Upload
abdi-maulana
View
220
Download
12
Embed Size (px)
DESCRIPTION
hasil praktikum
Citation preview
PERCOBAAN II
UJI KUALITATIF PROTEIN DAN ENZIM
I. PENDAHULUAN
I.1 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah mempelajari dan memahami
reaksi uji kualitatif terhadap protein.
I.2 Dasar Teori
Protein termasuk dalam kelompok senyawa yang terpenting dalam
organisme. Sesuai dengan peranan ini, kata protein berasal dari kata
Yunani proteios, yang artinya “pertama”. Protein adalah poliamida, dan
hidrolisis protein menghasilkan asam-asam amino. Hanya dua puluh asam
amino yang lazim dijumpai dalam protein tumbuhan dan hewan, namun
kedua puluh asam amino ini dapat digabungkan menurut berbagai cara,
membentuk otot, urat, kulit, kuku, bulu, sutera, hemoglobin, enzime,
antibody, dan banyak hormon (Fessenden, 1990).
Asam amino merupakan senyawa monomer dari protein asam amino
dapat dikelompokkan sebagai turunan asam karboksilat dengan adanya
yang terikat pada C alfa (α) yaitu atom C setelah gugus COOH. Jadi
struktur asam amino mempunyai 2 buah gugus fungsi yaitu gugus
karboksilat (-COOH) dan gugus amina (-NH2). Struktur asam amino secara
umum, yaitu:
H O
R C C
NH2 OH
Protein disusun oleh asam amino dengan melalui ikatan amida yang
disebut ikatan peptida.
O
H2N CH C OH
R
Reaksi gugus amino bertumpu pada kemampuan gugus amino untuk
bekerja sebagai suatu nukleofil, dimana pasangan elektron mandiri dari
nitrogen amino membentuk ikatan dengan suatu pusat berkekurangan
elektron dalam perekasi yang sesuai. Asam amino dan amino lain dapat
dioksida dengan menggunakan oksidan lunak ninhidrin (Triketohidrinden
hidrat), yang menghasilkan suatu hasil berwarna biru. Prolin dan
hidroksiprolin yang merupakan asam amino, menghasilkan produk yang
sedikit berbeda dengan mempunyai warna kuning. Berdasarkan reaksi
warna ini, asam amino dapat dianalisis secara kualitatif, biasa disebut uji
ninhidrin (Page, 1997).
Protein yang mempunyai dua ikatan peptida atau lebih, dapat
bereaksi dengan ion Cu2+ dalam suasana basa dan membentuk suatu
senyawa kompleks yang berwarna biru ungu. Reaksi ini dikenal dengan
nama reaksi biuret (Poedjiadi, 2007).
Reaksi-reaksi khas Protein, diantaranya :
1. Reaksi Millon. Pereaksi Millon adalah larutan merkuro dan merkuri
nitrat dalam asam nitrat. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan
protein, akan menghasilkan endapan putih yang dapat berubah menjadi
merah oleh pemanasan. Pada dasarnya reaksi ini positif untuk fenol-
fenol, karena terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus
hidroksifenil yang berwarna. Protein yang mengandung tirosin akan
memberikan hasil positif.
2. Reaksi Hopkins-cole. Triptofan dapat berkondensasi dengan beberapa
aldehid dengan bantuan asam kuat dan membentuk senyawa yang
berwarna. Larutan protein yang mengandung triptofan dapat
direaksikan dengan pereaksi Hopkins-cole yang mengandung asam
glioksilat. Pereaksi ini dibuat dari asam oksalat dengan serbuk
magnesium dalam air. Setelah dicampur dengan pereaksi Hokins-cole,
asam sulfat dituangkan perlahan-lahan sehingga membentuk lapisan
dibawah larutan protein. Beberapa saat kemudian akan terjadi cincin
ungu pada batas antara kedua lapisan tersebut. Pada dasarnya reaksi
Hopkins-cole memberi hasil positif khas untuk gugus indol dalam
protein (Poedjiadi, 2007).
Struktur, sifat-sifat kimia maupun fisika dari potein dapat diketahui
dengan terlebih dahulu memperoleh protein yang murni. Pada suhu 40o
protein mudah terdenaturasi, maka pemurnian sering dilakukan pada suhu
yang rendah, yaitu mendekati titik beku pelarut yang digunakan.
Disamping itu, protein juga sensitif terhadap asam atau basa dengan
konsentrasi tinggi, dan biasanya pemurnian protein dilakukan pada PH
mendekati normal dengan menggunakan larutan buffer tertentu.
Pemurnian dilakukan dengan cara fraksionasi, yaitu memisahkan masing-
masing protein dalam campuran secara fraksi demi fraski. Dua cara yang
biasa digunakan untuk proses fraksionasi ini yaitu pengendapan dan
kromatografi (Poedjiadi, 2007).
Proses pengendapan protein dapat dilakukan dengan menggunakan
ammonium berkonsentrasi tinggi atau larutan jenuh. Beberapa protein
berbeda kelarutannya dalam konsentrasi garam yang berbeda. Penggunaan
pelarut organik untuk mengendapkan protein juga dapat dilakukan, namun
untuk menghindari terjadinya denaturasi proses pengendapan dengan cara
ini, harus dilakukan pada suhu rendah (Poedjiadi, 2007).
II. METODE PERCOBAAN
II.1 Alat dan Bahan
II.1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah gelas
ukur, penangas air, pengaduk, pipet tetes, rak dan tabung reaksi.
II.1.2Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
air Suling, ammonium sulfat, air liur, asam asetat 1M, BaCl2,
buffer asetat pH 4,7, CuSO4, etanol absolut, etanol 95%, fusion
mixture, HCl 0,1 M, larutan albumin, larutan ninhidrin 0,1%,
larutan pati, larutan HgCl2, larutan Pb-asetat, NaOH 0,1 M, reagen
Millon, reagen Hopkins-cole, susu kedelai dan susu sapi.
II.2 Cara Kerja
II.2.1 Uji Millon
II.2.2 Uji Hopkins-Cole
1 mL sampel
5 tetes reagen millonDimasukkan ke dalam tabung reaksi
DitambahkanDipanaskan baik-baik
Hasil
1 mL sampel
1 mL reagen Hopkins-coleDimasukkan ke dalam tabung reaksi
DitambahkanDiaduk dengan baik
2,5 mL H2SO4 p
Hasil
Ditambahkan perlahan-lahan melalui sisi tabung
II.2.3 Uji Ninhidrin
II.2.4 Uji Biuret
II.2.5 Pengendapan dengan logam berat (HgCl2)
3 mL Larutan protein
5 tetes HgCl2 0, 2 M
Dimasukkan dalam tabung reaksi
Ditambahkan
Hasil
3 mL sampel
0,5 ml larutan ninhidrin 0,1%Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
DitambahkanDipanaskan
Hasil
3 mL sampel
1 mL NaOH 2,5 NDimasukkan ke dalam tabung reaksi
DitambahkanDiaduk
1tts CuSO4 0,01M
Ditambahkan Diaduk, ditambah 1-2 tetes lagi
Hasil
II.2.6 Pengendapan dengan logam berat (Pb-asetat)
II.2.7 Pengendapan degan garam
3 mL Lar.Protein + 1 g (NH4)2SO4
Ammonium sulfat
Dijenuhkan
Ditambahkan sedikitDiaduk hingga melarut
Amonium sulfat
3 mL Larutan protein
5 tetes Pb-asetat 0, 2 M
Dimasukkan dalam tabung reaksi
Ditambahkan
Hasil
Ditambahkan lagiDiaduk
Larutan jenuh
DisaringDiuji kelarutan endapan dalam air & Reagen MillonDiuji filtrat dengan uji biuret
Hasil
II.2.8 Uji Koagulasi
Diambil dengan batang pengaduk
Diuji kelarutan dalam air dan dengan reagen
Millon
II.2.9 Pengendapan dengan alkohol
Dimasukkan dalam 3 tabung reaksi
Ditambahkan Ditambahkan Ditambahkan
Ditambahkan
Hasil
5 mL larutan protein
2 tetes HOAc 1 M
Dimasukkan dalam tabung reaksi
Ditambahkan Diletakkan dlm air mendidih 5 mnt
Endapan
5 mL larutan albumin
1 mL NaOH 0,1 M1 mL HCl 0,1 M 1 mL Buffer asetat
6 mL etil alcohol 95%
Hasil
II.2.10 Denaturasi protein
Dimasukkan dalam 3 tabung reaksi
Ditambahkan Ditambahkan Ditambahkan
Didihkan selama 5 meniit
Dinginkan
Ditambahkan pada tabung 2 dan 3
II.2.11 Uji Sulfur dalam protein
9 mL larutan albumin
1 mL NaOH 0,1 M1 mL HCl 0,1 M1 mL Buffer asetat
Buffer asetat
Hasil
0,25 g albumin & 2x berat fusion mixture
DicampurDipanaskan pada cawan porselin sampai tidak berwarnaDinginkanDilarutkan dalam air panasDisaring jika perlu
Filtrat
Diasamkan Dipanaskan hingga mendidih
Larutan BaCl2
Ditambahkan beberapa tetes
Hasil
III. HASIL PERCOBAAN
III.1 Hasil dan Data Percobaan
III.1.1 Uji Millon
Tabung 1 2 3
Larutan albumin 1 mL - -
Susu sapi - 1 mL -
Susu kedelai - - 1 mL
Reagen Millon
(warna)
5 tetes
Endapan
Putih
5 tetes
Tidak berubah
5 tetes
Tidak
berubah
Dipanaskan baik-baik
Pengamatan Endapan
merah
Endapan ungu diatas,
endapan putih kuning
dibawah
Endapan
cokelat
III.1.2 Uji Hopkins-cole
Tabung 1 2 3
Larutan albumin 1 mL - -
Susu sapi - 1 mL -
Susu kedelai - - 1 mL
Reagen Hopkins-cole
(warna)
1 mL
Tidak
berubah
1 mL
Tidak
berubah
1 mL
Tidak
berubah
Tambahkan sedikit-sedikit H2SO4
Pengamatan Cincin ungu
antara 2
lapisan
Cincin
cokelat
antara 2
lapisan
Cincin
cokelat
kehitaman
antara 2
lapisan
III.1.3 Uji Ninhidrin
Tabung 1 2 3
Larutan albumin 3 mL - -
Susu sapi - 3 mL -
Susu kedelai - - 3 mL
Larutn Ninhidrin
(warna)
0,5 mL
Bening
0,5 mL
Putih
keruh
0,5 mL
Tidak
berubah
Panaskan hingga mendidih
Pengamatan Putih Abu-abu
keruh
Tidak
berubah
III.1.4 Uji Biuret
Tabung 1 2 3 4
Lar.Albumin 3 mL - - -
Air liur - 3 mL - -
Susu sapi - - 3 mL -
Susu kedelai - - - 3 mL
NaOH 10%
(pengamatan)
1 mL
Tidak
berubah
1mL
Tidak
berubah
1 mL
Putih Pink
1 mL
Tidak
berubah
Tambahkan CuSO4 0,01 M (1 tetes)
Pengamatan Tidak
berubah
Tida
berubah
Putih Pink
tua
Tidak
berubah
Aduk, jika tidak timbul warna, tambah CuSO4 bertetes-tetes
Pengamatan
Jumlah
tetean CuSO4
2 tetes 2 tetes - 2 tetes
III.1.5 Pengendapan dengan garam
Tabung 1 2 3
Larutan albumin 3 mL - -
Susu sapi - 3 mL -
Susu kedelai - - 3 mL
Amm. Sulfat (jenuh) 1 gram 1 gram 1 gram
Pengamatan
(endapan)
Putih susu
kekuningan
Putih susu
kekuningan
Kuning
Pisahkan endapan dengan menyaring
Endapan :
- Uji Millon Putih susu Endapan
kuning
Kuning
Filtrat :
- Uji Biuret Bening
keruh
Putih susu
kekuningan
Tidak terjadi
perubahan
warna
III.1.6 Uji Koagulasi
Tabung 1 2 3
Larutan albumin 5 mL - -
Susu sapi - 5 mL -
Susu kedelai - - 5 mL
Asam asetat 2 tetes 2 tetes 2 tetes
Didihkan selama 5 menit
Pengamatan Tidak
berubah
Endapan Endapan
Endapan :
- Uji Millon
- Uji kelarutan dalam
air
-
-
Tidak larut
(Gumpalan
cokelat)
Tidak larut
(mengendap)
Tidak larut
(Gumpalan
cokelat)
Tidak larut
(mengendap)
III.1.7 Pengendapan dengan etanol absolut
Tabung 1 2 3
Larutan albumin 5 mL 5 mL 5 mL
HCl 0,1 M 1 mL - -
NaOH 0,1 M - 1 mL -
Buffer asetat pH 4,7 - - 1 mL
Etanol 95% 6 mL 6 mL 6 mL
Pengamatan (endapan) Larut Tidak larut,
terbentuk 3
lapisan :
Atas:agak
keruh, tengah:
keruh, bawah:
bening
Tidak larut,
terbentuk 3
lapisan :
Atas:bening,
tengah: putih
keruh, bawah:
bening
III.1.8 Denaturasi protein
Tabung 1 2 3
Larutan albumin 9 mL 9 mL 9 mL
Buffer asetat pH 4,7 1 mL - -
NaOH 0,1 M - 1 mL -
HCl 0,1 M - - 1 mL
Dididhkan selama 15 menit dan dinginkan
Pengamatan Mengendap - Mengendap
Tambahkan Buffer
asetat pH 4,7
10 mL 10 mL
Pengamatan - Endapan
lebih
merata
Endapan dibagian
bawah tabung
semakin banyak
III.1.9 Uji Sulfur dalam protein
Perlakuan Pengamatan
a. campuran 0,25 g albumindengan 2x
berat fusion mixture
-
b. Panaskan dalam cawan porselin
sampai tak berwarna
Larutan kuning
c. dinginkan dan larutkan dalam air
panas
-
d. disaring -
e. disamkan filtrat dengan HCl -
f. dipanaskan hingga mendidih Larutan keruh
g. ditambahkan beberapa tetes lar.
BaCl2
Endapan
IV. PEMBAHASAN
Protein merupakan poliamida, sehingga jika mengalami hidrolisis
akan menghasilkan asam-asam amino. Asam amino ialah asam karboksilat
yang mempunyai gugus amin. Berdasarkan adanya gugus amin ini, protein
dapat dianalisis keberadaannya, dan dapat diidentifikasi dengan reagen yang
sesuai, jenis protein yang terdapat dalam suatu sampel. Tujuan dari uji
kualitatif protein ialah menganalisis ada tidaknya protein dan jenis protein
yang terdapat dalam sampel, serta mempelajati uji-uji untuk identifikasi
protein secara kualitatif. Beberapa uji yang dilakukan dlam percobaan kali ini,
diantaranya ialah uji millon, uji hopkins-cole, uji ninhidrin, uji biuret, uji
endapan dengan garam, uji endapan dengan alkohol, uji koagulasi, denaturasi
protein dan uji sulfur dalam protein.
IV.1 Uji Millon
Uji Millon menggunakan reagen millon yang dibuat dengan
cara melarutkan 10 mg merkuri dalam 20 ml asam nitrat pekat, apabila
telah melarut semua dan uap coklat telah hilang diencerkan dengan air
sebanyak 60 ml. Uji ini didasarkan pada pembentukan senyawa merkuri
NH2
NH2
H2SO4
dengan gugus hidroksifenil yang berwarna, protein dengan gugus fenol
seperti tirosina akan memberikan hasil positif.
2OH- -CH2CHCOOH + HgSO4 + 2 NaNO3
NH2
O
2OH- -CH2CHC-NO3 + HgCOH + Na2SO3
NH2
Uji dilakukan dengan menambahkan 5 tetes reagen Millon ke dalam 1
ml larutan sampel protein, pada percobaan ini digunakan susu sapi, susu
kedelai dan albumin, kemudian campuran dipanaskan sampai terjadi
perubahan warna. Pada susu sapi dan susu kedelai memberi hasil negatif,
karena dengan penambahan reagen millon tidak memberikan endapan
putih, sedangkan sampel albumin memberikan hasil positif dengan
terbentuknya endapan putih pada saat penambahan reagen millon,
kemudian memberikan endapan merah setelah dipanaskan. Sehingga
dapat dikatakan, bahwa didalam albumin terdapat protein tirosina, yaitu
molekul protein yang mempunyai gugus fenol dan bersifat asam lemah.
IV.2 Uji Hopkins-Cole
Uji hopkinscole merupakan uji khusus untuk larutan-larutan
protein yang mengandung gugus indole. Triptofan, yaitu suatu asam
amino yang heterosiklik yang mula-mula diperoleh dari hasil pencernaan
casein oleh cairan pankreas dapat berkondensasi dengan beberapa
aldehid dengan bantuan asam kuat dan membentuk senyawa yang
berwarna.
CH2CHCOOH + HCOH
CH2CHCOOH + H2O
OH
NH
NH
Reagen yang digunakan mengandung asam glioksilat yang
dibuat dari asam oksalat dengan serbuk magnesium dalam air. Asam
kuat yang digunakan adalah asam sulfat pekat. Uji dilakukan dengan
menambahkan 1 mL reagen hopkins-cole kedalam 1 mL sampel protein,
kemudian perlahan-lahan ditambahkan 2,5 mL H2SO4 melalui sisi
tabung. Jika terbentuk cincin ungu pada batas antara kedua lapisan
tersebut, maka hasil positif. Protein yang akan memberi hasil positif
dengan reagen hopkins-cole umunya memiliki gugus indol. Susu sapi
dan susu kedelai membentuk cincin cokelat antara dua lapisan,
sedangkan albumin memberikan hasil positif dengan terbentuknya cincin
ungu diantara 2 lapisan, sehingga dapat dikatakan albumin mengandung
protein triptofan.
IV.3 Uji Ninhidrin
Asam amino dan amina lain dapat dioksidasi dengan
menggunakan oksidan lunak ninhidrin, yang menghasilkan suatu hasil
berwarna biru. Uji dilakukan dengan menambahkan 0,5 mL larutan
ninhidrin 0,1% kedalam 3 mL larutan protein, kemudian dipanaskan
hingga mendidih. Pembentukan suatu hasil berwarna biru merupakan
hasil reaksi antara ninhidrin, hidrindantin dan amonia yang dikeluarkan
dari protein.
R-CH(NH2)-COOH R-CHO + NH3 + CO2
Ketiga sampel yang diujikan memberi hasil negatif untuk uji
ninhidrin karena tidak membentuk larutan biru. Susu sapi memberikan
warna putih keruh, susu kedelai tidak mengalami perubahan apapun, dan
albumin memberikan warna putih setelah dipanaskan.
C
IV. 4 Uji Biuret
Uji biuret digunakan untuk menganalisis adanya dua buah
ikatan peptida atau lebih pada suatu protein, akan dapat bereaksi dengan
ion Cu2+ dalam suasana basa dan akan membentuk suatu senyawa
kompleks yang berwarna biru ungu. Biuret dihasilkan dengan
pemanasan urea kira-kira pada suhu 180o C. Uji dilakukan dengan
menambahkan 1 mL NaOH kedalam 3 mL larutan protein kemudian
diaduk, tambahkan setetes CuSO4, dan kemudian diaduk lagi.
Reaksi Biuret terjadi pada senyawa yang mempuyai paling
sedikit dua ikatan peptida, karena protein melarutkan Cu(OH)2 dan
membentuk persenyawaan dengan Cu. Warna pada reaksi ini
mempengaruhi banyaknya asam amino yang terikat pada ikatan peptida.
Senyawa dengan dipeptida memberikan warna biru, tripeptida
memberikan warna ungu, tetrapeptida dan peptida kompleks
memberikan warna merah pada akhir reaksi.
Sampel susu sapi, susu kedelai dan albumin memberikan hasil
negatif pada uji ini karena tidak terbentuk kompleks berwarna biru ungu,
hal ini menunjukkan bahwa didalam sampel tersebut hanya memiliki
satu ikatan peptida, bukan dua ikatan peptida.
IV.5 Pengendapan dengan garam
Kelarutan protein akan berkurang bila kedalam larutan protein
ditambahkan garam- garam anorganik. Pengendapan terus terjadi karena
kemampuan ion garam untuk menghidrasi, sehingga terjadi kompetisi
antara garam anorganik dengan molekul protein untuk mengikat air.
Karena garam anorganik lebih menarik air maka jumlah air yang tersedia
untuk molekul protein akan berkurang.
Uji kali ini menggunakan garam ammonium sulfat yang
ditambahkan kedalam 3 ml larutan protein. Pada ketiga sampel, yaitu
susu sapi, susu kedelai dan albumin memberikan hasil positif karena
membentuk endapan dengan garam ammonium sulfat, hal ini
menunjukkan bahwa dalam ketiga sampel tersebut mengandung protein.
Endapan yang dihasilkan kemudian ditambahkan reagen millon,
sedangkan filtrat yang dihasilkan direaksikan dengan uji biuret. Reaksi
pengendapan protein yang terjadi dengan garam ammonium sulfat:
R CH COO- + (NH4)2SO4 R S CH COOH + N2 + 4H2O || || NH3
+ NH2
IV.6 Uji koagulasi
Protein dengan penambahan asam atau pemanasan akan terjadi
koagulasi. Pada pH iso-elektrik (pH larutan tertentu biasanya berkisar 4
– 4,5 dimana protein mempunyai muatan positif dan negatif sama,
sehingga saling menetralkan) kelarutan protein sangat menurun atau
mengendap. Pada temperatur diatas 60oC kelarutan protein akan
berkurang (terjadi koagulasi) karena pada temperatur yang tinggi energi
kinetik molekul protein meningkat, sehingga terjadi getaran yang cukup
kuat untuk merusak ikatan atau struktur sekunder, tertier dan kuartener
yang menyebabkan koagulasi.
Asam asetat yang digunakan dalam percobaan kali ini
sebenarnya merupakan pelarut yang polar, tetapi sifat asamnyalah yang
dapat mengendapkan asam amino pada sampel. Reaksi yang terjadi
pada percobaan ini adalah :
R CH COO- + CH3COOH H2O R CH COOH
|| || NH3
+ NH3+ CH3COO-
Kedua sampel susu kedelai dan susu sapi memberikan hasil
positif dengan pembentukan endapan, sedangkan albumin tidak
terbentuk endapan. Endapan yang diperoleh kemudian diuji kelarutannya
didalam air dan reagen millon. Endapan yang dihasilkan tidak larut
dalam air, tetapi semakin mengendap didasar tabung reaksi, sedangkan
dengan pereaksi millon endapan menggumpal diatas larutan.
IV.7 Pengendapan dengan alkohol
Protein dapat diendapkan dengan penambahan alkohol. Pelarut
organik akan mengubah (mengurangi) konstanta dielektrika dari air,
sehingga kelarutan protein berkurang, dan juga karena alkohol akan
berkompetisi dengan protein terhadap air. Pengujian dilakukan dengan
sampel albumin yang diujikan dengan 3 suasana berbeda, pada tabung
pertama sampel albumin ditambahkan HCl sehingga membuat suasana
reaksi menjadi asam, pada tabung kedua ditambahkan NaOH sehingga
suasana larutan menjadi basa, sedangkan pada tabung ketiga
ditambahkan buffer asetat untuk mempertahankan pH larutan menjadi
4,7. Pada ketiga tabung kemudian ditambahkan etilalkohol 95%, dan
pada tabung kedua serta ketiga memberikan hasil positif dengan
pembentukan endapan.
Percobaan ini didasarkan pada penyesuaian pH titik isolistrik
protein, sehingga terbentuk endapan dari protein yang diinginkan yaitu
albumin. Dari percobaan ini dapat disimpulkan, untuk menghasilkan
endapan dari albumin dengan penambahan alkohol diperlukan pH asam
lemah diatas 4,7 hingga basa, sedangkan pada pH asam kuat, endapan
yang dibentuk oleh alkohol akan dapat larut.
IV.8 Denaturasi protein
Denaturasi dapat diartikan suatu proses terpecahnya ikatan
hidrogen, ikatan garam atau bila susunan ruang atau rantai polipetida
suatu molekul protein berubah. Dengan perkataan lain denaturasi adalah
terjadi kerusakan struktur sekunder, tertier dan kuartener, tetapi struktur
primer (ikatan peptida) masih utuh. Dengan terjadinya denaturasi atau
perubahan konformasi serta posisinya maka fungsinya menjadi tak
menentu. Denaturasi protein dipengaruhi beberapa faktor luar, seperti
pH, suhu, adanya ion logam, maupun disebabkan adanya alkohol. Proses
denaturasi protein ditandai dengan penggumpalan protein yang
berlangsung dengan baik pada titik isolistrik protein tersebut yaitu pada
suasana asam, terjadinya koagulasi melalui pemanasan pada suhu 50oC.
Protein yan terdenaturasi pada titik isolistriknya masih dapat larut pada
pH di luar titik isolistrik tersebut. Pengaruh pH pada percobaan ini dapat
dilihat dengan digunakannya larutan NaOH, HCl dan buffer asetat.
Uji denaturasi protein dilakukan dengan menambahkan pada
masing-masing tabung yang berisi larutan albumin dengan HCl, NaOH
dan buffer asetat kemudian dipanaskan di atas penangas air. Hanya
larutan protein yang ditambahkan dalam suasanan asam dengan
penambahan HCl dan bufer asetat saja yang memberikan hasil yang
positif dengan terbentuknya endapan, sedangkan NaOH yang
menyebabkan suasana menjadi basa kuat tidak membentuk endapan.
Larutan yang ditambahkan HCl dan NaOH kemudian masing-masing
ditambahkan 10 mL buffer asetat, menghasilkan endapan lebih banyak
pada bagian bawah pada larutan yang ditambahkan HCl. Sedangkan
pada larutan yang ditambahkan NaOH menghasilkan endapan yang lebih
merata atau endapan tidak banyak terbentuk, melainkan lebih banyak
yang terlarut, karena masih belum mencapai pH isolistriknya. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa denaturai albumin akan berlangsung dengan
baik pada suasana asam, disekitar pH 4,7.
IV.9 Uji Sulfur Dalam Protein
Uji sulfur dalam protein dimaksudkan untuk mendeteksi
adanya sulfur dalam sampel protein. Reagen yang digunakan ialah
reagen fusion mixture yang terdiri dari 3 natrium karbonat dan 2 bagian
kalium nitrat. Percobaan dilakukan dengan mencampurkan fusion
mixture dan serbuk albumin kemudian dipanaskan dalam cawan porselin
sampai tidak berwarna, lalu didinginkan dan dilarutkan dalam air panas.
Saring bila perlu, filtrat yang diperoleh diasamkan dengan HCl, lalu
dipanaskan hinga mendidih dan ditambahkan beberapa tetes larutan
BaCl2. Campuran albumin dan reagen ketika dipanaskan memberikan
larutan berwarna kuning, kemudian setelah diteteskan beberapa BaCl2
pada larutan terbentuk endapan dan mengakibatkan larutan menjadi
keruh.
Endapan yang terbentuk merupakan endapan putih dari barium
karbonat, tidak larut dalam asam encer, tetapi larut dalam asam pekat,
pada praktikum kali ini diguakan HCl pekat sehingga menyebabkan
larutan menjadi keruh karena endapan yang terbentuk ada sebagian yang
melarut.
V. KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini, diantaranya
adalah :
1. Asam amino mempunyai gugus asam karboksilat dan gugus amino dalam
sebuah molekul, sehingga dapat membentuk ion dipolar (zwitter ion).
2. Reaksi Millon Nasse merupakan uji positif untuk protein yang
mengandung asam amino yang mempunyai gugus fenol seperti tirosin.
Albumin memberikan hasil positif.
3. Reaksi Hopkins-Cole merupakan reaksi khas untuk gugus indol dalam
protein. Albumin memberikan hasil positif.
4. Asam amino teroksidasi dengan ninhidrin sebagai oksidator lemah
membentuk warna ungu. Ketiga sampel memberikan hasil negative.
5. Reaksi biuret merupakan uji positif untuk asam amino yang mempunyai
ikatan peptida lebih dari satu. Ketiga sampel memberikan hasil negatif.
6. Kelarutan protein diperkecil oleh adanya penambahan garam, asam,
pemanasan dan perubahan pH pada titik isolistriknya, sehingga akan
terbentuk endapan. Ketiga sampel memberikan hasil positif dengan
membentuk endapan pada penambahan garam (NH4)2SO4, asam asetat dan
perubahan pH pada titik isolistriknya.
7. Protein dapat terdenaturasi akibat pengaruh suhu, pH maupun adanya
logam berat. Denaturasi albumin dapat terjadi pada pH isolistriknya, yaitu
pada suasana asam sekitar pH 4,7.
8. Reaksi reduksi sulfur digunakan untuk mendeteksi adanya sulfur dalam
asam amino.
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden & Fessenden. 1990. Kimia Organik, Jilid 2. Erlangga. Jakarta.
Poedjiadi, Anna. 2007. Dasar-Dasar Biokimia. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta
Page, David.S. 1997. Prinsip-prinsip Biokimia. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Anonim. 2008. Fungsi protein
http://rgilfan.wordpress.com/2008/05/27/fungsi-protein/
C
LABORATORIUM KIMIA FARMASIPROGRAM STUDI FARMASI F-MIPAUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
PERCOBAAN 2UJI KUALITATIF PROTEIN DAN ENZIM
Disusun Oleh :Dita Ayulia Dwi Sandi
J1E107028Kelompok IX
PROGRAM STUDI FARMASIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURATBANJARBARU
2008HALAMAN PENILAIAN
Laporan Praktikum Biokimia dengan Judul
”Percobaan II. Uji Kualitatif Protein dan Enzim”
Uraian Nilai
1. Post Teset
2. Jurnal Praktikum
3. Laporan Praktikum
Banjarbaru, 12 November 2008
Tanda tangan
(Risya Nor Fitri)
LAMPIRAN-LAMPIRAN
PERTANYAAN
Uji Millon
1. Apa yang terjadi jika garam merkuri ditmabahkan pada protein ?
Jawab : Terbentuk senyawa merkuri dengan gugus hidroksifenil yang
berwarna dari gugus fenol protein, endapan yang dihasilkan
berwarna putih, dan ketika dipanaskan berubah menjadi merah.
2. Mengapa larutan albumin terkoagulasi?
Jawab : Karena pada albumin memiliki protein bergugus fenol.
3. Larutan protein mana yang memberikan uji negatif? Mengapa?
Jawab : Susu sapi dan susu kedelai, karena pada keduanya tidak memiliki
protein dengan gugus fenol, sehingga tidak akan terbentuk
hidroksifenil yang akan dapat bereaksi dengan merkuri membentuk
endapan putih.
Uji Hopkins-cole
1. Protein apakah yang memberikan uji positif dan mengapa ?
Jawab : Albumin, karena terbentuk warna ungu diantara dua lapisan, karena
protein dalam albumin memiliki gugus indol yang terkondensasi oleh
aldehide dari reagen hopkins-cole dengan bantuan asam kuat H2SO4.
Uji Ninhdrin
1. Warna apa yang terbentuk ?
Jawab : Seharusnya terbentuk larutan berwarna biru, tetapi pada hasil
praktikum, susu sapi menghasilkan larutan berwarna abu-abu keruh,
susu kedelai tidak mengalami perubahan, dan albumin menghasikan
warna putih.
2. Gugus apa yang memberikan uji positif?
Jawab : Gugus amino
Uji Biuret
1. Wana apa yang terjadi ?
Jawab : Seharusnya terjadi kompleks berwrna biru ungu oleh ikatan peptida
protein yang bereaksi dengan ion Cu2+, tetapi dari hasil praktikum
terbentuk larutan putih pink tua pada susu sapi, sedangkan pada susu
kedelai dan albumin tidak memberikan perubahan apapun.
2. Mengapa harus dihindari kelebihan CuSO4 ?
Jawab : Karena dapat menyebabkan kompleks warna biru yang terbentuk akan
memudar akibat kelebihan CuSO4.
3. Mengapa garam amonium mengganggu ?
Jawab : Karena dapat ikut bereaksi dengan CuSO4.
4. Sebutkan dua macam zat lain selain protein yang memberikan uji biuret
positif?
Jawab : Karbohidrat
Pengendapan dengan garam
1. Terangkan hasil-hasilnya ?
Jawab : Susu sapi yang ditambahnkan 1 g (NH4)2SO4 menghasilkan larutan
putih susu kekuningan, endapan kemudian diambil dan direaksikan
dengan reagen millon menghaslkan endapan kuning, sedangkan
filtrat direaksikan dengan uji biuret menghasilkan larutan putih susu
kekuningan.
Susu kedelai yang ditambahnkan 1 g (NH4)2SO4 menghasilkan
larutan kuning, endapan kemudian diambil dan direaksikan dengan
reagen millon menghaslkan endapan kuning, sedangkan filtrat
direaksikan dengan uji biuret dan tidak mengalami perubahan
apapun.
Albumin yang ditambahnkan 1 g (NH4)2SO4 menghasilkan larutan
putih susu kekuningan, endapan kemudian diambil dan direaksikan
dengan reagen millon menghaslkan endapan putih susu, sedangkan
filtrat direaksikan dengan uji biuret menghasilkan larutan bening
keruh.
Uji Koagulasi
1. Mengapa ditambahkan asam ?
Jawab : Protein dengan penambahan asam akan terjadi koagulasi. Pada pH
iso-elektrik (pH larutan tertentu biasanya berkisar 4 – 4,5 dimana
protein mempunyai muatan positif dan negatif sama, sehingga saling
menetralkan) kelarutan protein sangat menurun atau mengendap.
2. Protein apa yang menggumal pada pendidihan ?
Jawab : Susu sapi dan susu kedelai
Pegendapan dengan alkohol
1. Tabung-tabung mana yang menunjukkan protein yang tidak larut. Apakah
kelarutan albumin dalam air pada titik isoelektriknya ?
Jawab : Tabung 2 dan 3 menunjukkan albumin yang tidak larut. Albumin
pada titik isoelektriknya akan berkurang kelarutannya dalam air
sehingga akan terjadi pengendapan.
Denaturasi protein
1. Sifat fisik apa dari protein yang mempengaruhi kelarutan dari protein dalam
percobaan ?
Jawab : pH dan suhu lingkungan percobaan.
2. Metode lain apakah yang digunakan untuk denaturasi protein ?
Jawab : Denaturasi dapat pula terjadi oleh adanya gerakan mekanik, alkohol,
aseton, eter dan detergen.
3. Perubahan kimia apa yang berhubungan dengan denaturasi telur ?
Jawab : Perubahan konformasi serta posisinya, sehingga akivitasnya
berkurang .
Uji sulfur
1. Mengapa protein memberikan uji positif untuk sulfur ?
Jawab : Karena pada protein tertentu memiliki unsur sulfur dalam molekulnya.
2. Unsur-unsur apa yang bisa ada dalam protein tetapi tidak asa dalam
karbohidrat dan lipid ?
Jawab : Nitrogen dan sulur.