3
Tingkatkan Profesionalisme Guru Jumat, 26 November 2010 | 18:06 WIB TANGGAL 25 November kemarin negeri ini merayakan Hari Guru Nasional ke-63. Hari Guru Nasional diperingati bersamaan dengan hari ulang tahun (HUT) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Momen tersebut seharusnya tak sekadar diperingati dengan melaksanakan upacara di sekolah atau seremonial pemberian tanda jasa bagi guru, tapi perlu dijadikan momentum refleksi pengabdian pahlawan tanpa tanda jasa dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Kita sepakat dengan Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas), M Nuh, agar para guru di seluruh Indonesia lebih meningkatkan profesionalitas, mengingat guru memiliki posisi strategis dalam meningkatkan mutu pendidikan. Profesionalitas itu juga sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru menguasai bahan-bahan mengajar. Peringatan HGN yang bertema "Memacu Peran Strategis Guru dalam Mewujudkan Guru yang Profesional, Bermartabat, dan Sejahtera", patut diimplementasikan. Untuk melahirkan guru yang profesional kesejahteraan menjadi tempat utama yang perlu dipikirkan pemerintah. Kita mendukung apa yang dikemukakan Mendiknas bahwa ada empat ranah profesionalisme guru yang harus ditingkatkan, yakni kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesi. Guru dalam menjalankan profesinya harus mendapatkan perlindungan. Kerja dan dedikasi guru harus dihargai dengan meningkatkan kesejahteraannya. Ada tiga tugas utama bagi seorang guru, yaitu mengajarkan ilmu, membentuk kepribadian dan karakter yang mulia, serta menanamkan rasa optimisme, cita-cita dan pikiran positif. Realitas menunjukkan guru lebih cenderung mengjarkan ilmu dan mengabaikan budi pekerti. Dengan demikian melahirkan generasi yang cerdas tapi perilaku tidak sesuai dengan ajaran falsafah bangsa, yakni Pancasila. Jika dibandingkan dengan model pendidikan zaman dulu, guru sangat ketat terhadap pengembangan ilmu pengetahun dan

Tingkatkan Profesionalisme Guru

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PENDIDIKAN

Citation preview

Tingkatkan Profesionalisme Guru

Jumat, 26 November 2010 | 18:06 WIBTANGGAL 25 November kemarin negeri ini merayakan Hari Guru Nasional ke-63. Hari Guru Nasional diperingati bersamaan dengan hari ulang tahun (HUT) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Momen tersebut seharusnya tak sekadar diperingati dengan melaksanakan upacara di sekolah atau seremonial pemberian tanda jasa bagi guru, tapi perlu dijadikan momentum refleksi pengabdian pahlawan tanpa tanda jasa dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.Kita sepakat dengan Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas), M Nuh, agar para guru di seluruh Indonesia lebih meningkatkan profesionalitas, mengingat guru memiliki posisi strategis dalam meningkatkan mutu pendidikan. Profesionalitas itu juga sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru menguasai bahan-bahan mengajar.Peringatan HGN yang bertema "Memacu Peran Strategis Guru dalam Mewujudkan Guru yang Profesional, Bermartabat, dan Sejahtera", patut diimplementasikan. Untuk melahirkan guru yang profesional kesejahteraan menjadi tempat utama yang perlu dipikirkan pemerintah. Kita mendukung apa yang dikemukakan Mendiknas bahwa ada empat ranah profesionalisme guru yang harus ditingkatkan, yakni kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesi. Guru dalam menjalankan profesinya harus mendapatkan perlindungan. Kerja dan dedikasi guru harus dihargai dengan meningkatkan kesejahteraannya.Ada tiga tugas utama bagi seorang guru, yaitu mengajarkan ilmu, membentuk kepribadian dan karakter yang mulia, serta menanamkan rasa optimisme, cita-cita dan pikiran positif. Realitas menunjukkan guru lebih cenderung mengjarkan ilmu dan mengabaikan budi pekerti. Dengan demikian melahirkan generasi yang cerdas tapi perilaku tidak sesuai dengan ajaran falsafah bangsa, yakni Pancasila. Jika dibandingkan dengan model pendidikan zaman dulu, guru sangat ketat terhadap pengembangan ilmu pengetahun dan perilaku sehingga melahirkan generasi yang punya budi pekerti.

Bagaimana dengan NTT? Sehari sebelum peringatan hari guru, kita dikagetkan dengan berita 15.000 guru di NTT tidak kompeten. Jumlah yang signifikan ini menjadi ancaman bagi pemerintah, Dinas PPO dan semua stakeholder untuk membenahinya. Dinas PPO perlu memikirkan model pendidikan dan pelatihan yang meningkatkan kualitas guru agar menjadi guru yang profesional. Diklat yang diberikan harus betul-betul menghadirkan nara sumber yang berkompeten dengan disiplin tinggi sehingga outputnya betul-betul handal. Di samping itu kurikulum pendidikan juga perlu dibenahi kembali sehingga dapat menghasilkan SDM yang mampu menjawab kebutuhan pembangunan. Dengan demikian tujuan pendidikan dapat tercapai.

Patut kita catat, NTT merupakan daerah yang tingkat kelulusan terburuk di Indonesia. Tingkat kelulusan baru diperbaiki saat diselenggarakan ujian ulang. Pengalaman buruk ujian nasional tahun lalu harus dijadikan bahan refleksi agar kasus itu tidak terulang lagi di NTT. Untuk itu, perlu sinergi yang baik antara guru, orangtua murid, pemerintah dan semua stakeholder. Kita yang sering menyalahkan guru, perlu merefleksi, bahwa peningkatan mutu pendidikan bukan hanya menjadi tanggung jawab guru semata. Di momen HGN ini, kita juga perlu memikirkan kesejahteraan guru swasta yang tidak mendapat tunjangan profesi, tunjangan sertifikasi dan lainnya. Guru swasta mempertaruhkan nasibnya pada yayasan tempat bernaung sekolah yang menjadi tempat mengajarnya. Kita berharap dalam semangat meningkatkan profesionalitas guru, pemerintah perlu memikirkan subsidi untuk guru-guru di sekolah swasta yang terkadang dibayar dengan gaji yang tidak sesuai Upah Minimum Propinsi. Saat ini, UMP NTT Rp 850.000. Di daerah ini masih ada guru yang dihargai dengan gaji Rp 300.000-Rp 500.000/bulan. Jika gaji seperti itu, kapan guru tersebut meningkatkan profesionalitasnya sebagai seorang guru? Walau guru dijuluki pahlawan tanpa tanda jasa, tapi mereka juga manusia yang membutuhkan kesejahteraan. *Tingkatkan profesionalisme, etos kerja dan tanggung jawab sebagai Guru, jangan hanya ngejar sertifikasi. Karna itu gak akan berkah bagi keluarga kita.Sumber : http://www.pos-kupang.com/read/artikel/55528/editorial/salam/2010/11/26/tingkatkan-profesionalisme-guru