43
ETIKA BISNIS ETIKA KONSUMEN Disusun Oleh: Lourensia 31080225 Elisa 36040028 Mutia Vidia Safitri 37080546 Kelas: C Dosen: Bpk. Ngorang Philipus,Drs.,M

TUGAS ETBIS MAKALAH

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TUGAS ETBIS MAKALAH

ETIKA BISNIS

ETIKA KONSUMEN

Disusun Oleh:

Lourensia 31080225

Elisa 36040028

Mutia Vidia Safitri 37080546

Kelas: C

Dosen: Bpk. Ngorang Philipus,Drs.,M

Institut Bisnis dan Informatika Indonesia

Jakarta 2010

Page 2: TUGAS ETBIS MAKALAH

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Latar belakang dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi nilai tugas harian mata kuliah

etika bisnis dan sebagai bentuk pembelajaran bagi mahasiswa untuk menambah pengetahuan

mengenai topik ini.

Objek yang disajikan sudah jelas adalah mengenai kasus – kasus etika konsumen yang

merupakan bagian dari permasalahan dalam etika bisnis diantara pelaku bisnis.

Cara pengumpulan data yang penulis pakai adalah mengumpulkan data – data dari buku acuan

dan sumber-sumber dari website-website yang ada di internet dan tentunya berhubungan dengan

objek yang dipilih.

B. PERMASALAHAN

Permasalahan yang kami ambil adalah mengenai kasus –kasus masalah etika bisnis menyangkut

konsumen yaitu :

1. Kasus Ledakan gas elpiji yang beberapa waktu lalu ramai menjadi berita.

2. Kasus Indomie yang baru-baru ini terjadi di Taiwan

C. PAPARAN TEORI

I. Special Message on Protecting the Consumer Interest

Pernyataan ini merupakan focus dari Presiden John F.Kennedy pada tahun 1962 yang dinyatakan

olehnya kepada Kongres (DPR) Amerika. Ia menetapkan empat hak yang dimiliki setiap konsumen

yaitu : the right to safety, the right to be informed, the right to choose, the right to be heard. Perumusan hak

Page 3: TUGAS ETBIS MAKALAH

konsumen yang termasyhur ini agaknya tidak lengkap, tetapi dapat dipandang sebagai jalan masuk yang

tepat masalah etis sekitar konsumen.

Hak atas Keamanan

Banyak produk mengandung risiko tertentu untuk konsumen, khususnya risiko untuk kesehatan

dan keselamatan. Sebagai contoh dapat disebut pestisida, obat-obatan, makanan, dan lainnya.

Salah satu contohnya, Pestisida yang dipakai oleh petani bisa menimbulkan risiko untuk

kesehatan untuk si petani apabila menghirup bahan kimia tersebut. Obat bisa mempunyai efek

samping yang tidak terduga oleh konsumen. Makanan bisa mengandung zat pengawet atau zat

pewarna yang dapat merugikan kesehatan konsumen dengan misalnya—mengakibatkan

penyakit kanker. Oleh karena itu, konsumen memiliki hak atas produk yang aman, artinya

produk yang tidak mempunyai kesalahan teknis atau kesalahan lainnya yang bisa merugikan

kesehatannya atau bahkan membahayakan hidupnya. Bila sebuah produk karena hakikatnya

selalu mengandung risiko, maka risiko itu harus dibatasi sampai tingkat seminimal mungkin.

Hak atas Informasi

Konsumen berhak mengetahui segala informasi yang relevan yang mengenai produk yang

dibelinya, baik apa sesungguhnya produk itu (bahan bakunya, umpamanya), maupun

bagaimana cara memakainya, maupun juga risiko yang menyertai pemakaiannya. Hak ini

meliputi segala aspek pemasaran dan periklanan. Jika suatu produk diberi garansi untuk jangka

waktu tertentu, segala syarat dan konsekuensinya harus dijelaskan secara lengkap. Semua

informasi yang disebut pada label sebuah produk haruslah benar: isinya, beratnya, tanggal

kadaluarsa, ciri-ciri khusus, dan sebagainnya. Informasi yang relevan seperti “Makanan ini halal

untuk umat Islam” atau “Makanan ini tidak mengandung kolesterol” harus sesuai dengan

kebenaran.

Hak untuk memilih

Walaupun hak pertama dan kedua tadi bisa dianggap paling penting, masih ada hak lain yang

pantas dimiliki konsumen. Dalam sistem ekonomi pasar bebas, di mana kompetisi merupakan

unsure hakiki, konsumen berhak untuk memilih antara pembagai produk dan jasa yang

Page 4: TUGAS ETBIS MAKALAH

ditawarkan. Kualitas dan harga produk bisa berbeda. Konsumen berhak untuk

membandingkannya, sebelum mengambil keputusan untuk membeli.

Hak untuk didengarkan

Karena konsumen adalah orang yang menggunakan produk dan jasa, ia berhak bahwa

keinginannya tentang produk dan jasa itu didengarkan dan dipertimbangkan, terutama

keluhannya. Hal itu berarti juga bahwa para konsumen harus dikonsultasikan, jika pemerintah

ingin membuat peraturan atau UU yang menyangkut produk dan jasa tersebut.

Hak konsumen ini tidak boleh dimengerti sebagai hak dalam arti sempit. Hak-hak ini bukan merupakan

hak legal yang dapat dituntut di pengadilan. Hak – hak konsumen ini hendaknya dipahami sebagai cita-

cita atau tujuan yang harus direalisasikan dalam masyarakat. Dapat dikatakan pula bahwa empat hak tadi

menggambarkan secara lengkap posisi konsumen terhadap produsen. Sedikitnya dua hak telah

ditambahkan dari pernyataan oleh Presiden John F.Kennedy antara lain adalah:

Hak lingkungan hidup

Melalui produk yang digunakannya, konsumen memanfaatkan sumber daya alam. Ia berhak

bahwa produk yang dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak mengakibatkan pencemaran

lingkungan atau merugikan keberlanjutan proses-proses alam. Konsumen boleh menuntut

bahwa dengan memanfaatkan produk ia tidak akan mengurangi kualitas kehidupan di bumi ini.

Dengan kata lain, konsumen berhak akan produk yang ramah lingkungan.

Hak konsumen atas pendidikan

Tidak cukup hanya dengan konsumen memiliki hak, tetapi konsumen tersebut juga harus

menyadari haknya. Bahkan menyadari hak saja belum cukup, karena konsumen harus

mengemukakan kritik atau keluhannya, bila haknya dilanggar. Karena itu konsumen

mempunyai hak juga untuk secara positif dididik kearah itu. Terutama di sekolah dan media

massa, masyarakat harus dipersiapkan menjadi konsumen kritis dan sadar akan haknya. Dengan

demikian ia sanggup memberikan sumbangan yang bearti kepada mutu kehidupan ekonomi dan

mutu bisnis pada umumnya.

Semua hak ini juga ada terdapat pada UU tentang perlindungan konsumen yang dimiliki Indonesia

semenjak April 1999, ditambah dengan beberapa hak lain seperti hak untuk mendapatkan advokasi serta

Page 5: TUGAS ETBIS MAKALAH

perlindungan dan hak untuk mendapatkan ganti rugi atau penggantian bila produk tidak dalam keadaan

semestinya. Hanya bisa disayangkan bahwa hak lingkungan hidup tidak disebut. Mungkin hal itu

menunjukkan masih rendahnya kesadaran lingkungan hidup di masyarakat kita. Seharusnya hak

lingkungan hidup menjadi salah satu hak konsumen yang paling mendesak, sebab hak-hak lain lebih

mudah terlindungi, padahal hak ini menyangkut masa depan kita bersama.

II. Tanggung jawab bisnis untuk menyediakan produk yang aman.

Topik ini disebut juga sebagai product liability pada literature etika bisnis Amerika. Hal ini menyinggung

mengenai apakah produsen bertanggung jawab, bila produknya mengakibatkan kerugian bagi konsumen

dan kalau memang begitu, apa yang menjadi dasar teoritis untuk tanggung jawab tersebut. Untuk

mendasarkan tanggung jawab produsen, telah dikemukakan tiga teori yang mengandung nuansa yang

berbeda: teori kontrak, teori perhatian semestinya, dan teori biaya social. Tiga pandangan ini

menyediakan dasar teoritis bagi pendekatan etis maupun yuridis mengenai hubungan produsen-

konsumen, khusus dalam hal tanggung jawab atas produk yang ditawarkan oleh produsen dan dibeli oleh

konsumen.

Teori Kontrak

Menurut pandangan ini hubungan antara produsen dan konsumen sebaiknya dilihat sebagai

semacam kontrak dan kewajiban produsen terhadap konsumen didasarkan atas kontrak itu.

Dimana konsumen membeli produk, ia seolah-olah mengadakan kontrak dengan perusahaan

yang menjualnya. Perusahaan dengan tahu dan mau menyerahkan produk dengan ciri-ciri

tertentu kepada si pembeli dan si pembeli membayar jumlah uang yang disetujui. Karena

kontrak diadakan secara bebas, produsen berkewajiban menyampaikan produk dengan ciri-ciri

tersebut (bukan sesuatu yang berbeda) dan si konsumen berhak memperoleh produk itu setelah

sejumlah uang dilunasi menurut cara pembayaran yang telah disepakati.

Kontrak yang dibuat antara si produsen dengan konsumen harus sah dan untuk menjadi sah,

kontrak harus memenuhi beberapa syarat. Ada tiga syarat yaitu pertama, kedua belah pihak

harus mengetahui betul baik arti kontrak maupun sifat-sifat kontrak. Kedua, antara kedua belah

pihak harus melukiskan dengan benar fakta yang menjadi objek kontrak. Ketiga, tidak boleh

Page 6: TUGAS ETBIS MAKALAH

terjadi, kedua belah pihak mengadakan kontrak karena dipaksa atau karena pengaruh yang

kurang wajar seperti ancaman.

Karena merupakan kontrak, transaksi jual-beli mengandung hak dan kewajiban untuk kedua

belah pihak, baik produsen maupun konsumen. Jika dipandang khusus dari segi produsen, bisa

dikatakan bahwa bisnis mempunyai kewajiban-kewajiban berikut. Kewajiban paling penting

adalah melaksanakan kontrak sesuai dengan ketentuannya. Lalu kewajiban lainnya adalah

menjamin agar produk mempunyai ciri-ciri yang diharapkan konsumen dimana produk: harus

bisa diandalkan, berarti berfungsi seperti semestinya; dapat digunakan selama periode waktu

yang diharapkan; dapat dipelihara atau diperbaiki bila rusak; aman dan tidak membahayakan

kesehatan atau keselamatan si pemakai.

Tidak seluruhnya hubungan produsen-konsumen selalu berlangsung dalam kerangka kontrak.

Sehingga ada tiga keberatan menyangkut teori ini:

a) Teori kontrak mengandaikan bahwa produsen dan konsumen berada pada taraf yang

sama. Tetapi pada kenyataannya tidak terdapat persamaan antara produsen dan

konsumen, khususnya dalam konteks bisnis modern. Produsen mengenal seluk-beluk

dari satu produk saja atau sejumlah produk. Sedangkan konsumen menghadapi banyak

sekali produk sejenis sekaligus. Ia tidak mempunyai keahlian maupun waktu untuk

membandingkan dan memeriksa semua produk itu satu demi satu dan bergantung pada

informasi dan bonafiditas pihak produsen. Prinsip “hendaklah si pembeli berhati-hati”

tidak mungkin berfungsi sebagai satu-satunya prinsip dalam relasi produsen-konsumen.

b) Kritik kedua menegaskan bahwa teori kontrak mengandaikan hubungan langsung

antara produsen dan konsumen padahal konsumen pada kenyataannya jarang sekali

berhubungan langsung dengan produsen. Hampir selalu antara produsen dan konsumen

terdapat jaringan luas yang terdiri atas pemasok, distributor, dan pengecer.

c) Konsepsi kontrak tidak cukup untuk melindungi konsumen dengan baik. Kalau

perlindungan terhadap konsumen hanya bergantung pada ketentuan dalam kontrak,

maka bisa saja terjadi bahwa konsumen terlanjur menyetujui kontrak jual-beli, padahal

di situ tidak terjamin bahwa produk bisa diandalkan, akan berumur lama, akan bersifat

Page 7: TUGAS ETBIS MAKALAH

aman, dan sebagainya. Bila konsumen dengan “bebas” mengadakan kontrak jual-beli,

hal itu belum berarti juga bahwa perlindungan konsumen sudah terlaksana.

Teori Perhatian Semestinya

Pandangan ini disebut juga sebagai the due care theory dan diartikan dengan penekanan pada

kata perhatian yang harus dipahami sebagai perhatian yang efektif dan bersedia mengambil

tindakan seperlunya. Pandangan ini menyatakan bahwa konsumen selalu berada pada posisi

lemah, karena produsen mempunyai jauh lebih banyak pengetahuan dan pengalaman tentang

produk yang tidak dimiliki oleh konsumen. Kepentingan konsumen di sini dinomorsatukan.

Karena produsen berada dalam posisi yang lebih kuat dalam menilai produk, ia mempunyai

kewajiban menjaga agar si konsumen tidak mengalami kerugian dari produk yang dibelinya.

Produsen bertanggung jawab atas kerugian yang dialami si konsumen dengan memakai produk,

walaupun tanggung jawab itu tidak tertera dalam kontrak jual-beli atau bahkan disangkal secara

eksplisit.

Teori ini memfokuskan pada kualitas produk serta tanggung jawab produsen. Karena itu

tekanannya bukan pada segi hukum saja tetapi juga pada etika dalam arti luas. Norma dasar

yang melandasi pandangan ini adalah bahwa seseorang tidak boleh merugikan orang lain

dengan kegiatannya. Norma ini dapat diberi fondasi lagi, baik dalam teori etika yang disebut

deontology (dan teori hak) , utilitarianisme, maupun teori keadilan. Semua usaha untuk

membenarkan norma “tidak merugikan” ini dapat diterima, sehungga teori ini memiliki basis

yang teguh. Pendasaran berbeda-beda itu dapat di uraikan sebagai berikut :

a) Norma “tidak merugikan” bisa didasarkan atas teori deontology (dan teori hak). Sebab,

kita selalu harus memperlakukan orang lain sebagai tujuan pada dirinya dan tidak

pernah boleh memperlakukan dia sebagai sarana belaka. Karena itu orang lain

mempunyai hak positif untuk dibantu, jika ia tidak bisa membantu dirinya. Produsen

yang tidak memperhatikan konsumen, akan mengorbankan dia pada tujuannya sendiri.

b) Norma “tidak merugikan” bisa didasarkan pula atas teori utilitarianisme, khususnya

utilitarianisme aturan, karena jika norma ini diterima, setiap orang dalam masyarakat

akan beruntung.

Page 8: TUGAS ETBIS MAKALAH

c) Akhirnya, norma ini didasarkan juga atas teori keadilan, khususnya menurut pandangan

John Rawls. Sebab, dalam original position di mana kita berada dibalik veil of

ignorance kita akan memilih norma ini demi kepentingan diri sendiri.

Pandangan ini bukannya tidak memiliki kelemahan. Ada dua kelemahan yaitu pertama,

tidak gampang untuk menentukan apa artinya “semestinya”, bila kita katakan bahwa

produsen harus memberikan “perhatian semestinya”. Kedua, produsen memang tahu lebih

banyak tentang suatu produk daripada konsumen, tetapi pada akhirnya pengetahuannya

terbatas juga. Produsen tidak selalu mengetahui semua akibat negative sebuah produk.

Kadang-kadang terjadi, akibat negative sebuah produk baru tampak setelah lama dipakai.

Teori Biaya Sosial

Teori ini menegaskan bahwa produsen bertanggung jawab atas semua kekurangan produk dan

setiap kerugian yang dialami konsumen dalam memakai produk tersebut. Hal itu berlaku juga,

jika produsen sudah mengambil semua tindakan yang semestinya dalam merancang serta

memproduksi produk bersangkutan atau jika mereka sudah memperingatkan konsumen tentang

risiko yang berkaitan dengan pemakaian produk. Menurut para pendukung teori ini semua

akibat negative dari produk harus dibebankan kepada produsen. Hal itu mereka lihat sebagai

satu-satunya cara untuk memaksakan para produsen membuat produk-produk yang aman saja.

Teori ini merupakan dasar bagi ajaran hukum ynag disebut strict liability (tanggung jawab

ketat).

Ada beberapa kritik yang dikemukakan terhadap teori ini yaitu pertama, teori ini tampaknya

kurang adil, karena mengganggap orang bertanggung jawab atas hal-hal yang tidak diketahui

atau tidak bisa dihindarkan. Menurut keadilan kompensatoris, orang harus bertanggung jawab

atas akibat perbuatannya yang diketahui dapat terjadi dan bisa dicegah olehnya. Hanya atas

syarat ini orang harus memberi ganti rugi. Kedua, teori ini membawa kerugian ekonomis. Bila

dipraktekkan, produsen terpaksa harus mengambil asuransi terhadap klaim kerugian dan biaya

asuransi itu bisa menjadi begitu tinggi, sehingga tidak terpikul lagi oleh banyak perusahaan.

Ketiga, sepintas memang teori ini merupakan teori terbaik untuk melindungi konsumen tetapi

pada kenyataannya, konsumen malah dirugikan kalau teori ini dipraktekkan. Akan banyak

Page 9: TUGAS ETBIS MAKALAH

tuntutan ganti rugi sehingga produk jadi mahal dan juga teori ini kurang memperhatikan

tanggung jawab konsumen sendiri, padahal konsumen juga semestinya bertanggung jawab atas

perbuatannya sendiri atas pemakaian produk yang misalnya telah diperingatkan sebelumnya

oleh produsen.

III. Tanggung jawab bisnis lainnya terhadap konsumen.

Ada tiga kewajiban moral lainnya pada konsumen yang berkaitan dengan kualitas produk, harga, dan

pemberian label serta pengemasan.

Kualitas produk

Kualitas produk yang dimaksudkan adalah bahwa produk sesuai dengan apa yang dijanjikan

oleh produsen dan apa yang secara wajar boleh diharapkan oleh konsumen. Konsumen berhak

atas produk yang berkualitas, karena mereka membayar lebih untuk itu. Produsen berkewajiban

untuk menyampaikan produk yang berkualitas , misalnya produk yang tidak kadaluarsa. Salah

satu cara yang biasa ditempuh untuk menjamin kualitas adalah memberikan garansi: garansi

eksplisit dan garansi implicit.

Garansi eksplisit kalau terjamin begitu saja dalam keterangan yang menyertai produk. Biasanya

garansi ini menyangkut cirri-ciri produk, masa pemakaian, kemampuannya, dan sebagainya.

Bila produk rusak dalam jangka waktu tertentu, si penjual melibatkan diri untuk

memperbaikinya atau menggantikannya dengan produk baru. Garansi bersifat implicit, kalau

secara wajar bisa diandaikan, sekalipun tidak dirumuskan dengan terang-terangan. Hal ini terjadi,

bila dalam iklan atau promosi tentang produk dibuat janji tertentu atau bila konsumen

mempunyai harapan sesuai dengan hakikat produk.

Harga

Harga yang ditekankan disini adalah harga yang adil dimana sudah merupakan kenyataan

ekonomis yang sangat kompleks dan ditentukan oleh banyak faktor sekaligus. Harga merupakan

buah hasil perhitungan faktor-faktor seperti biaya produksi, biaya investasi, promosi, pajak,

ditambah tentu laba yang wajar. Dalam sistem ekonomi pasar bebas, sepintas lalu rupanya harga

yang adil adalah hasil akhir dari perkembangan daya-daya pasar. Tapi bukan hanya pasar jaga

Page 10: TUGAS ETBIS MAKALAH

merupakan satu-satunya prinsip untuk menetapkan harga yang adil, sebagaimana yang

dipikirkan pada liberalism. Agar menjadi adil, harga tidak boleh merupakan buah hasil

mekanisme pasar yang murni. Ada beberapa alasan, pertama, pasar praktis tidak pernah

sempurna. Kedua, disini juga para konsumen sering kali dalam posisi lemah untuk

membandingkan harga serta menganalisis semua faktor yang turut menentukan turunnya harga.

Ketiga, alasan terpenting adalah bahwa cara menentukan harga menurut mekanisme pasar saja

bisa mengakibatkan fluktuasi harga terlalu besar sehingga stabilitas harga tidak terjaga padahal

hal tersebut penting.

Dalam situasi modern, harga yang adil terutama merupakan hasil dari penerapan dua prinsip

tersebut: pengaruh pasar dan stabilitas harga. Secara khusus menjadi tugas pemerintah untuk

mencari keseimbangan antara harga pasar bebas dan perlunya stabilitas. Yang jelas bahwa

kompetisi bebas dalam hal harga dengan demikian cukup dibatasi. Menurut Garrett dan

Klonoski, ada empat faktor yang membuat harga menjadi tidak adil yaitu penipuan,

ketidaktahuan, penyalahgunaan, dan manipulasi emosi.

Pengemasan dan pemberian label

Pengemasan produk dan label yang ditempelkan pada produk merupakan aspek bisnis yang

semakin penting. Selain bertujuan melindungi produk dan memungkinkan mempergunakan

produk dengan mudah, kemasan berfungsi juga untuk mempromosikan produk, terutama di era

modern ini. Pengemasan dibuat semenarik mungkin untuk meraih banyak pembeli, selain itu

pengemasan dan label juga memberi informasi tentang produk sehingga pengemasan dan label

dapat menimbulkan masalah etis. Dalm konteks ini tuntutan etis yang pertama ialah bahwa

informasi yang disebut pada kemasan itu benar. Tuntutan etis lainnya adalah bahwa pengemasan

tidak boleh menyesatkan konsumen. Misalnya, kemasannya terlihat besar tapi isinya tidak

banyak / kecil/ tidak sesuai kemasannya. Tidak selalu dapat dipastikan dengan tepat kapan cara

pengemasan bisa dianggap menyesatkan. Karena sulit menarik garis batas toleransi akan

kemasan yang menyesatkan, konsumen tetap kritis dalam memantau masalah etis ini dan

instansi pemerintah selalu mendukung pengembangan sikap kritis konsumen.

Page 11: TUGAS ETBIS MAKALAH

BAB II

Deskripsi Kasus

1. Kasus Ledakan Tabung Gas Elpiji

Cara Aman Penggunaan ElpijiKamis, 27 Mei 2010 | 12:35 WIB

YUNI IKAWATI

KOMPAS.com — Ledakan elpiji pada penggunaan tabung gas berukuran tiga kilogram masih

kerap kali terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia. Kasus itu muncul sejak penggunaan sarana

penunjang kompor gas itu diperkenalkan tahun 2008. Apakah yang salah dengan sistem tabung

tersebut?

Introduksi penggunaan gas petroleum cair (LPG atau elpiji) dua tahun lalu ditargetkan dapat

mengurangi subsidi bahan bakar minyak (BBM) terutama minyak tanah dalam jumlah yang

signifikan, yaitu sekitar Rp 30 triliun per tahun. Semula subsidi Rp 54 triliun per tahun.

Untuk program konversi energi itu, menurut Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia,

pemerintah telah membagikan lebih kurang dari 44 juta tabung gas ukuran 3 kilogram.

"Survei di lapangan menemukan banyak selang dan sistem regulator yang cacat. Adapun dari sisi

tabung gas tidak ditemukan masalah," ungkap Tulus Abadi, Pengurus Harian YLKI. Regulator

adalah penghubung selang dan tabung gas yang berfungsi mengatur keluarnya gas ke kompor.

Oleh karena itu, menurut Tulus, pemerintah harus mengevaluasi dan memeriksa kondisi sistem

kompor dan tabung gas itu. Bila ada bagian cacat yang ditemui, maka produk tersebut harus

segera ditarik dan diganti dengan yang sesuai standar.

Tidak sesuai SNI

Page 12: TUGAS ETBIS MAKALAH

Munculnya kasus ledakan tabung elpiji akibat kebocoran di selang dan regulator tabung gas

mendorong Badan Standardisasi Nasional melakukan survei dan kajian penggunaan Standar

Nasional Indonesia (SNI) pada produk tersebut.

Kepala BSN Bambang Setiadi menjelaskan, kajian pada tahun 2008 itu meliputi penelitian

kelayakan tabung gas, selang, regulator, katup, dan kompor gas. Hasilnya, sebagian besar (66

persen) katup tabung gas baja tidak sesuai SNI.

Data mendetail dipaparkan oleh B Dulbert Tampubolon, peneliti di Pusat Penelitian dan

Pengembangan BSN. Pengujian selang karet dilakukan untuk mengetahui parameter uji tegangan

putus dan uji perpanjangan putus. ”Tidak ada sampel yang memenuhi syarat SNI,” ujarnya.

Menurut Dulbert, risiko kebocoran pada selang terjadi karena faktor cuaca dan kelembaban.

Karet di wilayah tropis lebih cepat rusak dibanding di iklim subtropis. Kelenturan karet

berkurang dalam suhu panas. Padahal, banyak karet yang ada di pasaran berasal dari negara

subtropis, seperti China dan Korea. Banyak yang tak berstandar dan di bawah SNI.

Kajian pada katup tabung gas adalah pengujian syarat konstruksi dan dimensi selain uji visual.

Pada kompor gas, 50 persen di antaranya tidak memenuhi syarat SNI untuk ketahanan material

pemantik (burner). Untuk regulator dan tabung gas, hanya 20 persen dan 7 persen yang tidak

penuhi standar.

SNI untuk lima komponen pada tabung dan kompor gas itu, ujar Dulbert, ditetapkan dengan

mengacu pada standar Jerman dan Amerika Serikat.

Pihak BSN meminta produsen bersangkutan melakukan evaluasi pada tingkat mutu bahan baku

dan proses produksi terkait parameter uji yang tidak memenuhi persyaratan mutu SNI.

Saat ini BSN tengah mengkaji kembali di lapangan, antara lain di Yogyakarta, Semarang, dan

Samarinda. ”Akhir Agustus mendatang kajian ini selesai,” kata Dulbert.

Page 13: TUGAS ETBIS MAKALAH

Faktor lain penyebab ledakan, menurut Tulus, adalah perilaku konsumen yang keliru. ”Ketika

mencium bau gas, banyak konsumen malah menyalakan kompor untuk mengetes,” ujarnya.

Padahal, saat tercium bau khas gas, langkah pertama adalah memadamkan semua yang berapi,

seperti kompor, korek api, lampu penerangan, lampu senter, bahkan tombol listrik yang dalam

posisi ”on”.

Tahap kedua, melepas regulator dari lubang tabung agar klep atau katup di ujung tabung itu

tertutup otomatis. Berikutnya, membuka akses ke udara luar, seperti pintu, jendela, dan terutama

ventilasi di bawah.

Tiga hal itu perlu dilakukan karena sifat elpiji mudah meledak ketika terkena percikan api. Hal

itu karena berat jenisnya lebih berat daripada udara. Dengan demikian, elpiji yang keluar dari

regulator atau selang yang bocor akan mengendap ke lantai.

Untuk menekan bertambahnya kasus elpiji meledak, pengetahuan mengenai cara penggunaan

tabung dan kompor gas yang aman perlu lebih disosialisasikan.

Selain itu, Tulus juga mengharapkan agar program konversi ini dilakukan secara terintegrasi oleh

instansi terkait, bukan hanya oleh Pertamina.

2. Kasus Indomie di Taiwan

Info BPOM : Kasus Indomie Di Taiwan Klarifikasi Penarikan Mie

Instant Indomie.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI meminta klarifikasi Taiwan soal

kabar penarikan mie instant Indomie. Kadar zat pengawet makanan produksi Indonesia sesuai

batas aman standar sesuai dengan Internasional.

Page 14: TUGAS ETBIS MAKALAH

Demikian kata Ketua BPOM Dra Kustantinah menanggapi kabar bahwa Indomie ditarik dari

pasaran Taiwan. Pernyataan ini disampaikan di kantornya, Jl Percetakan Negara, Jakarta.

"Indonesia telah menggunakan (zat pengawet) sesuai standar internasional, yaitu 250mg/kg.

Tidak ada penambahan zat pengawet yang berlebihan," tegas Kustantinah.

Standar internasional itu adalah International Codex Alumentarius Commission (ICAC) yang

merupakan persyaratan mengenai keamanan mutu gizi dan produk makanan olahan. Indonesia

telah ikut meratifikasinya dan menjadikannya acuan dalam penyusunan regulasi Permenkes

nomer 722/Menkes/Per/IX/88 mengenai batas maksimal penggunaan nipagin (zat pengawet)

methylphydroxy benzoate sebagai bahan tambahan makanan yang berfungsi sebagai pengawet.

Penerapan ICAC di sejumlah negara, memang berbeda-beda tergantung pada kebijakan masing-

masing. Contohnya adalah Kanada dan AS yang menetapkan batas 1000mg/kg untuk produk

makanan selain daging ikan dan unggas serta 250mg/kg untuk kecap.

Standar lebih ketat diberlakukan oleh Brunei dan Jepang dengan 250mg/kg untuk semua jenis

produk bahan makanan. Indonesia menerapkan batas aman serupa dengan yang diberlakukan

oleh dua negara itu, yakni 250mg/kg termasuk untuk produk mie instant.

Secara berkala BPOM mengadakan pengujian contoh produk mie instant yang diambil secara

acak dari berbagai pasar. Sejauh ini belum ada temuan pelanggaran ambang batas aman zat

nipagin dalam mie instant maupun kecap dan zat penyedap lain yang menjadi bagian produk

bersangkutan.

Kustantinah membenarkan, zat nipagin juga digunakan sebagai bahan pengawet untuk kosmetika

dan obat-obatan. Tetapi tentu saja penggunaannya dalam kadar yang sangat berbeda dibanding

dengan yang diterapkan pada produk makanan.

"Pengujian terkahir terhadap mie instant termasuk kecap dalam produk mie instant tidak

Page 15: TUGAS ETBIS MAKALAH

ditemukan kandungan nipagin melebihi ambang batas aman yang diizinkan. Dengan demikian

kami menegaskan produk-produk mie instant yang terdapat di Indonesia dinyatakan aman

dikonsumsi oleh masyarakat," tegas Kustantinah.

Lebih lanjut dia mengungkapkan, sejauh ini Taiwan belum meratifikasi ICAC. Maka bisa jadi

ada patokan berbeda mengenai ambang batas aman penggunaan zat pengawet makanan yang

Taiwan terapkan untuk produk mie instant dan kecap.

"Kita akan coba komunikasikan masalah ini melalui Kadin, sebab RI kan tidak punya hubungan

diplomatik dengan Taiwan," sambung Kustantiah.(detik.com)

Page 16: TUGAS ETBIS MAKALAH

BAB III

Pembahasan dan Analisis

a. Kasus ledakan tabung gas elpiji.

Kasus ledakan gas yang marak beberapa waktu lalu merupakan salah satu bentuk kasus masalah

etis seputar konsumen. Pemerintah, walau sudah berusaha untuk mengurangi kejadian ini, tapi

masih belum bisa meredam kejadian yang ada. Bukannya masyarakat semakin terpacu untuk

mengkonversi energy tapi malah menjadi takut untuk melakukan konversi ini. Para pemasok gas

tidak memperhatikan hal yang terjadi ini padahal ini sangat berdampak besar pada bisnis mereka

juga. Para pelaku bisnis dalam kaitan kasus ini masih mencurahkan perhatiannya terhadap

produk dan mendapatkan laba, dan bukan kepada konsumennya. Padahal konsumen adalah

pemicu faktor terjualnya produk, tidak ada konsumen maka tidak akan ada penjualan yang terjadi

dan perusahaan tidak akan mendapat laba jika tidak ada konsumen yang membeli produk

mereka. Maka hendaknya perusahaan makin memperhatikan konsumennya dan tentunya

memberikan hak yang sesuai kepada konsumennya.

Seperti yang diucapkan oleh Presiden John F.Kennedy pada tahun 1962 kepada Kongres

Amerika yang disebut “Special Message on Protecting the Consumer Interest”, dimana

menetapkan 4 hak yang dimiliki setiap konsumen: the right to safety, the right to be informed,

the right to choose, the right to be heard. Namun hak harus dimengerti secara luas sehingga ada

2 hak lagi yang dikemukan olehnya yaitu hak lingkungan hidup dan hak atas pendidikan.

The right to safety (Hak atas keamanan)

Dalam kasus ini, pemerintah dan pelaku bisnis telah gagal memberikan hak atas

keamanan kepada para konsumennya. Tabung gas yang berbahaya hingga menimbulkan

ledakan dan dapat menyebabkan kematian. Mereka masih luput untuk memperkecil risiko

atas keselamatan dari konsumen. Padahal konsumen berhak mendapatkan keamanan saat

Page 17: TUGAS ETBIS MAKALAH

membeli produk dimana produk tersebut adalah produk yang tidak mempunyai kesalahan

teknis atau kesalahan lainnya yang bisa merugikan kesehatannya atau bahkan

membahayakan hidupnya. Maka itu dalam kasus ini, pelaku bisnis masih termasuk gagal

dalam memberikan hak ini kepada konsumen dan hanya mementingkan laba semata.

The right to be informed (Hak atas informasi)

Pemerintah sudah memenuhi hal ini tapi sayangnya kurang maksimal. Informasi yang

diberikan kepada masyarakat mencakup segala informasi yang relevan mengenai produk

yang dibelinya, baik apa sesungguhnya produk itu, maupun bagaimana cara memakainya,

maupun resiko yang menyertai pemakaiannya. Oleh karena itu, konsumen harus

mendapat semua informasi yang benar. Sayangnya, sosialisasi pemerintah ke masyarakat

masih belum dilakukan dengan baik karena banyaknya masyarakat yang tidak tahu cara

penanganan terhadap gas elpiji yang benar terutama saat menemukan kebocoran pada

tabung gas.

The right to choose (Hak untuk memilih)

Dalam kasus ini, sebagai konsumen, mereka berhak memilih produk yang mereka beli

sehingga konsumen semestinya boleh memilih dan meminta untuk mengecek tabung gas

yang mereka beli, apakah mengalami kebocoran atau tidak.

The right to be heard (Hak untuk didengarkan)

Tentunya akibat maraknya kasus tabung gas meledak, maka keluhan dari masyarakat

tentunya harus ditanggapi dengan cepat oleh pemerintah. Pemerintah harus benar-benar

mendengarkan apa yang diinginkan oleh si konsumen sehingga pemerintah dapat

menentukan tindakan yang tepat dan cepat terhadap penanganan kasus ini.

Hak lingkungan hidup

Konsumen tentunya berhak untuk mendapatkan produk yang ramah terhadap lingkungan.

Dalam konteks kasus, tabung gas yang meledak dapat menimbulkan pencemaran

lingkungan selain menghancurkan lingkungan sekitarnya. Semestinya pemerintah dan

Page 18: TUGAS ETBIS MAKALAH

pelaku bisnis juga mempertimbangkan efek samping ini, karena kalau tidak ditangani

secara cepat akan berbahaya bagi masyarakat luas.

Hak konsumen atas pendidikan

Konsumen memiliki hak, tapi ia juga harus menyadari akan hak tersebut. Bahkan

menyadari hak saja belum cukup, karena konsumen harus mengemukakan kritik dan

keluhannya, bila haknya dilanggar. Karena itu, konsumen punya hak untuk dididik secara

positif ke arah itu. Dengan demikian, konsumen akan menjadi individu yang sadar dan

kritis akan haknya. Dalam konteks ini, konsumen termasuk sudah menyadari hak mereka

untuk menyatakan keluhan dan tuntutan terhadap pelaku bisnis akan hak yang semestinya

mereka dapatkan. Konsumen Indonesia termasuk kritis dalam menuntut haknya walau

tidak sepenuhnya dalam bentuk yang positif bahkan ada juga respon dalam bentuk yang

negatif.

Dalam kaitannya dengan masalah tanggung jawab bisnis untuk menyediakan produk yang aman,

baik produsen dan konsumen memiliki tanggung jawab mereka masing-masing dalam hal

penyediaan dan pemakaian produk. Oleh Karena itu, dalam konteks kasus tabung gas meledak

ini, teori yang sesuai adalah teori perhatian semestinya.

Teori perhatian semestinya memposisikan konsumen pada posisi yang lemah dan ini sesuai

dengan kasus dimana konsumen memiliki pengetahuan yang lebih terbatas terhadap produk

dibandingkan dengan produsen atau pelaku bisnis. Oleh karena itu, kepentingan konsumen harus

selalu dinomorsatukan karena produsen atau pelaku bisnis berada dalam posisi yang lebih kuat

sehingga mereka memiliki tanggung jawab untuk menjaga konsumen supaya tidak mengalami

kerugaian dari produk yang dibelinya walau tanggung jawab ini tidak tertera secara eksplisit.

Pada kasus ini, konsumen yang membeli tabung gas dalam kemasan tabung 3 kg kebanyakan

adalah masyarakat kecil yang notabene adalah masyarakat yang kebanyakan masih

berpendidikan rendah. Mereka tentunya ada dalam posisi yang lemah karena ketidaktahuan

mereka lebih tinggi dibanding masyarakat yang berpendidikan tinggi dan tentunya dibandingkan

dengan para produsen yang tahu dengan baik mengenai produk tabung gas mereka. Oleh karena

Page 19: TUGAS ETBIS MAKALAH

itu, produsen / pelaku bisnis harusnya memperhatikan dengan baik kualitas daripada tabung

tersebut karena merupakan tanggung jawab mereka karena mereka punya pengetahuan yang

lebih.

Teori ini dapat dikaitkan pula dengan norma-norma karena memiliki pandangan etika secara

meluas. Antara lain norma-norma yang berhubungan adalah :

1. Norma “tidak merugikan” bisa didasarkan atas teori deontologi. Konsumen harus

diperlakukan sebagai tujuan bukan sarana. Dalam konteks ini, konsumen jangan

diperlakukan sebagai sarana untuk mendapatkan laba sebesar-besarnya, melainkan

produsen/pelaku bisnis/pemerintah memperlakukan konsumen dan juga masyarakat

sebagai sesuatu yang penting dan harus diperhatikan karena mereka punya hak untuk

dibantu jika mereka tidak bisa membantu dirinya sendiri karena posisi mereka yang lebih

lemah. Dalam hal ini, produsen/pelaku bisnis/pemerintah masih kurang maksimal dalam

menjalankan norma ini.

2. Norma “tidak merugikan” bisa didasarkan pula atas teori utilitarianisme dimana

apabila produsen/pelaku bisnis menjalankan kegiatan usahanya dengan benar termasuk

pemberian hak kepada konsumen secara benar maka setiap masyarakat yang merupakan

konsumen akan beruntung dan tentunya senang (the greatest happiness of greatest

numbers.)

3. Norma ini bisa juga dihubungkan dengan teori keadilan, khususnya menurut

pandangan John Rawls bahwa sebagai produsen/pelaku bisnis, kalau ada di posisi asali

mereka dimana mereka dibalik selubung ketidaktahuan maka mereka akan memilih

norma ini demi kepentingan diri sendiri = menempatkan pandangan mereka jika mereka

merupakan konsumen sehingga mereka dapat secara adil menangani kasus tabung gas

meledak itu.

Tanggung jawab bisnis lainnya yang harus diperhatikan produsen terhadap konsumen adalah

bahwa produsen harus bertanggung jawab terhadap harga dan kualitas produknya. Tabung gas di

masyarakat tidak bisa dibilang murah ataupun mahal tapi bukan dengan begitu kualitasnya juga

Page 20: TUGAS ETBIS MAKALAH

setengah-setengah. Malah mereka harus memperhatikan dengan baik kualitas dari produknya

yang nantinya akan disampaikan ke masyarakat.

Dalam konteks kasus, pemerintah menyatakan bahwa mereka menyesuaikan dengan standar

Jerman dan Amerika Serikat tapi lucunya, yang terlihat secara nyata adalah kualitas standar dari

produk tersebut adalah jauh dibawah kedua negara tersebut. Tabung gas yang meledak

merupakan bukti nyata bahwa pemerintah gagal dalam memperhatikan kualitas produk yaitu

tabung gas yang justru sedang mereka sosialisasikan sebagai program konversi energi. Bahkan

ketika sampai di pelaku bisnis atau agen gas, perlakuan si agen gas terhadap produk tidak

perhatikan secara baik sehingga malah mengurangi kualitas dari produk tabung gas itu sendiri

seperti misalnya, tabung gas yang sampai didepot agen gas dipindahkan secara kasar dengan

digulingkan saat dipindahkan dan penempatannya tidak tepat yang justru membahayakan bagi si

produsen maupun konsumen itu sendiri. Padahal kualitaslah yang menentukan kesuksesan dari

program pemerintah dan si pelaku bisnis itu sendiri. Oleh karena itu, baik harga dan kualitas

yang didapat masyarakat akan tabung gas tersebut tidaklah imbang/adil dan bahkan bermasalah

sehingga pemerintah perlu lebih giat lagi untuk memacu perlakuan standar yang nyata secara

benar.

b. Kasus Indomie

Dalam konteks kasus Indomie ini, dengan menggunakan perumusan hak konsumen yang

dinyatakan oleh Presiden John F.Kennedy yang disebut “Special Message on Protecting the

Consumer Interest” antara lain mencakup:

The right to safety (Hak atas keamanan)

Konsumen berhak mendapatkan keamanan saat membeli produk dimana produk tersebut

adalah produk yang tidak mempunyai kesalahan teknis atau kesalahan lainnya yang bisa

merugikan kesehatannya atau bahkan membahayakan hidupnya. Kasus Indomie di

Taiwan ini memang menimbulkan banyak pro dan kontra. Perusahaan menyatakan bahwa

mereka telah menyesuaikan kandungan nipagin pada indomie tersebut sesuai dengan

standar yang berlaku secara internasional yang mana juga berlaku di Brunei dan Jepang

Page 21: TUGAS ETBIS MAKALAH

dimana tidak melebih batas 250mg/kg sehingga dari segi pernyataan ini, produsen telah

memenuhi hak konsumen untuk mendapatkan keamanan untuk mengkonsumsi Indomie

walau disatu sisi, konsumen sendiri juga harus tahu batas dalam mengkonsumsi Indomie

karena disetiap produk yang memiliki bahan pengawet walau sudah disesuaikan dengan

standar, apabila si konsumennya mengkonsumsi secara berlebihan bukanlah salah

produsen jika konsumennya mengalami gangguan kesehatan.

The right to be informed (Hak atas informasi)

Pada kemasan Indomie, produsen sudah mencantumkan informasi mengenai bahan dari

Indomie. Namun kebanyakan masyarakat tentunya tidak paham dengan istilah-istilah

kimia yang ada pada kemasan Indomie tersebut. Masyarakat tentunya tidak akan tahu apa

itu Nipagin sampai ada kasus seperti ini. Sehingga, mulai sekarang produsen Indomie

atau produk dengan bahan pengawet harus mulai memberi informasi yang lebih detail

dengan melalui media untuk mensosialisasikan sehingga masyarakat tidak panik/takut

untuk mengkonsumsi dan tahu apa yang harus mereka lakukan dan seberapa banyak yang

boleh mereka konsumsi sehingga tidak membahayakan kesehatan si konsumen.

The right to choose (Hak untuk memilih)

Dalam kasus ini, sebagai konsumen, mereka berhak memilih produk yang mereka beli

sehingga jika konsumen merasa untuk tidak aman mengkonsumsi Indomie, mereka dapat

memilih untuk tidak membeli dan mengkonsumsi produk Indomie dan sejenisnya atau

beralih ke produk lain yang kiranya lebih aman untuk dikonsumsi.

The right to be heard (Hak untuk didengarkan)

Konsumen memiliki hak untuk mengungkapkan kritik dan keluhan terhadap Indomie dan

produsen harus menampung hal tersebut supaya mereka mengerti apa yang dibutuhkan

dan tentunya diharapkan oleh para konsumen sekarang.

Hak lingkungan hidup

Konsumen tentunya berhak untuk mendapatkan produk yang ramah terhadap lingkungan

dan juga kesehatan masyarakat. Produsen Indomie harusnya sadar betul bahwa produk

Page 22: TUGAS ETBIS MAKALAH

mereka juga tidak bermasalah dengan lingkungan dan tidak mencemari lingkungan secara

berbahaya dan juga bagi masyarakat.

Hak konsumen atas pendidikan

Konsumen memiliki hak, tapi ia juga harus menyadari akan hak tersebut. Bahkan

menyadari hak saja belum cukup, karena konsumen harus mengemukakan kritik dan

keluhannya, bila haknya dilanggar. Karena itu, konsumen punya hak untuk dididik secara

positif ke arah itu. Dengan demikian, konsumen akan menjadi individu yang sadar dan

kritis akan haknya. Dalam konteks ini, konsumen termasuk sudah menyadari hak mereka

untuk menyatakan keluhan dan tuntutan terhadap pelaku bisnis akan hak yang semestinya

mereka dapatkan. Konsumen Indonesia termasuk kritis dalam menuntut haknya walau

tidak sepenuhnya dalam bentuk yang positif bahkan ada juga respon dalam bentuk yang

negatif.

Dalam kaitannya dengan masalah tanggung jawab bisnis untuk menyediakan produk yang aman,

baik produsen dan konsumen memiliki tanggung jawab mereka masing-masing dalam hal

penyediaan dan pemakaian produk. Oleh Karena itu, dalam konteks kasus Indomie ini, teori yang

sesuai adalah teori perhatian semestinya.

Teori perhatian semestinya memposisikan konsumen pada posisi yang lemah dan ini sesuai

dengan kasus dimana konsumen memiliki pengetahuan yang lebih terbatas terhadap produk

dibandingkan dengan produsen atau pelaku bisnis. Oleh karena itu, kepentingan konsumen harus

selalu dinomorsatukan karena produsen atau pelaku bisnis berada dalam posisi yang lebih kuat

sehingga mereka memiliki tanggung jawab untuk menjaga konsumen supaya tidak mengalami

kerugian dari produk yang dibelinya walau tanggung jawab ini tidak tertera secara eksplisit.

Pada kasus ini, konsumen yang membeli Indomie bukanlah masyarakat yang paham benar akan

istilah-istilah kimia dan kandungan daripada yang mereka makan terutama konsumen yang

memiliki pendidikan rendah. Sehingga posisi kebanyakan masyarakat yang mengkonsumsi

Indomie menjadi lebih lemah dibandingkan dengan para produsen yang tahu dengan baik

mengenai produk mereka. Oleh karena itu, produsen / pelaku bisnis harusnya memperhatikan

Page 23: TUGAS ETBIS MAKALAH

dengan baik kualitas daripada indomie tersebut karena merupakan tanggung jawab mereka

karena mereka punya pengetahuan yang lebih.

Teori ini dapat dikaitkan pula dengan norma-norma karena memiliki pandangan etika secara

meluas. Antara lain norma-norma yang berhubungan adalah :

1. Norma “tidak merugikan” bisa didasarkan atas teori deontologi. Konsumen harus

diperlakukan sebagai tujuan bukan sarana. Dalam konteks ini, konsumen jangan

diperlakukan sebagai sarana untuk mendapatkan laba sebesar-besarnya, melainkan

produsen/pelaku bisnis/pemerintah memperlakukan konsumen dan juga masyarakat

sebagai sesuatu yang penting dan harus diperhatikan karena mereka punya hak untuk

dibantu jika mereka tidak bisa membantu dirinya sendiri karena posisi mereka yang lebih

lemah. Dalam hal ini, produsen/pelaku bisnis/pemerintah masih kurang maksimal dalam

menjalankan norma ini.

2. Norma “tidak merugikan” bisa didasarkan pula atas teori utilitarianisme dimana

apabila produsen/pelaku bisnis menjalankan kegiatan usahanya dengan benar termasuk

pemberian hak kepada konsumen secara benar maka setiap masyarakat yang merupakan

konsumen akan beruntung dan tentunya senang (the greatest happiness of greatest

numbers.)

3. Norma ini bisa juga dihubungkan dengan teori keadilan, khususnya menurut

pandangan John Rawls bahwa sebagai produsen/pelaku bisnis, kalau ada di posisi asali

mereka dimana mereka dibalik selubung ketidaktahuan maka mereka akan memilih

norma ini demi kepentingan diri sendiri = menempatkan pandangan mereka jika mereka

merupakan konsumen sehingga mereka dapat secara adil menangani kasus indomie.

Tanggung jawab bisnis lainnya yang harus diperhatikan produsen terhadap konsumen adalah

bahwa produsen harus bertanggung jawab terhadap harga dan kualitas produknya. Indomie

adalah produk yang sudah dikonsumsi masyarakat sejak lama karena ekonomis dan sesuai

dengan kebutuhan dan selera masyarakat Indonesia. PT. Indofood yang telah dikenal luas oleh

masyarakat sudah berusaha untuk memberikan yang terbaik kepada masyarakat. Namun dengan

merebaknya kasus ini, kualitas Indomie pun kembali dipertanyakan. Sudah semestinya para

Page 24: TUGAS ETBIS MAKALAH

pelaku bisnis semakin cerdas dan sadar akan betapa pentingnya peranan kualitas terhadap

konsumen pada saat ini. Konsumen sekarang juga semakin cerdas dan semakin ingin tahu,

sehingga perusahaan harus menginformasikan secara benar mengenai produknya sehingga

masyarakat dapat menilai sendiri bagaimana kualitas daripada Indomie yang sekarang beredar.

Dan PT. Indofood sendiri harus sadar dengan kasus ini, berarti kualitas mereka harus kembali

dibenahi dan tentunya tetap ekonomis karena dikonsumsi oleh range masyarakat yang luas

sehingga Indomie tetap bisa mendapatkan kembali kepercayaan konsumen yang notabene bukan

hanya konsumen didalam negeri tapi juga luar negeri dan menjaga kepercayaan itu dengan

perbaikan kualitas yang berkala seiring ketentuan yang berlaku dan harapan masyarakat.

Page 25: TUGAS ETBIS MAKALAH

BAB IV

PENUTUP

a. Kesimpulan :

1. Kasus ledakan tabung gas elpiji

Dalam kasus ini, pemerintah dan pelaku bisnis telah gagal memberikan hak atas

keamanan kepada para konsumennya. Pemerintah, walau sudah berusaha untuk

mengurangi kejadian ini, tapi masih belum bisa meredam kejadian yang ada

seperti ledakan tabung gas elpiji yang bocor dan pemasok juga kurang

memperhatikan masalah ini yang menimbulkan keresahan masyarakat yang

memakai tabung gas tersebut.

Maka hendaknya perusahaan makin memperhatikan konsumennya dan tentunya

memberikan hak yang sesuai kepada konsumennya. Hak-hak tersebut terdiri dari

hak atas keamanan, hak atas informasi, hak untuk memilih, hak untuk

didengarkan, hak lingkungan hidup dan hak konsumen atas pendidikan.

Dalam kasus ini teori yang sesuai adalah teori perhatian semestinya dan teori ini

juga dapat dikaitkan dengan norma-norma karena memiliki pandangan etika

secara meluas.

Norma-norma tersebut terdiri dari norma “tidak merugikan” bisa didasarkan atas

teori deontology, norma “tidak merugikan” bisa didasarkan pula atas teori

utilitarianisme dan norma ini bisa juga dihubungkan dengan teori keadilan,

khususnya menurut pandangan John Rawls.

Dalam konteks kasus, pemerintah menyatakana bahwa mereka menyesuaikan

dengan standar Jerman dan Amerika Serikat tapi ternyata yang terlihat secara

Page 26: TUGAS ETBIS MAKALAH

nyata adalah kualitas standar dari produk tersebut adalah jauh dibawah keuda

Negara tersebut. Tabung gas yang meledak merupakan bukti nyata bahwa

pemerintah gagal dalam memperhatikan kualitas produk yaitu tabung gas yang

justru sedang mereka sosialisasikan sebagai program konversi energi telah gagal

di sosialisasikan ke masyarakat.

2. Kasus Indomie

Dalam kasus ini PT. Indofood juga harus memperhatikan hak konsumen. Hak

tersebut terdiri dari hak atas keamanan, hak atas informasi, hak untuk memilih,

hak untuk didengarkan, hak lingkungan hidup dan hak konsumen atas pendidikan.

Hak tersebut juga terkait dengan norma-norma yang ada yaitu norma “tidak

merugikan” bisa didasarkan atas teori deontology, norma “tidak merugikan” bisa

didasarkan pula atas teori utilitarianisme dan norma ini bisa juga dihubungkan

dengan teori keadilan, khususnya menurut pandangan John Rawls.

Tanggung jawab bisnis lainnya yang harus diperhatikan produsen terhadap

konsumen adalah bahwa produsen harus bertanggung jawab terhadap harga dan

kualitas produknya. Indomie adalah produk yang sudah dikonsumsi masyarakat

sejak lama karena ekonomis dan sesuai dengan kebutuhan dan selera masyarakat

Indonesia. PT. Indofood yang telah dikenal luas oleh masyarakat sudah berusaha

untuk memberikan yang terbaik kepada masyarakat. Namun dengan merebaknya

kasus ini, kualitas Indomie pun kembali dipertanyakan. Sudah semestinya para

pelaku bisnis semakin cerdas dan sadar akan betapa pentingnya peranan kualitas

terhadap konsumen pada saat ini.

Konsumen sekarang juga semakin cerdas dan semakin ingin tahu, sehingga

perusahaan harus menginformasikan secara benar mengenai produknya sehingga

masyarakat dapat menilai sendiri bagaimana kualitas daripada Indomie yang

sekarang beredar. Dan PT. Indofood sendiri harus sadar dengan kasus ini, berarti

kualitas mereka harus kembali dibenahi dan tentunya tetap ekonomis karena

Page 27: TUGAS ETBIS MAKALAH

dikonsumsi oleh range masyarakat yang luas sehingga Indomie tetap bisa

mendapatkan kembali kepercayaan konsumen yang notabene bukan hanya

konsumen didalam negeri tapi juga luar negeri dan menjaga kepercayaan itu

dengan perbaikan kualitas yang berkala seiring ketentuan yang berlaku dan

harapan masyarakat.

b. Saran :

1. Kasus ledakan tabung gas elpiji

Seharusnya pemerintah bisa menindak lanjuti kasus ini dengan baik demi

keselamatan konsumen tabung gas elpiji yang membelinya, dengan cara sebelum

produsen tabung gas elpiji memasarkan produknya di tempat-tempat yang

biasanya menjual tabung gas elpiji tersebut, pemerintah dan produsen harus

memastikan tabung gas yg dipasarkan aman untuk di jual.

Mereka pun juga bisa memberikan informasi yang benar dalam mengenali

bagaimana tabung gas elpiji yang tidak bocor kepada masyarakat yang

membelinya. Mereka pun juga bisa memeriksa bagaimana tabung gas elpiji

tersebut bisa mengalami kebocoran saat di jual di pasaran. Produsen pun juga

harus memikirkan apa yang akan di akibatkan di lingkungan sekitar.

2. Kasus Indomie

Seharusnya produsen indomie yaitu PT. Indofood memerhatikan takaran

produknya sudah sesuai dengan takaran yang tertera di kemasan produknya atau

tidak dan apakah takaran tersebut sudah sesuai dengan takaran yang telah di

tentukan di negara tersebut. Karena takaran suatu produk sangatlah penting untuk

kesehatan konsumen produk tersebut.

Pemerintah juga seharusnya membantu untuk mengawasi hal tersebut, pemerintah

juga bisa mengukur takaran produk makanan tersebut baik bagi kesehatan

konsumen yang mengkonsumsinya atau tidak.