Tugas Uas Auditing II

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/19/2019 Tugas Uas Auditing II

    1/36

    TUGAS AUDITING II ISNA DAYUWATI Page 1

    AUDITING II

    “Tugas Pointer tentang Audit Kas dan Investasi, Penyelesaian Perikatan Audit, Laporan

    Keuangan yang diaudit, dan Kewajiban Hukum Serta Kasus” 

    Ujian Akhir Semester

     Disusun Oleh : 

    Isna Dayuwati 130810301147

    AUDITING II KELAS - A

    JURUSAN AKUNTANSI

    FAKULTAS EKONOMI

    UNIVERSITAS JEMBER

    2015

  • 8/19/2019 Tugas Uas Auditing II

    2/36

    TUGAS AUDITING II ISNA DAYUWATI Page 2

    SOAL TUGAS :

    1.  Berilah pointer yang harus dibahas dalam Kas dan Investasi, Penyelesaian Perikatan

    Audit, Laporan Keuangan yang diadit, dan Kewajiban Hukum!

    2.  Berilah contoh kasus beserta jawabannya terhadap topik sikap profesional,

    independensi, dan pengendalian kualitas!

    JAWABAN :

    1. 

    Pointer yang harus dibahas dalam Kas dan Investasi, Penyelesaian Perikatan Audit,

    Laporan Keuangan yang diadit, dan Kewajiban Hukum.

    Auditing Proses Pembiayaan/Investasi: Kas dan Investasi.  

    Tinjauan Atas Investasi

    Aktivitas investasi sebuah entitas merupakan aktivitas yag berkaitan dengan kepemilikan

    sekuritas yang diterbitkan oleh entitas lainnya. Sekuritas ini mencakup sertifikat

    deposito/CD, saham preferen dan saham biasa, serta obligasi korporasi dan pemerintah.

    Tujuan Audit

    Meliputi beberapa hal, yaitu :

    a. Keberadaan atau keterjadian

     b. Kelengkapan

    c. Hak dan kewajiban

    d. Penilaian atau alokasi

    e. Penyajian dan pengungkapan

    1. 

    Audit Investasi

    Investasi dapat berupa efek ekuitas, seperti saham biasa dan preferen, efek utang,

    seperti wesel dan obligasi, dan efek hibrid seperti obligasi dan saham yang dapat

    dikonversi. Perlakuan akuntansi atas instrumen tersebut tergantung pada beberapa

    faktor seperti persentase kepemilikan atas entitas, tingkat pengaruh dalam pengambilan

    keputusan, klasifikasi investasi sebagai aktiva lancar atau tidak lancar, dan berbagai

    macam faktor lainnya.

    Pertimbangan auditor atas investasi tidak berbeda dengan akun laporan keuanganlain. Yaitu, auditor harus yakin bahwa jumlah berbagai jenis investasi yang terdapat

    http://zetzu.blogspot.co.id/2010/12/audit-proses-pendanaan-kas-dan.htmlhttp://zetzu.blogspot.co.id/2010/12/audit-proses-pendanaan-kas-dan.html

  • 8/19/2019 Tugas Uas Auditing II

    3/36

    TUGAS AUDITING II ISNA DAYUWATI Page 3

     pada neraca, tidak disalahsajikan secara material. Hal ini termasuk pengakuan yang

    tepat atas pendapatan bunga, dividen, dan perubahan nilai yang harus dimasukkan

    dalam laporan keuangan.

    2.  Jenis Akun Bank

    Manajemen kas adalah suatu fungsi penting di seluruh organisasi. Untuk

    memaksimalkan posisi kas, entitas melaksanakan prosedur yang mempercepat

     penagihan penerimaan kas dan menunda pembayaran pengeluaran kas. Dengan

     prosedur tersebut, dihasilkan pendapatan bunga atas kelebihan kas atau berkurangnya

     biaya pinjaman tunai.

    Berikut ini adalah jenis akun bank yang biasa digunakan:

    a.   Akun kas umum

    Akun kas umum ( general cash account ) merupakan akun kas utama bagi

    kebanyakan entitas. Sumber utama penerimaan kas untuk akun ini adalah proses

     pendapatan, sedangkan sumber utama pengeluaran kas adalah proses pembelian

    dan sumber daya manusia. Penerimaan dan pengeluaran pada akun bank lain yang

    dimiliki entitas juga melalui akun ini. Bagi sebagian besar entitas kecil, akun ini

    merupakan satu-satunya akun kas yang ada.

    b.   Akun kas impres

    Akun bank impres (imprest bank account ) berisikan sejumlah uang tertentu

    yang digunakan untuk tujuan terbatas. Akun impres sering kali digunakan untuk

     pembayaran gaji dan cek dividen. Untuk keperluan penggajian digunakan akun

     bank terpisah bersaldo minimum. Pengeluaran dapat dilakukan dengan

    menggunakan cek atau setoran langsung. Sebelum dilakukan pengeluaran atas

     penggajian, cek diuangkan atau kas ditransfer dari akun kas umum ke akun

     penggajian sejumlah gaji yang akan dibayarkan. Gaji kemudian ditarik dari akun

    impres. Maka, akun penggajian berfungsi sebagai akun kliring untuk pembayaran

    gaji dan mempermudah pengeluaran kas, sekaligus juga merupakan bentuk

     pengendalian memadai atas kas. Penggunaan akun impres juga mengurangi waktu

    yang dibutuhkan untuk merekonsiliasi akun kas umum.

    c.   Akun cabang

    Perusahaan yang mengoperasikan cabang pada banyak lokasi dapat

    menggunakan akun terpisah pada bank lokal. Hal ini menjadikan setiap cabang

    dapat membayar pengeluaran lokal dan dapat membina hubungan dengan perbankan pada komunitas setempat. Akun kas cabang (branch cash account )

    http://zetzu.blogspot.co.id/2010/12/audit-proses-pendanaan-kas-dan.htmlhttp://zetzu.blogspot.co.id/2010/12/audit-proses-pendanaan-kas-dan.html

  • 8/19/2019 Tugas Uas Auditing II

    4/36

    TUGAS AUDITING II ISNA DAYUWATI Page 4

    dapat dioperasikan dengan beberapa cara. Pada beberapa entitas, akun cabang

    merupakan akun impres untuk pembayaran pengeluaran cabang yang saldo

    minimumnya telah ditetapkan. Cabang menyerahkan laporan kas secara periodik

    kepada kantor pusat, dan akun cabang menerima cek atau transfer dari akun kas

    umum. Dalam kasus lain, fungsi akun cabang seperti akun kas umum dengan

    mencatat penerimaan dan pengeluaran kas. Sebagai pengendalian, cabang harus

    diminta untuk menyerahkan laporan kas secara periodik kepada kantor pusat, dan

    manajemen juga harus melakukan pemantauan atas saldo kas di akun cabang.

    3.  Pertimbangan Perencanaan Audit 

    a.   Materialitas

    Sekuritas yang ditahan sebagai investasi jangka pendek dapat bersifat material bagi

    solvensi jangka pendek suatu entitas, tetapi laba dari sekuritas semacam itu jarang

     bersifat signifikan bagi hasil operasi entitas di luar sektor jasa keuangan. Sekuritas

    yang ditahan sebagai investasi jangka penjang dapat bersifat material baik bagi

    neraca maupun laporan laba rugi, tergantung entitas.

     b.   Risiko Inheren (Bawaan)

    Risiko inheren pada asersi siklus investasi dipengaruhi oleh banyak faktor dan

    volume transaksi investasi umumnya cukup rendah. Akan tetapi sekuritas

    merupakan aktiva yang mudah untuk dicuri, dan akuntansi untuk investasi tersebut

    dapat menjadi rumit. Di samping itu, risiko inheren tertentu juga lebih menantang

    untuk dikendalikan, dan memberi manajemen peluang untuk memanipulasi

     pelaporan investasi. Secara spesifik, klasifikasi yang tepat atas suatu investasi bisa

    mengundang kontroversi, yang selanjutnya akan mempengaruhi metode penilaian,

    upaya mendapatkan laba, dan persyaratan pengungkapan yang berlaku untuk

    investasi itu. Dengan menyajikan secara salah klasifikasi yang tepat dari suatu

    investasi, manajemen dapat menunda atau mempercepat pengakuan keuntungan

    atau kerugian yang belum direalisasi dalam laba.

    c.   Risiko Prosedur Analitis

    Prosedur analitis dapat membandingkan saldo tahun berjalan dengan tahun

    sebelumnya, atau dapat membandingkan hasil-hasil aktual atas jumlah investasi

    dan laba investasi dengan yang dianggarkan atau dokumentasi lain dari rencana

    manajemen. Perbedaan yang tidak diharapkan, dapat menunjukkan salah saji

  • 8/19/2019 Tugas Uas Auditing II

    5/36

    TUGAS AUDITING II ISNA DAYUWATI Page 5

     berkenaan dengan asersi keberadaan atau keterjadian, kelengkapan, penilaian atau

    alokasi, dan penyajian serta pengungkapan.

    d. 

     Risiko Pengendalian

    Pemahaman atas beberapa faktor lingkungan pengendalian adalah relevan bagi

    audit atas siklus transaksi.

    4.  Prosedur Analitis Substantif Kas

    Karena sifatnya yang bersisa, kas tidak memiliki hubungan yang dapat diprediksi

    dengan akun laporan keuangan lain. Maka, prosedur analitis substantif untuk audit kas

    terbatas hanya pada perbandingan saldo kas dengan saldo tahun sebelumnya dan

    dengan saldo anggaran. Penggunaan terbatas dari prosedur analitis substantif ini pada

    umumnya dapat digantikan dengan pengujian pengendalian dan/atau pengujian

    substantif ekstensif atas transaksi penerimaan dan pengeluaran kas, atau pengujian

    ekstensif atas rekonsiliasi bank entitas.

    5.  Pengujian Substantif Kas

    Dengan menguji transaksi penerimaan dan pengeluaran, auditor mendapatkan

     bukti penting atas asersi yang relevan dengan akun kas. Pada kebanyakan audit,

     pengujian substantif atas transaksi untuk penerimaan dan pengeluaran kas dilaksanakan

     bersamaan dengan pengujian pengendalian atas proses pendapatan dan pembelian.

    5.1. 

    Pengaruh Pengendalian

    Pengendalian yang beroperasi dengan efektif memberikan bukti asersi

    otorisasi kepada auditor.Pengendalian utama yang memengaruhi langsung audit

    kas adalah pembuatan rekonsiliasi bank bulanan oleh karyawan klien yang

    terpisah dari fungsi penanganan dan pencatatan penerimaan dan pengeluaran kas.

    Rekonsiliasi bank tersebut memastikan bahwa saldo per buku klien

    mencerminkan jumlah yang sama dengan saldo bank setelah unsur-unsur yang

    direkonsiliasi dimasukan. Pengendalian dapat lebih ditingkatkan jika fungsi

    independen seperti auditor internal me-review rekonsiliasi bank.

    5.2.  Asersi Yang Terkait Dengan Saldo

    Prosedur audit utama untuk setiap akun kas adalah pengujian rekonsiliasi

     bank. Pendekatan audit atas rekonsiliasi bank pada dasarnya sama tanpa

    memerhatikan jenis akun bank yang diperiksa. Akan tetapi,jenis dan sifat setiap

     pekerjaan audit untuk akun kas umum lebih terinci karena biasanya jumlahnya

    material dan terdapat banyak aktivitas dalam akun.5.3.  Audit Akun Kas Umum

    http://zetzu.blogspot.co.id/2010/12/audit-proses-pendanaan-kas-dan.htmlhttp://zetzu.blogspot.co.id/2010/12/audit-proses-pendanaan-kas-dan.htmlhttp://zetzu.blogspot.co.id/2010/12/audit-proses-pendanaan-kas-dan.htmlhttp://zetzu.blogspot.co.id/2010/12/audit-proses-pendanaan-kas-dan.htmlhttp://zetzu.blogspot.co.id/2010/12/audit-proses-pendanaan-kas-dan.htmlhttp://zetzu.blogspot.co.id/2010/12/audit-proses-pendanaan-kas-dan.htmlhttp://zetzu.blogspot.co.id/2010/12/audit-proses-pendanaan-kas-dan.htmlhttp://zetzu.blogspot.co.id/2010/12/audit-proses-pendanaan-kas-dan.htmlhttp://zetzu.blogspot.co.id/2010/12/audit-proses-pendanaan-kas-dan.htmlhttp://zetzu.blogspot.co.id/2010/12/audit-proses-pendanaan-kas-dan.html

  • 8/19/2019 Tugas Uas Auditing II

    6/36

    TUGAS AUDITING II ISNA DAYUWATI Page 6

    Untuk mengaudit akun kas, auditor harus mendapatkan dokumen-dokumen

     berikut ini:

    e. 

     Kertas Kerja Rekonsiliasi Bank (Bank Reconciliation Working Paper)

    Auditor biasanya mendapatkan salinan rekonsiliasi bank yang dibuat

    oleh karyawan klien. Pada kertas kerja dilakukan rekonsiliasi saldo menurut

     bank dengan saldo menurut buku. Unsur yang direkonsiliasi terutama

    adalah setoran dalam perjalanan, cek yang beredar, dan penyesuaian lain

    seperti biaya jasa bank dan cek yang dikembalikan karena pelanggan tidak

    memiliki kas yang mencukupi dalam akunnya untuk membayar cek (cek

    kosong).

     f.   Bentuk Konfirmasi Bank Standar (Standard Bank Confirmation Form)

    Auditor biasanya melakukan konfirmasi atas informasi saldo akun

    dengan setiap bank atau lembaga keuangan di mana klien memiliki akun.

    Bentuk ini juga digunakan untuk mendapatkan informasi adanya pinjaman

    yang didapatkan klien dari bank. Bentuk konfirmasi ini tidak meminta

    karyawan bank untuk melaksanakan penyelidikan menyeluruh dan terinci

    atas catatan bank yang melebihi informasi akun yang diminta dalam

    konfirmasi. Akan tetapi, karyawan bank juga diminta untuk menyebutkan

    simpanan atau pinjaman lain yang ditemukan pada saat melengkapi

    konfirmasi. Oleh sebab itu, permintaan konfirmasi tidak dapat diandalkan

    untuk mengidentifikasi seluruh informasi mengenai simpanan atau

     pinjaman klien di bank. Jika auditor mempertimbangkan bahwa informasi

    tambahan diperlukan atas persetujuan yang dilakukan klien dengan lembaga

    keuangan, surat konfirmasi terpisah yang ditandatangani klien harus

    dikirimkan kepada petugas lembaga keuangan yang bertanggungjawab atas

    akun klien.

     g.   Pisah Batas Rekening Koran (Cutoff Bank Statement)

    Langkah utama dalam mengaudit rekonsiliasi bank adalah melakukan

    verifikasi atas ketepatan unsur-unsur yang direkonsiliasi seperti setoran

    dalam perjalanan dan cek yang beredar. Auditor memerlukan pisah batas

    rekening koran untuk menguji unsur-unsur yang terdapat dalam rekonsiliasi

     bank. Pisah batas rekening koran umumnya mencakup periode 7 sampai 10

    hari setelah tanggal rekonsiliasi akun bank. Unsur yang harus direkonsiliasiharus sudah dikliring dari akun bank klien pada periode tersebut. Pisah

  • 8/19/2019 Tugas Uas Auditing II

    7/36

  • 8/19/2019 Tugas Uas Auditing II

    8/36

    TUGAS AUDITING II ISNA DAYUWATI Page 8

    auditor untuk menguji kiting adalah membuat skedul transfer antarbank.

    Skedul transfer antarbank digunakan walaupun prosedur pengendalian

    memadai dan tidak dicurigai adanya kecurangan. Jika klien menggunakan

     banyak akun, transfer kas dapat ditangani dengan tidak hati-hati.

    Penggunaan skedul transfer antarbank memberikan bukti kepada auditor

    atas kelayakan pisah batas transaksi kas.

    5.5.  Audit Akun Impres Penggajian Atau Cabang

    Auditor mendapatkan rekonsiliasi bank bersama-sama dengan konfirmasi

     bank standar dan pisah batas rekening koran. Akan tetapi, pengujian audit tidak

    terlalu luas untuk dua alasan. Pertama, saldo impres pada akun tersebut tidak

    material. Akun penggajian dan cabang dapat hanya berisikan saldo sebesar $

    1.000. Kedua, jenis pengeluaran adalah homogen. Cek dikeluarkan untuk jenis

    transaksi yang sama dan untuk jumlah yang relatif kecil.

    5.6.  Audit Dana Kas Kecil

    Kebanyakan entitas mempunyai dana kas kecil untuk membayar beban atau

    transaksi tertentu. Walaupun saldo dana tidak material, terdapat kemungkinan

     penyalahgunaan karena karyawan klien dapat melakukan banyak transaksi

    kecurangan atas dana tersebut pada suatu bagian tahun. Auditor jarang melakukan

     prosedur substantif analitis atas kas kecil, kecuali bila diduga terdapat

    kecurangan. Akan tetapi, auditor mendokumentasikan pengendalian atas dana kas

    kecil terutama untuk klien kecil.

    a.   Pengendalian (Control)

    Dana kas kecil harus dikelola atas dasar impres oleh pemegang kas

    (kustodian) yang independen. Voucher kas kecil yang telah dinomori harus

    digunakan bila menarik kas dari dana kas kecil, dan limit pengeluaran kas

    kecil perlu dibentukan. Secara periodik, dimintakan penggantian atas dana

    kas kecil dari akun kas umum sejumlah nilai voucher. Klerek utang usaha

    harus me-review voucher atas ketepatan sebelum dilakukan penambahan

    dana kas kecil. Terakhir, seseorang yang independen dari fungsi kas harus

    melakukan pemeriksaan mendadak atas dana kas kecil.

    b.   Pengujian Audit (Audit test)

    Pada tahap pertama, auditor mendapatkan pemahaman atas

     pengendalian kas kecil klien. Audit atas kas kecil difokuskan pada baiktransaksi yang diproses melalui kas kecil selama suatu periode maupun

    http://zetzu.blogspot.co.id/2010/12/audit-proses-pendanaan-kas-dan.htmlhttp://zetzu.blogspot.co.id/2010/12/audit-proses-pendanaan-kas-dan.htmlhttp://zetzu.blogspot.co.id/2010/12/audit-proses-pendanaan-kas-dan.htmlhttp://zetzu.blogspot.co.id/2010/12/audit-proses-pendanaan-kas-dan.html

  • 8/19/2019 Tugas Uas Auditing II

    9/36

    TUGAS AUDITING II ISNA DAYUWATI Page 9

    saldo dana kas kecil. Auditor memilih sampel penggantian kas kecil dan

    memeriksa ketepatan unsur-unsur yang dibayar oleh kas kecil. Hal ini dapat

    dilakukan sebagai bagian dari pengujian pengendalian atau pengujian

    terinci atas transaksi dari fungsi pengeluaran kas. Auditor menguji saldo

    dana kas kecil dengan menghitungnya. Penghitungan ini dapat dilakukan

     pada tanggal interim atau pada akhir tahun.

    d.   Isu Pengungkapan atas Kas

    Auditor harus mempertimbangkan sejumlah pengungkapan penting

    laporan keuangan pada saat mengaudit kas. Review risalah rapat dewan

    komisaris, perjanjian pagu kredit, perjanjian pinjaman, dan dokumen lain

    adalah sumber utama informasi pengungkapan laporan keuangan. Di

    samping itu, auditor juga melakukan konfirmasi unsur-unsur seperti saldo

    minimum yang diharuskan sehubungan dengan pagu kredit dari bank.

    6.  Prosedur Pengendalian Dan Pengujian Pengendalian Transaksi Hutang Jangka

    Panjang, Modal Saham, Dividen, Akun Laba Rugi.

    Prosedur pengendalian umumnya digunakan untuk mengurangi kemungkinan

    salah saji. Bahkan jika auditor mengikuti strategi substantif, auditor tetap harus

    memahami pengendalian atas investasi untuk mengantisipasi bentuk salah saji yang

    dapat terjadi dan untuk merencanakan prosedur substantif. Asersi yang harus

    diperhatikan adalah keterjadian, otorisasi, kelengkapan, akurasi, dan klasifikasi.

    Pemisahan tugas yang memadai, yang penting untuk memastikan ketepatan investasi.

    a.   Asersi dan Prosedur Pengendalian Terkait

    Berikut ini adalah pengendalian umum yang harus terdapat dalam setiap

    asersi penting investasi.

    1)  Keterjadian dan Otorisasi (Occurence and Authorization)

    Pengendalian harus memastikan bahwa pembelian dan penjualan

    investasi diajukan oleh seseorang yang memiliki wewenang. Pertama, klien

    harus memiliki dokumen yang memadai untuk verifikasi bahwa pembelian

    atau penjualan efek telah dilakukan dan disetujui dengan layak. Kedua,

    komitmen atas sumber dana aktivitas investasi harus disetujui oleh dewan

    komisaris atau oleh eksekutif yang telah diberi wewenang. Entitas yang

    melakukan aktivitas investasi secara berulang-ulang harus memiliki

     prosedur umum dan khusus. Jika klien memiliki pengendalian yang layak

    http://zetzu.blogspot.co.id/2010/12/audit-proses-pendanaan-kas-dan.htmlhttp://zetzu.blogspot.co.id/2010/12/audit-proses-pendanaan-kas-dan.htmlhttp://zetzu.blogspot.co.id/2010/12/audit-proses-pendanaan-kas-dan.htmlhttp://zetzu.blogspot.co.id/2010/12/audit-proses-pendanaan-kas-dan.htmlhttp://zetzu.blogspot.co.id/2010/12/audit-proses-pendanaan-kas-dan.htmlhttp://zetzu.blogspot.co.id/2010/12/audit-proses-pendanaan-kas-dan.html

  • 8/19/2019 Tugas Uas Auditing II

    10/36

    TUGAS AUDITING II ISNA DAYUWATI Page 10

    atas pengajuan investasi dan otorisasi transaksi efek, pada umumnya mudah

     bagi auditor untuk melakukan verifikasi transaksi efek pada akhir periode.

    2)  Kelengkapan (Completeness) 

    Klien harus memiliki pengendalian yang memadai yang memastikan

     bahwa seluruh transaksi efek telah dicatat. Salah satu pengendalian untuk

     penanganan secara rinci seluruh transaksi efek adalah buku besar efek yang

    mencatat seluruh efek yang mencatat seluruh efek yang dimiliki entitas.

    Buku besar pembantu harus direkonsiliasi ke akun pengendali buku besar

    secara periodik. Karyawan yang bertanggung jawab atas aktivitas investasi

    harus me-review efek-efek yang dimiliki secara periodik, untuk memastikan

     bahwa seluruh dividen dan bunga telah diterima dan dicatat pada catatan

    entitas.

    3)  Akurasi dan Klasifikasi ( Accuracy and Classification)

    Masalah akurasi dan klasifikasi terutama berhubungan dengan

    investasi efek adalah sangat penting. Standar FAS 115 mensyaratkan bahwa

    investasi tersebut diklasifikasikan ke dalam tiga kategori sebagai berikut:

    a) 

    Efek utang yang dimaksudkan untuk dimiliki hingga jatuh tempo

    diklasifikasikan sebagai efek yang dimiliki hingga jatuh tempo (held-

    to-maturity)dan disajikan sebesar biaya perolehan setelah amortisasi

     premi atau diskonto.

     b)  Efek utang dan ekuitas yang dibeli dan dimiliki dengan tujuan untuk

    dijual kembali dalam waktu dekat diklasifikasikan sebagai efek yang

    diperdagangkan (trading securities) dan disajikan sebesar nilai wajar,

     biaya perolehan setelah dikurangi laba atau rugi yang belum

    direalisasi.

    c)  Efek utang dan ekuitas yang tidak diklasifikasikan sebagai efek yang

    dimiliki hingga jatuh tempo atau diperdagangkan, diklasifikasikan

    sebagai efek yang tersedia untuk dijual (available-for-sale-securities)

    dan disajikan sebesar nilai wajar, di mana laba atau rugi yang belum

    direalisasi tidak boleh dimasukan penghasilan dan dilaporkan sebagai

    komponen terpisah dari ekuitas pemegang saham.

    Pengendalian harus memastikan bahwa efek-efek telahdiklasifikasikan dengan benar dan harga yang tepat telah digunakan

  • 8/19/2019 Tugas Uas Auditing II

    11/36

    TUGAS AUDITING II ISNA DAYUWATI Page 11

    agar nilai investasi pada laporan keuangan akurat. Klien harus

    memiliki prosedur penyimpanan (kustodian) memadai untuk

    melindungi aktiva dari pencurian.Prosedur pengamatan dilakukan

    secara periodik oleh seseorang yang independen dari fungsi

     penyimpanan maupun akuntansi efek.

    b. 

     Prosedur Substantif untuk Menguji Investasi

    Prosedur analitis substantif berikut dapat dipakai untuk menguji

    kewajaran investasi secara menyeluruh:

    1) 

    Perbandingan saldo investasi tahun berjalan dengan saldo tahun

    sebelumnya setelah mempertimbangkan penagaruh aktivitas operasi

    dan pendanaan tahun berjalan terhadap kas dan investasi.

    2) 

    Perbandingan pendapatan bunga dan dividen tahun berjalan dengan

    yang dilaporkan pada tahun sebelumnya dan dengan tingkat

     pengembalian investasi yang diharapkan.

    Standar Audit (SA Seksi 332) memberikan pedoman prosedur audit substantif

    yang dapat dilakukan auditor untuk mengumpulkan bahan bukti sehubungan dengan

     pengungkapan asersi investasi.

    1)  Keberadaan 

    Standar audit menyatakan bahwa auditor harus melakukan satu atau lebih

     prosedur audit berikut:

    a)  Inspeksi fisik

     b)  Konfirmasi dengan penerbit (issuer)

    c) 

    Konfirmasi dengan kustodian

    d)  Konfirmasi dengan pialang mengenai transaksi yang belum diselesaikan.

    e)  Konfirmasi dengan pihak imbangan (counterparty)

    f) 

    Membaca perjanjian pelaksanaan kemitraan atau perjanjian sejenis.

    Jika klien melakukan penyimpanan efek, auditor biasanya memeriksa efek.

    Jika efek disimpan oleh penerbit atau kustodian seperti pialang atau penasihat

    investasi, maka auditor melakukan konfirmasi untuk mendapatkan bukti yang

    cukup dan kompeten atas asersi keberadaan.

    2)  Penilaian dan Alokasi 

    Pertama-tama, efek yang dibeli dicatat pada biaya perolehan. Efek utang

    yang dimiliki hingga jatuh tempo dinilai berdasarkan biaya perolehan setelahamortisasi. Auditor harus melakukan verifikasi harga perolehan atas utang, dan

  • 8/19/2019 Tugas Uas Auditing II

    12/36

    TUGAS AUDITING II ISNA DAYUWATI Page 12

    tingkat bunga efektif yang akan digunakan untuk mengakui pendapatan bunga,

    sehingga auditor dapat melakukan perhitungan ulang. Auditor juga harus menilai

    apakah terdapat penurunan permanen atas nilai efek investasi. Jika nilai investasi

    ditetapkan telah mengalami penurunan permanen, efek harus dicatat dan nilai

     buku yang baru harus ditentukan. Terakhir, auditor harus memeriksa penjualan

    efek untuk memastikan bahwa nilai yang tepat telah digunakan untuk mencatat

     penjualan dan keuntungan atau kerugian yang direalisasi.

    3)  Asersi Pengungkapan 

    Terdapat dua masalah penting dalam pemeriksaan kelayakan klasifikasi

    investasi. Pertama, surat berharga yang mudah diperjualbelikan harus

    diklasifikasikan dalam dimiliki hingga jatuh tempo, diperdagangkan, dan tersedia

    untuk dijual karena baik neraca maupun laporan laba rugi terpengaruh oleh

    kesalahan klasifikasi. Kedua, klasifikasi laporan keuangan mensyaratkan bahwa

    seluruh efek yang diperdagangkan dilaporkan sebagai aktiva lancar. Sedangkan

    efek yang dimiliki hingga jatuh tempo atau tersedia untuk dijual sebagai aktiva

    lancar atau tidak lancar tergantung pada apakah manajemen akan mengubah efek

    tersebut menjadi kas dalam waktu 12 bulan.

    Standar audit juga memberikan pedoman kepada auditor dalam melakukan

    evaluasi baik tujuan manajemen atas investasi maupun kemampuan entitas untuk

    memiliki efek utang hingga jatuh tempo. FASB 115 mensyaratkan pengungkapan

    tertentu atas efek. Sebagai contoh, seluruh nilai wajar dan keuntungan atau

    kerugian yang belum direalisasi atas efek harus disajikan bagi efek yang

    diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual.

    Sebagian besar dari informasi yang diperlukan dalam pengungkapan

    dikembangkan dari asersi yang diuji. Di samping itu, jumlah efek yang

    dijaminkan harus diungkapkan. Informasi tersebut dapat dihimpun melalui tanya

     jawab dengan manajemen serta me-review risalah rapat dewan komisaris,

     perjanjian pinjaman, dan dokumen lainnya.

  • 8/19/2019 Tugas Uas Auditing II

    13/36

    TUGAS AUDITING II ISNA DAYUWATI Page 13

    Menyelesaikan Perikatan Audit  

    Sebelum menentukan laporan audit yang sesuai, auditor mempertimbangkan sejumlah isu

    tambahan yang mungkin memengaruhi sistem pengendalian internal atas pelaporan keuangandan laporan keuangan klien.

    A.  Review Kewajiban Kontingensi 

    Suatu kebijakan kontingensi didefinisikan sebagai kondisi atau perangkat keadaan

    yang melibatkan ketidak pastia mengenai kemungkinan rugi yang akhir akan menjadi

     jelas kerika sejumlah peristiwa dimasa depan terjadi atau tidak terjadi. “kontingensi”

    menyatakan bahwa ketiak suatu kewajiban kontingensi ada, kemungkinan bahwa

     peristiwa masa depan akan berujung pada kerugian akan dinilai menggunakan tiga

    kategori ialah:

    a) 

    Sangat mungkin, Peristiwa masa depan ini mungkin akan terjadi

     b)  Mungkin, kemungkinan terjadinya peristewa masa depan ini lebih dari kecil,

    tetapi kurang dari sangat mungkin

    c) 

    Kemungkinan peristiwa di masa yang akan datang terjadi tipis.

    Jika peristiwa itu sangat mungkin dan sejumlah kerugian dapat secara logis

    diestimasi, kerugian akrual dengan satu beban ke laba. Ketika hasil periristiea dinilai

    mungkin atau jumlahnya tidak bisa diestimasi atau pengungkapan kontingensi dubuat

    dalam catatan laporan keuangan. Secara umum, rugi kontengensi yang dinilai kecil

    kemungkinannya menjadi akrual dalam laporan keunganataupun diungkapkan dalam

    catatan laporan keungan. Adapun contoh kewajiabn kontingensi adalah: jalannya

     perkara yang tertunda atau ancaman jalannya perkara, klaim akrual ataupun yang

    mungkin dan penilainnya, perselisihan pajak laba, garansi produk atau produk cacat,

     persetujuan membeli kembali piutang yang telah dijual.

    1.  Prosedur audit untuk mengidentifikasi kewajiban kontingensi

    Contoh prosedur yang mungkin membantu auditor mengidentifikasi kewajiaban

    kontingensi yang termasuk :

    a.  Membaca notulen rapat dewan direksi, komite dewan, dan pemegang saham

     b. 

    Melakukan review retur kontrak, perjanjian pinjaman, sewa guna usaha dan

    korspondensi dari lembaga pemerintah.

  • 8/19/2019 Tugas Uas Auditing II

    14/36

    TUGAS AUDITING II ISNA DAYUWATI Page 14

    c. 

    Melakuakan review retur pajak, laporan pajak, dan skedul pendukung kewajiban

     pajak penghasilan klien.

    d. 

    Mengorfirmasi atau atau jika tidak mendokumentasi garansi san surat kredit yang

    diperoleh dari institusi keuangan atau lembaga pinjaman lainnya.

    e.  Menginpeksi dokumen lain untuk garansi yang mungkin atau penetapan lainnya.

    Auditor biasanya membaca notulen rapat dewan direksi untuk

    idetifikasinperistiwa penting dan persetujuan transaksi signifikan. Normaknya, dewan

    direksi akan didiskusikan ketidakpastian material apapun yang mungkin ada bagi

    entitas, prosedur audit untuk akkun ini meliputi penentuan apakah IRS telah mengaudit

    retur pajak entitas tahun sebelumnya. Serupa dengan ini, auditor memeriksa biaya pajak

     penghasilan dan kewajiban pajak penghasilan entitas. Sebgai tambahan, untuk

    mendekati pelengkapan perikatan audit melakukan prosedur audit spesifik untuk

    mengentifikasikan kewajiban kontengensi. Prosedur tersebut antara lain :

    a.  Menyelidiki dan berdiskusi dengan manajemen mengenai kewajiban dan prosedur

    klien untuk pengidentifikasian, evaluasi, dan pertimbangan untuk kewajiban

    kontingensi.

     b.  Memeriksa dokumen dalam catatan entitas seperti korespondensi dan faktur dari

     pengecara untuk tuntutan hukum yang ditunda ataupun acaman tuntutan.

    c. 

    Memperoleh dokumen berkekuatan hukum yang menggambarkan dan

    mengevalusi tuntutan, klaim, atau penilaian.

    d.  Memproleh reprentasi tertulis dari manajemen bahwa seluruh litigasi, klaim yang

    sudah diajukan ataupun belum, dan penilaina telah diungkapan sesuai dengan

    FASB ASC topic 450.

    2.  Dokumen-dokumen berkekuata hukum

    Suatu dokumen inquiry audit atau dissebut sebagai dokumen yang berkekuata

    hukum. Dikirim kepada pengacara klien merupakan sarana utama menguatkan

    informasi yang disediakan oleh manajemen pada auditor mengenai tuntutan, klaim, dan

     penilaian. Auditor umumnya menganalilis biaya hukum untuk seluruh periode tersebut

    dan kemudian meminta manajemen untuk mengirim satu dokumen berkekuatan hukum

     pada pengacara in-housse sering disebut konsultan hukum. Dan pengacara eksternal

    yang telah dikonsultansikan manajemen.

  • 8/19/2019 Tugas Uas Auditing II

    15/36

    TUGAS AUDITING II ISNA DAYUWATI Page 15

    Contoh jenis tuntutan antara lain :

    1.  Pelanggran kontrak

    2. 

    Pelanggaran paten

    3.  Kewajiban produk

    4.  Pelanggran hukum dan aturan pemerintah, termasuk:

      Hukum sekuritas.

      Undang-undang antidiskriminasi atas ras, jenis kelamin, umur, dan

    karateristik.

      Undang-undang antimonopoly

      Peraturan pajak penghasilan

      Undang-undang perlingdungan lingkungan

      Foreign corrupt practies Act.

      Racketeer influenced and organization Act (RICO)

    B.  Komitmen 

    Perusahaan sering membuat komitmen jangka panjang untuk membeli bahan

     baku atau untuk menjual produk pada harga tetap, salah satu contoh suatu maskapai

    mungkin berkomitmen untuk membeli bahan bakar jetnya dari suatu pemasok pada

    hharga yang telah ditentukan sebelumnya selama satu periode waktu. Tujuan utamamasuk kedalam kontrak pembelian atau penjualan semacam itu adalah untuk

    memperoleh penetapan harga yang menguntungkan atau untuk ,memastikan ketersedian

     bahan bakun.

    Komitmen jangka panjang biasanya diidentifikasi memperoleh penyelidikan

    karyawan klaien selama audit proses pendapatan dan pembelian serta melalui review

    hasil rapat dewan direksi. Daldam banyak kasus, komitmen semacam iti diungkapkan

    dalam catatan laporan keuangan. Namun dalam kejadian tertentu, entitas mungkin

    harus mengakui kerugian atas komitmen iangka panjang meskipun tidak ada pertukaran

     barang.

    C.  Review Peristiwa Kemudian Untuk Audit Laporan Keuangan 

    Kadang peristiwa atau transaksi terjadi setelah tanggal laporan posisi keuangan

    namun sebelum penerbitan laporan keungan secra material memengarugi laporan

    keuangan. Pristiwa tau transaksi ini dirujuk sebagai peristiwa lebih lanjut dan

    memerlukan penyesuaian atau pengungkapan dalam laporan keungan. Manajemenmewajibkan untuk mengungkapkan tanggal saat entitas telah mempertimbangkan

  • 8/19/2019 Tugas Uas Auditing II

    16/36

    TUGAS AUDITING II ISNA DAYUWATI Page 16

     peristiwa lebih lanjut. Auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi penanganan

     peristiwa lebih lanjut memiliki entitas dalam laporan keuangan.

    Dua tipe peristiwa lebih lanjut yang memerlukan pertimbangan manajemen dan

    evaluasi oleh auditor:

    1.  Peristiwa yang menyediakan bukti tambahan mengenai kondisi yang ada pada

    tanggal laporan posisi keungan dan memengaruhi estimasi yang merupakan

     bagian proses penyiapan laporan keuangan. Peristiwa ini mensyarakatkan

     penyesuain laporan keuangan

    2. 

    Peristiwa yang menyediakan bukti mengenai kondisi yang tidak ada pada tanggal

    laporan posisi keuangan, tetapi muncul sudah tanggal tersebut. Peristiwa ini

     biasanya memerlukan pengungkapan dalam catatan laporan keungan. Dalam

     jumlah kejadian yang dampak peristiwa atau transaksinya sangat siqnifikan,

    laporan keuangan pro forma mungkin diperlukan dalam rangkan mencegah

    laporan keuangan menjadi menyesatkan.

    Jika kita perhatiakan kedua tipe tersebut membuktikan bahwa bukti tambahan

    menjadi tersedia sebelum laporan keuangan deterbitkan yang menjelaskan estimasi

    sebelumnya dubuta dalam laporan keunagan . peristiwa lebih lanjut memengaruhi

    realisasi asset atau pembayaran kewajiban estimasi yang normalnya memerlukan

     penyesuaina laporan keuangan.

    1. 

    Penanggalan ganda

    Ketika suatu peristiwa lebih lanjut direkam atau diungkapkan dalam laporan

    keungan setelah waktu yang auditor telah memperoleh bukti audit yang layak

    yang cukup namun sebelumnya penerbitan laporan keungan, auditor harus

    mempertinbangkan tanggal yang akan dinyatakan dalam laporan audit.

    2.  Prosedur audit untuk peristiwa lebih lanjut

    Sejumlah prosedur audit untuk memproses bisnis dan akun laporan keuangan

    terkait dilakukan selama akhir tahun atau prosedur interim, sementara lainnya

    dilakukan selama periode peristiwa-berukutnya. Sejumlah prosedur audit ini,

    sepereti pengujian cutoff penjualan daa pembelian yang tepat, diaplikasikan pada

    transaksi setelan tanggal laporan posisi keuangan. Prosedur audit semacam itu

    mungkin mendeteksi peristiwa lebih lanjut.

  • 8/19/2019 Tugas Uas Auditing II

    17/36

    TUGAS AUDITING II ISNA DAYUWATI Page 17

    D.  Review Peristiwa Lebih Lanjut Untuk Audit Pengendalian Internal atas

    Pelaporan Keuangan 

    Pada laporan peristiwa lebih lanjut yang memiliki implikasi untuk saldo akun

    laporan keuangan, auditor perusahaan publik bertanggung jawab untuk melaporkan

     perubahan dalam pengendalian internal yang mungkin memengaruhi pelaporan

    keungan antara akhir periode pelapoaran tanggal dan tanggal auditor. Perlakuan auditor

    atas peristiwa lebih lanjut terkait pengendalian internal mirip dengan perlakuan tipe 1

    dan tipe 2.

    Adapun perusahaan publik diwajibkan untuk menanyakan tentang manajemen

    apakah ada perubahan pengendalian internal yang mungkin mempengaruhi pelaporan

    keungan antara akhir periode pelaporan dan tanggal pelaporan auditor dan seharusnya

    memperoleh representasi tertulis mengenai perubahan semacam itu. Untuk periode

     berikuntnya yang meliputi:

    1.  Laporan audit internal yang relevan (atau fungsi serupa , seperti review pinjaman

    dalm satu institusi keungan) yang diterbitkan sealma periode beerikutnya.

    2. 

    Laporan auditor independen (jika bukan auditor utama) atas deficit signifikan

    atau kelemahan material

    3. 

    Laporan lembaga regulator mengenai pengendalian internal perusahaan atas pelaporan keungannyan, jika ada.

    4.  Informasi mengenai keefektifan pengendalian internal perusahaan atas laporan

    keungan yang diperbolehkan melalui perikatan lain.

    E.  Evaluasi Bukti Final 

    Kewajiaban kontingensi yang tidak terekam dan review peristiwa lebih lanjut,

    auditor melakukan sejumlah langka audit sebelum memutuskan laporan keuangan audit

    yang layak untuk entitas yang meliputi antara lain adalah:

      Kinerja prosedur analitis final.

      Memperoleh suatu surat representasi.

      Me-review lembara kerja.

      Evaluasi final hasil audit.

      Evaluasi penyajian dan pengungkapan laporan keuangan.

      Memperoleh review independen atas perikatan.

     

    Evaluasi kemampuan entitas untuk meneruskan sebagai suatu keberlanjutan.

  • 8/19/2019 Tugas Uas Auditing II

    18/36

    TUGAS AUDITING II ISNA DAYUWATI Page 18

    1.  Prosedur analitis final

    Auditor melakukan prosedur analitis final untuk mempertimbangkan kebenaran

    keseluruhan dari sejumlah laporan keuangan. Dalam hal ini prosedur analitis final yang

    menyediakan semacam “smell test” final yang keseluruhan dilakukan oleh auditor

    dalam melakukan analitis ini memeriksa ulang resiko bisnis kleim. Auditor

    mempertimbangkan isu penting risiko bisnis inustri yang siqnifikan, dan risiko

    semacam itu dapat memengaruhi laporan keuangan. Auditor juga dapat menilai struktur

    dan profabilitas industry serta bagaimana posisi kliem dalam indutri pada konteks

     profibilitas dan solvabilitas. Dapat dikatan bahwa auditor mempertimbangkan apakah

     jumlah laporan keuangan masuk akal mengingat pengetahuan auditor ats risiko bisnis

    kliem.

    2.  Surat representasi

    Selama pelaksanaan audit laporan keuangan atau terintegrasi, manajemen

    membuat sejumlah representasi dalam respons atas pemeriksaan auditor. Standar

    auditing mensyaratkan agar auditor memperoleh surat representasi dari manajemen.

    Tujuan surat ini adlah untuk mengutkan representasi lisan siqnifikan yang dibuat untukauditor dan guna membuktikan kelayakan lanjutan representasi tersebut. Surat

    representasi juga mengurangi kemungkinan kesalapahaman antara manajemen dan

    auditor.

    3.  Review kertas kerja

    Seluruh pekerjaan audit seharusnya di review oleh anggota tim audit yang

    merupakan senior dari orang yang menyiapkan kertas kerya. Oleh karena itu senior-

    senior yang bertugas seluruhnya melakukan atau melaksanakan review terinci dari

    kertas kerja yang disiapkan oleh staf auditor dan menindaklanjuti masalah atau isu yang

     belum dipecahkan.

    4. Evaluasi final hasil audit

    Audit dalam laporan keuangan dalam konteks keefektifan pengendalian internl

    atas pelaporan keuangan.

    a.  Kecukupan bukti audit,

     b. 

    Dampak salah saji yang terdeteksi dalam laporan keungan.

  • 8/19/2019 Tugas Uas Auditing II

    19/36

    TUGAS AUDITING II ISNA DAYUWATI Page 19

    Dalam mengevaluasi bukti audit, auditor menentukan apakah ada bukti yang

    memadai untuk mendukung tiap asersi yang relevan. Evaluasi ni mempertimbangkan

     bukti yang diperoleh untuk mendukung penilaian resiko salah saji yang material.

    Sebagaimana bukti yang dikumpulkan untuk mencapai level rencana risiko deteksi atau

     prosedur subtantif, jika evaluasi ini mengindikasikan bahwa buti tidak cukup untuk

    memenuhi level rencana risiko audit.

    5.  Mengevaluasi penyajian dan pengungkapan laporan keuangan

    Kliem normalnya merancang laporan keuangan , termasuk catatan kaki. Auditor

    me-review laporan keuangan untuk memastikan kessesuain dengan PABU, penyajian

    akun yang baik, dan dimaksukkan semua pengungkpan yang diperlukan. Kebanyakan

    kantor akuntan publik menggunkan sejumlah tipe checklist pengungkapan laporan

    keuangan untuk membantu auditor dalam memastikan bahwa semua catatan laporan

    keunagan telah dimasukan denganbaik.

    6.  Review kualitas perikatan independen

    Sebaian besar perusahaan memiliki kebijakan yang mensyaratkan review kualitas

     perikatan untuk perusahaan dangang public dan perusahaan privat yang laporan

    keungannya dierkirakan akan didistribusikan secara luas, orang mereview kualitas

     perkiraan adalah rekan yang tidak diasosiasi dengan rinci perikatan dan diharapkan

    melakukan suatu evalusi objektif atas penilaian siqnifikan yang dibut oleh timperkiraan

    dan simpulan yang dicapai dalam memformalisasikan laporan auditror.

    7.  Pengarsipan dan retensi

    Semua dokumen yang “membentuk basis audit review ”disyaratkakn untuk

    direntasi. Standar dokumentasi PCAOB menyaratkan bahwa dokumen apapun yang

    dibut, dikirim atau diterima termasuk dokumen yang tidak konsisten dengan simpulan

    final dimasukkan dalam arsip audit untuk semua hal yang siqnifikan.

    8.  Pertimbangan keberlangsungan (Going Concern) perusahaan

    Auditor memiliki tanggung jawab utnutk mengevaluasi apakah ada keraguan

    subtansial mengenai kemampuan entitas untuk berlanjut sebagai suatu keberlangsungan

     perusahaan untuk sejumlah periode waktu yang sesuai. “keberlangungan  perusahaan”

    dalam konteks ini berarti bahwa ”hidup perusahaan” mungkin akan tetap “berlanjut”

    dalam kata lain merupakan hal yang baik bila perusahaan dianggap sebagai“keberlanjutan perusahaan”. Permaslahannya disini adalah apakah auditor memiliki

  • 8/19/2019 Tugas Uas Auditing II

    20/36

    TUGAS AUDITING II ISNA DAYUWATI Page 20

    “keraguan subtansial” mengenai perusahaan untuk meneruskannya satu waktu yang

    logis.

    F.  Langkah-langkah dalam evaluasi keberlanjutan 

    Auditor mengikuti tiga langkah keseluruhan tahapan dalam membuat evaluasi

    keberlanjitan:

    a.  Pertimbangan apakah hasil prosedur audit yang dilakukan selama perencanaan,

     pelaksanaan, dan pelengkapan audit menunjukan ada atau tidaknya keruangan

    subtansial mengenai kemampuan entitas untuk berlanjut sebagai keberlanjutan

    untuk suatu periodewaktu yang logis atau satu tahun.

     b. 

    Jiaka add keraguan subtansial, perolehan informasi mengenai rencanan manajemen

    untuk mengurangi masalah keberlanjutan dan nialai kemungkinan rencana

    semacam itu dapat didimplementasikan dengan sukses.

    c.  Simpula, dengan mempertimbangkan rencana manajemen, apakah ada kerugian

    subtansial mengenai kemampuan entitas untuk berlanjut sebagai suatu

    keberlanjutan. 

    G.  Komunikasi dengan Pihak-Pihak yang Bertanggung Jawab atas Tata Kelola 

    Standar auditing mengharuskan auditor mengomunikasikan masalah tertentu yang

    terkait pelaksanaan audit pada individu yang bertanggung jawab dalam pengawasanarah strategis dan peroses pelaporan keunagan entitas, kadang disebut sebagai “pihak -

     pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.” Untuk perusahaan perdagangan

     publik” pihak -pihak yang bertanggung jawa b atas tata kelola” umumnya akan secara

    khusus merujuk kepada dewan direksi dan komite audit. Tujuan dari komunikasi ini

    adalah untuk mendorong dialog sehat dan dua arah mengenai masalah pelaporan

    keuangan serta untuk memastikan mereka yang bertanggung jawab atas tata kelola

    menerima informasi yang memadai dalam permasalahan terkait audit yang siqnifikan.

    1.  Komunikasi mengenai audit pengendalian internal atas pelaporan keungan

    Auditor juga memiliki sejumlah tanggung jawab komunikasi untuk audit

     pengendalian internal atas palapporan keungan. Auditor harus mengomunikasikan

    secra tertulis kepada menajemen dan komite seluruh defisiensi dan kelemahan

    material yang diidentifikasi selama audit.

    2.  Surat manajemen

    Pada komunikasi, auditor normalnya menyiapkan satu surat manajemen. Dan

     pastikan tidak keliru atas surat manajemen dengan surat representasi manajemen .

  • 8/19/2019 Tugas Uas Auditing II

    21/36

    TUGAS AUDITING II ISNA DAYUWATI Page 21

    auditor perusahaan menggunakan surat manajemen untuk membuat rekomendasi

     pada klien berdasarkan observasi selama audit, surat ini dapat mencakup saran

     perbaikan dalam beragam area, seperti struktur organisasi atau isu efesiensi.

    H.  Penemuan Lebih Lanjut atas Fakta Setelah Tanggal Laporan Auditor 

    Prosedur audit yang dilakukan sebagai bagian audit untuk mengidentifikasi

     peristiwa yang relevan yang terjadi setelah tanggal laporan keuangan namun sebelum

    laporan keuangan dan laporan audit yang menyertainya diterbitkan. Meskipun seorang

    auditor tidak memiliki kewajiban untuk melaksanakan prosedur audit apapun setelah

    laporan keungan dan laporan audit diterbitkan, fakta yang mungkin memegaruhi

    laporan biasa menjadi perhatian auditor setelah penerbitan bila dia mengetahuinya lebih

    awal. Auditor mungkin mengetahui bahwa manajemen dengan curang menginflasi

    kuantitas dan harga persediaan tidak dimasukkan dalam laporan keuangan karena

    kekeliruan komputer.

    Ketika fakta yang dijumpai dapat mempengaruhi laporan auditor yang diterbitkan

    sebelumnya, auditor seharusnya berkonsultasi dengan pengacaranya karena

    kemungkinan implikasi hukum yang terlibat dan tertindak yang diambil dari auditor

    mungkin melibatkan komunikasi rahasia klein auditor, auditor seharusnya menentukan

    apakah faktanya dapat diandlkan dan apakah mereka ada pada tanggal pelaporan audit,

    auditor juga seharusnya mendiskusikan masalah dengan level manajemen yang sesuai

    dan mereka yang bertanggung jawab atas tata kelola. Ahkirnya auditor

    seharusnya menentuka apakah laporan keuangan memerlukan revisi dan mencari tahu

     bagaimana menejemen bermaksud untuk mengatasi masalah tersebut dalam laporan

    keuangan.

    Jika auditor memutuskan bahwa laporan keungan yang diterbitkan sebelumnya

    mengandung kekeliruan dan laporan audit terpengaruh, dia seharunya meminta klien

    menerbitkan revisi dengan segera untuk laporan keuangan. Jika klien menolak untuk

     bekerja sama dan membuat pengungkapan yang diperlukan, auditor seharusnya

    menotifikasi dewan direksi dan mengambil langkah tersebut:

      Menotifikasi klien agar laporan auditor seharunya tidak lagi diasosiasikan dengan

    laporan keunagan.

      Menotifikasi badan regulator yang memiliki yuridikasi atas kliem agar laporan auditor

    tidak lagi dapat diandalkan.

     

    Menotifikasi tiap orang yang diketahui auditor bergantungan pada laporan keuangan.

  • 8/19/2019 Tugas Uas Auditing II

    22/36

    TUGAS AUDITING II ISNA DAYUWATI Page 22

    Laporan atas Laporan Keuangan yang Diaudit  

    Pelaporan atas Laporan Keuangan Auditan

    1.  Standar Pelaporan

    2.  Laporan Auditor

    3. 

    Pengaruh Keadaan Penyebab Penyimpangan dari Laporan Standar

    4.  Pertimbangan Pelaporan Lain

    5.  Tanggungjawab Pelaporan Auditor

    Untuk memenuhi tanggungjawab pelaporan, auditor harus:

    1.  Memiliki pemahaman yang mendalam tentang ke empat standar pelaporan

    2. 

    Mengetahui dengan pasti kata-kata dalam laporan auditor standar dan kondisi

    yang harus dipenuhi agar laporan tersebut dapat diterbitkan

    3.  Memahami tipe penyimpangan dari laporan standar dan keadaan yang sesuai

    dengannya

    4.  Mengetahui pertimbangan khusus lain yang terkait dengan pelaporan

    Standar Pelaporan

    1. 

    Standar Pelaporan Pertama

    a.  Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan sudah disajikan

    sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia

     b.  Secara implisit laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai dengan

    PABU

     –   Prinsip Akuntansi berterima umum: mengatur pengakuan, pengukuran dan

     pengungkapan

     –   Prinsip akuntansi yang dipilih sesuai dengan keadaan

     –   Laporan keuangan informatif untuk digunakan, dipahami, dan

    diinterpretasikan

     –   Laporan keuangan berdasar peristiwa dan transaksi yang menggambarkan

     posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas dalam batas-bats yang layak dan

     praktis

    SUMBER PABU

    a. 

    PSAK dan IPSAK, Opini DSAK, Buletin Riset Akuntansi

     b.  Buletin tehnis DSAK, Pedoman Audit dan Akuntansi untuk industri, dan

    Pernyataan Posisi IAI-KAPc.

     

    Konsensus satuan tugas DSAK dan Buletin Praktis IAI

  • 8/19/2019 Tugas Uas Auditing II

    23/36

    TUGAS AUDITING II ISNA DAYUWATI Page 23

    d. 

    Interpretasi akuntansi IAI, Tanya jawab yang dipublikasikan staf DSAK,

     praktek industri yang sudah banyak diterima

    e. 

    Literatur akuntansi lainnya

    Standar Pelaporan Kedua

    Perubahan yang tidak mempengaruhi konsistensi

    o  Perubahan akuntansi yang menyangkut estimasi akuntansi

    o  Koreksi kesalahan yang bukan menyangkut suatu prinsip

    o  Klasifikasi dan reklasifikasi

    o  Transaksi atau peristiwa yang berbeda secara substansi

    o  Perubahan kondisi bisnis, seperti akuisisi atau disposal anak perusahaan

    o  Pengenalan produk baru

    o  Bencana alam atau kebakaran

    Standar Pelaporan Ketiga

    Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai,

    kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor

    Pengungkapan mencakup:

      Bentuk

      Susunan

     

    Isi

      Lampiran catatan

    Standar Pelaporan Keempat

    Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan

    secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.

    Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.

    Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus

    memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada,

    dan tingkat tanggungjawab yang dipikul oleh auditor.

    Tujuan standar ini untukmencegah salah tafsir tingkat tanggungjawab auditor, kalau

    namanya dikaitkan dengan laporan keuangan. Standar ini secara langsung mempengaruhi

     bentuk, isi, dan bahasa yang digunakan auditor

    o  Pemberian Pendapat

    Laporan keuangano  Karakter Audit

  • 8/19/2019 Tugas Uas Auditing II

    24/36

    TUGAS AUDITING II ISNA DAYUWATI Page 24

    o  Pengaitan dengan Laporan keuangan

    o  Derajat Tanggungjawab

    Laporan Auditor Standar

    a.  Judul memuat kata independen

     b.  Pernyataan laporan keuangan telah diaudit

    c. 

    Pernyataan laporan keuangan tanggungjawab manajemen

    d.  Pernyataan audit dilaksanakan berdasar standar auditing

    e.  Pernyataan audit telah direncanakan dan diperoleh keyakinan yang memadai

    f. 

    Pernyataan audit meliputi:

    o  Pemeriksaan

    o  Prinsip yang mencakup estimasi akuntansi

    o  Penilaian secara keseluruhan

    o  Pernyataan audit telah memberikan dasar memadai untuk memberikan pendapat

    o  Pendapat kewajaran laporan keuangan yang diaudit

    o  Tandatangan, nama rekan, nomor izin akuntan publik, nomor usaha KAP

    o  Tanggal laporan auditor

    Penyimpangan dari Laporan Standar

    1. 

    Bahasa penjelasan harus ditambahkan pada laporan, dengan opini tetap wajar tanpa

     pengecualian

    2. 

    Pemberian opini yang berbeda pada laporan keuangan

    Penambahan Bahasa Penjelasan

    1.  Tujuannya adalah memberikan informasi kepada pemakai laporan keuangan tentang

    satu atau lebih fakta-fakta yang material sehubungan dengan audit atau laporan

    keuangan auditan

    2.  Berikut adalah keadaan yang memerlukan informasi penjelasan pada laporan standar

    dengan pendapat wajar tanpa pengecualian:

    a.  Ketidakkonsistenan penerapan PABU

     b.  Tidak sesuai dengan PABU

    c. 

    Ketidakpastian yang disebabkan sesuai dengan PABU

    d.  Keraguan substansial atas status kelangsungan usaha

    e.  Penekanan pada hal-hal tertentu oleh auditor

    f. 

    Opini yang didasarkan pada laporan auditor lain di mana tidak terdapat

     pembatasan ruang lingkup atau ketidaksesuaian dengan PABU

    Tipe Pendapat Auditor yang lain

  • 8/19/2019 Tugas Uas Auditing II

    25/36

    TUGAS AUDITING II ISNA DAYUWATI Page 25

    1. 

    Wajar dengan pengecualian (qualified opinion)

    2.  Tidak Wajar (adverse opinion)

    3. 

    Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion)

    Penyebab pemberian opini WDP, TW, dan Menolak memberikan Opini

    1.  Keterbatasan luas lingkup

    2. 

    Ketidaksesuaian dengan PABU

    3.  Ketidakkonsistenan penerapan PABU

    4.  Ketidakcukupan pengungkapan

    5. 

    Ketidakpastian yang tidak dapat dipertangungjawabkan sesuai dengan PABU

    6.  Kesangsian substansial atas kelangsungan usaha

    7.  Keadaan sehubungan dengan opini berdasar opini auditor lain

    Keterbatasan Luas lingkup

    1.  Oleh klien:

    a.  Dilarang melakukan konfirmasi piutang

     b. 

    Klien tidak mau menandatangani surat pernyataan manajemen

    c.  Dilarang membaca notulen rapat direksi

    2.  Oleh keadaan :

    a. 

    Waktu penugasan sudah terlambat

     b. 

    Catatan klien tidak lengkap

    Qualified Opinion

    a.  Tunjukkan keterbatasan luas lingkup dalam paragrap luas lingkup

     b.  Beri alasan substansial atas keterbatasan dalam paragrap penjelasan

    c. 

    Beri opini wajar dengan pengecualian dalam paragrap opini dengan mengacu pada

     paragrap penjelasan

    Disclaimer of Opinion

    a. 

    Paragrap pengantar dimodifikasi

     b.  Paragrap luas lingkup dihilangkan

    c.  Paragrap penjelasan dimasukkan sesudah paragrap yang menjelaskan alasan opini

    menolak

    d.  Paragrap ketiga dan kesimpulan berisi penolakan suatu opini

    Adverse Opinion

    a. 

    Paragrap penjelasan harus menunjukkan alasan substansial untuk opini tidak wajar

     b. 

    Paragrap opini harus menyatakan bahwa karena efek dari hal yang dijelaskan dalam paragrap penjelasan menyebabkan ketidakwajaran penyajian laporan keuangan

  • 8/19/2019 Tugas Uas Auditing II

    26/36

    TUGAS AUDITING II ISNA DAYUWATI Page 26

    Pertimbangan Lain dalam Pelaporan

    a.  Pelaporan bila auditor tidak independen

     b. 

    Keadaan sehubungan dengan laporan keuangan komparatif

    c.  Informasi yang menyertai laporan keuangan auditan

    d.  Laporan keuangan yang disusun untuk digunakan di negara lain

    Pelaporan bila auditor tidak independen

    a.  Dilarang menggunakan laporan auditor standar

     b.  Laporan tidak boleh memakai judul laporan auditor independen

    c. 

    Bila ada penyimpangan dari PABU auditor harus 1) memaksa agar laporan

    keuangan direvisi atau 2) memaparkan penyimpangan dalam penolakan, atau 3)

    menolak namanya dikaitkan dengan laporan keuangan

    Keadaan sehubungan dengan laporan keuangan komparatif

    a.  Perbedaan opini

     b.  Pemutakhiran opini, akibat

     –   Penyelesaian kemudian untuk ketidakpastian yang ada dalam tahun yang lalu

     –   Penemuan ketidakpastian yang ada pada tahun yang lalu

     –   Restatement laporan keuangan yang lalu agar sesuai dengan PABU

    c. 

    Penggantian auditor, auditor harus menjelaskan

     –  

    Laporan keuangan yang lalu diaudit oleh auditor lain

     –  

    Tanggal laporan keuangan auditor yang diganti

     –   Tipe laporan yang diterbitkan oleh auditor sebelumnya

     –   Jika opininya tidak standar, sebutkan alasan substantifnya

    Informasi yang menyertai laporan keuangan auditan. Informasi lain bukan

    merupakan laporan keuangan dasar yang tidak diharuskan standar untuk diaudit.

    Namun auditor harus melakukan hal-hal berikut:

    a. 

    Informasi Suplemen yang diwajibkan

    o  Prosedur terbatas dan melaporkan kalau ada kekurangan atau penghilangan

    informasi tertentu

     b. 

    Informasi Sukarela dari klien

    o  Baca informasi apakah konsisten dengan laporan keuangan auditan

    c.  Tambahan informasi dari auditor

    o  Harus dipastikan bahwa informasi lain tersebut di luar laporan keuangan dasar

    d. 

    Laporan keuangan yang disusun untuk digunakan di negara laino  Tergantung dengan peraturan pasar modal yang berlaku di negara lain

  • 8/19/2019 Tugas Uas Auditing II

    27/36

    TUGAS AUDITING II ISNA DAYUWATI Page 27

    KEWAJIBAN HUKUM : 

    Kewajiban Hukum

    Faktor-faktor pokok yang mendorong kewajiban hokum terhadap Akuntan Publik

    antara lain :

      Kesadaran pengguna laporan keuangan akan tanggung jawab akuntan public

      Kesadaran divisi-divisi SEC untuk melindungi kepentingan stockholder

      Auditing dan akuntansi yang semakin kompleks sehubungan dengan

     peningkatan ukuran bisnis, globalisasi, dan intrik operasi bisnis

      Konsep kewajiban deep pocket

      Pengadilan kesulitan memahami dan menafsirkan masalah teknis akuntansi

    dan audit.

    Kewajiban hukum auditor kepada klien adalah mencegah penipuan dan/atau

     pelanggaran kontrak yang bisa mempengaruhi hasil-hasil pekerjaan.

    Penyebab utama tuntutan hukum terhadap KAP adalah kurangnya pemahaman

     pemakai laporan keuangan tentang perbedaan antara kegagalan bisnis , kegagalan

    audit, dan risiko audit.

    Definisi berikut akan menjelaskan perbedaannya:

      kegagalan bisnis, terjadi jika perusahaan tidak mampu membayar

    kewajibannya

      kegagalan audit, terjadi jika auditor mengeluarkan pendapat yang salah karena

    gagal memenuhi syarat - syarat GAAS .  risiko audit, terjadi jika auditor menyimpulkan laporan keuangan secara wajar

    sedangkan kenyataannya laporan tersebut salah saji secara material.

    Standar ketelitian yang sering disebut konsep kehati-hatian (prudent person)

    menjelaskan bahwa auditor hanya menjamin itikad baik dan integritas dan

     bertanggung jawab atas kecerobohan , itikad buruk atau ketidak jujuran dan auditor

    terbebas dari kerugian akibat kekeliruan dalam pertimbangan.

    Bidang kewajiban hukum auditor dapat digolongkan sebagai berikut :

    Kewajiban kepada klien:Kewajiban terhadap klien timbul karena kegagalan untuk melaksanakan tugas

    audit sesuai waktu yang disepakati, pelaksanaan audit yang tidak memadai, gagal

    menemukan kesalahan, dan pelanggaran kerahasiaan oleh akuntan publik.

    Apabila terdapat tuntutan auditor dapat mengajukan pembelaan yaitu :

      Tidak adanya kewajiban melaksanakan pelayanan, dalam hal ini tidak

    dinyatakan dalam surat penugasan/kontrak.

      Tidak ada kelalaian dalam pelaksanaan kerja , mengklaim bahwa auditor telah

    mengikuti GAAS .

      Kelalaian kontribusi, dalam hal ini menjamin jika klien melakukan

    kewajiban/tindakan tertentu ,tidak akan terjadi kerugian

  • 8/19/2019 Tugas Uas Auditing II

    28/36

    TUGAS AUDITING II ISNA DAYUWATI Page 28

      Ketiadaan hubungan timbal balik, antara pelanggaran auditor terhadap standar

    kesungguhan dengan kerugian yang dialami klien.

    Kewajiban terhadap pihak ketiga menurut Common Law

    Pihak ketiga yang terdiri dari pemegang saham, calon pemegang saham, pemasok, bankir dan kreditor lain, karyawan, dan pelanggan. Konsep kewajiban

    tersebut antara lain sebagai berikut :

      Doktrin ultramares, Kewajiban dapat timbul jika pihak ketiga primary

     beneficiary atau orang yang harus diberikan informasi audit.

      Pemakai yang dapat diketahui sebelumnya, orang yang mengandalkan

    keputusannya pada laporan keuangan .Foreseeable user’s, pemakai yang dapat

    diketahui lebih dahulu mempunyai hak yang sama dengan pemakai laporan

    keuangan yang mepunyai hubungan kontrak .

    Kewajiban perdata menurut hukum sekuritas federal

      Securities Act tahun 1933, persyaratan pelaporan untuk perusahaan yang

    mengeluarkan efek-efek baru. Peraturan membolehkan pihak ketiga

    menggugat auditor jika laporannya menyesatakan dan tidak mempunyai beban

     pembuktian hal tersebut, sementara auditor dapat membela jika audit telah

    memadai dan pemakai laporan tidak menderita kerugian .

      Securities Exchange Act tahun 1934, persyaratan penyampaian laporan

    tahunan setiap perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di bursa. Akibat

    tuntutan ini SEC dapat mencabut ijin praktek dari KAP yang yang melakukan

    kesalahan.

      Racketeer Influenced and Corrupt Organization Act 1970, peraturan ini

    ditujukan untuk kriminalitas tetapi auditor sering dituntut berdasarkan

     peraturan ini .

      Foreign Corrupt Practice Act tahun 1977, larangan pemberian uang suap

    kepada pejabat di luar negeri untuk mendapatkan pengaruh dan

    mempertahankan hubungan usaha

    Kewajiban criminal

    Beberapa undang-undang seperti Uniform Securities Acts, Securuties Acts1933 dan 1934, Federal Mail Fraud Statute dan Federal False Statement Statute

    menyebutkan bahwa menipu orang lain dengan sadar terlibat dalam laporan keuangan

    yang palsu adalah perbuatan kriminil.

    Tanggung Jawab Kerahasiaan

    Beberapa tuntutan yang terjadi menuntut perlunya profesi auditing untuk

    meneliti peraturan perilaku yang menyangkut kerahasiaan dan mencoba memperjelas

     persyaratan - persyaratan yang konsisten dengan common law .

    Tanggapan Profesi Terhadap Kewajiban Hukum

  • 8/19/2019 Tugas Uas Auditing II

    29/36

    TUGAS AUDITING II ISNA DAYUWATI Page 29

    AICPA dan profesi mengurangi resiko terkena sanksi hukum dengan langkah-langkah

     berikut :

      Riset dalam auditing

      Penetapan standar dan aturan.

     

    Menetapkan persyaratan untuk melindungi auditor  Menetapka persyaratan penelaahan sejawat .

      Melawan tuntutan hukum

      Pendidikan bagi pemakai laporan

      Memberi sanksi kepada anggota karena hasil kerja yang tak pantas

      Perundingan untuk perubahan hukum .

    Tanggapan Akuntan Publik Terhadap Kewajiban Hukum

    Dalam meringankan kewajibannya auditor dapat melakukan langkah-langkah berikut

     

    Hanya berurusan dengan klien yang memiliki integritas  Mempekerjakan staf yang kompeten dan melatih serta mengawasi dengan

     pantas

      Mengikuti standar profesi

      Mempertahankan independensi

      Memahami usaha klien

      Melaksanakan audit yang bermutu

      Mendokumentasika pekerjaan secara memadai

      Mendapatkan surat penugasan dan surat pernyataan

     

    Mempertahankan hubungan yang bersifat rahasia  Perlunya asuransi yang memadai; dan Mencari bantuan hukum

  • 8/19/2019 Tugas Uas Auditing II

    30/36

    TUGAS AUDITING II ISNA DAYUWATI Page 30

    Berilah contoh kasus beserta jawabannya terhadap topik sikap profesional,

    independensi, dan pengendalian kualitas!

    LATAR BELAKANG KASUS PT KERETA API INDONESIA (PT KAI)  

    PT KERETA API INDONESIA (PT KAI) terdeteksi adanya kecurangan dalam

     penyajian laporan keuangan. Ini merupakan suatu bentuk penipuan yang dapat menyesatkan

    investor dan stakeholder lainnya. Kasus ini juga berkaitan dengan masalah pelanggaran kode

    etik profesi akuntansi. Diduga terjadi manipulasi data dalam laporan keuangan PT KAI tahun

    2005, perusahaan BUMN itu dicatat meraih keutungan sebesar Rp6,9 Miliar. Padahal apabila

    diteliti dan dikaji lebih rinci, perusahaan justru menderita kerugian sebesar Rp63 Miliar.

    Komisaris PT KAI Hekinus Manao yang juga sebagai Direktur Informasi dan

    Akuntansi Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara Departemen Keuangan mengatakan,laporan keuangan itu telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik S. Manan. Audit terhadap

    laporan keuangan PT KAI untuk tahun 2003 dan tahun-tahun sebelumnya dilakukan oleh

    Badan Pemeriksan Keuangan (BPK), sedangkan untuk tahun 2004 diaudit oleh BPK dan

    akuntan publik.

    Hasil audit tersebut kemudian diserahkan Direksi PT KAI untuk disetujui sebelum

    disampaikan dalam Rapat Umum Pemegang Saham, dan Komisaris PT KAI yaitu Hekinus

    Manao menolak menyetujui laporan keuangan PT KAI tahun 2005 yang telah diaudit olehakuntan publik. Setelah hasil audit diteliti dengan seksama, ditemukan adanya kejanggalan

    dari laporan keuangan PT KAI tahun 2005 sebagai berikut:

    1.  Pajak pihak ketiga sudah tiga tahun tidak pernah ditagih, tetapi dalam

    laporan keuangan itu dimasukkan sebagai pendapatan PT KAI selama tahun 2005.

    Kewajiban PT KAI untuk membayar surat ketetapan pajak (SKP) pajak pertambahan

    nilai (PPN) sebesar Rp 95,2 Miliar yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak pada

    akhir tahun 2003 disajikan dalam laporan keuangan sebagai piutang atau tagihan kepada

     beberapa pelanggan yang seharusnya menanggung beban pajak itu. Padahal berdasarkan

    Standar Akuntansi, pajak pihak ketiga yang tidak pernah ditagih itu tidak bisa

    dimasukkan sebagai aset. Di PT KAI ada kekeliruan direksi dalam mencatat penerimaan

     perusahaan selama tahun 2005.

    2.  Penurunan nilai persediaan suku cadang dan perlengkapan sebesar Rp24 Miliar yang

    diketahui pada saat dilakukan inventarisasi tahun 2002 diakui manajemen PT KAI

    sebagai kerugian secara bertahap selama lima tahun. Pad akhir tahun 2005 masih

  • 8/19/2019 Tugas Uas Auditing II

    31/36

    TUGAS AUDITING II ISNA DAYUWATI Page 31

    tersisa saldo penurunan nilai yang belum dibebankan sebagai kerugian sebesar Rp6

    Miliar, yang seharusnya dibebankan seluruhnya dalam tahun 2005.

    3. 

    Bantuan pemerintah yang belum ditentukan statusnya dengan modal total nilai

    kumulatif sebesar Rp674,5 Miliar dan penyertaan modal negara sebesar Rp70 Miliar

    oleh manajemen PT KAI disajikan dalam neraca per 31 Desember 2005 sebagai bagian

    dari hutang.

    4.  Manajemen PT KAI tidak melakukan pencadangan kerugian terhadap kemungkinan

    tidak tertagihnya kewajiban pajak yang seharusnya telah dibebankan kepada pelanggan

     pada saat jasa angkutannya diberikan PT KAI tahun 1998 sampai 2003.

    Perbedaan pendapat terhadap laporan keuangan antara Komisaris dan auditor akuntan

     publik terjadi karena PT KAI tidak memiliki tata kelola perusahaan yang baik. Ketiadaan tata

    kelola yang baik itu juga membuat komite audit (komisaris) PT KAI baru bisa mengakses

    laporan keuangan setelah diaudit akuntan publik. Akuntan publik yang telah mengaudit

    laporan keuangan PT KAI tahun 2005 segera diperiksa oleh Badan Peradilan Profesi Akuntan

    Publik. Jika terbukti bersalah, akuntan publik itu diberi sanksi teguran atau pencabutan izin

     praktik.

    Kasus PT KAI berawal dari pembukuan yang tidak sesuai dengan standar yang telah

    ditetapkan. Sebagai akuntan sudah selayaknya menguasai prinsip akuntansi berterima umum

    sebagai salah satu penerapan etika profesi. Kesalahan karena tidak menguasai prinsip

    akuntansi berterima umum bisa menyebabkan masalah yang sangat menyesatkan.

    Laporan Keuangan PT KAI tahun 2005 disinyalir telah dimanipulasi oleh pihak-pihak

    tertentu. Banyak terdapat kejanggalan dalam laporan keuangannya. Beberapa data disajikan

    tidak sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Hal ini mungkin sudah biasa terjadi dan

    masih bisa diperbaiki. Namun, yang menjadi permasalahan adalah pihak auditor menyatakan

    Laporan Keuangan itu Wajar Tanpa Pengecualian. Tidak ada penyimpangan dari standar

    akuntansi keuangan. Hal ini lah yang patut dipertanyakan.

    Dari informasi yang didapat, sejak tahun 2004 laporan PT KAI diaudit oleh Kantor

    Akuntan Publik. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang melibatkan BPK sebagai

    auditor perusahaan kereta api tersebut. Hal itu menimbulkan dugaan kalau Kantor Akuntan

    Publik yang mengaudit Laporan Keuangan PT KAI melakukan kesalahan.

    Profesi Akuntan menuntut profesionalisme, netralitas, dan kejujuran. Kepercayaan

    masyarakat terhadap kinerjanya tentu harus diapresiasi dengan baik oleh para akuntan. Etika

     profesi yang disepakati harus dijunjung tinggi. Hal itu penting karena ada keterkaitan kinerjaakuntan dengan kepentingan dari berbagai pihak. Banyak pihak membutuhkan jasa akuntan.

  • 8/19/2019 Tugas Uas Auditing II

    32/36

    TUGAS AUDITING II ISNA DAYUWATI Page 32

    Pemerintah, kreditor, masyarakat perlu mengetahui kinerja suatu entitas guna mengetahui

     prospek ke depan. Yang Jelas segala bentuk penyelewengan yang dilakukan oleh akuntan

    harus mendapat perhatian khusus. Tindakan tegas perlu dilakukan.

    PEMBAHASAN KASUS 

    Kasus di atas merupakan Kasus Manipulasi Laporan Keuangan PT KAI yang

    dilakukan oleh Manajemen PT KAI dan Ketidakmampuan KAP dalam mengindikasi

    terjadinya manipulasi.

    Analisis 5 Question Approach: 

    A.  Profitable 

    1.  Pihak yang diuntungkan adalah Manajemen PT KAI karena kinerja keuangan

     perusahaan seolah-olah baik (laba Rp6.9 M), meskipun pada kenyataannya menderita

    kerugian Rp 63 M. Tidak tertutup kemungkinan, pihak manajemen memperoleh

     bonus dari “laba semu” tersebut. 

    2.  Pihak lain yang diuntungkan adalah KAP S. Manan & Rekan, dimana dimungkinkan

    memperoleh Fee khusus karena memberikan opini Wajar Tanpa Pengecualian.

    B.  Legal 

    1.  PT KAI melanggar Pasal 90 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal “Dalam

    kegiatan perdagangan efek, setiap pihak dilarang secara langsung maupun tidak

    langsung:

    1. 

    Menipu atau mengelabui Pihak lain dengan menggunakan sarana dan atau cara

    apa pun;

    2.  Turut serta menipu atau mengelabui Pihak lain; dan

    3. 

    Membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta yang material atau tidak

    mengungkapkan fakta yang material agar pernyataan yang dibuat tidak

    menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi pada saat pernyataan dibuat dengan

    maksud untuk menguntungkan atau menghindarkan kerugian untuk diri sendiri

    atau Pihak lain atau dengan tujuan mempengaruhi Pihak lain untuk membeli atau

    menjual Efek.” 

    PT KAI dapat dikenakan sanksi sesuai Pasal 107 UU No.8 Tahun 1995 yang

    menyatakan:

    “Setiap Pihak yang dengan sengaja bertujuan menipu atau merugikan Pihak lain atau

    menyesatkan Bapepam, menghilangkan, memusnahkan, menghapuskan, mengubah,

    mengaburkan, menyembunyikan, atau memalsukan catatan dari Pihak yangmemperoleh izin, persetujuan, atau pendaftaran termasuk Emiten dan Perusahaan

  • 8/19/2019 Tugas Uas Auditing II

    33/36

    TUGAS AUDITING II ISNA DAYUWATI Page 33

    Publik diancam dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling

     banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).” 

    (2) KAP S. Manan & Rekan melanggar Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP)

    C.  Fair 

    Perbuatan manajemen PT.KAI merugikan publik/masyarakat dan pemerintah.

    1)  Publik (investor); dirugikan karena memperoleh informasi yang menyesatkan,

    sehingga keputusan yang diambil berdasarkan informasi keuagan PT. KAI menjadi

    tidak akurat/salah.

    2)  Pemerintah; dirugikan karena dengan rekayasa keuangan tersebut maka pajak yang

    diterima pemerintah lebih kecil.

    D.  Right 

    1) Hak-hak Publik; dirugikan karena investor memperoleh informasi yang

    menyesatkan, sehingga keputusan yang diambil menjadi salah/tidak akurat.

    2)  Pemerintah; dirugikan karena pajak yang diterima pemerintah menjadi lebih kecil.

    E.  Suistainable Development 

    Rekayasa yang dilakukan manajemen PT KAI bersifat jangka pendek dan bukan

     jangka panjang, karena hanya menginginkan keuntungan/laba untuk kepentingan

     pribadi/manajemen (motivasi bonus).

    Prinsip Etika Yang Dilanggar: 

    Selain akuntan eksternal dan komite audit yang melakukan kesalahan dalam hal

     pencatatan laporan keuangan, akuntan internal di PT. KAI juga belum sepenuhnya

    menerapkan 8 prisip etika akuntan. Dari kedelapan prinsip akuntan yaitu tanggung jawab

     profesi, kepentingan publik, integritas, objektifitas, kompetensi dan kehati-hatian profesional,

    kerahasiaan, perilaku profesional, dan standar teknis, prinsip-prinsip etika akuntan yang

    dilanggar antara lain :

    1) 

    Tanggung jawab profesi ;

    Dimana seorang akuntan harus bertanggung jawab secara professional terhadap semua

    kegiatan yang dilakukannya. Akuntan Internal PT. KAI kurang bertanggung jawab

    karena dia tidak menelusuri kekeliruan dalam pencatatan dan memperbaiki kesalahan

    tersebut sehingga laporan keuangan yang dilaporkan merupakan keadaan dari posisi

    keuangan perusahaan yang sebenarnya.

    2)  Kepentingan Publik ;

    Dimana akuntan harus bekerja demi kepentingan publik atau mereka yang berhubungandengan perusahaan seperti kreditur, investor, dan lain-lain. Dalam kasus ini akuntan PT.

  • 8/19/2019 Tugas Uas Auditing II

    34/36

    TUGAS AUDITING II ISNA DAYUWATI Page 34

    KAI diduga tidak bekerja demi kepentingan publik karena diduga sengaja

    memanipulasi laporan keuangan sehingga PT. KAI yang seharusnya menderita

    kerugian namun karena manipulasi tersebut PT. KAI terlihat mengalami keuntungan.

    Hal ini tentu saja sangat berbahaya, termasuk bagi PT. KAI. Karena, apabila kerugian

    tersebut semakin besar namun tidak dilaporkan, maka PT. KAI bisa tidak sanggup

    menanggulangi kerugian tersebut.

    3)  Integritas ;

    Dimana akuntan harus bekerja dengan profesionalisme yang tinggi. Dalam kasus ini

    akuntan PT. KAI tidak menjaga integritasnya, karena diduga telah melakukan

    manipulasi laporan keuangan.

    4)  Objektifitas ;

    Dimana akuntan harus bertindak obyektif dan bersikap independen atau tidak memihak

    siapapun. Dalam kasus ini akuntan PT. KAI diduga tidak obyektif karena diduga telah

    memanipulasi laporan keuangan sehingga hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu

    yang berada di PT. KAI.

    5)  Kompetensi dan kehati-hatian professional ;

    Akuntan dituntut harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan penuh kehati-hatian,

    kompetensi, dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan

     pengetahuan dan keterampilan profesionalnya pada tingkat yang diperlukan. Dalam

    kasus ini, akuntan PT. KAI tidak melaksanakan kehati-hatian profesional sehingga

    terjadi kesalahan pencatatan yang mengakibatkan PT. KAI yang seharusnya menderita

    kerugian namun dalam laporan keuangan mengalami keuntungan.

    6)  Perilaku profesional ;

    Akuntan sebagai seorang profesional dituntut untuk berperilaku konsisten selaras

    dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan

     profesinya. Dalam kasus ini akuntan PT. KAI diduga tidak berperilaku profesional yang

    menyebabkan kekeliruan dalam melakukan pencatatanlaporan keuangan, dan hal ini

    dapat mendiskreditkan (mencoreng nama baik) profesinya.

    7)  Standar teknis  ;

    Akuntan dalam menjalankan tugas profesionalnya harus mengacu dan mematuhi

    standar teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan

    dengan berhati-hati, akuntan mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan

    dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas danobyektifitas. Dalam kasus ini akuntan tidak melaksanakan prinsip standar teknis karena

  • 8/19/2019 Tugas Uas Auditing II

    35/36

    TUGAS AUDITING II ISNA DAYUWATI Page 35

    tidak malaporkan laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi keuangan.

    Contohnya, pada saat PT Kereta Api Indonesia telah tiga tahun tidak dapat menagih

     pajak pihak ketiga. Tetapi, dalam laporan keuangan itu, pajak pihak ketiga dinyatakan

    sebagai pendapatan. Padahal, berdasarkan standar akuntansi keuangan tidak dapat

    dikelompokkan dalam bentuk pendapatan atau asset.

    Sikap Yang Diambil : 

    1)  Manajemen PT KAI

    a) Melakukan koreksi atas salah saji atas: pajak pihak ketiga yang dimasukkan sebagai

    asset; penurunan nilai persediaan suku cadang dan perlengkapan yang belum

    dibebankan; bantuan pemerintah yang seharusnya disajikan sebagai bagian modal

     perseroan. 

     b) Meminta maaf kepada stakeholders melalui konferensi pers dan berjanji tidak

    mengulangi kembali di masa datang.

    2)  KAP S. Manan & Rekan & Rekan

    a) Melakukan jasa profesional sesuai SPAP, dimana tiap anggota harus berperilaku

    konsisten dengan reputasi profesionalnya dengan menjauhi tindakan yang dapat

    mendiskreditkan profesioreksi

     b) Melakukan koreksi atas opini yang telah dibuat

    c) Melakukan konferensi pers dengan mengungkapkan bahwa oknum yang

    melakukan kesalahan sehingga menyebabkan opini atas Laporan Keuangan menjadi

    tidak seharusnya telah diberikan sanksi dari pihak otorisasi, dan berjanji tidak

    mengulang kembali kejadian yang sama di masa yang akan datang.

    Rekomendasi Agar Kasus Serupa Tidak Terulang 

    1)  Membangun kultur perusahaan yang baik; dengan mengutamakan integritas, etika

     profesi dan kepatuhan pada seluruh aturan, baik internal maupun eksternal, khususnya

    tentang otorisasi.

    2)  Mendahulukan kepentingan publik daripada kepentingan publik.

    3)  Merekrut manajemen baru yang memiliki integritas dan moral yang baik, serta

    memberikan siraman rohani kepada karyawan akan pentingnya integritas yang baik

     bagi kelangsungan usaha perusahaan.

    4)  Memperbaiki sistem pengendalian internal perusahaan.

    5) 

    Corporate Governance dilakukan oleh manajemen yang dirancang dalam rangka

    mengeliminasi atau setidaknya menekan kemungkinan terjadinya fraud. Corporate

  • 8/19/2019 Tugas Uas Auditing II

    36/36

    governance meliputi budaya perusahaan, kebijakan-kebijakan, dan pendelegasian

    wewenang.

    6) 

    Transaction Level Control Process yang dilakukan oleh auditor internal, pada dasarnya

    adalah proses yang lebih bersifat preventif dan pengendalian yang bertujuan untuk

    memastikan bahwa hanya transaksi yang sah, mendapat otorisasi yang memadai yang

    dicatat dan melindungi perusahaan dari kerugian.

    7)  Retrospective Examination yang dilakukan oleh Auditor Eksternal diarahkan untuk

    mendeteksi fraud sebelum menjadi besar dan membahayakan perusahaan.

    8) 

    Investigation and Remediation yang dilakukan forensik auditor. Peran auditor forensik

    adalah menentukan tindakan yang harus diambil terkait dengan ukuran dan tingkat

    kefatalan fraud, tanpa memandang apakah fraud itu hanya berupa pelanggaran kecil

    terhdaap kebijakan perusahaan ataukah pelanggaran besar yang berbentuk kecurangna

    dalam laporan keuangan atau penyalahgunaan asset.

    9)  Penyusunan Standar yang jelas mengenai siapa saja yang pantas menjadi apa baik

    untuk jabatan fungsional maupun struktural ataupun untuk posisi tertentu yang

    dianggap strategis dan kritis. Hal ini harus diiringi dengan sosialisasi dan implementasi

    (enforcement) tanpa ada pengecualian yang tidak masuk akal

    10) 

    Diadakan tes kompetensi dan kemampuan untuk mencapai suatu jabatan tertentu

    dengan adil dan terbuka. Siapapun yang telah memenuhi syarat mempunyai kesempatan

    yang sama dan adil untuk “terpilih”. Terpilih artinya walaupun pejabat lain diatasnya

    tidak “berkenan” dengan orang  tersebut, tetapi karena ia yang terbaik maka tidak ada

    alasan logis untuk menolaknya ataupun memilih yang orang lain. Disinilah peran

     profesionalisme dikedepankan

    11)  Akuntabilitas dan Transparansi setiap “proses bisnis” dalam organisasi agar

    memungkinkan monitoring dari setiap pihak sehingga penyimpangan yang dilakukan

    oknum-oknum dapat diketahui dan diberikan sangsi tanpa kompromi.

    HASIL ANALISIS :

    Dari kasus studi diatas tentang pelanggaran Etika dalam berbisnis itu merupakan

    suatu pelanggaran etika profesi perbankan pada PT KAI pada tahun tersebut yang terjadi

    karena kesalahan manipulasi dan terdapat penyimpangan pada laporan keuangan PT KAI

    tersebut. pada kasus ini juga terjadi penipuan yang menyesatkan banyak pihak seperti

    investor tersebut. seharusnya PT KAI harus bertindak profesional dan jujur sesuai pada asas-

    asas etika profesi akuntansi