Upload
putripermata23
View
135
Download
10
Embed Size (px)
Citation preview
BAB 1
PENDAHULUAN
Pengaruh sistemik akibat kehilangan darah berkaitan langsung dengan
volume darah yang keluar dari pebuluh. Ketika sebagian besar volume darah
dalam sirkulasi hilang, seperti pada trauma massif, penderita dapat sangat cepat
meninggal karena perdarahan. Penderita dapat mengalami perdarahan tanpa ada
petunjuk perdarahan eksternal sama sekali. Ini terjadi jika darah yang keluar dari
pembuluh terkumpul dalam rongga tubuh yang besar seperti rongga pleura atau
rongga peritoneum. Jenis perdarahan ini internal yang mematikan ini sering sekali
terjadi pada cidera yang berat akibat kecelakaan kendaraan bermotor, yaitu jika
iga yang patah mengoyak paru atau jika trauma abdomen mengakibatkan ruputur
limpa atau hati. Volume perdarahan juga dapat memberikan pengaruh yang
berkaitan dengan laju terjadinya kehilangan darah, kehilangan volume darah yang
lebih besar dapat ditoleransi lebih baik jika terjadi sedikit demi sedikit daripada
terjadi secara cepat dalam jumlah yang besar. Bila tidak memtaikan, kehilangan
volume darah yang cukup banyak dan cepat dapat menimbulkan syok.1
Syok bukanlah merupakan suatu diagnosis. Syok merupakan kegagalan
sirkulasi tepi menyeluruh yang mengakibatkan hipotensi jaringan. Kematian
akibat syok terjadi bila kejadian ini menyebabkan gangguan nutrisi dan
metabolisme sel.2
Syok merupakan suatu sindrom klinis kompleks yang mencakup
sekelompok keadaan dengan berbagai manifestasi hemodinamik tetapi petunjuk
yang umum adalah tidak memadainya perfusi jaringan. Keadaan hipoperfusi ini
membentuk hantaran oksigen dan nutrisi, serta pembuangan sisa-sisa metabolit
pada tingkat jaringan. Hipoksia akan menggeser metabolisme dari jalur oksidatif
ke jalur anaerob, yang mengakibatkan pembentukan asam laktat. Kekacauan
metabolisme yang progresif menyebabkan syok menjadi berlarut-larut, yang pada
puncaknya akan menyebabkan kemunduran sel dan kerusakan multisystem.
Syok bersifat progresif dan terus memburuk. Lingkaran setan dari
kemunduran yang progresif akan mengakibatkan syok jika tidak ditangani secara
1
agresif selagi dini. Terapi syok bertujuan memperbaiki gangguan fisiologik dan
menghilangkan faktor penyebab. Respon terhadap terapi awal, digabung dengan
penemuan sewaktu melakukan primary survey dan secendory survey, biasanya
memberikan cukup informasi untuk menentukan penyebab syoknya. Perdarahan
merupakan penyebab syok yang paling sering ditemukan pada penderita trauma.2,3
BAB 2
2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Syok hemoragik adalah suatu sindrom yang terjadi akibat gangguan
hemodinamik dan metabolik ditandai dengan kegagalan system sirkulasi untuk
mempertahankan perfusi yang adekuat ke organ-organ vital tubuh yang biasanya
terjadi akibat perdarahan yang massif.4,5
2.2 Etiologi
Perdarahan adalah penyebab syok yang paling sering terjadi. Perdarahan
akan menurunkan tekanan pengisisan sirkulasi dan sebagai akibatnya akan
menurunkan aliran balik vena . sebagai hasilnya, curah jantung menurun di bawah
normal dan timbul syok. Semua tingkat syok dapat timbul karena perdarahan, dari
pngurangan curah jantung, bergantun pada jumlah darah yang hilang.6
2.3 Patofisiologi
Perdarahan akan menurunkan tekanan pengisian sirkulasi dan sebagai
akibatnya menurunkan alir balik vena. Sebagai hasilnya, curah jantung menurun
di bawah normal. Pada perdarahan hebat selalu terjadi penurunan tekanan darah.
Pada perdarahan sedang (5-15 mL/Kgbb) tekanan nadi berkurang tapi tekanan
arteri rata-rata mungkin normal. Walaupun tidak terdapat penurunan tekanan
arteri rerata, penurunan tekanan nadi menurunkan kecepatan lepas muatan di
baroreseptor arteri dan timbul vasokonstriksi dan takikardi refleks. Apabila darah
yang hilang semakin banyak takikardi akan diganti menjadi bradikardi. Hal ini
terjadi sementara, apabila perdarahan lebih besar lagi kecepatan denyut jantung
kembali meningkat. Vasokonstriksi paling jelas terjadi di kulit, yang dalam proses
ini menyebabkan kulit dingin dan pucat.3,5
Hilangnya sel darah merah menyebabkan kemampuan darah membawa O2
menurun, dan aliran darah ke badan karotis dan aorta berkurang.Perubahan
tekanan darah bervariasi dari orang ke orang, walaupun jumlah darah yang hilang
sama. Kulit menjadi pucat dan dingin serta mungkin memperlihatkan warna
3
keabu-abuan karena stasis di kapiler dan adanya sedikit sianosis. Respirasi yang
cepat dan pasien dengan kesadaran utuh, haus hebat adalah gejala yang menonjol.5
2.4 Klasifikasi Syok Hemoragik
Efek langsung dari kelas perdarahan, berdasarkan presentase kehilangan
volume darah yang akut. System klasifikasi ini berguna untuk memastikan tanda –
tanda dini dan patofisiologi syok.3
Tabel 2.1 Perkiraan Kehilangan Cairan dan Darah Berdasarkan Presentasi Penderita
Semula
Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IVKehilangan darah (mL)
Sampai 750 750-1500 1500-200 >2000
Kehilangan darah (% volume darah)
Sampai 15% 15%-30% 30%-40% >40%
Denyut nadi < 100 >100 >120 >140Tekanan darah
Normal Normal Menurun Menurun
Tekanan nadi (mmHg)
Normal atau naik
Menurun Menurun Menurun
Frekuensi pernafasan
14-20 20-30 30-40 >35
Produksi urin (mL/jam)
>30 20-30 5-15 Tidak berarti
CNS/status mental
Sedikit cemas Agak cemas Cemas, bingung
Bingung, lesu
Penggantian cairan (Hukum 3:1)
kristaloid Kristaloid Kristaloid dan darah
Kristaloid dan darah
4
2.5 Penatalaksanaan Syok Hemoragik
Prinsip pengelolaan dasar yang harus dipegang ialah menghentikan
perdarahan dan menggantikan kehilangan volume.
a. Pemeriksaan Jasmani
Mencatat tanda vital awal penting untuk memantau respon penderita terhadap
terapi. Yang harus diperiksa adalah tanda-tanda vital, produksi urin, dan tingkat
kesadaran. Pemeriksaan penderita yang lebih rinci akan menyusul bila keadaan
penderita memungkinkan.
Airway dan Breathing
Prioritas pertama adalah menjamin airway yang paten dengan cukupnya
pertukaran ventilasi dan oksigenasi. Diberikan tambahan oksigen untuk
mempertahankan saturasi oksigen lebih dari 95%.
Sirkulasi – Kontrol perdarahan
Termasuk dalam prioritas adalah mengendalikan perdarahan yang jelas
telihat, memperleh akses intra vena yang cukup, dan menilai perfusi
jaringan. Perdarahan dari luka di permukaan tubuh (eksternal) biasanya
dapat dikendalikan dengan tekanan langsung pada tempat perdarahan.
Disability – pemeriksaan neurologi
Dilakukan pemeriksaan neurologi singkat untuk menentukan tingkat
kesadaran, pergerakan mata dan respon pupil, fungsi motorik dan sensorik.
Informasi ini bermanfaat dalam menilai perfusi otak, mengikuti
perkembangan kelainan neurologi dan meramalkan pemulihan.
Eksposure – pemeriksaan lengkap
Setelah mengurus prioritas-prioritas untuk menyelamatkan jiwanya,
penderita harus ditelanjangi dan diperiksa dari ubun-ubun sampai ke jari
kaki sebagai bagian dari mencari cedera. Pemakaian pengahangat cairan,
maupun cara-cara penghangatan internal maupun eksternal sangat
bermanfaat dalam mencegah hipotermia.
Dilatasi lambung – Dekompresi
5
Dilatasi lambung sering terjadi pada penderita trauma, khususnya pada
anak-anak dan dapat mengakibatkan hipotensi atau disritmia jantung yag
tak dapat diterangkan, biasanya berupa bradikardi dari stimulasi syaraf
vagus yang berlebihan. Distensi labung menyebabkan terapi syok menjadi
sulit. Pada pasien tidak sadar, distensi lambung membesarkan risiko
aspirasi isi lambung, ini merupakan suatu komplikasi yang bisa menjadi
fatal. Dekompresi lambung dilakukan dengan memasukkan pipa/selang ke
dalam perut melalui hidung atau mulut dan memasangnya pada penyedot
untuk mengeluarkan isi lambung.
Pemasangan kateter urin
Kateterisasi kandung kencing memudahkan penilaian urin akan adanya
hematuria dan evaluasi dari perfusi ginjal dengan memantau produksi urin.
Darah pada urethra atau prostat dengan letak tinggi, mudah bergerak, atau
tidak tersentuh pada laki-laki merupakan kontraindikasi mutlak bagi
pemasangan kateter uretra sebelum ada konfirmasi radiogafis tentang
uretra yang utuh.3
b. Akses Pembuluh Darah
Harus segera didapat akses ke system pembuluh darah. Ini paling baik
dilakukan dengan memasukkan dua kateter intravena ukuran besar
sebelum dipertimbangkan jalur vena sentral.
Tempat yang terbaik untuk jalur intravena bagi orang dewasa adalah
lengan bawah atau pembuluh darah lengan bawah. Kalau keadaan tidak
memunkinkan penggunaan pembuluh darah perifer, maka digunakan akses
pembuluh sentral (vena-vena femoralis, jugularis atau subclavia dengan
kateter besar) dengan menggunakan tekhnik seldinger atau melakukan
vena seksi pada vena safena di kaki tergantung tingkat keterampilan dan
pengalaman dokternya.seringkali akses vena sentral di dalam situasi gawat
darurat tidak dapat dilaksanakan dengan sempurna ataupun tidak seratus
persen steril, karena itu bila keadaan penderita sudah memungkinkanny,
maka jalur vena sentral harus diubah atau diperbaiki. Pada anak-anak di
bawah umur 6 tahun, tekhnik penempatan jarum intra oseus harus dicoba
sebelum menggunakan jalur vena sentral.
6
Foto toraks harus diambil setelah pemasangan CVP pada vena subklavia
atau vena jugularis interna untuk mengetahui posisinya dan penilaian
kemungkinan terjadinya pneumo atau hemotoraks.3
c. Terapi Awal Cairan
Larutan elektrolit isotonic digunakan untuk resusitasi awal. Jenis cairan ini
mengisi intravascular dalam waktu singkat dan juga menstabilkan volume
vascular dengan cara menggantikan kehilangan cairan berikutnya ke dalam
ruang interstitial dan intraseluler. Larutan ringer laktat adalah cairan
pilihan pertama. NaCl fisiologis adalah pilihan kedua. Walaupun NaCl
fisiologis merupakan cairan pengganti yang baik namun cairan ini
memiliki potensi untuk terjadinya asidosis hiperkhloremik. Kemungkinan
ini bertambah besar jika fungsi ginjalnya kurang baik.
Pada saat awal, cairan hangat diberikan dengan tetesan cepat sebagai
bolus. Dosis awal adalah 102 liter pada dewasa dan 20 mL/Kg pada anak.
Jumlah cairan yang diperlukan untuk resusitasi sukar diramalkan pada
awal evaluasi penderita. Perhitungan kasar untuk jumlah total volume
kristaloid yang secara akut diperlukan adalah mengganti setiap milliliter
darah yang hilang dengan 3 ml cairan kristaloid, sehingga memungkinkan
restitusi volume plasma yang hilang ke dalam ruang interstisial dan
intraseluler. Ini dikenal sebagai “hokum 3 untuk 1” (“3 for 1 rule”).
Namun lebih penting untuk menilai respon penderita kepada resusitasi
cairan dan bukti perfusi dan oksigenasi end-organ yang memadai,
misalnya keluar urin, tingkat kesadaran dan perfusi perifer.2,3,6
Tabel 2.2 Respon Terhadap Pemberian Cairan Awal
Respon cepat Respon sementara Tanpa respon
Tanda vital Kembali ke Perbaikan Tetap abnormal
7
normal sementara, tensi dan nadi kembali turun
Dugaan kehilangan darah
Minimal (10%-20%)
Sedang, masih ada (20%-40%)
Berat (>40%)
Kebutuhan kristaloid
Sedikit Banyak Banyak
Kebutuhan darah
Sedikit Sedang-banyak Segera
Persiapan darah Type specivic dan crossmatch
Type specific Emergenci
Operasi Mungkin Sangat mungkin Hampir pasti
Kehadiran dini ahli bedah
Perlu Perlu Perlu
Jumlah produksi urin merupakan indicator yang cukup sensitif untuk
perfusi ginjal. Produksi urin yang normal pada umumnya menandakan aliran
darah ginjal yang cukup, bila tidak dimodifikasi dengan pemberian obat diuretik.
Sebab itu, keluaran urin merupakan salah satu dari pemantau utama resusitasi dan
respon penderita.
Penggantian volume yang memadai seharusnya menghasilkan keluaran urin
sekitar 0,5 ml/kg/jam pada orang dewasa, 1 ml/kg/jam pada anak-anak dan 2
ml/kg/jam untuk bayi (dibawah umur 1 tahun). Bila kurang, atau makin turunnya
produksi urin dengan berat jenis yang naik, maka ini menandakan resusitasi yang
tidak cukup. Keadaan ini menuntut ditambah penggantian volume dan usaha
diagnostik.3
d. Transfusi Darah
Pemberian darah tergantung respon penderita terhadap pemberian cairan.
Tujuan utama transfusi darah adalah memperbaiki oxygen-carrying
capacity. Perbaikan volume dapat dicapai dengan pemberian larutan
kristaloid, yang sekaligus akan memperbaiki volume intrstisial dan
intraselular.
8
Yang lebih baik ialah darah yang sepenuhnya crossmatched. Namun,
proses crossmatching lengkap memerlukan sekitar 1 jam dihampir semua
bank darah. Pengobatan harus mencakup transfuse darah lengkap, darah
lengkap tidak selalu tesedia, plasma biasanya dapat menggantikan darah
lengkap karena plasma meningkatkan volume darah dan mengembalikan
hemodinamika normal. Plasma tidak dapat memulihkan hematokrit
normal, tetapi manusia biasanya dapat bertahan pada penurunan
hematokrit sampai kira-kira sepertiga normal sebelum menimbulkan
akibat serius jika curah jantung mencukupi. Karena itu, pada keadaan akut,
cukup beralasan untuk menggunakan plasma dalam menggantikan darah
lengkap guna mengobati syok hemoragik.
Kadang-kadang plasma juga tidak tersedia. Dalam hal ini berbagai
pengganti plasma telah dikembangkan, yang melaksanakan fungsi
hemodinamika hamper tepat dengan plasma. Salah satunya adalah larutan
dekstran. Syarat utama suatu pengganti plasma yang benar-benar efektif
adalah yang tetap tinggal di system sirkulasi yaitu tidak tersaring melalui
pori-pori kapiler ke dalam ruang jaringan. Selain itu larutan tidak boleh
toksik dan mengandung elektrolit yang tepat guna mencegah kekacauan
elektrolit cairan ekstraselular pada waktu diberikan. Agar tetap berada di
sirkulasi, pengganti plasma harus mengandug bahan yang mempunyai
ukuran molekul cukup besar untuk mendesak tekanan osmotik koloid.
Sejauh ini bahan yang paling memuaskan untuk tujuan tersebut adalah
dekstram, suatu polimer polisakarida glukosa yang besar. Bakteri tertentu
mengeluarkan dekstran sebagai produk tambahan dari pertumbuhan
mereka, dan dekstran yang dijual dibuat melalui prosedur biakan bakteri.
Dengan mengubah kondisi pertumbuhan bakteri, berat molekul dekstran
dapat dikendalikan sesuai kebutuhan. Dekstran dengan besar molekul yang
sesuai tidak dapat melewati pori kapilr dank arena itu dapat menggantikan
protein plasma sebagai bahan osmotik koloid.
Telah diamati beberapa reaksi toksik ketika dekstran dipakai untuk
menyediakan tekanan osmotic koloid. Karena larutan dari bahan ini telah
9
terbukti menjadi pengganti plasma yang memuaskan pada terapi
penggantian banyak cairan.3,5,6
e. Pengobatan dengan Obat-obat Simptomatik
Obat-obat simptomatik tidak terbukti bermanfaat pada syok hemoragik.
Alasannya adalah bahwa pada syok hemoragik, system saraf simpatis
hampir selalu telah menjadi teraktivasi secara maksimal oleh refleks
sirkulasi dan ada begitu banyak norepinefrin dan epinefrin yang
bersikulasi dalam darah sehingga obat simpatomimetik pada dasarnya
tidak memberi efek tambahan yang bermanfaat.6
f. Terapi Lain
Pengobatan dengan posisi kepala di bawah. Dengan menempatkan
penderita dengan kepala 12 inci lebih rendah daripada kaki akan sangat
membantu dalam meningkatkan alir balik vena dan dengan demikian
menaikkan curah jantung. Posisi kepala di bawah ini adalah tindakan
pertama dalam pengobatan berbagai macam syok.2,6
Komplikasi yang paling umum pada syok hemoragik adalah penggantian
volume yang tidak adekuat. Terapi yang segera, tepat, dan agresif untuk
memulihkan perfusi organ akan memperkecil kejadian yang tidak dikehendaki
sedikitpun.
Perdarahan yang tidak kelihatan adalah penyebab paling umum dari
respon buruk penderita terhadap terapi cairan. Penderita ini pada umumnya masuk
dalam kategori respn sementara. Mungkin diperlukan intervensi pembedahan
segera.
Setelah penilaian penderita dan pengelolaan awal, risiko kebanyakan
cairan diperkecil dengan memantau penderitanya dengan teliti. Tujuan terapinya
ialah pemulihan perfusi organ dan oksigenasi jaringan yang adekuat, yang
dikonfirmasi oleh produksi urin yang tepat, fungsi system saraf sentral yang baik,
warna kulit, dan pemulihan tekanan nadi dan tekanan darah ke normal.
Pemantauan CVP (central venous pressure) merupakan prosedur yang
relatif sederhana dan digunakan sebagai pedoman standar untuk menilai
kemampuan sisi kanan jantung menerima beban cairan/ jika dilakuka dengan
10
benar respon CVP pada pemberian cairan membantu mengevaluasi penggantian
volume.
Jika penderita tidak memberi respon terhadap terapi, kunci untuk
mengenal masalahnya adalah evaluasi ulang yang terus menerus, khususnya kalau
penderitanya menyimpang dari pola yang diharapkan.3
BAB 3
KESIMPULAN
11
Syok hemoragik adalah suatu kondisi dimana perfusi jaringan menurun
dan menyebabkan inadekuatnya hantaran oksigen dan nutrisi yang diperlukan sel.
Yang ditandai dengan penurunan volume darah, akral dingin, pucat, takikardi,
hipotensi dan penurunan kesadaran.
Penatalaksanaan syok hemoragik meliputi pemeriksaan jasmani, akses
pembuluh darah, terapi cairan, transfusi darah, pengobatan dengan obat
simptomati, dan terapi lain.
Komplikasi yang paling umum pada syok hemoragik adalah penggantian
volume yang tidak adekuat. Terapi yang segera, tepat, dan agresif untuk
memulihkan perfusi organ akan memperkecil kejadian yang tidak dikehendaki
sedikitpun.
DAFTAR PUSTAKA
12
1, Price, S. Wilson, L. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi
ke-6. Vol. 1. Jakarta : ECG; 2003
2. Muhiman, M. Thaib, M. Sunatrio, S. Dahlan, R. Anestesiologi. Jakarta : Bagian
Anestesiologi dan Terapi Intensif. FKUI; 1989
3. American College of Surgeons Commite On Trauma. Advanced Trauma Life
Support for Doctors. United of States of America; 2004
4. Sudoyo, A. Setiyohadi, B. Alwi, I. Setiati, S. Simadibrata, M. Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid 1. Edisi ke-4. Jakarta : 2006.
5. Ganong, W. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : ECG; 2002
6. Guyton, A. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-9. Jakarta : ECG; 1997
13