11
1 SYARAT-SYARAT TEKNIS RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT ( RKS ) Pasal 1 URAIAN PEKERJAAN I.1 Untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan, kontraktor harus menyediakan : a. Tenaga kerja/tenaga ahli yang cukup memadai dengan jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan. b. Alat–alat bantu seperti alat pengaduk beton, alat-alat pengangkut dan peralatan penunjang lainnya yang dipergunakan guna kelancaran pekerjaan. c. Penyediaan bahan-bahan bangunan dalam jumlah cukup untuk setiap pekerjaan yang akan dilaksanakan pada waktunya. 1.2. Cara Pelaksanaan Pekerjaan harus dilaksanakan dengan penuh keahlian, sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS), Gambar Rencana, Berita Acara Penjelasan serta mengikuti petunjuk dan keputusan Konsultan Pengawas. Pasal 2 PERATURAN TEKNIS PEMBANGUNAN YANG DIGUNAKAN 2.1. Dalam melaksanakan pekerjaan, kecuali bila ditentukan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat- Syarat ( RKS ) ini, berlaku dan mengikat ketentuan-ketentuan di bawah ini termasuk segala perubahan dan tambahannya yaitu sebagai berikut : a. Peraturan Umum tentang Pelaksanaan Pembangunan di Indonesia atau Algemene Voorwaarden voor De Uivoering Bij Aanneming Van Openbare Werken ( AV ) 1941. b. Keputusan-keputusan dari Majelis Indonesia untuk Arbitrasi Teknik Dewan Teknik Pembangunan Indonesia ( DTPI ). c. Peraturan Beton Bertulang SK SNI T-15-1991-03. d. Peraturan Umum dari Dinas Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja. e. Peraturan Semen PortlandIndonesia NI.08 f. Peraturan Muatan Indonesia. ( PMI ) g. Ketentuan dan peraturan lain yang dikeluarkan oleh Jawatan/Instansi pemerintah setempat yang bersangkutan dengan permasalahan bangunan. 2.2. Untuk melaksanakan pekerjaan ini, berlaku dan mengikat pula : a. Gambar bestek yang dibuat oleh Konsultan Perencana yang sudah disyahkan oleh Pemberi Tugas termasuk juga gambar-gambar detail yang diselesaikan oleh Kontraktor dan sudah disyahkan/disetujui oleh Direksi. b. Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) c. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan. d. Surat Perintah Kerja (SPK) e. Surat Penawaran. f. Jadwal Pelaksanaan ( Tentative Schedule ) yang disetujui Direksi. Pasal 3 PENJELASAN RKS DAN GAMBAR 3.1. RKS ini dilampiri : a. Gambar Rencana b. Volume Pekerjaan ( Bill Of Quantity ). 3.2. Kontraktor wajib meneliti semua Gambar dan Rencana Kerja dan Syarat-Syarat ( RKS ) termasuk tambahan dan perubahannya yang dicantumkan dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan ( Aanwijzing ).

Syarat Teknis irigasi WIL I.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • 1

    SYARAT-SYARAT TEKNIS RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT ( RKS )

    Pasal 1

    URAIAN PEKERJAAN

    I.1 Untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan, kontraktor harus menyediakan : a. Tenaga kerja/tenaga ahli yang cukup memadai dengan jenis pekerjaan yang akan

    dilaksanakan. b. Alatalat bantu seperti alat pengaduk beton, alat-alat pengangkut dan peralatan penunjang

    lainnya yang dipergunakan guna kelancaran pekerjaan. c. Penyediaan bahan-bahan bangunan dalam jumlah cukup untuk setiap pekerjaan yang akan

    dilaksanakan pada waktunya. 1.2. Cara Pelaksanaan

    Pekerjaan harus dilaksanakan dengan penuh keahlian, sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS), Gambar Rencana, Berita Acara Penjelasan serta mengikuti petunjuk dan keputusan Konsultan Pengawas.

    Pasal 2

    PERATURAN TEKNIS PEMBANGUNAN YANG DIGUNAKAN

    2.1. Dalam melaksanakan pekerjaan, kecuali bila ditentukan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat-Syarat ( RKS ) ini, berlaku dan mengikat ketentuan-ketentuan di bawah ini termasuk segala perubahan dan tambahannya yaitu sebagai berikut : a. Peraturan Umum tentang Pelaksanaan Pembangunan di Indonesia atau Algemene

    Voorwaarden voor De Uivoering Bij Aanneming Van Openbare Werken ( AV ) 1941. b. Keputusan-keputusan dari Majelis Indonesia untuk Arbitrasi Teknik Dewan Teknik

    Pembangunan Indonesia ( DTPI ). c. Peraturan Beton Bertulang SK SNI T-15-1991-03. d. Peraturan Umum dari Dinas Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja. e. Peraturan Semen PortlandIndonesia NI.08 f. Peraturan Muatan Indonesia. ( PMI ) g. Ketentuan dan peraturan lain yang dikeluarkan oleh Jawatan/Instansi pemerintah setempat

    yang bersangkutan dengan permasalahan bangunan. 2.2. Untuk melaksanakan pekerjaan ini, berlaku dan mengikat pula :

    a. Gambar bestek yang dibuat oleh Konsultan Perencana yang sudah disyahkan oleh Pemberi Tugas termasuk juga gambar-gambar detail yang diselesaikan oleh Kontraktor dan sudah disyahkan/disetujui oleh Direksi.

    b. Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) c. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan. d. Surat Perintah Kerja (SPK) e. Surat Penawaran. f. Jadwal Pelaksanaan ( Tentative Schedule ) yang disetujui Direksi.

    Pasal 3 PENJELASAN RKS DAN GAMBAR

    3.1. RKS ini dilampiri :

    a. Gambar Rencana b. Volume Pekerjaan ( Bill Of Quantity ).

    3.2. Kontraktor wajib meneliti semua Gambar dan Rencana Kerja dan Syarat-Syarat ( RKS )

    termasuk tambahan dan perubahannya yang dicantumkan dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan ( Aanwijzing ).

  • 2

    3.3. Bila Gambar tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-Syarat ( RKS ), maka yang mengikat adalah ketentuan yang ada dalam RKS. Bila suatu gambar berbeda dengan gambar yang lain, maka gambar yang berskala besar yang berlaku.

    3.4. Bila perbedaan-perbedaan tersebut menimbulkan keragu-raguan sehingga dalam pelaksanaan menimbulkan kesalahan, maka kontraktor wajib menanyakan kepada Pengawas/Direksi dan Kontraktor harus mengikuti keputusannya.

    Pasal 4

    JADWAL PELAKSANAAN

    4.1. Sebelum memulai pekerjaan nyata di lapangan, Kontraktor wajib membuat rencana pekerjaan pelaksanaan dan bagian-bagian pekerjaan, yang telah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Direksi/Pengawas.

    4.2. Rencana kerja tersebut harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Direksi/Konsultan Pengawas, paling lambat 14 (Empat belas) hari kalender setelah Surat Keputusan Penunjukan (SPK) diterima Kontraktor.

    4.3. Kontraktor wajib memberikan salinan rencana kerja rangkap 4 (Empat) kepada Direksi/Konsultan Pengawas. Satu selinan rencana kerja harus ditempel pada dinding bangsal Kontraktor di lapangan yang selalu diikuti dengan grafik kemajuan pekerjaan (prestasi kerja) di lapangan.

    4.4. Pengawas /Direksi dalam menilai prestasi pekerjaan kontraktor berdasarkan rencana kerja tersebut.

    Pasal 5

    JENIS DAN MUTU BAHAN

    Jenis dan mutu bahan yang dipakai diutamakan adalah dari produksi dalam Negeri sesuai dengan Keppres No. 8 tahun 1997.

    Pasal 6

    SYARAT-SYARAT PEMERIKSAAN BAHAN BANGUNAN

    6.1. Semua bahan bangunan yang didatangkan harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. 6.2. Konsultan Pengawas berwenang menanyakan asal bahan dan kontraktor wajib memberitahukan. 6.3. Kontraktor wajib memperlihatkan contoh bahan sebelum digunakan. Contoh-contoh ini harus

    mendapatkan persetujuan dari pengawas. 6.4. Bahan bangunan yang telah didatangkan kontraktor di lapangan, tetapi ditolak pemakaiannya

    oleh Pengawas, harus segera dikeluarkan dan selanjutnya dibongkar atas biaya kontraktor dalam waktu yang ditetapkan oleh pengawas.

    6.5. Pekerja atau bagian pekerjaan yang yang telah dilakukan Kontraktor tetapi ditolak oleh pengawas, maka pekerjaan tersebut harus segera dihentikan dan selanjutnya dibongkar atas biaya Kontraktor dalam waktu yang ditetapkan oleh pengawas.

    Pasal 7

    PEMERIKSAAN PEKERJAAN

    7.1. Sebelum memulai pekerjaan lanjutannya yang apabila pekerjaan ini telah selesai, akan tetapi belum diperiksa oleh Pengawas, Kontraktor wajib memintakan persetujuan kepada Konsultan Pengawas. Baru apabila Pengawas telah menyetujui bagian pekerjaan tersebut, Kontraktor dapat meneruskan pekerjaan.

    7.2. Bila permohonan pemeriksaan itu dalam waktu 2 X 24 jam (dihitung dari diterima surat permohonan pemeriksaan, tidak dihitung hari raya/libur) tidak dipenuhi oleh Pengawas, Kontraktor dapat meneruskan pekerjaannya dan bagian yang seharusnya diperiksa dianggap telah disetujui Pengawas, hal ini dikecualikan bila Konsultan Pengawas minta perpanjangan waktu.

    7.3. Bila Kontraktor melanggar ayat 1 pasal ini, Pengawas berhak menyuruh membongkar bagian pekerjaan sebagian atau seluruhnya untuk diperbaiki. Biaya pembongkaran dan pemasangan kembali menjadi tanggungan Kontraktor.

  • 3

    Pasal 8

    PEKERJAAN TAMBAH KURANG

    8.1. Tugas mengerjakan pekerjaan tambah/kurang diberitahukan dengan tertulis atau ditulis dalam buku harian oleh Pengawas serta persetujuan Pemberi Tugas.

    8.2. Pekerjaan tambah/kurang hanya berlaku bila memang nyata-nyata ada perintah tertulis dari Pengawas atau atas Pengawas persetujuan Pemberi Tugas.

    8.3. Biaya pekerjaan tambah/kurang akan diperhitungkan menurut daftar harga satuan pekerjaan, yang dimasukkan oleh Kontraktor sesuai AV 41 artikel 50 dan 51 yang pembayarannya diperhitungkan bersama dengan angsuran terakhir.

    8.4. Untuk pekerjaan tambah yang harga satuannya tidak tercantum dalam harga satuan yang dimasukkan dalam penawaran harga satuannya akan ditentukan lebih lanjut oleh pengawas-pengawas Kontraktor dengan persetujuan pemberi tugas.

    8.5. Adanya pekerjaan tambahan tidak dapat dijadikan alasan penyebab kelambatan penyerahan pekerjaan, tetapi Pengawas/Bimbingan Teknik Pembangunan (BPT) dapat memperhitungkan perpanjangan waktu karena adanya pekerjaan tambah tersebut.

    Pasal 9

    PEKERJAAN PERSIAPAN

    9.1 Kontraktor harus membongkar dan membersihkan areal / halaman lokasi pekerjaan dari segala sesuatu yang dapat mengganggu kelancaran pelaksanaan pekerjaan, termasuk pohon-pohon dan semak-semak yang terdapat pada areal harus ditebang dan dibersihkan sampai keakar-akarnya, kemudian disingkirkan dari lapangan

    9.2 Kontraktor melakukan pengukuran dan pemasangan bouwplank 9.3 Kontraktor menyiapkan bangsal kerja guna memudahkan pelaksanaan pekerjaan 9.4 Kontraktor diwajibkan membuat papan nama proyek atas biaya Kontraktor untuk kepentingan

    pelaksanaan Proyek. Bentuk dan ukuran serta isi papan nama berdasarkan ketentuan yang berlaku dan sesuai petunjuk Pengawas.

    9.5 Kontraktor tidak diperkenankan menempatkan papan reklame dalam bentuk apapun di dalam lingkungan kompleks kecuali atas persetujuan tertulis dari Pemimpin Proyek.

    Pasal 10

    PEKERJAAN TANAH

    10.1. Galian tanah yang dilaksanakan adalah untuk galian saluran, ukuran dan bentuk galian tanah disesuaikan dengan gambar kerja.

    10.2. Galian tanah setelah dibersihkan dari segala kotorannya, dapat dipergunakan kembali untuk timbunan.

    Pasal 11

    PEKERJAAN BETON DAN ADUKAN

    11.1. Lingkup Pekerjaan Beton 12.1.1. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan dan alat bantu lainnya untuk menyelesaikan

    pekerjaan beton sesuai dengan gambar rencana dengan hasil yang baik. 12.1.2. Pekerjaan ini meliputi :

    a. Pekerjaan lantai, dan bangunan bendung. Semua pekerjaan tersebut menggunakan mutu beton K-150 ( kecuali lantai kerja), bentuk dan ukuran sesuai dengan gambar kerja.

    b. Pekerjaan beton, pekerjaan besi beton, pekerjaan bekisting/acuan cetakan dan pekerjaan beton yang bukan struktur, sebagaimana ditunjukan pada gambar kerja.

  • 4

    11.2. Persyaratan Bahan. 11.2.1. Semen Portland.

    a. Semen yang dipakai harus Portland Semen yang telah disetujui oeh direksi Proyek dan memenuhi syarat S.400 menurut Standart Semen Indonesia (NI-8-1972).

    b. Untuk seluruh pekerjaan beton harus menggunakan mutu semen yang baikdari satu merk atas persetujuan Konsultan Pengawas / Direksi Lapangan.

    c. Semen yang telah mengeras sebagian / seluruhnya tidak diperkenanakan untuk dipergunakan.

    11.2.2. P a s i r a. Pasir harus bersih dari organis,lumpur, zat-zat alkali dan substansi yang merusak

    beton. Pasir tidak boleh mengandung segala jenis substansi tersebut lebih dari 5 %. b. Pasir Laut tidak boleh digunakan untuk beton. c. Pasir harus terdiri dari partikel-partikel / komposisi yang tajam dan kasar.

    11.2.3. Batu Split dan Koral a. Agregat kasar untuk beton harus terdiri dari butir-butir yang kasar, keras, tidak

    berpori dan tidak berbentuk kubus dan tidak terpengaruh oleh cuaca. Bila ada butir-butir yang pipih , jumlah beratnya tidak melebihi 20% dari jumlah berat seluruhnya. Ukuran tersebar agregat beton adalah 2,5 cm.

    b. Tidak mengandung lumpur dari 1 % juga tidak boleh mengandung zat yang dapat merusak beton sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang tertera dalan PBI 1971 serta harus sesuai dengan spesifikasi agregat kasar menurut ASTM-C 33.

    c. Agregat kasar tidak boleh mengalami pembubukan hingga melebihi 50% kehilangan berat menurut test mesin Los Anggeles ASTM C-131-55.

    11.2.4. A i r. a. Air yang digunakan untuk adukan dan merawat beton harus tawar, bersih, tidak

    mengandung minyak, asam, alkali dan bahan organis lainya uang dapat merusak mutu beton maupun mempengaruhi daya lekat semen dan harus memenuhi N-3 pasal 10.

    . 11.3. Acuan dan Bekisting.

    a. Cetakan harus menghasilkan konstruksi akhir yang mempunyai ukuran dan batas-batas yang sesuai dengan ruang yang ditunjukkan oleh gambar kerja maupun yang petunjuk Konsultan Pengawas.

    b. Bekisting menggunakan papan klas III atau jenis lain yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.

    c. Hal lain dari pekerjaan tersebut harus menurut petunjuk KonsultanPengawas. 11.4. Bahan Campuran Tambahan.

    a. Pemakaian bahan Kimiawi tambahan (Concrette Admixcture) harus seizin tertulis dari Konsultan Perencana dan Kontraktor harus mengajukan permohonan tertulis.

    b. Bahan Campuran Beton harus sesuai dengan iklim tropis dan memenuhi persyaratan AS.1487 dan ASTM. C 494 type D sekaligus sebagai pengurangan air adukan dan penundaaan pengerasan awal.

    c. Penggunaan harus sesuai dengan petunjuk teknis dari pabrik dan dimasukkan dalam mesin pengaduk. Pemakaian additive tidak boleh menyebabkan dikuranginya volume semen adukan.

    11.5. Pengadukan. a. Kontraktor harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang mempunyai ketelitian

    cukup baik untuk menetapkan dan mengawasi dari masing-masing bahan pebentuk beton. Perlengkapan-perlengkapan tersebut dan cara mengerjakannya harus mendapat persetujuan dari direksi lapangan.

    b. Lama pengadukan beton dilakukan hingga campuran beton tersebut benar-benar homogen hingga menghasilkan adukan dengan susunan kekentalan dan warna yang merata (seragam). Pengadukan yang berlebihan (dalam waktu lama) yang membutuhkan penambahanair untuk mendapatkan konsistensi beton yang dikehendaki tidak dibenarkan.

    11.6. Pengecoran 11.6.1. Persiapan.

    a. Proporsi semen, pasir dan krikil pada syarat-syarat teknis adalah minimal, jadi tidak akan diizinkan untuk dikurangi.

  • 5

    b. Sebelum adukan beton dicor, kayu-kayu bekisting harus bersih dari kotoran seperti serbuk gergaji, tanah, minyak dan lain-lain, serta harus dibasahi seperlunya. Perlu diadakan tindakan untuk menghindari pengumpulan air pada waktu pembasahan tersebut pada sisi bawah / bagian cekung.

    c. Pekerjaan pengecoran beton harus dilaksanakan setelah direksi lapangan memeriksa dan menyetujui posisi bekesting, tulanagan, stek-stek, beton deking dan lain-lain dimana beton tersebut akan diletakan.

    d. Beton harus dibentuk dari campuran semen, agregat dan air dalam satu perbandingan tempat (sukat) sehingga mudah dikontrol dan menghasilakan kekuatan tekan karakteristik beton K 150 ( = 150 kg/cm2).

    e. Jumlah maksimum semen yang terbuang dalam 1 m3 dalam perbandingan berat untuk campuran

    11.61. Pelaksanaan. a. Sebelum pelaksananaan pengecoran dilakukan, kontraktor harus memberi tahu

    direksi lapangan selambat-lambatnya 24 jam sebelum suatu pengecoran beton dilakukan. Persetujuan Konsultan Pengawas untuk pengecoran berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan cetakan dan pemasangan pembesian serta bukti bahwa kontraktor dapat melaksanakan pengecoran tanpa gangguan. Persetujuan tersebut diatas tidak mengurangi tanggung jawab kontraktor atas pelaksanaan pekerjaan secara menyeluruh.

    b. Adukan beton tidak dituang bila waktu sejak dicampurnya air semen dan agregat telah mencapai 1 jam dan waktu itu dapat berkurang lagi, jika Konsultan Pengawas mengganggap perlu berdasarkan kondisi tertentu.

    c. Alat-alat bantu penuang seperti talang, pipa, chute dan sebagainya harus selalu bersih dan bebas dari lapisan-lapisan beton yang mengeras.

    d. Beton tidak boleh dijatuhkan bebas dari ketinggian lebih dari 2 m, sebaiknya menggunakan talang atau pipa yang ditempatkan pada cetakan.

    e. Jika pada saat pengecoran terjadi pemberhentian, maka tempat pemberhentian harus ditetntukan letaknya dan dibuat seperti yang telah disetujui konsultan pengawas.

    11.8. Pemadatan Beton. a. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk menganngkut dan menuangkan beton dengan

    ketebalan yang dapat dipertahankan agar didapat beton yang padat tanpa menggetarkan secara berlebihan.

    b. Pelaksanaan penuangan dan penggetaranbeton adalah sangat penting, adukan harus dipadatkan dengan baikmenurut petunjuk Konsultan Pengawas.

    c. Pekerjaan beton yang telah selesai dikerjakan merupakan suatu massa yang bebas dari lubang-lubang segregasi dan honey coming, sehingga mengahasilkan sutu permukaan yang halus dan mempunyai suatu keadatan yang sama yang diperoleh pada kubus test.

    d. Dalam hal pemilihan pemakaian alat pemadat, Kontraktor harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.

    11.9. Pembongkaran Cetakan dan Acuan. a. Waktu minimum dari saat selesainya pengecoran beton sampai dengan pembongkaran

    cetakan dan acuan dari bagian-bagian struktur harus memberikan kekuatan desak minimum seperti yang tercantum dalam daftar berikut :

    BAGIAN STRUKTUR WAKTU MINIMALPEMBONGKARAN CETAKAN

    1. Sisi Dinding

    7 hari

    b. Setelah cetakan dan acuan dibuka , sisi atau sudut yang tajam supaya dilindungi terhadap benturan/perusakan dengan pertolongan papan, bambu dan sebagainya.

    c. Lanjur-lanjur tulangan yang belun dicor pada bagian yang atas harus dibungkus dengan spesi semen supaya tidak berkarat dan meneteskan air karat.

    11.10. S u h u. Suhu beton waktu dicor tidak boleh lebih dari 32C. Bila suhu yang ditaruh berada antara 27C 32C beton harus diaduk ditempat pekerjaan untuk langsung dicor. Bila beton dicor pada iklim sedemikian sehingga suhu melebihi 32C, kontraktor harus mengambil langkah-langkah efektif misalnya mendinginkan agregat ataupun mengecor pada malam hari.

  • 6

    11.12.Construction Joins ( sambungan beton / siar pelaksanaan ). a. Rencana pengecoran harus dipersiapkan untuk meyelesaikan satu struktur secara meyeluruh.

    Dalam rencana schedule Konsultan pengawas akan memberikan persetujuan dimana letak construction joins tersebut. Dalam keadan mendesak konsultan pengawas dapat merubah letak construction joins.

    b. Sebelum pengecoran dilanjutkan permukaan beton harus dibasahi dan diberi lapisan grout segera sebelum beton dituang, dimana grout terdiri dari 1 bagian semen dan 2 bagian pasir.

    c. Construction Joins harus diusahakan semaksimum mungkin berbentuk garis tegak atau horizontal. Bila construction joins tegak, maka tulangan harus menonjol sedemikian rupa, sehingga didapatkan suatu struktur yang monolit.

    11.13. Cacat Beton. Pemberi Tugas mempunyai wewenang untuk menolak konstruksi beton yang cacat seperti

    berikut : a. Konstruksi beton yang sangat keropos. b. Konstruksi beton tidak sesuai dengan bentuk yang direncanakan atau posisinya tidak

    seperti yang ditunjukkan oleh gambar. c. Konstruksi beton yang tidak tegak lurus atau tidak rata seperti yang direncanakan. d. Konstruksi beton yang berisikan kayu atau benda-benda lain.

    11.14. Benda-benda yang ditanam dalam beton. a. Semua angker-angker, baut-baut, pipa-pipa dan sebagainya yang diperlukan tertanam dalam

    beton harus terikat dengan baik pada cetakan sebelum beton dicor. b. Benda-benda tersebut harus dalam keadaan bersih dari karat atau kotoran lain pada waktu

    beton dicor. c. Baut-baut, angker-angker harus dipasang dalam keadaaan akurat dan diikat pada tempatnya

    dengan menggunakan template.

    Pasal 12 PEKERJAAN SIAR DAN PLETERAN

    12.1. Pekerjaan Plesteran Dan Siar.

    12.11. Lingkup Pekerjaan Siar dan Plesteran meliputi pekerjaan siar untuk dinding Pasangan batu, sedangkan plesteran untuk pekerjaan saluran sesuai dengan gambar rencana.

    12.1.2. Persyaratan Bahan : a. Semen portland harus memenuhi NI-8 (dipilih satu produk untuk seluruh pekerjaan) b. Pasir harus memenuhi NI-3. c. Air harus memenuhi NI-3.

    12.1.3. Penggunaan / pemakaian Plesteran (adukan) harus disesuaikan dengan perbandingan campuran 1pc : 4 ps.

    12.1.4. Syarat Pelaksanaan : a. Pekerjaan siar dan plesteran harus sesuai dengan standard spesifikasi dari bahan dan

    sesuai petunjuk Konsultan Pengawas. b. Pekerjaan siar dan plesteran dilakukan pada bidang yang telah ditentukan dalam

    gambar arsitektur dan telah disetujui oleh Konsultan Pengawas. c. Siar atau plesteran yang retak, bergelombang / cembung, terjadi pengotoran atau

    perubahan warna tidak akan diterima dan harus segera diganti dengan spesifikasi yang sesuai.

    d. Siar dilakukan pada sambungan pasangan batudengan tebal 1,5 cm kecuali di jelaskan lain atau lebih spesifik sedangkan plesteran digunakan pada dinding saluran dengan tebal 1,5 cm..

    e. Kelembaban Siar dan Plesteran harus dijaga agar pengeringan berlangsung wajar dengan membasahi permukaan dan menutupi dengan penutup untuk melindungi dari terik panas matahari langsung.

  • 7

    Pasal 13 PEKERJAAN ATAP

    14.1. Pekerjaan atap rumah pintu air yang akan dikerjakan terdiri dari pemasangan atap dengan Seng

    Gelombang BJLS 0.30, pekerjaan perabung dari papan kayu kelas II jenis Keladan yang kemudian dilapis dengan seng datar BKLS.0.30, pembuatan listplank kayu kelas II (ketam) jenis Keladan, tekam atau resak atau sesuai yang disyaratkan oleh Direksi Teknik.

    14.2. Kayu sebagai rangka atap menggunakan kayu kelas II jenis mabang meliputi pekerjaan pemasangan kuda-kuda ukuran 8/8 cm, balok nok ukuran 8/8 cm dan gording ukuran 4/8 cm, Semua jenis rangka atap tersebut harus diresidu (teer) terlebih dahulu untuk menghindari kerusakan akibat rayap/jamur atau pengaruh cuaca.

    14.3. Pemasangan atap harus disusun dengan baik oleh tenaga yang berpengalaman sehingga tidak memungkinkan terjadinya kebocoran yang diakibatkan kesalahan pemasangan.

    14.4. Kontraktor bertanggung jawab penuh atas kesalahan, kebocoran dan ketidak sesuaian teknis yang terjadi selama pelaksanaan.

    Pasal 14 PEKERJAAN KAYU

    15.1. Pekerjaan Kayu meliputi seluruh pembuatan rangka bangunan rumah pintu air menggunakan kayu kls Belian. Bentuk dan ukuran sesuai dengan gambar kerja.

    15.2. Semua pekerjaan kayu harus dikerjakan sesuai syarat-syarat pekerjaan terutama sambungan-sambungan kayu harus dikerjakan dengan rapi dan penuh keahlian, Direksi Pelaksana berhak menolak yang tidak memenuhi syarat-syarat.

    15.3. Semua kayu harus dari jenis dan kualitas baik, kayu harus kering tanpa mata kayu, sisi berkerut, lubang-lubang dan tanpa cacat serius.

    Pasal 15

    PASANGAN BATU UMUM

    1) Uraian

    a) Pekerjaan ini harus mencakup pembuatan struktur yang ditunjukkan dalam Gambar atau seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, yang dibuat dari Pasangan Batu. Pekerjaan harus meliputi pemasokan semua bahan, galian, penyiapan pondasi dan seluruh pekerjaan yang diperlukan untuk menyelesaikan struktur sesuai dengan Spesifikasi ini dan memenuhi garis, ketinggian, potongan dan dimensi seperti yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan.

    b) Umumnya, pasangan batu harus digunakan hanya untuk struktur seperti dinding penahan, gorong-gorong pelat, dan tembok kepala gorong-gorong besar dari pasangan batu yang digunakan untuk menahan beban luar yang cukup besar. Bilamana fungsi utama suatu pekerjaan sebagai penahan gerusan, bukan sebagai penahan beban, seperti lapisan selokan, lubang penangkap, lantai gorong-gorong (spillway apron) atau pekerjaan pelindung lainnya pada lereng atau di sekitar ujung gorong-gorong, maka kelas pekerjaan di bawah Pasangan Batu (Stone Masonry) dapat digunakan seperti Pasangan Batu dengan Mortar (Mortared Stonework) atau pasangan batu kosong yang diisi (grouted rip rap) seperti yang disyaratkan masing-masing dalam Seksi 2.2 dan 7.10.

    2) Penerbitan Detil Pelaksanaan

    Detil pelaksanaan untuk pasangan batu yang tidak disertakan dalam Dokumen Kontrak pada saat pelelangan akan diterbitkankan oleh Direksi Pekerjaan setelah peninjauan kembali rancangan awal atau revisi desain telah selesai dikerjakan sesuai dengan Seksi 1.9 dari Spesifikasi ini.

    3) Toleransi Dimensi, Pengajuan Kesiapan Kerja, Persetujuan, Jadwal Kerja, Kondisi

    Tempat Kerja, Perbaikan Atas Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi Ketentuan atau Rusak

  • 8

    Ketentuan yang disyaratkan untuk pekerjaan pasangan batu dengan mortar dalam Seksi 2.2 dari Spesifikasi ini harus digunakan.

    BAHAN

    1) Batu

    a) Batu harus bersih, keras, tanpa bagian yang tipis atau retak dan harus dari jenis yang diketahui awet. Bila perlu, batu harus dibentuk untuk menghilangkan bagian yang tipis atau lemah.

    b) Batu harus rata, lancip atau lonjong bentuknya dan dapat ditempatkan saling

    mengunci bila dipasang bersama-sama.

    c) Terkecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan, batu harus memiliki ketebalan yang tidak kurang dari 15 cm, lebar tidak kurang dari satu setengah kali tebalnya dan panjang yang tidak kurang dari satu setengah kali lebarnya.

    2) Adukan

    Adukan haruslah adukan semen yang memenuhi kebutuhan dari Seksi 7.8 dari Spesi-fikasi ini.

    3) Drainase Porous

    Bahan untuk membentuk landasan, lubang sulingan atau kantung penyaring untuk pekerjaan pasangan batu harus memenuhi kebutuhan dari Spesifikasi ini.

    PELAKSANAAN PASANGAN BATU

    1) Persiapan Pondasi

    a) Pondasi untuk struktur pasangan batu harus disiapkan sesuai dengan syarat untuk Seksi Galian.

    b) Terkecuali disyaratkan lain atau ditunjukkan pada Gambar, dasar pondasi untuk

    struktur dinding penahan harus tegak lurus, atau bertangga yang juga tegak lurus terhadap muka dari dinding. Untuk struktur lain, dasar pondasi harus mendatar atau bertangga yang juga horisontal.

    c) Lapis landasan yang rembes air (permeable) dan kantung penyaring harus

    disediakan bilamana disyaratkan sesuai dengan ketentuan dalam Seksi 2.4, Drainase Porous.

    d) Bilamana ditunjukkan dalam Gambar, atau yang diminta lain oleh Direksi

    Pekerjaan, suatu pondasi beton mungkin diperlukan. Beton yang digunakan harus memenuhi ketentuan dari Spesifikasi ini.

    2) Pemasangan Batu

    a) Landasan dari adukan baru paling sedikit 3 cm tebalnya harus dipasang pada pondasi yang disiapkan sesaat sebelum penempatan masing-masing batu pada lapisan pertama. Batu besar pilihan harus digunakan untuk lapis dasar dan pada sudut-sudut. Perhatian harus diberikan untuk menghindarkan pengelompokkan batu yang berukuran sama.

    b) Batu harus dipasang dengan muka yang terpanjang mendatar dan muka yang

    tampak harus dipasang sejajar dengan muka dinding dari batu yang terpasang.

    c) Batu harus ditangani sedemikian hingga tidak menggeser atau memindahkan batu yang telah terpasang. Peralatan yang cocok harus disediakan untuk mema-sang batu yang lebih besar dari ukuran yang dapat ditangani oleh dua orang. Menggelindingkan atau menggulingkan batu pada pekejaan yang baru dipasang tidak diperkenankan.

  • 9

    3) Penempatan Adukan

    a) Sebelum pemasangan, batu harus dibersihkan dan dibasahi sampai merata dan

    dalam waktu yang cukup untuk memungkinkan penyerapan air mendekati titik jenuh. Landasan yang akan menerima setiap batu juga harus dibasahi dan selanjutnya landasan dari adukan harus disebar pada sisi batu yang bersebelahan dengan batu yang akan dipasang.

    b) Tebal dari landasan adukan harus pada rentang antara 2 cm sampai 5 cm dan

    merupakan kebutuhan minimum untuk menjamin bahwa seluruh rongga antara batu yang dipasang terisi penuh.

    c) Banyaknya adukan untuk landasan yang ditempatkan pada suatu waktu haruslah

    dibatasi sehingga batu hanya dipasang pada adukan baru yang belum mengeras. Bilamana batu menjadi longgar atau lepas setelah adukan mencapai pengerasan awal, maka batu tersebut harus dibongkar, dan adukannya dibersihkan dan batu tersebut dipasang lagi dengan adukan yang baru.

    4) Ketentuan Lubang Sulingan dan Delatasi

    a) Dinding dari pasangan batu harus dilengkapi dengan lubang sulingan. Kecuali

    ditunjukkan lain pada Gambar atau diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, lubang sulingan harus ditempatkan dengan jarak antara tidak lebih dari 2 m dari sumbu satu ke sumbu lainnya dan harus berdiameter 50 mm.

    b) Pada struktur panjang yang menerus seperti dinding penahan tanah, maka

    delatasi harus dibentuk untuk panjang struktur tidak lebih dari 20 m. Delatasi harus 30 mm lebarnya dan harus diteruskan sampai seluruh tinggi dinding. Batu yang digunakan untuk pembentukan sambungan harus dipilih sedemikian rupa sehingga membentuk sambungan tegak yang bersih dengan dimensi yang disyaratkan di atas.

    c) Timbunan di belakang delatasi haruslah dari bahan Drainase Porous berbutir

    kasar dengan gradasi menerus yang dipilih sedemikian hingga tanah yang ditahan tidak dapat hanyut jika melewatinya, juga bahan Drainase Porous tidak hanyut melewati sambungan.

    5) Pekerjaan Akhir Pasangan Batu

    a) Sambungan antar batu pada permukaan harus dikerjakan hampir rata dengan

    permukaan pekerjaan, tetapi tidak sampai menutup batu, sebagaimana pekerjaan dilaksanakan.

    b) Terkecuali disyaratkan lain, permukaan horisontal dari seluruh pasangan batu

    harus dikerjakan dengan tambahan adukan tahan cuaca setebal 2 cm, dan dikerjakan sampai permukaan tersebut rata, mempunyai lereng melintang yang dapat menjamin pengaliran air hujan, dan sudut yang dibulatkan. Lapisan tahan cuaca tersebut harus dimasukkan ke dalam dimensi struktur yang disyaratkan.

    c) Segera setelah batu ditempatkan, dan sewaktu adukan masih baru, seluruh

    permukaan batu harus dibersihkan dari bekas adukan.

    d) Permukaan yang telah selesai harus dirawat seperti yang disyaratkan untuk Pekerjaan Beton dari Spesifikasi ini.

    e) Bilamana pekerjaan pasangan batu yang dihasilkan cukup kuat, dan dalam waktu

    yang tidak lebih dini dari 14 hari setelah pekerjaan pasangan selesai dikerjakan, penimbunan kembali harus dilaksanakan seperti disyaratkan, atau seperti diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, sesuai dengan ketentuan yang berkaitan dengan Seksi Timbunan, atau Seksi Drainase Porous.

    f) Lereng yang bersebelahan dengan bahu jalan harus dipangkas dan untuk

    memperoleh bidang antar muka rapat dan halus dengan pasangan batu sehingga akan memberikan drainase yang lancar dan mencegah gerusan pada tepi pekerjaan pasangan batu.

  • 10

    PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

    1) Pengukuran untuk Pembayaran

    a) Pasangan batu harus diukur untuk pembayaran dalam meter kubik sebagai volume pekerjaan yang diselesaikan dan diterima, dihitung sebagai volume teoritis yang ditentukan oleh garis dan penampang yang disyaratkan dan disetujui.

    b) Setiap bahan yang dipasang sampai melebihi volume teoritis yang disetujui harus

    tidak diukur atau dibayar.

    c) Landasan rembes air (permeable bedding), penimbunan kembali dengan bahan porous atau kantung penyaring harus diukur dan dibayar sebagai Drainase Porous, seperti yang disebutkan dalam Pasal 2.4.4 dari Spesifikasi ini. Tidak ada pengukuran atau pembayaran terpisah yang harus dilakukan untuk penyediaan atau pemasangan lubang sulingan atau pipa, juga tidak untuk acuan lainnya atau untuk galian dan penimbunan kembali yang diperlukan.

    2) Dasar Pembayaran

    Kuantitas, ditentukan sebagaimana diuraikan di atas, harus dibayar dengan Harga Kontrak per satuan dari pengukuran untuk Mata Pembayaran yang terdaftar di bawah dan ditunjukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dimana harga dan pembayaran tersebut harus merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan dan pemasangan semua bahan, untuk galian yang diperlukan dan penyiapan seluruh formasi atau pondasi, untuk pembuatan lubang sulingan dan sambungan konstruksi, untuk pemompaan air, untuk penimbunan kembali sampai elevasi tanah asli dan pekerjaan akhir dan untuk semua pekerjaan lainnya atau biaya lain yang diperlukan atau lazim untuk penyelesaian yang sebagaimana mestinya dari pekerjaan yang diuraikan dalam Pasal ini.

    Pasal 16 P E N U T U P

    1) Segala sesuatu yang belum tercantum dalam RKS ini dan pada waktu penjelasan

    ternyata diperlukan, maka akan dicantumkan dalam Berita Acara Penjelasan. 2) Harga yang ditawarkan dalam pelelangan merupakan biaya Lumpsum dan sudah

    termasuk pajak-pajak, keuntungan, asuransi pelaksanaan ( CAR ) dan biaya perincian yang berhubungan langsung dengan pelaksanaan pekerjaan ini.

    3) Hal-hal yang timbul dalam pelaksanaan dan diperlukan penyelesaian dilapangan akan dibicarakan dan diatur oleh Konsultan Pengawas dengan Kontraktor dan apabila diperlukan akan dibicarakan bersama Konsultan Perencana.

  • 11