Upload
ngonhu
View
233
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PROPOSAL USULAN KEGIATAN
TAHUN ANGGARAN 2012
JUDUL RPTP :
TEKNOLOGI BUDIDAYA KAMBING BERBASIS PADANG
PENGGEMBALAAN PASTURA CAMPURAN
KETERANGAN UMUM
1. PROGRAM IPTEK (Sektor 16):
1.01
X
1.02
Gen
1.02
Kom
2.01 2.02 3.01 3.02
2. NOMOR PUNAS RISTEK:
3. NAMA LEMBAGA : Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian
4. NAMA UNIT ORGANISASI : Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan
5. NAMA : DIPA LOKA Kambing Potong Sungei
Putih
6. NOMOR KODE DIPA :
7. POSISI KEGIATAN DALAM DIPA :
Proyek Bagian Proyek Tolok Ukur
Lainnya ........................................................
8. ALAMAT DAN KODE POS : Jl. Raya Pajajaran Kav E 59 Bogor 16151
9. NOMOR TELEPON : (0251) 322185, 328383, 322138
10. NOMOR FAX : (0251) 328382, 380588
X
0 1 0 3 0 1 0 3
MyDoc/Juniar/JSRPTPHijauan2012
2
DATA USULAN KEGIATAN
1. SIFAT USULAN KEGIATAN : Lanjutan Baru
2. TAHUN AWAL KEGIATAN DALAM PELITA VII : 2011
3. JENIS KEGIATAN/PENELITIAN : Laboratorium Lapangan x
4. PENELITI/PENANGGUNG JAWAB : Ir. Juniar Sirait, M.Si.
5. PERSONALIA
Peneliti/Pelaksana : Orang Bulan
Teknisi/pembantu pelaksana : Orang Bulan
6. BIAYA KEGIATAN
SUMBER DANA 2012 JUMLAH
Rp. Murni 157.000.000 157.000.000
BLN
Jumlah 157.000.000 157.000.000
MENYETUJUI Medan, Januari 2012
LOKA PENELITIAN PENELITI UTAMA/
KEPALA KAMBING POTONG PENANGGUNG JAWAB
Dr. Ir. Aron Batubara, M.Sc. Ir. Juniar Sirait, M.Si.
NIP. 19680522 199503 1 002 NIP. 19660618 199203 2 001
MENGETAHUI:
KEPALA PUSAT PENELITIAN
DAN PENGEMBANGAN PETERNAKAN
Dr. Bess Tiesnamurti
NIP. 19570524 198303 2 001
x
x
MyDoc/Juniar/JSRPTPHijauan2012
3
ABSTRAK
Hijauan pakan ternak merupakan aspek penting dalam pemeliharaan ternak
ruminansia, baik pada sistem pemeliharaan ekstensif maupun intensif.
Ketersediaan hijauan pakan pada padang penggembalaan maupun untuk sistem
potong angkut cukup menentukan keberhasilan pengembangan ternak ruminansia.
Aspek kesehatan ternak juga hal yang sangat urgen diperhatikan karena akan
mempengaruhi produktivitas ternak. Penyakit scabies merupakan salah satu
penyakit yang sering menyerang ternak kambing, dan dapat menyebakan kerugian
besar bagi peternak. Dilaksanakan penelitian dengan RPTP berjudul ”Teknologi
Budidaya Kambing Berbasis Padang Penggembalaan Pastura Campuran” di
Kebun Percobaan Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih. Penelitian ini
terdiri atas 2 kegiatan (ROPP) yakni: 1) Produktivitas, kapasitas tampung dan
tingkat parasit internal ternak kambing yang digembalakan pada lahan pastura dan
2) Pengamatan beberapa tingkah laku kambing yang digembalakan pada lahan
pastura. Penelitian bertujuan meningkatkan produktivitas ternak kambing yang
digembalakan pada pastura campuran dan monokultur; mempelajari kapasitas
tampung pastura campuran dan monokultur, mempelajari teknologi
penggembalaan untuk menekan tingkat parasit internal pada kambing serta
mengamati pola tingkah laku ternak kambing yang digembalakan pada pastura.
MyDoc/Juniar/JSRPTPHijauan2012
4
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Permasalahan umum yang dihadapi peternak yang menggembalakan
ternaknya di padang penggembalaan alam adalah rendahnya produksi dan kualitas
hijauan pakan yang terdapat didalamnya. Hal ini berakibat pada rendahnya
produktivitas ternak yang dipelihara. Tujuan peningkatan produksi ternak akan
sulit dicapai tanpa memikirkan penyediaan hijauan pakan secara kontinu, baik
kuantitas maupun kualitas. Diperlukan program perbaikan padang penggembalaan
melalui introduksi dan seleksi hijauan pakan.
Hijauan pakan yang akan diintroduksikan untuk padang penggembalaan
adalah spesies yang toleran terhadap renggutan/injakan ternak serta memiliki
pertumbuhan kembali (regrowth) yang cepat. Hijauan pakan yang diintroduksi
terdiri atas rumput dan leguminosa. Beberapa spesies rumput yang cocok untuk
penggembalaan adalah rumput bede (Brachiaaria decumbens), rumput benggala
(Panicum maximum) dan rumput bebe (Brachiaria brizantha); beberapa
leguminosa adalah stilo (Stylosanthes guianensis), pintoi (Arachis pintoi) dan
lamtoro (Leucaena leucocephala).
Penyakit merupakan salah satu hambatan dalam pemeliharaan usahaternak
kambing, sebab produktivitas ternak kambing akan terganggu apabila ternak
terserang penyakit. Berdasarkan penyebabnya, penyakit yang menyerang ternak
kambing diklasifikasika atas penyakit infeksius (dapat disebabkan oleh bakteri,
virus dan parasit) dan non-infeksius. Serangan kedua penyakit ini tergolong
tinggi. GULTOM et al. (1991) melaporkan frekwensi serangan penyakit ternak
kambing di Jawa Tengah yang paling tinggi (19,74%) adalah diare dan timpani
serta diikuti oleh scabies (18,42%). Umumnya penanganan penyakit yang
dilakukan oleh peternak adalah penggunaan obat tradisional dengan alasan mudah
diperoleh, mudah penggunaannya serta lebih ekonomis. Diharapkan dengan
perbaikan kualitas padang penggembalaan dan terjaminnya ketersediaan hijauan
pakan ternak dengan didukung oleh pemberian pakan tambahan, ternak yang
dipelihara akan tumbuh kembang dengan sehat dan produktivitas meningkat.
MyDoc/Juniar/JSRPTPHijauan2012
5
Salah satu faktor yang penting dalam peningkatan produksi ternak
terutama ternak kambing adalah penyediaan tanaman pakan ternak yang
berkualitas secara kontinu serta berkelanjutan.
Dasar Pertimbangan
Pertanaman campuran rumput-leguminosa merupakan salah satu upaya
penyediaan hijauan pakan yang berkualitas dan kontinu dalam rangka menopang
produktivitas ternak ruminansia. Menurut McILROY (1972), beberapa keuntungan
pertanaman campuran adalah pembentukan padang rumput yang lebih cepat dan
penggunaan tanah yang lebih baik, distribusi pertumbuhan musiman yang lebih
baik, meningkatkan produksi dengan palatabilitas lebih baik serta peningkatan
nilai gizi padang penggembalaan. Menurut OSMAN dan NERSOWAN (1981)
kandungan N dalam pertanaman campuran lebih tinggi dibanding monokultur.
Manajemen penggembalaan yang baik akan menghasilkan produktivitas ternak
yang lebih baik pula. Penggembalaan dengan sistem rotasi disertai dengan
penyesuaian jumlah ternak yang digembalakan sesuai dengan ketersediaan hijauan
dapat memperbaiki performans ternak yang digembalakan.
Tujuan:
Tujuan tahunan:
1. Peningkatan pertambahan bobot hidup (PBH) ternak kambing yang
digembalakan pada lahan pastura
2. Peningkatan kapasitas tampung ternak kambing pada lahan
penggembalaan pertanaman pastura campuran dan monokultur
3. Mempelajari teknologi penggembalaan untuk menekan tingkat parasit
internal pada kambing
4. Mengamati pola tingkah laku ternak kambing yang digembalakan pada
pastura
5. Menghitung jumlah ulangan beberapa tingkah laku ternak kambing
dalam satu periode
MyDoc/Juniar/JSRPTPHijauan2012
6
6. Menganalisis jarak waktu ulangan beberapa tingkah laku ternak
kambing
7. Menganalisis jenis hijauan yang paling disukai ternak
8. Menganalisis suhu dan kelembaban lingkungan ternak dipadang
penggembalaan pastura campuran
Tujuan jangka panjang:
1. Meningkatkan produktivitas ternak kambing (PBH) yang
digembalakan melalui perbaikan kualitas padang penggembalaan
2. Menyediakan hijauan pakan ternak yang lebih berkualitas secara
berkesinambungan
Keluaran yang Diharapkan
Keluaran tahunan:
1. Meningkatnya pertambahan bobot hidup (PBH) ternak kambing yang
digembalakan pada lahan pastura
2. Meningkatnya kapasitas tampung padang penggembalaan yang sudah
diperbaiki
3. Teknik penggembalaan ternak untuk menekan tingkat parasit internal
pada kambing
4. Data jumlah ulangan beberapa tingkah laku ternak kambing dipadang
penggembalaan pastura campuran
5. Data rataan jarak waktu yang diperlukan setiap ulangan beberapa
tingkah laku ternak kambing. dipadang penggembalaan pastura
campuran
6. Data nama jenis hijauan yang paling disukai ternak kambing
7. Data suhu dan kelembaban
Keluaran jangka panjang:
Tersedianya lahan penggembalaan untuk ternak kambing dengan jumlah
dan kualitas hijauan yang terjamin
MyDoc/Juniar/JSRPTPHijauan2012
7
Perkiraan Manfaat dan Dampak
1. Meningkatkan produktivitas ternak kambing yang digembalakan melalui
perbaikan kualitas padang penggembalaan
2. Menjamin ketersediaan hijauan pakan ternak kambing secara
berkesinambungan utamanya yang toleran injakan
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kerangka Teoritis
Pertanaman campuran leguminosa dengan rumput pada padang
penggembalaan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas hijauan
pakan ternak. Pengaruh pertanaman campuran antara rumput dan leguminosa
terhadap kualitas hijauan pakan telah dilaporkan oleh SINGH et al. (1981) dan
CRODER (1983) dimana penyisipan leguminosa sentro dalam campuran rumput
meningkatkan kandungan dan produksi nitrogen hijauan pakan.
Peningkatan kualitas hijauan rumput yang ditanam secara campuran
dengan leguminosa dapat dipahami dengan terjadinya pengikatan nitrogen dari
udara oleh tanaman leguminosa. Fiksasi nitrogen oleh bakteri rhizobium terjadi
pada bintil akar leguminosa (SYARIFUDDIN, 1981). Unsur nitrogen yang
dihasilkan bintil akar leguminosa yang bersimbiosis dengan rhizobium
mempunyai pengaruh terhadap ketegaran tanaman rumput, sehingga pertumbuhan
rumput liar/gulma berkurang secara drastis (HAMPREYS, 1980). Tanaman
leguminosa dengan bintil akar yang efektif mampu mengikat nitrogen bebas dari
udara sebanyak 50-900 kg N/ha/thn (JOHANSEN, 1979).
Salah satu kendala utama dalam peningkatan produktivitas peternakan di
negara berkembang adalah kualitas dan kuantitas pakan yang berfluktasi
khususnya selama musim kemarau (VAN DTT et al. 2005). Hal ini pada akhirnya
akan mempengaruhi pencapaian target untuk swasembada daging. Ternak
kambing merupakan salah satu penyumbang pemenuhan kebutuhan sumber
protein hewani (daging) disamping ternak ruminansia lainnya. RESTALL dan
MITCHELL (1986) menyebutkan daging kambing dipilih untuk dikonsumsi oleh
MyDoc/Juniar/JSRPTPHijauan2012
8
sekitar 67% penduduk dunia, tidak seperti daging babi maupun sapi yang oleh
sebagian umat beragama dilarang untuk dikonsumsi.
Pencapaian target swasembada daging dapat didukung antara lain melalui
penyediaan hijauan pakan yang berkualitas secara berkesinabungan untuk ternak
ruminansia. Mempertahankan persistensi dan produksi hijauan yang ada dalam
pastura serta meningkatkan proporsi tanaman atau bagian tanaman yang disukai
oleh ternak menjadi hal penting yang harus diperhatikan dalam manajemen
penggembalaan.
Penurunan kandungan nutrisi dengan meningkatnya usia tanaman dapat
digambarkan melalui rasio daun/batang pada tanaman (WATERS dan GIVENS,
1992). Helai daun mempunyai kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan
dengan bagian batang tanaman (WHITEHEAD, 2000). SHEHU et al. (2001)
menunjukkan bahwa kandungan protein pada batang cenderung lebih rendah
dibandingkan protein kasar fraksi daun. Terkait dengan nilai nutrisi hijauan pakan
dilakukan rotasi penggembalaan 40-45 hari pada musim hujan untuk kembali ke
pedok sebelumnya. Hal ini bertujuan memberikan kesempatan bagi tanaman
untuk tumbuh kembali sehingga dapat dikonsumsi ternak padqa umur yang tidak
terlalu tua atau muda.
SIRAIT (2008) menyatakan bahwa tanaman pakan ternak sangat membutuhkan
nitrogen (urea) untuk mendukung pertumbuhnya karena nitrogen merupakan
unsur esensial pada berbagai senyawa penyusun tanaman termasuk unsur
penyusun klorofil untuk medukung pertumbuhan tanaman. Dengan pertanaman
pastura campuran dan leguminosa, penggunaan nitrogen dapat diminimalisir
karena adanya penambatan nitrogen dari udara oleh bintil akar yang terdapat pada
leguminosa.
Tingkat penggembalaan menurut ANONIMUS (2011) adalah jumlah ternak
yang digembalakan dalam pastura selama satu bulan atau per periode
penggembalaan, umumnya dinyatakan dalam unit ternak per bulan (AUM).
Produktivitas ternak umumnya menurun dengan penambahan tingkat
penggembalaan. Pada tingkat penggembalaan yang terlalu tinggi akan terjadi
over-grazing, dimana jumlah hijauan yang dikonsumsi melebihi tingkat
pertumbuhan tanaman, hingga mengakibatkan kerusakan. Sebaliknya bila tingkat
MyDoc/Juniar/JSRPTPHijauan2012
9
penggembalaan cukup rendah, hijauan yang tersedia tidak dimanfaatkan secara
optimum dan penggunaan lahan penggembalaan menjadi tidak efisien.
Hasil-Hasil PenelitianTerkait
Pertanaman campuran antara rumput dan leguminosa terutama di padang
penggembalaa alam maupun untuk cut and carry telah meningkatkan produksi
hijauan. SURATMINI et al. (1995) melaporkan bahwa produksi hijauan rumput
Panicum maximum, Setaria spachelata dan Paspalum macrophylum pada
pertanaman campuran dengan Arachis glabrata cv. florigraze lebih tinggi
dibandingkan ditanam secara monokultur/tunggal. Untuk mendukung
pertumbuhan dan produksi tanaman pakan ternak yang optimum dibutuhkan
aplikasi pupuk organik maupun anorganik, guna memenuhi kebutuhan unsur hara
yang ketersediaannya di tanah tropis seperti Indonesia umumnya rendah.
Kombinasi pertanaman campuran rumput dengan leguminosa diharapkan dapat
mengurangi kebutuhan akan pupuk. Hal ini dimungkinkan dengan adanya
kemampuan tanaman leguminosa mengikat nitrogen dari udara bila bersimbiosis
dengan bakteri tanah rhizobium. HARDJOSOEWIGNJO (1977) melaporkan bahwa
hijauan rumput benggala yang ditanam secara campuran dengan kacangan
lamtoro, stylo maupun sentro mengandung protein kasar yang nyata lebih tinggi
dibanding pertanaman rumput murni. Kandungan protein kasar meningkat dari
10,57% menjadi 14,19% apabila rumput benggala dicampur dengan sentro.
Defenisi umum dari perilaku adalah "segala tindakan dan respon terhadap
stimulasi," "respon dari sebuah kelompok, individu, atau spesies dengan
lingkungannya, di mana sesuatu berfungsi" (MERRIAM-WEBSTER COLLEGIATE
DICTIONARY, 1996). Tingkah laku ternak adalah suatu bentuk aktivitas ternak
yang melibatkan fungsi fisiologis sebagai hasil dari perpaduan antara aktivitas
keturunan dengan pengalaman individu dalam menanggapi atau menghadapi suatu
objek. (BUNGSUAYU, 2011). Menurut defenisi umum diketahui bahwa perilaku
hewan bervariasi antara hewan ternak peliharaan. Namun, kesamaannya adalah
sama-sama dipengaruhi gizi. Kandungan nutrisi yang diberikan kepada Ternak
kambing, akan berefek pada perilakunya, sehingga dapat dibedakan antara
MyDoc/Juniar/JSRPTPHijauan2012
10
kambing yang dipelihara dipadang penggembalaan dengan kambing yang
dipelihara didalam kandang secara intensif.
Ternak kambing salah satu ternak ruminansia kecil sebagai komoditas
pertanian dan sangat dekat dengan kehidupan masyarakat indonesia baik segi
ekonomi maupun secara sosial. Dari data DITJENAK (2009) jumlah populasi
ternak kambing mencapai 15.858.000 ekor/thn, pemotongan ternak kambing
didalam negri adalah sebanyak 3.129.504 ekor/thn. data ini menggambarkan
bahwa indonesia masih mampu memenuhi kebutuhan konsumsi daging kambing
dalam negri. Namun pesatnya peningkatan populasi penduduk Indonesia harus
diimbangi dengan pertambahan jumlah ternak kambing. Selain dalam negeri,
permintaan ternak kambing untuk ekspor ke luar negeri sangat tinggi, namun
belum bisa dipenuhi. Hal ini merupakan peluang sekaligus tantangan.
Padang penggembalaan alami yang luas dan sudah tersedia secara cuma-
cuma di negara Indonesia merupakan potensi sekaligus kesempatan untuk
meningkatkan jumlah ternak kambing. Padang penggembalaan merupakan areal
ternak untuk melakukan berbagai aktivitas seperti merumput, berjalan, memamah
biak dan lain-lain. Namun rendahnya produksi dan mutu pakan dipadang
penggembalaan sangat erat kaitannnya dengan kemampuan tanah meningkatkan
nutrisi pakan. Peningkatan kesuburan tanah sangat penting, karena umumnya
padang penggembalaan memiliki unsur hara yang sedikit (miskin) N, S dan P.
Untuk memenuhi kebutuhan ternak, diperlukan pengelolaan padang
penggembalaan yang lebih baik yang umumnya disebut Pastura. Menurut
PURNOMO (2006) pastura adalah teknologi pengolahan lahan untuk meningkatkan
produktivitas padang penggembalaan alam. Pastura terdiri atas leguminosa
maupun rumput yang dapat meningkatkan kesuburan tanah melalui introduksi
rumput dan legum unggul.
Target pemerintah untuk mencapai swasembada daging memerlukan
banyak strategi yang harus dilakukan, salah satunya adalah mendukung dan
mendorong pengembangan peternakan kambing melalui program Village
Breeding Centre. Peningkatan produksi ternak khususnya ternak ruminansia akan
berhasil dengan baik jika ketersediaan pakan hijauan sebagai sumber pakan dapat
dipenuhi secara kualitas dan kuantitas dan tersedia secara kontinyu. Hijauan
MyDoc/Juniar/JSRPTPHijauan2012
11
makanan ternak bersumber dari padang penggembalaan rumput alami atau dengan
melakukan penanaman hijauan makanan ternak (pastura). Manajemen
penggembalaan ternak sangat penting terkait dengan tingkah laku ternak dipadang
penggembalaan pastura. Menurut ANIMUT et al. (2005a) bahwa stocking rate
adalah model penggembalaan ternak yang dapat mempengaruhi perilaku kambing
dalam banyak hal seperti: berjalan, menyebar, merumput (makan), berlari,
memamah, dll.
Usaha budidaya ternak kambing telah banyak dilakukan, baik secara
instensif, semi intensif maupun ekstensif. Untuk mencapai keberhasilan produksi
ternak maka sangat penting mempelajari berbagai aspek fisiologi dan ekologinya
(WIRDATETI et al., 2005). Salah satunya ialah pengetahuan tingkah laku ternak
pada pastura sebagai informasi dan pengetahuan awal untuk mendukung
penelitian-penelitian selanjutnya.
III. METODOLOGI PENELITIAN
Kegiatan 1: Produktivitas, Kapasitas Tampung dan Tingkat Parasit Internal
Ternak Kambing yang Digembalakan pada Lahan Pastura
Sub-kegiatan 1: Pertambahan Bobot Hidup (PBH) dan Kapasitas Tampung
Ternak Kambing yang Digembalakan pada Lahan Pastura
Pendekatan
Penelitian dilakukan dengan pendekatan agronomis dan biologis melalui
penanaman pastura campuran leguminosa dan rumput serta penggembalaan ternak
kambing pada lahan pastura yang telah ditanam.
Ruang Lingkup Kegiatan
Kegiatan penelitian mencakup dua aspek yakni aspek budidaya dan aspek
penggembalaan ternak. Aspek budidaya tanaman pakan ternak untuk pastura
campuran menggunakan leguminosa dan rumput meliputi kegiatan sebagai
berikut:
MyDoc/Juniar/JSRPTPHijauan2012
12
1. Pengolahan tanah
Pengolahan tanah dilakukan dengan baik dan sempurna. Lahan diolah
sebanyak dua kali pencangkolan. Selanjutnya lahan dibersihkan dengan
membuang perkaran tanaman pengganggu seperti lalang maupun tanaman
lainnya. Pencangkolan dan pembersihan tersebut bertujuan untuk
memperoleh struktur tanah yang baik dalam mendukung pertumbuhan
rumput yang ditanam. Setelah selesai pengolahan tanah, dilanjutkan
dengan pembuatan plot-plot penelitian sesuai dengan perlakuan.
2. Persiapan bahan tanaman
Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian sebagian berupa biji
(untuk Stylosanthes guianensis) dan sebagian lagi berupa sobekan rumpun
(pols)
3. Penanaman
Penanaman direncanakan pada lahan seluas 3000 m2 yang dibagi dalam
delapan petak besar masing-masing seluas 375 m2. Empat petak untuk
pastura campuran dan empat petak lagi untuk pertanaman monokultur.
Masing-masing petak dibagi dalam 5 sub-petak (seluas 75m2) sebagai
ulangan. Bahan tanaman untuk rumput bede, rumput notatum dan arachis
menggunakan sobekan rumpun (pols), sedang stylo menggunakan biji
yang terlebih dahulu diperbanyak dalam polibag. Hijauan ditanam di
dalam larikan dan pengaturan jarak larikan dilakukan dengan
menggunakan tali rapia sehingga hasilnya lebih lurus dan rapi.
4. Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari pada awal penanaman dan selanjutnya
tergantung ketersediaan air tanah. Bila curah hujan cukup tidak perlu
penyiraman. Penyiraman dilakukan secara manual menggunakan gembor.
MyDoc/Juniar/JSRPTPHijauan2012
13
5. Pemupukan
Dilakukan pengapuran sebanyak 5 t/ha menggunakan kapur kerang untuk
meningkatkan pH tanah. Pupuk dasar yang digunakan hanya pupuk
kandang sebanyak 5 t/ha. Pemupukan menggunakan pupuk majemuk
NPK (15-15-15) dilakukan 1 bulan setelah tanam sebanyak 150 kg/ha.
6. Penyiangan/mencabut tanaman pengganggu
Untuk pertumbuhan TPT yang lebih baik, lahan pertanaman dibersihkan
dari tanaman pengganggu/gulma. Hal ini bertujuan mengurangi persaingan
antara TPT dan gulma dalam memperoleh tiga faktor penting (cahaya, hara
dan air) untuk pertumbuhannya. Penyiangan dilakukan secara manual
setiap ada gulma yang tumbuh, utamanya saat TPT masih muda.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Lapangan Percobaan Loka Penelitian Kambing
Potong. Penelitian dilaksanakan pada tahun anggaran 2012 yakni bulan Januari
hingga Desember tahun 2012.
Bahan dan Metode Pelaksanaan Kegiatan
Jenis hijauan yang diintroduksi dan diadaptasikan untuk diamati terdiri
atas rumput dan leguminosa masing-masing 2 spesies. Spesies rumput terdiri atas
rumput bede (Brachiaria decumbens) dan rumput notatum (Paspalum notatum),
sedang spesies leguminosa adalah Arachis pintoi dan Stylosanthes guianensis.
Penelitian dilakukan dalam rancangan acak lengkap (pastura campuran
rumput dan leguminosa). Ada 4 perlakuan pastura campuran, yakni: 1) rumput
bede dan arachis; 2) rumput bede dan stylosanthes; 3) rumput notatum dan arachis
serta 4) rumput notatum dan stylosanthes masing-masing 5 ulangan (GOMEZ dan
GOMEZ, 1995). Terdapat 20 petak percobaan untuk pastura campuran, masing-
masing petak seluas 75m2. Keempat spesies juga ditanam dalam pertanaman
monokultur masing-masing 5 ulangan. Terdapat 20 petak percobaan untuk
MyDoc/Juniar/JSRPTPHijauan2012
14
monokultur, masing-masing petak seluas 75m2. Dengan demikian total penelitian
terdiri atas 40 petak pada lahan seluas 3000m2.
Jumlah ternak kambing yang digunakan untuk digembalakan sebanyak 20
ekor. Penggembalaan dilakukan dengan memasukkan 5 ekor ternak kambing
muda pada perlakuan pertanaman monokultur. Penggembalaan diatur dengan
sistem penggembalaan bergilir pada masing-masing ulangan. Ternak
digembalakan mulai pukul 13.00 hingga 17.00 wib selama 8 hari pada setiap
perlakuan, diawali dengan ulangan pertama, selanjutnya dipindahkan ke ulangan
kedua setelah 8 hari. Hal yang sama dilakukan hingga ulangan kelima, dengan
demikian selang waktu bagi setiap ulangan untuk digembalakan kembali selama
40 hari. Waktu sepanjang 40 hari ini untuk memberikan kesempatan bagi hijauan
untuk tumbuh kembali (regrowth). Penggembalaan ternak untuk masa adaptasi
dan pengamatan pertambahan bobot hidup direncanakan selama 6 bulan.
Parameter yang Diamati
1. Pertambahan Bobot Hidup
Bobot ternak ditimbang pada awal penelitian sebelum mulai
penggembalaan. Penimbangan ternak selanjutnya dilakukan sekali dalam 2
minggu selama 6 bulan. Pertambahan bobot hidup dihitung dengan mengurangi
bobot ternak awal dari bobot akhir.
2. Kapasitas Tampung Ternak
Kapasitas tampung ternak dapat dihitung berdasarkan produksi hijauan
pada setiap perlakuan penanaman hijauan. Untuk mengetahui produksi hijauan
baik pastura campuran maupun monokultur, diambil sampel berupa cuplikan 1x1
m2 untuk setiap perlakuan dan ulangan; ditimbang dalam keadaan segar.
Pengukuran produksi pada perlakuan monokultur dilakukan sebelum
penggembalaan dan setelah rotasi penggembalaan saat akan kembali ke petak
penggembalaan awal. Berdasarkan data produksi hijauan serta kebutuhan ternak
akan hijauan dihitung kapasitas tampung ternak.
MyDoc/Juniar/JSRPTPHijauan2012
15
3. Nilai Nutrisi Tanaman Pakan Ternak
Dalam mendukung produktivitas ternak, perlu diketahui nilai nutrisi
hijauan yang dikonsumsi ternak. Untuk itu diambil sampel masing-masing 300 g
(komposit dari kelima ulangan) untuk kepentingan analisis nilai nutrisi. Analisis
kimia mencakup bahan kering, bahan organik, NDF, ADF, energi dan kandungan
nitrogen. Digunakan metoda Van Soest untuk NDF,ADF dan bahan organik
(GOERING and VAN SOEST, 1970) serta prosedur Kjeldahl untuk analisis Nitrogen
(AOAC, 1990).
Analisis Data
Data dianalisis dengan prosedur GLM dari SAS (SAS, 1987), dan bila
terdapat perbedaan antar perlakuan naungan dan spesies serta interaksinya pada
analisis keragaman, dilakukan uji lanjut dengan DMRT (Duncan Multiple Range
Test) menurut STEEL and TORRIE (1993).
Sub-kegiatan 2: Tingkat Parasit Internal Ternak Kambing yang
Digembalakan pada Lahan Pastura
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Lapangan Percobaan Loka Penelitian Kambing
Potong. Penelitian dilaksanakan pada tahun anggaran 2012 diantara bulan Januari
hingga Desember tahun 2012.
Bahan dan Metode Pelaksanaan Kegiatan
Penggembalaan dikelompokkan dalam dua perlakuan yaitu rotasi
penggembalaan 30 hari (R30) dan 45 hari (R45). Jumlah ternak kambing yang
digunakan untuk penggembalaan R30 dan R45 masing-masing 16 ekor (total 32
ekor). Penggembalaan dilakukan dengan memasukkan 4 ekor ternak kambing
pada setiap perlakuan pertanaman pastura. Pada penggembalaan R30, ternak
dipindahkan dari ulangan 1 ke ulangan berikutnya setiap 6 hari, sedang pada R45
pemindahan ternak dilakukan setiap 9 hari.
MyDoc/Juniar/JSRPTPHijauan2012
16
Parameter yang Diamati
1. Jumlah parasit internal
Pengamatan dilakukan dengan mengambil sampel feses 32 ekor ternak
untuk selanjutnya dihitung jumlah telur cacing yang terdapat pada feses.
Pengambilan sampel dilakukan sebelum perlakuan penggembalaan dan setelah
satu rotasi penggembalaan (baik pada R30 maupun R45) masing-masing untuk
musim hujan dan musim kemarau
Kegiatan 2: Pengamatan Beberapa Tingkah Laku Kambing di Padang
Penggembalaan Pastura Campuran
Tempat dan Waktu Penelitian
Pengamatan dilakukan dipadang penggembalaan Loka Penelitian Kambing
Potong, Sungai Putih pada tahun 2012
Bahan dan Metode Pelaksanaan
Luas padang penggembalan pastura sekitar 0,3 ha, pastura terdiri
campuran 2 jenis rumput dan 2 jenis leguminosa, yaitu rumput Paspalum notatum
dan Brachiaria decumbens serta leguminosa Stylosanthes guianensis dan Arachis
pintoi. Keempat jenis hijauan tersebut ditanam secara terpisah dalam 4 pedok
masing-masing satu jenis pakan ditanam dalam satu pedok. Ternak digembalakan
selama 4 jam mulai pukul 13.00 s/d 17.00 WIB, sedang pengamatan dilakukan
mulai pukul 14.00 WIB. Pengamatan tingkah laku dengan menggunakan metode
time sampling, lama satu kali pengamatan yaitu selama 3 (tiga) jam. Pengamatan
dilakukan dengan cara memperhatikan aktivitas ternak selama digembalakan di
padang penggembalaan pastura campuran.
Materi Penelitian
Pada pengamatan ini digunakan 20 ekor ternak kambing jantan. Ternak
disebar ke dalam 4 pedok dimana setiap pedok digembalakan 5 ekor ternak
kambing.
MyDoc/Juniar/JSRPTPHijauan2012
17
Parameter yang Diamati
Pengamatan dilakukan dengan cara memperhatikan aktivitas ternak selama
digembalakan dipadang penggembalaan pastura campuran. Data yang diamati
ada dua jenis yaitu 1. Data beberapa tingkah laku yakni makan (merenggut),
memamah (ruminasi), urinasi, dan defekasi. 2 Data lingkungan yakni suhu,
kelembaban dan model renggutan ternak kambing. Pengamatan dilakukan dengan
menggunakan metode time sampling, lama satu kali pengamatan yaitu selama 3
(tiga) jam yaitu mulai dari Pukul 14.00 sampai dengan17.00. kemudian selama 3
jam dibagi kedalam beberapa periode waktu, 1 kali periode waktu yakni 20 menit
pengamatan dan 10 menit istirahat
Analisis Data
Data tingkah laku ternak yang sudah diamati ditabulasi dan dianalisis
secara deskriftif.
IV. TENAGA ORGANISASI DAN PELAKSANA
Tenaga yang Terlibat dalam Kegiatan
No
Nama Lengkap Disiplin
Ilmu Pria/Wanita
Tugas
Jabatan Fungsional Pendidikan
Akhir
Alokasi Waktu
(OB)
1. Juniar Sirait
Peneliti Muda
Agrostologi
S2
P
6
Penanggung
Jawab
2. Andi Tarigan
Peneliti Muda
Agrostologi
S2
P
3 Anggota
3. Simon P. Ginting
Peneliti Madya
Nutrisi
S3
P
3 Anggota
4. Muhamad Syawal
Peneliti Muda
Produksi
S1
P
3 Anggota
5. Mikael Situmorang
Litkayasa
Alsintan
STM
P
3 Teknisi
6. Misro Aliandi
Teknisi
Admnistrasi
SLTA
P
4
Lapangan
percobaan
7. Imanyanto
Teknisi
Admnistrasi
SLTA
P
2
Teknisi
Laboratorium
MyDoc/Juniar/JSRPTPHijauan2012
18
Jangka Waktu Penelitian
KEGIATAN TAHUN 2012/BULAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
PERSIAPAN
Proposal ROPP
Pengolahan tanah
Bibit/Penanaman
PELAKSANAAN
Konsultasi/
Koordinasi
Pelaksanaan
Pengamatan
Tabulasi data
Analisis data
Laporan
Pembiayaan
No Tolok Ukur Vol. Sat. Nilai Sat
(Rp)
Jumlah
(Rp)
I Uang Honor Tidak Tetap
a. Upah Harian Lepas
2.000
OH
30.000
60.000.000
II Belanja Perjalanan Lainnya
Perjalanan dinas dalam rangka
koordinasi, konsultasi dan
pelaksanaan penelitian
45 OP 1.000.000 45.000.000
III Belanja Bahan
a. Bahan Perlengkapan Penelitian 1 Paket 12.000.000 12.000.000
b. Pengadaan Bibit HPT 1 Paket 6.000.000 6.000.000
c. Fotocopy 15000 Lbr 200 3.000.000
d. ATK, Bahan Komputer 1 Paket 5.000.000 5.000.000
e. Bahan Kimia 1 Paket 13.000.000 13.000.000
f. Pakan Ternak 1 Paket 6.000.000 6.000.000
g. Pengadaan Pupuk 1 Paket 4.000.000 4.000.000
h. Obat-obatan 1 Paket 3.000.000 3.000.000
T o t a l 157.000.000
MyDoc/Juniar/JSRPTPHijauan2012
19
DAFTAR PUSTAKA
ANIMUT, G., A. L. GOETSCH, G. E. AIKEN, R. PUCHALA, G. DETWEILER, C. R.
KREHBIEL, R. C. MERKEL, T. SAHLU, L. J. DAWSON, Z. B. JOHNSON, T. A.
GIPSON. 2005. Grazing behavior and energy expenditure by sheep and goats
co-grazing grass/forb pastures at three stocking rates. Small Rum. Res.
59:191–201.
ANONIMUS. 2011. Animal unit month, stocking rate and carrying capacity.
http://www.gov.mb.ca/agriculture/crops/forages/bjb00s17.html
[15 September 2011].
AOAC. 1990. Official Methods of Analysis. 15th
Ed. K. Helrich (Ed.).
Association of Official Analytical Chemist, Inc. Arlington, Virginia, USA.
BUNGSUAYU. 2011. Bungsayu.files.wordpress.com/2011/06/9. Tingkah laku.ppt
CRODER, L. V. 1983. Potential of tropical zone cultivated forage. In: Milk and
Meat Production from Sheep and Goats in the Tropics. Winrock
International, USA.
DITJENNAK. 2010. Data Statistik. Direktorat Jenderal Peternakan Kementerian
Pertanian, Jakarta.
GOERING, H.K., and P.J. VAN SOEST. 1970. Forage Fiber Analyses (Apparatus,
Reagents, Procedures and Some Application). Agric. Handbook 379.
Washington DC: ARS. USDA.
GOMEZ, K. A. and A. A. GOMEZ. 1995. Prosedur Statistik untuk penelitian
Pertanian. Penerjemah: E. SJAMSUDDIN dan J. S. BAHARSJAH. UI Press,
Jakarta.
HARDJOSOEWIGNJO, S. 1977. Persistence of over seeded legumes into Guinea
grass (Panicum maximum Jacq.). M.S. Thesis. Univ of The Philipines, Los
Banos.
HUMPREYS, L. R. 1980. Deficiencies at adaptation of pasture legumes. Trop.
Grassland. 14:153-158.
JOHANSEN, B. and P. C. KERRIDGE. 1979. Nitrogen fixation and transfer in the
tropical legume-grass sward in South-Eastern Queensland. Trop. Grassland.
13:165-170.
KABI F. and F. B. BAREEBA. 2008. Herbage biomass production and nutritive value of mulberry (Morus alba) and Calliandra calothyrsus harvested at
different cutting frequencies. J Anim Feed Sci Technol 140:178–190.
MyDoc/Juniar/JSRPTPHijauan2012
20
KARIM A. B, E. R. RHODES and P. S. SAVILL. 1991. Effect of Cutting Interval on
Dry Matter Yield of of Leucaena leucocephala (Lam) De Wit. J Agrofor
Syst 16: 129–137.
McILROY, R. J. 1972. An Introduction to Tropical Grassland Husbandry.
Oxford Univ. Press, London.
MERRIAM-WEBSTER COLLEGIATE DICTIONARY. 1996. www.merriem-
webster.com
OSMAN, A. E. and N. NERSOWAN. 1981. Comparative productivity of two
tropical grasses as influence by fertilizer nitrogen and pastures legume.
Trop. Grassland. 10:179-185.
PURNOMO, J. 2006. Hutan pastura menguntungkan peternak dan melestarikan
lahan. Sinar Tani (30 Agustus – 5 september 2006). Balai Penelitian Tanah.
RAHMAN S. 2002. Introduksi Tanaman Makanan Ternak di Lahan Perkebunan:
respon beberapa jenis tanaman makanan ternak terhadap naungan dan tata
laksana pemotongan. Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Peternakan 4 (1) : 46-53.
RESTALL, B.J., and T.D. MITCHELL. 1986. Goat farming. In: The Pastoral
Industries of Australia: Practice and Technology of Sheep, Cattle, Goat and
Deer Production, G. ALEXANDER and O.B. WILLIAMS. (Eds.). Sydney
Univ. Press. pp:148-157.
SINGH, L. N., D. C. KATOCH and K. K. DOGRU. 1981. Effect of legume
introduction on forage yield quality of natural grassland. Forage Res. 7:71-
76.
SIRAIT J. 2008. Luas daun, kandungan klorofil dan laju pertumbuhan rumput
pada naungan dan pemupukan yang berbeda. Jurnal Ilmu Ternak dan
Veteriner.13 (2): 109-116.
STATISTICS ANALYTICAL SYSTEM. 1987. SAS User’s Guide: Statistic. 6th
ed.,SAS Institute Inc.,Cary,NC,USA.
STEEL, R.G.D., and J.H. TORRIE. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika: Suatu
Pendekatan Biometrik. Penerjemah: B. SUMANTRI. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta. Terjemahan dari: Principles and Procedures of Statistics.
SURATMINI, P., S.YUHAENI, N.D. PURWANTARI dan B.R. PRAWIRADIPUTRA.
1995. Performans campuran beberapa jenis rumput dengan leguminosa
herba pada taraf pemupukan nitrogen yang berbeda. Hijauan Makanan
Ternak dan Lintas Komoditas. Edisi Khusus. Balai Penelitian Ternak,
Ciawi, Bogor.
MyDoc/Juniar/JSRPTPHijauan2012
21
SYARIFUDDIN, A., SOEHARSONO and J. L. McINTORCH. Multiple cropping in
Indonesia. Proc. Workshop for South and Southeast Asia Cropping System
Network. IRRI, Los Banos, Philipines.
VAN DTT., N. T. MUI and I. LEDIN. 2005. Tropical foliages: effect of
presentation method and species on intake by goats. J. Anim. Feed Sci.
Technol. (118): 1-17.
VAN SOEST P. J., J. B. ROBERTSON and B. A. LEWIS. 1991. Methods for dietary
fibre, neutral detergent fibre, and non-starch polysaccharides in relation to
animal nutrition. J. Dairy Sci. 74:3583–3597.
WATER C. J., D. I. GIVENS. 1992. Nitrogen degradability of fresh herbage: effect
of maturity and growth type and prediction from chemical composition and
by near infrared reflectance spectroscopy. J Anim Feed Sci Technol 75:
3278-3286.
WHITEHEAD, D. C. 2000. Nutrient Element in Grassland: Soil,Plant, Animal
Relationship. Wallingford. CAB International Publising 367.
WIRDATETI, M. MANSUR. dan A. KUNDARMASNO. 2005. Pengamatan tingkah
laku rusa Timur (Cervus timorensis) di PT.Kuala Tembaga, Desa Aer
Tembaga, Bitung-Sulawesi Utara. Animal Production: 7(2): 121-126.