31
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Lapang pandang adalah suatu batas penglihatan tanpa adanya pergerakan bola mata. Luasnya ditentukan oleh distribusi reseptor cahaya, conus, dan basilus di retina dan faktor di luar mata yaitu bentuk roman muka. Misalnya dari bentuk hidung, alis, dan tulang dahi, pipi dan bentuk pelipis. 1 Lapangan pandang mata juga adalah luas lapangan penglihatan seorang individu. Terdapat tiga jenis lapangan pandang; lapangan makular yaitu lapangan pandang yang paling jelas dilihat oleh kedua mata, lapangan binokular yang dilihat oleh kedua mata secara umumnya dan lapangan monokular yaitu kawasan yang bisa dilihat oleh salah satu mata saja. 2 Jaringan neural penglihatan terjadi apabila cahaya yang masuk ke dalam mata sampai ke fotoreseptor di retina. Setelah itu, transmisi impuls pada nervus 1

Tugas Baca Isi Daftar Pustaka

Embed Size (px)

DESCRIPTION

mata

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

I. Latar BelakangLapang pandang adalah suatu batas penglihatan tanpa adanya pergerakan bola mata. Luasnya ditentukan oleh distribusi reseptor cahaya, conus, dan basilus di retina dan faktor di luar mata yaitu bentuk roman muka. Misalnya dari bentuk hidung, alis, dan tulang dahi, pipi dan bentuk pelipis. 1Lapangan pandang mata juga adalah luas lapangan penglihatan seorang individu. Terdapat tiga jenis lapangan pandang; lapangan makular yaitu lapangan pandang yang paling jelas dilihat oleh kedua mata, lapangan binokular yang dilihat oleh kedua mata secara umumnya dan lapangan monokular yaitu kawasan yang bisa dilihat oleh salah satu mata saja.2Jaringan neural penglihatan terjadi apabila cahaya yang masuk ke dalam mata sampai ke fotoreseptor di retina. Setelah itu, transmisi impuls pada nervus optikus kepada kiasma optik. Traktus optikus, yaitu serabut saraf optik dari kiasma optik, membawa impuls ke lobus serebral dimana penglihatan diinterpretasikan.2Untuk suatu objek terfokus ke atas retina, semakin jauh objek itu, semakin menipis lensa mata untuk memfokusnya.Pengubahan bentuk lensa dikawal oleh otot siliari yang terdapat pada badan siliari, disebut akomodasi. Apabila terjadi kontraksi, fiber dalam ligamen suspensori meregang dan menyebabkan lensa menebal dan menjadi lebih konveks.2

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Mata

Gambar 1: Bola Mata Potongan Lateral

Struktur sferis bola mata yang normal berdiameter 25mm. Mata terdiri dari pada tiga lapisan tunika, suatu lensa dan dua jenis cairan kavitas. Bagian sisi mata dikawal oleh enam jenis otot yang membantu pergerakan bola mata.1Cahaya yang masuk melalui kornea diteruskan ke pupil. Iris mengatur jumlah cahaya yang masuk dengan cara membuka dan menutup, seperti halnya celah pada lensa kamera. Jika lingkungan di sekitar gelap, maka cahaya yang masuk akan lebih banyak; jika lingkungan di sekitar terang, maka cahaya yang masuk menjadi lebih sedikit. Ukuran pupil dikontrol oleh otot sfingter pupil, yang membuka dan menutup iris.Lensa terdapat di belakang iris. Dengan merubah bentuknya, lensa memfokuskan cahaya ke retina. Jika mata memfokuskan pada objek yang dekat, maka otot silier akan berkontraksi, sehingga lensa menjadi lebih tebal dan lebih kuat. Jika mata memfokuskan pada objek yang jauh, maka otot silier akan mengendur dan lensa menjadi lebih tipis dan lebih lemah. Sejalan dengan pertambahan usia, lensa menjadi kurang lentur, kemampuannya untuk menebal menjadi berkurang sehingga kemampuannya untuk memfokuskan objek yang dekat juga berkurang. Keadaan ini disebut presbiopia.Retina mengandung saraf-saraf cahaya dan pembuluh darah. Bagian retina yang paling sensitif adalah makula, yang memiliki ratusan ujung saraf. Banyaknya ujung saraf ini menyebabkan gambaran visuil yang tajam. Retina mengubah gambaran tersebut menjadi gelombang listrik yang oleh saraf optikus dibawa ke otak.Saraf optikus menghubungkan retina dengan cara membelah jalurnya. Sebagian serat saraf menyilang ke sisi yang berlawanan pada kiasma optikus (suatu daerah yang berada tepat di bawah otak bagian depan). Kemudian sebelum sampai ke otak bagian belakang, berkas saraf tersebut akan bergabung kembali.Nervus optikus mengandung lebih dari 1 juta akson yang berasal dari lapisan sel ganglion retina dan berlanjut sampai di korteks oksipital. Secara anatomis, nervus optikus dibagi menjadi 4 bagian yaitu : intraokular, intraorbital, intrakanalikular dan intra kranial.2

Bola mata terbagi menjadi 2 bagian, masing-masing terisi oleh cairan:1. Segmen anterior: mulai dari kornea sampai lensa, berisi humor aqueus yang merupakan sumber energi bagi struktur mata di dalamnya. Segmen anterior sendiri terbagi menjadi 2 bagian (bilik anterior : mulai dari kornea sampai iris, dan bilik posterior : mulai dari iris sampai lensa). Dalam keadaan normal, humor aqueus dihasilkan di bilik posterior, lalu melewati pupil masuk ke bilik anterior kemudian keluar dari bola mata melalui saluran yang terletak ujung iris.2. Segmen posterior: mulai dari tepi lensa bagian belakang sampai ke retina, berisi humor vitreus yang membantu menjaga bentuk bola mata.mata mempunyai otot, saraf serta pembuluh darah. Beberapa otot bekerja sama menggerakkan mata. Setiap otot dirangsang oleh saraf kranial tertentu. Tulang orbita yang melindungi mata juga mengandung berbagai saraf lainnya, yaitu : Saraf optikus membawa gelombang saraf yang dihasilkan di dalam retina ke otak Saraf lakrimalis merangsang pembentukan air mata oleh kelenjar air mata Saraf lainnya menghantarkan sensasi ke bagian mata yang lain dan merangsang otot pada tulang orbita. Arteri oftalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri dan mata kanan, sedangkan darah dari mata dibawa oleh vena oftalmika dan vena retinalis. Pembuluh darah ini masuk dan keluar melalui mata bagian belakang.

Gambar 2 : Nervus Okulomotorius dan otot pergerakan mata Nervus opticum tersusun dari serabut-serabut afferent sel-sel ganglion di stratum optikum dari retina. Lapisan retina pertama ialah stratum optikum tersebut. Lapisan sel retina kedua dan ketiga terdiri dari sel antara yang menghantarkan impuls penglihatan dari batang dan kerucut ke sel di stratum optikum.4Cahaya yang tiba di retina diterima oleh batang dan kerucut sebagai gelobang cahaya.Gelombang ini mencetuskan impuls yang dihantarkan oleh serabut-serabut sel di stratum optikum ke otak.Jika cahaya berproyeksi ke makula, gambaran yang dilihat adalah tajam. Proyeksi cahaya di luar makula mennghasilkan penglihatan yang kabur. Proyeksi suatu benda yang terlihat oleh kedua mata terletak pada tempat di kedua makula secara setangkup. Apabila proyeksi itu tidak menduduki tempat yang bersifat setangkup, maka akan terlihat gambaran penglihatan yang kembar (diplopia).4

Nervus optikus memasuki ruang intrakranial melalui foramen optikum. Di depan tuber sinerium (tangkai hipofisis) nervus optikus kiri dan kanan tergabung menjadi satu berkas untuk kemudian terpisah lagi dan melanjutkan perjalanannya ke korpus genikulatum laterale dan kolikulus superior. Tempat kedua nervi optisi bergabung menjadi satu berkas dinamakan kiasma. Di serabut-serabut nervus optikus yang mengantarkan impuls visual dari belahan nasal dari retina menyilang garis tengah. Sedangkan serabut-serabut nervus optikus yang mengantarkan impuls dari belahan temporal dari retina tetap pada sisi yang sama. Setelah mengadakan pergabungan tersebut, nervus optikus melanjutkan perjalanannya menjadi traktus optikus.4Serabut-serabut optik yang bersinaps di korpus genikulatum laterale merupakan jaras visual, sedangkan yang berakhir di kolikus superior mengantarkan impuls visual yang membangkitkan refleks optosomatik.Setelah bersinaps di korpus genikulatum laterale, penghantaran impuls visual selanjutnya dilaksanakan oleh serabut-serabut genikolokalkarina, yaitu juluran neuron korpus genikulatum laterale yang menuju ke korteks kalkarinus.Korteks tersebut ialah korteks periseptif visual primer (area 17).Setibanya impuls visual disitu terwujudlah suatu perasaan (sensasi visual sederhana). Dengan perantaraan korteks area 18 dan 19 perasaan visual itu mendapat bentuk dan arti, yakni suatu penglihatan.4

2. 2 Lapang PandangLapang pandang (medan penglihatan) adalah ruangan yang dapat dilihat oleh mata yang tidak bergerak. Luasnya ditentukan oleh distribusi reseptor cahaya, conus, dan basilus di retina dan faktor di luar mata yaitu bentuk roman muka. Misalnya dari bentuk hidung, alis, dan tulang dahi, pipi dan bentuk pelipis.Lapang pandang sebenarnya adalah merupakan lingkaran penuh, tapi oleh karena adanya faktor anatomis dan faktor teknik pemeriksaan yang menghalangi cahaya sampai ke retina maka bentuk lapang pandang akan tidak seperti lingkaran tetapi tergantung dari faktor-faktor penghalang tersebut.Yang termasuk faktor anatomis :a. Tonjolan tulang-tulang muka Medan penglihatan daerah nasal disebut juga nasal field of vision berkurang akibat cahaya yang asalnya dari daerah ini terhalang oleh tonjolan hidung. Medan penglihatan daerah lateral disebut juga temporal field of vision berkurang akibat cahaya yang asalnya dari daerah ini terhalang oleh tonjolan tulang pelipis. Medan penglihatan daerah cranial berkurang karena terhalang oleh alis, margo orbital dan os frontale Medan penglihatan di daerah caudal berkurang karena terhalang oleh tonjolan pipi.

b. Aktifitas retinaBagian retina sebalah nasal dan superior secara fungsional lebih aktif dibanding dengan sebelah inferior dan temporal.c. Lebar fissura palpebraMisalnyaptosis.

Gambar 3 : Batas Lapang Pandang Normal

Lapangan pandang mata adalah luas lapangan penglihatan seorang individu. Terdapat tiga jenis lapangan pandang; lapangan makular yaitu lapangan pandang yang paling jelas dilihat oleh kedua mata, lapangan binokular yang dilihat oleh kedua mata secara umumnya dan lapangan monokular yaitu kawasan yang bisa dilihat oleh salah satu mata saja.1

Gambar 4 : Lapangan Pandang Mata

Bila tidak ada strabismus, mata terarah pada objek yang sama. Pergerakan mata terkoordinasi sehingga beyangan retina dari satu objek jatuh pada titik yang sama pada tiap retina. Bayangan ini difusikan di sentral sehingga diinterpretasikan oleh otak sebagai satu bayangan. Ini disebut sebagai penglihatan tunggal binokular. Karena tiap mata melihat satu objek dari sudut yang berbeda, bayangan retina tidak berkorespondensi dengan tepat, semakin dekat objek semakin besar disparitas ini. Perbedaan ini memungkinkan konstruksi persepsi tiga dimensi. Hal ini disebut sebagai stereopsis. Perkembangan stereopsis membutuhkan koordinasi pergerakan mata dan kesegarisan penglihatan pada kira-kira lima tahun pertama kehidupan.Fungsi penglihatan tunggal binokular dan stereopsis pada individu :1. Memperluas lapang penglihatan2. Menghilangkan titik buta, karena titik buta dari satu mata jatuh pada lapang pandang mata lainnya3. Memberikan tajam penglihatan binokular yang lebih besar daripada tajam penglihatan monokularStereopsis menghasilkan persepsi kedalaman

Gambar 5: Lapang pandang Binokular

Gambar 6: Lapang Pandang Binokular

Lapang pandang memetakan perluasan perifer dunia visual. Tiap lapang pandang dapat direpresentasikan sebagai satu seri kontur atau isopter, mendemonstrasikan kemampuan untuk melihat satu target dengan ukuran dan kecerahan tertentu. Lapang pandang tidak rata, daerah pusat mata dapat mendeteksi objek yang jauh lebih kecil dibandingkan di perifer. Hal ini menghasilkan bukit penglihatan dimana objek yang dilihat dengan detil terbaik berada di puncak bukit (fovea). Disisi temporal lapang pandang terletak di titik buta. Ini berhubungan dengan papil saraf optik dimana tidak terdapat fotoreseptor.

Gambar (7) (8) (a) (b): Bukit Penglihatan diperlihatkan dengan diagram, pemetaan normal lapang pandang mata kiri. Garis yang berbeda (isopter) bersesuaian dengan ukuran atau intensitas target yang berbeda

2.3 Pemeriksaan Lapang PandangBila kita memfiksasi pandangan kita ke satu benda, benda ini terlihat nyata, sedangkan benda-benda di sekitarnya tampak kurang tajam. Seluruh lapangan yang terlihat, bila kita memfiksasi mata ke satu benda disebut lapangan pandang.6Pada pemeriksaan lapangan pandang, kita menentukan batas perifer dari penglihatan, yaitu batas sampai mana benda dapat dilihat, jika mata difiksasi pada satu titik. Sinar yang datang dari tempat fiksasi jatuh di makula, yaitu pusat melihat jelas (tajam), sedangkan yang datang dari sekitarnya jatuh di bagian perifer retina.6Lapangan pandang yang normal mempunyai bentuk tertentu, dan tidak sama ke semua arah. Seseorang dapat melihat ke lateral sampai sudut 90-100 derajat dari titik fiksasi, ke medial 60 derajat, ke atas 50-60 derajat dan ke bawah 60-75 derajat. Ada tiga metode standar dalam pemeriksaan lapang pandang yaitu dengan metode konfrontasi, perimeter, dan kampimeter atau tangent screen.6Kampimeter adalah papan hitam yang diletakkan di depan penderita pada jarak 1 atau 2 meter, dan sebagai benda penguji (test object) digunakan bundaran kecil berdiameter 1 sampai 3 mm. Mata pasien difiksasi di tengah dan benda penguji digerakkan dari perifer ke tengah dari segala jurusan. Kita catat tempat pasien mulia melihat benda penguji. Dengan demikian diperoleh gambaran kampus penglihatan.7Perimeter adalah setengah lingkaran yang dapat diubah-ubah letaknya pada bidang meridiannya. Cara pemakaiannya serta cara melaporkan keadaan sewaktu pemeriksaan sama dengan kampimeter.7Pemeriksaan lapangan pandang (visual field) yang sederhana dapat dilakukan dengan jalan membandingkan lapang pandang pasien dengan pemeriksa (yang dianggap normal) yaitu dengan metode konfrontasi dari Donder. Teknik pemeriksaan tes konfrontasi adalah dengan cara pasien duduk atau berdiri berhadapan dengan pemeriksa dengan jarak kira-kira 1 meter. Bila mata kanan yang hendak diperiksa lebih dahulu, maka mata kiri pasien harus ditutup, misalnya dengan tangannya atau kertas, sedangkan pemeriksa harus menutup mata kanannya. Pasien diminta untuk memfiksasi pandangannya pada mata kiri pemeriksa.6Kemudian pemeriksa menggerakkan jari tangannya di bidang pertengahan antar pemeriksa dan pasien. Gerakan dilakukan dari arah luar ke dalam. Jika pasien sudah melihat gerakan jari-jari pemeriksa, ia harus memberi tanda dan dibandingkan dengan lapang pandang pemeriksa. Bila terjadi gangguan lapang pandang, maka pemeriksa akan lebih dahulu melihat gerakan tersebut. Gerakan jari tangan ini dilakukan dari semua arah (atas, bawah, nasal, temporal). Pemeriksaan dilakukan pada masing-masing mata.7Bila pasien tidak dapat melihat jari pemeriksa sedangkan pemeriksa sudah dapat melihatnya, maka hal ini berarti bahwa lapang pandang pasien menyempit. Kedua mata diperiksa secara tersendiri dan lapang pandang tiap mata dapat memperlihatkan bentuk yang khas untuk tipe lesi pada susunan nervus optikus.7Tes yang digunakan untuk mengidentifikasi defek lapang pandang neurologis adalah dengan menggunakan objek berwarna merah. Lapang pandang merah merupakan yang paling sensitif terhadap lesi saraf optik. Untuk melakukan tes konftontasi digunakan jarum dengan kepala berwarna merah, pasien diminta untuk mengatakan saat ia pertama kali melihat kepala jarum tersebut berwarna merah ( bukan saat ia pertama kali melihat kepala jarum tersebut). Cara yang lebih sederhana, satu objek berwarna merah dapat dipegang di tiap kuadran atau setengah lapang pandang dan pasien diminta untuk membandingkan kualtias warna merah di tiap lokasi. Pada defek lapang pandang hemianopik, warna meraha akan tampak lebih buram dilapang pandang yang terkena.

2.4. Kelainan Pada Pemeriksaan Lapang Pandang

1

2

3

4

5

6

7

Gambar 9 . Lintasan Impuls visual dan Gangguan Medan Penglihatan Akibat Berbagai Lesi diLintasan Visual5

Jika terdapat lesi di sepanjang lintasan nervus optikus (N.II) hingga korteks sensorik, akan menunjukkan gejala gangguan penglihatan yaitu pada lapang pandang atau medan penglihatan. Lesi pada nervus optikus akan menyebabkan hilangnya penglihatan monokular atau disebut anopsia (no.1) pada mata yang disarafinya. Hal ini disebabkan karena penyumbatan arteri centralis retina yang mendarahi retina tanpa kolateral, ataupun arteri karotis interna yang akan bercabang menjadi arteri oftalmika yang kemudian menjadi arteri centralis retina. Kebutaan tersebut terjadi tiba-tiba dan disebut amaurosis fugax.5,7Lesi pada bagian lateral khiasma optikum akan menyebabkan hemianopsia binasal (no.2), sedangkan lesi pada bagian medial kiasma akan menghilangkan medan penglihatan temporal yang disebut hemianopsia bitemporal (no.3). Kelainan seperti ini banyak disebabkan oleh lesi khiasma, seperti tumor dan kista intrasellar, erosi dari processus clinoid seperti yang terjadi dengan tumor atau aneurisma dorsal dari sella tursica, kalsifikasi di antara atau di atas sella tursika seperti yang terjadi dengan kista dan aneurisma kraniofaringioma, dan juga pada meningioma suprasellar. Juga dapat disebabkan oleh trauma dan tumor pada regio khiasma. Hemianopsia bitemporal bisa didapatkan pada kista suprasellar.Bisa juga ditemukan pada pasien dengan tumor pituitari tapi bersifat predominan parasentral.Pada adenoma pituitari juga bisa terkadi kebutaan atau anopsia pada salah satu mata dan hemianopsia temporal pada mata yang lainnya.Lesi pada traktus optikus akan menyebabkan hemianopsia homonim kontralateral (no.4). Serabut-serabut dari retina pada bagian temporal akan rusak, bersamaan dengan serabut dari bagian nasal retina mata yang lain yang bersilangan. Lesi pada radiasio optika bagian medial akan menyebabkan quadroanopsia inferior homonim kontralateral (no.7), sedangkan lesi pada serabut lateralnya akan menyebabkan quadroanopsia superior homonim kontralateral (no.6). Quadroanopsia atau kuadranopia biasanya terjadi pada lesi yang terdapat pada bagian temporo-parietal. Lesi pada bagian posterior radiasio optika akan mengakibatkan hemianopsia homonim yang sama dan sebangun dengan mengecualikan penglihatan makular (no.5).5,8,9Selain hemianopsia klasik dan kuadranopia, gangguan lapang pandang lain dan fenomena terkait yang dapat terdeteksi pada pemeriksaan lapangan pandang adalah skotoma sentral merupakan hilangnya penglihatan sentral yang umumnya berhubungan dengan penurunan ketajaman penglihatan dan merupakan karakteristik penyakit nervus optikus dan penyakit makula retina. Perluasan bintik buta fisiologis, yang terlihat dengan pembengkakan diskus optikus (edema papil) yang disebabkan oleh peningkatan tekanan intrakranial, dan umumnya terjadi dengan ketajaman penglihatan yang masih baik. Penglihatan seperti terowongan (tunnel vision) merupakan hilangnya lapang pandang perifer dengan dipertahankannya daerah sentral yang disebabkan oleh beberapa penyebab, antara lain penyakit oftalmologi, yaitu glaukoma kronik sederhana, retinitis pigmentosa, dan penyakit korteks, yaitu hemianopia homonim bilateral dengan makula yang masih baik (macular sparing).5Retina mendapat darah dari arteri retina sentralis, yang merupakan endateri, yaitu arteri yang tidak mempunyai kolateral. Karena itu, lesi pada retina akibat penyumbatan arteri retina sentralis tidak akan diperbaiki lagi oleh perdarahan kolateral. Arteri retina sentralis adalah cabang dari arteri oftalmika. Pada thrombosis arteri karotis, pangkal arteri oftalmika dapat ikut tersumbat juga. Gambaran klinik thrombosis tersebut terdiri dari hemiparesis kontralateral dan buta ipsilateral.4Lesi pada nervus optikus sering disebabakan oleh infeksi dan intoksikasi. Di samping itu, sebab mekanik, seperti jiratan karena araknoiditis atau penyempitan foramen optikum (osteitis jenis Paget) atau penekanan karena tumor hipofisis, kraniofaringioma, meningioma, aneurisme arteri oftalmika dapat mengakibatkan kerusakan pada nervus optikus, baik sesisi maupun bilateral. Gangguan pada nervus optikus, baik yang bersifat radang, maupun demielinisasi atau degenerasi atau semuanya dinamakan neuritis optika.4

BAB IIISIMPULAN

Lapang pandang adalah suatu batas penglihatan tanpa adanya pergerakan bola mata. Luasnya ditentukan oleh distribusi reseptor cahaya, conus, dan basilus di retina dan faktor di luar mata yaitu bentuk roman muka. Misalnya dari bentuk hidung, alis, dan tulang dahi, pipi dan bentuk pelipis.Terdapat tiga jenis lapangan pandang; lapangan makular yaitu lapangan pandang yang paling jelas dilihat oleh kedua mata, lapangan binokular yang dilihat oleh kedua mata secara umumnya dan lapangan monokular yaitu kawasan yang bisa dilihat oleh salah satu mata saja.1Lapangan pandang yang normal mempunyai bentuk tertentu, dan tidak sama ke semua arah. Seseorang dapat melihat ke lateral sampai sudut 90-100 derajat dari titik fiksasi, ke medial 60 derajat, ke atas 50-60 derajat dan ke bawah 60-75 derajat. Ada tiga metode standar dalam pemeriksaan lapang pandang yaitu dengan metode konfrontasi, perimeter, dan kampimeter atau tangent screen.Jika terdapat lesi di sepanjang lintasan nervus optikus (N.II) hingga korteks sensorik, akan menunjukkan gejala gangguan penglihatan yaitu pada lapang pandang atau medan penglihatan

DAFTAR PUSTAKA

1. Graff, K. M., Rhees, R. W. Sensory Organs. In Human Anatomy and Physiology. United Kingdom. Wbc Comminucation, Inc.1993. p. 90-93.2. Fox, S. T. Sensory Physiology. In Fox Human Physiology 8th Ed. Oxford England : The Mcgraw Hill Company. 2003. p. 261-274.3. Dejong, N. Russel. The ocular Nerve. The Neurologic Exammination Fourth Ed. New York :Harper & Row Publishers. 1992. P120-123..4. Mardjono, M., Sidharta, P.Saraf Otak dan Patoloinya. Dalam :Neurolgi Klinis Dasar. Jakarta : Dian Rakyat. 2010. h. 116-120.5. Budiono Ari. Nervus Optikus. [online]. 2008. [citied 2011 March 7th]. Available from URL: http://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/01/nervus-optikus_files-of-drsmed.pdfCogan 6. David G. Neurology of The Visual System. Seventh Printing. USA: Charles C Thomas Publisher; 1966;p.211, 260-2647. Lumbantobing, S. M. Saraf Otak. Dalam Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010. h. 25-30.8. Dejong, N. Russel. Dejong's The Neurologic Examination Fifth Ed. Philadelphia : J.B. Lippincott Company. 19929. Ginsberg Lionel. Lecture Notes Neurologi. Edisi VIII. Jakarta:Erlangga. 2008. h.22-23

16