menurun
Hipotalamus
Intoleransi aktivitas akkaaktivitas
Hipertensi Faktor resiko medis
Kerusakan jaringan
Nyeri Gg.Perfusi Jaringan
Sumber dimodifikasi dari :Smeltzer, et al. 2000. Keperawatan medikal medah. Edisi VIII, vol.II. Jakarta: EGC
Faktor usia umur
G. Pemeriksaan diagnostik
- EKG
- Enzim Jantung
- Radiograf dada : ditemukan perubahan yang tampak dapat meliputi:
pelebaran mediastinum, pembesaran aorta asenden, tonjolan aorta yang
tidak jelas dan/atau efusi sisi kiri
- Ekokardioagrafi transesografagus : mengidenfikasi adanya dan lokasi
robekan, juga dapat mengidentifikasi derajat insufisiensi aorta yang terjadi.
- Aortografi : menunjukan adanya dan lokasi robekan
H. Penatalaksanaan
Menurut susan (2003), perawatan atau terapi yang dapat digunakan untuk
pasien dengan deseksi aorta yaitu sebagai berikut:
1. Melakukan pembedahan
2. Pemberian natrium nitroprusida
3. Pemberian propanolol
4. Radiograf dada
5. Oksigen 2 – 4 lt/menit
6. Analgesik : morphin sulfat
14
I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1. A : Airway. Tindakan pertama yang dilakukan pada saat klien
datang ke IGD yaitu memeriksa airway atau jalan nafas, pada
kasus diseksi aorta airwaynya terganggu/ tidak.
2. B : Breathing. Breathing dilakukan untuk memeriksa ventilasi
klien, didapatkan penapasan yang regular napas cepat dan
dangkal, pergerakan dada simetris, retraksi intercosta (-).
3. C : Circulation. Akral dingin, sianosis, CRT > 2 detik, haluaran
urine < 30 ml/jam, nadi teraba lemah, TD (diastole mungkin >
150 mmHg)
4. D : Disability. dilakukan untuk memeriksa kesadaran, didapatkan
pemeriksaan GCS : 13 yang terdiri dari E : 5, N 6: , V : 4,
kesadaran menurun, pupil tidak normoreaktif
B. Survey sekunder.
1. Exposure (E) : keadaan lingkungan klien saat merasa nyeri
2. Fluid, faran hait (F) : Untuk menentukan kebutuhan cairan elektrolit
pada pasien yang mengalami diseksi aorta
3. Head to toe (H) :
Kepala
Rambut : Bentuk proporsional, warna rambut hitam, distribusi
rambut merata, lesi (-)
Telinga
Fungsi pendengarannya baik, (+), lesi (-) bentuk simetris,
elastisitas.
Hidung
Simetris atau tidak, fungsi penciuman, lesi (+/-).
Mulut
Simetris, mukasa bibir kering, tampak sianosis, lesi (-), fungsi
pengecapan (+)
15
Leher
Kelenjar getah bening tidak teraba, peningkatan JVP (+),tidak
ada pembesaran kelenjar tiroid
Dada
Bentuk simetris, retraksi diding dada.
Abdomen
Bentuk abdomen cekung atau tidak, bising usus (+), hepar dan
splen teraba atau tidak.
Ektremitas
Ektemitas atas lengkap = akral teraba dingin, sianosis
pergerakan bebas, dan lemah tidaknya odem, ROM bebas.
Ektremitas bawah = akral teraba dingin, sianosis, pergerakan
bebas, dan lemah tidaknya odem, ROM bebas.
4. Inspect the posteir (I) : keadaan kulit klien sianosis
5. Pengkajian persistem
a) Sistem Pernafasan :
Inspeksi : sesak, nafas cepat dan dangkal.
Palpasi : dinding dada simetris
Perfusi : sonor
Auskultasi : vesikuler
b) Sistem cardiovaskuler :
Inspeksi : sianosis, pucat
Palpasi : JVp meningkat, tekanan darah meningkat, takikardi,
adanya perbedaan TD dan denyut nadi pada kedua lengan dan
tungkai kaki, CRT > 2 detik
Auskultasi : krekels
c) Sistem Gastrointestinal :
Inspeksi : muntah (-)
Palpasi : distensi abdomen (-)
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus menurun
16
d) Sistem Urogenital :
Inspeksi : penurunan produksi menurun (<30ml/jam)
Palpasi : distensi kandung kemih (+)
e) Sistem Neurologis :
Inspeksi : kelemahan, penurunan kesadaran
Palpasi : rasa dingin pada kedua ekstermitas, penurunan refleks
atau normal
f) Sistem Muskuloskeletal :
Inspeksi :sianosis, kelemahan kaki dan tangan, kuku clubbing
finger.
Palpasi : CRT›2 detik, akral dingin
Perkusi : -
Auskultasi : -
g) Sistem Integumen :
Inspeksi : sianosis, kuku clubbing finger, oedema kaki tangan
Palpasi : akral dingin, turgor kulit ‹/› 2 detik, CRT >2 detik, kulit
atau membrane lembab
Perkusi : -
Auskultasi : -
17
2. Analisa data
18
19
No Data Etiologi Diagnosa keperawatan1. Subyektif (S):
- Klien mengatakan dadanya nyeri dengan skala nyeri 9 (1-10)
Obyektif (O) :- TD diastol : > 150 mmHg- Nadi : lemah- RR: 28 x/mnt- Ekspresi wajah meringis- Klien tampak memegang
dadanya dan menunjukan tempat yang terasa nyeri
arterisklerosis, hipertensi
Perubahan ada lapisan intima aorta
Ruptur pada lapisan intima aorta
Diseksi darah ke lapisan media aorta
Kerusakan jaringan
Pengeluaran bradikinin, histamin
Rangsangan ke hipotalamus
Cortex serebri
Nyeri
Nyeri akut berhubungan dengan diseksi aorta
2 Subjektif (S) : - Klien mengatakan lemah dan lesu
Objektif (O) :- TDS: > 100 mmHg- TDD : > 150 mmHG- Nadi: lemah- RR: 24/menit- Klien tampak lemah- Klien tampak pucat- Akral teraba dingin dan
sianosis- CRT : > 2 detik- Haluaran urine: < 30ml/jam
Ruptur pada lapisan intima aorta
Diseksi darah ke lapisan media aorta
Ekstravasasi darah melalui diseksi aorta
Gangguan aliran darah sekunder
Suplai O2 ke jaringan menurun
Gg.perfusi jaringan
Gangguan perfusi jaringan b.d gangguan aliran darah sekunder akibat ekstravasasi darah melalui diseksi aorta
3 Subjektif (S) : - Klien mengatakan lemah dan lesu. Objektif (O) : - Klien tampak lemah- Klien bedrest total- Klien tampak meringis
kesakitan- Skala nyeri : 9
suplai darah keseluruh tubuh menurun
metabolisme anaerob
CO naik dan ATP menurun
Sel kekurangan ATP
Kelemahan fisik
Intoleransi aktivitas
Intoleransi aktifitas b.d kelemahan fisik
3. Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri akut berhubungan dengan diseksi aortab) Gangguan perfusi jaringan b.d gangguan aliran darah sekunder akibat ekstravasasi darah melalui diseksi aortac) Intoleransi aktifitas b.d kelemahan fisik
20
4. Perencanaan dan intervensi keperawatan
No DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1. Nyeri akut berhubungan dengan diseksi aorta
DS:- Klien mengatakan dadanya nyeri dengan skala nyeri 9 (1-10)
DO- TD diastol : > 150 mmHg- Nadi : lemah- RR: 28 x/mnt- Ekspresi wajah meringis- Klien tampak memegang
dadanya dan menunjukan tempat yang terasa nyeri
Tupan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam, diharapkan rasa nyeri klien teratasiTupen:Setelah dilakukan intervensi 1x24 jam, diharapkan klien dapat memenuhi kriteria, yaitu :- TD diastol : dalam batas
normal- Nadi : kuat- RR: dalam batas normal- Ekspresi wajah meringis- Klien mengatakan nyeri
telah berkurang (skala 7)
1. Observasi tanda-tanda vital
2. Kaji skala nyeri
3. Ajarkan teknik relaksasi dan
manajemen nyeri
4. Posisikan klien senyaman mungkin
(semifowler)
5. Pertahankan klien untuk tetap tirah
baring
6. Kolaborasi pemberian terapi:
Morfin
Oksigen
1. Perubahan tanda-tanda vital
menunjukkan adanya nyeri dan
ansietas
2. Peningkatan skala nyeri
menujukan adanya peningkatan
deseksi
3. Salah satu cara untuk mengalihkan
perhatian tidak terfokus pada
nyerinya
4. Meningkatkan ekspansi paru
sehingga O2 yang masuk
maksimal
5. Mencegah diseksi lebih lanjut
6. Kolaborasi terapi:
Morfin dapat menurunkan nyeri
yang dialami
Meningkatkan suplai oksigen ke
jantung dan jaringana ke seluruh
21
Natrium nitroprusit
propranol
tubuh
Mengurangi tegangan dinding aorta
Mengurangi kontraksi ventrikel kiri
2. Gangguan perfusi jaringan b.d gangguan aliran darah sekunder akibat ekstravasasi darah melalui diseksi aorta
DSKlien mengatakan lemah dan lesu
DO
- TDS: > 100 mmHg
- TDD : > 150 mmHG
- Nadi: lemah
- RR: 28/menit
- Klien tampak lemah
- Klien tampak pucat
- Akral teraba dingin dan
sianosis
- CRT : > 2 detik
- Haluaran urine: <
Tupan : setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3x24 jam
gangguan perfusi jaringan
teratasi
Tupen: setelah dilakukan
keperawatan selama
1x24jam, diharapkan klien
dapat memenuhi criteria,
yaitu:
- TDS: 80-100 mmHg
- TDD : dalam batas
normal
Nadi: kuat dan sama
secara bilateral
- RR: dalam batas normal
- Klien tampak sadar dan
1. Pantau TD secara kontinu selama
fase akut
2. Pantau haluaran urine setiap jam
3. Pantau EKG secara kontinu
4. Kaji status neurologi
5. Kaji perubahan sensasi dan kekuatan
motorik
6. Kaji status kardiovaskuler
1. Untuk mengevaluasi respon klien
terhadap terapi
2. Karena penurunan haluaran urine
dapat mengindikasikan penurunan
aliran adarah arteri
3. Untuk mengetahui pembentukan
disritmia (perubahan segmen ST
dan gelombang T menujukan
terjadinya sekuele)
4. Mengevaluasi proses diseksi
5. Mengidikasikan gangguan aliran
darah ke otak
6. Untuk mengetahui tanda dan gejala
gagal jantung (takikardi yang terus
menerus, s3, krekels, dapat
mengindikasikan diseksi mencakup
aorta)
22
30ml/jam terorientasi
- Klien tampak normal
- Akral teraba hangat dan
tidak sianosis
- CRT : < 2 detik
- Haluaran urine:
30ml/jam
7. Tinjau kadar BUN dan kreatinin
8. Tinjau enzim jantung
7. Untuk mengevaluasi fungsi ginjal
8. Diseksi yang meencakup arteri
koroner dapat menyebabkan infrak
miokard
3. Intoleransi aktifitas b.d
kelemahan fisik
DS: Klien mengatakan
lemah dan lesu.
DO
- Klien tampak lemah
- Klien bedrest total
- Klien tampak meringis
kesakitan
- - Skala nyeri : 9
Tupan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam intoleransi aktivitas dapat teratasiTupen : setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam dapat dapat toleran dengan ADL dengan kriteria: 1. Klien tidak tampak
lemah2. Klien dapat toleran
dengan ADL3. ADL dapat dilakukan
secara mandiri
1. Kaji aktivitas yang perlu, total atau
partial care
2. Bantu semua aktivitas baik secara
total maupun partial
3. Diskusikan dengan klien tentang
kebutuhan yang klien harapkan dan
yang klien dapatkan
1. Dapat menentukan dan memilih
tindakan yang tepat
2. Klien dengan kondisi bedrest
masih bisa memenuhi ADL
3. Agar klien dapat mengungkapkan
hal-hal yang diharapkan klien
23
DAFTAR PUSTAKA
Dorland. 2002. Kamus Kedokteran Edisi 29. Jakarta : EGC
Nanda. (2010). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011.
Jakarta: EGC
Smeltzer et all. (2001). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Stillwell, Susan B. 2003. Pedoman keperawatan kritis edisi 3. Jakarta : EGC
24
25