27
MAKALAH PENGELOLAAN LIMBAH PETERNAKAN “Penanganan Limbah di Industri Peternakan” Oleh : Kelas A Kelompok 7 Rd. Aulia Tresna Ningrum 200110130062 M. Galih Adi Saputra 200110130066 Rifa Resti Hanifa 200110130247 Sauma Ramadhani 200110130253 Muhammad Rifky 200110130302 FAKULTAS PETERNAKAN

Tugas PLP Kelompok7

Embed Size (px)

DESCRIPTION

penanganan limbah, mulai dari pengumpulan, pengagkutan, pemisahan sampai penyimpanan

Citation preview

Page 1: Tugas PLP Kelompok7

MAKALAH

PENGELOLAAN LIMBAH PETERNAKAN

“Penanganan Limbah di Industri Peternakan”

Oleh :

Kelas A

Kelompok 7

Rd. Aulia Tresna Ningrum 200110130062

M. Galih Adi Saputra 200110130066

Rifa Resti Hanifa 200110130247

Sauma Ramadhani 200110130253

Muhammad Rifky 200110130302

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

SUMEDANG

2015

Page 2: Tugas PLP Kelompok7

I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Usaha peternakan mempunyai prospek untuk dikembangkan karena

tingginya permintaan akan produk peternakan. Usaha peternakan juga memberi

keuntungan yang cukup tinggi dan menjadi sumber pendapatan bagi banyak

masyarakat di perdesaaan di Indonesia. Namun demikian, sebagaimana usaha

lainnya, usaha peternakan juga menghasilkan limbah yang dapat menjadi sumber

pencemaran. Oleh karena itu, seiring dengan kebijakan otonomi, maka

pemgembangan usaha peternakan yang dapat meminimalkan limbah peternakan

perlu dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota untuk menjaga kenyamanan

permukiman masyarakatnya. Salah satu upaya kearah itu adalah dengan

memanfaatkan limbah peternakan sehingga dapat memberi nilai tambah bagi

usaha tersebut.

Selama ini banyak keluhan masyarakat akan dampak buruk dari kegiatan

usaha peternakan karena sebagian besar peternak mengabaikan penanganan

limbah dari usahanya, bahkan ada yang membuang limbah usahanya ke sungai,

sehingga terjadi pencemaran lingkungan. Limbah peternakan yang dihasilkan oleh

aktivitas peternakan seperti feces, urin, sisa pakan, serta air dari pembersihan

ternak dan kandang menimbulkan pencemaran yang memicu protes dari warga

sekitar. Baik berupa bau tidak enak yang menyengat, sampai keluhan gatal-gatal

ketika mandi di sungai yang tercemar limbah peternakan.

Berkenaan dengan hal tersebut, maka upaya mengatasi limbah ternak yang

selama ini dianggap mengganggu karena menjadi sumber pencemaran lingkungan

perlu ditangani dengan cara yang tepat sehingga dapat memberi manfaat lain

berupa keuntungan ekonomis dari penanganan tersebut. Penanganan limbah ini

diperlukan bukan saja karena tuntutan akan lingkungan yang nyaman tetapi juga

karena pengembangan peternakan mutlak memperhatikan kualitas lingkungan,

sehingga keberadaannya tidak menjadi masalah bagi masyarakat di sekitarnya.

Page 3: Tugas PLP Kelompok7

1.2. Tujuan

1. Mengetahui karakteristik limbah peternakan.

2. Mengetahui teknik-teknik dalam pengelolaan limbah peternakan yang

baik dan benar.

3. Memahami cara-cara pengumpulan limbah ternak

4. Mempelajari cara pengangkutan limbah ternak.

Page 4: Tugas PLP Kelompok7

II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Deskripsi Umum Karakteristik Limbah Peternakan

Tahap awal yang sangat penting harus diketahui dalam pengelolaan

limbah, termasuk limbah peternakan adalah berapa jumlah yang pasti dan

karakteristik limbah tersebut. Diketahuinya karakteristik limbah peternakan

merupakan faktor yang sangat berperan untuk mendesain sistem pengelolaan

secara biologis. Karakteristik limbah peternakan dapat dibagi menjadi tiga

kelompok sifat, yaitu sifat fisik, kimia dan sifat biologis.

1. Secara Fisik

Secara fisik karakteristik limbah peternakan dapat diketahui berdasarkan

bentuk (padat, semi padat dan cair), tekstur (kekompakan) dan jumlah (kg per unit

ternak) yang dihasilkan.

2. Secara Kimiawi

Secara kimiawi sifat limbah ditentukan oleh komposisi zat kimia yang

terkandung dan tingkat keasaman (pH).

3. Secara Biologis

Secara biologis sifat limbah ditentukan oleh jenis dan populasi mikroflora-

fauna yang terkandung di dalamnya, yang biasanya dicerminkan oleh jenis dan

populasi yang terdapat di dalam sistem pencernaan hewan ternak yang

menghasilkan limbah tersebut.

Secara umum, ketiga sifat tersebut sangat dipengaruhi oleh jenis dan umur

ternak, pakan yang diberikan, tipe ternak dan cara pemeliharaannya.

Secara umum dinyatakan bahwa limbah peternakan dikategorikan sebagai

limbah yang volumenya sedikit akan tetapi memiliki daya cemar yang sangat

tinggi. Sangat berbeda dengan limbah perkotaan yang besifat bulky, yaitu

volumenya banyak akan tetapi daya cemarnya relatif rendah. Limbah peternakan

mengandung sebagian besar bahan padat dan sedikit air sedangkan limbah

perkotaan mengandung sebagian besar air dan sedikit bahan padatnya.

Page 5: Tugas PLP Kelompok7

2.2. Bahan Padat Limbah Peternakan

Diketahuinya jumlah bahan padat di dalam limbah peternakan sangat

penting untuk mengevaluasi daya cemarnya dan dapat digunakan sebagai dasar

untuk menentukan sistem pengelolaan yang dibutuhkan. Selain itu juga dapat

digunakan sebagai suatu petunjuk untuk mengevaluasi efisiensi dan efektifitas

perangkat sistem pengelolaan. Bahan padat limbah peternakan dibagi menjadi

dua, yaitu bahan yang mudah terendapkan (fixed matter) dan bahan yang mudah

berubah (volatile matter). Bahan padat yang mudah berubah mengindikasikan

tingginya daya cemar limbah peternakan karena komposisinya sangat mudah

terurai atau membusuk dan menghasilkan gas. Sebaliknya, bahan padat yang

mudah terendapkan dari limbah peternakan tidak terlalu eksklusif dan lebih

mudah ditangani.

Bahan padat limbah peternakan lebih lanjut dapat dibagi ke dalam bahan

yang tersuspensi dan terlarut, yang masing-masing dapat dibagi lagi menjadi

bagian yang mudah berubah dan terendapkan. Limbah padat tersuspensi

merupakan bahan yang sangat menentukan di dalam mengevaluasi

karakteristiknya. Tidak hanya digunakan untuk menentukan daya cemarrnya

tetapi juga digunakan untuk mengevaluasi efisiensi sistem pengelolaan yang

dilakukan. Seluruh limbah padat tersuspensi dapat dikelola dengan cara biologis

dan kimiawi.

Bahan padat limbah peternakan yang dapat mengendap merupakan ukuran

yang dapat digunakan untuk melihat bahan padat yang tersuspensi yang turun ke

bawah dikarenakan pengaruh gravitasi. Hal ini dapat dilihat dengan mudah

terutama pada saat tidak dilakukan pengadukan. Pada umumnya sifat ini berguna

untuk memisahkan limbah dari campuran pasir yang terbawa menggunakan

tangki pengendapan sebelum limbah diproses secara biologis. Bahan padat yang

dapat diendapkan juga digunakan untuk menentukan efektifitas pengelolaan

secara biologis. Hal ini penting terutama dalam evaluasi kondisi kolam oksidasi

pada sistem lagon dan sistem aerasi yang luas.

Pemecahan bahan padat limbah peternakan menjadi komponen bagiannya

dapat digambarkan sebagai berikut (Merkel, 1981) :

Page 6: Tugas PLP Kelompok7

Total solid = Total volatile + Total Fixed

= = =

Total suspended = Volatile suspended + Fixed suspended

+ + +

Total dissolved = Volatile dissolved + Fixed dissolved

2.3. Zat Kimia dan Tingkat Keasaman Limbah Peternakan

Secara garis besar zat kimia yang terkandung di dalam limbah peternakan

dan merupakan inti dari pembahasan dalam upaya pengelolaan adalah bahan

organik yang terdiri atas karbohidrat, protein dan lemak.

Page 7: Tugas PLP Kelompok7

III

PEMBAHASAN

Keberhasilan pengelolaan limbah peternakan sangat dipengaruhi oleh

teknik penanganan yang dilakukan, yang meliputi teknik pengumpulan

(collections), pengangkutan (transport), pemisahan (separation) dan

penyimpanan (storage) atau pembuangan (disposal). Walaupun telah banyak

diketahui bagaimana teknik pengelolaan limbah, namun dikarenakan

perkembangan bidang peternakan sangat dinamik, terutama perkembangan

populasi dan sistem budidaya intensif, maka perlu dikembangkan pula aspek

teknik baru yang dapat menyesuaikan dinamika tersebut.

3.1. Pengumpulan (Collections) Limbah Peternakan

Dalam upaya memenuhi kebutuhan telur, daging, susu dan kulit, semula

petani memelihara ternak hanya beberapa ekor. Ternak peliharaannya bebas

mencari makanan sendiri di kebun-kebun atau di ladang dan jumlah limbah yang

dihasilkan masih sangat sedikit dan belum menimbulkan masalah bagi

lingkungan. Lingkungan hidup masih mampu mengabsorpsi banyaknya limbah

yang dihasilkan, sehingga tidak menimbulkan pencemaran. Tetapi setelah waktu

berlalu, tidak hanya menambah jumlah ternaknya, petani juga meningkatkan

sistem pemeliharaannya dengan membangun kandang dan gudang dengan

maksud untuk menjaga petani dan hewan peliharaannya dari gangguan cuaca

yang buruk. Pada waktu yang sama, dikarenakan jumlah ternak bertambah dan

dikandangkan, petani dihadapkan pada masalah penanganan limbah ternak yang

bertambah banyak dan menumpuk di lantai kandang. Sejak kondisi ini terjadi,

petani mulai memikirkan bagaimana cara menangani limbah peternakan agar

usahanya tidak merugi. Bila diamati, pada waktu yang lalu sebagian besar petani

menggunakan sistem penanganan limbah dengan parit (gutter) dan kemiringan

lantai kandang (sloping floors).

Arah kemiringan dibuat agar pada saat dibersihkan dengan air, dengan

mudah limbah mengalir menuju ke parit. Limbah ternak berbentuk cair tersebut

Page 8: Tugas PLP Kelompok7

dikumpulkan diujung parit untuk kemudian dibuang. Pada kandang sistem

feedlots terbuka, sebagian besar limbah ternak menumpuk di lokasi yang terbuka

di depan kandang. Agar pengumpulan limbahnya lebih mudah, lantai pada lokasi

ini biasanya ditutup dengan bahan yang keras dan rata dengan kemiringan tertentu

untuk mengalirkan limbah cairnya. Untuk membersihkan lantai digunakan pipa

semprot yang kuat agar limbah cair dapat didorong dan mengalir ke tempat

penampungan.

Berdasarkan sistem tersebut, ada tiga cara mendasar pengumpulan limbah,

yang disebut :

      Scraping, yaitu membersihkan dan mengumpulkan limbah dengan cara

menyapu atau mendorong/menarik (dengan sekop atau alat lain) limbah.

      Free-fall, yaitu pengumpulan limbah dengan cara membiarkan limbah tersebut

jatuh bebas melewati penyaring atau penyekat lantai ke dalam lubang pengumpul

di bawah lantai kandang.

      Flushing, yaitu pengumpulan limbah menggunakan air untuk mengangkut

limbah tersebut dalam bentuk cair.

1. Scraping :

Scraping diduga merupakan cara pengumpulan limbah yang paling tua

dilakukan oleh para petani-peternak. Scraping dapat dilakukan dengan cara

manual ataupun mekanik. Pada dasarnya, kedua cara tersebut menggunakan alat

yang terdiri atas plat logam yang fungsinya untuk mendorong atau menarik

limbah sepanjang lantai dengan maksud agar limbah terlepas dari lantai dan dapat

dikumpulkan.

Cara manual, biasanya dipakai pada kandang panggung (stanchions), yaitu

untuk membersihkan limbah yang melekat di jeruji lantai kandang atau di tempat-

tempat fasilitas kandang yang lain. Cara ini juga dilakukan untuk membersihkan

limbah yang terdapat di sepanjang parit dan bak pengumpul terutama limbah

padat yang melekat di dinding dan sukar larut dalam air sehingga tidak dapat

dialirkan. Cara ini digunakan terutama untuk pekerjaan yang membutuhkan

tenaga kerja banyak dan sebagai penyempurnaan sistem pengelolaan limbah

peternakan.

Page 9: Tugas PLP Kelompok7

Sistem mekanik memiliki cara kerja yang sama dengan sistem manual,

hanya saja pada sistem ini menggunakan kekuatan traktor atau unit kekuatan yang

tetap. Sebagai contoh alat yang disebut Front-end Loader, yaitu mesin yang alat

pembersih atau penyodoknya terletak di bagian depan. Alat jenis ini biasanya

digunakan untuk mem-bersihkan dan mengumpulkan limbah dari permukaan

lantai kandang ke tempat pe-nampungan untuk kemudian disimpan atau diangkut

dengan kereta (kendaraan) untuk disebar ke ladang rumput. Contoh lain adalah

disebut Tractor Mounted Scraper Blade, yaitu mesin yang alat pembersih atau

penyodoknya terletak di bagian depan dan belakang berupa pisau. Mesin

pembersih ini biasanya dipakai bersama dengan jalur pengisian dimana limbah

(manure) bisa langsung dimasukkan ke dalam tempat penyimpanan atau

dimasukkan ke dalam penyemprot limbah. Mesin ini sering digunakan sebagai

fasilitas untuk memindahkan limbah yang menumpuk di tengah kandang feedlots

pada periode waktu tertentu. Selain itu, juga digunakan untuk membersihkan

kandang sapi perah yang limbahnya langsung jatuh di lantai dan terakumulasi di

tengah alley (jalan akses) kandang. Tractor Mounted Scraper Blade ini juga dapat

digunakan untuk membersihkan litter pada kandang ayam pedaging atau dari

lubang penampung limbah ayam petelur sitem batere. Pada umumnya dinyatakan

bahwa mesin pembersih ini digunakan untuk mengumpulkan limbah yang

tertumpuk di atas lantai di bawah ternak langsung. Keuntungan menggunakan

mesin ini adalah biaya awalnya lebih murang. Sedangkan kelemahannya adalah

diperlukannya tenaga operator dan selama digunakan sering terjadi penimbunan

limbah yang menempel di alat yang mengakibatkan pencemaran udara dan

sebagai tempat berkembangnya lalat.

2. Free-Fall :

Pengumpulan limbah peternakan dengan sistem free-fall ini dilakukan

dengan membiarkan limbah melewati penyaring atau penyekat lantai dan masuk

ke dalam lubang penampung. Teknik ini telah digunakan secara ekstensif dimasa

lampau untuk peternakan hewan tipe kecil, seperti ayam, kalkun, kelinci dan

ternak jenis lain. Baru-baru ini juga digunakan untuk ternak besar, seperti babi

dan sapi. Pada dasarnya ada dua sistem free-fall, yaitu sistem kandang yang

Page 10: Tugas PLP Kelompok7

lantainya menggunakan penyaring lantai (screened floor) dan penyekat lantai

(slotled floor).

a. Sceened floors.

Lantai kandang sistem ini dapat dibuat menggunakan kawat kasa atau besi

gril yang berukuran mes lebih besar dan rata. Mes kawat kasa yang digunakan

biasanya berukuran 1,6 cm2 (0,025 in2) untuk anak ayam sampai 6,45 cm2 (1in2)

untuk ayam dewasa. Kawat dapat dipasang dengan direntangkan seluas lantai

kandang agar limbah langsung jatuh ke lantai atau tempat penampungan. Selain

itu, juga dapat digunakan pada kandang batere (cage) yang bentuknya diatur agar

limbah langsung jatuh ke lantai kandang atau tempat penampungan. Penggunaan

plat besi yang berbentuk gril dan ukurannya lebih besar dan rata diperuntukkan

hewan yang lebih besar seperti babi dan pedet. Penggunaan kawat kasa sangat

memungkinkan untuk tempat pijakan hewan yang ada di dalamnya dan

memudahkan limbah dapat dikeluarkan.

b. Slotled floors.

Slotled floor merupakan salah satu bentuk lantai bersekat (jeruji) yang

dipasang dengan jarak yang teratur dan rata sehingga ukuran dan jumlahnya

mencukupi untuk keluarnya limbah dari lantai. Selain itu juga mudah dibersihkan

dari kemungkinan menempelnya limbah pada lantai. Lubang di bawah lantai

merupakan tempat untuk pengumpulan dan penampungan sementara untuk

kemudian limbah diolah dan atau digunakan. Slotled floor dapat dibuat dari

bermacam bahan, seperti kayu, beton atau besi plat.

Kayu yang digunakan sebaiknya jenis yang keras karena dapat bertahan 2

– 5 tahun. Sekat yang berasal dari kayu biasanya dibuat dengan ukuran lebar

bagian atas 8 cm dan bagian bawah 6cm, ketebalan 9 cm. Jarak antara sekat

biasanya 2 cm.

Apabila menggunakan bahan beton sekat dibuat dengan ukuran lebar

bagian atas 12,7 cm dan bagian bawah 7,5 cm dengan ketebalan 10 cm, agar tidak

mudah patah. Jarak antara sekat dibuat sesuai dengan panjang kandang dan

ukuran ternak yang dipelihara.

Sekat dari logam biasanya buatan pabrik yang telah dilapisi stainles atau

Page 11: Tugas PLP Kelompok7

aluminium untuk mencegah terjadinya karat. Penggunaan sekat logam lebih

mudah untuk penanganan limbah, pemasangannya praktis dan mudah

dipindahkan dibandingkan dengan sekat beton.

Penggunaan lantai sistem sekat dapat meningkatkan sanitasi dan

mengurangi tenaga kerja untuk membersihkan kandang. Penggunaan sekat juga

memisahkan ternak dari limbahnya sehingga lingkungan menjadi bersih.

Keuntungan lain dari penggunaan sekat ini adalah mengurangi biaya gabungan

antara pengadaan dan penanganan alas kandang (litter).

3. Flushing

Pengumpulan limbah dengan cara flushing meliputi prinsip kerja :

a. Penggunaan parit yang cukup untuk mengalirkan air yang deras untuk

mengangkut limbah.

b. Kecepatan aliran yang tinggi.

c. Pengangkutan limbah dari kandang.

Sistem flushing telah digunakan sejak tahun 1960-an dan menjadi cara

yang makin populer digunakan oleh peternak untuk pengumpulan limbah ternak.

Hal ini dikarenakan lebih murah biayanya, bebas dari pemindahan bagian, sama

sekali tidak atau sedikit sekali membutuhkan perarawatan dan mudah dipasang

pada bangunan baru atau bangunan lama. Disebabkan frekuensi flushing, limbah

ternak yang dihasilkan lebih cepat dibersihkan, mengurangi bau dan

meningkatkan kebersihan kandang. Hal ini menjadikan sirkulasi udara dalam

kandang lebih baik, yang menghasilkan sistem efisiensi penggunaan energi.

Dua hal penting yang harus diperhatikan dalam mendesain parit flushing

adalah lokasi parit berada di dalam fasilitas peternakan dan desain parit harus rata

dan menggunakan jenis perlengkapan yang memadai.

a. Lokasi parit :

Untuk keberhasilan pengelolaan limbah peternakan, lokasi parit di dalam

kandang harus dapat berfungsi untuk mengumpulkan limbah yang terdapat di

seluruh bagian kandang. Pada unit pertumbuhan dan penggemukan babi, parit

dapat ditempatkan di bagian belakang ruang penyekat sepanjang kandang. Secara

alami babi sangat tertarik dengan aliran air dan dapat dikondisikan berak di parit,

Page 12: Tugas PLP Kelompok7

oleh karena itu lantai kandang kondisinya tetap bersih. Untuk babi yang sedang

menyusui, parit pembersih (pembilas) limbah sebaiknya tertutup agar anak babi

tidak terperosok ke dalamnya.

Parit pembersih ini juga dapat digunakan untuk kandang sapi perah untuk

memindahkan limbah yang terkumpul di tengah alley kandang. Alley dapat dibuat

selebar 3 m untuk mempermudah penempatan parit. Kedalaman parit berkisar 20

– 25 cm yang terletak di dua sisi alley untuk mengalirkan air flushing. Parit

pembersih jarang digunakan untuk peternakan ayam.

b. Desain parit :

Desain parit merupakan faktor penting dalam pengelolaan limbah

peternakan. Panjang parit yang efektif untuk flushing didasarkan pada asumsi

bahwa bila kedalaman aliran kurang dari 1,27 cm (0,5 in) dan kecepatan aliran

kurang dari 0,46 m/detik, maka limbah tidak dapat terangkut.

Berdasarkan hasil perhitungan matematis (Nye dan John, 1975)

disimpulkan bahwa desain parit yang memenuhi syarat adalah sebagai berikut :

1)   Parit pembersih dapat dibuat dari bahan tembok dengan ukuran kemiringan

0.005m/m, kedalaman 7,5 – 10 cm dan panjang parit kurang dari 24 m.

2)   Untuk panjang parit maksimal, 60 m lebih, gunakan kemiringan yang

bervariasi atau parit yang mengecil di bagian ujung.

3)   Gunakan durasi yang tinggi dan kecepatan aliran yang tinggi pula agar

pembersihan lebih efektif pada saluran yang panjangnya lebih dari 30 m.

Perlengkapan flushing :

Ada 3 perlengkapan yang umumnya digunakan untuk flushing, yaitu : (1)

penutup tangki penampung, (2) tangki penampung limbah dan (3) pipa untuk

membantu memindahkan limbah dalam parit.

Perlengkapan flushing harus memenuhi syarat, antara lain kuat, sederhana,

mudah dioperasikan dan tahan karat. Selain itu, akan lebih baik bila

perlengkapan tersebut mudah pemasangannya pada bangunan, tidak memakan

tempat dan harus dapat dipakai juga untuk mengangkut air pada kapasitas tertentu

untuk setiap durasi flushing.

Page 13: Tugas PLP Kelompok7

3.2. Pengangkutan Limbah Peternakan

Setelah limbah peternakan dikumpulkan di lahan penyimpanan sementara,

biasanya diangkut untuk diolah dan atau dibuang ke ladang rumput. Cara

pengangkutan limbah dari tempat pengumpulan bergantung pada karakteristik

aliran limbah. Karakteristik aliran limbah bergantung pada terutama umur dan

jenis ternak dan juga pada sistem pengumpulan limbah yang digunakan. Misal,

cara pengangkutan limbah yang dikumpulkan menggunakan cara scraping

berbeda dengan yang menggunakan flushing. Sobel (1956) dalam Merkel (1981)

mengklasifikasikan cara pengangkutan limbah berdasarkan karakteristiknya, yaitu

semisolid, semiliquid dan liquid.

1. Limbah peternakan semipadat :

Limbah yang berbentuk semipadat jelas tidak dapat dialirkan tanpa

bantuan penggerak secara mekanik. Limbah terletak kuat pada lantai (lengket)

dan sangat berat untuk dipindahkan dan membutuhkan periode waktu yang lama.

Pada umumnya berpendapat bahwa lebih tepat limbah ini dikategorikan sebagai

limbah segar.

2. Limbah peternakan semicair :

Limbah semicair adalah limbah yang telah mengalami pengenceran

dengan air dan bertambahnya aktifitas mikroorganisme. Limbah dengan mudah

dapat dialirkan tanpa bantuan mekanik yang dapat dengan mudah dilihat dengan

mata telanjang. Limbah semiliquid biasanya mengandung 5 – 15 % bahan kering

(total solid concentrasions) dan diklasifikasikan sebagai slurry.

3. Limbah peternakan cair :

Limbah peternakan yang cair adalah limbah yang sudah berbentuk cairan

yang pada umumnya mengandung bahan kering (total solid concentrasions)

kurang dari 5 % dan berasal dari aliran kandang feedlot, efluen dari sistem

pengolahan dan kamar susu. Karakteristik alirannya hampir sama dengan aliran

air dan susu.

Ada dua sistem pengangkutan limbah peternakan, yaitu

a. Pengangkutan secara mekanik untuk limbah padat dan atau semipadat

b. Pengangkutan dengan air (hydraulic transport) untuk limbah cair dan

Page 14: Tugas PLP Kelompok7

semicair.

3.2.1. Pengangkutan secara mekanik

Limbah peternakan yang berbentuk padat atau semipadat dapat diangkut

secara mekanik menggunakan alat konveyor atau pompa penyedot.

1. Konveyor

Ada beberapa macam konveyor yang digunakan di bidang pertanian,

diantaranya belt conveyor, chain conveyor, apron conveyor, pneumatic conveyor.

Untuk tujuan pengangkutan limbah peternakan pada umumnya menggunakan

chain conveyor. Konveyor ini sangat cocok untuk limbah peternakan karena

selain biayanya murah juga sederhana, mudah dibuat, dan sangat operasional

untuk berbagai kondisi. Bentuk spesifik konveyor untuk penanganan limbah

ternak adalah scraper conveyor. Alat jenis ini sering digunakan untuk

membersihkan parit dan alley kandang.

2. Pompa penyedot :

Sistem lain pengangkutan limbah peternakan secara mekanik adalah

menggunakan pompa penyedot yang terdiri atas pipa penghisap berukuran besar

yang digunakan untuk menggerakan cairan atau padatan melalui pipa ke kolam

penampungan. Ada dua tipe pompa penyedot, yaitu hollow piston pump,

digunakan untuk mengangkut (memindahkan) limbah peternakan cair sedangkan

dan solid piston pump, digunakan untuk mengangkut (memindahkan) limbah

peternakan semipadat.

3.2.2. Pengangkutan limbah peternakan dengan sistem aliran

1. Tipe aliran.

Pada pengangkutan sistem ini dikategorikan ada beberapa tipe aliran,

yaitu:

a. Steady flow, tipe aliran yang terjadi tidak mengalami perubahan karena

waktu dan aliran relatif konstan.

b. Varied flow, tipe aliran yang kecepatan berubah-ubah bergantung kondisi

pada waktu tertentu.

Page 15: Tugas PLP Kelompok7

c. Uniform flow, tipe aliran ini terjadi apabila tidak ada perubahan

kecepatan pada arah aliran secara spontan.

d. Nonuniform flow, tipe ini terjadi apabila kecepatan aliran bervariasi

antara tempat yang satu dengan yang lain secara spontan.

2. Bentuk Saluran

Bentuk saluran pengangkutan limbah terdiri atas bentuk saluran terbuka

yaitu saluran yang bagian permukaannya tampak terlihat dan bentuk saluran yang

tertutup. Bentuk saluran yang tertutup pada umumnya menggunakan pipa yang

terbuat dari bahan logam atau PVC.

3.3. Pemisahan (Separation) Limbah PeternakanPemisahan fase pada limbah biasanya dilakukuan sebagai tahap awal dari

pengolahan maupun bagian dari sistem penyimpanan yaitu dengan cara

sedimentasi.

Tujuan utama dari penggunaan unit ini adalah untuk menghasilkan cairan

clarified dan juga mendapatkan konsentrasi padatan yang mudah dikelola.

Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi pengendapan partikel limbah

antara lain:

1. Ukuran partikel

2. Konsentrasi bahan tersuspensi

3. Temperatur

4. Waktu retensi

5. Kedalaman tempat penampung

3.4. Penyimpanan (Storage) Limbah Peternakan

Penyimpanan ini merupakan bagian dari penanganan limbah, berupa

penampungan yang diperlukan sebelum limbah diolah maupun sebelum limbah

dibuang.

Dalam penyediaan tempat penyimpanan limbah ini ada beberapa hal yang

perlu dipertimbangkan, diantaranya lokasi dan kapasitas tempat penyimpanan.

Page 16: Tugas PLP Kelompok7

Sebagian besar responden sebanyak 65,98% menyatakan kadang-kadang

dan sebanyak 19,59% menyatakan sering melaksanakan pemisahan limbah ternak.

Limbah ternak biasanya dipisahkan antara limbah yang berupa kotoran ternak dan

sisa pakan (rarapen). Sebelum diolah atau dimanfaatkan lebih lanjut, limbah

ternak biasanya disimpan di tempat penyimpanan. Hasil survey menunjukkan

bahwa dominan responden sebanyak 56,70% menyatakan kadang-kadang dan

sebanyak 31,96% menyatakan sering melaksanakan penyimpanan limbah ternak

(Setiawan dkk, 2013). Umumnya periode penyimpanan limbah ternak ini berkisar

antara 1-4 minggu sebelum dimanfaatkan lebih lanjut. Sebagian besar

pemanfaatan limbah ternak adalah sebagai pupuk organic sehingga dengan

mengacu pada pendapat Merkel (1981) system penyimpanan tersebut adalah

jangka pendek dimana penyimpanan limbah ternak bersifat sementara sebelum

digunakan.

Page 17: Tugas PLP Kelompok7

IV

KESIMPULAN

- Karakteristik limbah peternakan :

a. Secara Fisik

Secara fisik karakteristik limbah peternakan dapat diketahui berdasarkan

bentuk (padat, semi padat dan cair), tekstur (kekompakan) dan jumlah (kg

per unit ternak) yang dihasilkan.

b. Secara Kimiawi

Secara kimiawi sifat limbah ditentukan oleh komposisi zat kimia yang

terkandung dan tingkat keasaman (pH).

c. Secara Biologis

Secara biologis sifat limbah ditentukan oleh jenis dan populasi mikroflora-

fauna yang terkandung di dalamnya.

- Keberhasilan pengelolaan limbah peternakan sangat dipengaruhi oleh teknik

penanganan yang dilakukan, yang meliputi teknik pengumpulan (collections),

pengangkutan (transport), pemisahan (separation) dan penyimpanan

(storage) atau pembuangan (disposal).

- Berdasarkan sistem tersebut, ada tiga cara mendasar pengumpulan limbah,

yang disebut :

a. Scraping, yaitu membersihkan dan mengumpulkan limbah dengan cara

menyapu atau mendorong/menarik (dengan sekop atau alat lain)

limbah.

b. Free-fall, yaitu pengumpulan limbah dengan cara membiarkan limbah

tersebut jatuh bebas melewati penyaring atau penyekat lantai ke dalam

lubang pengumpul di bawah lantai kandang.

c. Flushing, yaitu pengumpulan limbah menggunakan air untuk

mengangkut limbah tersebut dalam bentuk cair.

- Ada dua sistem pengangkutan limbah peternakan, yaitu

1. Secara mekanik untuk limbah padat dan atau semipadat

2. Pengangkutan dengan air (hydraulic transport) untuk limbah cair dan

semicair.

Page 18: Tugas PLP Kelompok7

DAFTAR PUSTAKA

Merkel, J.A. 1981. Managing Livestock Wastes. AVI Publishing Company. Inc.Westport.Connecticut.

Setiawan, Asep., Tb. Benito, A.K., Yuli, A.H. 2013. Jurnal “Pengelolaan Limbah Ternak pada Kawasan Budidaya Ternak Sapi Potong di Kabupaten Majalengka”. Sumedang : Universitas Padjadjaran.

Sihombing D,T,H. 2002. Tehnik pengelolan limbah kegiatan usaha peternakan. Puasat penelitian lingkungan hidup. Institut Pertanian Bogor