4
TOILET TRAINING Pengertian Suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil dan buang air besar. Bermanfaat dalam pendidikan sex sebab saat anak melakukan kegiatan tersebut, anak akan mempelajari anatomi tubuhnya sendiri serta fungsinya. Pelaksanaan toilet training ini dapat dilakukan pada saat anak mulai memasuki fase kemandirian yaitu usia 18 bulan – 24 bulan Manfaat : Pendidikan seks pada anak Pengaturan impuls atau rangsangan dan instink anak dalam melakukan BAB/BAK Alat pemuasan melepaskan ketegangan dengan latihan Cara Toilet Training pada Anak Teknik Lisan Memberikan instruksi pada anak dengan kata-kata sebelum dan sesudah buang air besar dan kecil Teknik Modelling Memberikan contoh atau membiasakan pada anak untuk buang air besar atau kecil secara benar. Selain itu bisa juga dilakukan observasi saat anak ingin buang air besar ataupun kecil, tempatkan anak diatas pispot atau ajak ke kamar mandi, berikan pispot dalam posisi aman dan nyaman, ingatkan pada anak bila akan melakukan buang air besar ataupun kecil, dudukkan anak diatas pispot atau orang tua duduk atau jongkok dihadapannya sambil mengajak bicara atau cerita, berikan pujian jika anak berhasil jangan disalahkan dan dimarahi, biasakan akan pergi ke toilet pada jam-jam tertentu dan beri anak celana yang mudan dlepas dan dikembalikan. Pengkajian Masalah Toilet Training Pengkajian Fisik Kemampuan motorik kasar seperti berjalan, duduk, meloncat

Toilet Training

Embed Size (px)

DESCRIPTION

toilet

Citation preview

TOILET TRAININGPengertian

Suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil dan buang air besar.

Bermanfaat dalam pendidikan sex sebab saat anak melakukan kegiatan tersebut, anak akan mempelajari anatomi tubuhnya sendiri serta fungsinya.

Pelaksanaan toilet training ini dapat dilakukan pada saat anak mulai memasuki fase kemandirian yaitu usia 18 bulan 24 bulanManfaat : Pendidikan seks pada anak

Pengaturan impuls atau rangsangan dan instink anak dalam melakukan BAB/BAK

Alat pemuasan melepaskan ketegangan dengan latihan

Cara Toilet Training pada Anak

Teknik Lisan

Memberikan instruksi pada anak dengan kata-kata sebelum dan sesudah buang air besar dan kecil

Teknik Modelling

Memberikan contoh atau membiasakan pada anak untuk buang air besar atau kecil secara benar.

Selain itu bisa juga dilakukan observasi saat anak ingin buang air besar ataupun kecil, tempatkan anak diatas pispot atau ajak ke kamar mandi, berikan pispot dalam posisi aman dan nyaman, ingatkan pada anak bila akan melakukan buang air besar ataupun kecil, dudukkan anak diatas pispot atau orang tua duduk atau jongkok dihadapannya sambil mengajak bicara atau cerita, berikan pujian jika anak berhasil jangan disalahkan dan dimarahi, biasakan akan pergi ke toilet pada jam-jam tertentu dan beri anak celana yang mudan dlepas dan dikembalikan.

Pengkajian Masalah Toilet TrainingPengkajian Fisik

Kemampuan motorik kasar seperti berjalan, duduk, meloncat

Kemampuan motorik halus seperti mampu melepas celana sendiri

Pola buang air besar yang teratur, sudah tidak ngompol setelah tidur.

Pengkajian Psikologis

Anak tidak rewel ketika akan buang air besar

Anak tidak menangis sewaktu buang air besar

Ekspresi wajah menunjukkan kegembiraan

Anak ingin melakukan sendiri

Anak sabar atau sudah mau tetap tinggal di toilet selama 5 10 menit tanpa rewel atau meninggalkannya

Adanya keingintahuan kebiasaan toilet training pada orang dewasa atau saudaranyaPengkajian Intelektual

Kemampuan anak mengerti buang air kecil atau besar

Kemampuan mengkomunikasikan buang air kecil atau besar

Anak menyadari timbulnya buang air kecil atau besar

Kemampuan kognitif untu meniru perilaku yang tepat seperti buang air kecil atau besar pada tempatnya

Etika buang air kecil atau besar

Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk keberhasilan selama toilet training:

1. Hindari pemakaian popok sekali pakai atau diaper di mana anak akan merasa aman

2. Ajari anak mengucapkan kata-kata yang khas berhubungan dengan buang air besar dan kecil

3. Mendorong anak melakukan rutinitas ke kamar mandi, seperti cuci muka saat bangun tidur, cuci tangan, cuci kaki, dll.

4. Jangan marah bila anak gagal dalam melakukan toilet trainingTanda-tanda kesiapan si kecil untuk mulai toilet training1. Anak tidak mengompol minimal 2 jam saat siang hari atau setelah tidur siang.

2. BAB menjadi teratur dan dapat diprediksi

3. Ekspresi wajah, postur tubuh dan kata-kata (komunikasi) yang menunjukkan keinginan BAB atau BAK.

4. Anak sudah dapat mengikuti perintah-perintah sederhana 5. Anak dapat berjalan dari dan ke kamar mandi, serta membantu melepas pakaian.

6. Anak tampak tidak nyaman dengan popok yang kotor dan ingin diganti.

7. Anak meminta menggunakan toilet atau pot.

8. Anak meminta menggunakan pakaian dalam seperti anak yang lebih besar. Tanggung jawab perawat

Menolong orang tua mengidentifikasi kesiapan anak untuk toilet trainning

Tahapan toilet traininga. Buat jadwal BAB/ BAK sesuai kebiasaan anak

b. Tumbuhkan rasa tertarik dengan aktivitas di kamar mandi.

c. Ajarkan anak untuk memberitahu orang tua bila ingin BAB atau BAK.

d. Tunjukkan cara cebok (membasuh) yang benar.

e. Ketika si kecil sudah siap, sebaiknya gunakan pot (potty chair) untuk BAK atau BAB.f. Laksanakan secara bertahap,

g. Laksanakan tenang / tidak terburu-buru

h. Jangan memperlihatkan ketegangan

i. Tawarkan/ bantu anak untuk bab/ bak sesuai jadwal

j. Latih anak menggunakan pot secara rutin, anak akan menunjukkan pada orang tua jika dia sudah siap pindah dari pot ke toilet sesungguhnya.

Dampak Toilet Training

Kegagalan toilet trainingAdanya perlakuan atau aturan yang ketat dari orang tua kepada anaknya yang dapat mengganggu kepribadian anak atau cenderung bersifatnretentif di mana anak cenderung bersifat keras kepala bahkan kikir. Hal ini dapat dilakukan oleh orang tua karena sering memarahi anak pada saat buang air besar atau kecil atau melarang anak saat bepergian.

Bila orang tua santai dalam memberikan aturan dalam tolet raining maka nak akan mengalami kepribadian ekspresif, di mana anak lebih tega, cenderung ceroboh, suka membuat gara-gara, emosional dan seenaknya dalam nelakukan kegiatan sehari-hari.