46
LAPORAN TUTORIAL BLOK ILMU ORAL DIAGNOSIS “SKENARIO 1 : PERIODONSIAOleh : Ketua : Wahyu Hidayat (Nim:131610101002) Scriber Papan : Karina Saraswati I (Nim:131610101006) Scriber Meja : Achmad Hendrawan S (Nim:131610101001) Anggota : Catur Putri Kinasih (NIM 131610101005) Alfin Tiara Shafira (NIM 131610101007) Ni Putu Yogi Wiranggi (NIM 131610101008) Yas’a Nuuruha (NIM 131610101009) Eni Ilmiatin Husniah (NIM 131610101010) Tita Sistyaningrum (NIM 131610101011)

TUTORIAAAL-1 (1).docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TUTORIAAAL-1 (1).docx

LAPORAN TUTORIAL

BLOK ILMU ORAL DIAGNOSIS

“SKENARIO 1 : PERIODONSIA”

Oleh :

Ketua : Wahyu Hidayat (Nim:131610101002)

Scriber Papan : Karina Saraswati I (Nim:131610101006)

Scriber Meja : Achmad Hendrawan S (Nim:131610101001)

Anggota : Catur Putri Kinasih (NIM 131610101005)

Alfin Tiara Shafira (NIM 131610101007)

Ni Putu Yogi Wiranggi (NIM 131610101008)

Yas’a Nuuruha (NIM 131610101009)

Eni Ilmiatin Husniah (NIM 131610101010)

Tita Sistyaningrum (NIM 131610101011)

Dewi Muflikhah (NIM 131610101012)

Meirisa Yunastia (NIM 131610101089)

Akhmad Yusuf S. (NIM 131610101092)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS JEMBER

2015

Page 2: TUTORIAAAL-1 (1).docx

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala

bimbingan dan petunjukNya, serta berkat rahmat, nikmat, dan karuniaNya

sehingga kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan laporan tutorial oral

diagnosis periodonsia. Laporan tutorial yang kami buat ini sebagai salah satu

sarana untuk lebih mendalami materi tentang diagnosa pada bidang periodonsia.

Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. drg.Peni Pujiastuti, M.Kes yang telah memberi kami kesempatan untuk

lebih mendalami materi dengan pembuatan laporan tutorial ini.

2. Teman-teman Kelompok Tutorial IV yang telah berperan aktif dalam

pembuatan laporan tutorial ini.

Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini mengandung banyak

kekurangan, baik dari segi isi maupun sistematika. Oleh karena itu, kami mohon

maaf jika ada kesalahan karena kami masih dalam proses pembelajaran. Kami

juga berharap laporan tutorial yang telah kami buat ini dapat bermanfaat untuk

pendalaman pada blok oral diagnosa ini.

Jember, 27 Maret 2015

` Penulis

Page 3: TUTORIAAAL-1 (1).docx

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Permasalahan

I.2. Skenario

I.3. Permasalahan

I.4. Mapping Permasalahan

I.5. Learning Objective

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Syarat,sifat, dan komposisi resin akrilik

II.2. Jenis-jenis resin akrilik

II.3. Manipulasi resin akrilik

II.4. Polimerasi resin akrilik

II.5. Reparasi resin akrilik

BAB III PEMBAHASAN

BAB IV KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: TUTORIAAAL-1 (1).docx

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Permasalahan

Periodonsia merupakan cabang dari Ilmu Kedokteran Gigi

yang mempelajari tentang berbagai kelainan atau penyakit yang ada di

jaringan periodontal dan sekitarnya.

Pada blok oral diagnosa dan rencana perawatan, kami akan

mempelajari cara pemeriksaan pasien secara inta oral dan ekstra oral untuk

menegakkan diagnosa serta rencana perawatan. Penegakkan diagnosa

berdasarkan analisis hasil pemeriksaan riwayat penyakit, temuan

laboratoris, radiografis dan temuan alat bantu yang lain, selain meneptakan

rencana perawatan kami juga menetapkan prognosis.

Pada tutorial minggu ke- pertama ini, kami mendapat skenario

tentang ilmu periodonsia, untuk hasil diskusi kelompok kami selanjutnya

akan kami bahas di bab pembahasan.

I.2. Skenario

- Ani umur 30 tahun datang kedokter gigi dengan keluhan gigi

depan bawah terasa kemeng dan giginya kotor. Dari anamnesa

keluhan ini dirasakan sejak 1 bulan yang lalu dan tidak pernah

diminumi obat. Penderita mengeluh jika dibuat menyikat gigi

gusinya berdarah. Penderita belum pernah merawatkan giginya

kedokter gigin dan menyikat sehari dua kali pagi dan sore.

Penderita pernah opname karena Hepatitis A. Pada pemeriksaan

ekstra oral tidak ada kelainan dan pemeriksaan intraoral

didapatkan OH yang buruk, pada gigi 42,41,31 gingiva terdapat

kemerahan. BOP (+), halus mengkilat, kenyal, posisi, margin

gingiva lebih keapikal 2mm, PD 5 mm dan kegoyangan 02.

Pemeriksaan radiologi didapatkan resobsi tulang alveolar pola

Page 5: TUTORIAAAL-1 (1).docx

horizontal, pelebaran ruang ligament periodontal, lamina dura

terputus dan sisa tulang alveolar ½ panjang akar. Dokter akan

menentukan diagnosa dan perawatan yang tepat

I.3. Permasalahan

I.3.1. Bagaimana mekanisme terjadinya rasa kemeng pada gigi pasien?

I.3.2. Mengapa OH pasien buruk padahal sudah menyikat gigi 2 kali sehari?

I.3.3. Apa saja faktor yang menyebabkan terjadinya tanda dan gejala klinis pada

pasien diskenario?

I.3.4. Mengapa kemerahan gingiva hanya pada gigi 42,41,31?

I.3.5. Apakah ada hubungan gejala klinis pasien dengan hepatitis A?

I.3.6. Bagaimana prosedur anamnesa dari dokter gigi ke pasien?

I.3.7. Bagaimana pemeriksaan yang meliputi Intraoral dan ekstraoal? Adakah

Pemerksaan penunjang lainya?

I.3.8. Apa diagnosa dan rencana perawatan?

Page 6: TUTORIAAAL-1 (1).docx

I.4. Mapping Permasalahan

I.5. Learning Objevtive

1. Mampu memahami dan menjelaskan prosedur pemeriksaan

jaringan periodontal meliputi subyektif dan obyektif

2. Mampu memahami dan menjelaskan cara menentukan diagnosa

periodontal

3. Mampu memahami dan menjelaskan penentuan prognosis

periodontal

4. Mampu memahami dan menjelaskan rencana perawatan

periodontal

Page 7: TUTORIAAAL-1 (1).docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Resin adalah campuran asam-asam karboksilat, minyak essensial, dan

terpenting, yang terdapat sebagai eksudat pada berbagai pohon atau tanaman

semak atau yang diproduksi secara sintetis. Resin merupakan benda padat amorf

atau semi padat yang sangat mudah terbakar dan larut dalam air, sedangkan

beberapa jenis larut dalam etanol dan yang lainnya larut dalam karbon

tetraklorida, eter, dan minyak yang mudah menguap. Sebagian besar lunak dan

lengket, tetapi mengeras jika terpajan pada suhu dingin. (Dorland : 2002)

II.1. Syarat, sifat dan komposisi resin akrilik

A. Syarat

Semua dental material harus memenuhi syarat-syarat fundamental sebelum dapat

digunakan secara klinis pada pasien, tidak terkecuali resin akrilik. Berikut adalah

syarat-syarat standar dental material:

1. Biologis : tidak memiliki rasa, tidak berbau, tidak toksik, dan tidak

mengiritasi jaringan rongga mulut, tidak boleh larut dalam saliva atau cairan

lain yang dimasukkan ke dalam mulut, dan tidak dapat ditembus cairan mulut.

2. Fisik : memiliki kekuatan dan kepegasan serta tahan terhadap tekanan gigit

atau pengunyahan, tekanan benturan, serta keausan berlebihan yang dapat

terjadi di dalam rongga mulut. Resin akrilik jugalah harus stabil dimensinya

dibawah semua keadaan, termasuk perubahan termal serta variasi-variasi

dalam beban.

3. Estetik : menunjukkan transluensi atau transparansi yang cukup sehingga

cocok dengan penampilan jaringan mulut yang digantikan, harus dapat

diwarnai atau dipigmentasi, dan harus tidak berubah warna atau penampilan

setelah pembentukan.

4. Karakteristik penanganan : tidak boleh menghasilkan uap atu debu toksik

selama penanganan dan manipulasi, mudah diaduk, dimasukkan, dibentuk,

Page 8: TUTORIAAAL-1 (1).docx

dan diproses, mudah dipoles, dan pada keadaan patah yang tidak disengaja,

resin harus dapat diperbaiki dengan mudah dan efisien.

5. Ekonomis : biaya resin dan penanganannya haruslah rendah, dan proses

tersebut tidak memerlukan peralatan kompleks serta mahal (Phillips, 1996)

B. Sifat

1. Pengerutan polimerisasi

Kepadatan massa bahan akan berubah dari 0,94 menjadi 1,19g/cm3 ketika

monomer metilmetakrilat terpolimerisasi untuk membentuk

poli(metilmetakrilat). Perubahan menghasilkan pengerutan volumetrik

sebesar 21%. Akibatnya, pengerutan volumetrik yang ditunjukkan oleh

massa terpolimerisasi sekitar 6-7% sesuai dengan nilai yang diamati dalam

penelitian laboratorium dan klinis.

2. Perubahan Dimensi

Proses akrilik yang baik akan menghasilkan stabilitas dimensi yang baik.

Teknik injection moulding menunjukkan stabilitas dimensi yang baik

dibandingkan dengan teknik compression moulding. Garfunkel dan

Anderson dkk (1988) menyatakan bahwa dari hasil penelitian

menunjukkan perubahan dimensi pada injection moulding lebih rendah

dibandingkan dengan compression moulding

3. Konduktivitas Termal

Konduktivitas termal adalah pengukuran termofisika mengenai seberapa

baik panas dihantarkan melalui suatu bahan. Basis resin memiliki

konduktivitas termal yang rendah yaitu 0,0006 (°C/cm).1

4. Solubilitas

Meskipun basis gigi tiruan resin larut dalam berbagai pelarut, basis resin

umumnya tidak larut dalam cairan yang terdapat dalam rongga mulut.

5. Penyerapan Air

Bahan resin akrilik mempunyai sifat yaitu menyerap air secara perlahan-

lahan dalam jangka waktu tertentu.7 Resin akrilik menyerap air relatif

sedikit ketika ditempatkan pada lingkungan basah. Namun, air yang

Page 9: TUTORIAAAL-1 (1).docx

terserap ini menimbulkan efek yang nyata pada sifat mekanik, fisik dan

dimensi polimer. Nilai penyerapan air sebesar 0,69 mg/cm2. Umumnya

mekanisme penyerapan air yang terjadi adalah difusi. Difusi adalah

berpindahnya suatu substansi melalui rongga yang menyebabkan ekspansi

pada resin atau melalui substansi yang dapat mempengaruhi kekuatan

rantai polimer. Umumnya, basis gigi tiruan memerlukan periode 17 hari

untuk menjadi jenuh dengan air.

6. Porositas

Adanya gelembung permukaan dan di bawah permukaan dapat

mempengaruhi sifat fisik, estetika dan kebersihan basis gigi tiruan.

Porositas cenderung terjadi pada bagian basis gigi tiruan yang lebih tebal.

Porositas disebabkan oleh penguapan monomer yang tidak bereaksi dan

berat molekul primer yang rendah, disertai temperatur resin mencapai atau

melebihi titik didih bahan tersebut. Timbulnya porositas dapat

diminimalkan dengan adonan resin akrilik yang homogen, perbandingan

polimer dan monomer yang tepat, proses pengadukan yang terkontrol

dengan baik serta waktu pengisian bahan ke mould yang tepat.

7. Stabilitas Warna

Resin akrilik polimerisasi panas menunjukkan stabilitas warna yang baik.

Yu-lin Lai, dkk (2003) mempelajari stabilitas warna dan ketahanan

terhadap stain dari nilon, silikon serta dua jenis resin akrilik dan

menemukan bahwa resin akrilik menunjukkan nilai diskolorisasi yang

paling rendah setelah direndam dalam larutan kopi.

C. Komposisi

Resin akrilik pada dasarnya memiliki dua komposisi dasar yaitu bubuk polimer

dan cairan monomer.

Polimer

Secara umum polimer resin akrilik terdiri dari poli (metil metakrilat), initiator

(0.2-0.5% benzoil peroksida), pigmen (merkuri sulfat, cadmium selenit, ferric

Page 10: TUTORIAAAL-1 (1).docx

oxide), plasticizer (dibutil ptalat), opacifiers (zinc atau titanium oxide), bahan

tambahan berupa serat sintetis organik (serat nilon atau serat akrilik) dan

anorganik (serat kaca, zirkonium silikat). Untuk resin akrilik jenis self cured ,

ada bahan tambahan aktivator berupa amin tersier, sedangkan pada light cured

terdapat aktivator berupa camphoroquinone.

Monomer

Monomer resin akrilik terdiri dari metil metakrilat, stabilizer (0.003 – 0.1%

metil ether hydroquinone untuk mencegah terjadinya proses polimerisasi

selama penyimpanan), plasticizer (dibutil pthalat), bahan untuk memacu ikatan

silang (cross-linking agent) yaitu etilen glikol dimetakrilat (EGDMA). Cross-

link agent ini berpengaruh pada sifat fisik polimer dimana polimer yang

memiliki ikatan silang bersifat lebih keras dan tahan terhadap pelarut

(Chanaka, 2010)

II.2. Jenis-jenis resin akrilik

1. Resin akrilik teraktivasi panas

resin akrilik yang memerlukan energi panas untuk polimerisasi bahan-

bahan tersebut dengan menggunakan perendaman air di dalam

waterbath, jenis resin akrilik panas lain menggunakan proses

polimerisasi dengan gelombang mikro. Basis protesa umumnya

mengandung benzoil peroksida. Bila dipanaskan diatas 60 0C, molekul

– molekul benzoil peroksida terpisah untuk menghasilkan radikal

bebas. Masing – masing radikal bebas dengan cepat bereaksi dengan

molekul monomer yang ada untuk merangsang polimerisasi rantai

bertumbuh. Karena produk reaksi juga memiliki elektron tidak

berpasangan, elektron tersebut tetap aktif secara kimia. Akibatnya,

molekul monomer tambahan menjadi terikat dengan rantai polimer

individual.

2. Cold cure acrylic resin adalah resin akrilik yang diaktifkan suatu

bahan kimia lain yang ditambahkan pada monomer yaitu tertiary amine

misalnya dumethyl – p – Toluidine (CH3C6H4N(CH3). Bahan ini

Page 11: TUTORIAAAL-1 (1).docx

dikenal sebagai aktivator. Setelah polimer dicampur dengan polimer,

aktivator akan bereaksi dengan inisiator membentuk radikal bebas dan

polimerisasi mulai terjadi pada termperatur kamar

3. Visible light cured acrylic resin adalah resin akrilik yang diaktifkan

dengan sinar yang terlihat oleh mata.

II.3. Manipulasi resin akrilik

Manipulasi adalah suatu bentuk tindakan atau proses rekayasa terhadap sesuatu

dengan menambah ataupun mengurangi variabel yang berkaitan guna mencapai

sifat fisik maupun mekanik yang dikehendaki. Sebelum diaplikasikan pada pasien,

resin akrilik harus diolah dan dimanipulasi sedemikian rupa sehingga memenuhi

kriteria pengaplikasian klinis yang baik. Secara umum, ada beberapa hal yang

harus diperhatikan dalam memanipulasi resin akrilik, antara lain:

1. Perbandingan monomer dan polimer

Perbandingan yang umum digunakan adalah 3,5 : 1 satuan volume

atau 2,5 : 1 satuan berat. Bila monomer terlalu sedikit maka tidak semua

polimer sanggup dibasahi oleh monomer akibatnya akrilik yang telah

selesai berpolimerisasi akan bergranul. Sebaliknya, monomer juga tidak

boleh terlalu banyak karena dapat menyebabkan terjadinya kontraksi pada

adonan resin akrilik.

2. Pencampuran

Polimer dan monomer dengan perbandingan yang benar dicampurkan

dalam tempat yang tertutup lalu dibiarkan beberapa menit sampai

mencapai fase dough.( SK Khindria ,2009) . Pada saat pencampuran ada

empat tahapan yang terjadi, yaitu:

1. Sandy stage adalah terbentuknya campuran yang menyerupai pasir

basah.

2. Sticky stage adalah saat bahan akan merekat ketika bubuk mulai larut

dalam cairan dan berserat ketika ditarik.

Page 12: TUTORIAAAL-1 (1).docx

3. Dough stage adalah saat konsistensi adonan mudah diangkat dan tidak

melekat lagi, dimana tahap ini merupakan waktu yang tepat untuk

memasukkan adonan ke dalam mould dan kebanyakan dicapai dalam

waktu 10 menit.

4. Rubber hard stage adalah tahap seperti karet dan tidak dapat dibentuk

dengan kompresi konvensional.

5. Pengisian

Tahap ini disebut juga dengan packing, yaitu tahap penuangan

resin kedalam mould. Pada proses manipulasi yang perlu diperhatikan

pada tahap pengisian ini adalah ketepatan bahan mengisi rongga

mould. dengan pengisian pada rongga mould secara bertahap. Pada

tahap selanjutnya setelah dilakukan pengisian pada rongga mould

adalah dilakukannya press dengan pada kuvet. Kekuatan press yang

diberikan pada kuvet sebesar 1000 psi selama 5 menit kemudian

sebesar 2200 psi selamat 5 menit juga. Selama proses press ini

biasanya ditemukan flash, yaitu adanya kelebihan bahan. Flash ini

harus dibersihkan dan dipisahakan dengan bagian resin yang mengisi

mould. Setelah dilakukan ini tahap berikutnya adalah dilakukannya

curing.

6. Curring.

Proses curring adalah proses terjadinya pengerasan, dimana setiap

jenis resin akrilik memiliki spesialisasi tersendiri.

Heat cured acrylic resin : yaitu terjadinya curring yang diaktivasi

oleh adanya panas.

Self cured acrylic resin : curring cukup dapat dilakukan pada suhu

ruang karena adanya aktivator amin tersier.

Light cured resin : proses curring dicapai dengan dipaparkannya

cahaya tampak.

Page 13: TUTORIAAAL-1 (1).docx

II.4. Polimerisasi resin akrilik

• Induksi

Pada proses in harus ada radikal bebas. Radikal bebas harus dihasilkan

dengan mengaktifkan molekul monomer dengan sinar ultraviolet ,sinar biasa,

panas atau pengalihan energi dari komposisi lain yang bertindak sebagai radikal

bebas

• Penyebaran

Reaksi rantai harus berlanjut dengan terbentuknya panas, sampai semua

monomer telah diubah menjadi polimer.

• Pengakhiran

Reaksi rantai dapat diakhiri baik dengan penggabungan langsung atau

pertukaran atom hidrogen dari satu rantai yang tumbuh ke yang lain.

• Pemindahan rantai

Keadaan aktif diubah dari suatu radikal aktif menjadi suatu molekul tidak

aktif, dan tercipta molekul baru untuk pertumbuhan selanjutnya . Jadi, dihasilkan

suatu nukleus baru untuk pertumbuhan

II.5. Reparasi resin akrilik

a. Resin Perbaikan Sesuai dengan sifatnya, resin akrilik dapat mengalami fraktur.

Resin perbaikan dapat diaktivasi oleh sinar, panas, maupun kimia. Untuk memperbaiki protesa yang patah secara akurat, komponen-komponen harus diatur kembali dan direkatkan bersama menggunakan malam perekat atau modeling plastic. Bila keadaan ini sudah diperoleh, dibuat model perbaikan dengan stone gigi.

Protesa dipindahkan dari model dan medium perekat dibuang. Kemudian permukaan patah diasah untuk memberikan ruangan yang cukup bagi bahan perbaikan. Model dilapisi dengan medium pemisah untuk mencegah perlekatan resin perbaikan, dan bagian

Page 14: TUTORIAAAL-1 (1).docx

basis protesa dikembalikan serta dicekatkan pada model. Persyaratan pengujian untuk resin yang diaktivasi secara kimia untuk perbaikan basis protesa dinyatakan pada Spesifikasi ADA No.13 (Anusavice, 2004).

b. Resin Relining (Pelapik) Basis Protesa Karena kontur jaringan lunak berubah selama protesa berfungsi,

seringkali permukaan protesa intraoral yang menghadap jaringan perlu diubah, untuk menjamin kecekatan dan fungsi. Pada beberapa keadaan, perubahan ini dapat dilakukan dengan prosedur pengasuhan selektif. Sementara pada keadaan lain, permukaan yang menghadap ke jaringan harus digantikan dengan melapik (relining) atau ,mengganti (rebasing) protesa yang lama (Anusavuce, 2004).

Bila protesa akan direlining, bahan cetak dikeluarkan dari protesa. Permukaan yang menghadap pada jaringan dibersihkan untuk meningkatkan perlekatan antara resin yang ada dengan bahan reniling. Setelah tahap ini, resin yang tepat kemudian dimasukan dan dibentuk menggunakan teknik milding-tekanan. Untuk relining, temperature polomerisasi yang rendah lebih disukai guna meminimalkan distorsi dari basis protesa yang ada. Kemudian, dipilih resin yang diaktivasi secara kimia. Bahan yang dipilih diaduk menurut anjuran pabrik dan ditempatkan dalam mold, ditekan dan dibiarkan mengalami polimerisasi. Protesa dikeluarkan dari kuvet, dirapikan, dan dipoles. (Anusavice, 2004).

c. Rebasing basis protesa Tahap-tahap yang diperlukan dalam rrebasig serupa dengan

relining. Cetakan jaringan lunak yang akurat diperoleh dengan menggunakan protesa yang ada sebagai sendok cetak perseorangan. Kemudianmodel stne dibuat dari cetakan. Model dan cetakan disusun dalam reline jig, yang dirancang untuk mempertahankan relasi vertical dan horizontal yang benar antara model stone dan permukaan gigi tiruan. Hasil susunan tersebut memberikan petunjuk tentang permukaan oklusl gigi tiruan. Setelah petunjuk tersebut diperoleh, protesa dilepas dan elemen gigi tiruan dipisahkan dari basis yang lama (Anusavice, 2004).

Page 15: TUTORIAAAL-1 (1).docx
Page 16: TUTORIAAAL-1 (1).docx

BAB III

PEMBAHASAN

II.1.Sifat, syarat dan komposisi resin akrilik

Syarat

Persyaratan bahan basis gigitiruan yang ideal untuk pembuatan basis gigitiruan

adalah:

1. Tidak toksis dan tidak mengiritasi

2. Tidak terpengaruh oleh cairan mulut: tidak larut dan tidak mengabsorbsi

3. Mempunyai sifat-sifat yang memadai, antara lain:

a. Modulus elastisitas tinggi

b. Proportional limit tinggi: tidak mudah mengalami perubahan secara

permanen jika menerima tekanan.

c. Kekuatan transversal tinggi

d. Kekuatan impak tinggi: basis gigitiruan tidak mudah pecah apabila terjatuh

e. Kekuatan fatique tinggi

f. Abration resistance dan kekerasan yang baik

g. Konduktivitas termal yang baik

h. Density rendah: untuk membantu retensi gigitiruan pada rahang atas

4. Estetis dan stabilitas warna cukup baik

5. Hal-hal lain yang menjadi pertimbangan antara lain:

a. Radiopak

b. Mudah dimanipulasi dan direparasi

c. Tidak mengalami perubahan dimensi

d. Mudah dibersihkan

Sampai saat ini belum ada satu pun bahan basis gigitiruan yang memenuhi

semua persyaratan diatas.

Page 17: TUTORIAAAL-1 (1).docx

Komposisi

Komposisi resin akrilik secara umum adalah sama, yaitu terdiri dari bubuk

polimer dan cairan monomer. Namun pada resin jenis tertentu, memiliki beberapa

bahan tambahan. Berikut adalah komposisi resin akrilik:

1. Polimer:

a. Poli(metil metakrilat)

Bubuk polimer yaitu poli( metil metakrilat ) adalah resin transparan yang dapat

menyalurkan cahaya dalam range ultraviolet hingga yang mempunyai wavelength

250nm. Ia mempunyai kekerasan dari 18 hingga 20 Knoop Number. Kekuatan

tensilnya dianggarkan dalam 60 Mpa, ketumpatannya adalah 1.19 g/cm2 dan

modulus elasticity dianggarkan 2.4 Gpa (2400 Mpa).

Polimer ini sangat stabil. Ia tidak mengalami diskolorisasi dalam cahaya

ultraviolet, secara kimiawi stabil dalam panas dan melembut pada 125°C dan

dapat dibentuk seperti bahan termoplastik. Depolimerisasi terjadi pada suhu di

antara 125°C dan 200°C. Sekitar suhu 450°C, 90% polimer telah

terdepolimerisasi membentuk monomer.

Poli (metil metakrilat) mempunyai kecenderungan untuk meresap air melalui

proses imbibisi. Ini karena, struktur non-kristalinnya mempunyai tenaga internal

yang tinggi. Jadi, diffusi molekul dapat terjadi dengan mudah karena tidak

memerlukan tenaga aktivasi yang banyak. Ia dapat larut dalam beberapa pelarut

organik seperti kloroform dan aseton.

b. Initiator

Initiator merupakan suatu bahan yang berfungsi untuk mengaktifkan

reaksi polimerisasi resin akrilik. Bahan initiator yang biasa ditemukan adalah

berupa 0.2 - 0.5% benzoil peroksida. Substansi ini akan mengalami pemutusan

ikatan oleh karena adanya pemicu seperti panas pada heat-cured, kimia pada self-

cured, dan cahaya pada light-cured. Pemutusan ikatan satu benzoil peroksida akan

Page 18: TUTORIAAAL-1 (1).docx

menghasilkan dua buah radikal bebas. Radikal bebas inilah yang nantinya akan

mengikat monomer-monomer sehingga terjadilah reaksi polimerisasi.

c. Pigmen

Zat pigmen pada resin akrilik akan membuat resin akrilik dapat memiliki

bermacam warna, yaitu transparan yang menyerupai warna gigi, atau pink yang

menyerupai gingiva. Beberapa sedian bahwa mengandung serat-serat merah

sehingga menyerupai pembuluh darah. Zat pigmen dapat berupa merkuri sulfit,

cadmium sulfit, cadmium selenit, dan ferric oxide.

d. Plasticizer

Plasticizer adalah zat additif untuk menambah kefleksibilitasan resin

akrilik. Zat ini dapat berupa dibutil pthalat.

e. Opacifiers

Tujuan bagi penambahan opacifiers adalah untuk memastikan resin

akrilik terlihat di dalam sinar-X apabila tertelan. Opacifiers yang biasa digunakan

adalah zinc atau titanium oxide.

f. Bahan tambahan

Bahan yang umumnya ditambahkan pada resin akrilik adalah serat

sintetis/organik (serat nilon atau serat akrilik) dan partikel inorganik, seperti serat

kaca, zirkonium silikat. Adanya penambahan bahan-bahan ini biasanya dilakukan

untuk merubah sifat fisik dan menkanik, seperti penambahan serat kaca akan

menyebabkan densitas resin akan akrilik semakin meningkat.

2. Monomer

a. Metil metakrilat

Cairan monomer adalah metil metakrilat, yaitu suatu cairan bening pada

suhu ruangan yang mempunyai sifat fisikal berikut:

Berat molekul : 100 u

Suhu lebur : - 48°C

Suhu didih : 100.8°C

Ketumpatan : 0.945 g/mL pada 20°C

Page 19: TUTORIAAAL-1 (1).docx

Tenaga polimerisasi : 12.9 kcal/mol

Metil metakrilat menunjukkan tekanan uap yang tinggi dan merupakan

pelarut organik yang baik.

b. Stabilizer

Terdapat sekitar 0.003 – 0.1% metil ether hydroquinone untuk mencegah

terjadinya proses polimerisasi selama penyimpanan.

c. Plasticizer: dibutil pthalat

d. Bahan untuk memacu ikatan silang (cross-linking agent)

Cross-linked agent dapat berupa etilen glikol dimetakrilat (EGDMA).

Bahan ini berpengaruh pada sifat fisik polimer dimana polimer yang memiliki

ikatan silang bersifat lebih keras dan tahan terhadap pelarut.

Sifat

Beberapa sifat-sifat umum resin akrilik adalah:

a. Berat molekul

Resin akrilik polimerisasi panas memiliki berat molekul polimer yang

tinggi yaitu 500.000 – 1.000.000 dan berat molekul monomernya yaitu 100. Berat

molekul polimer ini akan bertambah hingga mencapai angka 1.200.000 setelah

berpolimerisasi dengan benar. Rantai polimer dihubungkan antara satu dengan

lainnya oleh gaya Van der Waals dan ikatan antar rantai molekul.

Bahan yang memiliki berat molekul tinggi mempunyai ikatan rantai

molekul yang lebih banyak dan mempunyai kekakuan yang besar dibandingkan

polimer yang memiliki berat molekul yang lebih rendah.

b. Monomer sisa

Monomer sisa berpengaruh pada berat molekul rata-rata. Polimerisasi pada

suhu yang terlalu rendah dan dalam waktu singkat menghasilkan monomer sisa

lebih tinggi. Monomer sisa yang tinggi berpotensi untuk menyebabkan iritasi

jaringan mulut, inflamasi dan alergi, selain itu juga dapat mempengaruhi sifat

Page 20: TUTORIAAAL-1 (1).docx

fisik resin akrilik yang dihasilkan karena monomer sisa akan bertindak sebagai

plasticizer yang menyebabkan resin akrilik menjadi fleksibel dan kekuatannya

menurun. Pada akrilik yang telah berpolimerisasi secara benar, masih terdapat

monomer sisa sebesar 0.2 sampai 0.5%. Proses kuring yang kuat pada temperatur

tinggi sangat direkomendasikan untuk mengurangi ketidaknyamanan pasien yang

diketahui memiliki riwayat alergi terhadap MMA (Metil Metakrilat).

c. Absorbsi air

Resin akrilik polimerisasi panas relatif menyerap air lebih sedikit pada

lingkungan yang basah. Nilai absorbsi air oleh resin akrilik yaitu 0.69% mg/cm2.

Absorbsi air oleh resin akrilik terjadi akibat proses difusi, dimana molekul air

dapat diabsorbsi pada permukaan polimer yang padat dan beberapa lagi dapat

menempati posisi di antara rantai polimer. Hal inilah yang menyebabkan rantai

polimer mengalami ekspansi. Setiap kenaikan berat akrilik sebesar 1% yang

disebabkan oleh absorbsi air menyebabkan terjadinya ekspansi linear sebesar

0.23%. Sebaliknya pengeringan bahan ini akan disertai oleh timbulnya kontraksi.

e. Retak

Pada permukaan resin akrilik dapat terjadi retak. Hal ini diduga karena

adanya tekanan tarik (tensile stress) yang menyebabkan terpisahnya molekul-

molekul polimer. Keretakan seperti ini dapat terjadi oleh karena stress mekanik,

stress akibat perbedaan ekspansi termis dan kerja bahan pelarut. Adanya crazing

(retak kecil) dapat memperlemah gigi tiruan.

f. Ketepatan dimensional

Beberapa hal yang dapat mempengaruhi ketepatan dimensional resin akrilik

adalah ekspansi mould sewaktu pengisian resin akrilik, ekspansi termal resin

akrilik, kontraksi sewaktu polimerisasi, kontraksi termis sewaktu pendinginan dan

hilangnya stress yang terjadi sewaktu pemolesan basis gigi tiruan resin akrilik.

Page 21: TUTORIAAAL-1 (1).docx

g. Kestabilan dimensional

Kestabilan dimensional berhubungan dengan absorbsi air oleh resin

akrilik. Absorbsi air dapat menyebabkan ekspansi pada resin akrilik. Pada resin

akrilik dapat terjadi hilangnya internal stress selama pemakaian gigi tiruan.

Pengaruh ini sangat kecil dan secara klinis tidak bermakna.

h. Resisten terhadap asam, basa, dan pelarut organik

Resistensi resin akrilik terhadap larutan yang mengandung asam atau basa lemah

adalah baik. Penggunaan alkohol dapat menyebabkan retaknya protesa. Ethanol juga

berfungsi sebagai plasticizer dan dapat mengurangi temperatur transisi kaca. Oleh

karena itu, larutan yang mengandung alkohol sebaiknya tidak digunakan untuk

membersihkan protesa.

II.2. Jenis-jenis resin akrilik

Resin merupakan suatu dental material yang telah digunakan secara luas.

Secara umum, resin ada yang alami (berasal dari tumbuhan atau serangga tertentu)

dan sintetik (dari senyawa kimia yang strukturnya mengacu pada struktur resin

alami). Resin akrilik adalah salah satu contoh dari resin sintetik. Selain itu, resin

juga dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat termalnya, yaitu termoplastik dan

termosetting. Resin termoplastik dalah suatu resin yang akan melunak apabila

diberi suhu melebihi suhu transisi kaca (Tg)-nya, dan kemudian mengeras.

Apabila resin tersebut dipanaskan kembali, maka akan lunak kembali. Contoh

resin termoplastik adalah resin akrilik. Hal tersebutlah yang membedakan resin

termoplastik dengan resin termosetting. Untuk resin termosetting, resin jenis ini

akan mengeras secara permanen apabila dipanaskan melebihi suhu kritisnya.

Sehingga bentuk resin ini akan tetap atau tidak berubah meskipun mengalami

pemanasan ulang.

Page 22: TUTORIAAAL-1 (1).docx

Sesuai dengan skenario, resin akrilik yang merupakan jenis resin sintetik,

juga memiliki klasifikasi tersendiri berdasarkan cara polimerisasinya, yaitu: heat-

cured, self-cured, dan light-cured.

Heat cured acrylic resin : yaitu terjadinya curring yang diaktivasi oleh

adanya panas.

Self cured acrylic resin : curring cukup dapat dilakukan pada suhu ruang

karena adanya aktivator amin tersier.

Light cured resin : proses curring dicapai dengan dipaparkannya cahaya

tampak

Setiap jenis resin akrilik tersebut, memiliki kekurangan dan kelebihan

masing-masing.

Jenis Resin Aktivator Kelebihan Kekurangan

Heat Curing

acrylic resin

Energi termal

yang berasal dari

panas

Warna stabil dan

murah

Terdapat

pengerutan volume

akhir,

pembuatannya

tidak praktis

Self Curing

acrylic resin

Dimethyl

paratoluidine

atau amin tersier

Pengerutan

volume akhir

lebih kecil,

praktis, dan

relatif murah

Terdapat sisa-sisa

monomer,

kestabilan warna

rendah, sisa

monomer lebih

banyak, porositas

lebih tinggi.

Light Curing

acylic resin

Sinar tampak dan

sinar UV

Waktu

polimerisasi

dapat diatur

Bila menggunakan

sinar UV dapat

merusak jaringan.

Microwave

Curing

acrylic

Gelombang

mikro

Waktu lebih

singkat,

polimerisasi

Membutuhkan

peralatan yang

lebih mahal, masih

Page 23: TUTORIAAAL-1 (1).docx

lebih sempurna,

proses

pembuatannya

lebih bersih, sisa

monomer lebih

sedikit.

bersifat menyerap

air.

Sehingga diharapkan dokter gigi dapat memilih mana resin akrilik terbaik untuk

digunakan.

II.3. Manipulasi resin akrilik

Manipulasi adalah suatu bentuk tindakan atau proses rekayasa terhadap

sesuatu dengan menambah ataupun mengurangi variable yang berkaitan guna

mencapai sifat fisik maupun mekanik yang dikehendaki. Dengan demikian,

apabila manipulasi dilakukan pada resin akrilik memiliki tujuan agar resin akrilik

ini nantinya mampu memenuhi persyaratan sebagai material yang digunakan pada

kedokteran gigi dengan sifat fisik dan mekanik yang sesuai dengan

pengaplikasiannya pada kedokteran gigi.

Manipulasi kedokteran gigi meliputi : menentukkan perbandingan polimer

dan monomer, pencampuran keduanya, pengisian, serat terakhir adalah proses

curring.

1. Perbandingan monomer dan polimer

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa resin akrilik dikemas dalam dua

bentuk yaitu cairan (yang mengandung poli (metil metakrilat)/PMMA yang tidak

terpolimerasi atau dengan kata lain dalam bentuk monomer) dan bubuk ( berupa

PMMA prapolimerasi yang berbentuk butiran-butiran halus. Perbandingan

keduanya sangat penting bila digunakan untuk pengaplikasian di kedokteran gigi,

semisal pembuatan protesa, hal ini dikarenakan konsistensi yang tepat diantara

keduanya mampu menghasilkan sifat fisik dan mekanik yang tepat pula.

Page 24: TUTORIAAAL-1 (1).docx

Perbandingan yang tidak sesuai antara bubuk dan cairan mampu menyebabkan

pengerutan volumetrik dan pengerutan secara linier. Selain itu keadaaan dimana:

a. Konsentrasi Bubuk > Cairan

Keadaan ini mampu menyebabkan terbentuknya granula-granula pada

adonan. Hal ini dikarenakan bubuk tidak sepenuhnya mampu dibasahi oleh cairan

b. Konsentrasi Cairan > Bubuk

Keadaan ini mampu menyebabkan kontraksi pada adonan resin akrilik,

akibatnya akan terjadi perubahan dimensi yang tampak, serta adanya pengerutan

volumetrik dan linier yang telah dijelaskan sebelumnya.

Akibat yang paling harus diwaspadai dari ketidaktepatan perbandingan ini

adalah mampu menghasilkan monomer sisa. Dimana monomer sisa ini apabila

bereaksi dengan jaringan rongga mulut terutama fibroblas akan menimbulkan

respon iritasi, hal ini sangat dihindari pada tindakan kedokteran gigi karena

menimbulkan ketidaknyamanan atau bahkan kerugian bagi pasien. Disamping itu

monomer sisa juga mampu bertindak sebagai plasticizer yang mampu berakibat

pada menurunnya sifat flexibel dari resin dan menurunkan kekuatannya.

Untuk itu,dalam mencapai campuran antara bubuk dan cairan yang tepat.

Perbandingan antara bubuk dan cairan resin akrilik adalah 3:1 dilihat berdasarkan

volumenya.

2. Pencampuran

Tidakan berikutnya yang berkaitan dengan proses manipulasi setelah

menentukkan perbandingan yang tepat adalah pencampuran antara bubuk

(polimer) dan cairan(monomer).Begitu kedua variable ini dicampur akan

terbentuk beberapa tahap yang terlihat. Pada point ini yang perlu diperhatikan

adalah kemampuan dalam mengenali tahap-tahap tersebut guna menentukan

waktu yang tepat untuk dilakukan pengisian pada mould. Jika tidak, akan

berakibat pada adonan yang terlanjur menjadi keras yang berujung pada

Page 25: TUTORIAAAL-1 (1).docx

ketidakmampuannya dilakukan pembentukan. Atau bahkan campuran yang masih

pada tahap lunak akibatnya dapat berpengaruh terhadap perubahan dimensi

nantinya, serta timbulanya porositas.

Tahap yang nampak setelah dilakukan pencampuran antara cairan dan

bubuk adalah sebagai berikut:

a. Sandy stage

Tahap ini dicirikan dengan terbentuknya bentukan pasir basah. Ini adalah bentuk

respon mulai berinteraksinya bubuk dan cairan. Pada tahap ini interaksi tingkat

molekuler belum sepenuhnya terjadi atau bahkan belum sama sekali.

b. Sticky stage

Pada tahap ini mulai terjadi interaksi antara bubuk dan cairan. Dimana cairan

mulai larut pada bubuk yang dapat berakibat pada terdispersinya rantai polimer

(pada bubuk) pada monomer (cairan). Sehingga rantai polimer melepaskan jalinan

ikatan yang berpengaruh terhadap adukan yang secara fisual dapat dilihat dengan

adanya bentukan serat begitu adonan tersebut ditarik.

c. Dough Stage

Pada tahap ini adalah kesempurnaan dari sticky stage. Yaitu tahap dimana polimer

dalam jumlah besar telah terlarut sepenuhnya pada monomer. Dengan demikian

adukan yang terbentuk tidak lagi berserat ataupun lengket. Bahkan tidak laki

adanya bentukan rekatan pada spatulan ataupun cawannya, yaitu benar-benar

berbentuk adonan. Pada tahap inilah yang dikatakan tahap paling tepat untuk

dituangkan pada mould.

d. Rubber hard stage

Tahap ini adalah tahap yang telah dikatakan sebelumnya, yaitu ketika adukan

sudah tidak lagi mampu dilakukan pembentukkan dengan teknik kompresi

konvensional . hal ini dikarenakan sepenuhnya monomer bebas telah diuapkan

Page 26: TUTORIAAAL-1 (1).docx

dan polimer telah seutuhnya masuk lebih jauh di antara monomer, sehingga

adonan nampak seperti karet dan tidak lagi memiliki kemampuan ketika

diregangkan.

3. Pengisian

Tahap ini disebut juga dengan packing, yaitu tahap penuangan resin

kedalam mould. Pada proses manipulasi yang perlu diperhatikan pada tahap

pengisian ini adalah ketepatan bahan mengisi rongga mould. Apabila terjadi

keadaan:

a. Overpacking : akibatnya akan berpengaruh terhadap ketebalan berlebih pada

pembuatan basis proteosa yang nantinya akan mempengaruhi posisi elemen gigi

protesa di dalamnya.

b. Underpacking : sedangkan keadaan bahan yang tidak sepenuhnya memenuhi

rongga mould akan mampu menimbullkan porus.

Untuk menghindari over ataupun under packing. Dapat dilakukan dengan

pengisian pada rongga mould secara bertahap. Pada tahap selanjutnya setelah

dilakukan pengisian pada rongga mould adalah dilakukannya press dengan pada

kuvet. Kekuatan press yang diberikan pada kuvet sebesar 1000 psi selama 5 menit

kemudian sebesar 2200 psi selamat 5 menit juga. Selama proses press ini biasanya

ditemukan flash, yaitu adanya kelebihan bahan. Flash ini harus dibersihkan dan

dipisahakan dengan bagian resin yang mengisi mould. Setelah dilakukan ini tahap

berikutnya adalah dilakukannya curing.

4. Curring

Proses curring adalah proses terjadinya pengerasan, dimana yang menjadi

komponen pembantu dalam terjadinya curring adalah dibagi menjadi 4:

a. Heat curring : yaitu terjadinya curring yang diaktivasi dengan adanya panas.

Dimana panas yang diperlukan untuk terjadinya polimerasi dan tercapainya

curring yang sempurna adalah 740C (1650F) yang dilakukan pada bak air dengan

Page 27: TUTORIAAAL-1 (1).docx

menjaga suhu tersebut selama 8-12 jam tanpa adanya prosedur pendidihan

terminal. Baru selanjutnya masuk ke tahap yang kedua dengan meningkatkan suhu

mencapai 100oC dan diproses selama 1 jam.

b. Self curring : cukup dilakukan pada suhu ruang dikarenakan aktivator yang

digunakan telah mengunakan amin tersier yang telah dijelaskan sebelumnya pada

klasifikasi

c. Light curring : proses curring dicapai dengan dipaparkannya cahaya tampak

dengan panjang gelombang sebesar 400-500nm dengan kemampuan menembus

ketebalan sebesar 5-6 mm dengan pemaparan radiasi selama 10-25 menit.

II.4. Polimerisasi resin akrilik

Polimerisasi terjadi melalui serangkaian reaksi kimia dimana molekul

makro, atau polimer dibentuk dari sejumlah molekul-molekul yang dikenal

sebagai monomer. Sifat polimer yang paling nyata adalah polimer terdiri atas

molekul-molekul yang amat besar dan tak terbatas.

Polimerisasi adalah reaksi intermolekuler berulang yang secara

fungsional mampu berlanjut tak berbatas. Polimer terdiri atas beberapa unit

struktural sederhana, yang terbentuk atas struktur monomer individual. Monomer-

monomer tersebut berhubungan atau berikatan satu sama lain sepanjang rantai

polimer oleh ikatan kovalen.

Resin sintetik berpolimerisasi secara acak dari tempat tertentu yang telah

diaktivasi. Jadi, bergantung pada kemampuan rantai untuk berikatan oleh karena

aktivasi yang terjadi. Resin gigi akan menjadi padat bila berpolimerisasi.

(Anusavice: 2003)

Polimerisasi ada 2, yakni:

1. Polimerisasi Kondensasi

Reaksi polimerisasi kondensasi berlangsung antara 2 atau lebih molekul-

molekul sederhana. Senyawa utama yang bereaksi seringkali menghasilkan

Page 28: TUTORIAAAL-1 (1).docx

produk sampingan berupa air, asam halogen dan amonia. Pembentukan produk

sampingan ini adalah alasan mengapa proses polimerisasinya disebut polimerisasi

kondensasi.

Dahulu, beberapa resin kondensasi telah digunakan dalam kedokteran

gigi untuk membuat basis gigi tiruan. Sekarang, polimerisasi kondensasi terutama

digunakan untuk polimerisasi bahan cetak polisulfida dan silikon kondensasi.

Namun, karena reaksi polimerisasi ini menghasilkan produk sampingan seperti air

(polisulfida) dan alkohol (bahan cetak silikon terpolimerisasi kondensasi), produk

sampingan ini mungkin menyerap dan mempengaruhi kestabilan dimensi bahan

cetak.

Pembentukan polimer dengan polimerisasi kondensasi ini berlangsung

lambat, karena berlangsung dengan cara bertahap dari monomer menjadi dimer,

kemudian trimer, dan seterusnya hingga menjadi polimer. Proses polimerisasi

tersebut cenderung terhenti sebelum molekul mencapai ukuran yang benar-benar

besar, karena begitu rantai tumbuh, akan menjadi makin tidak dapat bergerak dan

sedikit jumlah molekulnya.

2. Polimerisasi Adisi

Kebanyakan resin gigi terpolimerisasi dengan polimerisasi adisi. Jenis

reaksi adisi ini begitu banyak terjadi sehingga seringali istilah polimerisasi secara

umum digunakan untuk menggambarkan proses tersebut.

Tidak seperti pada polimerisasi kondensasi, tidak ada perubahan

komposisi selama polimerisasi adisi. Makromolekul terbentuk dari unit-unit yang

lebih kecil, yakni monomer, tanpa perubahan dalam komposisi, karena monomer

dan polimer memiliki rumus empiris yang sama. Dengan kata lain, rantai

monomer diulang berkali-kali hingga membentuk polimer.

Dibandingkan dengan polimerisasi kondensasi, polimerisasi adisi dapat

menghasilkan molekul yang besar dalam ukuran yang hampir tidak terbatas.

Berawal dari pusat aktif, satu monomer ditambahkan pada suatu saat dan dengan

cepat membentuk rantai yang secara teoritis dapat tumbuh tanpa batas, sepanjang

Page 29: TUTORIAAAL-1 (1).docx

tersedia pasokan blok pembangun. Prosesnya sederhana, namun tidak dapat

dikendalikan.

(Anusavice: 2003)

II.5. Reparasi resin akrilik

d. Resin Perbaikan Sesuai dengan sifatnya, resin akrilik dapat mengalami fraktur.

Resin perbaikan dapat diaktivasi oleh sinar, panas, maupun kimia. Untuk memperbaiki protesa yang patah secara akurat, komponen-komponen harus diatur kembali dan direkatkan bersama menggunakan malam perekat atau modeling plastic. Bila keadaan ini sudah diperoleh, dibuat model perbaikan dengan stone gigi.

Protesa dipindahkan dari model dan medium perekat dibuang. Kemudian permukaan patah diasah untuk memberikan ruangan yang cukup bagi bahan perbaikan. Model dilapisi dengan medium pemisah untuk mencegah perlekatan resin perbaikan, dan bagian basis protesa dikembalikan serta dicekatkan pada model. Persyaratan pengujian untuk resin yang diaktivasi secara kimia untuk perbaikan basis protesa dinyatakan pada Spesifikasi ADA No.13 (Anusavice, 2004).

e. Resin Relining (Pelapik) Basis Protesa Karena kontur jaringan lunak berubah selama protesa berfungsi,

seringkali permukaan protesa intraoral yang menghadap jaringan perlu diubah, untuk menjamin kecekatan dan fungsi. Pada beberapa keadaan, perubahan ini dapat dilakukan dengan prosedur pengasuhan selektif. Sementara pada keadaan lain, permukaan yang menghadap ke jaringan harus digantikan dengan melapik (relining) atau ,mengganti (rebasing) protesa yang lama (Anusavuce, 2004).

Bila protesa akan direlining, bahan cetak dikeluarkan dari protesa. Permukaan yang menghadap pada jaringan dibersihkan untuk meningkatkan perlekatan antara resin yang ada dengan bahan reniling. Setelah tahap ini, resin yang tepat kemudian dimasukan dan dibentuk menggunakan teknik milding-tekanan. Untuk relining, temperature polomerisasi yang rendah lebih disukai guna meminimalkan distorsi dari basis protesa yang ada. Kemudian, dipilih resin yang diaktivasi secara kimia. Bahan yang dipilih diaduk menurut anjuran pabrik dan ditempatkan dalam mold,

Page 30: TUTORIAAAL-1 (1).docx

ditekan dan dibiarkan mengalami polimerisasi. Protesa dikeluarkan dari kuvet, dirapikan, dan dipoles. (Anusavice, 2004).

f. Rebasing basis protesa Tahap-tahap yang diperlukan dalam rrebasig serupa dengan

relining. Cetakan jaringan lunak yang akurat diperoleh dengan menggunakan protesa yang ada sebagai sendok cetak perseorangan. Kemudianmodel stne dibuat dari cetakan. Model dan cetakan disusun dalam reline jig, yang dirancang untuk mempertahankan relasi vertical dan horizontal yang benar antara model stone dan permukaan gigi tiruan. Hasil susunan tersebut memberikan petunjuk tentang permukaan oklusl gigi tiruan. Setelah petunjuk tersebut diperoleh, protesa dilepas dan elemen gigi tiruan dipisahkan dari basis yang lama (Anusavice, 2004).

Page 31: TUTORIAAAL-1 (1).docx

BAB IV

KESIMPULAN

Resin akrilik merupakan campuran asam-asam karboksilat, minyak

essensial, dan terpenting, yang terdapat sebagai eksudat pada berbagai pohon atau

tanaman semak atau yang diproduksi secara sintetis. Resin diklasifikasikan

menjadi resin alami dan sintetis (resin akrilik) berdasarkan asal. Ada tiga jenis

resin akrilik berdasarkan polimerisasinya: heat cured, self cured, dan light cured.

Komposisi resin yaitu bubuk polimer poli metil metakrilat dan cairan monomer

metil metakrilat. Resin akrilik harus memenuhi syarat biologis, fisis, estetis,

ekonomis, dan mekanis untuk dapat diaplikasikan dalam kedokteran gigi. Aplikasi

umum resin akrilik dalam kedokteran gigi adalah basis protesa, restorasi, dll.

Page 32: TUTORIAAAL-1 (1).docx

DAFTAR PUSTAKA

Anusavice, Kenneth J. 1996. Phillips: Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi.

Jakarta: EGC

Harty, F.J & R. Ogston. 1993. Kamus Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC

Nirwana, Intan & R. Heal Soekanto. Jurnal : Sitotoksisitas Resin Akrilik Setelah

Penambahan Glass Fiber dengan Metode Berbeda. Surabaya: Bagian Ilmu

Material dan Teknologi kedokteran Gigi Universitas Airlangga

Riadiantoro, Affian. 2011. Jurnal : Pembuatan Gigi Tiruan Lepasan dengan

Menggunakan Resin Visible Light Cure