Upload
fendi-ariyanto
View
353
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem organ dalam tubuh manusia ada beberapa macam, diantaranya
adalah sistem muskuloskeletal. Sistem muskuloskeletal merupakan
penunjang bentuk tubuh, membantu proses pergerakan, serta melindungi
organ-organ tubuh yang lunak. Komponen utama dari sistem
muskuloskeletal merupakan jaringan ikat. Sistem ini terdiri atas tulang,
sendi, otot rangka, tendon, ligamen, bursa, dan jaringan-jaringan khusus
yang menghubungkan struktur-struktur tersebut (Patofisiologi, 2002).
Dari berbagai macam jaringan yang menyusun sistem ini, bermacam-
macam pula gangguan yang dapat ditimbulkan. Salah satu gangguan itu
yaitu Benigna Bone Tumor and Maligna Bone Tumor. Tumor ini sering terjadi
pada anak-anak, karena sifatnya yang jinak tumor ini tidak berbahaya.
Tumor-tumor jaringan lunak merupakan suatu golongan heterogen kelainan-
kelainan yang berasal dari jaringan asal mesodermal. Dalam jaringan ini
termasuk organ gerak, seperti otot-otot dan tendon, kapsula, sendi dan juga
semua struktur lemak dan jaringan ikat penyangga, yang berada diantara
komponen-komponen epitelial dan di sekitar organ-organ. Sering juga
kelainan yang berasal dari struktur mesenkimal, tetapi yang terletak dalam
organ tertentu, dibicarakan dan ditangani sebagai kelainan organ-organ itu
dan tidak dimasukkan dalam golongan tumor jaringan lunak.
Tumor tulang Benigna dan Maligna memiliki prevalensi yang jarang
(kurang dari 1% dari seluruh kasus tumor), namun tumor ini mengakibatkan
dampak yang cukup fatal bagi penderitanya. Penderita tumor tulang
seringkali merasakan nyeri yang hebat bahkan pasien tidak mampu
menjalankan aktivitasnya. Selain itu penderita juga dapat berisiko
mengalami cidera akibat fraktur patologik.
Peran perawat dalam penyembuhan dan perawatan klien sangat
dibutuhkan, karena umumnya pada pasien tumor tulang ini pasien
mengalami kesulitan bergerak. Bahkan efek dari tindakan medis juga cukup
mengganggu, misalnya pada kemoterapi dan pembedahan. Oleh karena itu
perawat juga harus mengetahui tumor tulang Benigna dan Maligna secara
menyeluruh. Hal ini ditujukan agar perawat mampu bertindak secara
profesional dalam asuhan keperawatan dan memberikan perawatan yang
supportif pada penderita tumor tulang.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah definisi Tumor tulang?
2. Apakah definisi Tumor tulang Benigna dan Maligna?
3. Bagaimana angka kejadian Tumor tulang Benigna dan Maligna di
dunia?
4. Apa saja etiologi Tumor tulang Benigna dan Maligna?
5. Apa saja faktor risiko terjadinya Tumor tulang Benigna dan Maligna?
6. Apa saja jenis-jenis Tumor tulang Benigna dan Maligna?
7. Bagaimana patofisiologi Tumor tulang Benigna dan Maligna?
8. Bagaimana manifestasi klinis Tumor tulang Benigna dan Maligna?
9. Bagaimana penatalaksanaan medis Tumor tulang Benigna dan
Maligna?
10. Bagaimana Web of Caution Tumor tulang Benigna dan Maligna?
11. Bagaimana Asuhan Keperawatan klien dengan Tumor tulang
Benigna dan Maligna?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menjelaskan patofisiologi dan asuhan keperawatan Tumor tulang
Benigna dan Maligna.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Menjelaskan definisi Tumor tulang.
2. Menjelaskan definisi Tumor tulang Benigna dan Maligna.
3. Mengetahui angka kejadian Tumor tulang Benigna dan Maligna.
4. Menjelaskan etiologi Tumor tulang Benigna dan Maligna.
5. Menjelaskan faktor risiko terjadinya Tumor tulang Benigna dan
Maligna.
6. Menjelaskan jenis-jenis Tumor tulang Benigna dan Maligna.
7. Menjelaskan patofisiologi Tumor tulang Benigna dan Maligna.
8. Menjelaskan manifestasi klinis Tumor tulang Benigna dan Maligna.
9. Menjelaskan penatalaksanaan medis Tumor tulang Benigna dan
Maligna.
10. Menjelaskan Web of Caution Tumor tulang Benigna dan Maligna.
11. Menjelaskan asuhan keperawatan pada klien dengan Tumor
tulang Benigna dan Maligna.
1.4 Manfaat
1. Pembaca dapat memahami definisi, etiologi, faktor risiko, manifestasi
klinis, penatalaksanaan medis, serta patofisiologi Tumor tulang
Benigna dan Maligna.
2. Pembaca khususnya mahasiswa keperawatan memahami asuhan
keperawatan pada klien dengan Tumor tulang Benigna dan Maligna.
3. Perawat dapat menerapkan asuhan keperawatan yang tepat pada
klien dengan Tumor tulang Benigna dan Maligna.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi dan Fisiologi Tulang
Tulang adalah bahan yang hidup dan tumbuh yang mempunyai
kerangka protein dan diperkuat kalsium, di mana lapisan luar tulang
mempunyai saraf dan jaringan pembuluh darah yang kecil. Tulang terdiri
atas 3 komponen yaitu korteks, spongiosa, dan periusteum. Dikenal juga
sebagai osseus tissue, yaitu sejenis endoskeletal keras yang menjadi
jaringan penghubung yang ditemukan pada banyak hewan vertebrata
(bertulang belakang). Ada beberapa jenis sel penyusun tulang yaitu,
osteoblas, osteosit, dan osteoklas. Osteoblas berfungsi sebagai sintesis
kolagen dan substansi dasar serta mengangkut mineral untuk kalsifikasi.
Osteosit berfungsi membentuk dan meresorbsi tulang. Sedangkan Osteoklas
bersama hormon paratiroid meresorbsi tulang.
Tulang mulai terbentuk sejak bayi dalam kandungan dan kemudian
berlangsung terus sampai decade kedua dalam susunan yang teratur. Organ
ini merupakan organ yang mendukung struktur tubuh, melindungi organ-
organ internal, serta memungkinkan pergerakan atau perpindahan. Otot-otot
skeletal (kerangka) melalui tendon (urat daging) menghubungkan tulang-
tulang panjang, dan ligamen (ikatan sendi tulang) menghubungkan tulang
dengan tulang sendi. Pada sumsum tulang merah (pada matriks tulang
spongy) diproduksi sel darah merah, sementara pada diaphysis diproduksi
sel darah putih. Secara umum, kerangka tubuh manusia dewasa terdiri dari
206 tulang
Terdapat dua hormon yang sangat berpengaruh pada proses
pembentukan dan reabsorbsi tulang yaitu hormon paratiroid dan kalsitonin.
Hormon paratiroid berfungsi untuk mengabsorbsi garam kalsium dari tulang
dan menyuplainya dalam darah, sedangkan hormon kalsitonin berlawanan
dengan efek paratiroid yaitu mengambil garam kalsium dari darah dan
sistem pencernaan.
2.2 Tumor Tulang
Tumor tulang adalah pertumbuhan abnormal pada sel-sel (neoplasma)
di dalam tulang yang kemungkinannya benigna (non kanker) atau maligna
(kanker). Neoplasma adalah masa abnormal dari jaringan, yang
pertumbuhannya pesat dan tidak terkoordinasi dari pada jaringan normal
dan berlangsung lama serta berlebihan setelah perhentian stimulus yang
menimbulkan perubahan tersebut (Robin 1999, 261, basic of pathology
disease).
Tumor tulang ini dapat di bedakan menjadi dua yaitu:
1. Tumor tulang primer
Tumor tulang primer merupakan tumor tulang yang berasal dari
dalam tulang itu sendiri.
2. Tumor tulang sekunder
Tumor tulang sekunder merupakan tumor tulang yang berasal
dari metastase tumor yang berasal dari organ/bagian tubuh yang
lain, misalnya pada tumor tulang yang terjadi dari tumor
payudara, prostase, paru-paru. Terutama sekali tumor yang
berada pada akses utama sistem vaskuler.
2.3 Tumor Tulang Benigna dan Maligna
2.3.1 Definisi Tumor Tulang Benigna dan Maligna
Tumor Jinak (Benigna)
Tumor Tulang Jinak (Benigna Bone Tumor) adalah pertumbuhan
abnormal pada sel-sel di dalam tulang yang kemungkinannya benigna
(non kanker) atau tumor jinak (benigna) tidak menyerang dan
menghancurkan tissue (sekumpulan sel terinterkoneksi yang membentuk
fungsi serupa dalam suatu organisme) yang berdekatan, tetapi mampu
tumbuh membesar secara lokal. Biasanya setelah dilakukan operasi
pengangkatan (tumor jinak), tumor jenis ini tidak akan muncul lagi.
Tumor Ganas (Maligna)
Tumor jenis ini lebih dikenal dengan istilah Kanker, yang memiliki
potensi untuk menyerang dan merusak tissue yang berdekatan, baik
dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi)
atau menyebabkan terjadinya metastasis (migrasi sel ke tempat yang
jauh).
2.3.3 Etiologi Tumor Tulang Benigna dan Maligna
A. Etiologi Tumor Tulang Benigna
Penyebab dari tumor tulang tidak diketahui. Tumor tulang biasanya
muncul pada area yang sedang mengalami pertumbuhan yang cepat.
Tetapi pada penelitian biomolekuler lebih lanjut ditemukan beberapa
mekanisme terjadinya neoplasma tulang, yaitu melalui identifikasi mutasi
genetik yang spesifik dan penyimpangan kromosom pada tumor.
Keabnormalan dari gen supresor tumor dan gen pencetus oncogen.
Tumor histogenik memiliki dua level tipe, yaitu:
1. kurang agresif (benigna bone tumor);
2. maligna bone tumor.
Menurut penelitian juga disebutkan bahwa terjadinya mutasi
cromosom P53 dan Rb juga dapat menjadi penyebab terjadinya tumor
(Robins 1999, 551, “Basic of Pathology Disease”). Selain itu penyebabnya
bisa karena adanya trauma dan infeksi yang berulang misalnya Bone
infarct, osteomyelitis chronic paget disease. Faktor lingkungan berupa
paparan radiasi dan zat karsinogenik (timbal, karbon dan bahan metal
lain), serta gaya hidup (perokok, alkoholik, dan sering terpapar stress)
juga merupakan factor predisposisi terjadinya tumor tulang ini.
B. Etiologi Tumor Tulang Maligna
Faktor penyebab tumor maligna jaringan lunak yaitu:
1. Faktor genetik atau keturunan dimana bisa diturunkan dari
embrionik mesoderm.
2. Virus
Virus dapat dianggap bisa menyatukan diri dalam sel sehingga
mengganggu generasi mendatang dari populasi sel.
3. Agens fisik
4. Pemajanan terhadap radiasi pengionisasi dapat terjadi saat
prosedur radiografi berulang atau ketika terapi radiasi digunakan
untuk mengobati penyakit.
5. Agens hormonal
Pertumbuhan tumor mungkin dipercepat dengan adanya
gangguan dalam keseimbangan hormon baik dalam
pembentukan hormon tubuh sendiri (endogenus) atau
pemberian hormon eksogenus.
6. Kegagalan sistem imun
Kegagalan sisem imun untuk berespon dengan tepat terhadap
sel-sel maligna memungkinkan tumor tumbuh sampai pada
ukuran yang terlalu besar untuk diatasi oleh mekanisme imun
normal.
7. Agens kimia
Kebanyakan zat kimia yang berbahaya menghasilkan efek-efek
toksik dengan menggunakan struktur DNA pada bagian-bagian
tubuh (zat warna amino aromatik, anilin, nikel, seng, polifinil
chlorida).
.
2.3.4 Faktor Risiko Tumor Tulang
Beberapa faktor resiko yang menyebabkan terjadinya tumor tulang
yaitu:
1. Kecepatan pertumbuhan tulang yang memacu timbulnya tumor
tulang ganas selama masa kanak-kanak terutama daerah
metafise tulang panjang.
2. Paparan radiasi
3. Beberapa kasus pada tumor tulang ganas disebabkan oleh
kelainan DNA pada tulang faktor genetik contohnya:
a) Retinoblastoma kelainan pada gen 13q14
b) Displasi tulang, penyakit paget, fibrous displasia,
enchondromatosis, eksostosis herediter multiple
c) L1-Fraumenisyndrome (mutasi TP 53)
Rothmund-thomson sindrom yaitu kelainan pada resesif
autosomal yang berkaitan dengan kelainan tulang
kongenitaaaal, displasia rambut dan kulit, hipogonadism,
dan katarak
d) Gaya hidup yang tak sehat misalnya merokok, makanan
dan minuman yang mengandung karbon.
2.3.5 Jenis-jenis Tumor Tulang Benigna dan Maligna
A. Benigna
Yang merupakan tumor tulang benigna adalah:
1. Osteokondroma
2. Kondroma Jinak
3. Kondroblastoma
4. Fibroma Kondromiksoid
5. Osteoid Osteoma
6. Tumor Sel Raksasa
1. OSTEOKONDROMA
Osteokondroma (Eksostosis Osteokartilaginous) merupakan tumor
tulang jinak yang paling sering ditemukan. Biasanya menyerang usia
10-20 tahun. Tumor ini tumbuh pada permukaan tulang sebagai
benjolan yang keras. Penderita dapat memiliki satu atau beberapa
benjolan, 10% dari penderita yang memiliki beberapa osteokondroma,
akan mengalami kelaganasan tulang yang disebut kondrosarkoma,
tetapi penderita yang hanya memiliki satu osterokondroma, tidak akan
menderita kondrosarkoma.
2. KONDROMA JINAK
Kondroma Jinak biasanya terjadi pada usia 10-30 tahun, timbul
dibagian tengah tulang. Beberapa jenis kondroma menyebabkan nyeri.
Jika tidak menimbulkan nyeri, tidak perlu diangkat atau diobati. Untuk
memantau perkembangannya, dilakukan foto rontgen. Jika tumor tidak
dapat di diagnosis melalui foto rontgen atau jika menyebabkan nyeri,
mungkin perlu dilakukan biopsi untuk menentukan apakah tumor
tersebut bisa berkembang menjadi kanker atau tidak.
3. KONDROBLASTOMA
Kondroblastoma merupakan tumor yang jarang terjadi, yang tumbuh
pada ujung tulang. Biasanya timbul pada usia 10-20 tahun. Tumor ini
dapat menimbulkan nyeri, yang merupakan petunjuk adanya penyakit
ini. Pengobatan terdiri dari pengangkatan melalui pembedahan;
kadang setelah dilakukan pembedahan, tumor bisa tumbuh kembali.
4. FIBROMA KONDROMIKSOID
Fibroma Kondromiksoid merupakan tumor yang sangat jarang, yang
terjadi pada usia kurang dari 30 tahun. Nyeri merupakan gejala yang
biasa dikeluhkan. Tumor ini akan memberikan gambaran yang khas
pada foto rontgen. Pengobatannya adalah pengangkatan melalui
pembedahan
5. OSTEOID OSTEOMA
Osteoid Osteoma adalah tumor yang sangat kecil, yang biasanya
tumbuh dilengan atau tungkai, tetapi dapat terjadi pada semua tulang.
Biasanya akan menimbulkan nyeri yang memburuk pada malam hari
dan berkurang dengan pemberian aspirin dosis rendah. Kadang otot di
sekitar tumor akan mengecil (atrofi) dan keadaan ini akan membaik
setelah tumor diangkat. Skening tulang menggunakan pelacak
radioaktif bisa membantu menentukan lokasi yang tepat dari tumor
tersebut. Kadang-kadang tumor sulit ditentukan lokasinya dan perlu
dilakukan pemeriksaan tambahan seperti CT scan dan foto rontgen
dengan teknik yang khusus. Pengangkatan tumor melalui pembedahan
merupakan satusatunya cara untuk mengurangi nyeri secara
permanen. Bila penderita enggan menjalani pembedahan, untuk
mengurangi nyeri bisa diberikan aspirin.
6. TUMOR SEL RAKSASA
Tumor Sel Raksasa biasanya terjadi pada usia 20 tahun dan 30 tahun.
Tumor ini umumnya tumbuh di ujung tulang dan dapat meluas ke
jaringan di sekitarnya, biasanya menimbulkan nyeri. Pengobatan
tergantung dari ukuran tumor. Tumor dapat diangkat melalui
pembedahan dan lubang yang terbentuk bisa diisi dengan cangkokan
tulang atau semen tulang buatan agar struktur tulang tetap terjaga.
Pada tumor yang sangat luas kadang perlu dilakukan pengangkatan
satu segmen tulang yang terkena. Sekitar 10 % tumor akan muncul
kembali setelah pembedahan, walaupun jarang tumor ini bisa tumbuh
menjadi kanker.
B. Maligna
Yang merupakan tumor tulang maligna yaitu:
1. Kondrosarkoma
2. Ewing’s Sarcoma
3. Fibrosarkoma & Histiositoma Fibrosa Maligna
4. Mieloma Multipel
5. Osteosarkoma
6. Limfoma Tulang Maligna
1) KONDROSARKOMA
Chondrosarcoma adalah tumor yang terdiri dari sel-sel kartilago
(tulang rawan) yang ganas, merupakan jenis tumor ganas kedua yang
paling banyak didapati diderita. Kebanyakan Chondrosarcoma tumbuh
lambat atau merupakan tumor derajat rendah yang sering dapat
disembuhkan dengan pembedahan. Namun, ada juga tumor derajat
tinggi yang cenderung untuk menyebar. Biasanya untuk menegakkan
diagnosis perlu dilakukan biopsi. Tumor jenis ini harus diangkat
seluruhnya melalui pembedahan karena tidak bereaksi terhadap
kemoterapi maupun terapi penyinaran. Amputasi tungkai atau lengan
jarang diperlukan. Jika tumor diangkat seluruhnya, lebih dari 75%
penderita bertahan hidup.
2) EWING’S SARCOMA
Ewing’s sarcoma ditemukan oleh Dr. James Ewing pada tahun 1921,
dan sering ditemukan muncul pada masa pubertas, dimana tulang
tumbuh sangat cepat. Jenis tumor ini jarang ditemukan pada anak
yang berumur kurang dari 10tahun dan hamper tidak pernah
ditemukan pada anak-anak afro-amerika.Ewing’s sarcoma bisa tumbuh
di bagian tubuh manapun, namun paling seringditemukan pada tulang
panjang anggota gerak, panggul atau dada, bahkan jugabisa tumbuh
di tulang tengkorak atau tulang pipih lainnya.
3) FIBROSARKOMA & HISTIOSITOMA FIBROSA MALIGNA
Kanker ini biasanya berasal dari jaringan lunak (jaringan ikat
selaintulang, yaitu ligamen, tendo, lemak dan otot) dan jarang berawal
dari tulang.Kanker ini biasanya ditemukan pada usia lanjut dan usia
pertengahan. Tulang yang paling sering terkena adalah tulang pada
tungkai, lengan dan rahang. Fibrosarkoma dan histiositoma fibrosa
maligna mirip dengan osteosarcoma dalam bentuk, lokasi dan gejala-
gejalanya, pengobatannya juga sama.
4) MIELOMA MULTIPEL
Mieloma multipel merupakan kanker tulang primer yang paling sering
ditemukan, yang berasal dari sel sumsum tulang yang menghasilkan
sel darah, umumnya terjadi pada orang dewasa. Tumor ini dapat
mengenai satu atau lebih tulang sehingga nyeri dapat muncul pada
satu tempat atau lebih. Pengobatannya rumit, yaitu meliputi
kemoterapi, terapi penyinaran dan pembedahan.
5) OSTEOSARKOMA
Osteosarkoma (sarkoma osteogenik) adalah tumor tulang ganas, yang
biasanya berhubungan dengan periode kecepatan pertumbuhan pada
masa remaja. Osteosarkoma merupakan tumor ganas yang paling
sering ditemukan pada anak-anak. Rata-rata penyakit ini terdiagnosis
pada umur 15 tahun. Angka kejadian pada anak laki-laki dan anak
perempuan adalah sama, tetapi pada akhir masa remaja penyakit ini
lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki. Penyebab yang pasti tidak
diketahui. bukti-bukti mendukung bahwa osteosarcoma merupakan
penyakit yang diturunkan.
Osteosarkoma cenderung tumbuh di tulang paha (ujung bawah),
tulang lengan atas (ujung atas) dan tulang kering (ujung atas). Ujung
tulang-tulang tersebut merupakan daerah dimana terjadi perubahan
dan kecepatan pertumbuhan yang terbesar. Meskipun demikian,
osteosarkoma juga bias tumbuh di tulang lainnya. Gejala yang paling
sering ditemukan adalah nyeri. sejalan dengan pertumbuhan tumor,
juga bisa terjadi pembengkakan dan pergerakan yang terbatas. Tumor
di tungkai menyebabkan penderita berjalan timpang, sedangkan tumor
di lengan menimbulkan nyeri ketika lengan dipakai untuk mengangkat
sesuatu benda. Pembengkakan pada tumor mungkin teraba hangat
dan agak memerah. Tanda awal dari penyakit ini bisa merupakan
patah tulang karena tumor bisa menyebabkan tulang menjadi lemah.
patah tulang di tempat tumbuhnya tumor disebut fraktur patologis dan
seringkali terjadi setelah suatu gerakan rutin.
6) LIMFOMA TULANG MALIGNA
Limfoma Tulang Maligna (Sarkoma Sel Retikulum) biasanya timbul
pada usia 40- 50 tahun. Bisa berasal dari tulang manapun atau berasal
dari tempat lain di tubuh kemudian menyebar ke tulang. Biasanya
tumor ini menimbulkan nyeri dan pembengkakan, dan tulang yang
rusak lebih mudah patah. Pengobatan terdiri dari kombinasi
kemoterapi dan terapi penyinaran, yang sama efektifnya dengan
pengangkatan tumor. Amputasi jarang diperlukan.
2.3.6 Patofisiologi Tumor Tulang Benigna dan Maligna
Tumor ganas merupakan proses yang biasanya makan waktu lama
sekali, bermula ketika sel abnormal diubah oleh mutasi genetik dari
DNA seluler. Sel abnormal ini membentuk klon dan mulai berfoliferasi
secara abnormal, mengabaikan sinyal mengatur pertumbuhan dalam
lingkungan sekitar sel tersebut kemudian dicapai suatu tahap dimana
sel mendapatkan ciri-ciri invasif. Dan terjadi perubahan pada jaringan
sekitarnya sel-sel tersebut menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan
memperoleh akses ke limfe dan pembuluh-pembuluh darah, melalui
pembuluih darah tersebut sel-sel dapat terbawa ke area lain dalam
tubuh untuk membentuk metastase. Penyebaran limfogen terjadi
karena sel kanker menyusup ke saluran limfe kemudian ikut aliran limfe
menyebar dan menimbulkan metastasis di kelenjar limfe regional. Pada
umumnya kanker mula-mula menyebar dengan cara ini baru kemudian
menyebar hematogen, pada permulaan penyebaran hanya terjadi pada
satu kelenjar limfe saja tetapi selanjutnya terjadi pada kelenjar limfe
regional lainnya. Setelah menginfiltrasi kelenjar limfe sel kanker dapat
menembus dinding struktur sekitar menimbulkan perlekatan. Kelenjar
limfe satu dengan yang lain sehingga membentuk paket kelenjar limfe.
Penyebaran hematogen terjadi akibat sel kanker menyusup ke kapiler
darah kemudian masuk ke pembuluh darah dan menyebar mengikuti
aliran darah vena sampai organ lain.
Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari tiga jenis
sel:
osteoblas, osteosit, dan osteoklas. Osteoblas membangun tulang
dengan membentuk kolagen tipe I dan proteoglikan sebagai matriks
tulang atau jaringan osteoid melalui suatu proses yang disebut osifikasi.
Ketika sedang aktif menghasilkan jaringan osteoid, osteoblas,
mensekresikan sejumlah besar fosfatase alkali, yang memegang
peranan dalam mengendapkan kalsium dan fosfat kedalam matriks
tulang. Sebagian dari fosfotase alkali akan memasuki aliran darah,
dengan demikian maka keadaan fosfotase alkali di dalam darah dapat
menjadi indikator yang baik tentang pembentukan tulang setelah
mengalami patah tulang atau pada kasus metastasis kanker ke tulang.
Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu
lintasan untuk pertukaran kimiawi untuk tulang yang padat. Osteoklas
adalah sel-sel besar berinti banyak yang memungkinkan mineral dan
matriks tulang dapat diabsorbsi. Tidak seperti osteoblas dan osteosit,
osteoklas adalah proses pengikisan tulang.
Metabolisme tulang diatur oleh beberapa hormon yaitu hormon
kalsitonin,
hormon paratiroid dan vit D. Hormon kalsitonin berperan mengabsorbsi
kalsium dalam darah pada proses pembentukan tulang sedang hormon
paratiroid berperan mengabsorbsi kalsium dalam tulang untuk
memenuhi kebutuhan tubuh akan kalsium ke dalam sirkulasi darah.
Suatu peningkatan kadar hormone kalsitonin mempunyai efek
terjadinya peningkatan absorbsi ke dalam tulang sehingga
mengakibatkan terjadinya pengapuran tulang yang menjadikan
tulangtulang rawan menjadi keras. Jika terjadi peningkatan hormon
paratiroid (PTH) mempunyai efek langsung menyebabkan kalsium dan
fosfat diabsorbsi dan bergerak memasuki serum. Di samping itu
peningkatan kadar PTH secara perlahan-lahan menyebabkan
peningkatan jumlah dan aktivitas osteoklas, sehingga terjadi
demineralisasi. Peningkatan kadar kalsium serum pada
hiperparatiroidisme dapat pula menimbulkan pembentukan batu ginjal.
Vitamin D mempengaruhi deposisi dan absorbsi tulang seperti yang
terlihat pada kadar PTH yang tinggi.
2.3.7 Manifestasi Klinis Tumor Tulang Benigna dan Maligna
A. Manifestasi Klinis Tumor Tulang Benigna
Pasien umumnya memiliki riwayat nyeri berulang, memburuk pada
malam hari dan biasanya tidak sanggup beraktivitas. Massa dan
pembengkakan mungkin dapat diketahui dengan palpasi, tetapi gejala
pokok (kehilangan berat badan, demam, berkeringat pada malam hari,
lemas) biasanya tidak ditemukan, kecuali pada kasus tumor
metastase.
Lesi yang berdekatan bergabung dan dapat menyebabkan tumor
tidak terkendali, bernodul dan nyeri. Tumor jaringan lunak seringkali
dirasakan kurang nyeri bahkan tidak nyeri. Nyeri ini disebabkan
tertekannya saraf-saraf nyeri oleh massa.
B. Manifestasi Klinis Tumor Tulang Maligna
1. Nyeri
Nyeri merupakan gejala yang paling banyak ditemukan, sekitar 75%
pasien dengan tumor tulang maligna merasakan nyeri. Gejala nyeri
yang ditimbulkan tergantung pada predileksi serta ukuran tumor.
Gejala dini biasanya berupa nyeri yang bersifat tumpul akibat
pembesaran tumor yang perlahan-lahan. Nyeri berlangsung lama
dan memburuk pada malam hari. Saat istirahat nyeri tidak
menghilang, nyeri diperberat oleh adanya fraktur patologis.
2. Pembengkakan
Pembengkakan lokal biasa ditemukan.
3. Massa yang teraba
Teraba massa yang diakibatkan penonjolan tulang.
4. Frekuensi miksi meningkat
Manifestasi klinis ini ditemukan pada tumor tulang maligna di
pelvis, namun manifestasi klinis ini tidak selalu ada di setiap tumor
tulang maligna. Gejala yang ditimbulkan tergantung dari gradenya.
Pada grade tinggi, selain pertumbuhan tumor cepat juga disertai
nyeri yang hebat. Sedangkan pada grade rendah, pertumbuhan
tumor lambat dan biasanya disertai keluhan orang tua seperti nyeri
pinggul dan pembengkakan.
2.3.8 Penatalaksanaan Medis Tumor Tulang Benigna dan Maligna
A. Penatalaksanaan Medis Tumor Tulang Benigna
Penatalaksanaan tumor tulang benigna biasanya tidak terlalu sulit
dibanding dengan tumor tulang maligna. Pada tumor tulang benigna
yang jelas, misalnya non-ossifying fibrosa, osteokondroma yang kecil
biasanya tidak diperlukan tindakan khusus. Apabila jenis tumor
diragukan maka perlu dilakukan pemeriksaan biopsi. Tujuan
pengambilan biopsi adalah memperoleh material yang cukup untuk
pemeriksaan histologis, untuk membantu menetapkan diagnosis serta
staging tumor. Waktu pelaksanaan biopsi sangat penting sebab dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan radiologis yang dipergunakan pada
staging.
B. Penatalaksanaan Medis Tumor Tulang Maligna
Penatalaksanaan tumor tulang maligna merupakan bentuk kerja
tim antara dokter dengan profesional kesehatan lainnya. Para
radiologist, diperlukan untuk melihat faktor- faktor untuk evaluasi
kecepatan perkembangan tumor, diagnosis spesifik, dan pembesaran
tumor. Perawat dan ahli gizi, terlibat menjelaskan kepada pasien efek
samping dari penanganan tumor tulang maligna dan memberikan
dorongan kesehatan makanan untuk membantu melawan efek
samping tersebut.
Jenis terapi yang diberikan kepada pasien tergantung pada
beberapa hal seperti:
1. Ukuran dan lokasi dari kanker.
2. Menyebar tidaknya sel kanker tersebut.
3. Grade dari sel kanker tersebut.
4. Keadaan kesehatan umum pasien.
Pasien dengan tumor tulang maligna memerlukan terapi kombinasi
pembedahan (surgery), kemoterapi dan radioterapi.
1. Surgery
Langkah utama penatalaksanaan tumor tulang maligna
pembedahan karena tumor tulang ini kurang berespon terhadap
terapi radiasi dan kemoterapi. Variasi penatalaksanaan bedah dapat
dilakukan dengan kuret intralesi untuk lesi grade rendah, eksisi
radikal, bedah beku hingga amputasi radikal untuk lesi agresif
grade tinggi. Lesi besar yang rekuren penatalaksanaan paling tepat
adalah amputasi.
2. Kemoterapi
Kemoterapi, meskipun bukan yang paling utama, namun ini
diperlukan jika kanker telah menyebar ke area tubuh lainnya. Terapi
ini menggunakan obat anti kanker (cytotoxic) untuk
menghancurkan sel-sel kanker. Namun kemoterapi dapat
memberikan efek samping yang tidak menyenangkan bagi tubuh.
Efek samping ini dapat dikontrol dengan pemberian obat.
3. Radioterapi
Prinsip radioterapi adalah membunuh sel kanker menggunakan
sinar berenergi tinggi. Radioterapi diberikan apabila masih ada
residu tumor, baik makro maupun mikroskopik. Radiasi diberikan
dengan dosis per fraksi 2,5 Gy per hari dan total 50-55 Gy
memberikan hasil bebas tumor.
BAB 3
PROSES KEPERAWATAN
DAFTAR PUSTAKA
c. smelzer, Suzanne, Brenda g. bare. 2002. Keperawatan medika-bedah vol.3. Jakarta: penerbit buku
kedokteran (EGC)
w.sudoyo, aru, bambang setiyohadi, idrus alwi, Marcellus simadibrata k, siti setiati. 2010. Ilmu penyakit
dalam. Jakarta: internapublishing