65
TINGKAT PENCEMARAN LOGAM KADMIUM (Cd) DAN KOBALT (Co) PADA SEDIMEN DI SEKITAR PESISIR BANDAR LAMPUNG (Skripsi) Oleh : Daniar Febriliani Pratiwi FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016

TINGKAT PENCEMARAN LOGAM KADMIUM (Cd) DAN …digilib.unila.ac.id/23057/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · kadmium dan kobalt di tentukan dengan menggunakan spektrofotometer Serapan

  • Upload
    doduong

  • View
    234

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

TINGKAT PENCEMARAN LOGAM KADMIUM (Cd) DAN KOBALT

(Co) PADA SEDIMEN DI SEKITAR PESISIR BANDAR LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh :

Daniar Febriliani Pratiwi

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2016

ABSTRACT

METAL CONTAMINATION OF CADMIUM (Cd) AND COBALT (Co)

SEDIMENT FROM BANDAR LAMPUNG COASTAL

Oleh

Daniar Febriliani Pratiwi

The Research have been conducted by the level of cadmium (Cd) and cobalt (Co)

metal pollution in sediments from the coastal of Bandar Lampung. Cadmium (Cd)

and cobalt (Co) metal consentration had determined using Atomic Absoption

Spectrophotometer (AAS) with three validation methods, there linearity, limit of

detection and precicion. The result of the analysis showed cadmium (Cd) metals

consentration were in the range 7,413 ± 0,009 ppm to 7,221 ± 0,008 ppm, the

concentration of the metal cadmium metal is above the quality standar of the

National Sediment Quality Survey USEPA and The Ontario Ministry of The

Environment. Cobalt (Co) metal consentration were in the range 298,346 ± 3,309

to 258,639 ± 1,103 ppm, the consentration of cobalt metal is above quality

standar by the National Sediment Quality Survey USEPA and The Ontario

Ministry of The Environment. Validation of methods in determining the

consentration of cadmium (Cd) and cobalt (Co) metals in sediments showed a

correlation coefficient for each metal that is 99,8 % and 99,9 %; limit of detection

for each metal 0,000175 ppm and 8,155787 ppm; with RSD values of precision

<11% and <5%

Keyword : Heavy Metal, Cd, Co, Sediment, Coast Bandar Lampung

ABSTRAK

TINGKAT PENCEMARAN LOGAM KADMIUM (Cd) DAN KOBALT

(Co) PADA SEDIMEN DI SEKITAR PESISIR BANDAR LAMPUNG

Oleh

Daniar Febriliani Pratiwi

Telah dilakukan penelitian tentang tingkat pencemaran logam kadmium (Cd) dan

kobalt (Co) pada sedimen disekitar pesisir Bandar Lampung. Konsentrasi logam

kadmium dan kobalt di tentukan dengan menggunakan spektrofotometer Serapan

Atom (SSA) dengan menggunakan tiga validasi metode yaitu linearitas, limit

deteksi dan presisi. Hasil analisis menunjukan konsentrasi logam kadmium (Cd)

berada pada rentang 7,413 ± 0,009 ppm hingga 7,221 ± 0,008 ppm, konsentrasi

logam kadmium berada diatas ambang baku mutu yang ditetapkan oleh National

Sediment Quality Survey USEPA dan The Ontario Ministry of The Environment.

Konsentrasi logam kobalt (Co) berada pada rentang 298,346 ± 3,309 ppm hingga

258,639 ± 1,103 ppm, konsentrasi logam kobalt berada diatas ambang baku mutu

yang ditetapkan oleh National Sediment Quality Survey USEPA dan The Ontario

Ministry of The Environment. Validasi metode pada penentuan konsentrasi logam

kadmium (Cd) dan kobalt (Co) dalam sedimen menunjukan nilai koefisien

korelasi pada masing- masing logam yaitu 99,8 % dan 99,9 %; limit deteksi pada

masing-masing logam 0,000175 ppm dan 8,155787 ppm; presisi dengan nilai

RSD <11 % dan <5%.

Kata kunci : Logam Berat, Cd, Co, Sedimen, Pesisir Bandar Lampung

TINGKAT PENCEMARAN LOGAM KADMIUM (Cd) DAN KOBALT

(Co) PADA SEDIMEN DI SEKITAR PESISIR BANDAR LAMPUNG

Oleh :

Daniar Febriliani Pratiwi

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

SARJANA SAINS

Pada

Jurusan Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Lampung

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2016

RIWAYAT HIDUP

Daniar Febriliani Pratiwi dilahirkan di Bandar

Lampung, pada 6 Februari 1993 sebagai anak bungsu

dari empat bersaudara dari Ayahanda Adi Koesnadi Bsc

dan Ibunda Tini Sumartini. Penulis menyelesaikan

pendidikan dari Taman Kanak-kanak Dharmawanita

PTP. Nusantara VII Tulung Buyut , Lampung Utara lulus pada tahun 1999,

SDN 2 Gotong Royong lulus pada tahun 2005, SMPN 9 Bandar Lampung lulus

pada tahun 2008, SMA YP UNILA Bandar Lampung lulus pada tahun 2011.

Pada tahun 2011 penulis diterima sebagai salah satu mahasiswa di Jurusan

Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) di

Universitas Lampung malalui jalur UM (Uji Mandiri) 2011.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam lembaga kemahasiswaan

kampus, pada tahun 2011 penulis menjadi Kader Muda HIMAKI (KAMI),

anggota biro Usaha Mandiri Himpunan Mahasiswa Kimia (HIMAKI) periode

2012-2013 dan sempat memegang amanah menjadi Ketua Biro Usaha Mandiri

Himpunan Mahasiswa Kimia (HIMAKI) periode 2013-2014.

Selama menjadi Mahasiwa penulis juga pernah menjadi asisten Praktikum pada

tahun 2014-2015 yaitu Kimia Dasar kelas AGT A FP, Sains Dasar kelas

Matematika B FMIPA, Kimia Analitik II kelas Kimia FMIPA, Kimia Dalam

Kehidupan kelas Kimia FMIPA dan pada tahun 2015-2016 Kimia Analitik I

kelas Kimia FMIPA dan Kimia Dasar kelas THP A FP dan Kimia Dasar AGT C

FP.

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Sumber Agung

Kecamatan Kemiling Bandar Lampung pada tahun 2014. Penulis telah

menyelesaikan Praktrik Kerja Lapangan yang berjudul Distribusi Sebaran

Logam Fe pada Sedimen di Sekitar Perairan Teluk Lampung secara

Spektrofotometri UV-Vis

Yang utama dari Segalanya, kupersembahkan sebagai wujud bakti dan

tanggung jawab kepada :

ALLAH S.W.T

Rosulullah SAW beserta keluarganya dan para Sahabat

junjunganku, suri tauladanku, yang kunanti-nantikan syafa’atnya

di hari kebangkitan kelak.

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat

kukasihi dan kusayangi

Kepada kedua orang tuaku,

Ayahanda Adi Koesnadi BSc dan Ibuda Tini Sumartini yang telah

mencurahkan kasih sayang, semangat dan do’a kepadaku.

Kakak ku

Dini Aprizokhir, S.T., Daniel Marzahan Putra SIP., Dafriel Ashadi,

S.Kom., Rika Apriliani yang selalu memberikan ku semangat dan do’a

Pembimbing Penelitianku, Bapak Diky Hidayat, M.Sc.yang telah

memberikan ilmu, nasehat, motivasi dan saran.

Serta Kerabat dan Sahabat

Almamater Tercinta

MOTTO

Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila

engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk

urusan yang lain). Dan hanya kepada tuhanmulah engkau berharap (QS.

Al-Insyirah, 6-8)

Pahlawan bukanlah orang yang berani menetakan pedangnya kepundak

lawan, tetapi pahlawan sebenarnya ialah orang yang sanggup menguasai

dirinya dikala ia marah (Nabi Muhammad SAW)

Ingatlah bahwa setiap hari dalam sejarah kehidupan kita ditulis dengan

tinta yang tidak dapat terhapus lagi (Thomas Carlyle)

Build you dreams, or someone else will hire you to build their (Farrah Gray)

Man jaddah wajadah, selama kita bersungguh-sungguh, maka kita akan

memetik buah yang manis. Segala keputusan hanya ditangan kita sendiri,

kita mampu untuk itu (Bpk B.J Habibie)

SANWACANA

“Assalamu ’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh”

Alhamdulillahirabbil ’alamin, segala puji dan syukur penulis haturkan kepada

Allah SWT, maha kuasa atas bumi, langit dan seluruh isinya. Serta hakim yang

maha adil di hari akhir nanti, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan judul, ”Tingkat Pencemaran Logam Kadmium (Cd) dan Kobalt (Co)

pada Sedimen di Sekitar Pesisir Bandar Lampung”. Shalawat serta salam

kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya

yang selalu taat mengamalkan ajaran dan sunnahnya. Skripsi ini disusun sebagai

salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Sains pada Jurusan Kimia

FMIPA Unila. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Warsito, S.Si., DEA., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung

2. Bapak Dr. Eng, Suripto Dwi Yuwono, M.T selaku Ketua jurusan Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung

3. Bapak Diky Hidayat, M.Sc., selaku pembimbing pertama, yang telah

memberikan bimbingan, motivasi dan saran yang tiada henti kepada penulis

dalam menyelesaikan penelitian ini.

4. Ibu Dian Septiani Pratama, M.Si., selaku pembimbing kedua, yang

memberikan banyak ilmu, kritik, saran serta arahan kepada penulis dalam

menyelesaikan penelitian ini.

5. Ibu Dr.Rinawati, M.Si, selaku pembahas, yang telah memberikan kritik dan

saran kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

6. Bapak Prof. Ir. Yandri A.S, M.S., selaku pembimbing akademik, yang telah

memberikan motivasi dan nasihat kepada penulis selama menjadi mahasiswa.

7. Bapak dan Mama yang telah mencurahkan banyak kasih sayang, semangat dan

do’a tiada henti kepada penulis demi kelancaran penulis selama menuntut ilmu

8. Kak Dini, Kak Daniel, Kak Dafriel dan Ayuk Rika yang memberikan

semangat, dukungan dan do’a kepada penulis

9. Paman ku Drs. Ir. Faizal Iswara, M.Eng., Drs. Rayendra Hermansyah, M.M

serta keluarga besar yang selalu memberikan dukungan serta nasihat kepada

penulis.

10. Sahabat-sahabat terbaik ku (nenek) Ajeng Ayu Miranti, S.Si., (pinchii) Ayu

Fitriani, S.Si., (debon) Dia Tamara, S.Si., (ebol) Fatimah Milasar, S.Si.,

(jjang) Fatma Maharani, S.Si., (tante) F.Giofany T.S., S.Si., Kim Melli Novita

W, S.Si., (gegek) Endah Pratiwi, S.Si., (lay) Yulia Ningsih, S.Si., Maulany

Khairina S.Pd serta sepupu-sepupuku yang tidak henti memberikan semangat,

kritik serta do’a kepada penulis.

11. Terimakasih kepada Cheven, Kimia Analitik: (master download) Mega

Suci.H.P.,S.Si., Mardian Bagus Stark S.Si., Cindy Moyna Clara S.Si., Nira

Dwi Puspita, S.Si., Lewi Puji Lestari, S.Si. Ari Susanto, S.Si. dan Anggino

Saputra, S.Si. Biokimia: (magnae) Ana Febriliani Wulandari, S.Si., Uswatun

Hasanah, S.Si., Ayu Berliana, S.Si., Aprilia Isma Denila, S.Si., Febri Windi

Asmoro, S.Si., Azies Nurhidayat, S.Si., J.Julianser Nico, S.Si dan Pandegani

Paratmaja. Kimia Organik: Junaidi Permana, S.Si, Arik Irawan, S.Si.,

Miftahur Rahman, S.Si., Wagiran, S.Si., Ridho Nahrowi, S.Si., Rio

Febriansyah, S.Si., Mirfat Salim Abdat, S.Si., Jelita Siahaan, S.Si., Andri

Nosyah, S.Si. Kimia Fisik: Sanja Yudha Gautama, S.Si., Yusry Ahmadhani,

S.Si., Vevi Aristiani, S.Si., Lusi Meliana, S.Si., Jelita Saroin Song, S.Si., Umi

Fadilah, S.Si., Eva Dewi Sirait, S.Si., Ramos Vicher, S.Si dan Ivan Halomoan,

S.Si. Kimia Anorganik: Asti Nurul Aini, S.Si., Dewi Karlina, S.Si., Rio

Wicaksono, S.Si., Rina Wijayanti, S.Si., Yunia Hartina, S.Si., Irkham

Bariklana, S.Si., Novitasari, S.Si., Nico Mei Chandra, S.Si. dan Mely Antika,

S.Si.

12. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Kimia dan segenap staf dan karyawan Jurusan

Kimia Fakulas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung

13. Laboran Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Lampung mbk Iin dan mas Udin yang membantu penulis saat

melakukan penelitian di laboratorium

14. Pimpinan HIMAKI 2013-2014 terimakasih atas kerjasama serta canda tawa

selama satu tahun periode kepengurusan dan Anggota BUM HIMAKI 2013-

2014 terimakasih atas semangat dan kerja samanya.

15. Teman-teman Kuliah Kerja Nyata (KKN) 2014 Sumber Agung Vivi, Ayu,

Laras, Ayuni, Bagus, Dayat dan Alwi

16. Kakak dan adik tingkat penulis kimia angkatan 2008, 2009, 2010, 2012,

2013, 2014 dan 2015.

17. Semua pihak yang tidak dapat disebut satu-persatu yang selalu menemani

penulis, membantu, mendukung dan mendo’akan kelancaran menyusun

skripsi ini

Semoga Allah SWT mencatat dan membalas segala kebaikan-kebaikan yang

diberikan kepada penulis, Aamiin. Penulis berharap semoga skripsi sederhana ini

bermanfaat dan berguna untuk rekan-rekan mahasiswa kimia. Aamiin.

Bandar Lampung, Juni 2016

Penulis

Daniar Febriliani Pratiwi

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ................................................................................................ i

DAFTAR TABEL ........................................................................................ iv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... v

I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Tujuan ......................................................................................... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 5

A. Teluk Lampung ........................................................................... 5

1. Kondisi Perairan di Teluk Lampung ....................................... 6

2. Kondisi Sedimen di Teluk Lampung ....................................... 8

3. Sumber Pencemaran Teluk Lampung ..................................... 11

B. Teknik Sampling ......................................................................... 12

C. Logam Berat ................................................................................ 14

D. Logam Berat Cd .......................................................................... 17

1. Karakteristik Logam Cd ......................................................... 17

2. Toksisitas Logam Cd .............................................................. 20

E. Logam Berat Co .......................................................................... 21

1. Karakteristik Logam Co ........................................................... 21

2. Toksisitas Logam Co ............................................................... 22

F. Spektrofotometer Serapan Atom (AAS) ..................................... 23

1. Gangguan-gangguan pada Spektrofotometri Serapan Atom ... 25

2. Analisis Kuantitatif ................................................................. 26

G. Instrumentasi ............................................................................... 28

1. Sumber Sinar ........................................................................... 28

2. Sumber Atomisasi ................................................................... 29

3. Monokromator ........................................................................ 30

4. Detektor .................................................................................. 30

5. Sistem Pembacaan .................................................................. 30

H. Validasi Metode .......................................................................... 31

ii

1. Linearitas .................................................................................. 31

2. Limit Deteksi ........................................................................... 31

3. Presisi ....................................................................................... 32

4. Akurasi (Kecermatan) .............................................................. 33

III. METODOLOGI PERCOBAAN ......................................................... 34

A. Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................... 34

B. Alat dan Bahan ............................................................................ 34

C. Prosedur Kerja ............................................................................ 35

1. Pembuatan Larutan ................................................................ 35

a. Larutan HNO3 1N ............................................................ 35

2. Metode Pengambilan Sampel .................................................. 35

a. Persiapan Pengambilan Sampel ........................................ 35

b. Lokasi Pengambilan Sampel ............................................. 35

3. Preparasi Sampel ..................................................................... 37

a. Preparasi Sampel Untuk Mnenetukan Kadar Logam Cd .. 37

b. Preparasi Sampel Untuk Mnenetukan Kadar Logam Co .. 37

4. Penentuan Konsentrasi Cd dan Co pada Sedimen dengan

Spektrofotometri Serapan Atom ............................................. 38

5. Validasi Metode ...................................................................... 39

a. Linearitas ........................................................................... 39

b. Limit Deteksi .................................................................... 39

c. Presisi ................................................................................ 39

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 40

A. Profil Pesisir Bandar Lampung ..................................................... 40

B. Pengambilan Sampel Sedimen Pesisir Teluk Lampung ............. 41

1. Kedalaman .............................................................................. 42

2. Suhu ....................................................................................... 43

3. Derajat Keasaman atau pH ..................................................... 45

C. Sebaran Logam Berat pada Pesisir Bandar Lampung ................ 46

1. Sebaran Logam Berat Kadmium (Cd) pada Pesisir Bandar

Lampung ................................................................................ 47

2. Sebaran Logam Berat Kobalt (Co) pada Pesisir Bandar

Lampung ................................................................................ 50

D. Validasi Metode ......................................................................... 52

1. Linearitas ............................................................................... 52

2. Limit Deteksi ......................................................................... 54

3. Presisi .................................................................................... 55

iii

V. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 57

A. Kesimpulan ................................................................................. 57

B. Saran ........................................................................................... 58

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 59

LAMPIRAN ................................................................................................. 64

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Peta Bandar Lampung ........................................................................ 5

2. Daerah Pemukiman di Teluk Lampung ............................................. 6

3. Eckman Grab ..................................................................................... 13

4. Bagan dan Sistem Kerja AAS ............................................................ 28

5. Lampu Katoda .................................................................................... 29

6. Sumber Atomisasi .............................................................................. 30

7. Lokasi Pengambilan Sampel .............................................................. 36

8. Kedalam Air Laut pada Titik Pengambilan Sampel .......................... 43

9. pH Air Laut pada Titik Pengambilan Sampel .................................... 45

10. Kurva Kalibrasi Logam Cd ................................................................ 53

11. Kurva Kalibrasi Logam Co ................................................................ 53

12. Lokasi Pengambilan Sampel .............................................................. 76

13. Eckman Grab ..................................................................................... 77

14. Pengukuran Parameter di Perairan Teluk Lampung .......................... 77

15. Preparasi Sampel Sedimen ................................................................. 78

16. Konsentrasi Logam Kadmium (Cd) pada Masing-masing

Titik Pengambilan Sampe .................................................................. 79

17. Konsentrasi Logam Kobalt (Co) pada Masing-masing

Titik Pengambilan Sampel ................................................................. 80

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Rata-rata Konsentrasi (mg/Kg) Logam Berat dan Batuan Beku

(Igneous Rock) dan Batuan Sedimen (Sedimentary Rock) ................... 14

2. Baku Mutu Kandungan Logam Berat dalam Sedimen ........................ 17

3. Sifat Fisik Logam Cd ........................................................................... 18

4. Sifat Fisik Logam Co ........................................................................... 22

5. Lokasi Pengambilan Sampel ................................................................ 36

6. Sebaran Logam Cd pada Sedimen ....................................................... 48

7. Sebaran Logam Co pada Sedimen ....................................................... 50

8. Nilai Standar Deviasi dan Relatif Standar Deviasi Logam Cd dan Co

pada Sedimen ....................................................................................... 55

9. Data Analisa Kualitas Air Pesisir Bandar Lampung Berdasarkan

Parameter pH, Kedalaman dan Suhu ................................................... 65

10. Konsentrasi Logam Kadmium dalam Sedimen ................................... 66

11. Konsentrasi Logam Kobalt dalam Sedimen ......................................... 67

12. Nilai SD dan RSD Logam Cd dan Co ................................................. 69

13. Absorbansi Larutan Standar Kadmium (Cd) ....................................... 70

14. Absorbansi Larutan Sampel pada Titik A ............................................ 71

15. Absorbansi Larutan Standar Kobalt (Co) ............................................. 72

16. Absorbansi Larutan Sampel pada Titik A ............................................ 73

17. Nilai Standar Deviasi Blanko Logam Kadmium (Cd) ......................... 74

18. Nilai Standar Deviasi Blanko Logam Kobalt (Co) .............................. 74

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bandar Lampung merupakan ibukota Provinsi Lampung yang terletak pada bagian

wilayah pesisir, dimana letak geografisnya terletak antara 105º 28’ BT - 105º 37’

BT dan 20’ LS -5º 0’ LS. Wilayah pesisir Teluk Lampung dapat meliputi daratan

dan perairan dengan total luas daratan 127.902 ha dan luas perairan 161.178 ha

(Wiryawan et al., 1999). Luasnya wilayah perairan memberikan potensi yang

cukup besar sebagai pusat kegiatan ekonomi maupun jasa. Pertumbuhan ekonomi

dan jasa pada Kota Bandar Lampung banyak terdapat pada kegiatan industri,

budidaya perikanan, pariwisata, jasa transportasi laut dan lain-lain. Salah satu

contoh aktivitas utama yang terdapat pada wilayah pesisir yaitu adanya aktivitas

kepelabuhan yang terkhusus pada industri baik berbasis ekonomi maupun jasa.

Pada wilayah pesisir Bandar Lampung terdapat banyak pelabuhan besar salah

satunya yaitu Pelabuhan Panjang.

Pada Pelabuhan Panjang terdapat banyak aktivitas seperti bongkar muat kapal,

kegitan ekspor, impor dan lalu lintas kapal peti kemas. Aktivitas pariwisata serta

adanya pemukiman penduduk yang cukup padat pada wilayah pesisir memberikan

dampak pencemaran pada perairan, dimana baik secara langsung maupun tidak

langsung telah membuang limbah sisa ke perairan.

2

Selain itu pada wilayah sekitar pesisir Teluk Lampung dapat dijumpai perusahan-

perusahaan industri yang membuang limbah melalui sungai dan aliran sungai

tersebut akan bermuara ke perairan pesisir. Limbah yang dibuang pada perairan

dikhawatirkan mengandung limbah B3 (bahan-bahan beracun dan berbahaya).

Limbah B3 adalah limbah yang diantaranya mengandung logam berat. Selain berasal

dari limbah industri, pencemaran logam berat dapat berasal dari limbah domestik

seperti pembuangan alat elektronik, alat-alat rumah tangga dan korosi (Wiryawan et

al., 1999).

Banyaknya kegiatan yang terdapat pada Pesisir Teluk Lampung menimbulkan

dampak negatif pada lingkungan sekitar serta ekosistem yang terdapat

didalamnya. Salah satu dampak negatif yang terjadi dengan adanya pencemaran

lingkungan. Pencemaran lingkungan yang terjadi pada perairan dapat ditandai

dengan menurunnya kualitas dan produktivitas perairan. Terdapat tiga parameter

penting untuk mengetahui kualitas lingkungan yaitu dengan parameter fisik, kimia

dan biologi.

Parameter fisik dapat dlihat pada kondisi air yang terdapat pada sekitar perairan

baik itu pada bau, rasa dan warna. Parameter kimia yang penting salah satunya

yaitu kadar logam berat, karena logam berat memiliki toksisitas tinggi bila

terakumulasi kedalam tubuh. Apabila konsentrasi logam berat di suatu lingkungan

melebihi ambang baku mutu yang telah ditentukan, maka keberadannya dapat

mengganggu kerja sistem organ dalam tubuh, yang lebih lanjut akan

mengakibatkan kematian (Derelanko dan Hollinger, 2002).

3

Keracunan yang berasal dari logam berat umumnya disebabkan karena kebiasaan

memakan makanan yang berasal dari laut seperti ikan, udang, kepiting dan tiram

yang sudah terkontaminasi oleh logam berat. Logam berat yang terdapat di dalam

laut akan terus terakumulasi dan akan bersosialisasi dengan sistem rantai makanan

kemudian masuk kedalam tubuh biota perairan dan akhirnya masuk ke tubuh

manusia yang mengkonsumsinya. Logam Cd dan Co merupakan logam berat yang

dapat berpotensi menjadi bahan toksik apabila terakumulasi kedalam tubuh.

Masuknya unsur Cd dan Co kedalam tubuh makhluk hidup dapat melalui saluran

pencernaan, saluran pernapasan dan penetrasi melalui kulit.

Keracunan logam berat Cd dapat menyebabkan diare, keracunan muntah. Paparan

logam Cd yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang baik melalui air, udara atau

makanan dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal dan paru-paru. Paparan dalam

tingkat tinggi logam Co secara terus-menerus kedalam tubuh dapat menyebabkan

kerusakan pada sel-sel dalam tubuh. Selain itu dapat juga terjadi sindrom radiasi akut

yang meliputi mual, muntah, diare, pendarahan dan bahkan kematian (ATSDR,

2004).

Pada penelitian sebelumnya (Novita, 2010) menyatakan bahwa kandungan logam

berat kadmium (Cd) di sedimen pada muara sungai Way Kuala telah melampaui

ambang baku mutu yang telah ditetapkan oleh National Sedimen Quality Survey

USEPA (2004), yaitu terdapat pada rentang 20,73±0,18 hingga 23,00±0,81 ppm.

Menurut penelitian lainnya (Wulandari, 2011) kandungan logam berat kobalt (Co) di

sedimen pada sungai Way Kuala telah melampaui ambang baku mutu yang telah

ditetapkan oleh The Ontario Ministry of The Environment, pada badan sungai

4

terdapat pada rentang 245,42±6,21 ppm dan pada hilir muara terdapat pada rentang

272,87±4,96 ppm.

Berdasarkan uraian diatas, perlu dilakukan kajian mengenai distribusi logam berat

Cd dan Co pada sedimen di pesisir Teluk Lampung. Logam berat Cd dan Co akan

dianalisis menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) dimana alat ini

dapat digunakan untuk menentukan unsur di dalam suatu bahan dengan kepekatan,

ketelitian serta selektifitas yang tinggi (Gunandjar, 1990). Prinsip metode

Spektrofotometer Serapan Atom adalah absorbansi cahaya oleh atom pada panjang

gelombang tertentu tergantung pada sifat unsurnya (Skoog, 1985).

B. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menentukan kadar logam berat Cd dan Co pada sedimen di sekitar pesisir

Teluk Lampung dengan menggunakan metode Spektrofotometer Serapan Atom

(SSA).

2. Untuk mengetahui tingkat pencemaran logam berat Cd dan Co pada sedimen di

sekitar pesisir Teluk Lampung.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Teluk Lampung

Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada posisi 20’ LS -5º 0’ LS dan

105º 28’ BT - 105º 37’ BT memiliki luas perairan pesisir Lampung 16.625 km2.

Daerah yang berbatasan langsung dengan laut (Teluk Lampung) memiliki

kelerengan datar (0-3%), elevasi 0-10 m dari permukaan laut (dpl) dan wilayah ke

arah daratan memiliki kelerengan beragam mulai dari landai (3-8%) sampai

dengan sangat curam (>40%), dengan elevasi beragam mulai dari 10 sampai

dengan >1.000 m dpl. Kelompok relief pada wilayah ke arah laut tergolong

dataran (flat) dan ke arah daratan beragam yaitu berombak (undulating),

bergelombang (rolling), dan berbukit (hummocky, hillocky, dan hilly) (Wiryawan

et al., 1999).

Gambar 1. Peta Bandar Lampung (Pemerintah Provinsi Lampung Dinas

Perikanan dan Kelautan, 2007).

6

Gambar 2. Daerah Pemukiman di Teluk Lampung (Anonim I, 2009)

1. Kondisi Perairan di Teluk Lampung

Wilayah Pesisir Teluk Lampung secara geografis terletak sebagai pintu gerbang

antara Pulau Sumatra dan Pulau Jawa. Berdasarkan dari kondisi wilayah dan nilai

strategis Pesisir Teluk Lampung, maka terdapat cukup alasan untuk memberikan

status sebagai kawasan yang strategis di provinsi Lampung.

Dengan didapatkannya status tersebut, diprioritaskan untuk dilakukan penataan

ruang dan pengelolaan yang baik pada Wilayah Pesisir Teluk Lampung. Dengan

demikian diharapkan agar memiliki peluang untuk lebih maju dan berkelanjutan,

serta akan berperan sebagi Provinsi Lampung secara keseluruhan.

Wilayah pesisir merupakan daerah pertemuan antara daratan dan laut, juga

sebagai wilayah peralihan antara daratan dan lautan. Batas wilayah pesisir

kearah laut mencakupi bagian batas terluar dari daerah paparan benua

(continental shelf) dimana ciri-ciri perairan ini masih dipengaruhi oleh proses

alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi yang berasal dari aliran air sungai,

maupun proses yang disebabkan oleh kegiatan manusia.

7

Wilayah Teluk Lampung dibatasi oleh adanya morfologi perbukitan, sehingga

sungai-sungai yang terdapat di Bandar Lampung bermuara pada Teluk

Lampung. Berbagai sungai yang cukup besar bermuara di Teluk Lampung,

diantaranya yaitu: Way Sulan, Way Galih, Way Belau, Way Ratai, Way Sabu,

Way Kuripan, Way Kuala, Way Pedada dan Way Punduh. Pada dasarnya

sungai-sungai ini memiliki lembah yang terbilang sempit dan terjal serta aliran

sungai yang bersifat musiman, pada musim hujan debit air besar dan berwarna

keruh sedangkan. Pada musim kemarau debit air kecil dan warna air terlihat

jernih (Pemerintah Provinsi Lampung Dinas Perikanan dan Kelautan, 2007).

Arus yang terdapat di Teluk lampung terdiri dari arus pasang surut dan arus non

pasang surut yang disebabkan oleh angin. Kekuatan arus pada sekitar Teluk

Lampung berkisar antara 0,02-0,87 knot. Sebaran sedimen pada Teluk Lampung

bervariasi dipengaruhi oleh pola arus pasang surut. Hasil penelitian Helfinalis

(2000) di Teluk Lampung menunjukan bahwa pada lokasi-lokasi dasar perairan

yang dipengaruhi oleh pola arus pasang surut yang cepat maka akan didominasi

oleh pasir dan sebaliknya jika dipengaruhi oleh pola arus pasang surut lemah

maka akan didominasi oleh sedimen lumpur. Sedimen pasir yang berasal dari

aliran sungai akan diendapkan di sekitar muara sungai.

Kondisi perairan pada Teluk Lampung relatif masih dalam keadaan yang belum

tercemar, tetapi pada daerah sekitar Teluk Betung dan Panjang menunjukan

bahwa kualitas air di daerah tersebut mengalami pencemaran ringan. Terdapat

beberapa industri yang dapat menimbulkan pencemaran, industri yang dimaksud

antara lain: semen, batubara, kayu, minyak, molase, kegiatan reklamasi pantai

8

serta kegiatan bongkar muat kapal pada Pelabuhan Panjang (Pemerintah Provinsi

Lampung Dinas Perikanan dan Kelautan, 2007).

2. Kondisi Sedimen di Teluk Lampung

Sedimentologi adalah istilah yang muncul pada tahun 1932 oleh H.A. Wadel, yang

memiliki arti sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang sedimen. Sedimen

adalah istilah yang ditunjukan kepada lapisan kerak bumi yang telah mengalami

proses transportasi. Jika didefinisikan dalam arti yang lebih sempit, sedimentologi

meliputi proses sedimentasi atau suatu ilmu yang mempelajari proses sedimentari

(Friedman dan Sander, 1978).

Sedimen laut berasal dari daratan dan hasil aktivitas (proses) biologi, fisika

dan kimia baik yang terjadi di daratan maupun di laut itu sendiri, meskipun

terdapat sedikit masukan dari sumber vulkanogenik dan kosmik. Sedimen

laut terdiri atas materi-materi berbagai sumber. Faktor yang mempengaruhi tipe

sedimen yang terakumulasi antara lain adalah topografi bawah laut dan pola

iklim. Distribusi laut saat ini merupakan refleksi iklim dan pola arus.

Tipe sedimen dasar laut berubah terhadap waktu karena perubahan cekungan

laut, arus dan iklim. Urutan dan karakteristik sedimen baik struktur maupun

tekstur yang tergambar dalam lapisan sedimen menunjukkan sebagian

perubahan yang terjadi diatasnya (Rifardi, 2012).

9

Transportasi sedimen menurut Prothero et al (1999) dapat dibagai dalam berbagai

cara yaitu sebagai berikut:

a. Suspension, umunya terjadi pada sedimen-sedimen yang sangat kecil

ukurannya (contoh : lempung) sehingga mampu diangkut oleh aliran air atau

angin yang ada

b. Bed load, umumnya terjadi pada sedimen yang relatif lebih besar (contoh :

pasir, kerikil, kerakal, bongkah) sehingga gaya yang ada pada aliran yang

bergerak dapat berfungsi memindahkan pertikel-partikel yang besar di dasar.

Pergerakan dari butiran pasir dimulai pada saat kekuatan gaya aliran melebihi

kekuatan inertia butiran pasir tersebut pada saat diam. Gerakan-gerakan

sedimen tersebut bisa menggelundung, menggeser, atau bahkan bisa

mendorong sedimen yang satu dengan lainnya.

c. Saltation: umumnya terjadi pada sedimen berukuran pasir dimana aliran fluida

yang ada mampu menghisap dan mengangkut sedimen ke dasar sungai.

Saat proses sedimentasi, zat-zat yang masuk kelaut akan berakhir menjadi

sedimen. Dalam proses ini zat yang terbentuk berasal dari proses biologi dan

kimia yang terjadi dikedalam laut. Sebelum mencapai ke dasar laut dan menjadi

sedimen, zat tersebut melayang-layang di dalam laut. Setelah mencapai dasar laut

sedimen tidak diam tetapi sedimen akan terganggu ketika hewan laut mencari

makan. Sebagian sedimen akan mengalami erosi dan tersuspensi kembali oleh

arus bawah sebelum jatuh kembali dan tertimbun. Terjadi reaksi kimia antara

butiran-butiran mineral dan air laut sepanjang perjalannya ke dasar laut dan reaksi

tetap berlangsung, yaitu ketika air laut terperangkap diantara butiran-butiran

mineral.

10

Kandungan logam berat dalam sedimen umumya rendah pada musim kemarau dan

tinggi pada musim penghujan. Penyebab tingginya kadar logam berat dalam

sedimen pada musim penghujan disebabkan oleh tingginya laju erosi pada

permukaan tanah dan terbawa ke dalam badan sungai, sehingga sedimen dalam

sungai yang diduga mengandung logam berat akan terbawa oleh arus sungai

menuju ke muara sungai dan akhirnya terbentuklah proses sedimentasi

(Nammiingan dan Wilhm, 1977).

Pembentukan batuan sedimen dapat dibagi menjadi dua (Prothero et al, 1999)

yaitu sebagai berikut:

a. Batuan Sedimen Klastik

Batuan yang terbentuk dari hasil rombakan batuan yang sudah ada (batuan beku,

metemorf atau sedimen) yang kemudian diangkut oleh media (air, angin, gletser)

dan diendapkan pada suatu cekungan. Proses pengendapan sedimen terjadi secara

terus-menerus seiring berjalannya waktu hingga endapan sedimen semakin lama

semakin bertambah tebal. Sedimen yang semakin tebal mengakibatkan endapan

sedimen mengalami kompaksi. Sedimen yang terkompaksi kemudian mengalami

proses diagenesa, sedimentasi dan akhirnya mengalami batuan sedimen

b. Batuan Sedimen Non-Klastik

Batuan sedimen yang pembentukannya berasal dari proses kimiawi atau sedimen

yang berasal dari sisa-sisa organisme yang telah mati. Logam berat dapat

terakumulasi dalam lingkungan yang terutama di dalam sedimen karena dapat

berikatan dengan senyawa organik dan anorganik melalui proses adsorpsi dan

pembentukan senyawa kompleks (Forstner dan Prosi, 1978).

11

3. Sumber Pencemaran Teluk Lampung

Wilayah pesisir umumnya merupakan perangkap zat-zat hara maupun bahan-

bahan buangan. Sampah organik dari kota, sisa-sisa pestisida dan pupuk

pertanian, bahan buangan industri dan sebagainya, yang kemudian akan terbawa

oleh aliran air sungai dan pada akhirnya akan mencapai perairan wilayah pesisir.

Kerusan lingkungan secara garis besar dapat mengancam kelestarian pada

sumberdaya di wilayah pesisir. Kerusakan lingkungan yang terjadi yaitu

pencemaran, degradasi fisik habitat, eksploitasi berlebihan sumberdaya alam,

abrasi pantai, konservasi kawasan lindung menjadi peruntukan pembangunan

lainnya dan bencana alam.

Menurut Darmono (1995) sumber pencemaran logam berat berdasarkan

lokasinya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Pada perairan estuaria, pencemaran memiliki hubungan yang erat dengan

penggunaan logam oleh manusia yang terbawa oleh aliran air sungai dan

danau

b. Pada perairan laut lepas, kontaminasi logam berat biasanya terjadi secara

langsung dari atmosfer atau karena tumpahan minyak yang berasal dari kapal-

kapal tanker yang melaluinya

c. Di perairan sekitar pantai, kontaminasi logam kebanyakan berasal dari mulut

sungai yang terkontaminasi oleh limbah buangan industri atau pertambangan.

12

B. Teknik Sampling

Sampel merupakan bagian dari lingkungan fisik yang diambil sebagai perwakilan

dari suatu wilayah. Teknik sampling dapat dilakukan dalam dua cara yaitu sebagai

berikut :

a. Continuous sampling, teknik analisis ini dilakukan dengan cara memantau

parameter lingkungan hidup secara terus menerus. Dengan teknik ini dapat

mendeteksi perubahan penting yang terjadi .

b. Batch sampling, merupakan cara yang paling umum digunakan untuk

mendapatkan sampel pada analisis lingkungan. Teknik analisis ini dilakukan

dengan cara pengambilan sampel kemudian di analisis di laboratorium.

Pengambilan sampel pada teknik ini dilakukan dengan cara sampel

dikumpulkan pada waktu dan tempat tertentu. Pengambilan contoh ini pada

umumnya dapat dikombinasikan dengan metode analisis instrumental. Tipe lain

dari pengambilan sampel adalah sampel komposit, dibuat dengan cara

mencampurkan beberapa sampel batch, sampel ini umumnya dikumpulkan

pada tempat yang sama tetapi pada rentang waktu yang berbeda. Hal ini

digunakan untuk mengevaluasi konsentrasi rata-rata pada media dimana

konsentrasi dapat bervariasi dengan waktu. Pengambilan sampel merupakan

perwakilan dari sebagian kecil pada sistem yang akan diselidiki dan merupakan

perwakilan dari seluruh sistem (Radojevic and Bashkin, 1999).

13

Pada proses pengambilan sampel sedimen menggunakan alat Eckman Grab

Sampler (gambar 2) yang dapat mengambil sampel sedimen 15-20 cm (USEPA,

2003).

Gambar 3. Eckman Grab (Radojevic and Bashkin, 1999).

Dalam teknik pengambilan sampel waktu dan tempat pengambilan sampel dicatat

dan informasi lainnya mengenai jenis dan bahan sampel yang diambil. Pada

pengambilan sampel sedimen diperlukan untuk mencatat kedalaman air laut, bukti

pengaruhnya manusia pada ekosistem darat atau perairan. Setiap lokasi

pengambilan sampel dicatat sehingga dapat diperoleh topografi, geologi dan

hidrologi fitur dari sampel (Radojevic and Bashkin, 1999).

Pada proses pengambilan sampel terdapat 12 faktor yang dapat mempengaruhi

informasi yang didapatkan pada analisis sedimen. Faktor-faktor ini yaitu: ukuran

dan kedalaman badan air, parameter fisik, parameter kimia dan parameter biologis

dari sedimen tersebut, faktor antropogenik, permukaan karakteristik lumpur, arus,

daerah pengambilan sampel apakah terdapat pada daerah pesisir atau pelagis dari

badan air yang diteliti, perangkat pengambilan sampel, penanganan sampel,

14

jumlah sampel yang dikumpulkan, dianalisa dan hasil dari analisis (Markert,

1994).

C. Logam Berat

Logam berat merupakan istilah yang digunakan secara umum pada kelompok

logam berat dan metaloid dimana densitasnya lebih besar dari 5 gr/cm3, termasuk

pada unsur Cd, Cr, Cu, Hg, Ni, Pb dan Zn (Hutagalung et al, 1997). Logam berat

terdapat pada seluruh lapisan alam, tetapi dalam konsentrasi yang rendah. Di

dalam air laut konsentrasinya berkisar antara 10-5

– 10-3

ppm. Pada kadar yang

rendah terdapat beberapa logam berat yang dibutuhkan oleh organisme hidup

untuk pertumbuhan dan perkembangan hidup. Tetapi sebaliknya apabila kadarnya

meningkat, maka logam berat tersebut dapat menjadi racun (Philips, 1980).

Tabel 1. Rata-rata konsentrasi (mg/Kg) logam berat dalam batuan beku (igneous

rocks) dan batuan sedimen (sedimentary rocks) (Anonim II, 2003)

Logam

Berat

Kerak

Bumi

Batuan Beku Batuan Sedimen

Ultramafic Mafic Granitic Limestone Sandstone Shales

Antimony 0,2 0,1 0,2 0,2 0,3 0,05 15

Arsenic 1,5 1 1,5 1,5 1 1 13

Cadmium 0,1 0,12 0,13 0,09 0,028 0,05 90

Chromium 100 2980 200 4 11 35 19

Cobalt 20 110 35 1 0,1 0,3 39

Copper 50 42 90 13 5,5 30 0,0025

Gold 0,004 0,003 0,003 0,002 0,002 0,003 23

Lead 14 14 3 24 5,7 10 850

Manganese 950 1,40 1,500 400 620 450 0,18

Mercury

Molybdenum

0,05 0,004 0,01 0,08 0,16 0,29 2,6

Molybdenum 1,5 0,3 1 2 0,16 0,2 68

Nickel 80 2 150 0,5 7 9 0,5

Di dalam perairan logam berikatan dengan senyawa kimia atau dapat berbentuk

berupa ion, hal ini bergantung kepada kompartemen dimana tempat logam

15

tersebut berada. Selain itu, tingkat kadar logam pada setiap kompartemen sangat

bervariasi bergantung pada lokasi dan tingkat pencemarannya (Lu, 1995).

Akumulasi logam berat ke dalam sedimen dipengaruhi oleh jenis sedimen, dimana

kandungan logam berat yang terdapat pada lumpur > lumpur berpasir > berpasir

(Korzeniewski dan Neugabieuer, 1991).

Menurut Darmono (1995) daftar urutan toksisitas logam paling tinggi ke paling

rendah terhadap manusia yang mengkonsumsi ikan yang telah tercemar yaitu:

Hg2+

> Cd

2+ > Ag

2+ > Ni

2+ > Pb

2+ > As

2+ > Cr

2+ > Sn

2+ > Zn

2+. Sedangkan menurut

Kementrian Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup (1990) beberapa sifat

toksisitas logam berat dikelompokan dalm 3 kelompok sebagai berikut:

a. Bersifat toksik tinggi : Hg, Cd, Pb, Cu dan Zn

b. Bersifat toksik sedang : Cr, Ni dan Co

c. Bersifat toksik rendah : Mn dan Fe

Menurut Pallar (1994), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kelarutan

sebuah logam berat didalam suatu badan air yaitu:

a. pH badan air

Di dalam lingkungan perairan, bentuk logam antara lain berupa ion bebas,

pasangan ion organik dan ion kompleks. Kelarutan logam di dalam air dikontrol

oleh pH air. Kenaikan pH menurunkan kelarutan logam dalam air karena

mengubah kestabilan dari bentuk karbonat menjadi hidroksida yang membentuk

ikatan dengan partikel pada badan air sehingga mengendap dan membentuk

lumpur

16

b. Suhu air

Kenaikan suhu air dan penurunan pH akan mengurangi adsobsi senyawa logam

berat pada partikulat. Logam yang memiliki kelarutan yang kecil akan ditemukan

pada permukaan air selanjutnya dengan perpindahan dan waktu tertentu akan

mengendap hingga ke dasar, maka logam tersebut hanya akan berada di dekat

permukaan air dalam waktu yang sesaat saja yang untuk kemudian akan

mengendap kembali.

c. Konsentrasi oksigen dalam badan air

Pada daerah yang rendah akan oksigen maka daya larut logam berat menjadi

rendah sehingga mudah mengendap. Logam berat yang terlarut dalam air akan

berpindah ke dalam sedimen jika berikatan dengan materi organik bebas atau

materi organik yang melapisi permukaan sedimen dan penyerapan langsung oleh

permukaan partikel sedimen. Logam berat seperti Zn, Cu, Cd, Pb, Hg dan Ag akan

sulit terlarut dalam kondisi perairan yang tidak terdapat oksigen (anoksik).

Pencemaran logam berat pada perairan dapat berasal dari kegiatan alam maupun

industri. Secara alamiah pencemaran logam berat dapat diakibatkan adanya

pelapukan batuan pada cekungan perairan atau adanya kegiatan gunung berapi.

Selain limbah industri, pencemaran logam berat juga berasal dari limbah rumah

tangga seperti sampah-sampah metabolik, korosi pipa-pipa air yang mengandung

Cd dan Co (Connel dan Miller, 1995). Logam berat seperti Cd dan Co yang

masuk dalam perairan akan mengalami pengendapan yang dikenal dengan istilah

sedimen (Palar, 1994). Logam berat dapat terakumulasi dalam sedimen karena

17

dapat terikat dengan senyawa organik dan anorganik melalui proses adsorpsi dan

pembentukan senyawa kompleks (Forstner and Prosi, 1978)

Berikut ini merupakan standar baku mutu pada logam berat yang terdapat dalam

sedimen sebagai berikut :

Tabel 2. baku mutu kandungan logam berat dalam sedimen

No

Parameter

Logam

Baku Mutu

Kep Men

LH (ppm)

Ministry of The

Environment

(mg/kg)

USEPA

(ppm)

WHO

(µg)

1. Cd 0,001 0,5-2,5 0,65-2,49 400

2. Co - 50 50,57-158,13 -

D. Logam Berat Cd

1. Karakteristik Logam Cd

Kadmium merupakan salah satu logam berat dengan penyebaran yang sangat luas

di alam, Kadmium merupakan golongan logam lunak (ductile) berwarna putih

perak, bernomor atom 48 dengan titik leleh 320,9 oC, titik didih 765

oC dan

memiliki masa atom 112,41 (Dobson, 1992).

Kadmium merupakan produk sampingan dari proses peleburan dan refining bijih-

bijih Zn (seng). Cd banyak digunakan sebagai stabilizer dalam pembuatan

polivinil klorida, zat warna dalam industri baterai, pembuatan sel waston dalam

dunia fotografi. Selain itu Cd juga banyak digunakan dalam industri-industri

ringan, seperti pada mesin pengolahan roti, mesin pengolahan ikan, mesin

pengolahan air minum dan mesin industri tekstil meskipun dalam konsentrasi

rendah (Pallar, 1994).

18

Pada air logam Cd dapat ditemukan dalam bentuk ion Cd2+

, Cd(OH)2, CdCO3 dan

senyawa kompleks, berikatan dengan materi organik. Menurut Keputusan

Lingkungan Hidup No. 51/Men/KLH/2004, konsentrasi logam Cd pada perairan

yang masih di tolerir yaitu sebesar 0,01 mg/L. Di alam secara alamiahnya

konsentrasi logam Cd berada pada kisaran 0,1 µg/L (Dobson, 1992).

Tabel 3. Sifat Fisik Logam Cd

Nomor atom 48

Titik lebur (0C) 321,07

Kalor peleburan (kJ/mol) 6,21

Kalor penguapan (kJ/mol) 99,87

Kapasitas panas pada 250C (J/mol.K) 26,020

Konduktivitas termal pada 300 K (W/m K) 96,6

Ekspansi termal pada 250C (µm/m K) 30,8

Kekerasan (skala Brinell = Mpa) 203

Dalam konsentrasi yang relatif tinggi logam kadmium banyak terdapat pada

lapisan permukaan air yang bersifat aerobik, logam ini dapat ditemukan dalam

bentuk ion CdCl+. Di dalam lapisan tengah perairan dimana kondisinya berupa

anaerob konsentrasi logam kadmium hanya sedikit, hal ini terjadi karena terjadi

proses reduksi oleh mikroba yang mereduksi sulfat menjadi sulfida yang

kemudian mengendapkan CdCl+ menjadi CdS (Achmad, 2004).

Reaksi yang terjadi sebagai berikut:

2(CH2O) + SO42-

+ H+ → 2CO2 +HS

- + 2H2O

CdCl+

+ HS- → CdS(S) + H

+ + Cl

-

Sumber pencemaran logam kadmium yang terdapat di dalam laut banyak berasal

dari alam yaitu berasal dari letusan gunung berapi, debu yang terbawa angin,

19

kebakaran hutan yang menyebabkan kandungan logam kadmium di dalam pohon

terlepas, pupuk yang mengandung kandungan kadmium yang digunakan pada

lahan pertanian dan aliran sungai yang berasal dari lahan pertanian tersebut.

Sumber lainnya yaitu berasal dari buangan limbah yang berasal dari pertambangan

dan pengolahan Zn (Laws,1993). Tingkat akumulasi logam kadmium di dalam air

dapat diakibatkan adanya suatu kegitan industri dalam elektroplating, pembuatan

aloy, baterai alkali dan pengerjaan bahan-bahan dengan menggunakan pigmen zat

warna (Lu,1995).

Kandungan logam kadmium dapat dijumpai pada daerah penimbunan sampah dan

aliran air hujan. Selain dari aktivitas manusia organisme yang hidup pada perairan

tersebut dapat meningkatkan konsentrasi melalui biomagnifikasi. Biomagnifikasi

adalah kemampuan yang dimiliki oleh organisme perairan untuk meningkatkan

konsentrasi bahan pencemar baik dalam bentuk logam berat atau dalam bentuk

persenyawaan kimia beracun, yang melebihi keseimbangan penyerapan dalam

tubuh organisme tersebut (Gobas et al, 1999).

Peningkatan pada industrialisasi memberi dampak peningkatan konsentrasi

substansi logam berat pada logam kadmium pada badan perairan, sehingga dapat

menyebabkan tingginya tingkat konsentrasi logam tersebut dan dapat

menyebabkan toksik bagi kehidupan akuatik

Pencemaran logam kadmium dapat berasal pada daerah-daerah penimbunan

sampah dan aliran air hujan. Menurut Yuliasari (2003) dari National Research

Council, menyatakan bahwa sampah yang berasal dari kota banyak mengandung

20

logam Cd. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan logam Cd pada hewan di

sekitar perairan dan masyarakat yang tinggal di sekitarnya (Gobas, et al, 1999)

2. Toksisitas Logam Cd

Pengaruh toksisitas kadmium disebabkan adanya interaksi antara logam kadmium

dan protein, sehingga dapat menghambat aktivitas kerja enzim di dalam tubuh.

Dampak dari keracunan logam kadmium yaitu tekanan darah tinggi, kerusakan

jaringan testikular, kerusakan ginjal dan kerusakan sel darah merah.

Dibandingkan pada logam berat lainnya, logam kadmium adalah salah satu jenis

logam berat yang memiliki tingkat toksisitas yang tinggi. Tingkat penyebaran

yang luas, serta memiliki paruh waktu yang panjang di dalam tubuh organisme

hidup yaitu berkisar 10 – 30 tahun, karena logam kadmium tidak dapat

didegradasi (Lu, 1995).

Kadmium dapat menyebabkan nefrotoksisitas (toksis ginjal) yaitu gejala

proteinuria, glikosuria dan aminoasiduria disertai dengan penurunan laju

filtrasi glomerulus ginjal. Kasus keracunan Cd kronis juga menyebabkan

gangguan kardiovaskular dan hipertensi. Hal tersebut terjadi karena tingginya

afinitas jaringan ginjal terhadap kadmium. Gejala hipertensi ini tidak selalu

dijumpai pada kasus keracunan kronis Cd. Selain itu, kadmium dapat

menyebabkan terjadinya gejala osteomalasea karena terjadi interferensi

daya keseimbangan kandungan kalsium dan fosfat dalam ginjal.

21

Berikut ini merupakan batas-batas konsentrasi kadmium yang membahayakan

bagi kesehatan manusia yang telah ditetapkan oleh pemerintah federal sebagai

berikut (ATSDR, 2004) :

a. EPA (Environmental Protection Agency) menetapkan batas maksimal

konsentrasi kadmium dalam air minum adalah 0,04 mg/L.

b. OSHA (The Occupational Health and Safety Administration) menetapkan batas

maksimal bagi pekerja yang terpapar dengan kadmium secara langsung adalah

5 µg/m3

selama 8 jam kerja sehari dan 40 jam kerja selama 1 minggu.

c. FDA menetapkan konsentarsi air minum dalam kemasan tidak boleh melebihi

0,005 ppm

E. Logam Berat Co

1. Karakteristik Logam Co

Logam kobalt merupakan unsur kimia yang memiliki lambang Co dan nomor

atom 27. Ketersedian unsur kimia kobalt terdapat dalam banyak formulasi seperti

kertas perak, dan kawat. Keberadaan unsur kobalt di alam terdapat dalam bentuk

senyawa seperti mineral kobalt glans (CoAsS), Linalit (Co3S4), Smaltit (CoAs2)

dan eritrit. Logam kobalt banyak terdapat berikatan dengan nikel, perak, timbal,

tembaga dan biji besi, dimana didapatkan dari hasil samping produksi. Logam

kobalt juga dapat dijumpai pada meteroit. Logam kobalt banyak digunakan dalam

industri sebagai bahan campuran pada pembuatan mesin pesawat, magnet, alat

pemotong atau penggiling, pewarna kaca, keramik dan cat.

22

Logam kobalt termasuk kedaam logam transisi yang terdapat pada golongan VIII

B. Logam kobalt yan memiliki bilangan oksidasi +2 dan +3 mudah larut ke dalam

asam-asam mineral encer, tetapi pada bilangan oksidasi +2 logam kobalt

didapatkan relatif secara stabil (Cotton dan Wilkinson,1988).

Dalam larutan air, logam kobalt dikenal sebagai ion [Co(H2O)6]2+

dan

[Co(H2O)6]3+

, akan tetapi kobalt (III) bersifat oksidator dalam larutan air. Hal ini

terjadi kecuali logam kobalt berada pada lingkungan asam, dimana logam kobalt

tersebut dapat terurai dengan cepat karena Co (III) mengoksidasi air dengan cara

membebaskan gas di oksigen.

Beberapa oksida logam golongan ini yang dikenal yaitu kobalt (III) –CoO,

campuran kobalt (II) dan Co (III) –Co3O4. Logam CoO berupa serbuk hijau dapat

diperoleh melalui pemanasan logam dalam udara, dengan uap air, pemanasan

hidroksida karbonat atau nitrat dalam kondisi tanpa udara (Sugiyarto, 2010).

Tabel 4. Sifat Fisik Logam Kobalt (Co)

Nomor atom 27

Densitas (g/cm3) 15,14

Titik lebur (0C) 1490

Titik didih (0C) 1,349

Kalor fusi (kJ/mol) 4,77

Kalor penguapan (kJ/mol) 179,5

Kapasitas panas pada 25 0C (J/mol.K) 26,650

Konduktivitas termal pada 300 K (W/m K) 35,5

Ekspansi termal pada 25 0C (µm/m K) 28,9

2. Toksisitas Logam Co

Kobalt termasuk kedalam unsur renik yang dibutuhkan dalam pertumbuhan dan

reproduksi pada tumbuhan dan hewan. Bersama dengan ion logam lainnya,

23

(misalnya tembaga, seng, besi dan magnesium), kobalt dibutuhkan oleh enzim

sebagai koenzim yang berfungsi untuk mengikat molekul substrat (Effendi, 2003).

Akan tetapi ion logam ini dapat menggantikan ion logam tertentu yang berfungsi

sebagai kofaktor dari suatu enzim, sehingga dapat menurunkan fungsi enzim

tersebut bagi tubuh (Darmono, 2001).

Berikut ini merupakan batas-batas konsentrasi kobalt yang membahayakan bagi

kesehatan manusia yang telah ditetapkan oleh pemerintah federal sebagai berikut

(ATSDR, 2004) :

a. EPA (Environmental Protection Agency) menetapkan batas maksimal

konsentrasi kobalt dalam air minum adalah 0,2 mg/L.

b. OSHA (The Occupational Health and Safety Administration) menetapkan batas

maksimal bagi pekerja yang terpapar dengan kobalt secara langsung adalah 0,1

mg/m3

selama 8 jam kerja sehari dan 40 jam kerja selama 1 minggu.

c. The Nuclear Regulatory Commission menetapkan batas maksimal konsentrasi

kobalt radioaktif di ruang kerja adalah 7 x 10-8

µCi/mL untuk 60

Co

F. Spektrofotometer Serapan Atom (AAS)

Spektrofotometri Serapan Atom (AAS) banyak digunakan pada metode analisis

untuk penentuan unsur-unsur pada logam dan metaloid dimana pengukurannya

berdasarkan pada penyerapan cahaya dengan panjang gelombang tertentu oleh

atom logam dalam keadaan bebas (Ellwel,1996).

Spektrofotometri serapan atom (SSA) didasarkan pada absorbsi atom pada suatu

unsur yang dapat mengabsorpsi energi pada panjang gelombang tertentu. Banyak

24

energi sinar yang diabsorpsi berbanding lurus dengan jumlah atom yang

mengabsorpsi. Atom terdiri atas inti atom yang mengandung proton bermuatan

positif dan neutron berupa partikel netral, dimana inti atom dikelilingi oleh

elektron bermuatan negatif yang memiliki tingkat energi berbeda. Jika energi

diabsorpsi oleh atom, maka elektron yang berada paling luar (elektron valensi)

akan tereksitasi dari keadaan dasar atau tingkat energi yang lebih rendah (ground

state) ke keadaan tereksitasi yang memiliki tingkat energi yang lebih tinggi

(excited site). Jumlah energi yang dibutuhkan untuk memindahkan elektron ke

tingkat energi tertentu dikenal sebagai potensial eksitasi untuk tingkat energi itu.

Pada waktu kembali ke keadaan dasar, elektron melepaskan energi panas atau

energi sinar (Clark, 1979).

Terdapat beberapa keunggulan dari Spektroskopi Serapan Atom (AAS) yaitu

memiliki kepekaan yang tinggi karena dapat mengukur kadar logam sehingga

konsentrasi sangat kecil, memiliki selektifitas yang tinggi karena dapat

menentukan beberapa unsur sekaligus dalam larutan sampel tanpa perlu

pemisahan (Skoog, 1985).

Kelemahan dari Spektroskopi Serapan Atom (AAS) yaitu pengaruh kimia dimana

SSA tidak mampu menguraikan zat menjadi atom misalnya pengaruh fosfat

terhadap Ca, pengaruh ionisasi yaitu bila atom tereksitasi (tidak hanya disosiasi)

sehingga menimbulkan emisi pada panjang gelombang yang sama, serta pengaruh

matriks misalnya pelarut (Razak, 1998).

25

1. Gangguan-gangguan pada Spektrofotometri Serapan Atom

Menurut Ismono (1984) terdapat beberapa gangguan yang sering terjadi pada

Spektrofotometri Serapan Atom antara lain:

a. Gangguan Ionisasi

Gangguan ini terjadi pada unsur alkali dan alkali tanah selain itu dapat juga pada

beberapa unsur yang mudah terionisasi dalam nyala. Tetapi gangguan ini bukan

gangguan yang sifatnya serius, hanya saja gangguan ini menyebabkan gangguan

sensitivitas dan linieritas. Gangguan ini dapat diatasi dengan menambahkan unsur-

unsur yang mudah teerionisasi kedalam sampel sehingga akan menahan proses

ionisasi dari unsur yang akan dianalisis.

b. Pembentukan Senyawa Refraktor

Pada gangguan ini diakibatkan oleh adanya reaksi analit dengan senyawa kimia,

biasanya anion yang terdapat dalam larutan sampel akan terbentuk menjadi

senyawa yang tahan panas (refractory). Gangguan ini dapat diatasi dengan

menaikan suhu nyala, nyala yang umum digunakan yaitu oksida-asetilen.

c. Gangguan Fisik Alat

Gangguan fisik alat yaitu gangguan yang terjadi pada semua parameter yang dapat

mempengaruhi kecepatan sampel menuju ke nyala dan sempurnanya atomisasi.

Parameter-parameter itu adalah kecepatan alir gas, berubahnya viscositas,

kandungan padatan yang tinggi dan perubahan temperatur nyala. Gangguan ini

dapat dikompensasi dengan sering membuat standarisasi.

d. Gangguan oleh Serapan Bukan Atom

Gangguan ini berarti bahwa penyerapan cahaya dari lampu katoda berongga dan

berukuran oleh atom-atom netral melainkan oleh molekul-molekul, hal ini

26

terutama terjadi apabila konsentrasi cuplikan tinggi dan juga suhu nyala kurang

tinggi. Gangguan ini dapat diatasi dengan cara menggunakan nyala api yang

suhunya lebih tinggi dan mempercepat konsentrasi molekuler dari larutan

cuplikan.

2. Analisis Kuantitatif

Spektrofotometer Serapan Atom (AAS) adalah teknik analisis kuantitatif dari

unsur-unsur dimana pemakaiannya sangat luas pada berbagai bidang karena

prosedurnya selektif, spesifik, biaya analisa relatif murah, sensitif tinggi (ppm-

ppb), waktu analisa yang relatif sangat cepat dan mudah dilakukan.

Analisa menggunakan AAS menjadi alat yang canggih dalam analisa unsur karena

sebelum dilakukan pengukuran tidak selalu memerlukan pemisahan unsur yang

ditentukan karena kemungkinan penentuan unsur suatu logam dengan kehadiran

unsur lain dapat dilakukan, dengan syarat katoda berongga yang diperlukan

tersedia. Atom dari suatu unsur pada keadaan dasar akan dikenai oleh radiasi

maka atom tersebut akan menyerap energi dan mengakibatkan elektron yang

berada pada kulit terluar naik ke tingkat energi yang lebih tinggi atau tereksitasi.

Atom-atom yang berada dalam sampel akan menyerap sebagian sinar yang

dipancarkan oleh sumber cahaya. Penyerapan energi cahaya dapat terjadi pada

panjang gelombang tertentu sesuai dengan energi yang dibutuhkan oleh atom

tersebut (Basset,1994).

Hukum yang mendasari analisis dengan menggunakan Spektrofotometri Serapan

Atom yaitu apabila terdapat cahaya pada panjang gelombang tertentu dilewatkan

pada suatu sampel yang mengandung atom-atom bebas maka sebagaian cahaya

27

yang diserap dan intensitas penyerapan akan berbanding lurus dengan banyaknya

atom bebas logam yang terdapat di dalam sel.

Terdapat dua hukum turunan tentang hubungan antara absorbansi dengan

konsentrasi yaitu:

a. Hukum Lambert : Bila suatu sumber sinar kromatik melewati medium

transparan, maka intensitas sinar yang di teruskan berkurang dengan

bertambahnya ketebalan medium yang mangasorbsi

b. Hukum Beer : intensitas sinar yang di teruskan berkurang secara eksponensial

dengan bertambahnya konsentrasi spesi yang menyerap sinar tersebut

Dari kedua hukum ini didapatkan persamaan sebagai berikut (Day & Underwood,

1989):

Keterangan:

Io : Intensitas Sumber Sinar

It : Intensitas Sinar yang di Teruskan

: Absortivitas Molar

b : Panjang Gelombang

c : Konsentrasi Atom-atom yang Menyerap Sinar

A : Absorbansi

28

G. Instrumentasi

Komponen dari alat Spektrofotometri Serapan Atom (AAS) dapat dilihat pada

gambar dibawah ini.

Gambar 4. Bagan dan Sistem kerja alat AAS (Darmono,1995).

Keterangan:

1. Lampu katoda 11. Foto tube

2. Chopper 12. Selang penghisap cairan

3. Nyala 13. Cairan sampel

4. Atomizer 14. Asetilen (C2H2)

5. Lensa pengarah 15. Udara

6. Celah 16. Flowmeter

7. Lensa kilomating 17. Amplifier

8. Kisi defraksi 18. Recorcer digital

9. Sinar defraksi 19. Pembuangan cairan

10. Celah keluar sinar

1. Sumber Sinar

Sumber radiasi dari Spektrofotometer Serapan atom adalah Hollow Cathode

Lamp (HCL). Hollow Cathode Lamp adalah sumber yang umum untuk

pengukuran serapan atom. Katoda berongga, terdiri dari tungsten anoda dan

katoda silinder, dibungkus dalam tabung kaca yang diisi dengan neon atau argon

pada tekanan 1 hingga 5 torr. Ionisasi gas terjadi ketika potensi diterapkan di

29

elektroda, dan arus pada sekitar 5 sampai 10 mA dihasilkan sebagai ion

bermigrasi ke elektroda. Jika potensi cukup besar, maka kation gas

memperoleh cukup energi kinetik untuk mengeluarkan beberapa dari atom

logam dari permukaan katoda dan menghasilkan awan atom, proses ini

disebut sputtering (Skoog, 1980).

Gambar 5. Lampu Katoda (Khopkar,1990)

2. Sumber Atomisasi

Sumber atomisasi dibagi menjadi dua yaitu sistem nyala dan sistem tanpa nyala.

Kebanyakan instrumen sumber atomisasinya adalah nyala dan sampel

diintroduksikan dalam bentuk larutan. Sampel masuk ke nyala dalam bentuk

aerosol. Aerosol biasa dihasilkan oleh nebulizer (pengabut) yang dihubungkan ke

nyala oleh ruang penyemprot (Chamber spray). Jenis nyala yang digunakan

secara luas untuk pengukuran analitik adalah udara-asetilen dan nitrous oksida-

asetilen. Dengan kedua jenis nyala ini, kondisi analisis yang sesuai untuk

kebanyakan analit dapat ditentukan dengan menggunakan metode emisi, absorbsi

dan juga fluorosensi

30

Gambar 6. Sumber Atomisasi (Slavin, 1968).

3. Monokromator

Pada Spektorofotometer Serapan Atom fungsi dari monokromator yaitu

memisahkan radiasi yang tidak diperlukan dari spektrum radiasi lain yang

dihasilkan oleh Hallow Cathode Lamp.

4. Detektor

Pada Spektrofotometri Serapan Atom (AAS) detektor digunakan untuk mengubah

intensitas radiasi yang datang menjadi sebuah arus listrik. Pada Spektrofotometri

Serapan Atom yang umum digunakan sebagai detektor adalah tabung

penggandaan foton (Photo Multiplier Tube Detector) (Mulja, 1977).

5. Sistem pembacaan

Sistem pembacaan adalah bagian yang menampilkan suatu angka atau gambar

yang dapat dibaca oleh mata.

31

H. Validasi Metode

Validasi metode adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu,

berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan bahwa parameter

tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya. Parameter validasi metode

antara lain :

1. Linearitas

Linearitas merupakan kemampuan metode analisis memberikan respon

proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Linearitas suatu metode

merupakan ukuran seberapa baik kurva kalibrasi yang menghubungkan antara

respon (y) dengan konsentrasi (x).

Linearitas dapat diukur dengan melakukan pengukuran tunggal pada konsentrasi

yang berbeda –beda. Data yang diperoleh selanjutnya diproses dengan metode

kuadrat terkecil, untuk selanjutnya dapat ditentukan nilai kemiringan (slope),

intersep, dan koefisien korelasinya.

2. Limit Deteksi

Limit deteksi atau batas deteksi adalah jumlah terendah analit dalam sampel yang

dapat dideteksi tetapi tidak harus kuantitatif sebagai nilai yang pasti. Batas

kuantitatif merupakan parameter tes kuantitatif untuk tingkat terendah senyawa

dalam matriks sampel dan digunakan untuk penentuan kotoran dan produk

terdegradasi (EMEA, 1995).

32

Batas deteksi dapat ditentukan dengan persamaan berikut:

Keterangan :

Q : LOD (limit deteksi)

k : 3

Sb : Simpangan baku respon analitik dari blanko

SI : Arah garis linear (kepekaan arah) dari kurva antar respon terhadap

konsentrasi = slope (b pada persamaan garis y = a + bx

3. Presisi

Presisi adalah ukuran yang menunjukan derajat kesesuaian antara hasil uji

individual, diukur melalui penyebaranhasil individual dari rata-rata jika prosedur

diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil dari campuran yang

homogen (Riyanto,2012). Metode dengan presisi yang baik ditunjukan dengan

perolehan relatif standar deviasi (RSD) <5 % pada konsentrasi analit 100 ppm, <7

% pada konsentrasi analit 10 ppm dan <11 % pada konsentrasi analit 1 ppm

(AOAC, 1998). Simpangan baku (SD) dapat ditentukan dengan persamaan

berikut:

√(∑( ) )

Keterangan :

SD : Standar deviasi (simpangan baku)

x : Konsentrasi hasil analisis

n : Jumlah pengulangan analisis

: Konsentrasi rata-rata hasil analisis

33

dan relatif standar deviasi (RSD) dapat ditentukan dengan persamaan berikut:

%100x

SDRSD

Keterangan :

RSD : Relatif standar deviasi

: Konsentrasi rata-rata hasil analisis

SD : Standar deviasi

4. Akurasi (Kecermatan)

Akurasi merupakan suatu kedekatan kesesuaian antara hasil suatu pengukuran dan

nilai benar dari kuantitas yang diukur atau suatu pengukuran posisi yaitu seberapa

dekat hasil pengukuran dengan nilai benar yang diperkirakan. Akurasi dinyatakan

sebagai persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Persen

perolehan kembali dapat ditentukan dengan persamaan berikut (AOAC, 1993)

%100

*kembali %perolehan

A

AF

C

CC

Keterangan :

CF : Konsentrasi total sampel yang diperoleh dari pengukuran

CA : Konsentrasi sampel sebenarnya

CA* : Konsentrasi analit yang ditambahkan

III. METODOLOGI PERCOBAAN

A. Waktu dan Tempat Penelitan

Penelitian ini dilaksanakan melalui 2 tahap yaitu tahap pengambilan sampel dan

tahap preparasi sampel. Pengambilan sampel di lakukan pada bulan Maret sampai

dengan bulan Juni 2015. Sedangkan tahap preparasi dan analisis sampel dilakukan

pada bulan Juni hingga bulan Februari 2016 di Laboratorium Kimia Analitik

Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lampung dan Laboratorium Kimia Analitik Jurusan Kimia Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Indonesia.

B. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah Spektrofotometri Serapan

Atom, Neraca Analitik, Oven, Eckman Grab sampler, wadah sampel (plastik),

kertas saring, pH-meter, termometer, oven, spidol permanen, saringan mesh 106

µm, ember kecil, mortar dan peralatan gelas yang umum digunakan di dalam

laboratorium.

Bahan-bahan yang digunakan adalah sampel sedimen, HNO3 pekat dan aquades

35

C. Prosedur Kerja

1. Pembuatan Larutan

a. Larutan HNO3 1N

Sebanyak 64,75 mL HNO3 pekat dimasukan ke dalam labu takar 1 L, kemudian

ditambahkan dengan aquades hingga tanda batas dan dihomogenkan

2. Metode Pengambilan Sampel

a. Persiapan Pengambilan Sampel

Sebelum dilakukan pengambilan sampel semua wadah yang akan digunakan

dicuci dengan sabun dan dibilas merata dengan air hingga busanya hilang,

kemudian direndam dengan menggunakan HNO3 1 N untuk menghilangkan

adanya kontaminasi logam yang terdapat di dalam wadah sampel. Proses

pengeringan dan penyimpanan dilakukan dalam keadaan tertutup sampai

digunakan (Sulistiani, 2009).

b. Lokasi Pengambilan Sampel

Sampel sedimen di ambil pada pesisir Teluk Lampung pada 10 titik yang berbeda

dengan pengulangan 4 kali. Sampel sedimen diambil dengan menggunakan

eckman grab dan dimasukan kedalam kantong plastik transparan dan diberi label.

Kemudian sampel disimpan dalam coolbox yang selanjutnya akan dibawa ke

laboratorium untuk dianalisis.

36

Gambar 7. Lokasi Pengambilan Sampel (Google Map).

Tabel 5. Lokasi Pengambilan Sampel

Kode

Sampel

Lokasi pengambilan sampel Titik Koordinasi

A Pesisir Way Kuala 0,5˚ 27’ 24,0” LS S

105˚ 17’ 52,6” LU E

B Muara Way Kuala 0,5˚ 27’ 26,0” LS S

105˚ 17’ 50,5” LU E

C Kawasan Pemukiman Penduduk

(Bumi Waras)

0,5˚ 26’ 58,3” LS S

105˚ 16’ 29,3” LU E

D Kawasan Pemukiman Penduduk

(Gudang Lelang)

0,5˚ 26’ 57,2” LS S

105˚ 16’ 39,0” LU E

E Kawasan Way Lunik 0,5˚ 27’ 19,9” LS S

105˚ 18’ 21,5” LU E

F Kawasan Tempat Pelelangan

Ikan Ujung Bom

0,5˚ 26’ 58,3” LS S

105˚ 16’ 29,3” LU E

G Kawasan Pulau Pasaran/Muara

Way Kuripan

0,5˚ 27’ 39,4” LS S

105˚ 15’ 56,8” LU E

H Kawasan Tempat Pelelangan

Ikan/Lempasing

0,5˚ 29’ 10,8” LS S

105˚ 15’ 13,3” LU E

I Kawasan Industri Pertamina 0,5˚ 29’ 05,8” LS S

105˚ 19’ 10,9” LU E

J Kawasan Pemukiman Penduduk 0,5˚ 29’ 12,9” LS S

105˚ 19’ 25,8” LU E

37

3. Preparasi Sampel

a. Preparasi Sampel Untuk Menentukan Kadar Logam Cd

Sedimen basah dijemur di bawah sinar matahari kemudian digerus dan diayak.

Sedimen halus kemudian dioven selama 1 jam pada suhu 100 oC hingga diperoleh

berat konstan. Sedimen kering ditimbang dengan teliti 20 gr dimasukan ke dalam

erlenmeyer dan ditambahkan 30 mL HNO3 pekat kemudian dishaker selama 30

menit dan didiamkan selama 3 jam pada suhu ruang. Setelah didiamkan selama 3

jam, ditambahkan dengan 100 mL akuades kemudian disaring dengan kertas

saring. Sisa sedimen yang terdapat pada kertas saring dicuci dengan 10 mL

akuades dengan lima kali pengulangan hingga pH 2-3. Filtrat yang dihasilkan

kemudian diukur dengan Spektrofotometer Serapan Atom untuk menentukan

kadar Logam Cd pada panjang gelombang 228,8 nm

b. Preparasi Sampel Untuk Menentukan Kadar Logam Co

Sedimen basah dijemur di bawah sinar matahari kemudian digerus dan diayak.

Sedimen halus kemudian dioven selama 1 jam pada suhu 100 oC hingga diperoleh

berat konstan. Sedimen kering ditimbang dengan teliti 20 gr dimasukan ke dalam

erlenmeyer dan ditambahkan 30 mL HNO3 pekat kemudian dishaker selama 30

menit dan didiamkan selama 3 jam pada suhu ruang. Setelah didiamkan selama 3

jam, ditambahkan dengan 100 mL akuades kemudian disaring dengan kertas

saring. Sisa sedimen yang terdapat pada kertas saring dicuci dengan 10 mL

akuades dengan lima kali pengulangan hingga pH 2-3. Filtrat yang dihasilkan

kemudian diukur dengan Spektrofotometer Serapan Atom untuk menentukan

kadar Logam Co pada panjang gelombang 240,7 nm

38

4. Penentuan Konsentrasi Cd dan Co pada Sedimen dengan

Spektrofotometer Serapan Atom

Pada analisis logam Cd dan Co menggunakan nyala pada campuran gas udara –

asetilen dengan suhu nyala 2300 oC. Pada logam Cd dan Co yang mudah

diuapkan umunya banyak ditentukan dengan suhu rendah sedangkan unsur-unsur

lain yang tidak mudah diatomisasi diperlukan suhu yang tinggi.

Masing-masing konsentrasi standar diukur dengan Spektrofotometer Serapan

Atom pada kondisi optimum yang didapat pada manual alat. Dari kurva larutan

standar tedapat korelasi antara konsentrasi (x) dengan absorbansi (y). Dengan

menggunakan persamaan regrensi linier maka konsentrasi dari sampel dapat

diketahui:

y = a+ bx

Keterangan:

y : Absorbansi Sampel

a : Intersep

b : Slope

x : Konsentrasi Sampel

Setelah konsentrasi pengukuran telah diketahui, maka konsentrasi sebenarnya dari

Cd dan Co dalam sampel kering dapat ditentukan dengan persamaan (Christian,

1994):

Keterangan :

M : Konsentrasi logam dalam sampel (mg/Kg)

: Konsentrasi yang diperoleh dari kurva kalibrasi (mg/L)

V : Volume larutan sampel (L)

B : Bobot sampel (Kg)

F : Faktor Pengenceran

39

5. Validasi Metode

Penelitian mengenai distribusi serabaran logam Cd dan Co di sekitar perairan

Teluk Lampung ini menggunakan 4 validasi metode yaitu Linearitas, limit deteksi

dan presisi:

a. Linearitas

Linearitas merupakan kemampuan metode analisis yang memberikan respon baik

secara langsung terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Pada penelitian ini

linearitas dapat diukur dengan melakukan pengukuran tunggal pada konsentrasi

yang berbeda-beda. Data yang diperoleh selanjutnya diproses denga metode

kuadrat terkecil, kemudian dapat ditentukan nilai kemiringan (slope), Intersep,

dan koefisien korelasinya.

b. Limit Deteksi

Pada penelitian ini batas deteksi ditentukan dengan cara mengukur respon blanko

sebanyak 5 kali dan dihitung simpangan baku respon blanko

c. Presisi

Presisi dilakukan dengan cara mengukur konsentrasi sampel dengan 4 kali

pengulangan. Nilai absorbansi yang diperoleh kemudian ditentukan nilai

konsentrasi (persamaan regrensi larutan standar), kemudian nilai simpangan baku

(SD) dan simpangan baku relatif (RSD) dapat dientukan. Metode dengan presisi

yang baik ditunjukan dengan perolehan relatif standar deviasi (RSD) <5 % pada

konsentrasi analit 100 ppm, <7 % pada konsentrasi analit 10 ppm dan <11 % pada

konsentrasi analit 1 ppm (AOAC, 1998).

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan penelitian pada penelitian ini, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Konsentrasi logam kadmium (Cd) pada sedimen di sekitar Pesisir Bandar

Lampung pada sepuluh titik A (Pesisir Way Kuala) 7,341 ± 0,034 ppm, B

(Muara Way Kuala) 7,410 ± 0,006 ppm, C (Kawasan Pemukiman Penduduk

(Bumi Waras)) 7,413 ± 0,009 ppm, D (Kawasan Pemukiman Penduduk

(Gudang Lelang)) 7,221 ± 0,008 ppm, E (Kawasan Way Lunik) 7,315 ± 0,109

ppm, F (Kawasan Tempat Pelelangan Ikan Ujung Bom) 7,393 ± 0,005 ppm, G

(Kawasan Pulau Pasaran/Muara Way Kuripan) 7,393 ± 0,005 ppm, H

(Kawasan Tempat Pelelangan Ikan/Lempasing) 7,379 ± 0,006 ppm, I

(Kawasan Industri Pertamina) 7,374 ± 0,008 ppm dan J (Kawasan Pemukiman

Penduduk) 7,3718 ± 0,0051 ppm.

2. Konsentrasi logam kobalt (Co) pada sedimen di sekitar Pesisir Bandar

Lampung pada sepuluh titik A (Pesisir Way Kuala) 288,9706 ± 3,1196 ppm, B

(Muara Way Kuala) 275,7353 ± 4,0274 ppm, C (Kawasan Pemukiman

Penduduk (Bumi Waras)) 264,7059 ± 3,1196 ppm, D (Kawasan Pemukiman

Penduduk (Gudang Lelang)) 293,3823 ± 1,8011 ppm, E (Kawasan Way Lunik)

58

289,5221 ± 6,0745 ppm, F (Kawasan Tempat Pelelangan Ikan Ujung Bom)

281,8015 ± 2,7757 ppm, G (Kawasan Pulau Pasaran/Muara Way Kuripan)

298,3456 ± 3,3088 ppm, H (Kawasan Tempat Pelelangan Ikan/Lempasing)

271,3235 ± 1,8011 ppm, I (Kawasan Industri Pertamina) 287,8676 ± 4,5919

ppm dan J (Kawasan Pemukiman Penduduk) 258,6397 ± 1,1029 ppm.

3. Konsentrasi logam kadmium (Cd) telah melewati ambang baku mutu sedimen

yang ditetapkan oleh National Sediment Quality Survey USEPA (0,65-2,49)

ppm dan The Ontario Ministry of The Environment (0,5-2,5) mg/Kg.

4. Konsentrasi logam kobalt (Co) telah melewati ambang baku mutu sedimen

yang ditetapkan oleh National Sediment Quality Survey USEPA (50,57-158,13)

ppm dan The Ontario Ministry of The Environment 50 mg/Kg.

5. Analisis logam kadmium (Cd) dan kobalt (Co) dalam sedimen menggunakan

alat Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) karena analisis validasi metodenya

berada dalam batas standar validasi yang ditentukan.

B. SARAN

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka penulis memberi saran

untuk penelitian selanjutnya sebagai berikut:

1. Menganalisis logam berat lain pada sedimen, biota dan air laut untuk

mengetahui seberapa besar pencemaran logam-logam berat tersebut.

2. Menganalisis sampel dengan menggunakan instrumen alat selain dari AAS

yang memiliki tingkat sesitivitas dan selektifitas yang tinggi.

3. Teknik pengenceran disarankan menggunakan labu takar dengan akurasi yang

baik

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Ruakaesih. 2014. Kimia Lingkungan. Andi Offset. Yogyakarta.

Anonim I. 2009. Anonim 2. 2010. Daerah Pemukiman Di Teluk Lampung.

Diakses pada tanggal 10 Oktober 2015 pukul 13.20 WIB. http: //www.

Fotografer.net/forum/view.php?id=3193796384

Anonim II. 2003. Guidance for Environmental Background Analysis vol II

sediment. NFECS user guide UG-2054-ENV. Naval Facilities

Engineering Command. Washington DC

AOAC. 1993. Peer Verified Methods Program, Manual on Policies and

Procedures. Arlington. VA.

AOAC. 1998. Peer Verified Methods Program, Manual on Policies and

Procedures. Arlington. VA.

Agency for Toxic Substances and Disease Registry (ATSDR). 2004.

Toxicological Profile for Manganese (Draft for Public Comment).

Atlanta GA: U.S. Department of Public Health and Human Services.

Public Health Service.

Basset, J. dkk.. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisi Kuantitatif Anorganik.

Rhineka Cipta. Jakarta.

Chester, R. 1990. Marine Geochemistry. Unwin Hyman. London

Christian D, Gary. 1994. Analytical Chemistry. John Wiley and Sons Inc. New

York.

Clark, D. V. 1979. Heavy Metal in Sediment. Butterworth-Heinemann. USA

Connel, DW. dan GJ. Miller. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran.

Terjemahan Yanti Koestoer. 1995. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Cotton, F.A. dan G. Wilkinson. 1988. Kimia Anorganik Dasar. Penterjemah

Sehati Suharto. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

60

Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Universitas

Indonesia pers. Jakarta.

Darmono. 2001. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Universitas

Indonesia pers. Jakarta.

Day, R.A., dan Underwood, A.L. 1989. Analisis Kimia Kuantitatif.

Terjemahan Pujaatmaka, A.H. Erlangga . Jakarta

Derelanko and Hollinger. 2002. Handbook of Toxicology Second Edition. CRC

Press. Florida

Dr. Dobson, S. 1992. International Programme On Chemical Safety

Environmental Health Criteria 135 Cadmium – Environmental

Aspect.Institute of Terrestrial Ecology World Health Orgnization. United

Kingdom.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengolahan Sumber Daya dan

Lingkungan Perairan . Kanisius. Yogyakarta.

Ellwel, W. T. and Gidley. 1996. Atomic Adsorption Spectrophotometry. Research

Departemen Imperial Metal Industries Ltd. England. Ied.

EMEA. 1995. The European Agency for the Evaluation of Medicinal Products.

ICH Topic Q 2 B. Validation of Analytical Procedures: Methodology.

Diakses pada tanggal 18 September 2015 pukul 20:00 WIB

http://www.pharmacontract.ch/suppor/pdf_support/Q2a.pdf

Fortstner, U. and Prosi, F. 1978. Proceeding of Course Held at The Join Research

centre of The Commission of Europian Commities. Ispra Pargamon Press.

Oxpord.

Friedman, G.M. dan Sander, J.E. 1978. Principe of Sedimentology. Jhon Wiley

dan Sons Ltd. New York

Gobas, F.A.P.C., J.B. Wilcockson, R.W. Russel and G.D. Haffner. 1999.

Mechanism of Biomagnification in Fish Under Laboratory and Field

Condition. Enviromental Science and Technology.

Gunandjar.1990. Spektrofotometri Serapan Atom. BATAN. Yogyakarta

Harmita, 2004. Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara

Perhitungannya. Departemen Farmasi FMIPA-UI. Jakarta.

Helfinalis. 2000. Aspek Oseonografi Bagi Peruntukan Lahan di Wilayah Pantai

Teluk Lampung. PPPLO-LIPI, Jakarta.

61

Hutabarat, Sahala dan Stewart M. Evans. 1986. Pengantar Oseanografi. UI Press.

Jakarta.

Hutagalung, H. P. 1997. Pencemaran Laut oleh Logam Berat: Status Pencemaran

Laut di Indonesia dan Teknik Pemantauanya. P3O-LIPI. Jakarta.

Ismono. 1984. Cara-cara Optik dalam Analisa Kimia. Jurusan Kimia ITB.

Bandung.

Kementrian Lingkungan Hidup. 1990. Pedoman Penetapan Baku Mutu

Lingkungan. Kantor Menteri Negara Kependudukan Lingkungan Hidup.

Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup. Kep-

51/MNLH/2004. Sekretariat

Khopkar, S.M., 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik Edisi kedua.UI Press. Jakarta.

Korzeniewski, K. and Neugebauer, E. 1991. Heavy metal contamination in the

polish zone at Southern Baltic. Marine Pollution Bull. USA.

Laws, E. A. 1993. Aquatic Pollutions. Jhon Wiley & Son Inc. New York: 521 pp

Lu, Frank. 1995. Toksiologi Dasar. Penerbit Universitas Indonesi. Jakarta

Manahan, S. C. 1994. Enviromental Chemistry, 6th

edition. Willard Grand Press.

Boston.

Markert, Bernd. 1994. Environmental Sampling For Trace Analysisi. VCH

Publishers Inc. New York

Mukhtasor. 2007. Pencemaran Pesisir dan Laut. Pradnya Pramita. Jakarta

Mulja.M.1977. Analisis Instrumental. Penerbit Air Langga University Press.

Surabaya.

Nammiinga, H. and J. Wilhm. 1977. Journal of Water Pollution Control

Federation. A Dynamic Model For Simulation Waste Digestion.

Novita, Ni Putu Inda. 2010. Kajian Sebaran Logam Berat Pb dan Cd pada

Sedimen Di Muara Sungai Way Kuala Bandar Lampung. Universitas

Lampung. Bandar Lampung

Palar, H. 2005. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta. Jakarta.

Palar, H. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta. Jakarta.

Pemerintah Daerah Provinsi Lampung. 1999. Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir

Lampung. Bandar Lampung.

62

Pemerintah Provinsi Lampung Dinas Perikanan dan Kelautan.2007. Pemetaan

Terumbu Karang di Teluk Lampung. PT Taram. Bandar Lampung.

Philips JDH. 1980. Proposal for monitoring studies on the contamination of the

east seas by trace metal and organochlorine. South China Sea Fisheries

Development and Coordinating Programe. FAO-UNEP. Manila.

Prothero, Donald R. and F. Schwab. 1999. An Introduction to Sedimentary Rocks

and Stratigrafi, Sedimentary Geology. United State of America. New

York.

Razak, T.B. 1998. Struktur KomunitasKarang Berdasarkan Metode Transek

Garisdan Transek Kuadrat di Pulau Menyawakan Taman Nasional

Karimun Jawa Jateng. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Radojevic, M dan Bashkin. V.N. 1999. Practical Environmental Analysis. The

Royal Society of Chemistry , Cambridge, UK.

Rifardi. 2012. Ekologi Sedimen Laut Modern. UR Press Pekanbaru. Riau

Riyanto. 2014. Validasi dan Verifikasi Metode Uji: Sesuai dengan ISO/IEC 17025

Laboratorium Penguji dan Kalibrasi. Deepublis. Yogyakarta.

Skoog, D.A., 1980. Principles of Instrumental Analysis, 3rd

edition. Saunders

College Publication. Philadelphia.

Skoog, D.A., 1985. Principles of Instrumental Analysis, 3rd

edition. Saunders

College Publication. Philadelphia.

Slavin, M. 1968. Atomic Absorption Spectroscopy Second Edition. United State of

America. New York

Sugiyarto, Kristian.H dan Suyanti, Retno. D. 2010. Kimia Anorganik Logam.

Graha Ilmu. Yogyakarta.

Sulistiani, Widya Sartika. 2009. Analisis Simultan Logam Berat Pb, Cu, Zn, Cr,

Mn, Ni, Fe dan Cd Pada Bioindikator Remis (Eremopyrgus eganensis) di

Sungai Kuripan Lampung Menggunakan ICP-OES. Skripsi. FMIPA.

Universitas Lampung.

The Ontario Ministry Of The Environment. 2004. Soil, Ground Water and

Sediment Standars for Use Under Part XV.I of the Environmental

Protection Act.

63

US EPA. 2003. The Incidence and Severity of Sediment Contamination in Surface

Waters of United States, National Sediment Quality Survey : Second

Edition. EPA-823-R-04-2007. U. S. Enviromental Protection Agency,

Washington D.C.

US EPA. 2004. The Incidence and Severity of Sediment Contamination in Surface

Waters of United States, National Sediment Quality Survey : Second

Edition. EPA-823-R-04-2007. U. S. Enviromental Protection Agency,

Washington D.C.

Wiryawan, B., B. Marsden, H.A. Susanto, A.K. Mahi, M. Ahmad dan H.

Poespitasari. 1999. Rencana Strategis Pengelolaan Wilayah Pesisir

Lampung. PKSPL IPB. Bandar Lampung.

Wiryawan, B., B. Marsden, H.A. Susanto, A.K. Mahi, M. Ahmad dan H.

Poespitasari. 2002. Rencana Strategis Pengelolaan Wilayah Pesisir

Lampung. PKSPL IPB. Bandar Lampung.

Wulandari, Putri. 2011. Kajian Sebaran Logam Berat Kromium (Cr), Mangan

(Mn) dan Kobalt (Co) pada Sedimen Di Muara Sungai Way Kuala

Bandar Lampung. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Yuliasari, Lisa. 2003. Studi Penentuan Logam Berat Timbal (Pb) dan Kadmium

(Cd) dalam Organ Tubuh Ayam Pedaging (Broiler) secara

Spektrofotometri Serapan Atom. Universitas Lampung. Bandar Lampung.