tugas psikologi 1

Embed Size (px)

Citation preview

Tugas Kelompok Pendidikan KEWARGANEGARAAN

Perubahan Psikologi Pada Wanita DewasaDosen Pengampu : Anisa N. Sulistiyowati, S.SiT

Di Susun Oleh Kelompok II: 1. Dessy Wenny Darmawan 2. Evi Ratu Salempang 3. Grens R. Antaribab 4. Merion Giyai 5. Yohana Asaribab

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN JAYAPURA PRODI KEBIDANAN NABIRE TAHUN AKADEMIK 2011/2012

BAB I

PENDAHULUANI. 1. Latar Belakang Masa dewasa adalah masa yang mulai menuju kearah tingkat kepribadian seseorang yang lebih matang. Sama halnya dengan seorang wanita, diawal kedewasaannya wanita lebih memikirkan apa yang harus ia lakukan untuk kehidupannya. Mulai menata segala hal-hal penting seperti karier, pasangan hidup dan lain sebagainya. Kemudian selanjutnya wanita dewasa juga memikirkan kodratnya sebagai seorang wanita yang nantinya akan menjadi seorang ibu. Perkembangan psikologi yang terjadi pada wanita dewasa ini erat kaitannya dalam konteks kebidanan terutama psikologi mengenai bagaimana seorang wanita dewasa mulai memahami perannya sebagai ibu. Untuk itu melatarbelakangi hal ini, kelompok kami mencoba untuk menyusun makalah mengenai perkembangan psikologi pada wanita dewasa yang membahas tentang bagaimana perubahan-perubahan dan perkembangan psikologi wanita dewasa dan kendala-kendala yang terjadi, terutama ketika seorang wanita mulai belajar menjadi seorang ibu yang baik yang tidak hanya mengurus keperluannya sendiri namun mulai memikirkan keperluan-keperluan bagi suami maupun anak-anaknya. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana perubahan psikologi wanita dewasa pada saat hamil?

Bagaimana perubahan psikologi wanita dewasa pada saat persalinan? Bagaimana perubahan psikologi wanita dewasa pada masa nifas?

1.3 Tujuan Penulisan

Memberikan informasi wanita hamil yang akan menghadapi persalinan khususnya tentang psikologi masa persalinan. Mengetahui penyebab ketakutan dan kegelisahan menjelang kelahiran. Memenuhi tugas mata kuliah psikologi.

1.4 Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam menyusun makalah ini adalah metode pustaka dan studi literature. Dengan metode ini, penulis mencari dan mengumpulkan informasi penting ysng sesuai dengan topik penulisan dari berbagai sumber seperti beberapa buku, artikel, dan website atau situs-situs internet yang terkait. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari tiga bab, yaitu Bab I : Pendahuluan, terdiri atas Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan. Bab II : Pembahasan, serta Bab III : Penutup, yang terdiri atas Kesimpulan dan Saran.

BAB II

PEMBAHASANII. 1. Masa Kehamilan II. 1. A. Teori Rubin. Menekan pada pencapaian peran sebagai ibu untuk mencapai peran ini seorang wanita memerlukan proses belajar melalui serangkaian aktivitas atau latihan. Dengan demikian, seorang wanita terutama calon ibu dapat mempelajari peran yang akan di alaminya kelak sehingga ia mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi khususnya perubahan psikologis dalam kehamilan dan setelah persalinan. Selain itu ada beberapa teori Rubin mengenai seorang ibu, antara lain sebagai berikut :1.

Harapan-Harapan

Menurut Reva Rubin, seorang wanita sejak hamil sudah memiliki harapan-harapan antara lain:a) b) c) d) 2. a) b) 3.

kesejahteraan ibu dan bayi penerimaan dari masyarakat penentuan identitas diri mengetahui tentang arti memberi dan menerima Perubahan umum pada perempuan hamil, meliputi : ketergantungan dan butuh perhatian membutuhkan sosialisasi Tahap_tahap psikologis

Tahap_tahap psikologis yang biasa dilalui oleh calon ibu dalam mencapai peran nya:a)

anticipatory stage Seorang ibu mulai melakukan latihan peran dan memerlukan interaksi dengan

anak yang lain.

b)

honeymoon stage Ibu mulai memahami sepenuhnya peran dasar yang dijalaninya. Pada tahap

ini ibu memerlukan bantuan dari anggota keluarga yang lain.c)

Plateu stage Ibu akan mencoba apakah ia mampu berperan sebagai seorang ibu. Pada tahap

ini ibu memerlukan waktu beberapa minggu sampai ibu kemudian melanjutkan sendiri.d)

Disengagement Merupakan tahap penyelesain latihan peran sudah berakhir.

4.

Gambaran aspek diri Aspek-aspek yang diidentifikasi dalam peran ibu adalah gambaran tentang

idaman, gambaran diri dan tubuh. Gambaran diri seorang wanita adalah pandangan wanita tentang dirinya sendiri sebagai bagian dari pengalaman dirinya, sedangkan gambaran tubuh adalah berhubungan dengan perubahan fisik yang tejadi selama kehamilan.5.

Arti dan efek kehamilan pada pasangan.

Adapun arti dan efek kehamilan pada pasangan menurut Rubin adalah sebagai berikut :a)

Pasangan merasakan perubahan tubuh pasangannya pada kehamilan 8-3

bulan setelah melahirkan.b)

Lelaki juga mengalami perubahan fisik dan psikososial selama wanita

hamil.c)

Anak-anak akan di lahirkan merupakan gabungan dari tiga macam

perbedaan: hubungan ibu dengan pasangan hubungan ibu dengan janin yang berkembang hubungan ibu dengan individu yang unik

d) e)

Ibu tidak pernah lagi menjadi sendiri Tugas yang harus di lakukan ibu atau pasangan dalam kehamilan: Percaya bahwa ia hamil dan berhubungan dengan janin dalam satu tubuh Persiapan terhadap pemisahan secara fisik pada kelahiran janin Penyelesaiaan dan identifikasi kebinggungan dengan peran transisi.

f)

reaksi yang umum pada kehamilan: Trimester satu:ambivalen, takut, tantasi, khawatir. Trimester dua: perasaan enak mememerlukan kebutuhan untuk mempelajari

perkembangan dan pertumbuhan janin menjadi narsistik, pasif, introvent, egosentrik dan self centered. Trimester tiga: berperasaan aneh, semberono, jelek, menjadi introvert,

merefleksikan terhadap pengalaman masa kecil.6.

Aspek yang di identifikasi dalam peran ibu

Adapun gambaran aspek yang di identifikasi dalam peran Ibu adalah sebagai berikut :a) b) c) 7.

gambaran tentang idaman bayi sehat. gambaran tentang diri memandang tentang pengalaman yang dia lakukan. gambaran tubuh, gambaran ketika hamil dan setelah nifas. Tahapan aktifitas penting dalam peran ibu

Beberapa tahapan aktifitas penting sebelim seseorang menjadi seorang ibu adalah sebagai berikut :a)

Taking on (tahapan meniru)

Seorang wanita dalam pencapaiaan sebagai ibu akan memulainya dengan meniru dan melakukan peran seorang ibu.b)

Taking in

Seorang wanita sedang membayangkan peran yang dilakukannya . introjektion, projection dan rejection merupakan tahap di mana wanita membedakan modelmodel yang sesuai dengan keinginannya.c)

Letting go

Wanita mengingat kembali proses dan aktifitas yang sudah di lakukannya. Pada tahap ini seorang akan meninggalkan perannya di masa lalu.

8.

Adaptasi psikososial pada masa post partum Keberhasilan masa transisi menjadi orang tua pada masa post partum di pengaruhi

oleh:a) b) c) d)

respon dan dukungan dari keluarga hubungan antara melahirkan dengan harapan-harapan pengalaman melahirkan dam membesarkan anak yang lalu budaya

Reva rubin mengklasifikasikan tahapan ini menjadi tiga tahap yaitu: Periode taking in (hari pertama hingga kedua setelah melahirkan)

ibu masih pasif dan tergantung pada orang lain, perhatian ibu tertuju pada ke khawatiran pada perubahan tubuhnya, ibu akan mengulangi pengalaman-pengalaman ketika melahirakan, memerlikan ketenangan dalam tidur untuk mengembalikan keadaan

tubuh kekondisi normal,

nafsu makan ibu biasanya bertambah sehingga membutuhkan

peningkatan nutrisi. Kurangnya nafsu makan menandakan proses pengembalian kondisi tubuh tidak berlangsung normal. Periode taking hold (hari kedua hingga ke empat setelah melahirkan)

ibu

memperhatikan

kemampuan

menjadi

orang

tua

dan

meningkatkan tanggung jawab akan bayinya,

ibu memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh, BAK,

BAB dan daya tahan tubuh,

ibu cenderung terbuka menerima nasihat bidan dan kritikan pribadi, ibu berusaha untuk menguasai keterampilan merawat bayi seperti

menggendong, menyusui, memandikan dan mengganti popok,

kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena merasa

tidak mampu membesarkan bayinya.

Periode letting go

terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan di pengaruhi oleh dukungan

serta perhatian keluarga,

ibu sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat bayi dan

memahami kebutuhan bayi sehingga akan mengurangi hak ibu dalam kebebasan dan hubungan sosial. II.1. B. Teori Ramona Marcer Teori ini lebih menekan pada stress antepartum (sebelum melahirkan) dalam pencapaiaan peran ibu, Marcer membagi teorinya menjadi dua pokok bahasan:1. Efek stress Anterpartum

Stress Anterpartum adalah komplikasi dari resiko kehamilan dan pengalaman negatif dari hidup seorang wanita, untuk asuhan yang di berikan adalah memberikan dukungan selama hamil untuk mengurangi ketidak percayaan ibu.

Penilitian Marcer menunjukkan ada enam faktor yang berhubungan dengan status kesehatan ibu, yaitu: 1. Hubungan Interpersonal 2. Peran keluarga 3. Stress anterpartum 4. Dukungan social 5. Rasa percaya diri 6. Penguasaan rasa takut, ragu dan depresi Maternal role menurut mercer adalah bagai mana seorang ibu mendapatkan identitas baru yang membutuhkan pemikiran dan penjabaran yang lengkap dengan dirinya sendiri.2. Pencapaian peran ibu

Peran ibu dapat di capai bila ibu menjadi dekat dengan bayinya termasuk mengekspresikan kepuasan dan penghargaan peran. Lebih lanjut Mqrcer menyebutkan tentang stress anterpartum terhadap fungsi keluarga, baik yang positif ataupun yang negatif. Bila fungsi keluarganya positif maka ibu hamil dapat mengatasi stress anterpartum, karena resiko kehamilan dapat mempengaruhi persepsi terhadap status kesehatan dengan dukungan keluarga dan bidan maka ibu dapat mengurangi atau mengatasi stress anterpartum. Perubahan yang terjadi pada ibu hamil selama masa kehamilan (Trisemester I, II dan III) merupakan hal yang fisiologis sesuai dengan filosofi asuhan kebidanan bahwa menarche, kehamilan, nifas, dan monopouse merupakan hal yang fisiologis. Perubahan yang di alami oleh ibu, selama kehamilan terkadang dapat menimbulkan stress anterpartum, sehingga bidan harus memberikan asuhan kepada ibu hamil agar ibu dapat menjalani kehamilannya secara fisiologis (normal), perubahan yang di alami oleh ibu hamil antara lain adalah:a)

Ibu cenderung lebih tergantung dan lebih memerlukan perhatian sehingga ibu memerlukan sosialisasi ibu cenderung merasa khawatir terhadap perubahan yang terjadi pada

dapat berperan sebagai calon ibu dan dapat memperhatikan perkembangan bayinya.b) c)

tubuhnya

d)

Ibu memasuki masa transisi yaitu dari masa menerima kehamilan kehamilan

ke masa menyiapkan kelahiran dan menerima bayinya. Empat tahapan dalam melaksanakan peran ibu menurut Marcer:a)

Anticipatory Saat sebelum wanita menjadi ibu, di mana wanita mulai melakukan

penyesuaian sosial dan psikologis dengan mempelajari segala sesuatu yang di butuhkan untuk menjadi seorang ibu.b)

Formal Wanita memasuki peran ibu yang sebenarnya, bimbingan peran di butuhkan

sesuai dengan kondisi system social.c)

Informal Di mana wanita telah mampu menemukan jalan yang unik dalam

melaksanakan perannyad)

Personal Merupakan peran terakhir, di mana wanita telah mahir melakukan perannya

sebagai ibu. Sebagai bahan perbandingan, Reva Rubin menyebutkan peran ibu telah di mulai sejak ibu menginjak kehamilan pada masa 6 bulan setelah melahirkan, tetapi menurut Marcer mulainya peran ibu adalah setelah bayi bayi lahir 3-7 bulan setelah dilahirkan. Wanita dalam menjalankan peran ibu di pengaruhi oleh faktor faktor sebagai berikut: a. Faktor ibu 1. Umur ibu pada saat melahirkan 2. Persepsi ibu pada saat melahirkan pertama kali 3. Stress social 4. Memisahkan ibu pada anaknya secepatnya 5. Dukungan social 6. Konsep diri 7. Sifat pribadi 8. Sikap terhadap membesarkan anak 9. Status kesehatan ibu. b. Faktor bayi

1. Temperament 2. Kesehatan bayi c. Faktor-faktor lainnya 1. Latar belakang etnik 2. Status pekawinan 3. Status ekonomi Dari faktor sosial support, Marcer mengidentifikasikan adanya empat faktor pendukung:a)

Emotional support Yaitu perasaan mencintai, penuh perhatian, percaya dan mengerti. Informational support Memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan ibu sehingga dapat

b)

membantu ibu untuk menolong dirinya sendiri.c)

Physical support Misalnya dengan membantu merwat bayi dan memberikan tambahan dana.

d)

Appraisal support Ini memungkinkan indifidu mampu mengevaluasi dirinya sendiri dan

pencapaiaan peran ibu Mercer menegaskan bahwa umur, tingkat pendidikan, ras, status perkawinan, status ekonomi dan konsep diri adalah faktor-faktor yang sangat berpengaruh dalam pencapaiaan peran ibu. Peran bidan yang di harapkan oleh Marcer dalam teorinya adalah membantu wanita dalam melaksanakan tugas dan adaptsi peran dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaiaan peran ini dan kontribusi dari stress antepartum.

II.2. Masa Persalinan II.2. A. Adat Kebiasaan Melahirkan Adat kebiasaan melahirkan setiap orang berbeda-beda. Tergantung pada kebudayaan atau kebiasaan yang ada pada lingkungan sekitar dimana seseorang wanita itu tinggal maupun pada suku atau asal usul seorang wanita. Adat kebiasaan melahirkan ini biasanya sering terlihat pada keluarga-keluarga yang masih menggunakan tradisi turu temurun. Dalam dunia kesehatan mungkin adat kebiasaan ini masih ada yang di anggap tidak rasional. Akan tetapi, bukan berarti harus ada unsur pelarangan untuk melakukan adat istiadat tertentu. Hal yang harus di perhatikan adalah dampak dari adat atau kebiasaan yang dilakukan. Jika kebiasaan tersebut mengganggu kesehatan ibu maupun bayi yang di lahirkannya maka sebaiknya adat atau kebiasaan tersebut tidak harus di lakukan, begitupun sebaliknya. II. 2. B. Emosi pada saat hamil dan melahirkan Perubahan emosional terjadi selama kehamilan. Hormon dapat mempengaruhi suasana hati dan karena kadarnya yang naik turun maka demikian juga suasana hati yang dialami ibu hamil. Oleh karena itu adalah hal yang normal bila seorang wanita merasa sedih, menangis, panik, sedikit tidak yakin atau merasa senang luar biasa. Perubahan ini harus dihadapi sekalipun agak membingungkan untuk sementara waktu. Dengan hadirnya janin di dalam rahim, maka hal itu akan mempengaruhi emosi si ibu. Apabila pengaruh emosi ibu tidak didukung oleh lingkungan keluarga yang harmonis

ataupun lingkungan tempat tinggal yang kondusif, maka hal ini akan mengakibatkan stres pada ibu hamil (Eko Handayani MPsi dari bagian psikologi klinis anak Fakultas Psikologi Universitas Indonesia). Sebagai contoh, ibu hamil yang kurang waktu tidurnya akan mempengaruhi kondisi kesehatan dan kebugaran tubuh. Karena waktu untuk beristirahat pun berkurang. Dan apabila stres yang muncul mempengaruhi nafsu makan ibu yang berkurang, akibatnya bisa berbahaya. Pasokan makanan bergizi yang dibutuhkan oleh ibu dan janin tentu berkurang pula. Karena pasokan makanan bergizi kurang, maka dikhawatirkan pertumbuhan janin akan terganggu.Secara psikologis, stres pada ibu hamil dapat dibagi dalam tiga tahapan, yaitu sebagai berikut ; 1. Tahap triwulan pertama, Yaitu pada saat usia kehamilan satu hingga tiga bulan. Dalam kurun waktu tersebut, biasanya ibu belum terbiasa dengan keadaannya, di mana adanya perubahan hormon yang mempengaruhi kejiwaan ibu, sehingga ibu sering merasa kesal atau sedih. Selain itu, ibu hamil ada juga yang mengalami mual-mual dan morning sickness yang mengakibatkan stres dan gelisah. 2. Tahap triwulan kedua, Yaitu pada saat usia kehamilan empat hingga enam bulan. Dalam kurun waktu tersebut, biasanya ibu sudah merasa tenang, karena telah terbiasanya dengan keadaannya. Di tahap ini, ibu hamil sudah dapat melakukan aktivitas, termasuk aktivitas hubungan suami istri. 3. tahap trimester ketiga, Yaitu stres pada ibu hamil akan meningkat kembali. Hal itu dapat terjadi dikarenakan kondisi kehamilan semakin membesar. Kondisi itu tidak jarang memunculkan masalah seperti posisi tidur yang kurang nyaman dan mudah terserang rasa lelah. Dan semakin bertambah dekatnya waktu persalinan pun akan membuat tingkat stres ibu semakin tinggi. Perasaan cemas muncul bisa dikarenakan si ibu memikirkan proses melahirkan serta kondisi bayi yang akan dilahirkan. Peran Suami

Emosi pada saat hamil dan melahirkan juga mempengaruhi emosianal ibu. Untuk menghindari stres yang berkelanjutan selama masa kehamilan, sudah selayaknya pasangan memberikan semangat dan perhatian kepada istri. Dengan begitu, istri bisa kuat secara mental untuk menghadapi segala hal di masa kehamilannya. Tugas pasangan yang paling penting lainnya adalah membina hubungan baik dengan pasangan. Karena dengan membina hubungan yang baik, maka istri dapat mengkonsultasikannya setiap saat dan setiap masalah yang dialaminya dalam menghadapi kesulitan-kesulitan yang dihadapinya selama masa kehamilan. Saat hamil merupakan saat sensitif bagi seorang wanita. Jadi, sebisa mungkin suami menciptakan suasana yang mendukung perasaan istri, misalnya mengajak jalan-jalan ringan sambil ngobrol, bicara halus dan positif dan sebagainya. Ini akan membuat istri merasa nyaman, selain juga semakin mempererat hubungan suami-istri. Menemani istri ke dokter untuk pemeriksaan kehamilan juga tak kalah penting. Suami juga akan mendapat informasi, sehingga akan lebih siap menghadapi kehamilan dan persalinan istrinya. Ada baiknya suami juga membaca literatur tentang kehamilan dan bukan bersikap masa bodoh.

II. 2. C. Faktor somatic dan psikis yang mempengaruhi kelahiran Faktor-faktor yang berpengaruh dalam kehamilan terus menerus saling mempengaruhi, yaitu : 1. Faktor-faktor somatik (somatogenik) Neroanatomi Nerofisiologi Nerokimia tingkat kematangan dan perkembangan organik faktor-faktor pre dan peri - natal 2. Faktor-faktor psikologik ( psikogenik) : Interaksi ibu anak : normal (rasa percaya dan rasa aman) atau abnormal berdasarkan kekurangan, distorsi dan keadaan yang terputus (perasaan tak percaya dan kebimbangan), Peranan ayah, Persaingan antara saudara kandung, Inteligensi,

hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan dan masyarakat, kehilangan yang mengakibatkan kecemasan, depresi, rasa malu atau rasa salah, Konsep dini : pengertian identitas diri sendiri lawan peranan yang tidak menentu, Pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya, Tingkat perkembangan emosi.

II. 2. D. Kegelisahan dan ketakutan menjelang kelahiran Pada setiap wanita baik yang bahagia maupun yang tidak bahagia, apabila dirinya jadi hamil pasti akan dihinggapi campuran perasaan, yaitu rasa kuat dan berani menanggung segala cobaan dan rasa-rasa lemah hati, takut, ngeri, rasa cinta dan benci, keragu-raguan dan kepastian, kegelisahan dan rasa tenang bahagia, harapan penuh kebahagiaan dan kecemasan yang semuanya menjadi semakin intensif pada saat mendekati masa kelahiran bayinya. Apakah yang menjadi penyabab semua kegelisahan dan ketakutan ini? Sebabsebabnya antara lain adalah sebagai berikut:1. 2. 3. 4.

Takut mati Trauma kelahiran Perasaan bersalah/berdosa Ketakutan riil Takut mati Sekalipun peristiwa kelahiran itu adalah satu fenomena fisiologis yang normal,

1.

namun hal tersebut tidak kalis dari resiko dan bahaya kematian. Bahkan pada proses yang normal sekalipun senantiasa disertai perdarahan dan kesakitan hebat. Peristiwa inilah yang menimbulkan ketakutan-ketakutan khususnya takut mati baik kematian dirinya sendiri maupun anak bayi yang akan dilahirkan. Inilah penyebab pertama.

Pada saat sekarang perasaan takut mati itu tidak perlu ada atau tidak perlu dilebihlebihkan, berkat adanya metode-metode yang efektif untuk mengatasi macam-macam bahaya pada proses kelahiran. Dan berkat adanya kemajuan ilmu kebidanan serta pembedahan. Ketakutan mati yang sangat mendalam di kala melahirkan bayinya itu disebut ketakutan primer, biasanya dibarengi dengan kekuatan-kekuatan superfisial (buatan, dibuat-buat) lainnya yang berkaitan dengan kesulitan hidup disebut sebagai kekuatan sekunder. Kekutan primer dari wanita hamil itu bisa menjadi semakin intensif jika ibunya, suaminya dan semua orang yang bersimpati pada dirinya ikut-ikutan menjadi panik dan resah memikirkan nasib keadaaanya.. Banyak wanita dan anak gadis pada usia jauh sebelum saat kedewasaannya dihinggapi rasa takut mati, kalau nantinya dia melahirkan bayi. Akibatnya, fungsi keibuannya menjadi korban dari ketakutan-ketakutan yang tidak disadari (yaitu akibat dari takut mati sewaktu melahirka itu). Mereka kemudian menghidari perkawinan atau menghindari mempunyai anak. Karena itu pada calon ibu-ibu muda itu perlu adanya; 2.

Kesiapan mental menghadapai tugas menjadi hamil dan melahirkan bayinya, Tanpa konflik-konflik batin yang serius dan rasa ketakutan. Trauma kelahiran

Berkaitan dengan perasaan takut mati yang ada pada wanita pada saat melahirkan bayinya, adapula ketakutan lahir (takut dilahirkan di dunia ini) pada anak bayi, yang kita kenal sebagai trauma kelahiran. Trauma kelahiran ini berupa ketakutan akan berpisahnya bayi dari rahim ibunya. Yaitu merupakan ketakutan hipotesis untuk dilahirkan di dunia dan takut terpisah dari ibunya. Ketakutan berpisah ini ada kalanya menghinggapi seorang ibu yang merasa amat takut kalau-kalau bayinya akan terpisah dengan dirinya. Seolah-olah ibu tersebut menjadi tidak mampu menjamin keselamatan bayinya.3.

Perasaan bersalah/berdoa Sebab lain yang menimbulkan ketakutan akan kematian pada proses melahirkan

bayinya ialah Perasaan bersalah atau berdosa terhadap ibunya. Pada setiap fase

perkembangan menuju pada feminitas sejati, yaitu sejak masa kanak-kanak, masa gadis cilik, periode pubertas sampai pada usia adolesensi selalu saja gadis yang bersangkutan diliputi emosi-emosi cinta-kasih pada ibu yang kadangkala juga diikuti rasa kebencian, iri hati dan dendam bahkan juga disertai keinginan untuk membunuh adik-adik atau saudara sekandungnya yang dianggap sebagi saingannya. Peristiwa ingin membunuh itu kelak kemudian hari diubah menjadi hasrat untuk memusnahkan janin atau bayinya sendiri, sehingga berlangsung keguguran kandungannya. Dalam semua aktivitas reproduksinya wanita itu banyak melakukan identifikasi terhadap ibunya. Jika identifikasi ini menjadi salah bentuk dan wanita tadi banyak mengembangkan mekanisme rasa-rasa bersalah dan rasa berdosa terhadap ibunya, maka peristiwa tadi membuat dirinya menjadi tidak mampu berfungsi sebagai ibu yang bahagia sebab selalu saja ia dibebani atau dikejar-kejar oleh rasa berdosa. Perasaan berdosa terhadap ibu ini erat hubungannya dengan ketakutan akan mati pada saat wanita tersebut melahirkan bayinya. Oleh karena itu kita jumpai adat kebiasaan sejak zaman dahulu sampai masa sekarang berupa:

Orang lebih suka dan merasa lebih mantap kalu ibunya (nenek sang bayi) Maka menjadi sangat pentinglah kehadiran ibu tersebut pada saat anaknya Ketakutan riil:

menunggui dikala ia melahirkan bayinya.

melahirkan bayinya.4.

Pada saat wanita hamil, ketakutan untuk melahirkan bayinya itu sangat bisa diperkuat oleh sebab-sebab konkret lainnya. Misalnya:

Takut jika bayinya akan lahir cacat atau lahir dalam kondisi yang patologis, Takut kalau bayinya akan bernasib buruk disebabkan oleh dosa-dosa ibu itu Takut kalau beban hidupnya akan menjadi semakin berat oleh lahirnya sang Munculnya elemen ketakutan yang sangat mendalam dan tidak disadari,

sendiri di masa silam,

bayi,

kalau ia akan dipisahkan dari bayinya;

Takut kehilangan bayinya yang sering muncul sejak masa kehamilan sampai

waktu melahirkan bayinya. Ketakutan ini bisa diperkuat oleh rasa-rasa berdoa atau bersalah. II. 2. E. Reaksi wanita hiper masculine dalam menghadapi kelahiran Wanita yang sangat aktif dan hypermaskulin bersifat kejantanan ekstrim, sejak mula pertama kehamilannya senantiasa diombang ambingkan diantara keinginan instinktif untuk memiliki soerang anak. Melawan rasa keengganan untuk melahirkan anak sendiri, karena anak tersebut dianggap menghambat karier dan kebahagiaannya. Kehidupan emosionalnya senantiasa goyah dilanda kerinduan cinta pada seorang anak kontrak kebencian akan mendapatkan keturunan. Kedua gejala tersebut akan memuncak, lalu meletus jadi fenomena neoritis yang obsesif. Sebagai akibatnya wanita tersebut tidak mempunyai kepercayaan diri dan sering dikacau oleh gangguan syaraf antara lain berupa migraien, juga banyak konflik batin dalam dirinya. Kehamilan dirasakan sebagai suatu peristiwa mimpi atau dirasakan sebagai pengalaman somnabolistis seperti mimpi berjalan dan selalu dikejar oleh emosi yang antagonis. Dia juga dimuati oleh macam-macam kecemasan yaitu cemas kalau sang bayi akan menghambat profesinya, cemas kalau tidak mampu memelihara bayinya. Bertandingnya konflik yang lebih fundamental yaitu dorongan maskulinitas melawan dorongan feminitas. Dorongan maskulinitas lebih memberatkan prestasi karier dan jabatan sedang dorongan feminitas secara naluri menginginkan anak sendiri. Selanjutnya pada saat kelahiran bayinya wanita yang bersifat hipermaskulin ini akan berusaha mengatasi ketakutannya dan kesakitan jasmaniah dengan usaha sendiri dan menganggap kelahiran bayinya sebagai suatu prestasi pribadi, akan tetapi oleh karena usaha tersebut sifatnya sangat maskulin agresif maka kegiatan tersebut justru mengacaukan kelahiran normal dan semakin mempersulit kelahiran bayinya dengan kemampuan sendiri. Lalu dia bersikap hiperpasif dan membiarkan dokter/bidan melahirkan bayinya melalui pembedahan. II. 2. F. Reaksi wanita total pasif dalam menghadapi kelahiran Wanita yang mengalami proses kelahiran bayinya secara total pasif, selama kehamilannya wanita ini sama sekali tidak menyadari keadaan dirinya dan merasa tidak

bertanggung jawab pada segala sesuatu yang terjadi pada dirinya. Ia Cuma tahu bahwa perutnya secara kebetulan ketempatan satu buah janin yang kelak akan lahir dari dirinya. Selanjutnya alam yang harus bertanggung jawab akan kelahiran bayinya kelak. Wanita tersebut tidak tahu bagaimana ia seharusnya bersikap dan bertingkah laku, ia merasa tidak perlu mengetahui secara detail keadaan dirinya yang tengah hamil karena menganggap sesuatu yang tidak berguna atau itu urusan suaminya/ibunya dan bisa mengganggu ketenangan batinnya. Secara membuta ia mengikuti saja semua sugesti dan instruksi orang lain dan bagikan anak kecil yang masih senang bermain-main ia memusatkan segenap minat pada upaya menghilangkan semua bentuk ketakutan dan bentuk kesalahan jasmaniah. Tingkah laku wanita total pasif selama kehamilannya sangat khas yaitu : Selalu bergantung dan menempel pada ibunya. Ia menyuruh suaminya sebanyak mungkin melakukan semua tugasnya. Pada umumnya semua tingkah lakunya sangat infantil, kekanak-kanakan. Tetap saja ia bersikap sangat pasif. Di tengah kelincahan dan kegembiraannya dan kondisi perutnya yang semakin

membesar penampakkan dirinya menyerupai seorang gadis cilik yang tengah bermain dengan bonekanya. Jika kehamilannya semakin tua wanita ini jadi tidak sabaran dan semakin pasif, ia

banyak mengeluh dan mendesak lingkungannya agar kelahiran bayinya bisa di percepat, Wanita ini mengalami kelahiran dan kelahiran bayinya sebagai suatu peristiwa

tragis yang menabjubkan. Otomatis ia menyatakan kepada dunia luar adanya sesuatu benda yang di injeksikan ke dalam rahimnya melalui coitus secara sadar atau tidak sadar. Sama sekali ia merasa tidak tanggung jawab akan mati atau hidupnya benda yang di

titipkan di rahimnya itu, Semua sikap permusuhan terhadap ibunya sendiri menjadi lenyap, sebab sejak

kehamilannya wanita itu ingin menyerahkan semua tanggung jawabnya sendiri terhadap ibunya, Ia mengharapkan agar ibunya bersedia terus menerus menunggui dirinya disaat

hamil dan melahirkan untuk memberikan atensi pada kelahiran janinnya.

II. 3. Masa Nifas II. 3. A. Fase HoneyMoon Honeymoon adalah fase setelah anak lahir dan terjadi kontak yang lama antara ibu, ayah dan anak. Masa ini dapat dikatakan sebagai psikis honeymoon yang memerlukan hal-hal romantis, masing-masing saling memperhatikan anaknya dan manciptakan hubungan yang baru. II. 3. B. BoundingAttachmentA.

Pengertian

1. Klause dan Kennel (1983): interaksi orang tua dan bayi secara nyata, baik fisik, emosi

maupun sensori pada beberapa menit dan jam pertama segera setelah bayi lahir.2. Nelson (1986), bounding: dimulainya interaksi emosi sensorik fisik antara orang tua dan

bayi segera setelah lahir, attachment: ikatan yang terjalin antara individu yang meliputi pencurahan perhatian yaitu hubungan emosi dan fisik yang akrab.3. Saxton dan Pelikan (1996), bounding: adalah suatu langkah untuk mengungkapkan

perasaan afeksi (kasih sayang) oleh ibu kepada bayinya segera setelah lahir, attachment: adalah interaksi antara ibu dan bayi secara spesifik sepanjang waktu.4. Bennet dan Brown (1999), bounding: terjadinya hubungan antara orang tua dan bayi sejak

awal kehidupan, attachment: pencurahan kasih sayang di antara individu.

5. Brozeton (dalam Bobak, 1995): permulaan saling mengikat antara orang-orang seperti

antara orang tua dan anak pada pertemuan pertama.6. Parmi (2000): suatu usaha untuk memberikan kasih sayang dan suatu proses yang saling

merespon antara orang tua dan bayi lahir.7. Perry (2002), bounding: proses pembentukan attachment atau membangun ikatan,

attachment: suatu ikatan khusus yang dikarakteristikkan dengan kualitas-kualitas yang terbentuk dalam hubungan orang tua dan bayi.8. Subroto (cit Lestari, 2002): sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan keterikatan

batin antara orang tua dan bayi.9. Maternal dan Neonatal Health: adalah kontak dini secara langsung antara ibu dan bayi

setelah proses persalinan, dimulai pada kala III sampai dengan post partum.10. Secara Harfiah, bounding: ikatan; attachment: sentuhan. B. 1.

Tahap-Tahap Bounding Attachment Perkenalan (acquaintance), dengan melakukan kontak mata, menyentuh, Bounding (keterikatan) Attachment, perasaan sayang yang mengikat individu dengan individu lain. Elemen-Elemen Bounding Attachment1.

berbicara, dan mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya.2. 3.

Menurut Klaus, Kenell (1982), bagian penting dari ikatan ialah perkenalan.C.

Sentuhan Sentuhan atau indera peraba, dipakai secara ekstensif oleh orang

tua dan pengasuh lain sebagai suatu sarana untuk mengenali bayi baru lahir dengan cara mengeksplorasi tubuh bayi dengan ujung jarinya.2.

Kontak mata, ketika bayi baru lahir mampu secara fungsional

mempertahankan kontak mata, orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling memandang. Beberapa ibu mengatakan, dengan melakukan kontak mata mereka merasa lebih dekat dengan bayinya (Klaus, Kennell, 1982).3.

Suara, saling mendengar dan merespon suara antara orang tua dan bayinya

juga penting. Orang tua menunggu tangisan pertama bayinya dengan tegang.

4.

Aroma, Ibu mengetahui bahwa setiap anak memiliki aroma yang unik

(Porter, Cernoch, Perry, 1983). Sedangkan bayi belajar dengan cepat untuk membedakan aroma susu ibunya (Stainto, 1985).5.

Entrainment, bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur

pembicaraan orang dewasa. Mereka menggoyang tangan, mengangkat kepala, menendang-nendangkan kaki, seperti sedang berdansa mengikuti nada suara orang tuanya. Entrainment terjadi saat anak mulai berbicara. Irama ini berfungsi memberi umpan balik positif kepada orang tua dan menegakkan suatu pola komunikasi efektif yang positif.6.

Bioritme, anak yang belum lahir atau baru lahir dapat dikatakan senada

dengan ritme alamiah ibunya. Untuk itu, salah satu tugas bayi baru lahir ialah membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberi kasih sayang yang konsisten dan dengan memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan perilaku yang responsif. Hal ini dapat meningkatkan interaksi sosial dan kesempatan bayi untuk belajar.7.

Kontak dini, saat ini tidak ada bukti-bukti alamiah yang menunjukkan

bahwa kontak dini setelah lahir merupakan hal yang penting untuk hubungan orang tuaanak. Namun menurut Klaus, Kennel (1982), ada beberapa keuntungan fisiologis yang dapat diperoleh dari kontak dini : Kadar oksitosin dan prolaktin meningkat. Reflek menghisap dilakukan dini. Pembentukkan kekebalan aktif dimulai. Mempercepat proses ikatan antara orang tua dan anak (body warmth

(kehangatan tubuh); waktu pemberian kasih sayang; stimulasi hormonal).D. 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Prinsip-Prinsip dan Upaya Meningkatkan Bounding Attachment Dilakukan segera (menit pertama jam pertama). Sentuhan orang tua pertama kali. Adanya ikatan yang baik dan sistematis berupa kedekatan orang tua ke anak. Kesehatan emosional orang tua. Terlibat pemberian dukungan dalam proses persalinan. Persiapan PNC sebelumnya.

7. 8. 9.

Adaptasi. Tingkat kemampuan, komunikasi dan keterampilan untuk merawat anak. Kontak sedini mungkin sehingga dapat membantu dalam memberi

kehangatan pada bayi, menurunkan rasa sakit ibu, serta memberi rasa nyaman.10. Fasilitas untuk kontak lebih lama. 11. Penekanan pada hal-hal positif. 12. Perawat maternitas khusus (bidan). 13. Libatkan anggota keluarga lainnya/dukungan sosial dari keluarga, teman dan

pasangan.14. Informasi bertahap mengenai bounding attachment. E. 1.

Keuntungan Bounding Attachment Bayi merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai, menumbuhkan sikap Bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi. Kurangnya support sistem. Ibu dengan resiko (ibu sakit). Bayi dengan resiko (bayi prematur, bayi sakit, bayi dengan cacat fisik). Kehadiran bayi yang tidak diinginkan. sosial.2.

F.Hambatan Bounding Attachment 1. 2. 3. 4.

II. 3. C. Fase TakingIn Fase Taking In (ketergantungan) adalah fase dimana Ibu lebih menyukai bantuan perawat untuk membantu dalam ADL dan membantu membuat keputusan dibanding dengan melakukannya sendiri. Fase ketergantungan disebabkan karena ketidaknyamanan fisik akibat nyeri, ketidak pastian dalam merawat bayi, dari kelelahan setelah melahirkan ibu perlu waktu untuk istirahat dan mengembalikan kekuatan fisiknya, menenangkan dan membesarkan hatinya tentang kelahiran bayinya. II. 3. D. Fase Taking Hold Fase taking hold ( ketergantungan ketidaktergantungan ) adalah fase dimulai sekitar hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir setelah minggu keempat sampai

kelima setelah melahirkan. Ibu siap menerima peran barunya dan belajar tentang semua hal hal baru. II. 3. E. Fase Letting Go Fase letting go ( adaptasi + ) yaitu fase yang dimulai sekitar minggu kelima sampai keenam setelah persalinan. Keluarga telah menyesuaikan diri dengan anggota baru, keadaan klien telah sembuh secara fisik. Ibu menerima tanggung jawab dan tidak lagi menerima perasaan sakit.

BAB III PENUTUP III. 1. KESIMPULAN Wanita dewasa adalah wanita yang lebih terbentuk kepribadiannya dan lebih berfikir secara rasional. Wanita dewasa mengalami perubahan psikologi mulai dari ketika ia belajar menjadi seorang ibu yang dimulai dari masa kehamilan, persalinan dan nifas. Pada masingmasing massa itu terjadi perubahan psikologi yang beraneka ragam. Hal ini sebagai bentuk adaptasi dari seorang wanita dewasa tersebut. III. 2. SARAN Untuk para wanita dewasa agar lebih merubah sikap kearah yang positif, jangan selalu membayangkan hal yang akan dijalani selanjutnya adalah hal yang sulit. Akan tetapi cobalah untuk selalu belajar dan beradaptasi terhadap lingkungan maupun terhadap semua perubahan-perubahan ketika menjadi wanita dewasa yang akan berkarier dan berkeluarga.

REFERENSI dypta.wordpress.com/.../teori-teori-yang-mempengaruhi-model-kebidanan femiheru.multiply.com/journal/item/27 bidankusmart.blogspot.com/.../kegelisahan-dan-ketakutan-menjelang khaidirmuhaj.blogspot.com/.../askep-nifas-pada-gangguan-psikososial www.lusa.web.id Askeb III (Nifas)

kelahiran

Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 63-65) Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC. (hlm: 54-55).

books.google.co.id/books?id=ZkPup5Ozy8C&pg=PA54&lpg=PA54&dq=pengertian+bounding+attachment&source=.

Desty, dkk. 2009. Respon Orang Tua Terhadap Bayi Baru Lahir. Akademi Kebidanan Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya. (hlm: 64-66). Telli, L. Bounding Attachment. Diunduh 15 Januari 2010, 10:15 PM.

Mambaul Ulum Surakarta.

akbidypsdmi.net/download/pdf/asuhan26.pdf