4
Nama : Fariz Rahmat Ramadhan NIM : I4A011051 Dosen Pembimbing : dr. Hj. Robiana Muntayani Noor, Sp.KK, FINS. DV PERBANDINGAN CANDIDIASIS INTERTRIGENOSA, TINEA CORPORIS, DAN DERMATITIS ALERGI Candidiasis Intertrigenosa Tinea Corporis Dermatitis Alergi Etiologi Jamur (Candida albicans) Jamur (tersering Tinea rubrum atau Epidermophyton floccosum) Alergen spesifik (makanan: makanan laut, kacang- kacangan, telur, susu) Epidemiologi 1. Semua umur 2. Laki-laki = perempuan 3. Terutama pada daerah tropis dan kelembapan udara tinggi 1. Semua umur, tetapi lebih sering pada dewasa 2. Laki-laki = perempuan 3. Terutama pada daerah tropis dan kelembapan udara tinggi 1. Semua umur, namun anak-anak lebih sering 2. Laki-laki = perempuan 3. Iklim tidak berpengaruh Faktor Risiko 1. Profesi fisik seperti pekerja kebun, tukang cuci, dan petani yang banyak berkeringat dan kurang menjaga higienitas 2. Keturunan diabetes mellitus, memudahkan perkembangan C. albicans 3. Faktor risiko lain berupa pemakaian antibiotik yang lama, obesitas, konsumsi alkohol, hiperhidrosis 1. Kurangnya higienitas dan kontak terhadap hewan berbulu, tanah, penderita, atau pemakaian handuk bersama penderita 2. Keturunan tidak berpengaruh 3. Faktor risiko lain berupa lingkungan tempat tinggal yang kotor 1. Higienitas tidak berpengaruh 2. Biasanya terdapat riwayat alergi pada keluarga 3. Faktor risiko lain berupa riwayat atopik Patogenesis Imunitas terhadap Dermatofit Pada beberapa

TUGAS Perbandingan Candidiasis Intertrigenosa, Tinea Corporis, Dan Dermatitis Alergi

  • Upload
    farizrr

  • View
    48

  • Download
    8

Embed Size (px)

DESCRIPTION

c.intertrigenosa vs t.corporis vs d.alergika

Citation preview

Nama: Fariz Rahmat RamadhanNIM: I4A011051Dosen Pembimbing: dr. Hj. Robiana Muntayani Noor, Sp.KK, FINS. DV

PERBANDINGAN CANDIDIASIS INTERTRIGENOSA, TINEA CORPORIS, DAN DERMATITIS ALERGICandidiasis IntertrigenosaTinea CorporisDermatitis Alergi

EtiologiJamur (Candida albicans)Jamur (tersering Tinea rubrum atau Epidermophyton floccosum)Alergen spesifik (makanan: makanan laut, kacang-kacangan, telur, susu)

Epidemiologi1. Semua umur2. Laki-laki = perempuan3. Terutama pada daerah tropis dan kelembapan udara tinggi1. Semua umur, tetapi lebih sering pada dewasa2. Laki-laki = perempuan3. Terutama pada daerah tropis dan kelembapan udara tinggi1. Semua umur, namun anak-anak lebih sering2. Laki-laki = perempuan3. Iklim tidak berpengaruh

Faktor Risiko1. Profesi fisik seperti pekerja kebun, tukang cuci, dan petani yang banyak berkeringat dan kurang menjaga higienitas

2. Keturunan diabetes mellitus, memudahkan perkembangan C. albicans

3. Faktor risiko lain berupa pemakaian antibiotik yang lama, obesitas, konsumsi alkohol, hiperhidrosis1. Kurangnya higienitas dan kontak terhadap hewan berbulu, tanah, penderita, atau pemakaian handuk bersama penderita

2. Keturunan tidak berpengaruh

3. Faktor risiko lain berupa lingkungan tempat tinggal yang kotor1. Higienitas tidak berpengaruh

2. Biasanya terdapat riwayat alergi pada keluarga

3. Faktor risiko lain berupa riwayat atopik

PatogenesisImunitas terhadap flora normal Candida ditentukan oleh keberhasilan sel limfosit T dan makrofag dalam menghancurkan sel Candida. Aktivitas sel limfosit T sangat dipengaruhi oleh Protein Kinase C (PKC) yaitu protein yang mengatur alur sinyal transduksi yang berperan dalam aktivitas sel.Infeksi Candidiasis dapat terjadi bila ada faktor predisposisi endogen dan eksogen.Dermatofit terutama hidup pada daerah yang hangat dan lembab, kondusif untuk proliferasi jamur. Jamur dapat melepaskan keratinase dan enzim lain untuk menyerang lebih dalam stratum korneum, namun karena mekanisme pertahanan host spesifik yang terdiri dari aktivasi serum faktor inhibitor, komplemen, dan leukosit polimorfonuklear, penetrasi hanya sebatas epidermis.Setelah masa inkubasi 1-3 minggu, dermatofit menginvasi perifer dalam pola sentrifugal. Sebagai tanggapan terhadap infeksi, tepi aktif menyebabkan peningkatan proliferasi sel epidermis. Hal ini menyebabkan terjadinya penumpukan kulit yang terinfeksi dan meninggalkan kulit yang sehat di bagian tengah hingga bagian lesi.Pada beberapa individu, makanan tertentu dianggap sebagai alergen bagi tubuhnya. Ketika alergen masuk, terjadi reaksi hipersensitivitas tipe I (IgE-mediated). Gejala alergi timbul apabila IgE yang melekat pada permukaan mastosit atau basofil bereaksi dengan alergen yang sesuai. Interaksi antara alergen dengan IgE yang menyebabkan ikat-silang antara 2 reseptor-Fc mengakibatkan degranulasi sel dan pelepasan substansi-substansi tertentu misalnya histamin, vasoactive amine, prostaglandin, tromboksan, bradikinin. Degranulasi dapat terjadi kalau terbentuk ikat-silang akibat reaksi antara IgE pada permukaan sel dengan anti-IgE

Gejala Klinis1. Kulit gatal hebat disertai panas seperti terbakar, terkadang nyeri jika ada infeksi sekunder

2. Makula eritema berbatas tegas, lesi satelit, dapat disertai papul dan skuama tipis, serta erosi

3. Lokasi di lipatan paha, sela jari, lipatan bokong, lipatan mammae, ketiak1. Keluhan gatal, terutama jika berkeringat

2. Lesi berbentuk makula/plak eritem atau hiperpigmentasi dengan tepi aktif dan central healing. Pada tepi lesi dapat ditemukan vesikel atau papul eritem. Gambaran lesi polisiklik, anular, atau geografis

3. Lokasi di wajah, lengan dan tungkai, dada, punggung1. Keluhan gatal setelah mendapat pajanan alergen

2. Lesi berbentuk plak eritem berbatas tegas, skuama tipis di sekitar plak, likenifikasi

3. Lokasi di lipatan lutut, siku, leher, pergelangan tangan

Pemeriksaan Penunjang1. Kerokan kulit dengan KOH 10%, ditemukan pseudohifa

2. Biakan dengan media Sabouround, ditemukan koloni coklat mengkilat, permukaan basah (sel ragi)1. Kerokan kulit dengan KOH 10%, ditemukan spora dan hifa1. Pemeriksaan IgE serum, ditemukan kadar > 100 IU/ml

Penatalaksanaan1. Umum: perbaiki keadaan umum dan atasi faktor-faktor predisposisi:- pemakaian antibiotik secara berhati-hati- hindari obesitas- hindari bekerja pada tempat yang lembap/banyak air

2. Sistemik:- Nistatin tablet 3x500.000 IU selama 2 minggu- Alternatif: Ketokonazol 2x200mg selama 5 hari Flukonazol 1x150mg single dose

3. Topikal- Larutan gentian violet 1-2%- Mikonazol 1-2% (krim, solusio, atau bedak) selama 4-6 minggu1. Umum:- meningkatkan kebersihan badan- menghindari pakaian yang tidak menyerap keringat

2. Sistemik:- Griseofulvin Anak: 10-15 mg/kgBB selama 3 minggu Dewasa 500-1000 dosis tunggal- Ketokonazol 1x200mg selama 3 minggu3. Topikal- Mikonazol 1-2% krim selama 3 minggu- Ketokonazol 2% krim selama 3 minggu1. Umum:- hindari konsumsi bahan alergen

2. Sistemik:- Antihistamin golongan H1: Cetirizine HCl 1x10mg

3. Topikal- Hidrokortison 1-1,5%- Betametason diproprionat 0,05%