Upload
kristin-mclaughlin
View
305
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep ISPA
1. Definisi ISPA
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah proses infeksi akut
berlangsung selama 14 hari, yang disebabkan oleh mikroorganisme dan
menyerang salah satu bagian, dan atau lebih dari saluran nafas, mulai dari
hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah), termasuk jaringan
adneksanya, seperti sinus, rongga telinga dan pleura (Depkes, 2009).
Istilah ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran pernapasan
Akut, istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa inggris, Acute Respiratory
Infection (ARI). Istlah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran
pernafasan dan akut, dengan pengertian sebagai berikut (Rasmaliah, 2004) :
a. Infeksi adalah masuknya kuman atau Mikroorganisme ke dalam tubuh
manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
b. Saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung hingga Alveoli
beserta organ Adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan
pleura. ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas,
saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan
9
10
organ saluran pernafasan lainnya. Dengan batasan ini, jaringan paru
termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory track).
c. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari.
Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk
beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA, proses ini dapat
berlangsung lebih dari 14 hari.
Dari beberapa pengertian diatas, maka penulis dapat mengambil
kesimpulan bahwa ISPA adalah proses infeksi akut yang berlangsung
selama 14 hari yang diakibatkan oleh masuknya mikroorganisme ke dalam
saluran pernafasan yang dapat menyerang satu bagian dan atau lebih dari
saluran pernafasan mulai dari saluran nafas bagian atas sampai saluran
nafas bagian bawah.
2. Klasifikasi ISPA
Menurut Ngastiyah (2005), klasifikasi ISPA terbagi atas :
a. ISPA Ringan : Tandanya : Batuk, pilek, dan kadang disertai demam.
b. ISPA sedang (Pneumonia) : Ditandai batuk pilek disertai nafas cepat (lebih
dari normal).
Tidak normal jika jumlah nafas :
1) Untuk anak usia 2 bulan s/d 1 tahun >50 x/menit
2) Untuk anak usia 1 s/d 5 tahun >40 x/menit
c. ISPA Berat (Pneumonia Berat) : Ditandai dengan : Adanya tarikan dinding
dada ke dalam.
3. Penyebab ISPA
11
Infeksi saluran pernafasan akut merupakan kelompok penyakit yang
kompleks yang disebabkan oleh berbagai etiologi. Kebanyakan infeksi
saluran pernafasan akut disebabkan oleh virus. Penyebab ISPA terdiri dari
300 lebih jenis bakteri, virus dan jamur. Bakteri penyebab ISPA misalnya :
Streptokokus, Hemolitikus, Stafilokokus, Pnemokokus, Henofilus Influenza,
Bordetella Pertusis, dan Korinebakterium Difteria (Ngastiyah, 2005).
Secara umum faktor resiko penyebab ISPA pada anak adalah faktor
lingkungan, faktor individu anak, dan faktor perilaku.
a. Faktor Lingkungan
1) Rumah
2) Kepadatan hunian (crowded)
3) Status sosial ekonomi
4) Kebiasaan merokok
5) Polusi Udara
b. Faktor individu Anak
1) Umur anak
2) Berat Badan Lahir
3) Status Gizi
c. Faktor perilaku
Faktor perilaku dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit
ISPA pada bayi dan balita dalam hal ini adalah praktek penanganan ISPA
di keluarga baik yang dilakukan oleh ibu ataupun anggota keluarga
lainnya. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang
12
berkumpul dan tinggal dalam suatu rumah tangga, satu dengan yang
lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu atau beberapa
anggota tergantung keluarga mempunyai masalah kesehatan, maka akan
berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya (Ngastiyah, 2005).
Peran aktif keluarga/masyarakat dalam menangani ISPA sangat
penting karena penyakit ISPA merupakan penyakit yang ada sehari-hari
di dalam masyarakat atau keluarga. Hal ini perlu mendapat perhatian
serius oleh kita semua karena penyakit ini banyak menyerang balita,
sehingga ibu balita dan anggota keluarga yang sebagian besar dekat
dengan balita mengetahui dan terampil menangani penyakit ISPA ini
ketika anaknya sakit (Depkes, 2002).
Keluarga perlu mengetahui tanda keluhan dini pneumonia dan kapan
mencari pertolongan dan rujukan pada sistem pelayanan kesehatan agar
penyakit anak balitanya tidak menjadi berat. Berdasarkan hal tersebut
dapat diartikan dengan jelas bahwa peran keluarga dalam praktek
penanganan dini ISPA tingkat keluarga yang kurang/buruk akan
berpengaruh pada perjalanan penyakit dari yang ringan menjadi
bertambah berat (Ngastiyah, 2005).
4. Patofisiologi ISPA
ISPA didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang
disebabkan oleh bakteri Staphylococus, Haemophylus, Influenzae atau virus
dan bakteri yang lain (Ngastiyah, 2005).
13
Dari saluran pernafasan bagian atas kemudian sebagian kuman
tersebut masuk ke dalam saluran pernafasan bagian bawah dan
menyebabkan terjadinya infeksi kuman di tempat tersebut, sebagian lagi
masuk ke pembuluh darah dan menginfeksi saluran pernafasan dengan
gambaran sebagai berikut : (Ngastiyah, 2005).
a. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi
pembuluh darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan
alveoli.
b. Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam
saluran pencernaan dan menginfeksinya mengakibatkan terjadinya
peningkatan flora normal dalam usus, peristaltik meningkat akibat usus
mengalami malabsorbsi dan kemudian terjadilah diare yang beresiko
terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Masuknya bakteri atau virus ke saluran pernafasan dapat
mengakibatkan peradangan bronkus dan alveoli. Inflamasi bronkus
ditandai adanya penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk
produktif, ronchi positif dan mual. Bila penyebaran kuman sudah
mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli,
fibrosis, emfisema dan atelektasis.
Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan nafas, sesak
nafas dan nafas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi
paru dan penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang berfungsi
untuk melembabkan rongga pleura. Emfisema (tertimbunnya cairan atau
14
pus dalam rongga paru) adalah tindak lanjut dari pembedahan.
Atelektasis mengakibatkan peningkatan frekuensi nafas, hipoksemia,
asidosis respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan
yang akan mengakibatkan terjadinya gagal nafas. (Rajawana, 2010,
Program Pemberantasan ISPA, ¶ 2-4 http://www.rajawana.com/jurnal-
artikel/32-health/429-ispa-pdf diperoleh tanggal 16 Maret 2011).
Inhalasi mikroba dengan jalan :
Melalui udara
Aspirasi organisme dari nasofaring
Hematogen
Reaksi inflamasi (nyeri dada, panas, demam, anorexia)
Membran paru meradang dan berlubang (pleuritic pain)
RBC, WBC, dan cairan keluar masuk alveoli
sekresi, edema, bronchospasme (dyspnea, sianosis, batuk)
parsial oklusi
15
daerah paru menjadi padat (konsolidasi)
Luas permukaan membran respirasi penurunan rasio ventilasi perfusi
Kapasitas difusi menurun
Hipoksemia
Gambar 2.1 Patofisiologi ISPASumber : (Anonim, 2009, Pneumonia, ¶ 1 http://www.infeksi.com, diperoleh pada
tanggal 16 Maret 2011).
5. Tanda dan Gejala ISPA
Menurut derajat keparahannya ISPA dapat dibagi menjadi tiga
golongan yaitu (Suyono, 2001) :
a.ISPA ringan bukan pneumonia
Gejala ISPA ringan, seorang anak dikatakan menderita ISPA ringan
jika ditemukan gejala sebagai berikut :
1) Batuk
2) Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan lendir atau
ingus dari hidung
3) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370C atau jika dahi anak
diraba dengan punggung tangan terasa panas.
Jika anak menderita ISPA ringan maka perawatan cukup dilakukan
dirumah tidak perlu dibawa ke dokter atau puskesmas. Di rumah dapat
16
diberi obat penurun panas yang dijual bebas di toko-toko atau apotik
tetapi jika dalam 2 hari gejala belum hilang, anak harus segera dibawa ke
dokter atau puskesmas terdekat.
b. ISPA sedang, pneumonia
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala
ISPA ringan dengan disertai gejala sebagai berikut :
1) Pernafasan lebih dari 50x/menit pada anak umur kurang dari satu
tahun atau lebih dari 40x/menit pada anak satu tahun atau lebih
2) Suhu lebih dari 390C
3) Tenggorokan berwarna merah
4) Timbul bercak-bercak pada kulit menyerupai bercak campak
5) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga
6) Pernafasan berbunyi seperti mendengkur
Dari gejala ISPA sedang ini, orang tua perlu hati-hati karena jika
anak menderita ISPA ringan sedangkan anak badan panas lebih dari
390C, gizinya kurang, umumnya empat bulan atau kurang maka anak
tersebut menderita ISPA sedang dan harus mendapat pertolongan
petugas kesehatan.
1) Bibir atau kulit membiru
2) Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu
bernafas
3) Anak tidak sadar atau kesadarannya menurun
4) Pernafasan berbunyi mengorok dan anak tampak gelisah
17
5) Sela iga tertarik kedalam pada waktu bernafas
Pasien ISPA berat harus dirawat di rumah sakit atau puskesmas
karena perlu mendapat pertolongan dengan peralatan khusus seperti
oksigen dan infus.
6. Penatalaksanaan ISPA
a. Perawatan ISPA di rumah
Berdasarkan petunjuk dari buku pedoman penatalaksanaan ISPA
yang diterbitkan oleh Depkes RI tahun 2006, maka untuk
penatalaksanaannya dapat dilakukan oleh ibu adalah sebagai berikut :
1) Pemberian kompres
Pemberian kompres dilakukan bila anak panas atau demam
yaitu dimana suhu tubuh lebih tinggi dan suhu normal (36,5 – 37,50
C), yaitu 37,50 C atau lebih, pada perabaan tubuh anak teraba panas.
Upaya penurunan suhu dapat dilakukan baik secara farmakologi atau
non farmakologi. Secara farmakologi dapat diberikan antipiretik
sedangkan secara non farmakologi dapat dilakukan berbagai metode
untuk menurunkan demam seperti metode tepid sponge, kompres
dingin, selimut pendingin (selimut hipotermia), penggunaan air
conditioner, atau kipas angin. Tepid sponge merupakan tindakan
penurunan suhu tubuh yang efektif bagi anak yang mengalami
demam tinggi. Berperannya metode tepid sponge dalam menurunkan
suhu tubuh berkaitan dengan adanya proses kehilangan panas dari
kulit ke lingkungan melalui mekanisme konduksi dan evaporasi.
18
Mekanisme kehilangan panas melalui evaporasi adalah kehilangan
panas melalui penguapan yang terjadi secara terus menerus dari
fraktus rspiratorius, mukosa mulut dan kulit.
Selain dari pemberian kompres beberapa hal yang dapat
dilakukan adalah memakaikan anak dengan baju atau selimut yang
tipis seperti katun, karena penggunaan pakaian dan selimut yang
tebal akan menghambat penurunan panas, mengganti pakaian yang
basah karena keringat dengan pakaian kering.
2) Memberikan minuman yang lebih banyak pada anak
Anak dengan infeksi pernafasan dapat kehilangan cairan lebih
banyak dari biasanya terutama jika anak demam atau muntah dan
lain-lain. Anjurkan orang tua untuk memberikan cairan tambahan
menmbah pemberian susu buatan, air putih, susu buah, dan lain-lain.
Kehlangan cairan akan meningkat selama sakit ISPA terutama jika
anak demam dan apabila keadaan ini berlangsung terus menerus
dapat mengakibatkan sesak nafas dan demam. Pemberian hidrasi
yang adekuat merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan
karena demam berkaitan dengan kehilangan cairan dan elektrolit.
3) Istirahat dan tidur
Penderita ISPA biasanya mudah letih, lemah dan depresi
dalam melakukan aktivitas sebaiknya jangan memberikan aktivitas
yang berlebih karena dapat mengurangi kebutuhan energi yang
dibutuhkan oleh tubuh, yang pada saat menderita ISPA anak
19
membutuhkan energi untuk mempertahankan kondisi tubuh dalam
keadaan yang stabil.
4) Membersihkan jalan nafas
Apabila anak terserang ISPA biasanya disertai dengan
adanya batuk pilek, sekret yang mengering dan bertumpuk dihidung
dapat menghalangi jalan nafas saat anak bernafas. Orang tua
sebaiknya membersihkan hidung dan sekret sampai bersih dengan
menggunakan kassa bersih atau kain yang lembut dan dibasahi
dengan air bersih, untuk mencegah terjadinya iritasi pada kulit.
5) Pemenuhan kebutuhan gizi pada penderita
a) Pemberian makan anak selama sakit
Penderita ISPA memerlukan gizi atau makanan dengan menu
seimbang antara sumber tenaga (karbohidrat), sumber pembangun
(protein), dan pengatur (vitamin dan mineral) dengan cukup jumlah
dan mutunya atau tinggi kalori tinggi protein (TKTP) yang diberikan
secara teratur.
b) Pemberian makan setelah sembuh
Pada umumnya anak yang sedang sakit hanya bisa makan
sedikit, oleh karena itu setelah sembuh usahakan pemberian
makanan ekstra setiap satu hari selama satu minggu, atau sampai
berat badan anak mencapai normal. Hal ini akan mempercepat
anak mencapai tingkat kesehatan semula serta mencegah
20
malnutrisi, malnutrisi akan memperberat infeksi saluran pernafasan
dikemudian hari.
c) Pemberian makan pada anak muntah
Anak yang muntah terus dapat mengalami malnutrisi, ibu
harus memberikan makanan pada saat muntahnya reda setiap
selesai jangkitan muntah. Usahakan pemberian makanan sedikit
demi sedikit tapi sesering mungkin selama anak sakit dan sesudah
sembuh. Dengan meneruskan pemberian makanan anak
mencegah kekurangan gizi. Hal ini penting untuk anak dengan
ISPA yang akan mengalami penurunan berat badan cukup besar.
Hilangnya nafsu makan umumnya terjadi selama infeksi saluran
pernafasan.
6) Cara pengobatan
Sesuai dengan kebijakan program Pemberantasan Penyakit Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (P2-ISPA) (Depkes RI, 2006). Pada saat ISPA
ringan hanya diberikan obat parasetamol jika anak panas atau demam.
Jika batuk berikan obat batuk seperti OBH atau obat tradisional yang
dianjurkan oleh petugas kesehatan. Misalnya campuran air jeruk nipis
dan kecap manis atau madu. Pada pemberian obat ini, jaga agar segala
obat yang diberikan oleh dokter atau diberikan oleh puskesmas
dimunum dalam jumlah yang tepat pada saat yang tepat. Pemberian
obat dengan parasetamol ketentuan :
21
Umur Balita Takaran Parasetamol yang diberikan
2 bulan – 6 bulan 1/8 (seperdelapan tablet)6 bulan – 3 tahun ¼ (seperempat tablet)3 tahun- 5 tahun ½ (setengah) tablet
Sumber : Depkes RI, 2006.
Langkah-langkah pemberian obat dalah sebagai berikut :
a) Tentukan dosis yang tepat sesuai dengan umur anak
Kortimoksasol 2 kali sehari selama 5 hari tablet dewasa, 180 mg
Trimetropin + 400 mg sulfametaksasol.
Umur Takaran yang diberikan
2 bulan – 3 bulan6 bulan – 3 tahun
3 tahun – 5 tahun
¼ (seperempat)½ (setengah)
1 (satu) Sumber : Depkes RI, 2006
b) Campurkan tablet antibiotika yang telah digerus dengan makanan
untuk mempermudah anak menelannya. Misalnya bubur. Bila anak
hanya minum ASI, mintalah ibu mencampurkan puyer dengan ASI
secukupnya pada mangkuk yang bersih.
c) Persilahkan orang tua untuk mencoba memberikan antibiotik
tersebut pada anaknya. Anak biasanya lebih mudah disuapi oleh
ibunya. Hal ini merupakan cara untuk memastikan bahwa ibunya
sudah bisa memberikan antibiotika sebelum meninggalkan
puskesmas. Jika anak memuntahkan obat yang diminum sebelum
setengah jam, ulangi pemberian obat tersebut.
d) Mengajarkan kepada orang tua cara memberikan antibiotika di
rumah
22
e) Terangkan sejelas-jelasnya berapa banyak antibiotika setiap kali
pemberian. Berapa kali sehari, dan kapan (jam berapa) harus
diberikan. Buatkan catatan aturan pemakaian itu untuk orang tua.
Bila orang tua tidak dapat membaca, buat petunjuk yang
sederhana.
f) Berilah antibiotika yang cukup untuk 5 hari, jelaskan kepada orang
tua bahwa ia harus memberikan antibiotika itu selama lima hari,
selesaikan pemberian sampai lima hari penuh, walaupun anak
sudah tampak sehat sebelum lima hari.
g) Pastikan bahwa orang tua sudah benar-benar mengerti apa yang
kita jelaskan.
7) Tindakan mencari pertolongan ke pelayanan kesehatan
Tindakan mencari pertolongan kesehatan dengan segera ini,
berkaitan dengan keadaan balita dengan adanya tanda-tanda
memburuk atau bahaya yaitu tidak bisa minum, kejang-kejang,
kesadaran menurun atau sukar dibangunkan, stridor, gizi buruk, sesak
nafas, ada tarikan dinding dada kedalam dan demam. Tanda-tanda ini
disebabkan oleh banyak kemungkinan, dibawah ini akan dijelaskan
masing-masing tanda tersebut (Depkes RI, 2006) :
a) Tidak bisa minum
Anak yang tidak dapat minum, artinya apabila anak memang
tidak dapat minum sama sekali, termasuk anak yang terlalu lemah
untuk minum, waktu diberi cairan tidak mampu untuk menghisap
23
atau menelan atau muntah sehingga tidak ada cairan yang bisa
masuk.
b) Kejang – kejang, kesadaran menurun
Anak yang menderita pneimonia, jika mengalami kejang –
kejang atau kesadaran menurun dapat disebabkan oleh
kekurangan oksigen dan meningitis.
c) Stridor
Stridor adalah inspirasi yang berasal dari saluran pernafasan
Ekstratorak, kadang – kadang terdengar pula pada waktu ekspirasi.
d) Gizi buruk
Anak dengan gizi buruk mempunyai resiko tinggi untuk sakit
dan meninggal karena pneumonia. Hambatan pertumbuhan atau
penurunan berat badan selama sakit ISPA harus dicatat dan ibu
dianjurkan untuk menambah pemberian makanan selama
pemulihan sampai mencapai berat badan yang normal.
e) Sesak nafas
Menghitung frekuensi sesak nafas dilakukan dengan
pengukuran waktu (jam) yang berbunyi setelah satu menit (60 detik).
Frekuensi nafas menurut golongan umur :
Bila anak umur Anak bernafas cepat jika frekuensi nafasnya
< 2bulan2 bulan - < 12 bulan1 tahun – 5 tahun
60x/ menit atau lebih50x/ menit atau lebih40x/ menit atau lebih
Sumber : Depkes RI, 2006.
24
f) Ada tarikan dinding dada kedalam
Anak menunjukan gejala tarikan dinding dada kedalam jika
dinding pada bagian bawah tertarik masuk waktu anak menarik
nafas. Tarikan dinding dada ke dalam terjadi apabila waktu
bernafas.
g) Anak tampak sangat mengantuk
Anak yang tampak sangat mengantuk, lebih banyak tidur pada
waktu yang seharusnya dia terjaga. Tatapan anak tampak
hampa/kosong dan mungkin tridak melihat.
h) Teraba demam atau sangat dingin
Demam sangat umum terjadi pada anak dengan infeksi
saluran pernafasan. Ukur suhu tubuh, jika lebih dari 380C, berarti
anak demam. Jika kurang dari 35,50C berarti dibawah suhu
(hypotermi), jika tidak ada termometer, raba badan anak apakah
panas atau sangat dingin, kadang – kadang tangan dan kaki
dingin karena selimutnya kurang menutup. Bila kaki atau betis
teraba dingin menunjukan anak hypotermi (sangat dingin).
b. Pencegahan ISPA
Keadaan gizi dan keadaan lingkungan emrupakan hal yang penting
bagi pencegahan ISPA. Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk
mencegah ISPA adalah :
1) Mengusahakan agar anak mempunyai gizi yang baik
25
2) Bayi harus disusui sampai usia dua tahun karena ASI adalah
makanan yang paling baik untuk bayi
3) Beri bayi makanan padat sesuai dengan umurnya
4) Pada bayi dan anak, makanan harus mengandung gizi cukup yaitu
mengandung cukup protein (zat putih telur), karbohidrat, lemak,
vitamin dan mineral
5) Makanan yang bergizi tidak berarti makanan yang mahal. Protein
misalnya dapat diperoleh dari tempe dan tahu, karbohidrat dari nasi
atau jagung, lemak dari kelapa atau minyak sedangkan vitamin dan
mineral dari sayuran dan buah-buahan
6) Bayi dan balita hendaknya secara teratur ditimbang untuk mengetahui
apakah beratnya sesuai dengan umurnya dan perlu diperiksa apakah
ada penyakit yang menghambat pertumbuhan.
c. Mengusahakan kekebalan anak dengan imunisasi
Agar anak memperoleh kekebalan dalam tubuhnya anak perlu
mendapatkan imunisasi yaitu DPT (Depkes RI, 2002). Imunisasi DPT
salah satunya dimaksudkan untuk mencegah penyakit pertusis yang salah
satu gejalanya adalah infeksi saluran nafas.
d. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan modal utama bagi
pencegahan penyakit ISPA, sebaiknya perilaku yang tidak mencerminkan
berbagai penyakit. Perilaku ini dapat dilakukan melalui upaya
26
memperhatikan rumah sehat, desa sehat dan lingkungan sehat (Suyono,
2001).
e. Pengobatan segera
Apabila anak sudah positif terserang ISPA, sebaiknya orang tua tidak
memberikan makanan yang dapat merangsang rasa sakit pada
tenggorokan, misalnya minuman dingin, makan yang mengandung vetsin
atau rasa gurih, bahan pewarna, pengawet dan makanan yang terlalu
manis. Anak yang terserang ISPA, harus segera dibawa ke dokter.
ISPA merupakan penyakit penyebab kematian tertinggi pada Balita.
Kriteria penderita ISPA dalam penatalaksanaannya adalah Balita dengan gejala
batuk, pilek, kesukaran bernafas serta sudah ada tarikan dinding dada kedalam.
ISPA tersebut banyak terjadi pada Balita dikarenakan Balita masih rentan
terhadap penyakit dan daya tahan tubuhnya masih kurang (Prabu, 2008, faktor
resiko ispa pada balita, π4, http://putraprabu.wordspress.com, diperoleh tanggal
15 Februari 2011).
B. Konsep Balita
Balita adalah anak dengan usia dibawah 5 tahun dengan karakteristik
pertumbuhan yakni pertumbuhan cepat pada usia 0-1 tahun dimana umur 5
bulan BB naik 2x BB lahir dan 3x BB lahir pada umur 1 tahun dan menjadi 4x
pada umur 2 tahun. Pertumbuhan mulai lambat pada masa pra sekolah kenaikan
BB kurang lebih 2 kg/ tahun, kemudian pertumbuhan konstan mulai berakhir.
(Soetjiningsih, 2002).
27
Balita diharapkan tumbuh dan berkembang dalam keadaan sehat
jasmani, sosial dan bukan hanya bebas dari penyakit dan kelemahan. Masalah
kesehatan balita merupakan masalah nasional, menginggat angka kesakitan dan
angka kematian pada balita masih cukup tinggi. Angka kesakitan mencerminkan
keadaan yang sesungguhnya karena penyebab utamanya berhubungan dengan
faktor lingkungan antara lain; asap dapur, penyakit infeksi dan pelayanan
kesehatan.
Salah satu faktor penyebab kematian maupun yang berperan dalam
proses tumbuh kembang balita yaitu ISPA, penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi. Untuk itu kegiatan yang dilakukan terhadap balita antara pemeriksaan
perkembangan dan pertumbuhan fisiknya, pemeriksaan perkembangan
kecerdasan, pemeriksaan penyakit infeksi, imunisasi, perbaikan gizi dan
pendidikan kesehatan pada orang tua.
Periode usia ini disebut juga sebagai usia prasekolah, yaitu sebagai
berikut :
1. Perkembangan fisik
a. Di awal balita, pertambahan berat badan Balita merupakan singkatan
bawah lima tahun, satu periode usia manusia dengan rentang usia dua
hingga lima tahun, ada juga yang menyebut dengan periode usia
prasekolah. Pada fase ini anak berkembang dengan sangat pesat.
b. Pada periode ini, balita memiliki ciri khas perkembangan menurun
disebabkan banyaknya energi untuk bergerak.
28
2. Perkembangan Psikologis
a. Dari sisi psikomotor, balita mulai terampil dalam pergerakanya
(lokomotion), seperti berlari, memanjat, melompat, berguling, berjinjit,
menggenggam, melempar yang berguna untuk mengelola keseimbangan
tubuh dan mempertahankan rentang atensi.
b. Pada akhir periode balita kemampuan motorik halus anak juga mulai
terlatih seperti meronce, menulis, menggambar, menggunakan gerakan
pincer yaitu memegang benda dengan hanya menggunakan jari telunjuk
dan ibu jari seperti memegang alat tulis atau mencubit serta memegang
sendok dan menyuapkan makanan kemulutnya, mengikat tali sepatu.
Dari sisi kognitif, pemahaman tehadap obyek telah lebih ajeg.
Kemampuan bahasa balita tumbuh dengan pesat. Pada periode awal
balita yaitu usia dua tahun kosa kata rata-rata balita adalah 50 kata, pada
usia lima tahun telah menjadi diatas 1000 kosa kata. Pada usia tiga tahun
balita mulai berbicara dengan kalimat sederhana berisi tiga kata dan
mulai mempelajari tata bahasa dari bahasa ibunya.
Upaya pencegahan terjadinya ISPA dapat dilakukan dengan cara
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat dilingkungan rumah, sedangkan
faktor yang mempengaruhi perilaku tersebut berkaitan erat dengan pengetahuan
dan sikap terhadap penyakit ISPA itu sendiri. Oleh karena itu, pencegahan ISPA
oleh ibu-ibu yang mempunyai anak Balita ISPA sangat penting untuk menurunkan
angka kematian pada Balita, upaya tersebut salah satunya melalui penyuluhan
kesehatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan (Depkes RI, 2003).
29
C. Konsep Penyuluhan Kesehatan
1. Definisi Penyuluhan Kesehatan
a. Penyuluhan kesehatan adalah suatu kegiatan atau usaha untuk
menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau
individu (Notoatmodjo, 2005).
b. Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan
dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan sehingga
masyarakat tidak saja sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa
melakukan suatu anjuran yang ada hubungan dengan kesehatan (Fitriani,
2011).
Dari kedua pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
penyuluhan kesehatan adalah upaya untuk menyampaikan pesan
kesehatan kepada perseorangan atau masyarakat untuk mengubah
perilaku kesehatan melalui proses pendidikan.
2. Tujuan Penyuluhan Kesehatan
Menurut Notoatmodjo (2005), tujuan penyuluhan kesehatan adalah sebagai
berikut :
a. Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam melihat dan
meningkatkan kesehatan.
b. Terbentuknya perilaku sehat yang sesuai dengan konsep hidup sehat
baik fisik, mental dan sosial sehingga menurunkan angka kesakitan dan
kematian.
30
3. Proses Penyuluhan Kesehatan
Prinsip pokok penyuluhan adalah belajar (Notoatmodjo 2003).
Didalam kegiatan belajar terdapat tiga persoalan pokok yakni persoalan
masukan (input), proses dan persoalan keluaran (output). Persoalan
masukan dalam penyuluhan kesehatan adalah menyangkut sasaran belajar
(sasaran didik) yaitu individu, kelompok atau masyarakat yang sedang
belajar itu sendiri dengan berbagai latar belakangnya.
Persoalan proses adalah mekanisme dan interaksi terjadinya
perubahan kemampuan (perilaku) pada diri subjek tersebut. Didalam proses
ini terjadi pengaruh timbal balik, pengajar dan materi atau bahan yang
dipelajari. Sedangkan keluaran adalah merupakan hasil belajar itu sendiri,
yaitu berupa kemampuan atau perubahan perilaku dari subjek belajar.
Proses kegiatan belajar tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Bagan 2.1 Proses BelajarSumber : Soekidjo Notoatmodjo (2003)
4. Metode Penyuluhan Kesehatan
Penyuluhan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau
usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarkat, kelompok atau
individu. Dengan adanya pesan tersebut maka diharapkan masyarakat,
kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan
Input
(subjek belajar)
Output
(hasil belajar)
Proses belajar
31
yang lebih baik. Pengetahuan tersebut akhirnya diharapkan dapat
berpengaruh terhadap perilaku (Notoatmodjo, 2003).
Di bawah ini akan diuraikan beberapa metode penyuluhan yaitu
(Fitriani, 2011) :
a.Metode penyuluhan individual (perorangan), bentuknya antara lain
bimbingan dan interview (wawancara).
b.Metode penyuluhan kelompok
1) Kelompok Besar
Yang dimaksud kelompok disini adalah apabila peserta penyuluhan
itu lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok besar ini
antara lain : ceramah dan seminar.
2) Kelompok Kecil
Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita sebut
sebagai kelompok kecil. Metode-metode yang cocok untuk kelompok
kecil antara lain :
a) Diskusi kelompok
b) Curah pendapat (brain storming)
c) Bola salju (snow balling)
d) Kelompok-kelompok kecil (bruzz group)
e) Memainkan peran (role play)
f) Permainan simulasi (simulation game)
32
c. Metode penyuluhan massa / publik
Metode penyuluhan (pendekatan) masa untuk mengkomunikasikan
pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya
masa / publik. Maka cara yang paling tepat adalah pendekatan masa,
pada umumnya bentuk pendekatan ini tidak langsung, biasanya
menggunakan atau melalui media masa.
Beberapa contoh metode ini, antara lain :
1) Ceramah umum (public speaking)
2) Pidato-pidato atau diskusi tentang kesehatan melalui media
elektronik, baik TV maupun radio.
3) Tulisan-tulisan di majalah atau Koran, baik dalam bentuk artikel
maupun Tanya jawab atau konsultasi tentang kesehatan.
4) Billboard, yang dipasang dipinggir jalan, spanduk, poster, dan
sebagainya. Contohnya : “Ayo ke Posyandu”
5. Media / Alat Peraga Penyuluhan Kesehatan
Alat peraga ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang
ada pada setiap manusia diterima atau dianggap melalui panca indera.
Semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima sesuatu maka
semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian atau pengetahuan yang
diperoleh. Dengan kata lain, alat peraga ini dimaksudkan untuk
mengerahkan indera sebanyak mungkin kepada suatu objek, sehingga
mempermudah resepsi. Macam-macam alat bantu peraga penyuluhan
(Maulana, 2009) :
33
a. Pembagian alat peraga secara umum :
1) alat bantu lihat (Visual aids) : alat yang diproyeksikan dan alat yang
tidak diproyeksikan.
2) alat bantu dengar (Audio aids) : piringan hitam, radio, tape, dan CD.
3) Alat bantu dengar dan lihat : TV, film dan video.
b. Pembagian alat peraga berdasarkan fungsinya :
1) Media cetak : Buklet, Leaflet, Flyer (selebaran), Flip chart (lembar
balik), Rubrik atau tulisan – tulisan pada surat kabar atau majalah
yang membahas tentang kesehatan, poster, foto yang mengungkap
informasi kesehatan.
2) Media elektronik : televisi, radio, video, slide, film strip.
3) Media papan (billboard)
4) Media liburan
c. Pembagian alat peraga berdasarkan pembuatan dan penggunaannya :
1) Alat peraga yang complicated (rumit), seperti film, film strip slide dan
sebagainya yang memerlukan listrik dan proyektor.
2) Alat peraga yang sederhana, yang mudah dibuat sendiri contohnya,
leaflet, poster, spanduk, flannel graph, flif chart, boneka wayang dan
sebagainya.
6. Tahapan Pelaksanaan Pembelajaran Penyuluhan Kesehatan
a. Penyampaian tujuan pembelajaran
b. Penyampaian materi belajar
c. Penggunaan metode belajar
34
d. Penggunaan alat bantu belajar
e. Pelaksanaan evaluasi belajar
7. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan penyuluhan (Fitriani, 2011) :
a. Faktor penyuluh
1) Persiapan
2) Penguasaan materi
3) Penamplan
4) Penguasaan bahasa
5) Intonasi
6) Cara penyampaian
b. Faktor sasaran
1) Tingkat pendidikan
2) Tingkat sosial ekonomi
3) Kepercayaan dan adat
4) Kondisi lingkungan
c. Faktor proses penyuluhan
1) Pilihan waktu
2) Tempat
3) Jumlah sasaran
4) Alat peraga
5) Metode
35
8. Implementasi Penyuluhan Kesehatan
Perawat perlu fleksibel dalam mengimplementasikan berbagai
rencana pengajaran, karena perencanaan mungkin membutuhkan
perbaikan. Petunjuk yang dapat membantu perawat ketika
mengimplementasikan rencana pengajaran (Notoatmodjo, 2003) adalah :
a.Waktu yang optimal untuk masing-masing sesi bergantung pada klien
yang belajar.
b.Kecepatan dari setiap sesi juga mempengaruhi belajar.
c.Keadaan lingkungan dapat menurunkan atau membantu belajar.
d.Alat bantu mengajar dapat membantu perkembangan belajar dan
membantu memfokuskan perhatian klien.
e.Jika menemukan sendiri isi atau substansi, klien akan belajar lebih efektif.
f. Melakukan pengulangan.
g.Materi yang tidak diketahui ke yang diketahui dan hubungan dilihat secara
logis.
h.Menggunakan bahasa orang awam dapat meningkatkan komunikasi.
Penyuluhan kesehatan bisa meningkatkan pengetahuan seseorang terhadap
suatu penyakit. Bila seorang ibu mempunyai pengetahuan yang baik tentang
penyakit ISPA maka ibu dapat memilih alternatif yang terbaik bagi anaknya dan
cenderung memperhatikan hal-hal penting tentang perawatan anaknya. Ibu akan
memenuhi kebutuhan gizi dan memodifikasi lingkungan yang sehat sehingga
dapat mendukung terhadap upaya penanganan anak yang sedang sakit.
Sebaiknya jika ibu tidak mempunyai pengetahuan maka cenderung ibu kurang
36
memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan usaha penanganan anak yang
sedang sakit (Notoatmodjo, 2003).
D. Konsep Dasar Pengetahuan
1. Definisi
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakuakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui pancaindra manusia, yaitu indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan adalah suatu usaha yang mendasari seseorang berfikir
secara ilmiah sedangkan tingkatannya tergantung pada ilmu pengetahuan
atau dasar pendidikan orang tersebut (Nursalam 2003).
Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003),
pengetahuan dan sikap seseorang terhadap kesehatan merupakan salah
satu faktor predisposisi yang mempengaruhi prilaku seseorang. Jadi jika
seorang ibu tidak pernah mendapat informasi tentang ISPA maka akan dapat
mempengaruhi sikap dan perilaku ibu terhadap apa yang harus dilakukan
terhadap anaknya jika menderita ISPA.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, maka pengetahuan
adalah sesuatu yang didapatkan melalui pengamatan indrawi dengan cara
melihat, mendengar, dan merasakan terhadap objek yang ingin diketahuinya,
dan pengetahuan merupakan hasil dan kegiatan seseorang baik berupa
37
penginderaan ataupun pengenalan informasi pada waktu sebelumnya
sehingga menjadi ingatan di waktu sekarang dan masa yang akan datang.
2. Indikator pengetahuan terhadap kesehatan
Menurut Notoatmodjo (2003), indikator-indikator yang dapat digunakan
untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan,
dapat dikelompokan menjadi :
a. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit
b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat
c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan
3. Faktor yang mempengaruhi Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003), perubahan tingkat pengetahuan
seseorang dapat terjadi karena adanya faktor komunikasi yang merupakan
proses pengoperasian rangsangan/stimulus dalam bentuk lambing atau
simbol bahasa atau gerak.
Selanjutnya Notoatmodjo (2003) membagi faktor komunikasi tersebut
ke dalam empat bentuk yaitu:
a. Komunikasi interpersonal, adalah komunikasi di dalam diri sendiri, terjadi
apabila seseorang memikirkan masalah yang sedang atau telah
dihadapinya. Komunikasi ini berkaitan erat dengan pengalaman yang
dialami oleh diri sendiri. Komunikasi interpersonal terjadi apabila
seseorang melakukan pertimbangan-pertimbangan sebelum mengambil
tindakan atau keputusan.
38
b. Komunikasi tatap muka, adalah komunikasi yang paling efektif karena
antara komunikan dan komunikator dapat langsung tatap muka, sehingga
informasi yang disampaikan komunikan langsung dapat direspon pada
saat itu juga. Komunikasi antar pribadi adalah bahasa, baik lisan (melalui
mulut) maupun tulisan. Komunikasi tatap muka dapat terjadi dalam
bentuk pemberian informasi dari orang lain yang mempunyai pengalaman
atau yang telah mengetahui tentang sesuatu hal sebelumnya, baik
melalui bimbingan dan penyuluhan, wawancara, ceramah, seminar,
ataupun tukar pengalaman antar pribadi.
c. Komunikasi media massa, adalah komunikasi dengan menggunakan
saluran media massa seperti : media cetak, media elektronik, papan
nama, spanduk dan yang lainnya. Melalui media massa, komunikasi yang
bertujuan untuk memberikan informasi tentang suatu hal sebagai stimulus
bagi penerima agar mendapatkan respon.
d. Komunikasi organisasi, adalah komunikasi yang terjadi di antara
organisasi, institusi, atau lembaga. Komunikasi organisasi juga dapat
terjadi di antara unit organisasi itu sendiri, seperti antar bagian, antar
seksi, atau antar sub bagian, antar departemen, dan sebagainya.
Bentuk komunikasi yang sering digunakan dalam program kesehatan
guna terutama untuk promosi kesehatan untuk upaya meningkatkan
pengetahuan masyarakat adalah komunikasi tatap muka dan komunikasi
media massa.
39
4. Tingkatan pengetahuan dalam domain kognitif
Dalam Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa pengetahuan yang
tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang pernah dipelajari
sebelumnya termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali sesuatu yang spesifik dan seluruh badan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ini
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan
sebagainya.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap suatu objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya
terhadap suatu materi yang dipelajarinya.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata. Aplikasi disini dapat
40
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,
metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lainnya.
d. Analisis (Analysis)
Analisis diartikan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu
organisasi dan ada ikatan satu dengan yang lainnya. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dan penggunaan kala kerja, seperti
menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokan dan
sebagainya.
e. Sintesis (Sinthesis)
Sintesis merupakan kemampuan untuk meletakan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun,
dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan
sebagainya terhadap suatu teori atau rumus-rumus yang telah ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu mated atau objek. Penilaian-penilaian itu
didasari pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada.
41
5. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang
Menurut Notoatmodjo (2003), faktor yang dapat mempengaruhi
pengetahuan seseorang antara lain:
a. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian
dan kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur
hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan
seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi.
Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk
mendapatkan informasi, baik orang lain maupun dari media massa.
Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula
pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat
kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan
pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula
pengetahuannya. Dalam penelitian ini pendidikan dikategorikan menjadi
pendidikan tinggi (PT/Akademi) dan pendidikan rendah (SD/SLTP/SLTA).
b. Massa Media / Informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non
formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact)
sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.
Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang
dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru.
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti
42
televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh
besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam
penelitian ini informasi dikategorikan menjadi informasi yang berasal dari
media cetak/elektronik dan petugas kesehatan.
c. Sosial ekonomi
Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu
fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial
ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. Dalam
penelitian ini sosial ekonomi dikategorikan menjadi sosial ekonomi tinggi
(pendapatan ≥1.100.000) dan sosial ekonomi rendah (pendapatan ≤
1.100.000).
d. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh
terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada
dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal
balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap
individu. Lingkungan dikategorikan menjadi perumahan biasa dan
kawasan industri.
e. Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap
dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin
43
membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam
masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan
demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu
orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk
membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan
kemampuan verbal dilaporkan hamper tidak ada penurunan pada usia ini.
Usia diambil dari rata-rata responden, sehingga kategori usia terdiri dari
usia < 25 tahun dan usia > 25 tahun.
f. Pengalaman
Pengalaman diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain.
Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan
seseorang.
g. Keyakinan
Keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya
pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bias mempengaruhi
pengetahuan seseorang, baik yang positif maupun yang negatif.
h. Jenis kelamin
Dalam Women’s Studies Encyclopedia dijelaskan bahwa jenis
kelamin adalah suatu konsep kultural yang berupa membuat perbedaan
dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara
laki-laki dan perempuan yang berkembang di masyarakat.
44
i. Pekerjaan
Pengetahuan seseorang yang bekerja biasanya lebih baik dari pada
yang tidak bekerja karena seseorang yang bekerja diluar rumah (sektor
formal) memiliki akses yang lebih baik terhadap berbagai informasi
termasuk informasi mengenai kesehatan (Depkes RI (2001).
Dalam penelitian ini faktor yang akan diteliti hanya usia, pendidikan,
pekerjaan, jenis kelamin, sosial ekonomi, lingkungan dan informasi.
6. Proses penerapan ilmu pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003) dalam Sari (2009) bahwa suatu pesan
yang diterima oleh individu akan melalui lima tahap antara lain:
a. Awareness (kesadaran)
Kesadaran adalah keadaan dimana seseorang sadar bahwa ada suatu
pesan yang disampaikan.
b. Interest (merasa tertarik)
Seseorang mulai tertarik akan isi pesan yang disampaikan
c. Evaluation (Menimbang-nimbang)
Tahap dari penerima pesan mulai mengadakan penilaian keuntungan
dkerugian dari isi pesan yang disampaikan.
d. Trial (mencoba)
Tahap dari penerima pesan mencoba mempraktekan dan melaksanakan
isi pesan dalam kehidupan sehari-hari.