Upload
himpunan-mahasiswa-teknik-kimia-universitas-diponegoro-2011
View
19.106
Download
18
Embed Size (px)
Citation preview
UTILITAS
Materi :
Baku Mutu Air Menurut WHO
Disusun oleh :
Kelompok II
Dimas Agung Pambudi L2C009096
Addina Pradita Nur L2C009037
Muhammad Adi Irawan L2C009047
Erick Stevi L2C009059
Indrawati Dwi Paramita L2C008132
TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2011
A. LATAR BELAKANG
Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu baik dan biasa
dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka sehari-
hari termasuk diantaranya adalah sanitasi
Untuk konsumsi air minum menurut departemen kesehatan, syarat-syarat air minum adalah
tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak mengandung logam berat. Walaupun air
dari sumber alam dapat diminum oleh manusia, terdapat risiko bahwa air ini telah tercemar
oleh bakteri (misalnya Escherichia coli) atau zat-zat berbahaya. Walaupun bakteri dapat
dibunuh dengan memasak air hingga 100 °C, banyak zat berbahaya, terutama logam, tidak
dapat dihilangkan dengan cara ini.
JENIS – JENIS AIR
Air merupakan sumber kehidupan yang tidak dapat tergantikan oleh apa pun juga. Tanpa air
manusia, hewan dan tanaman tidak akan dapat hidup. Air di bumi dapat digolongkan menjadi
dua, yaitu :
1. Air Tanah
Air tanah adalah air yang berada di bawar permukaan tanah. Air tanah dapat kita bagi lagi
menjadi dua, yakni air tanah preatis dan air tanah artesis.
a. Air Tanah Preatis
Air tanah preatis adalah air tanah yang letaknya tidak jauh dari permukaan tanah serta berada
di atas lapisan kedap air / impermeable.
b. Air Tanah Artesis
Air tanah artesis letaknya sangat jauh di dalam tanah serta berada di antara dua lapisan kedap
air.
2. Air Permukaan
Air pemukaan adalah air yang berada di permukaan tanah dan dapat dengan mudah dilihat
oleh mata kita. Contoh air permukaan seperti laut, sungai, danau, kali, rawa, empang, dan lain
sebagainya. Air permukaan dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
a. Perairan Darat
Perairan darat adalah air permukaan yang berada di atas daratan misalnya seperti rawa-rawa,
danau, sungai, dan lain sebagainya.
b. Perairan Laut
Perairan laut adalah air permukaan yang berada di lautan luas. Contohnya seperti air laut
yang berada di laut.
SUMBER AIR BERSIH
Sungai
Rata-rata lebih dari 40.000 kilometer kubik air segar diperoleh dari sungai-sungai di dunia.
Ketersediaan ini (sepadan dengan lebih dari 7.000 meter kubik untuk setiap orang) sepintas
terlihat cukup untuk menjamin persediaan yang cukup bagi setiap penduduk, tetapi
kenyataannya air tersebut seringkali tersedia di tempat-tempat yang tidak tepat. Sebagai
contoh air bersih di lembah sungai Amazon walupun ketersediaannya cukup, lokasinya
membuat sumber air ini tidak ekonomis untuk mengekspor air ke tempat-tempat yang
memerlukan.
Curah hujan
Dalam pemanfaatan hujan sebagai sumber dari air bersih, individu perorangan/ berkelompok/
pemerintah biasanya membangun bendungan dan tandon air yang mahal untuk menyimpan
air bersih di saat bulan-bulan musim kering dan untuk menekan kerusakan musibah banjir.
Air laut
Mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl.Kadar garam NaCl dalam air laut 3
% dengan keadaan ini maka air laut tidak memenuhi syarat untuk diminum.
Air Atmosfer
Untuk menjadikan air hujan sebagai air minum hendaknya pada waktu menampung air hujan
mulai turun, karena masih mengandung banyak kotoran. Selain itu air hujan mempunyai sifat
agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-bak reservoir, sehingga hal ini
akan mempercepat terjadinya korosi atau karatan. Juga air ini mempunyai sifat lunak,
sehingga akan boros terhadap pemakaian sabun.
Air Permukaan
Adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air permukaan ini akan
mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu,
daun-daun, kotoran industri dan lainnya. Air permukaan ada dua macam yaitu air sungai dan
air rawa. Air sungai digunakan sebagai air minum, seharusnya melalui pengolahan yang
sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada umumnya mempunyai derajat pengotoran
yang tinggi. Debit yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan akan air minum pada umumnya
dapat mencukupi. Air rawa kebanyakan berwarna disebabkan oleh adanya zat-zat organik
yang telah membusuk, yang menyebabkan warna kuning coklat, sehingga untuk pengambilan
air sebaiknya dilakukan pada kedalaman tertentu di tengah-tengah.
Air tanah
Air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah didalam zone jenuh dimana
tekanan hidrostatiknya sama atau lebih besar dari tekanan atmosfer (Suyono,1993 :1).
Mata air
Yaitu air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah dalam hampir tidak
terpengaruh oleh musim dan kualitas atau kuantitasnya sama dengan air dalam.
Sistem penyediaan air bersih meliputi besarnya komponen pokok antara lain: unit sumber
baku, unit pengolahan, unit produksi, unit transmisi, unit distribusi dan unit konsumsi, yaitu
(1)Unit sumber air baku merupakan awal dari sistem penyediaan air bersih yang mana pada
unit ini sebagai penyediaan air baku yang bisa diambil dari air tanah, air permukaan, air hujan
yang jumlahnya sesuai dengan yang diperlukan. (2) Unit pengolahan air memegang peranan
penting dalam upaya memenuhi kualitas air bersih atau minum, dengan pengolahan fisika,
kimia, dan bakteriologi, kualitas air baku yang semula belum memenuhi syarat kesehatan
akan berubah menjadi air bersih atau minum yang aman bagi manusia. (3). Unit produksi
adalah salah satu dari sistem penyediaan air bersih yang menentukan jumlah produksi air
bersih atau minum yang layak didistribusikan ke beberapa tandon atau reservoir dengan
sistem pengaliran gravitasi atau pompanisasi. (4). Unit produksi merupakan unit bangunan
yang mengolah jenis-jenis sumber air menjadi air bersih.
Adapun beberapa sumber air yang dapat diolah untuk mendapatkan air bersih, yaitu sumur
Dangkal/Dalam Pengolahan tidak lengkap hanya pengolahan Fe, Mn, dan pembubuhan
desinfektan, sungai Pengolahan lengkap bila kekeruhannya tinggi > 50. danau NTU
(Nephelometric Turbidity Unit) Pengolahan tidak lengkap, bila kekeruhan < 50 NTU, unit
transmisi berfungsi sebagai pengantar air yang diproduksi menuju ke beberapa tandon atau
reservoir melalui jaringan pipa. (Linsay, 1995)
Sumur
Berdasarkan perkiraan WHO dan UNICEF, sekitar 30 persen dari 57,5 juta penduduk desa di
Indonesia saat ini kekurangan akses terhadap pasokan air bersih. Sumur-sumur dangkal hasil
pengeboran merupakan cara yang ekonomis dan relatif mudah untuk menangani
permasalahan ini.
IRD telah bekerja bersama komunitas-komunitas di Aceh dan Yogyakarta untuk menyediakan
dan/atau merehabilitasi sumur-sumur di komunitas-komunitas pedesaan serta di sekolah-
sekolah di sekitarnya. IRD membantu 40 komunitas untuk membuat 83 sumur galian dan 10
sumur bor dengan menara air untuk melayani hampir 3500 orang. Pekerjaan ini, yang juga
meliputi 12 sekolah di Aceh Barat, dilaksanakan dengan dana dari the Latter-Day Saints
Charities dan UNICEF. Di Yogyakarta, IRD membantu merehabilitasi sumur-sumur di 163
sekolah pasca gempa bumi tahun 2006 dengan dana dari UNICEF.
Macam-macam sumur:
1. Sumur dangkal
Sarana air bersih menggunakan sumber air tanah dangkal dengan membuat sumur bor.
Sumur pompa tangan adalah sarana penyedia air bersih berupa sumur sumur yang dibuat
dengan member tanah pada kedalaman tertentu sehingga diperoleh air sesuai dengan yang
diinginkan. Biasanya kedalaman dasar sumur mencapai 12-15 meter.
Untuk mengangkat air dari sumur dangkal dapat digunakan Pompa listrik jenis jet-pump
Pompa tangan adalah alat untuk menaikkan air dari dalam tanah
Syarat Sumur Pompa Dangkal
1. Sumur gali tidak boleh dibangun di lokasi bekas pembuangan sampah
2. Jarak minimum lokasi sumur gali dengan sumber pencemar (cublik, tangki septic,dll)
adalah 10 m
3. Jarak minimum loksdi sumur gali dengan sumber pencemar (cublik, tangki septic,dll)
adalah 10m
4. Kemiringan lantai antara 1-3%
5. Lantai dari pasangan bata (1 semen:3 pasir)
6. Kemiringan aluran pembuangan minimal 2%
7. Saluran pembuangan dari pasangan bata (1 semen: 3 pasir) dan kedalaman sumur
maksimal 15 meter
2. Sumur dalam
Sumur dalam adalah bangunan/ konstruksi sumur dengan kedalaman lebih dari 25 meter.
Kualitas air yang bagus dapat diperoleh dengan debit yang stabil. Sumur dalam dapat
digunakan secara komunal, dengan pengelola adalah individu atau kelompok yang ditunjuk
oleh masyarakat pengguna.
B. SEJARAH
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) didirikan pada tahun 1948 dengan tujuan
mempromosikan 'pencapaian bagi semua orang dalam bidang kesehatan ". WHO memiliki
berbagai fungsi, yang meliputi mempromosikan (dalam kerjasama dengan badan-badan
khusus lainnya) perbaikan gizi, perumahan, sanitasi, rekreasi, ekonomi atau kondisi kerja
dengan bantalan pada kesehatan dan aspek lain dari kebersihan lingkungan
Salah satu peran utama dari WHO adalah untuk menetapkan norma-norma internasional
untuk melindungi kesehatan manusia. Sejak 1958, sebagai bagian dari kegiatan pada air
minum dan kesehatan.
Pada tahun 1982, WHO mengalihkan fokus dari 'Standar Internasional' ke 'Pedoman'. Alasan
utama untuk pergantian nama ini adalah dengan Pendekatan (kuantitatif atau kualitatif) untuk
pembentukan standar nasional. Secara khusus, penerapan Pedoman ini diperuntukan sesuai
dengan keadaan masing-masing negara tersebut.
Gambaran Umum Krisis Air Bersih di Indonesia
Berdasarkan data WHO (2000), diperkirakan terdapat lebih 2 milyar manusia per hari terkena
dampak kekurangan air di lebih dari 40 negara didunia. 1,1 milyar tidak mendapatkan air
yang memadai dan 2,4 milyar tidak mendapatkan sanitasi yang layak. Sedangkan pada tahun
2050 diprediksikan bahwa 1 dari 4 orang akan terkena dampak dari kekurangan air bersih
(Gardner-Outlaw and Engelman, 1997 dalam UN, 2003).
Fakta dan angka
Di wilayah WHO Eropa, 330 000 kasus penyakit yang berhubungan
dengan air dilaporkan rata-rata setiap tahun.Penyakit terkait air
dilaporkan ke WHO sistem surveilans penyakit menular (CISID)
termasuk campylobakteriosis, virus hepatitis A,
Giardiasis, Shigella (diare berdarah),
enterohaemorrhagic Escherichia coli infeksi, Legionellosis, kolera.
Akses ke pasokan air bersih dan sanitasi telah secara umum
meningkat di Eropa, mengakibatkan penurunan 80% dalam penyakit
diare pada anak-anak muda dari 1995 sampai 2005. Namun
demikian, lebih dari 50% dari penduduk pedesaan di negara-negara
Timur masih tinggal di rumah yang tidak terhubung ke catu air
minum yang aman, dan proporsi ini terus bertumbuh di beberapa
negara.
Peralatan sanitasi tidak memadai di beberapa daerah di Eropa, dan
sekitar 85 juta orang (termasuk lebih dari 20 juta pada kelompok
berpenghasilan terendah di Uni Eropa) masih kekurangan toilet di
rumah mereka.
Kejadian cuaca ekstrem yang tumbuh dalam frekuensi dan
intensitas, dan mempengaruhi baik kuantitas dan kualitas sumber
daya air, meningkatkan keprihatinan di kalangan pembuat kebijakan
dan warga negara sama. Jumlah kejadian ekstrem di Eropa
meningkat sebesar 65% antara tahun 1998 dan 2007, dengan
kerugian ekonomi secara keseluruhan dua kali lipat untuk
13700000000 € dari dekade sebelumnya.
Di seluruh dunia, WHO memperkirakan bahwa sekitar 6% dari
beban global penyakit terkait dengan air. Infeksi diare merupakan
komponen terbesar dan menyumbang 1,7 juta kematian per tahun:
sekitar 70% dari total.
Air, sanitasi dan intervensi kesehatan biasanya mengurangi penyakit
diare hingga 15-30%, dan secara signifikan mengurangi penyakit
lainnya.
Data tahun 2006 dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa:
No. Intervensi Penurunan Angka Kejadian Diare
1 Berbagai intervensi perilaku melalui modifikasi lingkungan 94%
2 Pengolahan air yang aman dan penyimpanan di tingkat rumah tangga 39%
3 Melakukan praktik cuci tangan yang efektif 45%
4 Meningkatkan sanitasi 32%
5 Meningkatkan penyediaan air 25%
Selain diare, daerah yang terkena krisis air bersih juga rentan terhadap
penyakit kulit menular. Penyakit gatal-gatal tersebut dikarenakan para warga
yang jarang mandi karena terbatasnya pasokan air bersih yang mereka miliki.
Air bersih yang mereka miliki hanya cukup digunakan untuk kebutuhan
dapur.
Dampak Bagi Ekonomi
Krisis air bersih memberikan dampak pada bidang ekonomi. Sekitar 65
persen penduduk Indonesia menetap di pulau jawa yang luasnya hanya tujuh
persen dari seluruh luas daratan Indonesia sementara potensi air yang
dimiliki hanyalah 4,5 persen dari total potensi air di Indonesia. Dalam dua
dasawarsa berikutnya diperkirakan air yang dipergunakan manusia akan
meningkat 40 persen dan 17 persen lebih pasokan air dipergunakan untuk
meningkatkan pangan dan populasi. Disisi lain kondisi sumber-sumber air
semakin parah, khususnya di negara-negara miskin karena masalah
pencemaran dan limbah. Oleh karena itu telah diserukan investasi dalam
pengadaan air oleh AS dan membiarkan sektor swasta untuk menyediakan air
atau privatisasi air.
WHO membantu negara-negara anggota untuk memerangi sakit dari air penyakit yang
berhubungan dengan:
mendukung pelaksanaan Protokol tentang Air dan Kesehatan,
instrumen internasional pertama untuk kontrol, pencegahan dan
pengurangan penyakit yang berhubungan dengan air di Eropa;
pembangunan kapasitas di tingkat regional, subregional dan negara;
berkolaborasi dalam mengembangkan, merevisi dan memperbarui
manual dan pedoman WHO.
WHO dan Komisi Ekonomi PBB untuk Eropa (UNECE) menyediakan sekretariat bersama
untuk Protokol, koordinasi kegiatan untuk pelaksanaannya. WHO menangani aspek
kesehatan, dan UNECE aspek hukum dan prosedural.
Dengan mengadopsi Protokol, negara-negara penandatangan setuju untuk mengambil semua
langkah yang tepat untuk mencapai:
memadai pasokan air minum yang sehat;
sanitasi yang memadai standar yang cukup melindungi kesehatan
manusia dan lingkungan hidup;
efektif perlindungan sumber daya air yang digunakan sebagai
sumber air minum, dan ekosistem terkait air, dari pencemaran dari
penyebab lain;
perlindungan yang memadai bagi kesehatan manusia terhadap
penyakit yang berhubungan dengan air, dan
efektif sistem pemantauan dan menanggapi wabah atau insiden
penyakit terkait air.
C. STANDAR BAKU MUTU AIR SECARA UMUM
Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu
kegiatan atau keperluan tertentu. Sedangkan kuantitas menyangkut jumlah air yang
dibutuhkan manusia dalam kegiatan tertentu. Air adalah materi esensial didalam kehidupan,
tidak ada satupun makhluk hidup di dunia ini yang tidak membutuhkan air. Sebagian besar
tubuh manusia itu sendiri terdiri dari air. Tubuh manusia rata-rata mengandung air sebanyak
90 % dari berat badannya. Tubuh orang dewasa, sekitar 55-60%, berat badan terdiri dari air,
untuk anak-anak sekitar 65% dan untuk bayi sekitar 80% . Air bersih dibutuhkan dalam
pemenuhan kebutuhan manusia untuk melakukan segala kegiatan mereka. Sehingga perlu
diketahui bagaimana air dikatakan bersih dari segi kualitas dan bisa digunakan dalam jumlah
yang memadai dalam kegiatan sehari-hari manusia. Ditinjau dari segi kualitas, ada bebarapa
persyaratan yang harus dipenuhi, di antaranya kualitas fisik yang terdiri atas bau, warna dan
rasa, kulitas kimia yang terdiri atas pH, kesadahan, dan sebagainya serta kualitas biologi
diman air terbebas dari mikroorganisme penyebab penyakit. Agar kelangsungan hidup
manusia dapat berjalan lancar, air bersih juga harus tersedia dalam jumlah yang memadai
sesuai dengan aktifitas manusia pada tempat tertentu dan kurun waktu tertentu.
Ditinjau Dari Segi Kualitas (Mutu) Air Secara langsung atau tidak langsung pencemaran
akan berpengaruh terhadap kualitas air. Sesuai dengan dasar pertimbangan penetapan kualitas
air minum, usaha pengelolaan terhadap air yang digunakan oleh manusia sebagai air minum
berpedoman pada standar kualitas air terutama dalam penilaian terhadap produk air minum
yang dihasilkannya, maupun dalam merencanakan
sistem dan proses yang akan dilakukan terhadap sumber daya air
Persyaratan Kualitas Air
Parameter Kualitas Air yang digunakan untuk kebutuhan manusia haruslah air yang tidak
tercemar atau memenuhi persyaratan fisika, kimia, dan biologis.
1. Persyaratan Fisika Air
Air yang berkualitas harus memenuhi persyaratan fisika sebagai berikut:
Jernih atau tidak keruh
Tidak berwarna
Rasanya tawar
Tidak berbau
Temperaturnya normal
Tidak mengandung zat padatan
Persyaratan Kimia
Kandungan zat atau mineral yang bermanfaat dan tidak mengandung zat beracun.
pH (derajat keasaman)
Kesadahan
Besi
Aluminium
Zat organik
Sulfat
Nitrat dan nitrit
Chlorida
Zink atau Zn
1. 3. Persyratan mikrobiologis
Persyaratan mikrobiologis yangn harus dipenuhi oleh air adalah sebagai berikut:
1. Tidak mengandung bakteri patogen, missalnya: bakteri golongan coli; Salmonella typhi,
Vibrio cholera dan lain-lain. Kuman-kuman ini mudah tersebar melalui air.
2. Tidak mengandung bakteri non patogen seperti: Actinomycetes, Phytoplankton colifprm,
Cladocera dan lain-lain. (Sujudi,1995)
COD (Chemical Oxygen Demand)
BOD (Biochemical Oxygen Demand)
(Sumber: Sutrisno, C Totok, 2000. Teknologi Penyediaan Air Bersih. )
D. STANDAR BAKU MUTU AIR MENURUT WHO
STANDAR AIR MINUM
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menyiapkan beberapa pedoman untuk minum kualitas
air yang merupakan titik acuan internasional untuk menetapkan standar dan keselamatan air
minum.
standar air minum WHO, Pedoman Kualitas Air Minum, didirikan di Jenewa, 1993, sebagai
titik acuan internasional untuk menetapkan standar dan mutu air minum.
Elemen /
zat
Simbol /
rumus
Biasanya
ditemukan di
air tawar / air
permukaan /
air tanah
Mutu
berdasarkan
pedoman oleh
WHO
Aluminium Al 0,2 mg / l
Amonia NH 4 <0,2 mg / l
(sampai 0,3
mg / l pada
perairan
Tidak ada
pedoman
anaerob)
Antimon Sb <4 ug / l 0,005 mg / l
Arsenikum Sebagai 0,01 mg / l
Asbes Tidak ada
pedoman
Barium Ba 0,3 mg / l
Berillium Jadilah <1 ug / l Tidak ada
pedoman
Boron B <1 mg / l 0,3 mg / l
Kadmium CD <1 ug / l 0.003 mg / l
Khlorida Cl 250 mg / l
Khrom Cr +3, Cr +6 <2 ug / l 0,05 mg / l
Warna Tidak
disebutkan
Tembaga Cu 2 mg / l
Sianida CN - 0,07 mg / l
Terlaru
toksigen
O 2 Tidak ada
pedoman
Fluor F <1,5 mg / l
(hingga 10)
1,5 mg / l
Kekerasan mg /
l CaCO 3
Tidak ada
pedoman
Hidrogen
sulfida
H 2 S Tidak ada
pedoman
Besi Fe 0,5 - 50 mg / l Tidak ada
pedoman
Memimpin Pb 0,01 mg / l
Manggan Mn 0,5 mg / l
Air raksa Hg <0,5 ug / l 0.001 mg / l
Molibdenum Mb <0,01 mg / l 0,07 mg / l
Nikel Ni <0,02 mg / l 0,02 mg / l
Nitrat dan
nitrit
NO 3, NO 2 50 nitrogen
mg / l Total
Kekeruhan Tidak
disebutkan
pH Tidak ada
pedoman
Selenium Se <<0,01 mg / l 0,01 mg / l
Perak Ag 5-50 ug / l Tidak ada
pedoman
Sodium Na <20 mg / l 200 mg / l
Sulfat SO 4 500 mg / l
Anorganik
timah
Sn Tidak ada
pedoman
TDS Tidak ada
pedoman
Uranium U 1,4 mg / l
Seng Zn 3 mg / l
Senyawa organik
Grup Zat Rumus Mutu
berdasarkan
pedoman oleh
WHO
Diklorinasi
alkana
Karbon tetraklorida C Cl 4 2 ug / l
Diklorometana CH 2 Cl 2 20 ug / l
1,1-Dichloroethane C 2 H 4 Cl 2 Tidak ada
pedoman
1,2-Dichloroethane CH 2 Cl CH 2 Cl 30 ug / l
1,1,1-Trichloroethane CH 3 Cl 3 C 2000 ug / l
Diklorinasi 1,1-Dichloroethene C 2 H 2 Cl 2 30 ug / l
1,2-Dichloroethene C 2 H 2 Cl 2 50 ug / l
ethenesTrichloroethene C 2 H 3 Cl 70 ug / l
Tetrachloroethene C 2 Cl 4 40 ug / l
Hidrokarbon
aromatik
Benzena C 6 H 6 10 mg / l
Toluena C 7 H 8 700 ug / l
Xilena C 8 H 10 500 ug / l
Etilbenzena C 8 H 10 300 mg / l
Styrene C 8 H 8 20 ug / l
Hidrokarbon Aromatik polynuclear
(PAH)
C 2 H 3 N 1 O 5 P 1 3 0,7 ug / l
Diklorinasi
benzenes
Monochlorobenzene (MCB) C 6 H 5 Cl 300 mg / l
Dichlorobenzenes
(DCBs)
1,2-
Dichlorobenzene
(1,2-DCB)
C 6 H 4 Cl 2 1000 ug / l
1,3-
Dichlorobenzene
(1,3-DCB)
C 6 H 4 Cl 2 Tidak ada
pedoman
1,4-
Dichlorobenzene
(1,4-DCB)
C 6 H 4 Cl 2 300 mg / l
Trichlorobenzenes (TCBS) C 6 H 3 Cl 3 20 ug / l
Miscellaneous
konstituen
organik
Di (2-ethylhexyl) adipat (DEHA) C 22 H 42 O 4 80 ug / l
Di (2-ethylhexyl) phthalate (DEHP) C 24 H 38 O 4 8 ug / l
Akrilamida C 3 H 5 NO 0,5 ug / l
Epiklorohidrin (ech) C 3 H 5 Cl O 0,4 ug / l
Hexachlorobutadiene (HCBD) C 4 Cl 6 0,6 ug / l
Ethylenediaminetetraacetic acid
(EDTA)
C 10 H 12 N 2 O 8 200 mg / l
Nitrilotriacetic asam (NTA) N (CH 2 COOH) 3 200 mg / l
Organotins Dialkyltins R 2 Sn X 2 Tidak ada
pedoman
Tributil oksida
(TBTO)
C 24 H 54 O 2 Sn 2 ug / l
Pestisida
Zat Rumus Mutu berdasarkan
pedoman oleh
WHO
Alachlor C 14 H 20 NO 2 Cl 20 ug / l
Aldicarb C 7 H 14 N 2 O 4 S 10 mg / l
Aldrin dan dieldrin C 12 H 8 Cl 6 /
C 12 H 8 Cl 6 O
0,03 ug / l
Atrazin C 8 H 14 N 5 Cl 2 ug / l
Bentazone C 10 H 12 N 2 O 3 S 30 ug / l
Carbofuran C 12 H 15 NO 3 5 ug / l
Chlordane C 10 H 6 Cl 8 0,2 ug / l
Chlorotoluron C 10 H 13 N 2 O Cl 30 ug / l
DDT C 14 H 9 Cl 5 2 ug / l
1,2-Dibromo-3-chloropropane C 3 H 5 Br 2 Cl 1 ug / l
2,4-Dichlorophenoxyacetic asam
(2,4-D)
C 8 H 6 Cl 2 O 3 30 ug / l
1,2-Dichloropropane C 3 H 6 Cl 2 Tidak ada pedoman
1,3-Dichloropropane C 3 H 6 Cl 2 20 ug / l
1,3-Dichloropropene CH 3 Cl CHClCH 2 Tidak ada pedoman
Ethylene dibromide (EDB) CH CH 2 Br 2 Br Tidak ada pedoman
Heptachlor dan heptachlor
epoksida
C 10 H 5 Cl 7 0,03 ug / l
Hexachlorobenzene (HCB) C 10 H 5 Cl 7 O 1 ug / l
Isoproturon C 12 H 18 N 2 O 9 ug / l
Lindane C 6 H 6 Cl 6 2 ug / l
MCPA C 9 H 9 Cl O 3 2 ug / l
Methoxychlor (C 6 H 4 och 3)
2 CHCCl 3
20 ug / l
Metolachlor C 15 H 22 NO 2 Cl 10 mg / l
Molinate C 9 H 17 NOS 6 ug / l
Pendimethalin C 13 H 19 O 4 U 3 20 ug / l
Pentachlorophenol (PCP) C 6 H 5 Cl O 9 ug / l
Permetrin C 21 H 20 Cl 2 O 3 20 ug / l
Propanil C 9 H 9 Cl 2 TIDAK 20 ug / l
Pyridate C 19 H 23 CLN 2 O 2 S 100 ug / l
Simazine C 7 H 12 N 5 Cl 2 ug / l
Trifluralin C 13 H 16 F 3 U 3 O 4 20 ug / l
Chlorophenoxy
herbisida
(termasuk 2,4-D
dan MCPA)
2,4-DB C 10 H 10 Cl 2 O 3 90 ug / l
Dichlorprop C 9 H 8 Cl 2 0 3 100 ug / l
Fenoprop C 9 H 7 Cl 3 O 3 9 ug / l
MCPB C 11 H 13 O 3 Cl Tidak ada pedoman
Mecoprop C 10 H 11 Clo 3 10 mg / l
2,4,5-T C 8 H 5 Cl 3 O 3 9 ug / l
Desinfektan dan disinfektan dengan produk
Grup Zat Rumus Mutu
berdasarka
n pedoman
oleh WHO
Desinfektan Chloramines NH n Cl (3-n),
mana
n = 0,
1 atau 2
3 mg / l
Klorin Cl 2 5 mg / l
Klorin dioksida Clo 2 Tidak ada
pedoman
Yodium Aku 2 Tidak ada
pedoman
Desinfektan
dengan produk
Bromat Br O 3 - 25 ug / l
Klorat Cl O 3 - Tidak ada
pedoman
Klorit Cl O 2 - 200 mg / l
Chlorophenols 2-chlorophenol (2-CP) C 6 H 5 Cl O Tidak ada
pedoman
2,4-Dichlorophenol (2,4-
DCP)
C 6 H 4 Cl 2 O Tidak ada
pedoman
2,4,6-Trichlorophenol
(2,4,6-TCP)
C 6 H 3 Cl 3 O 200 mg / l
Formaldehida HCHO 900 ug / l
MX (3-Chloro-4-dichloromethyl-5-hidroksi-2
(5H)-furanone)
C 5 H 3 Cl 3 O 3 Tidak ada
pedoman
Trihalomethanes Bromoform CH 3 Br 100 ug / l
Dibromochloromethane CH 2 Cl Br 100 ug / l
Bromodichloromethane CH Br Cl 2 60 ug / l
Khloroform CH 3 Cl 200 mg / l
Diklorinasi asam
asetat
Monochloroacetic asam C 2 H 3 Cl 2 O Tidak ada
pedoman
Dikloroasetat asam C 2 H 2 Cl 2 O 2 50 ug / l
Asam trikloroasetat C 2 H 3 Cl 2 O 100 ug / l
Kloral hidrat (trichloroacetaldehyde) C CH 3 Cl
(OH) 2
10 mg / l
Chloroacetones C 3 H 5 O Cl Tidak ada
pedoman
Terhalogenasi
acetonitriles
Dichloroacetonitrile C 2 H 2 Cl N 90 ug / l
Dibromoacetonitrile C 2 H 2 Br N 100 ug / l
Bromochloroacetonitril
e
CH 2 Cl CN Tidak ada
pedoman
Trichloroacetonitrile C 2 Cl 3 N 1 ug / l
Sianogen klorida Cl CN 70 ug / l
Chloropicrin C Cl 3 NO 2 Tidak ada
pedoman
Sumber: http://www.lenntech.com/applications/drinking/standards.com
Anda akan melihat bahwa tidak ada pedoman untuk beberapa elemen dan zat-zat yang
diperhitungkan. Hal ini karena belum ada penelitian yang memadai tentang dampak
dari zat pada organisme, dan oleh karena itu tidak mungkin untuk menentukan batas
pedoman. Dalam kasus lain, alasan untuk pedoman yang tidak ada adalah ketidak-
mungkinan bahwa zat untuk mencapai konsentrasi yang berbahaya dalam air, karena
tdk dpt memecahkan atau kelangkaannya.
Uni Eropa
Uni Eropa juga menyusun pedoman pada kualitas air ditujukan untuk konsumsi
manusia, yang diadopsi dari Dewan pada 3 November 1998. Ini disusun dengan
meninjau nilai-nilai parametrik dari Petunjuk Air Minum tahun 1980, dan
memperkuat pengetahuan terbaru (pedoman WHO dan Komite Ilmiah Toksikologi dan
Ekotoksikologi). Instruksi ini menyediakan dasar yang kuat untuk kedua konsumen di
seluruh Uni Eropa dan pemasok air minum.
standar air minum Uni Eropa
Pedoman Dewan 98/83/EC kualitas air untuk konsumsi manusia. Diadopsi oleh Dewan,
pada tanggal 3 Nopember 1998:
Parameter kimia
Parameter Simbol / rumus Parametrik
nilai (mg / l)
Akrilamida C 3 H 5 NO 0.0001
Antimon Sb 0.005
Arsenikum Sebagai 0.01
Benzena C 6 H 6 0.001
Benzo (a) pyrene C 20 H 12 0.00001
Boron B 1.00
Bromat Br 0.01
Kadmium CD 0.005
Khrom Cr 0.05
Tembaga Cu 2.0
Sianida CN = 0.05
1,2-dikhloroetana CH 2 Cl CH 2 Cl 0.003
Epiklorohidrin C 3 H 5 OCl 0.0001
Fluor F 1.5
Memimpin Pb 0.01
Air raksa Hg 0.001
Nikel Ni 0.02
Nitrat NO 3 50
Nitrit NO 2 0.50
Pestisida 0.0001
Pestisida - Total 0.0005
PAH C 2 H 3 N 1 O 5 P 1 3 0.0001
Selenium Se 0.01
Tetrachloroethene
dan trichloroethene
C 2 Cl 4 / C 2 HCl 3 0.01
Trihalomethanes -
Total
0.1
Vinil klorida C 2 H 3 Cl 0.0005
Indikator parameter
Parameter Simbol /
rumus
Nilai Parametrik
Aluminium Al 0,2 mg / l
Amonium NH 4 0,50 mg / l
Khlorida Cl 250 mg / l
Clostridium
perfringens (termasuk spora)
0 / 100 ml
Warna Diterima konsumen dan tidak ada
perubahan yang abnormal
Daya konduksi 2500 mikrodetik / cm @ 20 o C
Hidrogen konsentrasi ion [H +] ≥ 6,5 dan 9,5 ≤
Besi Fe 0,2 mg / l
Manggan Mn 0,05 mg / l
Bau Diterima konsumen dan tidak ada
perubahan yang abnormal
Oxidisability 5,0 mg / l O2
Sulfat SO 4 250 mg / l
Sodium Na 200 mg / l
Rasa Diterima konsumen dan tidak ada
perubahan yang abnormal
Menghitung koloni 22 o Tidak ada perubahan yang abnormal
Bakteri coliform 0 / 100 ml
Jumlah organik karbon (TOC) Tidak ada perubahan yang abnormal
Kekeruhan Diterima konsumen dan tidak ada
perubahan yang abnormal
Tritium H 3 100 Bq / l
Jumlah indikatif dosis 0,10 mSv / tahun
Parameter mikrobiologi
Parameter Nilai Parametrik
Escherichia coli (E. coli) 0 dalam 250 ml
Enterococci 0 dalam 250 ml
Pseudomonas aeruginosa 0 dalam 250 ml
Menghitung koloni 22 o C 100/ml
Menghitung koloni 37 o C 20/ml
Sumber: http://www.lenntech.com/applications/drinking/standards.com
E. PENGGOLONGAN AIR
Penggolongan air menurut peruntukkannya ditetapkan sebagai berikut :
Golongan A : Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa
pengolahan terlebih dahulu;
Golongan B : Air yang dapat dighunakan sebagai air baku air minum;
Golongan C : Air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan;
Golongan D : Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, dan dapat
dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri, pembangkit listrik tenaga air.
F. KEGUNAAN AIR DALAM INDUSTRI
Air Proses
Kegunaan air dalam proses industri sangat banyak sekali, selain sebagai air baku pada
industri air minum dan pemutar turbin pada pembangkit tenaga listrik, juga sebagai alat bantu
utama dalam kerja pada proses – proses industri. Selain itu juga air digunakan sebagai sarana
pembersihan ( cleaning ) baik itu cleaning area atau alat – alat produksi yang tidak
memerlukan air dengan perlakuan khusus atau cleaning dengan menggunakan air dengan
kualitas dan prasyarat tertentu yang membutuhkan sterilisasi dan ketelitian yang tinggi.
Dalam hal ini pembahasan difokuskan pada air sebagai penghasil energi kalor dan sebagai
penyerap energi kalor ( pendingin ) dalam industri pada umumnya.
Air umpan boiler
Boiller adalah tungku dalam berbagai bentuk dan ukuran yang digunakan untuk
menghasilkan uap lewat penguapan air untuk dipakai pada pembangkit tenaga listrik lewat
turbin, proses kimia, dan pemanasan dalam produksi.
Sistem kerjanya yaitu air diubah menjadi uap. Panas disalurkan ke air dalam boiler, dan uap
yang dihasilkan terus – menerus. Feed water boiler dikirim ke boiler untuk menggantikan uap
yang hilang. Saat uap meninggalkan air boiler, partikel padat yang terlarut semula dalam feed
water boiler tertinggal.
Partikel padat yang tertinggal menjadi makin terkonsentrasi, dan pada saatnya mencapai
suatu level dimana konsentrasi lebih lanjut akan menyebabkan kerak atau endapan untuk
membentuk pada logam boiler.
Feed water harus memenuhi prasyarat tertentu seperti yang diuraikan dalam tabel di bawah
ini :
Parameter Satuan Pengendalian Batas
pH Unit 10.5 – 11.5
Conductivity µmhos/cm 5000, max
TDS ppm 3500, max
P – Alkalinity ppm -
M – Alkalinity ppm 800, max
O – Alkalinity ppm 2.5 x SiO2, min
T. Hardness ppm -
Silica ppm 150, max
Besi ppm 2, max
Phosphat residual ppm 20 – 50
Sulfite residual ppm 20 – 50
pH condensate Unit 8.0 – 9.0
NALCOH. Reference
Ketidaksesuaian kriteria air umpan boiler menurut baku mutu diatas akan mempengaruhi
berbagai hal, misalnya :
1. Korosi
Peristiwa korosi adalah peristiwa elektrokimia, dimana logam berubah menjadi bentuk
asalnya akibat dari oksidasi yang disebabkan berikatannya oksigen dengan logam, atau
kerugian logam disebabkan oleh akibat beberapa kimia
Penyebab korosi Boiller:
– Oksigen Terlarut
– Alkalinity ( Korosi pH tinggi pada Boiler tekanan tinggi )
– Karbon dioksida ( korosi asam karbonat pada jalur kondensat )
– Korosi khelate ( EDTA sebagai pengolahan pencegah kerak )
Akibat dari peristiwa korosi adalah penipisan dinding pada permukaan boiler sehingga dapat
menyebabkan pipa pecah atau bocor.
2. Kerak
Pengerakan pada sistem boiler :
– Pengendapan hardness feedwater dan mineral lainnya
– Kejenuhan berlebih dari partikel padat terlarut ( TDS ) mengakibatkan tegangan permukaan
tinggi dan gelembung sulit pecah
– Kerak boiler yang lazim : CaCO3, Ca3 (PO4)2, Mg(OH)2, MgSiO3, SiO2, Fe2(CO3)3, FePO4
3. Endapan
Pembekuan material non mineral pada boiler, umumnya berasal dari:
– Oksida besi sebagai produk korosi
– Materi organic ( kotoran – bio, minyak dan getah ), Boiler bersifat alkalinity jika terkena
gliserida maka akan terjadi reaksi penyabunan.
– Partikel padat tersuspensi dari feedwater ( tanah endapan dan pasir )
Dari peristiwa – peristiwa ini mengakibatkan terbentuknya deposit pada pipa superheater,
menyebabkan peristiwa overheating dan pecahnya pipa, terbentuknya deposit pada sirip
turbin, menyebabkan turunnya effisiensi
Air pendingin dan sirkulasi sebagai Cooling tower dan Chiller
Colling tower atau menara pendingin adalah suatu sistem pendinginan dengan prinsip air
yang disirkulasikan. Air dipakai sebagai medium pendingin, misalnya pendingin condenser,
AC, diesel generator ataupun mesin – mesin lainnya.
Jika air mendinginkan suatu unit mesin maka hal ini akan berakibat air pendingin tersebut
akan naik temperaturnya, misalnya air dengan temperature awal ( T1 ) setelah digunakan
untuk mendinginkan mesin maka temperaturnya berubah menjadi ( T2 ). Disini fungsi
cooling tower adalah untuk mendinginkan kembali T2 menjadi T1 dengan blower / fan
dengan bantuan angin. Demikian proses tersebut berulang secara terus menerus.
Sedangkan pada chiller temperature yang dibutuhkan relative lebih rendah dibandingkan
penggunaan Colling tower.
Beda antara cooling dan chiller adalah pada sistem yang digunakan. Maksudnya, bila cooling
adalah sistem terbuka sedangkan pada chiller adalah sistem tertutup sehingga proses
penguapan lebih rendah dibandingkan dengan sistem terbuka.
Sistem air cooling dapat dikategorikan dua tipe dasar, sebagai berikut :
1. Sistem air cooling satu aliran
Sistem air cooling satu arah adalah satu diantara aliran air yang hanya melewati satu kali
penukar panas. Dan lalu dibuang kepembuangan atau tempat laindalam proses.
Sistem tipe ini mempergunakan banyak volume air. Tidak ada penguapan dan mineral yang
terkandung didalam air masuk dan keluar penukar panas. Sistem air cooling satu arah biasa
digunakan pada terminal tenaga besar dalam situasi tertutup dari air laut atau air sungai
dimana persediaan air cukup tinggi.
2. Sistem air cooling sirkulasi
Pada sistem sirkulasi terbuka ini, air secara berkesinambungan bersikulasi melewati peralatan
yang akan didinginkan dan menyambung secara seri. Transfer panas dari peralatan ke air, dan
menyebabkan terjadinya penguapan ke udara. Penguapan menambah konsentrasi dan padatan
mineral dalam air dan ini adalah efek kombinasi dari penguapan dan endapan, yang
merupakan konstribusi dari banyak masalah dalam pengolahan dengan sistem sirkulasi
terbuka.
Pada peristiwa sirkulasi air ini, akan terjadi proses – proses sebagai berikut :
a. Pendinginan air cooling tower adakah atas dasar penguapan ( Evaporasi )
Pada peristiwa fisika dikenal prinsip “ jumlah kalor yang diterima = jumlah kalor yang
dilepaskan “. Kalor untuk melakukan pendinginan dari T2 menjadi T1 sama dengan kalor
penguapan atau dengan kata lain air tersebut menjadi dingin dikarenakan sebagian dari air
tersebut menguap.
Untuk cooling tower, besarnya penguapan dapat dihitung bila diketahui kapasitas pompa
sirkulasi ( m3/jam )
b. Pada air Cooling tower terjadi pemekatan Garam.
Dengan adanya penguapan maka lama kelamaan seluruh mineral yang tidak dapat menguap
akan berkumpul sehingga terjadi pemekatan. Dengan banyaknya mineral yang terkandung
pada air Cooling tower perlu dilakukan proses Bleed Off dan penambahan air make up. Air
yang menguap adalah air yang murni bebas dari garam – garam mineral dengan konsentrasi =
0. Pada cooling tower dapat diketahui siklus air pada unit cooling tower adalah dengan cara :
Dengan rumus
Cycle = Tower water chloride
Make up water chloride
Tanpa menggunakan parameter khlorida, siklus dapat diketahui dengan membaca
konduktivity, yaitu dengan membandingkan konduktivity air tower dengan konduktivity air
make up.
Masalah yang sering timbul dalam pada seluruh sistem air cooling adalah:
– Korosif
Pada pH yang rendah menyebabkan terjadinya korosi pada logam. Begitu juga nitrifying.
Penyebab lain adalah dengan adanya bakteri yang dapat menghasilkan asam sulfat. Bakteri
yang memiliki kemampuan untuk mengubah hydrogen sulfide menjadi sulfur kemudian
mengubah menjadi asam sulfat. Bakteri ini menyerang logam besi, logam lunak dan steiless
steel, hidup sebagai anaerobic ( tanpa udara )
– Kerak
Pembentukan kerak diakibatkan oleh kandungan padatan terlarut dan material anorganik yang
mencapai limit control.
Metode yang digunakan untuk mencegah terjadinya pembentukan kerak antara lain :
1. Menghambat kerak dengan mengontrol pH
Dalam keadaan asam lemah ( kira – kira pH 6,5 ). Asam sulfat yang paling sering digunakan
untuk ini, memiliki dua efek dengan memelihara pH dalam daerah yang benar dan mengubah
kalsium karbonat, ini memperkecil resiko terbentuknya kerak kalsium sulfat. Ini memperkecil
resiko terbentuknya kerak kalsium karbonat dan membiarkan cycle yang tinggi dari
konsentrasi dalam sistem.
1. Mengontrol kerak dengan bleed off
Bleed off pada sirkulasi air cooling terbuka sangat penting untuk memastikan bahwa air tidak
pekat sebagai perbandingan untuk mengurangi kelarutan dari garam mineral yang kritis. Jika
kelarutan ini berkurang kerak akan terbentuk pada penukar panas.
1. Mengontrol kerak dengan bahan kimia penghambat kerak.
Bahan kimia umumnya berasal dari organic polimer, yaitu polyacrilik dan polyacrilik buatan.
– Masalah mikrobiologi
Microorganisme juga mampu membentuk deposit pada sembarangan permukaan. Hampir
semua jasad renik ini menjadi kolektor bagi debu dan kotoran lainnya. Hal ini dapat
menyebabkan efektivitas kerja cooling tower menjadi terganggu.
– Masalah kontaminasi
Keadaan cooling tower yang terbuka dengan udara bebas memungkinkan organisme renik
untuk tumbuh dan berkembang pada sistem, belum lagi kualitas air make up yang digunakan.
G. KESIMPULAN
Masalah air bersih merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusiaa. Dimana
setiap hari kita membutuhkan air bersih untuk minum, memasak, mandi, mencuci dan
sebagainya. Penggunaan air yang bersih untuk kegiatan sehari-hari tentunya membuat
manusia terhindar dari penyakit. Sebagia besar tubuh manusia terdiri atas air, yang berfungsi
sebagai pelarut dan peyusun segala system tubuh manusia. Agar air yang digunakan untuk
kegiatan manusia tidak berdampak negative bagi manusia, maka perlu diketahui persyaratan
air bersih. Kualitas air bersih dapat ditinjau dari segi fisik, kimia dan biologis. Kualitas fisik
ditinjau bau, rasa, dan warna. Kualitas kimia dapat diteliti melalui pengamatan tentang
kesadahan, pH, kandungan ion dan sebagainya. Sedangkan ada aatu tidaknya
mikroorganisme penyebab penyakit pada air merupakan syarat biologi air bersih. Selain dari
segi kualitas, jumlah air juga harus memadai dalam rangka pemenuhan kebutuhan manusia.
Air digunakan manusia untuk mandi, minum, mencuci, pertanan, perikanan dan lain
sebagainya. Masing-masing kegiatan tersebut memerlukan jumlah air yang beragam. Sumber
air yang ada di permukaan bumi dapat diolah menjadi air minum dengan berbagai teknik
yang telah berkembang, sehingga kebutukhan air minum yang memenuhi persyaratan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia dapat terpenuhi bagi seluruh lapisan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Chatip. 1997. Pengolahan Air Minum. Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan. Yogyakarta.
Razif, M. 2001. Pengolahan Air Minum. Surabaya. Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Sutrisno, C Totok, 2000. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta :Rineka Cipta.
Suyono, 1993. Pengelolaan Sumber Daya Air. Fakultas Geografi Universitas
http://en.wikipedia.org/wiki/ Sumber_daya_air
http://smk3ae.wordpress.com
http://www.who.int/water_sanitation_health.com
http://www.lenntech.com/applications/drinking/standards.com