89
A. PENGUKURAN SIFAT DATAR 1. Menghitung Jarak Rumus : Jarak Optis = ( BA – BB) × 100 a. Menghitung Patok Utama rumus: (BA-BB) x 100 P0-P1 = ( 0,605-0.355) x 100 = 25 m P1-P2 = ( 2,239-1,989) x 100 = 25 m P2-P3 = ( 1,791-1,541) x 100 = 25 m P3-P4 = ( 1,267-1,017) x 100 = 25 m P4-P5 = ( 0,485-0,235) x 100 = 25 m P5-P6 = ( 0,399-0,149) x 100 = 25 m b. Untuk Patok Detail rumus: (BA-BB) x 100 P0 a 1 = (1,093-1,063) x 100 = 3 m a 2 = (1,107-1,047) x 100 = 6 m a 3 = (1,529-1,439) x 100 = 9 m a 4 = (1,965-1,851) x 100 = 11,4 m a 5 = (1,251-1,130) x 100 = 12,1 m a 6 = (1,198-1,168) x 100 = 3 m a 7 = (1,930-1,870) x 100 = 6 m P1 b 1 = (1,053-1,023) x 100 = 3 m b 2 = (1,058-0,998) x 100 = 6 m b 3 = (1,307-1,217) x 100 = 9 m

teori_waterpass_theodolit

Embed Size (px)

DESCRIPTION

teori theodolite waterpass

Citation preview

Page 1: teori_waterpass_theodolit

A. PENGUKURAN SIFAT DATAR

1. Menghitung Jarak

Rumus : Jarak Optis = ( BA – BB) × 100

a. Menghitung Patok Utama

rumus: (BA-BB) x 100

P0-P1 = ( 0,605-0.355) x 100 = 25 m

P1-P2 = ( 2,239-1,989) x 100 = 25 m

P2-P3 = ( 1,791-1,541) x 100 = 25 m

P3-P4 = ( 1,267-1,017) x 100 = 25 m

P4-P5 = ( 0,485-0,235) x 100 = 25 m

P5-P6 = ( 0,399-0,149) x 100 = 25 m

b. Untuk Patok Detail

rumus: (BA-BB) x 100

P0 a1= (1,093-1,063) x 100 = 3 m

a2= (1,107-1,047) x 100 = 6 m

a3= (1,529-1,439) x 100 = 9 m

a4= (1,965-1,851) x 100 = 11,4 m

a5= (1,251-1,130) x 100 = 12,1 m

a6= (1,198-1,168) x 100 = 3 m

a7= (1,930-1,870) x 100 = 6 m

P1 b1= (1,053-1,023) x 100 = 3 m

b2= (1,058-0,998) x 100 = 6 m

b3= (1,307-1,217) x 100 = 9 m

b4= (1,498-1,378) x 100 = 12 m

b5= (0,415-0,265) x 100 = 15 m

b6= (1,226-1,196) x 100 = 3 m

b7= (2,784-2,724) x 100 = 6 m

Page 2: teori_waterpass_theodolit

P2 c1= (0,743-0,713) x 100 = 3 m

c2= (0,659-0,599) x 100 = 6 m

c3= (0,719-0,629) x 100 = 9 m

c4= (1,052-0,932) x 100 = 12 m

c5= (1,288-1,154) x 100 = 13,4 m

c6= (0,218-0,072) x 100 = 14,6 m

c7= (1,378-1,348) x 100 = 3 m

c8= (2,315-2,255) x 100 = 9 m

P3 d1= (1,002-0,972) x 100 = 3 m

d2= (0,995-0,935) x 100 = 6 m

d3= (1,140-1,050) x 100 = 9 m

d4= (1,140-1,020) x 100 = 12 m

d5= (0,620-0,490) x 100 = 13 m

d6= (1,776-1,746) x 100 = 3 m

d7= (2,060-2,000) x 100 = 6 m

P4 e1= (1,160-1,130) x 100 = 3 m

e2= (1,111-1,050) x 100 = 6 m

e3= (1,130-1,040) x 100 = 9 m

e4= (0,939-0,819) x 100 = 12 m

e5= (2,212-2,182) x 100 = 3 m

e6= (2,807-2,747) x 100 = 6 m

Page 3: teori_waterpass_theodolit

P5 f1= (1,425-1,395) x 100 = 3 m

f2= (1,500-1,440) x 100 = 6 m

f3= (1,615-1,525) x 100 = 9 m

f4= (1,685-1,575) x 100 = 11 m

f5= (1,707-1,677) x 100 = 3 m

f6= (2,323-2,263) x 100 = 6 m

P6 g1= (1,273-1,243) x 100 = 3 m

g2= (1,477-1,387) x 100 = 6 m

g3= (1,780-1,703) x 100 = 7,7 m

g4= (1,534-1,453) x 100 = 8,1 m

g5= (1,005-0,915) x 100 = 9 m

g6= (1,910-1,880) x 100 = 3 m

g7= (2,215-2,155) x 100 = 6 m

Page 4: teori_waterpass_theodolit

2. Menghitung Beda Tinggi

Rumus Umum : Tinggi Titik Alat – Benang Tengah

a. Untuk Patok Utama

b. P0-P1 = 1,400-0,488 = 0,920 m

c. P1-P2 = 1,370-2,114 = -0,744 m

d. P2-P3 = 1,290-1,666 = -0,376 m

e. P3-P4 = 1,270-1,142 = 0,128 m

f. P4-P5 = 1,250-0,360 = 0,890 m

g. P5-P6 = 1,550-0,274 =1,276 m

b. Untuk patok detail

P0 a1= 1,400-1,078= 0,322 m

a2= 1,400-1,077= 0,323 m

a3= 1,400-1,484= -0,084 m

a4= 1,400-1,908= -0,508 m

a5= 1,400-1,190= 0,210 m

a6= 1,400-1,183= 0,217 m

a7= 1,400-1,900= -0,500 m

P1 b1= 1,370-1,038= 0,332 m

b2= 1,370-1,028= 0,345 m

b3= 1,370-1,262= 0.108 m

b4= 1,370-1,438= -0,068 m

b5= 1,370-0,340= 1,030 m

b6= 1,370-1,211= 0,159 m

b7 = 1,370-2,754= -1,384 m

Page 5: teori_waterpass_theodolit

P2 c1= 1,290-0,728= 0,562 m

C2= 1,290-0,629= 0.661 m

C3= 1,290-0,674= 0,616 m

C4= 1,290-0,992= 0,298 m

C5= 1,290-1,221= 0,069 m

C6= 1,290-0,145= 1,145 m

C7= 1,290-1,363= -0,073 m

C8= 1,290-2,285= -0,995 m

P3 d1= 1,270-0,987= 0,283 m

d2= 1,270-0,975= 0,295 m

d3= 1,270-1,095= 0,175 m

d4= 1,270-1,080= 0,190 m

d5= 1,270-0,555= 0,715 m

d6= 1,270-1,761=-0,491 m

d7= 1,270-2,030=-0,760 m

P4 e1= 1,250-1,145= 0,105 m

e2= 1,250-1,080= 0,170 m

e3= 1,250-1,085= 0,165 m

e4= 1,250-0,879= 0,371 m

e5= 1,250-2,197= -0,947 m

e6= 1,250-2,777= -1,527 m

Page 6: teori_waterpass_theodolit

P5 f1= 1,550-1,410= 0,14 m

f2= 1,550-1,470= 0,08 m

f3= 1,550-1,570= -0,02 m

f4= 1,550-1,630= -0,08 m

f5= 1,550-1,692= -0,142 m

f6= 1,550-2,293= -0,743 m

P6 g1= 1,350-1,258= 0,092 m

g2= 1,350-1,417= -0,067 m

g3= 1,350-1,742= -0,392 m

g4= 1,350-1,494= -0,144 m

g5= 1,350-0,960= 0,39 m

g6= 1,350-1,895= -0,545 m

g7= 1,350-2,185= -0,835 m

Page 7: teori_waterpass_theodolit

1. Menentukan Sudut Datar

Rumus Umum : Sudut Datar = Sudut Muka – Sudut Belakang

P0 – P1 =

Page 8: teori_waterpass_theodolit

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI ILMU UKUR TANAH

Ilmu ukur tanah adalah ilmu yang berhubungan dengan bentuk muka bumi

(topografi), artinya ilmu yang bertujuan menggambarkan bentuk toporafi

muka bumi dalam suatu peta, dengan segala sesuatu yang ada ada permukaan

bumi seperti kota, sungai, bangunan dan lain-lain, dengan skala tertntu.

B. TUJUAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH

1. Tujuan Praktikum Ilmu ukur tanah

a. Mahasiswa dapat mengetahui syarat penggunaan waterpass, mengenal

dan menggunakan pesawat theodolith dan GPS

b. Mahasiswa dapat mengetahui dan mengatasi kesulitan dalam

menggunakan pesawat waterpass, theodolith dan GPS

c. Mahasiswa terampil mengatur alat dan membaca rambu ukur dengan

tepat dalam setiap pengukuran

d. Mahasiswa dapat melakukan atau melaksanakan pengukuran dengan

tepat

e. Mahasiswa dapat mengukur jarak optis dan beda tinggi suatu tempat

2. Tujuan instruksional khusus

a. Mahasiswa dapat membuat perhitungan dengan teliti

b. Mahasiswa dapat menggambarkan hasil pengukuran dengan tepat

c. Mahasiswa dapat membuat peta dengan situasi angka perbandingan

diperkecil, disebut skala peta

Page 9: teori_waterpass_theodolit

C. PRINSIP DASAR PENGUKURUAN

Untuk menghindari kesalahan-kesalahan dalam pengukuran maka seorang

pengukur harus didasarkan pada prinsip pengukuran, yaitu :

1. Perlu adanya pengecekan yang terpisah

2. Tidak ada kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam pengukuran

3. Setiap pengukur telah mengetahui tugas-tugas yang akan dilakukan di

lapangan

D. PETA

1. Definisi Peta

Peta adalah proyeksi sebagian muka bumi pada suatu bidang mendatar

dengan skala tertentu, leh karena permukaan bumi melengkung dan kertas

pada peta itu rata, maka tdak ada bagian dari muka bumi yang dapat

digambarkan tanpa penyimpangan dari bentuk aslinya, namun demikian

untuk areal yang kecil permukaan bumi dapat dianggap sebagai bidang

datar, karena itu peta yang dibuat dengan proyeksi vertikal dapat dianggap

benar (tanpa kesalahan). Bentuk-bentuk penyajiannya antara lain:

1. Peta (jika skalanya kecil)

2. Plan (Jika skalanya besar)

2. Jenis-jenis Peta

Menurut maksudnya, peta dapat dibagi menjadi :

a. Peta jalan raya untuk keperluan tourisme

b. Peta sungai untuk keperluan pelayaran

c. Peta pengairan yang menyatakan daerah pengairan dengan saluran air

d. Peta gelogi yang menyatakan keadaan geologis suatu daerah

Page 10: teori_waterpass_theodolit

MODUL I

PENGUKURAN DENGAN MENGGUNAKAN WATERPASS

I. TUJUAN INSTRUKSI UMUM

1. Mahasiswa dapat mengetahui syarat penggunaan waterpass.

2. Mahasiswa dapat mengenal dan menggunakan alat waterpass.

3. Mahasiswa dapat mengetahui dan mengatasi kesulitan-kesulitan dalam

menggunakan pesawat waterpass.

4. Mahasiswa terampil mengatur alat dan membaca rambu ukur dengan tepat

dalam setiap pengukuran.

5. Mahasiswa dapat mengukur jarak optis dan beda tinggi suatu tempat.

6. Mahasiswa dapat membaca skala lingkaran pada pesawat waterpass.

II. TUJUAN INSTRUKSI KHUSUS

1. Mahasiswa Dapat melaksanakan pengukuran profil memanjang dan profil

melintang.

2. Mahasiswa dapat melaksanakan pengukuran peta situasi dengan menyipat

datar.

3. Mahasiswa dapat melaksanakan perhitungan kuantitas / volume hasil

pekerjaan.

4. Mahasiswa dapat menggambar hasil pengukuran.

Page 11: teori_waterpass_theodolit

III. PERALATAN

1. Pesawat Waterpass dan kelengkapan

2. Statif

3. Uting-unting

4. Rambu ukur

5. Pita ukur/ Roll meter

6. Patok/paku

7. Alat-alat tulis

8. Payung

IV. TINJAUAN PUSTAKA

Suatu tempat di permukaan bumi selain dapat ditentukan posisi

mendatarnya dapat juga ditentukan posisi tegaknya. Tinggi suatu titik dapat

diartikan tinggi titik tersebut terhadap suatu bidang persamaan yang telah

ditentukan.

Pengukuran-pengukuran untuk menentukan beda tinggi suatu tempat

debug dapat dilakukan dengan berbagai cara mulai dari yang paling kasar

sampai yang teliti, yaitu secara: Barometris, Trigonometris dan secara

waterpassing (Leveling). Namun yang akan dibahas pada modul ini adalah

mengenai pengukuran waterpass.

Pengukuran tinggi cara waterpass adalah untuk menentukan beda tinggi

secara langsung untuk membuat garis bidik horizontal. Alat yang digunakan

adalah waterpass.

Pemakaian waterpass selanjutnya dapat diterapkan pada pekerjaan-

pekerjaan : pembuatan jalan, saluran irigasi, pematangan tanah, dll.

Pesawat waterpass merupakan alat yang berfungsi menentukan beda tinggi

suatu tempat dengan batas antara 0 – 3 m, untk ketinggian di atas 3 masih bisa

hanya saja akan menghabiskan waktu yang banyak.

Page 12: teori_waterpass_theodolit

Pesawat Waterpass terdiri atas :

a. Teropong Jurusan

Teropong jurusan terbuat dari pipa logam, di dalamnya terdapat susunan

lensa obyektif, lensa okuler, dan lensa penyetel pusat. Didalam teropong

terdapat pula plat kaca yang dibalut dengan bingkai dari logfam

(diafragma), sedang pada plat kaca terdapat goresan benang silang.

b. Nivo

Nivo adalah suatu alat yang digunakan sebagai sarana untuk membuat

arah-arah horizontal dan vertical. Menurut bentuknya nivo dibagi atas dua

yaitu nivo kotak dan nivo tabung. Nivo kotak berada di atas.

Dalam pengukuran waterpass digunakan 3 cara yaitu metode loncat (muka

belakang) dan metode garis bidik serta metode gabungan keduanya.

a. Metode Loncat

Metode loncat biasanya digunakan pada pengukuran jaringan irigasi atau

pengukuran memanjang tanpa diselingi potongan melintang, karena pada

metode loncat, pesawat waterpass berada di tengah-tengah antara patok 1

dan 2 atau berada pada patok genap sedangkan rambu berada pada patok

ganjil. Untuk pengukuran melintang hal ini agak sulit dilakukan karena

pesawat waterpass tidak terdiri di semua patok. Untuk itulah digunakan

garis bidik. Adapun keunggulan dan kelemahan metode loncat adalah

sebagai berikut :

- Metode loncat bisa mengukur jarak dan beda tinggi.

- Tidak efisien digunakan dalam pengukuran jalan yang tiap 25

meter di buat potongan melintang.

- Pesawat harus pas di atas patok sehingga menyulitkan pengukuran

pada areal daerah yang padat (dalam hal ini jalan raya).

Page 13: teori_waterpass_theodolit

b. Metode Garis Bidik

Metode garis bidik merupakan metode yang praktis dalam menentukan

profil melintang dibanding dengan metode loncat. Prinsip kerja metode ini

adalah metode ini hanya mengukur beda tinggi. Adapun keunggulan dan

kelebihannya adalah :

- Garis bidik sangat efsien dalam pengukuran melintang khususnya

di jalan.

- Garis bidik hanya mampu menentukan beda tinggi suatu wilayah

namun tidak bisa membaca jarak.

- Jarak antar patok harus diukur terlebih dahulu.

- Pesawat bisa diletakkan dimanapun yang kita suka karena metode

ini hanya untuk menentukan garis bidik.

c. Metode Gabungan

Metode ini merupakan gabungan dari kedua metode di atas, namun harus

diperhatikan bahwa dalam menentukan beda tinggi suatu wilayah metode

perhitungannya harus tersendiri tidak bisa dicampur baur karena

mempunyai prinsip yang berbeda.

Berdasarkan konstruksinya alat ukur penyipat datar dapat dibagi dalam

empat macam utama :

a. Alat ukur penyipat datar dengan semua bagiannya tetap. Nivo tetap

ditempatkan di atas teropong, sedang teropong hanya dapat diputar dengan

sumbu kesatu sebagai sumbu putar.

b. Alat ukur penyipat datar yang mempunyai nivo reversi dan ditempatkan

pada teropong. Dengan demikian teropong selain dapat diputar dengan

sumbu kesatu sebagai sumbu putar, dapat pula diputar dengan suatu

sumbu yang letak searah dengan garis bidik. Sumbu putar ini dinamakan

sumbu mekanis teropong. Teropong dapat diangkat dari bagian bawah alat

ukur penyipat datar.

Page 14: teori_waterpass_theodolit

c. Alat ukur penyipat datar dengan teropong yang dapat diangkat dari bagian

bawah alat ukur penyipat datar dan dapat diletakkan di bagian bawah

dengan landasan yang terbentuk persegi, sedang nivo ditempatkan pada

teropong.

Karena konstruksi berbeda, maka cara pengaturan pada tiap-tiap macam

alat ukur penyipat datar akan berbeda pula, meskipun syarat-syarat yang harus

dipenuhi untuk semua macam sama.

Dalam konstruksi yang modern, hanyalah macam ke satu dan ke dua yang

dapat mempertahankan diri, dengan perkataan lain: semua alat ukur penyipat

datar yang modern hanya dibuat dalam macam kesatu atau kedua saja.

V. PETUNJUK UMUM

1. Baca dan pelajari lembar kerja ini.

2. Penyetelan pesawat waterpass yang dimaksud adalah pengaturan pesawat

disuatu tempat sampai memenuhi syarat untuk mengadakan pengukuran.

3. Perhatikan dan ingat macam-macam sekrup penyetel dan coba bidik suatu

titik target.

4. Letak rambu ukur harus vertikal.

5. Pelajari buku petunjuk / spesifikasi pesawat yang digunakan.

6. Jangan memutar sekrup sebelum mengetahui kegunaannya.

7. Bekerja dengan hati-hati dan sabar.

8. Bersihkan semua peralatan setelah selesai digunakan.

Page 15: teori_waterpass_theodolit

VI. LANGKAH KERJA

A. Mengatur / Menyetel Pesawat Waterpass

1. Dirikan statik di atas titik yang dimaksud hingga kaki statif

membentuk segitiga sama sisi, dan usahakan platnya mendatar dengan

cara:

a. Buka sekrup pengunci kaki statif, panjangkan seperlunya kemudian

kunci sekedarnya.

b. Injak kaki statif seperlunya hingga cukup stabil.

c. Atur kepala statif (plat level) sedatar mungkin sambil

memperhatikan sekrup pengunci pesawat, kira-kira centering di

atas titik yang dimaksud.

d. Kencangkan sekrup pengunci kaki statif.

2. Pasang pesawat dan kunci sekedarnya sehingga masih mudah digeser-

geser.

3. Pasang unting-unting sedemikian rupa hingga kira-kira 1 cm di atas

titik yang dimaksud.

4. Atur unting-unting dengan menggeser-geser pesawat di atas plat level

hingga betul-betul centering, kemudian kencangkan pengunci pesawat.

5. Sejajarkan teropong dengan dua sekrup penyetel sumbu I (sekrup A &

B) dan ketengahkan gelembung nivo dengan memutar sekrup A, B,

dan C sekaligus hingga gelembung nivo tepat berada di tengah-tengah

lingkaran nivo.

6. Putar teropong ke posisi mana saja, jika gelembung nivo berubah-ubah

steel kembali sekrup penyetel hingga gelembung kembali ke tengah.

7. Lakukan berulang-ulang hingga gelembung nivo tetap di tengah

kemanapun teropong diarahkan, maka sumbu I vertikal dan pesawat

telah siap dipakai.

Page 16: teori_waterpass_theodolit

B. Membidik dan membaca Rambu Ukur

1. Bidik dan arahkan teropong kasar pada bak ukur yang didirikan

vertikal pada suatu titik yang telah ditentukan dengan menggunakan

garis bidik kasar yang ada di atas pesawat.

2. Bila bayangan kabur, perjelas dengan memutar sekrup pengatur lensa

obyektif, dan jika benang silang kabur perjelas dengan memutar sekrup

pengatur diafragma.

3. Impitkan benang silang diafragma dengan sumbu rambu ukur dengan

cara mengatur sekrup penggerak halus.

4. Lakukan pembacaan rambu ukur sebagai berikut:

a. Misal bacaan meter dua decimeter.

BA = 1,500

BT = 1,400

BB = 1,300

b. Pembacaan centimeter ditentukan oleh bentuk hitam putih pada

rambu ukur.

Misal : BA= 0,050

BT = 0,050

BB = 0,050

c. Pembacaan milimeter ditaksir di antara garis centimeter.

Misal : BA= 0,005

BT = 0,005

BB = 0,005

d. Maka hasil pembacaan adalah

BA = 1,500 + 0,050 + 0,005 = 1,555

BT = 1,400 + 0,050 + 0,005 = 1,455

BB = 1,300 + 0,050 + 0,005 = 1,355

Page 17: teori_waterpass_theodolit

5. Pembacaan rambu selesai dan harus memenuhi ketentuan

BA + BB = 2 x BT

(BA - BT) = (BT - BB)

6. Untuk mendapatkan jarak optis digunakan rumus

Jarak = (BA – BB) x 100, dimana benang atas dan benang bawah

satuannya adalah cm

C. Membaca Skala Lingkaran

1. Perhatikan pembagian skala lingkaran pada pesawat tersebut.

2. Tiap 10° dibagi menjadi 10 bagian, berarti tiap bagian besarnya 1°.

3. Baca skala lingkaran yang ditunjuk oleh garis index.

Misal garis index menunjukan pada bilangan puluhan 60° dan atara 5

dan 6 strip bagian kecil, berarti pembacaan 60° + 5° =65°.

4. Harga bacaan menit dikira-kira sesuai dengan letak garis index.

Misal dalam gambar garis index berada ditengah antara 5 dan 6 berarti

mempunyai harga ½ ° atau 30’.

5. Pembacaan akhir pada gambarskala lingkaran di atas adalah :

60° + 5° + 30’ = 65°30’

D. Memeriksa Pesawat Waterpass

a. Mengatur/memeriksa garis arah nivo tegak lurus gbr.I

1. Tempatkan dan steel pesawat waterpass.

2. Ketengahkan nivo dengan sekrup penyetel A, B dan C.

3. Putar teropong ke arah 90° & 180°, jika gelembung nivo tetap

berada ditengah-tengah berarti garis arah nivo tegak lurus sumbu I.

4. Jika setelah teropong diputar 90° & 180°, gelembung nivo berubah

maka atur kembali sekrup penyetel A, B dan C sehingga

gelembung nivo berada di tengah-tengah.

Page 18: teori_waterpass_theodolit

5. Jika pekerjaan di A telah dikerjakan berulang kali tetapi

gelembung nivo tidak bisa ditengah, berarti garis lurus arah nivo

tidak tegak lurus dengan bagian I dan perlu diadakan koreksi nivo.

6. Koreksi nivo dilakukan dengan mengembalikan gelembung nivo

setengahnya dengan sekrup penyetel A, B dan C setengahnya

dikembalikan dengan sekrup koreksi nivo.

b. Memeriksa/mengatur benang mendatar diafragma tegak lurus sumbu I

1. Tempatkan dan steel pesawat sehinga sumbu I tegak lurus seperti

angka penyetelan pesawat waterpass.

2. Bidik suatu titik target sehingga titik tersebut terletak di salah satu

ujung benang mendatar diafragma.

Misal titik target terletak di ujung kiri.

3. Putar teropong ke arah titik tersebut sehingga titik tersebut terletak

di ujung kanan mendatar diafragma.

4. Bila titik tersebut berimpit dengan ujung kanan benang mendatar,

berarti benang mendatar diafragma tegak lurus sumbu I.

5. Jika titik target tersebut tidak berimpit dengan ujung kanan benang

mendatar diafragma, berarti ada kesalahan (benang mendatar

diafragma tidak tegak lurus sumbu I).

6. Untuk mengoreksinya hilangkan setengah dengan mengatur sekrup

koreksi diafragma, maka benang mendatar diafragma akan tegak

lurus sumbu I.

7. Ulangi pekerjaaan ini dari awal sehingga pada pemutaran teropong

dengan sumbu I sebagai sumbu putar titik target tetap berhimpit

dengan benang mendatar diafragma.

Page 19: teori_waterpass_theodolit

c. Memeriksa/mengatur garis bidik sejajar dengan garis arah nivo

1. Tentukan titik A, B, C dan D yang terletak pada satu garis lurus

dan buat jarak AC – CB = BD.

2. Letakkan pesawat dititik C, steel sehingga memenuhi syarat guna

mengadakan pengukuran.

3. Letakkan rambu ukur pada titik A dan B.

4. Baca rambu ukur di A & B dan catat hasil pemacaannya.

Misal : Pembacaan rambu ukur di A = a

Pembacaan ramb ukur di B = b

5. Pindahkan pesawat di D, steel sehingga memenuhi syarat

pengukuran.

6. Baca rambu ukur di A & B.

Misal : Pembacaan rambu ukur di A = C

Pembacaan rambu ukur

7. Hitung beda tinggi A – B berdasarkan bacaan pertama : (a - b) = h1.

8. Hitung beda tinggi A – B berdasarkan bacaan kedua : (c – d) = h2.

9. Jika h1 = h2 berarti garis bidik // garis arah nivo.

10. Jika h1 = h2 berarti garis titik tidak sejajar garis arah nivo dan harus

dikoreksi. (Seperti terlihat pada gambar, jika garis bidik tidak

sejajar dengan garis arah nivo, maka garis bidik akan membentuk

sudut α terhadap garis nivo).

11. Cari harga x dan y.

Lihat ∆ cpd dan ∆ cyt 2

∆ cpd ~ cyt 2 karena d1 = d2 = d3

Maka dx = ⅓ cy

P = d + h1

cp = c – p

dx = ½ c p → x = d – dx

y = c – cy

Page 20: teori_waterpass_theodolit

12. Teropong di arahkan ke rambu ukur A.

13. Dengan sekrup koreksi diafragma benang tengah dikoreksi

sehingga pembacaan sama dengan y.

14. Untuk pengecekan, arahkan teropong ke rambu ukur B dan

pembacaan harus sama dengan x.

E. Pelaksanaan pengukuran waterpassing (Menyipat datar)

1. Metode loncat

Hal penting dalam metode loncat :

a. Tentukan titik-titik travers yang akan dibuat.

b. Dalam pengukuran sebaiknya dilakukan dengan cara rambu

muka pada slag I menjadi rambu belakang pada slag II dan

seterusnya.

c. Untuk mendapatkan ketelitian, sebaiknya pengukuran

dilakukan dua kali (pulang pergi).

d. Hitung hasil pengukuran dan bila perlu digambar profilnya.

Uraian pelaksanaan pengukuran:

a. Pengukuran jarak optis

P0 P1 P2 P3 P4

a.1 Tempatkan dan steel pesawat ditengah-tengah antara titik

P0 dan P2 (slag), slag adalah ruas antara dua patok muka

dan belakang. Penempatan pesawat harus satu garis

dengan P0 dan P2.

a.2 Tempatkan rambu ukur di atas patok. Titik P0 sebagai

rambu belakang dan titik P2 sebagai rambu muka.

a.3 Bidik teropong ke rambu belakang P0 kemudian baca BT,

BA dan BB, kemudian dicatat pada buku ukur.

Page 21: teori_waterpass_theodolit

a.4 Turunkan rambu kemuka tanah pada titik P0 tersebut dan

lakukan pembacaan seperti pada a.3.

a.5 Putar teropong dan bidik rambu muka serta lakukan

pembacaan seperti pada a.3 dan a.4.

a.6 Pesawat dipindahkan ke slag II (antara P2 dan P4). Dengan

cara yang sama dengan langkah a.1 s/d a.5. Lakukan

pembacaan rambu muka dan rambu belakang.

a.7 Begitu seterusnya sampai dengan slag terakhir.

a.8 Jarak P0 dan P2 adalah pesawat ke rambu belakang

tambah jarak pesawat ke rambu muka. Demikian juga

pada slag-slag berikutnya. Pesawat diusahakan

ditempatkan tepat di tengah antara dua titik (P0P2).

b. Perhitungan jarak optis

Perhitungan jarak secara optis dapat dilakukan pada titik-titik

utama dan titik detail.

Rumus jarak optis (D)

D = (BA – BB) x 100

dimana :

D = Jarak datar optis

BA = Bacaan benang atas

BB = Bacaan benang bawah

Bacaan benang tengah (BT) haru memenuhi persyaratan yaitu :

BT = BA + BB 2

Page 22: teori_waterpass_theodolit

Pengukuran jarak titiik-titik detail (tidak langsung) pada titik

profil melintang yang titik utamanya bukan posisi alat, dapat

dilakukan dengan cara phytagoras seperti di bawah ini :

P0 a b P0 a = √(P1a)2 – (P1P0)2

P0 b = √(P1b)2 – (P1P0)2

Dimana :

P0a = Jarak analitis P0 – a

P1 P1a = Jarak optis P1 – a ; P1P2 =Jarak optis melintang

c. Pengukuran jarak rantai

c.1 Tempatkan dan steel pesawat kira-kira ditengah-tengah

antara P0 dan P2 (slag I).

c.2 Tempatkan rambu ukur di P0 sebagai rambu belakang dan

di P2 sebagai rambu muka.

c.3 Bidik teropong ke rambu belakang, baca dan catat

pembacaan BT, BA dan BB.

c.4 Turunkan rambu kemuka tanah pada titik P0 tersebut dan

lakukan pembacaan seperti b.3.

c.5 Putar teropong dan bidik rambu muka serta lakukan

pembacaan rambu muka b.3 dan b.4.

c.6 Ukur jarak P0 P2 (slag I) dengan rantai ukur atau pita

ukur.

c.7 Dengan cara yang sama pengukuran dilanjutkan pada slag

II, III,... sampai slag terakhir.

Page 23: teori_waterpass_theodolit

d. Perhitungan beda tingga (∆ h) pembacaan muka – belakang

a a a

P0 P1 P2

d d d

Menghitung beda tinggi patok utama:

Rumus perhitungan beda tinggi :

∆hP0P1 = BT – BA (untuk pembacaan ke belakang)

(BT di P0 – TA di P1)

dan :

∆hP1P2 = TA – BT(untuk pembacaan ke depan)

(TA di P1 – BT di P2)

dimana : TA = Tinggi Alat

Menghitung beda tinggi patok-patok detail:

Rumus perhitungan beda tinggi:

∆hP0P0a = BT P0 – BT P0a (untuk melintang tanpa

pesawat)

Dan :

∆hP1P1a = TA P1 – BT P1a (untuk melintang titik

pesawat)

2. Metode garis bidik

1. Tentukan patok-patok yang akan diukur dan berikan tanda

sesuai jarak patok tersebut. Misalnya sta 0+00,0+25, sta 0+50

dan sebagainya.

2. Sebelum memberikan tanda ukur jarak antara patok tersbeut

dengan menggunakan roll meter.

3. Dirikan pesawat waterpass ditempat yang kita inginkan dengan

catatan bahwa minimal ada dua titik yang bisa dilihat dari

tempat berdirinya pesawat.

Page 24: teori_waterpass_theodolit

4. Letakkan rambu ukur pada titik awal yang biasanya dikenal

dengan sta 0+00.

5. Arahkan teropong ke arah rambu ukur dan pembacaan ini

dinamakan pembacaan belakang. Setelah itu baca rambu ukur

pada benang tengah sedangkan benang atas dan benang bawah

tidak perlu dibaca. Benang tangah ini merupakan garis bidik

yang menjadi patokan untuk perhitungan beda tinggi titik

selanjutnya. Jika metode pengukuran merupakan metode

gabungan maka bacaan benang atas dan benang bawah untuk

jalur potongan memanjang harus dicatat.

6. Selanjutnya arahkan pesawat kesamping kiri kanan sta 0+00

dan pembacaan ini dinamakan pembacaan detail melintang

jalan.

7. Jika diperlukan data elevasi pada titik alat dan arah

melintangnya maka pembacaan arah melintang pada posisi titik

pesawat juga harus dilakukan untuk memperoleh ketelitian data

profil.

8. Baca benang tengah dari masing-masing titik.

9. Setelah itu lanjutkan ke patok berikutnya, jika patok (sta)

berada didepan pesawat maka pembacaan tersebut dikatakan

sebagai pembacaan depan. Jika semuanya telah selesai

pindahkan pesawat untuk melihat titik selanjutnya.

10. Setelah pesawat dipindahkan, maka arahkan pesawat ke titik

akhir pembacaan pesawat pertama atau dalam hal ini titik yang

diketahui tingginya, karena benang tengah tersebut akan

menjadi garis bidik titik berikutnya.

11. Ulangi langkah kerja diatas sampai pengukuran selesai.

Page 25: teori_waterpass_theodolit

Pengukuran leveling dengan metode garis bidik hanya dapat

dilakukan pada patok-patok yang diketahui jaraknya dan jika tidak

maka digunakan metode leveling loncat dimana pesawat berada

patok genap.

Adapun langkah-langkah perhitungan metode garis bidik yaitu :

a. Tentukan jarak antara patok dnegan menggunakan roll meter.

b. Garis bidik merupakan patokan untuk menentukan beda tinggi

antar patok. Garis bidik diambil dari benang tengah belakang

atau titik ikat yang telah diketahui tingginya. Garis bidik yang

telah ditentukan merupakan patokan bagi titik yang lain

sepanjang pesawat tersebut belum pindah tempat. Jika telah

pindah tempat maka yang diambil sebagai garis bidik adalah

titik yang telah diketahui tingginya.

c. Dalam pengukuran diatas pesawat diletakkan pada titik 0+75

dan yang diambil sebagai garis bidik adalah 0+0, dengan

demikian titik tersebut sebagai patokan untuk titik yang lainnya

baik untuk perhitungan beda tinggi maupun tinggi titik.

d. Menentukan beda tinggi titik

Rumus umum menghitung tinggi garis bidik :

- Jika titik awal (P0) diketahui tingginya dan pesawat di P1

(antara P0-P2):

- Jika titik pesawat (P1) diketahui tingginya :

e. Menghitung tinggi titik

Tinggi garis bidik = Tinggi titik P0 + Benang tengah rambu di P0

Tinggi garis bidik = Titik titik P1 + Tinggi titik alat (TA)

Tinggi titik = Tinggi garis bidik – Benang tengah titik yang dibidik

Page 26: teori_waterpass_theodolit

F. Prosedur pengukuran profil melintang

1. Tentukan posisi dari profil tersebut terhadap travers yang telah

ditentukan dengan cara sebagai berikut :

a. Tempatkan dan steel pesawat pada titik travers yang akan diukur

profilnya sedemikian rupa sehingga sumbu I tepat di atas titik

tersebut. Misal titik P1

b. Bidik teropong ke titik P2, kemudian putar alhidade horizontal

sehingga index lingkaran tepat pada angka nol dari skala lingkaran.

c. Putar teropong, ke kiri atau ke kanan, tergantung dari posisi profil

yang diinginkan, maka buat sudut terhadap P1 P2. Misal 90°.

Kemudian pasang patok pembantu pada ujung profil tersebut,

misal titik a.

d. Putar teropong 180° untuk menentukan ujung lain dari profil

tersebut misal titik b.

2. Dalam hal ini penentuan posisi dari profil, selain dilakukan seperti

langkah no.1 yang bisa dicaca dan dicatat dengan jarak optis dan

beda tinggi. Penentuan posisi dari profil ini dapat juga ditentukan

dengan perkiraan, tergantung kebutuhan.

3. Tempatkan dan steel pesawat pada suatu titik diluar garis profil,

sedemikian rupa sehingga dari titik tersebut dapat membidik

sepanjang profil yang akan diukur (metode tinggi garis bidik).

4. Pasang rambu ukur P1 bidikkan teropong pada rambu ukur tersebut

dan lakukan pembacaan BT, BA dan BB yang tercatat pada rambu

ukur.

5. Pasang rambu ukur pada titik a (dalam hal ini rambu ukur

diletakkan diatas tanah) dan lakukan pembacaan langkah 4.

Page 27: teori_waterpass_theodolit

6. Lakukan pembacaan pada setiap perubahan kemiringan tanah

sepanjang garis profil, misal titik b, c, d, ... dan seterusnya sampai

ke ujung profil yang telah ditentukan.

7. Ukur jarak ab, bc,cd, ... dan seterusnya dengan pita ukur atau rantai

ukur.

8. Pengukuran dilanjutkan pada profil berikutnya (P2,P3,... dan

seterusnya)

9. Hitung dan gambar hasil pengukuran tersebut.

Page 28: teori_waterpass_theodolit

METODOLOGI WATERPASS

Page 29: teori_waterpass_theodolit

BAB II

PENGUKURAN DENGAN MENGGUNAKAN THEODOLITH

A. TUJUAN INSTRUKSI UMUM

1. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip penggunaan theodolith.

2. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran sudut horizontal dan sudut

vertikal dan menghitung jarak atas dasar pembacaan sudut rambu.

B. TUJUAN INSTRUKSI KHUSUS

1. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran sudut dengan metode

yang berbeda-beda.

2. Mahasiswa dapat melakukan perhitungan atas dasar hasil ukur.

3. Mahasiswa dapat menggambarkan situasi dan menghitung luasan

areal.

C. PERALATAN

1. Pesawat Theodolith

2. Statif

3. Rambu ukur

4. Kompas

5. Baterai (bagi pesawat theodolith digital)

6. Unting-unting

7. Patok kayu

8. Meteran

9. Alat tulis-menulis

Page 30: teori_waterpass_theodolit

D. TINJAUAN PUSTAKA

Pengukuran polygon dimaksud menghitung koordinat, ketinggian tiap-tiap

titik polygon untuk itu kita mengadakan pengukuran sudut dan jarak dengan

mengikatkan pada suatu titik tetap seperti titik triangulasi, jembatan dan lain-

lain yang sudah diketahui koordinat dan ketinggiannya.

a. Pengukuran Sudut dan Jarak

Sudut diukur dengan alat ukur theodolith dengan mengarahkan

teropong pada arah tertentu dan kita akan memperoleh pembacaan

tertentu pada plat lingkaran horizontal alat tertentu. Dengan bidikan

kearah lainnya, selisih pembacaan kedua dan pertama merupakan sudut

dari kedua arah tersebut. Jarak dapat diukur dengan rol meter, EDM

atau secara optis dengan theodolith seperti dibawah ini:

BA = Benang Atas

BT = Benang Tengah

BB = Benang Bawah

V = Pembacaan sudut vertikal (helling)

Jarak miring (D’) = (BA-BB) x 100 x sin V

Jarak datar (D) = (BA-BB) x 100 x sin2 V

= D1 sin V

BA

BT

BB

V

Page 31: teori_waterpass_theodolit

b. Menghitung Sudut Datar dan Koreksi

Setelah sudut datar dijumlah dari semua titik yang didapat dari hasil

pengukuran akan terjadi kesalahan, maka dengan itu harus dikoreksi

sesuai dengan banyknya titik pengukuran.

Bila sudut-sudut yang diukur berupa segi banyak (polygon) maka:

Jumlah sudut : (2n-4) x 900 untuk pengukuran berlawanan dengan

jarum jam (sudut dalam).

: (2n+4) x 900 untuk pengukuran searah dengan

jarum jam (sudut luar)

Toleransi sudut = + 40 detik

dimana n = banyaknya sudut

Poligon Tertutup

Pada polygon ini titik awal dan titik akhir merupakan satu yang sama.

Bila pengukuran sudut tidak sesuai dengan rumus diatas maka harus di

ratakan sehingga memenuhi syarat diatas:

Poligon Tertutup antara 2 titik yang diketahui

Ro

Page 32: teori_waterpass_theodolit

a. Pengukuran dimulai dari titik AB dimana azimut AB diketahui

dan terakhir dititik CD azimut sebagai kontrol: azimut CD yang

hasil perhitungan harus sama dengan azimut CD yang

diketahui, toleransinya + 30” n menit. Disini juga harus

dilakukan peralatan bila memenuhi ketentuan diatas

b. Untuk menghitung azimuth tiap-tiap garis penghubung

haruslah ditentukan lebih dahulu azimuth awalnya. Penentuan

azimuth dapat dilakukan dengan cara magnetis (kompas) atau

pengamatan matahari.

C

D

Azimuthdiketahui

Poligon baru

Azimuthdiketahui

Poligon Terdahul

AB

AB

C

D

AB

U

B

C

Page 33: teori_waterpass_theodolit

Azimuth B –C adalah azimuth A – B + B – 1800 dan Azimuth C – D

adalah azimuth B – C + C – 1800 dan seterusnya dimana B adalah

sudut datar dari masing-masing titik.

c. Menghitung Koordinat

Setelah azimuth dan jarak datar telah dihitung, maka kita dapat

menghitung koordinat titik-titik poligon. Perhitungan dimulai dengan

mencari selisih koordinat (X dan Y):

Rumus perhitungan selisih koordinat:

D. sin untuk X

D. cos untuk Y

Dimana:

D = jarak datar

= azimuth

perhitungan dari dimulai dari titik awal yang sudah diketahui

koordinatnya kemudian ditambah atau dikurangi dengan selisih

koordinat terkoreksi.

d. Menghitung Koreksi Koordinat

Untuk poligon tertutup X dan Y harus tidak melebihi dari

Page 34: teori_waterpass_theodolit

toleransi pengukuran dengan rumus. Koreksi untuk absis setiap titik

adalah:

Xi = K1 Xi = K1 =

Koreksi untuk absis setiap titik adalah :

yi = K1 Yi = K1 =

e. Mengukur beda tinggi

Jika menggunakan Waterpass, beda tinggi = pembacaan-pembacaan

muka, jika menggunakan theodolith, beda tinggi (h) = D’ sin dimanan

D’ adalah jarakmiring sedangkan sudut kemiringan lereng.

f. Koreksi beda tinggi

Untuk poligon tertutup h = 0, jika h tidak sama dengan 0 maka

besarnya kesalahan dibagikan kemasing-masing titik.

E. PETUNJUK UMUM

1. Mempelajari lembar kerja dengan baik-baik

2. Ingat betul-betul mana setiap bagian sekrup-sekrup pengatur/ penyetel

dan fungsinya.

3. Perhatikan baik-baik tempat dan cara membaca skala lingkaran baik

horizontal maupunvertikal, karena setiap pesawat mempunyai

spesivikasi sendiri-sendiri.

4. Jangan memutar-mutar sekrup pengatur sebelum tahu benar fungsinya.

5. Dalam membuka dan mengunci sekrup-sekrup pengatur jangan terlalu

longgar dan terlalu kencang.

6. Kalau masih ragu diharapkan bertanya pada instruktur.

LANGKAH KERJA

A. Mengenal Bagian-Bagian Pesawat

Page 35: teori_waterpass_theodolit

1. Pasang pesawat diatas statik

2. Memperhatikan dengan seksama bagiandemi bagian dari pesawat

tersebut dan sesuaikan dengan spesifiknya untuk mengingat-ingat

nama dari bagian tersebut.

3. Mengikuti penjelasan instruktur.

B. Menyetel Pesawat dan Memeriksa Sumbi I

1. Menempatkan nivo sejajar dengan dua sekrup penyetel A&B, dan

dengan dua sekrup penyetel ini gelembung nivo ditempatkan ditengah-

tengah.

2. Memuar Nivo 1800 dengan sumbu I sebagai sudut putar.

a. Bila gelembung tetap ditengah-tengah pekerjaan dilanjutkan ke

langkah 4.b.

b. Bila gelembung ditengah-tengah lagi, coba ulangi dulu dari

langkah ke kesatu, dan bila beberapa kali diulang ternyata

gelembung tidak juga ditengah-tengah setelah nivo diputar 1800,

maka kembalikan gelembung setengahnya lagi dengan sekrup

penyetel A&B.

3. Mengulangi pekerjaan sedemikian rupa sehingga gelembung tetap

ditengah-tengah sebelum dan sesudah nivo diputar 1800 dengan sumbu

I sebagai sumbu putar.

4. Memutar nivo 900 dengan sumbu I sebagai sumbu putar dan

gelembung nivo ditengahkan dengan memutar sekrup penyetel C,

maka sumbu I tegak lurus pada

dua garis jurusan yang mendatar dan akan letak vertikal.

5. Mengulangi pekerjaan hingga bila nivo diputar kesemua jurusan

gelembung tetap ditengah-tengah.

Page 36: teori_waterpass_theodolit

Bila ada nivo yang biasanya dipasang pada kaki penyangga sumbu II (nivo B) dan tegak lurus terhadap nivo yang terletak diatas akhidade

horizontal (nivo A) maka langkah pekerjaan sebagai berikut:

1. Menempatkan nivo A sejajar dengan sekrup A & B dan nivo B dengan

sendirinya kearah sekrup penyetel C.

2. Menempatkan gelembung kedua nivo ditengah-tengah dengan sekrup

penyetel A, B dan C.

3. Memutar nivo 1800 dengan sumbu I sebagai sumbu putar. Bila

gelembung kedua nivo tetap ditengah-tengah dengan sekrup berarti

pesawat sudah baiok (sumbu satu telahvertikal).

4. Bila gelembung nivo pindah dari tengah-tengah, coba ulangi lagi dari

langkah kesatu. Dan bila beberapa kali diulangi gelembung tidakjuga

di tengah-tengah, setengahnya dengan sekrup koreksi nivo masing-

masing, maka sumbu II akan tegak lurus pada garis arah kedua nivo.

5. Kembalikan gelembung setengahnya lagi, nivo A dengan sekrup

penyetel A & B dan nivo sekrup penyetel C.

6. Mengulangi pekerjaan, sehingga pada semua jurusan gelembungnivo

selalu ditengah-tengah yang berarti sumbu I telah vertikal.

C. Memeriksa sumbu II, sumbu I dan garis bidik sumbu II

1. Menempatkan dan menyetel pesawat + 5 m dimuka suatu dinding

(tembok) yang terang. Sumbu I dianggap sudah baik.

2. Dengan garis bidik mendatar dan kira-kira tegak lurus pada dinding

dibuat suatu titik T pada dinding yang berimpit dengan titik potong dua

benang diafragma.

3. Dengan menggunakan unting-unting, pada dinding dibuat titk P

vertikal ditas T

4. yang tingginya dua kali titik T (tinggi titik T =tinggi sumbu II) dan titik

Q vertikal dibawah titik T dan letak dikaki dinding.

5. Pada titik P & Q dipasang kertas milimeter ataukertas skala mendatar

sedemikian rupa hingga titik nol skala berimpit dengan titk P & Q.

Page 37: teori_waterpass_theodolit

6. Membidik teropong ke titik T, memuar teropong ke atas (kearah titk P)

dan kebawah (kearah titik Q) dengan sumbu II sebagai sumbu putar,

maka akan didapat 4 macam kemungkinan.

5.a. Sewaktu teropong dibidik ketitik P garis bidik (perpotongan

benang silang) akan berimpit dengan titik P sewaktu teropong

ketitik garis Q bdik akan berimpit dengan titk Q maka dalam hal

ini pesawat sudah baik (sumbu II, Sumbu I dan garisbidk sumbu

II)

5.b. Sewaktu teropong dibidik ketitk P, garis bidik akan menunjuk

ke A (sebelah kiri atau kanan P) dan sewaktu dibidik ketitik Q

garis bidik akan menunjuk ke B yang bersebelahan dengan titik

A dan PA = QB =X. jalannnya garis bidik adalah ATB.

5.b.1. Membidik teropong ketitik A

5.b.2. Dengan sekrup koreksi sumbu II, garis bidik digeser

hingga berimpit dengan titik P.

5.b.3. Mengulangi pekerjaan hingga bila teropong diputar

keatas dan kebawah, garis bidik akan melukiskan P.T.Q.

5.c. Sewaktu teropong dibidik ketitk P, garis bidik akan menunjuk

ke titik C

sebelah kiri atau kanan titik P atau sewaktu teropong dibidik

ketitik Q, garis bidik akan menunjuk ke titik D yang berada

pada belahan yang sama dengan titik C. PC = QD =Y.

maka dalam hal ini terdapat kesalahan garis bidik tidak tegak

lurus sumbu II,tapi sumbu II telah sumbu I

5.c.1. Membidik teropong C

5.c.2. Dengan sekrup koreksi diafragma, garis bidik digeser

Page 38: teori_waterpass_theodolit

hingga berimpit dengan titk P.

5.c.3. Mengulangi pekerjaan hingga bila teropong diputar dari

atas kebawah atau sebaliknya garis bidik akan

melukiskan PTQ.

5.d. Sewaktu teropong dibidik ketitk P, garis bidik akan menunjuk

ke titik G sebelah kanan atau kiri titik P dan sewaktu teropong

dibidik ketitik Q garis bidik akan menunjuk ke titik H, sebelah

kanan atau kiri titik Q. tapi PQ= a QH = b. maka hal ini

menunjukkan adanya kesalahan kombinasi, yaitu

sumbu II tidak tegak lurus sumbu I dan garis bidik tidak tegak

lurus sumbu II.

5.d.1. Menghitung besarnya x dan y

a = x + y x = (a – b)

b = x – y y = (a +b)

5.d.2. Membidik teropong keskala atas (titik G)

5.d.3. memutar sekrup koreksi sumbu II sedemikian rupa

hingga pembacaan skala = Y (Y= pengaruh tidak tegak

lurusnya garis bidik terhadap sumbu II).

5.d.4. Mengulangi pekerjaan hingga bila teropong dibidikkan

kesegala arah maupun bawah pembacaan dama dengan y

dan terletak pada belahan yang sama terhadap garis PTQ

yang bearti sumbu II telah tegak lurus sumbu I.

5.d.5. Membidik kembali teropong keskala atas.

5.d.6. Memutar sekrup koreksi diafragma sedemikian rupa

Page 39: teori_waterpass_theodolit

hingga garis bidik menunjuk skala nol (berimpit dengan

titik P).

5.d.7. Mengulangi pekerjaan hingga bila teropong diarahkan

dari atas kebawah atau sebaliknya garis bidik tetap

berimpit dengan PTA|Q.

5.d.8. Pesawat telah baik.

D. Pembacaan Skala Lingkaran

1. Memperhatikan bentuk-bentuk skala lingkaran yang terdapat pada

pesawat yang bersangkutan. Ada 4 macam bentuk skala lingkaran:

a. Bentuk garis lurus

b. Garis lurus yang dilengkapi dengan skala

c. Nonius

d. Garis lurus yang dilengkapi dengan micrometer.

2.a. Bentuk garis lurus telah dibicarakan dalam bab (pengenalan

waterpass).

2.b. Garis lurus yang dilengkapi dengan skala

2.b.1. Membaca angka derajat yang terdapat di belakang garis

indeks dengan melihat posisi garis index.

2.b.2. Garis lurus yang dilengkapi dengan skala.

2.c. Alat Pembaca Nonius

2.c.1. Mencari/menentukan besarnya satuan nonius pada pesawat

Page 40: teori_waterpass_theodolit

tersebut. Besar satuan nonius = bagian lingkaran nonius.

Maka untuk menentukan satuan nonius ini adalah sebagai

berikut:

- Himpit index nol nonius dengan garis skala lingkaran

yang berangka bulat, misal 100. Maka garis nonius yang

terakhir akan berimpit pula dengan skala lingkaran,

misal dengan skala lingkaran 17015’ maka panjang

nonius 17015’. Bila nonius dibagi dalam 30 bagian

maka satu bagian nonius ada 7 15’ : 30 = 14’30”. Dan

bila sat bagian skala lingkaran ada 15, maka besar

satuan nonius = 15’ – 14’30” .

2.c.2. Baca angka derajat dari skala lingkaran misal 71015’.

2.c.3. Mencari garis nonius yang berimit dengan garis skala lingkaran.

Misal garis no. 13 maka pembacaan : 71015’ + (13 x 30’) =

71021’30”. 2.d.Alat pembaca yang dilengkapi dengan micrometer.

Sebagai contoh kita ambil pesawat TMIA, dimana medan baca

seperti terlihat pada:

2.d.1. Memutar sekrup micrometer sedemikian rupa sehingga 2

atau 3 garis horizontal pada bidang tengah (B) berimpit.

2.d.2. membaca angka derajat yang tertera pada bidang kiri (A)

pada gambar terbaca 246030”.

2.d.3. Baca skala micrometer yang ditunjuk oleh index (bidang

C) pada gambar terbaca 9’6, 17” = 246038’ 16,7”.

E. Pengukuran Sudut Horizontal1. Menempatkan pesawat pada titik yang sudah ditentukan (A) dan setel

Page 41: teori_waterpass_theodolit

hingga siap untuk melakukan pengukuran.

2. Mengarahkan teropong pada titk B, benang silang te pat pada paku titik

B.

3. Jika paku titik tidak kelihatan, mendirikan yalon tepat diatas paku titik

B, benang silang tepatkan pada As yalon.

4. Dengan pesawat theodolith yang dilengkapi kompas.

4.a.1. Membuka kunci/sekrup kompas hingga skala lingkaran

bergerak, dan biarkan sampai diam kembali. Kemudian tutup

kunci / sekrup kompas, maka skala lingkaran menunjukkan

arah utara magnetis.

4.a.2. Membaca sudut ukuran B (aAB), misalnya = 30015’.

4.a.3. Mengarahkan teropong pada titik C, benang silang tepat pada

paku tidak kelihatan lakukan pekerjaan ini seperti pada

pekerjaan (No.3).

4.a.4. Membaca sudut jurusan C (AC) misal = 45045’

4.a.5. Juga melakukan pekerjaan tersebut pada titik D dan titik yang

lain (N), misal AD = 120030’ dan AN = x0.

4.a.6. Besar sudut BAC = AC-AB = 450 45’ – 300 15’

= 15030’

Besar sudut BAD = AD-AB = 1200 30’ – 300 15’

= 90015’

Besar sudut BAN = AN-AB = x0 – 30015’ = y0

Besar sudut CAN = AN-AB = x0 – 30015’ = z0

F. PENGUKURAN SUDUT VERTIKAL

Page 42: teori_waterpass_theodolit

1. Tempatkan pesawat pada titik A yang sudah ditentukan dan steel

hingga siap untuk melakukan pengukuran.

2. Bidik titik B yang akan diukur secara kasar dengan memutar

teropong kearah horizontal dan vertikal.

3. Setalah titik B kelihatan, tepatkan titik B tersebut dengan titik potong

benang silang (sekrup penggerak halus).

4. a. Dengan alat ukur yang menggunakan zenith.

a.1. Baca sudut vertikal titik B.

Misal zenith (V) = 88 30’ atau 93 15’.

a.2. Berarti sudut miring b = 90 -88 30’ = + 01 30’

atau B = 90 0 -93 0 15’ = -03 15’b. Dengan alat ukur yang menggunakan zenith.

b.1. Baca sudut vertikal titik B.

Bila teropong bergerak keatas maka sudut miringnya negatif,

misal = - 02 15’

b.2. Bila teropong bergerak kebawah maka sudut miring poositif,

misal = + 01 30’

5. Dengan pesawat theodolith yang tidak dilengkapi kompas.

a. Ovalkan dulu skala lingkaran mendatar dititik B an kunci

sekrup K2 (limbus), maka sudut mendatar dititik B = 0 0’0”.

b. Arahkan teropong pada titik C dengan mengendorkan sekrup K1, benang silang tepatkan pada paku titik C, dan jika tidak kelihatan lakukan pekerjaan seperti pada pekerjaan (No.3), kemudian kunci kembali sekrup K1.

c. Baca sudut mendatar titik C misal = 15 30’45”.

d. lakukan juga pekerjaan tersebut pada titik D dan titik – titik

yang lain (N) misal titik mendatar titik N = Y .

e. Besar ssudut BAC, BAD, BAN, CAN.

G. POLYGON TERBUKA

1. Tentukan terlebih dahulu titik patok polygon yang akan dibuat.

Page 43: teori_waterpass_theodolit

2. Pasang dan steel pesawat pada titik polygon P(x ,y ) yang

sudah tidak diketahui koordinatnya.

3. Buka klem limbus dan piringan mendatar, nolkan skala

lingkaran mendatar kemudian kunci kembali.

4. Buka klem limbus bidik titik R (x , y ). Setelah tepat kunci

kembali.

5. Buka klem piringan skala mendatar, bidik titik 1 dan kunci

kembali, kemudian catat pembacaan sudut.

6. Pasang bakm ukur pada titik 1, bidik bak ukur dan catat BA,BT

dan BB.

7. Ulangi seperti langkah 4 s/d 5. Sehingga didapat dan jarak

titik polygon P ketitik 1 (d ).

8. Pindahkan pesawat ketitik polygon 1, dengan cara yang sama,

ukur sudut dan jarak seperti langkah-langkah tersebut diatas.

9. Lakukan pengukuran ketitik – titik polygon selanjutnya dengan

jalan seperti langkah tersebut diatas sampai titik Q (x , y ),

sehingga dengan demikian akan dapat , , ......dan d , d

, d ...... dan seterusnya.

10. Hitung dan gambar hasil pengukuran.

H. POLYGON TERTUTUP

Page 44: teori_waterpass_theodolit

Untuk polygon tertutup ini pada prinsipnya langkah kerja dalam

oengukuran sama dengan langkah kerja polygon terbuka pad. Hanya

bedanya:

1. Untuk polygon terbuka :

a. Pada ujung awal polygon diperluksn

suatu titik K yang tentu dan sudut jurusan yang tentu pula.

b. Supaya keadaan menjadi simetris,

maka pada ujung akhir dibuat titik yang tentu dan sudut jurusan

yang tentu pula.

2. Untuk polygon tertutup.

a. Pada pengukuran cukup diperlukan

suatu titik tertentu dan sudut jurusan yang tentu pula pada awal

pengukuran.

b. Pengukuran akhir harus kembali

(menutup) ketitik awal.

Dalam hal ini dapat dilihat pada contoh dibawah ini dimana

pengukuran pengukuran awal dimulai pada titik P yang

kemudian diakhiri ketitik P lagi.

I. PENGUKURAN SETTING OUT – STAKE OUT

1. Pasang dan ukur pesawat pada titik A sampai siap pakai.

2. Nolkan semua skala lingkaran mendatar, kemudian kunci

kembali..

3. Buka klem limbus dan skala lingkaran vertikal bidik titik B,

setelah tepat patok kunci kembali.

4. Putar pesawat sebesar 1, pasang yalon searah garis bidik

sehingga didapat garis Ac.

5. Tentukan AC = 50 cm dengan pita ukur.

6. Pasan patok dititik C dan pasang juga pakunya.

7. Pindahkan dan atur pesawat dititik C.

Page 45: teori_waterpass_theodolit

8. Seperti langka 2 dan 3 tetapi yang dibidik titik A.

9. Putar pesawat sebesar 2, pasang yalon searah garis bidik

sehingga didapat garis CK>

10. Tentukan CK = 49,8 cm dengan pita ukur.

11. Pasang patok titik K dan pasang juga pakunya.

12. Pindahkan dan atur pesawat dititik K.

13. Seperti langkah 2 dan 3, tetapi yang dibidik titik C.

14. Putar pesawat sebesar 3 pasang yalon searah garis bidik

sehingga didapat garis arah KL>

15. Tentukan KL = 20 cm dengan pita ukur.

16. Begitu seterusnya hingga mendapat patok D, E, F, G, H, I, J,

dan M yang dibidik daru titik K.

J. MEMBUAT LENGKUNGAN DILAPANGAN

A. Membuat lengkungan dilapangan dengan alat sederhana, metode

selisih busur yang sama panjang.

1. Tentukan panjang busurnya, misalnya = a m.

Harga a diambil antara 8 – 12,5 m.

2. Tentukan/hitung harga sudut Q, yaitu sudut yang mempunyai

panjang busur = a dan jari – jari = R.

Q = a 360

R 2

3. Tentukan / hitung koordinat- koordinat titik detaelnya.

4. Buat garis lurus dilapangan dan dirikan patok dititik T dan tiitk P.

5. Tentukan titik A dan TP sejauh X

6. Tentukan titik 1 sejauh Y dari tegak lurus TP, kemudian dirikan

pada patok titik 1.

7. Dengan cara yang samu, tentukan koordonat – koordinad titik

2,3,..........n

Page 46: teori_waterpass_theodolit

8. Lengkungan yang dimaksud adalah garis yang menghubungkan

titik T, 1,2,3,..............n

Patok P0a galian

NO TITIKKOORDINAT

X*Yn+1 Yn*X+1X Y

1 A 0 99.382 0.000 139.135

2 B 1.4 99.717 139.300 438.755

3 C 4.4 99.500 448.017 736.300

4 D 7.4 101.822 738.690 1058.949

5 E 10.4 99.823 1033.926 1337.628

6 F 13.4 99.416 1329.747 1371.941

7 G 13.8 99.235 1362.364 1299.977

8 H 13.1 98.722 1293.258 1194.536

9 I 12.1 98.722 1189.696 1043.892

10 J 11.9 98.322 1015.332 1140.535

11 K 11.6 98.322 1145.175 1120.871

12 L 11.4 98.722 1125.887 1026.709

13 M 10.4 98.762 1027.749 730.839

14 N 7.4 98.822 730.839 434.817

Page 47: teori_waterpass_theodolit

15 O 4.4 98.762 434.377 335.791

16 P 3.4 98.722 334.295 315.910

17 Q 3.2 98.322 314.630 285.134

18 R 2.9 98.322 286.294 265.469

19 S 2.7 98.722 266.549 167.827

20 T 1.7 98.722 168.950 0.000

21 U 0 99.382 0.000 0.000

∑1 = 14385.075 ∑2 = 14445.015

L = 14445.015 - 14385.075

2

= 29.970 m²

Patok P1a galian

NO TITIKKOORDINAT

X*Yn+1 Yn*X+1X Y

1 A 0 99.962 0.000 119.954

2 B 1.2 100.579 120.504 422.432

3 C 4.2 100.420 423.158 723.024

4 D 7.2 100.752 725.486 1027.670

5 E 10.2 100.762 1025.386 1330.058

6 F 13.2 100.528 1325.421 1427.498

7 G 14.2 100.411 1408.952 1194.887

8 H 11.9 99.222 1180.742 1081.520

9 I 10.9 99.222 1077.160 1061.675

10 J 10.7 98.822 1057.395 1027.749

11 K 10.4 98.822 1031.909 1007.984

12 L 10.2 99.222 1012.472 714.398

13 M 7.2 99.262 715.118 416.900

14 N 4.2 99.322 416.900 317.830

15 O 3.2 99.262 317.510 297.786

Page 48: teori_waterpass_theodolit

16 P 3 99.222 296.466 267.899

17 Q 2.7 98.822 266.819 237.173

18 R 2.4 98.822 238.133 217.408

19 S 2.2 99.222 218.288 0.000

20 T 0 99.222 0.000 0.000

21 U 0 99.962 0.000 0.000

∑1 =12857.82

2∑2 =

12893.847

L = 12893.847 -12857.82

22

= 18.013 m²

Patok P2a gallian

NO TITIKKOORDINAT

X*Yn+1 Yn*X+1X Y

1 A 0 99.788 0.000 239.492

2 B 2.4 100.238 240.809 541.285

3 C 5.4 100.337 541.577 842.831

4 D 8.4 100.292 841.740 922.686

5 E 9.2 100.207 926.642 811.678

6 F 8.1 100.722 815.848 715.126

7 G 7.1 100.722 712.286 694.982

8 H 6.9 100.322 692.222 662.125

9 I 6.6 100.322 658.165 642.061

10 J 6.4 99.722 638.477 538.499

11 K 5.4 99.762 539.039 239.429

12 L 2.4 99.822 239.492 0.000

13 M 0 99.788 0.000 0.000

14 N 0 99.633 0.000 0.000

15 O 0.2 100.322 20.064 20.064

16 P 0.5 100.322 49.826 50.161

Page 49: teori_waterpass_theodolit

17 Q 0.7 99.652 69.743 69.756

16 R 0 99.633 0.000 0.000

∑1 = 6985.930 ∑2 = 6990.175

L = 6990.175 - 6985.930

2

= 2.122 m²

Patok P2a timbunan

NO TITIKKOORDINAT

X*Yn+1 Yn*X+1X Y

1 A 0 99.652 0.000 99.652

2 B 1 99.676 99.822 159.482

3 C 1.6 99.822 159.619 99.822

4 D 1 99.762 99.722 0.000

5 E 0 99.722 0.000 0.000

6 F 0 99.652 0.000 0.000

7 G 0 99.603 0.000 129.484

8 H 1.3 99.633 129.639 129.523

9 I 1.3 99.722 129.639 19.944

10 J 0.2 99.722 19.921 0.000

11 K 0 99.603 0.000 0.000

∑1 = 638.361 ∑2 = 637.907

L = 638.361 - 637.907

2

= 0.227 m²

Page 50: teori_waterpass_theodolit

Patok P3a timbunan

NO TITIKKOORDINAT

X*Yn+1 Yn*X+1X Y

1 A 0 98.540 0.000 295.620

2 B 3 98.809 297.900 592.854

3 C 6 99.300 597.498 893.700

4 D 9 99.583 898.992 1194.996

5 E 12 99.888 1193.700 1498.320

6 F 15 99.475 1492.223 1621.443

7 G 16.3 99.482 1633.619 1462.378

8 H 14.7 100.222 1473.263 1373.041

9 I 13.7 100.222 1367.561 1352.997

10 J 13.5 99.822 1347.597 1317.650

11 K 13.2 99.822 1322.930 1297.686

12 L 13 100.222 1303.406 1202.664

13 M 12 100.262 1203.864 902.358

14 N 9 100.322 902.358 601.932

15 O 6 100.262 601.332 501.310

16 P 5 100.222 499.110 481.066

17 Q 4.8 99.822 479.146 449.199

18 R 4.5 99.822 450.999 429.235

Page 51: teori_waterpass_theodolit

19 S 4.3 100.222 430.955 330.733

20 T 3.3 100.222 325.524 0.000

22 V 0 98.644 0.000 0.000

23 W 0 98.540 0.000 0.000

∑1 = 17821.976 ∑2 = 17799.181

L = 17821.976 - 17799.181

2

= 11.397 m²

Patok P4a timbunan

NO TITIKKOORDINAT

X*Yn+1 Yn*X+1X Y

1 A 0 97.901 0.000 293.703

2 B 3 98.481 298.284 590.886

3 C 6 99.428 597.198 894.852

4 D 9 99.533 896.382 1194.396

5 E 12 99.598 1195.116 1493.970

6 F 15 99.593 1496.470 1742.878

7 G 17.5 99.765 1762.635 1396.705

8 H 14 100.722 1410.108 1379.891

9 I 13.7 100.722 1374.411 1359.747

10 J 13.5 100.322 1354.347 1324.250

11 K 13.2 100.322 1329.530 1304.186

12 L 13 100.722 1309.906 1208.664

13 M 12 100.762 1209.864 906.858

14 N 9 100.822 906.858 604.932

15 O 6 100.762 604.332 503.810

16 P 5 100.722 501.610 483.466

17 Q 4.8 100.322 481.546 451.449

18 R 4.5 100.322 453.249 431.385

19 S 4.3 100.722 433.105 332.383

20 T 3.3 100.722 326.894 0.000

Page 52: teori_waterpass_theodolit

20 U 0 99.059 0.000 0.000

21 V 0 97.901 0.000 0.000

∑1 = 17941.845 ∑2 = 17898.410

L = 17941.845 - 17898.410

2

= 21.717 m²

Patok P5a timbunan

NO TITIKKOORDINAT

X*Yn+1 Yn*X+1X Y

1 A 0 99.575 0.000 298.725

2 B 3 100.176 300.954 601.056

3 C 6 100.318 602.748 902.862

4 D 9 100.458 903.582 1205.496

5 E 12 100.398 1203.576 1505.970

6 F 15 100.298 1503.705 1674.977

7 G 16.7 100.247 1690.407 1473.631

8 H 14.7 101.222 1487.963 1386.741

9 I 13.7 101.222 1381.261 1366.497

10 J 13.5 100.822 1361.097 1330.850

11 K 13.2 100.822 1336.130 1310.686

12 L 13 101.222 1316.406 1214.664

13 M 12 101.262 1215.864 911.358

14 N 9 101.322 911.358 607.932

15 O 6 101.262 607.332 506.310

16 P 5 101.222 504.110 485.866

17 Q 4.8 100.822 483.946 453.699

18 R 4.5 100.822 455.499 433.535

19 S 4.3 101.222 429.019 0.000

20 T 0 99.772 0.000 0.000

21 U 0 99.575 0.000 0.000

Page 53: teori_waterpass_theodolit

∑1 = 17694.958 ∑2 = 17670.855

L = 17694.958 - 17670.855

2

= 12.052 m²

Patok P6a timbunan

NO TITIKKOORDINAT

X*Yn+1 Yn*X+1X Y

1 A 0 100.914 0.000 141.279

2 B 1.4 101.049 141.851 293.042

3 C 2.9 101.322 294.994 273.569

4 D 2.7 101.722 274.649 172.927

5 E 1.7 101.722 171.553 0.000

6 F 0 100.914 0.000 0.000

7 G 0 101.422 0.000 116.635

8 H 1.15 101.686 116.756 421.997

9 I 4.15 101.527 419.992 725.918

10 J 7.15 101.203 725.375 895.647

11 K 8.85 101.451 900.240 938.422

12 L 9.25 101.722 940.929 981.617

13 M 9.65 101.722 981.617 900.240

14 N 8.85 101.722 896.700 879.895

15 O 8.65 101.322 876.435 846.039

16 P 8.35 101.322 849.379 825.774

17 Q 8.15 101.722 829.360 727.312

18 R 7.15 101.762 728.027 422.312

19 S 4.15 101.822 422.312 117.095

20 T 1.15 101.762 116.980 15.264

20 U 0.15 101.722 15.213 0.000

21 V 0 101.422 0.000 0.000

Page 54: teori_waterpass_theodolit

∑1 = 9702.363 ∑2 = 9694.986

L = 9702.363 - 9694.986

2

= 3.689 m²

Patok P6a galian

NO TITIKKOORDINAT

X*Yn+1 Yn*X+1X Y

1 A 0 88.322 0.000 26.497

2 B 0.3 88.322 26.527 30.913

3 C 0.35 88.422 30.913 0.000

4 D 0 88.322 0.000 0.000

5 E 0 88.722 0.000 26.617

6 F 0.3 88.722 26.647 44.361

7 G 0.5 88.822 44.494 44.411

8 H 0.5 88.987 44.361 0.000

9 I 0 88.722 0.000 0.000

∑1 = 172.940 ∑2 = 172.798

L = 172.940 - 172.798

2

= 0.071 m²

Page 55: teori_waterpass_theodolit

ALAT PENYIPAT DATAR (WATERPASS)

Page 56: teori_waterpass_theodolit

Tampilan Alat Ukur Waterpass AC-2s

BERBAGAI MACAM TRIPOD

Wooden Tripod For Theodolith Total Alumunium Tripod For Theodolith Station SD1001 Total Station SD1005

Page 57: teori_waterpass_theodolit

Wooden Tripod For Theodolith And Auto Level

Pembacaan Sudut Horizontal pada Waterpass

Page 58: teori_waterpass_theodolit

Theodolite Electro Optis Total Station

Page 59: teori_waterpass_theodolit

The Kind of Theodolite Electro Optis

Page 60: teori_waterpass_theodolit

Construction of Theodolite

Page 61: teori_waterpass_theodolit
Page 62: teori_waterpass_theodolit

Kompas Geologi Type Brunton

Berbagai Macam Alat Yang Diperlukan Dalam Pengukuran

Page 63: teori_waterpass_theodolit

Berbagai Jenis Yalon (Rambu Ukur)

Page 64: teori_waterpass_theodolit

Stereoskop