28
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAN FRAKSI DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa blimbi, L) DENGAN METODE DPPH Ira Ferdian Utomo Jurusan Framsai Sekolah Tinggi Farmasi Bandung Jl.Soekarno Hatta No. 754 Bandung ABSTRAK Indonesia memiliki berbagai tanaman berkhasiat untuk kesehatan, salah satunya adalah daun belimbing wuluh (Averrhoa blimbi L.). Telah dilakukan penelitian untuk mengaplikasikan manfaat dari daun belimbing wuluh yang memiliki aktivitas antioksidan untuk pemeliharaan kesehatan. Metodologi dalam penelitian ini meliputi pengumpulan bahan, determinasi tanaman, karakterisasi simplisia, skrining fitokimia, pembuatan ekstrak, fraksinasi ekstrak, uji aktivitas antioksidan secara kualitatif dan kuantitatif menggunakan metode DPPH (1,1- Difenil-2-picrylhydrazyl). Hasil skrining fitokimia menunjukan bahwa daun belimbing wuluh mengandung golongan senyawa metabolit sekunder flavonoid, tanin, dan saponin. Uji 1

Uji Aktivitas Antioksidan Daun Belimbing Wuluh

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Uji Aktivitas Antioksidan Daun Belimbing Wuluh

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAN FRAKSI DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa blimbi, L)

DENGAN METODE DPPH

Ira Ferdian Utomo

Jurusan FramsaiSekolah Tinggi Farmasi Bandung

Jl.Soekarno Hatta No. 754 Bandung

ABSTRAK

Indonesia memiliki berbagai tanaman berkhasiat untuk kesehatan, salah satunya adalah daun belimbing wuluh (Averrhoa blimbi L.). Telah dilakukan penelitian untuk mengaplikasikan manfaat dari daun belimbing wuluh yang memiliki aktivitas antioksidan untuk pemeliharaan kesehatan. Metodologi dalam penelitian ini meliputi pengumpulan bahan, determinasi tanaman, karakterisasi simplisia, skrining fitokimia, pembuatan ekstrak, fraksinasi ekstrak, uji aktivitas antioksidan secara kualitatif dan kuantitatif menggunakan metode DPPH (1,1-Difenil-2-picrylhydrazyl). Hasil skrining fitokimia menunjukan bahwa daun belimbing wuluh mengandung golongan senyawa metabolit sekunder flavonoid, tanin, dan saponin. Uji aktivitas antioksidan secara kualitatif dan kuantitatif menggunakan metode DPPH (1,1-Difenil-2-picrylhydrazyl) pada ekstrak etanol daun belimbing wuluh mempunyai IC50 sebesar 210,580 ppm, fraksi n-heksan dari ekstrak etanol mempunyai IC50 sebesar 111,105 ppm, fraksi etil asetat dari ekstrak etanol mempunyai IC50 sebesar 21,747 ppm, fraksi metanol-air dari ekstrak etanol mempunyai IC50 sebesar 71,889 ppm, ekstrak air mempunyai IC50 sebesar 67,786 ppm, fraksi n-heksan dari ekstrak air mempunyai IC50 sebesar 1567,413 ppm, fraksi etil asetat dari ekstrak air mempunyai IC50 sebesar 31,856 ppm, fraksi air dari ekstrak air mempunyai IC50 sebesar 75,559 ppm, dan vitamin C sebagai pembanding mempunyai IC50

1

Page 2: Uji Aktivitas Antioksidan Daun Belimbing Wuluh

sebesar 7,714 ppm. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa aktivitas antioksidan daun belimbing wuluh masih lemah dibandingkan dengan vitamin C.

Kata kunci:  Averrhoa blimbi, L, antioksidan, DPPH

ABSTRACT

Indonesia has a range of nutritious crops for health, one of which is the star fruit leaves (Averrhoa blimbi L.). Studies have been conducted to investigate the benefit of star fruit leaves with antioxidant activity for health maintenance. The methodology in this study included data collection, processing of raw materials, plant determination, characterization of crude, phytochemical screening, making extracts, extracts fractionation, antioxidant activity assay qualitatively and quantitatively using the DPPH (1,1-Diphenyl-2-picrylhydrazyl). Phytochemical screening results showed that the star fruit leaves fruit contains a secondary metabolites such as flavonoids, tanins, and saponins. Study on antioxidant activity qualitatively and quantitatively using the DPPH (1,1-Diphenyl-2-picrylhydrazyl) in the ethanol extract of the star fruit leaves has IC50 of 210,580 ppm, n-hexane fraction of the ethanol extract has IC50 of 111,105 ppm, ethyl acetate fraction of the ethanol extract has IC50 21,747 ppm, methanol-water fraction of the ethanol extract has IC50 71,889 ppm, water extract has IC50 67,786 ppm, n-hexane fraction of the water extract has IC50 of 1567,413 ppm, ethyl acetate fraction of the water extract has IC50 31,856 ppm, water fraction of the water extract has IC50

75,559 ppm, and vitamin C as a comparison has IC50 7,714 ppm. From these data it can be concluded that the antioxidant activity of star fruit leaves were still weak compared to vitamin C.

Keywords: Averrhoa blimbi L, an antioxidant, DPPH

2

Page 3: Uji Aktivitas Antioksidan Daun Belimbing Wuluh

PENDAHULUAN

Radikal bebas menyerang sel-sel tubuh dan menyebabkan

kerusakan permanen. Penyebab utama radikal bebas adalah

polusi, makanan gorengan, radiasi, dan sinar matahari. Namun,

tubuh juga menghasilkan radikal bebas ketika mengatasi infeksi,

saat berolahraaga, atau saat bernapas seperti biasa. Dari waktu ke

waktu, kerusakan akibat radikal bebas akan bertambah dan tanda-

tanda penuaan pun akan makin tampak.

Salah satu tanaman yang mengandung banyak manfaat

bagi tubuh ialah daun belmbing wuluh. Manfaat daun belimbing

wuluh diantaranya ialah sebagai antidiabetes, antiinflamasi, dan

antioksidan. Antioksidan akan melumpuhkan radikal bebas dan

menghambat proses kerusakan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

(i) Fase gerak BAA (butanol:asam asetat:air) (4:1:5)

(a) (b) (c) (d)

3

Page 4: Uji Aktivitas Antioksidan Daun Belimbing Wuluh

Gambar 6.1: Kromatogram lapis ekstrak dan fraksi fase diam silika gel GF254 pra salut. Pengembang Butanol- asam asetat-air (4:1:5), (1) Ekstrak etanol, (2) Fraksi etil asetat, (3) Fraksi n-heksan, (4).Fraksi metanol-air, penampak bercak sinar UV λ 254 nm (a), penampakk bercak sinar UV λ 366 nm (b), penampak bercak AlCl3 5% dalam metanol dibawah sinar UV λ 366 nm (c), penampak bercak FeCl3 1% secara visual (d).

Dari hasil pemantauan KLT ekstrak dan fraksi simplisia

daun belimbing wuluh ,pada pengembang yang menggunakan

Butanol:Asam asetat:Air (4:1:5), dilihat dengan sinar uv ((a) dan

(b)) sudah terlihat banyak terdapat senyawa tetapi masih belum

spesifik. Yang merah pada λ 366 nm fraksi etil asetat (2) dengan

nilai Rf 0,9 diduga senyawa antosianin (b). Sedangkan pada (c)

senyawa flavonoid lebih terlihat kuat pada fraksi etil asetat (2)

yang ditunjukkan adanya warna kuning pada λ 366 nm setelah

disemprot dengan AlCl3 pada Rf 0,72. Adanya senyawa polifenol

dapat terlihat pada fraksi etil asetat (2) yang ditunjukkan dengan

bercak berwarna hitam setelah disemprot FeCl3 pada Rf 0,7 (d).

4

Page 5: Uji Aktivitas Antioksidan Daun Belimbing Wuluh

(ii) Fase gerak Metanol-Kloroform (3:7)

(a) (b) (c) (d)Gambar 6.2 : Kromatogram lapis ekstrak dan fraksi fase diam

silika gel GF254 pra salut. Pengembang Metanol-kloroform (3:7), (1) Ekstrak air, (2) Fraksi etil asetat, (3) Fraksi n-heksan, (4).Fraksi metanol-air, penampak bercak sinar UV λ 254 nm (a), penampak bercak sinar UV λ 366 nm (b), penampak bercak AlCl3 5% dalam metanol dibawah sinar UV λ 366 nm (c), penampak bercak FeCl3 1% secara visual (d).

Pada pengembang yang menggunakan metanol:kloroform

(3:7), dilihat dengan sinar uv ((a) dan (b)) sudah terlihat banyak

terdapat senyawa tetapi masih belum spesifik. Yang merah pada λ

366 nm pada fraksi etil asetat (2) dengan nilai Rf 0,92 diduga

senyawa antosianin (b). Sedangkan pada (c) senyawa flavonoid

lebih terlihat kuat pada fraksi etil asetat (2) yang ditunjukkan

adanya warna kuning pada λ 366 nm setelah disemprot dengan

AlCl3 pada Rf 0,76. Adanya senyawa polifenol dapat terlihat pada

fraksi etil asetat (2) yang ditunjukkan dengan bercak berwarna

hitam setelah disemprot FeCl3 pada Rf 0,26 (d).

5

Page 6: Uji Aktivitas Antioksidan Daun Belimbing Wuluh

(iii) Fase gerak n-Heksan-Etil Asetat (3:7)

(a) (b) (c) (d)

Gambar 6.3 : Kromatogram lapis ekstrak dan fraksi fase diam silika gel GF254 pra salut. Pengembang n-Heksan-Etil Asetat (3:7), (1) Fraksi etil asetat ekstrak etanol, penampak bercak sinar UV λ 254 nm (a), penampakk bercak sinar UV λ 366 nm (b), penampak bercak AlCl3 5% dalam metanol dibawah sinar UV λ 366 nm (c), penampak bercak FeCl3 1% secara visual (d).

Profil pemantauan KLT secara kualitatif dengan

menggunakan pengembang n-heksan:etil asetat (3:7) dilakukan

terhadap fraksi etil asetat pada ekstrak etanol. Di lihat dengan

sinar uv ((a) dan (b)) sudah terlihat banyak terdapat senyawa

tetapi masih belum spesifik. Yang merah pada λ 366 nm pada

fraksi etil asetat (1) dengan nilai Rf 0,9 diduga senyawa

antosianin (b). Sedangkan pada (c) senyawa flavonoid lebih

terlihat kuat pada fraksi etil asetat (1) yang ditunjukkan adanya

warna kuning pada λ 366 nm setelah disemprot dengan AlCl3

pada Rf 0,8. Adanya senyawa polifenol dapat terlihat pada fraksi

etil asetat (2) yang ditunjukkan dengan bercak berwarna hitam

setelah disemprot FeCl3 pada Rf 0,3 (d).

6

Page 7: Uji Aktivitas Antioksidan Daun Belimbing Wuluh

Penentuan KLT dilakukan dengan menggunakan fase

diam plat silika gel GF254 dan fase gerak butanol-asam asetat- air

(4:1:5), metanol-kloroform (3:7), dan n-heksan-etil asetat(3:7).

(a) (b) (c)

Gambar 6.4 : Kromatogram lapis ekstrak dan fraksi fase diam silika gel GF254 pra salut (a) Butanol-asam asetat-air (4:1:5), (b). Metanol-kloroform (3:7), (c) n-heksan-etil asetat (3:7)

Dari hasil pengujian aktivitas antioksidan secara kualitatif

dengan metode DPPH dari ekstrak dan daun belimbing wuluh

menunjukan bahwa fraksi etil asetat dari ekstrak etanol memiliki

aktivitas antioksidan yang lebih baik. Hal ini terlihat dari

ditunjukkan bercak kuning berlatar belakang ungu dalam waktu

yang lebih cepat dengan nilai Rf 0,80.

Oleh karena itu, untuk mendapatkan profil KLT dari

fraksi etil asetat yang lebih baik, dilakukan pengujian dengan

pengembang n-heksan:etil asetat (3:7).

Uji aktivitas antioksidan pada ekstrak etanol

menggunakan metode DPPH pada konsentrasi 10, 20, 40, 80,

160, dan 320 ppm.

7

Page 8: Uji Aktivitas Antioksidan Daun Belimbing Wuluh

Tabel 6.4Pemeriksaan aktivitas antioksidan ekstrak etanol

daun belimbing wuluh

0 50 100 150 200 250 300 3500

20

40

60

80f(x) = 0.224251599147122 x + 2.8302487562189R² = 0.987235237126161

Kurva daya hambat ekstrak etanol daun belimbng wu-luh terhadap radikal bebas DPPH

C Sampel (ppm)

% I

nhib

isi

Gambar 6.5 : Grafik hasil perhitungan regresi linier % inhibisi terhadap konsentrasi ekstrak etanol daun belimbing wuluh

Dari data di atas, didapat nilai IC50 sebesar 210,580 ppm, hal

tersebut menujukkan bahwa ekstrak tersebut memiliki aktivitas

antioksidan.

Uji aktivitas antioksidan pada fraksi n-heksan dari ekstrak

etanol menggunakan metode DPPH pada konsentrasi 5, 10, 20,

40, 80, dan 160 ppm.

Tabel 6.5

8

Konsentrasi (ppm)

Absorban % InhibisiIC 50 (ppm)

10 0,716 2,98

210,580

20 0,707 4,2040 0,646 12,4780 0,560 24,12160 0,425 42,41320 0,206 72,08

Page 9: Uji Aktivitas Antioksidan Daun Belimbing Wuluh

Pemeriksaan aktivitas antioksidan fraksi n-heksan ekstrak etanol daun belimbing wuluh

0 20 40 60 80 100 120 140 160 1800

20

40

60

80

f(x) = 0.407077469793888 x + 4.78009950248756R² = 0.950775150296368

Kurva daya hambat fraksi n-heksan ekstrak etanol daun belimbing wuluh terhadap radikal bebas DPPH

C Sampel (ppm)

% In

hibi

si

Gambar 6.6 : Grafik hasil perhitungan regresi linier % inhibisi terhadap konsentrasi fraksi

n-heksan ekstrak etanol daun belimbing wuluh

Dari data di atas, di dapat nilai IC50 sebesar 111,105 ppm, hal

tersebut menujukkan bahwa fraksi tersebut memiliki aktivitas

antioksidan.

Uji aktivitas antioksidan pada fraksi etil asetat dari ekstrak

etanol menggunakan metode DPPH pada konsentrasi 1, 2, 4, 8,

16, dan 32 ppm.

Tabel 6.6

9

Konsentrasi (ppm)

Absorban

% Inhibisi

IC 50 (ppm)

5 0,726 1,63

111,105

10 0,686 7,0520 0,651 11,7940 0,549 25,6180 0,399 45,93160 0,259 64,90

Page 10: Uji Aktivitas Antioksidan Daun Belimbing Wuluh

Pemeriksaan aktivitas antioksidan frasi etil asetat ekstrak etanol daun belimbing wuluh

0 5 10 15 20 25 30 350

20

40

60

80

f(x) = 2.12771144278607 x + 3.74402985074626R² = 0.990182561980412

Kurva daya hambat fraksi etil asetat ekstrak etanol daun belimbing wuluh terhadap radikal

bebas DPPH

C Sampel (ppm)

% I

nhib

isi

Gambar 6.7 : Grafik hasil perhitungan regresi linier % inhibisi terhadap konsentrasi fraksi etil asetat ekstrak etanol daun belimbing wuluh

Dari data di atas, didapat nilai IC50 sebesar 21,747 ppm, hal

tersebut menujukkan bahwa fraksi tersebut memiliki aktivitas

antioksidan.

Uji aktivitas antioksidan pada fraksi metanol-air dari

ekstrak etanol menggunakan metode DPPH pada konsentrasi

5,10, 20, 40, dan 80 ppm.

Tabel 6.7

10

Konsentrasi

(ppm)

Absorban

% Inhibisi

IC 50 (ppm)

1 0,635 2,76

21,747

2 0,603 7,664 0,576 11,798 0,497 23,8916 0,388 40,5832 0,201 69,83

Page 11: Uji Aktivitas Antioksidan Daun Belimbing Wuluh

Pemeriksaan aktivitas antioksidan fraksi metanol-air ekstrak etanol daun belimbing wuluh

0 10 20 30 40 50 60 70 80 900

102030405060

f(x) = 0.67252688172043 x + 1.69166666666666R² = 0.99728101089029

Kurva daya hambat fraksi metanol-air ekstrak etanol daun belimbing wuluh terhadap radikal bebas

DPPH

C Sampel (ppm)

% I

nhib

isi

Gambar 6.8 : Grafik hasil perhitungan regresi linier % inhibisi terhadap konsentrasi fraksi metanol-air ekstrak etanol daun belimbing wuluh

Dari data di atas, didapat nilai IC50 sebesar 21,747 ppm,

hal tersebut menujukkan bahwa fraksi tersebut memiliki aktivitas

antioksidan

Uji aktivitas antioksidan pada ekstrak air menggunakan

metode DPPH pada konsentrasi 10, 20, 40, dan 80 ppm.

Tabel 6.8

11

Konsentrasi

(ppm)

Absorban

% Inhibisi

IC 50 (ppm)

5 0,717 4,14

71,88910 0,685 8,4220 0,635 15,1140 0,521 30.3580 0,339 54,68

Page 12: Uji Aktivitas Antioksidan Daun Belimbing Wuluh

Pemeriksaan aktivitas antioksidan ekstrak air daun belimbing wuluh

0 10 20 30 40 50 60 70 80 900

10203040506070

f(x) = 0.828052173913044 x − 6.12695652173913R² = 0.998417317176523

Kurva daya hambat ekstrak air daun belimbing wu-luh terhadap radikal bebas DPPH

C Sampel (ppm)

% I

nhib

isi

Gambar 6.9 : Grafik hasil perhitungan regresi linier % inhibisi terhadap konsentrasi ekstrak air daun belimbing wuluh

Dari data di atas, didapat nilai IC50 sebesar 67,786 ppm, hal

tersebut menujukkan bahwa ekstrak tersebut memiliki aktivitas

antioksidan.

Uji aktivitas antioksidan pada fraksi n-heksan dari ekstrak

air menggunakan metode DPPH pada konsentrasi 50, 100, 200,

400, 800 dan 1600 ppm.

Tabel 6.9

12

Konsentrasi

(ppm)

Absorban

% Inhibisi

IC 50 (ppm)

10 0,647 0,92

67,78620 0,578 11,4940 0,473 27,5780 0,263 59,72

Page 13: Uji Aktivitas Antioksidan Daun Belimbing Wuluh

Pemeriksaan aktivitas antioksidan fraksi n-heksan ekstrak air daun belimbing wuluh

0200

400600

8001000

12001400

16001800

0

10

20

30

40

50

60

f(x) = 0.0296751954513149 x + 4.5455223880597R² = 0.983046974919492

Kurva daya hambat n-heksan ekstrak air daun belimbing wuluh terhadap radikal bebas DPPH

C Sampel (ppm)

% I

nhbi

si

Gambar 6.10 : Grafik hasil perhitungan regresi linier % inhibisi terhadap konsentrasi fraksi n-heksan ekstrak air daun belimbing wuluh

Dari data di atas, didapat nilai IC50 sebesar 1567,413 ppm, hal

tersebut menujukkan bahwa fraksi tersebut memiliki aktivitas

antioksidan.

Uji aktivitas antioksidan pada fraksi etil asetat dari ekstrak

air menggunakan metode DPPH pada konsentrasi 1, 2, 4, 8, 16

dan 32 ppm.

13

Konsentrasi

(ppm)

Absorban

% Inhibis

i

IC 50 (ppm)

50 0,723 2,56

1567,413

100 0,683 7,95200 0,664 10,51400 0,604 18,60800 0,513 30,861600 0,369 50,27

Page 14: Uji Aktivitas Antioksidan Daun Belimbing Wuluh

Tabel 6.10Pemeriksaan aktivitas antioksidan fraksi etil asetat ekstrak air

daun belimbing wuluh

0 5 10 15 20 25 30 350

102030405060

f(x) = 1.48827292110874 x + 2.59980099502488R² = 0.979522479545385

Kurva daya hambat fraksi etil asetat ekstrak air daun belimbing wuluh terhadap radikal bebas

DPPH

C Sampel (ppm)

% I

nhib

isi

Gambar 6.11 : Grafik hasil perhitungan regresi linier % inhibisi terhadap konsentrasi fraksi etil asetat ekstrak air

daun belimbing wuluh

Dari data di atas, didapat nilai IC50 sebesar 31,856 ppm, hal

tersebut menujukkan bahwa fraksi tersebut memiliki aktivitas

antioksidan.

Uji aktivitas antioksidan pada fraksi air dari ekstrak air

menggunakan metode DPPH pada konsentrasi 5, 10, 20, 40, dan

80 ppm.

Tabel 6.11

14

Konsentrasi

(ppm)

Absorban

% Inhibisi

IC 50 (ppm)

1 0,712 0,42

31,856

2 0,674 5,734 0,654 8,538 0,592 17,2016 0,506 29,2332 0,370 48,25

Page 15: Uji Aktivitas Antioksidan Daun Belimbing Wuluh

Pemeriksaan aktivitas antioksidan fraksi air ekstrak air daun belimbing wuluh

0 10 20 30 40 50 60 70 80 900

102030405060

f(x) = 0.613518817204301 x + 3.68291666666667R² = 0.991897783968766

Kurva daya hambat fraksi air ekstrak air daun belimbing wuluh terhadap radikal bebas DPPH

C Sampel (ppm)

% I

nhib

isi

Gambar 6.12 : Grafik hasil perhitungan regresi linier % inhibisi terhadap konsentrasi fraksi air ekstrak air daun belimbing wuluh

Dari data di atas, didapat nilai IC50 sebesar 75,559 ppm, hal

tersebut menujukkan bahwa fraksi tersebut memiliki aktivitas

antioksidan.

Sebagai pembanding digunakan vitamin C pada

konsentrasi 5, 6, 7, 8, 9, dan 10 ppm.

Tabel 6.12Pemeriksaan aktivitas antioksidan vitamin C

15

Konsentrasi

(ppm)

Absorban

% Inhibisi

IC 50 (ppm)

5 0,705 5,46

75,55910 0,699 10,3220 0,633 15,1540 0,515 30,9780 0,361 51,61

Page 16: Uji Aktivitas Antioksidan Daun Belimbing Wuluh

4 5 6 7 8 9 10 110

1020304050607080

f(x) = 10.0605714285714 x − 27.6042857142857R² = 0.972581149386655

Kurva daya hambat vitamin c terhadap radikal bebas DPPH

C Sampel (ppm)

% I

nhib

isi

Gambar 6.13 : Grafik hasil perhitungan regresi linier % inhibisi terhadap konsentrasi vitamin C

Dari data di atas, didapat nilai IC50 sebesar 7,714 ppm.

Maka dari hasil pengujian aktivitas antioksidan secara

kuantitatif dengan metode DPPH nilai IC50 dari ekstrak air yang

memiliki aktivitas antioksidan yang paling baik yaitu sebesar

67,786 ppm. Dan fraksi yang memiliki aktivitas antioksidan yang

baik yaitu fraksi etil asetat dari ekstrak etanol dengan IC50 sebesar

21,747 ppm. Sedangkan aktivitas antioksidan dari vitamin C yang

memiliki nilai IC50 sebesar 7,714 ppm. Maka aktivitas

16

Konsentrasi

(ppm)

Absorban

% Inhibisi

IC 50 (ppm)

5 0,648 21,45

7,714

6 0,532 35,527 0,503 39,038 0,378 54,189 0,273 66,9110 0,247 70,01

Page 17: Uji Aktivitas Antioksidan Daun Belimbing Wuluh

antioksidan daun belimbing wuluh masih lemah apabila

dibandingkan dengan aktivitas antioksidan dari vitamin C.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik

kesimpulan :

1. Hasil skrining fitokimia dan penentuan profil KLT

menunjukan bahwa kandungan senyawa daun

belimbing wuluh yang di maksud bermanfaat sebagai

antioksidan. Dalam simplisia daun belimbing wuluh

yaitu golongan senyawa yang diduga sebagai

antioksidan yaitu flavonoid pada fraksi etil asetat pada

ekstrak etanol yang menunjukkan bercak kuning

dengan latar belakang ungu pada plat silika Gel254

yang telah di semprot dengan penampak bercak

DPPH.

2. Ekstrak air memiliki aktivitas antioksidan yang paling

kuat dengan nilai IC50 sebesar 67,786 ppm.

sedangkan ekstrak etanol memiliki nilai IC50 sebesar

210,580 ppm.

3. Fraksi etil asetat dari ekstrak etanol memliki aktivitas

antioksdan yang paling kuat dengan nilai IC50 sebesar

21,747 ppm sedangkan fraksi n-heksan memiliki nila

IC50 sebesar 111,105 ppm dan fraksi metanol air

memiliki nilai IC50 sebesar 71,889 ppm.

17

Page 18: Uji Aktivitas Antioksidan Daun Belimbing Wuluh

4. Fraksi etil asetat dari ekstrak air memliki aktivitas

antioksidan yang paling kuat dengan nilai IC50 sebesar

31,856 ppm sedangkan fraksi n-heksan memiliki nila

IC50 sebesar 1567,413 ppm dan fraksi air memiliki

nilai IC50 sebesar 75,559 ppm

DAFTAR PUSTAKA

1. M, Fauziah. 2007. Tanaman Obat Keluarga. Jakarta : Niaga Swadaya. Hal : 16

2. Syamsu Hidayat, Sri Sugiati, Johny Ria Hutapea. 1991. Inventaris Tanaman Obat. Jilid I. DepKes RI. Badan Penelitian dan Pengembanagn Kesehatan

3. Hariana, Arief. 2004. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta : Penebar Swadaya. Hal : 35

4. Dalimartha, Setiawan. 2008. Belimbing Manis. Semarang : Aneka Ilmu. Hal : 7-8

5. Wardatul M, 2010. Skripsi Pengaruh Ekstrak Tunggal dan Gabungan Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn) terhadap Efektivitas antibakteri secara In Vitro. FakultasMIPA UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang.

6. Soedibyo, B.R.A, Moeryati. 1998. Alam Sumber Kesehatan Manfaat dan Kegunaan. Jakarta : Balai Pustaka.

7. Luximon-Ramma, A., Bahorun, T., Soobrattee, A.M. and Aruoma, O.I. 2002. Antioxidant Activities of Phenolic,

18

Page 19: Uji Aktivitas Antioksidan Daun Belimbing Wuluh

Proanthocyanidin and Flavonoid Components in Extracts of Acacia Fistula. J. Agric Food Chem, Hal : 50: 5042-5047.

8. Auterhoff, H and K.A. 1987, Identifikasi Obat, Penerbit ITB. Bandung. Hal : 197-200

9. Winarsi, Herry, 2007, Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Penerbit Tanisios : Yogyakarta. Hal : 11, 13, 15, 77, 78, 137-138.

10. Rahardjo. 2006. Tanaman Berkhasiat Antioksidan. Jakarta : Penerbit Penebar Swadaya. Hal : 19-20.

11. Hanani, Endang. Identifikasi Senyawa Antioksidan Dalam Spons Callyyspongia Sp dari Kepulauan Seribu. Majalah Ilmu Kefarmasian. Departemen Farmasi, FMIPA-UI Depok, 2005. Hal : 11.

12. Hoan, Tan Tjay & Kirana Rahardja. 2002. Obat-obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek-efek Sampingnya. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo. Hal : 218

13. Markham, K.R, 1988, Cara Mengidentifikasi Flavonoid, penerjemah, K, Padmawinata., Bandung, Institut Teknologi Bandung. Hal : 1-9

14. Simanjuntak, Megawati. 2008, Ekstraksi dan Fraksinansi Komponen Ekstrak Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma Malabathricum L.) serta Pengujian Efek sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar, Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan. Hal : 7-8

15. Maulida, Dewi dan Zulkarnaen, Naufal. 2010. Ekstraksi Antioksidan (Likopein) Dari Buah Tomat dengan

19

Page 20: Uji Aktivitas Antioksidan Daun Belimbing Wuluh

Menggunakan Solven Campuran, n-Heksana, Aseton, dan Etanol, Fakultas Teknik Universiras Diponegoro Semarang. Semarang. Hal : 13

16. Khopkhar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta. Universitas Indonesia.

17. Azizah, Fazat. 2002. Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Ekstrak Daun Angsana (Pterocarpus indicus Willd). Fakultas MIPA Universitas Diponegoro Semarang. Semarang. Hal : 12

18. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan: Jakarta

19. Ditjen POM. 1989. Materia Medika Indonesia. Jilid V. DepKes RI : Jakarta. Hal : 536-553

20