25
I. Teori Dasar A. Teori Dasar Sediaan semisolida adalah sediaan setengah padat yang dibuat untuk pengobatan melalui kulit/ topikal. Sediaan semisolida harus mempunyai sifat mampu melekat di permukaan tempat pemakaian dalam waktu yang cukup lama sebelum sediaannya dicuci atau dihilangkan. Secara garis besar, sediaan semisolida dibedakan atas empat kelompok berdasarkan perbedaan system pembawanya, yaitu 1. Salep 2. Pasta 3. Krim 4. Gel 1. Salep Menurut Farmakope Indonesia edisi III, salep adalah sediaan setengah padat berupa massa lunak yang mudah dioleskan dan digunakan untuk pemakaian luar. Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topical pada kulit atau selaput lendir. Menurut DOM, salep adalah sediaan semi padat dermatologis yang menunjukkan aliran dilatan yang penting. Menurut Scoville’s, salep terkenal pada daerah dermatologi dan tebal, salep kental dimana pada dasarnya tidak melebur pada suhu tubuh, sehingga

Tsls Prak Semisolid Salep

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan

Citation preview

Page 1: Tsls Prak Semisolid Salep

I. Teori DasarA. Teori Dasar

Sediaan semisolida adalah sediaan setengah padat yang dibuat untuk

pengobatan melalui kulit/ topikal. Sediaan semisolida harus mempunyai sifat

mampu melekat di permukaan tempat pemakaian dalam waktu yang cukup lama

sebelum sediaannya dicuci atau dihilangkan.

Secara garis besar, sediaan semisolida dibedakan atas empat kelompok

berdasarkan perbedaan system pembawanya, yaitu

1. Salep

2. Pasta

3. Krim

4. Gel

1. Salep

Menurut Farmakope Indonesia edisi III, salep adalah sediaan setengah padat

berupa massa lunak yang mudah dioleskan dan digunakan untuk pemakaian luar.

Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, sediaan setengah padat ditujukan untuk

pemakaian topical pada kulit atau selaput lendir. Menurut DOM, salep adalah

sediaan semi padat dermatologis yang menunjukkan aliran dilatan yang penting.

Menurut Scoville’s, salep terkenal pada daerah dermatologi dan tebal, salep kental

dimana pada dasarnya tidak melebur pada suhu tubuh, sehingga membentuk dan

menahan lapisan pelindung pada area dimana pasta digunakan. Menurut

Formularium Nasional, salep adalah sedian berupa masa lembek, mudah

dioleskan, umumnya lembek dan mengandung obat, digunakan sebagai obat luar

untuk melindungi atau melemaskan kulit, tidak berbau tengik. Salep tidak boleh

berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep yang

mengandung obat keras atau narkotik adalah 10 % ( Anief, 2005).

Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan

sebagai obat luar. Bahan obatnya larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep

yang cocok. Salep tidak boleh berbau tengik. Menurut pemikiran modern salep

adalah sediaan semipadat untuk pemakaian pada kulit dengan atau tanpa

Page 2: Tsls Prak Semisolid Salep

penggosokan. Oleh karena itu salep dapat terdiri dari substansi berminyak atau

terdiri dari emulsi lemak atau lilin yang mengandung air dalam proporsi relatif

tinggi (Anief, 2002).

* Fungsi salep adalah :

a. Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit

b. Sebagai bahan pelumas pada kulit

c. Sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak permukaan kulit

dengan larutan berair dan rangsang kulit ( Anief, 2002).

* Persyaratan salep menurut FI ed III:

a. Pemerian, tidak boleh berbau tengik.

b. Kadar, kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang mengandung obat

keras atau narkotik, kadar bahan obat adalah 10 %.

c. Dasar salep, kecuali dinyatakan lain, sebagai bahan dasar salep (basis

salep) digunakan vaselin putih (vaselin album). Tergantung dari sifat

bahan obat dan tujuan pemakaian salep, dapat dipilih beberapa bahan dasar

salep sebagai berikut

Dasar salep senyawa hidrokarbon: vaselin putih, vaselin kuning,

lilin putih, lilin kuning, atau campurannya.

Dasar salep senyawa hidrokarbon berfungsi sebagai

pembalut/penutup dan emollient, serta dapat memperpanjang

waktu kontak dengan kulit. Dasar salep senyawa hidrokarbon

memiliki sifat sukar dicuci, tidak mudah mongering, dan tidak

tampak berubah dalam waktu lama.

Dasar salep serap: adeps lanae. Campuran 3 bagian koleterol, 3

bagian stearil-alkohol, 8 bagian lilin putih dan 86 bagian vaselin

putih, campuran 30 bagian lilin kuning dan 70 bagian minyak

wijen.

Dasar salep serap merupakan dasar salep yang dapat bercampur

dengan air sehingga membentuk emulsi air dalam minyak. Dasar

salep serap juga dapat berbentuk emulsi air dalam minyak yang

dapat bercampur dengan sejumlah air tambahan.

Page 3: Tsls Prak Semisolid Salep

Dasar salep yang dapat dicuci dengan air: emulsi minyak dalam air

(M/A).

Dasar salep ini merupakan dasaer salep hidrofilik yang biasa

digunakan sebagai basis pada sediaan kosmetik. Dasar salep jenis

ini dapat diencerkan dengan air dan mudah menyerap air, sehingga

dapat digunakan pada kondisi kelainan dermatologic.

Dasar salep larut air: misalnya PEG atau campurannya.

Dasar salep ini terdiri dari konstituen larut air, sehingga dapat

dicuci dengan air dan tidak mengandung bahan tidak larut air.

d. Homogenitas, jika salep dioleskan pada sekeping kaca atau bahan

transparan lain yang cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen.

e. Penandaan, pada etiket harus tertera “obat luar” (Syamsuni, 2005).

* Salep yang baik memiliki sifat – sifat sebagai berikut :

a. Stabil : baik selama distribusi, penyimpanan, maupun pemakaian. Stabilitas

terkait dengan kadaluarsa, baik secara fisik (bentuk, warna, bau, dll) maupun

secara kimia ( kadar/kandungan zat aktif yang tersisa ). Stabilitas dipengaruhi oleh

banyak factor, seperti suhu, kelembaban, cahaya, udara, dan lain sebagainya.

b. Lunak : walaupun salep pada umumnya digunakan pada daerah/wilayah

kulit yang terbatas, namun salep harus cukup lunak sehingga mudah untuk

dioleskan.

c. Mudah digunakan: supaya mudah dipakai, salep harus memiliki konsistensi

yang tidak terlalu kental atau terlalu encer. Bila terlalu kental, salep akan sulit

dioleskan, bila terlalu encer maka salep akan mudah mengalir/meleleh ke bagian

lain dari kulit.

d. Protektif : salap – salep tertentu yang diperuntukkan untuk protektif, maka

harus memiliki kemampuan melindungi kulit dari pengaruh luar misal dari

pengaruh debu, basa, asam, dan sinar matahari.

e. Memiliki basis yang sesuai : basis yang digunakan harus tidak menghambat

pelepasan obat dari basis, basis harus tidak mengiritasi, atau menyebabkan efek

samping lain yang tidak dikehendaki.

Page 4: Tsls Prak Semisolid Salep

f. Homogen : kadar zat aktif dalam sediaan salep cukup kecil, sehingga

diperlukan upaya/usaha agar zat aktif tersebut dapat terdispersi/tercampur merata

dalam basis. Hal ini akan terkait dengan efek terapi yang akan terjadi setelah salep

diaplikasikan ( Saifullah, 2008 : 63, 64 ).

Suatu dasar salep yang ideal mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

Tidak menghambat proses penyembuhan luka/penyakit pada kulit tersebut.

Di dalam sediaan secara fisik cukup halus dan kental.

Tidak merangsang kulit.

Reaksi netral, pH mendekati pH kulit yaitu sekitar 6-7.

Stabil dalam penyimpanan.

Tercampur baik dengan bahan berkhasiat.

Mudah melepaskan bahan berkhasiat pada bagian yang diobati.

Mudah dicuci dengan air.

Komponen-komponen dasar salep sesedikit mungkin macamnya.

Mudah diformulasikan/diracik

* Kualitas dasar salep meliputi:

a. Stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka salep harus bebas dari

inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembaban yang ada dalam

kamar.

b. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi

lunak dan homogen. Sebab salep digunakan untuk kulit yang

teriritasi,inflamasi dan ekskloriasi.

c. Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah yang paling mudah

dipakai dan dihilangkan dari kulit.

d. Dasar salep yang cocok yaitu dasar salep harus kompatibel secara fisika

dan kimia dengan obat yang dikandungnya. Dasar salep tidak boleh

merusak atau menghambat aksi terapi dari obat yang mampu melepas

obatnya pada daerah yang diobati.

e. Terdistribusi merata, obat harus terdistribusi merata melalui dasar salep

padat atau cair pada pengobatan (Anief, 2002).

Page 5: Tsls Prak Semisolid Salep

Salep dapat digolongkan berdasarkan konsistensi, sifat farmakologi, bahan

dasarnya dan formularium nasional antara lain (Syamsuni, 2005):

1) Menurut konsistensi, salep dapat dibagi:

Unguenta : Salep yang memiliki konsistensi seperti mentega, tidak

mencair pada suhu biasa, tetapi mudah dioleskan.

Krim ( cream ): Salep yang banyak mengandung air, mudah diserap kulit,

suatu tipe yang dapat dicuci dengan air.

Pasta : Salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat ( serbuk) berupa

suatu salep tebal karena merupakan penutup/pelindung bagian kulit yang

diolesi.

Cerata Salep berlemak yang mengandung persentase lilin ( wax) yang

tinggi sehingga konsistensinya lebih keras ( ceratum labiale ).

Gelones / spumae/ jelly : Salep yang lebih halus, umumnya cair , dan

sedikit mengandung atau tidak mengandung mukosa ; sebagai pelicin atau

basis, biasanya berupa campuran sederhana yang terdiri dari minyak dan

lemak dengan titik lebur rendah. Contoh : starch jelly ( amilum 10%

dengan air mendidih).

2) Menurut sifat farmakologi / terapetik dan penetrasinya, salep dapat dibagi:

Salep epidermik ( epidermic ointment, salep penutup)

Salep ini berguna untuk melindungi kulit, menghasilkan efek lokal dan untuk

meredakan rangsangan / anestesi lokal ; tidak diabsorbsi ; kadang-kadang

ditambahkan antiseptik atau astringent. Dasar salep yang baik untuk jenis salep ini

adalah senyawa hidrokarbon.

Salep endodermik

Salep yang bahan obatnya menembus ke dalam tubuh melalui kulit, tetapi

tidak melalui kulit ; terabsorbsi sebagian dan digunakan untuk melunakkan kulit

atau selaput lendir. Dasar salep yang terbaik adalah minyak lemak.

Salep diadermik

Salep yang bahan obatnya menembus ke dalam tubuh melalui kulit untuk

mencapai efek yang diinginkan. Misalnya, salep yang mengandung senyawa

merkuri iodida atau belladona.

Page 6: Tsls Prak Semisolid Salep

3) Menurut dasar salepnya, salep dapat dibagi:

Dasar salep hidrofobik.

Salep yang tidak suka air atau salep yang dasar salepnya berlemak (greassy

bases): tidak dapat dicuci dengan air. Misalnya, campuran lemak-lemak , minyak

lemak, malam.

Dasar salep hidrofilik.

Salep yang suka air atau kuat menarik air, biasanya mempunyai dasar salep

tipe o/w.

4) Menurut Formularium Nasional (Fornas)

Dasar salep 1 (dasar salep senyawa hidrokarbon)

Dasar salep 1 umunya digunakan vaselin putih, vaselin kuning, campuran

terdiri dari 50 bagian Malam putih dan 950 bagian vaselin putih, campuran terdiri

dari 50 bagiian Malam kuning dan 950 bagian vaselin kuning atau salep dasar

lemak lainnya seperti minyak lemak nabati, lemak hewan atau campuran Parafin

cairr dan Parafin padat. Dasar salep 1 sangat lengket pada kulit dan sukar dicuci;

agar mudah dicuci dapat ditambahkan surfaktan dalam jumlah yang sesuai.

Dasar salep 2 (dasar salep serap)

Dasar salep 2 umumnya digunakan lemak bulu domba, zat utama lemak bulu

domba terutama kolesterol, campuran terdiri dari 30 bagian kolesterol, 30 bagian

stearilalkohol, 80 bagian Malam putih dan 860 bagian vaselin putih, atau salep

dasar sarap lainnya yang cocok. Dasar salep 2 mudah menyerap air.

Dasar salep 3 (dasar salep yang dapat dicuci dengan air atau dasar salep

emulsi M/A)

Dasar salep 3 dapat digunakan ca,puran yang terdiri dari 0,25 bagian Metil

paraden, 0,15 bagian Propil parapen, 10 bagian Natrium laurilsulfat, 120 bagian

Propilenglikol, 20 bagian Sterilalkohol, 20 bagian vaselin putih dan air

secukupnya hingga 1000 bagian, atau salep dasar emulsi lainnya yang cocok.

Dasar salep 3 mudah dicuci air.

Dasar salep 4 (dasar salep yang dapat larut dalam air)

Page 7: Tsls Prak Semisolid Salep

Dasar salep 4 dapat digunakan campuran yang terdiri dari 25 bagian poliglikol

1500, 40 bagian poliglikol 4000 dan propilenglikol atau gliserol secukupnya

hingga 100 bagian, atau salep dasar larut lainnya yang cocok.

Zat-zat yang dapat dilarutkan dalam dasar salep, umumnya kelarutan obat

dalam minyak lemak lebih besar daripada dalam vaselin. Champora, Mentholum,

Phenolum, Thymolum dan Guayacolum lebih mudah dilarutkan dengan cara

digerus dalam mortir dengan minyak lemak. Bila dasar salep mengandung vaselin,

maka zat-zat tersebut digerus halus dan tambahkan sebagian (+ sama banyak)

Vaselin sampai homogen, baru ditambahkan sisa vaselin dan bagian dasar salep

yang lain. Champora dapat dihaluskan dengan tambahan Spiritus fortior atau eter

secukupnya sampai larut setelah itu ditambahkan dasar salep sedikit demi sedikit,

diaduk sampai spiritus fortiornya menguap. Bila zat-zat tersebut bersama-sama

dalam salep, lebih mudah dicampur dan digerus dulu biar meleleh baru

ditambahkan dasar salep sedikit demi sedikit (Syamsuni, 2005).

Cara Pembuatan Salep

Salep umumnya dibuat dengan melarutkan atau mensuspensikan obat ke

dalam salep dasar. Ada beberapa metode pembuatan salep, yaitu;

Metode Pelelehan: zat pembawa dan zat berkhasiat dilelehkan bersama dan

diaduk sampai membentuk fasa yang homogen.

Metode Triturasi : zat yang tidak larut dicampur dengan sedikit basis yang akan

dipakai atau dengan salah satu zat pembantu, kemudian dilanjutkan dengan

penambahan sisa basis.

Ketentuan lain;

Zat yang dapat larut dalam basis salep: (Camphora, Menthol, Fenol, Thymol,

Guaiacol) mudah larut dalam minyak lemak (vaselin). Zat berkhasiat + sebagian

basis (sama banyak) dihomogenkan ditambah sisa basis.

Zat yang mudah larut dalam air dan stabil : Bila masa salep mengandung air dan

obatnya dapat larut dalam air yang tersedia, maka obatnya dilarutkan dulu dalam

air dan dicampur dengan basis salep yang dapat menyerap air.

Salep yang dibuat dengan peleburan:

- Dalam cawan porselen

Page 8: Tsls Prak Semisolid Salep

Salep yang mengandung air tidak ikut dilelehkan tetapi diambil bagian lemaknya

(air ditambahkan terakhir). Bila bahan-bahan dari salep mengandung kotoran,

maka masa salep yang meleleh perlu dikolir (disaring dengan kasa) dilebihkan 10-

20%.

Cara pembuatan salep ditinjau dari khasiat utamanya dapat dibagi menjadi

beberapa bagian (Syamsuni,2005) :

• Zat padat

a. Zat padat dan larut dalam dasar salep.

1. Camphorae

Dilarutkan dalam dasar salep yang sudah dicairkan didalam pot salet

tertutup (jika tidak dilampaui daya larutnya).

Jika dalam resepnya terdapat minyak lemak (Ol. Sesame), camphorae

dilarutkan lebih dahulu dalam minyak tersebut.

Jika dalam resep terdapat salol, mentol, atau zat lain yang dapat mencair

jika dicampur (karena penurunan titik eutektik), Camphorae dicampurkan

supaya mencair, baru ditambahkan dasar salepnya.

Jika camphorae itu berupa zat tunggal, camphorae ditetesi lebih dahlu

dengan eter atau alcohol 95%, kemudian digerus dengan dasar salepnya.

2. Pellidol

Larut 3% dalam dasar salep, pellidol dilarutkan bersama-sama dengan

dasar salepnya yang dicairkan (jika dasar salep disaring, pellidol ikut

disaring tetapi jangan lupa harus ditambahkan pada penimbangannya

sebanyak 20%).

Jika pollidol yang ditambahkan melebihi daya larutnya, maka digerus

dengan dasar salep yang sudah dicairkan.

3. Lodium

Jika kelarutannya tidak dilampaui, kerjakan seperti pada camphorae

Larutkan daalam larutan pekat KI atau NaI (seperti pada Unguentum Iodii

dari Ph. Belanda V).

Ditetesi dengan etanol 95% sampai larut, baru ditambahkan dasar

salepnya.

Page 9: Tsls Prak Semisolid Salep

b. Zat padat larut dalam air

1. Protargol

2. Colargol

3. Argentums nitrat (AgNO3)

Zat ini tidak boleh dilarutkan dalam air karna akan meninggalkan bekas

noda hitam pada kulit yang disebabkan oleh terbentuknya Ag2O, kecuali pada

resep obat wasir.

4. Fenol/fenol

Fenol dalam salep tdak dilarutkan karna akan menimbulkan rangsangan

atau mengiritasi kulit dan juga tidak boleh diganti dengan phenol liquidfactum

(campuran fenol dan air 77-81,5% FI ed.III).

c. Bahan obat yang larut dalam air tetapi tidak boleh dilarutkan dalam air,

yaitu:

1. Argentums nitrat

2. Fenol

3. Hydrargyri bichloridum

4. Chrysarobin

5. Pirogalol

6. Stibii et kalii tartrans

7. Oleum iocoris aselli

8. Zinc sulfat

9. Antibiotik (misalnya penisilin)

10. Chloretum auripo natrico

d. Bahan yang ditambahkan terakhir pada suatu massa salep.

1. Ichtyol

Jika ditambahkan pada massa salep yang masih panas atau digerus terlalu

lama, akan terjadi pemisahan.

2. Balsam-balsem dan minyak yang mudah menguap

Balsam merupakan campuran dammar dan minyak mudah menguap; jika

digerus terlalu lama, damarnya akan keluar.

3. Air

Page 10: Tsls Prak Semisolid Salep

Ditambahkan terakhir karena berfungsi sebagai pendingin; disamping itu,

untuk mencegah permukaan mortar menjadi licin.

4. Gliserin

Harus ditambahkan ke dalam dasar salep yang dingin, karena tidak bisa

bercampur dengan bahan dasar salep yang sedang mencair dan harus ditambahkan

sedikit demi sedikit karena tidak mudah diserap oleh dasar salep.

5. Marmer album

Dimasukkan terakhir karena dibutuhkan dalam bentuk kasar, yang akan

memberikan pengaruh percobaan pada kulit.

e. Zat padat tidak larut dalam air

Umumnya dibuat serbuk halus lebih dahulu, misalnya:

1. Belerang (tidak boleh diayak)

2. Asam borat (diambil bentuk pulveratum)

3. Oxydum zincicum (diayak dengan ayakan no.100/ B40)

4. Marmer album

5. Veratrin (digerus dengan minyak, karena jika digerus tersendiri akan

menimbulkan bersin).

f. Zat Cair (Sebagai pelarut bahan obat)

1. Air

- Terjadi reaksi

- Tak terjadi reaksi

2. Spiritus/etanol/alcohol

- Jumlah sedikit

- Jumlah banyak

3. Cairan kental

Umumnya dimasukkan sedikit demi sedikit. Contohnya: gliserin, pix lithantratis,

pix liquida, balsam peruvianum, ichtyol, kreosot.

g. Bahan berupa ekstak/extraktum

Extraktum siccum/kering

Extractum liquidum

h. Bahan-bahan lain

Page 11: Tsls Prak Semisolid Salep

Hydrargyrum

Naphtolum

Bentonit

B. Preformulasi

1. Vaselin album (FI IV hal.625; HOPE ed IV hal. 452)

Pemerian : masaa lunak, lengket, sifat ini tetap setelah zai=t

ini dileburkan hingga dingin tanpa diaduk,

berfluoresensi lemah, warna putih, tidak berbau,

tidak berasa.

Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol

(95%) P, larut dalam kloroform P dan dalam eter

P serta dalam eter minyak tanah.

Stabilitas : petrolatum stabil dengan bahan alam seperti

komponen hidrokarbon. Mudah teroksidasi

sehingga distabilkan dengan antioksidan seperti

BHA dan BHT atau tokoferol.

Inkompatibilitas : inkompatibel dengan bahan-bahan inert/ netral.

2. Propilenglikol (HOPE ed. IV hal. 521)

Pemerian : bening, tidak berwarna, kental, tidak berbau,

berasa manis seperti gliserin.

Kelarutan :bercampur dengan aseton, kloroform, etanol 95%

p, gliserin dan air, larut dalam 6 bagian eter, tidak

bercampur dengan minyak mineral atau minyak

lemak, larut dalam minyak esensial.

Titik lebur : -59oC

Titik didih : 188oC

Bobot jenis : 76,09 gram/ml

Stabilitas : stabil pada temperatur dingin jika disimpan di

wadah tertutup baik, mudah teroksidasi di

temperatur tinggi.

Page 12: Tsls Prak Semisolid Salep

Inkompatibilitas : inkompatibel dengan agen pengoksidasi kuat

seperti kalium permanganat.

3. Adeps Lanae ( FI IV hal 57; HOPE hal. 333)

Pemerian : massa seperti lemak, lengket, berbau khas,

berwarna kuning, tidak berasa.

Kelarutan : praktis tidak larut dalam air.

Stabilitas : secara bertahap akan mengalami autooksidasi

selama penyimpanan. Pemanasan berlebihan akan

menyebabkan penggelapan warna.

Inkompatibilitas : dapat berupa pirooksidan yang dapat

mempengaruhi kestabilan obat-obat tertentu.

II. Alat dan Bahan

Alat Mortar Stamper Timbangan

Analitik Cawan Porselen Kertas perkamen Pipet Tetes Sudip

Bahan Metal salisilat Vaselin album Propilenglikol Adeps lanae

III. Prosedura. Dibuat sediaan salep dengan zat aktif metil salisilat sebanyak 5 gram

menggunakan basis salep vaselin album dan propilenglikol.

Metil salisilat dimasukkan ke dalam mortir, lalu ditambahkan sedikit vaselin, gerus homogen.

Kemudian dimasukkan propilenglikol ke dalamnya, gerus homogen.

Setelah itu, sisa vaselin album ditambahkan ke dalamnya, gerus homogen.

Sediaan dimasukkan ke dalam pot salep, lalu dilakukan evaluasi sediaan meliputi organoleptis, homogenitas, dan stabilitas.

Page 13: Tsls Prak Semisolid Salep

b. Dibuat sediaan salep dengan zat aktif metil salisilat sebanyak 5 gram menggunakan basis salep vaselin album dan adeps lanae.

Metil salisilat dimasukkan ke dalam mortir, lalu ditambahkan sedikit

vaselin, gerus homogen.

Kemudian dimasukkan adeps lanae ke dalamnya, gerus homogen.

Setelah itu, sisa vaselin album ditambahkan ke dalamnya, gerus homogen.

Sediaan dimasukkan ke dalam pot salep, lalu dilakukan evaluasi sediaan meliputi organoleptis, homogenitas, dan stabilitas

Hasil Pengamatan dan Perhitungan1. Data Perhitungan

1. Perhitungan Bahan

a. Metil salisilat 10% dalam 50

gram

x 50 = 5 gram

b. Vaselin album + propilenglikol

10%

Propilenglikol:

x 50 = 5 gram

Vaselin album:

50-(5+5) = 40 gram

c. Vaselin album+adepa lanae 5%

Adeps lanae:

x 50 = 2,5 gram

Vaselin album:

50-(5+2,5) = 42,5 gram

2. Data Pengamatana. Salep vaselin album dan propilenglikol

Organoleptis : - warna putih, bau khasHomogenitas: +++ (sangat homogen)Stabilitas : stabil, tidak terjadi pemisahan

b. Salep vaselin album dan adeps lanaeOrganoleptis : - warna putih kekuningan, bau khasHomogenitas: +++ (sangat homogen)Stabilitas : stabil, tidak terjadi pemisahan

Page 14: Tsls Prak Semisolid Salep

PembahasanDalam praktikum kali ini, dilakukan pembuatan sediaan semisolid yang

digunakan untuk pemakaian topikal. Sediaan semisolid merupakan sediaan setengah padat yang dibuat untuk pengobatan melalui kulit. Sediaan semisolid harus mempunyai sifat mampu melekat pada permukaan tempat pemakaian dalam waktu yang cukup lama sebelum sediaan ini dicuci atau dihilangkan. Bentuk sediaan semisolid yang dibuat dalam praktikum kali ini adalah: salep, krim dan gel.

1. Salep

Sediaan salep pada dasarnya merupakan sediaan setengah padat yang

digunakan untuk pemakaian topikal pada kulit/ selaput lendir.

Bahan yang diperlukan untuk pembuatan sediaan salep ini adalah metil

salisilat sebagai zat aktif, vaselin album, propilenglikol, dan adeps lanae sebagai

bahan dasar salep. Metil salisilat adalah cairan berbau khas yang diperoleh dari

daun dan akar tumbuhan akar wangi (Gaultheria procumbens), merupakan

turunan dari asam salisilat yang termasuk kedalam obat golongan NSAID.

Kelarutan dari metil salisilat adalah sukar larut dalam air; larut dalam etanol, dan

larut dalam asam asetat glacial. Zat ini juga dibuat sintetik. Khasiat analgetik pada

metil salisilat yang digunakan pada pemakaian lokal sama dengan senyawa

salisilat lainnya. Metil salisilat diresorpsi baik oleh kulit dan banyak digunakan

dalam obat gosok/ salep dan krem (3-10%) untuk nyeri otot, sendi, dan lain-lain.

Pada percobaan kali ini digunakan basis salep vaselin album,

propilenglikol 10%, dan adeps lanae 5%. Vaselin album yang merupakan dasar

salep hidrokarbon dengan kemampuan menyerap air sebanyak 5% dan dapat

digunakan sebagai emollient yang dapat bertahan pada kulit dalam waktu yang

lama. (Ansel, 2005). Dimana mekanisme kerjanya adalah memperpanjang waktu

kontak dengan kulit . Maka dari itu pada sediaan salep ini digunakan vaselin

album agar zat aktif yang ada pada salep bekerja/berefek lebih lama dalam

mengobati. Propilenglikol merupakan basis salep larut air yang terdiri dari

konstituen larut air sehingga dapat dicuci dengan air. Propilenglikol banyak

digunakan untuk basis salep dengan zat aktif yang memiliki kelarutan dalam air

cukup tinggi. Adeps lanae atau lemak bulu domba/lanolin merupakan basis salep

serap yang umum digunakan dalam pembuatan salep. Adeps lanae merupakan

Page 15: Tsls Prak Semisolid Salep

basis salep absorpsi dengan kandungan air sebanyak 25%, basis salep ini juga

dapat digunakan sebagai emolient dan dapat juga digunakan untuk pencampuran

larutan berair ke dalam larutan berlemak, dimana larutan berair mula-mula dapat

diabsorpsi ke dalam dasar salep absorpsi, kemudian campuran ini dengan mudah

dicampurkan ke dalam dasar salep berlemak (Ansel, 2005), sehingga dengan

kombinasi dasar basis salep dengan jenis yang berbeda akan menghasilkan suatu

sediaan salep yang baik.

Pada percobaan kali ini digunakan metode triturasi untuk membuat

sediaan salep, karena metode yang paling efisien digunakan, yaitu metode

triturasi, ini disebabkan karena pada metode fusion dibutuhkan waktu yang cukup

lama sampai seluruh basis salep benar-benar meleleh sempurna, sedangkan pada

metode triturasi, hal itu tidak dibutuhkan.

Pada percobaan pembuatan sediaan salep dengan bahan aktif metil salisilat

dan basis salep vaselin album dan propilenglikol diperoleh data evaluasi

organoleptis warna putih, berbau khas, dengan homogenitas yang sangat baik dan

stabil tanpa adanya pemisahan. Sedangkan pada percobaan pembuatan sediaan

salep dengan bahan aktif metil salisilat dan basis salep vaselin album dan adeps

lanae diperoleh data evaluasi organoleptis warna putih kekuningan, berbau khas,

dengan homogenitas yang sangat baik dan stabil tanpa adanya pemisahan. Hal ini

terjadi karena seluruh basis yang dipakai dalam pembuatan salep sesuai dan cocok

dengan zat aktif yang digunakan.

Evaluasi sediaan salep meliputi organoleptis (warna dan bau),

homogenitas, dan stabilitas. Dilakukan uji homogenitas karena agar sediaan salep

yang diperoleh menunjukkan hasil yang baik dengan homogenitas yang tinggi. Uji

homogenitas perlu dilakukan supaya salep yang akan digunakan dapat diabsorpsi

secara menyeluruh oleh bagian-bagian kulit. Dilakukan uji stabilitas dikarenakan

agar dapat diketahui kualitas salep yang digunakan baik atau tidak dengan melihat

stabilitasnya pada penyimpanan yang lama.

Kesimpulan

Page 16: Tsls Prak Semisolid Salep

Salep yang stabil adalah formula kedua yang mengandung metil salisilat, vaselin album, dan adeps lanae 5%.

Daftar PustakaAnief, Moh., (2002), Ilmu Meracik Obat, UGM Press, Yogyakarta,

Ansel, Howard C., (1985), Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, UI Press,

Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978. Formularium Nasional Edisi

II. Jakarta : Departemen kesehatan Indonesia.

Ditjen POM, (1995), Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan RI,

Jakarta.

Kadis, Sukati dkk. 2005. Meracik Obat Lanjutan I. Ujung Padang : Lembaga

penerbitan Universitas Hasanudin

Martin, Alfred. (1993). Farmasi Fisika II. Universitas Indonesia : Jakarta

Parrot, Eugene L. (1971). Pharmaceutical Technology. Burgess Publishing

Company : Lowa

Rowe. R.C., S. Heckey., P. J and Quinn ME. (2009). Hanbook of Pharmaceutical

Exicipients, Sixth Edition. Pharmaceutical Press and Americana Pharmacist

Association. London.

Saifullah, T.N, dan Rina Kuswahyuning, (2008), Teknologi dan Formulasi

Sediaan Semipadat, Pustaka Laboratotium Teknologi Farmasi UGM,

Yogyakarta.

Syamsuni, (2005), Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, EGC Penerbit Buku

Kedokteran, Jakarta.

Sweetman, S.C. (2002). Martindale The Complete Drug Reference 33thEdition.

Pharmaceutical Press. London.

Tjay, Tan Hoan , et all, (2000), Obat – Obat Penting, Elex Media Computindo,

Jakarta.