Upload
hadat
View
228
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING
TIPE PROBING PROMPTING TERHADAP HASIL BELAJAR
MATEMATIKA BAGI SISWA KELAS III SD GUGUS BANGAU
KABUPATEN SEMARANG SEMESTER II
TAHUN AJARAN 2015/2016
ARTIKEL
Diajukan Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Sima Fatmawati
292012196
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING
TIPE PROBING PROMPTING TERHADAP HASIL BELAJAR
MATEMATIKA BAGI SISWA KELAS III SD GUGUS BANGAU
KABUPATEN SEMARANG SEMESTER II
TAHUN AJARAN 2015/2016
Sima Fatmawati1 , Kriswandani2
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, Jl.Diponegoro 52-60 Salatiga
ABSTRAK
Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya nilai rata-rata matematika siswa
SD Gugus Bangau yang disebabkan oleh pembelajaran yang berlangsung masih bersifat
teacher centered sehingga siswa kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Penerapan Model Problem Based
Learning Tipe Probing Prompting terhadap Hasil Belajar Matematika Bagi Siswa kelas III
SD Gugus Bangau Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran 2015/2016.
Jenis penelitian ini adalah penelitian quasi experiment (eksperimen semu).
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SD Gugus Bangau yang terdiri dari
beberapa sekolah yaitu SD Negeri Candirejo 01, SD Negeri Candirejo 02, SD Negeri
Sraten 01, SD Negeri Sraten 02, dan SD Negeri Jombor. Teknik pemilihan sampel dalam
penelitian ini yaitu dengan Simple Random Sampling dan sampelnya yaitu siswa kelas III
SD Negeri Candirejo 02 sebagai kelas eksperimen dengan jumlah siswa sebanyak 16 siswa
dan kelas III SD Negeri Candirejo 01 sebagai kelas kontrol dengan jumlah siswa sebanyak
30 siswa. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Model Problem Based Learning tipe
Probing Prompting dan variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar
matematika.
Hasil uji normalitas nilai posttest diperoleh nilai signifikansi pada kelas
eksperimen sebesar 0,388 > 0,05 dan pada kelas kontrol sebesar 0,305>0,05 sehingga
dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi normal. Hasil uji homogenitas nilai
posttest diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,599>0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa
kedua kelas memiliki variansi yang sama atau homogen. Hasil analisis data dengan
independent Sample T-Test menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,000<0,05 sehingga
dapat disimpulkan bahwa terdapat terdapat pengaruh penerapan Model Problem Based
Learning tipe Probing Prompting terhadap hasil belajar matematika bagi siswa kelas III
SD Gugus Bangau. Nilai rata-rata posttest kelas yang diajar dengan Model Problem Based
Learning tipe Probing Prompting sebesar 83,75 dan nilai rata-rata kelas yang diajar
dengan Model Pembelajaran Konvensional sebesar 66,17. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan menggunakan Model Problem
Based Learning tipe Probing Prompting lebih baik dari siswa yang diajar dengan
menggunakan Model Pembelajaran Konvensional.
Kata Kunci: Problem Based Learning, Probing Prompting, Model Pembelajaran
Konvensional, hasil belajar matematika.
PENDAHULUAN
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi
modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir
manusia. Dewasa ini di bidang teknologi informasi dan komunikasi mengalami
perkembangan pesat yang dilandasi oleh perkembangan matematika dibidang teori
bilangan, aljabar, analisis, teori peluang, dan diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan
teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini
(Kurikulum 2006). Oleh karena itu, matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat
penting dan menjadi mata pelajaran yang selalu ada disetiap jenjang pendidikan karena
hampir diseluruh kehidupan sehari-hari selalu bersinggungan dengan matematika terutama
untuk memecahkan suatu masalah.
Matematika dipahami melalui penalaran agar kemampuan penalaran matematis dapat
berkembang secara optimal, siswa harus memiliki kesempatan yang terbuka untuk berpikir
(Kurniasari dkk, 2012). Pembelajaran matematika di tingkat sekolah dasar sering ditemui
guru kurang menghubungkan persoalan matematika dengan keadaan sehari-hari, cara
mengajar guru juga masih bersifat teacher centered bukan student centered sehingga siswa
masih sulit mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Guru hendaknya berperan
sebagai fasilitator dan bukan satu-satunya sumber belajar agar siswa dapat berperan aktif
dalam proses pembelajaran. Guru sebagai fasilitator berperan memberikan pelayanan untuk
memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran (Senjaya, 2008). Keterlibatan
siswa secara aktif sangat dipentingkan dalam proses pembelajaran, selama proses
pembelajaran matematika berlangsung guru harus mampu mengaktifkan siswa dan
mengurangi kecenderungan untuk mendominasi pembelajaran sehingga dapat mengubah
pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa. Kegiatan Belajar
Mengajar dapat diikuti dengan baik dan menarik perhatian siswa apabila menggunakan
model pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa dan sesuai dengan
materi (Markaban, 2006). Model pembelajaran yang dipilih hendaknya sesuai dengan
karakter siswa dan materi yang diajarkan serta dapat mengaktifkan siswa dalam
pembelajaran. Oleh karena itu diperlukan model pembelajaran yang berpusat pada siswa
(student centered) dan terkait dengan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan hasil observasi menunjukan bahwa pembelajaran yang berlangsung
masih berorientasi pada guru, pembelajaran kurang melibatkan siswa secara aktif sehingga
siswa lebih berperan sebagai penerima ilmu serta guru menjadi satu-satunya sumber
belajar. Aktivitas pembelajaran di kelas juga menunjukkan bahwa siswa hanya terlihat
diam selama pembelajaran, tidak dilibatkan langsung dalam penemuan terhadap materi,
tidak antusias dalam mengeluarkan pendapat, dan kurang adanya interaksi antara siswa
dengan guru pada saat pembelajaran berlangsung. Hal ini membuat siswa menjadi pasif
dalam menerima informasi dan pengetahuan yang seharusnya mereka aktif untuk
mengkontruksi pengetahuannya sendiri sehingga berdampak pada hasil belajar yang
diperoleh siswa. Sedangkan hasil wawancara terhadap wali kelas III SD Gugus Bangau
Kabupaten Semarang semester ganjil tahun 2015/2016 mengatakan bahwa hasil belajar
yang dicapai siswa kurang maksimal, hal itu dapat dilihat dari perolehan nilai rata-rata tes
akhir semester satu hanya sebesar 65,79 dengan persentase 52,17% siswa dinyatakan
tuntas dan 47,83% siswa dinyatakan tidak tuntas, dimana nilai KKM adalah 70. Meskipun
hasil belajar siswa yang dinyatakan tuntas lebih tinggi, namun nilai rata-rata hasil belajar
siswa kelas III SD Gugus Bangau masih dibawah KKM sehingga diperlukan upaya
perbaikan pembelajaran dengan harapan dapat menjadikan siswa aktif dalam pembelajaran.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah penggunaan model pembelajaran yang dapat
memberikan sebuah tantangan bagi siswa untuk aktif mengkontruksi pengetahuannya
sendiri dalam pembelajaran yaitu dengan menggunakan Model Problem Based Learning
tipe Probing Prompting.
TINJAUAN PUSTAKA
Model Problem Based Learning adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan
siswa untuk memecahkan masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa
dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus
memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah (Kamdi, 2007:77). Lebih lanjut, Amir
(2007) mendefinisikan bahwa Problem Based Learning merupakan model pembelajaran
yang menghadapkan siswa pada masalah dunia nyata untuk memulai pembelajaran dan
merupakan suatu model pembelajaraan yang inovatif yang memberikan kondisi belajar
aktif pada siswa sehingga siswa mendapatkan lebih banyak kecakapan dari pada
pengetahuan yang dihafal, mulai dari kecakapan memecahkan masalah, kecakapan berfikir
kritis, kecakapan bekerja dalam kelompok, kecakapan interpersonal dan komunikasi, serta
kecakapan pencarian dalam pengolahan informasi. Menurut Huda (2015), model
pembelajaran yang berbasis masalah termasuk dalam Problem Based Learning seperti:
Problem Solving, Problem Posing, Open Ended, Probing Prompting, SAVI, VAK, AIR,
Group Investigation, Means Ends Analysis, Creative Problem Solving, Dooble Loop
Problem Solving, Scramble, Mind Map, Generative, Circuit, Complete Sentence, Concept
Sentence, dan Treffinger.
Probing Prompting merupakan salah satu tipe Problem Based Learning. Pemilihan
model Problem Based Learning tipe Probing Prompting tersebut didukung oleh penelitian
yang dilakukan Mayasari (2014) yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara
Probing Prompting dengan konvensional dan Probing Prompting lebih efektif untuk
diterapkan dalam pembelajaran dari pada konvensional.
Problem Based Learning tipe Probing Prompting memberikan keleluasaan pada
siswa untuk aktif mengkonstruksi pengetahuan sendiri dan guru hanya menjadi fasilitator
dan mediator dalam setiap pembelajaran. Siswa dibimbing untuk menuju konsep atau teori
yang diinginkan dengan menggunakan pengetahuan yang telah ada pada dirinya (Ulya dkk,
2012). Problem Based Learning tipe Probing Prompting adalah pembelajaran dengan cara
guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga
terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan siswa dan pengalamannya dengan
pengetahuan baru yang sedang dipelajari (Mayasari, 2014)
Langkah pembelajaran dengan model Problem Based Learning tipe Probing
Prompting menurut Huda (2013:282-283) antara lain: 1) Guru menghadapkan siswa pada
situasi baru, misalkan dengan memperlihatkan gambar, rumus atau situasi lain yang
mengadung permasalahan; 2) Menunggu beberapa saat untuk memberikan kesempatan
siswa guna merumuskan jawaban atau melakukan diskusi kecil dalam merumuskan
jawaban; 3) Guru mengajukan persoalan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran kepada
siswa; 4) Menunggu beberapa saat untuk memberikan kessempatan siswa guna
merumuskan jawaban atau melakukan diskusi kecil; 5) Menunjuk salah satu siswa untuk
menjawaab pertanyaan; dan 6) Jika jawabannya tepat, maka pertanyaan yang sama juga
dilontarkan kepada siswa lain untuk meyakinkan bahwa semua siswa terlibat dalam
pembelajaran. Namun, jika jawaban yang diberikan kurang tepat, maka guru mengajukan
pertanyaan lain yang menuntun siswa berpikir ke arah pertanyaan awal, sehingga siswa
dapat menjawaab pertanyaan tadi dengan benar; dan 7) Guru mengajukan pertanyaan akhir
pada siswa yang berbeda untuk lebih menekankan bahwa indikator tersebut benar – benar
telah dipahami oleh seluruh siswa.
Berdasarkan paparan diatas, maka dilakukan suatu penelitian berjudul Pengaruh
Penerapan Model Problem Based Learning Tipe Probing Promting terhadap Hasil Belajar
Matematika Bagi Siswa kelas III SD Negeri Candirejo 02 Kabupaten Semarang Semester
II Tahun Ajaran 2015/2016 .
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (Quasi Experimental
Design) yaitu penelitian yang melibatkan dua kelas dengan karakteristik yang sama, kelas
pertama sebagai kelas kontrol dan kelas kedua sebagai kelas eksperimen. Keduanya tidak
dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi
hasil belajar. Menurut Sukmadinata (2012:196), kelas yang digunakan baik kelas
eksperimen maupun kelas kontrol harus memiliki karakteristik yang sama atau disamakan.
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari suatu perlakuan terhadap gejala suatu
kelompok lain yang diberi perlakuan berbeda (Sugiyono, 2010:114). Desain penelitian
yang digunakan adalah Pretest-Posttest Control Group Design. Penelitian ini dilaksanakan
di SD Negeri Candirejo 02 Kabupaten Semarang dan SD Negeri Candirejo 01 Kabupaten
Semarang semester genap tahun ajaran 2015/ 2016. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan
pada bulan Maret sampai April 2016. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas III
SD Gugus Bangau yang terdiri dari beberapa sekolah yaitu SD Negeri Candirejo 01, SD
Negeri Candirejo 02, SD Negeri Sraten 01, SD Negeri Sraten 02, dan SD Negeri Jombor.
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri Candirejo 02 sebagai kelas
eksperimen dengan jumlah siswa sebanyak 16 siswa dan kelas III SD Negeri Candirejo 01
sebagai kelas kontrol dengan jumlah siswa sebanyak 30 siswa. Teknik pemilihan sampel
dalam penelitian ini yaitu dengan Simple Random Sampling, karena pengambilan sampel
dilakukan secara acak dan menganggap anggota populasi homogen. Penelitian ini
menggunakan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam
penelitian ini yaitu Model Problem Based Learning tipe Probing Prompting dan variabel
terikat dalam penelitian ini yaitu hasil belajar metematika. Teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini menggunakan tes yang terdiri dari pretest dan posttest. Soal posttest
disusun dan diuji cobakan pada siswa kelas III SD Negeri Kebumen 03 Kabupaten
Semarang dan hasil uji coba yang diperoleh kemudian dianalisis, yaitu meliputi uji
validitas dan reliabilitas. Teknik analisis data menggunakan uji prasyarat yaitu uji
normalitas dan uji homogenitas. Analisis data untuk mengetahui perbedaan hasil belajar
menggunakan uji Independent Sample T-Test.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian diperoleh dari data deskripsi awal yaitu nilai pretest dan deskripsi
akhir yaitu nilai posttest. Nilai pretest diperoleh dari nilai murni Tes Akhir Semester I.
Deskripsi nilai pretest dapat dilihat pada Tabel 1
Tabel 1. Analisis Deskripsi Nilai Pretest
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
EKSPERIMEN 16 37 87 62,81 12,486
KONTROL 30 47 79 68,77 8,681
Valid N (listwise) 16
Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 16 siswa pada kelas eksperimen
diperoleh nilai maksimal sebesar 87, nilai minimal sebesar 37, dan nilai rata-rata sebesar
62,81 dengan standar deviasi sebesar 12,486. Hasil analisis pada kelas kontrol
menunjukkan bahwa dari 30 siswa diperoleh nilai maksimal sebesar 79, nilai minimal
sebesar 47, dan nilai rata-rata sebesar 68,77 dengan standar deviasi sebesar 8,681.
Tabel 2. Uji Normalitas Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol
EKSPERIMEN KONTROL
N 16 30
Normal Parametersa,b Mean 62,81 68,77
Std. Deviation 12,486 8,681
Most Extreme Differences
Absolute ,131 ,145
Positive ,095 ,119
Negative -,131 -,145
Kolmogorov-Smirnov Z ,524 ,795
Asymp. Sig. (2-tailed) ,947 ,552
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang akan dianalisis berasal
dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan uji normalitas diperoleh nilai
Asymp. Sig. (2-tailed) atau nilai signifikansi pada kolom kelas eksperimen sebesar 0,947 >
0,05 dan pada kelas kontrol sebesar 0,552 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data
nilai pretest dari kedua kelas berdistribusi normal. Langkah selanjutnya untuk menguji
homogenitas kedua kelas menggunakan uji Levene’s test dan uji beda rata-rata
menggunakan uji Independent Sample T-Test. Hasil uji beda rata-rata dapat dilihat pada
Tabel 3
Tabel 3. Uji Homogenitas dan Uji Beda Rerata Nilai Pretest
Levene's Test
for Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. T df Sig. (2-
tailed)
Mean
Differen
ce
Std.
Error
Differen
ce
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
NILA
I
Equal
variances
assumed
2,002 ,164 -1,897 44 ,064 -5,954 3,139 -12,280 ,372
Equal
variances not
assumed
-1,701 22,942 ,102 -5,954 3,501 -13,197 1,289
Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa pada uji Levene’s test diperoleh nilai
signifikansi sebesar 0,164 > 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa kedua kelas tersebut
memiliki variansi yang sama atau homogen. Hasil uji beda rata-rata pada Equal variances
assummed diperoleh nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,064 > 0,05, sehingga H0 diterima dan
dapat dikatakan bahwa nilai rata-rata pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah
sama. Oleh karena itu, dari kedua kelas tersebut dapat diberi perlakuan yang berbeda
dimana kelas eksperimen diberi perlakuan dengan tipe Probing Prompting dan kelas
kontrol diberi perlakuan dengan Model Konvensional.
Deskripsi akhir penelitian ini adalah hasil belajar dari nilai posttest dan dapat dilihat
pada Tabel 4
Tabel 4. Analisis Deskripsi Nilai Posttest
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
EKSPERIMEN 16 55 100 83,75 12,974
KONTROL 30 20 100 66,17 16,065
Valid N (listwise) 16
Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 16 siswa pada kelas eksperimen
diperoleh nilai maksimal sebesar 100, nilai minimal sebesar 55, dan nilai rata-rata sebesar
83,75 dengan standar deviasi sebesar 12,974. Hasil analisis pada kelas kontrol
menunjukkan bahwa dari 30 siswa diperoleh nilai maksimal sebesar 100, nilai minimal
sebesar 20, dan nilai rata-rata sebesar 66,17, dengan standar deviasi sebesar 16,065.
Tabel 5. Uji Normalitas Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
EKSPERIMEN KONTROL
N 16 30
Normal Parametersa,b Mean 83,75 66,17
Std. Deviation 12,974 16,065
Most Extreme Differences Absolute ,226 ,177
Positive ,128 ,158 Negative -,226 -,177
Kolmogorov-Smirnov Z ,904 ,969
Asymp. Sig. (2-tailed) ,388 ,305
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang akan dianalisis berasal
dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan uji normalitas diperoleh nilai
nilai Asymp. Sig. (2-tailed) atau nilai signifikansi pada kolom kelas eksperimen sebesar
0,388 > 0,05 dan pada kelas kontrol sebesar 0,305 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan
bahwa data nilai posttest dari kedua kelas berdistribusi normal. Langkah selanjutnya untuk
menguji homogenitas kedua kelas menggunakan uji Levene’s test dan uji beda rata-rata
menggunakan uji Independent Sample T-Test. Hasil uji beda rata-rata dapat dilihat pada
Tabel 6
Tabel 6. Uji Homogenitas dan Uji Beda Rerata Nilai Posttest
Levene's Test
for Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-
tailed)
Mean
Differen
ce
Std.
Error
Differen
ce
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
NILA
I
Equal
variances
assumed
,280 ,599 3,766 44 ,000 17,583 4,669 8,173 26,993
Equal
variances not
assumed
4,021 36,824 ,000 17,583 4,373 8,721 26,445
Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa pada uji Levene’s test diperoleh nilai
signifikansi sebesar 0,599 > 0,05, sehingga dapat dikatakan bahwa kedua kelas tersebut
memiliki kemampuan yang sama atau homogen. Hasil uji beda rata-rata pada Equal
variances assummed diperoleh nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,000 < 0,05, sehingga H1
diterima dan dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan nilai rata-rata posttest kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar kelas eksperimen
lebih baik dari pada kelas kontrol, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
hasil belajar matematika antara siswa yang diajar melalui Model Problem Based Learning
tipe Probing Prompting dengan Model Konvensional bagi siswa kelas III SD Gugus
Bangau Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran 2015/2016.
Hasil belajar kelas eksperimen dengan Model Problem Based Learning Tipe Probing
Prompting lebih baik karena model ini dapat mengembangkan keterampilan dan
keberanian siswa dalam menjawab sebuah persoalan dan mengemukakan pendapat. Selama
proses pembelajaran berlangsung siswa dituntun untuk menemukan konsep secara mandiri
melalui tanya jawab dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru secara terarah.
Pertanyaan yang diarahkan kepada siswa mendorong siswa untuk berpikir dan aktif
mengembangkan kemampuan berpikirnya. Hal ini akan membuat siswa lebih lebih mudah
dalam memahami materi yang diberikan.
Hasil yang ditemukan pada saat pembelajaran mengindikasikan bahwa penerapan
Problem Based Learning tipe Probing Prompting dalam pembelajaran membuat siswa
terlihat lebih aktif dan antusias dalam menjawab pertanyaan yang diberikan guru secara
acak kepada siswa. Selain itu, siswa juga mempunyai ide-ide baru dalam menjawab setiap
pertanyaan yang diberikan dan siswa juga lebih menyukai model pembelajaran Problem
Based Learning Tipe Probing Prompting daripada model pembelajaran yang biasa
diterapkan oleh guru. Hal ini sejalan dengan pendapat Harsoyo, dkk (2014) yang
menyatakan bahwa pembelajaran dengan model Problem Based Learning tipe Probing
Prompting lebih baik dari model pembelajaran biasa karena dapat membuat semua siswa
mencapai nilai ketuntasan, serta mengajak siswa berpikir terlebih dahulu sebelum
mengetahui jawabannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Ulya, dkk (2012) yang
menyatakan bahwa Problem Based Learning Tipe Probing Prompting merupakan
pembelajaran yang disajikan melalui serangkaian pertanyaan yang menggali pengetahuan
siswa ke arah perkembangan yang diharapkan dan mendorong siswa untuk lebih aktif
berpikir dan mengembangkan kemampuan berpikirnya. Hal ini yang membuat
pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak monoton. Selain itu, tipe ini membuat hasil
belajar semua siswa berada pada kategori tinggi. Hal ini dikarenakan Problem Based
Learning tipe Probing Prompting dapat diterima oleh siswa dengan baik sehingga tipe ini
lebih efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh penerapan Model Problem Based Learning tipe Probing Prompting terhadap
hasil belajar matematika bagi siswa kelas III SD Gugus Bangau Kabupaten Semarang
semester genap tahun ajaran 2015/2016 yang ditunjukkan dengan melihat hasil perolehan
nilai rata-rata pretest dan postest kelas eksperimen dan kontrol. Selain itu, dapat juga
dengan melihat hasil uji beda rerata yang menunjukan nilai signifikansi sebesar 0,000 <
0,05. Hasil belajar yang diperoleh siswa kelas III SD Negeri Candirejo 02 Kabupaten
Semarang dengan Model Problem Based Learning tipe Probing Prompting memperoleh
rata-rata sebesar 83,75, sedangkan hasil belajar yang diperoleh siswa kelas III SD Negeri
Candirejo 01 Kabupaten Semarang dengan Model Konvensional memperoleh rata-rata
sebesar 66,17. Hal tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas III SD Negeri
Candirejo 02 Kabupaten Semarang sebagai kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas
III SD Negeri Candirejo 01 Kabupaten Semarang sebagai kelas kontrol.
DAFTAR PUSTAKA
Amir, M, Taufik. 2007. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning:Bagaimana
Pendidik Memberdayakan Pembelajaran Di Era Pengetahuan. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group
Harsoyo, I.T, dkk. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan
Teknik Probing Prompting untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
IPA Siswa Kelas VII SMP. Jurnal. Unnes
Huda, Miftahul. 2013. Modeo-model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-Isu Metodis Dan
Paradigmatis.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Kamdi, W. 2007. Model Pembelajaran Project Based Learning. UNS Press: Semarang
Kurniasari, Yayuk, dkk. 2012. Penerapan Teknik Pembelajaran Probing Promting Untuk
Mengetahui Kemampuan Penalaran Matematika Siswa Kelas 7G Di SMPN 1
Rejoso. Jurnal. Unessa
Markaban. 2006. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Penemuan
Terbimbing. Yogyakarta: P3G Matematika DIY
Mayasari, Yuriska, dkk. 2014. Penerapan Teknik Probing-Probing Promting Dalam
Pembelajaran Matematika Kelas VIII MTSN Lubuk Buaya Padang Volume 3.
Jurnal. UNP
Senjaya, Wina. 2008. Strategi pempelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Sugiyono. 2010. Metode Peneitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Ulya, Himmatul, dkk. 2012. Keefektifan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Probing Prompting dengan Penilaian Produk. Jurnal. Unnes
_______. 2005. Kurikulum 2006 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika SD dan
MI. Jakarta: Depdiknas