Upload
others
View
52
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
EVALUASI MUTU BOBOT DAN KADAR SEDIAAN SERBUK
RACIKAN PARASETAMOL APOTEK DI KECAMATAN
TEBET DAN KECAMATAN SETIABUDI
SKRIPSI
ALIFA NURULHUSNA
11151020000039
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
JAKARTA
DESEMBER 2019
ii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
EVALUASI MUTU BOBOT DAN KADAR SEDIAAN SERBUK
RACIKAN PARASETAMOL APOTEK DI KECAMATAN
TEBET DAN KECAMATAN SETIABUDI
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi
ALIFA NURULHUSNA
11151020000039
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
JAKARTA
DESEMBER 2019
iii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
HALAMAN PERNYATAAN ORISINIL
iv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Nama : Alifa Nurulhusna
Kelas : 11151020000039
Program Studi : Strata-1 Farmasi
Judul : Evaluasi Mutu Bobot dan Kadar Sediaan Serbuk Racikan
Parasetamol Apotek Di Kecamatan Tebet dan Kecamatan
Setiabudi
Disetujui Oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
Ofa Suzanti Betha,M.Si.,Apt Yardi, M.Si., Ph.D., Apt.
NIP. 197501042009122001 NIP. 197411232008011014
Megetahui,
Ketua Program Studi Farmasi
Fakultas Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah
v UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi ini diajukan oleh :
Nama : Alifa Nurulhusna
Nim : 11151020000039
Program Studi : Farmasi
Judul : Evaluasi Mutu Bobot dan Kadar Sediaan Serbuk Racikan
Parasetamol Apotek Di Kecamatan Tebet dan Kecamatan
Setiabudi
Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai bagian persyaratan yang diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana
Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
DEWAN PENGUJI
Pembimbing I : Ofa Suzanti Betha, M.Si., Apt. ( )
Pembimbing II : Yardi, M.Si., Ph.D., Apt. ( )
Penguji I : Dr. Delina Hasan, M.Kes., Apt. ( )
Penguji II : Estu Mahanani D., M.Si., Apt. ( )
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : 11 Desember 2019
vi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ABSTRAK
Nama : Alifa Nurulhusna
Program Studi : Farmasi
Judul : Evaluasi Mutu Bobot dan Kadar Sediaan Serbuk Racikan
Parasetamol Apotek Di Kecamatan Tebet dan Kecamatan
Setiabudi
Peresepan puyer untuk anak masih banyak dilakukan dikarenakan kemudahan
pemberian dan pengaturan dosis. Pembuatan puyer di apotek pada proses
pembuatannya hanya berdasarkan pada visual baik dalam pencampuran maupun
pembagian kedalam bungkus puyer, hal ini dapat menyebakan heterogenitas bobot
antara puyer yang satu dengan yang lainnya dan menyebabkan pemberian dosis
yang tidak sama. Penelitian ini bertujuan untuk melihat dan menggambarkan mutu
sediaan racikan puyer dari segi keragaman bobot dan keseragaman kadar.
Evaluasi keragaman bobot dilakukan berdasarkan prosedur uji keragaman bobot
kapsul keras yang tertera pada Farmakope Indonesia V menggunakan timbangan
analitik dan uji keseragaman kadar dilakukan menggunakan Spektrofotometri
UV-Vis. Sebanyak 9 apotek yang melayani peracikan di wilayah Tebet dan
Setiabudi diambil sebagai sampel dengan metode total-sampling. Hasil evaluasi
keragaman bobot menunjukan tidak ada dari 9 sampel yang memenuhi syarat
keragaman bobot serta, tidak ada sampel yang memenuhi persyaratan
keseragaman kadar menurut Farmakope Indonesia V.
Kata Kunci : Parasetamol, Puyer, Spektrofotometri Uv-Vis, Uji Keragaman
Bobot, Uji Keseragaman Kadar.
vii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ABSTRACT
Name : Alifa Nurulhusna
Major : Pharmacy
Title : Evaluation of Weight Quality and Content Compounding dosage
Form of Paracetamol Powder in Tebet and Setiabudi Districts
Pulveres form prescribing for children is still mostly done because of the ease of
administration and dosage regulation. The manufacture pulveres in pharmacies in
the manufacturing process is only based on visuals both in mixing and division in
packs, this can cause heterogeneity of weight between the packs with each other
and cause discrepancy of different doses. This study aims to see and describe the
quality of powder preparations in terms of weight diversity and uniformity of
content. Evaluation of weight diversity was carried out based on the procedures of
the hard capsule weight uniformity test listed in Indonesia Pharmacopoeia V using
analytical scales and the content uniformity test was carried out using UV-Vis
Spectrophotometry. As many as 9 dispensing-serving pharmacies in the Tebet and
Setiabudi area were taken as samples using the total sampling method. The results
of weight diversity evaluation showed that none of the 9 samples met the weight
diversity criteria and none of them fulfilled the content uniformity requirements
according to Indonesia Pharmacopoeia V.
Keyword : Paracetamol, Pulveres, UV-Vis Spectrophotometry, Weight Diversity
Test, Uniformity Test.
viii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah dengan segala rahmat dan nikmat-Nya
akhirnya penyusun dapat menyelesaikan penelitian dan menyusun laporan skripsi
dengan judul “Evaluasi Mutu Bobot dan Kadar Sediaan Serbuk Racikan
Parasetamol Apotek Di Kecamatan Tebet dan Kecamatan Setiabudi” ini dimaksud
untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana S-1 Program
Studi Farmasi pada Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis
laksanakan. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan laporan penelitian ini
telah banyak mendapat bimbingan, petunjuk, dan motivasi dari banyak pihak.
Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua tercinta, Bapak Mustain dan Ibu Septina Sulistianingsih yang
selalu memberikan kasih sayang, motivasi, dan doa.
2. Ibu Ofa Suzanti Betha, M.Si., Apt. dan Bapak Yardi, M.Si., Ph.D., Apt.
selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan saran, waktu, dan
dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Dr. Zilhadia, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Dr. Nurmeilis, M.Si., Apt. selaku ketua dan Ibu Ismiarni Komala, Ph.D.,
Apt. selaku sekertaris Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Puteri Amelia, M.Farm., Apt. selaku pembimbing akademik.
6. Seluruh dosen Program Studi Farmasi yang selalu memberikan ilmu serta
bimbingan kepada penulis.
7. Sahabat yang selalu menyemangati Maulidina Safitri, Agitya Estetika Nisa,
Najah Dhuha Afifah, dan Maudina Safira.
8. Teman seperbimbingan Fella Salinda Putri, Siti Maryam, Pranalistia Tiara
Putri, Devi Oktavia, Devi Ananda Putri, dan Ronanda Rumaisha yang selalu
berbagi semangat dalam melakukan penelitian dan selama penyusunan skripsi.
ix UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
9. Seluruh teman-teman Farmasi 2015 yang telah berbagi suka duka dan
memberikan dukungan dan motivasi bagi penulis.
10. Para Laboran Laboratorium Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
11. Semua pihak yang tidak dapt disebutkan satu persatu yang telah memberikan
dukungan dan banyak membantu penilis baik secara langsung maupun tidak
langsung selama penulis menjalani penelitian dan penyusunan skripsi.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi memperbaiki skripsi ini. Penulis berdoa semoga amal baik dari
semua pihak yang telah membantu penulis mendapat balasan dari Allah SWT.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan.
Jakarta, 11 Desember 2019
Penulis
Alifa Nurulhusna
x UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta, saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Alifa Nurulhusna
NIM : 11151020000039
Program Studi : Farmasi
Fakultas : Ilmu Kesehatan
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah
saya, dengan judul :
Evaluasi Mutu Bobot dan Kadar Sediaan Serbuk Racikan
Parasetamol Apotek Di Kecamatan Tebet dan Kecamatan
Setiabudi
Untuk dipublikasi atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital
Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.
Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan
sebenarnya.
Dibuat di : Jakarta
Pada Tanggal : 11 Desember 2019
Yang menyatakan,
(Alifa Nurulhusna)
xi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINIL .......................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI .............................................................. v
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
ABSTRACT ......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ......................... x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 1. 1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1. 2 Rumusan Masalah .................................................................................... 3
1. 3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4
1. 4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 5 2. 1 Serbuk ....................................................................................................... 5
2. 2 Resep ........................................................................................................ 6
2. 3 Apotek ...................................................................................................... 6
2. 4 Cara Meracik Obat Yang Baik ................................................................. 8
2. 5 Parasetamol ............................................................................................ 10
2. 6 Keseragaman Sediaan ............................................................................ 11
2. 6. 1. Keragaman Bobot ........................................................................... 11
2. 6. 2. Keseragaman Kandungan ............................................................... 12
2. 7 Spektrofotometer Ultraviolet visibel (UV-Vis) ...................................... 13
2. 7. 1. Instrumen Spektrofotometri UV-Vis .............................................. 14
2. 7. 2. Kalibrasi Instrumen ......................................................................... 16
2. 7. 3. Aspek Kuantitatif Spektrofotometri UV-Vis .................................. 16
2. 7. 4. Pilihan Pelarut ................................................................................. 17
2. 8 Parameter Penampilan Analisis .............................................................. 18
2. 9 Mysterius Shopping ................................................................................ 21
2. 10 Demografi Kecamatan Tebet dan Setiabudi ....................................... 23
2. 10. 1. Kecamatan Tebet ......................................................................... 23
2. 10. 2. Kecamatan Setiabudi ................................................................... 24
BAB III METODOLOGI ................................................................................... 25 3. 1 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 25
3. 2 Alat dan Bahan ....................................................................................... 25
3. 2. 1. Alat .................................................................................................. 25
3. 2. 2. Bahan .............................................................................................. 25
3. 3 Jenis dan Desain Penelitian .................................................................... 25
3. 4 Prosedur Penelitian ................................................................................. 26
3.4.1. Pengambilan Data ........................................................................... 26
xii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.4.2. Kerangka Konsep Penelitian ........................................................... 27
3.4.3. Pengujian Keseragaman Sampel ..................................................... 28
3.4.4. Analisis Data Penelitian .................................................................. 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 33 4. 1. Uji Keragaman Bobot ............................................................................. 33
4. 2. Uji Keseragaman Kadar ......................................................................... 36
4.2.1. Penentuan Panjang Gelombang ...................................................... 36
4.2.2. Pembuatan Kurva Kalibrasi ............................................................ 37
4.2.3. Batas Limit Deteksi (LOD) dan Batas Limit Kuantisasi (LOQ) .... 38
4.2.4. Uji Kecermatan (Akurasi) dan Keseksamaan (Presisi) ................... 39
4.2.5. Uji Keseragaman Kadar Sampel ..................................................... 40
4. 3. Hasil Data Kuesioner ............................................................................. 41
BAB V KESIMPULAN ...................................................................................... 45 5. 1 Kesimpulan ............................................................................................. 45
5. 2 Saran ....................................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 46
LAMPIRAN ......................................................................................................... 49
xiii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Serbuk ............................................................................. 5
Tabel 2.2 Absorbsi sinar UV pada λmaks. dari beberapa pelarut ..................... 18
Tabel 2.3 Pedoman pengujian parameter validasi ............................................ 19
Tabel 3.1 Definisi Operasional ......................................................................... 28
Tabel 4.1 Keragaman bobot (mg) 10 bungkus sediaan racikan puyer dari 9
apotek ................................................................................................ 33
Tabel 4.2 Nilai Penerimaan 10 bungkus sediaan racikan puyer dari 9 apotek . 34
Tabel 4.3 Keragaman bobot (mg) 30 bungkus sediaan racikan puyer 9 apotek 34
Tabel 4.4 Nilai penerimaan 30 bungkus sediaan racikan puyer 9 apotek ......... 35
Tabel 4.5 Hasil limit deteksi (LOD) dan limit kuantisasi (LOQ) Parasetamol
BPFI .................................................................................................. 39
Tabel 4.6 Hasil limit deteksi (LOD) dan limit kuantisasi (LOQ) Tablet
Panadol .............................................................................................. 39
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Uji Akurasi dan Presisi ........................................ 39
Tabel 4.8 Kadar (mg) 10 Bungkus Puyer dari 9 Apotek................................... 40
Tabel 4.9 Nilai Penerimaan Keseragaman Kadar 10 bungkus puyer
9 Apotek ............................................................................................ 40
Tabel 4.10 Data Pengisian Kuesioner dari 9 Apotek .......................................... 41
xiv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur Parasetamol .................................................................... 10
Gambar 2.2 Skema Instrumen Spektrofotometri UV-Vis ................................ 14
Gambar 2.3 Peta wilayah Kecamatan Tebet .................................................... 23
Gambar 2.4 Peta Wilayah Kecamatan Setiabudi.............................................. 24
Gambar 4.1 Spektrum Panjang Gelombang ..................................................... 37
Gambar 4.2 Kurva Kalibrasi Parasetamol Standar BPFI ................................. 38
Gambar 4.3 Kurva Kalibrasi Tablet Panadol ................................................... 38
xv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian ..................................................................... 49
Lampiran 2 Surat Izin Pengambilan Data ........................................................ 51
Lampiran 3 Surat Izin Penyebaran Kuesioner di Kecamatan Tebet ................ 52
Lampiran 4 Surat Izin Penyebaran Kuesioner di Kecamatan Setiabudi .......... 53
Lampiran 5 Resep ............................................................................................ 54
Lampiran 6 Sertifikat Analisis Parasetamol BPFI ........................................... 55
Lampiran 7 Sertifikat Analisis (CoA) Metanol ................................................ 56
Lampiran 8 Daftar Apotek ............................................................................... 58
Lampiran 9 Kuesioner untuk Apotek ............................................................... 60
Lampiran 10 Keterangan Keseragaman Sediaan ............................................... 63
Lampiran 11 Keragaman Bobot 10 Bungkus Puyer Parasetamol ...................... 64
Lampiran 12 Keragaman Bobot 30 Bungkus Puyer Parasetamol ...................... 69
Lampiran 13 Kurva Kalibrasi ............................................................................ 79
Lampiran 14 Pengujian Batas Deteksi (LOD) dan Kuantitasi (LOQ) ............... 84
Lampiran 15 Uji Akurasi dan Presisi Panadol ................................................... 85
Lampiran 16 Penetapan Kadar Sediaan Puyer Parasetamol .............................. 89
Lampiran 17 Distribusi Frekuensi Data Kuesioner ............................................ 94
1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Permintaan dokter terhadap sediaan racikan puyer terbilang masih cukup
tinggi. Pada penelitian yang dilakukan di Puskesmas Kelayan Timur Banjarmasin
bahwa permintaan dokter terhadap sediaan pulveres di Puskesmas tersebut sangat
tinggi, yaitu pada bulan Januari, Februari, dan Maret berturut-turut sebanyak
1.800 bungkus, 2.400 bungkus, dan 2.580 bungkus (Yulisa, 2017). Pada
penelitian lainnya, disebutkan bahwa persentase jumlah resep obat racikan puyer
untuk anak cukup tinggi yaitu sebanyak 88,85% dari total resep untuk anak pada
pasien rawat jalan (Widyaswari, 2012). Hal ini menunjukan pemberian obat
racikan puyer untuk anak masih banyak dilakukan sampai sekarang. Permintaan
obat racikan berupa puyer ini banyak dikarenakan kemudahan dalam pemberian
dosis yang lebih tepat untuk pasien anak-anak.
Menurut Peraturan Mentri Kesehatan No. 73 Tahun 2016 tentang standar
pelayanan kefarmasian di apotek, diantara tugas dari apoteker yang dilakukan di
apotek antara lain adalah menyiapkan obat sesuai dengan permintaan resep dan
melakukan peracikan apabila diperlukan. Peracikan obat adalah penyediaan obat
yang dibutuhkan oleh pasien secara individu yang dibuat di apotek atau sarana
kesehatan karena terbatasnya sediaan obat yang ada (Yulisa, 2017). Di Indonesia
belum ada standar pembuatan obat racikan puyer dan belum diterapkannya
penjaminan mutu di apotek sehingga peracikan obat resep racikan puyer sering
terdapat kesalahan. Pada sebuah penelitian disebutkan bahwa parasetamol
merupakan obat yang paling sering dibuat resep racikan untuk anak setelah CTM,
gliseril guaikolat, dan vitamin c (Widyaswari dan Wiedyaningsih, 2012).
Parasetamol merupakan analgetik non steroid yang cukup aman digunakan pada
anak sehingga banyak diresepkan (Virginia, 2014).
Dalam penyiapan sediaan puyer terdapat dua syarat yang harus terpenuhi
yaitu keragaman bobot dan keseragaman kandungan. Keragaman bobot
2
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
merupakan parameter awal yang penting karena dapat mencerminkan kadar obat
dalam puyer dan menjadi salah satu faktor penentu dalam keberhasilan terapi
yaitu ketepatan dosis obat (Yulisa, 2017). Apabila kadar yang diberikan
melebihi maximum tolerated dose (MTD) maka dapat menyebabkan efek toksik
apabila diberikan dibawah minimum effective dose (MED) akan menimbulkan
efek subterapi yang dapat berdampak pada efek terapi yang tidak timbul (Yulisa,
2017).
Peracikan puyer di apotek pada proses pembuatannya hanya berdasarkan
pada visual baik dalam pencampuran maupun pembagian dalam bungkus puyer,
hal ini dapat menyebakan heterogenitas bobot antara puyer yang satu dengan yang
lainnya (Yulisa, 2017). Bentuk sediaan puyer memungkinkan terjadinya variasi
dalam bobot dan kandungan puyer terkait keterbatasan dalam kemampuan
pengamatan secara visual, ketelitian, keterampilan, serta waktu dalam
menyiapkan suatu sediaan puyer (Soepardi dan Koesnandar, 2009). Hal tersebut
dapat menyebabkan sebagian obat tertingal pada wadah yang digunakan untuk
menggerus, juga pada wadah yang digunakan sebagai pembungkus (Soepardi dan
Koesnandar, 2009). Penelitian yang dilakukan di Jambi bahwa dari 16 apotek
yang membuat sediaan puyer, ada 13 apotek (81,25%) sudah memenuhi syarat
keragaman bobot dan ada 3 apotek (18,75%) yang belum memenuhi syarat
keragaman bobot (Helni, 2014). Pada penelitian melakukan penelitian terhadap
keragaman bobot pada beberapa apotek di Jakarta dari 10 sampel dari 10 apotek
tidak ada yang memenuhi persyaratan keragaman bobot (Galih, 2009).
Penelitian lainnya dilakukan di wilayah Kecamatan Ciputat Kota
Tangerang Selatan, dari 11 apotek yang dijadikan sampel, semuanya tidak ada
yang memenuhi keragaman bobot dan keseragaman kandungan (Yuliana, 2018).
Sementara, penelitian serupa di Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang
Selatan juga mendapatkan hasil dari semua sampel dari 8 apotek yang diuji tidak
ada yang memenuhi keragaman bobot dan keseragaman kandungan (Alvionita,
2018). Penelitian serupa tentang keragaman bobot dan kandungan puyer yang
dilaksanakan di Jakarta Selatan, Kecamatan Kebayoran Baru dan Cilandak
terdapat dua sampel yang memenuhi syarat keragaman bobot namun, tidak ada
satupun yang memenuhi syarat keseragaman kandungan (Afdhilati, 2018).
3
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 9 tentang apotek, apotek adalah
sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian. Apoteker
wajib melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian profesinya yang
dilandasi pada kepentingan masyarakat. Maka dari itu, apotek harus menyiapkan
obat dengan mutu tunggi sebagai jaminan kepada masyarakat. Berdasarkan dari
penelitian sebelumnya di berbagai daerah, masih banyak sediaan hasil racikan
apotek yang belum memenuhi kriteria keragaman bobot dan keseragaman
kandungan. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut di wilayah lainnya
mengenai keragaman bobot dan keseragaman kandungan dari resep racikan
apotek.
Jakarta Selatan merupakan kawasan yang memiliki penduduk yang cukup
padat sehingga populasi apotek juga semakin banyak untuk memenuhi kebutuhan
obat masyarakat. Pada Kecamatan Setiabudi terdapat 10 apotek yang masih aktif
dan di Kecamatan Tebet terdapat 21 apotek yang masih aktif. Oleh karena itu,
peneliti ingin melakukan penelitian mengenai keragaman bobot dan keseragaman
kandungan di dua kecamatan di Jakarta Selatan, yaitu Kecamatan Tebet dan
Kecamatan Setiabudi.
1. 2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, puyer merupakan sediaan
racikan yang banyak diresepkan untuk anak-anak. Parasetamol merupakan obat
analgetik dan antipiretik yang umum digunakan oleh anak-anak dan dijadikan
sediaan puyer. Keragaman bobot sediaan racikan puyer akan mempengaruhi
keseragaman dosis yang diberikan. Keberagaman dosis akan mempengaruhi efek
farmakologi obat pada anak secara farmakodinamik dan mempengaruhi respon
biologis dari efek parasetamol pada tubuh anak. Sangat penting untuk dilakukan
evaluasi mutu pada sediaan racikan puyer namun, belum ada apotek yang
melakukan uji evaluasi mutu baik keragaman bobot maupun keseragaman kadar
termasuk apotek di Kecamatan Tebet dan Setiabudi. Apakah mutu sediaan racikan
puyer parasetamol di apotek daerah Kecamatan Tebet dan Kecamatan Setiabudi
memenuhi persyaratan keragaman bobot dan keseragaman sediaan menurut FI V?
4
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1. 3 Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui mutu sediaan racikan puyer parasetamol apotek di
Kecamatan Tebet dan Setiabudi.
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui keragaman bobot sediaan racikan puyer
parasetamol apotek di Kecamatan Tebet dan Setiabudi.
2. Untuk mengetahui keseragaman kadar sediaan racikan puyer
parasetamol apotek di Kecamatan Tebet dan Setiabudi.
1. 4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan mengenai uji mutu sediaan puyer ditinjau dari
keragaman bobot dan keseragaman kadar.
2. Manfaat Metodeologi
Metode yang digunakan dalam penelitian ini dapat digunakan untuk
pengujian mutu keragaman bobot dan keseragaman kadar sediaan
racikan puyer dan kapsul keras dengan zat aktif yang berbeda.
3. Manfaat Aplikatif
a. Dapat menjadi salah satu tolak ukur mengenai pentingnya peran
apoteker dalam melakukan pelayanan kefarmasian.
b. Dapat dijadikan masukan kepada apotek mengenai pentingnya
evaluasi keragaman bobot dan keseragaman kadar.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada
Dinas Kesehatan dalam menerapkan kebijakan mengenai
pelayanan kefarmasian.
5 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Serbuk
Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang
dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar (Depkes
RI, 2014). Serbuk oral dapat diserahkan dalam bentuk terbagi (Pulveres) atau
tidak terbagi (Pulvis). Pulvis atau serbuk tak terbagi adalah serbuk yang tidak
dibagi dan bebas dari butiran kasar serta biasanya dimaksudkan untuk obat luar.
Pulveres atau serbuk bagi adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih
kurang sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali
minum (Widyaningsih, 2018).
Pada umumnya serbuk terbagi dibungkus dengan kertas perkamen.
Walaupun begitu apoteker dapat lebih melindungi serbuk dari pengaruh
lingkungan dengan melapisi tiap bungkus dengan kertas selofan atau sampul
polietilena. Syarat serbuk bila tidak dinyatakan lain serbuk harus kering, halus dan
homogen. Derajat halus serbuk dan pengayak dalam farmakope V dinyatakan
dalam uraian yang dikaitkan dengan nomor pengayak yang ditetapkan untuk
pengayak baku (Depkes RI, 2014)
Tabel 2. 1 Klasifikasi Serbuk
Klasifikasi
Serbuk
Simplisia Nabati Bahan Kimia
Nomor
Serbuk1
Batas Derajat Halus2 Nomor
Serbuk1
Batas Derajat Halus2
% No. Pengayak % No. Pengayak
Sangat Kasar 8 20 60
Kasar 20 40 60 20 60 40
Setengah
Kasar 40 40 80 40 60 60
Halus 60 40 100 80 60 120
Sangat Halus 80 100 80 120 100 120 1 Semua partikel serbuk melalui pengayak dengan nomor nominal tertentu
2 Batas persentase yang melewati pengayak dengan ukuran yang telah ditentukan
(Sumber : Depkes RI, 2014)
Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang
dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau pemakaian luar. Pasien anak-
anak umumnya kesulitan dalam menerima obat seperti tablet dan kapsul karena
ukurannya yang relatif besar.
6
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Selain itu, beberapa keuntungan sediaan serbuk lainnya yaitu sediaan
serbuk memiliki luas permukaan yang lebih besar sehingga lebih mudah
terdispersi dan larut dibandingkan dengan bentuk sediaan tablet, dapat menjadi
alternatif untuk zat aktif yang memiliki sifat tidak stabil bila dalam bentuk larutan
atau suspensi, dan dapat digunakan untuk obat-obat yang volumenya terlalu besar
apabila dibuat tablet atau kapsul (Depkes RI, 2014).
2. 2 Resep
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada
apoteker, baik dalam bentuk kertas maupun electronik untuk menyediakan dan
menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku (Kementrian
Kesehatan, 2016).
Resep lengkap memuat hal hal (Widyaningsih, 2018) :
a) Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter
b) Tanggal penulisan resep (inscriptio)
c) Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep (invocatio)
d) Nama setiap obat dan komposisinya (praescriptio/ordinatio)
e) Cara pembuatan untuk obat racikan
f) Aturan pemakaian obat yang tertulis (signatura)
g) Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku (subscriptio)
h) Nama pasien dan umur pasien, untuk pasien dewasa dapat
menggunakan singkatan Tn (tuan, untuk pasien pria) atau Ny
(nyonya, untuk pasien wanita)
i) Tanda seru dan atau paraf dokter untuk resep yang
melebihi dosis maksimum
2. 3 Apotek
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek
kefarmasian oleh Apoteker. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan
langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan
farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
7
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
kehidupan pasien. Menurut Peraturan Mentri Kesehatan No. 73 Tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek terdapat dua fungsi utama
apotek yaitu : pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai; dan pelayanan farmasi klinik.
Pengelolaan sediaan farmasi termasuk ke dalam perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian, serta pencatatan dan
pelaporan. Pelayanan farmasi klinik yang dimaksud meliputi pengkajian resep,
dispensing, Pelayanan Informasi Obat (PIO), konseling, pelayanan kefarmasian di
rumah (home pharmacy care), Pemantauan Terapi Obat (PTO), dan Monitoring
Efek Samping Obat (MESO). Pengaturan Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek bertujuan untuk:
a. meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian;
b. menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian; dan
c. melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan Obat yang
tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).
Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian menyatakan bahwa pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan
termasuk pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan,
penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran Obat, pengelolaan Obat,
pelayanan Obat atas Resep dokter, pelayanan informasi Obat, serta
pengembangan Obat, bahan Obat dan Obat tradisional. Pekerjaan kefarmasian
tersebut harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu. Peran Apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku agar dapat melaksanakan interaksi langsung dengan
pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah pemberian informasi Obat dan
konseling kepada pasien yang membutuhkan.
Menurut Peraturan Mentri Kesehatan No. 9 tahun 2017 tentang Apotek,
pada pasal 7 bangunan apotek paling sedikit memiliki sarana ruang yang
berfungsi sebagai penerimaan Resep, pelayanan resep dan peracikan (produksi
sediaan secara terbatas), penyerahan sediaan farmasi dan alat kesehatan,
konseling, penyimpanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, dan arsip. Pada pasal
11 Apoteker pemegang SIA dalam menyelenggarakan Apotek dapat dibantu oleh
8
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Apoteker lain, Tenaga Teknis Kefarmasian dan/atau tenaga administrasi. Pada
pasal 18 Apotek wajib memasang papan nama yang terdiri atas:
a. Papan nama Apotek, yang memuat paling sedikit informasi mengenai
nama apotek, nomor SIA, dan alamat
b. Papan nama praktik Apoteker, yang memuat paling sedikit informasi
mengenai nama Apoteker, nomor SIPA, dan jadwal praktik Apoteker
2. 4 Cara Meracik Obat Yang Baik
Pada pembuatan obat, pengendalian menyeluruh adalah sangat esensial
untuk menjamin bahwa konsumen menerima obat yang bermutu tinggi.
Maka dari itu, perlu suatu standarisasi untuk menjamin pasien mendpatkan obat
dengan kualitas yang baik dan seragam. Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
bertujuan untuk menjamin obat dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan
yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB mencakup
seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu.
Kualitas obat didefinisikan sebagai (a) Perbandingan khasiat dan
keamanan obat terhadap pengobatan yang sesuai dengan pernyataan dalam dalam
label atau sebagaimana yang dipublikasikan dan (b) Kesesuaian obat terhadap
spesifikasi dalam hal identitas, kekuatan, kemurnian, dan karakteristik lainnya
(Surantaatmadja, 2009). Kualitas obat tergantung pada kualitas bahan awal dan
bahan pengemas, proses pembuatan, dan personal yang terlibat. Peracikan
merupakan salah satu kompetensi sebagai sarjana farmasi dan apoteker.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mencampur serbuk :
a) Obat yang berbentuk kristal/ bongkahan besar hendaknya digerus
halus dulu.
b) Obat yang berkhasiat keras dan jumlahnya sedikit dicampur
dengan zat penambah (konstituen) dalam mortir.
c) Obat yang berlainan warna diadukbersamaan agar tampak
bahwa serbuk sudah merata.
d) Obat yang jumlahnya sedikit dimasukkan terlebih dahulu.
e) Obat yang volumenya kecil dimasukkan terlebih dahulu.
9
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Berat minimum yang direkomendasikan untuk peracikan puyer dalam satu
bungkus adalah 200 mg (Marriott, 2010). Dalam cara meracik obat di apotek
terdapat beberapa ketentuan Standar Operasional Pelayanan yang harus dipenuhi
antara lain (IAI, 2013) :
a) Memastikan bahwa semua obat bisa diracik (digerus)
b) Untuk obat-obat yang tidak bisa digerus seperti lepas lambat, obat
salut, dll. Tidak boleh digerus, dilakukan konfirmasi pada dokter
penulis resep.
c) Menyiapkan obat-obat yang akan diracik berdasarkan resep yang
diterima.
d) Menulis etiket meliputi nomor resep, tanggal, nama pasien dan
aturan penggunaan obat.
e) Etiket langsung ditempatkan di wadah pengemas (plastik klip) agar
tidak tertukar dengan resep lain.
f) Sebelum dipakai, mortir dan stamper harus dicuci terlebih dahulu
dan dikeringkan.
g) Obat-obat yang akan diracik dikeluarkan dari kemasannya, setelah
semua obat terbuka dari kemasannya digerus sesuai dengan
prosedur yang baik sampai halus dan homogen.
h) Kemudian membagi serbuk-serbuk tersebut sama banyak sesuai
dengan jumlah puyer yang akan dibuat.
i) Mengemas puyer dengan menggunakan kertas puyer kemudian
dipress dengan menggunakan sealing machine.
j) Menghitung kembali jumlah puyer yang dibuat berdasarkan resep.
k) Masukkan pada plastik klip yang suda diberi etiket.
Mortir dan stamfer harus segera dibersihkan setelah selesai digunakan agar
tidak terjadi pergerakan dan noda yang sulit dibersihkan, standar operarasional
prosedur pembersihan alat (IAI, 2013) :
a) Mencuci seluruh bagian dalam dan luar mortir dan stamfer
dibersihkan sampai sisa-sisa bahan menjadi hilang dan bersih
menggunakan spon/alat cuci
b) Tiriskan dirak pengering alat
10
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
c) Di lap dengan kain lap kering
d) Selanjutnya dibilas dengan alkohol 70% dan setelah kering dan
yakin bersih, tempelkan label “ BERSIH „
2. 5 Parasetamol
Gambar 2. 1 Struktur Parasetamol
(Sumber : Depkes RI, 2014)
Parasetamol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari
101,0% C₈H₉NO₂, dihitung terhadap zat anhidrat.
Rumus molekul : C8H9NO2.
Berat Molekul : 151,16.
Nama Lain : Asetaminofen, Parasetamol.
Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit
pahit.
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol
(95%) dalam 40 bagian gliserol dan dalam 9
bagian propilenglikol, larut dalam larutan alkali
hidroksida.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat terlindung cahaya dan
cegah pemaparan terhadap panas berlebih.
Dosis : Oral : 0,5-1 g tiap 4-6 jam maksimum 4 g per hari,
anak 2 bulan 60mg pada demam paska imunisasi,
sebaliknya usia di bawah 3 bulan (hanya dengan
nasehat dokter). 10mg/kg (5mg/kg bila terkena
sakit kuning). 3 bulan – 1 tahun 60-120 mg, 1-5
tahun 120-250mg; dosis-dosis ini boleh diulang
tiap 4-6 jam bila di perlukan. (maksimum
sebanyak 4 dosis dalam 24 jam)
11
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jarak lebur : Antara 168˚ dan 172˚.
pH : Antara 4,0 dan 6,9.
Baku pembanding Parasetamol BPFI : lakukan pengeringan di atas silika
gel selama 18 jam sebelum digunakan (Depkes RI, 2014).
Asetaminofen (parasetamol) merupakan metabolit fenasetin dengan
efek antipiretik yang sama dan telah digunakan sejak 1893. Parasetamol bersifat
antipiretik dan analgesik tetapi sifat anti-inflamasinya lemah sekali. Parasetamol
merupakan obat analgesik non narkotik yang memiliki cara kerja
menghambat sintesis prostaglandin terutama di Sistem Saraf Pusat (SSP)
(Lusiana Darsono, 2002).
2. 6 Keseragaman Sediaan
Satuan sediaan didefinisikan sebagai bentuk sediaan yang mengandung
dosis tunggal atau bagian dari suatu dosis zat aktif pada masing-masing satuan.
Keseragaman sediaan didefinisikan sebagai derajat keseragaman jumlah zat aktif
dalam satuan sediaan. Keseragaman sediaan ditetapkan dengan salah satu dari dua
matode, yaitu keseragaman kandungan dan keragaman bobot. Untuk menjamin
konsistensi satuan sediaan, masing-masing satuan dalam bets harus mempunyai
kandungan zat aktif dalam rentang sempit yang mendekati kadar yang tertera pada
etiket (Dinkes, 2014).
2. 6. 1. Keragaman Bobot
Uji keragaman bobot diterapkan pada bentuk sediaan berikut (Dinkes,
2014) :
a) Larutan dalam wadah satuan dosis dan dalam kapsul lunak
b) Sediaan padat (termasuk serbuk, granul, dan sediaan padat steril)
yang dikemas dalam wadah dosis tunggal dan tidak mengandung
zat tambahan aktif atau inaktif
c) Sediaan padat (termasuk sediaan padat steril) yang dikemas dalam
wadah dosis tunggal, dengan atau tanpa zat tambahan aktif dan
inaktif, yang disiapkan dari larutan asal dan dibeku-
keringkandalam wadah akhir dan pada etiket dicantumkan metode
pembuatan
12
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
d) Kapsul keras, tablet tidak bersalut atau tablet salut selaput,
mengandung zat aktif 25mg atau lebih yang merupakan 25%
terhadap bobot.
Penetapan keragaman bobot pada sediaan puyer dilakukan seperti pada
kapsul keras dengan cara menimbang seksama isi dari 10 bungkus puyer satu per
satu, kemudian jumlah zat aktif dihitung dari hasil penetapan kadar masing-
masing bungkus puyer dan dihitung nilai penerimaan.
Kriteria sediaan padat pada uji keseragaman sediaan dikatakan memenuhi
syarat jika nilai penerimaan 10 unit sediaan pertama tidak kurang atau sama
dengan L1%. Jika nilai penerimaan lebih besar dari L1%, lakukan pengujian pada
20 unit sediaan tambahan, dan hitung nilai penerimaan. Memenuhi syarat jika
nilai penerimaan akhir dari 30 unit sediaan lebih kecil atau sama dengan L1% dan
tidak ada satu unit pun kurang dari [1-(0,01)(L2)]M atau tidak satu unit pun lebih
dari [1+(0,01)(L2)]M seperti tertera pada perhitungan nilai penerimaan dalam
keseragaman kandungan atau keragaman bobot. Kecuali dinyatakan lain L1
adalah 15,0 dan L2 adalah 25,0.
2. 6. 2. Keseragaman Kandungan
Uji keseragaman kandungan berdasarkan pada penetapan kadar masing-
masing kandungan zat aktif dalam satuan sediaan. Uji keseragaman kandungan
dipesyaratkan untuk semua bentuk sediaan yang tidak memenuhi kondisi
keragaman bobot. Jika dipersyaratkan uji keseragaman kandungan, industri dapat
memenuhi persyaratan ini dengan melakukan uji keragaman bobot jika simpangan
baku relative (SBR) kadar dari zat aktif pada sediaan akhir tidak lebih dari 2%.
Penetapan SBR ini berdasarkan data validasi proses dan pengembangan produk
industri. SBR kadar adalah simpangan baku relative kadar per satuan sediaan (b/b
atau b/v) dengan kadar tiap satuan sediaan dibagi dengan bobot masing-masing
satuan (Depkes RI, 2014).
Metode penetapannya dengan mengambil tidak kurang dari 10 satuan dari
30 satuan menggunakan metode analisis yang sesuai. Perhitungan nilai
penerimaan dihitung dengan rumus : |M- |+Ks
13
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. 7 Spektrofotometer Ultraviolet visibel (UV-Vis)
Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang
gelombangtertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan atau diabsorbsi. Spektrofotometri dilakukan berdasakan pada
pengukuran serapan pada panjang gelombang serapan maksimum dari suatu
larutan uji dibandingkan terhadap larutan senyawa pembanding pada kondisi
percobaan yang sama (Surantaatmadja, 2009). Analisis ini memanfaatkan proses
penyerapan sinyal UV-Vis oleh bagian molekul tertentu, seperti kromoform atau
auksokrom. Keuntungan utama metode spektrofotometri adalah bahwa
metode ini memberikan cara sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang
sangat kecil.
Spektrofotometri UV-Vis merupakan salah satu metode
pengukuran berdasarkan pada interaksi radiasi elektromagnetik dengan sampel di
daerah panjang gelombang 180-380 nm untuk daerah UV dan 380-780 nm
untuk daerah visible atau sinar tampak. Spektrofotometer ini jenisnya terdiri Was
berkas tunggal (single beam) dan berkas rangkap (double beam). Perbedaan pada
keduanya adalah pada spektrofotometer double beam pengukuran dapat
dilakukan secara bersamaan antara kuvet yang berisi larutan contoh atau
standar dan kuvet yang berisi blanko dalam satu ruang sehingga pembacaan
serapan zat tidak dipengaruhi oleh perubahan tegangan listrik karena
blangko dan zat diukur pada saat yang bersamaan (Warono dan Syamsudin,
2013).
Prinsip penentuan spektrofotometer UV-Vis adalah aplikasi dari hukum
Lambert-Beer, yaitu :
𝐴 = log (
)
It/Io = ɛ.b.C
Keterangan :
A = Absorbansi dari sampel yang akan diukur
T = Transmitansi
Io = Intensitas sinar masuk
It = Intensitas sinar yang diteruskan
ɛ = Koefisien ekstingsi
b = Tebal kuvet yang digunakan
C = Konsentrasi dari sampel
14
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. 7. 1. Instrumen Spektrofotometri UV-Vis
Gambar 2. 2 Skema Instrumen Spektrofotometri UV-Vis
(Sumber : Suhartati, 2017)
Instrumen Spektrofotometri UV-Vis terdiri dari (Gandjar dan Abdul,
2015) :
1. Sumber sinar
Syarat sumber sinar yang ideal pada suatu instrument
spektrofotometer UV-Vis adalah: mampu mencakup semua kisaran
pengukuran di daerah UV-Vis, mempunyai intensitas sinar yang
kuat dan stabil pada seluruh kisaran panjang gelombang, intensitas
sumber sinar tidak boleh bervariasi secara signifikan pada panjang
gelombang yang berbeda, intensitas sumber tidak berfluktuasi
(naik turun) pada kisaran waktu yang lama, dan waktu yang
singkat.
Dua sumber sinar utama yang digunakan dalam
spektroskopi analitik adalah sumber sinar kontinu dan sumber
garis. Untuk sinar tampak, digunakan lampu tungsten yang dapat
mengemisikan sinar pada panjang gelombang 350-2.000 nm
sehingga cocok untuk kolorimetri. Untuk senyawa-senyawa yang
menyerap di spektrum daerah ultraviolet, digunakan lampu
deuterium yang dapat mengemisiskan sinar pada panjang
gelombang 200-370 nm.
2. Monokromator
Pada kebanyakan pengukuran kuantitatif, sinar harus
bersifat monokromatik, yakni sinar dengan satu panjang
15
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
gelombang tertentu. Hal ini dapat dicapai dengan melewatkan sinar
polikromatik, yakni sinar dengan beberapa panjang gelombang,
melalui suatu monokromator. Monokromator terdiri atas elemen
pendispersi, suatu celah masuk (entrance slit), dan celah keluar
(exit slit). Fungsi elemen pendispersi adalah untuk mendispersikan
radiasi yang jatuh kepadanya sesuai dengan panjang gelombang.
3. Kuvet
Wadah sampel yang biasa disebut dengan sel atau kuvet
harus mempunyai jendela yang transparan di daerah yang dituju.
Sel kuvet terbaik adalah yang tegak lurus dengan arah berkas sinar.
Tebal kuvet/sel yang umum digunakan adalah 1 cm.
4. Detektor
Detektor digunkan untuk mengukur intensitas radiasi yang
mengenainya. Detektor mengubah energi radiasi kedalam energi
listrik. Detektor digunakan untuk mengukur intensitas radiasi yang
mengenainya. Ada dua jenis detektor yang umum, antara lain: (1)
yang mempunyai respon terhadap foton, dan (2) yang mempunyai
respon terhadap panas. Setelah sinar melalui sampel, maka
penurunan intensitas disebabkan oleh absorpsi yang diukur dengan
suatu detektor. Detektor biasanya merupakan kepingan elektronik
yang disebut dengan tabung pengganda foton yang bereaksi untuk
mengubah intensitas berkas sinar ke dalam sinyal elektrik yang
dapat diukur dengan mudah, dan juga bereaksi sebagai suatu
pengganda (amplifier) untuk meningkatkan kekuatan sinyal.
(Gandjar. 2015).
5. Amplifier
Berfungsi untuk memperkuat sinyal listrik.
6. Rekorder
Alat untuk mencatat bisa berupa angka atau gambar.
16
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. 7. 2. Kalibrasi Instrumen
Monografi farmakope biasanya mendasarkan pada nilai standar
E(1%,1cm) untuk mengitung kadar suatu obat dalam suatuformulasi
menggunakan spektrofotometer. Kalibrasi skala absorbansi menggunakan
senyawa kalium bikromat, nilai E(1%,1cm) pada daerah panjang gelombang
tertentu harus terletak pada kisaran absorbansi tertentu. Kalibrasi skala panjang
gelombang pada spektrofotometri UV-Vis dicek dengan menentukan panjang
gelombang maksimal spesifik dari suatu larutan holmium perklorat 5% b/v, skala
panjang gelombang dapat juga dicek menggunakan garis spectra lampu deuterium
atau lampu merkuri (Gandjar dan Abdul, 2015).
Penentuan resolusi (daya pisah) spektrofotometri biasanya dikontrol
dengan lebar celah. Daya pisah dapat diuji dengan menggunakan larutan toluene
0,02% b/v dalam heksan. Farmakope Inggris mensyaratkan bahwa rasio antara
absorbansi larutan ini pada 269 nm terhadap absorbansi pada 266 nm harus ≥1,5.
Penentuan adanya sesatan sinar (Stray Radiation) dapat di cek dengan
menggunakan absorbansi larutan KCl 1,2% b/ dalam air terhadap blanko air pada
panjang gelombang 200 nm. Sesatan sinar ini dapat menyebabkan pembacaan
absorbansi yang rendah tapi palsu terhadap suatu sampel (Gandjar dan Abdul,
2015). Pemeriksaan ini kini telah banyak dilakukan dalam piranti lunak
instrument UV sehingga instrument tersebut dapat dijalankan secara otomatis.
2. 7. 3. Aspek Kuantitatif Spektrofotometri UV-Vis
Berikut merupakan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
melakukan analisis secara kuantitatif menggunakan spektrofotometri UV-Vis :
a) Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar UV-Vis pada
senyawa yang tidak menyerap apada daerah UV-Vis. Cara yang
digunakan adalah dengan mengubah menjadi senyawa lain atau
direaksikan dengan pereaksi tertentu untuk senyawa yang tidak
memiliki gugus kromofor (Gandjar, 2015).
b) Waktu Operasional (Operating Time), ditentukan dengan mengukur
hubungan antara waktu pengukuran dengan absorbansi larutan untuk
mendapakan waktu pengukuran yang stabil (Gandjar, 2015).
17
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
c) Pemilihan panjang gelombang, panjang gelombang yang digunakan
untuk analisis merupakan panjang gelombang yang memiliki
absorbansi maksimal. Alasan dipilihnya panjang gelombang yang
memiliki absorbansi maksimun antara lain (1) pada panjang
gelombang maksimal perubahan absorbansi untuk setiap satuan
konsentrasi paling besar, (2) disekitar panjang gelombang maksimal
bertuk kurva datar dan memenuhi hukum Lambert-Beer, (3) jika
dilakukan pengukuran ulang maka kesalahan yang disebabkan oleh
pemanasan ulang panjang gelombang akan kecil sekali, ketika
digunakan panjang gelombang maksimal. Cara yang dilakukan untuk
memilih panjang gelombang maksimal adalah dengan membuat kurva
hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu
larutan baku pada konsentrasi tertentu (Gandjar,2015).
d) Pembuatan kurva baku, pembuatan kurva baku dilakukan dengan
membuat satu seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis kemudian
masing-masing diukur absorbansinya, kemudian dibuat kurva yang
menghubungkan anatara absorbansi dengan konsentrasi. Apabila
hasilnya garis lurus maka hukum Lambert-Beer terpenuhi.
e) Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan, absorbansi yang terbaca
pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2-0,8. Anjuran ini
berdasarkan anggapan bahwa dalam pembacaan transmitan adalah
0,005 atau 0,5% (kesalahan fotometrik) (Gandjar,2015).
2. 7. 4. Pilihan Pelarut
Untuk sampel yang berupa larutan perlu diperhatikan beberapa persyaratan
pelarut yang dipakai antara lain: 1. Harus melarutkan sampel dengan sempurna. 2.
Pelarut yang dipakai tidak mengandung ikatan rangkap terkonjugasi pada struktur
molekulnya dan tidak berwarna (tidak boleh mengabsorpsi sinar yang dipakai oleh
sampel) 3. Tidak terjadi interaksi dengan molekul senyawa yang dianalisis 4.
Kemurniannya harus tinggi (Suhartati, 2017). Pelarut yang sering digunakan
adalah air, etanol, metanol dan nheksana karena pelarut ini transparan pada daerah
UV.
18
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 2. 2 Absorbsi sinar UV pada λmaks. dari beberapa pelarut
Pelarut λmaks, nm Pelarut λmaks, nm
Asetonitril 190 n-heksana 201
Kloroform 240 Metanol 205
Sikloheksana 195 Isooktana 195
1-4 dioksan 215 Air 190
Etanol 95% 205 Aseton 330
Benzena 285 Piridina 305
(Sumber : Suhartati, 2017)
2. 8 Parameter Penampilan Analisis
Validasi metode analisi adalah suatu proses pembuktian dan penjaminan
bahwa suatu kinerja prosedur pengujian telah memenuhi persyaratan reliabilitas,
akurasi, dan presisi sesuai dengan tujuan penggunaannya (Surantaatmadja, 2009).
Pada umunya metode analisis diklasifikasikan sesuai dengan tujuan pengujiannya
sebagai berikut (USP 30-NF25, 2007) :
a) Kategori I : metode analisis yang digunakan untuk penetapan kadar
komponen utama dalam bahan baku obat dan sediaan obat jadi.
Metode keseragaman kandungan masuk dalam metode ini.
b) Kategori II : metode analisis yang digunakan untuk penetapan
cemaran dalam bahan baku obat atau hasil degradasinya dalam
sediaan obat jadi, yang terdiri dari metode penetapan kuantitatif
dan uji batas cemaran.
c) Kategori III : metode analisis yang digunakan untuk penetapan
kinerja dan kualitas sediaan obat jadi seperti uji disolusi dan uji
pelepasan obat
d) Kategori IV : metode analisis yang digunakan untuk identifikasi
Karakteristik kinerja atau parameter analitik yang harus diukur dalam
suatu pengujian validasi beragam tergantung pada tujuan analisisnya. Urutan
pelaksanaan parameter validasi, yaitu spesifitas atau selektifitas, linearitas dan
rentang konsentrasi, sensitifitas terdiri dari batas deteksi dan batas kuantisasi,
akurasi, dan terakhir presisi (Surantaatmadja, 2009).
19
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Persyaratan validasi untuk masing-masing kategori dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 2. 3 Pedoman pengujian parameter validasi Karakteristik
Parameter Kategori I
Kategori II Kategori
III
Kategori
IV Kuantitatif Uji Batas
Akurasi Ya Ya * * Tidak
Presisi Ya Ya Tidak Ya Tidak
Spesifitas Ya Ya Ya * Ya
Batas Deteksi Tidak Tidak Ya * Tidak
Batas Kuantisasi Tidak Ya Tidak * Tidak
Linearitas Ya Ya Tidak * Tidak
*Mungkin dipersyaratkan tergantug pada sifat khusus dari uji
(Sumber : Surantaatmadja, 2009)
1. Spesifitas
Spesifitas metode adalah kemampuan untuk menetapkan atau
membedakan analit yang terdapat bersama komponen lainnya dalam
sampel. Pada metode penetapan kadar kepastian diperoleh dengan jelas
bahwa hasil analisis tidak dipengaruhi oleh cemaran atau matriks yang
ada dalam sampel.
2. Linearitas
Linearitas adalah kemampuan untuk memperoleh hasil
pengujian secara langsung proporsional terhadap konsentrasi analit
dalam sampel pada rentang konsentrasi yang digunakan. Rentang
konsentrasi yang digunakan harus cukup lebar agar dapat mencapai
rentang yang diharapkan metode. Minimal lima konsentrasi digunakan
pada uji dengan rentang 20%-120% atau 50%-150% dari konsentrasi
actual. Parameter untuk mengevaluasi linearitas metode diantaranya
koefisien relasi (R), perpotongan sumbu Y, simpangan baku residual
garis regresi (Sy/x), dan koefisien vasiansi garis regresi (Vx0). Kriteria
penerimaan untuk penetapan kadar adalah dengan R≥0,999; %y-
intercept≤2,0%; atau Vxo≤2,0.
3. Batas Deteksi (LOD) dan Batas Kuantitasi (LOQ)
Batas deteksi (LOD) adalah konsentrasi terendah dari analit
dalam sampel yang masih dapat terdeteksi tapi tidak perlu ditetapkan
secara kuantitatif hingga diperoleh nilai yang tepat. Pengujian batas
deteksi untuk metode instrument ditentukan dengan mengkalikan
20
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
simpangan baku dengan foktor dengan menghitung menggunakan
rumus 3 Sb/b dimana b adalah kemiringan garis regresi kurva
kalibrasi. Simpangan baku larutan blanko dapat diganti dengan
simpangan baku regresi Sy/x dari kurva kalibrasi.
Batas kuantisasi (LOQ) adalah konsentrasi terendah analit
dalam sampel yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi yang
dapat diterima dalam kondisi percobaan yang ditetapkan. Batas
kuantisasi ditentukan dari simpangan baku larutan blanko yang
dikalikan degan faktor menggunakan rumus 10Sb/b di mana b adalah
kemiringan garis regresi kurva kalibrasi. Simpangan baku larutan
blanko dapat diganti dengan simpangan baku regresi Sy/x dari kurva
kalibrasi.
4. Akurasi
Akurasi adalah tingkat kedekatan antara hasil pengujian dengan
metode yang sedang dievaluasi dengan hasil yang dinyatakan benar
atau dengan hasil yang seharusnya. Hasil yang dinyatakan benar
adalah hasil atau konsentrasi analit rata-rata yang dibuat dari larutan
baku pembandingnya. Akurasi metode dinyatakan sebagai persen
perolehan kembali atau dengan galat mutlak. Dimana persen perolehan
kembali (recovery) dapat dicari menggunakan rumus sebagai berikut :
( )
Keterangan :
Cf = konsentrasi total sampel yang diperoleh dari pengukuran
CA = konsentrasi sampel sebenarnya
= konsentrasi analit yang ditambahkan
Kriteria penerimaan pengujian akurasi untuk penetapan kadar
dengan level kadar 3 level dengan 3 kali pengujian dengan rentang
kadar 70%, 100%, 130% atau 80%, 100%, dan 120% kriteria
penerimaan rekoveri = 98,0-102,0% atau galat mutlak ±2%.
21
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5. Presisi
Keseksamaan adalah ukuran yang menunjukkan derajat
kesesuaian antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil
individual dari rata-rata jika prosedur diterapkan secara berulang pada
sampel-sampel yang diambil dari campuran yang homogen.
Keseksamaan diukur sebagai simpangan baku atau simpangan baku
relatif (koefisien variasi). Keseksamaan dapat dinyatakan sebagai
keterulangan atau ketertiruan (Harmita, 2004).
Ditemukan bahwa koefisien variasi meningkat seiring dengan
menurunnya konsentrasi analit. Pada kadar 1% atau lebih, standar
deviasi relatif antara laboratorium adalah sekitar 2,5% ada pada satu
per seribu adalah 5%. Pada kadar satu per sejuta (ppm) RSDnya adalah
16%, dan pada kadar part per bilion (ppb) adalah 32%. Pada metode
yang sangat kritis, secara umum diterima bahwa RSD harus lebih dari
2% (Riyanto, 2014). Keseksamaan dapat dihitung dengan cara sebagai
berikut:
Hasil analitnya x1, x2, x3….xn. maka simpangan bakunya :
√
Simpangan baku relative atau koefisien variasi (KV) adalah
2. 9 Mysterius Shopping
Menurut Guidline Mysterius Shopping Research tahun 2014. Mysterius
Shopping dapat di definisikan sebagai penggunaan individu yang dilatih untuk
mengalami dan mengukur setiap proses layanan pelanggan, degan bertindak
sebagai pelanggan dan dengan cara melaporkan pengalaman mereka secara
terperinci dan obyektif. Beberapa alasan mysterius shopping diperlukan yaitu,
dapat melakukan observasi yang akurat dalam menilai pelayanan dalam suatu
bisnis, memberikan prespektif yang netral, mengetahui kelebihan dan kekurangan
pada suatu bisnis yang dijalankan, mengetahui reaksi pegawai atau karyawan
22
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
terhadap pelanggan, dan dapat melakukan pencegahan terhadap kecurangan
terhadap seluruh siklus proses pembelian yang dilakukan (Guidline Mysterius
Shopping Research tahun 2014).
Prinsip-prinsip Pedoman Perilaku MRS : (Guidline Mysterius Shopping
Research tahun 2014)
1. Periset harus memastikan bahwa partisipasi dalam kegiatan mereka
didasarkan pada sukarela.
2. Peneliti harus jujur dan jujur dalam semua profesional mereka dan
hubungan bisnis.
3. Peneliti harus transparan mengenai subjek dan tujuan pengumpulan
data.
4. Periset harus menghormati kerahasiaan informasi yang
dikumpulkan didalamnya.
5. Periset harus menghormati hak dan kesejahteraan semua individu.
6. Periset harus memastikan bahwa peserta tidak dilukai atau
terpengaruh olehnya kegiatan profesional mereka
7. Periset harus menyeimbangkan kebutuhan individu, klien, dan
profesional mereka kegiatan.
8. Periset harus melakukan penilaian profesional independen dalam
perancangan, melakukan dan melaporkan kegiatan profesional
mereka.
9. Periset harus memastikan bahwa kegiatan profesional mereka
dilakukan oleh orang-orang dengan pelatihan, kualifikasi dan
pengalaman yang sesuai.
10. Periset harus melindungi reputasi dan integritas profesinya.
Penelitian didasarkan atas kerja sama yang baik dari masyarakat
dan organisasi bisnis. Itu bergantung pada kepercayaan dari mereka yang
terlibat bahwa itu dilakukan dengan jujur, secara obyektif, tanpa gangguan
yang tidak diinginkan dan tanpa membahayakan peserta. Tujuannya
adalah untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi dan bukan untuk
menciptakan penjualan atau untuk mempengaruhi pendapat siapa pun yang
berpartisipasi.
23
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. 10 Demografi Kecamatan Tebet dan Setiabudi
2. 10. 1. Kecamatan Tebet
Gambar 2. 3 Peta Wilayah Kecamatan Tebet
(Sumber : encyclopedia.jakarta-tourism.go.id)
Kecamatan Tebet merupakan salah satu kecamatan di wilayah
Kotamadya Jakarta Selatan, terletak pada -6,2316 LS dan 106,8459 BT
Sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus
Ibukota Jakarta Nomor : 171 Tahun 2008, maka luas wilayah
Kecamatan Tebet adalah 9,035 km2 yang terdiri atas 80 RW dan 936 RT
dengan luas masing-masing kelurahan sebagai berikut (BPS Jakarta
Selatan, 2018) :
a. Kel. Menteng Dalam : 2,100 km2
b. Kel. Tebet Barat : 1,716 km2
c. Kel. Tebet Timur : 1,389 km2
d. Kel. Kebon Baru : 1,293 km2
e. Kel. Bukit Duri : 1,070 km2
f. Kel. Manggarai Selatan : 0,514 km2
g. Kel. Manggarai : 0,953 km2
Batas-batas wilayah Kecamatan Tebet adalah:
Sebelah Utara : Kota Administrasi Jakarta Pusat
Sebelah Selatan : Kecamatan Pancoran
Sebelah Barat : Kecamatan Setiabudi
Sebelah Timur : Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur
24
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. 10. 2. Kecamatan Setiabudi
Gambar 2. 4 Peta Wilayah Kecamatan Setiabudi
(Sumber : encyclopedia.jakarta-tourism.go.id)
Kecamatan Setiabudi merupakan salah satu kecamatan di
wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan, yang terletak pada 06 15‟
40,8” LS dan 106 45‟ 00,0” BT, terdiri atas 50 RW dan 511 RT.
Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta Nomor
171 tahun 2007, maka luas wilayah kecamatan Setiabudi adalah 8,85 km2
dengan luas masing–masing kelurahan sebagai berikut (BPS Jakarta
Selatan, 2018) :
a. Kel. Karet Semanggi : 0,90 km2
b. Kel. Kuningan Timur : 2,15 km2
c. Kel. Karet Kuningan : 1,79 km2
d. Kel. Karet : 0,94 km2
e. Kel. Menteng Atas : 0,90 km2
f. Kel. Pasar Manggis : 0,78 km2
g. Kel. Guntur : 0,65 km2
h. Kel. Setiabudi : 0,74 km2
Batas-batas wilayah Kecamatan Setiabudi adalah :
Sebelah Utara : Kota Administrasi Jakarta Pusat
Sebelah Selatan : Kecamatan Kebayoran Baru
Sebelah Timur : Kecamatan Tebet
Sebelah Barat : Kota Administrasi Jakarta Pusat
25 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB III
METODOLOGI
3. 1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Bahan Obat dan
Laboratorium Penelitian II di Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sejak bulan februari.
3. 2 Alat dan Bahan
3. 2. 1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah Instrument
spektrofotometri UV-Vis (Hitachi U-2910), timbangan analitik (AND),
mikropipet 20-220 μl dan 100-1000 μl dan tip (BIO-RAD Laboratories), labu
ukur 250ml, 100ml, 50ml, 10ml (PYREX), beker glass (PYREX), glass ukur
100ml dan 25ml (PYREX), lumpang alu, tabung reaksi (PYREX), batang
pengaduk, kertas perkamen, alumunium foil, spatula, rotatory evaporator (Eyela
CCA-1111), sentrifuge, software SPSS, resep dokter.
3. 2. 2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah standar
parasetamol yang di peroleh dari BPOM, metanol grade pro analisis, aquades,
panadol®
(500mg), puyer parasetamol yang di peroleh dari apotek.
3. 3 Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian adalah penelitian deskriptif. Metode pengumpulan data yang
dilakukan dengan menggunakan metode kuisioner dan penetapan menggunakan
timbangan analitik serta spektrofotometri UV-Vis. Sampel berupa apotek yang
berada di wilayah Kecamatan Tebet dan Setiabudi, sedangan unit sampel analisis
berupa obat sediaan racikan puyer parasetamol. Jenis data yang digunakan yaitu
data primer yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh peneliti.
26
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Data primer berupa penebusan obat racikan puyer parasetamol dengan resep
dokter dan pengisian kuesioner oleh apoteker penanggung jawab apotek sebagai
responden. Desain penelitian yang digunakan yaitu penelitian cross sectional
dengan melakukan pengukuran terhadap variabel bebas dan variabel terikat pada
waktu yang sama (Sumantri. 2011).
3. 4 Prosedur Penelitian
3.4.1. Pengambilan Data
3.4.1.1. Proses Perizinan Pengambilan Data Populasi Apotek
Pengajuan perizinan rekomendasi
izin penelitian dari Unit Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (PTSP) kota
Jakarta Selatan
Surat Rekomendasi Izin
Penelitian dari PTSP kota
Jakarta Selatan
Permintaan persetujuan pengambilan data
populasi apotek di Kecamatan Tebet dan
Setiabudi ke Suku Dinas Kesehatan kota
Jakarta Selatan
Surat persetujuan pengambilan data
populasi apotek di Kecamatan Tebet
dan Setiabudi pada puskesmas
Kecamatan Tebet dan Setiabudi
27
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.4.1.2. Penentukan Jumlah Sampel dan Pengambilan Sampel
Teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel pada
penelitian ini adalah total sampling. Total sampling adalah teknik
pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi
(Sugiyono, 2012). Alasan pengambilan total sampling karena jumlah
populasi yang kurang dari 100 seluruh populasi dijadikan sampel
penelitian semuanya (Sugiyono, 2012).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Kecamatan
Tebet pada tahun 2018. Terdapat jumlah populasi 21 apotek di daerah
Kecamatan Tebet akan tetapi 10 apotek diantaranya merupakan apotek
yang tidak menerima resep racikan dan 5 apotek terdapat di dalam klinik
dan tidak melayani resep dari luar. Sehingga hanya 6 apotek yang
melayani resep racikan puyer dan memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Kecamatan Setiabudi
terdapat jumlah 11 apotek di daerah Kecamatan Setiabudi, yang masih
beroperasi sejumlah 10 apotek, dan sejumlah 3 apotek yang masuk ke
dalam kriteria inklusi dan ekslusi. Maka jumlah sampel yang digunakan
untuk Kecamatan Tebet adalah 6 apotek dan jumlah sampel yang
digunakan untuk Kecamatan Setiabudi adalah 3 apotek.
3.4.2. Kerangka Konsep Penelitian
3.4.2.1. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria Inklusi
Sediaan racikan yang berasal dari apotek yang berada di wilayah
kecamatan Tebet dan Setiabudi dan menerima resep racikan.
Kriteria Eksklusi
Sediaan racikan yang tidak dapat ditebus karena apotek tidak
melayani resep racikan dan sediaan racikan yang tidak dapat
ditebus karena apotek sudah tidak beroperasi.
28
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.4.2.2. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variable yang
dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variable yang bersangkutan
(Notoatmodjo, 2012). Definisi operasional dari variabel penelitian penting
dan diperlukan agar pengukuran variabel atau pengumpulan data variabel
tersebut konsisten antara responden satu dengan responden yang lainnya
(Notoatmodjo, 2012). Berikut ini adalah definisi operasional dari variabel
yang digunakan dalam penelitian :
Tabel 3. 1 Definisi Operasional
No Definisi Operasional Cara Ukur Katagori Skala Ukur
1. Keragaman bobot
sediaan racikan
Timbangan
Analitik Memenuhi
syarat FI V
Tidak
memenuhi
persyarata FI
V
Ordinal
2. Keseragaman kadar
Racikan
Spektrofotometri
UV-Vis Memenuhi
syarat FI V
Tidak
memenuhi
syarat FI V
Ordinal
3.4.3. Pengujian Keseragaman Sampel
3.4.3.1. Pengujian Keragaman Bobot Puyer
Sebulumnya peneliti sudah menebus obat dengan meminta
bantuan dari kerabatnya untuk menebus obat atau sebagai pasien
kemudian peneliti melakukan pengujian keragaman bobot puyer dengan
cara: Sediaan puyer yang telah dibeli dari beberapa apotek yang telah
ditetapkan ditimbang satu persatu menggunakan neraca analitik dilakukan
secara triplo, kemudian dicatat. Dilakukan penghitungan bobot rata-rata
sediaan racikan puyer parasetamol dari setiap apotek, bobot dalam persen
(%bobot) dan nilai penerimaan (NP). Dikatakan memenuhi syarat apabila
nilai penerimaan 10 unit sediaan pertama tidak kurang atau sama dengan
L1%. Jika nilai penerimaan lebih besar dari L1%, lakukan pengujian pada
20 unit sediaan tambahan, dan hitung nilai penerimaan. Dikatakan
memenuhi syarat jika nilai penerimaan akhir dari 30 unit sediaan lebih
kecil atau sama dengan L1% dan tidak ada satu unit pun kurang dari [1-
29
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(0,01)(L2)]M atau tidak satu unit pun lebih dari [1+(0,01)(L2)]M seperti
tertera pada perhitungan nilai penerimaan dalam keragaman bobot.
Kecuali dinyatakan lain L1 adalah 15,0 dan L2 adalah 25,0 (DepKes RI,
2014)
3.4.3.2. Pengujian Keseragaman Kadar
Validasi Metode Analisis
a. Parasetamol Standar (BFFI)
1. Pembuatan Larutan Induk
Ditimbang 10,00 mg Parasetamol standar, dimasukkan ke
dalam labu ukur 50 ml dan dilarutkan dengan pelarut
metanol-air (1:3).
2. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Diambil 0,5 ml dari larutan induk, dimasukkan ke dalam labu
ukur 10 ml, dan diencerkan dengan pelarut metanol-air
(1:3) hingga tanda batas. Dilakukan pembacaan dengan
spektrofotometri UV-Vis.
3. Pembuatan Kurva Kalibrasi Parasetamol standar
Dibuat larutan dengan konsentrasi 2, 4, 6, 8, 10, dan 12 ppm
dari larutan induk yang telah disiapkan. Dilakukan
pengukuran dengan spektrofotometri UV-Vis. Pembuatan
kurva kalibrasi dilakukan secara triplo. Dari hasil kurva
kalibrasi bisa dilakukan perhitungan LOD dan LOQ.
b. Tablet Panadol®(500 mg parasetamol)
1. Pembuatan Larutan Induk
Ditimbang dan diserbukkan tidak kurang dari 20 tablet
Panadol®
(parasetamol 500 mg). Ditimbang setara sejumlah
serbuk tablet setara dengan lebih kurang 250,0 mg
parasetamol. Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml.
Ditambahkan 100 ml metanol-air (1:3) dan kocok selama 10
menit. Dilakukan pemisahan endapan dengan sentrifugasi
6000 rpm selama 2 menit. Diambil 1 ml dari filtrat yang telah
30
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
disentrifugasi dan dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml dan
ditambahkanpelarut metanol-air (1:3) hingga tanda batas labu
ukur.
2. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Dibuat larutan dengan konsentrasi 10 ppm dari larutan induk,
lalu dilakukan pembacaan dengan spektrofotometri UV-Vis.
3. Pembuatan Kurva Kalibrasi Tablet Panadol®
Dibuat larutan dengan konsentrasi 2, 4, 6, 8, 10, dan 12 ppm
dari larutan Induk yang telah disiapkan. Dilakukan
pengukuran dengan spektrofotometri UV-Vis. Pembuatan
kurva kalibrasi dilakukan secara triplo. Dari hasil kurva
kalibrasi bisa dilakukan perhitungan LOD dan LOQ.
3.4.3.3. Penentuan Batas Deteksi (LOD) dan Batas Kuantitasi (LOQ)
LOD dihitung dengan garis regresi linier kurva kalibrasi dengan
rumus LOD =
dan rumus LOQ =
, dimana Simpangan baku (Sb),
b adalah slope dari regresi linier Sb = √
3.4.3.4. Pengujian Kecermatan (Akurasi)
Pengujian kecermatan dibuat larutan dengan konsentrasi 80%,
100%, 120% kandungan tablet parasetamol. Masing-masing konsentrasi
ditimbang dan dibuat sebanyak enam kali pengulangan dilakukan selama 3
hari berturut-turut sehingga diperoleh 18 larutan. Dimasukkan ke dalam
labu ukur 100 ml. Ditambahkan 100 ml pelarut metanol-air (1:3) dan
kocok selama 10 menit. Dilakukan pemisahan endapan dengan
sentrifugasi 6000 rpm selama 2 menit. Diambil 1 ml dari filtrat yang telah
disentrifugasi dan dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml dan ditambahkan
pelarut metanol-air (1:3) hingga tanda batas labu ukur. Diambil kembali 1
ml dari labu ukur 50 ml kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml
dan ditambahkan pelarut metanol-air (1:3) hingga tanda batas. Dilakukan
pengamatan serapan dengan menggunakan alat spektrofotometri UV-Vis
pada panjang gelombang 244 nm.
31
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Kriteria kecermatan sangat tergantung pada konsentrasi analit
dalam matriks sampel dan pada keseksamaan metode (Harmita, 2004).
Nilai akurasi dapat diperoleh dari perbandingan selisi nilai konsentrasi
perhitungan dan nilai konsentrasi terukur dengan nilai konsentrasi
perhitungan di kali seratus 100% dapat di terima jika hasil tidak lebih ±
2% (Harmita, 2006).
3.4.3.5. Pengujian Keseksamaan (Presisi)
Pengujian keseksamaan dibuat dengan konsentrasi 80%, 100%,
dan 120%. Masing-masing konsentrasi ditimbang dan dibuat sebanyak
enam kali pengulangan selama 3 hari berturut-turut sehingga diperoleh 18
larutan. Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml. Ditambahkan 100 ml
pelarut metanol-air (1:3) dan kocok selama 10 menit. Dilakukan
pemisahan endapan dengan sentrifugasi 6000 rpm selama 2 menit.
Diambil 1 ml dari filtrat yang telah disentrifugasi dan dimasukkan ke
dalam labu ukur 50 ml dan ditambahkan pelarut metanol-air (1:3) hingga
tanda batas labu ukur. Diambil kembali 1 ml dari labu ukur 50 ml
kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml dan ditambahkan pelarut
metanol-air (1:3) hingga tanda batas. Dilakukan penetapan kadar
menggunakan spektrofotometri kemudian dilakukan penentuan absorbansi
menggunakan spektrofotometri uv vis selama 3 hari berturut-turut.
Kemuadian dihitung nilai perolehan kembali (%recovery).
3.4.3.6. Pengujian kadar sediaan puyer dengan menggunakan
spektrofotometri UV-Vis.
Penetapan kadar parasetamol yang terkandung pada setiap
bungkus puyer sampel obat parasetamol dilakukan dengan menggunakan
Spektrofotometri UV-Vis. Pengukuran dilakukan dengan 3 kali
pembacaan. Dipilih secara acak 10 bungkus puyer parasetamol, kemudian
ditempatkan pada labu ukur 100 ml. Ditambahkan 100 ml pelarut
campuran metanol-air (1:3) dan kocok selama 10 menit. Dilakukan
pemisahan endapan dengan sentrifugasi 6000 rpm selama 2 menit. Di
ambil 1 ml dari filtrat yang telah disentrifugasi dan di masukkan ke dalam
32
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
labu ukur 50 ml dan ditambahkan pelarut hingga tanda batas. Kemudian
diambil lagi 1 ml dimasukkan kedalam labu 10 ml dan ditambahkan
pelarut hingga tanda batas. Gunakan larutan sebagai larutan uji dan diukur
serapannya dengan Spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang
244 nm.
3.4.3.7. Pengedaran kuesioner ke apotek
Mengedarkan kuesioner dengan cara meminta perizinan dari
pihak apotek apabila pihak apotek mengizinkan untuk di berikan kuisioner
maka kuisioner itu akan diberikan dan hasil datanya didata.
3.4.4. Analisis Data Penelitian
3.4.4.1. Analisis Univariat
Analisis ini dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian,
dan hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap
variabel untuk memberikan gambaran (Sumantri. 2011).
33 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 1. Uji Keragaman Bobot
Penelitian evalusi mutu dilakukan di wilayah kecamatan Tebet dan
kecamatan Setiabudi. Menurut data dari Dinas Kesehatan Kota Administrasi
Jakarta Selatan pada kecamatan Tebet terdapat apotek sejumlah 21 apotek namun,
10 apotek tidak menerima resep racikan dan 5 apotek merupakan apotek yang
tergabung dengan klinik sehingga tidak dapat menerima resep racikan dari luar.
Pada kecamatan Setiabudi terdapat 11 apotek tetapi hanya 10 yang masih
beroperasi dan hanya 3 apotek yang melayani resep racikan. Penebusan resep
sediaan racikan puyer parasetamol dilakukan 1 kali pada masing-masing apotek.
Puyer yang ditebus sebanyak 30 bungkus dengan dosis 250 mg untuk setiap
bungkus puyer.
Uji keragaman bobot dilakukan dengan mengikuti prosedur kapsul keras
yang tertera pada Farmakope Indonesia V. Sampel ditimbang menggunakan
timbangan analitik dengan menimbang 10 sampel dari 30 puyer parasetamol
secara acak. Hasil keragaman bobot 10 bungkus puyer dapat dilihat pada tabel
4.1.
Tabel 4. 1 Keragaman bobot (mg) 10 bungkus sediaan puyer dari 9 apotek Apotek
T1
Apotek
T2
Apotek
T3
Apotek
T4
Apotek
T5
Apotek
T6
Apotek
S1
Apotek
S2
Apotek
S3
377,17 303,80 378,80 340,40 222,00 303,13 335,97 364,20 285,37
371,93 338,80 336,20 325,67 433,73 354,93 342,70 220,97 368,40
288,70 338,63 322,43 338,40 393,50 245,30 446,47 243,00 498,93
241,80 283,10 347,23 324,47 388,07 291,50 289,50 216,23 291,80
291,20 361,27 290.90 324,87 201,03 326,93 284,90 235,03 303,63
345,07 371,30 355,27 267,10 589,93 270,30 317,17 182,13 297,90
266,47 414,80 281,33 274,03 350,60 325,60 402,37 277,17 302,83
244,60 324,40 301,33 261,00 170,53 275,53 269,67 532,00 240,93
319,17 318,67 383,10 320,63 265,50 297,77 351,83 507,60 259,17
281,27 334,00 335,03 339,10 283,03 334,70 311,77 325,43 291,63
Keterangan : T : Tebet, S : Setiabudi
Hasil uji keragaman bobot 10 sediaan puyer dinyatakan memenuhi syarat
apabila nilai penerimaan (NP) yang diperoleh kurang dari atau sama dengan L1%
yaitu 15% (Depkes RI, 2014). Jika lebih besar dari L1% maka dilakukan
pengujian pada 20 sediaan tambahan dan dihitung nilai penerimaannya.
34
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 4.2 Nilai Penerimaan 10 bungkus sediaan racikan puyer dari 9 apotek Apotek Nilai Penerimaan Apotek Nilai Penerimaan
T1 60,37 % S1 40,16 %
T2 37,22 % S2 111,27 %
T3 27,81 % S3 86,41 %
T4 49,56 %
T5 94,23 %
T6 48,66 %
Keterangan : T : Tebet, S : Setiabudi
Hasil nilai penerimaan 10 bungkus sediaan racikan dari evaluasi uji
keragaman bobot dari 9 apotek di kecamatan Tebet dan Setiabudi seperti yang
tertera pada tabel 4.2 menunjukan bahwa tidak ada satupun yang memenuhi
persyaratan seperti yang tertera pada Farmakope Indonesia V yaitu nilai
penerimaan L1≤15%.
Tabel 4.3 Keragaman bobot (mg) 30 bungkus sediaan racikan puyer 9 apotek Apotek
T1
Apotek
T2
Apotek
T3
Apotek
T4
Apotek
T5
Apotek
T6
Apotek
S1
Apotek
S2
Apotek
S3
377,17 303,80 378,80 340,40 222,00 303,13 335,97 364,20 285,37
371,93 338,80 336,20 325,67 433,73 354,93 342,70 220,97 368,40
288,70 338,63 322,43 338,40 393,50 245,30 446,47 243,00 498,93
241,80 283,10 347,23 324,47 388,07 291,50 289,50 216,23 291,80
291,20 361,27 290,90 324,87 201,03 326,93 284,90 235,03 303,63
345,07 371,30 335,27 267,10 589,93 270,30 317,17 182,13 297,90
266,47 414,80 281,33 274,03 350,60 325,60 402,37 277,17 302,83
244,60 324,40 301,33 261,00 170,53 275,53 269,67 532,00 240,93
319,17 318,67 383,10 320,63 265,50 297,77 351,83 507,60 259,17
281,27 334,00 335,03 339,10 283,03 334,70 311,77 325,43 291,63
261,20 368,03 294,33 328,50 246,60 301,30 381,43 290,60 422,33
381,27 312,03 267,67 358,47 176,93 139,43 294,00 327,57 287,73
362,27 287,23 313,60 357,40 217,23 206,63 367,07 318,40 359,50
316,70 229,87 256,90 360,83 424,93 242,20 324,27 294,00 284,73
315,53 341,27 307,07 323,50 255,77 276,30 307,60 169,90 386,53
297,40 344,93 359,63 391,67 394,50 275,40 266,73 403,90 415,40
343,60 269,10 307,63 319,23 422,10 321,60 389,03 169,40 407,23
278,80 323,63 348,93 336,70 213,83 343,07 361,20 382,13 428,23
311,40 308,60 301,30 348,00 241,03 265,37 344,53 218,80 346,00
250,60 293,57 367,60 428,97 226,80 303,10 371,20 414,93 436,63
330,00 296,10 288,93 320,37 256,10 328,13 376,73 222,47 330,50
303,10 292,83 315,17 374,60 236,30 316,53 361,30 283,20 303,97
267,03 234,30 308,70 324,03 233,53 274,00 304,87 385,87 397,83
346,47 267,83 304,27 332,10 259,90 293,17 319,60 274,63 316,90
364,63 329,50 236,97 309,77 204,30 299,50 373,07 213,73 330,60
322,80 304,40 329,50 335,43 217,07 327,40 340,20 261,10 270,73
318,90 283,73 276,17 417,60 202,93 255,00 326,10 273,90 335,67
314,40 322,07 313,80 355,53 222,83 308,20 274,23 239,43 288,37
330,10 346,83 342,90 370,90 260,57 263,37 273,70 306,10 346,97
274,57 320,93 347,40 342,60 396,47 216,30 331,33 284,90 337,00
Keterangan : T : Tebet, S : Setiabudi
Karena hasil nilai penerimaan dari 10 bungkus sediaan racikan
parasetamol tidak memenuhi persyaratan maka dilakukan uji untuk 20 bungkus
35
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sediaan racikan parasetamol tambahan sehingga jumlah sampel berjumlah 30.
Bobot 30 puyer tertera pada tabel 4.3. Hasil dikatakan memenuhi syarat apabila
nilai penerimaan akhir dari 30 sediaan bungkus puyer lebih kecil atau sama
dengan L1 (15,0%) dan tidak ada satupun unit sediaan yang kurang dari [1-
(0,01)(L2)]M atau tidak ada satupun unit yang lebih dari [1+ (0,01)(L2)]M.
Kecuali dinyatakan lain L2 adalah 25,0. Hasil perhitungan nilai penerimaan 30
bungkus sediaan racikan puyer dari 9 apotek dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4 Nilai penerimaan 30 bungkus sediaan racikan puyer 9 apotek Apotek Nilai Penerimaan Apotek Nilai Penerimaan
T1 47,38 % S1 26,95 %
T2 36,03 % S2 77,59 %
T3 25,20 % S3 67,02 %
T4 47,19 %
T5 34,66 %
T6 53,85 %
Keterangan : T : Tebet, S : Setiabudi
Berdasarkan hasil penerimaan dari 30 bungkus sediaan racikan puyer dari
9 apotek seperti yang tertera pada tabel 4.4 bahwa tidak ada satupun yang
memenuhi persayaratan keragamaan bobot yaitu nilai penerimaan kurang atau
sama dengan L1%, dimana L1% adalah 15,0.
Bentuk sediaan puyer memungkinkan terjadinya variasi dalam bobot dan
kandungan puyer terkait keterbatasan dalam kemampuan pengamatan secara
visual, ketelitian, ketrampilan, serta waktu dalam menyiapkan suatu sediaan
puyer. Pembuatan sediaan racikan puyer diawali dengan pengecilan ukuran
partikel dengan cara penggerusan menggunakan lumpang alu atau blender.
Ketidaktepatan pada sediaan puyer dapat terjadi ketika proses pembuatannya yang
dapat menyebabkan sebagian obat tertinggal pada wadah yang digunakan untuk
menggerus, juga pada pembungkus yang digunakan (Soepardi dan Koesnandar,
2009). Pada hasil pengisian kuesioner diketahui bahwa 7 dari 9 apotek (77,8%)
memilih menggunakan lumpang alu sebagai alat untuk peracikan sediaan puyer
dan 2 apotek lainnya (22,2%) memilih menggunakan blender sebagai alat
peracikan. Lumpang alu merupakan alat yang penggerusan yang tercantum pada
FDA (2005).
Penggunaan lumpang yang memiliki rongga pada permukaannya
menyebabkan terdapat obat tertinggal di dalam wadah dan memerlukan waktu
36
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang lebih lama untuk penggerusan (Maharani, et, al., 2013). Namun, hal ini dapat
diatasi dengan menggunakaan coating sebelum melakukan penggerusan pada
lumpang dengan menggunakan bahan yang bersifat indiferen untuk mencegah
sebagian obat masuk ke dalam pori lumpang (Maharani, et, al., 2013).
Penggunaan blender sebagai alat peracikan dapat mempersingkat waktu
pembuatan sediaan racikan puyer namun,belnder memiliki bagian yang terbuat
dari logam besi yang dapat meneybabkan potensi bereaksinya sebagian bahan
obat dengan dengan logam besi selain itu, blender memiliki bagian-bagian yang
sulit dijangkau dan menyebabkan obat dapat tertinggal dan menyebabkan
berkurangnya bobot obat (Chaliks, 2017).
Keterampilan personel pembuatan sediaan racikan puyer juga dapat
mempengaruhi hasil keragaman bobot. Variasi bobot dari sediaan pulveres dapat
disebabkan oleh kurangnya homogenitas dan kehalusan serbuk yang dibuat.
Untuk itu sangat diperlukan profesionalitas yang tinggi yaitu berupa ketelitian dan
kecermatan tenaga farmasi dalam membuat sediaan pulveres (Helni, 2014).
Berdasarkan hasil pengisian kuesioner oleh pihak apotek diketahui bahwa sebayak
6 dari 9 apotek (66,7%) pembuatan sediaan puyer racikan lebih banyak dikerjakan
oleh tenaga teknis kefarmasian dan 3 apotek (33,3%) lainnya pembuatan sediaan
puyer racikan selalu dikerjakan oleh tenaga teknis kefarmasian. Maka dari itu
pentingnya apoteker dan tenaga teknis kefarmasian untuk menerima orientasi
yang tepat, seperti pelatihan dan penilaian keterampilan (National Association of
Pharmacy Regulatory Authorities, 2018).
4. 2. Uji Keseragaman Kadar
4.2.1. Penentuan Panjang Gelombang
Uji keseragaman kadar diawali dengan penentuan panjang gelombang
maksimum dari standar Parasetamol BPFI dan tablet Panadol (500mg
Parasetamol). Secara teoritis serapan maksimum untuk parasetamol adalah 244
nm (Tulandi, et,al., 2015). Penentuan panjang gelombang maksimum ini
digunakan untuk mengetahui pada serapan berapa zat yang dibaca oleh
spektrofotometer UV secara optimum. Pada penentuan panjang gelombang
maksimun baik untuk Parasetamol BPFI dan Panadol digunakan campuran pelarut
37
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
methanol-air 1:3. Panjang gelombang yang didapat adalah 244 nm hal ini sesuai
dengan panjang gelombang yang tertera dalam Farmakope Indonesia V.
a. Panjang Gelombang Parasetamol BPFI
b. Panjang Gelombang Panadol
Gambar 4.1 Spektrum Panjang Gelombang
4.2.2. Pembuatan Kurva Kalibrasi
Pembuatan kurva kalibrasi Parasetamol BPFI dan tablet Panadol diawali
dengan pembuatan seri konentrasi 2, 4, 6, 8, 10, dan 12 ppm dan diperoleh
persamaan garis. Kurva kalibrasi Parasetamol BPFI memiliki persamaan garis
y=0,06x+0,0658 dengan koefisien korelasi (r) = 0,9997. Kurva kalibrasi tablet
Panadol memiliki persamaan garis y=0,0678x+0,0284 dengan koefisien korelasi
(r)=0,9999. Koefisien korelasi adalah nilai yang menunjukan kuat/tidaknya
hubungan linier antar dua variable, sehingga dapat terlihat semakin linier suatu
244 nm
244 nm
38
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
persaamaan garis maka akan menunjukkan nilain yang semakin baik. Koefisien
korelasi yang didapat memenuhi persyaratan sebesar (r) = 0,99 (Watson, 2009).
Gambar 4.2 Kurva Kalibrasi Parasetamol Standar BPFI
Gambar 4.3 Kurva Kalibrasi Tablet Panadol
4.2.3. Batas Limit Deteksi (LOD) dan Batas Limit Kuantisasi (LOQ)
Limit Deteksi (LOD) adalah konsentrasi atau jumlah terkecil/terendah dari
analit dalam sampel yang dapat terdeteksi. Limit Kuantisasi (LOQ) adalah
konsentrasi atau jumlah terendah dari analit yang masih dapat ditentukan dan
memenuhi kriteria akurasi dan presisi (Torowat dan Banawa SW, 2014).
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan alat Spektrofotometer UV-
Vis dalam mendeteksi analit sampel dengan jumlah sampel terkecil/terendah yang
masih dapat/mampu analisis. Berdasarkan hasil perhitungan Parasetamol BPFI
memiliki limit deteksi (LOD) 0,2075 ppm dan limit kuantisasi (LOQ) 0,6916
y = 0.06x + 0.0658 R² = 0.9997
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
0 2 4 6 8 10 12 14
Ab
sorb
ansi
Konsentrasi (ppm)
y = 0.0678x + 0.0284 R² = 0.9999
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
0 2 4 6 8 10 12 14
Ab
sorb
ansi
Konsentrasi (ppm)
39
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ppm. Tablet Panadol memiliki limit deteksi (LOD) 0,1411 ppm dan limit
kuantisasi (LOQ) 0,1411 ppm. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5 Hasil limit deteksi (LOD) dan limit kuantisasi (LOQ) Parasetamol BPFI Σ(y-y‟)
2 6,888 x 10
-5
S(y/x) 0,0042
LOD 0,2075 ppm
LOQ 0,6916 ppm
Tabel 4.6 Hasil limit deteksi (LOD) dan limit kuantisasi (LOQ) tablet Panadol Σ(y-y‟)
2 4,067 x 10
-5
S(y/x) 0,0032
LOD 0,1411 ppm
LOQ 0,4703 ppm
4.2.4. Uji Kecermatan (Akurasi) dan Keseksamaan (Presisi)
Uji kecermatan (akurasi) dinyatakan sebagai persen perolehan kembali
(recovery) analit yang ditambahkan, sementara uji keseksamaan (presisi) adalah
kedekatan hasil pengukuran dari pengulangan konsentrasi yang sama. Presisi
dinyatakan dalam nilai coeffisient of variation (CV) (Riyanto, 2014). Uji akurasi
dan presisi terhadap tablet Panadol dilakukan pada konsentrasi 80%, 100%, dan
120% dari kadar Parasetamol di dalam tablet. Pengujian dilakukan 3 hari, setiap
konsentrasi dibuat 6 kali. Syarat uji kecermatan yaitu hasil persen perolehan
kembali (recovery) pada rentang 80-110% (Gonzales and Herrador, 2007). Hasil
uji presisi dikatakan memenuhi syarat apabila nilai persen koefisien variasinya
≤2% (Harmita, 2004). Hasil perhitungan uji akurasi dan presisi dapat dilihat pada
tabel 4.7.
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Uji Akurasi dan Presisi Hari
Ke-
Konsentrasi
(%)
Rata-Rata UPK ± SD
(%)
Syarat
%UPK KV (%)
Syarat
%KV
1
80 84,952 ± 0,961
80-110%
(Gonzales
and Herrador,
2007)
1,132
≤2%
(Harmita,
2004)
100 81,572 ± 0,576 0,707
120 81,046 ± 1,152 1,422
2
80 86,110 ± 0,789 0,917
100 83,367 ± 0,522 0,627
120 80,678 ± 0,456 0,566
3
80 85,710 ± 0,539 0,629
100 82,099 ± 0,654 0,798
120 81,369 ± 1,151 1,415 Keterangan :
UPK : Uji Perolehan Kembali
SD : Standar Deviasi
KV : Koefisien Variasi
40
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.2.5. Uji Keseragaman Kadar Sampel
Uji keseragaman kadar sampel sediaan dilakukan terhadap 10 sampel
sediaan puyer dari setiap apotek dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis.
Jumlah zat aktif Parasetamol yang diminta di dalam resep adalah 250 mg. Hasil
uji keseragaman kadar dari 9 apotek dapat dilihat pada tabel 4.8.
Tabel 4.8 Kadar (mg) 10 Bungkus Puyer dari 9 Apotek Apotek
T1
Apotek
T2
Apotek
T3
Apotek
T4
Apotek
T5
Apotek
T6
Apotek
S1
Apotek
S2
Apotek
S3
243,068 205,457 270,354 192,920 153,097 187,758 220,452 256,342 145,723
238,643 214,307 255,113 175,959 289,528 226,844 227,581 156,785 195,870
184,071 226,106 238,397 190,708 322,960 151,622 398,818 176,205 270,354
147,935 187,758 261,013 187,021 281,416 185,546 183,088 142,527 168,584
173,009 224,631 206,686 189,971 160,472 210,619 192,429 144,248 172,271
242,330 241,593 257,571 172,271 423,746 167,109 226,844 121,141 156,047
177,434 260,029 188,004 175,221 267,404 197,345 388,102 163,668 168,584
156,785 212,094 203,736 172,271 139,823 172,271 179,154 326,155 148,024
187,021 203,982 268,142 184,808 167,355 187,266 213,569 322,468 139,823
173,746 210,619 244,297 187,021 220,206 223,894 202,999 245,526 149,410
Keterangan : Tidak memenuhi syarat rentang kadar Farmakope Indonesia V
Memenuhi syarat rentang kadar Farmakope Indonesia V
T : Tebet, S : Setiabudi
Menurut Farmakope Indonesia V, sediaan Parasetamol harus mengandung
zat aktif tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110%. Berdasarkan
kandungan zat aktif Parasetamol yang diminta pada resep yaitu 250 mg maka
rentang 90-110% merupakan 225-275 mg dapat dilihat pada tabel 4.8 bahwa
banyak dari hasil kadar yang tidak masuk kedalam rentang tersebut. Syarat untuk
keseragaman kadar menurut Farmakope Indonesia V yaitu hasil uji keseragaman
kadar memiliki nilai penerimaan dari 10 unit sediaan kurang atau sama dengan
L1%, dimana L1% adalah 15,0. Hasil perhitungan nilai penerimaan 10 unit
sediaan, keseluruhan dari 9 apotek tidak ada yang memenuhi syarat nilai
penerimaan keseragaman kadar menurut Farmakope Indonesia V. Nilai
Penerimaan dari 9 sampel apotek dapat dilihat pada tabel 4.9.
Tabel 4.9 Nilai Penerimaan Keseragaman Kadar 10 bungkus puyer 9 Apotek Apotek Nilai Penerimaan Apotek Nilai Penerimaan
T1 55,840 % S1 79,926 %
T2 30,763 % S2 89,438 %
T3 31,096 % S3 69,414 %
T4 33,093 %
T5 89,141 %
T6 45,425 %
Keterangan : T : Tebet
S : Setiabudi
41
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Menurut Drug Information Handbook dosis untuk anak umur 4-5 tahun
240 mg. Dosis parasetamol yang direkomendasikan untuk anak-anak dengan usia
<12 tahun yaitu 10-15 mg/kg setiap 4-6 jam sampai dengan 75 mg/kg/hari
dengan dosis 150 mg/kg/dosis atau lebih sebagai dosis yang berpotensi
menyebabkan hepatotoksisitas pada anak (James, Sullivan, and Roberts, 2011).
Anak perempuan usia 5 tahun biasanya memiliki berat badan ideal berkisar
diantara 14 kg – 24,9 kg (Kementrian Kesehatan, 2011). Apabila dilihat dari tabel
keragaman bobot pada 10 unit puyer dari 9 sampel apotek, maka tidak ada kadar
yang melebihi kadar yang disarankan untuk pemberian kepada anak umur 5 tahun
dan masih aman digunakan.
4. 3. Hasil Data Kuesioner
Analisis data dilakukan berdasarkan pengisian kuesioner yang dilakukan
oleh pihak apotek. Dari data kuesioner beberapa data yang diamati berupa jumlah
resep racikan yang dilayani per hari, jumlah resep yang dilayani per hari, personel
yang melakukan peracikan sediaan puyer di apotek, jumlah tenaga teknis
kefarmasian yang bekerja di apotek, alat yang digunakan dalam peracikan sediaan
puyer di apotek, jumlah alat peracikan sediaan puyer yang ada di apotek, jenis
kemasan primer yang digunakan, jenis pembungkus sekunder yang digunakan,
adanya standar operasional untuk peracikan resep puyer pada apotek, dan adanya
pelatihan peracikan obat untuk pegawai baru di apotek. Hasil dari jawaban
kuesioner dapat dilihat pada table 4.10.
Tabel 4.10 Data Pengisian Kuesioner dari 9 Apotek
Kode
Jumlah
Resep
Racikan
Jumlah
Resep/hari
Personel
Peracik
Jumlah
TTK
Alat
Peracik
Jumlah
Alat
Peracik
T1 1 - 15 16 – 29 LBTTK 1 LA 3
T2 1 – 15 16 – 29 LBTTK 2 LA 4
T3 16 - 29 30 – 39 STTK 3 LA 3
T4 16 - 29 30 – 39 STTK >4 Blender 2
T5 1 - 15 30 – 39 LBTTK 2 LA 2
T6 16 - 29 30 – 39 LBTTK 3 LA 4
S1 1 - 15 16 – 29 STTK 4 LA 4
S2 1 - 15 16 – 29 LBTTK 2 LA 4
S3 1 - 15 16 – 29 LBTTK 3 Blender 2
Keterangan
TTK : Tenaga Teknis Kefarmasian LA : Lumpang Alu
LBTTK : Lebih Banyak Tenaga Teknis Kefarmasian T : Tebet
STTK : Selalu Tenaga Teknis Kefarmasian S : Setiabudi
42
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 4.10 Data Pengisian Kuesioner dari 9 Apotek (lanjutan)
Kode Pembungkus Primer Kemasan Sekunder Standar Operasional
Peracikan
T1 Manual Klip Ada
T2 Manual Pot Ada
T3 Otomatis Klip Ada
T4 Manual Pot Ada
T5 Manual Klip Ada
T6 Otomatis Klip Ada
S1 Manual Klip Ada
S2 Manual Klip Ada
S3 Otomatis Klip Ada
Keterangan : T : Tebet, S : Setiabudi
Jumlah resep racikan yang dilayani oleh apotek dalam sehari sebagian
besar diantaranya yaitu sebanyak 6 apotek (66,7%) menerima 1-15 resep racikan
perhari dan 3 apotek (33,3%) menerima 16-29 resep racikan perhari. Hasil data
kuesioner menunjukan bahwa 5 apotek (55,6%) melayani 16-29 resep per hari dan
4 apotek lainnya (44,4%) melayani 30-39 resep racikan perhari. Banyaknya
jumlah resep dan resep racikan perhari dapat mempengaruhi lamanya waktu
pelayanan resep dan beban kerja tenaga kefarmasian di apotek. Peningkatan beban
kerja dapat mempengaruhi hasil kualitas dan penyerahan obat kepada pasien.
Peningkatan beban kerja ini dapat menimbulkan adanya medication error pada
pelayanan serta peracikan resep.
Personil yang melakukan peracikan sediaan puyer di apotek sebagian
besar dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian. Sebanyak 6 apotek (66,7%)
menjawab lebih banyak dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian dan sisanya
sebanyak 3 apotek (33,3%) menjawab bahwa peracikan sediaan puyer seluruhnya
dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian. Jumlah tenaga teknis kefarmasian yang
bekerja di apotek berdasarkan hasil pengisisan kuesioner sebanyak 1 apotek
(11,1%) memiliki 1 tenaga teknis kefarmasian, 3 apotek (33,3%) memiliki 2
tenaga teknis kefarmasian, 3 apotek (33,3%) memiliki 3 tenaga teknis
kefarmasian, 1 apotek (11,1%) memiliki 4 tenaga teknis kefarmasian, dan 1
apotek (11,1%) memiliki >4 tenaga teknis kefarmasian. Keterampilan dan
ketelitian personil peracik merupakan salah satu yang mempengaruhi keragaman
bobot pada sediaan racikan, karena pembagian pada puyer hanya berdasarkan
visual maka harus dilakukan penilaian dan pelatihan terhadap keterampilan
peracikan pada personel peracik di apotek. Standar operasional merupakan
43
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pedoman atau acuan dalam melaksanakan pembuatan sediaan racikan, mulai dari
penggerusan sampai pengemasan sediaan racikan. Seluruh sampel dari 9 apotek
(100%) mengatakan bahwa terdapat standar operasional peracikan di apotek untuk
setiap tahapan peracikan sediaan.
Alat peracikan yang digunakan dapat menggunakan lumping alu maupun
blender. Berdasarkan hasil jawaban kuesioner sebanyak 7 apotek (77,8%)
memilih lumping alu sebagai alat peracikan yang dipakai saat meracik sediaan
racikan puyer dan sisanya sebanyak 2 apotek (22,2%) memilih menggunakan
blender sebagai alat yang digunakan untuk meracik sediaan racikan puyer.
Penggunaan blender dapat mempercepat proses penggerusan dibandingkan
penggerusan menggunakan lumpang alu namun, penggunaan lumpang alu lebih
mudah dibersihkan dibandingkan dengan penggunaan blender. Berdasarkan hasil
pengisian kuesioner jumlah alat peracikan yang digunakan sebanyak 3 apotek
(33,3%) memiliki 2 alat peracik, 2 apotek (22,2%) memiliki 3 alat peracik, dan 4
(44,4%) apotek memiliki 4 alat peracik. Penggunaan lebih dari 1 alat peracik
memumungkinkan pengurangan waktu pelayanan sediaan obat racikan karena
dapat melakukan beberapa peracikan obat oleh beberapa petugas secara
bersamaan dan meminimalisir kontaminasi bahan obat dengan bahan obat lainnya
yang digunakan pada peracikan sebelumnya.
Pembungkus primer sediaan racikan puyer dapat berupa perkamen manual
atau dengan menggunakan pembungkus otomatis. Dari hasil jawaban kuesioner
sebanyak 6 apotek (66,7%) menggunakan perkamen manual sebagai pembungkus
primer dan 3 apotek lainnya (33,3%) menggunakan pembungkus otomatis.
Keragaman bobot puyer dapat dipengaruhi oleh tertinggalnya sebagian puyer pada
pembungkus puyer yang digunakan. Penggunaan pembungkus otomatis untuk
sediaan racikan puyer dapat mengurangi waktu pembungkusan sediaan puyer.
Pembungkus otomatis juga dapat mengurangi resiko adanya puyer yang keluar
dari pembungkus primer karena lebih rapat dan tidak mudah rusak, penggunaan
perkamen manual memungkinkan adanya serbuk puyer yang dikeluar dari celah
lipatan perkamen yang tidak rapat.
Berdasarkan hasil jawaban kuesioner sebanyak 7 apotek (77,8%) memilih
menggunakan plastik klip sebagai kemasan sekunder dan 2 apotek lainnya
44
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(22,2%) memilih menggunakan pot sebagai kemasan sekunder. Penggunaan pot
plastik sebagai kemasan sekunder lebih awet untuk penyimpanan jangka panjang
sedangkan penggunaan kemasan plastik klip dapat memungkinkan penutupan
yang tidak rata dan mudah sobek.
45 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB V
KESIMPULAN
5. 1 Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian terhadap apotek di Kecamatan Tebet dan
Kecamatan Setiabudi tidak ada yang memenuhi mutu keseragaman
sediaan puyer Farmakope Indonesia V.
2. Berdasarkan hasil yang di dapat dari penelitian ini sediaan racikan
puyer dari 9 apotek di Kecamatan Tebet dan Setiabudi tidak ada yang
memenuhi syarat keragaman bobot Farmakope Indonesia V.
3. Berdasarkan hasil penelitian ini sediaan racikan puyer dari 9 apotek di
Kecamatan Tebet dan Setiabudi tidak ada yang memenuhi persyaratan
keseragaman kadar Farmakope Indonesia V.
5. 2 Saran
Sebaiknya dilakukan penebusan resep lebih dari satu kali dan dilakukan
penelitian lebih lanjut mengenai keragaman bobot dan keseragaman sediaan
terhadap apotek yang berada di wilayah kecamatan Tebet dan kecamatan
Setiabudi.
46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR PUSTAKA
Afdhilati, Risyda. 2018. Evaluasi Mutu Bobot Dan Kadar Sediaan Racikan Puyer
Apotek Di Dua Kecamatan Kota Jakarta Selatan. Skripsi. Fakultas Ilmu
Kesehatan. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta
Allen, LV. 2003. Contemporary Pharmaceutical Compounding, The Annals of
Pharmacotherapy.
Alvionita, Yetika. 2018. Evaluasi Mutu Bobot dan Kadar Sediaan Serbuk Racikan
Apotek di Kecamatan Ciputat Timur. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan.
UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.
American Pharmacists Association .2009. Drug Information Handbook 17th
edition. Ohio : Lexi-Comp.
Anief, Muhammad. 1997. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : UGM Press.
Anief, Moh. 2010. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : UGM Press.
Anonim. 2014. MRS Guidelines for mystery Shopping Research. London :
Company Limited by guarantee.
Arif, Sumantri. 2011. Metode Penelitian Kesehatan Edisi Pertama. Jakarta :
Kencana.
Arum, Galih Awis Sekar. 2009. Kualitas Pelayanan Peracikan dan Analisis
Cemaran Kimia Puyer Amoksisilin dan Parasetamol di Beberapa Apotek
di Jakarta. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indonesia. Depok.
BPOM. 2015. Materi Edukasi Tentang Peduli Obat dan Pangan Aman. Jakarta :
Badan Pengawas Obat dan Makanan.
BPS. 2018. Kecamatan Setiabudi dalam Angka 2018. Badan Pusat Statistik Kota
Administrasi Jakarta Selatan.
BPS. 2018. Kecamatan Tebet dalam Angka 2018. Badan Pusat Statistik Kota
Administrasi Jakarta Selatan.
Chaliks, Raimundus, Rusli dan Nurul Hasanah. 2017. Identification Medication
Error Compounding pada Pasien Rawat Jalan di RSUD Labuang Baji
Makasar. Media Farmasi Indonesia. Vol.XIII No.2.
Darsono Lusiana. 2002. Diagnosis dan Terapi Intoksikasi Salisilat dan
Parasetamol. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 2. No. 1.
Depkes RI. 2014. Farmakope Indonesia, edisi ke 5. Jakarta : Direktorat jendral
pengawasan obat dan makanan departemen RI.
FDA. 2005. Employee Health and Personal Hygiene Handbook. USA : Food and
Drug Administration.
Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rohman. 2015. Soektroskopi molekuler untuk
analisis farmasi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Gonzales, Gustavo and M. Angeles Herrador. 2007. A Practical Guide to
Analitycal Method Validation, Including Measurement Uncertainty and
Accuracy Profiles. TrAC Trends in Analytical Chemistry. Vol. 26(3):227-
238.
Harmita. 2004. Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode Dan Cara
Perhitungannya. Majalah Ilmu Kefarmasian. 117(33), 117–135.
Harmita. 2006. Analisa Fisikokimia. Jakarta: UI-Press.
47
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Helni. 2014. Studi Keragaman bobot Sediaan Pulveres yang Dibuat Apotek
diKota Jambi. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Jambi Kampus Pinang Masak, Mendalo. Jambi
IAI Kab Bandung. 2013. Pedoman Praktik Apoteker Indonesia. Di download dari
https://www.iaikabbandung.net/download-attachment/1456/. Pada tanggal
4 Februari 2019.
James, Laura, Janice E Sullivan, and Dean Roberts. 2011. The Proper Use of
Acetaminophen. Narrative Review. Paediatr Child Health (16). Pulsus
Group Inc.
Kementrian Kesehatan RI. 2009. Peraturan pemerintah Republik Indonesia
nomor 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian.
Kementrian Kesehatan RI. 2011. Buku SK Antropometri-2010. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Diakses dari http://gizi.depkes.go.id/wp-
content/uploads/2011/buku-sk-antropometri-2010.pdf pada 17 November
2019.
Kementrian Kesehatan RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 7 3 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian.
Kementrian Kesehatan RI. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 9 Tahun 2017 tentang Apotek.
Maharani, A.A.S.N, Pratama K.M., Niruri R., Dewantara I.G.N.A., Wati K.D.K.,
dan Wiradotama. 2013. Pengaruh Metode Pembagian Visual Dengan Dan
Tanpa Coating Terhadap Keragaman bobot Puyer Isoniazid Dosis Besar
Untuk Terapi Anak Dengan Hiv/Aids-Tb. Jurnal Farmasi Udayana. Vol.
2 No. 3.
Marriott, John, Keith Wilson, Langley, Christopher A. and Dawn Balcher. 2010.
Pharmaceutical Compounding and Dispensing. Great Britain :
Pharmaceutical Press.
NAPRA. 2018. Guidence Document Non-Sterile Preparation. Ottowa : National
Association of Pharmacy Regulatory Authorities.
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Riyanto. 2014. Validasi dan Verifikasi. Yogyakarta : Deepublish.
Soedibyo, Soepardi dan Effie Koesnandar. 2009. Pengetahuan Orang Tua
Mengenai Obat Puyer di Poliklinik Umum Departemen Ilmu Kesehatan
Anak FKUI-RSCM. Jurnal Sari Pediatri. Vol. 10 (6).
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.
Suhartati, Tati. 2017. Dasar-Dasar Spektrofotometri Uv-Vis dan Spektrometri
Massa Untuk Penentuan Struktur Senyawa Organik. Bandar Lampung :
Penerbit Aura.
Surantaatmadja, Slamet Ibrahim. 2009. Peran Analisis Farmasi dalam
Penjaminan dan Pengawasan Kualitas Obat. Bandung : Institut Teknologi
Bandung.
Torowati dan Banawa Sri Galuh. 2014. Penentuan Nilai Limit Deteksi dan
Kuantisasi Alat Titrasi Potensiometer Untuk Analisis Uranium. Serpong :
Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir Kawasan Puspiptek.
Tulandi, Grace Pricilia, Sri Sudewi, dan Widya Astuti Lolo. 2015. Validasi
Metode Analisis untuk Penetapan Kadar Parasetamol dalam Sediaan
48
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet. Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol. 4
No. 2.
USP. 2007. United States of Pharmacopeia XXX. Rockville : The USP
Convention Inc.
Virginia, Dita Maria. 2014. Peresepan Sediaan Racikan Pada Pasien Anak di
Bangsal Rawat Inap. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma.
Warono, Dwi dan Syamsudin. 2013. Unjuk Kerja Spektrofotometer Untuk
Analisa Zat Aktif Ketoprofen. Jurnal Konversi. Vol. 2 No. 2.
Watson, David G. 2009. Analisis Farmasi : Buku Ajar Untuk Mahasiswa Farmasi
dan Praktisi Kimia Farmasi, Edisi 2. Jakarta : EGC.
Widyaningsih, Wahyu. 2018. Pendalaman Materi Farmasi, Modul 001:
Pelayanan Resep. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian
Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi.
Widyaswari, Ria. 2012. Evaluasi Profil Peresepan Obat Racikan dan
Ketersediaan Formula Obat Untuk Anak di Puskesmas Profinsi DIY.
Majalah Farmasetik Vol. 8 No. 3. Fakultas Farmasi Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.
Wiedyaningsih, C; Oetari, RA. 2004. Tinjauan terhadap bentuk sediaan obat :
kajian resepresep di apotek kotamadya. Majalah Farmasi Indonesia.
Yogyakarta.
Yuliana, Ririn. 2018. Evaluasi Mutu Bobot dan Kadar Sediaan Racikan Puyer
Parasetamol di Apotek Kecamatan Ciputat. Skripsi. UIN Syarif
Hidayatullah. Jakarta.
Yulisa, Gusti Ayna, Yugo Susanto, dan Rony. 2017. Evaluasi Keragaman bobot
Sediaan Pulveres Di Puskesmas Kelayan Timur Banjarmasin. Skripsi.
Faculty of Medicine, Health and Life Sciences Akademi Farmasi ISFI
Banjarmasin. Banjarmasin.
49 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian
50
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
51
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 2. Surat Izin Pengambilan Data
52
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 3. Surat Izin Penyebaran Kuesioner di Kecamatan Tebet
53
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 4. Surat Izin Penyebaran Kuesioner di Kecamatan Setiabudi
54
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 5. Resep
55
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 6. Sertifikat Analisis Parasetamol BPFI
56
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 7. Sertifikat Analisis (CoA) Metanol
57
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
58
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 8. Daftar Apotek
Daftar Apotek di Wilayah Kecamatan Tebet
No Nama Apotek Alamat
1. Apotek Bukit Duri Jl. Manggarai Selatan I/7 Kelurahan Bukit Duri
2. Apotek Ka-Farma Jl. Bukit Duri Utara I No. 1, Manggarai Selatan
3. Apotek Nine
Eighteen
Apartemen Casablanca 16-12 tower 2, Manggarai
Selatan
4. Apotek Ovela Royal Palace Block B-34 Jl. Prof. Dr. Soepomo, SH
No. 178A,
5. Apotek Aulia Jl. Casablanka No.24, Menteng Dalam
6. Apotek B‟Young Jl. Prof. Dr. Soepomo, SH No. 178 C Rukan Royal
Palace Block A8, Menteng Dalam
7. Apotek Century
Rasamala Jl. Rasamala No. 47 Rt.007/02, Menteng Dalam
8. Apotek Gloskin Jl. KH. Abd Syafei No. 45 C, Mneteng Dalam
9. Apotek Barkah Jl. Barkah No. 21, Tebet
10. Apotek Erha 21
Kota Kasablanka
Mall Kota Kasablanka Unit UG / 35 Jl. Casablanka
Raya Kav. 68, Menteng Dalam
11. Apotek Farmarin III
Bidakara
Gedung Pusdiklat Bina Sentra Jl. Jendral Gatot
Subroto Kav. 71-73, Menteng Dalam
12. Apotek IRC Royal Palace Jl. Prof. Dr. Soepomo SH, Menteng
Dalam
13. Apotek Century
Cervino Village
Jl. KH. Abdullah Syafei Kav. 27 RT. 18 RW. 01
Tebet Barat
14. Apotek Serunai
Farma Jl. Tebet Barat Raya No. 12A
15. Apotek Eva Mulia Jl. Tebet Barat Dalam Raya No. 89, Tebet Barat
16. Apotek Pearl Medic Apartement Signature Park K03, Jl. MT Haryono
Kav. 22, Tebet Timur
17. Apotek Amanah
Medika Putra Jl. Tebet Raya No. 3, Tebet Timur
18. Apotek Kimia
Farma Tebet Barat
Jl. Prof. Soepomo No. 45 BZ Tebet, RT.14/RW.6,
Tebet Barat, Tebet, Jakarta Selatan
19. Apotek Kimia
Farma Tebet Raya Jl. Tebet Raya No. 17 Tebet, Jakarta Selatan
20. Apotek Expo Jl. Tebet Raya No. 11 H, RT. 20/RW. 1, Tebet Barat,
Tebet, Jakarta Selatan.
21. Apotek k-24 Tebet Jl. Tebet Timur Dalam Raya No. 71 Tebet, Jakarta
Selatan
59
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Daftar Apotek di Wilayah Kecamatan Setiabudi
No Nama Apotek Alamat
1. Apotek Century
Mall Ambasador
Mall Ambasador Lt. Ug - Jl. Prof. Dr. Satrio Kuningan
Kec. Setiabudi, Jakarta Selatan 021- 5762260
2.
Apotek Guardian
Setiabudi Building
I
Jl. Hr Rasuna Said Kav 62 , Karet , Setia Budi
Building I 021- 5201051
3.
Apotek Medika
Plaza Wtc 2
(Klinik)
Jl. Jend. Sudirman. Kav 29 Karet, Kec. Setiabudi 021-
29522611
4. Apotek Guardian
Plaza Festival
Plaza Festival Area Ground Floor, Jln. Hr Rasuna Said
Jakarta Selatan Karet, Kec. Setiabudi (plaza festival)
021-5263207
5.
Apotek Super
Saver Itc
Kuningan
Jl.Prof. Dr. Satrio Itc Kuningan Lantai Semi Dasar F1
Karet Kuningan, Kec. Setiabudi 021-57933971
6. Apotek Century
Patra Jasa
Jl. Gatot Subroto Kav 32-34 Kuningan Timur, Kec.
Setiabudi 021-52892254
7.
Apotek Century
Ciputra World
Jakarta
Jl. Prof. Dr. Satrio Kav. 3 & 5 Lantai Lg, Blok 09,
Lotte Shopping Avenue Ciputra World Karet
Kuningan, Kec. Setiabudi 021-29888956
8. Apotek Century
Graha Energy
Gd. The Energy Scbd Lt Ii A Unit Mezzanine Jl.
Jend.Sudirman Kel. Karet Semanggi Kav. 52-53 Kel.
Senayan 021-52964330
9. Apotek Kuningan Jl. Karet Pedurenan No 29 021-5212724
10. Apotek Medika
Plaza
Menara Kuningan Lt. 5 Jl. Hr. Rasuna Said Blok X-7
Kav-5 (Engga ada )
11. Apotek Setia
Budhi
Jl. Setiabudi Tengah No. 2 RT.1/RW. 1, Kuningan,
Setiabudi, Jakarta Selatan.
60
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 9. Kuesioner untuk Apotek
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI INFORMAN PENELITIAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama :
Umur :
No telpon :
Jabatan / nama apotek :
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa setelah mendapatkan penjelasan
penelitian dan memahami informasi yang diberikan oleh peneliti serta mengetahui
tujuan dan manfaat dari penelitian maka dengan ini saya sukarela bersedia
menjadi responden dalam penelitian ini. Demikian pernyataan ini saya buat
dengan sebenar-benarnya dan penuh kesadaran dan tanpa keterpaksaan dari pihak
manapun.
Ciputat,...................................... 2019
Yang menyatakan
(.........................................................)
61
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Yth, Bapak/Ibu Apoteker Ciputat, 2019
Tuliskan jawaban pada tempat yang tersedia dari kegiatan Apotek selama 12
bulan terakhir dengan memberi tanda (√) atau jawaban yang sesuai.
1. Berapa banyak resep racikan yang dilayani rata-rata perhari pada pukul
08.00-16.00wib?
[ ] 1-15 lembar
[ ] 16-29 lembar [ ] 30-39 lembar
[ ] 40-49 lembar [ ] >50 lembar
2. Siapakah yang biasanya melakukan peracikan obat puyer di apotek selama
pukul 08.00-16.00wib?
[ ] Selalu apoteker
[ ] Selalu tenaga teknis kefarmasian (Asisten Apoteker)
[ ] Lebih banyak apoteker
[ ] Lebih banyak tenaga teknis kefarmasian (Asisten Apoteker)
3. Apakah apotek saudara/I terdapat tempat yang terpisah untuk melakukan
peracikan?
[ ] Ya [ ] Tidak
4. Aapakah apotek saudara/I terdaat ruang racik kering/ruang racik basah?
[ ] Ya [ ] Tidak
5. Berapa banyak tenaga teknis kefarmasian (Asisten Apoteker) yang bekerja
di apotek tempat saudara/i bekerja saat ini pada pukul 08.00-16.00wib?
[ ] Tidak ada [ ] 1 orang
[ ] 2 orang [ ] 3 orang
[ ] 4 orang [ ] > 4 orang
6. Alat apa yang dimiliki saudara/i untuk menghaluskan dan mencampurkan
peracikan sediaan puyer di apotek saudara/i bekerja pada pukul 08.00-
16.00wib?
[ ] Blender [ ] Lumpang Alu
[ ] Keduanya
7. Bila keduanya yang mana yang lebih sering digunakan?
[ ] Blender [ ] Lumpang Alu
8. Berapa jumlah lumpang alu yang di miliki apotek tempat saudara/I bekerja
saat ini ?
[ ] 1 lumpang alu [ ] 2 Lumpang Alu
[ ] 3 Lumpang Alu [ ] 4 Lumpang alu
[ ] >4 lumpang alu [ ] Tidak ada
62
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
9. Berapa jumlah blender yang di miliki apotek tempat saudara/I bekerja saat
ini?
[ ] 1 Blender [ ] 2 Blender
[ ] 3Blender [ ] 4 Blender
[ ] >4 Blender [ ] tidak ada
10. Pembungkus puyer jenis apa yang sering digunakan di apotek saudara/i
bekerja saat ini?
[ ] Perkamen manual [ ] Otomatis
11. Pembungkus sekunder jenis apa yang sering digunakan di apotek saudara/I
bekerja saat ini?
[ ]Plastik biasa [ ] Pot
[ ] Plastik klip
12. Cara apakah yang digunakan untuk membersihkan alat ketika pergantian
resep racikan?
[ ] dibersihkan dengan lap/tissue + alcohol
[ ] Dibilas dengan air lalu dikeringkan + alcohol
[ ] Dicuci dengan sabun lalu dikeringkan + alcohol
13. Apakah di apotek saudara ada standar operasional peracikan untuk setiap
tahap?
[ ] Tidak ada [ ] ada
[ ] tidak lengkap
14. Apakah di apotek saudara dilakukan pelatihan peracikan obat untuk
pegawai baru?
[ ] Tidak [ ] Iya
[ ] kadang-kadang
15. Berapa banyak resep rata-rata perhari yang dilayani pada pukul 08.00-
16.00 WIB?
[ ] 1-15 lembar
[ ] 16-29 lembar [ ] 30-39 lembar
[ ] 40-49 lembar [ ] >50 lembar
Terima Kasih atas kerjasama dan kesediaannya mengisi kuesioner ini,
partisipasi Bapak/Ibu sangat kami hargai
63
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 10. Keterangan Keseragaman Sediaan
Variabel Definisi Kondisi Nilai
Rata-rata dari masing-masing kandungan
(X1, X2, …, Xn) yang dinyatakan dalam
persentase dari jumlah yang tertera pada
etiket
X1, X2, …,
Xn
Kandungan masing-masing satuan sediaan
yang diuji, dinyatakan dalam persentase
dari jumlah yang tertera pada etiket
N Jumlah sampel
K Konstanta penerimaan Jika n=10, maka k =
Jika n=30, maka k =
2,4
2,0
S Simpangan baku sampel
√
SBR Simpangan baku relatif (simpangan baku
contoh yang dinyatakan dalam persentase
rata-rata)
M (kasus 1)
yang
digunakan
jika T≤101,5
Nilai rujukan Jika 98,5≤ ≤101,5
Jika < 98,5
Jika > 101,5
NP = ks
NP = 98,5- +ks
NP = -101,5+ks
M (kasus 2)
yang
digunakan
jika T>101,5
Nilai rujukan Jika 98,5≤ ≤T
Jika < 98,5
Jika > T
NP = ks
NP = 98,5- +ks
NP = -T+ks
Nilai
penerimaan
(NP)
Rumus umum [M-
]+ks
L1 Nilai penerimaan maksimum yang
diperbolehkan
L1 = 15,0 kecuali
dinyatakan lain
pada masing-
masing monografi
L2 Rentang deviasi maksimum dari tiap
satuan sediaan yang diuji dari perhitungan
nilai M
Pada bagian bawah,
tidak ada satupun hasil
satuan sediaan yang
boleh kurang dari [1-
(0,01) (L2)]M dan tidak
ada satupun hasil yang
boleh lebih dari
[1+(0,01)(L2)]M
(berdasarkan nilai
L2=25,0
L2=25,0 kecuali
dinyatakan lain
pada masing
masing monografi
T Nilai kandungan tiap satuan sediaan pada
saat diproduksi, dinyatakan sebagai
persentase dari jumlah yang tertera pada
etiket untuk penggunaan pada farmakope
kecuali dinyatakan lain pada masing-
masing monografi, T adalah 100,0%.
Untuk tujuan produksi, T adalah nilai yang
disetujui oleh industri pada saat produksi
64
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 11. Keragaman Bobot 10 Bungkus Puyer Parasetamol
Keragaman Bobot 10 Bungkus Puyer Parasetamol Apotek T1
No Bobot Bobot (%) (x-x‟)2
1 377,17 124,59 604,46
2 371,93 122,86 522,44
3 288,70 95,36 21,50
4 241,80 79,87 405,16
5 291,20 96,19 14,52
6 345,07 113,98 195,51
7 266,47 88,02 143,54
8 244,60 80,80 368,78
9 319,17 105,43 29,45
10 281,27 92,91 50,30
Bobot rata-rata = 302,74 mg
Bobot rata-rata (%) = 100 %
Simpangan baku sampel = 16,18 %
Nilai Penerimaan (NP) = 60,37 %
Simpangan baku relatif = 5,34 %
Kesimpulan : Tidak memenuhi persyaratan keragaman bobot 10 bungkus puyer
yang tertera pada FI V
Keragaman Bobot 10 Bungkus Puyer Parasetamol Apotek T2
No Bobot Bobot (%) (x-x‟)2
1 303,80 89,65 107,14
2 338,80 99,98 0,00
3 338,63 99,93 0,01
4 283,10 83,54 270,91
5 361,27 106,61 43,65
6 371,30 109,57 91,54
7 414,80 122,40 501,96
8 324,40 95,73 18,25
9 318,67 94,04 35,57
10 334,00 98,56 2,07
Bobot rata-rata = 338,88 mg
Bobot rata-rata (%) = 100 %
Simpangan baku sampel = 10,91 %
Nilai Penerimaan (NP) = 37,22 %
Simpangan baku relatif = 3,22 %
Kesimpulan : Tidak memenuhi persyaratan keragaman bobot 10 bungkus puyer
yang tertera pada FI V
65
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Keragaman Bobot 10 Bungkus Puyer Parasetamol Apotek T3
No Bobot Bobot (%) (x-x‟)2
1 378,80 113,70 187,63
2 336,20 100,91 0,83
3 322,43 96,78 10,37
4 347,23 104,22 17,84
5 290.90 87,31 160,92
6 355,27 106,63 44,02
7 281,33 84,44 242,02
8 301,33 90,45 91,28
9 383,10 114,99 224,66
10 335,03 100,56 0,32
Bobot rata-rata = 333,16 mg
Bobot rata-rata (%) = 100 %
Simpangan baku sampel = 10,43 %
Nilai Penerimaan (NP) = 27,81 %
Simpangan baku relatif = 3,13 %
Kesimpulan : Tidak memenuhi persyaratan keragaman bobot 10 bungkus puyer
yang tertera pada FI V
Keragaman Bobot 10 Bungkus Puyer Parasetamol Apotek T4
No Bobot Bobot (%) (x-x‟)2
1 340,40 109,25 85,64
2 325,67 104,53 20,48
3 338,40 108,61 74,17
4 324,47 104,14 17,14
5 324,87 104,27 18,22
6 267,10 85,73 203,69
7 274,03 87,95 145,12
8 261,00 83,77 263,41
9 320,63 102,91 8,47
10 339,10 104,84 78,09
Bobot rata-rata = 311,57 mg
Bobot rata-rata (%) = 100 %
Simpangan baku sampel = 10,08 %
Nilai Penerimaan (NP) = 49,56 %
Simpangan baku relatif = 3,24 %
Kesimpulan : Tidak memenuhi persyaratan keragaman bobot 10 bungkus puyer
yang tertera pada FI V
66
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Keragaman Bobot 10 Bungkus Puyer Parasetamol Apotek T5
No Bobot Bobot (%) (x-x‟)2
1 222,00 67,31 1068,32
2 433,73 131,52 993,30
3 393,50 119,32 373,15
4 388,07 117,67 312,22
5 201,03 60,96 1524,33
6 589,93 178,88 6222,01
7 350,60 106,31 39,80
8 170,53 51,71 2332,01
9 265,50 80,50 380,06
10 283,03 85,82 201,03
Bobot rata-rata = 329,79 mg
Bobot rata-rata (%) = 100 %
Simpangan baku sampel = 38,65 %
Nilai Penerimaan (NP) = 94,23 %
Simpangan baku relatif = 11,72 %
Kesimpulan : Tidak memenuhi persyaratan keragaman bobot 10 bungkus puyer
yang tertera pada FI V
Keragaman Bobot 10 Bungkus Puyer Parasetamol Apotek T6
No Bobot Bobot (%) (x-x‟)2
1 303,13 100,19 0,03
2 354,93 117,31 299,50
3 245,30 81,07 358,26
4 291,50 96,34 13,39
5 326,93 108,05 64,84
6 270,30 89,33 113,75
7 325,60 107,61 57,93
8 275,53 91,06 79,85
9 297,77 98,41 2,52
10 334,70 110,62 112,76
Bobot rata-rata = 302,57 mg
Bobot rata-rata (%) = 100 %
Simpangan baku sampel = 11,07 %
Nilai Penerimaan (NP) = 48,66 %
Simpangan baku relatif = 3,66 %
Kesimpulan : Tidak memenuhi persyaratan keragaman bobot 10 bungkus puyer
yang tertera pada FI V
67
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Keragaman Bobot 10 Bungkus Puyer Parasetamol Apotek S1
No Bobot Bobot (%) (x-x‟)2
1 335,97 100,22 0,05
2 342,70 102,23 4,96
3 446,47 133,18 1100,97
4 289,50 86,36 186,11
5 284,90 84,99 225,43
6 317,17 94,61 29,04
7 402,37 120,03 401,03
8 269,67 80,44 382,54
9 351,83 104,95 24,52
10 311,77 93,00 49,00
Bobot rata-rata = 335,23 mg
Bobot rata-rata (%) = 100 %
Simpangan baku sampel = 16,34 %
Nilai Penerimaan (NP) = 40,16 %
Simpangan baku relatif = 4,87 %
Kesimpulan : Tidak memenuhi persyaratan keragaman bobot 10 bungkus puyer
yang tertera pada FI V
Keragaman Bobot 10 Bungkus Puyer Parasetamol Apotek S2
No Bobot Bobot (%) (x-x‟)2
1 364,20 117,34 300,72
2 220,97 71,19 829,84
3 243,00 78,29 471,24
4 216,23 69,67 920,03
5 235,03 75,73 589,27
6 182,13 58,68 1707,23
7 277,17 89,30 114,49
8 532,00 171,40 5098,62
9 507,60 163,54 4037,74
10 325,43 104,85 23,53
Bobot rata-rata = 310,38 mg
Bobot rata-rata (%) = 100 %
Simpangan baku sampel = 39,57 %
Nilai Penerimaan (NP) = 111,27 %
Simpangan baku relatif = 12,75 %
Kesimpulan : Tidak memenuhi persyaratan keragaman bobot 10 bungkus puyer
yang tertera pada FI V
68
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Keragaman Bobot 10 Bungkus Puyer Parasetamol Apotek S3
No Bobot Bobot (%) (x-x‟)2
1 285,37 90,86 83,47
2 368,40 117,30 299,37
3 498,93 158,87 3465,16
4 291,80 92,91 50,24
5 303,63 96,68 11,02
6 297,90 94,85 26,48
7 302,83 96,43 12,78
8 240,93 76,72 542,16
9 259,17 82,52 305,50
10 291,63 92,86 50,99
Bobot rata-rata = 314,06 mg
Bobot rata-rata (%) = 100 %
Simpangan baku sampel = 23.21 %
Nilai Penerimaan (NP) = 86,41 %
Simpangan baku relatif = 7,39 %
Kesimpulan : Tidak memenuhi persyaratan keragaman bobot 10 bungkus puyer
yang tertera pada FI V
Contoh Perhitungan (Sampel No. 1 Apotek S3)
a. Bobot % =
x 100% =
= 90,86 %
b. (x-x‟)2 = (90,86 – 100)
2 % = 83.47 %
c. Simpangan baku sampel (s)
= √
= √
= 23,21 %
d. Simpangan baku relatif (SBR)
=
x 100 % =
e. Nilai Penerimaan (NP) (T<101,5 ; x‟ < 98,5 % )
= (98,5 – rata-rata kadar) + (konstanta penerimaan (k) x simpangan baku (s))
= (98,5-67,79) + (2,4 x 23,21) = 86,41 %
69
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 12. Keragaman Bobot 30 Bungkus Puyer Parasetamol
Keragaman Bobot 30 Bungkus Puyer Parasetamol Apotek T1
No Bobot Bobot (%) (x-x‟)2
1 377,17 121,43 459,24
2 371,93 119,75 389,87
3 288,70 92,95 49,73
4 241,80 77,85 490,70
5 291,20 93,75 39,03
6 345,07 111,10 123,10
7 266,47 85,79 201,93
8 244,60 78,75 451,58
9 319,17 102,76 7,60
10 281,27 90,55 89,22
11 261,20 84,09 253,00
12 381,27 122,75 517,56
13 362,27 116,63 276,65
14 316,70 101,96 3,85
15 315,53 101,59 2,52
16 297,40 95,75 18,07
17 343,60 110,62 112,85
18 278,80 89,76 104,85
19 311,40 100,26 0,07
20 250,60 80,68 373,21
21 330,00 106,24 38,99
22 303,10 97,58 5,84
23 267,03 85,97 196,78
24 346,47 111,55 133,31
25 364,63 117,39 302,58
26 322,80 103,93 15,42
27 318,90 102,67 7,13
28 314,40 101,22 1,49
29 330,10 106,28 39,40
30 274,57 88,40 134,62
Bobot rata-rata = 310,60 mg
Bobot rata-rata (%) = 100 %
Simpangan baku sampel = 12,92 %
Nilai Penerimaan (NP) = 47,38 %
Simpangan baku relatif = 4,16 %
Kesimpulan : Tidak memenuhi persyaratan keragaman bobot 30 bungkus puyer
yang tertera pada FI V. Karena Nilai Penerimaan >L1% (15%).
70
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Keragaman Bobot 30 Bungkus Puyer Parasetamol Apotek T2
No Bobot Bobot (%) (x-x‟)2
1 303,80 96,29 13,80
2 338,80 107,38 54,44
3 338,63 107,33 53,67
4 283,10 89,73 105,57
5 361,27 114,50 210,23
6 371,30 117,68 312,55
7 414,80 131,47 990,11
8 324,40 102,81 7,92
9 318,67 101,00 1,00
10 334,00 105,86 34,31
11 368,03 116,64 277,02
12 312,03 98,90 1,22
13 287,23 91,04 80,37
14 229,87 72,85 736,93
15 341,27 108,16 66,59
16 344,93 109,32 86,91
17 269,10 85,29 216,44
18 323,63 102,57 6,61
19 308,60 97,81 4,81
20 293,57 93,04 48,41
21 296,10 93,85 37,88
22 292,83 92,81 51,69
23 234,30 74,26 662,62
24 267,83 84,89 228,41
25 329,50 104,43 19,64
26 304,40 96,48 12,42
27 283,73 89,93 101,49
28 322,07 102,08 4,31
29 346,83 109,92 98,50
30 320,93 101,72 2,94
Bobot rata-rata = 315,52 mg
Bobot rata-rata (%) = 100 %
Simpangan baku sampel = 12,50 %
Nilai Penerimaan (NP) = 36,03 %
Simpangan baku relatif = 3,96 %
Kesimpulan : Tidak memenuhi persyaratan keragaman bobot 30 bungkus puyer
yang tertera pada FI V. Karena Nilai Penerimaan >L1% (15%).
Serta, ada tiga sampel tidak memenuhi persyaratan tidak ada
satupun sediaan kurang dari [1-(0,01)(L2)]M dan tidak ada yang
melebihi [1+(0,01)(L2)]M yaitu 75%-125%.
71
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Keragaman Bobot 30 Bungkus Puyer Parasetamol Apotek T3
No Bobot Bobot (%) (x-x‟)2
1 378,80 119,37 375,14
2 336,20 105,94 35,33
3 322,43 101,61 2,58
4 347,23 109,42 88,76
5 290,90 91,67 69,40
6 335,27 111,95 142,86
7 281,33 88,65 128,72
8 301,33 94,96 25,43
9 383,10 120,72 429,46
10 335,03 105,58 31,10
11 294,33 92,75 52,55
12 267,67 84,35 244,99
13 313,60 98,82 1,39
14 256,90 80,96 362,71
15 307,07 96,76 10,47
16 359,63 113,33 177,65
17 307,63 96,94 9,35
18 348,93 109,96 99,14
19 301,30 94,95 25,54
20 367,60 115,84 250,88
21 288,93 91,05 80,11
22 315,17 99,32 0,47
23 308,70 97,28 7,41
24 304,27 95,88 16,96
25 236,97 74,67 641,43
26 329,50 103,83 14,69
27 276,17 87,03 168,31
28 313,80 98,89 1,24
29 342,90 108,06 64,89
30 347,40 109,47 89,75
Bobot rata-rata = 317,34 mg
Bobot rata-rata (%) = 100 %
Simpangan baku sampel = 11,22 %
Nilai Penerimaan (NP) = 25,20 %
Simpangan baku relatif = 3,53 %
Kesimpulan : Tidak memenuhi persyaratan keragaman bobot 30 bungkus puyer
yang tertera pada FI V. Karena nilai penerimaan >L1% (15%).
Serta, ada satu sampel tidak memenuhi persyaratan tidak ada
satupun sediaan kurang dari [1-(0,01)(L2)]M dan tidak ada yang
melebihi [1+(0,01)(L2)]M yaitu 75%-125%.
72
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Keragaman Bobot 30 Bungkus Puyer Parasetamol Apotek T4
No Bobot Bobot (%) (x-x‟)2
1 340,40 100,59 0,35
2 325,67 96,24 14,15
3 338,40 100,00 0,00
4 324,47 95,88 16,94
5 324,87 96,00 15,98
6 267,10 78,93 443,89
7 274,03 80,98 361,75
8 261,00 77,13 523,10
9 320,63 94,75 27,55
10 339,10 100,21 0,04
11 328,50 97,08 8,55
12 358,47 105,93 35,18
13 357,40 105,62 31,54
14 360,83 106,63 43,97
15 323,50 95,60 19,38
16 391,67 115,74 247,82
17 319,23 94,34 32,07
18 336,70 99,50 0,25
19 348,00 102,84 8,06
20 428,97 126,76 716,36
21 320,37 94,67 28,38
22 374,60 110,70 114,47
23 324,03 95,76 18,01
24 332,10 98,14 3,46
25 309,77 91,54 71,57
26 335,43 99,12 0,77
27 417,60 123,41 547,84
28 355,53 105,06 25,65
29 370,90 109,61 92,26
30 342,60 101,24 1,54
Bobot rata-rata = 338,40 mg
Bobot rata-rata (%) = 100 %
Simpangan baku sampel = 10,91 %
Nilai Penerimaan (NP) = 47,19 %
Simpangan baku relatif = 3,22 %
Kesimpulan : Tidak memenuhi persyaratan keragaman bobot 30 bungkus puyer
yang tertera pada FI V. Karena Nilai Penerimaan >L1% (15%).
73
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Keragaman Bobot 30 Bungkus Puyer Parasetamol Apotek T5
No Bobot Bobot (%) (x-x‟)2
1 222,00 77,37 511,99
2 433,73 151,17 2618,12
3 393,50 137,15 1379,76
4 388,07 135,25 1242,67
5 201,03 70,07 896,08
6 589,93 205,61 11152,92
7 350,60 122,19 492,55
8 170,53 59,44 1645,49
9 265,50 92,53 55,74
10 283,03 98,64 1,84
11 246,60 85,95 197,50
12 176,93 61,67 1469,50
13 217,23 75,71 589,93
14 424,93 148,10 2313,66
15 255,77 89,14 117,91
16 394,50 137,49 1405,78
17 422,10 147,11 2219,64
18 213,83 74,53 648,89
19 241,03 84,01 255,79
20 226,80 79,05 439,08
21 256,10 89,26 115,40
22 236,30 82,36 311,28
23 233,53 81,39 346,24
24 259,90 90,58 88,70
25 204,30 71,20 829,21
26 217,07 75,65 592,75
27 202,93 70,73 856,87
28 222,83 77,66 498.93
29 260,57 90,81 84,38
30 396,47 138,18 1457,65
Bobot rata-rata = 286,92 mg
Bobot rata-rata (%) = 100 %
Simpangan baku sampel = 34,66 %
Nilai Penerimaan (NP) = 70,78 %
Simpangan baku relatif = 12,08 %
Kesimpulan : Tidak memenuhi persyaratan keragaman bobot 30 bungkus puyer
yang tertera pada FI V. Karena Nilai Penerimaan >L1% (15%).
Serta, ada 14 sampel tidak memenuhi persyaratan tidak ada
satupun sediaan kurang dari [1-(0,01)(L2)]M dan tidak ada yang
melebihi [1+(0,01)(L2)]M yaitu 75%-125%.
74
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Keragaman Bobot 30 Bungkus Puyer Parasetamol Apotek T6
No Bobot Bobot (%) (x-x‟)2
1 303,13 105,97 35,64
2 354,93 124,08 579,75
3 245,30 85,75 203,00
4 291,50 101,90 3,62
5 326,93 114,29 204,20
6 270,30 94,49 30,34
7 325,60 113,82 191,09
8 275,53 96,32 13,53
9 297,77 104,09 16,76
10 334,70 117,00 289,16
11 301,30 105,33 28,40
12 139,43 48,74 2627,25
13 206,63 72,24 770,89
14 242,20 84,67 235,05
15 276,30 96,59 11,63
16 275,40 96,27 13,88
17 321,60 112,43 154,39
18 343,07 119,93 397,19
19 265,37 92,77 52,31
20 303,10 105,96 35,50
21 328,13 114,71 216,36
22 316,53 110,65 113,51
23 274,00 95,79 17,76
24 293,17 102,49 6,18
25 299,50 104,70 22,09
26 327,40 114,45 208,88
27 255,00 89,14 117,87
28 308,20 107,74 59,92
29 263,37 92,07 62,92
30 216,30 75,61 594,66
Bobot rata-rata = 286,06 mg
Bobot rata-rata (%) = 100 %
Simpangan baku sampel = 15,82 %
Nilai Penerimaan (NP) = 53,85 %
Simpangan baku relative = 5,53 %
Kesimpulan : Tidak memenuhi persyaratan keragaman bobot 30 bungkus puyer
yang tertera pada FI V. Karena Nilai Penerimaan >L1% (15%).
Serta, ada dua sampel tidak memenuhi persyaratan tidak ada
satupun sediaan kurang dari [1-(0,01)(L2)]M dan tidak ada yang
melebihi [1+(0,01)(L2)]M yaitu 75%-125%.
75
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Keragaman Bobot 30 Bungkus Puyer Parasetamol Apotek S1
No Bobot Bobot (%) (x-x‟)2
1 335,97 100,38 0,15
2 342,70 102,39 5,74
3 446,47 133,40 1115,51
4 289,50 86,50 182,27
5 284,90 85,12 221,27
6 317,17 94,77 27,40
7 402,37 120,22 408,96
8 269,67 80,57 377,39
9 351,83 105,12 26,25
10 311,77 93,15 46,89
11 381,43 113,97 195,11
12 294,00 87,84 147,77
13 367,07 109,68 93,61
14 324,27 96,89 9,69
15 307,60 91,91 65,49
16 266,73 79,70 412,21
17 389,03 116,24 263,70
18 361,20 107,92 62,77
19 344,53 102,94 8,66
20 371,20 110,91 119,04
21 376,73 112,56 157,85
22 361,30 107,95 63,24
23 304,87 91,09 79,37
24 319,60 95,49 20,31
25 373,07 111,47 131,52
26 340,20 101,65 2,72
27 326,10 97,44 6,58
28 274,23 81,94 326,24
29 273,70 81,78 332,02
30 331,33 99,00 1,00
Bobot rata-rata = 334,68 mg
Bobot rata-rata (%) = 100 %
Simpangan baku sampel = 13,01 %
Nilai Penerimaan (NP) = 26,96 %
Simpangan baku relatif = 3,89 %
Kesimpulan : Tidak memenuhi persyaratan keragaman bobot 30 bungkus puyer
yang tertera pada FI V. Karena Nilai Penerimaan >L1% (15%).
Serta, ada satu sampel tidak memenuhi persyaratan tidak ada
satupun sediaan kurang dari [1-(0,01)(L2)]M dan tidak ada yang
melebihi [1+(0,01)(L2)]M yaitu 75%-125%.
76
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Keragaman Bobot 30 Bungkus Puyer Parasetamol Apotek S2
No Bobot Bobot (%) (x-x‟)2
1 364,20 123,61 557,67
2 220,97 75,00 625,03
3 243,00 82,48 307,02
4 216,23 73,39 707,94
5 235,03 79,77 409,10
6 182,13 61,82 1457,80
7 277,17 94,07 35,11
8 532,00 180,57 6491,34
9 507,60 172,29 5225,43
10 325,43 110,46 109,35
11 290,60 98,63 1,87
12 327,57 111,18 125,02
13 318,40 108,07 65,12
14 294,00 99,79 0,04
15 169,90 57,67 1792,11
16 403,90 137,09 1375,65
17 169,40 57,50 1806,51
18 382,13 129,70 882,20
19 218,80 74,26 662,34
20 414,93 140,83 1667,47
21 222,47 75,51 599,83
22 283,20 96,12 15,04
23 385,87 130,97 959,08
24 274,63 93,21 46,04
25 213,73 72,54 753,81
26 261,10 88,62 129,47
27 273,90 92,97 49,48
28 239,43 81,27 350,91
29 306,10 103,89 15,17
30 284,90 96,70 10,89
Bobot rata-rata = 294,62 mg
Bobot rata-rata (%) = 100 %
Simpangan baku sampel = 30,64 %
Nilai Penerimaan (NP) = 77,59 %
Simpangan baku relatif = 10,40 %
Kesimpulan : Tidak memenuhi persyaratan keragaman bobot 30 bungkus puyer
yang tertera pada FI V. Karena Nilai Penerimaan >L1% (15%).
Serta, ada 12 sampel tidak memenuhi persyaratan tidak ada
satupun sediaan kurang dari [1-(0,01)(L2)]M dan tidak ada yang
melebihi [1+(0,01)(L2)]M yaitu 75%-125%.
77
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Keragaman Bobot 30 Bungkus Puyer Parasetamol Apotek S3
No Bobot Bobot (%) (x-x‟)2
1 285,37 84,15 251,21
2 368,40 108,64 74,57
3 498,93 147,13 2221,03
4 291,80 86,05 194,68
5 303,63 89,54 109,48
6 297,90 87,85 147,72
7 302,83 89,30 114,47
8 240,93 71,05 838,24
9 259,17 76,42 555,81
10 291,63 86,00 196,05
11 422,33 124,54 602,19
12 287,73 84,85 229,58
13 359,50 106,01 36,13
14 284,73 83,96 257,17
15 386,53 113,98 195,52
16 415,40 122,50 506,03
17 407,23 120,09 403,48
18 428,23 126,28 690,61
19 346,00 102,03 4,12
20 436,63 128,76 826,94
21 330,50 97,46 6,45
22 303,97 89,64 107,43
23 397,83 117,31 299,81
24 316,90 93,45 42,92
25 330,60 97,49 6,31
26 270,73 79,84 406,62
27 335,67 98,98 1,03
28 288,37 85,03 223,95
29 346,97 102,32 5,36
30 337,00 99,38 0,39
Bobot rata-rata = 339,12 mg
Bobot rata-rata (%) = 100 %
Simpangan baku sampel = 18,15 %
Nilai Penerimaan (NP) = 67,02 %
Simpangan baku relatif = 5,35 %
Kesimpulan : Tidak memenuhi persyaratan keragaman bobot 30 bungkus puyer
yang tertera pada FI V. Karena Nilai Penerimaan >L1% (15%).
Serta, ada empat sampel tidak memenuhi persyaratan tidak ada
satupun sediaan kurang dari [1-(0,01)(L2)]M dan tidak ada yang
melebihi [1+(0,01)(L2)]M yaitu 75%-125%.
78
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Contoh Perhitungan (Sampel No. 1 Apotek S3)
a. Bobot % =
x 100% =
= 84,15 %
b. (x-x‟)2 = (84,15 – 100)
2 % = 251,21 %
c. Simpangan baku sampel (s)
= √
= √
= 18,15 %
d. Simpangan baku relatif (SBR)
=
x 100 % =
e. Nilai Penerimaan (NP) (T<101,5 ; x‟ < 98,5 %)
= (98,5 – rata-rata kadar) + (konstanta penerimaan (k) x simpangan baku (s))
= (98,5 - 67,79) + (2,0 x 18,15) = 67,02 %
79
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 13. Kurva Kalibrasi
1. Parasetamol BPFI
a. Panjang Gelombang Maksimum Parasetamol BPFI
b. Kurva kalibrasi Parasetamol BPFI hari ke-1
244nm
80
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
c. Kurva kalibrasi Parasetamol BPFI ke-2
d. Kurva kalibrasi Parasetamol BPFI ke-3
81
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Absorbansi Pembuatan Kurva Kalibrasi Parasetamol BPFI
Konsentrasi Absorbansi 1 Absorbansi 2 Absorbansi 3 Absorbansi rata-
rata
0 0 0 0 0
2 0,193 0,181 0,179 0,184
4 0,306 0,305 0,298 0,303
6 0,443 0,428 0,429 0,433
8 0,556 0,540 0,539 0,545
10 0,682 0,654 0,658 0,665
12 0,799 0,789 0,768 0,785
2. Panadol
a. Panjang Gelombang Maksimum Panadol
b. Kurva kalibrasi Panadol ke-1
244nm
m nm
82
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
c. Kurva kalibrasi Panadol ke-2
d. Kurva kalibrasi Panadol ke-3
83
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Absorbansi Pembuatan Kurva Kalibrasi Panadol
Konsentrasi Absorbansi 1 Absorbansi 2 Absorbansi 3 Absorbansi rata-
rata
0 0 0 0 0
2 0.156 0.172 0.172 0.167
4 0.279 0.305 0.300 0.295
6 0.426 0.449 0.438 0.438
8 0.554 0.582 0.572 0.569
10 0.690 0.722 0.710 0.707
12 0.840 0.848 0.837 0.842
84
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 14 Pengujian Batas Deteksi (LOD) dan Kuantitasi (LOQ)
Hasil Uji Batas Deteksi (LOD) dan Kuantitasi (LOQ) Parasetamol BPFI
Kons. Absorbansi (y) Terukur y‟ y-y‟ (y-y‟)2
2 ppm 0,184 1,976 0,186 -0,0015 2,151 x 10-6
4 ppm 0,303 3,953 0,306 -0,0028 7,840 x 10-6
6 ppm 0,433 6,125 0,426 0,0075 5,675 x 10-5
8 ppm 0,545 7,987 0,546 -0,0008 6,400 x 10-7
10 ppm 0,667 9,981 0,666 -0,0011 1,284 x 10-6
12 ppm 0,785 11,992 0,786 -0,0004 2,178 x 10-7
Σ(y-y‟)2 6,888 x 10
-5
S(y/x) 0,0042
LOD 0,2075
LOQ 0,6916
S(y/x) = √
= √
= 0,0042
LOD =
=
= 0,2075 ppm
LOQ =
=
= 0,6916 ppm
Hasil Uji Batas Deteksi (LOD) dan Kuantitasi (LOQ) Panadol
Kons. Absorbansi (y) Terukur y‟ y-y‟ (y-y‟)2
2 ppm 0,167 2,039 0,164 0,0026 7,111 x 10-6
4 ppm 0,295 3,927 0,299 -0,0049 2,434 x 10-5
6 ppm 0,438 6,036 0,435 0,0024 6,084 x 10-6
8 ppm 0,569 7,978 0,570 -0,0014 2,151 x 10-6
10 ppm 0,707 10,014 0,706 0,0009 8,711 x 10-7
12 ppm 0,842 11,995 0,842 -0,0003 1,111 x 10-7
Σ(y-y‟)2 4,067 x 10
-5
S(y/x) 0,0032
LOD 0,1411
LOQ 0,4703
S(y/x) = √
= √
= 0,0032
LOD =
=
= 0,1411 ppm
LOQ =
=
= 0,4703 ppm
85
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 15. Uji Akurasi dan Presisi Panadol
Rumus : %UPK =
SD = √
KV (%) =
Hari Pertama
80% (timbang setara 400 mg)
100% (timbang setara 500 mg)
120% (timbang setara 600 mg)
Hasil Uji Akurasi dan Presisi Hari ke-1
Kadar Abs. Kons.
Terukur
Kadar
(mg) PK% UPK% SD (%) KV (%)
9,3916
ppm
0,568 7,9587 397,935 84,7428
84,9522 0,9613 1,1316
0,563 7,8849 394,248 83,9575
0,570 7,9882 399,410 85,0569
0,564 7,8997 394,985 84,1146
0,571 8,0029 400,147 85,2139
0,580 8,1357 406,784 86,6273
Kadar Abs. Kons.
Terukur
Kadar
(mg) PK% UPK% SD (%) KV (%)
11,7395
ppm
0,673 9,5074 475,3687 80,9862
81,5725 0,5767 0,7070
0,672 9,4926 474,6313 80,8606
0,680 9,6106 480,5310 81,8657
0,677 9,5664 478,3186 81,4887
0,684 9,6696 483,4808 82,3682
0,680 9,6106 480,5310 81,8657
Kadar Abs. Kons.
Terukur
Kadar
(mg) PK% UPK% SD (%) KV (%)
14,0874
ppm
0,797 11,3363 566,8142 80,4711
81,0469 1,1522 1,4216
0,799 11,3658 568,2891 80,6805
0,792 11,2625 563,1268 79,9476
0,812 11,5575 577,8761 82,0416
0,820 11,6755 583,7758 82,8791
0,795 11,3068 565,3392 80,2617
86
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Hari Kedua
80% (timbang setara 400 mg)
100% (timbang setara 500 mg)
120% (timbang setara 600 mg)
Hasil Uji Akurasi dan Presisi Hari ke-2
Kadar Abs. Kons.
Terukur
Kadar
(mg) PK% UPK% SD (%) KV (%)
9,33088
ppm
0,573 8,0324 401,6224 86,0846
86,1109 0,7898 0,9172
0,577 8,0914 404,5723 86,7169
0,569 7,9735 398,6726 85,4523
0,581 8,1504 407,5221 87,3491
0,571 8,0029 400,1475 85,7684
0,568 7,9587 397,9351 85,2942
Kadar Abs. Kons.
Terukur
Kadar
(mg) PK% UPK% SD (%) KV (%)
11.6636
ppm
0,682 9,6401 482,0059 82,6513
83,3679 0,5224 0,6266
0,690 9,7581 487,9056 83,6630
0,685 9,6844 484,2183 83,0307
0,687 9,7139 485,6932 83,2836
0,694 9,8171 490,8555 84,1688
0,688 9,7286 486,4307 83,4100
Kadar Abs. Kons.
Terukur
Kadar
(mg) PK% UPK% SD (%) KV (%)
13,9963
ppm
0,788 11,2035 560,1770 80,0463
80,6786 0,4569 0,5663
0,798 11,3510 567,5516 81,1001
0,794 11,2920 564,6018 80,6786
0,790 11,2330 561,6519 80,2571
0,799 11,3658 568,2891 81,2055
0,795 11,3068 565,3392 80,7840
Hari Ketiga
80% (timbang setara 400 mg)
100% (timbang setara 500 mg)
120% (timbang setara 600 mg)
87
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Hasil Uji Akurasi dan Presisi Hari ke-3
Kadar Abs. Kons.
Terukur
Kadar
(mg) PK% UPK% SD (%) KV (%)
9,3745
ppm
0,569 7,9735 398,6726 85,0549
85,7104 0,5397 0,6297
0,572 8,0177 400,8850 85,5269
0,575 8,0619 403,0973 85,9989
0,570 7,9882 399,4100 85,2122
0,578 8,1062 405,3097 86,4709
0,575 8,0619 403,0973 85,9989
Kadar Abs. Kons.
Terukur
Kadar
(mg) PK% UPK% SD (%) KV (%)
11,7181
ppm
0,675 9,5369 476,8437 81,3858
82,0991 0,6548 0,7976
0,678 9,5811 479,0560 81,7634
0,686 9,6991 484,9558 82,7704
0,680 9,6106 480,5310 82,0152
0,677 9,5664 478,3186 81,6376
0,688 9,7286 486,4307 83,0221
Kadar Abs. Kons.
Terukur
Kadar
(mg) PK% UPK% SD (%) KV (%)
14,0617
ppm
0,821 11,6903 584,5133 83,1354
81,3697 1,1517 1,4154
0,799 11,3658 568,2891 80,8278
0,802 11,4100 570,5015 81,1425
0,793 11,2773 563,8643 80,1985
0,814 11,5870 579,3510 82,4012
0,796 11,3215 566,0767 80,5132
88
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Contoh perhitungan akurasi dan presisi (hari ke-3 sampel ke-1 kadar 80%)
a) Konsentrasi
=
x 1000
=
= 9,3745 ppm
b) Konsentrasi Terukur (persamaan panadol y = 0,0678x + 0,0284)
=
=
= 7,9735 ppm
c) Kadar
=
=
= 398,6726 mg
d) % Perolehan Kembali (PK%)
=
x 100 %
=
x 100 % = 85,0549 %
e) Unit Perolehan Kembali (UPK %)
= Rata-rata PK% = 85,7104 %
f) (y-y‟)2
= (PK% - UPK%)2
= (85,0549 % - 85,7104)2 = 0.4298
g) Simpangan Deviasi (SD)
= √
= √
= 0,5397 %
h) Koefisien Variasi (KV)
=
=
= 0.6297 %
89
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 16. Penetapan Kadar Sediaan Puyer Parasetamol
Penetapan Kadar Sediaan Puyer Parasetamol Sampel T1
No Abs 1 Abs 2 Abs3 Abs
rata-rata
Kons.
Terukur
Kadar
(mg)
Tablet %
x (x-x‟)^2
1 0,358 0,358 0,358 0,358 4,861 243,068 97,227 410,690
2 0,352 0,352 0,352 0,352 4,773 238,643 95,457 342,086
3 0,278 0,278 0,278 0,278 3,681 184,071 73,628 11,111
4 0,229 0,229 0,229 0,229 2,959 147,935 59,174 316,399
5 0,263 0,263 0,263 0,263 3,460 173,009 69,204 60,188
6 0,357 0,357 0,357 0,357 4,847 242,330 96,932 398,821
7 0,269 0,269 0,269 0,269 3,549 177,434 70,973 35,859
8 0,241 0,241 0,241 0,241 3,136 156,785 62,714 202,999
9 0,282 0,282 0,282 0,282 3,740 187,021 74,808 4,637
10 0,264 0,264 0,264 0,264 3,475 173,746 69,499 55,698
Rata-rata (%) = 76,962 %
Simpangan Baku Sampel = 14,293 %
Simpangan Baku Relatif = 7,428 %
Nilai Penerimaan = 55,840 %
Penetapan Kadar Sediaan Puyer Parasetamol Sampel T2
No Abs 1 Abs 2 Abs3 Abs
rata-rata
Kons.
Terukur
Kadar
(mg)
Tablet %
x (x-x‟)^2
1 0,307 0,307 0,307 0,307 4,109 205,457 82,183 27,881
2 0,319 0,319 0,319 0,319 4,286 214,307 85,723 3,029
3 0,335 0,335 0,335 0,335 4,522 226,106 90,442 8,877
4 0,283 0,283 0,283 0,283 3,755 187,758 75,103 152,767
5 0,333 0,333 0,333 0,333 4,493 224,631 89,853 5,709
6 0,356 0,356 0,356 0,356 4,832 241,593 96,637 84,163
7 0,381 0,381 0,381 0,381 5,201 260,029 104,012 273,859
8 0,316 0,316 0,316 0,316 4,242 212,094 84,838 6,893
9 0,305 0,305 0,305 0,305 4,080 203,982 81,593 34,459
10 0,314 0,314 0,314 0,314 4,212 210,619 84,248 10,338
Rata-rata (%) = 87,463 %
Simpangan Baku Sampel = 8,219 %
Simpangan Baku Relatif = 3,759 %
Nilai Penerimaan = 30,763 %
90
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Penetapan Kadar Sediaan Puyer Parasetamol Sampel T3
No Abs 1 Abs 2 Abs3 Abs
rata-rata
Kons.
Terukur
Kadar
(mg)
Tablet %
x (x-x‟)^2
1 0,395 0,395 0,395 0,395 5,407 270,354 108,142 153,984
2 0,374 0,374 0,375 0,374 5,102 255,113 102,045 39,850
3 0,351 0,352 0,352 0,352 4,768 238,397 95,359 0,140
4 0,382 0,382 0,383 0,382 5,220 261,013 104,405 75,213
5 0,309 0,308 0,309 0,309 4,134 206,686 82,675 170,512
6 0,378 0,378 0,377 0,378 5,151 257,571 103,029 53,231
7 0,284 0,283 0,283 0,283 3,760 188,004 75,202 421,521
8 0,304 0,304 0,306 0,305 4,075 203,736 81,495 202,719
9 0,391 0,392 0,393 0,392 5,363 268,142 107,257 132,805
10 0,360 0,360 0,359 0,360 4,886 244,297 97,719 3,945
Rata-rata (%) = 95,733 %
Simpangan Baku Sampel = 11,804 %
Simpangan Baku Relatif = 4,932 %
Nilai Penerimaan = 31,096 %
Penetapan Kadar Sediaan Puyer Parasetamol Sampel T4
No Abs 1 Abs 2 Abs3 Abs
rata-rata
Kons.
Terukur
Kadar
(mg)
Tablet %
x (x-x‟)^2
1 0,290 0,290 0,290 0,290 3,858 192,920 77,168 16,332
2 0,267 0,267 0,267 0,267 3,519 175,959 70,383 7,526
3 0,287 0,287 0,287 0,287 3,814 190,708 76,283 9,962
4 0,282 0,282 0,282 0,282 3,740 187,021 74,808 2,827
5 0,286 0,286 0,286 0,286 3,799 189,971 75,988 8,187
6 0,262 0,262 0,262 0,262 3,445 172,271 68,909 17,794
7 0,266 0,266 0,266 0,266 3,504 175,221 70,088 9,232
8 0,262 0,262 0,262 0,262 3,445 172,271 68,909 17,794
9 0,279 0,279 0,279 0,279 3,696 184,808 73,923 0,634
10 0,282 0,282 0,282 0,282 3,740 187,021 74,808 2,827
Rata-rata (%) = 73,127 %
Simpangan Baku Sampel = 3,217 %
Simpangan Baku Relatif = 1,759 %
Nilai Penerimaan = 33,093 %
91
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Penetapan Kadar Sediaan Puyer Parasetamol Sampel T5
No Abs 1 Abs 2 Abs3 Abs
rata-rata
Kons.
Terukur
Kadar
(mg)
Tablet %
x (x-x‟)^2
1 0,236 0,236 0,236 0,236 3,062 153,097 61,239 1281,739
2 0,421 0,421 0,421 0,421 5,791 289,528 115,811 352,346
3 0,466 0,466 0,467 0,466 6,459 322,960 129,184 1033,208
4 0,410 0,410 0,410 0,410 5,628 281,416 112,566 241,058
5 0,246 0,246 0,246 0,246 3,209 160,472 64,189 1079,223
6 0,603 0,603 0,603 0,603 8,475 423,746 169,499 5250,192
7 0,391 0,391 0,391 0,391 5,348 267,404 106,962 98,433
8 0,218 0,218 0,218 0,218 2,796 139,823 55,929 1690,123
9 0,256 0,255 0,255 0,255 3,347 167,355 66,942 905,909
10 0,327 0,327 0,327 0,327 4,404 220,206 88,083 80,241
Rata-rata (%) = 97,04 %
Simpangan Baku Sampel = 36,534 %
Simpangan Baku Relatif = 15,059 %
Nilai Penerimaan = 89,141 %
Penetapan Kadar Sediaan Puyer Parasetamol Sampel T6
No Abs 1 Abs 2 Abs3 Abs
rata-rata
Kons.
Terukur
Kadar
(mg)
Tablet %
x (x-x‟)^2
1 0,283 0,283 0,283 0,283 3,755 187,758 75,103 1,710
2 0,336 0,336 0,336 0,336 4,537 226,844 90,737 205,247
3 0,234 0,234 0,234 0,234 3,032 151,622 60,649 248,442
4 0,280 0,280 0,280 0,280 3,711 185,546 74,218 4,808
5 0,314 0,314 0,314 0,314 4,212 210,619 84,248 61,415
6 0,255 0,255 0,255 0,255 3,342 167,109 66,844 91,534
7 0,296 0,296 0,296 0,296 3,947 197,345 78,938 6,386
8 0,262 0,262 0,262 0,262 3,445 172,271 68,909 56,287
9 0,283 0,282 0,282 0,282 3,745 187,266 74,907 2,263
10 0,332 0,332 0,332 0,332 4,478 223,894 89,558 172,831
Rata-rata (%) = 76,411 %
Simpangan Baku Sampel = 9,724 %
Simpangan Baku Relatif = 5,090 %
Nilai Penerimaan = 45,425 %
92
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Penetapan Kadar Sediaan Puyer Parasetamol Sampel S1
No Abs 1 Abs 2 Abs3 Abs
rata-rata
Kons.
Terukur
Kadar
(mg)
Tablet %
x (x-x‟)^2
1 0,327 0,327 0,328 0,327 4,409 220,452 88,181 87,994
2 0,338 0,336 0,337 0,337 4,552 227,581 91,032 42,628
3 0,578 0,577 0,577 0,577 8,096 404,818 161,927 4142,954
4 0,277 0,277 0,276 0,277 3,662 183,088 73,235 591,776
5 0,289 0,289 0.290 0,289 3,849 192,429 76,971 423,947
6 0,336 0,336 0,336 0,336 4,537 226,844 90,737 46,567
7 0,555 0,555 0,554 0,555 7,762 388,102 155,241 3326,919
8 0,271 0,271 0,272 0,271 3,583 179,154 71,662 670,795
9 0,318 0,318 0,318 0,318 4,271 213,569 85,428 147,227
10 0,303 0,304 0,304 0,304 4,060 202,999 81,200 267,710
Rata-rata (%) = 97,561 %
Simpangan Baku Sampel = 32,912 %
Simpangan Baku Relatif = 13,494 %
Nilai Penerimaan = 79,926 %
Penetapan Kadar Sediaan Puyer Parasetamol Sampel S2
No Abs 1 Abs 2 Abs3 Abs
rata-rata
Kons.
Terukur
Kadar
(mg)
Tablet %
x (x-x‟)^2
1 0,376 0,376 0,376 0,376 5,127 256,342 102,537 413,484
2 0,241 0,241 0,241 0,241 3,136 156,785 62,714 379,809
3 0,267 0,267 0,268 0,267 3,524 176,205 70,482 137,376
4 0,222 0,221 0,222 0,222 2,851 142,527 57,011 634,624
5 0,224 0,224 0,224 0,224 2,885 144,248 57,699 600,419
6 0,192 0,193 0,193 0,193 2,423 121,141 48,456 1138,814
7 0,250 0,251 0,250 0,250 3,273 163,668 65,467 280,077
8 0,471 0,470 0,471 0,471 6,523 326,155 130,462 2328,988
9 0,466 0,465 0,466 0,466 6,449 322,468 128,987 2188,804
10 0,362 0,361 0,361 0,361 4,911 245,526 98,210 256,252
Rata-rata (%) = 82,203 %
Simpangan Baku Sampel = 30,475 %
Simpangan Baku Relatif = 14,829 %
Nilai Penerimaan = 89,438 %
93
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Penetapan Kadar Sediaan Puyer Parasetamol Sampel S3
No Abs 1 Abs 2 Abs3 Abs
rata-rata
Kons.
Terukur
Kadar
(mg)
Tablet %
x (x-x‟)^2
1 0,226 0,226 0,226 0,226 2,914 145,723 58,289 90,222
2 0,294 0,294 0,294 0,294 3,917 195,870 78,348 111,524
3 0,395 0,395 0,395 0,395 5,407 270,354 108,142 1628,444
4 0,257 0,257 0,257 0,257 3,372 168,584 67,434 0,125
5 0,262 0,262 0,262 0,262 3,445 172,271 68,909 1,257
6 0,240 0,240 0,240 0,240 3,121 156,047 62,419 28,823
7 0,257 0,257 0,257 0,257 3,372 168,584 67,434 0,125
8 0,202 0,202 0,202 0,202 2,560 128,024 51,209 274,836
9 0,218 0,218 0,218 0,218 2,796 139,823 55,929 140,622
10 0,231 0,231 0,231 0,231 2,988 149,410 59,764 64,378
Rata-rata (%) = 67,788 %
Simpangan Baku Sampel = 16,126 %
Simpangan Baku Relatif = 9,515 %
Nilai Penerimaan = 69,414 %
Contoh Perhitungan (Sampel No. 1 Apotek S3)
a. Konsentrasi Terukur (persamaan panadol y = 0,0678x + 0,0284)
=
=
= 2,914 ppm
b. Kadar (mg) =
=
= 145,723 mg
c. kadar % (x) =
x 100% =
= 58,289 %
d. (x-x‟)2 = (58,289-67,788)
2 % = 90,222 %
e. Simpangan baku sampel (s) = √
= √
= 16,126 %
f. SBR =
x 100 % =
g. Nilai Penerimaan (NP) (x‟ < 98,5)
= (98,5-x‟)+ks = (98,5 - 67,788) + (2,4 x 16,126) = 69,414 %
94
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 17 Distribusi Frekuensi Data Kuesioner
Jumlah Resep Racikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1-15 6 66.7 66.7 66.7
16-29 3 33.3 33.3 100.0
Total 9 100.0 100.0
Jumlah Resep per Hari
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 16-29 5 55.6 55.6 55.6
30-39 4 44.4 44.4 100.0
Total 9 100.0 100.0
Personel Peracik
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid LBTTK 6 66.7 66.7 66.7
STTK 3 33.3 33.3 100.0
Total 9 100.0 100.0
Jumlah Tenaga Teknis Kefarmasian
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1.00 1 11.1 11.1 11.1
2.00 3 33.3 33.3 44.4
3.00 3 33.3 33.3 77.8
4.00 1 11.1 11.1 88.9
>4.00 1 11.1 11.1 100.0
Total 9 100.0 100.0
Alat Peracik
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Lumpang Alu 7 77.8 77.8 77.8
Blender 2 22.2 22.2 100.0
Total 9 100.0 100.0
Jumlah Alat Peracik
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 2.00 3 33.3 33.3 33.3
3.00 2 22.2 22.2 55.6
4.00 4 44.4 44.4 100.0
Total 9 100.0 100.0
Pembungkus Primer
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Manual 6 66.7 66.7 66.7
Otomatis 3 33.3 33.3 100.0
Total 9 100.0 100.0
95
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Kemasan Sekunder
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Klip 7 77.8 77.8 77.8
Pot 2 22.2 22.2 100.0
Total 9 100.0 100.0
SOP
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ada 9 100.0 100.0 100.0