Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
Tradisi Pengobatan Nyerang Di Desa Pulau Salak Baru Kecamatan
Batang Asai Kabupaten Sarolangun
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi PersyaratanGuna
Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)
Dalam Ilmu SejarahPeradaban Islam
OLEH:
PERNI WATI
NIM. AS150507
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2019
ii
iii
iv
v
MOTTO
“Allah SWT berfirman : “Aku disakiti anak Adam. Dia mencela
waktu, padahal Aku adalah (pengatur) waktu, Akulah yang
membolak-balikkan malam dan siang.” (H.R.Muslim)
vi
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbilalamin...
Saya ucapkan rasa terima kasih yang teramat dalam kepada Allah SWT atasrahmat dan karunianya yang telah memberikan kekuatan sehingga diberikankemudahan yang Allah berikan untuk saya agar bisa menyelesaikan Skripsi inidengan baik.
Saya Persembahkan Skripsi ini teruntuk kedua malaikat-malaikatku yaituayah dan ibuku. Ayahanda Tercinta Sahrin dan Ibunda Tercinta Ratna Wilis. Ribuanterima kasih kuucapkan untuk kalian berdua ayah, ibu, karena sudah memberikankasih sayang yang sangat luar biasa dari aku dilahirkan hingga aku menjadi wanitadewasa, bukan hanya kasih sayang tapi juga kehidupan yang layak seperti materiyang berkecukupan. Mendoakan yang terbaik untukku setiap saat, memberikusemangat disaat aku mulai lelah, mengajarkanku arti dari kehidupan, mendidikkudengan sangat baik, ayah yang selalu meneteskan keringat untuk menafkahi anaknya,dan ibu yang selalu merangkul dan memberikan pelukan hangat disetiap masalahyang kuhadapi, kalianlah segalanya ayah, ibu. Dan bahkan rasa terima kasihkupun takbisa membalas semua ketulusan hati kalian untukku.
Teruntuk Suamiku Tercinta (Zumerta Efriadi), terima kasih hingga saat inimasih setia mendampingi, memberi kasih sayang yang luar biasa sama seperti ayahdan ibuku, juga meneteskan keringat hanya untuk menafkahi istrimu ini, menjadilelaki kedua setelah ayah yang memenuhi semua kebutuhanku, berjuang sekuattenaga demi aku, menyayangiku, mengorbankan apapun asalkan aku bahagia, danmembuat aku merasa menjadi wanita paling beruntung di dunia karena bisamemilikimu. Juga memahami sikapku yang egois, keras kepala, cengeng, danmenyebalkan. Sekali lagi kuucapkan terima kasih ‘’lelaki hebat’’ karna sudah sudiberada disampingku
Teruntuk kakak-kakakku tercinta, saudara sedinding rahim (Presna DeliAmd.Kep, Pertiwi Yani Ama.Pd, Sahrijon Mardianto Ama.Pd, Penawar susanti, danDua wanita hebat yang Spesial setelah Ibu yang aku anggap sebagai bidadari takbersayap yang selalu ada disaat senang maupun susah, yang paling mengerti danpaling memahami aku, yang memberikan kasih sayang setulus hati, yang selalu takutkalau hidupku tak berjalan baik, yang selalu mengkwatirkan masa depanku, yang jugaberjuang demi kesuksesanku, dan yang paling takut terjadi apa-apa padaku, merekapendengar terbaik disaat aku mengeluh, mereka The Best Sister untukku, terima kasihteruntuk kalian berdua wanita-wanita hebat. Perles Darniati dan Perdila Desi S.Pd).kakak iparku (Arizal S.Pd, Tol Hatta S.ST, Efit Zuryani S.Pd). terima kasih sudahmemberi Support yang luar biasa dengan cara mengomeliku, dan menyayangi aku
vii
sebagai adik bungsu kalian, Terima kasih. Dan tak luput pula untuk keponakan-keponakanku Tersayang ( Perta Satria Gunawan, Reyhan Zapela Arizal, Perta RazelMaulana, Jhofindra Pratama JE, dan Perta Rafka Yusuf).
Kemudian teruntuk keluarga besar suamiku, ibu mertua Evi Sukaisih, Ayahmertua Zamharil, dan adik-adik iparku, Jojo Miharjo, Alfizon, Eka Kurnia, BelaAndriani, M.Almer Izhar mauza, dan nenek yang selalu baik padaku, yangmenganggapku lebih dari cucunya sendiri yaitu nenek Robinah. terima kasih untukkalian semua karena sudah menjadi bagian dari hidupku.
Untuk kedua pembimbing Skripsiku ini (Drs.Jago Ritonga, M.FiI.I) dan(Aliyas, M.FiI.I) Terima kasih untuk semuanya, terima kasih telah membimbing,saran dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
Untuk keluarga besarku di RKPH (Rumah Kost Purti Hana) yang Terspesialkakakku Nia Dwi Yolanda yang selalu menjadi pendengar terbaik, selalu memberinasehat kepadaku, dan terima kasih juga karena telah menyayangiku. Dan untukadikku tersayang Novicha Jhesita terma kasih sudah menjadi adik terbaik selama diPutri Hana, terima kasih sudah memahami aku sebisanya, terima kasih karna selaluada disaat senang maupun susah. Dan teruntuk anak-anak RKPH lantai dua yaitu:Qurrata A’yunin, Ratu Azzahra, Annisa Ayu Wulandari, Elita Fauzia, Nur Izzati,Muslimah, Rosita, Melina Alvionita, Elda, Cindi Yolanda, dan Ella Hayati terimakasih sudah menjadi teman satu atapku.
Untuk sahabat-sahabatku, Tina Erdiana, Elly Guspiya, Wiwit Junaidi, NiaHerlina, Delta Eltisiani, Olga Safitri Tamara, Niaturrahma, Mila Wati, Harbayanti,teman bertengkar, teman makan, terimakasih banyak sudah menjadi teman suka dukaku, dan terima kasih karna telah hadir dihidupku, semoga kesuksesan selalumenyertai kita semua. Dan untuk temanku di SPI 15 Khususnya SPI B terima kasihuntuk semuanya, aku bahagia bisa menjadi bagian dari kalian semua.
Terkhusus untuk Almamater dan Kampus Biru Tercinta Universitas IslamNegeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi, teman-temanku di SPI 15, Terutama SPI Bterima kasih untuk semuanya, aku bangga dan bahagia bisa mengenal kalian semuaselama masa perkuliahan dari semester satu hingga semester akhir ini. Semogakeberhasilan ini menjadi langkah awal dalam perjuanganku untuk masa depan. AminYaa Robbal Alamin.
viii
KATA PENGANTAR
حیم بسم الله الرحمن الر
Assalamualaikum Wr Wb
Alhamdulillah, puji dan syukur tak henti-hentinya penulis ucapkan kehadirat
Allah SWT, yang telah memberikan anugrah kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Tradisi Pengobatan Nyerang di Desa Pulau
Salak Baru Kecamatan Batang Asai Kabupaten Sarolangun”
Shalawat dan salam penulis hadiahkan kepada junjungan alam, yakni
Rasulullah Muhammad SAW, karena berkat perjuangan beliau ummatnya terbebas
dari alam kegelapan dan dapat menikmati indahnya islam dan manisnya ilmu
pengetahuan seperti yang dirasakan saat sekarang ini.
Pada kesempatan ini tak lupa penulis mengaturkan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Yth. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA selaku Rektor UIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi.
2. Yth. Bapak Prof. Dr. H. Sua’idi Asyari, MA., Ph.D, Yth. Bapak Dr. H. Hidayat,
M.Pd, Yth. Ibu Dr. Hj. Fadhilah.M.Pd selaku Wakil Rektor I, II, dan III UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Yth. Ibu Prof. Dr. Hj. Maisah, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
ix
4. Yth. Bapak Dr. Alfian,S.Pd., M.Ed , Yth. Bapak Dr. H. Muhammad Fadhil,
M.Ag, Yth. Ibu Dr. Roudhoh, S.Ag, SS., M.Pd.I selaku Wakil Dekan I, II, dan III
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
5. Yth. Bapak Aliyas, S.Th.I., M.Fil.I selaku ketua Jurusan Sejarah Peradaban Islam
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
6. Yth. Bapak Drs. Jago Ritonga M.FiI.I, Yth. Bapak Aliyas, S.Th.I., M.Fi.I selaku
Dosen Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah membantu dan memberi
kritikan maupun saran serta nasehat dalam penyusunan skripsi ini.
7. Yth. Bapak Aliyas S.Th.I., M.Fi.I, Selaku Dosen Pembimbing Akademik.
8. Yth. Seluruh Dosen Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi yang telah mengajar dan memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.
9. Yth. Seluruh karyawan/ti di lingkungan Fakultas Adab dan Humaniora UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
10. Yth. Kepala Desa beserta Staf Desa Pulau Salak Baru Kecamatan Batang Asai
Kabupaten Sarolangun yang telah memberikan ilmunya dan membantu penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini.
11. Keluarga tercinta yang telah memberikan motivasi dan dorongan serta do’a yang
tiada hentinya agar dapat segera menyelesaikan skripsi ini.
12. Sahabat-sahabati SPI’15 yang sama-sama berjuang di Fakultas Adab dan
Humaniora UIN STS Jambi. Khususnya lokal SPI/B yang telah menjadi partner
diskusi yang baik bagi penulis.
x
xi
ABSTRAK
Perni Wati, AS 150507 , Judul Skripsi Kajian Etnografi : Tradisi PengobatanNyerang di Desa Pulau salak Baru kecamatan batang asai kabupaten sarolangn,Jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora Universitas IsamNegeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi. Pembimbing : (1) Drs. Jago Ritonga, M.Fil.I.(II) Aliyas, S.Th.I., M.FiI.I.
Tradisi pengobatan tidak bisa lepas dari kebudayaan, dalam sistem pengobatan, tidaksedikit masyarakat yang masih menggunakan sistem pengobatan tradisional, salahsatunya adalah masyarakat di desa Pulau Salak Baru. Masyarakat desa Pulau SalakBaru menggunakan tradisi pengobatan yang disebut “Nyerang” dalam sistempengobatan atau dalam sistem penyembuhan penyakit. Berawal dari inilah penulismelakukan penelitian untuk tujuan mendeskripsikan mengapa tradisi pengobatanNyerang masih di jadikan sebagai alternatif dalam sistem penyembuhan penyakit.Kemudian bagaimana prosesi pengobatan tersebut.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi. Pengumpulandata dilapangan menggunakan tekhnik wawancara, pengamatan dan dokumentasi.
Dari data yang penulis dapatkan dilapangan, ditarik kesimpulan mengapa masyarakatmenggunakan tradisi Nyerang sebagai alternatif dalam sistem pengobatan antara laindan terdapat beberapa syarat yang dipakai sebelum pengobatan ini pengobatan inidilakukan hanya untuk pengobatan semacam luka karna benda tajam atau jatuh dariberkendara.
Kata Kunci : Tradisi Pengobatan Nyerang , masyarakat desa pulau salak baru
xii
DAFTAR ISI
NOTA DINAS ................................................................................................... I
PENGESAHAN................................................................................................II
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS................................................. III
MOTTO .......................................................................................................... IV
PERSEMBAHAN............................................................................................. V
KATA PENGANTAR.................................................................................... VI
ABSTRAK ...................................................................................................... IX
DAFTAR ISI................................................................................................... XI
DAFTAR TABEL ...............................................................................................
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Rumusan Masalah .....................................................................16
C. Batasan Masalah........................................................................16
D. Tujuan Penelitian.......................................................................17
E. Tinjauan Pustaka .......................................................................18
BAB II KERANGKA TEORI
A. Kerangka Teori ..........................................................................21
1. Masyarakat ..........................................................................21
2. Kebudayaan dan Sistem Pengobatan ..................................22
3. Tradisi .................................................................................24
4. Konsep Pengobatan Tradisional dan Modern......................24
xiii
5. Konsep Sehat Sakit Dalam Ilmu Antropologi.....................26
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................28
B. Metode Penelitian......................................................................28
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian.......................................29
2. Jenis dan Sumber Data......................................................29
3. Sumber Data......................................................................30
4. Teknik Pemilihan Informen..............................................31
5. Teknik Pengumpulan Data................................................32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran umum Lokasi penelitian...........................................42
1. Sejarah Desa Pulau Salak Baru ...........................................42
2. Sistem Kemasyarakatan dan Organisasi Sosial ..................42
3. Letak Geografis Desa Pulau Salak Baru ............................. 43
4. Jumlah Penduduk Desa Pulau Salak Baru...........................44
5. Struktur Pemerintahan.........................................................45
6. Keadaan Sosial ....................................................................50
B. Hasil dan pembahasan ............................................................... 55
1. Sejarah Awal Tradisi Pengobatan Nyerang di Desa Pulau Salak
Baru ...................................................................................55
2. Faktor-Faktor Masyarakat Desa Pulau Salak Baru Masih Memakai
Nyerang Dalam Sistem Penyembuhan .............................. 56
a. Faktor Internal..............................................................56
b. Faktor Eksternal...........................................................58
xiv
3. Prosesi Tradisi Pengobatan Nyerang Bagi Masyarakat Desa Pulau
Salak Baru................................................................58
a. Syarat Nyerang.............................................................58
b. Waktu Pelaksanaan Nyerang.......................................60
c. Bahan-Bahan Yang Digunakan Saat Prosesi
Nyerang...........................................................................61
d. Tata Cara Pengobatan Nyerang......................................62
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................64
B. Saran .......................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Inonesia merupakan negara kepulaun yang terdiri dari beberapa pulau dan
tersebar di seluruh nusantara. Dengan berbagai suku. Keanekaragman kebudayaan
serta suku bangasa menjadi cirri khas yang menonjol bagi Indonesia sendiri. Masing-
masing suku bangsa itu mempunyai cara hoidup yang berbeda-beda sehingga tiap-
tiap suku bang samempunyai kebudayaan yang berbeda-beda.
Dalam pengertiannya kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,
tindakan dan hasil karyamanusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan
milik diri manusia dengan belajar.1 Dalam pengertian lain kebudayaan merupakan
seluruh cara kehidupan dari masyarakat yang di pelajari, serta tidak tergantung dari
transmisi biologis atau pewarisan melalui unsur genetis.2 Jadi, Kebudayaan
merupakan tindakan dan hasil karya manusia yang hanya dapat dimiliki oleh warga
mayarakat pendukungnya dengan jalan mempelajarinya yang dipandang layak dan
dapat diterima oleh masyarakat tersebut.
Pulau Sumatera adalah salah satu pulau terbesar di Indonesia, dan di Sumatra
juga terdapat satu Provinsi yang juga banyak dimiliki sejarah tentang agama atau
kepercayaan dan kebudayaan pada masa kerjaan. Selain memiliki wilayah Provinsi-
1 Koentjaranigrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1990), hlm 180.2Koentjaranigrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009) hlm 144.
2
Provinsi yang sangat luas dan memiliki banyak sejarah, Sumatra juga memiliki
Provinsi Jambi yang juga memiliki keberagaman dan budaya.
Desa Pulau salak baru adalah salah satu nama desa yang berada di wilayah
kecamatan batang asai kabupaten sarolangn provinsi Jambi. Di Kecamatan pulau
salak baru ini terdapat bergabagi macama ragam budaya akan tetapi ada salah satu
budaya yang membuat ketertarikan penulis untuk meneliti lebih jauh tentang tradisi
ini. Tradisi ini di damanakan oleh masyarakat setempat yaitu tradisi pengobatan
Nyerang.3
Secara umum istilah tradisi dapat dirumuskan sebagai sekumpulan praktek
dan kepercayaan yang secara sosial di transmisikan dari masa lalu, atau pewarisan
kepercayaan atau kebiasaan dari generasi yang satu kepada generasi seterusnya.
Praktek dan kepercayaan ini dipandang memiliki otoritas pada zaman sekarang yang
berasal dari masa lalu.4
Dengan demikian, tradisi merupakan suatu kebiasaan yang dianggap baik dan
dilakukan secara berulang-ulang disuatu tempat. Dimana tradisi tersebut terdapat
upacara adat yang dilakukan dengan berbagai macam cara. Salah satu tradisi yang
terdapat dalam masyarakat ialah tradi pengobatan Nyerang sebagai sarana kesehatan.
Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional
diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat
3Wawancarabersama wewen aryanto, 14 oktober 2019.4Th. HidyaTjaya, MengapaManusiaSebagaiPenafsir, (Yogyakarta: Kanisius, 2005), Hlm.69.
3
bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Dan
kesehatan yang demikian menjadi dambaan setiap orang sepanjang hidupnya.
Berbagai program pembangunan yang diselenggarakan oleh pemerintah selama ini,
pada hakikatnya adalah upaya peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia.
Dalam rangka pemerataan kesehatan secara global disepakati starategi
pelayanan kesehatan primer, bahwa di dalam pelayanan kesehatan primer dikenal
lima prinsip dasar yaitu ; (1) pemerataan upaya kesehatan, (2) penekanan pada upaya
preventiv, (3) penggunaan teknologi tepat guna dalam upaya kesehatan, (4) peran
serta masyarakat dalam semangat kemandirian dan (5) kerja sama lintas sektoral
dalam pembangunan kesehatan.5
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping pangan,
pemukiman dan pendidikan karena hanya dalam keadaan sehat manusia dapat hidup,
tumbuh dan berkarya lebih baik. Oleh karena itu dalam pembangunan yang sedang
dilakukan ini kesehatan merupakan salah satu prioritas utama. Undang-Undang No.
23 tahun 1992 tentang “Pokok-pokok kesehatan”
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan kesehatan adalah keadaan
sejahtera yang meliputi kesehatan badan, rohani (mental), dan sosial, yang
memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi bukan hanya keadaan
yang bebas dari penyakit, cacad, kelemahan.
5 Agoes, Azwar dan T. Jacb, Antropologi Kesehatan Indonesia Jilid I. (Jakarta:Anggota IKAPI,1992) hlm. 1
4
Kencenderungan orang pada masa kini untuk tidak atau mengurangi
obatobatan produk kimia dan kembali keobat-obatan tradisional, membuat makin
dirasa penting usaha untuk mengungkapkan produk-produk masa lampau sebagai
warisan budaya, yang dalam bidang kesehatan khususnya menyediakan informasi
tentang obat-obatan, proses pembuatanya dan pengonsumsiannya. Sehubungan
dengan aspek kesehatan dan obat-obatan, untuk kepentingan merawat kesehatan pada
akhir-akhir ini dipergunakan bahan-bahan dari hasil bumi dan pengolahannya secara
tradisional. Pengetahuan tentang cara dan bentuk pengobatan tradisional pada
masyarakat melayu desa pulau salak baru kecamatan batang asai kabupaten
sarolangun diperoleh dengan mengikuti apa yang pernah dilakukan oleh leluhur
mereka, yang telah berlangsung secara turun temurun. Pada umumnya mereka hafal
dalam ingatan dan dipraktekkan secara berulang-ulang setiap dibutuhkan untuk
mengobati penyakit. Karena pengetahuan dan keterampilan penggunaan pengobatan
tradisional tidak semua anggota masyarakat mengetahuinya, dikhawatirkan suatu saat
nanti pengetahuan itu tidak dapat diwarisi secara benar oleh generasi berikutnya.
Pemahaman masyarakat di bidang pengobatan terkadang dipengaruhi oleh
kepercayaan yang sulit diterima secara logika. Apabila pemahaman masyarakat
mengenai pengobatan tradisional ini tidak diimbangi dengan pengetahuan modern,
dikhawatirkan akan membawa pengaruh negatif terhadap kesehatan masyarakat pada
umumnya. Kesalahan dalam menafsirkan penyakit yang diderita pasien karena
semata-mata hanya dilandasi pengetahuan tradisional dan kepercayaan, akan
berakibat fatal bagi kesehatan dan keselamatan penderita. Untuk menghindari hal
5
tersebut diagnosa penyakit menurut pengetahuan tradisonal, khususnya pada jenis
penyakit aneh atau penyakit yang tidak diketahui secara umum sulit diterapkan.
Kenyataan ini membuktikan obat dan pengobatan tradisional hanya cocok digunakan
untuk mengobati jenis penyakit yang lumrah dan sudah dikenal secara umum. Namun
sebagian mayarakat di desa pulau salak baru masih terdapatnya kecenderungan yang
berlebihan terhadap cara pengobatan tradisional karena faktor pemikiran lama yang
mengabaikan penemuan baru di bidang kedokteran. Hal ini dilandasi suatu prinsip
yang berorientasi pada sebuah ungkapan bahwa seribu penyakit, seribu pula obatnya.
Tidak ada penyakit yang tidak dapat diobati, sehingga setiap penyakit selalu
diusahakan untuk diobati sendiri menurut cara pengobatan tradisional. Pada hal
belum tentu setiap penyakit dapat dan cocok diobati dengan cara pengobatan
tradisional. Biasanya pengobatan tradisonal tidak bisa lepas dari keragaman budaya
lokal para orang-orang terdahulu yang telah mempraktikkan proesesi pengobatan
tersebut.
Kata “kebudayaan” bersalal dari bahasa Sangsekerta buddhayah yang
merupakan bentuk jamak kata buddhi yang bearti budi atau akal. Jadi, kebudayaan
diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi atau akal.6 Budaya dapat
dianggap sebagai identitas suatu bangsa, karena ciri khas maupun keunikan suatu
budaya bangsa, itu merupakan keunikan tersendiri yang muncul dari budaya tersebut.
Terutama Indonesia yang kaya akan sumber daya alamnya juga kaya pula budayanya.
6Keontjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta: Penerbit Universitas, 1965), hlm77.
6
Diseluruh penjuru Indonesia terdapat berbagai macam dan bentuk budaya yang
memiliki ciri khas tersendiri.Hal ini bisa kita lihat dari berbagai bentuk kegiatan
sehari hari, minsalnya upacara ritual, pakaian adat, bentuk rumah, kesenian, bahasa
dan tradisi lainnya.7
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bangsa Indonesia dikenal sebagai
masyarakat yang majemuk artinya, walaupun mereka terdiri dari suku dan ras yang
berbeda-beda, namun mereka tetap satu jua. Hal ini tercermin dalam sebuah
semboyan yang berbunyi ‘’Bhinneka Tunggal Ika’’.8Keragaman budaya bangsa ada
yang berbentuk religi/keagamaan, kesenian, bahasa daerah, rumah adat, mata
pencarian, sistem pengobatan dan peralatan hidup. Budaya daerah yang beraneka
ragam merupakan budaya bangsa Indonesia. Oleh karena itu, budaya daerah
merupakan akar budaya nasional yang perlu dikembangkan dan dilestarikan.
Dalam kehidupan bermasyarakat tentunya tidak lepas dari suatu kebudayaan,
yang mana menurut Koentjadiningrat kebudayaan merupakan seluruh gagasan, rasa,
tindakan serta karya yang dihasilkan oleh manusia dalam kehidupan bermasyarakat.9
Oleh karena itu kebudayaan itu terbentuk karena adanya kebersamaan dalam suatu
masyarakat sehingga mereka dalam kurunwaktu yang lama mempelajari dan melihat
kebiasaan dalam kehidupan bermasyarakat.
7Oktapianis Rindi Wardani, Materi Keragaman Suku Bangsa Dan Budaya Di Indonesia, DiAkses Http://Ictkelompokblog. Wordpress.com, Pada Tanggal 18 November 2016 Pukul 22.00
8 M. Munandar Soelacman, Ilmu Budaya Dasar, (Bandung: Pt RefikaAditama, 2007), hlm 60.9 Koentjadiningrat, Manusia Dan Kebudayaan Indonesia,(Jakarta: Jambatan, 1990), hlm 12.
7
Setiap kebudayaan yang hidup dalam suatu masyarakat baik berwujud sebagai
komunitas desa, kota, maupun sebagai kelompok kekerabatan, atau kelompok adat
yang lain, bisa menampilkan suatu corak khas yang terutama terlihat oleh orang
diluar warga yang bersangkutan. Seorang warga dari suatu kebudayaan yang telah
hidup dari hari kehari didalam lingkungan kebudayaannya biasanya tidak melihat lagi
corak khas itu, sebaliknya, terhadap kebudayaan tetangganya, ia dapat melihat corak
khasnya, terutama mengenai unsur-unsur yang berbeda mencolok dengan
kebudayaannya sendiri.10Namun, hal ini lah yang menjadi masyarakat ingin
mengetahui kebudayaan yang berbeda sehingga mereka dapat saling mengerti dan
bersatu dalam masyarakat yang berbeda kebudayaan.
Kebudayaan dapat dibagi menjadi tujuh unsur pokok, yaitu bahasa, sistem
pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup, teknologi, sistem
matapencaharian hidup, system religi dan kesenian.11Sistem pengobatan dapat
dimasukkan kedalam unsur system pengetahuan suatu bangsa dalam realisasinya
dapat dimasukkan kedalam unsur teknologi. Pengobatan tradisional telah dilakukan
oleh banyak suku-suku bangsa di Indonesia. Pengobatan tradisional tidak bisa
dipisahkan dari kehidupan masyarakat tradisional dan suku-suku bangsa. Misalnya
seperti kasus pengobatan tradisional yang ada di masyarakat Bugis-Makasar, salah
satu suku bangsa yang ada di Indonesia, suku Bugis telah lama memiliki system
10Koentjdiningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta; PT Gramedia, 1980), hlm 214.11Bani Sudardi, “Konsep Pengobatan Tradisoanal Menurut Primbon Jawa”, Kontekstual
Juranal Penelitaian, Humaniora Vol. XIV NO. 1/2002. hlm12.
8
pengetahuan tentang pengobatan tradisional yang memiliki kearifan local.12 Jurnal
yang ditulis oleh Tini Suryaningsih, mengangkat Judul Kajian Peranan Sando dalam
pengobatan tradisional pada masyarakat Onembute. Masyarakat Onembute mengenal
tiga macam Sando, yaitu Mbu’owai, Sando Pe’ana, dan Mbo’Pui.13Sando dalam
istilah bugis diartikan sebagai dukun. Ketiga macam sando ini memiliki peranan yang
penting didalam kehidupan masyarakat. Mbu’owai memiliki peranan untuk
menyembuhkan segala jenis penyakit. Sando Pe’ana memiliki peranan dalam
menangani persalinan. Mbu’Pui memiliki peranan dalam mengobati patah tulang.
Selain dari hal tersebut, Sando juga memiliki peranan sebagai pemimpin dalam
berbagai ritual, seperti ritual yang berkenaan dengan tolak bala, mendirikan rumah
baru, acara adat dan ritual kegiatan pertanian.14Kasus pengobatan selanjutnya ada
pada Suku Papua, yang menggunakan pengobatan tradisional yang masih digunakan
oleh masyarakatnya hingga saat ini.15 Berdasarkan pemahaman kebudayaan orang
papua secara mendalam, pengobatan tradisional papua dikelompokkan menjadi 6 pola
pengobatan, yaitu :
1.Pola Pengobatan Jimat
12Dloyanah Kusumah, Pengobatan Tradisional Orang Bugis-Makasar”, Penelitian Sejarah danBudaya, Volume 09.No 2 Tahun 2017, hlm.5
13Masyarakat Onembute di Bugis Makassar merupakan masyarakat yang tinggal di sebuahkecamatan Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, Indonesia. Www.kompasiana.com cahaya surge dibumi tolaki onembute, 2 Juli 2016, hlm.2.
14Tini Suryaningsi, Peranan Sando dalam pengobatan tradisional pada masyarakatOnembute, Jurnal Online Sejarah dan Budaya, Volume 06 No.2 Tahun 2015, 14 Oktober 2017 pukul14.00 Wib.
15A.Dumatubun. E, Staff Dosen Jurusan Antropologi Universitas Cendrawasih, Kebudayaandan Kesehatan Orang Papua dalam perspektif antropologi kesehatan, Jurnal Kebudayaan danKesehatan, Volume 1 No.1, Agustus 2002, Tanggal 23 September 2017 Pukul 14.00 Wib.
9
Pola pengobatan Jimat dikenal oleh masyarakat di daerah kepala burung terutama
masyarakat Mibrat dan Aifat. Prinsip pengobatan jimat ialah dengan menggunakan
benda-benda kuat atau jimat untuk memberi perlindungan terhadap penyakit. Jimat
adalah segala sesuatu yang diberi kekuatan gaib, sering berupa tumbuh-tumbuhan
yang berbau kuat dan berwarna kuat.
2.Pola Pengobatan Kesurupan
Pola pengobatan Kesurupan ini lebih kepada pengobatan yang untuk seseorang
yang sering kemasukan mahluk halus atau roh jahat. Pengobatan tradisional seperti
ini sering dilakukan di daerah sayap burung, yaitu daerah teluk Arguni.
3.Pola Pengobatan Penghisapan Darah
Pengobatan ini dilakukan karena adanya darah kotor. Darah kotor diambil
menggunakan insisi dengan pisau, pecahan beling dan taring babi pada tubuh yang
sakit. Cara lain dengan meletakkan daun orroh dan kapur pada bagian tubuh yang
sakit. Dengan lidah dan bibir daun tersebut digosok-gosok sampai timbul cairan
merah yang dianggap pendarahan. Pengobatan ini hanya untuk wanita saja dalam
istilah jawa pengobatan ini dikenal dengan kerokan. Pengobatan ini sering digunakan
oleh suku bangsa yang tinggal didaerah Sepanjang sungai Tor di daerah Sarmi,
Marid-amim, Kimaam dan Asmat.
4.Pola Pengobatan Injak
10
Pengobatan Injak dilakukan dengan menginjak-injak tubuh si sakit yang
dikarenakan kemasukan roh. Tubuh si sakit diinjak dimulai dari kedua tungkai,
dilanjutkan ke tubuh sampai akhirnya ke kepala, maka injakan tersebut akan
mengeluarkan roh jahat dari dalam tubuh. Pengobatan ini sering dilakukan di daerah
sepanjang sungai Tor di daerah Sarmi.
5.Pola Pengobatan Pangurutan
Pengobatan ini dilakukan karena si sakit yang kemasukan roh. Dalam
pengobatan ini mengurut seluruh tubuh si sakit dengan menggunakan lendir dari
hidung sebagai minyak untuk pengurutan bagi orang asmat. Bagi orang towe, mereka
melakukan pengurutan dengan daun-daun yang sudah dipilih. Umumnya, baunya
menyengat, dipanaskan kemudian diurut pada tubuh si sakit.
6.Pola Pengobatan Ukup
Pengobatan ukup dilakukan karena si sakit kemasukan roh halus, hilang
keseimbangan tubuh dan jiwa, maka dengan mandi uap dari hasil ramu-ramuan yang
dipanaskan dapat mengeluarkan roh jahat dan penyebab penyakit. Pengobatan ini
dikenal di daerah selatan kabupaten Jayapura berbatasan dengan kabupaten
Jayawijaya yaitu suku bangsa Towed dan Ubrup.
Kasus berikutnya ialah pengobatan tradisional yang dilakukan oleh masyarakat
Nagari Sikuncur Kecamatan V Koto Kampung Dalam Kabupaten Padang Pariaman.
11
Di Nagari Sikuncur Kecamatan V Koto Kampung Dalam, kepercayaan-kepercayaan
terhadap tahyul-tahyul16 atau hal-hal yang gaib, sangat erat dengan kehidupan
masyarakatnya, diantaranya adalah masih mempercayai bahwa penyakit itu timbul
disebabkan oleh adanya mahluk halus yang marah kepada manusia karena telah
mengusik ketenangan mahluk halus, dan mengkaitkan kepercayaan tersebut dengan
penyakit yang diderita. Pengobatan tradisional ini dilakukan oleh dukun. Penyakit
yang dianggap dukun mengancam penderita ialah penyakit : Rang Sibunian17,
Tamakan Tubo,18 Biriang Tamakan,19 Tanpa Jin Malapari,20 Guna-guna, Kanai
Gabaji21. Tekhnik pengobatan yang dilakukan oleh dukun terbagi menjadi 2 macam,
untuk pengobatan yang pertama dilakukan dari dalam dengan memberikan makanan
atau minuman macam-macam ramuan. Teknik pengobatan yang kedua dilakukan
16 Skripsi Mardianti Hutasuhati, Tradisi Pengobatan Bagajul Di Desa Bangku KabupatenBatang Hari 2018.
17Rang Sibunian adalah penyakit yang disebabkan oleh gangguan kekuatan gaib yang ataumagis maupun kekuatan supranatural. Penyakit ini disebabkan oleh adanya mahluk gaib yang marahkepada manusia dikarenakan manusia tersebut telah melanggar pantangan yang berlaku di negeri inisehingga menyebabkan mahluk gaib tersebut marah kepada manusia. Tedi Rahman, Skripsi SistemPengobatan Tradisional Tasapo” (Studi kasus di Nagari Sibarambang Kecamatan X Koto DiatasKabupaten Solok),Universitas Andalas Jurusan Antropologi Sosial, hlm.3, diakses 13 Oktober 2017Pukul 13.00 Wib.
18Tamakan Tubo, atau dalam bahasa Indonesia ialah penyakit yang disebabkan oleh termakanracun yang bisa berasal dari makanan, atau minuman yang memiliki kepercayaan gaib.Inspiratifarticle.Wordpress.com, diakses pada 23 Oktober 2017, pukul 12.00 Wib.
19Biriang Tamakan adalah jenis penyakit kulit yang menyebabkan kulit menjadi rusak dankerusakan kulit sangat cepat terjadi. Inspiratifarticle.Wordpress.com, diakses pada 23 Oktober 2017,pukul 12.00 Wib.
20Tampa Jin Malapari merupakan jenis penyakit yang ada karena tersentuh mahluk halusyang berada disekitarnya dan mendapat teguran dari mahluk halus tersebut.Inspiratifarticle.Wordpress.com, diakses pada 23 Oktober 2017, pukul 12.00 Wib.
21Guna-guna dan Kanai Gabaji,merupakan jenis penyakit yang dibuat oleh orang lain dandiarhakan kepada si penderita melalui hal-hal yang gaib. Inspiratifarticle.Wordpress.com, diakses pada23 Oktober 2017, pukul 12.00 Wib.
12
dengan cara megoleskan atau mengusapkan ramuan yang telah dibuat kesekujur
tubuh penderita.22
Kasus pengobatan yang lain menggunakan pengobatan tradisional berasal dari
suku Mentawai, dikenal Sekerei yang melakukan pengobatan tradisional dengan
daun-daunan dan menggunakan ritual sebelum memberikan obat kepada pasien.23
Biasanya pelaksanaan ritual dilakukan pada tengah malam, diiringi dengan dentingan
lonceng ditengah malam yang dibunyikan oleh Sekerei, lalu, seorang Kletus akan
merapalkan doa-doa. Kadang-kadang juga dilakukan tarian Sekerei untuk mengusir
roh-roh pengganggu.24
Kasus pengobatan tradisional selanjutnya dilakukan pula oleh Suku Anak
Dalam di daerah Sarolangun, tepatnya di Bukit 12. Suku Anak Dalam menamai
pengobatan ini ialah Basale. Basale dilakukan dengan ritual yang didalamnya
terdapat upacara tertentu. Upacara Basale (Penyembuhan) merupakan ritual
masyarakat Anak Dalam yang bertujuan untuk menyembuhkan seseorang yang sakit
akibat roh-roh jahat. Dalam adat istiadat masyarakat suku anak dalam atau Anak
Rimba, terdapat banyak kegiatan upacara atau ritual yang memiliki tujuan untuk
22Skripsi, Doni Saputra, “Sistem Pengobatan Tradisional Pada Masyarakat Nagari SikuncurKecamatan V Koto Kampung Dalam Kabupaten Padang Pariaman”, hlm.31-45.
23Dalam Istilah Masyarakat Mentawai, Sekerei merupakan panggilan untuk dukun yangmengobati penyakit menggunakan bahan-bahan dari alam berupa tumbuh-tumbuhan. Sekerei inimerupakan ahli pengobat yang sudah senior sekali. Kletus merupakan laki-laki yang membantu acararitual, dan pengobatan yang dilakukan oleh Sekerai.Inspiratifarticle.Wordpress.com, diakses pada 23Oktober 2017, pukul 12.00 Wib.
24Lucky Zamzami, Sekerei Mentawai : Keseharian dan Tradisi pengetahuan local yangdigerus oleh zaman, Antropologi Indonesia, Volume 34 No 1 Januari-Juni 2013, hlm.6-9.
13
menghormati arwah nenek moyang mengharap keberkahan, dan untuk menjauhkan
malapetaka. Salah satu upacara adat masyarakat anak dalam adalah Basale.
Arti Basale sendiri merupakan membersihkan jiwa seseorang yang sedang sakit
akibat roh-roh jahat yang bersemayam dalam diri seseorang tersebut.25 Masyarakat
Suku Anak Dalam menganggap jika ada anggota keluarga atau kerabat yang sakit
maka itu merupakan pertanda bahwa dewa menurunkan malapetaka. Menghindari
malapetaka tersebut masyarakat Suku Anak Dalam (SAD) Sarolangun melakukan
Upacara Besale sebagai wujud memohon ampun. Selain itu, Upacara Basale juga
dilakukan untuk menjaga keseimbangan antara masyarakat Anak Dalam dan menjaga
keseimbangan hidup dengan alam gaib. Upacara basale merupakan upacara
pengobatan yang dilakukan oleh suku anak dalam dengan tujuan untuk
menyembuhkan seseorang dari penyakitnya dengan bantuan roh-roh halus atau yang
mereka sebut orang halus.
Muncul suatu kebudayaan tidak bisa terlepas dari adanya tradisi. Tradisi
adalah suatu kebiasaan yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian
dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan,
waktu, atau agama yang sama.26 Tradisi terdapat berbagai macam diantaranya: tradisi
perkawinan, kematian, dan tradisi pengobatan.Sistem pengobatan tradisional
merupakan pengobatan yang dilakukan secara turun temurun yang digunakan oleh
25Irma Tambunan dalam http://202.146.5.33/Kompas-cetak/. Judul: Tanah Air Tradisi Basale,Bertahan Bersama Suku Anak Dalam diunduh pada Sabtu, 14 Oktober 2017.
26 Koentjdiningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta; PT Gramedia, 1980), hlm 183
14
suku-suku bangsa tertentu untuk mengatasi masalah kesehatan.Pengobatan tradisional
diketahui oleh penulis biasanya dilakukan Dukun, Malim, Sidi, Inang, Sando
Mbu’owai, Sando Pe’ana, Mbo’Pui, dan Sibaso.Untuk melakukan ritual pengobatan
tradisional dengan upacara tertentu yang mereka lakukan.27 Budaya lokal di wilayah
kecamatan Batang Asai kabupaten Sarolangun merupakan warisan nenek moyang
yang diwariskan kepada keturunannya secara turun temurun agar tetap dilestarikan
dan dijaga sebagai bentuk penghargaannya kepada warisan keluhuran.Warisan
leluhur biasanya berupa tradisi, adat-istiadat dan kabiasaan atau di sebut budaya.
Budaya lokal di wilayah kecamatan Batang Asai kabupaten Sarolangun
merupakan warisan nenek moyang yang diwariskan kepada keturunannya secara
turun temurun agar tetap dilestarikan dan dijaga sebagai bentuk penghargaannya
kepada warisan keluhuran.Warisan leluhur biasanya berupa tradisi, adat-istiadat dan
kabiasaan.
Salah satunya tradisi yang masih digunakan dalam masyarakat desa Pulau
Salak Baru, kecamatan Batang Asai, kabupaten Sarolangun adalah tradisi pengobatan
Nyerang. Tradisi pengobatan Nyerang yaitu tradisi menyerang rumah warga yang
tertimpa musibah kecelakaan dimana yang dimaksud kecelakaan disini ialah
kecelakaan yang terjadi di lalu lintas (kecelakaan jatuh dari motor atau mobil),
terkena benda tajam atau luka bakar.28 Tradisi nyerang yang dipercayai dapat
27Kompas, E-Published Featured News, “Tradisi Besale Suku Pedalaman Jambi”, 5 Januari2015, hlm.3
28 Informasi yang di peneliti dapat dari hasil wawancara bersama bapak lembaga adatbatang asai.
15
menyembuhkan penyakit dengan cepat di desa Pulau Salak Baru, kecamatan Batang
Asai, kabupaten Sarolangun. Tradisi ini dilakukan oleh pihak keluarga ayah/induk
bako (saudara perempuan ayah) dimana melakukan nyerang atau menyerang rumah
seseorang yang tertimpa musibah dengan membawa rombongan serta peralatan
seperti batang pisang, dahan pisang, tebu dan pisang rebus untuk menyerang rumah
seseorang yang tertimpa musibah tersebut.29
Dewasa ini, perkembangan ilmu pengetahuan di masyarakat desa sudah mulai
meningkat yang ditandai dengan adanya sarjana-sarjana dan dunia kesehatan berupa
pengobatan modern seperti adanya puskesmas.Namun, kepercayaan masyarakat
modern terhadap pengobatan Nyerang teteap masih ada walaupun dianggap tidak
masuk akal.Dari latar belakang diatas tradisi Nyerang sangat menarik untuk dibahas
dan diteliti dengan judul : Tradisi Pengobatan Nyerang di Desa Pulau Salak Baru
Kecamatan Batang Asai Kabupaten Sarolangun.
29 Hasil wawancara dengan masyarat yang pernah melakukan tradisi nyerang dan hasilpengamatan awal si peneliti.
16
B. Rumusan Masalah.
Dari permasalahan yang telah diuraikan di atas maka peneliti merumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah awal tradisi pengobatan Nyerang di desa Pulau Salak
Baru?
2. Mengapa masyarakat desa Pulau Salak Baru masih memakai nyerang dalam
system penyembuhan?
3. Bagaimana prosesi tradisi pengobatanNyerang bagi masyarakat desa Pulau
Salak Baru?
C. Tujuan dan Mamfaat Penelitian.
Untuk lebih terarah pembahasan, peneliti hanya mengkaji mengenai tradisi
pengobatan Nyerang di desa Pulau Salak Baru kecamatan Batang Asai kabupaten
Sarolangun.Sesuai dengan pokok masalah di atas, maka penulis mempunyai tujuan
dan manfaat dalam penulisan skripsi ini sebagai berikut:
Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk Mengetahui bagaimana sejarah awal tradisi pengobatan Nyerang di desa
Pulau Salak Baru
2. Untuk Mengetahui Mengapa masyarakat desa Pulau Salak Baru masih
memakai nyerang dalam system penyembuhan .
3. Untuk mengetahui Bagaimana prosesi tradisi pengobatanNyerang bagi
masyarakat desa Pulau Salak Baru
Adapun maamfaat penelitian sebagai berikut
17
1. Untuk menambah referensi pustaka dan dapat digunakan dalam penelitian
berskala luas
2. Untuk memenuhi syarat untuk memperoleh gelar S1 Jurusan Sejarah
Peradaban Islam di UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi
3. Untuk menambah ilmu pengetahuan khususnya bagi penulis dan umumnya
bagi pembaca.
D. Batasan masalah
Untuk mempermudah pembahasan skripsi ini, maka peneliti membatasi agar
tidak terjadi kesalahan dalam memahami judul penelitian ini, oleh karena itu penulis
melakukan penelitian mengenai “tradisi pengobatan nyerang di desa pulau salak baru
kecamtan batnag asai kabupaten sarolangun”
E. Tinjauan Pustaka.
Berdasarkan pengamatan penulis, selama ini telah banyak buku-buku maupun
karya-karya ilmiah yang membahas tentang penelitian kebudayaan di berbagai daerah
bagi mahasiswa maupun mahasiswi di perguruan tinggi UIN Sulthan Thaha
Syaifuddin Jambi mapun perguruan tinggi di seluruh Indonesia, namun sejauh ini
informasi yang didapat belum diketahui ada yang melakukan pembahasan secara
18
khusus mengenai tradisi pengobatan Nyerang di desa Pulau Salak Baru kecamatan
Batang Asai kabupaten Sarolangun.30
Satu hal penting yang harus dilakukan peneliti dalam penelitian ilmiah adalah
melakukan tinjauan atas penelitian-penelitian terdahulu.Hal ini lazim disebut dengan
istilah prior research. Prior research penting dilakukan dengan alasan untuk
menghindari adanya duplikasi ilmiah, untuk membandingkan kekurangan ataupun
kelebihan antara penelitian terdahulu dan penelitian yang akan dilakukan dan untuk
menggali informasi penelitian atas tema yang diteliti dari peneliti sebelumnya.31
Berdasarkan pengamatan penulis, sampai saat ini terdapat beberapa karya berupa
buku ataupun karangan yang membahas mengenai penelitian kebudayaan tentang
tradisi pengobatan bagi masyarat setempat. Beberapa karya yang telah ditulis sebagai
berikut:
Pertama penelitian ilmiah (jurnal) dalam konteks ilmu Humaniora yang
ditulis olehBani Sudardi, Vol. XIV, No. 1, 2001 yang berjudul Konsep Pengobatan
Tradisional Menurut Primbon Jawa. Dalam jurnal tersebut membahas tentang obat-
obat tradisional yang terdapat dalam Primbon yang mengingat Primbon sampai
dewasa ini masih fungsional dan penelitian ini juga menyajikan suatu deskripsi
tentang konsep pengobatan di kalangan masyarakat Jawa sebagaimana yang
30 Hasil pengatam penulis yang didapat dari sumber wawancara bersama balai adat di desaPulai Salak Baru dan hasil pengamatan di wilayah perpustakaan kampus UIN sultah thaha syaifidiinjambi.
31Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah Islam, (Yogyakarta: Ombak, 2011).Hlm 10.
19
tercermin dalam primbon-primbon32. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang
akan saya teliti yaitu dimana penelitian ini menggambarakan proses pengobatan yang
dilesatarikan dalam buku yang bernama primbon bagi masyarakat Jawa, sedangkan
penelitian saya sistem pengobatan hanya dilestarikan dalam tingkah laku atau
langsung mempraktekkan langsung dan hanya tercantun dalam ingatan masyarakat
saja.
Keduapenelitian ilmiah (jurnal) dalam konteks ilmu Humaniora yang ditulis
oleh Syahrun, S.Pd.,M.Si.yang berjudulPengobatan Tradisional Orang Buton (Studi
Tentang Pandangan Masyarakat Terhadap Penyakit Di Kecamatan Betoambari Kota
Bau-Bau Propinsi Sulawesi Tenggara).Meski penelitain ini dengan penelitian yang
akan saya teliti sama-sama pengobatan tradisonal dari peninggalan para leluhur akan
tetapi memiliki perbedaan yang sangat signifikan, diantranya penelitian ini
mengobati penyakit seperti semacam gangguan terhadap pikiran dan fisik manusia,
sehingga mengakibatkan tidak dapat melaksanakan kegiatan / pekerjaan dengan baik.
Dengan kata lain sakit adalah gangguan yang datang menyerang tubuh manusia baik
secara fisik maupun batin (kejiwaan), sedangkan penelitian saya ini menyebuhkan
penyakit luka terkena benda-benda tajam dan luka bakar.
32Dalam tardisi Jawa, primbon biasanya dimiliki oleh tokoh-tokoh masyarakat yangdianggap sebagai intelektual dizamannya seperti tetua adat, dukun, guru kebatinan dansebagainya.Primbon merupakan buku yang menyimpan pengetahuan tentang berbagai hal.Isi primbonberupa aneka ragam pengetahuan yang berkaitan dengan kebutuhan sehrai-hari untuk mendapatkankeselamtan dan secara garis besar primbon berisi masalah perkawinan, kelahiran, kematian dansebagainya yang berkaitan dengan hubungan manusia.
20
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Krangka Teori
Penelitian ini merupakan penelitian kebudayaan yang mana dalam penelitian
ini untuk mempermudah kajian dalam memberikan pengertian maka diperlukan
konsep yang berhubungan dengan judul tersebut, dan untuk memperkuat,
menganalisa, dan mengkaji suatu permasalahan yang ada dalam penelitian ini
diperlukan pendapat para ahli yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.
1. Masyarakat
Menurut J.L Gillin dan J.P Gillin bahwa masyarakat adalahThe largest
grouping in which common customs, traditions, attitudes, and feelings of unit are
operative. Yang mana menurut Gillin masyarakat merupakan unsur kesatuan hidup
yang mana terdiri dari unsur adat istiadat dan identitas bersama. Definisi yang serupa
masyarakat merupakan kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu
sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa
identitas bersama.33
Jadi masyarakat sekitar yang hidup bermasyarakat yang saling berinteraksi
dan terdapat suatu aturan dan norma dan adat istiadat di dalamnya sehingga
masyarakat harus mengikuti aturan yang ada dalam masyarakat tersebut. Namun hal
33Koentjdiningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, hlm 118.
21
ini tidak bisa berlangsung dalam waktu yang singkat sehingga masyarakat harus
memiliki kontinu atau menetap lama ditempat tersebut.
Masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan
kebudayaan.Dengan demikian tidak ada masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan.
Dua orang Antropologis terkemuka, yaitu Melville J. Herskovits dan Bronislaw
Malinowski, mengemukakan bahwa Culture Determinism berarti segala sesuatu yang
terdapat didalam masyarakat ditentukan adanya oleh kebudayaan yang dimiliki oleh
masyarakat itu.34
2. Kebudayaan dan sistem pengobatan
Kebudayaan adalah seluruh hasil usaha manusia baik berupa benda maupun
buah pikiran dalam penghidupannya. Menurut ilmu antropologi kebudayaan adalah
keseluruhan system gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan
masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar.35
Jadi, kebudayaan mengarah kepada berbagai aspek kehidupan, yang meliputi
cara berlaku, kepercayaan dan sikap-sikap, serta dari hasil kegiatan manusia yang
khas yang dipelajari untuk masyarakat atau kelompok tertentu.
Menurut Herbert Blumer, kebudayaan adalah manusia berelasi dengan
manusia dan benda-benda disekitarnya dalam rangka menghasilkan suatu makna.
Dengan kata lain, Helbert Blummer, lebih kepada bagaimana manusia menciptakan
34Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta; Rajawali Pers, 1942), hlm 147.35Koenjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: PT Gramedia, 1980), hlm.144
22
dan mempergunakan makna-makna daripada bagaimana petunjuk dan norma serta
nilai kultur menyediakan penjelasan atas makna kegiatan tersebut.36
Kebudayaan sebagai keseluruhan hidup manusia yang kompleks, meliputi
hukum, seni, moral, adat istiadat dan segala kecakapan lain yang diperoleh manusia
sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan dipandang sebagai warisan tradisi yang
dianggap sebagai cara dan aturan hidup manusia, seperti cita-cita, nilai dan tingkah
laku yang memiliki sistem kebudayaan.37
Sistem kebudayaan tidak lepas dari sistem nilai yang ada di masyarakat.
Kebudayaan adalah hasil pikir dan daya cipta manusia dalam kehidupan sosialnya.
Menurut ahli antropologi, E.B Taylor, yang menulis dalam bukunya yang terkenal:
‘Primitive Culture’, bahwa kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks yang
didalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,
adat istiadat, dan kemampuan yang lain, serta kebiasaan yang didapat dari manusia
sebagai anggota masyarakat.38
Kebudayaan adalah system kognitif, suatu sistem yang terdiri dari
pengetahuan, kepercayaan dan nilai yang berada dalam pikiran anggota-anggota
individual masyarakat. Dengan kata lain, menurut pandangan ini kebudayaan berada
36Dedes Kurniadi, Skripsi Tradisi Lelang dalam pernikahan di desa rantau panjang,(Jambi:Sultan Thaha Saifuddin Jambi, 2012), hlm.8.
37Ahmad Akbar, Skripsi Upacara Basale Suku Anak Dalam di Desa Nyogan KecamatanMestong Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi, hlm.13.
38Ahmad Akbar, Skripsi Upacara Basale Suku Anak Dalam di Desa Nyogan KecamatanMestong Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi, hlm.14
23
dalam tatanan yang ideasional, atau kebudayaan merupakan perlengkapanyang
memiliki nilai-nilai perilaku sosial mengenai pantas tidak pantas, yang dilakukan oleh
kelompok masyarakat.39
3. Tradisi
Menurut J.C. Hastermann yang memandang tradisi dari sudut makna dan
fungsinya maka tradisi berisi sebuah jalan bagi masyarakat untuk memformulasikan
dan memperlakukan fakta-fakta dasar dari eksistensi kehidupan manusia seperti
konsensus masyarakat mengenai persoalan kehidupan dan kematian, termasuk
masalah makanan dan minuman.Tradisi merupakan tatanan transendental yang
menjadikan sebagai dasar orientasi untuk pengabsahan tindakan manusia.40
Tradisi dalam suatu masyarakat mencerminkan kelompok masyarakat tersebut
sehingga menjadi milik bersama dalam suatu masyarakat.Setiap masyarakat memiliki
tradisinya sendiri sesuai bagaimana mereka menghadirkannya didalam hidupnya.
Namun tradisi bukan untuk dijadikan sebagai suatu acuan bahwa ia lebih baik karena
setiap tradisi memiliki tujuan dan pemikiran masing-masing.
4. Konsep Sistem Pengobatan Tradisional dan Modern
Dalam kelompok masyarakat budaya terdapat suatu ketentuan turun menurun
sebagai perwujudan nilai masyarakat tersebut yang lebih dikenal dengan tradisi.
tradisi inilah yang dipertahankan sampai sekarang ini oleh setiap kelompok
39Ahmad Akbar, Skripsi Upacara Basale Suku Anak Dalam di Desa Nyogan KecamatanMestong Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi, hlm.13.
40Nur Syam, Madzhab-Madzhab Antropologi, hlm 70.
24
masyarakat. Menurut Piotr Sztompka, tradisi adalah keseluruhan benda material dan
gagasan yang berasal dari masa lalu namun benar-benar masih ada kini, belum
dihancurkan, dirusak atau dilupakan.41 Pengertian serupa dikemukakan pula oleh
Bastomi Sujawi, yang mengemukakan bahwa tradisi adalah roh dari sebuah
kebudayaan, dengan tradisi sistem kebudayaan akan menjadi kokoh. Bila tradisi
dihilangkan maka aka nada harapan suatu kebudayaan akan berakhir disaat itu juga.
Setiap sesuatu menjadi tradisi biasanya telah teruji tingkat efektifitas dan tingkat
efiensinya. Efektifitas dan efesiensinya selalu mengikuti perjalanan perkembangan
unsur kebudayaan. Berbagai bentuk sikap dan tindakan dalam menyelesaikan
persoalan kalau tingkat efektifitas dan efesiensinya rendah akan segera ditinggalkan
pelakunya dan tidak akan pernah menjelma menjadi sebuah tradisi.42 Berkenaan
dengan tradisi yang kaitannya tidak lepas dari kebudayaan, maka penulis
berkesimpulan, tradisi dari suatu kelompok masyarakat tidak akan hilang apabila
tradisi tersebut dipertahankan oleh masyarakatnya dan selalu dimunculkan kembali
oleh kelompok masyarakat tersebut sebagai sebuah identitas sosial dari kelompok
tersebut yang secara lisan diturunkan oleh nenek moyang baik berupa sastra, musik,
tarian, permainan, mitologi, ritual, kerajinan tangan , arsitektur bahkan kesenian
lainnya. Berkaitan dengan tradisi yang dibahas, kembali ke permasalahan “Tradisi
Pengobatan “Nyerang” di Desa pulau salak baru kecamatan batang asai kabupaten
41Piotr Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial.(Jakarta:Prenada Media Group, 2011), hlm.69-70.
42Bastomi, Suwaji, Kebudayaan Apresiasi Pendidikan Seni, (FKIP : Semarang, 1986),hlm.14.
25
sarolangun ”, yang tidak lepas pula dari pelaksanaan Ritual dalam melakukan
pengobatan. Berbeda dengan konsep pengobatan modern, yang didalamnya
menggunakan tenaga medis seperti Dokter, Bidan, Perawat, untuk mengobati pasien
nya. Mereka menggunakan berbagai obat untuk menyembuhkan dan mengatasi
penyakit tertentu dengan cara medis yang mereka lakukan dan jaringannya pun untuk
di desa terpencil masih terbatas. Maka digunakan alternatif pengobatan tradisional
untuk menyembuhkan penyakit yang memang sulit untuk diobati oleh tenaga medis.
5. Konsep Sehat Sakit Dalam Ilmu Antropologi
Penyakit yang tidak muncul bersamaan dengan saat munculnya manusia,
tetapi sebagaimana dikemukakan oleh Sigerit, Penyakit adalah bagian dari kehidupan
yang ada dibawah kondisi yang berubah-ubah.43 Menurut Foster dan Anderson
kesehatan berhubungan dengan prilaku. Prilaku manusia cenderung bersifat
adaptif.44Terdapat hubungan antara penyakit, obat-obatan, dan kebudayaan.45
Konsep sehat sendiri dalam antropologi menjelaskan dimana suatu keadaan
sempurna baik jasmani, rohani maupun kesejahteraan sosial seseorang.46 Jadi, peneliti
berkesimpulan, seseorang yang dikatakan sehat jelas tampak dari keadaan jasmani
maupun rohani nya yang sangat tampak jelas dalam keadaan baik-baik saja. Sakit
merupakan proses dimana fungsi individu mengalami perubahan atau penurunan bila
43Nova Maulana, “Buku Ajar Sosiologi dan Antropologi Kesehatan”, hlm, 74.44Https://kbbi.web.id/adaptif online, Adaptif ialah menyesuaikan diri dengan keadaan.45Nova Maulana, “Buku Ajar Sosiologi dan Antropologi Kesehatan”, hlm, 75.46Nova Maulana, “Buku Ajar Sosiologi dan Antropologi Kesehatan”, hlm, 98.
26
dibandingkan dengan kondisi individu sebelumnya.47 Jadi, ketika seseorang terserang
penyakit maka dibutuhkan pengobatan sebagai cara menyembuhkan si sakit.
Pengobatan yang dilakukan bisa mencakup pengobata modern dan tradisional. Untuk
pengebotan modern sebelumnya telah dijalaskan bagaimana aturan dalam mengobati
pasiennya. Berbeda dengan pengobatan tradisional, memiliki tata cara yang cukup
unik dalam mengobati pasiennya. Salah satunya adalah mengadakan kegiatan Ritual
dalam prosesi pengobatannya.
47Nova Maulana, “Buku Ajar Sosiologi dan Antropologi Kesehatan”, hlm, 101.
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Pulau Salak Baru Kecamatan Batang Asai
Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi yang merupakan salah satu Desa di Kecamatan
batang asai kabupaten sarolangun yang dihuni atau ditempati oleh mayoritas
masyarakat suku Melayu Jambi. Penelitian ini memililih aktifitas Tradisi Pengobatan
Nyerang yang di praktekkan oleh masyarakat suku Melayu. Lokasi pelaksanaan
Tradisi Pengobatan Nyerang dilakukan pada rumah orang yang terkena musibah dan
di lakukan secara diam-dian tanpa sepengetahuan tuan rumah.48 Pelaksanaan Tradisi
Pengobatan Nyerang dilaksanakn setelah tiga hari setelah musibah terjadi.49
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriftif.
Deskriftif kualitatif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian
atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap obyek yang
diteliti.50
B. Metode Penelitan
Penelitian ini berusaha mengungkapkan sebuah tradisi Pengobatan Nyerang
bagi masyarakat di desa Pulau Salak Baru kecamatan Batang Asai kabupaten
Sarolangun.Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian
48 Wawanacara bersama bapak Wewen Aryanto selaku da’I di lingkungan desa pulau salk baru 13oktober 2019 16:46 WIB
49 Wawancara bersama ibuk Yulidar selaku masyarakat di desa pulau salk baru 16 oktober2019, 13.49 WIB
50 Lexy J Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm.11
28
kualitatif.Penelitain kualitatif merupakan model penelitian yang bertujuan
mengungkapkan fenomena yang ada dan memahami makna dibalik fenomena
tersebut (tecil knowledge).51 Motode penelitian kualitatif mencakup beberara bagian
diantara:
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Kajian ini merupakan kajian Etnografi yang berbentuk
deskriptif kualitatif, dengan menggunakan metode studi kasus. Instrumen
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara,
observasi dan dokumentasi.52
2. Jenis dan Sumber Data
Data ialah keterangan yang dapat dijadikan dasar penelitian atau
segala hal yang dapat digunakan sebagai bahan penyusunan informasi dan
pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang terbagi
dalam dua jenis data yakni data primer dan data sekunder.
a. Data Primer
Data primer ialah data yang diperoleh secara langsung oleh
perorangan atau organisasi melalui objeknya, hal ini dalam bentuk
dokumen misalnya catatan rapat, arsip-arsip laporan sedangkan dalam
sumber lisannya ialah wawancara langsung. Data primer juga data
51Tim penyusun pedoman penulisan skripsi, pedoman penulisan skripsi fakultas adab-sastradan kebudayaan isalam( Jambi: fakultas adab-sastra dan kebudayaan isalam, 2013), hlm 11.
52Lexs Maleong, Mtodelogi Penelitian Kualitatif, hlm 235-236
29
yang diperoleh secara langsung dari sumber yang pertama dilakukan
wawancara, observasi dan yang diperoleh mentah-mentah sehingga
memerlukan analisis lebih lanjut. Data primer yang dimaksud oleh
peneliti dalam hal ini ialah yang berkenaan dengan Tradisi Pengobatan
Nyerang di Desa Pulau Salak Baru Kecamatan Batang Asai Kabuapten
Sarolangn.
b. Data Sekunder
Data sekunder ialah data kedua diambil secara tidak langsung
dari sumbernya yang berasal dari bahan kepustakaan, dokumen dan
lain sebagainya. Data sekunder juga dapat diartikan sebagai data yang
disampaikan bukan dari saksi mata atau data yang diperoleh melalui
penggalian literature dan data yang sudah didokumentasikan yang
berfungsi sebagai pendukung sumber data yang pertama. Dalam hal ini
yang peneliti maksud ialah :
Gegografis Dan Historis Desa Pulau Salak Baru
Keadaan Penduduk Dan Agama Di Desa Pulau Salak Baru
Struktur Organisasi Desa Pulau Salak Baru
3. Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini berasal dari subjek dimana data
diperoleh. Apabila penelitian menggunakan kuisioner atau wawancara dalam
30
pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden yaitu orang yang
menjawab pertanyaan peneliti atau orang yang merespon dengan baik tertulis
maupun lisan. Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari :
1. Sumber data berupa manusia, Yaitu Dai Di Lingkunagn Desa Pulau Salak
Baru , Masyarakat Berada Di Desa Pulau Salak Baru, Tokoh Masyarakat,
Kepala Desa Pulau Salak Baru.
2. Sumber data berupa dokumen tertulis, yaitu dokumentasi yang
berhubungan dengan permasalahan penelitian.
Penetapan sumber data di atas menggunakan teknik sampel purposive
atau teknik sampel yang bertujuan untuk pemilihan informan atau situasi
sosial tertentu atas dasar apa yang kita ketahui tentang elemen-elemen yang
ada. Apabila dalam proses pengumpulan data suatu topic tidak ditemukan
lagi, maka penelitian tidak perlu lagi melanjutkannya dengan mencari
informasi atau sampel baru. Artinya jumlah sampel sangat sedikit.
4. Teknik Pemilihan Informan
Dalam metode Ralat di Purposive sampling.
Informen adalah orang yang memberikan informasi. Dalam penelitian,
seorang informan merupakan “orang nomor satu” setelah peneliti. Karena
tanpa informen, penulis mungkin akan buta dan kebingungan untuk
mendapatkan informasi yang berkaitan dengan penelitian ini. Untuk
menentukan informan, peneliti menentukan informen yang benar-benar
31
memahami akan kajian dari peneliti. Peneliti menggunakan tekhnik
Snowballing, artinya jumlah informen yang tidak terbatas jumlahnya.
Karakteristiknya pun tidak ditentukan oleh peneliti, melainkan didasarkan
pada rekomendasi informen sebelumnya.
Melalui rekomendasi itu peneliti segera menghubungi informen
berikutnya sampai data yang diperoleh mendapat kesatuan yang utuh. Orang-
orang yang akan diwawancarai adalah para Indok Bako, , Masyarakat Desa
Pulau salak baru, Tokoh Adat, Kepala Desa pulau salak baru, Kepala Dusun,
dan Pemuka Agama. Selain itu untuk data sekunder lain yang digunakan
peneliti yaitu sumber tulisan seperti buku, skripsi, artikel, koran, majalah, dan
situs web yang berkaitan dengan penelitian ini.
5. Tehnik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang akan peneliti gunakan dalam
penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi,
sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:
a. Observasi
Untuk mendapatkan hasil maksimal, maka peneliti
menggunakan teknik observasi atau pengamatan. Observasi
merupakan yaitu teknik pengumpulan data yang mengharuskan
peneliti turun kelapangan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan
ruang, tempat, kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan, dan
32
perasaan, yang diamati oleh peneliti hal-hal yang terkait dan relevan
dengan data yang dibutuhkan. 53
Dengan melakukan teknik observasi, peneliti akan mengetahui
dan merasakan apa yang dirasakan oleh subjek penelitian atau ketika
lagi wawancara peneliti biasa mendeskripsikan pengalaman informan.
Teknik observasi atau pengamatan ini digunakan untuk mendapatkan
pengetahuan dari peneliti yang berkaitan dengan Tradisi Pengobatan
Nyerang di Desa Pulau Salak Baru Kecamatan Batang Asai.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu,
percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan.54Wawancara
berbeda dengan percakapan sehari-hari.Wawancara adalah sebuah
percakapan dengan maksud tertentu.55 Dalam wawancara, apa yang
diterangkan informan mengenai adat yang bersangkutan akan dicatat.
Bukan hanya itu tetapi juga mencatat sebanyak mungkin kasus yang
nyata mengenai unsur kehidupan ekonomi, sosial, keagamaan dan
kesenian.
53 Sanapiah Faisal, Formar-Format Penelitian Sosial, (Jakarta: PT. Raja Grafindo persada),Hlm 32.
54Lexy J. Moleong,Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm 186.55Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm 212.
33
Dalam penelitian ini, wawancara merupakan proses pencarian
yang mendalam tentang diri subyek. Wawancara ini dapat membantu
peneliti dalam memahami masalah dalam konteks yang lebih luas
menyangkut aspek-aspek sosial budaya dan lingkungannya.
Wawancara yang di gunakan oleh peneliti yaitu wawancara
Baku Terbuka dimana jenis wawancara ini adalah wawancara yang
menggunakan seperangkat pertanyaan, kata-katanya, dan cara
penyajiannya pun sama untuk setiap responden.56Wawancara jenis ini
bermanfaat pula dilakukan apabila pewawancara ada beberapa orang
dan terwawancara cukup banyak jumlahnya.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu.Biasanya berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya
monumental dari seseorang.Dokumentasi ini adalah teknik terakhir
yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini.Agar
penelitian ini dapat didokumentasikan dengan baik.Maka diperlukan
alat/instrument seperti kamera atau handycam guna untuk mengambil
gambar/foto, film/video yang sesuai dengan kebutuhan peneliti.57
56Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, hlm 188.57Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm 216.
34
Pengumpulan data melalui dokumentasi, diperlukan
seperangkat alat atau instrument yang memandu untuk pengambilan
data-data dokumen. Ini dilakukan agar dapat menyeleksi dokumen
mana yang dipandang dibutuhkan secara langsung dan mana yang
tidak diperlukan. Data dokumen dapat berupa video, foto, gambar, dan
sebagainya. Pengamatan peneliti dibantu dengan dokumentasi melalui
foto meliputi data yang belum terdokumen dan sudah terdokumen.
Namun peneliti tentunya berhati-hati dalam pengambilan gambar.
Peneliti melakukan konfirmasi terlebih dahulu kepada informan dalam
pengambilan gambar, untuk menentukan mana yang boleh dan mana
yang tidak boleh diambil.
Adapun dokumentasi yang dapat peneliti kumpulkan adalah
berupa foto-foto ketika mewawancarai Objek, foto seputar kehidupan
masyarakat di desa Pulau Salak Baru, foto ketika melakukan
pengobatan, foto bahan-bahan yang berkaitan dengan tradisi
pengobatan nyerang, dan foto dalam prosesi pengobatan nyerang
menggunakan alat berupa HP.
d. Teknik Analisis Data
Analisa data adalah kegitan mengatur, mengurutkan,
mengelompokkan, memberi kode atau tanda, dan mengkategorikan
data tersebut. Semua data yang berhasil diperoleh dari wawancara,
35
observasi, dan dokumentasi dimasukkan dalam analisa data. Analisa
data berguna untuk mereduksi data menjadi perwujudan yang dapat
dipahami melalui pendeskripsian secara logis dan sitematis. Sehingga
fokus studi dapat di telaah, di uji dan dijawab secara cermat dan teliti.
Setelah penelitian ini, maka data yang diperoleh terlebih dahulu harus
diseleksi menurut kelompok variabel-variabel tertentu dan dianalisa
melalui segi kualitatif. Analisa data penelitian budaya berupa proses
pengkajian hasil wawancara, pengamatan, dan dokumen yang telah
terkumpul. Data tersebut sangat banyak jumlahnya, yang kurang
relevan patut direduksi. Analisis bersifat terbuka.58
1. Analisis Domain (Domain Analysis)
Dalam proses penelitian kualitatif, peneliti harus
melakukan tiga langkah persiapan, yaitu memilih situasi sosial,
melakukan tiga langkah persiapan, yaitu memilih situasi sosial,
melakukan observasi partisipan dan membuat catatan
etnografis. Setelah ketiga langkah awal ini dilakukan, maka
peneliti harus melakukan observasi deskriftif dan selanjutnya
melakukan analisa data. Apabila peneliti telah mengumpulkan
dan memiliki catatan mengenai observasi deskriptif yang
dilakukannya, dengan pertanyaan-pertanyaan yang berupa
58Suwardi Endaswara, Metode Teori Teknik Peneitian Kebudayaan, hlm. 2015.
36
grand tour dan mini tour, maka peneliti siap menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan dan kemudian
mengumpulkan data yang lebih baik. Secara umum domain
budaya dikelompokkan dalam 8 dimensi yaitu ruang, objek,
tindakan, kejadian, waktu, pelaku, tujuan dan perasaan.59
2. Analisis Taksonomis (Taxonomic Analysis)
Seorang peneliti memulai suatu penelitian secara
mendalam dengan memilih beberapa atau satu dominan budaya
untuk diteliti secara cermat. Tujuan utamanya adalah untuk
menemukan sejumlah domain yang memungkinkan. Melalui
hal ini peneliti belajar untuk mengeksplisitkan perbedaan
prilaku manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dalam tahapan
ini seorang peneliti ingin mendapatkan penelitian secara
mendalam mengenai domain budaya yang ditandai dengan cara
mengorganisir domain tersebut. Dengan demikian, peneliti
sebenarnya merupakan bagian dari domain yang lebih besar.
Sebagaimana domain budaya, taksonomi merupakan
59Suwardi Endaswara, Metode, Teori, Tekhnik Penelitian Kebudayaan: Ideologi,Epistimologi, dan Aplikasi, (Yogyakarta : Pustakawidyatama, 2006), hlm.215.
37
seperangkat kategori yang disusun berdasarkan hubungan
semantic yang tunggal. Perbedaan utama diantara keduanya
adalah bahwa taksonomi menunjukkan hubungan yang lebih
banyak diantara hal-hal yang ada didalam domain budaya.60
3. Analisis Komponensial (Componential Analysis)
Tujuan seorang peneliti yang melakukan penelitian
kualitatif adalah untuk menemukan pola budaya yang
digunakan masyarakat untuk mengorganisasikan prilaku
mereka, untuk membuat dan menggunakan objek, untuk
menyusun ruang dan untuk mengekspresikan pengalaman
mereka. Seorang peneliti memulai penelitiannya dengan
memilih suatu situasi sosial dan melakukan observasi secara
tidak langsung. Budaya merupakan seperangkat simbol yang
memiliki makna kompleks yang ingin diteliti oleh seseorang.
Sistem makna ini dapat dinyatakan secara tacit (tersembunyi)
atau secara eksplisit, tergantung pada pengamatan yang
diakukan oleh peneliti. Oleh karena itu, seorang peneliti
menemukan maksud dalam suatu budaya.61
60Suwardi Endaswara, Metode, Teori, Tekhnik Penelitian Kebudayaan: Ideologi,Epistimologi, dan Aplikasi, hlm.215.
61Suwardi Endaswara, Metode, Teori, Tekhnik Penelitian Kebudayaan: Ideologi,Epistimologi, dan Aplikasi, hlm.261.
38
4. Menemukan tema budaya (Cultural Theme Analysis)
Seorang peneliti harus selalu ingat bahwa penelitian
dilakukan pada dua tingkatan pada waktu yang sama. Salah
satunya menguji detai-detail kecil dari sebuah budaya dan pada
saat yang sama juga mencari gambaran yang luas mengenai
budaya tersebut. Deskripsi budaya ini meliputi analisis secara
mendalam menganai domain yang terpilih dan juga meliputi
peninjauan terhadap budaya dan pernyataan yang disampaikan
secara keseluruhan. Beberapa peneliti menyampaikan hal ini
dengan istilah pendekatan inventaris (Inventory Approach) dan
mereka mengidentifikasikan semua domain yang berbeda ini
dalam sebuah budaya yang terdiri dari kategori
“Kekeluargaan”, “Budaya Material” dan “Hubungan Sosial”.
Hal ini perlu untuk menemukan tema budaya yang telah
dipelajari oleh anggota masyarakat dan menggunakannya
untuk menghubungkan domain-domain yang ada. Tahap
analisis untuk menemukan tema budaya ini merupakan suatu
langkah yang digunakan untuk memberikan suatu pandangan
yang menyeluruh tentang suatu budaya.62
e. Triangulasi Data
62Suwardi Endaswara, Metode, Teori, Tekhnik Penelitian Kebudayaan: Ideologi,Epistimologi, dan Aplikasi, hlm.265.
39
Triangulasi data merupakan teknik pemeriksahan keabsahan
dan kebenaran data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data
itu untuk keperlian pengecekan atau sebagai pembanding terhadap
data itu. Uji keabsahan melalui triangulasi ini dilakukan karena dalam
penelitian kualitatif untuk menguji keabsahan informasi tidak dapat
dilakukan dengan alat-alat uji statistik. Denzim telah mengemukakan
empat model triangulasi yaitu dengan pengunaan sumber, metode,
peneliti dan teori yang ganda atau berbeda. Dalam hal ini peneliti
memilih triangulasi sumber. Penelitian dengan sumber ini dapat
dilakukan dengan cara:
1. Membandingkan data hasil observasi dengan data hasil
wawancara.
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum
dengan apa yang dikatakannya secara pribadi.
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
4. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen
yang berkaitan.
Berdasarkan teknik triangulasi tersebut, maka dimaksud untuk
mengetahui kebenaran data-data yang diperoleh dilapangan tentang
40
Tradisi Pengobatan Nyerang di Desa Pulau Salak Baru Kecamatan
Batanga Asai Kabupaten Sarolangun.
f. Pengecekan Keabsahan Data
Adapun data adalah kegiatan mengatur, mengurutkan,
mengelompokan, memberi kode atau tanda, dan mengkategorikan data
tersebut. Semua data yang berhasil diperoleh dari wawancara,
observasi dan dokumen atau secara gabungan yang dimasukkan dalam
analisis data.63 Analisis data berguna untuk mereduksi data menjadi
perwujudan yang dapat dipahami melelui pendeskripsian secara logis
dan sistematis.Sehingga fokus studi dapat ditelaah, diuji dan dijawab
secara cermat dan teliti. Setelah penelitian ini, maka data yang
diperoleh terlebih dahulu diseleksi menurut kelompok variabel-
variabel tertentu dan dianalisa melalui segi kualitatif, analisis data
penelitian budaya berupa proses pengkajian hasil wawancara,
pengamatan, dan dokumen yang telah dikumpukan.
.
63Lexy J. Maleong,Metode Penelitian Kualitatif, hlm 234.
41
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Sejarah Desa Pulau Salak Baru
Sejarah Desa pulau salak baru yag di ambil dari peggabuga tiga
dusu yag disatuka meajdi satu desa yaitu desa pulau salak baru. Nama-nama
dusun yang digabungkan tersebut diantaranya; dusun palau sarut, dusun
sungai salak dan dusun baru. Penggabungan dari tiga dusun tersebut dengan
alasan sebeb krtiga dusun tersebut memang sangat berdekatan dan pemerintah
setempat di bentk satu desa di bawah pengurusan kepala desa, dimana setiap
ketiga nama dusun dipadukan. Nama desa pulau salak baru yang ambil dari
kata dusun pulau sarut yang hanya di ambil kata “pulau” nya saja sedangkan
kata “salak” di ambil dari nama dusun pulau salak sedangkan kata baru di
ambil dari nama dusun baru. Sehingga terbentuk lah sebuah desa yang hingga
saat ini di kenal dengan nama desa pulau salak baru.64
b. Sistem Kemasyarakatan Dan Organisai Sosial
Organisasi merupakan salah satu begian dari unsur kebudayaan
adat terdapat dalam sebuah masyarakat. menurut Keontjaningrat bahwa dalam
organisani sosial terdapat atauran-atauran atau norma-norma yang mengatur
kehidupan masyarakat. Setiap berorganisasi diatur oleh aturan-aturan atau
64 Wawancara bersama bapak sahrin, selaku mantan kedes desa pulau salak baru pada harirabu 18/09/2019 14:19 WIB.
42
adat istiadat mengenai berbagai macam kesatuan tertentu.65 Organisasi sosial
merupakan bagian integral dari sebuah masyarakat dimana aturan-aturan dan
norma-norma dibuat oleh struktur yang ada dalam masyarakat tersebut. Dalam
masyarakat Desa Pulau Salak Baru, organisasi sosial yang masih berlaku dan
masih diyakini fungsinya sebagai pengontrol sosial adalah struktur
kepemimpinan berjenjang dari pihak laki-laki. Struktur tersebut antara lain;
Tengganai, Tuo Tengganai, dan Ninek Mamak. Struktur inilah yang masih
menjadi pedoman dalam mengatur kehidupan di masyarakat desa pulau salak
baru, terkait antara lain dengan kekeluargaan, perkawinan, adat, serta mata
pemcaharian.
c. Letak Geografis Desa Pulau Salak Baru
Desa Pulau Salak Baru adalah nama salah satu desa yang
berada di dalam wilayah Kecamatan Batang Asai Kabupaten Sarolangun.
Desa Pulau Salak Baru ini terletak di bagian tengah kecamatan Batang Asai
setelah Desa Bukit Kalimau Ulu dari pusat pemerintahan Kecamatan Batang
Asai Kabupaten Sarolangun. Masyarakat di Desa Pulau Salak Baru ini
mayoris bersuku melayu Jambi dan ada juga suku pendatang seperti suku
Jawa. Desa Pulau Salak Baru terbagi menjadi 13 RT dan 3 dusun diantaranya;
1. Dusun Sungai Salak.
2. Dusun Baru.
3. Dusun Pulau Sarut.
65 Keontjaraningrat…
43
Kemudian di Desa Pulau Salak Baru ini menurut cacatan yang
terdapat pada dokumen luas daerah 5300 M/S. adapun batas-batas wilayah
desa Pulau Salak Baru yang penulis ambil dari data wawancara bersama
bapak Sahrin saluki mantan kades desa Pulau Salak Baru sebagai berikut
1. Sebelah utara berbatasan dengan desa Rantau panjang jarak
tempuh antar dua desa ini sekitar 500 M.
2. Sebelah selatan berbatasan dengan desa Bukit Kalimau Ulu.
3. Sebelah Timur berbatasan dengan desa Sungai Baung.
4. Sebelah barat berbatasan dengan desa Muaro Talang.
Orbit atau jarak wilayah desa kasiro yaitu:
1. Jarak dari desa Pulau Salak Baru kepemerintahan kecamatan
3 KM
2. Jarak desa Pulau Salak Baru ke pemerintahan ibu kota
kabutan sejauh 110 KM
3. Jarak dari desa Pulau Salak Baru ke pemerintah provinsi
sejauh 380 KM.66
3. Jumlah Penduduk Desa Pulau Salak Baru.
Jumlah penduduk desa pula salak baru 1.273 orang dari 456 kk
yang mna semua penduduk yang menepati desa tersebut adalah asli warga
66 Wawancara bersama bapak sahrin, selaku mantan kedes desa pulau salak baru pada harirabu 18/09/2019 14:19 WIB.
44
Negara Indonesia memeliki mata pencarian petani dan berkebun. Untuk lebih
jelas lihat pada tabel berikut ini:
E.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin.67
No Jenis kelamin Jumlah
penduduk
1 Laki-laki 424
2 Perempuan 848
Jumlah 2373
e. Struktur Pemerintahan.
Struktur pemerintahan adalah kerja sama dan pembagian tugas
antar personal pemerintaha dega bawahan serta masyarakat untuk
melaksaakan satu pembangunan. Melalui organisasi ini merupakan salah satu
indikator berjalannya perubahan dengan baik. Serta, hasilnya suatu
pemerintahan dan kepemimpinan yang baik pula sebagai yang harapka oleh
masyarakatsetempat.
Sebagai organisasi kerja sama untuk mencapai tujuan dari pada
organisasi teresebut maka harus disusun sebagai tata lakasana yang dapat
melaksanakan tugas masig-masing serta kewajibannya sebagai koordinasi
67 Data dokumentasi Desa Pulau Salak Baru Tahun 2019
45
dalam sutu organisasi supaya bisa mencapai tjuan umum maupuan tujuan
khusus menurut jenis dan tingkatannya masing-masig.
Adapun tujaan yang hendak dicapai terlaksana, maka perlu
adanya system koordinasi da kerjasama antara atasan dan bawahannya, serta
mempunyai tanggung jawabab yang penuh dalam mengelola organisasi
tersebut. Apabila hal tersebut terlaksana dengan baik maka akan terciptalah
adanya hubungan koordinasi dan kerja sama yang harmonis dan lancer antara
masig-masig pengurus. Sehingga, akan terjamin kesuksesan penyelenggara
program kegiata pemerintah di desa Pulau Salak Baru sesuai dengan apa yang
di tetapkan secara bersama.
Untuk lebih jelas mengenai tugas-tugas yang ada dalam
pemerintahan desa Pulau Salak Baru ini maka dapat di kemukakan sebagai
berikut:
1. Kepala desa terdiri dari satu orang yang merupakan orang tertinggi
jabatannya dalam suatu desa yang memiliki peran penting dan
tanggung jawab yang besar terhadap masyarakat desa Pulau Salak
Baru dan berjalannya atau tidak suatu pemerintahan desa Pulau
Salak Baru ini sangat tergantung kepada kemauan dan kemauan
serta kecakapan pemimpin.68
2. Sekretarsi desa adalah unsur staf yang merupakan jabatan tertinggi
yang kedua yang bertugas membantu kepala desa Pulau Salak
68 Data Dokumentasi Desa Pulau Salak Baru Tahun 2019
46
Baru dalam menjalankan suatu hak dan wewenang dalam
kepemimpinan desa.
3. Kepala Urusan (KAUR) adalah kepala badan yang menjalankan
urusan sosial sesuai dengan bidangnya masing-masing.
4. Kepala dusun (KADUS) adalah unsur pelaksana tugas desa dan
memimpin wilayah kerja tertentu.
5. Ketua Rukun Tentangga (RT) adalah unsur pelaksana tugas kepala
dusun (KADUS) dan pemimpin wilayah tertentu.69
Dengan adanya pembagian tugas sesuai dengan bagainnya masing-
masing seperti diatas diterapkan system koordinasi dan kerja sama yang
sungguh-sungguh dalam pembangunan desa Pulau Salak Baru dapat
terlaksana dengan baik sesuai dengan apa yang di harapkan sebelumnya.
Adapun struktur organisasi pemerinrahan desa Pulau Salak
Baru kecamatan Batang Asai ini meliputi beberapa personil untuk lebih
jelasnya dapat di lihat melalui struktur organisasi sebagi berikut:
69 Data Dokumentasi desa Pulau Salak Baru Tahun 2019
47
Strukut Organisasi Pemerintahan Desa Pulau Salak Baru
Kecamatan Batang Asai Kabupaten Sarolangun
Kepala Desa
Tabroni
Sekretaris Desa
Arlius
Kasi Pemerintahan
Iskandar
Kasi Pembangunan
Abu Bakar
Kasi Umum
Mardian
Dusun
Saipul
Dusun
habi
Dusun
Marsal
Dusun
yusar
Dusun
Marat
Rt-rt
01-03
Rt-rt
04-06
Rt-rt
06-09
Rt-rt
10-12
Rt-rt
13
48
Pemerintahan desa pulau salak baru kecamatan batang asai kabupaten
sarolangun dilakukan dalam menjalankan roda pemerintahan desa demi ketertiban
dan kelancaran pemerintahan desa yang selengkapnya dapat di lihat sebagai berikut:
Kepala desa : tabroni
Sekretari desa : arliyus
Ketua lembaga adat : Mat Safawi
Ketua BPD : Arzil
Kasi pemerintahan : iskandar
Kasi pembangunan : abu bakar
Kasi umum : mardian
Kadus 1 : Saipul
Kadus 2 ; Habi
Kadua 3: Marsal
Kadus 4 : Yusar
Kadus 5: Marat
Ketua rt 1: Sarki
49
Ketua rt 2: Kasyani
Ketua rt 3: Tamam
Ketua rt 4: Parul
Ketua rt 5: Jumas
Ketua rt 6: Ancol
Ketua rt 7: Supratman
Ketua rt 8: Saril
Ketua rt 9: Adi
Ketua rt 10: Daud
Ketua rt 11: Madin
Ketua rt 12: Bosan
Ketua rt 13: Sukur
Dalam pelaksanaan pemrintahn desa pulau salak baru di bantu oeh seorang
kades. Disamping itu juga dibantu oleh tiga orang kasi yaitu kasi pembangunan, kasi
pemerintahan dan kasi umum dan lima orang kadus ( Saipul, Habi, Marsal, Yusar,
Marat).70
f. Keadaan Sosial
70 Data Dokumentasi Desa Pulau salak baru Tahun 2019
50
1. Pendidikan
Masalah pendidikan merupakan masalah yang sangat penting bagi
kehidupan individu, keluarga masyarakat maupun kepentingan bangsa dan negara.
Dalam rangka membina dan mengembangakn bakat anak desa pulau salak baru
kecamatan batang asai kabupaten sarolangun ini didirikan beberapa bangunan
lembaga pendidikan baik negeri maupun swasta karean dengan melalui proses
pendidikan itulah seseorang individu mampu berkembang dan mengembangkan
potensi yang ia miliki. Sementara itu untuk megetahui potensi diri maka seorang
individu harus melalui suatu proses pendidikan. Dengan pendidikan seseorang
dapat berkembang dengan baik sekaligus akan menimbulkan perubahan-perubahn
dari dalam diri maupun lingkungan masyarakat sekitar secara baik dan benar.
Dari pengamatan peneliti masyarakat desa pulau salak
barusangat memperhatiakn pendidikan anaknya mereka berbondong-bondong
bahkan bersaing dalam memberikan pendidikan yang terbaik untuk anaknya.
Kerena, mereka menganggap bahwa pendidikan itu sangat epnting bagi
perkembangan mental, spiritual dan kecerdasaan anaknya.
Dahulu masyarakat penduduk desa kasiro hanya pendidikan tama
sekolah dasar saja itupun ssangan sulit untuk ditemui, karena dengan kondisi yang
serba kecukupan merekan rela untuk tidak melanjutkan ketahap sekolah
selanjutnya bahkan orang-orang yang bisa sekolah pada zaman dahulu adalah
hanya mayoritas orang yang mempunyai ekonomi yang cukup saja sehingga orang
51
yang serba kekurangan harus putus sekolah karena keterbatasan biaya. Namun,
seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi saat ini membuat masyarakat
desa pulau salak baru ini bangkit dan membuat semangat yang kuat untuk
memikirkan pendidikan Anaknya yang dahukunya orang tua mereka tidak bisa
melanjutkan kejenjang sekolah menengah pertama bahkan taman sekolah dasar
pun ussah, tapi dengan adanya kondisi tersebut orang tua darfi masyarakat menjadi
antusias dalam pendidikan anak mereka tersebut, bahkan sehingga saat inisangat
jarang sekali masyarakat desa pulau salak baru ini yang putus sekolah.71
Semakin maju dan berkembangnya zaman di desa pulau salak baru
saat ini maka banyak pendidikan yang berdiri sebagai sarana untuk melanjutkan
pendidikan baik negeri maupun swasta. Maka dapat dilitah dari tabel lembaga
pendidikan yang ada di desa pulau salak baru:
1.1 Tebel Jenis Pendidikan Yang Ada Di Desa Pulau Salak Baru
No Lembaga pendidikan Jumlah
1 Pendidikan usia dini (PAUD) 2
2 Taman kanak-kanak 2
3 Sekolah dasar 2
4 Sekolah menenga pertama 1
71 Wawancara Kades Desa Pulau Salak Baru Pak Tabroni, 10 Oktober 2019.
52
5 Sekolah menengah atas -
6 Perguruan tinggi -
Jumlah 7
Dari tabel di atas tedapat empat lembaga pendidikan yang terdapat di desa
pulau salak baru. Meskipun tingkat sekolah menegat atas dan tingkat peguruan tingga
tidak ada di wilayah desa pulau salak baru maka para orang tua di desa pulau salak
baru melanjutkan pendidikan anaknya tingkat menengat atas di desa bukit kaliamu
ulu dan sebagain melanjutkan sekolahnya ke kota kabupaten maupun kota provinsi
sedangkan melanjutkan tingkat perguruan tinggi anak-anak masyarakat desa pulau
salak baru melanjutkan ke luar kota provinsi dan disekita kota provinsi.
2. Agama
Penduduk desa Pulau Salak Baru ini mayoritas memelka gama islam.
Mereka menjadikan agama islam sebagai pedoman hidup. Karena, masyarakat desa
pulau salak baru meruapak masyarakat pribumi dan sangat jarang di temukan berasal
dari daerah lain yang memiliki agama yang berbeda dari agama yang mereka anut,
karena ini sesuai dengan kedudukannya sebagai masyarakat pedesaan.72 Untuk lebih
jelsanya dapat di lihat pada tabel di bawah ini:
72 Wawancara kedes desa pulau salak baru, 10 oktober 2019.
53
a. Tabel Penduduk Berdasarkan Agama
No Agama Jumlah
1 Islam 1.273
2 Non Islam -
Jumlah = 1273
Berdasarkan kepercayaan masyarakat di desa pulau salak baru ini memiliki
sarana tempat mereka beribadah kepada Allah SWT. Untuk lebih jelasnya dapat di
lihat pada tabel di bawah ini:
b. Tabel Sarana Peribadahan Di Desa Pulau Salak Baru
N
No
Sarana ibadah Jumlah
1
1
Masjid 2
2
2
Mushola /
langgar
3
Jumlah: 5
54
Berdasarkan tabel yang tertera di atas masyarakat desa Pulau Salak Baru ini
hampir setiap dusun memiliki saran tempat beribadah yaitu di kenal dengan mushola.
Mushola memiliki sarana yang sangat penting bagi masyarakat setempat karena
setiap kegiatan keagamaan seperti sholat lima waktu mereka berbondong-bondong
untuk pergi ke mushola untk menunaikan kewajiban yaitu sholat berjamaah. Di desa
pulau salak baru ini memiliki masjid dua. Masjid juga memiliki peran penting dalam
beribadah sama halnya dengan mushola. Selian di gunakan sebagai tempat sholat
masjid dan mushola juga digunakan sebagai tempat untung mengajar anak-anak baca
tulis Al-Quran pada malam hari.
Didalam permaslahan keagamaan pembangunan dan perenovasian terhadap
tempar beribadah sangat diperhatikan oleh masyarakat setempat, sebagai bentuk rasa
tanggung jawab, mereka bergotong royong dalam pembangunannya. Bahkan,
masyarakat satu desapun saling membentuk terutama dalam permasalahan biaya,
walaupun hanya mendapat bantuan baiya dari pemerintah yang tidak begitu besar
namn selalu menegakkan sifat gotong royong secara bersama-sama.
Agama merupakan petunjuk yang memiliki peranan yang sangat penting bagi
masyarakat setempat, baik invidu, kelompk dan lain sebagainya. Maka tidak heran
jika kita memasuki desa Pulau Salak Baru terdapat banyak macam tradisi Islam yang
di lakukan oleh masyarakat setempat terutama membaca al-Quran, pembacaan
yasinan dimalam hari dengan berbondong-bondong pergi beguru. Itu lah yang
55
dilakukan oleh masyarakat setempat sebagai bukti bahwa system kegamaan masih
sangat kental dilakukan.73
A. Hasil dan Pembahasan
a. Sejarah Awal Tradisi Pengobatan Nyerang Di Desa Pulau Salak Baru
Munculnya tradisi pengobatan nyerang ini tidak luput dari seajarah. Sejarah
awal Tradisi pegobatan Nyerang di desa Pulau Salak Baru Kecamatan Batang Asai
Kabupaten Sarolagun masyarakat mempercayai bahwa pada zaman dahulu desa pulau
salak baru ini begabung dengan desa paniban baru dan desa rantau panjang dari
wilayah tersebut ada datuk atau sesepuh yang berkuasa di anatar wilayah tersebut
yang bernama Datuk Rajo Mangkuto dari itulah awal munculnya pengobatan
tradisioal bagi masyarat desa pulau salak baru hingga saat ini. Berikut data
wawancara yang penulis temukan di lapangan bersama bapak Wewen Aryanto;
“kalau berbicara mengenai orang pertama yang menemukan tradisi
pengobatan Nyerang tersebut itu kita tidak luput dari sejarah yaitu dalam sejarah di
desa pulau salak baru umumya kecamatan batang asai kabupaten sarolangun itu
bertetanggaan dengan desa rantau panjang dan desa paniban baru tiga desa tersebut
bernaung di bawah perlindungan satu datuk atau sesepuhan dari masyarakat desa
tersebut yaitu datuk rajo mangkuto dari datuk itulah awal mulanya diadakan tradisi
nyerang tersebut untuk melakukan pengobat tradisional bagi orang kampung”.74
73 Data Dokumentasi desa pulau Salak Baru tahun 201974 Wawancara bersama bapak wewen aryato selaku da’I di lingkungan desa pulau salak baru 11
oktober 2019, 08:14 WIB.
56
Dari hasil wawancara di atas bahwa awal mulanya muncul tradisi Nyerang ini
tidak bisa terlepas dari sejarah yang di mana pada masa penguasa wilayah tiga desa
yang sekarang dimana desa itu sekarang diantaranya desa Pulau Salak Baru desa
Rantau Panjang dan desa Paniban Baru. Penguasa yang menguasi wilayah-wilayah
tersebut adalah bernama Raja Mangkuto dangan sebutan masyarakat dari pada masa
raja penguasa itulah awal muncul terjadinya tradisi Nyerang ini.75
b. Faktor-Faktor Masyarakat Desa Pulau Salak Baru Masih Memakai
Nyerang Dalam System Penyembuhan.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi mengapa tradisi Nyerang pada
masyarakat di Desa Pulau Salak Baru masih sering dilaksanakan. Melalui observasi
dan wawancara yang dilakukan, peneliti mendapatkan informasi bahwa ada faktor
yang melatarbelakangi pelaksanaan tradisi ini masih sering dilakukan. Adapun faktor
tersebut ialah :
1. Faktor Interal
Faktor interal yang di maksud dalam pelitia ini di antaranya adalah bahwa
tradisi Nyerang ini adalah hasil warisan turun temurun dari nenek moyan masyarkat
desa Pulau Salak Baru. Berikut peejelsa dari sumber wawancara yang peulis temukan
dari iformen sebagai sumber;
“tradisi nyerag merupakan warisan dari nenek moyang kepada anak cucunya.
Selain, menyebuhkan sakit juga sabagi symbol mempererat silahturahmi antar
75 Wawancara bersama bapak wewen aryanto 11 oktober 2019.
57
sesama kuluarga terutama hubungan induk bako terhadapa keponakannya
sendiri”.76
Dari hasil informasi yang didapat dari wawancara yang penulis lakukan
bersama bapak Wewen Aryato bahwa tradisi Nyerang ini adalah warisan budaya
nenek moyang yang diturunkan kepada keturannya hingga sampai saat ini.
Masyarakat mempercayai bahwa dengan melakukan Nyerang ini bisa menyembuhkan
luka yang dialamai oleh keluarga yang terkena musubah. Meski masyarakat telah
hidup pada zam yag modern dan sudah hidup pada pengobatan meidi akan tetapi
pengibatan tradisi Nyerag tidak bisa merekan tinggalkan karena sebagai symbol
mereka masih mempertahann tradisi yang turunkan oleh nenek moyang mereka.
Selain itu tradisi Nyerang ini juga mempunyai fungsi atau symbol bahwa
melambangkan kepeduluan saudara ayah perempuan kepada keponakanya atau
mempererat silahtuhrami antar keluaraga.
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal yang dimaksud oleh peneliti disini ialah Menjaga solidaritas
sosial, sistem kekerabatan sangat kuat sehingga apabila mereka melaksanakan tradisi
pengobatan Nyerang maka akan sibuk induk bako dalam mempersiapkan prosesi
76Wawancara wewen aryato sebagai salah satu da’I di lingkungan desa pulau salak baru 11Oktober 21019 08:14 WIB
58
Nyerang tersebu. Dan para masyarakat lainnya membantu mencari bahan-bahan yang
digunakan dalam prosesi Nyerang nantinya.
Kemudian diantaranya faktor eksternal dari tradisi pengobatan Nyerang saat
iyaitu juga sebagai tindakan pengobatan herbal dari tumbuhan alam sekitar yang
mudah didapat di lingkungan masyarakat dan juga dengan tujuan pengurangan biaya
untuk berobat ke dokter.
c. Prosesi Tradisi Pengobatan Nyerang Bagi Masyarakat Desa Pulau Salak
Baru
1. Syarat Nyerang.
Tradisi pengobatan Nyerang merupakan peninggalan warisan
budaya dari nenek moyang Suku Anak Dalam. Mereka mempercayai ada
keunggulan dalam pengoatan nyerang yang dapat menjadi penyembuh
penyakit atau si sakit. Nyerang berasal dari bahasa asli Suku Melayu di desa
pulau salk baru kecamatan batang asai kabupaten sarolangun yang secara
umum berarti “keroyokan”. keroyokan yang di gunakan masyarakat di di di
inttruksi oleh indok bako gunakan untuk mengobati kemanakn yang sedang
sakit atau mereka menyebutnya si Sakit. Tradisi pengobatan Nyerang telah
dipraktekkan oleh nenek moyang masyarakat desa Pulau Salak Baru apabila
mereka terkena musibah luka dan luka bakar.
Tradisi Pengobatan Nyerang biasanya dipimpin oleh keluarga
sebelah ayah yang sakit atau yang di sebuta masyarakat setempat dengan
penyebutan Induk Bako. Indok Bako adalah saudara kandung perempuan ayah
59
orang yang asakit. Masyarakat desa Pulau Salak Baru percaya adanya
penagaruh besar bagi yang terkena musibah dengan melakukan pengotan
nyerang ini.
Pada setiap prosesi nyerang tidak ada bacaan atau mantar yang
bertentangan dengan aqidah agama Islam, akan tetapi hanya sebuah ungkapan
penyesalan dari indok untuk keponakan yang terkena musibah. hal Ini sedana
dengan informasi yang penulis temukan dilapang saat mewawancara bapak
wewen aryanto sebagai berikut;
“kalo berbica tentang mantra ataupun baca-bacaan yang
dilakukan disaat melakukan proses pengobatan nyerang namun
bacaan tertentu tidak ada tapi sebagai umat Islam sebagi umat muslim
hanya berdo’a untuk diberikan kesembuhan saja namun, di saat
melakukan penyerangan terhadap rumah tersebut ada kata-kata atau
semboyan yang diucapkan oleh seseorang yang menjadi coordinator
penyerangan yaitu tresebut tidak di ubah dan selalu dibaca setiap
proses penyerangan dilakukan ucapannya yaitu oiii ini rumah yang
bersalah hutang yang indak di bayar yooo kata-kata itu di percaya
bentuk kekesalan dari indok bako terhadap terhadap saudaranya
dengan tujuan pengusir penyakit mahluk ngaib jika dia berda di
rumah tersebut atau di sekelilingnya”.77
77 Wawancara bersama bapak wewen aryanto sebagai da’I di lingkungan desa pulau salkbaru, 11 Oktober 2019 08:13 WIB.
60
2. Waktu Pelaksanaan Nyerang
Nyerang untuk penyakit luka yang nampak oleh mata seperti luka
bakar luka karena benda tajam dan luak karna jatuh dari berkendara yang
dilaksankan anatar sebelum waktu magrib tiba. Tetapi di laksanakan secara
diam-diam tampa sepengetahuan orang rumah yang ingin diNyerang. Seperti
yang dikataka oleh inforemn yang penulis wawancari bapak:
“…. Dan proses pengobatan Nyerang itu dilakukan pada sore hari menjelang
malam sebelum magrib”.78
Dan begitupun informasi yang penulis temukan dari wawancara bersam ibuk
Yulidar sebagai masyarakat di desa Pulau Salak Baru sebagai berikut:
“… proses pengobatan Nyerang itu pun dilakukan tigo hari setelah
mengalami musibah…..”
Dari hasil wawanacara bersama bapak Saibul dan ibuk Yulidar bahawa prses
pengobatan taradisi Nyerang itu di lakukan antara sekitar jam lima sore sampai
waktu magrib tiba degan alasan karna waktu magrib merupakan waktu yang pas
untu prosesi Nyerang. Karena, hasil pengamatan penulis sendiri untuk melaluka
pegobatan Nyerang di lakukan secara diam-diam tanpa sepengetahuan orang
rumah yang ingi diserangi.
78 Wawancara bersama bapak Saibul selaku imam masjid di lingkungan desa pulau salakbaru 13 0ktober 2019, 16:54 WIB.
61
3. Bahan-bahan yang digunakan saat prosesi Nyerang
Bahan yang digunakan dalam proses Tradisi Pengobatan Nyerang diantaran
bahan-bahan yang terdapat yang tumbuh di alam atau dedaunan yang tumbuh dia
alam alam diantaranya yaitu:
a. Puntawar
Bahan yang gunakan dara pembuatan pun tawar diantaranya yaitu
Daun sedingin sebagai kegunaan suapaya luka-luka tidak prih dan
menjadi sejuk.
Daun setawa sebagai kegunaan menawarkan luka.
Daun sekerau kegunaannya sepaya luka cepat sehat .
Isi dari batang pisang
Tebu. Kegunaannya supaya luka tidak membusuk.
Puntawa ittu di letak atau di siram ke tempat terjadi luka yang masih parah
atau atau luka yang masih basah supayo luka menjadi dingin, hilang rasa nyeri, sakit,
dan bisa Sehat setelah disiram puntawa79
b. Pelepah pisang
kegunaan pelepah pisang saat prosesi berikut penejelasan dari infomen yang
penulis rangkum
79 Wawancara bersama ibuk Dan sebagai tokoh masyarakat di desa pulau salak baru
kecamatan batang asai 14 oktober 2019, 10:36 WIB
62
“…guno untuk nyerang umah atau nalo umah yang keno bahalak noh jadi
batang pisang tu di tuku basamo samo ka dinding umah….”80
c. Batang kincung.81
d. Batang pisang .
Kegunaan batang pisang yaitu untuk ditaman di halam rumah orang yang
terkena musibah. berikut penjelsan dari informen yang penulis wawancarai
“….Untuk ditanam di muko umah urang yang akan di serang sompak dengan
batang tebu. Guno noh untuk dipancung sudah setelah urang tuo ngato kato2 atau
baco untuk malepeh marah kepado panyakik yg adao di dalam umah….”82
Dari hasil informasi di atas bahwa batang pisang ditaman kemudian pada saat
proses penyerang dilakukan kemudian di batang pisang itu sebagai tempat
melampiasakna kekesalan amarah dengan tujuan supaya penyakit itu hilang.
4. Tata cara pengobatan Nyerang
Tatacara dalam prses ngobatan nyerang ini di awali dengan kordinasi indok
bako sebagai kepala utama dalm proses Nyerang di lakukan yang dimna indok bako
mulai mempersiap bahan-bahan yang di gunakan dalam alam atau dedaunan yang tuh
80 Wawancara bersama ibuk Dan sebagai tokoh masyarakat di desa pulau salak barukecamatan batang asai 14 oktober 2019, 10:36 WIB.
81Wawancara wewen aryato sebagai salah satu da’I di lingkungan desa pulau salak baru 11Oktober 21019 08:14 WIB
82 Wawancara bersama ibuk Dan sebagai tokoh masyarakat di desa pulau salak baru
kecamatan batang asai 14 oktober 2019, 10:36 WIB
63
di sekita seperti daun sedingin, daun kemupai, daun sekerau, daun setawar pelepah
pisang dan batang pisang.83 Kemudain si indok bako mulai mengundang para
masyarakat banyak untuk menyerang rumah keponakannya dengan membawa
peralatan yang telah di persiapkan. Proses penyerang ini dilakukan setalah tiga hari
setelah musibah terjadi dan proses ini di lakukan antara sore hari menjelang magrib
para masyarakat tadi akan memukul batang pisang dan pohon kincung ke rumah itu
sekuat mungkin dengan rasa kekesalan yang terjadi menimpa kemanakan si indok
bako prses ini akan berhati ketika si tuan rumah keluar dengan memca sungko kerang
bagai symbol memohon anpun atas penyerang itu terjdi kemudian tuan rumah
mangajak para rombonga indok bako dan para masyarakat untu naik kerumah
kemudian indok mako mengobati luka-luka yang terjadi ke pada kemanakan dengan
bahan yang tleh di siapkan seperi daun sedingin, daun secerau, daun kempuai dan
daun setawar.84
83 Wawancara wewen aryato sebagai salah satu da’I di lingkungan desa pulau salak baru 11Oktober 21019 08:14 WIB
84 Wawancara bersa ibuk yilidar selaku masyarakat di desa pulau salk baru, 14 oktober 2019, 16.35 WIB.
64
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah membahas dan menguraikan permasalahan mengenai Kajian Tradisi
Pengobatan Nyerang di Desa Pulau Salak Baru Kecamatan Batang Asai
Kabupaten Sarolangun, maka penulis menarik benang merah sebagai berikut :
1. Sejarah awal munculnya pengobatan Nyerang ini di mulai pada masa
pengusaan Raja Mangkuto yang menguasi tiga wilayah yang sekarang
wilayah itu terbagi diantaranya desa Rantau Panjang, desa Paniban Baru dan
Desa Pulau Salak Baru.
2. Mayoritas Masyarakat desa Pulau Salak Baru masih mempertahankan tradisi
Nyerang ini karena selain di percayai bisa menyembuhkan luka tradisi
Nyerang ini juga sebagai salah satu cara mempertahankan tradisi warisan
nenek moyang mereka sihingga tidak hilang di telan zaman dan juga bisa
mempererat silahturahmi kelurga antara keponakan dan induk bako.
3. Prosesi tradisi nyerang ini di lakukan antara sore menjelang magrib. dengan
tujuan supaya tuan rumah tidak menyadari dan merasa panik ketika proses
situ berlangsung. Dan para rombongan memukul bahan-bahan ke rumah yang
terkena musibah speri batang pisan, tebu, dan batang kincung.
65
B. Saran-saran
Dari permasalahan yang penulis paparka di atas, bahwa pelaksanaan Tradisi
Pengobatan Nyerang di Desa Pulau Salak Baru Kecamatan Batang Asai Kabupaten
Sarolangun merupakan sarana pengobatan alternative selain dokter maupun menteri
kesehatan. Meskipun tradisi ini merupakan salah satu dari Tradisi masyarakat Desa
Pulau Salak Baru Kecamatan Batang Kabupaten Sarolangun yang sudah dilakukan
sejak lama.
1. Untuk itu penulis ingin memberikan saran-saran yang sedikit membantu
memperkenalkan atas khasanah Tradisi masyarakat melayu di Jambi dalam
mempertahankan tradisi yang ada sejak nenek moyang mereka, sehingga tradisi
ini tidak hilang digerus zaman.
2. Kepada masyarakat khususnya para lembaga adat Batang Asai hendaknya
terus memberikan penjelasan dan pengenalan yang baik kepada anak, cucu,
kerabat dan masyarakat terang mengenai Tradisi Pengobatan Nyerang.
Menanamkan semangat akan cinta kepada Tradisi Pengobatan Nyerang
ataupun tradisi lainnya dalam nilai kebudayaan agar tetap dipertahankan dan
tidak tergerus oleh zaman.
3. Perlu adanya pemberian penyuluhan kepada tokoh pengobatan tradisonal dari
pemerintah dalam hal ini petugas kesehatan mengenai cara penggunaan
tumbuhan obat yang akan digunakan oleh tokoh pengobatan tradisional.
66
4. Untuk menghindari terjadinya kepunahan terhadap spesies dari tanaman
obatobatan khususnya di Desa Pulau Salak Baru Kecamatan Batang Asai
Kabupaten Sarolangun , maka diharapkan kesadaran dari berbagai pihak baik
masyarakat maupun pemerintah untuk ambil bagian dalam melestarikan atau
membudidayakan kembali sumua jenis tanaman obatobatan, yang sekarang
kondisinya semakin menipis oleh karena lingkungan alam atau hutan yang
selama ini dijadikan masyarakat sebagai tempat pengambilan tumbuh-
tumbuhan tersebut kondisnya semakin kritis. Adapun tindakan tepat yang
perlu dilakukan misalnya dengan menyediakan lahan sebagai tempat untuk
membudidayakan tumbuhan obat.
67
Daftar Pustaka
Buku, Jurnal dan Skripsi
Agoes, Azwar dan T. Jacb, Antropologi Kesehatan Indonesia Jilid I., Jakarta:Anggota IKAPI,1992
A.Dumatubun. E, Staff Dosen Jurusan Antropologi Universitas Cendrawasih,Kebudayaan dan Kesehatan Orang Papua dalam perspektif antropologikesehatan, Jurnal Kebudayaan dan Kesehatan, Volume 1 No.1, Agustus2002, Tanggal 23 September 2017 Pukul 14.00 Wib
Ahmad Akbar, Skripsi Upacara Basale Suku Anak Dalam di Desa NyoganKecamatan Mestong Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi.
Bani Sudardi, “Konsep Pengobatan Tradisoanal Menurut Primbon Jawa”,Kontekstual Juranal Penelitaian, Humaniora Vol. XIV NO. 1/2002.
Bastomi, Suwaji, Kebudayaan Apresiasi Pendidikan Seni, FKIP : Semarang, 1986.
Dedes Kurniadi, Skripsi Tradisi Lelang dalam pernikahan di desa rantau panjang,Jambi:Sultan Thaha Saifuddin Jambi, 2012.
Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah Islam, Yogyakarta: Ombak, 2011.
Doni Saputra, “Sistem Pengobatan Tradisional Pada Masyarakat Nagari SikuncurKecamatan V Koto Kampung Dalam Kabupaten Padang Pariaman”.
Dloyanah Kusumah, Pengobatan Tradisional Orang Bugis-Makasar”, PenelitianSejarah dan Budaya, Volume 09.No 2 Tahun 2017.
Endaswara, Suwardi, Metodelogi Penelitian Kebudayaan, Yogyakarta; Gajah MadaUniversity Press, 2003.
J.Meleong, Lexs. Metodelogi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi, Bandung: RemajaRosdakarya, 2005.
Koentjadiningrat, Manusia Dan Kebudayaan Indonesia, Jakarta: Jambatan, 1990.
Keontjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Penerbit Universitas, 1965.
68
Lucky Zamzami, Sekerei Mentawai : Keseharian dan Tradisi pengetahuanlocal yang digerus oleh zaman, Antropologi Indonesia, Volume 34 No 1 Januari-Juni2013.
Sudardi, Bani, “Konsep Pengobatan Tradisoanal Menurut Primbon Jawa”,Kontekstual Juranal Penelitaian, Humaniora Vol. Xiv No. 1/2002. 12.
Soelacman, M. Munandar, Ilmu Budaya Dasar, Bandung: Pt Refikaaditama, 2007.
Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Pers, 1942.
Sanapiah Faisal, Formar-Format Penelitian Sosial, Jakarta: PT. Raja Grafindopersada
Suwardi Endaswara, Metode, Teori, Tekhnik Penelitian Kebudayaan: Ideologi,Epistimologi, dan Aplikasi.
Tim Penyusun Pedoman Penulisan Skripsi, Pedoman Penulisan Skripsi FakultasAdab-Sastra Dan Kebudayaan Isalam , Jambi: Fakultas Adab-Sastra DanKebudayaan Isalam, 2013.
Th. HidyaTjaya, MengapaManusiaSebagaiPenafsir, Yogyakarta: Kanisius, 2005.
Piotr Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial, Jakarta:Prenada Media Group, 2011
Wawancara
Wawancara Wewen Aryato Sebagai Salah Satu Da’i Di Lingkungan Desa Pulau
Salak Baru 11 Oktober 21019 08:14 Wib
Wawancara Bersama Bapak Sahrin Sebagai Tokoh Adat Di Desa Pulau Salak BaruKecamatan Batang Asai 14 0ktober 2019
Wawancara Bersama Ibu Yulidar Sebagai Tokoh Masyarakat Di Desa Pulau SalakBaru Kecamatan Batang Asai
Wawancara Bersama Bapak Saibul Sebagai Imam Masjid Dan Tokoh Masyarakat DiDesa Pulau Salak Baru Kecamatan Batang Asai
69
Wawancara Bersama Ibu Ratna Wilis Sebagai Tokoh Masyarakat Dan PerempuanParuh Baya Yang Mengetahui Banyak Tentang Desa Pulau Salak Baru DanTradisi Pengobatan Nyerang Yang Ada Di Desa Itu
Wawancara Bersama Ibuk Dan Sebagai Tokoh Masyarakat Di Desa Pulau Salak BaruKecamatan Batang Asai
Webset
Oktapianis Rindi Wardani, Materi Keragaman Suku Bangsa Dan Budaya DiIndonesia, Di Akses Http://Ictkelompokblog. Wordpress.Com, Pada Tanggal18 November 2017 Pukul 22.00.
Masyarakat Onembute di Bugis Makassar merupakan masyarakat yang tinggal disebuah kecamatan Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, Indonesia.Www.kompasiana.com cahaya surge di bumi tolaki onembute, 2 Juli 2017,hlm.2.
ini Suryaningsi, Peranan Sando dalam pengobatan tradisional pada masyarakatOnembute, Jurnal Online Sejarah dan Budaya, Volume 06 No.2 Tahun 2015,14 Oktober 2019 pukul 14.00 Wib.
Irma Tambunan dalam http://202.146.5.33/Kompas-cetak/. Judul: Tanah Air TradisiBasale, Bertahan Bersama Suku Anak Dalam diunduh pada Sabtu, 14Oktober 2019.
Kompas, E-Published Featured News, “Tradisi Besale Suku PedalamanJambi”, 5 Januari 2015.
70
Lampiran
Bpk. Wewen Aryanto selaku perangkat desa dan sekaligus da’i di desa Pulau Salak
Baru
Bpk. Saibul selaku imam masjid di desa Pulau Salak Baru
71
Ibuk. Ratna Wilis sebagai masyarat umum di desa Pulau Salak Baru
Bpk. Arlius sebagai SEKDES di Desa Pulau Salak Baru
72
Ibuk Yulidar masyarakat umu di desa Pulau Salak Baru
Ibuk Dan masyarakat umum di desa Pulau Salak Baru
73
Gambar Pung Tawa yang akan di siram pada bagian yag luka
Gambar masyarat memperiapakan bahan-bahan untuk Tradisi Pengobatan Nyerang
74
Gambar rombongan masyarakat berangat untung melakukan Nyerang pada rumah
yang terkena musibah
Gamabar masyarakat untuk siap-siap berangkat untuk melakukan pengobatan
nyerang
75
Gambar sejenis luka yang untuk di lakukan pengobatan Nyerang
Gamabar masyarakat yang Nyerang telah di sambut tuan rumah
76