Upload
hanz-oce
View
219
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
telaah kurikulum
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal mendasar yang wajib dimiliki setiap anggota warga negara,
terutama di Indonesia. Di indonesia sendiri kenyataanya banyak sekali warga negara yang
tidak menuntaskan pendidikan hingga ke jenjang yang lebih layak. Bahkan banyak diantara
mereka yang tidak mengenyam pendidikan sama sekali. Banyak dampak buruk yang didapat
ketika masyarakat tidak menuntaskan atau belum mengenyam pendidikan untuk masa depan.
Misalnya saja ke, tertinggalnya pengetahuan mengenai informasi, tidak berkembangnya
pemikiran, tertinggal dengan negara lain bahkan hingga menjadi salah satu sumber
kemelaratan di negara ini.
Pendidikan adalah sebagai salah satu upaya untuk mencerdaskan bangsa. Didalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional juga disebutkan bahwa Pendiidkan Nasional
berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Yang mempunyai tujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dalam hubungannya dengan pendidikan itulah dibentuk suatu aturan tentang materi apa
saja yang harus diberikan kepada peserta didik, yang sering kita kenal dengan “Kurikulum”.
Dalam hal ini maka Kurikulum harus bisa memberikan bentuk pelayanan yang segar kepada
peserta didik agar didapat hasil yang optimal. Untuk itu diperlukanlah suatu pendekatan yang
dianggap bisa memberikan pelayanan.
Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang begitu pesat. Sementara di sisi lain,
prioritas kebijakan nasional ikut berubah. Begitu pun pola pembiayaan pendidikan serta
kondisi social , termasuk perubahan pada tuntutan profesi serta kebutuhan dan keinginan
pelanggan. Semua itu ikut memberikan dorongan bagi penyelenggara pendidikan untuk selalu
melakukan proses perbaikan, modifikasi, dan evaluasi pada kurikulum yang digunakan.
Didalam proses pengendalian mutu, kurikulum merupakan perangkat yang sangat penting
karena menjadi dasar untuk menjamin kompetensi keluaran dari proses pendidikan.
Kurikulum harus selalu diubah secara periodic untuk menyesuaikan dengan dinamika
kebutuhan pengguna dari waktu kewaktu.
Lantas, proses pengembangan kurikulum memang merupakan sesuatu yang kompleks.
Keberhasilan kegiatan pengembangan kurikulum dalam proses pengajaran dan pendidikan,
1
ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, antara lain landasan pengembangan, prinsip
pengembangan, konsep pengembangan, dan komponen kurikulum. Untuk mengetahui
bagaimana pengembangan kurikulum yang telah dilakukan oleh instansi pendidikan, kami
melakukan telaah terhadap kurikulum sekolah, khususnya kurikulum Sekolah SMA Nurul
Islam.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana landasan pengembangan kurikulum di SMA Nurul Islam?
2. Bagaimana prinsip pengembangan kurikulum di SMA Nurul Islam?
3. Bagaimana konsep pengembangan kurikulum di SMA Nurul Islam?
4. Bagaimana hubungan antar komponen kurikulum di SMA Nurul Islam?
5. Bagaimana keterlaksanaan kurikulum di SMA Nurul Islam?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui landasan pengembangan kurikulum di SMA Nurul Islam.
2. Mengetahui prinsip pengembangan kurikulum di SMA Nurul Islam.
3. Mengetahui konsep pengembangan kurikulum di SMA Nurul Islam.
4. Mengetahui hubungan antar komponen kurikulum di SMA Nurul Islam.
5. Mengetahui keterlaksanaan kurikulum di SMA Nurul Islam.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kurikulum
Secara Etimologis, kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu carier yang artinya
pelari dan curare yang berarti tempat berpacu. Jadi, istilah kurikulum berasal dari dunia olah
raga pada zaman Romawi Kuno di Yunani, yang mengandung pengertian suatu jarak yang
harus ditempuh oleh pelari dari garis start sampai garis finish. Dalam bahasa Arab, kata
kurikulum biasa diungkapkan dengan manhaj yang berarti jalan yang dilalui oleh manusia
pada berbagai bidang kehidupan. Sedangkan kurikulum pendidikan (manhaj al-dirasah)
dalam qamus Tarbiyah adalah seperangkat perencanaan dan media yang dijadikan acuan
oleh lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan.
Dari beberapa definisi dapat dikatakan bahwa pengertian kurikulum adalah
seperangkat perencanaan pengajaran yang sistematik yang berisi pernyataan tujuan,
organisasi konten, organisasi pengalaman belajar, program pelayanan, pola belajar mengajar,
dan program evaluasi agar pebelajar dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman dan
perubahan tingkah laku.
2.2 Landasan Pengembangan Kurikulum
a. Landasan Filosofis
Semua aspek yang terkait dengan pengelolaan program pendidikan, seperti Sumber
Daya Manusia (SDM) yang harus ikut terlibat, rumusan tujuan pendidikan, isi pendidikn,
proses pelaksanaan dan bagaimana cara untuk mengetahui hasil yang dicapai dari program
pendidikan, semuanya harus didasarkan pada hasil berpikir secara sistematis, logis dan
mendalam. Pemikiran tersebut dalam filsafat disebut sebagai pemikiran radikal (radic), yaitu
hasil berpikir secara mendalam sampai keakar-akarnya.
Menurut Donald Butler dalam Nana Syaodih “Filsafat memberikan arah dan
metodologi terhadap praktik pendidikan, sedangkan praktik pendidikan memberikan bahan-
bahan bagi pertimbangan-pertimbangan filofofis”. Secara rinci menurut Nasution bahwa
filsafat pendidikan berfungsi:
a. Menentukan arah akan kemana siswa harus dibawa (Tujuan)
b. Mendapatkan gambaran yang jelas hasil pendidikan yang harus dicapai
c. Menentukan isi yang akurat yang harus dipelajari oleh para siswa
d. Menentukan cara dan proses untuk mencapai tujuan
e. Memungkinkan untuk menilai hasil yang telah dicapai secara akurat
3
b. Landasan Psikologis
Pendidikan adalah proses interaksi antara individu manusia dengan manusia lain dan
lingkungannya. Manusia sebagai mahluk individu dan sosial memiliki aspek psikologis yang
komplek dan taraf lebih tinggi dibandingkan dengan mahluk lain yang memiliki aspek
psikologis. Berkat aspek psikologis yang tinggi inilah, maka manusia lebih maju dan modern
dibandingkan mahluk lain.
Landasan Psikologis ada 2, antara lain:
Psikologis anak
Sekolahdidirikanuntukanak, untuk kepentingan anak, yakni menciptakan situasi-situasi
dimana anak dapat belajar untuk mengembangkan bakatnya. Selama berabad-abad anak tidak
dipandang sebagai manusia yang lain daripada orang dewasa dan karena itu mempunyai
kebutuhan sendiri sesuai dengan perkembangannya. Baru setelah Rousseau anak itu dikenal
sebagai anak dan dilakukan penelitian ilmiah untuk lebih mengenalnya, dan sejak permulaan
abad ke-20 anak kian mendapat perhatian menjadi salah satu asas dalam pengembangan
kurilkulum.
Psikologis belajar
Pendidikandisekolahdiberikandengan kepercayaan dan keyakinan bahwa anak-anak dapat
dididik, dipengaruhi kelakuannya, dapat belajar ,menguasai sejumlah pengetahuan,
mengubah sikapnya, menerima norma-norma,dan menguasai sejumlah keterampilan. Namun
yang terpenting adalah, mengetahui bagaimana proses belajar itu berlangsung. Dalam
keadaan bagaimana belajar itu dapat memberikan hasil yang baik, maka kurilkulum dapat
direncanakan dan dilaksanakan dengan cara yang seefektif-efektifnya.
Perkembangan yang dialamianak sebagian besar terjadi karena usaha belajar, baik
berlangsung melalui proses peniruan, pengingatan,pembiasaan pemahaman , penerapan
maupun pemecahan masalah. Pendidik atau guru melakukan berbagai macam upaya melalui
dukungan berbagai alat bantu pngajaran agar anak belajar. Cara belajar mana yang
memberikan hasil optimal serta bagaimana proses pelaksaannya membutuhkan studi yang
sistematik dan mendalam. Studi yang demikian merupakan bidang Psikologi Belajar.
Teoribelajardijadikandasar-dasar bagi proses belajar-mengajar. Dengan demikian ada
hubungan yang erat antara kurikulum dan psikologi belajar juga psikologi anak. Karena
hubungannya sangat erat itu maka psikologi menjadi salah satu dasar kurikulum.
Menurut Nana Syaodihkondisi psikologis merupakan “karakteristik psiko-fisik seseorang
sebagai individu, yang dinyatakan dalam berbagai bentuk perilaku dalam interaksi dengan
lingkungannya”. Perilaku tersebut mencakup perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor.
4
Setiap individu siswa berbeda dan setiap siswa sedang berada dalam proses perkembangan
yang pesat. Oleh karena itu melalui landasan psikologis, program pendidikan harus mampu
memberikan layanan sesuai dengan perilaku psikologisnya, sehingga dapat mengembangkan
potensi para siswa secara optimal.
c. Landasan Sosiologis
Pendidikandiarahkanuntukmempersiapkan para siswa agar menjadi bagian dari
anggota masyarakat.Dalam kehidupan masyarakat terdapat norma-norma yang harus
diakomodasi oleh program pendidikan, sehingga dapat melahirkan lulusan yang siap
beradaptasi dengan kehidupan masyarakat.
Menurut Nana Syaodihada tiga alasan penting program pendidikan menggunalan
landasan Sosiologis, yaitu.
Pendidikan mengandung nilai dan memberikan pertimbangan nilai yang ada dan
diharapkan masyarakat
Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan, tetapi menyiapkan anak untuk kehidupan
dalam masyarakat
Pelaksanaan pendidikan dipengaruhi dan didukung oleh lingkungan masyarakat
tempat pendidikan berlangsung.
d. LandasanOrganisatoris
Landasaniniberkenaandengan masalah, dalam bentuk yang bagaimana bahan
pelajaran akan disajikan. Apakah dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah-pisah atau
diusahakan adanya hubungan antara pelajaran yang diberikan misalnya dalam bentuk broad-
field atau dalam bentuk bidang studi seperti IPA,IPS,Bahasa dan lain-lain. Ataukah
diusahakan secara lebih mendalam dengan menghapuskan segala batas-batas mata pelajaran,
jadi dalam bentuk kurikulum terpadu. Kembali perlu diingat bahwa tidak ada kurikulum yang
baik dan tidak baik. Karena setiap kurikulum memiliki kelebihan dan kekurangannnya
sendiri-sendiri. Selain itu bermacam-macam organisasi kurikulum dapat dijalankan
bersamaan dalam satu sekolah sehingga dapat saling melengkapi.
Lalu kurikulum yang bagaimana yang harus dipilih? Dalam mengembangkan kurikulum
harus diadakan pilihan, jadi selalu hasil semacam kompromi antara anggota panitia
kurikulum. Dalam hal ini pilihan banyak bergantung pada pendirian atau sikap seseorang
tentang pendidikan. Pada umumnya dapat dibedakan 2 pendirian utama, yakni yang
tradisional dan progresif.
e. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
5
IPTEK adalah dua bidang kajian yang saling melengkapi dan menyempurnakan.
Orang bijak sering mengatakan bahwa “ilmu bukan sekedar untuk ilmu”, ilmu pengetahuan
diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada kehidupan lain yang lebih luas dan praktis,
antara lain disebut teknologi.
Menurut Iskandar Alisyahbana “Teknologi ialah cara melakukan sesuatu untuk
memenuhi kehidupan manusia dengan bantuan alat dan akal (hardware dan software),
sehingga sekan-akan memperpanjang, memperkuat, atau membuat lebih ampuh anggota
tubuh, pancaindera, dan otak manusia” (1980).
IPTEK berkembang dengan pesat, kuikulum yang dikembangkan harus peka dan
mampu beradaptasi dengan perkembangan yang terjadi. Misalnya dalam menentukan isi
kurikulum harus relevan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi,
bahkan idealnya dari pengembangan kurikulum yang dilakukan harus mampu melahirkan
ilmu pengetahuan dan teknologi baru.
Dengan demikian landasan IPTEK memiliki dua sisi yang sama-sama penting, yaitu:
pertama sebagai masukan (raw-input) bagi kebijakan dalam menentukan isi kurikulum, dan
kedua untuk melahirkan perkembangan IPTEK yang lebih maju (produk).
2.3 Prinsip Pengembangan Kurikulum
Dari berbagai sumber yang berkembang ditengah-tengah kehidupan masyarakat
maupun perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang menjadi yang menjadi prinsip
pengembangan kurikulum dapat disarikan kedalam empat jenis, yaitu.
1. Relevansi
Kurikulum yang dikembangkan oleh sekolah harus memiliki kesesuaian (relevansi),
sehingga kurikulum tersebut bisa bermanfaat berbagai pihak yang terkait. Ada dua relevansi
yang harus diperhatikan: pertama relevansi internal, yaitu kesesuaian antara setiap komponen
(anatomi) kurikulum yang dikembangkan (tujuan, isi, metode, evaluasi) harus saling terkait;
kedua relevansi eksternal, yaitu program kurikulum yang dikembangkan sekolah harus sesuai
dan mampu menjawab terhadap tuntutan dan perkembangan kehidupan masyarakat dimana
siswa nanti akan hidup (lokal, regional, maupun global)
2. Fleksibilitas
Setiap siswa memiliki kemampuan dan potensi yang berbeda-beda, lokasi sekolah
berada di tengah-tengah kehidupan masyarakat yang berbeda-beda pula. Kurikulum yang
baik adalah kurikulum yang bisa diterapkan secara lentur disesuaikan dengan karakteristik
dan potensi setiap siswa, disesuaikan dengan dinamika kehidupan masyarakat.
6
Isi kurikulum secara nasional boleh sama (standar isi), namun penerapannya di
sekolah, harus dikelola secara kreatif, inovatif dengan menggunakan pendekatan yang luwes
(fleksibel) sehingga kurikulum tersebut bisa diterima dan memberi dampak positif terhadap
kehidupan yang lebih baik (internal maupu eksternal).
3. Kontinuitas
Isi program dan penerapan kurikulum di setiap lembaga pendidikan harus memberi
bekal bagi setiap siswa untuk mengembangkan kemampuan dan potensi yang dimilikinya
secara berkesinambungan dan berkelanjutan (kontinuitas). Perkembangan anak dan proses
belajarnya terus berjalan tanpa batas. Oleh karena itu program dan pengalaman belajar di
setiap sekolah harus memberi inspirasi bagi setiap anak untuk maju keberlanjutan sehingga
mencapai ketuntasan.
Keberlanjutan harus terjadi secara paralel antar kelas pada satu jenjang pendidikan,
keberlanjutan antar jenjang pendidikan, maupun keberlanjutan antara jenjang pendidikan
dengan tugas-tugas kehidupan di masyarakat (life skill). Oleh karena itu ketika setiap satuan
pendidikan mengembangkan kurikulum, harus membaca dan mengetahui bagaimana program
kurikulum di satuan pendidikan yang lainnya (horizontal maupun vertikal).
4. Efisiensi dan Efektivitas
Kurikulum harus memungkinkan setiap personil (sesuai dengan fungsi dan perannya)
masing-masing untuk menerapkannya secara mudah dengan menggunakan biaya secara
proporsional dan itulah efisien. Hal ini perlu disadari bahwa walaupun kurikulum yang
dikembangkan sangat baik, akan tetapi sulit untuk diterapkan karena memerlukan peralatan
yang langka dan biaya yang sangat mahal, maka tentu saja kurikulum tersebut tidak akan
memberi dampak positif terhadap peningkatan kulaitas pendidikan.
Penggunaan seluruh sumber daya baik piranti kurikulum, sumber daya manusia
maupun sumber finansial harus menjamin bagi tercapainya tujuan atau membawa hasil secara
optimal dan itulah makna dari prinsip efektivitas.
2.4 Komponen Kurikulum
Komponen-komponen dalam sebuah sistem bersifat harmonis, tidak saling
bertentangan. Kurikulum sebagai suatu program pendidikan yang direncanakan dan akan
direncanakan mempunyai loomponen-komponen pokok tujuan, isi, organisasi dan strategi
(Winarno Surahmad: 9).
1. Tujuan
Kurikulum adalah suatu program yang dimaksudkan untuk mencapai sejumlah tujuan
pendidikan. Tujuan itulah yang dijadikan arah atau acuan segala kegiatan pendidikan yang
7
dijalankan. Berhasil atau tidaknya program pengajaran di sekolah dapat diukur dari seberapa
jauh dan banyaknya tujuan-tujuan tersebut. Dalam setiap kurikulum sekolah pasti
dcantumkan tujuan-tujuan pendidikan yang akan atau harus dicapai oleh sekolah yang
bersangkutan.
Tujuan Pendidikan Nasional
TujuanPendidikanNasional merupakan tujuan pendidikan yang tertinggi dalam
kegiatan di negara kita. Tujuan ini sangat umum dan sangat ideal, yang penggambarannya
disesuaikan dengan falsafah negara yaitu Pancasila.
Secara ekspilisit maka tujuan pendidikan nasional itu dapat dijabarkan sebagai
membentuk manusia yang Pancasilais;
- Sehat jasmani dan rohani ;
- Berpengetahuan dan berketerampilan
- Bertanggung jawab
- Demokrasi;
- Tanggung rasa
- Cerdas ;
- Berbudi pekerti yang luhur ; dan
- Mencintai bangsa dan sesamanya.
Tujuan Institusional
Sistem persekolahan di negara kita adalah berjenjang yang melembaga pada suatu
tingkatan. Untuk itu maka pada tiap lembaga hendaknya juga digariskan adanya suatu tujuan
pendidikan yang kita sebut tujuan institusional. Selanjutnya kita akan mengenal tujuan
institusional SD, SMP, SMA, SKKA, STM, SPG dan sebagainya.
Tentu saja tujuan institusional itu hendaknya menceminkan dan menggambarkan
tujuan pendidikan nasional yang akan dicapai melalui lembaga pendidikan itu. Agar tidak
tercapai penyimpangan maka tiap tujuan institusional harus didahului dengan pengertian
pendidikan, dasar pendidikan dan tujuan pendidikan nasional. Hal ini disamping untuk
menghindari penyimpangan juga untuk menghindari salah penafsiran yang emungkinkan
tidak tercapainya Tujuan pembangunan dan pendidikan nasional.
Tujuan Kurikuler
Suatu lembaga pendidikan dalam melaksanakan kegiatan pendidikan akan
memberikan sejumlah isi pengajaran yang disusun sedemikian rupa sehingga merupakan
sejumlah pengalaman belajar yang menunjang tercapainya tujuan Pendidikan. Dalam hal ini
dapatlah dirumuskan babwa yang dimaksud dengan tujuan yang akan dicapai setelah si anak
8
mengikuti sejumiah program pengajaran yang diberikan dalam lembaga pendidikan itu.
Dalam hal ini maka menurut SPG ditetapkan sejumlah 11 (sebelas) tujuan kurikuler yang
barus dicaapai oleh seseorang anak/siswa setelah menamatkan pendidikan di SPG. Tentu saja
karena ini merupakan hirarki dari tujuan institusional dan tujuan pendidikan nasional maka
tujuan kurikuler ini harus mencerminkan dan mengambarkan tujuan institusional dan tujuan
pendidikan nasional itu. Atau dengan kata lain maka penjabaran dari tujuan institusional dan
tujuan pendidikan harus nampak pada tujuan kurikuler ini.
Tujuan Instruksional
Tujuan instruksional ini merupakan penjabaran yang terakhir dari tujuan-tujuan yang
terdahulu dan lebih atas. Tujuan ini diharapkan dapat tercapai pada saat terjadinya proses
belajar mengajar secara langsung yang terjadi pada setiap hari. Dalam pelaksanaannya tujuan
ini harus dirumuskan pada saat penyusunan atuan pelajaran.
2. isi
Isi program kurikulum adalah segala sesuatu yarag diberikan kepada anak dalam
kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan. Isi kurikulum meliputi jenis-jenis
bidang studi yang diajarkan dan isi program masing-masing bidang studi tersebut. Jenis-jenis
bidang studi ditentukan atas dasar tujuan institusional sekolah yang bersangkutan. Jadi, ia
berdasarkan kriteria apa suatu bidang studi menopang tujuan int atau tidak. Berdasarkan
kriteria itu, maka jenis bidang studi yang diberikan pada suatu sekolah, misalnya SMA, akan
berbeda dengan sekolah yang lain, misalnya SPG.
Isi program suatu bidang studi yang diajarkan sebenamya adalah isi kurikulum itu
sendiri, atau ada juga yang menyebutnya sebagai silabus. Silabus biasanya dijabarkan ke
dalam bentuk pokok-pokok bahasan dan sub-sub pokok bahasan, serta uraian bahan
pelajaran. Uraian bahan pelajaran inilah yang dijadikan dasar pengambilan bahan dalam
setiap kegiatan belajar mengajar di kelas oleh pihak guru, Penentuan pokok-pokok dan sub-
sub pokes bahasan didasarkan pada tujuan instruksional.
3. Organisasi
Organisasi kurikulum adalah struktur program kurikulum yang berupa kerangka
program-program pengajaran yang akan disampaikan kepada siswa. Organisasi kurikulum
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu struktur horizontal dan struktur vertikal. Struktur
horizontal berhubungan dengan masalah pengorganisasian kurikulum dalam bentuk
penyusunan bahan-bahan pengajaran yang akan disampaikan. Bentuk-bentuk penyusunan
mata-mata pelajaran itu dapat secara terpisah (sparate subject), kelompok-kelompok mata
9
pelajaran (correlated), atau penyatuan seluruh pelajaran dikembangkan di sekolah, yaitu
misalnya program pendidikan maupun, akademis, keguruan keterampilan dan lain-lain.
Struktur vertikal berhubungan dengan masalah pelaksanaan kurikulum di sekolah.
MisaInya apakah kurikulum dilaksanakan dengan sistem kelas, tanpa kelas atau gabungan
antara keduanya dengan sistem unit waktu semester atau catur wulan. Termasuk dalam hal ini
adalah Juga masalah pembagian waktu untuk masing-masing bidang studi untuk setiap
tingkatan. Misalnya bidang studi Bahasa Indonesia, diberikan selama berapa jam tiap minggu
pada SMP/SMA kelas I, II dan Ill. Demikian pula halnya dengan bidang-bidang studi yang
lain.
4. Strategi
Dengan komponen strategi dimaksudkan strategi pelaksanaam kurikulum di sekolah.
Masalah strategi pelaksana itu dapat dilihat dalam cara yang ditempuh dalam melaksanakan
pengajaran, penilaian, bimbingan dan konseling, pengaturan kegiatan sekolah sceara
keseluruhan, pemilihan metode pengajaran, alat atau media pengajaran dan sebagainya.
Dalam pelaksanaan pengajaran misalnya, dilakukan dengan pendekatan PPSI (berlaku untuk
setiap bidang studi) atau dengan cara lain seperti sistem pengajaran modul, paket pelajaran
dan sebagainya
5. Evalusasi
Pendidikan adalah sebagian dari keperluan manusia. Sekolahpun mempalari
keperluan dari masyarakat. Untuk itu maka sekolah termasuk juga didalamnya termasuk juga
harus peka terhadap perubahan-pembahan yang terjadi di masyuakat. Oleh karena itu
kurikulum sebagai bahan konsumsi dari anal didik dan sekaligus juga konsumsi bagi
masyarakat juga harus dinilai terus meneru serta menyesuaikan terhadap bahan atau program
pengajuan. Disamping itu penilaian terhadap kurikulum dimaksudkan juga sebagai feedback
terhadap tujuan, materi metode dan sarana dalam rangka membina dan memperkembangkan
kurikulum lebih lanjut. Sedangkan penilaian dapat dilakukan oleh semua pihak baik dari
kalangan masyarakat luas maupun dari kalangan petugas-petugas pendidik.
2.5 Langkah-Langkah Pengembangan Kurikulum
Dalam kenyataannya Langkah-langkah pengembangan kurikulum digunakan untuk
menentukan kberhasilan suatu kegiatan belajar mengajar dantara guru dan siswa. Agar usaha
perbaikan kurikulum di sekolah dapat berhasil baik hendaknya diperhatikan langkah-langkah
berikut :
• Adakan penilaian umum tentang sekolah, dalam hal apa sekolah itu lebih baik atau
lebih rendah mutunya daripada sekolah lain, adanya diskrepansi antarakenyataan dengan apa
10
yang diharapkan berbagai pihak, sumber-sumber yangtersedia atau tidak tersedia, dan lain-
lain.
• Selidiki berbagai kebutuhan, antara lain kebutuhan siswa, kebutuhan guru,
dankebutuhan akan perubahan dan perbaikan.
• Mengidentifikasi masalah serta merumuskannya, yang timbul berdasarkanstudi
tentang berbagai kebutuhan yang tersebut di atas lalu memilih salah satuyang dianggap paling
mendesak.
• Mengajukan saran perbaikan, sebaiknya dalam bentuk tertulis, yang
dapatdidiskusikan bersama, apakah sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku,menilai
maknanya bagi perbaikan sekolah dan menjelaskan makna serta im- plikasinya.
• Menyiapkan desain perencanaannya yang mencakup tujuan, caramengevaluasi,
menentukan bahan pelajaran, metode penyampaiannya, percobaan, penilaian, balikan,
perbaikan, pelaksanaan, dan seterusnya.
• Memilih anggota panitia, sedapat mungkin sesuai dengan kompetensi masing-
masing.
• Mengawasi pekerjaan panitia, biasanya oleh kepala sekolah.
• Melaksanakan hasil panitia oleh guru dalam kelas. Olehsebab pekerjaan initidak
mudah, kepala sekolah hendaknya senantiasa menyatakan penghargaannya atas pekerjaan
semua yang terlibat dalam usaha perbaikan ini.
• Menerapkan cara-cara evaluasi, apakah yang direncanakan itu dapatdirealisasikan.
Apa yang indah di atas kertas, belum tentu dapat diwujudkan.
• Memantapkan perbaikan, bila ternyata usaha itu berhasil baik dan dijadikan
pedoman selanjutnya
Pada taraf permulaan hendaknya diambil suatu proyek yang sederhana, yang besar
harapannya dapat dilaksanakan dengan baik. Ketidakberhasilan akan menimbulkan
kekecewaan dan keengganan untuk mengadakan perbaikan di masa mendatang. Perlu pula
memilih orang-orang yang benar-benar bermotivasi untuk mengadakan perbaikan dan
mempunyai kompetensi yang memadai. Perlu puladitentukan batas waktu perencanaan dan
pelaksanaan proyek ini.
Perbaikan kurikulum memerlukan waktu lama sebelum membudaya, kadang-kadang
2 sampai 5 tahun, bergantung pada luas perbaikan yang akan diadakan. Jadi jangan didesak
melakukannya dengan tergesa-gesa. Ada perbaikan kurikulum yang fundamental yang
memakan waktu puluhan tahun. Sering kurikulum yang dijalankan masih mirip dengan yang
terdapat puluhan bahkan ratusan tahun yang silam. Perubahan kurikulum senantiasa
11
melibatkan perubahan manusia yang melaksanakannya. Agar kurikulum berubah demi
perbaikan, guru sendiri harus berubah atau diizinkan, bahkan didorong untuk berubah.
2.6 Kurikulum KTSP
A. Hakekat KTSP
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-
masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan
memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang
dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)
Tujuannya adalah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan
melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong
sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partifipatif dalam pengembangan
kurikulum.
Dalam pengembangan KTSP, dilakukan oleh guru, kepala sekolah, serta Komite
Sekolah dan Dewan Pendidikan. Badan ini merupakan lembaga yang ditetapkan berdasarkan
musyawarah dari pejabat daerah setempat, komisi pendidikan pada Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD), pejabat pendidikan daerah, kepala sekolah, tenaga kependidikan,
perwakilan orangtua peserta didik, dan tokoh masyarakat. Lembaga inilah yang menetapkan
segala kebijakan sekolah berdasarkan ketentuan-ketentuan tentang pendidikan yang berlaku.
Selanjutnya komite sekolah merumuskan dan menetapkan visi, misi, dan tujuan sekolah
dengan berbagai implikasinya terhadap program-program kegiatan operasional untuk
mencapai tujuan sekolah.
Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk :
1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam
mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan yang tersedia.
2. Meningkatkan kepedulian warga dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum
melalui pengambilan keputusan bersama.
3. Meningkatkan kompetensi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas
pendidikan yang akan dicapai.
Karakteristik KTSP bisa diketahui antara lain dari bagaimana sekolah dan satuan
pendidikan dapat mengoptimalkan kinerja proses pembelajaran, pengelolaan sumber belajar,
profesionalisme tenaga kependidikan, serta sisitem penilaian. Berdasarkan uraian diatas,
dapat disimpulkan beberapa karakteristik KTSP sebagai berikut:
1. Pemberian otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan
2. Pertisipasi masyarakat dan orang tua yang tinggi
12
3. Kepemimpinan yang demokrasi dan profesional
4. Tim kerja yang kompak dan transparan.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ini dilandasi oleh Undang-undang dan
peraturan pemerintah sebagai berikut:
a) UU nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas
b) PP nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
c) Permendiknas nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
d) Permendiknas nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan
e) Permendiknas nomor 24 Tahun 2006 tentang pelaksanaan permendiknas no.
22,dan 23.[4]
Mulyasa (2007 : 19) menyatakan bahwa KTSP adalah sebuah kurikulum operasional
pendidikan yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP
ditandatangani pada 23 Mei 2006 dan diberlakukan di Indonesia mulai tahun ajaran
2006/2007. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan
muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.
KTSP diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan. KTSP berlaku pada jenjang pendidikan dasar ( Sekolah
Dasar dan Sekolah Menengah Pertama) dan menengah (Sekolah Menengah Atas dan Sekolah
Menengah Kejuruan) dan disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu kepada Standar
Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) serta berpedoman pada panduan yang
disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
B. Memaknai Standar Isi
Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan
dalam kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus
pembelajaran yang harus dipenuhi peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Standar Isi merupakan pedoman untuk pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan
yang memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat
satuan pendidikan, dan kalender pendidikan. Standar Kompetensi Lulusan (SKL) digunakan
sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan.
SKL meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran.
Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati.
13
Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, tujuan pendidikan dasar adalah
meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan
untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Tujuan pendidikan menengah
adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan
untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Tujuan pendidikan menengah
kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan
kejuruannya.
Acuan operasional penyusunan KTSP :
a. Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia
b. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan
dan kemampuan peserta didik
c. Perkembangan potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan
d. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional
e. Tuntutan dunia kerja
f. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
g. Agama
h. Dinamika Perkembangan Global
i. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan
j. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat
k. Kesetaraan gender
l. Karakteristik satuan pendidikan
Dalam penerapan KTSP, kurikulum sekolah satu dengan yang lainnya bisa saja
berbeda. Sebab, penerapan KTSP mulai tahun 2006/2007 memberi peluang sekolah
menyusun kurikulum sendiri. Hanya menurut anggota BSNP, Prof. Dr. Mungin Eddy
Wibowo, M.PdKons, kurikulum yang dibuat sekolah tetap mengacu pada BSNP. Menurut
beliau, KTSP sebagai kurikulum operasional sekolah disusun berdasarkan standar isi dan
kompetensi lulusan yang dikembangkan dengan prinsip diversifikasi. Dikatakan, kurikulum
harus disesuaikan dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. Meski
sekolah memiliki kewenangan luas, acuan tetap pada BSNP sesuai standar isi dan kompetensi
lulusan.
14
BAB 3
PEMBAHASAN
NOKURIKULUM
YANG DITELAAH
KOMPONEN
KURIKULUMKRITERIA HASIL TELAAH
1 Kurikulum SMA
Nurul Islam (mengacu
pada silabus dan RPP
mata pelajaran Fisika
kelas X semester 1)
Tujuan Substantif Substansi atau isi dari kurikulum
yang digunakan SMA Nurul Islam
ini telah memenuhi kebutuhan
siswa dan masyarakat.
-Pemenuhan kebutuhan siswa
terdapat pada Kurikulum dan
setiap Materi yang tertuang
pada silabus dan RPP.
-Sedangkan Kebutuhan
masyarakat tertuang pada
kurikulum yang berkaitan
dengan mata pelajaran
keterampilan dan juga pada
jalur-jalur kegiatan yang ada
pada kurikulum.
Prosedur Secara umum hampir semua
materi yang terdapat didalam
Kurikulum yang digunakan SMA
Nurul Islam telah memenuhi
kriteria prosedural, hal itu
dikarenakan hampir keseluruhan
materi berurutan dan sesuia SK
juga KD pada prosedur yang
ditentukan BSNP. Sehingga tidak
ada keambiguan atau kerancuan
dalam penerapannya. (tertera
pada SK dan KD juga indikator
dalam silabus)
Konten / Bahan Signifikan Kurikulum yang digunakan SMA
Nurul Islam ini sudah memenuhi
15
Pelajaran Signifikansi Materi pembelajaran
seperti pada tiap indikator
pencapaian yang kebanyakan
hanya menuntut siswa untuk
menyebutkan, menyimpulkan,
deskripsi, fungsi-fungsi, dan
bagian-bagian sesuai dengan
masing-masing materi pelajaran
sehingga sangat signifikan sesuai
dengan kriteria bahan pelajaran.
(tertera pada silabus yaitu pada
kegiatan pembelajaran dan
indikator)
Kegunaan Secara umum, materi
pembelajaran dalam kurikulum
SMA Nurul Islam ini telah sesuai
kriteria kegunaan karena dapat
memberikan manfaat pada siswa
agar dapat berfikir ilmiah,
disiplin, penuh hormat, tekun dan
bertanggung jawab dalam
kehidupan sehari – hari. (tertera
pada poin: Karakter yang
diharapkan baik pada silabus
dan RPP)
Validitas Materi yang dipilih didalam
silabus SMA Nurul Islam
merupakan materi yang aktual,
tidak ketinggalan zaman, dan
memberikan kontribusi atau
manfaat untuk pemahaman ke
dapan bagi siswa sehingga telah
sesuai dengan kriteria validitas.
(dilihat dari kesesuaian KD dan
SK dengan BSNP serta pola
pengembangan kurikulum)
16
Minat Materi yang dipilih didalam
silabus SMA Nurul Islam telah
relevan dengan peserta didik.
Kesesuaian minat ini terletak pada
materi yang dipilih mampu
meningkatkan motivasi peserta
didik untuk dapat memahami,
menggali potensi diri, dan bekerja
sama dalam berdiskusi hingga
mempelajari lebih lanjut. (tersirat
pada kegiatan pembelajaran
dalam setiap RPP dan silabus)
Organisasi Didalam silabus SMA Nurul
Islam bahwa ragam
-Struktur horizontal :
pengorganisasi kurikulumnya
lebih condong menggunakan mata
pelajaran terpisah ( Separated
Curriculum ). Di mana didalam
silabus ini hanya untuk mata
pelajaran Fisika saja. selain itu
untuk kurikulum SMA IPA
Fisika, Kimia, dan Biologi
dilaksanakan
sendiri-sendiri/terpisah. (Tertera
pada silabus)
-Struktur Vertikal :
Kurikulum dilaksanakan dengan
sistem kelas, dengan sistem unit
waktu semester atau catur wulan.
Termasuk dalam hal ini adalah
Juga masalah pembagian waktu.
Evaluasi -Evaluasi hasil belajar :
dilakukan setiap akhir materi
dengan menggunakan ujian
tertulis, penugasan dan ujian
17
unjuk kerja (jika terdapat
percobaan pada materi) dan
evaluasi dilakukan berupa
ulangan harian setelah 1 SK
tercapai selain itu diadakan ujian
pada akhir semester. (tertuang
pada setiap KD dan SK baik
silabus dan RPP).
-Evaluasi kurikulum :
Tidak tercantum pada Silabus
dan RPP.
Pembahasan :
Komponen Kurikulum:
Kurikulum merupakan seperangkat perencanaan pengajaran yang sistematik yang
berisi pernyataan tujuan, organisasi konten, organisasi pengalaman belajar, program
pelayanan, pola belajar mengajar, dan program evaluasi agar pebelajar dapat meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman dan perubahan tingkah laku. Dari pengertian diatas dapat
dikatakan bahwa komponen kurikulum melipti tujuan, konten/bahan ajar, organisasi, dan
evaluasi.
Analisa pertama dilakukan terhadap tujuan. Analisa tujuan disini terbagi menjadi dua
yaitu tujuan substantif dan prosedural. Pada kriteria subtantif, untuk menentukan tujuan harus
memperhatikan kebutuhan mendasar anak dan masyarakat, mencakup sumber-sumber
empiris tentang anak dan masyarakat serta ilmu pengetahuan. Sedangkan pada kriteria
prosedur, tujuan kurikulum harus representatif, jelas, tidak rancu dan tidak menimbulkan
interpretasi yang berbeda dan kontradiktif, berdasarkan argumen dan kerangka berpikir yang
logis, kelayakan, keterwakilan dan konsisten.
- Analisa Substantif
Jika dilihat dari indikator materi yang diajarkan pada masing-masing sub pokok
bahasan pada setiap indikator terlihat bahwasannya materi masih bersifat dasar dan tidak
terlalu mendalam sehingga siswa mampu untuk mencerna dan sesuai dengan kebutuhan
mendasar siswa tingkat SMA.
- Analisa Prosedural
18
Dari analisa yang kami lakukan terhadap komponen kurikulum sekolah ini pada
komponen kurikulum kelas X semester 1 dan 2 dapat dikatakan bahwa Secara umum hampir
semua materi yang terdapat didalam Kurikulum yang digunakan SMA Nuris Jember
(mengacu pada silabus dan RPP mata pelajaran Fisika kelas X) telah memenuhi kriteria
prosedural, hal itu dikarenakan hampir keseluruhan materi berurutan dan sesuia SK juga KD
pada prosedur yang ditentukan BSNP. Pengembangan SK dan KD-nya pun telah mengikuti
aturan-aturan yang berlaku.
Analisa kedua dilakukan pada Konten atau bahan pelajaran, dimana analisa ini
mencakup 4 kriteria yaitu: Signifikansi, kegunaan, validitas dan minat.
- Signifikansi
Kriteria signifikansi dipakai untuk menetapkan bagian apa dari suatu bidang yang
perlu dimasukkan atau ditekankan. Secara keseluruhan, konten kurikulum telah mencakup
kedalaman materi yang dibutuhkan oleh siswa SMA. Hal itu didapat pada tiap indikator
pencapaian yang kebanyakan hanya menuntut siswa untuk menyebutkan,menyimpulkan,
deskripsi, fungsi-fungsi, dan bagian-bagian sesuai dengan masing-masing materi pelajaran
sehingga sangat signifikan sesuai dengan kriteria bahan pelajaran.
- Kegunaan
Kriteria ini merupakan kriteria yang paling ilmiah karena diperoleh dari hasil
penelitian di lapangan. Pengetahuan, keterampilan dan sikap seperti apa yang diharapkan
masyarakat dari lulusan. Tujuan pendidikan dan tujuan sekolah dapat pula ditetapkan dengan
hasil temuan ini. Mengenai kriteria ini, kegunaan yang dimaksud telah tercermin dalam
karakter yang diharapkan pada setiap materi yang dapat dilihat pada RPP. Dimana pada
setiap pembelajaran siswa diharapkan dapat berfikir ilmiah,disiplin,penuh hormat, tekun dan
bertanggung jawab dalam kehidupan sehari – hari.
- Validitas
Validitas merupakan bagian dari konten yang perlu diperhatikan secara mendasar,
dimana keaktualisasian sangat berperan dalam pemilihan isi dan konten pelajaran sehingga
mampu mencapai tujuan pendidikan baik secara institusional,kurikuler dan instruksional.
Materi yang dipilih didalam silabus kelas X SMA Nuris Jember merupakan materi yang
aktual, tidak ketinggalan zaman, dan memberikan kontribusi atau manfaat untuk pemahaman
ke dapan bagi siswa sehingga telah sesuai dengan kriteria validitas. Dimana KD dan SK telah
sesuai dengan BSNP selain itu pola pengembangan kurikulum ini juga mengikuti aturan
KTSP 2006.
- Minat
19
Merupakan salah satu usaha untuk membuat kurikulum relevan dengan peserta didik.
Hal yang menjadi minat bagi pelajar perlu dijabarkan untuk menghindari penetapan konsep
yang mungkin tidak sesuai dengan minat mereka seungguhnya. pada sub yang kami bahas
kesesuaian minat ini terletak pada materi yang dipilih mampu meningkatkan motivasi peserta
didik untuk dapat memahami, menggali potensi diri,dan bekerja sama dalam berdiskusi
hingga mempelajari lebih lanjut sehingga sesuai dengan siswa.
Analisa ketiga yaitu analisa pada komponen Organisasi. Organisasi adalah struktur
program kurikulum yang berupa kerangka program-program pengajaran yang akan
disampaikan kepada siswa. Organisasi kurikulum dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
struktur horizontal dan struktur vertikal. Struktur horizontal berhubungan dengan masalah
pengorganisasian kurikulum dalam bentuk penyusunan bahan-bahan pengajaran yang akan
disampaikan. Bentuk-bentuk penyusunan mata-mata pelajaran itu dapat secara terpisah
(sparate subject), kelompok-kelompok mata pelajaran (correlated), atau penyatuan seluruh
pelajaran dikembangkan di sekolah, yaitu misalnya program pendidikan moupun, akademis,
keguruan keterampilan dan lain-lain. Pada struktur horizontal pengorganisasi kurikulumnya
lebih condong menggunakan mata pelajaran terpisah (sparate subject).
Struktur vertikal berhubungan dengan masalah pelaksanaan kurikulum di sekolah.
MisaInya apakah kurikulum dilaksanakan dengan sistem kelas, tanpa kelas atau gabungan
antara keduanya dengan sistem unit waktu semester atau catur wulan. Termasuk dalam hal ini
adalah Juga masalah pembagian waktu untuk masing-masing bidang studi untuk setiap
tingkatan. Termasuk dalam hal ini adalah Juga masalah pembagian waktu. Secara vertikal
dapat diamati bahwa kurikulum SMA Nuris Jember ini dilaksanakan dengan sistem kelas,
dengan sistem unit waktu semester atau catur wulan.
Pada analisa komponen yang terakhir, kita bertemu dengan komponen evaluasi,
dimana komponen ini dibedakan menjadi dua, yaitu Evaluasi hasil belajar dan kurikulum.
Evaluasi hasil belajar, dilakukan setiap akhir materi dengan menggunakan ujian tertulis dan
ujian unjuk kerja (jika terdapat percobaan pada materi) dan evaluasi dilakukan berupa
ulangan harian setelah 1 SK tercapai selain itu diadakan ujian pada akhir semester. hal ini
dilakukan untuk memenuhi aspek evaluasi secara keseluruhan, sehingga baik peserta didik
dan guru dapat mengetahui seberapa jauh pemahaman materi yang telah diterima siswa dan
diberikan oleh guru. Serta mengetahui keberlakuan kurikulum yang mencakup silabus serta
RPP dalam proses pembelajaran. Jika evaluasi pada akhir semester dapat memenuhi standar
KKM yang ada maka siswa dinyatakan berhasil atau lulus jika tidak maka sebaliknya.
Kriteria KKM disini ditentukan atas kebijakan institusi yang bersangkutan. Dari salah satu
20
contoh hasil evaluasi belajar yang kami ketahui, banyak siswa yang memiliki nilai diatas
KKM. Sehingga dapat dikatakan pelakasanaan kurikulum hampir 80% berhasil.
Evaluasi kurikulum sendiri sangat erat kaitannya dengan evaluasi hasil belajar. Pada
kurikulum ini memang tidak tercantum seperti apa ketentuan evaluai kurikulum. Namun
berdasarkan penuturan guru dan kepala sekolah yang menyatakan bahwa, kurikulum akan
mengikuti pengembangan dari pusat dan kebutuhan sekolah serta anak didik sendiri. Jika
pada evaluasi hasil belajar yang didapat tidak memuaskan, maka dapat dikatakan bahwa ada
yang tidak sesuai pada kurikulum dan pelaksanaanya sehingga perlua ada yang dibenahi.
karena kurikulum sebagai bahan konsumsi dari anal didik dan sekaligus juga konsumsi bagi
masyarakat juga harus dinilai terus meneru serta menyesuaikan terhadap bahan atau program
pengajuan.
BAB IV
KESIMPULAN
1. Kurikulum merupakan seperangkat perencanaan pengajaran yang sistematik yang
berisi pernyataan tujuan, organisasi konten, organisasi pengalaman belajar,
program pelayanan, pola belajar mengajar, dan program evaluasi agar pebelajar
dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman dan perubahan tingkah laku.
Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa komponen kurikulum melipti
tujuan, konten/bahan ajar, organisasi, dan evaluasi.
2. Analisa pertama dilakukan terhadap tujuan. Analisa tujuan disini terbagi menjadi
dua yaitu tujuan substantif dan prosedural.
3. Analisa kedua dilakukan pada Konten atau bahan pelajaran, dimana analisa ini
mencakup 4 kriteria yaitu: Signifikansi, kegunaan, validitas dan minat.
4. Analisa ketiga yaitu analisa pada komponen Organisasi.
5. Pada analisa komponen yang terakhir, kita bertemu dengan komponen evaluasi,
dimana komponen ini dibedakan menjadi dua, yaitu Evaluasi hasil belajar dan
kurikulum.
21
DAFTAR PUSTAKA
a. Undang – Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
b. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional.
c. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional no. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.
d. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional no. 23 Tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan.
e. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional no. 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian.
f. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional no. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses.
22