12
TERAPI DELIRIUM Annisa Falihati S Noor Fadhila

Terapi Delirium

Embed Size (px)

DESCRIPTION

delirium

Citation preview

Page 1: Terapi Delirium

TERAPI DELIRIUMAnnisa Falihati S

Noor Fadhila

Page 2: Terapi Delirium

3 tujuan utama terapi penyakit delirium

Ketika delirium terdiagnosa harus mencari tau penyebab penyakitnya dan mengobatinya (meliputi pemerikssan fisik dan pemeriksaan penunjang adekuat)

Memastikan keamanan pasien Mengobati gangguan perilaku terkait

delirium, misalnya agitasi psikomotor

Page 3: Terapi Delirium

Terapi Farmakologik

Nutrisi dan cairan harus diberi secara hati-hati

Interaksi obat harus diperhatikan serius Antipsikotika dapat dipertimbangkan bila

ada tanda gejala psikosis misalnya halusinasi, waham, atau agitasi berisiko melukai orang lain/pasien

Pasien curiga intoksikasi alkohol atau pasien dengan malnutrisi terapi meliputi multivitamin, terutama thiamin

Page 4: Terapi Delirium

Haloperidol

Obat anti psikotik golongan butirofenon Bisa berefek samping parkinsonisme dan

akatisia Cara pemberian : oral, IM, IV Oral :

Haloperidol 0,5 mg tiap 4-6 jam Dapat ditingkatkan hingga 10 mg per hari Lansia : dosis maksimal 3 mg per hari

Injeksi : 2-5 mg IM/IV dan dapat diulang setiap 30

menit (maksimal 20 mg/hari).

Page 5: Terapi Delirium

Bila diberikan IV, dipantau dengan EKG adanya pemanjangan interval QTc dan adanya

disritmia jantung Short acting sedativ bisa digunakan untuk pasien

delirium dengan kejang atau efek withdrawal alkohol/sedative

Keadaan agitasi berat Dosis awal : ± 2 – 10 mg intramuskular Diulang dalam satu jam bila pasien masih teragitasi Segera setelah pasien tenang dimulai pengobatan

oral dalam bentuk konsentrat cair atau tablet.

Page 6: Terapi Delirium

Dua dosis oral per hari biasanya mencukupi dengan dua-pertiga dosis diberikan sebelum tidur.

Untuk mencapai efek terapeutik yang sama, dosis oral sebaiknya sekitar 1,5 kali lebih tinggi dibanding dosis parenteral.

Total dosis harian haloperidol yang efektif dapat berkisar 5-50 mg untuk sebagian besar pasien delirium

Page 7: Terapi Delirium

Obat lain…

Benzodiazepin tidak mempunyai metabolit aktif Indikasi : Pasien agitasi yang tidak bisa

menggunakan antipsikotika (misalnya, pasien dengan Syndrome Neuroleptic Malignance) atau bila tidak berespons

Contoh : lorazepam tablet 1–2 mg peroral. Kontraindikasi : pasien dengan gangguan

pernafasan Depresi pernapasan terutama pasien lansia,pasien dengan gangguan paru

Page 8: Terapi Delirium

Droperidol (inapsine) Butirofenon yang tersedia sebagai alternatif

bentuk intravena. Perlu dipantau dengan EEG

Risperidon 2 x 0,5 mg Dosis maksimal : Dewasa - 4mg

Lansia -1 mg

Page 9: Terapi Delirium

Terapi nonfarmakologi

Psikoterapi suportif yang memberikan perasaan aman dapat membantu pasien menghadapi frustrasi dan kebingungan akan kehilangan fungsi memorinya

Untuk membantu reorientasi pasienkalendar, jam, foto keluarga bisa membantu

Lingkungan diusahakan tenang, stabil, pencahayaan cukup

Page 10: Terapi Delirium

Studi penelitian: reduksi suara saat malam hari dengan memakai penutup telinga dapat mengurangi risiko delirium pasien ICU sebesar 53%

Apabila ada defisit sensoris harus diperbaiki bila perlu menggunakan kacamata dan alat bantu dengar

Sebaiknya jangan pernah meninggalkan pasien sendirian.

Edukasi kepada keluarga untuk memberikan dukungan kepada pasien

Page 11: Terapi Delirium

A. Hindari penggunaan obat-obat yang mengandung antikolinergik (misalnya, triheksilfenidil) memperberat delirum.

B. Fiksasi (restrain) adalah pilihan terakhir karena dapat menyebabkan semakin beratnya agitasi.

Page 12: Terapi Delirium

Komplikasi

Gangguan stres akut dapat terjadi pada pasien yang sudah sembuh dari delirium, misalnya, pasien dapat seperti mengalami kembali gangguan persepsi.

Beberapa keadaan, seperti disorientasi, psikosis, deprivasi tidur menyebabkan delirium dipersepsikan oleh pasien sebagai peristiwa yang sangat traumatik.

Dianjurkan penggunaan benzodiazepin, jangka pendek (misalnya lorazepam), pada pasien yang tetap cemas setelah deliriumnya membaik.