Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
TRADISI MANJAU MAJU DALAM ACARA PERKAWINAN
MASYARAKAT LAMPUNG SAIBATIN DI DESA
NEGERI AGUNG KECAMATAN
TALANGPADANG
TANGGAMUS
( Skripsi )
Oleh
ANDI WAHYUDI
Andi Wahyudi
1213033005
Pada dasarnya Manjau maju merupakan sebuah proses perkawinan dalam adat
Lampung Saibatin, khususnya di Desa Negeri Agung yang di adakan karena rasa
senang dari pihak keluarga pria dan bertujuan untuk mengenalkan pengantin wanita
kepada keluarga Sebatin dari pihak pria serta masyarakat lingkungan rumah
pengantin pria. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “perubahan apa sajakah
yang terjadi pada proses Manjau maju dalam acara perkawinan masyarakat Lampung
Saibatin di Desa Negeri Agung Kecamatan Talangpadang Tanggamus, yang
bertujuan untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada proses Manjau maju dalam
acara perkawinan masyarakat Lampung Saibatin di Desa Negeri Agung Kecamatan
Talangpadang, Kabupaten Tanggamus. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara,
observasi, dokumentasi dan studi pustaka, dengan teknik analisis data kualitatif.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan teknik pengumpulan data dan teknik
analisis data yang peneliti lakukan, Manjau maju di Desa Negeri Agung Kecamatan
Talangpadang Tanggamus mengalami beberapa perubahan pada prosesnya. Dapat
disimpulkan bahwa pada pelaksanaannya, Manjau maju dalam acara perkawinan
Masyarakat Lampung Saibatin di Desa Negeri Agung Kecamatan Talangpadang
Tanggamus terjadi perubahan pada proses persiapan Manjau maju seperti pada proses
Ngekuk maju dan pada proses penetuan tempat dan pelaksanaannya.
Key word : Perkawinan, Manjau maju, Masyarakat Lampung Saibatin
Oleh :
ABSTRAK
TRADISI MANJAU MAJU DALAM ACARA PERKAWINAN MASYARAKAT LAMPUNG SAIBATIN DI DESA
NEGERI AGUNG KECAMATAN TALANGPADANG
TANGGAMUS
TRADISI MANJAU MAJU DALAM ACARA PERKAWINAN
MASYARAKAT LAMPUNG SAIBATIN DI DESA
NEGERI AGUNG KECAMATAN
TALANG PADANG
TANGGAMUS
Oleh
Andi Wahyudi
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Sejarah
Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Talangpadang Kabupaten Tanggamus
pada tanggal 10 Juni 1994 merupakan anak Pertama dari dua
bersaudara dari pasangan A.Wahid Has,SPd dan Sundari,S.Pd.
Penulis memulai pendidikan dasar di TK PGRI Kecamatan
Talang Padang Kabupaten Tanggamus. Lalu penulis
melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1
Sinar Semendo Kecamatan Talangpadang Kabupaten Tanggamus pada Tahun
2006, setelah itu penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama di Sekolah
Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Talang Padang Kecamatan Talang Padang
Kabupaten Tanggamus dan selesai pada Tahun 2009. Kemudian penulis
melanjutkan pendidikan menengah atas di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri
1 TalangPadang Kecamatan Talangpadang Kabupaten Tanggamus dan selesai
pada Tahun 2012.
Pada Tahun 2012 penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Program Studi
Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Tahun 2015 penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP
Negeri 1 Bulok dan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Pekon Banjar
Masin Kecamatan Bulok Kabupaten Tanggamus. Selama menjadi mahasiswa,
penulis aktif diberbagai organisasi kemahasiswaan kampus, Organisasi FOKMA
sejarah sebagai sekbid bidang sosmas pada periode 2013-2014, sebagai anggota
bidang pendidikan pada periode 2014-2015, Baramuda Himapis 2012-2013 dan
tercatat sebagai anggota pada staff litbang.
MOTTO
Tidak takut salah, tidak takut
kalah, tidak takut mati.
Takut mati jangan hidup, takut
hidup matilah saja.
(Paskibra Indonesia)
Ditanya mengapa tidak menyerah ?
Ku jawab aku tidak berbakat.
(Saadillah Agung)
Persembahan
Dengan rasa syukur dan kerendahan hati, Sebagai ungkapan terima kasih kupersembahkan
lembaran-lembaran sederhana ini untuk orang-orang terkasihku :
Ibuku Sundari, S.Pd, perempuan luar biasa yang ada dihidupku yang telah mendidik dan
membesarkan dengan penuh kasih sayang serta tiada henti-hentinya berdo’a untuk
keberhasilan serta kesuksesan anak-anaknya, Semoga butir-butir air mata dan tetesan
keringatmu terwujud sebagai kebahagian dan keberhasilanku.
Bapakku A.Wahid Has, S.Pd, terima kasih telah menjadi bapak terbaik untuk anak-
anaknya, semoga butir-butir air mata dan tetesan keringatmu terwujud sebagai kebahagian
dan keberhasilanku.
SANWACANA
Assalamualaikum Wr.Wb.
Dengan segala bentuk kerendahan hati, penantian panjang dan perjuangan demi
sebuah harapan dan tanggung jawab untuk mengemban amanah dari orang-orang
yang selalu merindukan keberhasilanku, maka tidak ada kata yang pantas yang
patut penulis ucapkan kecuali ucapan rasa syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan sebuah karya tulis ini, yang berjudul “Tradisi Manjau Maju dalam
Perkawinan Masyarakat Lampung Saibatin Di Desa Negeri Agung Kecamatan
Talangpadang Tanggamus.” penulis selesaikan sebagai salah satu syarat untuk
meraih gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung.
Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, motivasi, bimbingan,
dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
yang setulusnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Sunyono, M.Si, Wakil Dekan I Bidang Akademik Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
3. Bapak Drs. Supriyadi, M.Pd, Wakil Dekan II Bidang Keuangan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
4. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si. Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
5. Bapak Drs. Tedi Rusman, M.Si. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung.
6. Bapak Henry Susanto, S.S, M.Hum. Ketua Program Studi Pendidikan
Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
sekaligus pembimbing akademik (PA) dan pembimbing I terimakasih atas
dukungan, masukan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
7. Ibu Sri Ekwandari, S.Pd, M.Hum. Pembimbing II skripsi yang dengan
ikhlas dan senantiasa sabar membimbing, mengarahkan, dan memotivasi
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
8. Bapak Muhammad Basri, S.Pd, M.Pd. Pembahas skripsi terimakasih atas
dukungan, masukan dan saran dalam penyusunan skripsi ini,
9. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung yang telah membimbing penulis selama menjadi
mahasiswa di Program Studi Pendidikan Sejarah.
10. Teman sekaligus keluarga Andalucia (Ody Iqbal, Sudiro Harsuno, Deni
Satria, Bahtiar Afwan, Land Roma N. S, Andi Novrianto, Dwi Santoso,
Rendy Wahyudi, Hayatun Maya) dan Tri Putra (Enggal Dona Martyn,
Aryan Sugara, Agus Mastrianto, M. Nur Rohim, I Wayan Chandra, Ridho
Wilian Tama, Okta Dharma Yudha). Teman-teman seperjuangan angkatan
2012 yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih untuk
kekeluargaan dan kebersamaan selama ini.
11. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi.
Semoga amal ibadah dan ketulusan hati kalian semua mendapat imbalan dari
Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Amin.
Bandar Lampung, Desember 2019
Penulis,
Andi Wahyudi
NPM 1213033005
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .................................................................................................. i
DAFTAR TABEL .............................................................................. .........iii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... iv
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2. Identifikasi Masalah ........................................................................... 4
1.3. Batasan Masalah ................................................................................ 4
1.4. Rumusan Masalah .............................................................................. 4
1.5. Tujuan Penelitian ............................................................................... 5
1.6. Kegunaan Penelitian .......................................................................... 5
1.7. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 5
REFERENSI
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka ................................................................................. 7
2.1.1. Konsep Budaya .......................................................................... 7
2.1.2. Konsep Tradisi ........................................................................... 8
2.1.3. Konsep Perkawinan .................................................................... 9
2.1.4. Konsep Manjau Maju dalam Perkawinan Masyarakat Adat
Lampung Saibatin Desa Negeri Agung ...................................... 11
2.1.5. Konsep Masyarakat Adat ........................................................... 12
2.1.6. Konsep Perubahan ...................................................................... 13
2.2 Kerangka Pikir .................................................................................... 14
2.3 Paradigma ........................................................................................... 16
REFERENSI
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 18
3.2. Metode yang Digunakan .................................................................... 18
3.3. Variabel yang Digunakan .................................................................. 19
3.3.1. Definisi Operasional ................................................................ 19
3.3.2. Teknik Penentuan Informan ..................................................... 20
3.4. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 21
3.4.1. Wawancara ............................................................................... 22
3.4.2. Observasi.................................................................................. 24
3.4.3. Dokumetasi .............................................................................. 25
3.4.4. Kepustakaan ............................................................................. 25
3.5. Teknik Analisis Data .......................................................................... 26
3.5.1. Reduksi Data ............................................................................ 26
3.5.2. Penyajian Data ......................................................................... 27
ii
3.5.3. Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan ..................................... 28
REFERENSI
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umun Tempat Penelitian
........................................................................................33
4.1.4. Mata Pencaharian ....................................................................33
4.1.5. Jumlah Penduduk ....................................................................34
4.1.6. Luas Kecamatan ......................................................................38
4.1.7. Banyak Dusun Menurut Pekon ...............................................39
4.1.8. Struktu Organisasi ...................................................................41
4.2. Hasil Penelitian .................................................................................41
4.2.1. Manjau Maju ...........................................................................42
4.2.2. Prose Manjau Maju .................................................................42
4.2.2.1. Persiapan Manjau Maju ..............................................42
4.2.2.2. Pelaksanaan Manjau Maju .........................................43
4.2.2.3. Penyelesaian Manjau Maju ........................................45
4.3. Pembahasan .......................................................................................46
4.3.1. Persiapan .................................................................................47
4.3.2. Pelaksanaan .............................................................................48
4.3.3. Penyelesaian ............................................................................50
REFERENSI
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan .......................................................................................52
5.2. Saran .................................................................................................53
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
.................................................31
4.1.1. Sejarah Singkat Kecamatan Talangpadang .........................31
4.1.2. Letak dan Batas Administrasi .................................................32
4.1.3. Iklim
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ............................. 34
Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur ......................... 35
Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan .................................. 35
Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama/Kepercayaan .................. 36
Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan ........................... 37
Tabel 6. Luas Kecamatan Talangpadang Menurut Pekon .......................... 38
Tabel 7. Banyaknya Dusun, RW, RT, dan Rumah Tangga per Pekon di
Kecamatan Talangpadang ............................................................. 39
iv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Penelitian
2. Pedoman Wawancara
3. Daftar Pertanyaan
4. Hasil Wawancara
5. Foto Hidangan Acara Manjau maju
6. Foto Pengantin Manjau maju
7. Foto Wawancara
1.1. Latar Belakang
Indonesia adalah Negara yang mempunyai penduduk sebanyak 270.054.853
(Badan Pusat Statistik, 2018). Dilihat dari banyaknya jumlah penduduk Indonesia
yang telah disebutkan di atas, maka tak heran apabila Indonesia mempunyai
banyak keanekaragaman budaya, bahasa maupun adat istiadat. Hal tersebut
dikarenakan keadaan geografis Indonesia yang terdiri dari 17.000 gugusan pulau,
mulai dari kota Sabang sebelah barat, sampai kota Merauke di sebelah timur Irian
Jaya.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh
sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Keragaman
kebudayaan itu terjadi karena adanya perbedaan dalam penafsiran terhadap unsur-
unsur kebudayaan (Koentjaraningrat,1977:12). Unsur-unsur kebudayaan yang
dimaksud yaitu unsur bahasa, sistem pengetahuan, sistem teknologi dan peralatan,
sistem kesenian, sistem mata pencaharian hidup, sistem religi, serta sistem
kekerabatan dan organisasi kemasyarakatan.Sistem kekerabatan dapat dilihat dari
hubungan darah maupun perkawinan.
I. PENDAHULUAN
2
Perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang
membentuk hubungan kekerabatan dan yang merupakan suatu pranata dalam
budaya setempat yang meresmikan hubungan antar pribadi yang biasanya intim
dan seksual (Kuzari, 1995:27). Perkawinan umumnya dimulai dan diresmikan
dengan upacara pernikahan dan dijalani dengan maksud untuk membentuk
keluarga. Tergantung budaya setempat bentuk perkawinan bisa berbeda-beda dan
tujuannya bisa berbeda-beda juga, dalam hal ini setiap daerah yang ada di
Indonesia memiliki budaya perkawinannya sendiri. Perkawinan adalah salah satu
peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat adat, sebab
perkawinan bukan hanya menyangkut kedua mempelai, tetapi juga orang tua
kedua belah pihak, saudara-saudaranya, bahkan keluarga mereka masing-masing.
Dalam hukum adat perkawinan itu bukan hanya merupakan peristiwa penting bagi
mereka yang masih hidup saja. Tetapi perkawinan juga merupakan peristiwa yang
sangat berarti serta yang sepenuhnya mendapat perhatian dan diikuti oleh arwah-
arwah para leluhur kedua belah pihak.
Penduduk asli Lampung memiliki dua masyarakat adat atau ruwa jurai, yakni
jurai Pepadun dan jurai Saibatin. Orang Lampung jurai Pepadun pada umumnya
bermukim di sepanjang aliran sungai yang bermuara ke laut Jawa dan orang
Lampung jurai Saibatin bermukim di pesisir pantai dan di sepanjang aliran sungai
yang bermuara ke Samudera Indonesia, ciri lainnya dari orang Lampung Jurai
Pepadun yaitu masyarakatnya menggunakan bahasa dialek “NYO” atau berlogat
“O” Sedangkan orang Lampung Jurai Saibatin masyarakatnya menggunakan
dialek bahasa “API” atau berlogat “A”. Maka dari itu budaya perkawinan adat
Lampung terbagi menjadi dua bagian, yakni budaya perkawinan adat Pepadun
3
dan budaya perkawinan adat Saibatin. Orang Lampung Pepadun hanya memiliki
bentuk perkawinan bejujogh sedangkan Saibatin memiliki bentuk perkawinan
bejujogh dan semanda ( Hadikusuma dalam Ali Imron, 2009:48).
Desa Negeri Agung yang sebagian besar adalah jurai Saibatin menganut bentuk
perkawinan bejujogh dan semanda, dalam pelaksanaan perkawinan baik dari
bentuk bejujogh maupun semanda terdapat proses-proses yang harus dilakukan
salah satunya yaitu Manjau maju. Pada dasarnya Manjau maju merupakan sebuah
proses perkawinan dalam adat lampung saibatin khususnya di Desa Negeri Agung
yang di adakan karena rasa senang dari pihak keluarga pria dan bertujuan untuk
mengenalkan pengantin wanita kepada keluarga sebatin dari pihak pria serta
masyarakat lingkungan rumah pengantin pria, penerapan Manjau maju di Desa
Negeri Agung hingga sekarang masih melakukan tradisi Manjau maju ini, hanya
saja pelaksanaannya bersifat tidak menentu ada kalanya dilakukan sebelum akad
dan tidak jarang juga dilakukan setelah akad. Penentuan tempatnya pun juga
masih bersifat tidak menentu, terkadang dilakukan pelaksaan di tempat pengantin
pria, ada juga yang dilakukan di tempat pengantin wanita dan tidak sedikit juga
yang melaksanakan di tempat kedua belah pihak, yang berarti terdapat perubahan
dalam pelaksanaan Manjau maju di Desa Negeri Agung. Oleh karena itu penulis
tertarik untuk meneliti proses tradisi Manjau maju di Desa Negeri Agung
Kecamatan Talangpadang Kabupaten Tanggamus.
4
Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan di atas terdapat beberapa
permasalahan yang timbul, oleh karena itu penulis mengidentifikasi masalah
sebagai berikut :
a. Adakah perubahan pada proses pelaksanaan Manjau maju dalam acara
perkawinan masyarakat Lampung Saibatin Desa Negeri Agung, Kecamatan
Talangpadang, Kabupaten Tanggamus.
b. Apa makna dari tradisi Manjau maju dalam acara perkawinan masyarakat
Lampung Saibatin di Desa Negeri Agung, Kecamatan Talangpadang,
Kabupaten Tanggamus.
c. Apa fungsi dari tradisi Manjau maju dalam acara perkawinan masyarakat
Lampung Saibatin Desa Negeri Agung, Kecamatan Talangpadang, Kabupaten
Tanggamus.
Berdasarkan identifikasi masalah di atas penulis membatasi masalah pada
perubahan proses pelaksanaan tradisi Manjau maju dalam acara perkawinan
masyarakat Lampung Saibatin di Desa Negeri Agung, Kecamatan Talangpadang,
Kabupaten Tanggamus.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah “Perubahan apa sajakah yang terjadi padaproses Manjau
maju dalam acara perkawinan masyarakat Lampung Saibatin di Desa Negeri
Agung, Kecamatan Talangpadang, Kabupaten Tanggamus.
1.2. Identifikasi Masalah
1.3. Batasan Masalah
1.4. Rumusan Masalah
5
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apa saja perubahan yang terjadi pada proses Manjau maju dalam
acara perkawinan masyarakat Lampung Saibatin di Desa Negeri Agung
Kecamatan Talangpadang, Kabupaten Tanggamus.
a. Dapat memberikan sumbangan pengetahuan yang bermanfaat dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu sosial dan budaya.
b. Dapat mengetahui perubahan apa saja yang terjadi pada proses tradisi Manjau
maju di Desa Negeri Agung.
c. Memberikan referensi bagi peneliti selanjutnya yang tertarik pada topik yang
diteliti oleh penulis.
Ruang lingkup dalam penelitian ini dibagi menjadi beberapa bagian yaitu :
a. Subjek Penelitian : Masyarakat Lampung Saibatin di Desa NegeriAgung,
Kecamatan Talangpadang, KabupatenTanggamus.
b. Objek Penelitian : Manjau maju
c. Tempat Penelitian : Desa Negeri Agung, Kecamatan Talangpadang,
KabupatenTanggamus.
d. Waktu Penelitian : Tahun 2019
e. Bidang Ilmu : Antropologi Budaya
1.5. Tujuan Penelitian
1.6. Kegunaan Penelitian
1.7. Ruang Lingkup Penelitian
REFERENSI
Koentjaraningrat. 1977. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta : PT. Dian
Rakyat. Hlm. 12
Kuzari, Achmad. 1995. Nikah Sebagai Perikatan. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada. Hlm. 27
Imron, Ali. 2005. Pola Perkawinan Saibatin. Lampung : Universitas Lampung.
Hlm. 48
Sumber Lain
Badan Pusat Statistik Tahun 2018.
2.1. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu untuk menyeleksi
masalah masalah yang akan dijadikan topik penelitian. Dalam tinjauan pustaka ini
yang akan dicari teori atau konsep-konsep atau generasi-generasi yang akan
dijadikan ladasan teoritis bagi penelitian yang akan dilakukan. Adapun tinjauan
pustaka dalam penelitian ini adalah:
2.1.1. Konsep Budaya
Menurut Koentjaraningrat (2009:146) kata “kebudayaan” berasal dari kata
Sansekerta budhayah, yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti “budi” atau
“akal”. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan “hal-hal yang bersangkutan
dengan akal”. Sedangkan “budaya” merupakan perkembangan majemuk dari
“budi daya” yang berarti “daya dari budi”sehingga dibedakan antara “budaya”
yang berarti “daya dari budi” yang berupa cipta, karsa dan rasa dengan
“kebudayaan” yang berarti hasil dari cipta, karsa, dan rasa. Sedangkan menurut
Ratnapalan (2017:131), kebudayaan adalah kompleks yang mencakup
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan lain
II. TINJAUAN PUSTAKA
8
kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh
manusia sebagai anggota masyarakat.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kebudayaan adalah
hasil cipta, karsa dan rasa manusia yang bersumber dari akal pikiran manusia yang
didalamnya mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat, dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang
didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
2.1.2. Konsep Tradisi
Menurut Mardimin, tradisi adalah kebiasaan yang turun temurun dalam suatu
masyarakat dan merupakan kebiasaan kolektif dan kesadaran kolektif sebuah
masyarakat (Johanes Mardimin, 1994:12). Menurut Soerjono Soekanto, tradisi
adalah perbuatan yang dilakukan berulang-ulang di dalam bentuk yang sama
(Soerjono Soekanto, 1990:17). Lebih lanjut menurut Harapandi Dahri, tradisi
adalah suatu kebiasaan yang teraplikasikan secara terus menerus dengan berbagai
simbol dan aturan yang berlaku pada sebuah komunitas (Harapandi Dahri,
2009:76). Berdasarkan pengertian konsep di atas dapat dijelaskan bahwa tradisi
adalah suatu kebiasaan yang telah dilakukan sejak lama dan telah menjadi bagian
dari kehidupan suatu kelompok masyarakat.
Pada masyarakat Indonesia masih terdapat berbagai macam tradisi yang masih
dilaksanakan dengan baik maupun yang sudah hilang, misalnya tradisi tolak bala,
tradisi lebaran, serta tradisi dalam perkawinan. Tradisi-tradisi tersebut
mengandung nilai-nilai budaya dan moral yang memiliki tujuan baik.
9
Tradisi adalah segala sesuatu (seperti adat, kepercayaan,kebiasaan, ajaran, dan
sebagainya) yang turun temurun dari nenek moyang. (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 1984). Hal yang sama juga diungkapkan oleh Bedudu, yang
menyatakan bahwa tradisi adalah adat kebiasaan yang dilakukan secara turun
temurun dan masih dilaksanakan pada masyarakat yang ada (J.S, Bedudu.
2003:349). Salah satu dari sekian banyak tradisi tersebut adalah tradisi Manjau
maju.Tradisi Manjau maju ini adalah sebuah kegiatan yang dilakukan untuk
memeperkenalkan pengantin wanita kepada masyarakat yang berada di
lingkungan pengantin pria.
2.1.3.Konsep Perkawinan
Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia
memiliki dan senantiasa menggunakan adat-istiadat dan norma-norma
pelaksanaan upacara yang telah berlaku di dalam masyarakat pendukungnya.
Adapun yang dimaksud dengan pelaksanaan adat perkawinan ialah segala adat
kebiasaan yang dilazimkan dalam suatu masyarakat untuk mengatur masalah-
masalah yang berhubungan dengan perkawinan yang direalisasikan dalam bentuk
kegiatan-kegiatan dalam usaha mematangkan, melaksanakan dan menetapkan
jalannya suatu perkawinan (Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi IV:2016).
Untuk melaksanakan perkawinan yang sesuai dengan adat perkawinan diperlukan
kesiapan lahir maupun batin, agar tujuan dari kehidupan berumah tangga dapat
diwujudkan secara nyata terutama keharmonisan bagi pasangan pengantin
tersebut. Perkawinan merupakan ikatan perjanjian hukum antara pribadi yang
membentuk hubungan kekerabatan dan yang merupakan suatu pranata dalam
10
budaya setempat yang meresmikan hubungan antara pribadi yang biasanya intim
dan seksual. Perkawinan umumnya dimulai dan diresmikan dengan upacara
pernikahan, umumnya perkawinan di jalani dengan maksud untuk membentuk
keluarga.Tergantung budaya setempat perkawinan bisa berbeda-beda dan
tujuannya bisaberbeda-beda juga, tapi umumnya perkawinan itu ekslusif dan
mengenal konsep perselingkuhan sebagai pelanggaran terhadap perkawinan.
Perkawinan sebagai hubungan antara pria dan wanita yang diakui dalam
masyarakat yang melibatkan hubungan seksual, adanya penguasaan dan hak
mengasuh anak, dan saling mengetahui tugas masing-masing sebagai suami istri.
Menurut Undang Undang Perkawinan Pasal 1 No. 1 Tahun 1974 bahwa
perkawinan merupakan suatu ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.Perkawinan merupakan sebagai sebuah
hubungan antara dua orang yang berbeda jenis kelamin dan dikenal dengan suami
istri, dalam hubungan tersebut terdapat peran serta tanggung jawab dari suami dan
istri yang didalamnya terdapat unsur keintiman, pertemanan, persahabatan, kasih
sayang, pemenuhan seksual, dan menjadi orang tua. Hilman Hadikusuma dalam
bukunya yang berjudul “Hukum Perkawinan Adat”,menyatakan : Hukum adat
perkawinan adalah hukum masyarakat (hukum rakyat) yang tidak tertulis dalam
bentuk perundang-undangan negara yang mengatur tata tertib perkawinan. Jika
terjadi pelanggaran terhadap hukum perundang-undangan maka yang mengadili
adalah pengadilan agama atau pengadilan negeri, sedang jika terjadi pelanggaran
terhadap hukum adat maka yang mengadili dalam arti menyelesaikan masalah
peradilan adat (peradilan masyarakat keluarga atau kerabat yang bersangkutan)
11
(Hilman Hadikusuma, 1995:132). Sehubungan dengan hukum adat yang berlaku
dalam lingkungan masyarakat maka perlu kiranya memahami azas-azas
perkawinan menurut hukum adat (Undang-Undang No. 1/1974) sebagai berikut :
1. Perkawinan bertujuan membentuk keluarga, rumah tangga danhubungan
kekerabatan yang rukun dan damai, bahagia dan kekal.
2. Perkawinan tidak saja harus sah dilakukan menurut hukum agama atau
kepercayaan tetapi juga harus mendapat pengakuan dari anggota kerabat.
3. Perkawinan dapat dilakukan olehh seorang pria dengan beberapa orang
wanita sebagai istri yang kedudukannya masing-masing ditentukan
menurut hukum adat setempat.
4. Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan orang tua dan anggota
kerabat masyarakat adat dapat menolak kedudukan suami istri yang tidak
diakui oleh masyarakat adat.
5. Perkawinan dapat dilakukan oleh pria dan wanita yang belum cukup umur
atau masih anak-anak. Begitu pula walaupun sudah cuukup umur
perkawinan harus berdasarkan izin orang tua.
6. Perceraian ada yang diperbolehkan dan ada yang tidak diperbolehkan.
Perceraian antara suami istri dapat berakibat pecahnya hubungan
kekerabatan antara kedua belah pihak.
7. Keseimbangan kedudukan antara suami dan istri-istriberdasarkan
ketentuan adat yang berlaku, ada istri yang berkedudukan sebagai ibu
rumah tangga dan ada istri yang berkedudukan bukan sebagai ibu rumah
tangga (Hilman Hadikusuma,1995:158).
Berdasarkan uraian diatas dapat kita jelaskan bahwa perkawinan menurut hukum
adat merupakan ikatan antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami
istridimana dalam ikatan tersebut melibatkan pihak keluarga dan kerabat yang
bersangkutan diharapkan dari perkawinan itu akan dapat keturunan yang mengikat
kedua belah pihak.
2.1.4. Konsep Manjau Majudalam Perkawinan Masyarakat Adat Lampung
Saibatin Desa Negeri Agung
Manjau maju terdiri dari dua suku kata yaitu manjau yang berarti menjenguk atau
menengok dan maju yang berarti pengantin. Maka dari itu Manjau maju di artikan
sebagai alat dan wadah untuk memberikan waktu kepada masyarakat sekitar maju
12
( pengantin ) untuk mengenal maju ( pengantin ) yang sebentar lagi akan tinggal
dan berbaur dengan masyarakat di lingkungan sekitar pengantin, Manjau maju
dalam hal ini diistilahkan sebagai pengantin yang belum menikah/segera menikah
(Wawancara dengan Sebatin, Bapak I.Z Efwan pada tanggal 13 Juli 2019).
Lebih menjurus lagi Manjau maju adalah tradisi yang merupakan salah satu
rangkaian dalam proses perkawinan adat masyarakat asli Lampung. Dalam hal ini
Manjau maju merupakan salah satu proses penting yang harus dilakukan dalam
perkawinan adat masyarakat asli Lampung, karena Manjau maju bertujuan untuk
mengenalkan pengantin ke lingkungan sekitar agar mudah berbaur dalam
menjalani kehidupan bermasyarakat.Pelaksanaannya sendiri dilakukan pada
malam hari yang bertempat di rumah dari pengantin pria dan di hadiri oleh ibu-ibu
di lingkungan sekitar pengantin pria.
2.1.5. Konsep Masyarakat Adat
Menurut konvensi International Labour Organization (ILO; 1989) masyarakat
adat adalah masyarakat yang berdiam di Negara-Negara Merdeka di mana kondisi
sosial, kultural dan ekonominya membedakan mereka dari bagian-bagian
masyarakat lain di negara tersebut dan statusnya diatur baik seluruh maupun
sebagian oleh masyarakat adat dan tradisis masyarakat tersebut atau dengan
payung hukum dan atau pengaturan khusus.
Sementara itu dalam dokumen Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN;
1982), disebutkan bahwa masyarakat adat adalah komunitas yang memiliki asal-
usul leluhur yang hidup di wilayah geografis tertentu, serta memiliki system nilai,
13
ideologi, ekonomi, politik, budaya, dan sosial yang khas. Selain itu juga peraturan
Menteri Agraria/Kepala BPN No. 5 (1999), menyebutkan bahwa masyarakat adat
adalah sekelompok orang yang terikat oleh tatanan hukum adatnya sebagai warga
bersama suatu persekutuan hukum karena kesamaan tempat tinggal maupun atas
dasar keturunan. Sedangkan definisi yang diberikan oleh United Nations
Economic and Social Council (dalam Keraf, 2010) “Masyarakat adat adalah suku-
suku dan bangsa yang karena mempunyai kelanjutan historis dengan masyarakat
sebelum masuknya penjajah di wilayahnya, menganggap dirinya berbeda dari
kelompok masyarakat lain yang hidup di wilayah mereka”.
Masyarakat hukum adat menurut UU No.32/2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, BAB I Pasal 1 butir 31 adalah:Masyarakat Adat
adalah sekelompok orang yang hidup secara turun temurun di wilayah geografis
tertentu, memiliki asal usul leluhur dan/atau kesamaan tempat tinggal, identitas
budaya, hukum adat, hubungan yang kuat dengan tanah dan lingkungan hidup,
serta sistem nilai yang menentukan pranata ekonomi, politik, sosial, budaya, dan
hukum.
2.1.6. Konsep Perubahan
Pada dasanya masyarakat diklasifikasikan dalam dua bentuk yaitu masyarakat
yang dinamis dan masyarakat yang statis.Masyarakat yang statis adalah
masyarakat yang mengalami perubahan sedikit sekali dan berjalan lambat,
sedangkan masyarakat yang dinamis adalah masyarakat yang mengalami
perubahan dengan cepat. Proses perubahan dalam kehidupan masyarakat selalu
14
terjadi baik perubahan fisik maupun non fisik. Hal ini selaras dengan sifat
masyarakat yang dinamis.
Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa : Perubahan non fisik dalam
masyarakat dapat mengenai nlai-nilai sosial, pola-pola prilakuan organisasi,
susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan
dan kewenangan, interaksi sosial. (Soekanto, 1982: 303 ) Menurut Abdul Syani,
Perubahan adalah suatu proses yang mengakibatkan keadaan sekarang berbeda
dengan keadaan sebelumnya, perubhan bisa berupa kemunduran dan bisa berupa
kemajuan. (Syani, 1995:83). Perubahan terjadi pada suatu kebudayaan, karena
masyarakat sebagai pendukung dari kebudayaan itu akan meninggalkan hal-hal
dari kebudayaan yang sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan sekarang.
2.2. Kerangka Pikir
Tradisi dalam perkawinan adalah salah satu dari kekayaan budaya yang ada dalam
masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Lampung.Masyarakat Lampung
mempunyai dua suku adat, yakni masyarakat Lampung Saibatin dan masyarakat
adat Pepadun.Masyarakat adat Lampungdalam hal ini yang diangkat oleh penulis
khususnya masyarakat Saibatin, terutama yang ada di Desa Negeri Agung
Kecamatan Talangpadang masih menjunjung tinggi tradisi yang masih dipegang
teguh dari dahulu hingga sekarang. Seperti merayakan perkawinan yang
merupakan momen bahagia dalam kehidupan seseorang, baik dari pasangan
pengantin hingga kedua belah pihak, dalam menyambut akad perkawinan yang
akan dilakukan, masyarakat tersebut melakukan tradisi sebelum perkawinan
dilaksanakan yang biasa disebut dengan Manjau maju.
15
Masyarakat Talangpadang melaksanakan tradisi Manjau maj uuntuk mengenalkan
calon pengantin wanita kepada lingkungan baru dan merupakan ajang
silahturahmi antar keluarga sebatin yang sekaligus menujukkan rasa bahagaia atas
perkawinan yang akan berlangsung, dalam hal ini di lingkungan keluarga
mempelai pria, dalam rangka bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungan
keluarga dan kerabat mempelai pria agar sesegera mungkin setelah menjalani
kehidupan dalam perkawinan, memudahkan si-wanita tersebut dalam berbaur dan
menjalin kehidupan bermasyarakat di lingkungan baru tersebut dengan baik
kedepannya. Pelaksanaan tradisi Manjau maju yang masih dijalankan oleh
masyarakat Talangpadang tersebut membuktikan bahwa mereka masih
menjalankan dan memegang teguh nilai-nilai tradisi pada kehidupan mereka
namun terdapat beberapa perubahan dalam proses Manjau maju di Desa Negeri
Agung Kecamatan Talangpadang Tanggamus
16
2.3. Paradigma
Keterangan :
: (Garis Keterangan)
: (Garis Perubahan)
PERKAWINAN MASYARAKAT
LAMPUNG SAIBATIN DI DESA
NEGERI AGUNG
PROSESMANJAU MAJU
PERSIAPAN PELAKSANAAN PENUTUPAN
PERUBAHAN
REFERENSI
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta.
Hlm.146
Johanes Mardimin. 1994. Jangan Tangisi Tradisi. Yogyakarta : Kanisius. Hlm.
12.
Soekanto, Soejono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada. Hlm. 17
Harapandi Dahri. 2009. Tabot Jejak Cinta Keluarga Nabi di Bengkulu. Jakarta :
Citra. Hlm. 76
J.S. Badudu. 2003. Kamus Kata-Kata Serapan Asing. Jakarta : Kompas. Hlm. 349
Hadikusuma, Hilman. 1995. Hukum Perkawinan Adat. Bandung : Citra Aditya
Bakti. Hlm. 132
Ibid Hlm. 158
Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Hukum dalam Masyarakat. Jakarta : CV.
Rajawali. Hlm. 303
Abdul, Syani. 1995. Sosiologi dan Perubahan Masyarakat. Bandar Lampung :
Pustaka Jaya. Hlm. 83
Sumber Lain:
Ratnapalan, L .2017. E. B. Tylor and the Problem of Primitive Culture.Journal
History and Anthropology. Vol. 19 No. 2 p. 131-142
doi.org/10.1080/02757200802320934 (diaskses pada 24 November 2019)
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi IV : 2016
UU No.32/2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Undang Undang Perkawinan Pasal 1 No. 1 Tahun 1974
3.1.Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi yang menjadi fokus penelitian adalah Desa Negeri Agung Kecamatan
Talangpadang Kabupaten Tanggamus. Waktu penelitian yang dilakukan pada
bulan Juni hingga bulan Juli 2019.
3.2. Metode yang Digunakan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu
merupakan suatu metode yang berusaha menggambarkan suatu masalah yang
menjadi objek dalam penelitian. Penelitian deskriptif tertuju pada pemecahan
masalah yang ada pada masa sekarang, karena banyak penelitian maka metode
deskriptif merupakan istilah umum yang mencakup berbagai teknik deskriptif
antara lain metode dengan teknik wawancara, teknik dokumentasi dan teknik
observasi (Nawawi, 1995:53). Metode deskriptif ini merupakan suatu deskriptif
dan analisa tentang suatu masyarakat yang didasarkan pada penelitian lapangan.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat diartikan bahwa metode deskriptif
adalah metode yang memaparkan secara keseluruhan rangkaian tentang objek
yang akan diteliti. Dalam penelitian ini objek yang akan diteliti adalah Tradisi
III. METODOLOGI PENELITIAN
19
Manjau maju dalam upacara perkawinan masyarakat adat Lampung Saibatin di
Desa Negeri Agung Kecamatan Talangpadang Kabupaten Tanggamus.
Variabel adalah konsep yang mempunyai variasi nilai. Variabel juga dapat
diartikan sebagai pengelompokan yang logis dari dua atau lebih atribut (S.
Margono, 1996:181). Variabel menunjukkan pada gejala, karakteristik, atau
keadaan yang kemunculannya berbeda-beda pada setiap subjek (Mohammad Ali,
1985:91). Variabel sendiri diartikan sebagai konsep yang mempunyai bermacam-
macam nilai. Variabel-variabelilmu-ilmu sosial berasal dari suatu konsep yang
perlu diperlukan dan diubah bentuknya sehingga dapat diukur dan
dipergunakansecara operasional (Mohammad Natzir, 2005:122).
Berdasarkan pengertian variabel di atas maka variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah proses Manjau maju dalam upacara perkawinan adat
Lampung Saibatin di Desa Negeri Agung Kecamatan Talangpadang Kabupaten
Tanggamus.
3.3.1. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah salah satu bagian dalam penelitian yang
mendefinisikan sebuah konsep atau variabel agar dapat diukur secara ilmiah,
dengan cara melihat pada indikator dari suatu konsep atau variabel. Indikator
dapat berupa: perilaku, aspek, sifat atau karakteristik (Juliansyah, 2011:97).
Menurut Sumadi, definisi operasional variabel adalah definisi yang didasarkan
atas sifat-sifat hal yang dapat diamati (Sumadi, 2012:29). Dengan demikian dapat
3.3.Variabel yang digunakan
20
dinyatakan bahwa definisi operasional variabel adalah definisi yang dapat
memberi arti sebuah kegiatan, sehingga objek yang diamati dapat diteliti dan
diukur secara jelas.
Penelitian ini, penulis merumuskan definisi operasional variabel proses Manjau
maju dalam upacara perkawinan adat Lampung Saibatin di Desa Negeri Agung
Kecamatan Talangpadang Kabupaten Tanggamus.
3.3.2. Teknik Penentuan Informan
Informan adalah sejumlah orang yang memberikan respon atau tanggapan
terhadap apa yang diminta atau ditentukan oleh peneliti. Informan adalah pelaku
yang ikut menentukan berhasil atau tidaknya sebuah penelitian berdasarkan
informasi yang diberikan (Imam Suprayogo, 2001:163).
Penentuan untuk menjadi informan suatu penelitian harus memiliki kriteria agar
data dapat diperoleh dengan lebih valid. Kriteria-kriteria tersebut meliputi : subjek
telah lama dan intensif menyatu dengan lokasi penelitian, ditandai oleh
kemampuan memberikan informasi di luar kepala tentang sesuatu yang
ditanyakan seperti :
a. Subjek masih terikat secara penuh dan masih aktif pada lingkungandan
kegiatan yang menjadi sasaran penelitian.
b. Subjek mempunyai cukup informasi yang dibutuhkan oleh sangpeneliti, serta
memiliki banyak waktu atau kesempatannya untuk dimintai informasi
(Spradley, 1990:57).
21
Berdasarkan kriteria yang telah disebutkan di atas, penentuan informan dalam
penelitian ini dilakukan secara purposive, dimana pemilihan informan dipilih
secara sengaja berdasarkan kriteria tersebut. Dalam penelitian ini kriteria
informan yang diambil adalah orang yang terlibat dalam kegiatan Manjau maju.
Selain untuk diwawancarai adalah Ketua adat yang dalam Bahasa Lampung
disebut dengan Sebatin. Berdasarkan keriteria yang telah disebutkan para ahli di
atas, maka yang digunakan untuk memilih informan adalah :
1. Sebatin atau sesepuh adat yang bertugas untukmemberikan informasi tentang
bagaimana Penentuan Pelaksanaan dan Proses Manjau maju dalam Upacara
Perkawinan Adat Lampung Saibatin di Desa Negeri Agung Kecamatan
Talangpadang Kabupaten Tanggamus.
2. Tokoh-tokoh adat Lampung di Desa Negeri Agung Kecamatan Talangpadang
Kabupaten Tanggamus.
3. Masyarakat adat Lampung sebagai obyek penelitian.
3.4. Teknik Pengumupulan Data
Pada penelitian kebudayaan ini teknik pengumpulan data menggunakan teknik
wawancara, observasi, dokumentasi, dan kepustakaan. Informasi-informasi yang
dibutuhkan memaparkan tentang sesuatu hal maupun peristiwa yang termuat
dalam data. Jelas bahwa dalam pengumpulan data memerlukan teknik-teknik
pengumpulan data, sehubungan dengan informasi yang diperlukan pastinya nanti
akan lebih mudah untuk kita mendapatkan. Teknik-teknik tersebut adalah :
22
3.4.1. Wawancara
Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data. Ini merupakan suatu cara
yang digunakan seseorang untuk tujuan suatu tugas tertentu untuk mendapatkan
keterangan atau pendirian secara lisan dari seorang responden, dengan bercakap-
cakap berhadapan maka dengan orang lain atau responden (Koentjaraningrat,
1983:128). Menurut Mohammad Ali, wawancara merupakan salah satu teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab baik
secara langsung maupun tidak langsung dengan sumber data (Mohammad Ali,
1985:91). Wawancara harus dilakukan dengan efektif dengan mempertimbangkan
waktu yang singkat untuk memperoleh data yang maksimal. Teknik wawancara
dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam
adalah proses mencari keterangan untuk tujuan penelitian dan tanya jawab sambil
bertatap muka antara pewawancara dengan informan (Juliansyah Noor, 2012:97).
Dari pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa wawancara adalah teknik
pengumpulan data berupa sebuah tanya jawab yang dapat dilakukan secara
langsung maupun tidak langsung antar penulis dan pihak yang berhubungan
dengan objek yang sedang diteliti secara mendalam.
a. Wawancara terstruktur
Dalam wawancara terstruktur pewawancara menyampaikan beberapa pertanyaan
yang telah disampaikan pewawancara sebelumnya (Nawawi 1993:98).
Wawancara terstruktur adalah proses pencarian data dengan mempersiapkan
pertanyaan yang tersusun dan diajukan kepada informan guna mendapatkan
informasi yang dijadikan sumber penelitian. Dalam wawancara ini peneliti
mewawancarai Ketua adat atau sebatindan masyarakat adat Lampung yang
23
memahami Pelaksanaan dan Proses Manjau maju dalam Upacara Perkawinan
Adat Lampung Saibatin di Desa Negeri Agung Kecamatan Talangpadang
Kabupaten Tanggamus.
Menyusun daftar pertanyaan agar mempermudah penulisan dalam mengingat hal-
hal yang akan ditanyakan kepada informan. Sehingga melalui wawancara
terstruktur informasi yang hendak dicari dapat tersusun dengan baik dan
kemungkinan pertanyaan yang terlewat akan sedikit.
b. Wawancara tidak Terstruktur
Wawancara tidak terstruktur dilakukan pada awal penelitian, karena terkadang
informan memberikan keterangan terkadang muncul jawaban yang tidak terduga
yang tidak akan muncul saat wawancara terstruktur dilakukan, dan hal ini dapat
menambah informasi yang akan penulis teliti. Berdasarkan hal tersebut
wawancara tidak terstruktur dilakukan penulis untuk mendapatkan informasi
secara langsung melalui tanya jawab dengan informan, sehingga mendapatkan
informasi yang lebih mendalam mengenai persepsi masyarakat adat Lampung
mengenai Proses Manjau maju dalam Acara Perkawinan Adat Lampung Saibatin
di Desa Negeri Agung Kecamatan Talangpadang Kabupaten Tanggamus. Dalam
wawancara ini penulis akan mewawancarai ketua adat atau Sebatin, tokoh-tokoh
adat Lampung di Desa Negeri Agung Kecamatan Talangpadang Kabupaten
Tanggamus dan masyarakat adat Lampung yang memahami tentang Pelaksanaan
dan Proses Manjau maju dalam Upacara Perkawinan Adat Lampung Saibatin di
Desa Negeri Agung Kecamatan Talangpadang Kabupaten Tanggamus.
24
3.4.2. Observasi
Menurut Banister, observasi berasal dari Bahasa Latin yang berarti
memperhatikan dan mengikuti. Memperhatikan dan mengikuti berarti mengamati
dengan teliti dan sistematis sasaran perilaku yang dituju. Sasaran yang tampak
itulah yang disebut data atau informasi yang harus diamati dan dicatat secara
langsung keadaanya di lapangan sehingga diperoleh data atau fakta yang
berhubungan dengan masalah yang dikaji (Haris Hardiansyah, 2012:132).
Menurut Supriyati observasi merupakan suatu cara untuk mengumpulkan data
penelitian dengan mempunyai sifat dasar naturalistik yang berlangsung dalam
konteks natural, pelakunya berpartisipasi secara wajar dalam interaksi (Supriyati,
2011:46). Sedangkan observasi menurut Sugiyono adalah teknik pengumpulan
data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain
Observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain
(Sugiyono, 2009:144).
Dari pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa Observasi adalah teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mempelajari dan mengadakan
pengamatan secara langsung untuk mendapatkan bukti-bukti yang dapat
mendukung dan melengkapi hasil penelitian, dalam penelitian ini peneliti akan
melakukan pengamatan atau observasi mengenai Pelaksanaan dan Proses Manjau
maju dalam Acara Perkawinan Adat Lampung Saibatin di Desa Negeri Agung
Kecamatan Talangpadang Kabupaten Tanggamus.
25
3.4.3. Dokumentasi
Teknik dokumenter atau studi dokumenter adalah suatu teknik pengumpulan data
melalui peninggalan tertulis seperti arsip-arsip termasuk buku-buku, pendapat dan
lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian (Margono 2007:159).
Menurut Sugiyono dokumentasi adalah Catatan peristiwa yang sudah berlalu
(Sugiyono, 2009:82). Sedangkan menurut Suharsaputra Dokumentasi merupakan
rekaman kejadian masa lalu yang tertulis atau dicetak mereka dapat berupa catatan
anekdot, surat, buku harian, dan dokumen-dokumen (Suharsaputra 2014:215).
Dari pendapat diatas penulis menyimpulkan bahwa cara pengumpulan data
melalui peninggalan tertulis seperti arsip-arsip disebut teknik dokumentasi.
Pengumpulan data yang akan dilakukan yaitu dengan cara mengadakan pencatatan
dan mengumpulkan data yang diidentifikasikan dari dokumentasi yang ada
kaitannya dengan masalah yang diteliti penulis.
Menurut Koentjaraningrat bahwa, teknik kepustakaan merupakan cara
pengumpulan data dan informan dengan bantuan bermacam-macam material yang
terdapat di ruangan perpustakaan seperti buku, majalah, naskah, dan sebagainya
yang relevan dengan penelitian (Koentjaraningrat, 1983:420). Menurut Sugiyono,
studi kepustakaan berkaitan dengan kajian teoritis dan referensi lain yang
berkaitan dengan nilai, budaya dan norma yang berkembang pada situasi sosial
yang diteliti, selain itu studi kepustakaan sangat penting dalam melakukan
penelitian, hal ini dikarenakan penelitian tidak akan lepas dari literatur-literatur
Ilmiah ( Sugiyono, 2012:291 ). Menurut M. Nazir, studi kepustakaan adalah
3.4.4. Kepustakaan
26
teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-
buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada
hubungannya dengan masalah yang dipecahkan (Nazir,1988: 111).
Berdasarakan pengertian tersebut, maka penelitian tentang proses Manjau maju
dalam Acara Perkawinan Masyarakat Lampung Saibatin di Desa Negeri Agung
Kecamatan Talangpadang Tanggamus menggunakan bermacam-macam material
yang terdapat diruang kepustakaan yang relevan dengan penelitian.
3.5. Teknik Analisis Data
Pada penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis data kualitatif karena
berupa catatan serta pemaknaan terhadap dokumen dan berupa keterangan-
keterangan. Selain itu analisis dengan pendekatan metode kualitatif yang dapat
memberika penjelasan yang nyata dalam kehidupan kita sesuai dengan hal yang
diteliti.Analisis data adalah kegatan analisis mengkategorikan data untuk
mendapatkan pola hubungan, tema, menafsirkan apa yang bermakna, serta
menyampaikan atau melaporkan (Husaini, 2009:41). Untuk menganalisis data
menurut Husaini adalah sebagai berikut.
3.5.1. Reduksi Data
Data dari lapangan kemudian ditulis dalam bentuk Laporan selanjutnya direduksi,
dirangkum, difokuskan kepada hal penting, selanjutya dicari tema dan polanya
atau disusun secara sistematis. Data yang direduksi akan memberikan gambaran
yang tajam tetang hasil pengamatan juga mempermudah penelitian dalam mencari
kembali data yang dibutuhkan. Pada tahap reduksi data ini. Peneliti akan memilah
27
secara teliti data yang dapat dan tidak dapat dijadikan sebagai landasan utama
sebelum disajikan dalam penelitian ini. Langkah-langkah yang digunakan pada
tahap ini sebagai berikut:
a. Mengumpulkan data tentang jumlah masyarakat Desa Negari Agung
Kecamatan Talangpadang khususnya masyarakat Lampung Saibatin.
b. Mengumpulkan informasi tentang pelaksanaan tradisi Manjau maju di Desa
Negeri Agung Kecamatan Talangpadang Kabupaten Tanggamus.
3.5.2. Penyajian Data
Untuk penyajian data dibatasi sebagai sekumpulan informasi tersusun yang
memberikan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Secara
teknis, data yang telah dipilih kemulian diorganisir ke dalam matriks yang akan
disajikan dalam bentuk teks naratif. Penyajian data dilakukan dengan
mendeskripsikan hasil temuan dari kegiatan wawancara terhadap informan
sebagai penunjang data. Langkah-langkah yang digunakan pada tahap ini sebagai
berikut :
a. Mencari informasi tentang pelaksanaan tradisi Manjau maju di desa Negeri
Agung Kecamatan Talangpadang Kabupaten Tanggamus
b. Mendeskripsikan pelaksanaan tradisi Manjau maju dalam perkawinan
masyarakat Lampung Saibatin di Desa Negeri Agung Kecamatan
Talangpadang Kabupaten Tanggamus.
28
3.5.3. Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan
Pada tahapan ini penarikan kesimpulan dilakuka secara cermat dengan melakukan
verifikasi berupa tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan sehingga data yang
ada dapat teruji kebenarannya.Hasil wawancara (data) dari informan kemudian
ditarik kesimpulannya (sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian) sehingga
jelas maknanya. Langkah-langkah yang digunakan pada tahap ini sebagai berikut :
a. Menggabungkan hasil wawancara dengan data yang diperoleh di lapangan
mengenai Pelaksanaan dan Proses Manjau maju dalam Upacara Perkawinan
Adat Lampung Saibatin di Desa Negeri Agung Kecamatan Talangpadang
Kabupaten Tanggamus.
b. Menarik kesimpulan tentang Manjau maju dalam Upacara Perkawinan Adat
Lampung Saibatin di Desa Negeri Agung Kecamatan Talangpadang Kabupaten
Tanggamus.
REFERENSI
Nawawi, Hadari. 1995. Penelitian Terapan. Yogyakarta : Gajah Mada
University Press. Hlm. 53
Margono, S. 1996. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Hlm. 181
Ali, Mohammad. 1985. Penelitian Prosedur dan Strategi. Bandung : Angkasa.
Hlm. 91
Natzir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia. Hlm. 122
Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi Penelitian. Jakarta : Kencana. Hlm. 97
Suryabrata, Sumadi. 2012. Metode Penelitian Ilmiah (Dasar Metode Teknik).
Jakarta : Tarsito. Hlm. 29
Imam, Suprayogo. 2001. Metodologi Penelitian Sosial-Agama. Bandung : Remaja
Rosdakarya Offset Bandung. Hlm. 163
Spradley. 1990. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta : Rajawali Press.
Hlm. 57
Koentjaraningrat. 1983. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : Gramedia.
Hlm. 128.
Ali, Mohammad. Op. cit. Hlm. 91
Noor, Juliansyah. Op cit. Hlm. 97
Nawawi, Hadari. 1993. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta : Gajah Mada
University Press. Hlm. 98
Hardiansyah, Haris. 2012. Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial.
Jakarta : Salemba Humanika. Hlm. 132.
Supriyati. 2011. Metode Penelitian. Bandung : Labkat Press Unikom. Hlm. 46
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta. Hlm. 144
Margono. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Hlm. 159
Sugiyono, Op.Cit. Hlm. 82
Suharsaputra, Uhar. 2014. Metode Penelitian : Kuantitatif, Kualitatif dan
Tindakan. Bandung : PT. Refika Aditama. Hlm. 215
Koentjaraningrat. Op. Cit. Hlm. 420
Sugiyono. Op. Cit. Hlm. 291
Nazir. 1998. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia. Hlm. 111
Husaini, Usman. 2009. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta : Bumi Aksara. Hlm.
41
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa
pada pelaksanaannya, Manjau Maju dalam acara perkawinan Masyarakat
Lampung SaiBatin di Desa Negeri Agung Kecamatan Talang Padang Tanggamus
terdapat beberapa perubahan, baik dalam proses ataupun pelaksanaannya.
Pelaksanaan Manjau Maju jika dibandingkan dengan yang terdahulu mengalami
beberapa perubahan, diantaranya dalam rangka memudahkan Manjau Maju,
hidangan yang disediakan kepada peserta mengalami perubahan, seperti yang
biasanya berupa Kekuknamun sekarang dapat diganti dalam bentuk bubur untuk
memudahkan pemilik acara.
Tempat pelaksanaan Manjau Maju-pun tidak hanya dilakukan di tempat pria,
namun dapat juga dilakukan di tempat wanita dikarenakan adanya keinginan dari
keluarga pihak wanita dan Manjau Maju juga sekarang dapat dilakukan setelah
akad pernikahan dikarenakan adanya faktor sosial maupun agama yang
berkembang di masyarakat Lampung Saibatin di Desa Negeri Agung Kecamatan
Talangpadang Tanggamus.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
53
5.2. Saran
Dari penulisan skripsi yang berjudul Tradisi Manjau Maju dalam Acara
Perkawinan Masyarakat Lampung Saibati di Desa Negeri agung Kecamatan
Talangpadang Tanggamus ini penulis mempunyai beberapa saran di antaranya :
a. Bagi para tokoh adat diharap kanberpatisipasi aktif dalam mensosialisasikan
kebudayaan Lampung Saibatin khususnya Tradisi Manjau Maju dan
menghimbau masyarakat adat agar lebih peduli terhadap kebudayaan. Serta
coba untuk menulis catatan-catatan ataupun buku mengenai kebudayaan
Lampung saibatin khususnya mengenai Manjau Maju sebagai referensi bagi
para peneliti untuk mempermudah penulisan mereka.
b. Bagi para Orang Tua di Desa Negeri Agung untuk mengajarkan anak-anakya
mengenai kebudayaan Lampung saibatin yang ada di Desa Negeri Agung
khususnya manjau maju agar mereka dapat meneruskan kebudayaan yang ada
ke generasi penerusnya.
c. Bagi para pemuda khususnya masyarakat Lampung Saibatindi Desa Negeri
Agung untuk lebih mencintai dan peduli terhadap kebudayaan yang sudah ada
sejak jaman nenek moyang kita, kalau kita tidak peduli terhadap kebudayaan
kita siapa lagi yang akan peduli terhadap kebudayaan kita. Jangan sampai
generasi selanjutnya tidak mengetahui sama sekali mengenai kebudayaan
Lampung Saibatin khususnya manjau maju.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, Syani. 1995. Sosiologi dan Perubahan Masyarakat. Bandar Lampung :
Pustaka Jaya. Hlm. 83
Ali, Mohammad. 1985. Penelitian Prosedur dan Strategi. Bandung : Angkasa.
Hlm. 91
Ali, Mohammad. Op. cit. Hlm. 91
Hadikusuma, Hilman. 1995. Hukum Perkawinan Adat. Bandung : Citra Aditya
Bakti. Hlm. 132
Harapandi Dahri. 2009. Tabot Jejak Cinta Keluarga Nabi di Bengkulu. Jakarta :
Citra. Hlm. 76
J.S. Badudu. 2003. Kamus Kata-Kata Serapan Asing. Jakarta : Kompas. Hlm. 349
Hardiansyah, Haris. 2012. Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial.
Jakarta : Salemba Humanika. Hlm. 132.
Husaini, Usman. 2009. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta : Bumi Aksara. Hlm.
41
Ibid Hlm. 158
Imam, Suprayogo. 2001. Metodologi Penelitian Sosial-Agama. Bandung : Remaja
Rosdakarya Offset Bandung. Hlm. 163
Imron, Ali. 2005. Pola Perkawinan Saibatin. Lampung : Universitas Lampung.
Hlm. 48
Johanes Mardimin. 1994. Jangan Tangisi Tradisi. Yogyakarta : Kanisius. Hlm.
12.
Koentjaraningrat. 1977. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta : PT. Dian
Rakyat. Hlm. 12
Koentjaraningrat. 1983. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : Gramedia.
Hlm. 128.
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta.
Hlm.146
Koentjaraningrat. Op. Cit. Hlm. 420
Kuzari, Achmad. 1995. Nikah Sebagai Perikatan. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada. Hlm. 27
Margono, S. 1996. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Hlm. 181
Margono. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Hlm. 159
Natzir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia. Hlm. 122
Nawawi, Hadari. 1993. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta : Gajah Mada
University Press. Hlm. 98
Nawawi, Hadari. 1995. Penelitian Terapan. Yogyakarta : Gajah Mada
University Press. Hlm. 53
Nazir. 1998. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia. Hlm. 111
Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi Penelitian. Jakarta : Kencana. Hlm. 97
Noor, Juliansyah. Op cit. Hlm. 97
Soekanto, Soejono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada. Hlm. 17
Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Hukum dalam Masyarakat. Jakarta : CV.
Rajawali. Hlm. 303
Spradley. 1990. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta : Rajawali Press.
Hlm. 57
Sugiyono, Op.Cit. Hlm. 82
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta. Hlm. 144
Sugiyono. Op. Cit. Hlm. 291
Suharsaputra, Uhar. 2014. Metode Penelitian : Kuantitatif, Kualitatif dan
Tindakan. Bandung : PT. Refika Aditama. Hlm. 215
Supriyati. 2011. Metode Penelitian. Bandung : Labkat Press Unikom. Hlm. 46
Suryabrata, Sumadi. 2012. Metode Penelitian Ilmiah (Dasar Metode Teknik).
Jakarta : Tarsito. Hlm. 29
Sumber Lain:
Badan Pusat Statistik Tahun 2018
Ratnapalan, L .2017. E. B. Tylor and the Problem of Primitive Culture.Journal
History and Anthropology. Vol. 19 No. 2 p. 131-142
doi.org/10.1080/02757200802320934 (diaskses pada 24 November 2019)
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi IV : 2016
Monografi Kecamatan Talangpadang Tahun 2013
UU No.32/2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Undang Undang Perkawinan Pasal 1 No. 1 Tahun 1974
Wawancara dengan Bapak I.Z. Efwan pada tanggal 13 Juli 2019
Wawancara dengan Mediyan Syah selaku muli meghanai tanggal 20 Juli 2019
Wawancara dengan Bapak Tri Andoni tanggal 17 Juli 2019
Wawancara dengan para ibu-ibu masyarakat adat lampung sebagai peserta
Manjau Maju tanggal 23 Juli 2019
Wawancara dengan Anggi Pratama Abadi tanggal 18 Juli 2019