12
GEOGRAFI PARIWISATA REVIEW CHAPTER 7 : THEORIES OF TOURIST DEVELOPMENT Kelompok 3 Ika Yuliawati, 0906635223 Abiram Benhard, 1006678564 Ajeng Dewi Andini, 1006678583 Apri Armasari, 1006678620 Arif Anwarudin, 1006678646

Tugas Review Geografi Pariwisata

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tugas review Geografi Pariwisata

Citation preview

GEOGRAFI PARIWISATA

REVIEW CHAPTER 7 :

THEORIES OF TOURIST DEVELOPMENT

Kelompok 3

Ika Yuliawati, 0906635223

Abiram Benhard, 1006678564

Ajeng Dewi Andini, 1006678583

Apri Armasari, 1006678620

Arif Anwarudin, 1006678646

Departemen Geografi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Indonesia

2012

Introduction

Pada chapter ini dijelaskan tentang proses bagaimana sumber daya wisata ini

dikembangkan dan digunakan untuk tujuan wisata. Hal ini akan sangat membantu dalam

menjelaskan arah pola spasial tourist activity di daerah tujuan wisata. Proses perkembangan

wisata juga menghubungkan keduanya terkait space (pola sebaran perkembangan pariwisata

dan aktivitas pariwisata) dan time (perubahan jumlah dan tipe pariwisata dalam satu

perjalanan spesifik dalam periode tahunan). Proses ini dapat dijelaskan terutama dalam hal

motivasi dan perilaku manusia, yaitu :

1. Motivasi dan perilaku turis (apa keingin wisatawan dari pengalaman perjalanan, dan

bagaimana turis berperilaku dalam memilih dan mengambil liburan).

2. Motivasi dan perilaku dari industri perjalanan dalam upaya mengembangkan dan

mempromosikan layanan dan untuk tujuan tertentu.

3. Motivasi dan perilaku dari sebagian besar masyarakat karena menanggapi dampak

pengembangan wisata.

Tourist Motivation

Menurut (Uysal and Hagan, 1993) dan beberapa penulis lain (Crompton, 1979) dan (Leiper,

1984) mengansumsikan bahwa beberapa motivasi sesorang melakukan kegiatan pariwisata adalah :

Kebutuhan Fisik, seperti membuang kepenatan, aktivitas latihan, dan sebagainya.

Kebutuhan Sosial, seperti kebutuhan untuk memperkuat jaringan sosial

Kebutuhan Status, seperti kebutuhan untuk menyesuaikan diri, menunjukkan status sosial

Kebutuhan Intelektual, seperti menghilangkan mental lelah, kebutuhan untuk mendorong

intelektual

Kebutuhan Mental, seperti kebutuhan untuk relaksasi dari tekanan mental dan situasi

konflik dan resiko

Beberapa aktivitas wisata berdasarkan kebutuhan , yaitu :

Kebutuhan

Contoh Kegiatan wisata yang mungkin

untuk memenuhi kebutuhan masing-

masing

Fisik Relaksasi Berbaring di pantai

Aktivitas Treking ke gunung

Sosial Hubungan sosial Liburan keluarga

Meninggalkan diri dari kewajiban sosial Liburan tersendiri di tempat terpencil

Status Kecocokan Pergi ke resort pantai paling terkenal

Status Pergi ke rosort pantai eksklusif

Intelektual Istirahat Hiburan pasif (nonton tarian)

Rangsangan intelektual Warisan - pendidikan atau wisata budaya

Mental Relaksasi dari tekanan Di tempat inklusif tur

Melepaskan diri dari kebosanan Taman hiburan, bungee jumping, perjudian

Variasi kebutuhan tersebut diciptakan oleh potensi gaya hidup wisatawan –seperti

kepribadian, family status, pekerjaaan, ekonomi, dan sosial lingkungan. Kegiatan pariwisata

mungkin akan lebih efektif daripada berdiam diri di rumah. Iso-Ashola (1982)

mengelompokkan wisata dengan motif keinginan untuk melepaskan diri dari keadaan/suasana dan

keinginan untuk mencapai hal-hal tertentu, sebagai berikut :

1. Keinginan untuk melepaskan diri

a. Dari lingkungan personal (masalah pribadi, kekalahan)

b. Dari lingkungan antarpribadi – sosial (kewajiban sosial, anggota keluarga, rekan

kerja, teman)

2. Keinginan unuk mencapai hal tertentu

a. Penghargaaan psikologi dan intrinsic personal (relaksasi, pendidikan, ego

tambahan)

b. Penghargaan antarpersonal (pertemanan, interaksi sosial lebih)

Keinginan untuk melarikan diri mungkin bisa disamakan dengan faktor pendorong

yang membuat orang ingin melakukan perjalanan ke lingkungan yang berbeda jauh dari

rumah, sedangkan keinginan untuk mencapai (faktor penarik) dapat menyebabkan orang

memilih tujuan tertentu yang memiliki karakteristik tertentu yang mereka perlukan.

Ada dua model yang banyak dikutip dari jenis wisata. Menurut Dr S C Plog yang

bekerja di amerika serikat dan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada dua ekstrem

motivasi wisata dan perilaku: psychocentric dan allocentric. McIntosh dan Goeldner (1990)

menjelaskan bagian ini sebagai berikut : Istilah "psychocentric" berasal dari jiwa atau egois,

berarti pemusatan pikiran seseorang atau masalah pada area masalah kecil dari kehidupan

seseorang. Sedangkan Allocentric, berasal dari kata allo, yang berarti "bervariasi dalam

bentuk”. Dengan demikian, orang allocentric adalah yang memiliki pola minat yang

difokuskan pada kegiatan bervariasi. Orang tersebut keluar dan percaya diri, ditandai oleh

gelar/pengalaman petualangan yang luas/banyak dan memiliki kemauan kuat untuk

menjangkau dan bereksperimen dengan kehidupan. Perjalanan menjadi cara bagi allocentric

untuk mengekspresikan rasa ingin tahu dan memuaskan rasa ingin tahu.

Allocentric akan mencari tahu tujuan baru dan asing dalam dunia pendidikan, etnik,

atau wisata petualangan. Penelitian Plog menunjukkan allocentric lebih banyak ditemukan

pada spektrum berpendapatan rendah. Namun, mayoritas orang dapat diklasifikasikan

diantara 2 keadaan ekstrem tersebut – yaitu pada kategori ‘midcentric’. Midcentric

menunjukkan keseimbangan dari motivasi normal seperti relaksasi tempat bersejarah sebagai

keinginan untuk perubahan dan lain sebagainya.

Dalam istilah geografi, allocentric merupakan ‘pionir’ yang ‘menemukan’ tujuan baru

dan untuk mereka yang siap mencoba hal baru. Psychocentric merupakan tipe pengunjung

yang berulang pada penginapan domestik yang berkembang. Midcentrics akan memiliki

kesan liburan berbeda dari kedua keadaan ekstrem lainnya. Cohen (1972) memiliki tipe

model wisatawan lain yang mirip Plog, yaitu :

a) The drifter orang yang menghindari kontak dengan industri wisata dan

mengidentifikasi host community dengan cara tinggal dengan mereka dan mengadopsi

kebiasaan mereka, bahkan ikut bekerja sementara di komunitas tersebut.

b) The explorer orang yang mengatur perjalanannya sendiri dan ingin menemukan

tracknya sendiri, namun mereka akan menggunakan akomodasi wisatawan yang

nyaman dan mempertahankan gaya hidup mereka, walaupun mereka termotivasi oleh

pengalaman budaya disana.

c) The individual mass tourist (kelompok wisatawan individu) orang yang

menggunakan banyak layanan yang telah disediakan oleh operator tur namun mereka

tetap mengatur anggaran biaya mereka sendiri, walaupun mereka akan mengunjungi

objek populer

d) The organised mass tourist (kelompok wisatawan terorganisasi) orang yang paling

tidak berjiwa petualang, dan menggantungkan pengalaman liburannya kepada

operator tur. Mereka bepergian sendiri-sendiri dan tinggal terpisah dari anggota host

community.

Smith (1977) mengelompokkan grup ini dan menghubungkan jenis wisatawan dengan

jumlah total dan sikap mereka terhadap kebudayaan yang mereka kunjungi. Sekali lagi, jenis

wisatawan ini dikelompokkan secara spasial. Dapat dikatakan, seberapa sering seseorang

pergi berlibur dan seberapa jauh jarak yang ditempuh akan dipengaruhi oleh tingkat

kemakmuran seseorang.

Motivasi Host Community

Host community didefinisikan sebagai orang-orang yang tinggal dan bekerja di daerah tujuan

wisata. Biasanya host community dibagi menjadi :

1) Para pelaku kegiatan ekonomi lokal – contohnya, pemilik tanah atau pemilik properti,

dan bisnis lokal non-wisata yang menggunakan sumber daya lokal seperti laut sebagai

kegiatan non-wisata seperti pemancingan.

2) Pelaku kegiatan politik lokal – contohnya politikus lokal, pembuat keputusan.

3) Penduduk lokal dengan lembaga tertentu – orang yang tinggal dan bekerja di daerah

tersebut. Level dan tipe pengaruh dalam pengambilan keputusan lokal bergantung

pada politik organisasi host community tersebut (contoh : demokratis, diktator,

kesukuan)

4) Pemerintah di negara tempat wisata tersebut berada – orang-orang yang memiliki

kewenangan politik dan ekonomi disana tentu akan membuat keputusan dan kebijakan

tentang apa yang dapat dilakukan dan tidak dapat dilakukan oleh penduduk lokal dan

para pengunjung.

Seseorang atau beberapa orang yang termasuk ke dalam salah satu grup diatas dapat

mempengaruhi keberadaan penduduk lokal. Contohnya, pemilik tanah lokal menjual

tanahnya dan pidah ke tempat lain, hal ini mengakibatkan kekosongan kepemilikan atau

kepemilikan jatuh kepada pihak asing.

Setiap grup diatas memiliki perbedaan perlakuan dan motivasi terhadap pengunjung,

tergantung pada didapatnya keuntungan secara finansial atau tidak. Bagaimana suatu wilayah

wisata berkembang atau bertahan, bagaimana pola, tipe, skala dan lokasinya jauh lebih

menggambarkan motivasi orang-orang host comumity dibanding motivasi mayoritas

penduduk lokal.

Model Perkembangan Wisatawan

Telah jelas bahwa pola spasial perkembangan wisatawan tidak hanya bergantung pada

dimana sumber daya potensial untuk tempat wisata, namun bergantung juga pada

ketidaksengajaan tujuan wisata para wisatawan (dilihat dari motivasi wisatawan), tempat

yang akan dikembangkan dan dipromosikan oleh industri wisata (dilihat dari motivasi

industri), dan lokasi dimana host community tidak menghalangi (dilihati dari motivasi host

community). Perkembangan wisata akan bergantung pada interaksi antara para wisatawan,

industri wisata, dan host community.

Proses Spasial Perkembangan Pariwisata

Stage 1

Perkembangan pariwisata berawal dari adanya kota atau area yang memiliki

penduduk yang berpotensi menjadi kota asal wisatawan dan adanya daerah lain yang

berpotensi menjadi daerah wisata. Proses terjadinya aktivitas pariwisata dimulai karena

adanya kebutuhan psikologi dari wisatawan tersbut seperti keingintahuan yang berlebih,

kebutuhan akan edukasi, ketertarikan akan budaya di daerah wisata dan mereka membuat

perencanaan perjalanan masing-masing dengan menggunakan bentuk transportasi lokal.

Kemudian mereka kembali, bercerita dan menulis mengenai segala pengalaman yang didapat

dan memamerkan segala barang yang didapat dari tempat wisata tersebut (contoh: souvenir,

crafts, dan sebagainya).

Stage 2

Proses perubahan ekonomi itu sendiri dapat mempercepat pertumbuhan faktor

pendorong datangnya wisatawan ke daerah tujuan wisata. Banyak orang yang berharap dapat

berwisata dan berandai memiliki keadaan finansial yang lebih baik untuk dapat berwisata

namun sebagian besar dari mereka bukanlah pecinta tantangan yang akan mempersiapkan

segala resiko buruk yang akan terjadi.

Stage 3

Industri pariwisata mulai memiliki tujuan komersial seperti membangun hotel dan

perkemahan. Bisnis pariwisata yang tidak siap untuk mengambil resiko, mereka melakukan

pengecekan tas fasilitas yang mereka persiapkan untuk para konsumen. Kecepatan dan

kekuatan dari perkembangan sangat cepat menngakat bersaing untuk menyediakan lebih atau

sama pertumbuhan ekonomi diwilayah tersebut. Perkembangan pariwisata untuk mencapai

tujuan tersebut meningkat pesat, sekarang ini mayoritas populasi resor lebih sepenuhnya

dikembangkan menjadi lebih menarik dan bisnis travel pun menjadi salah satu pilihan

berbisnis .

Kecepatan dari pertumbuhan menyebabkan untuk melakukan imigrasi kedalam suatu

wilayah, sebagai tenaga kerja lokal tidak cukup besar untuk mendapatkan semua layanan

yang diperlukan. Tanah dan pemilik properti dan bisnis lokal akan menerima pengembangan

pariwisata, sementara orang-orang lokal asli yang mengalami perubahan dengan cara hidup

mereka hanya mendapatkan sedikit keuntungan, dan mungkin mereka membenci hal itu .

Mungkin ada pihak lokal yang kuat tau memiliki kekuasaan untuk terus perkembangan lebih

lanjut. Politisi regional dan nasional di negara tersebut mungkin mempunyai kebijakan

mengusulkan untuk mengendalikan atau mempromosikan pengembangan pariwisata di

wilayahnya, tergantung pada persepsi mereka tentang keseimbangan antara manfaat dan

kerugian dari pariwisata untuk negara mereka secara keseluruhan, bukan keseimbangan

keuntungan untuk tujuan daerah itu sendiri .

Stage 4

Tujuan daerah sepenuhnya dikembangkan dan telah merubah drastis tujuan semula.

Sekarang setiap daerah memiliki daya tarik yang berbeda dan memiliki potensi untuk

memenuhi kebutuhan daerahnya dan memenuhi kebutuhan turis . pertambahan jumlah turis

yang mengunjungi suatu daerah sangat membuat perubahan perkembangan disuatu daerah ,

milsalkan pada awalanya suatu derah mempunyai tujuan hanya 1 tapi pertambahan jumlah

turis ini menambah tujuan yang ada menjadi 2 tujuan . Masyarakat tuan rumah yang bereaksi

dengan menempatkan lebih banyak usaha untuk mempromosikan potensi pariwisata di

daerahnya untuk mendukung tujuan 1, seperti sekarang perekonomian lokal sangat

tergantung pada pariwisata. Bisnis pariwisata di tujuan 1 bereaksi dengan mencoba untuk

memberikan pelayanan yang lebih murah, sementara usaha lain berkembang dan menuju ke

tujuan 2. Sementara tujuan 2 sekarang memasuki tahap 2 dari proses dan mulai meninggalkan

tujuan 2 dan menemukan tujuan 3 . Dengan kata lain dengan masuknya bisnis pariwisata

kesuatu daerah, maka akan sangat merubah perkembangan daerah tersebut.

Mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi berlanjutkan di daerah menghasilkan proses ini

sehingga langkah demi langkah penyebaran spasial pariwisata ke lokasi yang lebih jauh atau

berbeda terus berkembang. hasil kedua adalah bertambahnya jenis pariwisata yang ada.