28
TINJAUAN ATAS CACING TAMBANG PENYEBAB ANEMIA I. PENDAHULUAN i. LATAR BELAKANG SKENARIO : KENAPA SAYA DIARE? Seorang pria, petani, berumur 43 tahun, datang dengan keluhan sakit perut dan diare lendir, kadang berdarah, selama kurang lebih 1 bulan. Pasien juga mengeluh cepat lelah setelah beraktivitas, sering berkunang-kunang dan dada berdebar-debar, serta kadang tubuh terasa gatal. Pada pemeriksaa fisik ditemukan : pecah-pecah di tepi mulut, konjungtiva pucat. Nyeri tekan lepas daerah Mc Burney (-). Auskultasi didapatkan takikardi, bising sistolik dan ronki basah basal paru. Kondisi rumah pasien berlantai tanah, sumber air minum dari sumur yang berjarak 2 meter dari ‘jumbleng/sumuran terbuka’ (tempat BAB tradisional). Beberapa tetangganya juga mempunyai keluhan yang mirip (diare). Pemeriksaan laboratorium didapatkan anemia berat dan eosinofilia. Pemeriksaan mikroskopis tinja didapatkan telur cacing, protozoa dan bakteri. Anemia adalah penurunan konsentrasi eritrosit atau hemoglobin dalam darah di bawah normal, terjadi ketika keseimbangan antara kehilangan darah dan produksi terganggu (Anderson, 2002). Anemia dapat diakibatkan oleh berbagai hal, salah satunya infestasi parasit dalam tubuh. Manifestasi parasit juga mengakibatkan eosinofilia. Eosinofil dalam darah naik untuk mengatasi infestasi parasit. Tergantung dari mekanisme pertahanan tubuh apakah mampu mengeliminasi parasit atau tidak mampu mengeliminasi seluruh parasit sehingga mengakibatkan infeksi kronis. ii. RUMUSAN MASALAH

Tinjauan Atas Cacing Tambang Penyebab Anemia

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Tinjauan Atas Cacing Tambang Penyebab Anemia

TINJAUAN ATAS CACING TAMBANG PENYEBAB ANEMIA

I. PENDAHULUAN

i. LATAR BELAKANG

SKENARIO :

KENAPA SAYA DIARE?

Seorang pria, petani, berumur 43 tahun, datang dengan keluhan sakit perut dan diare lendir, kadang berdarah, selama kurang lebih 1 bulan. Pasien juga mengeluh cepat lelah setelah beraktivitas, sering berkunang-kunang dan dada berdebar-debar, serta kadang tubuh terasa gatal.

Pada pemeriksaa fisik ditemukan : pecah-pecah di tepi mulut, konjungtiva pucat. Nyeri tekan lepas daerah Mc Burney (-). Auskultasi didapatkan takikardi, bising sistolik dan ronki basah basal paru.

Kondisi rumah pasien berlantai tanah, sumber air minum dari sumur yang berjarak 2 meter dari ‘jumbleng/sumuran terbuka’ (tempat BAB tradisional). Beberapa tetangganya juga mempunyai keluhan yang mirip (diare).

Pemeriksaan laboratorium didapatkan anemia berat dan eosinofilia. Pemeriksaan mikroskopis tinja didapatkan telur cacing, protozoa dan bakteri.

Anemia adalah penurunan konsentrasi eritrosit atau hemoglobin dalam darah di bawah normal, terjadi ketika keseimbangan antara kehilangan darah dan produksi terganggu (Anderson, 2002). Anemia dapat diakibatkan oleh berbagai hal, salah satunya infestasi parasit dalam tubuh.

Manifestasi parasit juga mengakibatkan eosinofilia. Eosinofil dalam darah naik untuk mengatasi infestasi parasit. Tergantung dari mekanisme pertahanan tubuh apakah mampu mengeliminasi parasit atau tidak mampu mengeliminasi seluruh parasit sehingga mengakibatkan infeksi kronis.

ii. RUMUSAN MASALAH

1. Mekanisme anemia yang ditimbulkan parasit

2. Gejala klinis pada infestasi parasit

3. Tinjauan mengenai diare yang diakibatkan oleh parasit

iii. TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN

1. Mengetahui daur hidup parasit

2. Mengetahui gejala dan tanda yang menyertai

3. Mengetahui pengobatan yang tepat pada kasus

II. STUDI PUSTAKA

Page 2: Tinjauan Atas Cacing Tambang Penyebab Anemia

Penyakit cacing tambang paling sering disebabkan oleh Necator americanus, Ancylostoma duodenale. Penyakit ini tersebar di daerah tropis maupun subtropis. Di Indonesia penyakit ini lebih banyak disebabkan oleh Necator americanus (Pohan, 1996).

Cacing tambang ditularkan melalui tanah yang terkontaminasi tinja yang mengandung larva infektif. Telur dihasilkan cacing betina dan keluar melalui tinja. Bila telur tersebut jatuh di tempat yang hangat, lembab dan basah, maka telur berpotensi menetas. Telur cacing yang ditemukan dalam tinja akan menetas menjadi larva rhabditiform dalam 1-2 hari atau setelah 3 minggu. Larva rhabditiform kemudian berubah menjadi larva filariform yang dapat menembus kulit manusia. Bila larva filariform menembus kulit manusia maka terjadi ground itch pada kulit. Jika larva filariformis kontak dengan kulit, maka ia akan mengadakan penetrasi melalui kulit, kemudian menuju jantung kanan, bermigrasi sampai paru-paru dan kemudian turun ke usus halus (Mansjoer, 2005).

Gejala klinis yang muncul adalah rasa gatal di kaki, pruritus, dermatitis dan kadang makulopapula sampai vesikel merupakan gejala pertama yang disebabkan invasi larva cacing tambang. Selama larva ini berada di dalam paru-paru dapat menyebabkan gejala batuk darah, yang disebabkan pecahnya kapiler dalam alveoli paru, dan berat ringannya keadaan ini bergantung pada banyaknya jumlah larva cacing yang melakukan penetrasi ke dalam kulit (Pohan, 1996).

Pada paru-paru larva memasuki alveoli dan dibawa menuju glottis dengan gerakan silia pada traktus respiratorius. Pada migrasi ini larva ini berganti kulit dua kali, membentuk kapsula bukalis dan menjadi bentuk dewasa. Menggunakan kapsula bukalis ini menempelkan dirinya pada kelenjar mukosa duodenum sebelah bawah, jejunum dan bagian proksimal dari ileum. Rasa tak enak pada perut, kembung, sering mengeluarkan gas (flatus), diare merupakan gejala iritasi cacing terhadap usus halus yang terjadi lebih kurang dua minggu setelah larva mengadakan penetrasi ke dalam kulit (Pohan, 1996).

Dapat terjadi kerusakan pada kulit yang disebabkan oleh dermatitis berat jika pasien sensitif. Anemia berat yang terjadi juga sering menyebabkan gangguan pertumbuhan, perkembangan mental dan payah jantung (Pohan, 1996).

Anemia akan terjadi 10-20 minggu setelah infestasi cacing dan walaupun diperlukan lebih dari 500 cacing dewasa untuk menimbulkan gejala anemia tersebut tentunya juga bergantung pada kondisi gizi pasien (Pohan, 1996). Necator americanus dan Ancylostoma duodenale dapat menyebabkan anemia mikrositik hipokromik. Tiap cacing N.americanus menyebabkan kehilangan darah 0,005-0,100 ml sehari dan A.duodenale 0,08-0,34 ml sehari. Keadaan ini tidak menyebabkan kematian tetapi dapat menurunkan daya tahan tubuh dan prestasi kerja.

Enzim proteolitik chatepsin D pada cacing tambang memainkan peranan dalam mendigesti hemoglobin (Loukas, 2002).

Pada ibu yang masih menyusui bayi dapat terjadi penularan kepada bayi karena cacing tambang dapat menular melalui ASI dan colostrum.

Pada pemeriksaan mikroskopis, N.americanus dan A.duodenale dapat dibedakan dengan melihat bagian gigi pada cacing.

III. DISKUSI / BAHASAN

Page 3: Tinjauan Atas Cacing Tambang Penyebab Anemia

Diare pada kasus skenario dapat diakibatkan infeksi cacing tambang pada daerah usus. Diare merupakan gejala iritasi cacing terhadap usus halus yang terjadi kurang lebih dua minggu setelah larva mengadakan penetrasi ke dalam kulit (Pohan, 1996).

Diare sebenarnya juga bisa disebabkan amebiasis, yang merupakan infeksi usus besar oleh E.histolytica. Diare pada amebiasis juga mengakibatkan tinja bercampur darah dan lendir. Namun pada amebiasis terjadi demam, sedangkan pada skenario pasien tidak menderita demam. Schistosomiasis juga dapat menyebabkan diare.

Disentri juga merupakan salah satu penyebab diare. Disentri atau shigellosis adalah suatu radang akut disebabkan oleh kuman genus Shigella. Secara klinis mengakibatkan diare berlendir disertai darah, perut sakit dan tenesmus .

Gejala-gejala seperti cepat lelah setelah beraktivitas, sering berkunang-kunang, dada berdebar-debar dan konjungtiva pucat merupakan tanda-tanda anemia. Anemia yang disebabkan oleh cacing tambang disebabkan enzim protease chatepsin D. Enzim proteolitik chatepsin D yang dimiliki oleh cacing tambang dapat digunakan untuk menghancurkan makromolekul kulit. Dengan jalan demikian cacing dapat masuk melalui kulit dan juga migrasi jaringan (Loukas, 2002). Gigi yang terdapat pada cacing tambang digunakan untuk menempel pada tunika mukosa, hal ini mengakibatkan perdarahan. Cacing mendisgesti darah yang keluar dari usus degan kaskade multienzim metalohemoglobinase. Saat cacing menempel pada tunika mukosa dia juga mengeluarkan antikoagulan yang langsung mencegah kerja dari antikoagulan Xa dan faktor jaringan VIIa untuk mencegah koagulasi.

Apendisitis juga mungkin terjadi pada kasus infeksi oleh cacing tambang. Namun pada skenario tanda nyeri tekan lepas daerah Mc Burney negatif yang menandakan tidak adanya apendisitis. Daerah Mc Burney terletak pada 1/3 lateral garis khayal antara SIAS dan umbilikus.

Pengobatan diberikan bergantung pada kondisi umum penderita. Pertama keadaan umum penderita harus diperbaiki dengan memberikan cukup protein dan makanan yang baik. Kemudian berikan obat cacing seperti alkopar, tetrakloetilen, pirantel pamoat dan mebendazol. Yang juga harus dilakukan adalah mengatasi anemianya, bisa dengan pemberian sulfas ferosus. Bila terdapat anemia megaloblastik dapat diberikan asam folat. Pada keadaan berat dengan kondisi umum yang buruk dapat diberikan transfusi darah dan preparat besi.

Mebendazol adalah obat antelmintik yang paling luas spektrumnya. Mebendazol berupa bubuk berwarna putih kekuningan, tidak larut dalam air, tidak bersifat higrokopis sehingga stabil dalam keadaan terbuka dan rasanya enak.

Mebendazol sangat efektif untuk mengobati infestasi cacing tambang, cacing gelang, cacing kremi, dan T.trichiura, maka berguna untuk infestasi cacing tersebut. Mebendazol menyebabkan kerusakan struktur subselular dan menghambat sekresi asetikolinesterase cacing. Obat ini juga mengahambat ambilan glukosa secara ireversibel sehingga terjadi pengosongan glikogen pada cacing. Cacing akan mati perlahan-lahan dan hasil terapi yang memuaskan baru nampak setelah tiga hari pemberian obat. Obat ini juga menimbulkan sterilitas pada telur cacing T.trichiura, cacing tambang, dan askaris sehingga telur ini gagal berkembang menjadi larva (Ganiswara, 1995).

Page 4: Tinjauan Atas Cacing Tambang Penyebab Anemia

Pada kasus ini terlihat pasien mengalami infeksi multipel. Terdapat bakteri, telur cacing dan protozoa. Perlu pemeriksaan lebih lanjut untuk melihat bakteri dan protozoa apa yang terdapat pada feses tersebut. Namun pada kasus ini gejala epidemiologi dan gejala klinis mengarah ke infeksi cacing tambang.

IV. KESIMPULAN

1. Pasien mengalami anemia karena infestasi cacing tambang

2. Perlu pemeriksaan lebih lanjut untuk memastika diagnosis

3. Pasien terinfeksi karena rumahnya berlantai tanah, juga profesinya sebagai petani yang sering terpapar dengan tanah

4. Banyak orang di daerah tempat tinggalnya juga terinfeksi cacing tambang

SARAN

1. Perbaikan higiene air minum, jika perlu gunakan PAM

2. Perbaikan lokasi BAB dan sumber air minum

3. Gunakan alas kaki saat bekerja

4. Berikan lantai keramik atau paling tidak alas pada tanah rumah

V. DAFTAR PUSTAKA

Dorland, W.A Newman, 2006. Kamus Kedokteran Dorland, 29th ed. Jakarta , EGC, pp : 92

Ganiswara, Sulistia, 1995. Farmakologi dan Terapi, 4th ed. Jakarta , Gaya Baru, pp : 526-527

Mansjoer, Arif, et al, 2002. Necatoriasis dan Ancylostomiasis. Dalam : Kapita Selekta Kedokteran, 3th ed. Jakarta, Media Aesculapius, p : 418

Pohan, Heriman T, 1996. Penyakit Cacing yang Ditularkan Melalui Tanah. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 3thed. Jakarta, Gaya Baru, pp : 515-516

American Family Physician , 2004. Common Intestinal Parasites. http://proquest.umi.com/pqdweb?index=3&did=1401800551&SrchMode=1&sid=1&Fmt=6&VInst=PROD&VType=PQD&RQT=309&VName=PQD&TS=1214835042&clientId=44698 (31 Juni 2008)

Brindley, Loukas, Williamson, 2002. Hookworm cathepsin D aspartic proteases : contributing roles in the host-specific degradation of serum proteins and skin macromolecules. http://www.fsm.ac.fj/pws/Resources/1.05-Anemia/Hookworm%20adv%20NEJM.pdf (1 Juli 2008)

Page 5: Tinjauan Atas Cacing Tambang Penyebab Anemia

dr. Wita PribadiBagian Parasitologi dan Ilmu Penyakit UmumFakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, JakartaPENDAHULUANDi negara-negara yang beriklim panas yang sedang giatmembangun, masih banyak penduduk yang dihinggapi parasit.Faktor-faktor yang menguntungkan untuk berkembangnyaparasit adalah :(I) kurang pengetahuan tentang kebersihan;(2) keadaan sosiaI ekonomi rendah.Parasit yang mengambil makanannya dari manusia secaralangsung maupun tidak langsung dapat mengakibatkan kelain-an pada tubuh manusia sebagai hospes, termasuk kelainanpada darah. Berat ringannya kelainan darah ini tergantung pa-da : (1) species parasit; (2) jumlah parasit yang masuk dalamtubuh; (3) lamanya infeksi, dan (4) respons daripada hospes.Gangguan darah antara lain dapat dilihat pada leukositdan pada eritrosit.PENGARUH PADA LEUKOSITInfeksi cacing kadang-kadang menyebabkan leukositosisringan. Sering-sering leukositosis ini tidak bersifat absolut.Peninggian jumlah leukosit pada infeksi cacing disebabkanoleh meningkatnya salah satu komponen daripada sel darahputih yaitu sel eosinofil. Parasit cacing, terutama yang terdapatdalamjaringan tubuh,antara lain Trichinella spiralis,Strongyloides stercoralis, Toxocara (yang menyebabkan vis-ceral larva migrans), Ancylostoma braziliense (yang menyebab-kan cutaneous larva migrans), Filaria, Schistosoma, mempu-nyai kutikula dan ekskreta yang bersifat antigenik dan mem-bentuk zat anti dari golongan IgE. Zat anti ini dapat dihubung-kan dengan meningkatnya jumlah sel eosinofil dalam darah.Kelainan inilah yang disebut eosinofilia atau hipereosinofiliaseperti yang terdapat pada sindrom Loeffler dan eosinofiliatropis.Sindrom LoefflerSindrom ini adalah sekumpulan gejala yang terdiri dariinfiltrasi sel eosinofil dalam paru-paru yang bersifat sementara,batuk, sesak napas menyerupai asma dan jumlah sel eosinofildalam darah dan sputum meningkat.Etiologi. -- Dalam tahun 1932 Loeffler menghubungkansindrom ini dengan infeksi cacing Ascaris. Kemudian penyakitinfeksi parasit lain, poliarteritis nodosa, eosinofilia tropis,reaksi alergi terhadap penisilin, sulfonamida, PAS, preparatarsen organik, infeksi jamur, dan lain-lain telah dilaporkan se-

Page 6: Tinjauan Atas Cacing Tambang Penyebab Anemia

bagai penyebab sindrom ini (Knowles, 1970). Istilah "PIEsyndrome" (Pulmonary Infiltration with Eosinophilia) diguna-kan untuk gejala infiltrasi paru-paru dan eosinofilia dalam da-rah yang dihubungkan dengan penyakit-penyakit lain.Patogenesis yang pasti masih belum jelas. Sindrom ini me-rupakan suatu fenomen hipersensitivitas yang dapat disebab-kan oleh migrasi larva Ascaris dalam paru-paru atau migrasilarva dari kulit ke paru-paru dan kemudian mati dan tidakberhasil mencapai usus. Sering tidak ditemukan telur dalamtinja, tetapi kadang-kadang terdapat larva dalam sputum pen-derita. Walaupun larva cacing tetap berada dalam kulit ataupundalam paru-paru, reaksinya tetap sama. Infiltrat dalam paru-paru dan eosinofilia dalam darah merupakan suatu reaksialergik terhadap larva; ini sesuai dengan meningginya kadarIgE dalam serum. Bercak-bercak tidak teratur dengan diameterbeberapa milimeter sampai 5 cm tersebar di seluruh paru-paru,terdiri dari jaringan kolagen yang di antara sel-selnya terdapatsel eosinofil, sel plasma, limfosit dan sel raksasa.• Gejalanya pada umumnya ringan, akan tetapi pada banyakkasus dilaporkan adanya asma bronkial.• Diagnosis sindrom Loeffler sulit ditegakkan dengan pasti.Gambaran klasik menunjukkan gambaran Rontgen dengan ba-yangan infiltrat dalam paru-paru yang cepat meluas untukkemudian menghilang dalam waktu kurang lebih tiga minggu.Jumlah sel eosinofil dalam darah meninggi, dalam sputum di-temukan sel eosinofiI dan kadang-kadang ditemukan larvacacing, bila penyebabnya adalah cacing. Disamping itu reaksiserologi dapat menunjang diagnosis ini.Penyakit ini biasanya sembuh dengan sendirinya dalamwaktu kurang lebih tiga minggu.Eosinofilia tropisEosinofilia tropis adalah suatu sindrom yang menyerupaisindrom Loeffler, tetapi gejalanya lebih berat dan berlangsunglebih lama. Sindrom ini juga bersifat alergik, ditandai denganhipereosinofilia antara 20 -- 90% (4000 per mm3atau lebih),batuk keras dan serangan asma. Pada 50% kasus terdapatsplenomegali (Fine, 1979).Eosinofilia tropis merupakan suatu respons alergik terhadapberbagai parasit cacing yang berhubungan erat dengan jaringanhospes. Telah dibuktikan bahwa satu macam eosinofilia tropisdisebabkan oleh cacing filaria manusia atau binatang yangtersembunyi dalam tubuh hospes. Keadaan ini disebut fila-riasis occult, karena mikrofilarianya tidak dapat ditemukan

Page 7: Tinjauan Atas Cacing Tambang Penyebab Anemia

dalam darah tepi (Lie dan Sandosham, 1969)Filariasis occult (tersembunyi). -- Filariasis occult untuk perta-ma kali dilaporkan oleh Meyers dan Kouwenaar (I939) danBonne (I939) di Indonesia. Kemudian dilaporkan dari Afrika,Brazil, India, Filipina, Muangthai, Vietnam, Singapore danCuracao.Gejala kliniknya terutama adalah hipereosinofilia, pembe-saran kelenjar limfe, batuk-batuk dan asma. Hipereosinofiliayang hampir selalu ditemukan pada penyakit ini sangat tinggi(2000 -- 4000 per mm3). Sebaliknya, kelenjar limfe tidak se-lalu membesar. Batuk-batuk kronis dapat dihubungkan denganserangan asma yang biasanya pada malam hari. GambaranRontgen paru-paru menunjukkan bercak-bercak milier yangkhas untuk eosinofilia tropis.Kelainan patologik sangat khas. Kelenjar limfe yang mem-besar menunjukkan suatu hiperplasia folikel limfe dan sel re-tikular. Benjolan-benjolan kecil berwarna kuning-kelabu de-ngan diameter 1 -- 2 mm tersebar di seluruh jaringan kelenjardan mengandung gumpalan sel eosinofil. Di tengah gumpalantersebut kadang-kadang tampak mikrofilaria atau sisa-sisamikrofilaria yang diliputi sel hialin. Gambaran ini disebut ben-da Meyers-Kouwenaar. Bila limpa, paru-paru atau hati terkena,benjolan-benjolannya lebih besar (sampai 5 mm).Hipereosinofilia dan serangan asma merupakan gejala alergiyang timbul pada orang-orang yang hipersensitif. Reaksi alergipada filariasis occult ditujukan pada mikrofilaria -- bukan pa-da larva atau cacing dewasanya -- sehingga mikrofilaria dihan-curkan dalam alat-alat dalam (limpa, paru-paru atau kelenjarlimfe). Menurut Ottisen (1979) eosinofilia tropis pada filaria-sis occult merupakan reaksi imunologik hiperresponsif terha-dap cacing tersebut. Zat antifilaria dari semua jenis dan kelasmeninggi, kadar IgE dan jumlah sel eosinofil meningkat. Ge-jala klinik dan hasil Iaboratorium menunjukkan adanya peran-an respons hipersensitivitas segera (immediate hypersensiti-vity): Penderita ini -- melihat spesifitas zat anti IgE -- telahdisensitisasi secara alergik terhadap semua antigen filaria, teru-tama yang berasal dari mikrofilaria yang memegang perananpenting dalam etiologi filariasis occult.• Diagnosis pasti filariasis occult dapat dibuat bila ditemukanmikrofilaria dalam benda Meyers-Kouwenaar di alat-alat da-lam. Titer IgE yang tinggl dan penyembuhan dengan obat di-etilkarbamazin terhadap cacing filarianya merupakan indikasikuat bahwa ini adalah suatu filariasis occult.

Page 8: Tinjauan Atas Cacing Tambang Penyebab Anemia

PENGARUH PADA ERITROSITBeberapa parasit mempunyai peranan penting sebagai pe-nyebab kelainan darah yang berupa anemia. Anemia dapat di-sebabkan antara lain oleh (I) defisiensi zat besi karena kehi-angan darah menahun yang terjadi pada infeksi cacing tam-bang, dan (2) penghancuran eritrosit pada penyakit malaria.Infeksi cacing tambangPenyakit cacing tambang disebabkan oleh infeksi cacinglncylostoma duodenale atau Necator americanus. Walaupunacing-cacing ini panjangnya hanya 1 cm dan halusnya sepertibenang jahit, tiap cacing dapat mengisap darah dari mukosasus halus sebanyak 0,05 -- 0,5 ml setiap hari untuk mengam-bil oksigen yang dibutuhkannya. Cacing dewasa berpindah-pin-dah tempat di daerah usus halus dan tempat lama yang diting-galkan mengalami perdarahan lokal. Jumlah darah yang hi-Iang setiap hari tergantung pada (1) jumlah cacing, terutamayang secara kebetulan melekat pada mukosa yang berdekatandengan kapiler arteri; (2) species cacing : seekor A. duodenaleyang lebih besar daripada N. americanus mengisap 5xlebihbanyak darah; (3) lamanya infeksi.Gejala klinik penyakit cacing tambang berupa anemia yangdiakibatkan oleh kehilangan darah pada usus halus secara kro-nik. Terjadinya anemia tergantung pada keseimbangan zat besidan protein yang hilang dalam usus dan yang diserap dari ma-kanan. Kekurangan gizi dapat menurunkan daya tahan terha-dap infeksi parasit. Beratnya penyakit cacing tambang tergan-tung pada beberapa faktor, antaza lain umur,"wormload,"lamanya penyakit dan keadaan gizi penderita.Penyakit cacing tambang menahun dapat dibagi dalam tigagolongan :(I).Infeksi ringan dengan kehilangan darahyangdapat di-atasi tanpa gejala, walaupun penderita mempunyai dayatahan yang menurun terhadap penyakit lain.(II). infeksi sedang dengan kehilangan darah yang tidak dapatdikompensasi dan penderita kekurangan gizi, mempu-nyai keluhan pencernaan, anemia, lemah, fisik dan men-taI kurang baik.

Page 9: Tinjauan Atas Cacing Tambang Penyebab Anemia

(III). infeksi berat yang dapat menyebabkan keadaan fisikburuk dan payah jantung dengan segala akibatnya.Penyelidikan terhadap infeksi cacing tambang pada peker-ja-pekerja di beberapa tempat di Jawa Barat dan di pinggir ko-ta Jakarta, menunjukkan bahwa mereka semua tennasuk go-Iongan I(Kazyadi dkk., 1973). Reksodipoetro dkk., (1973)telah memeriksa 20 penderita cacing tambang dengan infeksiberat; hemoglobin berkisar antara 2,5 -- 10,Og % pada 17 pen-derita, defisiensi zat besi terdapat pada semua penderita yanganemia. Disamping itu terdapat kelainan pada leukosit yaituhipersegmentasi sel neutrofil pada sebagian besar penderitayang diperiksa. Perubahan tersebut disebabkan oleh defisiensivit. B12dan/atau asam folat.• Diagnosis penyakit cacing tambang dapat dilakukan denganmenemukan telur cacing tambang dalam tinja.• Pengobatan penyakit cacing tambang dapat dilakukan de-ngan berbagai macam anthelmintik, antara lainbefeniumhidroksinaftoat, tetraldoretilen, pirantel pamoat dan meben-dazol. Bila cacing tambang telah dikeluarkan, perdarahan akanberhenti, tetapi pengobatan dengan preparat besi (sulfasferrosus) per os dalam jangka waktu panjang dibutuhkan un-tuk memulihkan kekurangan zat besinya. Di samping itu ke-adaan gizi diperbaiki dengan diet protein tinggi.MalariaMalaria adalah penyaklt protozoa yang ditularkan melaluitusukan nyamuk Anopheles, ditandai dengan menggigil, panas,anemia dan splenomegali.Penyakit malaria disebabkan oleh protozoa dari genusPlasmodium. Diketahui empat species yang dapat menginfek-si manusia, P. vfvax menyebabkan malaria vivax atau tertiana;P. falciparum menyebabkan malaria falciparum atau tropica;P. malariae menyebabkan malaria malariae atau quartana;P. ovale menyebabkan malaria ovale yang ringan dan jazang di-jumpai. Akhir-akhir ini dilaporkan bahwa beberapa speciesmalaria pada kera dapat ditularkan kepada manusia dan sebalik-nya parasit malaria pada manusia dapat ditularkan kepada ke-ra.Parasit malaria hidup dalam-sel di sel hati dan di dalameritrosit. Eritrosit dihancurkan pada saat sporulasi, yaitu padasaat schizont malaria pecah dan merozoit keluar dari eritrosituntuk menyerang eritrosit lain. Eritrosit yang dihinggapi pa-rasit dapat dihancurkan oleh fagosit yang berusaha untuk

Page 10: Tinjauan Atas Cacing Tambang Penyebab Anemia

mengatasi infeksi pazasit ini. P. vivax lebih suka menyerangeritrosit muda (retikulosit), sedangkan P. falciparum dapatmenyerang eritrosit muda maupun tua. Oleh karena penghan-curan ini maka timbul anemia. Derajat anemia pada malariatidak sesuai dengan derajat parasitemianya (WHO, 1968).Eritrosit yang dihinggapi parasit dan eritrosit nonnal dihancur-kan. Mekanismenya belum jelas. Ada tiga hipotesa yang dike-mukakan oleh WHO (1968) :(1) adanya zat hemolitik yang di-hasilkan oleh parasit sendiri atau yang dikeluazkan oleh ja-ringan; (2) hipersplenisme yang menyertai malaria menyebab-kan meningkatnya eritrofagositosis dan (3) peranan zat anti.Hipotesa ketiga rupanya memegang peranan penting. Mung-kin zat anti bereaksi tidak hanya dengan eritrosit yang dihing-gapi pazasit, tetapi juga dengan eritrosit normal sehingga ter-jadi hemolisis. Di samping itu, auto-antibodi eritrosit juga ter-libat dalam proses ini (WHO, 1975).Blackwater fever (febris icterohemoglobinuria). -- Blackwaterfever merupakan komplikasi malaria falciparum yang berba-haya. Gejalanya ialah menggigil , panas, hemolisis intravaskularhebat, ikterus, hemoglobinuria, kolaps dan kadang-kadanginsufisiensi ginjal dan uremia.Patogenesis hemolisis intravaskular ini masih belum jelas.Kemungkinan pazasit P. falciparum sendiri dan obat kina me-rupakan faktor utama. Peranan kompleks-imun yang beredardalam darah dan reaksi hipersensitivitas yang berhubungandengan obat (kina) yang dapat menghancurkan eritrosit perludiselidiki lebih lanjirt (WH0,1975).Diagnosis penyakit malaria dilakukan dengan pemeriksaandazah tepi untuk menemukan pazasitnya dalam eritrosit.Penyakit malaria dapat diobati dengan klorokuin, amodia-kuin, proguanil, klorproguanil , pirimetamin, primakuin, danlain-lain. Hingga sekarang di Indonesia klorokuin tetap meru-pakan obat pilihan pertama. Penggunaan obat kombinasisulfadoksin dan pirimetamin (Fansidaz) sebaiknya terbataspada malaria falciparum yang resisten terhadap klorokuin.Pembatasan ini perlu untuk mencegah timbulnya resistensiP. falciparum terhadap obat kombinasi ini yang masih diperlu-kan sebagai pertahanan kedua bila terjadi resistensi terhadapobat klorokuin.

Page 11: Tinjauan Atas Cacing Tambang Penyebab Anemia

Gejala Anemia

Gejala anemia dapat dibagi menjadi 3 golongan besar :

1. Gejala Umum anemia atau sindrom anemia

a. Sistem kardiovaskuler

Lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak waktu kerja, angina pectoris, dan gagal jantung

b. Sistem saraf

Sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata berkunang-kunang, kelemahan otot, iritabel, lesu, perasaan dingin pada ekstremitas

c. Sistem urogenital

Gangguan haid dan libido menurun

d. Epitel

Warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun, rambut tupis dan halus

2. Gejala khas masing-masing anemia

3. Gejala penyakit dasar yang menyebabkan anemia

Diagnostik

Pendekatan diagnostic untuk penderita anemia yaitu berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium, dan pemeriksaan penunjang lainnya.

1. Anamnesis

Pada anamnesis ditanya mengenai riwayat penyakit sekarang dan riwayat penyakit dahulu, riwayat gizi, anamnesis mengenai lingkungan fisik sekitar, apakah ada paparan terhadap bahan kilia atau fisik serta riwayat pemakaian obat. Riwayat penyakit keluarga juaga ditanya untuk mengetahui apakah ada faktor keturunan.

2. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan dilakukan secara sistematik dan menyeluruh

Perhatian khusus diberikan pada

a. Warna kulit : pucat, sianosis, ikterus, kulit telapak tangan kuning seperti jerami

b. Kuku : koilonychias (kuku sendok)

c. Mata : ikterus, konjugtiva pucat, perubahan pada fundus

d. Mulut : ulserasi, hipertrofi gusi, atrofi papil lidah

Page 12: Tinjauan Atas Cacing Tambang Penyebab Anemia

e. Limfadenopati, hepatomegali, splenomegali

3. Pemeriksaan laboratorium hematologi

a. Tes penyaring

1. Kadar hemoglobin

2. Indeks eritrosit (MCV,MCH, dan MCHC)

3. Hapusan darah tepi

b. Pemeriksaan rutin

1. Laju endap darah

2. Hitung deferensial

3. Hitung retikulosit

c. Pemeriksaan sumsum tulang

d. Pemeriksaan atas indikasi khusus

1. Anemia defesiensi besi : serum iron, TIBC, saturasi transferin

2. Anemia megaloblastik : asam folat darah/eritrosit, vitamin B12

3. Anemia hemolitik : tes Coomb, elektroforesis Hb

4. Leukemia akut : pemeriksaan sitokimia

5. Diatesa hemoragik : tes faal hemostasis

4. Pemeriksaan laboratorium non hematologi

Pemeriksaan faal ginjal, hati, endokrin, asam urat, kultur bakteri

5. Pemeriksaan penunjang lainnya

a. Biopsy kelenjar à PA

b. Radiologi : Foto Thoraks, bone survey, USG, CT-Scan

Penatalaksanaan

Pada prinsipnya terapi anemia terdiri dari :

1. Terapi untuk mengatasi keadaan gawat darurat

a. Anemia dengan payah jantung

b. Sebaiknya diambil dulu specimen untuk pemeriksaan sebelum terapi atau transfuse diberikan

Page 13: Tinjauan Atas Cacing Tambang Penyebab Anemia

2. Terapi suportif : memperkuat daya tahun tubuh

3. Terapi khas untuk masing-masing anemia, misalnya besi untuk anemia defesiensi besi

4. Terapi untuk mengobati penyakit dasar

5. Terapi ex juvantivus : terapi yang terpaksa diberikan sebelum diagnosis dapat dipastikan, jika terapi ini berhasil berarti diagnosis dapat dikuatkan. Terapi hanya dilakukan jika tidak tersedia fasilitas diagnosis yang mencukupi dan harus diawasi dengan ketat.

Sumber :

1. Bakta,I Made,2000,Catatan Kuliah Hematologi Klinik (lecture Notes on Clinical Hematology),FK Unud.RS Sanglah: Denpasar

2. Conrad,E Marcel, Anemia, available at: http://www.emedicine.com/med/topic132.htm last update : January 19,2007 accessed : December 19,2007

Page 14: Tinjauan Atas Cacing Tambang Penyebab Anemia

BAB I

LATAR BELAKANG

Pemeriksaan feses ( tinja ) adalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang telah lama dikenal untuk membantu klinisi menegakkan diagnosis suatu penyakit. Meskipun saat ini telah berkembang berbagai pemeriksaan laboratorium yang modern , dalam beberapa kasus pemeriksaan feses masih diperlukan dan tidak dapat digantikan oleh pemeriksaan lain. Pengetahuan mengenai berbagai macam penyakit yang memerlukan pemeriksaan feses , cara pengumpulan sampel yang benar serta pemeriksan dan interpretasi yang benar akan menentukan ketepatan diagnosis yang dilakukan oleh klinisi. Hal yang melatar belakangi penulis menyusun sebuah makalah dengan judul “pemeriksaan laboratorium pada feses sebagai pemeriksaan penunjang dalam penegakan diagnosa berbagai penyakit”. Agar para tenaga teknis laboratorium patologi klinik serta para mahasiswa dari berbagai program studi kesehatan khususnya mahasiswa analis kesehatan dapat meningkatkan kemampuan dan mengerti bermacam-macam penyakit yang memerlukan sampel feses, memahami cara pengumpulan sampel untuk pemeriksaan feses secara benar. mampu melaksanakan pemeriksaan sampel feses dengan baik, dan pada akhirnya mampu membuat interpretasi hasil pemeriksaan feses dengan benar.

BAB IIPEMBAHASAN

A. Pendahuluan1. DefinisiFeses adalah sisa hasil pencernaan dan absorbsi dari makanan yang kita makan yang dikeluarkan lewat anus dari saluran cerna.Jumlah normal produksi 100 – 200 gram / hari. Terdiri dari air, makanan tidak tercerna, sel epitel, debris, celulosa, bakteri dan bahan patologis, Jenis makanan serta gerak peristaltik mempengaruhi bentuk, jumlah maupun konsistensinya dengan frekuensi defekasi normal 3x per-hari sampai 3x per-minggu.

B. Pemeriksaan1. Indikasi dilakukan pemeriksaan fesesa. Adanya diare dan konstipasi b. Adanya darah dalam tinja c. Adanya lendir dalam tinja d. Adanya ikterus e. Adanya gangguan pencernaan f. Kecurigaan penyakit gastrointestinal

Page 15: Tinjauan Atas Cacing Tambang Penyebab Anemia

2. Macam pemeriksaana. MakroskopisPemeriksaan makroskopik tinja meliputi pemeriksaan jumlah, warna, bau, darah, lendir dan parasit.Feses untuk pemeriksaan sebaiknya yang berasal dari defekasi spontan. Jika pemeriksaan sangat diperlukan,boleh juga sampel tinja di ambil dengan jari bersarung dari rectum. Untuk pemeriksaan biasa dipakai tinja sewaktu, jarang diperlukan tinja 24 jam untuk pemeriksaan tertentu.Tinja hendaknya diperiksa dalam keadaan segar, kalau dibiarkan mungkin sekali unsure-unsur dalam tinja itu menjadi rusak. Bahan ini harus dianggap bahan yang mungkin mendatangkan infeksi,berhati-hatilah saat bekerja.

2Dibawah ini merupakan syarat dalam pengumpulan sampel untuk pemeriksaan feses :

1) Wadah sampel bersih, kedap, bebas dari urine2) Harus diperiksa 30 – 40 menit sejak dikeluarkan jika ada penundaan simpan di almari es 3) Tidak boleh menelan barium, bismuth dan minyak 5 hari sebelum pemeriksaan 4) Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan. misalnya bagian yang bercampur darah atai lendir5) Paling baik dari defekasi spontan atau Rectal Toucher sebagai pemeriksaan tinja sewaktu.6) Pasien konstipasi dapat diberikan saline cathartic terlebih dahulu7) Pada Kasus Oxyuris dapat digunakan metode schoth tape & object glass8) Untuk mengirim tinja, wadah yang baik ialah yang terbuat dari kaca atau sari bahan lain yang tidak dapat ditembus seperti plastic. Kalau konsistensi tinja keras,dos karton berlapis paraffin juga boleh dipakai. Wadah harus bermulut lebar9) Oleh karena unsure-unsur patologik biasanya tidak dapat merata, maka hasil pemeriksaan mikroskopi tidak dapat dinilai derajat kepositifannya dengan tepat, cukup diberi tanda –(negatif),(+),(++),(+++) saja

Berikut adalah uraian tentang berbagai macam pemeriksaan secara makroskopis dengan sampel feses.

1) Pemeriksaan JumlahDalam keadaan normal jumlah tinja berkisar antara 100-250gram per hari. Banyaknya tinja dipengaruhi jenis makanan bila banyak makan sayur jumlah tinja meningkat.

2) Pemeriksaan Warna

a) Tinja normal kuning coklat dan warna ini dapat berubah mejadi lebih tua dengan terbentuknya urobilin lebih banyak. Selain urobilin warna tinja

dipengaruhi oleh berbagai jenis makanan, kelainan dalam saluran pencernaan dan obat yang dimakan. Warna kuning juga dapat disebabkan karena susu,jagung, lemak dan obat santonin. b) Tinja yang berwarna hijau dapat disebabkan oleh sayuran yang mengandung khlorofil atau pada bayi yang baru lahir disebabkan oleh biliverdin dan porphyrin dalam mekonium.

Page 16: Tinjauan Atas Cacing Tambang Penyebab Anemia

c) Warna kelabu mungkin disebabkan karena tidak ada urobilinogen dalam saluran pencernaan yang didapat pada ikterus obstruktif, tinja tersebut disebut akholis.Keadaan tersebut mungkin didapat pada defisiensi enzim pankreas seperti pada steatorrhoe yang menyebabkan makanan mengandung banyak lemak yang tidak dapat dicerna dan juga setelah pemberian garam barium setelah pemeriksaan radiologik. d) Tinja yang berwarna merah muda dapat disebabkan oleh perdarahan yang segar dibagian distal, mungkin pula oleh makanan seperti bit atau tomat. e) Warna coklat mungkin disebabkan adanya perdarahan dibagian proksimal saluran pencernaan atau karena makanan seperti coklat, kopi dan lain-lain. Warna coklat tua disebabkan urobilin yang berlebihan seperti pada anemia hemolitik. Sedangkan warna hitam dapat disebabkan obat yang yang mengandung besi, arang atau bismuth dan mungkin juga oleh melena.

3) Pemeriksaan BauIndol, skatol dan asam butirat menyebabkan bau normal pada tinja. Bau busuk didapatkan jika dalam usus terjadi pembusukan protein yang tidak dicerna dan dirombak oleh kuman.Reaksi tinja menjadi lindi oleh pembusukan semacam itu.Tinja yang berbau tengik atau asam disebabkan oleh peragian gula yang tidak dicerna seperti pada diare. Reaksi tinja pada keadaan itu menjadi asam. Konsumsi makanan dengan rempah-rempah dapat mengakibatkan rempah-rempah yang tercerna menambah bau tinja.

4) Pemeriksaan KonsistensiTinja normal mempunyai konsistensi agak lunak dan bebentuk. Pada diare konsistensi menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan sebaliknya tinja yang keras atau skibala didapatkan pada konstipasi. Peragian karbohidrat dalam usus menghasilkan tinja yang lunak dan bercampur gas. Konsistensi tinja berbentuk pita ditemukan pada penyakit hisprung. feses yang sangat besar dan berminyak menunjukkan alabsorpsi usus

5) Pemeriksaan LendirDalam keadaan normal didapatkan sedikit sekali lendir dalam tinja. Terdapatnya lendir yang banyak berarti ada rangsangan atau radang pada dinding usus.a) Lendir yang terdapat di bagian luar tinja, lokalisasi iritasi itu mungkin terletak pada usus besar. Sedangkan bila lendir bercampur baur dengan tinja mungkin sekali iritasi terjadi pada usus halus.b) Pada disentri, intususepsi dan ileokolitis bisa didapatkan lendir saja tanpa tinja. c) Lendir transparan yang menempel pada luar feces diakibatkan spastik kolitis, mucous colitis pada anxietas.d) Tinja dengan lendir dan bercampur darah terjadi pada keganasan serta peradangan rektal anal.e) Tinja dengan lendir bercampur nanah dan darah dikarenakan adanya ulseratif kolitis, disentri basiler, divertikulitis ulceratif, intestinal tbc. f) Tinja dengan lendir yang sangat banyak dikarenakan adanya vilous adenoma colon.

6) Pemeriksaan Darah.Adanya darah dalam tinja dapat berwarna merah muda,coklat atau hitam. Darah itu mungkin

Page 17: Tinjauan Atas Cacing Tambang Penyebab Anemia

terdapat di bagian luar tinja atau bercampur baur dengan tinja.

a) Pada perdarahan proksimal saluran pencernaan darah akan bercampur dengan tinja dan warna menjadi hitam, ini disebut melena seperti pada tukak lambung atau varices dalam oesophagus.b) Pada perdarahan di bagian distal saluran pencernaan darah terdapat di bagian luar tinja yang berwarna merah muda yang dijumpai pada hemoroid atau karsinoma rektum. Semakin proksimal sumber perdarahan semakin hitam warnanya.

7) Pemeriksaan NanahPada pemeriksaan feses dapat ditemukan nanah. Hal ini terdapat pada pada penyakit Kronik ulseratif Kolon , Fistula colon sigmoid, Lokal abses.Sedangkan pada penyakit disentri basiler tidak didapatkan nanah dalam jumlah yang banyak.

8) Pemeriksaan ParasitDiperiksa pula adanya cacing ascaris, anylostoma dan spesies cacing lainnya yang mungkin didapatkan dalam feses.

9) Pemeriksaan adanya sisa makananHampir selalu dapat ditemukan sisa makana yang tidak tercerna, bukan keberadaannya yang mengindikasikan kelainan melainkan jumlahnya yang dalam keadaan tertentu dihubungkan dengan sesuatu hal yang abnormal.Sisa makanan itu sebagian berasal dari makanan daun-daunan dan sebagian lagi makanan berasal dari hewan, seperti serta otot, serat elastic dan zat-zat lainnya.Untuk identifikasi lebih lanjut emulsi tinja dicampur dengan larutan Lugol maka pati (amylum) yang tidak sempurna dicerna nampak seperti butir-butir biru atau merah. Penambahan larutan jenuh Sudan III atau Sudan IV dalam alkohol 70% menjadikan lemak netral terlihat sebagai tetes-tetes merah atau jingga.

b. MikroskopisPemeriksaan mikroskopik meliputi pemeriksaan protozoa, telur cacing, leukosit, eritosit, sel epitel, kristal, makrofag dan sel ragi. Dari semua pemeriksaan ini yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap protozoa dan telur cacing.1) ProtozoaBiasanya didapati dalam bentuk kista, bila konsistensi tinja cair baru didapatkan bentuk trofozoit.

2) Telur cacingTelur cacing yang mungkin didapat yaitu Ascaris lumbricoides, Necator americanus, Enterobius vermicularis, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis dan sebagainya.

Page 18: Tinjauan Atas Cacing Tambang Penyebab Anemia

3) LeukositDalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit dalam seluruh sediaan. Pada disentri basiler, kolitis ulserosa dan peradangan didapatkan peningkatan jumlah leukosit. Eosinofil mungkin ditemukan pada bagian tinja yang berlendir pada penderita dengan alergi saluran pencenaan.Untuk mempermudah pengamatan leukosit dapat ditambah 1 tetes asam acetat 10% pada 1 tetes emulsi feces pada obyek glass.

4) EritrositEritrosit hanya terlihat bila terdapat lesi dalam kolon, rektum atau anus. Sedangkan bila lokalisasi lebih proksimal eritrosit telah hancur. Adanya eritrosit dalam tinja selalu berarti abnormal.

5) EpitelDalam keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel epite lyaitu yang berasal dari dinding usus bagian distal. Sel epitel yang berasal dari bagian proksimal jarang terlihat karena sel inibiasanya telah rusak. Jumlah sel epitel bertambah banyak kalau ada perangsangan atau peradangan dinding usus bagian distal.

6) KristalKristal dalam tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja normal mungkin terlihat kristal tripel fosfat, kalsium oksalat dan asam lemak. Kristal tripel fosfat dan kalsium oksalat didapatkan setelah memakan bayam atau strawberi, sedangkan kristal asam lemak didapatkan setelah banyak makan lemak.

Sebagai kelainan mungkin dijumpai kristal Charcoat Leyden Tinja, Butir-butir amilum dan kristal hematoidin. Kristal Charcoat Leyden didapat pada ulkus saluran pencernaan seperti yang disebabkan amubiasis. Pada perdarahan saluran pencernaan mungkin didapatkan kristal hematoidin.

7) MakrofagSel besar berinti satu dengan daya fagositosis, dalam sitoplasmanya sering dapat dilihat bakteri selain eritrosit, lekosit .Bentuknya menyerupai amuba tetapi tidak bergerak.

8) Sel ragiKhusus Blastocystis hominis jarang didapat. Pentingnya mengenal strukturnya ialah supaya jangan dianggap kista amoeba

9) Jamura. Pemeriksaan KOH Pemeriksaan KOH adalah pemeriksaan tinja dengan menggunakan larutan KOH (kalium hidroksida) untuk mendeteksi adanya jamur, sedangkan pemeriksaan tinja rutin adalah pemeriksaan tinja yang biasa dilakukan dengan menggunakan lugol.Untuk membedakan antara Candida dalam keadaan normal dengan Kandidiasis adalah pada kandidiasis, selain gejala kandidiasis, dari hasil pemeriksaan dapat ditemukan bentuk pseudohifa yang merupakan bentuk invasif dari Candida pada sediaan tinja.Timbulnya kandidiasis juga dapat dipermudah dengan adanya faktor risiko seperti diabetes melitus,

Page 19: Tinjauan Atas Cacing Tambang Penyebab Anemia

AIDS, pengobatan antikanker, dan penggunaan antibiotika jangka panjang. Kalau memang positif kandidiasis

dan terdapat gejala kandidiasis, maka biasanya dapat sembuh total dengan obat jamur seperti fluconazole, tetapi tentu saja bila ada faktor risiko juga harus diatasi.Swap adalah mengusap mukosa atau selaput lendir atau pseudomembran kemudian hasil usapan diperiksa secara mikroskopik, sedangkan biopsi adalah pengambilan jaringan atau sel untuk dilakukan pemeriksaan secara mikroskopik juga.

c. Kimia1) Darah samarPemeriksaan kimia tinja yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap darah samar. Tes terhadap darah samar dilakukan untuk mengetahui adanya perdarahan kecil yang tidak dapat dinyatakan secara makroskopik atau mikroskopik.Adanya darah dalam tinja selalau abnormal. Pada keadaan normal tubuh kehilangan darah 0,5 – 2 ml / hari. Pada keadaan abnormal dengan tes darah samar positif (+) tubuh kehilangan darah > 2 ml/ hari Macam-macam metode tes darah samar yang sering dilakukan adalah guajac tes, orthotoluidine, orthodinisidine, benzidin tes berdasarkan penentuan aktivitas peroksidase / oksiperoksidase dari eritrosit (Hb)a) Metode benzidine basai. Buatlah emulsi tinja dengan air atau dengan larutan garam kira-kira 10 ml dan panasilah hingga mendidih.ii. Saringlah emulsi yang masih panas itu dan biarkan filtrat sampai menjadi dingin kembali.iii. Ke dalam tabung reaksi lain dimasukkan benzidine basa sebanyak sepucuk pisau.iv. Tambahkan 3 ml asam acetat glacial, kocoklah sampai benzidine ituv. Bubuhilah 2ml filtrate emulsi tinja, campur.vi. Berilah 1ml larutan hydrogen peroksida 3 %, campur.vii. Hasil dibaca dalam waktu 5 menit ( jangan lebih lama )

Catatan : Hasil dinilai dengan cara : Negative ( - ) tidak ada perubahan warna atau samar-samar hijau Positif ( +) hijau Positif (2+) biru bercampur hijau Positif (3+) biru Positif (4+) biru tua

b) Metode Benzidine DihidrochloridaJika hendak memakai benzidine dihirochlorida sebagai pengganti benzidine basa dengan maksud supaya test menjadi kurang peka dan mengurangi hasil positif palsu, maka caranya sama seperti diterangkan diatas.

c) Cara Guajac

Page 20: Tinjauan Atas Cacing Tambang Penyebab Anemia

Prosedur Kerja :i. Buatlah emulsi tinja sebanyak 5ml dalam tabung reaksi dan tambahkan 1ml asam acetat glacial, campur.ii. Dalam tabung reaksi lain dimasukkan sepucuk pisau serbuk guajac dan 2ml alcohol 95 %, campur.iii. Tuang hati-hati isi tabung kedua dalam tabung yang berisi emulsi tinja sehingga kedua jenis campuran tetap sebagai lapisan terpisah.iv. Hasil positif kelihatan dari warna biru yang terjadi pada batas kedua lapisan itu. Derajat kepositifan dinilai dari warna itu.

Zat yang mengganggu pada pemeriksaan darah samar diantara lain adalah preparat Fe, chlorofil, extract daging, senyawa merkuri, Vitamin C dosis tinggi dan anti oxidant dapat menyebabkan hasil negatif (-) palsu, sedangkan Lekosit, formalin, cupri oksida, jodium dan asam nitrat dapat menyebabkan positif (+) palsu

10) UrobilinDalam tinja normal selalu ada urobilin. Jumlah urobilin akan berkurang pada ikterus obstruktif, pada kasus obstruktif total hasil tes menjadi negatif, tinja dengan warna kelabu disebut akholik.Prosedur kerja :1. Taruhlah beberapa gram tinja dalam sebuah mortir dan campurlah dengan larutan mercurichlorida 10 % dengan volume sama dengan volume tinja2. Campurlah baik-baik dengan memakai alunya3. Tuanglah bahan itu ke dalam cawan datar agar lebih mudah menguap dan biarkan selama 6-24 jam4. Adanya urobilin dapat dilihat dengan timbulnya warna merah

2) UrobilinogenPenetapan kuantitatif urobilinogen dalam tinja memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan terhadap tes urobilin,karena dapat menjelaskan dengan angka mutlak jumlah urobilinogen yang diekskresilkan per 24 jam sehingga bermakna dalam keadaan seperti anemia hemolitik dan ikterus obstruktif.

Tetapi pelaksanaan untuk tes tersebut sangat rumit dan sulit, karena itu jarang dilakukan di laboratorium. Bila masih diinginkan penilaian ekskresi urobilin dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan urobilin urin.

3) BilirubinPemeriksaan bilirubin akan beraksi negatif pada tinja normal,karena bilirubin dalam usus akan berubah menjadi urobilinogen dan kemudian oleh udara akan teroksidasi menjadi urobilin.Reaksi mungkin menjadi positif pada diare dan pada keadaan yang menghalangi perubahan bilirubin menjadi urobilinogen, seperti pengobatan jangka panjang dengan antibiotik yang diberikan peroral, mungkin memusnakan flora usus yang menyelenggarakan perubahan tadi.Untuk mengetahui adanya bilrubin dapat digunakan metode pemeriksaan Fouchet

Page 21: Tinjauan Atas Cacing Tambang Penyebab Anemia

BAB IIIKESIMPULAN

Pemeriksaan feses masih sering dilakukan pada laboratorium-laboratorium klinik maupun laboratorium di rumah sakit. Pemeriksaan feses adalah salah satu parameter yang digunakan untuk membantu dalam penegakan diagnosis suatu penyakit serta menyelidiki suatu penyakit secara lebih mendalam.

Pemeriksaan feses dibagi menjadi 3 macam pemeriksaan yaitu pemeriksaan makroskopis, mikroskopis dan kimia.1. Pemeriksaan makroskopis terdiri dari Pemeriksaan jumlah, pemeriksaan warna, pemeriksaan bau, pemeriksaan konsistensi, pemeriksaan lendir, pemeriksaan darah.pemeriksaan nanah, pemeriksaan parasit dan pemeriksaan adanya sisa makanan.2. Pemeriksaan mikroskopis feses terdiri dari pemeriksaan terhadap Protozoa, telur cacing, leukosit, eritrosit, epitel, kristal,makrofag,sel ragi, dan jamur.3. pemeriksaan kimia meliputi pemeriksaan Darah samar, urobilin, urobilinogen dan bilirubin.

Dalam pemeriksaan feses perlu diperhatikan tahapan-tahapan pemeriksaan mulai dari bagaimana pengumpulan sampel yang benar, memeriksa sampel yang sesuai dengan prosedur, dan bagaimana menginterprestasikan hasil pemeriksaan sehingga dapat mengeluarkan hasil yang valid dan dapat dipertanggung jawabkan. Hal tersebut sangat penting karena dari hasil pemeriksaan tersebut digunakan untuk menentukan tindakan lebih lanjut seperti tindakan pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA

Gandasoebrata,R.1999.Penuntun Laboratorium Klinik.Jakarta: PT Dian Rakyat.(Halaman 180-185)

Corwin, Elisabeth J.2001.Buku Saku Patofisiologi.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.(Halaman 518-519)

http://www.kalbe.co.id/consultation/14/apa-itu-pemeriksaan-tinja-dg-koh-dan-bedanya

Page 22: Tinjauan Atas Cacing Tambang Penyebab Anemia

pemeriksaan-tinja-rutin.htm ( Diakses pada 28 Maret 2011, pukul 16.30 )

http://health.detik.com/bila-feses-berwarna-hitam (Diakses 25 Maret 2011, pukul 17.00)

http://rsudrsoetomo.jatimprov.go.id/pelatihan-pemeriksaan-feses (Diakses pada 28 Maret 2011, Pukul 16.45)