25
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Pertanian Organik Rasanya semakin banyak orang Indonesia saat ini yang mengerti apa itu pertanian organik. Pertanian organik sudah menjadi gaya hidup bagi sebagian masyarakat dikota-kota besar. Menurut berbagai literatur tentang pertanian organik maka hampir semuanya menyatakan bahwa pertanian organik adalah cara bertani atau mengolah hasil pertanian tanpa melibatkan atau tanpa menggunakan bahan-bahan kimia buatan, seperti pupuk kimia, pestisida kimia, dan zat pengatur tumbuh. Sering juga pertanian organik disamakan dengan pertanian tradisional, pertanian berkelanjutan, pertanian selaras alam, dan pertanian alami. Kamus Wikipedia minsalnya menyebutkan bahwa usaha tani organic (organic farming) adalah bentuk usaha tani yang menghindari atau secara besar-besaran menyingkirkan penggunaan pupuk dan pestisida sintetik, zat pengatur tumbuh tanaman, dan perangsang (Sabastian, 2010). Pertanian organik merupakan kegiatan bercocok tanam yang akrab dengan lingkungan. Pertanian organik merupakan berusaha meminimalkan dampak negatif bagi alam sekitar. Ciri utama pertanian organik adalah penggunaan varietas lokal yang relatif masih alami, diikuti dengan penggunaan pupuk organik dan pestisida organik. Prtanian organic merupakan tuntutan zaman, bahkan sebagai pertanian masa depan. Akhir-akhir ini kesadaran manusia untuk menjaga kelestarian lingkungan mulai meningkat. Oleh karena dibudidayakan Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/57704/4/Chapter II.pdfbiodiversiti, siklus biologi dan aktivitas biologi tanah. Serifikasi

  • Upload
    others

  • View
    15

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Tinjauan Pustaka

Pertanian Organik

Rasanya semakin banyak orang Indonesia saat ini yang mengerti apa itu

pertanian organik. Pertanian organik sudah menjadi gaya hidup bagi sebagian

masyarakat dikota-kota besar. Menurut berbagai literatur tentang pertanian

organik maka hampir semuanya menyatakan bahwa pertanian organik adalah cara

bertani atau mengolah hasil pertanian tanpa melibatkan atau tanpa menggunakan

bahan-bahan kimia buatan, seperti pupuk kimia, pestisida kimia, dan zat pengatur

tumbuh. Sering juga pertanian organik disamakan dengan pertanian tradisional,

pertanian berkelanjutan, pertanian selaras alam, dan pertanian alami. Kamus

Wikipedia minsalnya menyebutkan bahwa usaha tani organic (organic farming)

adalah bentuk usaha tani yang menghindari atau secara besar-besaran

menyingkirkan penggunaan pupuk dan pestisida sintetik, zat pengatur tumbuh

tanaman, dan perangsang (Sabastian, 2010).

Pertanian organik merupakan kegiatan bercocok tanam yang akrab

dengan lingkungan. Pertanian organik merupakan berusaha meminimalkan

dampak negatif bagi alam sekitar. Ciri utama pertanian organik adalah

penggunaan varietas lokal yang relatif masih alami, diikuti dengan penggunaan

pupuk organik dan pestisida organik. Prtanian organic merupakan tuntutan zaman,

bahkan sebagai pertanian masa depan. Akhir-akhir ini kesadaran manusia untuk

menjaga kelestarian lingkungan mulai meningkat. Oleh karena dibudidayakan

Universitas Sumatera Utara

tanpa penggunaan pupuk kimia dan pestisida kimia maka produk pertanian

organik ini pun terbebas dari residu zat berbahaya. Manusia sebagai

konsumenakhir produk pertanian akan merasa aman dan terjaga kesehatannya

(Agus, 2006).

Pertanian organik ditakrifkan sebagai suatu sistem produksi pertanaman

yang berasaskan daur ulang hara secara hayati. Daur ulang hara dapat melalui

sarana limbah tanaman dan ternak, serta limbah lainnya yang mampu

memperbaiki status kesuburan dan struktur tanah. Daur ulang hara merupakan

teknologi tradisional yang sudah cukup lama dikenal sejalan dengan berkembang

peradaban manusia. Strategi pertanian organik adalah memindahkan hara

secepatnya dari sisa tanaman, kompos dan pupuk kandang menjadi biomassa

tanah yang selanjutnya setelah menggalami proses mineralisasi akan menjadi hara

dalam larutan tanah. Dengan kata lain, unsur hara didaur ulang melalui satu atau

lebih tahapan bentuk senyawa organik sebelum diserap tanaman. Hal ini berbeda

sama sekali dengan pertanian konvensional yang memberikann unsur hara secara

cepat dan langsung dalam bentuk larutan sehingga segera diserap dengan takaran

dan waktu pemberian yang sesuai dengan kebutuhan tanaman

(Anonimus b , 2012).

Kegunaan budidaya organik pada dasarnya ialah meniadakan atau

membatasi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan oleh budidaya

kimiawi. Pupuk organik dan pupuk hayati mempunyai berbagai keunggulan nyata

dibandingkan dengan pupuk kimia.

Menurut deptan Pertanian Organik adalah sistem produksi pertanian yang

holistik dan terpadu, dengan cara mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas

Universitas Sumatera Utara

agro-ekosistem secara alami, sehingga menghasilkan pangan dan serat yang

cukup, berkualitas, dan berkelanjutan. Lebih lanjut IFOAM (International

Federation of Organik Agriculture Movements) menjelaskan pertanian organik

adalah sistem pertanian yang holistik yang mendukung dan mempercepat

biodiversiti, siklus biologi dan aktivitas biologi tanah. Serifikasi produk organik

yang dihasilkan, penyimpanan, pengolahan, pasca panen dan pemasaran harus

sesuai standar yang ditetapkan oleh badan standardisasi. Dalam hal ini

penggunaan GMOs (Genetically Modified Organisme) tidak diperbolehkan dalam

setiap tahapan pertanian organik mulai produksi hingga pasca panen

(Sebastian, 2010).

Pertanian organik yang merupakan bentuk dari pemanfaatan secara

keseluruhan dari bahan-bahan organik dalam penarapannya akan memberikan

dampak yang baik bagi lingkungan sekitar, sehingga pertanian yang berkelanjutan

yang diharapkan mampu memberikan hasil yang konsisten setiap musim panen

dapat di capai. Saat ini dengan sistem pertanian moderen (pemanfaatan bahan-

bahan kimia anorganik) sebenarnya sudah mampu meberikan hasil yang

maksikmal, tetapi efek samping dari sistem pertanian moderen sangat merugikan

lingkungan dan konsumen produk pertanian seperti rusaknya ekosistem, dan

penyakit-penyakit jangka panjang pada manusia.

Pertanian organik yang merupakan bentuk dari pemanfaatan secara

keseluruhan dari bahan-bahan organik dalam penarapannya akan memberikan

dampak yang baik bagis lingkungan sekitar, sehingga pertanian yang

berkelanjutan yang diharapkan mampu memberikan hasil yang konsisten setiap

musim panen dapat di capai. Saat ini dengan sistem pertanian moderen

Universitas Sumatera Utara

(pemanfaatan bahan-bahan kimia anorganik) sebenarnya sudah mampu meberikan

hasil yang maksikmal, tetapi efek samping dari sistem pertanian moderen sangat

merugikan lingkungan dan konsumen produk pertanian seperti rusaknya

ekosistem, dan penyakit-penyakit jangka panjang pada manusia. Pertanian

organik selain melindungi lingkungan, juga dapat melindungi konsmen pemanfaat

hasil pertanian organik. Banyak sekali hasil penelitian yang mengungkapkan

penyakit-penyakit yang ditimbulkan oleh penerapan pertanian modern seperti

kanker dan tumor, akan tetapi masalah inipun masih menjadi polemik

dimasyarakat. Pemnfaatan pestisida berlebihan memang menimbulkan kerusakan

lingkunganan kesehatan, apalagi bahan-bahan kimia yang berasal dari pestisida

kimia susah untuk di daur ulang oleh lingkungan dan cenderung bertahan

dilingkungan yang mengakibatkannya sebagai sumber racun bagi mahluk hidup

disekitarnya (Anonimus a , 2012).

Demplot (demonstrasi Plot) Pertanian Organik

Pengertian Demonstrasi

Demonstrasi (dalam kamus Bahasa Indonesia) ada dua makna, Pertama,

merupakan bentuk ekspresi berpendapat atau bentuk pernyataan protes yang

dikemukakan secara masal atau unjuk rasa. Kedua, peragaan yang dilakukan oleh

sebuah lembaga atau kelompok, misalnya demo masak, mendemonstrasikan

pencak silat dll.

ber·de·mon·stra·si : melakukan demonstrasi; melakukan unjuk rasa;

men·de·mon·stra·si : menentang suatu pihak atau seseorang dengan cara

berdemonstrasi;

Universitas Sumatera Utara

men·de·mon·stra·si·kan : mempertunjukkan; mempertontonkan;

memperagakan: dia ~ cara menggunakan alat pertanian modern

(Anonimus 𝑓𝑓 . 2010).

Demonstrasi merupakan metode penyuluhan pertanian yang dilakukan

dengan cara peragaan. Kegiatan demonstrasi dilakukan dengan maksud untuk

memperlihatkan suatu inovasi baru kepada sasaran secara nyata atau konkret.

Melalui kegiatan demonstrasi sasaran (audience) diajarkan mengenai

keterampilan, memperagakan cara kerja teknik-teknik baru termasuk

keunggulannya untuk menyempurnakan cara lama.

Tujuan :

- Meyakinkan petani terhadap suatu cara yang lebih baik dan

menguntungkan.

- Menunjukkan hasil suatu cara baru.

- Memperlihatkan suatu keuntungan dari suatu anjuran.

- Memberi kesempatan kepada petani untuk berperan aktif.

- Memberi kesempatan kepada petani untuk meningkatkan pengetahuan dan

ketrampilan secara nyata

(Anonimus c , 2012).

Demonstrasi pada dasarnya merupakan tindak lanjut dari hasil pengujian

suatu produk atau teknologi, yang dianggap tepat diterapkan atau dikembangkan

di suatu daerah tertentu. Pembukaan awal dari penerapan teknologi di suatu

tempat yaitu demonstrasi plot (demplot). Contoh kegiatan demplot yang sering

Universitas Sumatera Utara

dilakukan adalah demplot penggunaan agroinput (benih, pupuk, dan pestisida)

pada budidaya tanaman padi.

Demontrasi adalah tulang punggung pendidikan informal dan adalah satu

alat yang paling efektif bagi pengajar dalam situasu yang lebih formal. Jika petani

hanya mendengarkan dari orang lain cara mengerjakan sesuatu dengan baik,

mereka akan lekas melupakannya. Orang perlu melihat sesuatu dikerjakan dan

dikerjakan sendiri olehnya yang membuatnya akan tetap mengingatnya. Satu

demonstrasi dimana orang mengambil bagian, adalah jalan yang paling efektif

untuk meyakinkan metode baru dan akan diingat (Ginting, 2006).

Teknik:

a. Prademonstrasi

- Menentukan isi peragaan.

- Mempersiapkan penyajian.

b. Pada saat demonstrasi dilaksanakan

- Menempatkan posisi audience/tempat duduk agar dapat

memperhatikan peragaan dengan baik.

- Setiap langkah proses demonstrasi diperagakan secara hati-hati.

- Tuntaskan peragaan tiap langkah sebelum beralih pada peragaan

berikutnya.

- Berilah penjelasan mengapa, bagaimana dan kapan langkah itu

tepat dilakukan. Tulislah butir-butir inti yang penting dalam papan

tulis.

- Peragaan hendaknya mendapat tahapan penjelasan secara lisan atau

dengan alat bantu.

- Berikan kesempatan pada audience untuk mencoba peragaan secara

langsung.

- Rangsanglah audience untuk bertanya.

Universitas Sumatera Utara

- Berikan waktu untuk berdiskusi.

Berikan rangkuman apa yang telah dilakukan dalam proses peragaan

tersebut (Anonimuse , 2010).

Jenis Demonstrasi

1. Berdasarkan Materi

a. Demonstrasi cara

Demonstrasi ini mempertunjukkan suatu cara kerja baru atau suatu cara

lama tetapi dilakukan dengan lebih baik, misalnya bagaimana cara menanam padi

menurut sistem jajar Legowo, cara melakukan vaksinasi, cara pembuatan pupuk

organik (bokasi), dan sebagainya. Metode demonstrasi cara tidak mempersoalkan

mengenai hasilnya,tetapi bagaimana melakukan suatu cara kerja. Yang perlu

diingat bahwa demonstrasi bukanlah suatu percobaan atau pengujian, tetapi suatu

usaha pendidikan atau percontohan. Manfaat demonstrasi cara, yaitu

• efektif untuk mengajarkan keterampilan,

• menumbuhkan kepercayaan pada diri sendiri,

• merangsang kegiatan, dan

• mempunyai efek publisitas.

Sedangkan hambatannya, yaitu:

• tidak semua dapat didemonstrasikan,

• memerlukan banyak persiapan, dan

• akan merugikan program penyuluhan apabila demonstrasi berjalan buruk.

Universitas Sumatera Utara

b. Demonstrasi hasil

Demonstrasi untuk memperlihatkan hasil yang diperoleh dari penerapan

teknik baru, misalnya demonstrasi pemupukan dengan dosis pupuk tertentu,

adaptasi varitas tanaman padi, dan sebagainya. Metode demonstrasi hasil

memperlihatkan atau membuktikan pemanfaatan satu atau beberapa seri teknologi

yang dianjurkan. Selain itu, agak memerlukan banyak waktu dan biasanya

diperlukan perbandingan dan pencatatan. Manfaat demonstrasi hasil, yaitu

• mempecepat proses adopsi,

• memperoleh keterangan dan data yang nyata, dan

• memberi pengalamankepada petugas sehingga memperbesar keyakinan

atas tugasnya.

Sedangkan hambatannya, yaitu;

• memerlukan banyak persiapan, pelaksanaan dan pengawasan yang teliti,

• biaya besar,

• sering gagal karena faktor agroklimat, dan

• dapat menimbulkan persaingan tidak sehat.

2. Berdasarkan Materi & Demonstratornya

a. Demonstrasi plot (demplot); demonstrasi usaha tani perorangan dengan

penerapan teknologi pertanian pada usaha tani kecil dengan komoditi tertentu

(tanaman pangan, perkebunan, ternak, ikan, danpenghijauan). Luas lahan yg

digunakan 0,1 ha. Pembiayaannya berasal dari pemerintah atau pihak swasta

yang bertujuan mempromosikan produk atau teknologinya

Universitas Sumatera Utara

b. Demonstrasi farming (demfarm); demonstrasi usaha tani dengan penerapan

teknologi pertanian pada usaha tani yang dilakukan secara kelompok. Luas

lahan yang digunakan 1 - 5 ha.c.

c. Demonstrasi area (dem-area); demonstrasi usaha tani gabungan kelompok

dengan penerapan teknologi pertanian pada usaha tani yang dilakukan secara

kerja sama antara kelompok dalam satu gabungan kelompok. Luas lahan yang

digunakan 25 – 100 ha. Dem-area ini merupakan pola dasar dari model

intensifikasi khusus (INSUS)

d. Demonstrasi unit (dem-unit); demonstrasi yg dilaksanakan antar gabungan

kelompok tani dalam suatu hamparan Wilayah Kerja Penyuluhan. Kegiatan

utamanya meliputi, produksi, pengolahan, penguasaan, dan pemasaran hasil

pertanian, menuju kepada pembangunan masyarakat perdesaan.

(Anonimus d , 2010).

Universitas Sumatera Utara

PUSAT PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP (PPLH BAHOROK)

Agrotechnopark adalah suatu kawasan untuk menerapkan berbagai jenis

teknologi di bidang pertanian, peternakan, perikanan, pengolahan hasil (pasca

panen) yang telah dikaji oleh berbagai lembaga penelitian Pemerintah / Swasta

untuk diterapkan dalam skala ekonomi yang berfungsi sebagai tempat pelatihan

dan pusat transfer teknologi ke masyarakat luas. Strategi umum yang dilakukan

dalam pengembangan agrotechnopark yakni : keterpaduan, business approach,

sustainability/keberlanjutan, pemberdayaan masyarakat, pemanfaatan Iptek

(Kemenristek, 2002).

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara melalui Badan Penelitian dan

Pengembangan ProvSU pada tanggal 27 Oktober 2008 bekerjasama dengan

Yayasan Ekosistem Lestari (YEL) menandatangani kesepakatan Pengembangan

Kawasan Agrotechnopark Yayasan Ekosistem Lestari. Pengembangan

Agrotechnopark dilakukan pada Kebun Organik (Ecofarming Center) Pusat

Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Bohorok yang berlokasi di Desa Timbang

Lawan, Kecamatan Bohorok, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara (PPLH, 2012).

Profil Ecofarming Center

Yayasan Ekosistem Lestari melalui salah satu Divisi-nya, yaitu Pusat

Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Bohorok mengubah sebidang lahan tidur

menjadi sebuah kebun pertanian terpadu yang dikelola secara organik. Kebun

tersebut bernama Ecofarming Center (Kebun Organik PPLH Bohorok).

Universitas Sumatera Utara

Kebun terletak di tengah-tengah lahan masyarakat, tepatnya di Desa Timbang

Lawan, Kecamatan Bohorok, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

Pembangunan Ecofarming Center (EFC) dimulai pada Bulan Desember

2005 di atas lahan ± 1.88 Ha. Pembangunan dan pemeliharaan dilakukan dengan

melibatkan masyarakat sekitar, khususnya masyarakat Dusun VII dan Dusun VIII,

Desa Timbang Lawan, Kecamatan Bohorok. Ecofarming Center diharapkan dapat

menjadi pusat informasi dan tempat belajar bagi para petani dan pihak-pihak lain

tentang hal-hal yang menyangkut pertanian dalam artian luas, khususnya

pertanian organik. Lahan dan media-media EFC dijadikan lahan percontohan

untuk penerapan sistem pertanian organik serta sebagai salah satu media

pendidikan lingkungan hidup PPLH Bohorok. Selain itu, berdasarkan Nota

Kesepakatan antara YEL dengan Balitbang Sumut tanggal 27 Oktober 2008, EFC

diharapkan dapat menjadi salah satu Agrotechnopark di Sumatera Utara.

Terdapat beberapa media di EFC yang dibuat sebagai model kegiatan

pertanian yang dikelola secara organik dan berkesinambungan. Sebagian besar

lahan EFC dikelola sebagai kebun yang ditanami beberapa sayuran dataran

rendah, perikanan dan peternakan. Jenis komoditas yang diusahakan adalah

tanaman pangan, tanaman hortikultura, rempah-rempah dan tanaman obat,

tanaman untuk pestisida nabati dan pupuk organik, produk olahan, peternakan

(bebek, sapi, kambing) dan perikanan air tawar (nila, mas, tawes dan lele). Pada

lahan EFC juga terdapat 2 unit biofitrasi, aquaponic, periphyton, serta lahan yang

ditanami dengan beberapa koleksi tanaman hutan, buah, dan obat dengan sistem

polykultur.

Universitas Sumatera Utara

Selain lahan yang ditanami dengan berbagai tanaman, di EFC juga

terdapat beberapa sarana dan prasarana pendukung lainnya. Bangunan yang

terdapat di EFC dibuat dari bahan-bahan yang mudah diperoleh dari daerah

tersebut, seperti bambu, tanah liat dan kayu kelapa. Beberapa bangunan yang

terdapat di EFC di antaranya adalah rumah ekologis yang di dalamnya terdapat

kantor kebun, laboratorium sederhana, perpustakaan, ruang simpan benih dan

gudang. Bangunan lainnya adalah kandang ternak, rumah pembibitan, rumah

kompos, dan ruang pertemuan dari bambu sebanyak 2 unit.

Sistem pengelolaan kebun di EFC dilakukan dengan sistem pertanian

terpadu dengan menerapkan sistem Bio – Cycle Farming (BCF). Input pertanian

seperti pupuk organik, biopestisida, benih, serta pakan untuk ternak dan ikan,

semaksimal mungkin diberikan dengan memanfaatkan bahan-bahan dan produk

yang terdapat di EFC atau lingkungan di sekitar EFC. Untuk memastikan proses

yang dilakukan dan produk yang dihasilkan di EFC sesuai dengan sistem dan

prinsip-prinsip dalam Pertanian Organik, sejak Bulan Juli 2009, EFC telah

memperoleh Sertifikat Organik terhadap produk yang dihasilkannya dengan

nomor registrasi KAN-LSPO-005-007 yang diberikan oleh Lembaga Sertifikasi

Organik Seloliman (LeSOS). Kebijakan mutu EFC disusun berdasarkan SNI 01-

6729-2002 tentang Standar Nasional Pangan Organik

Proses pembangunan dan pemeliharaan EFC dilakukan dengan melibatkan

masyarakat di sekitar EFC. Masyarakat yang telah terlatih dan terampil dalam

pengelolaan pertanian organik juga dilibatkan menjadi fasilitator yang akan

menerangkan proses dan tehnik-tehnik pertanian organik kepada pengunjung yang

terdiri atas pelajar, mahasiswa, petani, dll. yang datang ke EFC. Selain itu,

Universitas Sumatera Utara

kelompok Ibu-Ibu dan remaja di sekitar EFC juga dilibatkan dalam pengelolaan

kebun, berupa penyediaan makanan dan minuman untuk pengunjung atau peserta

pelatihan yang datang.

Melalui Program Community Development, PPLH Bohorok juga

merangkul masyarakat, khususnya di Kecamatan Bohorok dalam

mengembangkan sistem pertanian organik di lahan-lahan pertanian mereka.

PPLH Bohorok saat ini mendampingi 7 (tujuh) kelompok petani dampingan yang

terdapat di Desa Timbang Lawan, Timbang Jaya, dan Sampe Raya.

Sebagai salah satu Sub Divisi pada PPLH Bohohorok, EFC juga didukung

oleh fasilitas dan media pendukung lainnya yang terdapat pada Sub Divisi lainnya

di PPLH Bohorok yaitu, Ecolodge dan Program Pendidikan Lingkungan

Hidup (PLH) yang berlokasi di daerah wisata Bukit Lawang (sekitar 7 km dari

EFC). Ecolodge merupakan penginapan ekologis dengan fasilitas pengolahan

limbah cair (biofiltrasi) dan limbah padat organik (composting), serta bangunan

dan makanan ekologis. Sedangkan Program PLH, menjalankan sosialisasi

Pendidikan Lingkungan Hidup, khususnya di sekolah-sekolah Kecamatan

Bohorok dan mengelola kegiatan outbound dan beberapa paket program, seperti

Wisata Pendidikan Hutan Hujan Tropis, Lintas Kampung, Pengelolaan Sampah,

dll (PPLH, 2012).

Kegiatan Ecofarming Center / Agrotechnopark YEL

Beberapa kegiatan yang saat ini telah dan akan dilakukan di Ecofarming

Center/ Agrotechnopark YEL sebagai salah satu media pendidikan lingkungan

hidup PPLH Bohorok - YEL, di antaranya adalah:

Universitas Sumatera Utara

1. Melakukan Pelatihan Pertanian Organik (teori dan praktek), baik untuk para

petani dan masyarakat umum di Kecamatan Bohorok, maupun dari daerah-

daerah lainnya.

2. Melakukan pendampingan di lapangan untuk para petani di Kecamatan

Bohorok dan daerah lainnya, khususnya yang berkaitan dengan Pertanian

Organik

3. Melalui program pendidikan lingkungan hidup melakukan pengenalan pada

sistem dan prinsip Pertanian Organik untuk para pelajar (TK, SD, SMP, SMA)

dan mahasiswa serta masyarakat umum

4. Sebagai lokasi penelitian dan fieldtrip (kunjungan ke lapangan) bagi para

mahasiswa Fakultas Pertanian untuk melihat pengelolaan lahan pertanian

organik di tengah-tengah masyarakat.

5. Sebagai alternatif lokasi kunjungan turist di Bohorok.

(PPLH, 2012).

Universitas Sumatera Utara

Landasan Teori

Sikap

Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaaan. Sikap seseorang

terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan

tidak mendukung atau tidak memihak. Sikap dikatakan sebagai suatu respons

evaluative. Respon evaluative berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan

sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang

member kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik-buruk, positif-

negatif, menyenangkan-tidak menyenangkan, yang kemudian mengkristal sebagai

potensi reaksi terhadap objek sikap.

Sikap adalah determinasi perilaku, karena mereka berkaitan dengan

persepsi, kepribadian, dan motivasi. Sebuah sikap merupakan suatu keadaan siap

mental, yang dipelajari dan diorganisasi menurut pengalaman, dan yang

menyebabkan timbulnya pengaruh khusus atau reaksi seseorang terhadap orang-

orang, objek-objek, dan situasi-situasi dengan siapa ia berhubungan. Defenisi

Universitas Sumatera Utara

tersebut tentang sikap menimbulkan implikasi-implikasi tertentu bagi seseorang

(Winardi, 2004).

Sikap manusia atau untuk singkatnya kita sebut sikap, telah didefenisikan

dalam berbagai versi oleh para ahli. Berkowitz bahkan menemukan adanya lebih

dari tiga puluh defenisi sikap. Puluhan defenisi dan pengertian itu pada umumnya

dapat dimasukkan ke dalam salah satu diantara tiga kerangka pemikiran. Pertama

adalah kerangka pemikiran yang diwakili oleh para ahli psikologi seperti Louis

Thurstone (salah seorang tokoh terkenal di bidang pengukuran sikap), Rensis

Likert (seorang pionir di bidang pengukuran sikap), dan Charles Osgood. Menurut

mereka, sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Berkowitz

(1972) dalam Azwar (1995) menyatakan bahwa sikap seseorang terhadap suatu

objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan

tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut. Secara

lebih spesifik, Thurstone sendiri memformulasikan sikap sebagai derajat efek

positif atau negatif terhadap suatu objek psikologis (Azwar, 1995).

Sikap seseorang terhadap suatu objek selalu berperan sebagai perantara

antara responnya dan objek yang bersangkutan. Respon diklasifikasikan dalam

tiga macam yaitu, respon kognitif (respon perseptual dan pernyataan mengenai

apa yang diyakini), respon efektif (respon syaraf simpatetik dan pernyataan

afeksi), serta respon perilaku atau konatif (respon berupa tindakan dan pernyataan

mengenai perilaku). Dengan melihat salah satu saja diantara ketiga bentuk respon

tersebut sikap seseorang sudah dapat diketahui. Walaupun begitu, deskripsi

lengkap mengenai sikap individu tentu haru diperoleh dengan melihat ketiga

macam respon secara lengkap (Azwar, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Menurut Ahmadi (1999), disamping pembagian sikap atas sosial dan

individual, sikap dapt pula dibeddakan sebagai berikut.

1. Sikap Positif, Sikap positif yaitu sikap yang menunjukkan atau

memperlihatkan, menerima, mengakui, menyetujui, serta melaksanakan norma-

norma yang berlaku diman individu itu berada.

2. Sikap Negatif, Sikap negatif yaitu yang menunjukkan atau memperlihatkan

penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku dimana

individu itu berada.

Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap

seseorang. Pernyataan sikap adalah serangkaian kalimat yang mengatakan sesuatu

mengenai objek sikap yang hendak diungkap. Pernyataan sikap mungkin berisi

atau mengatakan hal yang positif mengenai objek sikap yaitu kalimatnya bersifat

mendukung atau memihak pada objek sikap. Pernyataan ini disebut

dengan pernyataan yang favourable. Sebaliknya pernyataan sikap mungkin pula

berisi hal-hal yang negatif mengenai objek sikap yang bersifat tidak mendukung

maupun kontra terhadap objek sikap. Pernyataan ini yang disebut dengan

pernyataan yang unfavourable.Suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar

terdiri atas pernyataan favourable dan unfavourable dalam jumlah yang seimbang.

Dengan demikian pernyataan yang disajikan tidak semua positif dan tidak semua

negatif yang

Skala Likert

seolah-olah isi skala memihak atau tidak mendukung sama sekali

objek sikap (Azwar, 2005).

Universitas Sumatera Utara

Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan perilaku

manusi adalah masalah pengungkapan (assessment) atau pengukuran

(measurement) sikap. Pengungkapan sikap dengan menggunakan skala sikap

sangat populer di kalangan ahli psikologi sosial dan para peneliti. Hal ini

dikarenakan selain praktis, skala sikap yang dirancang dengan baik opada

umumnya memiliki relibilitas yang memuaskan. Skala sikap berwujud kumpulan

pernyataan-pernyataan sikap yang ditulis, disusun, dan dianalisis sedemikian rupa

sehingga respon seseorang terhadap pernyataan tersebut dapat diberi angka (skor)

dan kemudian dapat diinterpretasikan (Azwar, 2007).

Menurut Suryabrata (2002), Skala Likert tergolong skala untuk orang,

pada rancangan dasarnya untuk mengukur sikap. Berkenaan dengan pengukuran

sikap, maka ada dua hal yang selalu harus diingat mengenai sikap yaitu sebagai

berikut.

1. Sikap selalu mempunyai objek, objek sikap yaitu sesuatu yang menjadi sasaran

sikap.

2. Sikap itu digambarkan dalam suatu kontinum dari negatif, lewat daerah netral

ke positif.

Menurut Azwar (2007), metode rating yang dijumlahkan popular dengan

nama penskalaan Model Likert, merupakan metode penskalaan pernyataan sikap

yang menggunakan distribusi respon sebaga dasar penentuan nilai skalanya.

Prosedur penskalaan Model Likert didasari oleh dua asumsi yaitu sebagai berikut.

1. Setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat disepakatiu sebagai termasuk

pernyataan yan favorable atau pernyataan yang unfavorable.

Universitas Sumatera Utara

2. Jawaban yang diberikan oleh individu yang mempuyai sikap positif harus

diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi daripada jawaban yang diberikan oleh

responden yang mempunyai sikap negatif.

Untuk melakukan penskalaan dengan metode ini, sejumlah pernyataan

telah ditulis berdasarkan kaidah penulisan pernyataan dan didasarkan pada

rancangan skala yang ditetapkan. Responden akan diminta untuk menyatakan

kesetujuan atau ketidaksetujuannya terhadap isi pernyataan dalam lima macam

kategori jawaban yaitu, ”sangat tidak setuju” (STS), “tidak setuju” (TS), “tidak

dapat menentukan” atau “ragu-ragu” (R), “setuju” (S), dan “sangat setuju” (SS).

Salah satu skor standar yang biasanya digunakan dalam skala Model Likert adalah

skor T, yaitu :

T = 50 − [X − X𝑆𝑆

]

Keterangan :

T = skor standar

X = skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skor T

X = mean skor kelompok

S = deviasi standar kelompok

Karakteristik Sosial Ekonomi

Pengertian sosial pada hakikatnya merupakan interaksi dalam pergaulan

hidup manusia dalam bermasyarakat. Dalam proses ini terkandung di dalamnya

Universitas Sumatera Utara

nilai-nilai kebersamaan, solidaritas dan kesamaan nasib sebagai unsur pemersatu

kelompok. Untuk berinteraksi dalam masyarakat dan dalam usaha penangkapan

ikan seseorang nelayan pastinya memiliki karakteristik masing-masing yang

berbeda seperti umur, pendidikan, pengalaman melaut, jumlah tanggungan dan

jumlah pendapatan.

1. Umur

Umur dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam melihat aktivitas seseorang

dalam bekerja. Bilamana dalam kondisi umur yang masih produktif maka

kemungkinan besar seseorang dapat bekerja dengan baik dan maksimal

(Hasyim, 2006).

Umur seseorang menentukan prestasi kerja atau kinerja orang tersebut.

Semakin berat pekerjaan secara fisik maka semakin tua tenaga kerja akan semakin

turun pula prestasinya. Namun, dalam hal tanggung jawab semakin tua umur

tenaga kerja tidak akan berpengaruh karena justru semakin berpengalaman

(Suratiyah, 2008).

2. Pendidikan

Tingkat pendidikan manusia pada umumnya menunjukkan daya kreativitas

manusia dalam berpikir dan bertindak. Pendidikan rendah mengakibatkan

kurangnya pengetahuan dalam memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia.

Usaha-usaha penduduk berakibat hanya mampu menghasilkan pendapatan rendah

(Kartasapoetra, 1994).

Pendidikan merupakan sarana belajar, dimana selanjutnya akan

menanamkan pengertian sikap yang megguntungkan menuju penggunaan praktek

Universitas Sumatera Utara

pertanian yang lebih modern. Menurut Ahmadi (2003) menyatakan bahwa

keberhasilan pembangunan sangat ditentukan oleh berbagai faktor seperti: kualitas

sumber daya manusia, tersedianya sumber daya alam yang memadai, adanya

birokrasi pemerintahan yang kuat dan efisien dan sebagainya. Namun demikian,

tidak dapat disangkal bahwa kualitas sumber daya manusia merupakan faktor

yang sangat menentukan dalam proses pembangunan. Hal ini karena manusia

bukan semata-mata menjadi obyek pembangunan, tetapi sekaligus juga

merupakan subyek pembangunan.

3. Pengalaman bertani

Pengalaman seseorang sangat berpengaruh dalam menerima inovasi dari

luar. Di dalam mengadakan suatu penelitian pengalaman diukur mulai sejak kapan

orang tersebut aktif secara mandiri mengusahakan usahanya sampai diadakan

penelitian (fauziah, 1991).

Menurut Soekartawi (1999), pengalaman seseorang dalam berusaha

berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar. Bagi yang mempunyai

pengalaman yang sudah cukup lama akan lebih mudah menerapkan inovasi dari

pada pemula.

Senada dengan hal diatas, Lubis (2000) juga berpendapat bahwa orang

yang mempunyai pengalaman yang relatif berhasil dalam mengusahakan

usahanya, biasanya mempunyai pengetahuan, sikap dan keterampilan yang lebih

baik dibandingkan dengan orang yang kurang berpengalaman.

4. Jumlah Tanggungan

Universitas Sumatera Utara

Menurut Hasyim (2006) jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu

faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan pendapatan dalam memenuhi

kebutuhannya. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga akan mendorong petani

untuk melakukan banyak aktivitas dalam mencari dan menambah pendapatan

keluarganya.

Semakin banyak anggota keluarga akan semakin besar pula beban hidup

yang akan ditanggung atau harus dipenuhi. Jumlah anggota keluarga akan

mempengaruhi keputusan dalam berusaha. (Soekartawi, 1999).

5. Jumlah Pendapatan

Pendapatan usahatani yang seringkali ada hubungannya dengan tingkat

difusi pertanian. Kemauan untuk melakukan percobaan atau perubahan dalam

difusi inovasi yang cepat sesuai kondisi pertanian yang dimiliki oleh petani, hal

ini yang menyebabkan pendapatan petani yang lebih tinggi. Sebaliknya banyak

kenyataan petani yang berpenghasilan rendah adalah lambat dalam melakukan

difusi inovasi.

Kerangka Pemikiran

Sistem pertanian organik banyak memberikan keuntungan jangka panjang

kepada petani. Selain melestarikan sumber hara dalam tanah, sistem pertanian

organik juga menjaga kesehatan tanah juga konsumen yang mengkonsumsi

produk-produk dari pertanian organik. Hal ini dikarenakan sistem pertanian

organik bebas dari zat-zat kimia yang berbahaya bagi tubuh manusia.

Dewasa ini, kesadaran masyarakat akan kesehatan juga semakin tinggi.

Kesadaran akan bahaya kimia di dalam makanan membuat konsumen mulai

Universitas Sumatera Utara

memilih bahan makanan yang organik. Sehingga permintaan akan produk-produk

pertanian organik juga semakin tinggi.

Permintaan terhadap produk pertanian organik yang tinggi sebenarnya

menjadi peluang yang besar bagi petani untuk mengusahakan pertanian dengan

sistem organik. Tetapi, kebanyakan petani masih ragu untuk mengusahakannya

dengan berbagai alasan.

PPLH Bahaorok telah memberikan contoh melalui program demplot

pertanian organik yang bertujuan untuk menarik minat dan menambah wawasan

pengunjung terkhusus petani untuk memulai pertanian organik.

Program demplot pertanian organik ini tentunya mengundang tanggapan

dari para petani berupa sikapnya terhadap program tersebut. Sikap tersebut dibagi

atas sikap positif dan sikap negatif. Sikap tersebut dikelompokkan berdasarkan

intensitas/jumlah kunjungan petani terhadap demplot pertanian organik. Intensitas

kunjungan di kelompokan menjadi 2,yaitu kelompok sering (jumlah kunjungan 2-

5 kali selama 1 tahun), dan kelompok jarang (jumlah kunjungan 1 kali selama 1

tahun). Sikap petani dalam menanggapi program tersebut dapat dipengaruhi oleh

karakteristik petani itu sendiri yang meliputi: umur, tingkat pendidikan,

pengalaman bertani, jumlah tanggungan keluarga, dan jumlah pendapatan.

Berdasarkan uraian diatas, maka dibuat kerangka pemikiran penelitian

dalam skema berikut:

Universitas Sumatera Utara

Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan:

: Menyatakan Hubungan

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran sikap petani terhadap demplot

pertanian organic

PETANI

2-5 x / tahun (Sering)

K Karakteristik Sosial

Ekonomi Petani:

- Umur - Tingkat Pendidikan - Pengalaman Bertani Jumlah tanggungan

Sikap

Karakteristik Sosial Ekonomi Petani:

Umur Tingkat Pendidikan Pengalaman Bertani Jumlah Tanggungan Jumlah Pendapatan

1x / tahun

Intensitas

Demplot

P i

Positif

Universitas Sumatera Utara

Hipotesis penelitian:

1. Program demplot pertanian organik mengalami perkembangan dari

tahun ke tahun.

2. Sikap petani terhadap program demplot pertanian organik adalah

positif.

3. Ada hubungan antara karakteristik petani dengan sikap petani terhadap

demplot pertanian organik .

4. Ada beberapa hambatan yang dihadapi pelaksana program demplot

pertanian organik.

Universitas Sumatera Utara