Upload
noor-fadhila
View
222
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
delirium
Citation preview
TERAPI DELIRIUMAnnisa Falihati S
Noor Fadhila
3 tujuan utama terapi penyakit delirium
Ketika delirium terdiagnosa harus mencari tau penyebab penyakitnya dan mengobatinya (meliputi pemerikssan fisik dan pemeriksaan penunjang adekuat)
Memastikan keamanan pasien Mengobati gangguan perilaku terkait
delirium, misalnya agitasi psikomotor
Terapi Farmakologik
Nutrisi dan cairan harus diberi secara hati-hati
Interaksi obat harus diperhatikan serius Antipsikotika dapat dipertimbangkan bila
ada tanda gejala psikosis misalnya halusinasi, waham, atau agitasi berisiko melukai orang lain/pasien
Pasien curiga intoksikasi alkohol atau pasien dengan malnutrisi terapi meliputi multivitamin, terutama thiamin
Haloperidol
Obat anti psikotik golongan butirofenon Bisa berefek samping parkinsonisme dan
akatisia Cara pemberian : oral, IM, IV Oral :
Haloperidol 0,5 mg tiap 4-6 jam Dapat ditingkatkan hingga 10 mg per hari Lansia : dosis maksimal 3 mg per hari
Injeksi : 2-5 mg IM/IV dan dapat diulang setiap 30
menit (maksimal 20 mg/hari).
Bila diberikan IV, dipantau dengan EKG adanya pemanjangan interval QTc dan adanya
disritmia jantung Short acting sedativ bisa digunakan untuk pasien
delirium dengan kejang atau efek withdrawal alkohol/sedative
Keadaan agitasi berat Dosis awal : ± 2 – 10 mg intramuskular Diulang dalam satu jam bila pasien masih teragitasi Segera setelah pasien tenang dimulai pengobatan
oral dalam bentuk konsentrat cair atau tablet.
Dua dosis oral per hari biasanya mencukupi dengan dua-pertiga dosis diberikan sebelum tidur.
Untuk mencapai efek terapeutik yang sama, dosis oral sebaiknya sekitar 1,5 kali lebih tinggi dibanding dosis parenteral.
Total dosis harian haloperidol yang efektif dapat berkisar 5-50 mg untuk sebagian besar pasien delirium
Obat lain…
Benzodiazepin tidak mempunyai metabolit aktif Indikasi : Pasien agitasi yang tidak bisa
menggunakan antipsikotika (misalnya, pasien dengan Syndrome Neuroleptic Malignance) atau bila tidak berespons
Contoh : lorazepam tablet 1–2 mg peroral. Kontraindikasi : pasien dengan gangguan
pernafasan Depresi pernapasan terutama pasien lansia,pasien dengan gangguan paru
Droperidol (inapsine) Butirofenon yang tersedia sebagai alternatif
bentuk intravena. Perlu dipantau dengan EEG
Risperidon 2 x 0,5 mg Dosis maksimal : Dewasa - 4mg
Lansia -1 mg
Terapi nonfarmakologi
Psikoterapi suportif yang memberikan perasaan aman dapat membantu pasien menghadapi frustrasi dan kebingungan akan kehilangan fungsi memorinya
Untuk membantu reorientasi pasienkalendar, jam, foto keluarga bisa membantu
Lingkungan diusahakan tenang, stabil, pencahayaan cukup
Studi penelitian: reduksi suara saat malam hari dengan memakai penutup telinga dapat mengurangi risiko delirium pasien ICU sebesar 53%
Apabila ada defisit sensoris harus diperbaiki bila perlu menggunakan kacamata dan alat bantu dengar
Sebaiknya jangan pernah meninggalkan pasien sendirian.
Edukasi kepada keluarga untuk memberikan dukungan kepada pasien
A. Hindari penggunaan obat-obat yang mengandung antikolinergik (misalnya, triheksilfenidil) memperberat delirum.
B. Fiksasi (restrain) adalah pilihan terakhir karena dapat menyebabkan semakin beratnya agitasi.
Komplikasi
Gangguan stres akut dapat terjadi pada pasien yang sudah sembuh dari delirium, misalnya, pasien dapat seperti mengalami kembali gangguan persepsi.
Beberapa keadaan, seperti disorientasi, psikosis, deprivasi tidur menyebabkan delirium dipersepsikan oleh pasien sebagai peristiwa yang sangat traumatik.
Dianjurkan penggunaan benzodiazepin, jangka pendek (misalnya lorazepam), pada pasien yang tetap cemas setelah deliriumnya membaik.