43
KELOMPOK I : 1. GALUH SUARI ARIDARAMAPUTRI NIM: I1C111204 2. SYAFARINA NIM: I1C111012 3. LAILI NURHANI NIM: I1C111207 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT PROGRAM STUDI PSIKOLOGI BANJARBARU 2014

Teori Gorgon Allport

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Salah satu materi dalam Psikologi Kepribadian

Citation preview

Page 1: Teori Gorgon Allport

KELOMPOK I :

1. GALUH SUARI ARIDARAMAPUTRI NIM: I1C111204

2. SYAFARINA NIM: I1C111012

3. LAILI NURHANI NIM: I1C111207

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

BANJARBARU 2014

Page 2: Teori Gorgon Allport

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dari beberapa teori kepribadian lainnya, Gordon Allport yang menentukan keunikan

individu. Dia yakin bahwa upaya untuk menjelaskan manusia berdasarkan sifat-sifat umum

sudah merampas keunikan individualitas mereka. Karena alasan inilah, Allport keberatan

dengan teori-teori tentang karakter dan factor kepribadian yang cenderung mereduksi

perilaku individu kepada cirri umumnya. Dia menegaskan contohnya derajat kebebalan

seseorang berada dari orang lain, begitu pula cara kebebalan berinteraksi dengan ekstraversi

dan kreatifitas tidak bisa ditiru orang lain.

Yang konsisten dalam penekanan Allport terhadap keunikan individu adalah

kesediaannya untuk mempelajari secara mendalam terhadap individu. Ia menyebut studi

tentang individu ini ilmu morfogenis yang dipertentangkan dengan metode nomotetis yang

digunakan kebanyakan psikolog saat itu. Metode morfogenis lebih banyak mengumpulkan

data dari satu individu tunggal, sementara metode nomotetis mengumpulkan dari

sekelompok orang. Allport juga menggunakan pendekatan eklektis untuk membangun

teorinya. Dia menerima kontribusi dari Freud, Maslow, Rogers, Eysenck, Skinner, dll

namun dia yakin bahwa tak satupun teoritis ini sanggup menjelaskan secara adekuat

pertumbuhan total dan keunikan pribadi. Bagi Allport teori yang luas dan komprehensif

lebih banyak disukai ketimbang teori yang sempit dan spesifik meskipun teori yang luas

tidak banyak membangkitkan hipotesis yang bisa diuji.

Disisi lain, Allport juga menentang partikularisme atau teori-teori yang menekankan satu

aspek tunggal kepribadian saja. Disebuah klaim yang terkenal terhadap teoritis lain, dia

Page 3: Teori Gorgon Allport

menyerukan agar mereka tidak melupakan apa yang kalian putuskan untuk diabaikan.

Dengan kata lain, tidak ada teori yang sungguh-sungguh tak tertandingi, dan psikolog harus

selalu sadar kalau banyak hakikat manusia yang tidak bisa tercakup dalam satu kerangka

teori apapun. Bagi Allport, teori yang luas yang komprehensif lebih banyak disukai

ketimbang teori yang sempit dan spesifik meskipun tidak bisa membangkitkan banyak

hipotesis yang bisa diuji.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Mendeskripsikan biografi Allport

1.2.2 Mendeskripsikan struktur kepribadian menurut Allport

1.2.3 Mendeskripsikan konsep self serta karakteristik kedewasaan menurut Allport

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan

1.3.1 Tujuan

1.3.1.1 Pembaca dapat memahami pokok-pokok teori dari Gordon Allport

1.3.1.2 Dapat memahami struktur kepribadian menurut Gordon Allport

1.3.1.3 Pembaca dapat memahami definisi self dari teori Allport

1.3.1.4 Dapat memahami makna “keunikan individu” dari teori Allport

1.3.2 Manfaat

1.3.2.1 Mahasiswa dapat memahami dan menerapkan pokok-pokok dari teori

Allport dalam peristiwa-peristiwa kejiwaan

1.3.2.2 Mahasiswa dapat membedakan pengertian self menurut Allport dengan

pengertian self menurut ahli psikologi lain, serta mahasiswa mampu

mengenali karakteristik kedewasaan individu

Page 4: Teori Gorgon Allport

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 BIOGRAFI GORDON ALLPORT

Gordon Willard Allport, lahir pada tanggal 11 november 1897 di Montezuma, Indiana,

anak keempat dan bungsu dari John E. Allport dan Nelie Wise Allport. Dalam autobiografinya,

Allport menulis bahwa masa kecilnya ditandai oleh kesalehan protestan. Floyd Allport, kakak

laki-lakinya yang 7 tahun lebih tua, yang menjadi psikolog terkenal melukiskan ibu mereka

sebagai perempuan saleh yang sangat menekankan pentingnya agama. Karena sebelumnya

pernah menjadi guru sekolah, dia mengajarkan Gordon kebajikan dari bahasa yang bersih dan

hubungan yang tepat selain pentingnya pencarian jawaban-jawaban religious tertinggi.

Allport mudah mengembangkan ketertarikan awal terhadap persoalan-persoalan filosofis

religious dan memiliki fasilitas yang lebih banyak terhadap kata-kata daripada permainan. Dia

menggambarkan dirinya ‘terisolasi’ secara sosial untuk menunjukkan tingginya lingkaran

aktifitasnya sendiri. Meskipun lulus dengan rangking kedua, dari 100 siswa SMAnya, Allport

tidak menganggap dirinya pandai.Di musim gugur, tahun 1915 Allport masuk Harvard mengikuti

Page 5: Teori Gorgon Allport

jejak kakaknya, Floyd yang sudah lulus 2 tahun sebelumnya dan yang saat itu menjadi asisten

dosen psikologi. Dalam autobiografinya, Gordon Allport menulis hampir setiap malam dunia

saya dibentuk ulang. Nilai-nilai moral dasar saya, yang jelas, sudah terbentuk dirumah. Yang

baru adalah cakrawala, intelektual, dan budaya yang sekarang membuat saya tertantang untuk

mengeksplorasi.

Ketika tinggal di Turki, Allport ditawari studi persahabatan di Harvard. Dia juga

menerima undangan dari kakaknya, Fayette, untuk tinggal bersamanya di Wina, di mana Fayette

bekerja untuk komisi perdagangan AS di Wina. Saat itu, ia berusia 22 tahun, dia pergi ke Wina.

Dia berencana bertemu dengan Sigmund Freud. Sesampainya di kantor Freud, dia telah ditunggu

Freud yang sedang duduk. Tidak lama setelah itu, Gordon tidak bisa diam begitu saja, dia

langsung menceritakan pengamatan yang telah dia lakukan sebelum bertemu Freud. Dia bercerita

tentang seorang bocah laki-laki di atas bus yang duduk dengan gelisah, karena dia duduk di

bangku yang sebelumnya diduduki seorang pengemis dekil. Gordon menganggap hal ini sama

dengan ajaran ibunya untuk selalu menjaga kebersihan. Dia mengatakan bahwa ibunya adalah

tipe guru yang cerdas dan cenderung menguasai. Freud bukannya menanggapi pengamatan yang

dilakukan Gordon ini, tapi malah melihat cerita ini sebagai ekspresi dari proses yang lebih dalam

dan berasal dari alam bawah sadar Gordon. Freud langsung berkomentar, “Dan anak kecil itu

adalah kamu sendiri, bukan?”.

Saat kembali ke Amerika Serikat Allport memutuskan mengikuti program Ph.D. di

Harvard. Setelah menyelesaikan gelarnya dia menghabiskan waktu 2 tahun berikutnya ke Eropa

untuk belajar dibawah bimbingan psikolog besar Jerman Max Wertheimer, Wolfgang Koehler,

William Strern, Heinz Werner, dan yang lain-lain di Berlin dan Hamburg. Pada tahun 1924 dia

kembali lagi ke Harvard untuk mengajar salah satunya adalah kuliah psikologi kepribadian.

Page 6: Teori Gorgon Allport

Dua tahun berikutnya setelah karir pendidikannya di Harvard Allport mengambil sebuah

posisi di Dart mouth College. 4 tahun kemudian dia kembali lagi ke Harvard dan masih tetap

tinggal disana selama sisa karir profesionalnya. Pada 1925 Allport menikahi Ada Lufkin Gould

yang ditemuinya ketika masih menjadi mahasiswa pasca sarjana.

Allport banyak menerima penghargaan sepanjang hidupnya pada 1939 dipimpin sebagai

presiden American Psychlogical Association (APA) pada 1964 dia memenangkan penghargaan

Distinguished Scientific Contribution Award dari APA dan pada 1966 mendapat penghargaan

Richard Cabot Professor of Social Ethics yang pertama kali diadakan di Harvard pada 9 Oktober

1967. Allport seorang perokok berat meninggal karena kanker paru-paru.

2.2 STRUKTUR KEPRIBADIAN ALLPORT

2.2.1 Kepribadian, Watak, dan Temperamen

1. Kepribadian

Menurut Allport, kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai

sistem psikofisis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri

terhadap lingkungan.

(i) Istilah “organisasi dinamis” menekankan bahwa kepribadian itu selalu

berkembang dan berubah walaupun ada organisasi sistem yang meningkat dan

menghubungkan berbagai komponen daripada kepribadian.

(ii) Istilah “psikofisis” menunjukkn bahwa kepribadian bukanlah ekslusif

(semata-mata) dan bukan pula semata-mata neural.

Page 7: Teori Gorgon Allport

(iii) Istilah “menentukan” menunjukkan bahwa kepribadian mengandung tendens-

tendens determinasi yang memainkan peranan aktif dalam tingkah laku

individu.

(iv) Tidak ada dua orang yang benar-benar sama dalam caranya menyesuaikan diri

terhadap lingkungan. Jadi, tidak akan ada dua orang yang memiliki

kepribadian yang sama.

(v) Dengan menyatakan “menyesuaikan diri terhadap lingkungan” Allport

menunjukkan keyakinannya, bahwa kepribadian mengantarai individu dengan

lingkungan fisis dan lingkungan psikologisnya.. Jadi, kepribadian adalah

sesuatu yang mempunyai fungsi atau arti adaptasi.

2. Watak (karakter)

Menurut Allport, kata watak menunjukkan arti normatif; dia menyatakan bahwa

“character is personality evaluated and personality is character devaluated” yang berarti

karakter adalah kepribadian yang dievaluasi dan kepribadian adalah karakter yang

devaluasi.

3. Temperamen

Tempramen adalah disposisi yang sangat erat hubungannya dengan faktor-faktor

biologis atau fisiologis dan karenanya sedikit sekali mengalami modifikasi di dalam

perkembangan.

Menurut Allport, tempramen adalah gejala karakteristik daripada sifat emosi individu

mudah tidaknya terkena rangsangan emosi, kekuatan serta kecepatan bereaksi, kualitas

Page 8: Teori Gorgon Allport

kekuatan suasana hatinya, dan intensitas suasana hati. Gejala ini tergantung pada faktor

konstitusional, terutama berasal dari keturunannya.

2.2.2 Sifat (trait)

Trait adalah predisposisi untuk merespon secara sama kelompok stimuli yang mirip,

suatu struktur neuropsikik yang memiliki kemampuan untuk menjadikan banyak stimuli

berfungsi ekuivalen, dan memulai serta membimbing bentuk-bentuk tingkah laku yang

adaptif dan ekspresif. Sifat adalah sistem yang digeneralisasikan dan diarahkan, dengan

kemampuan untuk menghadapi bermacam-macam perangsang secara sama, memulai serta

membimbing tingkah laku adaptif dan ekspresif secara sama.

Allport menjelaskan sifat-sifat yang terpenting dari trait, sebagai berikut:

1. Nyata: trait itu bukan konsep abstrak tetapi objek nyata, yakni struktur neuropsikis.

2. Membuat banyak stimuli berfungsi ekuivalen : mengandung pengertian bahwa

trait itu telah menetapkan orang untuk memandang berbagai stimulus memiliki makna

yang sama dan merespon stimuli itu dengan tingkah laku yang mirip.

3. Mengubah/menentukan tingkah laku: trait muncul bukan hanya kalau ada stimulus

yang sesuai. Traits yang kuat memiliki kekuatan motif untuk menggerakkan tingkah

laku, mendorong orang mencari stimulus yang sesuai sehingga dapat menampung

ekspresi trait itu. Trait yang lemah hanya berperan membimbing tingkah laku yang

sudah siap untuk bergerak.

4. Empirik : trait dapat disimpulkan melalui berbagai pembuktian empiric. Pertama,

trait disimpulkan dari terjadinya tingkah laku berulang yang mempunyai makna yang

sama, mengikuti rentangan stimulus tertentu yang memiliki makna personal yang

Page 9: Teori Gorgon Allport

sama. Kedua, trait disimpulkan berdasarkan keajegan tingkah laku. Namun, keajegan

ini tidak mutlak karena trait bisa disimpulkan dari kesatuan keselarasa yang lembut

dari berbagai manifestasi tingkah laku individu. Ketiga, trait disimpulkan dari

jawaban atau kegiatan merespon stimuli kuisioner.

5. Kemandirian yang relative : trait dapat dikenali bukan dari kemandiriannya yang

kaku, tetapi dari kecenderungannya di seputar operasi pengaruhnya. Tingkah laku

dari suatu trait tertentu dipengaruhi oleh trait yang lain, saling tumpang tindih tanpa

batas yang jelas.

Hampir sepanjang karirnya, Allport berhati-hati ketika memilahkan antara sifat umum

dan sifat individual. Sifat umum (common traits) adalah karakteristik yang umum

dimiliki banyak orang. Allport mendifinisikan disposisi personal sebagai struktur

neuropsikis umum (sekaligus khas individu), yang sanggup mengubah banyak stimuli

yang ekuivalen secara fungsional, sekaligus menginisiatifkan dan menuntun bentuk-

bentuk perilaku adaptif dan gaya pribadi secara konsisten.

Allport menyatakan bahwa pada kenyataannya tidak pernah ada dua individu yang

memiliki sifat-sifat yang benar-benar sama. Walaupun mungkin ada kemiripan dalam

struktur sifat dari individu-individu, namun selalu ada corak yang khas mengenai cara

bekerjanya sifat-sifat itu pada tiap individu.

Dapat diartikan hanya sifat individuallah sifat yang sebenarmya, karena sifat-sifat

selalu ada pada individu-individu dan tidak dalam masyarakat. Sifat-sifat itu berkembang

dan mengumum menjadi disposisi-disposisi dalam cara-cara yang khas sesuai dengan

pengalaman masing-masing individu. Sifat umum sama sekali bukanlah sifat yang

Page 10: Teori Gorgon Allport

sebenarnya, melainkan hanyalah aspek-aspek yang dapat diukur daripada sifat individu

yang kompleks.

Allport membedakan antara trait umum(common trait/ nomothetic trait); dengan trait

individual (individual traits/personal disposition/morphological traits/ idiographic

traits).

a. Trait umum

Adalah sifat-sifat yang dimiliki bersama oleh banyak orang, dipakai untuk

membandingkan orang dari latar budaya yang berbeda. Asumsi yang mendasari trait

ini adalah persamaan evolusi dan pengaruh social.

b. Traits individual

Merupakan manifestasi trait umum pada diri seseorang. Menurut Allport

pentingnya membedakan dua jenis trait ini lebih kepada perbedaan pendekatan riset.

Pendekatan trait umum mempelajari manifestasi sifat yang sama pada orang yang

berbeda, dan pendekatan idiografik mempelajari satu orang untuk menentukan apa

yang disebut Allport “pola unik individual”. Ada tiga tingkatan disposisi:

1. Disposisi Kardinal

Sifat luar biasa khas yang hanya dimiliki sedikit orang, sifat yang sangat berperan

dalam mendominasi keseluruhan hidupnya. Disposisi cardinal sangat jelas, tidak

dapat disembunyikan, karena tercermin pada semua tingkah laku orang yang

memilikinya. Umumnya, orang tidak memiliki disposisi cardinal, hanya beberapa

orang yang memilikinya dan kemudian dikenal karena sifat khasnya itu. Beberapa

Page 11: Teori Gorgon Allport

contoh disposisi esensial ini adalah quixotic (idealis), chauvinistic (penuh prasangka),

narcistic (narsis), sadistic (sadis), Don Juan (Don-Juanis), dan seterusnya.

2. Disposisi Sentral

Kecenderungan sifat yang menjadi ciri seseorang, yang menjadi titik pusat

tingkah lakunya. Biasanya seseorang dapat dideskripsi memakai 5 – 10 sifat utama

yang ia miliki. Sifat-sifat sentral ini lebih khas, dan merupakan kecenderungan

individu yang sangat khas/karakteristik sering berfungsi dan mudah ditandai. Trait

sentral adalah sifat-sifat yang biasa ditulis dalam surat rekomendasi yang menjelaskan

sifat-sifat seseorang, seperti: posesif, ambisius, dsb.

3. Disposisi Sekunder

Adalah trait yang semakin tidak umum, dan kurang penting untuk

menggambarkan kepribadian, trait ini jarang dipakai dan dipakai hanya pada satu

kesempatan khusus. Sifat sekunder ini nampaknya berfungsi lebih terbatas, kurang

menentukan didalam deskripsi kepribadian, dan lebih terpusat atau khusus pada

respon-respon yang didasarnya serta perangsang-perangsang yang dicocokinya.

Disposisi sekunder merupakan disposisi yang tidak begitu jelas namun jauh lebih

besar jumlahnya ketimbang disposisi sentral. Setiap orang memiliki banyak disposisi

sekunder yang tidak sentral bagi kepribadian namun, selalu muncul teratur dan

bertanggung jawab bagi kebanyakan perilaku spesifiknya.Allport berpendapat, disaat

disposisi sekunder itu hanya bangkit oleh rentang stimulus yag sempit, hal tersebut

lebih tepat disebut sikap (attitude), bukan sifat (trait). Contoh, orang yang penyabar

bisa saja menjadi marah meledak-ledak di saat tertentu

Page 12: Teori Gorgon Allport

Disposisi motivasi dan disposisi gaya

Semua disposisi personal bersifat dinamis dalam artian memiliki kekuatan

motivasi. Allport menyebut ‘disposisi motivasi’ sebagai disposisi yang yang jauh

lebih kuat dirasakan ketimbang disposisi lainnya. Disposisi yang dirasakan sangat

kuat menerima motivasinya dari kebutuhan dan dorongan dasar. Allport menyebut

disposisi personal yang kurang begitu kuat sebagai ‘disposisi gaya’; meskipun

disposisi ini juga memiliki sejumlah kekuatan motivasi.

2.2.3 Traits – habit – atitude

Allport membedakan penggunaan istilah trait – habit – atitud – type yang dalam kehidupan

sehari-hari dianggap sinonim. Trait, attitude, dan habit merupakan predisposisi, mereka bersifat

unik, merupakan produk dari factor genetic dan belajar, dan masing-masing mengawali atau

membimbing tingkah laku seseorang. Type bisa dianggap sebagai super ordinasi dari ketiga

konsep lainnya.

1. Sifat (trait)

Adalah predisposisi untuk merespon secara sama kelompok stimuli yang mirip,

penentu kecenderungan yang bersifat umum; dapat dipakai dalam lebih banyak situasi,

dan memunculkan lebih banyak variasi respon. Trait merupakan kombinasi dari dua habit

atau lebih.

2. Kebiasaan (habit)

Habit bersifat khusus, hanya dipakai untuk merespon satu situasi atau stimulus

dan pengulangan dari situasi atau stimulus itu.

3. Sikap (attitude)

Page 13: Teori Gorgon Allport

Attitude berbeda dengan habit dan trait dalam hal sifatnya yang sangat evaluative.

Attitude mencakup dari hal dari yang sangat spesifik sampai yang sangat umum.

4. Type (tipe)

Tipe termasuk kategori nomotetik. Sebagai suatu kategori, tipe akan

mengelompokkan manusia menjadi beberapa jenis tingkah laku. Tipe merangkum ketiga

konsep yang lain, menggambarkan kombinasai trait-habit-attitude yang secara teoritik

dapat ditemui pada diri seseorang.

Sifat yang dimiliki bersama

Trait-Atitud-HabitFokus Generalitas Penilaian Contoh

Predisposisi TraitAspek dari

selfSangat umum

Agak

evaluatifSosiabilita

Produk faktor genetik dan

lingkunganAtitud

Tersebar di

lingkunganAgak umum

Sangat

evaluatif

Senang/tidak

senang

Mungkin

mengawali/mengarahkan tingkah

laku Habit

Respon

tertentu

untuk

stimulus

tertentu

Kurang umumKurang

evaluatifBersalaman

Unik

Tipe Nomotetik Sangat umumKurang

evaluatifIntroversi

2.2.4 Trait dan konsistensi pribadi

Page 14: Teori Gorgon Allport

Trait dimiliki seseorang melalui kerjasama antara aspek-aspek keturunan dengan aspek

lingkungan-belajar. Trait membuat tingkah laku orang menjadi konsisten, karena memakai pola

sesuai dengan trait yang dimilikinya. Ketidaktepatan (inconsistency) yang jelas di dalam tingkah

laku individu relative akan sering ditemukan. Hal ini tidak berarti, bahwa setiap kepribadian itu

mempunyai integrasi sempurna. Disosiasi dan pendesakan/penekanan mungkin ada dalam tiap

kehidupan.

Page 15: Teori Gorgon Allport

2.3 PROPRIUM

Traits Gregarius membuat stimulus nonton film dan ke gereja direspon secara sama, yakni

mengajak teman.

Membuat orang lain nyaman

Membagi kepercayaan

Ke Gereja

Mengajak teman

Respon

Kumpul Keluarga

Menulis Surat

Peduli, setia

Nonton Film

Stimulus

Trait Gregarius

Page 16: Teori Gorgon Allport

Proprium adalah sesuatu yang mengenainya kita segera sadar, sesuatu yang kita fikirkan

sebagai bagian yang hangat, sentral, dan privat dari kehidupan kita. Sebelum proprium muncul

dan berkembang, tidak ada kesadaran diri dari individu. Ketika bayi lahir, belum ada pemisahan

‘aku’ dengan ‘bukan aku’(belum ada perasaan kesadaran diri); mereka mereaksi lingkungan

secara otomatis dan reflektif, tanpa perasaan diri yang menjadi penengah antara stimulus dengan

responnya.

Allport mengemukakan pendapat bahwa hendaknya semua fungsi self atau ego ini di sebut

fungsi proprium daripada kepribadian. Fungsi-fungsi ini (termasuk kesadaran jasmani, self

identity, self esteem, self extention, rational thingking, self image, propriate strivng, dan fungsi

mengenal) semuanya adalah bagian-bagian yang vital daripada kepribadian. Dalam bidang inilah

terdapat akar daripada consistency yang menandai sikap intense dan evaluasi. Allport

menggunakan istilah proprium untuk mengacu kepada perilaku dan karakteristik yang dianggap

hangat, sentral, dan penting dalam hidup seseorang. Tetapi proprium bukan keseluruhan pribadi,

karena banyak karakteristik dan perilaku seseorang tidak hangat atau sentral yang berada

ditepian pribadi.

Proprium mencakup nilai-nilai pribadi yang merupakan bagian dari suara hati yang bersifat

personal dan konsisten dengan keyakinan seorang yang dewasa. Proprium itu tidak dibawa sejak

lahir tetapi berkembang didalam perkembangan individu. Ada delapan aspek perkembangan

proprium;

a. Usia 0-3 tahun, perkembangan 3 aspek proprium:

1. Aspek diri fisik (sense of bodily self); muncul kesadaran tentang fisik, yang tampak

dari usaha untuk memanipulasinya secara sengaja.

Page 17: Teori Gorgon Allport

2. Aspek identitas diri yang berkesinambungan (sense of continuing self identity);

anak menyadari bahwa dirinya tetap orang yang sama walaupun terus berubah

berkembang. Ditandai dengan mengenal “nama diri” sebagai identitas diri.

3. Aspek bangga diri (self esteem); mengembangkan perasaan bangga dengan

kemampuan diri sendiri.

b. Usia 4-6 tahun, muncul dua aspek proprium:

4. Aspek perluasan diri, anak mulai menyadari keberadaan objek dan orang lain, dan

mengidentifikasi objek-objek yang menjadi bagian milik mereka.

5. Aspek gambaran diri, mencakup pandangan actual dan ideal mengenai diri sendiri,

bagaimana anak memandang diri sendiri dan harapannya mengenai bagaimana

seharusnya dirinya. Pandangan actual dan ideal ini berkembang melalui interaksi

dengan orang tua, yag membuat anak menjadi sadar mengenai apa yang menjadi

harapannya dan tingkah laku yang memenuhi harapan dan member kepuasan.

c. Usia 6-12 tahun

6. Aspek penguasaan rasional; muncul sesudah anak menyadari dia memiliki

kemampuan berpikir rasional yang dapat dipakai untuk memecahkan masalah. Anak

menyadari dirinya dapat menangani masalah secara rasional dan logis.

d. Usia remaja

7. Aspek berusaha memiliki; yang mencakup tujuan jangka panjang. Ini menjadi tahap

akhir, yakni kesadaran eksistensi diri dalam tujuan atau pencapaian jangka panjang.

Pandangannya mengarah ke masa depan, dan untuk itu dia menyusun rencana-

rencana. Menurut Allport, baru ketika orang dapat membuat rencana berjangka

panjang, bangunan self menjadi lengkap.

Page 18: Teori Gorgon Allport

e. Usia dewasa

8. Diri sebagai si tahu(yang paling tahu); totalitas dari semua 7 aspek yang terdahulu,

kesadaran tentang diri sendiri.

2.4 MOTIVASI

Dua ciri teori motivasi Allport adalah penolakannya terhadap masa lalu sebagai elemen

penting motivasi dan pendapatnya yang kuat mengenai pentingnya proses kognitif seperti tujuan,

dan rencana dari motivasi orang dewasa. Sifat-sifat motivasi menurut Maslow;

1. Kontemporer, hal masa lalu bisa menjadi motivasi hanya kalau kini juga menjadi

kekuatan pendorong.

2. Pluralistic, tidak dapat disederhanakan menjadi beberapa drive seperti mencari

kenikmatan, mengurangi tegangan, atau kekuatan rasa aman.

3. Melibatkan proses kognitif; membuat perencanaan tujuan secara sadar.

4. Kongkrit dan nyata; dibatasi secara kongkrit, bukan sesuatu yang abstrak.

2.4.1 Otonomi fungsional

Allport mendefinisikan otonomi fungsional sebagai system motivasi yang dibutuhkan

dimana tegangan yang terlibat tidak sama jenisnya dengan tegangan-tegangan terdahulu,

yang membuat system yang dibutuhkan perkembangan. Dengan kata lain ketika motif

awal seseorang menjadi motif baru, secara historis, dia masih bersambungan dengan

motif asli, namun secara fungsional sudah otonom darinya. Otonomi fungsional

memandang motif-motif orang dewasa beranekaragam, mandiri sebagai system

kontemporer, berkembang dari system anteseden tetapi secara fungsional tidak

tergantung kepada system itu.

Page 19: Teori Gorgon Allport

Secara umum, konsep otonomi fungsional yakin bahwa sejumlah, tidak semuanya,

motif manusia yang secara fungsional independen dari motif asalnya bertanggung jawab

bagi perilaku tertentu. Otonomi fungsional berarti motif-motif yang ada sekarang tidak

berhubungan dengan asal usulnya diwaktu yang telah lalu.Contohnya: seseorang awalnya

bisa membuka kebun untuk menutupi kebutuhan laparnya, tetapi akhirnya menjadi

tertarik dengan aktifitas berkebun demi aktifitas itu sendiri.

Allport kemudian mendata empat persyaratan bagi teori motivasi yang adekuat,

otonomi fungsional jelas memenuhi setiap criteria ini;

1. Teori motivasi yang adekuat akan mengakui kekinian motif-motif.

2. Hanya teori pluralitiklah yang sanggup menerima berbagai tipe motif manusia.

3. Teori ini melukiskan kekuatan dunia dinamis proses-proses kognitif seperti

membuat perencanaan dan menentukannya.

4. Sebuah teori motivasi adekuat memberikan perhatian pada keunikan motif-motif.

Menurut Allport, ada dua tingkat otonomi fungsional;

1. Otonomi fungsional terbiasa

Otonomi fungsional terbiasa adalah kecenderungan suatu pengalaman

mempengaruhi pengalaman berikutnya. Mula-mula remaja belajar merokok

karena ingin ‘menjadi hero’ tetapi sesudah itu ia merokok karena ingin merokok.

2. Otonomi fungsional propriate

Adalah motivasi yang berhubungan dengan gambaran diri yang lebih

esensial. Otonomi fungsional propriate dapat ditemukan pada tingkat tertinggi

organisasi kepribadian, suatu organisasi diri yang kompleks yang menentukan

Page 20: Teori Gorgon Allport

seluruh wujud dari sitem kehidupan yang masak. Komponen utama dari

organisasi propriate ini adalah ‘perasaan diri bertanggung jawab terhadap

kehidupan sendiri’.

Otonomi fungsi pengejawantahan diri lebih mengarah pada diri sendiri

dibandingkan kebiasaan. Nilai adalah contoh paling tepat. Ide tentang otonomi

fungsi pengejawantahan diri nila-nilai ini membawa Allport dan koleganya

mengembangkan kategorisasi nilai-nilai, yaitu:

1. Nilai teoritis, misalnya- nilai tertinggi bagi seorang ilmuwan adalah kebenaran.

2. Nilai ekonomis, misalnya- nilai tertinggi bagi pengusaha adalah manfaat dan

keuntungan.

3. Nilai estetis, misalnya- bagi seorang seniman nilai tertinggi adalah keindahan.

4. Nilai sosial, misalnya- bagi perawat nilai tertinggi adalah menyayangi orang lain.

5. Nilai polotis, misalnya- bagi polotisi nilai tertinggi dalah kekuasaan.

6. Nilai religious, misalnya- bagi seorang mistikus nilai tertinggi adalah

kamanunggalan.

Umumnya kita memiliki sebagian besar nilai ini dengan cara yang

moderat, dan hanya akan memandang satu dua nilai tersebut secara negative.

3. Otonomi fungsional ketertantangan

Elemen paling mendasar dari otonomi fungsional adalah otonomi otonomi

fungsional ketertantangan. Otonomi fungsional ketertantangan ini bisa

ditemukan pada hewan dan manusia, didasarkan pada prinsip-prinsip neurologis

sederhana.

Page 21: Teori Gorgon Allport

4. Otonomi fungsional kemanfaatan.

System penguasaan motivasi yang menghargai kesatuan pribadi adalah

otonomi fungsional kemanfaatan yang mengacu kepada motif-motif pertahanan

diri bagi proprium. Pada umumnya motif saat ini adalah otonomi fungsional

untuk mencari tujuan-tujuan baru yang berarti perilaku akan terus berlanjut

meskipun motivasinya sudah berubah. Contohnya, seorang anak yang pertama-

tama belajar berjalan, termotivasi oleh sejumlah dorongan pendewasaan, tetapi

kemudian dia mulai berjalan untuk meningkatkan mobilitas atau membangun rasa

percaya dirinya.

2.4.2 Tingkah laku yang bukan otonomi fungsional

Allport mengemukakan ada 8 jenis tingkah laku yang tidak dibawah control motif

otonomi fungsional;

1. Tingkah laku yang muncul dari dorongan biologis; makan minum, tidur, bernafas,

dll

2. Reflex; mengedip, mengangkat lutut, dll.

3. Peralatan konstitusi; kecerdasan, bentuk tubuh, temperamen, kesehatan

4. Habit; beberapa habit termasuk otonomi fungsional, lainnya tidak ada motivasi

sama sekali.

5. Tingkah laku yang tergantung pada penguat primer

6. Motif yang terkait langsung dengan usaha mereduksi dorongan dasar.

7. Tingkah laku non-produktif; kompulsi, fiksasi, regresi.

8. Sublimasi; kalau motif yang asli disublimasikan ke motif yang lain.

Page 22: Teori Gorgon Allport

2.4.3 Prinsip-prinsip otonomi propriate

Menurut Allport, otonomi propriate berfungsi dengan memakai tiga prinsip kerja;

1. Mengorganisir tingkat energy; prinsip ini tidak menjelaskan bagaimana motif

berkembang, atau tertransformasi dari motif yang mendahuluinya.

2. Penguasaan dan kompetensi; otonomi propriate mendorong orang mencapai

tingkat tertinggi dalam memuaskan motifnya.

3. Pola propriate; motif-motif propriate tidak saling terpisah satu dengan yang

lain. Mereka saling tergantung dalam struktur self, dimana mereka bermukim.

Pola propriate adalah usaha untuk memiliki kepribadian yang konsisten dan

integral.

2.4.4 Hubungan antara otonomi fungsional dengan motivasi masa lalu

Proprium tempat beradanya motivasi dan otonomi fungsional adalah fenomena yang

berkembang, sehingga mengesankan motivasi juga berhubungan dengan masa lalu.

Propriumlah yang menentukan bentuk tingkah laku mana yang akan otonom. Proprium

sendiri agar terus berkembang, berusaha memperoleh kekuatan motivasi yang berakar

pada masa kini dan masa yang akan dating, dan membuang motivasi masa lalu. Karena

itulah Allport mengukur kemasakan dari seberapa jauh motivasi seseorang menjadi

otonom.

2.4.5 Motivasi sadar dan taksadar

Allport menekankan pentingnya motivasi sadar, lebih dari pakar kepribadian

lainnya. Allport mengenali kenyataan adanya motivasi yang didorong oleh impuls

Page 23: Teori Gorgon Allport

masa anak-anak dan dorongan sublimasi. Secara psikologis, orang dewasa yang

masak dan sehat sebagian besar tingkah lakunya dimotivasi oleh pikiran sadar,

sehingga peran proses tak sadar dalam tingkah laku sangat kecil.

2.5 PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN

2.5.1 Perkembangan masa bayi

Allport memandang bayi yang baru lahir sebagai makhluk hereditas,

primitive drive, dan reflex behavior. Bayi tidak memiliki kepribadian. Bayi lahir

membawa potensi tertentu, seperti fisik dan temperamen, tetapi pemenuhan

potensi ini menunggu pertumbuhan dan maturasi. Bayi dapat memberi respon

spesifik dalam bentuk reflex, seperti mengisap dan menelan. Menurut Allport,

sumber motivasi tingkah laku bayi adalah arus aktivitas yang mengatur bayi untuk

beraksi.

2.5.2 Perkembangan masa dewasa

Penentu utama tingkah laku dewasa yang masak adalah seperangkat sifat

yang terorganisir dan seimbang, yang mengawali dan membimbing tingkah laku

sesuai dengan prinsip otonomi fungsional.

2.5.3 Kualitas kepribadian yang masak

a) Perluasan perasaan diri

b) Mengakrabkan diri dengan orang lain

c) Keamanan emosional, penerimaan diri

d) Persepsi, keterampilan, tugas yang realistis

Page 24: Teori Gorgon Allport

e) Objektifitas diri; insight dan humor

f) Menyatukan filsafat hidup

Adapun sumber lain juga menyebutkan perkembangan kepribadian Allport;

a. Kanak-kanak

Allport memandang masa kanak-kanak itu semata-mata sebagai makhluk yang

diperlengkapi dengan keturunan-keturunan, dorongan-dorongan/nafsu-nafsu, dan

refleks-refleks.

b. Transformasi kanak-kanak

Perubahan-perubahan yang dimulai saat masa kanak-kanak sampai dewasa

diantaranya;

1. Differensiasi

2. Integrasi

3. Pemasakan

4. ‘belajar’

5. Kesadaran diri

6. Sugesti

7. Self esteem

8. Inferiority, dan kompensasi

9. Mekanisme-mekanisme psikoanalitis

10. Otonomi fungsional

11. Reorientasi mendadak trauma

12. Extension of self

Page 25: Teori Gorgon Allport

13. Self- objectification, insting, and humor

14. Pandangan hidup pribadi

c. Orang dewasa

Pada orang dewasa factor-faktor yang menentukan tingkah laku adalah sifat-sifat

yang terorganisasikan dan selaras. Untuk memahami manusia dewasa, tidak dapat

dilakukan tanpa mengerti tujuan-tujuan serta aspirasinya. Motif-motifnya

terutama tidak berakar pada masa lampau, tetapi bersandar pada masa depan.

Menurut Allport, pribadi yang telah dewasa itu pada pokoknya harus memiliki

hal-hal dibawah ini;

i. Extension of self

Yaitu bahwa hidupnya tidak harus terikat secara sempit kepada kegiatan-

kegiatan yang erat hubungannya dengan kebutuhan-kebutuhan serta

kewajiban-kewajiban yang langsung. Suatu hal yang penting pada extension

of the self itu adalah proyeksi ke masa depan.

ii. Self-objectification

Insight

Yakni kecakapan individu untuk mengerti dirinya.

Humor

Yang dimaksud dengan humor disini tidak hanya berarti

kecakapan untuk mendapatkan kesenangan dan hal yang

mentertawakan saja, melainkan juga kecakapan untuk

mempertahankan hubungan positif dengan dirinya sendiri dan

Page 26: Teori Gorgon Allport

objek-objek yang disenangi, serta menyadari adanya

ketidakselarasan dalam hal ini.

iii. Filsafat hidup

Walaupun individu itu harus dapat obyektif dan bahkan menikmati

kejadian-kejadian dalam hidupnya, namun haruslah ada latar belakang

yang mendasari segala sesuatu yang dikerjakannya, yang member arti

dan tujuan. Religi merupakan salah satu hal penting dalam hal ini.

Menurut Allport, manusia itu adalah organisme yang pada waktu lahirnya adalah

makhluk biologis, lalu berubah/berkembang menjadi individu yang egonya selalu

berkembang, struktur-struktur sifatnya meluas, dan merupakan inti daripada tujuan-tujuan

dan aspirasi-aspirasi masa depan.

Page 27: Teori Gorgon Allport

BAB III

KESIMPULAN dan SARAN

3.1 KESIMPULAN

Allport adalah salah satu teoretikus yang benar tentang banyak hal dan mampu

melampauinya. Teorinya dalah salah satu teori humanistic paling awal dan berpengaruh

besar pada teoretikus-teoretikus lain seperti Kelly, Maslow dan Rogers. Nmaun,

kelemahan teorinya adalah penggunaan kata “sifat yang menyebabkan tidak diterimanya

dia dikalangan behaviorisme, yang memang tidak mau mengkaji apa pengertian dasar

yang diberikan Allport pada kata ini. Tapi itulah kelemahan psikologi secara umum dan

terutama psikologi kepribadian: mengabaikan masa lalu, teori dan penelitian-penelitian

orang lain.

Allport membagi pengertian dari sifat menjadi dua pengertian; sifat umum, yakni

sifat-sifat yang dimiliki bersama oleh banyak orang, dan sifat individual yang merupakan

manifestasi trait umum pada diri seseorang.

3.2 SARAN

Setelah melalui studi pustaka dan diskusi kelompok, selesailah makalah ini.

Sepenuhnya kami sadar akan banyaknya kekurangan di beberapa titik. Banyak

penafsiran-penafsiran serta pendapat yang berbeda dan itu semua tidak lepas dari sifat

fitrah dari penulis sebagai manusia yang memiliki banyak keterbatasan. Jadi maklumlah

kiranya, jika terdapat berbagai pendapat yang penulis simpulkan. Oleh semua itu, jika

Page 28: Teori Gorgon Allport

sampai terdapat beberapa perbedaan pendapat, tentunya bisa di pelajari. Maka, besar

harapan kami adanya respon dari pembaca terhadap makalah ini.

Lepas dari itu semua kami berharap makalah ini dapat memberikan pengetahuan

baru bagi siapapun pembacanya. Selanjutnya kami ingin berterima kasih kepada dosen

pembimbing dan rekan-rekan yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah

sederhana ini. Terimakasih. . .

Page 29: Teori Gorgon Allport

DAFTAR PUSTAKA

Suryabrata, Sumadi. 2010. Psikologi Kepribadian. Jakarta : Rajawali Pers

Feist, Jess and Gregory J. Feist(2002). Theories Of Personality 6th edition. Yogyakarta : Pustaka

Pelajar

Alwisol(2009). Psikologi Kepribadian. Malang : UMM Press

Boeree, C. George(2007). Personality Theories.Yogyakarta : Ar-Ruzz Media

http://id.wikipedia.org/wiki/Gordon_Allport

http://www.psychologymania.com/2010/03/gordon-allport-tokoh-psikologi.html