Upload
mahfiraramadhania
View
73
Download
18
Embed Size (px)
DESCRIPTION
lllll
Citation preview
PENDAHULUAN
Tumor jinak merupakan manifestasi dari kekacauan pertumbuhan kulit yang bersifat
kongenital atau akuisita tanpa tendensi invasif dan metastasis dapat berasal dari vaskular dan
non vaskular. Tumor jinak yang paling sering ditemukan ialah nevus pigmentosus,
xantelasma, siringioma, adenoma sebaseum, trikoepitelioma, keratosis seboroik, skintag,
kista, limfangioma, keratoakantoma, dermatofibroma, keloid, granuloma piogenikum dan
hemangioma. Tumor jinak ini umumnya dengan tindakan bedah skalpel menghasilkan
sikatriks yang secara kosmetik memuaskan. Tumor jinak multipel yang sering ditemukan
setelah usia 40 tahun, ialah keratosis seboroik. Terapi yang paling murah dan mudah ialah
dengan bedah listrik. Penampilan tumor jinak yang dini kadang-kadang sulit dibedakan
dengan karsinoma sel basal.
Tindakan bedah tumor jinak, lebih dini dilakukan akan memberikan kepuasan yang
lebih optimal. Misalnya pada xantelasma, lebih dini dilakukan pengangkatannya akan
memberikan hasil yang lebih baik. Tindakan bedah scalpel bila dilakukan secara lege artis
umumnya tanpa ada penyulit. Untuk daerah daerah tertentu misalnya ; alis, lipatan nasolabial,
teknik sayatan bukan fusiform akan tetapi disesuaikan dengan kebutuhan. Di alis umumnya
dibuat sayatan V dan W plasty, sedang disekitar hidung bila perlu dengan sayatan T plasty.
Semua tindakan bedah ini akan memberikan hasil yang optimal bila operatornyatelah
terlatih. Bedah kulit merupakan salah satu cara penyumpahan kelainan kulit, yang hendaknya
diketahui, dihayati dan dipraktekkan dengan rambu-ramb etika kedokteran.
1
A. ANATOMI KULIT
Kulit merupakan bagian terluar dari tubuh manusia, yang bersifat melindungi tubuh
dari pengaruh lingkungan. Secara anatomis, kulit dibagi menjadi 3 lapisan yaitu :
1. Lapisan Epidermis
Epidermis terdiri dari:
a. Stratum korneum (lapisan tanduk)
Adalah lapisan kulit yang paling luar dan terdiri dari beberapa lapis sel-sel
gepeng yang mati, tidak berinti dan protoplasmanya telah berubah menjadi
keratin (zat tanduk)
b. Stratum lusidum
Terdapat dibawah lapisan korneum, merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti
dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan
tersebut tampak lebih jelas di telapak tangan dan kaki.
c. Stratum granulosum (lapisan keratohialin)
Merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan
terdapat inti diantaranya. Butir-butir kasar ini terdiri atas keratohialin. Mukosa
biasanya tidak mempunyai lapisan ini. Stratum granulosum juga tampak jelas di
telapak tangan dan kaki
d. Stratum spinosum (stratum malphigi)
Terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang besarnya berbeda-
beda karena adanya mitosis. Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung
glikogen, dan inti terletak ditengah-tengah. Sel-sel ini makin dekat ke
permukaan makin gepeng bentuknya. Diantara sel-sel stratum spinosum
terdapat jembatan-jembatan antar sel (intercelluler bridges) yang terdiri atas
protoplasma dan tonofibril atau keratin. Perlekatan antar jembatan-jembatan ini
membentuk penebalan bulat kecil yang disebut nodulus Bizzozero. Diantara sel-
sel stratum spinosum mengandung banyak glikogen.
e. Stratum basale
Terdiri atas sel-sel berbentuk kubus (kolumnar) yang tersusun vertikal pada
perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar (palisade). Lapisan ini
merupakan lapisan yang paling bawah. Sel-sel basal ini mengadakan mitosis
dan berfungsi reproduktif. Lapisan ini terdiri atas dua jenis sel, yaitu :
- Sel-sel yang berbentuk kolumnar dengan protoplasma basofilik, inti lonjong
dan besar, dihubungkan satu dengan yang lain oleh jembatan antar sel.
2
- Sel pembentuk melanin (melanosit) atau clear cell merupakan sel-sel
berwarna muda, dengan sitoplasma basofilik dan inti gelap, dan mengandung
butir pigmen (melanosomes).
2. Lapisan Dermis
Adalah lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal daripada epidermis. Lapisan
ini terdiri atas lapisan elastik dan fibrosa padat dengan elemen-elemen selular dan
folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
a. Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol ke epidermis berisi ujung serabut saraf
dan pembuluh darah
b. Pars retikuler, yaitu bagian bawahmya yang menonjol ke arah subkutan, bagian
ini terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya serabut kolagen, elastin, dan
3
retikulin. Dasar (matriks) lapisan ini terdiri atas cairan kental asam hialuronat
dan kondroitin sulfat, dibagian ini terdapat pula fibroblas. Serabut kolagen
dibentuk oleh fibroblas, membentuk ikatan (bundel) yang mengandung
hidroksiprolin dan hidroksisilin. Kolagen muda bersifat lentur dengan
bertambahnya umur menjadi kurang larut sehingga makin stabil. Retikulin mirip
kolagen muda. Serabut elastin biasanya bergelombang, berbentuk amorf dan
mudah mengembang serta lebih elastis.
3. Lapisan subkutis
Adalah kelanjutan dermis terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak
didalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti terdesak ke
pinggir sitoplasma lemak yang bertambah. Sel-sel ini membentuk kelompok yang
dipisahkan satu sama lain oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan sel-sel lemak disebut
dengan panikulus adiposa, berfungsi sebagai cadangan makanan. Dilapisan ini
terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan getah bening. Tebal tipisnya
jaringan lemak tidak sama bergantung pada lokalisnya. Di abdomen dapat mencapai
ketebalan 3 cm, didaerah kelopak mata dan penis sangat sedikit. Lapisan lemak ini
juga merupakan bantalan. Vaskularisasi di kulit diatur oleh 2 pleksus, yaitu pleksus
yang terletak dibagian atas dermis (pleksus superfisial) dan yang terletak di subkutis
(pleksus profunda).
Adneksa kulit
4
Adneksa kulit terdiri dari kelenjar kulit (kelenjar ekrin, apokrin dan sebaseus),
rambut dan kuku.
Kelenjar kulit
Kelenjar ekrin berbentuk spiral danbermuara langsung ke permukaan kulit. Kelenjar
ini terdapat seluruh permukaan tubuh terutama di telapak tangan, kaki, dahi, dan
aksila. Sekresinya bervariasi pada tiap individu dan dipengaruhi oleh saraf
koligernik, rangsang panas, status emosional, dll. Sekretnya mengandung 99,5% air
ditambah dengan sisa elektrolit, karbohidrat, asam amino, urea, laktat, amonia,
hormon, obat, vitamin, dll. Dengan pH 4 – 6,8. Kelenjar ini terdapat di aksila, areola
mamae, anogenital, kelenjar mata, saluran telinga luar. Sekretnya ketal, mengkilat,
dipengaruhi saraf adrenergik dan ketokolamin dan pengeluaranya episodik,
meskipun diproduksi terus menerus. Kelenjar ekrin dan apokrin baru berfungsi 40
minggu setelah kelahiran. Kelenjar sebasea merupakan kelenjar hilokrin, terdapat
diseluruh permukaan kulit kecuali telapak tangan dan kaki. Sekretnya disebut
sebum, mengandung asam lemak bebas, skualen, wax esterdan kolesterol. Kelenjar
ini aktif pada bayi, berkurang pada anak dan bertambah saat pubertas.
B. FISIOLOGI KULIT
Kulit memiliki fungsi bermacam-macam untuk menyesusaikan diri dengan
lingkungannya.
a. Sebagai pelindung (proteksi)
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis, misalnya
tekanan, gesekan, tarikan. Gangguan kimiawi misalnya : zat-zat kimiawi terutama
bersifat iritan, contohnya lisol, karbol, asam, dan alkali kuat lainnya yang bersifat
panas, misalnya radiasi, sengatan sinar ultra violet, gangguan infeksi luar terutama
kuman/bakteri maupun jamur. Melanosit turut berperan dalam melindungi kulit
terhadap pajanan sinar matahari dengan mengadakan tanning. Proteksi rangsangan
kimia dapat terjadi karena sifat stratum korneum yang impermeabel terhadap
berbagai zat kimia dan air, disamping itu terdapat lapisan keasaman kulit yang
melindungi kontak zat-zat kimia dengan kulit. Lapisan keasaman kulit ini mungkin
terbentuk dari hasil ekskresi keringat dan sebum, keasaman kulit menyebabkan pH
kulit berkisar pada pH 5-6,5 sehingga merupakan perlindungan kimiawi terhadap
5
infeksi bakteri maupun jamur. Proses keratinisasi juga berperanan sebagai sawar
(barrier) mekanis karena sel-sel mati melepaskan diri secara teratur.
b. Fungsi absorbsi
Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban,
metabolisme dan jenis vehikulum. Penyebaran dapat penyerapan dapat berlangsung
melalui celah antara sel, menembus sel-sel epidermis atau melalui muara saluran
kelenjar tetapi lebih banyak yang melalui sel-sel epidermis daripada yang melalui
muara kelenjar.
c. Fungsi ekskresi
Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau sisa
metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam dan amonia.
d. Fungsi persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Terhadap
rangsangan panas diperankan oleh badan-badan Ruffini di dermis dan subkutis.
Terhadap dingin diperankan oleh badan-badan Krause yang terletak di papila dermis
berperan terhadap rabaan, demikian pula badan merkel Ranvier yang terletak di
epidermis. Sedangkan terhadap tekanan diperankan oleh badan pacini di epidermis.
Saraf-saraf sensorik tersebut lebih banyak jumlahnya di daerah yang erotik.
e. Fungsi pengaturan suhu tubuh
Kulit melakukan peranan ini dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerut (otot
berkontaksi) pembuluh darah kulit. Kulit kaya akan pembuluh darah sehingga
memungkinkan kulit mendapat nutrisi yang cukup baik. Tonus vaskular dipengaruhi
oleh saraf simpatis (asetilkolin). Pada bayi biasanya dinding pembuluh darah belum
terbentuk sempurna, sehingga terjadi ekstravasasi cairan, karena itu kulit bayi tampak
lebih edematosa karena lebih banyak mengandung air dan Na.
f. Fungsi pembentukan pigmen
Sel pembentuk pigmen (melanosit) ,terletak di lapisan basal dan sel ini berasal dari
rigi saraf. Perbandingan jumlah sel basal : melanosit adalah 10:1. Jumlah melanosit
dan butiran pigmen (melanosomes) menentukan warna kulit ras maupun individu.
Melanosom dibentuk oleh alat Golgi dengan bantuan enzim tirosinase, ion Cu dan O2.
Pajanan terhadap sinar matahari mempengaruhi produksi melanosom. Pigmen
disebar ke epidermis melalui tangan-tangan dendrit sedangkan lapisan kulit
dibawahnya dibawa oleh sel melanofag (melanofor). Warna kulit tidak sepenuhnya
6
dipengaruhi oleh pigmen kulit, melainkan juga oleh tebal, tipisnya kulit, reduksi Hb,
oksi Hb, dan karoten.
g. Fungsi Keratinin
Lapisan epidermis dewasa mempunyai 3 jenis sel utama yaitu keratinosit, sel
langerhans, melanosit. Keratinosit dimulai dari sel basal mengadakan pembelahan,
sel basal yang lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel
spinosum, makin keatas sel menjadi semakin gepeng dan bergranula menjadi sel
granulosum. makin lama inti menghilang dan keratinosit ini menjadi sel tanduk yang
amorf. Proses ini berlangsung terus-menerus seumur hidup dan sampai sekarang
belum sepenuhnya dimengerti. Proses ini berlangsung selama 14 sampai 21 hari dan
memberi perlindungan terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.
h. Pembentukan vit D
Pembentukan vit D berlangsung pada stratum spinosum dan stratum basale yaitu
dengan mengubah 7 hidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari.
7
Beberapa penyakit yang termasuk dari tumor pada kulit ialah :
a. NEVUS PIGMENTOSUS
Nevus pigmentosus merupakan tumor jinak yang tersusun dari sel-sel nevus.
Kelainan kulit yang disertai pigmentasi merupakan masalah yang banyak ditemukan
di klinik, salah satunya adalah nevus pigmentosus. Hampir setiap orang mempunyai
nevus, sedangkan nevus yang mengalami perubahan mempunyai resiko 400 kali lebih
tinggi untuk menjadi ganas.
- ETIOLOGI
Sel-sel nevus kulit berasal dari neural cest, sel-sel ini membentuk sarang-sarang
kecil pada lapisan sel basal epidermis dan pada zona taur dermoepidermal. Sel-sel ini
membelah dan masuk dermis dan membentuk sarang-sarang pada dermis.
- MANIFESTASI KLINIK
Nevus pigmentosus dapat terjadi di semua bagian kulit tubuh termasuk membrana
mukosa dengan permukaan tubuh. Lesi dapat datar, papuler atau papilomatosa,
biasanya berukuran 24mm namun dapat bervariasi dari sebesar peniti sampai sebesar
telapak tangan. Pigmentasi juga bervariasi dari warna kulit sampai coklat kehitaman.
Nevus pigmentosus kongenital merupakan nevus yang terdapat sejak lahir atau
timbul beberapa bulan setelah kelahiran. Menurut ukurannya dapat dibagi menjadi 3
kelompok : lesi kecil bila diameter nevus lebih kecil dari 1,5cm sampai dengan 20cm
dan lesi luas bila bergaris tengah dari 20cm.
Nevus sebaseus Jadassohn (NSI) adalah lesi hamartomatosa yang berbatas tegas,
sebagian besar terdiri dari kelenjar sebasea dan biasanya timbul di wajah dan kulit
kepala. Nevus ini jarang berhubungan dengan bermacam-macam defek ektodermal
dan mesodermal.
8
Nama lain adalah nevus sebasea, nevus sebaseus linearis, hiperplasia kelenjar
sebasea kongenital, hamartoma kelenjar sebasea, adenoma sebasea sirkumskripta, pilo
syringo sebaseus nevi, nevus organois dan nevus epiteliomatosus sebaseus kapitis.
NSJ merupakan pertumbuhan yang jarang ditemukan. Didapatkan pada kurang
lebih 0,3% dari seluruh neonatus dengan angka kejadian yang sama pada laki-laki dan
wanita. Tidak didapatkan fakotr rasial/etnik, familial atau faktor genetik. NSJ
dikatakan berasal dari sel germinativum dari lapisan basal epidermis embrionik yang
mempunyai potensi untuk berdiferensiasi menjadi tipe tumor epitelial.
Gambaran klinis NSJ biasanya berupa lesi yang soliter atau multipel berbentuk
plakat yang berbatas tegas berwarna kuning kecoklatan, orange, atau merah
mengkilat,verokosus dengan diameter bebrapa milimeter sampai beberapa sentimeter.
Lesi paling sering terdapat pada kepala dapat juga pada wajah, leher dan batang
tubuh. Nevus ini biasanya tampak pada saat lahir atau beberapa waktu kemudian.
Pada masa kanak-kanak sampai sebelum pubertas lesi biasanya berbentuk datar, tetapi
akan tumbuh menjaddi verokosus dan lebih tebal, menetap seumur hidup dan
menimbulkan alopesia. Lesi NSJ yang luas dan linier dikenal dengan sindrom nevus
sebaseus, menunjukkan kelainan-kelainan sistemik seperti epilepsi, retardasi mental,
kelainan sistem saraf kelainan tulan, kelainan mata dan ginjal.
Sindrom nevus epidermal (SNE) atau disebut juga organois nevus phakomatosis,
Schimmerlpenning, sindrom Feuerstein dan Mim serta sindrom solomon merupakan
suatu sindrom kongenital didapt yang diturunkan secara autosomal dominan. Penyakit
ini ditandai adanya kelaian kulit berupa nevus epidermal yang berhubungan dengan
berbagai kelainan pada sistem organ lain yaitu susunan saraf pusat, skletal,
kardiomaskular, mata dan urogenital.
Penyebab SNE belum diketahui dengan pasti, namun diduga karena adanya
kesalahan migrasi dan perkembangan jaringam embrionik atau terjadinya kesalahan
pada proses pemisahan ektoderin dari neural tube.
Penyakit ini lebih sering disertai dengan kelainan skletal, sarat dan mata. Kelainan
skeletal ditemukan pada 15-70% pasien, kelainan neurologik ditemukan pada 15-50%
pasien dengan kelainan mata ditemukan pada 9-30% pasien. Sindrom nevus
epidermal merupakan suatu kasus yang jarang ditemukan, angka kejadiannya hanya
9
16% dari seluruh kasus nevus epidrmal. Penyakit ini dapat ditemukan sejak lahir
hingga usia 40 tahun dengan perbandingan yang sama antara laki-laki dan perempuan.
Pemeriksaan histopatologi selain memerlukan waktu juga tidak semua pasien
setuju untuk biopsi. Pada keadaan biopsi tidak dapat dilaksanakan, diperlukan suatu
cara untuk lebih mendekato diagnosis histopatologi berddasarkan hal tersebut makan
dikembangkan alat yang disebut surface microscopy dengan menggunakan tehnik
mikroskop epiteuminesen. Tehnik ini non invasive yang memungkinkan untuk
melihat secara in vivo gambar histomorfologi kulit dan memberikan harapan bagi
para klinis untuk membuat diagnosis kelaina pigmentasi kulit secara lebih akurat.
Apabila gambaran klinis nevus bias dipertajam dengan tehnik epiluminesenm maka
banyak manfaat yang akan didapat.
- DIAGNOSIS BANDING
o Melanoma maligna
o Nevus sel epiteloid
o Histiositoma
o Keratosis seboroik berpigmen
- PENATALAKSANAAN
Pada umumnya tidak diperlukan pengobatan. Namun bila menimbulkan masalah
secara kosmetik atau sering terjadiiritasi karena gesekan pakaian , dapat dilakukan
bedah eksisi. Bila ada kecurigaan ke arah keganasan dapat dilakukan dengan
pemeriksaan histopatologi.
- PROGNOSIS
Pada umumnya baik. Tetapi pada nevus junctional dan nevus compound harus
mendapat perhatian karena ada kemungkinan berubah menjadi ganas.
b. XANTHELASMA
Bentuk ini adalah bentuk yang paling sering ditemukan diantara xantoma, terdapat
pada kelopak mata, khas dengan papula/plak yang lunak memanjang berwarna kuning-
orange, biasanya pada kantus bagian dalam. Khas juga, panjang lesi 2-3 cm dan biasanya
10
simetris yang condong menetap, berlanjut, multiple dan bersatu. Seringkali xanthelasma
disertai dengan tipe xantoma yang lain, tetapi umumnya berdiri sendiri.
Kelainan ini terlihat pada umur pertengahan. Biasa ditemukan pada wanita yang
menderita penyakit hati dan bilier. Xantelasma juga dapat terlihat pada bermcam
hiperpoproteinemia familier, teristimewa pada hiperkolesterolemia. Juga biasa ditemukan
pada xantoma planum generalisata, oenyakit obstruksi hepar miksedema, diabetes
fitosterolemia.
- DIAGNOSIS
Diagnosis klinik xantoma primer sangat khas. Pada pemeriksaan ditemukan macula,
papula, plak atau nodula yang berwarna kekuning-kuningan dan pada anamnesa
ditemukan adanya anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.
Disamping itu tanda dan gejala klinis yang khas untuk pengobatan perlu dilakukan
pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan total kolesterol trigliserida HDL dan
LDL kolesterol dan total lipid untuk menetapkan diagnosis berdasarkan pembagian
Frederickson dan Patker
- PENATALAKSANAAN
Pengobatan yang berhasil pada xantelasma hanya pembedahan. Pengobatan juga
berhasil dengan fulgurasi, kauter dengan asam trikorasetik, laser CO2 dan cara
lainnya. Semua pengobatan ini tidak menjamin bahwa tidak akan timbul lesi yang
baru. Tetapi obat dan makanan juga dilakukan untuk menjaga agar penyakit jangan
sampai berlanjut ke tingkat yang lebih parah atau fatal. Terapi yang ideal adalah terapi
11
genetik. Terapi makanan dan obat disesuaikan dengan klasifikasi
hiperlipoproteinemia yang dikemukakan oleh Frederickson dan parker yaitu :
Pada tipe I Frederickson, makanan yang diberikan rendah lemak dan obat
asam nikotinar. Tipe 2a dan 2b dan tipe 3, makanan yang diberikan harus rendah
kalori, rendah karbohidrat, rendah alkohol, rendah kolesterol, lemak tidak jenuh dan
rendah lemak jenuh. Obat yang diberikan klofibrat, khlestiramin, kolestipol, klofibrat,
gemfibrosil. Pada tipe 4 dan 5 makanan yang diberikan rendah kalori, rendah
karbohidrat, rendah lemak dan rendah alkohol. Obat yang diberikan gemfibroskl dan
klofibrat. Pada tipe campuran dianjurkan makanan rendah kolesterol, lemak tak jenuh,
rendah kalori.
c. SIRINGOMA
Siringoma adalah tumor jinak adenoma duktus kelenjar ekrin intraepidermis dan
digolongkan dalam less mature tumors. Terdapat 2 bentuk klinis, namun ada yang
mengatakan menjadi 3 kelompok yaitu :
1. Siringoma periorbital (Periorbital Syringoma)
2. Siringoma eruptif (Eruptive syringoma, Eruptive hidradenoma,
Disseminated syringoma)
3. Varian lain ; bentuk linear unilateral atau distribusi nevoid, terbatas linear,
terbatas pada scalp, terbatas pada vulva, terbatas pada ekstremitas distal,
lichen plants-like tipe milia
Bentuk klinis tersering atau pada umumnya ialah periorbital dan tempat predileksi
tersering mula timbilnya di periorbita inferior/kelopak mata bagian bawah. Lebih
banyak dijumpai pada wanita dibandingkan pria, dengan awitan wanita usia tersering
ialah pubertas, namun penulis lain menyebutkan dapat timbul pada semua kelompok
usia.
- GAMBARAN KLINIK
Gambaran klinis lesi ialah papul-papul datar lunak/padat lunak, diameter 1-2mm/2-
3mm dengan warna umumnya seperti warna kulit (Skincolored) atau sedikit kekuningan
tapi dapat pula agak merah muda atau bahkan kecoklatan yang tersebar khususnya
didaerah kelopak mata, leher, serta dapat pula bentuk generalisata yaitu pda dada, daerah
12
epigastrik atau abdomen dan bahkan dapat pula didaerah penis vulva serta jari-jarin
tangan. Gambaran histopatologis siringoma ialah ditemukan sejumlah besar duktus kecil
dalam stroma fibrosa dengan dinding terdiri dari 2 baris sel epitel yang pada banyak kasus
sel-sel tersebut piph atau gepeng. Kadang-kadang sel-sel epitel pada baris dalam tampak
berongga. Lumen duktus mengandung debris amorfik. Juga ditemukan adanya epitel
strand yang solid dan basofilik diluar duktus. Kadang-kadang dekat epidermis dijumpai
kista duktus yang didalam luminanya dipenuhi dengan keratin dan dibatasi dengan sel-sel
yang mengandung granula keraatohialin. Kista keratin ini mnyerupai milia dan terkadang
mengalami ruptur sehingga menimbulkan reaksi benda asing. Dalam keadaan jarang, sel-
sel tumor tampak seperti clear cells sebagai akibat akumulasi glikogen. Untuk
memastikan asal tumor yaitu diferensiasi ekrin dapat dibuktikan dengan pemeriksaan
imunohistokimiawi.
- DIAGNOSIS BANDING
o Milia
o Angiofibroma
o Hyperplasia sebasea
o Xanthoma eruptif
o Hidrostoma
o Akne vulgaris
- PENATALAKSANAAN
Pengobatan pilihan ialah destruksi tumor anatara lain dengan cara kuretase, dapat pula
dilakukan kauterisasi kimiawi, biopsi plong, elektrodesikasi dan laser CO2 defocused
beam. Beberapa tehnik pengobatan siringoma belakangan ini banyak dikembangkan
antara lain elektrodesikasi dengan menggunakan short burst high frequency low
voltage intralesional dengan memakai elektroda jarum halus atau jarum epilasi atau
13
scanned CO2 laser dan kombinasi laser CO2 vaporisasi dengan aplikasi asam
trikloroasetat 50 memberikan hasil yang cukup memuaskan tanpa jaringan parut dan
bebas lesi 24 bulan hingga 4 tahun. yang utama dalam penatalaksanaan siringoma ini
ialah memberikan keyakinan pada penderita bahwa kelainan ini tidak membahayakan
sehingga tidak diperlukan tindakan agresfi.
d. TRIKOEPITELIOMA
Trikoepitelioma adalah suatu tumor folikuler jinak apparatus pilosebaseus
dapat berbentuk soliter maupun multipel. Tumor ini pertama kali ditemukan oleh
Brookw pada tahun 1892 dengan nama Epithelioma adenoids cysticum.
Trikoepiteliuma multipel biasanya diturunkan secara autosomal dominan. Sedangan
bentuk soliter biasanya non herediter. Lesi-lesi ini mulai muncul semasa anak-anak
dan akan menetap dan bertambah banyak setelah dewasa. Umumnya dijumpai lebih
banyak dari wanita dibandingkan pria. Tempat predileksi tersering adalah wajah
terutama pada lipatan nasolabia, kelopak mata dan bibi atas. Selain itu juga dapat
mengenai kulit kepala leher dan badan bagian atas. Tumor ini berukuran antara 2-
3mm bentuk lesi dapat berupa papula nodul yang multipel permukaan halus,
mengkilat warnanya seperti kulit normal dengan konsistensi padat. Distribusi simetris
dan untuk lesi yang lebih besar dapat berwarna kekuning-kuningan atau pink.
Sedangkan bila lesi soliter secara klinik mirip karsinoma sel basal bila lesinya
berulserasi atau tumbuh terus.
Sinonim dari Trikoepitelioma adalah adenoids sistikum, trikoepitelioma
papulatum multipel, epitelioma sistikum begina multipel, adenoma sebasea of Balzer.
Tumor ini diduga berasal dari sel basal pluriputensial yang berdiferensiasi ke arah
struktur rambut sehingga diberi nama Trikoepitelioma. Penyakit ini diturunkan secara
dominan autosom sekitar 50-66% dari kasus ditemukan riwayat keluarga dengan
penyakit seperti ini. biasanya timbul pada masa kanak atau pubertas, meningkat sesuai
umut dan lebih sering terdapat pada wanita. Sebagian diagnosis banding
trikoepitelioma adalah adenima sebaseus, silindroma dan siringoma beberapa
diantaranya mirip milia. Tumor ini meskipun asimtomatik namun secara kosmetik
sangatlah menganggu penampilan penderita.
Pada pemeriksaan histopatologi, terdapat pulau-pulau epitel solid dengan
palisade di perifer dan stroma finrosa matur yang terbatas tegas, kista-kista keratin
14
serta pulau-pulau basaloid yang bagian tengahnya mengalami keratinisasi yang kasar
kista keratin dikelilingin sarang epitel padat dan teruntai. Struktur epitel merupakan
folikel-folikel rambut yang abortif.
- PENATALAKSANAAN
Cara yang dapat digunakan antara lain bedah eksisi, demabrasi, elektrodesifikasi,
elektrofulgurasi dan bedah suku dengan nitrogen cair, serta laser CO2
e. VERUKA VULGARIS
Bentuk ini paling sering ditemui pada anak-anak tetapi dapat juga pada orang dewasa.
Tempat predileksi utamanya adalah ekstremitas bagian ekstensor. Pada anak, lesinya
timbul multipel dan cepat meluas karena autokulasi atau garukan sedang pada orang
dewasa lesi ini jarang didapatkan dalam jumlah banyak.
Pada keadaan awal, ukurannya biasanya hanya sebsar pentol jarum dengan
permukaan halus dan mengkilat. Dalam waktu beberapa minggu atau bulan akan
membesar dan permukaanya menjadi kasar, berwarna abu-abu kecoklatan atau
kehitaman. Kadang-kadang beberapa lesi bergabung satu sama lain, menikbulkan plak
verukosa.
- PENATALAKSANAAN
Dapat dilakukan bermacam-macam tindakan yang bertujuan mendestruksi lesi.
1. Bedah listrik
2. Memakai bahan kaustik seperti lauran perak nitrat 25%, TCA (Trichlor
Acetic Acid), dan Fenoil likuefaktum
3. Bedah scalpel
4. Bedah beku seperti N2 dan N2O
15
f. KERATOSIS SEBOROIKA
Keratosis seboroika adalah tumor jinak kulit yang berasal dari epidermis dan
keratin menumpuk diatas permukaan kulit sehingga memberikan gambaran yang
(menempel) sering dijumpai pada orang tua usia 40-50 tahun, terutama pada berkulit
putih.
Etiologi tidak diketahui pasti diduga ada kecenderungan familial dan
diturunkan secara autosomal dominan. Beberapa pendapat mengklasifikasin seperti
nevus epidermal pada stadium lanjut oleh karena memiliki gambaran klinis dan
histologi yang sama. Keratosis seboroika dapat merupakan komponen dari sindrome
Lese-Trelat yang banyak dan cepat berkembang, disertai gatal, leukemia dan limfoma.
Keratosis seborika biasnaya dimulai dengan lesi datar, berwarna coklat muda
sampai tua berbatas tegas dengan pemukaan licin seperti lilin atau hiperkeratotik bisa
mengelupas berulangkali. Diameter lesi bervariasi biasanya antara milimeter sampai 3
cm. Lama kelamaan lesi akan menebal dan memberi gambaran yang khas yaitu
menempel (stuck on) pada permukaan kulit. Lesi yang telah berkembang penuh sering
tampak mengalami pigmentasi yang gela[ dan tertutup oleh skuama berminyak.
Bentuk klinis yang lain berupa nodul soliter berwarna coklat kehitaman dengan
tumpukan keratin. Bentuk seperti papel kecil bertangkai biasanya pada leher dan
daerah aksila. Predileksi pada daerah seboroika yaitu dada punggung, perut, wajah
dan leher.
Makna klinis dari penyakit ini adalah bersifat kosmetik dan juga mungkin
mengacaukan dengan lesi yang mungkin membahayakan/keganasan. Secara
histopatologis epidermis mengalami hiperkeratosis, akantosis dan papilomatosis
dengan batas bawah tumor terletak segaris dengan epidermis normal. Epidermis yang
mengalami akantosis memperlihatkan pola seluler yang terorganisasi dengan baik,
terutama proliferasi sel basal dengan keratin.
16
- DIAGNOSIS BANDING
o Melanoma maligna
o Epitelioma sel basa; berpigmen
o Nevus pigmentosus
- PENATALAKSANAAN
Karena letaknya yang superfisial pengobatannya mudah dihilangkan dengan
kuretasi, having, elektrodesikasi, eksisi, dermabrasi, bedah beku dengan nitrogen
selama 15-22 detik dan laser.
g. SKIN TAG
Diantara sekian banyak tumor jinak kulit, salah satu tumor jinak kulit yang
ditemukan adalah skin tag. Skin tag adalah tumor jinak kulit yang berasal dari
jaringan ikat. Banyak didapat pada usia pertengahan dan orang tua umumnya pada
wanita. Faktor penyebab yang pasti dari kelainan ini belum diketahui. Faktor
predisposisi antara lain obesitas dan kehamilan. Kelainan ini sering pada daerah
intertriginosa (aksila dan lipat paha) tetapi pada umumnya didaerah leher.
Sinonimnya antara lain Acrochordon, Cutaneous papiloma, Soft warts,
fibroma durum, Fibroma molle, cutis pendula, fibroepityhelial polyps, Fibroma
pendularis, soft fibroma. Pada gambaran klinis didapatkan bentu lesi bulat/oval
bertangkai, bisanya melekat pada dasar kulit, lunak tidak elastis dengan ukuran <1,0
mm sampai >10mm. Berwarna kuning kecoklatan atau merah daging. Gambaran
histologi ditemukan epidermis tipis, lapisan sel basal rata dan kadang mengalami
hiperpigmentaso.
17
- DIAGNOSIS BANDING
o Keratosis seboroik
o Nevus melanosit
o Moluskum kontagiosum
o Colored dermal nevocytic nevi
- PENATALAKSANAAN
Pengobatan yang paling mudah dan tanpa anastesi dengan scissor snip excision.
Lesi kecil dapat diterapi dengan elektrodesifikasi. Untuk lesi yang >2cm harus di
eksisi. Kadang dapat terjadi resolusi spontan, tetapi biasanya menetap dalam
waktu lama kecuali jika mendapat pengobatan.
h. DERMATOFIBROMA
Dermatofibroma merupakan nodul derma jinak yang dibentuk oleh proliferasi
fokal fibrolas atau histiosit. Lebih tampak sebagai proses reaftid daripada neoplasma
yang sebenarnya. Biasanya berhubungan dengan proliferasi ringan dari epidermis
diatasnya. Sering dijumpai pada orang dewasa usia pertengahan, tetapi dapat terjadi
pada semua usia dan wanita lebih banyak daripada pria. Penyebabnya tidak diketahui
secara pasti, namun diduga dari proses reaftif terhadap trauma seperti tusukan jarum,
garukan atau gigitan nyamuk.
- MANIFESTASI KLINIK
Ditandai adanya nodul intrakutan yang lonjong samapi bulat, soliter dapat pula
multipel, konsistensi keras, berwarna coklat tua kemerahan atau kadang-kadang
kekuningan dengan diameter biasanya kurang dari 1cm. Permukaan agak menonjol,
berbentuk kubah, tetapi kadang-kadang tumor akan melekuk kebawah permukaann
kulit dan melekat erat pada kulit diatasnya, tetapi mudah digerakkan dari jaringan di
permukaan lesi dapat halus atau sedikit kasar.
Tumor dapat dijumpai pada semua bagian tubuh, namun paling sering
dijumpai pada ekstremitas, khususnya pada permukaan anterior kaki. Secara subjektif
tumor ini asimtomatik, tidak ada perubahan selama perjalanan klinik dan biasanya
menetap walaupun kadang-kadang dijumpai adanyan involusi spontan.Pada gambaran
histopatologi menunjukkan gabungan dari fibrolas,kolagen muda, kolagen matur,
kapiler dan histiosit. Pada dasarnya dermatofibroma dapat dibedakan dalam dua
18
bentuk yaitu bentuk fibrosa yang tersusun sebagain besar oleh fibroblas dan kolagen
serta bentuk seluler yang tersusun sebagian besar oleh figosit yang berupa istiosit.
Jarang ditemukan bentuk campuran yangs ering dijumpai adalah bentuk fibrosa.
Beberapa ahli menambahkan bentuk lain yaitu be tuk vaskuler yang tersusun sebagian
besar oleh kapiler sehingga di kenal sebagai hemangioma sklerosing. Epidermis diatas
kesi mengalami hiperplasti, pemanjangan rate ridge yang reguler dan hiperpigmentasi
sel-sel basal, sehingga perubahan epidermis ini mirip dengan keratosis seboroika atau
epitelioma sel basal.
Sel-sel fibroblas pada dermatofibrosa tampak berinti memanjang dengan
sitoplasma sangan sedikit, kebanyakan serabut kolagen masih mudah dan tersusun
individual tidak dalam kelompok. Serabut kolagen ini tersusun berhubungan satu
sama lain beranatomosis sehingga berbentuk seperti anyaman. Pada dermatofibroma
seluler, sel-sel berinti bula atau lonjing dan besar serta sitoplasma yang jelas, kadang-
kadang dijumpai timbunan lipid atau hemosididerin pada sel-sel tersebut sehingga
dibentuk sel raksasa Touton.
- DIAGNOSIS BANDING
o Histiositoma
o Leiomioma
o Neurofibroma
o Keloid
o Nevu nevosotik
- PENATALAKSANAAN
19
Pada umumnya lesi tidak memerlukan pengobatan. Namun bila diperlukan dapat
dilakukan eksisi atau injeksi steroid lokal.
DAFTAR PUSTAKA
1. Silver, SG, HO.VC ; Benign Epithelial Tumors in Fitzpatrich T.B, Eisen,A.Z Wolf K,
Freedbergm IM, Austen, KE : Dermatology in General Medicine, 6th ed, McGraw-
Hill, New York, 2003
2. Koh, H.K, Bhawan, J : Tumors of the skin, in Moschella, SL, Hurley, HJ :
Dermatology 3rd ed. WB Sauders, Co. Philadelphia, 1992
3. www.emedicine.com
20