66
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Walaupun sistem pelayanan kesehatan masa lampau dan saat ini cenderung menitikberatkan pada individu, upaya keperawatan untuk memasukan keluarga pada saat memberikan perawatan kembali pada masa Florence Nightingale. Pendekatan berfokus pada keluarga paling terbukti pada saat merawat anak-anak disebabkan oleh pengenalan bahwa keluarga merupakan pusat dalam kehidupan anak. Keperawatan keluarga didasarkan pada asumsi bahwa semua manusia, tanpa melihat usia merupakan anggota dari beberapa tipe kelompok keluarga. Tujuan perawat keluarga adalah untuk membantu keluarga dan individu anggotanya mencapai dan mempertahankan kesehatan maksimal (Perry & Potter, 2005). Menurut Marshall (2008), ada suatu hubungan yang kuat antara keluarga dan status kesehatan

Tifoid BAB I

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tifoid

Citation preview

Page 1: Tifoid BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Walaupun sistem pelayanan kesehatan masa lampau dan saat ini

cenderung menitikberatkan pada individu, upaya keperawatan untuk

memasukan keluarga pada saat memberikan perawatan kembali pada masa

Florence Nightingale. Pendekatan berfokus pada keluarga paling terbukti pada

saat merawat anak-anak disebabkan oleh pengenalan bahwa keluarga

merupakan pusat dalam kehidupan anak. Keperawatan keluarga didasarkan

pada asumsi bahwa semua manusia, tanpa melihat usia merupakan anggota dari

beberapa tipe kelompok keluarga. Tujuan perawat keluarga adalah untuk

membantu keluarga dan individu anggotanya mencapai dan mempertahankan

kesehatan maksimal (Perry & Potter, 2005).

Menurut Marshall (2008), ada suatu hubungan yang kuat antara

keluarga dan status kesehatan keluarganya, bahwa peran keluarga sangat

penting bagi setiap aspek perawatan kesehatan anggota keluarga.

Demam tifoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan

rendah cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka

kejadian tinggi pada daerah tropik dibandingkan daerah berhawa dingin.

Sumber penularan penyakit demam tifoid adalah penderita yang aktif,

penderita dalam fase konvalsen, dan penderita kronik karier. Demam tifoid

juga dikenal dengan nama lain Typhus Abdominalis, Thypoid Fever, atau

Enteric Fever (Smeltzer, 2002).

Page 2: Tifoid BAB I

Demam Tifoid adalah penyakit infeksi akut yang selalu ada di

masyarakat (endemik) Indonesia, mulai dari usia balita sampai dewasa.

Penyakit ini termasuk penyakit menular yang tercantum dalam undang-

undang no. 6 tahun 1962 tentang wabah. Kelompok penyakit menular dan

dapat menyerang banyak orang sehingga dapat menimbulkan wabah.

Surveilans DEPKES RI, frekuensi terjadi demam tifoid di Indonesia pada

tahun 2005 sebesar 9,2 dan pada tahun 2008 terjadi peningkatan frekuensi

yaitu sebesar 15,4 per 10.000 penduduk (DEPKES RI, 2008).

Menurut data RISKESDAS 2007, prevalensi tifoid klinis nasional

sebesar 1,6% (rentang: 0,3% - 3%). Dua belas provinsi mempunyai

prevalensi di atas angka nasional, yaitu Provinsi NAD, Bengkulu, Jawa Barat,

Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan,

Kalimantan Timur, Sulawasi Selatan, Gorontalo, Papua Barat, dan Papua. Di

18 provinsi, kasus tifoid sebagian besar terdeteksi berdasarkan diagnosis oleh

tenaga kesehatan, sedang di provinsi lainnya terutama berdasarkan gejala

klinis. Tifoid klinis tersebar di seluruh kelompok umur dan merata pada umur

dewasa. Prevalensi tifoid klinis banyak ditemukan pada kelompok umur

sekolah (5 – 14 tahun) yaitu 1,9%, terendah pada bayi (0,8%), dan relatif

lebih tinggi di wilayah perdesaan dibandingkan perkotaan. Prevalensi tifoid

ditemukan cenderung lebih tinggi pada kelompok dengan pendidikan rendah

dan tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita rendah.

Berdasarkan data di atas, dengan melihat berbagai kenyataan yang

terjadi berkaitan dengan kasus demam tifoid yang banyak dialami oleh

Page 3: Tifoid BAB I

masyarakat serta akibat yang ditimbulkan apabila tidak segera diatasi, karena

itu penulis tertarik untuk mengambil kasus hipertensi melalui asuhan

keperawatan keluarga dengan demam tifoid.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mendeskripsikan asuhan keperawatan keluarga dengan fokus

utama pada pasien yang menderita demam tifoid.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada keluarga dengan fokus utama pada

pasien yang menderita demam tifoid.

b. Mampu memprioritaskan diagnosa keperawatan pada keluarga dengan

fokus utama pada pasien yang menderita demam tifoid.

c. Mampu membuat rencana asuhan keperawatan pada keluarga dengan

fokus utama pada pasien yang menderita demam tifoid.

d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada keluarga dengan fokus

utama pada pasien yang menderita demam tifoid.

e. Mampu mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang telah dilakukan

pada keluarga dengan fokus utama pada pasien yang menderita demam

tifoid.

Page 4: Tifoid BAB I

C. Batasan masalah

Karya tulis ilmiah ini membahas tentang asuhan keperawatan

keluarga dengan fokus utama pada pasien yang menderita demam tifoid.

Adapun pengelolaan asuhan keperawatan ini dilaksanakan selama 3 hari, yang

meliputi pengkajian, analisa data, intervensi, implementasi dan evaluasi.

Page 5: Tifoid BAB I

BAB II

KONSEP DASAR

A. Konsep Keluarga

1. Definisi

Keluarga menurut Duvall dan Logan (1986) dikutip oleh Arita

(2007) adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan

adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan

meningkatkan perkembangan fisik, mental emosional serta social dari tiap

anggota keluarga.

Keluarga menurut Bailon dan Maglaya (1987) dikutip oleh Arita

(2007) adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga

karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka saling

berinteraksi satu dengan yang lainnya, mempunyai peran masing-masing

dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.

2. Tipe keluarga

Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari

berbagai macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial maka

tipe keluarga berkembang mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran

serta keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan maka perawat perlu

mengetahui berbagai tipe keluarga. Menurut Friedman (1986), berikut ini

berbagai tipe keluarga:

Page 6: Tifoid BAB I

a. Tipe keluarga tradisional

1) Keluarga inti yaitu suatu rumah yang terdiri dari suami, istri, dan

anak (kandung atau anak tiri)

2) Keluarga besar yaitu Keluarga inti ditambah dengan keluarga lain

yang mempunyai hubungan darah, misalnya : kakek, nenek,

keponakan, paman, dan bibi

3) Keluarga “Dyad” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami dan

istri tanpa anak

4) “Single Parent” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang

tua (ayah/ibu) dengan anak (kandung/ angkat). Kondisi ini dapat

disebabkan oleh perceraian atau kematian.

5) “Single Adult” yaitu suatu rumah tangga hanya terdiri seorang dewasa

(misalnya seseorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost untuk

bekerja atau kuliah)

b. Tipe Keluarga Non Tradisional

1) “Commue Family “, yaitu lebih satu keluarga tanpa

pertalian darah hidup serumah.

2) Orang tua (Suami/istri) yang tidak ada ikatan perkawinan

dan anak hidup dalam satu rumah tangga

3) “ Homoseksual “, yaitu dua individu yang sejenis laki-

laki hidup satu rumah tangga.

Page 7: Tifoid BAB I

3. Fungsi keluarga

Friedman (1986), mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga

sebagai berikut:

a. Fungsi afektif

Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga,

yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk

pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi

afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota

keluarga.

Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam

melaksanakan fungsi afektif adalah:

1) Saling mengasuh; cinta kasih, kehangatan, saling ,menerima, saling

mendukung antar anggota keluarga, mendapatkan kasih sayang dan

dukungan dari anggota yang lain. Hubungan intim didalam keluarga

merupakan modal dasar dalam memberi hubungan dengan orang lain

diluar keluarga/masyarakat.

2) Saling menghargai. Bila anggota keluarga saling menghargai dan

mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu

mempertahankan iklim yang positif, maka fungsi afektif akan tercapai.

3) Ikatan dan identifikasi. Ikatan keluarga dimulai sejak pasangan

sepakat memulai hidup baru. Orang tua harus mengembangkan proses

identifikasi yang positif sehingga anak-anak dapat meniru tingkah

laku yang positif dari kedua orang tuanya.

Page 8: Tifoid BAB I

b. Fungsi sosialisasi

Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang

dilalui individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan

dalam lingkungan sosial (Friedmann 1986). Keberhasilan perkembangan

individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar

anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi.

c. Fungsi reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah

sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah,

selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk

membentuk keluarga adalah untuk meneruskan keturunan.

d. Fungsi ekonomi

Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi

kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan akan

makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Banyak pasangan sekarang kita

temui dengan penghasilan yang tidak seimbang antara suami dan istri hal

ini menjadikan permasalahan yang berujung pada perceraian.

e. Fungsi perawatan kesehatan

Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan

praktek asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan

kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kesanggupan

keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas

kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat

Page 9: Tifoid BAB I

melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah

kesehatan.

4. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga

Seperti individu-individu yang mempunyai tugas-tugas

perkembangan yang harus mereka capai agar mereka merasa puas selama

suatu tahap perkembangan dan agar mereka mampu beralih tahap

berikutnya dengan berhasil, setiap tahap perkembangan keluargapun

mempunyai tugas-tugas perkembangan yang spesifik. Tugas-tugas

perkembangan keluarga menyertakan tanggung jawab yang harus dicapai

oleh keluarga selama setiap tahap perkembangannya sehingga dapat

memenuhi :

a. Kebutuhan biologis keluarga

b. Imperatif budaya keluarga dan

c. Aspirasi dan nilai-nilai keluarga (Duvall, 1977)

Tantangan nyata bagi keluarga adalah memenuhi setiap kebutuhan

anggota keluarga, dan juga untuk memenuhi fungsi-fungsi keluarga secara

umum, pertautan kebutuhan-kebutuhan perkembangan individu dan

keluarga tidak selalu mungkin dilakukan. Misalnya, tugas anak usia bermain

yang meliputi mengeksplorasi lingkungan seringkali bertentangan dengan

tugas seorang ibu memelihara rumah yang teratur.

a. Tahap 1 : Keluarga Pasangan Baru

Pasangan baru atau keluarga baru adalah suatu keluarga yang

dimulai saat masing-masing individu laki-laki (suami) dan perempuan

Page 10: Tifoid BAB I

(istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan

meninggalkan keluarga masing-masing. Tetapi yang dimaksud

meninggalkan keluarga disini bukanlah secara fisik namun secara

psikologis, karena masih banyak keluarga baru yang tinggal dengan

orang tua.

Dua orang yang membentuk keluarga perlu mempersiapkan

kehidupan yang baru, karena keduanya membutuhkan penyesuaian peran

dan fungsi sehari-hari. Masing-masing belajar hidup bersama serta

beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya, misalnya

kebiasaan makan, tidur dan sebagainya.

Hal utama yang perlu untuk diperhatikan adalah masalah

seksual dan perubahan peran menjadi ibu. Pendidikan perencanaan

keluarga dan konseling, pendidikan prenatal dan konseling serta

komunikasi. Ini merupakan bukti bahwa konseling seharusnya dilakukan

menjelang kehamilan. Kurangnya informasi sering menimbulkan

masalah dalam seksual dan emosional, cemas, rasa bersalah, kehamilan

tidak terencana dalam penyakit kehamilan yang terjadi sebelum dan

sesudah menikah.

Tugas Perkembangannya yaitu :

1) Membina hubungan intim yang memuaskan

2) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial

3) Mendiskusikan rencana mempunyai anak

Page 11: Tifoid BAB I

b. Tahap II : Keluarga dengan Menanti Kelahiran (Child Bearing)

Tahap kedua dari tugas perkembangan keluarga dimulai dengan

kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan. Biasanya orang tua

tergetar hatinya dengan kelahiran anak pertamanya. Kekuatan terhadap

bayi biasanya berkurang setelah beberapa hari karena ibu dan bayi

tersebut mulai saling mengenal. Akan tetapi kegembiraan yang tidak

dibuat-buat ini berakhir ketika seorang ibu baru tiba dirumah dengan

bayinya setelah dari Rumah Sakit.

Masalah-masalah utama keluarga dalam hidup ini adalah

pendidikan maternitas yang terpusat pada keluarga, perwatan bayi yang

baik, pengenalan dan penanganan masalah-masalah kesehatan fisik

secara dini, imunisasi, konseling perkembangan anak, keluarga

berencana, interaksi keluarga dan bidang-bidang peningkatan kesehatan

umum (gaya hidup).

Tugas perkembangan :

1) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap

(mengintegrasikan bayi baru kedalam keluarga).

2) Rekonsilisasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan

kebutuhan anggota keluarga.

3) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.

4) Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan

menambahkan peran-peran orang tua dan kakek nenek.

Page 12: Tifoid BAB I

c. Tahap III : Keluarga dengan Anak Usia Prasekolah

Periode prasekolah (usia 2,5-5 tahun), pada fase ini

pertumbuhan fisik berjalan lambat namun daya kontrol tubuh meningkat

pesat. Pada fase ini tingkat sosialisasi anak tinggi, mereka mulai

mengenal saudara, tetangga dan teman-teman mereka. Tahap

perkembangan yang terjadi pada anak usia praekolah adalah

perkembangan fisik, kognitif, psikososial, moral, seksual dan spiritual.

Untuk mengoptimalkan perkembangan tersebut dibutuhkan nutrisi, tidur

dan aktifitas yang cukup serta pencegahan kecelakaan.

Kemungkinan masalah kesehatan pada anak usia prasekolah

berupa : masalah kesehatan fisik, penyakit, penyakit menular, jatuh, luka

bakar, keracunan dan kecelakaan-kecelakaan lainnya.

Tugas perkembangan : Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga

ini dengan dua orang tua, dan tugas-tugas perkembangan keluarga yang

menyertainya :

1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang bermain,

privasi dan rasa aman.

2) Membantu anak bersosialisasi.

3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak

yang lain juga terpenuhi.

4) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (hubungan

perkawinan dan hubungan orang tua dengan anak), serta hubungan

diluar keluarga (keluarga besar dan masyarakat).

Page 13: Tifoid BAB I

5) Mempertahankan waktu untuk individu, pasangan dan anak.

6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.

7) Kegiatan dan waktu untuk simulasi tumbuh dan kembang anak.

Tahapan ini anak usia prasekolah lebih matang mulai mengambil lebih

banyak tanggung jawab untuk perawatan dirinya sendiri.

d. Tahap IV : Keluarga dengan Anak Usia Sekolah

Kategori golongan anak usia sekolah ada perbedaan menurut

beberapa ahli diantaranya Sigmund Freud dengan teori psikoseksual

menyatakan bahwa anak usia sekolah dikatakan sebagai periode laten

yaitu usia 6-12 tahun. Sedangkan menurut teori psikososial dari Erick

Erickson, usia sekolah yaitu 6-11 tahun yang disebut sebagai periode

industry us interiority. Menurut smith dan Mouver, usia adalah 5-12

tahun.

Menurut Friedman (1998), tugas perkembangan antara lain :

1) Mensosialisasikan anak termasuk meningkatkan prestasi

sekolah dan memupuk hubungan sebaya yang sehat pada anak-anak.

2) Memelihara hubungan perkawinan yang memuaskan.

3) Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.

e. Tahap V : Keluarga dengan Anak Usia Remaja

Pada tahap ini tugas perkembangan adalah mengimbangi

kebebasan dengan tanggung jawab sejalan dengan maturitas remaja,

memfokuskan kembali hubungan perkawinan, mempertahankan

komunikasi terbuka antara orang tua dan anak (Duvan dan Miller, 1985).

Page 14: Tifoid BAB I

Apabila keluarga tidak berhasil menjalankan tugas

perkembangan pada tahap ini, kemungkinan besar akan timbul masalah-

masalah kesehatan pada remaja seperti kecelakaan, penyalahgunaan obat,

kehamilan diluar perkawinan, aborsi, AIDS, dll.

Tahapan keluarga dengan remaja diawali pada saat anak pertama

berusia 13 tahun, tahapan ini akan berlangsung lebih kurang 6-7 tahun

sampai anak berusia 19-20 tahun.

Faktor-faktor resiko harus diidentifikasikan dan bicara dengan

keluarga seperti pentingnya gaya hidup keluarga yang sehat. Mulai dari

usia 35 tahun resiko penyakit jantung koroner meningkat di kalangan pria

dan pada usia ini anggota keluarga yang dewasa mulai merasa lebih

rentan terhadap penyakit dan biasanya mereka menerima strategi-strategi

promosi kesehatan, sedangkan pada usia remaja kecelakaan terutama

mobil merupakan bahaya besar.

Tugas perkembangan :

1) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja

semakin mandiri.

2) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan

3) Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak.

f. Tahap VI : Keluarga Yang Melepaskan Anak Usia Dewasa Muda

Tahap ini ditandai oleh anak pertama meninggalkan rumah

orang tua dan berkhir ketika anak terakhir meninggalkan rumah.

Page 15: Tifoid BAB I

Masalah utama kesehatan meliputi masalah komunikasi kaum

dewasa muda dengan orang tua : masalah-masalah transisi peran bagi

suami dan istri. Masalah orang yang memberikan perawatan (Bagi orang

tua atau lansia) dan munculnya kondisi kesehatan kronis atau faktor-

faktor yang berpengaruh seperti tingkat kolesterol tinggi, obesitas, dan

tekanan darah tinggi. Masalah-maalah menapouse di kalangan wanita

umum terjadi terakhir perlunya strategi promosi kesehatan dan gaya

hidup yang sehat menjadi lebih penting bagi anggota keluarga yang

dewasa.

Tugas perkembangan :

1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.

2) Mempertahankan keintiman pasangan.

3) Membantu orang tua, suami atau istri yang sedang sakit dan

memasuki usia tua.

g. Tahap VII : Keluarga dengan Orang Tua Usia Pertengahan

Tahap ini dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan

berakhir pada saat pensiun atau kematian salah satu pasangan. Biasanya

dimulai ketika orang tua memasuki usia 45-55 tahun dan berakhir pada

saat seorang pasangan pensiun biasanya 16-18 tahun kemudian.

Masalah kesehatan tahap ini meliputi : kebutuhan promosi

kesehatan, istirahat yang cukup, kegiatan waktu luang dan tidur, nutrisi

yang baik, program olah raga yang teratur, pengurangan berat badan

hingga berat yang optimum, berhenti merokok, berhenti atau mengurangi

Page 16: Tifoid BAB I

penggunaan alkohol, pemeriksaan skrining kesehatan preventif.

Berkomunikasi dan hubungan dengan anak-anak, ipar, cucu dan orang

tua yang berusia lanjut. Masalah-masalah hubungan perkawinan.

Masalah yang berhubungan dengan perawatan : membantu perawatan

orang tua yang lanjut usia tidak mampu merawat diri.

Tugas-tugas perkembangan keluarga :

1) Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan.

2) Mempertahankan hubungan yang penuh arti dengan penuh arti dengan

para orang tua lansia dan anak-anak.

3) Memperkokoh hubungan perkawinan

h. Tahap VIII : Keluarga dalam Masa Pensiun dan Lansia

Dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki masa

pensiun terus berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal dan

berakhir dengan pasangan lain meninggal.

Promosi kesehatan tetap menjadi hal yang sangat penting,

khususnya dalam bidang nutrisi, latihan, pencegahan cedera penggunaan

obat yang lama pemakaian pelayanan preventif dan berhenti merokok.

Masalah psikologis adalah masalah kesehatan yang serius, khususnya

bila bersama-sama dengan sakit fisik, pengkajian dan penggunaan sistem

dukungan sosial keluarga atau individu harus menjadi bagian integral

dari perawatan kesehatan keluarga.

Tugas perkembangan :

1) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.

Page 17: Tifoid BAB I

2) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun.

3) Mempertahankan hubungan perkawinan.

4) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan.

5) Memelihara ikatan keluarga antar generasi.

5. Sruktur Keluarga

Menurut Friedmann struktur keluarga terdiri dari :

a. Pola dan Proses Komunikasi

Pola interaksi keluarga yang berfungsi :

1) Bersifat terbuka dan jujur.

2) Selalu menyelesaikan konflik keluarga.

3) Berfikir positif.

4) Tidak mengulang isu- isu dan pendapat sendiri.

Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk :

1). Karakteristik pengirim :

a). Yakin dalam mengemukakan sesuata atau pendapat.

b). Apa yang disampaiakn jelas dan berkualitas.

c). Selalu meminta dan menerima umpan balik.

2). Karakteristik Penerima :

a). Siap mendengarkan.

b). Memberikan umpan balik.

c). Melakukan validasi.

Page 18: Tifoid BAB I

b. Struktur Peran

Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai

dengan posisi sosial yang diberikan, yang dimaksud dengan posisi atau

status adalah posisi individu dalam masyarakat misalnya sebagai suami,

istri, anak dan sebagainya. Tetapi peran ini tidak dapat dijalankan oleh

masing-masing individu dengan baik. Ada beberapa anak yang terpaksa

mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang lain

sedangkan orang tua mereka entah kemana atau malah berdiam diri

dirumah.

c. Struktur Kekuatan

Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari

individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk mengubah

perilaku orang lain kearah positif.

Ada beberapa macam tipe struktur kekuatan :

1) Legitimati Power

2) Referent Power

3) Reward Power

4) Coercive Power

5) Affektife Power

6. Struktur peran keluarga

Struktur peran keluarga adalah perilaku-perilaku yang berkenaan

dengan siapa yang memegang suatu posisi tertentu. Posisi yang

mengidentifikasikan status atau tempat seseorang dalam sistem sosial

Page 19: Tifoid BAB I

struktur peran. Struktur peran keluarga dibagi 2, yaitu struktur peran formal

dan informal.

a. Struktur peran formal

Menurut Safir (1967) dikutip oleh Friedmann (1998) peran

formal adalah suatu perilaku dimana keluarga melakukan posisi normal

dalam keluarga yang bersifat homogen dan ekplisit yaitu didalam

keluarga terdapat kandungan struktur peran keluarga (peran sebagai

ayah-suami,ibu-istri). Standar peran formal dalam keluarga terdiri dari

pencari nafkah, ibu rumah tangga, tukang perbaiki rumah, sopir,

pengasuh anak, manajer, dan tukang masak.

b. Struktur peran informal

Peran informal adalah peran tertutup yang bersifat implicit yang

tidak tampak kepermukaan dan hanya memenuhi kebutuhan-kebutuhan

emosional indifidual untuk menjaga keseimbangan dalam keluarga.

7. Peran Perawat Keluarga

Dari 5 fungsi keluarga satu di antaranya adalah fungsi perawatan

kesehatan keluarga dimana keluarga bersama perawat menyelesaikan

masalah kesehatan.

Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang

ditujukan pada keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan keluarga

yang sehat.

Page 20: Tifoid BAB I

Fungsi perawat adalah membantu keluarga untuk menyelesaikan

masalah kesehatan dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga

melakukan fungsi dan tugas perawatan kesehatan keluarga.

Ada banyak peran perawat dalam membantu keluarga dalam

menyelesaikan masalah atau melakukan perawatan kesehatan keluarga,

diantaranya sebagai berikut:

a. Pendidik

Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada

keluarga dengan tujuan sebagai berikut:

1)Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara

mandiri

2)Bertanggung jawab dalam masalah kesehatan keluarga

b. Koordinator

Koordinasi diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar

pelayanan yang komprehensif dapat tercapai. Koordinasi juga sangat

diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai

disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan.

c. Pelaksana

Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik dirumah,

klinik maupun dirumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan

perawatan langsung. Kontak pertama perawat kepada keluarga melalui

anggota keluarga yang sakit. Perawat dapat mendemontrasikan kepada

Page 21: Tifoid BAB I

keluarga asuhan perawatan yang diberikan dengan harapan keluarga nanti

dapat melakukan asuhan langsung kepada anggota keluarga yang sakit.

d. Pengawas Kesehatan

Sebagai pengawas kesehatan perawat harus melakukan home

visit atau kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau

melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga. Perawat tidak hanya

melakukan kunjungan tetapi diharapkan ada tindak lanjut dari kunjungan

ini.

e. Konsultan

Perawat sebagai nara sumber bagi keluarga dalam mengatasi

masalah kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat pada perawat

maka hubungan perawat dengan keluarga harus dibina dengan baik,

perawat harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya. Maka dengan

demikian, harus ada Bina Hubungan Saling Percaya (BHSP) antara

perawat dengan keluarga.

f.Kolaborasi

Sebagai perawat di komunitas juga harus bekerja sama dengan

pelayanan Rumah Sakit, Puskesmas, dan anggota tim kesehatan yang lain

untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal. Kolaborasi tidak

hanya dilakukan sebagai perawat di Rumah Sakit tetapi juga di keluarga

dan komunitas pun dapat dilaksanakan.

Page 22: Tifoid BAB I

g. Fasilitator

Peran perawat komunitas disini adalah membantu keluarga

adalah menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat kesehatan yang

optimal. Kendala yang sering dialami keluarga adalah keraguan didalam

menggunakan pelayanan kesehatan, masalah ekonomi, dan sosial budaya.

Agar dapat melaksanakan peran fasilitator dengan baik, maka perawat

komunitas harus mengetahui sistim pelayanan kesehatan, misalnya

sistem rujukan dan dana sehat.

h. Penemu kasus

Peran perawat komunitas yang juga sangat penting adalah

mengidentifikasi kesehatan secara dini (Case finding), sehingga tidak

terjadi ladakan atau Kejadian Luar Biasa (KLB).

i. Modifikasi lingkungan

Perawat komunitas juga harus dapat memodifikasi lingkungan,

baik lingkungan rumah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan

sekitarnya agar dapat tercipta lingkungan yang sehat.

B. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan demam thyfoid

1. Asuhan keperawatan keluarga

Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan

yang diberikan melalui praktek keperawatan kepada keluarga untuk

membantu menyelesaikan masalah kesehatan keluarga tersebut dengan

menggunakan proses keperawatan (Setyowati dan Muwarni, 2008).

Page 23: Tifoid BAB I

2. Pengertian

Tifus abdominalis adalah infeksi akut yang biasanya mengenai

saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, dan

gangguan kesadaran (Nursalam, 2005).

Menurut Hidayat (2006), tifus abdominalis adalah penyakit infeksi

yang terjadi pada usus halus yang disebabkan oleh salmonela thypii, yang

dapat ditularkan melalui makanan, mulut, atau minuman yang

terkontaminasi bakteri salmonela thypii.

3. Etiologi

Menurut Mansjoer (2000), etiologi demam thyfoid dan demam

parathyfoid adalah salmonella typhoid, salmonella paratyphi A, salmonella

paratyphi B, dan salmonella paratyphi C. Salmonella typosa merupakan basil

gram negatif yang bergerak dengan bulu getar, tidak berspora. Bakteri tersebut

sekurang-kurangnya mempunyai tiga macam antigen, yaitu antigen O, H dan

Vi. Ketiga jenis antigen tersebut didalam tubuh manusia akan menimbulkan

pembentukan tiga macam antibody yang lazim disebut aglutinin.

4. Manifestasi klinik

Menurut Ngastiyah (2003), manifestasi klinik demam thyfoid pada

anak biasanya lebih ringan daripada orang dewasa. Masa tunas 10-20 hari,

yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan sedangkan jika yang

melalui minuman yang terlama 30 hari. Selama masa inkubasi mungkin

ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri

Page 24: Tifoid BAB I

kepala, pusing, nafsu makan berkurang dan tidak bersemangat. Manifestasi

klinik lain yang biasanya ditemukan meliputi :

a. Demam. Demam atau panas merupakan gejala utama demam tifoid. Suhu

tubuh turun naik yakni pada pagi hari lebih rendah atau normal, sementara

sore dan malam hari lebih tinggi. Demam dapat mencapai 39-400 C.

intensitas demam akan makin tinggi disertai gejala lain seperti sakit kepala,

diare, nyeri otot, pegal, insomnia, anoreksia, mual, dan muntah.

b. Gangguan saluran pencernaan. Sering ditemukan bau mulut yang tidak

sedap karena demam yang lama. Bibir kering dan pecah-pecah. Lidah

terlihat kotor dan ditutupi selaput kecoklatan dengan ujung dan tepi lidah

kemerahan dan tremor.

c. Gangguan kesadaran. Umumnya terdapat gangguan kesadaran berupa

penurunan kesadaran ringan, sering ditemui kesadaran apatis. Bila gejala

klinis berat, tidak jarang penderita sampai somnolen dan koma.

d. Hepatosplenomegali. Pada penderita demam tifoid, hati dan atau limpa

sering ditemukan membesar. Hati terasa nyeri bila ditekan.

5. Patofisologi

Patofisiologi demam tifoid menurut Price (2005) yaitu penyakit

thyfoid disebabkan oleh salmonella typhoid, salmonella paratyphi A,

salmonella paratyphi B, dan salmonella paratyphi C yang masuk kedalam

tubuh manusia melalui mulut dengan makanan dan air yang tercemar. Sebagian

kuman dimusnahkan oleh asam lambung dan terjadi peningkatan produksi

asam lambung yang menyebabkan perasaan yang tidak enak diperut, mual,

Page 25: Tifoid BAB I

muntah, anoreksia, dan mengakibatkan terjadi iritasi mukosa lambung.

Sebagian lagi masuk ke dalam usus halus sehingga terjadi infeksi yang

merangsang peristaltik usus sehingga menimbulkan diare atau konstipasi selain

itu kuman mencapai jaringan limfoid plaque peyeri diellium terminalis yang

mengalami hipertrofi.

Ditempat ini terjadi komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal

dapat terjadi. Kuman salmonella kemudian menembus ke lamina propia, masuk

kealiran limfe dan mencapai kelenjar limfe mesentrial yang juga mengalami

hipertrofi. Selanjutnya kuman salmonella tyhpi ke aliran darah melalui duktus

toracikus, kuman salmonella typhi lain mencapai hati melalui sirkulasi portal

dari usus. Salmonela typhi bersarang di plaque peyeri, limpa hati, dan bagian-

bagian lain sistem retikuloendotelia.

Endotoksi salmonella tyhpi membantu terjadinya proses inflamasi

lokal pada jaringan tempat salmonella tyhpi berkembang biak. Namun pada

tyhpi disebabkan karena salmonella typhi dan endotoksinnya merangsang

sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang

dalam perkembangbiakan kuman dapat mengakibatkan hipertofi splenomegali

terjadi penekanan pada usus dan menyebabkan nyeri.

6. Komplikasi

Menurut Ngastiyah (2003) komplikasi demam tifoid umumnya jarang

terjadi, akan tetapi sering fatal, yaitu:

Page 26: Tifoid BAB I

a. Pendarahan usus. Bila hanya di temukan jika dilakukan pemeriksaan tinja

dengan benzidin. Bila perdarahan banyak terjadi melena dan bila berat dapat

disertai perasaan nyeri perut dengan tanda-tanda renjatan.

b. Perforasi usus. Timbul biasanya pada mingggu ketiga atau setelah itu dan

terjadi pada bagian distal ileum. Perforasi yang tidak di sertai peritonitis

hanya dapat ditemukan bila terdapat udara di rongga peritoneum, yaitu

pekak hati menghilang dan terdapat udara di antara hati dan diafragma pada

foto Rontgen abdomen yang dibuat dalam keadaan tegak.

c. Peritonitis. Bisanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi

usus. Ditemukan gejala abdomen akut yaitu nyeri perut yang berat, dinding

abdomen tegang (defense musculair) dan nyeri pada tekanan.

C. Konsep Dasar keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian menurut format Friedman :

a. Data Umum

1) Usia

Fokus pengkajian biodata keluarga berkaitan dengan umur,

jenis kelamin, dan jumlah anggota keluarga yang ada pada keluarga.

Umur sangat berkaitan dengan terjadinya thyfoid yaitu usia 3-19 tahun

dan thyfoid juga sering menyerang anak-anak usia sekolah dasar, ini

dikarenakan mereka masih sering jajan yang belum tentu bersih dalam

pengolahan bahan makanan, daripada makan dirumah. Anak usia

sekolah rata-rata tidak tahu penyebab dari penyakit demam thyfoid, ini

Page 27: Tifoid BAB I

diperburuk dengan orang tua tidak memperhatikan pola jajan anak-

anak mereka.

2) Jenis kelamin

Pada pria lebih beresiko terkena penyakit thyfoid ataupun

terpapar dengan kuman salmonella tyhpi dibandingkan wanita. Hal ini

dikarenakan aktifitas pria diluar rumah lebih banyak daripada wanita.

3) Lingkungan

Penyakit thyfoid merebak didaerah yang kebersihannya

lingkungannya kurang diperhatikan, misalnya saja didaerah yang

kumuh atau kotor dan banyak lalat. Banyaknya lalat didaerah yang

kumuh akan menjadi perantara pindahnya kuman kemanusia, dimana

penyebaran salmonella typhi ini melalui muntahan, urine dan kotoran

dari penderita yang kemudian terbawa oleh lalat, lalat itu

mengkontaminasi makanan, minuman, sayuran, maupun buah-buahan

yang terbuka, sehingga orang yang mengkonsumsi makanan yang

terkontaminasi dengan salmonella tyhpi akan beresiko terkena

penyakit thypoid.

4) Pekerjaan

Orang yang bekerja pada lingkungan yang kumuh dan kotor

lebih beresiko terkena thypoid. Misalnya, pemulung lebih beresiko

daripada pegawai kantor.

Page 28: Tifoid BAB I

5) Pendidikan

Tingkat pendidikan akan mempengaruhi tingkat pemahaman

dan pengetahuan penderita dan keluarga tentang penyakitnya. Jika

terjadi kurang pengetahuan maka hal ini akan bisa mengakibatkan

terjadinya komplikasi akibat penanganan yang tidak cepat dan tepat

(Soeparman, 2000).

6) Hubungan (genogram)

Dalam anggota keluarga penularan salmonella tyhpi melalui

dua sumber yaitu melalui adanya anggota keluarga yang saat itu

sedang menderita penyakit thypoid dan adanya anggota keluarga

dengan caller. Caller yaitu orang yang sembuh dari penyakit thypoid

dan terus mengekskresi salmonella tyhpi, tinja, dan air kemih selama

kurang lebih satu tahun.

7) Kebiasaan

Kebiasaan yang paling berpengaruh pada proses terjadinya

penyakit thypoid yaitu hygiene personal yang kurang. Kebiasaan tidak

mencuci tangan sebelum makan ataupun kebiasaan memelihara kuku

yang panjang akan memeprmudah masuknya kuman kedalam tubuh.

b. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tahap perkembangan keluarga yang beresiko mengalami

masalah thypoid adalah tahap perkembangan keluarga dengan anak

usia sekolah. pada fase ini umumnya keluarga mencapai jumlah

Page 29: Tifoid BAB I

anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk dan

kurang memperhatikan pola jajan anak mereka. Dimana dalam

pengolahan bahan makanan tersebut belum tentu bersih dari pada

makanan rumah. Anak-anak usia sekolah rata-rata tidak tahu penyebab

dari penyakit thypoid.

2) Riwayat kesehatan keluarga

Thypoid tidak ada kaitannya dengan penyakit yang lain

misalnya DM, hipertensi, dan lain-lain. Kaitan penyakit thypoid

adalah dengan lingkungan (lingkungan yang kotor dan kumuh).

Meskipun thypoid adalah penyakit menular, namun penularan

penyakit thypoid yaitu melalui carier atau orang yang sembuh dari

penyakit thypoid dan masih mengekskresi salmonella thypi dalam

slauran kemih selama lebih dari satu tahun.

c. Pengkajian Lingkungan

1) Kondisi rumah atau karakteristik rumah

Penataan perabot rumah yang kurang diperhatikan atau tidak

teratur seperti tempat makanan dan tempat sampah yang dibiarkan

terbuka akan meningkatkan resiko terjadinya penyakit thypoid, karena

penyakit thypoid sering terjadi pada daerah yang kebersihan

lingkungannya kurang diperhatikan misalnya saja di lingkungan yang

kumuh dan kotor serta banyak lalat.

Page 30: Tifoid BAB I

2) Karakteristik lingkungan dan komunitas,

menjelaskan tentang karakteristik dari tetangga dan komunitas

setempat.

a) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk

berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana

keluarga berinteraksi dengan masyarakat sekitar.

b) Sistem pendukung. Pengelolaan pasien post opname thypoid di

keluarga sangat membutuhkan peran aktif seluruh anggota keluarga

dan petugas dari pelayanan kesehatan yang ada dimasyarakat.

Semua berperan dalam pemberian edukasi, motivasi dan

mengontrol perkembangan kesehatan anggota keluarga yang habis

menderita penyakit thypoid.

d. Struktur Keluarga

1) Pola komunikasi keluarga

Semakin terbuka dalam berkomunikasi maka akan lebih

memudahkan keluarga dalam memecahkan masalah. Jika komunikasi

tertutup maka akan menyulitkan dalam pemecahan masalah yang ada

pada keluarga (Stanhope dan Lancaster, 1992).

2) Struktur kekuatan keluarga

Dengan adanya pengambilan keputusan, maka akan dapat

segera dilakukan penanganan dan proses penyembuhan terhadap

anggota keluarga yang mengalami thypoid. Jika tidak ada

Page 31: Tifoid BAB I

pengambilan keputusan maka masalah akan tetap ada dan tidak

teratasi (Carpenito, 2000)

3) Struktur peran

Peran kepala keluarga sangat berpengaruh terhadap kesehatan

keluarga terutama dalam penyediaan kebutuhan anggota keluarga

yang meliputi kebutuhan sandang, pangan, dan papan.

4) Nilai dan norma budaya

Untuk mengetahui adanya nilai dan moral yang diyakini

apakah bertentangan dan memdukung kesehatan akan lebih

memberikan dukungan atau motivasi untuk menyembuhkan atau

berobat (Nurdin, 2000).

e. Fungsi Keluarga

1) Fungsi afektif

Kekurangan perhatian keluarga terhadap anggota keluarga

yang sakit akan mengakibatkan penderita thypoid tidak mendapatkan

perawatan dan pengobatan yang dibutuhkan, sehingga dapat

menimbulkan terjadinya komplikasi lebih lanjut.

2) Fungsi sosialisasi

Dengan kemampuan sosialisasi yang tinggi akan

memudahkan terjadinya interaksi kepedulian. Hal ini akan membantu

dalam proses penanganan penderita akan mengalami gangguan dalam

bersosialisasi (Stanhope dan Lancaster, 1992).

Page 32: Tifoid BAB I

3) Fungsi perawatan kesehatan keluarga

a) Kemampuan mengenal masalah kesehatan

Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah thypoid

adalah salah satu faktor penyebab karena apabila keluarga tidak

mampu mengenal masalah thypoid, masalah tersebut akan

mengakibatkan komplikasi

b) Kemampuan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang sakit

Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota

keluarga yang sakit thypoid dikarenakan oleh ketidaktahuan

tentang penyakit, misalnya penyebab, gejala, pencegaham,diit, dan

lain-lain.

c) Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan atau memelihara

lingkungan

Ketidakmampuan keluarga memelihara dan memodifikasi

lingkungan dapat beresiko untuk timbulnya thypoid.

4) Fungsi reproduksi

Dalam keluarga, penyakit thypoid merupakan penyakit yang

dapat ditularkan kepada anggota keluarga yang lain.

5) Fungsi ekonomi

Page 33: Tifoid BAB I

Keadaan ekonomi yang rendah menyebabkan penyakit

thypoid tidak diperhatikan perawatan ataupun pengobatannya,

sementara penyakit thypoid juga sering diderita oleh kalangan

ekonomi menengah kebawah.

2. Diagnosa keperawatan

a. PathwayMakanan terkontaminasi salmonella

Mulut

HCL (lambung)

Tidak hidup

Difagosit Tidak Difagosit

Mati Bakteriema Sekunder

Hidup

usus terutama plaque peyer

kuman mengeluarkan endotoksin

Bakteriema primerkuman mengeluarkan endotoksin

Bakteriema primer

Usus halus

Peradangan

Hiperperistaltik usus

diare

Hipotalamus

Menekan termoreguler

Hipetermi

cepat lelah

Hepar

Hepatosplenomegali

Endotoksin merusak hepar

SGOT/SGPT

Nyeri

Hipertermi

Page 34: Tifoid BAB I

b. Masalah keperawatan

1) Nyeri akut

2) Defisit volume cairan

3) Intoleransi aktivitas

4) Hipertermi

5) Kurang pengetahuan

c. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul menurut Nanda

(2011), adalah:

1) Nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami demam tifoid

2) Defisit volume cairan berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami

demam tifoid

3) Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami

demam tifoid

4) Hipertermi berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga mengenal masalah kesehatan

5) Kurang pengetahuan tentang demam tifoid

Intoleransi AktifitasDefisit volume

cairan

Kurang Pengetahuan

Page 35: Tifoid BAB I

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah

kesehatan

3. Fokus Intervensi

a. Nyeri akut (Nanda, 2011)

Tujuan umum : Nyeri berkurang/hilang

Tujuan khusus : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

3x3 hari pertemuan diharapkan keluarga mampu :

1) Keluarga mampu mengenal masalah demam tifoid.

a) Gali pengetahuan keluarga tentang pengertian, penyebab, tanda dan

gejala penyakit demam tifoid.

b) Jelaskan pada keluarga tentang penyakit demam tifoid.

c) Beri kesempatan keluarga untuk bertanya.

e) Beri reinforcement positif atas

kemampuan keluarga.

2) Keluarga mampu mengambil keputusan tindakan yang tepat untuk

mengurangi nyeri.

a) Diskusikan bersama keluarga dalam mengambil keputusan dan

tindakan yang tepat untuk mengatasi nyeri.

b) Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan yang tepat.

c) Beri reinforcement positif atas kemampuan keluarga.

3) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang menderita demam

tifoid.

a) Jelaskan pada keluarga cara perawatan demam tifoid.

Page 36: Tifoid BAB I

b) Beri kesempatan keluarga untuk bertanya.

c) Beri reinforcement positif atas kemampuan keluarga.

4) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan rumah yang menunjang

kesehatan.

a) Gali pengetahuan keluarga untuk memodifikasi lingkungan yang

tepat untuk anggota keluarga yang sakit.

b) Jelaskan pada keluarga untuk memodifikasi lingkungan dan gaya

hidup dalam mengatasi nyeri dengan memanfaatkan sumber-

sumber yang ada dalam keluarga.

c) Beri reinforcement positif atas kemampuan keluarga.

5) Keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

a) Jelaskan pada keluarga tentang pentingnya memeriksakan diri ke

tempat pelayanan kesehatan.

b) Anjurkan pada keluarga untuk memeriksakan diri ke tempat

pelayanan kesehatan.

c) Beri reinforcement positif atas kemampuan keluarga

b. Defisit Volume cairan ( Nanda, 2011)

Tujuan umum : Intake dan output seimbang

Tujuan khusus : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

3x3 hari pertemuan diharapkan keluarga mampu :

1) Keluarga mampu mengenal masalah demam tifoid.

a) Gali pengetahuan keluarga tentang pengertian, penyebab, tanda dan

gejala penyakit demam tifoid.

Page 37: Tifoid BAB I

b) Jelaskan pada keluarga tentang penyakit demam tifoid.

c) Beri kesempatan keluarga untuk bertanya.

d) Beri reinforcement positif atas kemampuan keluarga.

2) Keluarga mampu mengambil keputusan tindakan yang

tepat untuk klien demam tifoid.

a) Jelaskan mengenai penanganan yang tepat supaya tidak terjadi

demam tifoid lebih lanjut.

b) Beri kesempatan keluarga untuk bertanya.

c) Beri reinforcement positif atas kemampuan keluarga.

3) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang

menderita demam tifoid.

a) Jelaskan pada keluarga cara perawatan demam tifoid.

b) Diskusikan pada klien dan keluarga pentingnya mengubah gaya

hidup untuk mengurangi faktor penyebab demam tifoid.

c) Beri kesempatan keluarga untuk bertanya.

d) Beri reinforcement positif atas kemampuan keluarga.

4) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan rumah yang

menunjang kesehatan.

a) Gali pengetahuan keluarga untuk memodifikasi lingkungan yang

tepat untuk anggota keluarga yang sakit.

b) Jelaskan pada keluarga untuk memodifikasi lingkungan dan gaya

hidup dalam mengatasi penyakit dengan memanfaatkan sumber-

sumber yang ada dalam keluarga.

Page 38: Tifoid BAB I

c) Beri reinforcement positif atas kemampuan keluarga.

5) Keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang

ada

a) Jelaskan pada keluarga tentang pentingnya memeriksakan diri ke

tempat pelayanan kesehatan.

b) Anjurkan pada keluarga untuk memeriksakan diri ke tempat

pelayanan kesehatan

c) Beri reinforcement positif atas kemampuan keluarga

c. Intoleransi aktivitas

Tujuan umum : Aktivitas kembali mandiri

Tujuan khusus : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

3x3 hari pertemuan diharapkan keluarga mampu :

1) Keluarga mampu mengenal masalah demam tifoid

a) Gali pengetahuan keluarga mengenai aktivitas pada klien dengan

demam tifoid.

b) Jelaskan pada keluarga tentang teknik penghematan energi.

c) Beri kesempatan keluarga untuk bertanya.

d) Beri reinforcement positif atas kemampuan keluarga.

2) Keluarga mampu mengambil keputusan tindakan yang tepat untuk

klien demam tifoid.

a) Jelaskan pada keluarga tentang teknik penghematan energi.

b) Beri kesempatan keluarga untuk bertanya.

Page 39: Tifoid BAB I

3) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang menderita demam

tifoid.

a) Jelaskan pada keluarga tentang aktivitas yang perlu dilakukan pada

penderita demam tifoid.

b) Beri kesempatan keluarga untuk bertanya.

c) Beri reinforcement positif atas kemampuan keluarga.

4) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan rumah yang menunjang

kesehatan.

a) Gali pengetahuan keluarga untuk memodifikasi lingkungan yang

tepat untuk anggota keluarga yang sakit.

b) Jelaskan pada keluarga untuk memodifikasi lingkungan dan gaya

hidup dalam mengatasi intoleransi aktivitas dengan memanfaatkan

sumber-sumber yang ada dalam keluarga.

c) Beri reinforcement positif atas kemampuan keluarga.

5) Keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada

a) Jelaskan pada keluarga tentang pentingnya memeriksakan diri ke

tempat pelayanan kesehatan.

b) Anjurkan pada keluarga untuk memeriksakan diri ke tempat

pelayanan kesehatan.

c) Beri reinforcement positif atas kemampuan keluarga.

d. Hipertermi ( Nanda, 2005)

Tujuan umum : Tidak terjadi hipertermi

Page 40: Tifoid BAB I

Tujuan khusus : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

3x3 hari pertemuan diharapkan keluarga mampu :

1) Keluarga mampu mengenal masalah demam tifoid

a) Gali pengetahuan keluarga tentang pengertian, penyebab, tanda dan

gejala penyakit demam tifoid.

b) Jelaskan pada keluarga tentang penyakit demam tifoid.

c) Beri kesempatan keluarga untuk bertanya.

d) Beri reinforcement positif atas kemampuan keluarga.

2) Keluarga mampu mengambil keputusan tindakan yang tepat untuk

klien demam tifoid.

a) Jelaskan mengenai penanganan yang tepat apabila terjadi

hipertermi.

b) Beri kesempatan keluarga untuk bertanya.

c) Beri reinforcement positif atas kemampuan keluarga.

3) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang menderita demam

tifoid.

a) Jelaskan pada keluarga cara perawatan demam tifoid terutama bila

terjadi hipertermi.

b) Diskusikan pada klien dan keluarga pentingnya mengubah gaya

hidup untuk mengurangi faktor penyebab demam tifoid.

c) Beri kesempatan keluarga untuk bertanya.

d) Beri reinforcement positif atas kemampuan keluarga.

Page 41: Tifoid BAB I

4) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan rumah yang menunjang

kesehatan.

a) Gali pengetahuan keluarga untuk memodifikasi lingkungan yang

tepat untuk anggota keluarga yang sakit.

b) Jelaskan pada keluarga untuk memodifikasi lingkungan dan gaya

hidup dalam mengatasi penyakit dengan memanfaatkan sumber-

sumber yang ada dalam keluarga.

c) Beri reinforcement positif atas kemamapuan keluarga.

5) Keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang

ada.

a) Jelaskan pada keluarga tentang pentingnya memeriksakan diri ke

tempat pelayanan kesehatan.

b) Anjurkan pada keluarga untuk memeriksakan diri ke tempat

pelayanan kesehatan.

c) Beri reinforcement positif atas kemampuan keluarga

e. Kurang pengetahuan ( Nanda, 2011)

Tujuan umum : Pengetahuan keluarga bertambah

Tujuan khusus : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

3x3 hari pertemuan diharapka keluarga mampu :

1) Keluarga mampu mengenal masalah demam tifoid.

a) Gali pengetahuan keluarga tentang pengertian, penyebab, tanda dan

gejala penyakit demam tifoid.

b) Lakukan penyuluhan tentang penyakit demam tifoid.

Page 42: Tifoid BAB I

c) Beri kesempatan keluarga untuk bertanya.

d) Beri reinforcement positif atas kemampuan keluarga.

2) Keluarga mampu mengambil keputusan tindakan yang tepat untuk

mengatasi kurang pengetahuan.

a) Gali pengetahuan keluarga dalam mengambil keputusan untuk

penyakit demam tifoid.

b) Beri dukungan atas ketepatan mengambil keputusan penanganan

demam tifoid.

c) Beri alternatif pemecahan masalah

d) Beri reinforcement positif atas kemampuan keluarga.

3) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang menderita demam

tifoid.

a) Gali pengetahuan keluarga tentang macam-macam pengobatan

tradisional.

b) Jelaskan pada keluarga cara pembuatan obat tradisional untuk

demam tifoid.

c) Beri kesempatan keluarga untuk bertanya.

4) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan rumah yang menunjang

kesehatan.

a) Gali pengetahuan keluarga untuk memodifikasi lingkungan yang

tepat untuk anggota keluarga yang sakit.

Page 43: Tifoid BAB I

b) Jelaskan pada keluarga untuk memodifikasi lingkungan dan gaya

hidup dalam mengatasi demam tifoid dengan memanfaatkan

sumber-sumber yang ada dalam keluarga.

c) Beri reinforcement positif atas kemampuan keluarga.

5) Keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

a) Jelaskan pada keluarga tentang pentingnya memeriksakan diri ke

tempat pelayanan kesehatan.

b) Anjurkan pada keluarga untuk memeriksakan diri ke tempat

pelayanan kesehatan.

c) Beri reinforcement positif atas kemampuan keluarga.