Upload
iqbal-dachi
View
129
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Syarat Terbentuknya Negara KEPULAUAN REPUBLIK INDONESIA
Citation preview
BAB
SYARAT TERBENTUKNYA NEGARA
Menurut Konvensi Montevideo tahun 1933, yang merupakan Konvensi Hukum
Internasional, Negara harus mempunyai empat unsur konsititutif, yaitu :
a. Harus ada penghuni (rakyat, penduduk, warga Negara) atau bangsa (staatvolk).
b. Harus ada wilayah atau lingkungan kekuasaan.
c. Harus ada kekuasaan tertinggi (penguasa yang berdaulat) atau pemerintahan yang berdaulat.
d. Kesanggupan berhubungan dengan Negara-negara lain.
A. WILAYAH
Merupakan landasan material atau landasan fisik Negara. Secara umum dapat dibedakan menjadi
1. Wilayah Daratan
Batas wilayah suatu negaradengan Negara lain di darat , dapat berupa :
· Batas Alamiah
· Batas Buatan
· Batas Secara geografis
2.Wilayah Lautan
Negara yang tidak memiliki lautan disebut land locked. Sedangkan Negara yang memiliki
wilayah lautan denganpulau-pulau di dalamnya disebut archipelagic state
Dewasa ini, yang dijadikan dasar hukum masalah wilayah kelautan suatu Negara adalah Hasil
Konferensi Hukumlaut nternasional III tahun 1982 di Montigo Bay (Jamaika) yang
diselenggarakan oleh PBB, yaitu UNCLOS (United Nations Conference on The Law of the Sea).
Batas Lautan :
1) Laut Teritorial (LT)
2) Zona Bersebelahan (ZB)
3) Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE)
4) Landas Kontinen (LK)Pemerintah RI pada tanggal 17 Februari 1969,
Telah mengeluarkan Deklarasi tentang “ Landas Kontinen” dengan kebiasaan praktik
Negara dan dibenarkan pula oleh Hukum Internasional bahwa suatu Negara pantai
mempunyaipenguasaan dan yurisdiksi yang ekslusif atau kekayaan mineral dan kekayaan lainnya
dalam dasar laut dan tanahdi dalamnya di landas kontinen. Contoh hasil perjanjian landasan
kontinen :
a. Perjanjian RI – Malaysia tetang Penetapan garis Batas Landas Kontinen Kedua Negara
(di Selat Malaka danLaut Cina Selatan) ditandatangani 27 Oktober 1969 dan mulai
berlaku 7 November 1969.
b. Perjanjian RI – Thailand tentang Landas Kontinen Selat Malaka Bagian Utara dan Laut
Andaman,ditandatangani17 Desember 1971 dan mulai berlaku 7 April 1972.
c. Persetujuan RI – Australia tentang Penetapan Atas Batas-Batas Dasar Laut Tertentu di
daerah Laut Timor dan laut Arafuru sebagai tambahan pada persetujuan tanggal 18 Mei
1971, dan berlaku mulai 9 Oktober 1972.
5). Landas Benua (LB)
3.Wilayah Udara
Pasal 1 Konvensi Paris 1919 : Negara-negara merdeka dan berdaulat berhak
mengadakan eksplorasi dan eksploitasidii wilayah udaranya, misalnya untuk kepentingan radio,
satelit, dan penerbangan.
Konvensi Chicago 1944 (Pasal 1) : Setiap Negara mempunyai kedaulatan yang utuh dan
ekslusif di ruang udara di atas wilayahnya UU RI No. 20 tahun 1982, batas wilayah kedaulatan
dirgantara yang termasuk orbit geo- stationer adalah setinggi35.671km.
4.Wilayah Ekstrateritorial
Wilayah suatu Negara yang berada di luar wilayah Negara itu. Menurut Hukum
Internasional, yang mengacu padahasil Reglemen dalam Kongres Wina(1815) dan Kongres
Aachen (1818), “ perwakilan diplomatik suatu Negara di Negara lain merupakan daerah
ekstrateritorial”
Daerah Ekstrateritorial , mencakup :
(1) Daerah perwakilan diplomatik suatu Negara
(2) Kapal yang berlayar di bawah bendera suatu Negara
B. RAKYAT
Berdasarkan hubungannya dengan daerah tertentu, dibedakan atas dua jenis yaitu :
1. Penduduk
Mereka yang bertempat tinggal atau berdomisili di dalam suatu wilayah Negara
(menetap) untuk jangka waktu yang lama.
2. Bukan Penduduk
Mereka yang bearada di dalam suatu wilayah Negara hanya untuk sementara waktu (tidak
menetap).
Berdasarkan hubungannya dengan pemerintah, rakyat dapat dibedakan menjadi :
1. Warga Negara
Mereka yang berdasarkan hukum tertentu merupakan anggota dari suatu Negara, dengan
status kewarganegaraan warga Negara asli atau warga Negara keturunan asing.
2. Bukan Warga Negara
Mereka yang berada di suatu Negara tetapi secara hukum tidak menjadi anggota Negara
yang bersangkutan, namun tunduk pada Pemerintah dimana mereka berada.
C. PEMERINTAH YANG BERDAULAT
Kata kedaulatan atau “daulat” berasal dari kata daulah (Arab), souvereignty (Inggris),
Souvereiniteit (Perancis), supremus (Latin), yang berarti “ kekuasaan tertinggi ”. Kekuasaan
yang dimiliki pemerintah mempunyai kekuatan yang berlaku kedalam (interne-souvereiniteit )
dan keluar (extrene-souvereiniteit).
Menurut Jean Bodin (1500-1596) kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi untuk
menentukan hukum dalam suatuNegara. Kedaulatan mempunyai sifat-sifat pokok sebagai berikut
Asli
Kekuasaan itu tidak berasal dari kekuasaan lain yang lebih tinggi.
Permanen
kekuasaan itu tetap ada selama Negara itu berdiri sekalipun pemegang kedaulatan
berganti-berganti.
Tunggal (Bulat)
Kekuasaan itu merupakan satu-kesatuan tertinggi dalam Negara yang tidak diserahkan
atau dibagi-bagikan kepada badan lain.
Tidak terbatas ( absolute)
kekuasaan itu tidak dibatasi oleh kekuasaan lain. Bila ada kekuasaan lain yang
membatasinya, maka kekuasaan tertinggi yang dimilikinya akan lenyap.
D. PENGAKUAN DARI NEGARA LAIN
1). Pengakuan secara de facto
Diberikan kalau suatu Negara baru sudah memenuhi unsur konstitutif dan juga telah
menunjukkan diri sebagaipemerintahan yang stabil. Pengakuan de facto adalah pengakuan
tentang kenyataan (fakta) adanya suatu Negara.
Pengakuan de facto bersifat sementara
Pengakuan yang diberikan oleh suatu Negara tanpa melihat bertahan tidaknya Negara
tersebut di masa depan. Kalau Negara baru tersebut kemudian jatuh atau hancur, Negara
itu akan menarik kembali pengakuannya.
Pengakuan de facto bersifat tetap
Pengakuan dari Negara lain terhadap suatu Negara hanya bisa menimbulkan hubungan di
bidang ekonomi danperdagangan (konsul). Sedangkan dalam hubungan untuk tingkat
Duta belum dapat dilaksanakan.
2). Pengakuan secara de jure
Pengakuan de jure bersifat tetap
Pengakuan dari Negara lain berlaku untuk selama-lamanya setelah melihat adanya
jaminan bahwa pemerintahan Negara baru tersebut akan stabil dalam jangka waktu yang
cukup lama.
Pengakuan de jure secara penuh
Terjadinya hubungan antara Negara yang mengakui dan diakui meliputi hubungan
dagang, ekonomi, dan diplomatic. Negara yang mengakui berhak menempatkan
Konsuler atau Kedutaan.
Sesuai dengan Konvensi Montevideo tahun 1933, menurut Mahfud MD syarat
terbentuknya Negara disebut unsur konstitutif, sementara tambahan lainnya adalah unsur
deklaratif (Pengakuan dari negara lainnya).
Jika salah satu dari ketiga syarat tersebut tidak dimiliki, maka tidak bisa disebut negara
1. Rakyat (unsur konstitutif)
2. Wilayah (unsur konstitutif)
3. Pemerintah yang Berdaulat (unsur konstitutif)
4. Pengakuan dari Negara Lain (unsur deklaratif)
Sumber: http://www.scribd.com/doc/34169341/5/UNSUR-UNSUR-TERBENTUKNYA-
NEGARA